PENGENDALIAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN UMPAN-BALIK STATE DAN OUTPUT PUTRANTO HADI UTOMO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGENDALIAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN UMPAN-BALIK STATE DAN OUTPUT PUTRANTO HADI UTOMO"

Transkripsi

1 PENGENDALIAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN UMPAN-BALIK STATE DAN OUTPUT PUTRANTO HADI UTOMO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 29

2 ABSTRACT PUTRANTO HADI UTOMO. Inverted Pendulum Control System with State and Output Feedbacks. Supervised by TONI BAKHTIAR and JAHARUDDIN Automatic control system has played a vital role in science and technology. One of problems in automatic control system is how to control an unstable system. Broom stick balancing problem, or so called the inverted pendulum system, is one example of automatic control system problem. This paper studies the control of an inverted pendulum system by means of state and output feedbacks. Using mathematical model, it is shown that inverted pendulum is unstable system. Furthermore, the system is stabilized using state and output feedbacks. The result of the analysis shows that a controller which stabilize the system is obtained by using the pole placement method.

3 ABSTRAK PUTRANTO HADI UTOMO. Pengendalian Sistem Pendulum Terbalik dengan Umpan-balik State dan Output. Dibimbing oleh TONI BAKHTIAR dan JAHARUDDIN Sistem pengendalian automatis memainkan peran yang sangat penting di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu masalah dalam sistem pengendalian automatis adalah bagaimana menstabilkan suatu sistem yang takstabil. Salah satu contoh sederhana masalah sistem pengendalian automatis adalah broom stick balancing problem (pengendalian sistem pendulum terbalik). Karya ilmiah ini membahas pengendalian sistem pendulum terbalik dengan menggunakan umpan-balik state dan output. Dengan menggunakan model matematis, dapat ditunjukkan bahwa pendulum terbalik merupakan sistem yang takstabil. Lebih lanjut, dilakukan upaya penstabilan sistem pendulum terbalik tersebut dengan menggunakan umpan balik state dan output. Dari analisis yang dilakukan, pengendali yang menstabilkan sistem diperoleh dengan menggunakan metode pole placement.

4 PENGENDALIAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN UMPAN-BALIK STATE DAN OUTPUT Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Matematika PUTRANTO HADI UTOMO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 29

5 Judul Skripsi : Pengendalian Sistem Pendulum Terbalik dengan Umpan-balik State dan Output Nama : Putranto Hadi Utomo NRP : G54522 Pembimbing I Menyetujui : Pembimbing II Dr. Toni Bakhtiar, M.Sc Dr. Jaharuddin, MS Mengetahui : Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Dr. drh. H. Hasim, DEA Tanggal Lulus :

6 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Judul skripsi ini adalah Pengendalian Sistem Pendulum Terbalik Dengan Umpan-balik State dan Output. Skripsi ini merupakan syarat untuk menyelesaikan studi pada Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada : 1. Bapak Dr. Toni Bakhtiar, M.Sc., Bapak Dr. Jaharuddin, MS., dan Bapak Drs. Ali Kusnanto, Msi selaku dosen pembimbing dan penguji yang telah memberi bimbingan, masukan, dorongan, nasihat serta segala bantuan sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan. 2. Ayah, ibu, dan adik yang selalu memberi kasih sayang, perhatian, dukungan moril dan materi. 3. Semua staf dan dosen pengajar Departemen Matematika yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama menuntut ilmu di Departemen Matematika. 4. Sahabat yang selalu memberi kebahagiaan, semangat, tantangan, perhatian, bantuan, inspirasi, doa, dan kasih sayang. 5. Teman-teman mahasiswa departemen Matematika, terutama angkatan 42. Terimakasih atas segala persahabatan yang telah kita jalin selama empat tahun ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dan penulis sangat menghargai segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Penulis juga mengharapkan tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Terimakasih. Bogor, Juni 29 Penulis

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 7 September 1986 sebagai anak pertama dari 4 bersaudara pasangan Bapak Hadi Sumarno dan Ibu Dwi Ananingsih. Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu di SDN Panaragan 2 Kodya Bogor lulus pada tahun 1999, SLTPN 1 Darmaga Kab. Bogor lulus pada tahun 22, SMAN 5 Bogor lulus pada tahun 25, dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan seleksi Masuk IPB). Pada tahun 26, penulis diterima di Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum Algoritma dan Pemograman pada tahun 27 dan asisten praktikum Analisis Numerik S2 pada tahun 28. Penulis juga aktif di GUMATIKA dan pernah mengikuti beberapa kepanitiaan diantaranya adalah Pesta Sains 27 dan Pelatihan Komputer 27.

8 DAFTAR ISI 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Sistematika Penulisan LANDASAN TEORI Transformasi Laplace Sistem Sistem Umpan-balik Persamaan Ruang Keadaan Fungsi Transfer Pole dan Zero Bentuk Kanonik Keterkontrolan Kestabilan Step Response Ramp Response MODEL PENDULUM TERBALIK Pendulum Terbalik Daftar lambang dan istilah Asumsi Formulasi Model Representasi Matriks Kestabilan Model Pendulum Terbalik Umpan-balik State dan Pole Placement Umpan-balik State dan Output SIMULASI Tanpa Umpan-balik Dengan Umpan-balik Umpan-balik State Umpan-balik State dan Output KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 23

9 DAFTAR GAMBAR 1 Contoh skema dari sebuah sistem Contoh skema dari sistem kontrol otomatis Grafik step response untuk persamaan (2.22) Grafik ramp response untuk persamaan (2.22) Model dari pendulum terbalik Sistem pendulum terbalik dengan umpan-balik state Sistem pendulum terbalik dengan umpan-balik state dan output Solusi untuk posisi tanpa adanya reference input Step response untuk sistem awal dari pendulum terbalik Ramp response untuk sistem awal dari pendulum terbalik Solusi untuk posisi tanpa adanya reference input Step response untuk sistem dari pendulum terbalik dengan umpan-balik state Ramp response untuk sistem dari pendulum terbalik dengan umpan-balik state Solusi untuk posisi tanpa adanya reference input Step response untuk sistem dari pendulum terbalik dengan umpan-balik state dan output Ramp response untuk sistem dari pendulum terbalik dengan umpan-balik state dan output Sintaks matlab untuk pole placement Sintaks matlab untuk menghasilkan Gambar DAFTAR LAMPIRAN 1 Bukti Sifat-Sifat Transformasi Laplace Proses Penjabaran Bukti Teorema Bukti Teorema Bukti Teorema Proses Pencarian Fungsi Transfer Pendulum Terbalik Sistem Pendulum Terbalik dalam Bentuk Kanonik Pemilihan umpan-balik state dengan menggunakan formula Ackermann Proses perhitungan/pencarian vektor Sintaks MATLAB yang digunakan untuk mencari vektor K dan simulasi Bukti Teorema Cayley-Hamilton Penjabaran Interpolasi Lagrange-Sylvester... 43

10 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pengendalian (control system) memainkan peran yang penting di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam bidang industri. Di bidang industri, sistem pengendalian merupakan sebuah sistem yang meliputi pengendalian variabel-variabel seperti temperatur, tekanan, aliran, dan kecepatan. Variabel-variabel ini merupakan keluaran yang harus dijaga tetap sesuai dengan keinginan yang telah ditetapkan terlebih dahulu oleh operator. Suatu sistem dikendalikan agar variabel keluaran dijaga tetap pada kondisi tertentu. Sistem pengendalian dapat diklasifikasikan menjadi dua sistem. Pertama adalah sistem pengendalian secara manual (open loop controls). Dalam sistem ini, proses pengaturannya dilakukan secara manual oleh operator dengan mengamati keluaran secara visual, kemudian dilakukan koreksi terhadap variabel-variabel kontrolnya untuk mempertahankan hasil keluarannya. Sistem pengendalian tersebut bekerja secara open loop, artinya sistem pengendalian tidak dapat melakukan koreksi variabel untuk mempertahankan hasil keluarannya. Perubahan ini dilakukan secara manual oleh operator setelah mengamati hasil keluarannya melalui alat ukur atau indikator. Sistem ke dua adalah sistem pengendalian otomatis (closed loop controls). Dalam sistem ini, dilakukan koreksi variabel-variabel kendalinya secara otomatis, dikarenakan ada untai tertutup (closed loop) sebagai umpanbalik (feedback) dari hasil keluaran, kembali menuju ke masukan setelah dikurangkan dengan nilai setpointnya. Pengaturan secara untai tertutup ini (closed loop controls), tidak memerlukan operator untuk melakukan koreksi variabel-variabel kendalinya, melainkan dilakukan secara otomatis dalam sistem pengendalian itu sendiri. Dengan demikian keluaran akan selalu dipertahankan berada pada kondisi stabil sesuai dengan setpoint yang ditentukan. Dalam tulisan ini akan dikaji masalah pengendalian sistem pendulum terbalik (inverted pendulum system). Ilustrasi yang sederhana untuk menjelaskan pendulum terbalik adalah ketika seseorang bermain dengan tongkat dan berusaha untuk menegakkan dan menyeimbangkannya di ujung jari. Dewasa ini pendulum maupun pendulum terbalik merupakan alat yang sangat penting dalam pendidikan dan penelitian di bidang teknik pengendalian (control engineering). Berbagai teori pengendalian (control theory) banyak dievaluasi dan dibandingkan melalui pengujian sistem pendulum dan dibandingkan melalui studi terhadap sistem pendulum. Hal tersebut dikarenakan sistem pendulum memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Tak linear dan takstabil. 2. Dapat dilinearkan di sekitar titik kesetimbangan. 3. Kompleksitasnya dapat ditingkatkan. 4. Mudah diterapkan dalam sistem aktual. Di bidang teknik, pendulum biasa dan terbalik dipakai untuk memantau pergerakan pondasi bangunan seperti bendungan, jembatan dan dermaga. Cara kerja pengangkat peti kemas (cranes) juga didasarkan pada pendulum biasa. Selain itu, pendulum terbalik dapat dimanfaatkan untuk mengkaji keseimbangan gerak manusia. (Ogata 1997) 1.2 Tujuan Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji pengendalian sistem pendulum terbalik dengan umpan-balik state dan output. 1.3 Sistematika Penulisan Secara umum, tulisan ini membahas tentang teori pengendalian (control system). Di dalam tulisan ini, akan dijelaskan terlebih dahulu teori-teori yang berkaitan dengan sistem pengendalian (control system). Setelah itu, dalam Bab 3 akan diberikan contoh kasus pengendalian sistem pendulum terbalik dengan menggunakan umpan-balik state dan output. Selanjutnya, dilakukan simulasi dengan menggunakan software MATLAB untuk memverifikasi hasil yang diperoleh. Terakhir, diberikan kesimpulan dan saran untuk tulisan ini.

11 2 LANDASAN TEORI 2.1 Transformasi Laplace Tranformasi Laplace adalah suatu metode yang dapat digunakan untuk mempermudah menyelesaikan persamaan diferensial. Dengan menggunakan transformasi Laplace, persamaan diferensial dapat ditransformasi ke dalam persamaan aljabar. Didefinisikan ft adalah fungsi terhadap waktu t, s adalah variabel kompleks, dan adalah transformasi Laplace dari. Dengan syarat ft adalah fungsi yang bernilai nol ketika t<. Transformasi Laplace memiliki sifat-sifat sebagai berikut: Misalkan dan, maka: 1. = 2. ; Bukti: Lihat Lampiran 1 (Farlow 1994) 2.2 Sistem Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi, atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu kumpulan entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa dibuat. Gambar 1 menunjukkan suatu contoh skema dari sebuah sistem. Gambar 1. Contoh skema dari sebuah sistem Suatu sistem dikatakan sistem kontinu (continous-time system) apabila sistem tersebut dapat menerima input berupa continous-time signal dan menghasilkan output yang berupa continous time signal pula. Sistem diskret (discrete-time system) dicirikan dengan input yang berupa discretetime signal dan menghasilkan output yang berupa discrete time signal. Kedisktretan suatu sistem dapat pula dilihat dari perubahan keadaan sistem dari waktu ke waktu. Jika perubahan keadaan yang terjadi hanya pada waktu tertentu, bukan pada setiap titik waktu, maka dikatakan sistem diskret, dalam hal lain dikatakan sistem kontinu. Sistem kontinu dapat dituliskan dalam bentuk persamaan diferensial. Sebagai contoh, Hukum Newton ke-2, yang menyatakan bahwa sebuah benda dengan massa m konstan akan dipercepat sebanding dengan gaya f yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya, dengan v adalah kecepatan benda. Sistem diskret direpresentasikan dalam bentuk persamaan beda. Sebagai contoh adalah banyaknya uang setelah k+1 periode adalah P(k+1)=(1+i)P(k), dengan i adalah suku bunga yang berlaku. 2.3 Sistem Umpan-balik Sistem yang mengatur hubungan antara nilai output dan reference input sehingga perbedaan di antara keduanya kecil disebut sistem umpan-balik (feedback control system). (DiStefano 199) Sebagai contoh adalah pendingin ruangan (AC). Dengan mengukur suhu ruangan dan membandingkannya dengan suhu yang diinginkan (reference temperature), sistem AC akan mengaktifkan/menonaktifkan pendingin/pemanas sedemikian rupa sehingga suhu ruangan menjadi nyaman. Umpan-balik digunakan sebagai sinyal yang memengaruhi pengendalian sistem. Umpan-balik merupakan ciri khusus dari sistem yang mempunyai sasaran pengendalian. Contoh konfigurasi dari sebuah sistem kontrol otomatis (closed-loop control system) dapat dilihat pada Gambar 2. Sistem umpan-balik yang paling sederhana melibatkan tiga komponen, yaitu plant atau sistem P yang akan dikendalikan, controller atau pengendali K yang harus didesain sehigga menghasilkan input kendali tertentu, dan sensor F yang mencatat states dari sistem sebagai umpan-balik. Masalah utama dalam sistem umpan-balik adalah mendesain pengendali K sedemikian sehingga sistem menjadi stabil. Pemilihan umpan-balik u dapat bervariasi, di antaranya adalah, dengan adalah variabel keadaan. Umpan-balik u yang sedemikian rupa dinamakan umpan-balik state (state feedback). Selain itu, umpan-balik u dapat pula berupa kombinasi linear dari output pada sistem tersebut, yang dinamakan umpanbalik output (output feedback).

12 3 Gambar 2. Contoh skema dari sistem kontrol otomatis 2.4 Persamaan Ruang Keadaan Keadaan (state) dari sistem dinamik adalah himpunan dari variabel keadaan di mana informasi dari variabel tersebut pada saat dan informasi dari input pada saat cukup untuk menggambarkan perilaku dari sistem tersebut pada suatu waktu. Variabel keadaan (state variable) dari sistem dinamik adalah variabel yang dapat menggambarkan keadaan sistem pada waktu tertentu jika diberikan input dan nilai awal. Vektor keadaan adalah kumpulan dari variabel keadaan yang dapat menjelaskan perilaku sistem secara keseluruhan. Ruang keadaan (state space) adalah ruang berdimensi-n yang memiliki koordinat,,,. Persamaan ruang keadaan (state-space equation) dari sistem dinamik mengandung tiga hal, yaitu variabel input (input variable), variabel output (output variable) dan variabel keadaan (state variable). Persamaan ruang keadaan dari suatu sistem dapat bervariasi, sesuai dengan definisi awal dari variabel-variabel dari suatu sistem. Misalkan suatu sistem memiliki state sejumlah n (persamaan diferensial biasa berdimensi n), input sebanyak r, dan output sebanyak m. Misalkan pula,,,,,,,. Maka, sistem tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:,,,,,, (2.1),,. Sedangkan output dari sistem diberikan sebagai berikut:,,,,,, (2.2),,. Persamaan (2.1) dan (2.2) dapat dituliskan dalam notasi vektor sebagai berikut:,, (2.3),, (2.4) dengan,,,,,,,,,,,,,,,,.,, Jika vektor fungsi f, g bergantung kepada peubah t, maka persamaan (2.3) dan (2.4) disebut sistem time-variying. Jika sistem tersebut dilinearkan, maka persamaan linear ruang keadaan dan persamaan outputnya dapat dituliskan sebagai berikut: (2.5) (2.6) dengan,,, merupakan matriks-matriks yang bergantung waktu t. Jika vektor f dan g tidak bergantung terhadap waktu t, maka persamaan (2.3) dan (2.4) disebut sistem time-invariant. Dalam kasus ini, sistem tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: (2.7) (2.8) dengan,,, adalah matriks-matriks bernilai real, x adalah vektor peubah keadaan (state variable), y adalah output sistem, dan u adalah input kendali.

13 4 Sistem pada persamaan (2.7) dan (2.8) dapat ditulis dalam bentuk,,,, dengan,,,. Misalkan sebuah sistem dengan model matematika 2 d z dz m + b + kz = u (2.9) 2 dt dt akan dimodelkan dalam bentuk persamaan ruang kedaan. Persamaan (2.9) dapat dituliskan. Didefinisikan peubah keadaan dan, serta output. Secara eksplisit, persamaan (2.9) dapat dituliskan (2.1) k b 1 x 2 = x 1 x 2 + u. m m m (2.11) Dalam bentuk matriks, persamaan (2.1) dan (2.11) menjadi 1 1 x 1 x1 k b 1 u x = + 2 x 2 m m m (2.12) dan output 1. (2.13) Persamaan (2.12) dan (2.13) dapat pula dituliskan (2.14) (2.15) dengan 1, 1, 1,. (Ogata 1997) 2.5 Fungsi Transfer Fungsi transfer (transfer function) adalah suatu fungsi yang menghubungkan antara output sistem dengan input sistem. Hasil transformasi Laplace dari persamaan (2.7) dan (2.8) adalah. Fungsi transfer didefinisikan sebagai rasio antara fungsi output terhadap fungsi input, atau Y() s 1 Ps () = = CsI ( A) B+ D. (2.16) X() s Sebagai contoh, akan dicari fungsi transfer untuk sistem pada persamaan (2.9). Dari definisi fungsi transfer dan dari persamaan (2.14) dan (2.15), diperoleh = 2 ms + bs + k. (2.17) Fungsi transfer pada persamaan (2.17) dapat diperoleh tanpa harus mencari persamaan ruang keadaan terlebih dahulu. Dengan melakukan transformasi Laplace terhadap persamaan (2.9), fungsi transfer dapat diperoleh. Hasil transformasi Laplace untuk persamaan (2.9) adalah. (2.18) Dengan mengasumsikan nilai awal dari sistem pada persamaan (2.9) sama dengan nol (, ), persamaan (2.18) dapat dituliskan.. Berdasarkan definisi fungsi transfer, yaitu rasio terhadap, diperoleh Pole dan Zero Fungsi transfer pada persamaan (2.16) dapat dituliskan dalam bentuk fungsi rasional sebagai berikut

14 5 dengan pembilang dan penyebut. Pole dari sistem didefinisikan sebagai akar dari persamaan. Jika nilai real dari akar persamaannya ada yang positif, sistem tersebut tidak stabil, sedangkan jika semua akar persamaannya bernilai negatif, sistem tersebut merupakan sistem yang stabil. Sedangkan zero dari sistem didefinisikan sebagai akar dari persamaan. Dari pole dan zero dari suatu sistem, sistem dapat dibedakan menjadi minimumphase system dan nonminimum-phase system. Suatu sistem dikatakan minimum-phase system jika fungsi transfernya tidak memiliki pole maupun zero yang bernilai positif. sedangkan suatu sistem disebut sebagai nonminimum-phase system jika memiliki pole atau zero yang bernilai positif. (Ogata 1997) 2.7 Bentuk Kanonik Suatu sistem linear yang bersifat timeinvariant dikatakan dalam bentuk kanonik (canonical form), jika persamaan ruang keadaannya dalam bentuk dan. Sistem dapat ditransformasi ke dalam bentuk kanonik dengan cara memilih matriks transformasi sedemikian sehingga memiliki bentuk yang identik dengan koefisien dan memiliki bentuk yang identik dengan koefisien. (Warwick 1996) Misalkan suatu sistem yang terkontrol didefinisikan sebagai berikut dengan adalah matrks berukuran 33. Didefinisikan matriks dan, yaitu:, dengan adalah koefisien dari persamaan karakteristik. Didefinisikan pula. Selanjutnya, akan ditunjukkan 1 1. (2.19) Dengan mensubstitusikan 1 1 (lihat Lampiran 2), persamaan (2.19) dapat dituliskan Selanjutnya, perlu ditunjukkan Dapat dilihat bahwa Selanjutnya akan ditunjukkan pula

15 6. (2.2) 1 Persamaan (2.2) sama dengan Keterkontrolan State dikatakan reachable dari sembarang state pada waktu, jika ada sehingga,,. Suatu sistem controllable jika ada variabel kontrol yang mampu mentransfer sistem dari state ke state yang lain, dengan. (Ogata 1997) Misalkan diberikan sistem dengan persamaan berikut: 2 (2.21) dengan nilai awal dan. Misalkan, dengan konstan. Solusi umum dari persamaan (2.21) adalah 1 2. Dari nilai awal yang diberikan, maka diperoleh solusi khusus persamaan diferensial (2.21) sebagai berikut Misalkan, maka dengan Karena terdapat input pengendali sedemikian sehingga state dapat dicapai dari sembarang state, maka sistem pada persamaan (2.21) merupakan sistem yang terkontrol. Untuk dapat melihat kekontrolan dari suatu sistem, dapat pula dilakukan dengan melihat pangkat dari matriks, yaitu matriks controllability, yang didefinisikan sebagai berikut. Teorema 1 Jika pangkat dari dari matriks penuh, maka suatu sistem controllable, jika tidak, maka sistem tersebut uncontrollable. Bukti: Lihat Lampiran 3 Misalkan diberikan sistem dengan model Sistem di atas dikatakan tidak terkontrol, karena 1 1 singular. Contoh untuk sistem yang terkontrol adalah , karena 1 nonsingular, atau 1 1 dengan kata lain berpangkat penuh. 2.9 Kestabilan Sistem yang didefinisikan pada persamaan (2.7) dan (2.8) dikatakan Stabil, jika lim sup untuk setiap solusi dari persamaan. Stabil asimtotik, jika lim sup untuk setiap solusi dari persamaan. Takstabil, jika ada solusi dari persamaan dengan lim sup atau lim sup. (Edisusanto 28) Ada dua teorema yang berkaitan dengan nilai eigen dan poles dari suatu sistem, yaitu: Teorema 2 Misalkan matriks dari sistem Σ pada persamaan (2.7) dan (2.8) memiliki nilai eigen,,. Pernyataan-pernyataan berikut berlaku: Sistem Σ stabil jika dan hanya jika Re untuk semua i. Sistem Σ stabil asimtotik jika dan hanya jika Re untuk semua i.

16 7 Sistem Σ takstabil jika dan hanya jika Re untuk suatu i. Bukti: lihat Lampiran 4 Teorema 3 Misalkan suatu sistem Σ pada persamaan (2.7) dan (2.8) memiliki pole,,. Pernyataan-pernyataan berikut berlaku: Sistem Σ stabil jika dan hanya jika Re untuk semua i. Sistem Σ stabil asimtotik jika dan hanya jika Re untuk semua i. Sistem Σ takstabil jika dan hanya jika Re untuk suatu i. Bukti: lihat Lampiran Step Response Unit step function adalah suatu fungsi yang tidak kontinu yang bernilai nol pada saat variabelnya bernilai negatif dan bernilai satu jika variabelnya bernilai positif. Fungsi berikut adalah fungsi tangga satuan,, 1,. Transformasi Laplace dari fungsi tangga satuan adalah 1 1. Step response dari suatu sistem adalah nilai dari perubahan output terhadap waktu dengan input berupa unit step function. Misalkan sebuah sistem didefinisikan dengan fungsi transfer sebagai berikut Cs () 1 = (2.22) Rs () Ts+ 1 dengan input berupa unit step dan adalah konstanta waktu. Dengan mensubstitusikan transformasi Laplace untuk fungsi unit step ke dalam persamaan (2.22), diperoleh T =. (2.23) s s + (1 / T) Dengan melakukan inverse dari transformasi laplace untuk persamaan (2.23), diperoleh 1 /. Dengan memisalkan 1, grafik step response untuk sistem dapat dilihat pada Gambar 3 Gambar 3. Grafik step response untuk persamaan (2.22) 2.11 Ramp Response Ramp function didefinisikan,,. Ramp response dari suatu sistem adalah nilai dari perubahan output terhadap waktu dengan input berupa ramp function. Misalkan akan dicari ramp response untuk fungsi transfer pada persamaan (2.22). Karena Transformasi Laplace untuk ramp function 1 adalah 2 s, maka 1 1 Cs () =. 2 Ts 1 (2.24) + s Inverse transformasi laplace untuk persamaan (2.24) adalah t T ct () = t T+ e T. Dengan memisalkan 1, grafik ramp response untuk sistem pada persamaan (2.22) dapat dilihat pada Gambar Gambar 4. Grafik ramp response untuk persamaan (2.22)

17 3 MODEL PENDULUM TERBALIK 3.1 Pendulum Terbalik Pendulum terbalik (inverted pendulum) adalah sebuah bandul di mana massa dari bandul tersebut berada di atas titik tumpunya. Dalam kasus ini titik tumpu tersebut ditempatkan pada sebuah kereta yang dapat digerakkan dalam arah mendatar (horizontal). Berbeda halnya dengan pendulum normal (tidak terbalik) yang bersifat stabil, pendulum terbalik memiliki sifat yang tidak stabil, sehingga harus diatur sedemikian rupa agar pendulum tetap tegak dengan cara memberikan gaya pada titik tumpunya atau pada kereta. Gambar 5 adalah sebuah contoh dari pendulum terbalik. Dalam kasus ini, kereta yang dilengkapi motor hanya dapat bergerak dalam garis lurus (horizontal), dan pendulum yang diletakkan di atas kereta bergerak (berotasi) dalam bidang yang sama. Gaya diberikan kepada mobil melalui motor yang terdapat di kereta. Tanpa adanya gaya yang sesuai, pendulum akan jatuh. Dengan adanya umpan-balik, motor pada kereta akan memberikan gaya yang sesuai sehingga pendulum tetap dalam keadaan tegak Daftar lambang dan istilah Berikut ini lambang dan istilah yang digunakan. : sudut antara pendulum dengan garis vertikal, : berat kereta, : berat pendulum,, Gambar 5. Model dari pendulum terbalik

18 9,,,, : koordinat dari pusat gravitasi pendulum, : momen inersia, : koefisien dari viscous friction antara pendulum dan kereta, : koefisien dari viscous friction antara kereta dengan lantai, : vertical reaction force pada pendulum, : horizontal reaction force pada pendulum, : gaya/input yang diberikan pada kereta, : rasio antara massa dan panjang pendulum Asumsi Berikut adalah asumsi-asumsi dalam memodelkan pendulum terbalik: 1. Gaya gesek yang diamati hanya viscous friction (gaya gesekan). 2. dan kecil. 3. Pendulum berbentuk bola pejal. 4. Pendulum homogen (rapat massa di setiap titik pada pendulum sama), sehingga (momen inersia) Perbandingan massa dan panjang pendulum adalah konstan Formulasi Model Berikut ini akan diturunkan model matematik untuk sistem pendulum terbalik. Setelah mendapatkan model matematik untuk sistem pendulum terbalik, akan dilihat kestabilan dari sistem tersebut. Kemudian, akan dilakukan pengendalian terhadap sistem pendulum terbalik. Dari Gambar 5, diperoleh: sin (3.1) cos. (3.2) Berdasarkan Hukum Newton, persamaan gerak pada pendulum dapat dibagi menjadi: 1. Rotational motion (gerak rotasi) dari pendulum di sekitar pusat gravitasi pendulum (center of gravity). sin cos. (3.3) 2. Gaya yang bekerja pada kereta dalam sumbu x.. (3.4) 3. Gaya yang bekerja pada pendulum dalam sumbu x di sekitar pusat gravitasi pendulum. sin. (3.5) 4. Gaya yang bekerja pada pendulum dalam sumbu y di sekitar pusat gravitasi pendulum. cos. (3.6) Jika persamaan (3.5) disubstitusikan ke persamaan (3.4), maka diperoleh. (3.7) Jika persamaan (3.6) disubstitusikan ke persamaan (3.3), maka diperoleh. (3.8) Agar diperoleh persamaan state space linear untuk, persamaan (3.7) harus merupakan fungsi dari turunan yang lebih rendah (function of lower order terms) saja. Untuk itu, harus dieliminasi dari persamaan (3.7), dan diperoleh. atau. atau

19 1 2 ( ml) g ηml ζ x θ + θ + u 2 2 ( I + ml ) ( I + ml ) x =. 2 ( ml) M + m 2 ( I + ml ) (3.9) Persamaan berikut diperoleh dengan cara mengeliminasi dari persamaan (3.8) 1. (3.1) Representasi Matriks Misalkan vektor dan sebagai output dari sistem. Berdasarkan pemisalan vektor dan dari persamaan (3.9) dan (3.1), diperoleh 1 1, sehingga sistem dinamik dari pendulum terbalik dapat dirumuskan dalam bentuk matriks sebagai berikut ml ( M + m ) 2 2 ( ml) I + ml M m + + u (3.11) 1 2 ( ml) M + m 2 ( I + ml ) dengan, 1,,,,,,,,,, 1,,,,. Sedangkan output dari sistem yang akan diamati adalah posisi kereta, sehingga 1. (3.12) Sistem dengan representasi matriks seperti pada persamaan (3.11) dan (3.12) dinamakan sistem SISO (single input single output). Jika sudut antara pendulum dengan garis vertikal ingin diamati juga, output dari sistem dapat ditambahkan menjadi

20 Sistem dengan jumlah output lebih dari satu dinamakan single input multiple output system. Untuk selanjutnya, yang menjadi perhatian utama adalah posisi kereta, sehingga output sistem pendulum terbalik akan menggunakan persamaan (3.12). Persamaan (3.11) dan (3.12) merupakan salah satu dari sekian banyak representasi state space dari pendulum terbalik. Sistem pendulum terbalik dapat pula direpresentasikan dengan menggunakan fungsi transfer. Fungsi transfer yang ekivalen dengan persamaan (3.11) dan (3.12) adalah:. (Proses penurunan fungsi transfer diberikan pada Lampiran 6) Dalam kasus ini, beberapa parameter akan dimisalkan untuk mempermudah perhitungan, yaitu: 1,,,, 1 3. Dengan menggunakan permisalan tersebut, persamaan (3.11) dan (3.12) dapat dituliskan sebagai berikut (3.13) dengan , , Kestabilan Model Pendulum Terbalik Berikut ini akan dikaji kestabilan dari sistem pendulum terbalik tersebut, dengan melihat akar ciri (nilai eigen) atau poles dari matrik pada persamaan (3.13). Jika semua nilai eigennya bernilai negatif, maka sistem tersebut merupakan sistem yang stabil, karena, pada saat. Akar ciri dari matriks adalah:,, Umpan-balik State dan Pole Placement Dari akar ciri yang diperoleh, dapat dilihat bahwa sistem pendulum terbalik tidak stabil. Sistem pada persamaan (3.13) tersebut dapat distabilkan dengan cara memilih sinyal input/kontrol yang tepat. Persamaan sistem dinamik dari pendulum terbalik adalah. (3.14) Dengan mensubstitusikan sinyal kontrol, sistem pada persamaan (3.14) akan menjadi. Diagram balok untuk sistem pada persamaan (3.14) dapat dilihat pada Gambar 6. Selanjutnya, akan dipilih vektor yang berukuran 14 sedemikian rupa sehingga memiliki nilai eigen yang dikehendaki. Proses mendapatkan dinamakan pole placement. Syarat agar pole placement dapat dilakukan adalah dengan melihat apakah sistem tersebut terkontrol ataukah tidak. Jika suatu sistem terkontrol, maka pole placement dapat dilakukan. Misalkan poles yang dikehendaki dari suatu sistem untai tertutup adalah,,,. Dengan memilih matriks penyesuai (gain matrix) yang sesuai (dalam kasus ini vektor ), dimungkinkan untuk memaksa sebuah sistem yang takstabil memiliki poles yang diinginkan. Sebagai contoh, misalkan suatu sistem didefinisikan sebagau berikut x = Ax + u (3.15) dengan 1 1,

21 12 Gambar 6. Sistem pendulum terbalik dengan umpan-balik state Sistem pada persamaan (3.15) memiliki poles di.38.55, dan 6,7614. Poles tersebut menunjukkan bahwa sistem diatas tidak stabil. Dengan menggunakan umpan-balik state, sistem tersebut akan dipaksa untuk memiliki poles di 24 dan 1. Selanjutnya, perlu dilihat keterkontrolan dari sistem tersebut. Matriks dari sistem tersebut adalah Dapat dilihat bahwa matriks dari sistem tersebut berpangkat penuh, sehingga pole placement dapat dilakukan. Selanjutnya, akan dicari vektor sehingga sama dengan persamaan karakteristik dari poles yang dikehendaki. Persamaan karakteristik yang dikehendaki adalah: Sedangkan Oleh karena harus sama dengan persamaan karakteristik yang dikehendaki, maka 614, 56, 1 2. Sehingga diperoleh Dalam kasus sistem pendulum terbalik, matriks controllability adalah sebagai berikut: (3.16) dengan 3 4, , , Karena det, maka matiks berpangkat penuh, sehingga persamaan (3.13) merupakan sistem yang terkontrol. Agar persamaan (3.13) merupakan sistem yang stabil, nilai dari dipaksa

22 13 sama dengan nilai dari persamaan karakteristik yang dikehendaki (dengan cara menaruh pole di posisi stabil). Pole yang di kehendaki adalah 1,2,3,4; 22 3i, 22 3i, 1, 1, dengan dan adalah pasangan closedloop poles yang dominan. Sedangkan dan ditempatkan di sebelah kiri dan agar pengaruh dari respon dan kecil. Persamaan karakteristik yang dikehendaki dari sistem tersebut adalah 22 3i22 3i dengan 24, 196, 72, 16. Untuk memudahkan percarian vektor, state equation pada persamaan (3.13) akan ditransformasi ke dalam bentuk kanonik. Untuk mentransformasi persamaan (3.13), didefinisikan matriks transformasi, yaitu dengan adalah matriks controllability, yaitu: dan 1 1, 1 1 dengan adalah koefisien polinom dari persamaan karakteristik. Dalam kasus ini persamaan karakteristik dari sistem pendulum terbalik adalah: g(1 + lϕ) 2 = s + s =. (3.17) l(4 + lϕ) Dari persamaan (3.17), diperoleh (3.18) Didefinisikan pula vektor, dengan. Karena pangkat dari penuh, maka memiliki inverse, sehingga persamaan (3.13) dapat ditransformasi menjadi. (3.19) Misalkan persamaan karakteristik yang dikehendaki adalah (3.2) sedemikian sehingga sistem pendulum terbalik stabil. Misalkan pula. (3.21) Dipilih. Setelah sinyal kontrol disubstitusikan ke persamaan (3.19), persamaan pendulum terbalik menjadi. (3.22) Akan ditunjukkan bahwa persamaan karakteristik dari sistem pada persamaan (3.22) sama dengan persamaan karakteristik dari sistem pada persamaan (3.13) yang menggunakan. Persamaan karakteristik dari sistem pada persamaan (3.22) adalah. Sedangkan persamaan karakteristik dari persamaan (3.13) (dengan ) adalah. Sehingga persamaan karakteristik dari sistem pendulum terbalik dapat dituliskan

23 s -1 s -1-1 a n +δ n a n-1 +δ n-1 a n-2 +δ 2 a 1 +δ 1. (3.23) Persamaan (3.23) adalah persamaan karakteristik dari sistem yang disertai umpanbalik state. Persamaan (3.23) harus sama dengan persamaan (3.2) agar sistem tersebut stabil. Dengan menyamakan koefisien dari polinom pada persamaan (3.2) dan (3.23), diperoleh. Jika nilai-nilai tersebut disubstitusikan ke dalam persamaan (3.21), akan diperoleh. (3.24) Dari persamaan (3.16) dan (3.18), diperoleh. Secara explisit, sistem pendulum terbalik yang telah ditransformasi ke bentuk kanonik adalah sebagai berikut:. dengan,, disediakan di Lampiran 7. Dari persamaan (3.24), umpan-balik state untuk kasus pendulum terbalik adalah dengan l2 4+lφ 9g - 4l2 4+lφ 9g - l4+lφ 3 - l4+lφ 3 - l4+lφ 3g 24 - l4+lφ 3g , , 164, Sehingga sistem pendulum terbalik pada Gambar 6 merupakan sistem yang stabil. Untuk memperoleh umpan-balik state, dapat pula digunakan formula Ackermann yang disajikan dalam Lampiran 8.

24 15 Integrator Gambar 7. Sistem pendulum terbalik dengan umpan-balik state dan output Umpan-balik State dan Output Dengan melihat posisi kereta sebagai output dari sistem pendulum terbalik, akan dicari umpan-balik state dan output. Tujuannya adalah untuk mengontrol agar output dari sistem bersesuaian dengan reference input (nilai output yang dikehendaki). Sistem seperti ini sering dinamakan dengan servo system. Servo system untuk pendulum terbalik digambarkan pada Gambar 7. Pada sistem pendulum terbalik, untuk dapat mengatur output sesuai dengan reference input, perlu ditambahkan sebuah integrator dan mendefinisikan error state yang merupakan output dari integrator, dengan merupakan selisih (difference) antara input dan output dari sistem pendulum terbalik. Sistem pendulum terbalik menjadi: (3.25) (3.26) (3.27) (3.28) dengan vektor keadaan sinyal pengontrol output reference input (step function,skalar) output dari integrator (skalar) Sistem dinamik pada persamaan (3.25) sampai (3.28) dapat dituliskan. 1 (3.29) Misalkan,,,dan adalah nilai,,,dan pada saat. Tujuan dari penentuan umpanbalik state dan output adalah agar sistem pendulum tersebut stabil, yaitu,, mendekati nilai konstan. Selain itu, nilai t dan. Pada saat steady state,. 1 (3.3) Selanjutnya akan dicari state error equation. (konstan); untuk. Misalkan

25 16. State error equation dapat dituliskan dengan. Misalkan vektor berukuran 1. Maka sistem di atas dapat dituliskan (3.31) dengan , Sedangkan sinyal pengontrol dengan Dengan cara yang serupa untuk mencari vektor pada saat mencari sinyal pengontrol untuk umpan-balik state, diperoleh sinyal pengontrol sebagai berikut: dengan (untuk proses pengerjaan, lihat Lampiran 9) Dengan menggunakan nilai-nilai pada vektor, sistem pendulum terbalik pada Gambar 7 merupakan sistem yang stabil.

26 4 SIMULASI Untuk melihat apakah nilai-nilai dari umpan-balik tersebut menstabilkan sistem pendulum terbalik, dilakukan simulasi dengan menggunakan MATLAB. Dengan mensubtitusikan.5, 9.8 /sec, dan.2 /, akan dilihat perilaku dari sistem pendulum terbalik. Dalam simulai yang dilakukan, diberikan tiga situasi yang berbeda. Pertama, akan dilihat perilaku sistem tanpa diberikannya reference input. Selanjutnya akan dilihat perilaku sistem jika diberikan reference input berupa step function. Berikutnya, akan dilihat perilaku sistem jika input yang diberikan berupa ramp function. 4.1 Tanpa Umpan-balik Tanpa adanya umpan-balik, hasil simulasi dari ketiga situasi yang diberikan menunjukkan bahwa sistem pendulum terbalik tidak stabil. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 8, Gambar 9, dan Gambar 1. Gambar 8 diperoleh dengan cara mencari solusi dari persamaan. Dengan 1 15,776 1, Gambar 9. Step response untuk sistem awal dari pendulum terbalik. Software MATLAB tidak mempunyai fungsi built in untuk mencari ramp response dari suatu sistem, oleh karena itu, perlu didefinisikan variabel baru yang akan menjadi output dari sistem yang diberikan input berupa ramp function. Detailnya akan dijelaskan pada Subbab Berikut adalah ramp response untuk sistem awal x5 vs t posisi vs t (original) 2-5 x Posisi t Sec Gambar 8. Solusi untuk posisi tanpa adanya reference input Step response, dalam kasus ini adalah posisi dari kereta, dapat di lihat dengan cara memberikan matriks,, dan ke dalam fungsi step pada software MATLAB, dengan 1 15,776 1,463,, 1,717, t Sec Gambar 1. Ramp response untuk sistem awal dari pendulum terbalik 4.2 Dengan Umpan-balik Umpan-balik State Respon dari sistem pendulum terbalik berubah ketika diberikan umpan-balik. Perubahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 11, Gambar 12, dan Gambar 13. Setelah diberikan umpan-balik, sistem pendulum terbalik bersifat stabil. Hal ini dapat diketahui dengan melihat output dari sistem. Tanpa adanya reference input, sistem akan konvergen ke suatu bilangan, begitu pula

27 18 ketika diberikan input berupa step function. Namun, ketika diberikan input berupa ramp function, output tidak konvergen, akan tetapi, sistem tetap dapat dikatakan stabil karena output yang dihasilkan sistem mengikuti input yang diberikan. Persamaan sistem pendulum terbalik dengan umpan-balik state adalah sebagai berikut dengan 1 15,776 1,463,, 1,717,975 1 dengan 219,9 49, ,565 5,241. Jika persamaan di substitusikan ke tate equation, akan diperoleh (4.1) dengan. Tanpa adanya reference input, output sistem dapat dilihat pada Gambar 11. Grafik tersebut dapat diperoleh dengan cara mencari solusi untuk persamaan terhadap. Posisi x3 vs t (state) t Sec Gambar 11. Solusi untuk posisi tanpa adanya reference input Step response, dalam kasus ini adalah posisi dari kereta, dapat di lihat dengan cara memberikan matriks,, dan ke dalam fungsi step pada software MATLAB, dengan 2,23714 sebagai nilai awal Gambar 12. Step response untuk sistem dari pendulum terbalik dengan umpan-balik state Selanjutnya, akan dilihat Ramp-response dari sistem pendulum terbalik. Dengan memisalkan nilai awal sama dengan nol, ramp response dapat dituliskan t z = y dt. (4.2) Dari persamaan (4.2), diperoleh z = y = x. 3 (4.3) Definisikan variabel baru, yaitu x5 = z. Persamaan (4.3) dapat dituliskan x = x. 5 3 (4.4) Dengan menambahkan persamaan (4.4) ke sistem dinamik dari pendulum terbalik, akan diperoleh persamaan x 1 x1 x 2 x 2 x 3 = A x 3 + Bu. (4.5) x 4 x4 x 5 x 5 x1 x 2 y = C x 3 (4.6) x4 x 5 dengan

28 ,8 72, 9 163, 2 73, 4 A = 1, 213, 3 48, 65 18,8 48, , B =, C = [ 1 ]. Ramp response dari suatu sistem dapat diperoleh dengan cara memberikan matriks AB,, dan C ke dalam fungsi step pada MATLAB. Berikut adalah grafik dari ramp response untuk sistem pendulum terbalik dengan umpan-balik state. x x5 vs t t Sec Gambar 13. Ramp response untuk sistem dari pendulum terbalik dengan umpan-balik state Umpan-balik State dan Output Setelah dilakukan simulasi, penambahan umpan-balik output tidak begitu berpengaruh terhadap respon yang diberikan sistem. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 14, Gambar 15, dan Gambar 16. Perilaku dari sistem pendulum terbalik untuk posisi kereta dapat diperoleh dengan menyelesaikan persamaan. (4.7) 1 dengan output 1. Jika nilai-nilai, dan disubstitusikan ke persamaan (4.8), akan diperoleh , , 77,4, 199,143, 613,65, 263,865, 1115,65. Dengan mencari solusi untuk persamaan, akan diperoleh solusi untuk sistem pendulum terbalik. Gambar 14 merupakan solusi untuk posisi kereta. Posisi x3 vs t (state+output) t Sec Gambar 14. Solusi untuk posisi tanpa adanya reference input Grafik dari step response dan ramp response untuk posisi kereta dari sistem pada persamaan (4.8) diberikan berturut-turut pada Gambar 15 dan Gambar 16. Jika nilai disubstitusikan ke dalam persamaan (4.2), persamaan tersebut akan menjadi 1 (4.8)

29 2 3 x6 vs t x6 1.5 Gambar 15. Step response untuk sistem dari pendulum terbalik dengan umpan-balik state dan output t Sec Gambar 16. Ramp response untuk sistem dari pendulum terbalik dengan umpan-balik state dan output

30 5 KESIMPULAN DAN SARAN Suatu sistem yang tidak stabil dapat distabilkan dengan mendesain sebuah struktur umpan-balik. Namun, tidak semua model dinamik dari suatu sistem dapat distabilkan. Dalam contoh kasus kali ini, yaitu sistem pendulum terbalik, hal tersebut dimungkinkan karena sistem pendulum terbalik mempunyai sifat controllable, sehingga penempatan pole dimungkinkan. Setelah melakukan penurunan model pendulum terbalik, dilakukan pula pengendalian terhadap sistem tersebut dengan menggunakan umpan-balik state dan output. Dari hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa pemilihan input u yang tepat dapat menstabilkan sistem pendulum terbalik. Saran untuk penelitian lebih lanjut adalah menentukan skema umpan-balik agar dapat menstabilkan suatu sistem sekaligus meminimumkan tracking error, yaitu integral dari selisih reference input dengan output yang dikuadratkan yang dieveluasi dari nol sampai tak hingga.

31 DAFTAR PUSTAKA DiStefano J J, Stubberud A R, Williams I J Scaum s outline of theory and problem of feedback and control systems (2 nd edition). New York: McGraw-Hill Edisusanto B. 28. Pemodelan sistem pendulum terbalik dengan lintasan miring dan karakterisasi parameter pada masalah tracking error optimal. Tesis, Institut Pertanian Bogor, Indonesia. Farlow S J An Introduction to differential equations and their applications. New York: McGraw-Hill, Inc. Ogata K Modern Control Engineering (3 rd edition). New Jersey: Pretice Hall Warwick K An Introduction to Control systems (2nd edition). Singapore: World Scientific.

32 LAMPIRAN

33 24 Lampiran 1. Bukti Sifat-Sifat Transformasi Laplace Berikut adalah bukti dari sifat-sifat transformasi Laplace: 1. = Bukti: 2. ; Bukti: 3. Bukti: lim. Misalkan dan turunannya kontinu dalam selang terbatas, dan misalkan pula:,,, maka, dengan integral parsial diperoleh: Selanjutnya, akan ditunjukkan lim. Karena merupakan fungsi eksponensial berorder, maka ada konstanta dan yang memenuhi untuk Karena cukup besar, fungsi terbatas diantara dua fungsi untuk mendekati ketika, sehingga juga mendekati ketika, maka lim. Sehingga.

34 25 4. Bukti:.

35 26 Lampiran 2. Proses Penjabaran Pada Lampiran 2, akan diperlihatkan (L.1) 1 Penjabaran pada persamaan (L.1) adalah:, sedangkan 1. (L. 2) 1 Teorema Cayley-Hamilton mengatakan bahwa matriks memenuhi persamaan karakteristiknya sendiri, atau dalam kasus 3, (L. 3) (bukti: lihat Lampiran 11) Dengan menggunakan persamaan (L.3), persamaan (L.2) menjadi:. Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa 1. 1

36 27 Lampiran 3. Bukti Teorema 1 Berikut akan disajikan penjelasan tentang observability. Misalkan suatu sistem kontinu dituliskan sebagai berikut (L.4) dengan = vektor keadaan (vektor berukuran n) = sinyal pengontrol (skalar) = matriks = matriks 1 Sistem pada persamaan (L.4) dikatakan state controllable pada saat jika ada sinyal pengontrol u yang dapat mentransfer nilai awal dari suatu keadaan ke nilai keadaan yang stabil di dalam suatu interval waktu. Jika semua keadaan bersifat controllable, sistem tersebut dikatakan complete state controllable. Selanjutnya, akan dibuktikan jika pangkat matriks penuh, maka sistem pada persamaan (L.4) merupakan sistem yang bersifat complete state controllable. Diasumsikan kondisi stabil berada di daerah asal (origin) dari ruang keadaan (state space) dan waktu pada saat sistem diamati adah nol ( Solusi dari persamaan (L.4) adalah. Bedasarkan definisi sistem yang terkontrol, solusi dari sistem pada persamaan (L.4) dapat dituliskan t1 At x() = e Bu( τ ) dτ. (L.5) Dengan mensubtitusikan (lihat Lampiran 12) ke persamaan (L.6), akan menghasilkan persamaan n 1 t1 k x() = AB α ( τ) u( τ) dτ. (L.6) Misalkan k = k, persamaan (L.6) menjadi (L.7) Jika sistem pada persamaan (L.4) merupakan sistem yang bersifat complete state controllable, maka persamaan (L.7) harus terpenuhi, sehingga haruslah matriks berpangkat penuh.

37 28 Lampiran 4. Bukti Teorema 2 Misalkan sistem,,, diberikan sebagai berikut: Sistem,,, dikatakan stabil asimtotik jika dan hanya jika setiap akar ciri dari matriks mempunyai bilangan real negatif Bukti: Misalkan solusi dari definisi stabil asimtotik, yaitu: ;, maka dengan matriks konstan bilangan konstan Diasumsikan bahwa,,, adalah akar ciri dari matriks A dengan multiplitas,,,, maka: dan matriks resolvent Selanjutnya akan dilihat untuk masing-masing elemen, didapat ;, 1,2,, Pecahan parsial berlaku dengan, 1,2,,. Misalkan didefinisikan matriks dengan, adalah elemen dari, matriks dengan, adalah elemen dari dst.,

38 29 Dengan menggunakan notasi matriks, dapat ditulis 1 selanjutnya diperoleh 1 1! Dari persamaan di atas, dapat ditunjukkan bahwa jika Re( ), maka terbatas pada, untuk suatu bilangan integer j. Selanjutnya, dengan menggunakan aturan Hospital, dapat dituliskan lim Misalkan tidak mempunyai bilangan real negatif, maka lim, diperoleh sedemikian sehingga lim Berdasarkan hasil tersebut, maka kestabilan dapat ditentukan dari letak akar karakteristik polinomial, sehingga dapat disimpulkan: Suatu sistem dikatakan stabil asimtotik jika dan hanya jika Re( ), untuk setiap i Suatu sistem dikatakan takstabil jika dan hanya jika Re( ), untuk suatu i

39 3 Lampiran 5. Bukti Teorema 3 Misalkan Diasumsikan bahwa akar-akar dari bernilai real atau kompleks, maka fungsi transfer dapat ditulis menjadi:, Jika memiliki poles yang berlainan, maka dapat diuraikan menurut pecahan parsialnya, yaitu: dengan adalah konstanta dan selanjutnya disebut residu dari pole. Dengan mengalikan kedua ruas dengan dan mensubtitusikan, diperoleh Terlihat bahwa semua suku yang diuraikan bernilai nol, kecuali. Sehingga residu dapat diperoleh dari: Karena output atau merupakan fungsi bernilai real, maka, dan, saling konjugat. Untuk kasus ini, hanya perlu mengitung atau, karena pasangannya dapat diketahui. Berdasarkan definisi invers dari transformasi Laplace dan dengan memperlihatkan bahwa, diperoleh dengan adalah akar-akar dari dan nilai dari tergantung pada syarat awal dan zero atau letak akar persamaan dari. Terlihat bahwa jika Re( ), maka berlaku ketika. Jadi fungsi transfer akan bersifat Stabil jika dan hanya jika Re( ) untuk semua i Stabil asimtotik jika dan hanya jika Re( ) untuk semua i Takstabil jika dan hanya jika Re( ) untuk suatu i

40 31 Lampiran 6. Proses Pencarian Fungsi Transfer Pendulum Terbalik Persamaan gerak untuk pendulum terbalik diberikan oleh persamaan: Persamaan di atas dapat diubah kedalam bentuk persamaan aljabar dengan menggunakan transformasi Laplace. Transformasi Laplace terhadap,, dan, dari kedua persamaan tersebut adalah: Θ Θ Θ Θ Θ Θ Θ Θ Jika direpresentasikan dalam bentuk matriks, Θ Θ Θ. Misalkan:, maka: Θ 1 Θ. Sehingga: dan Θ.

41 32 Lampiran 7. Sistem Pendulum Terbalik dalam Bentuk Kanonik Berikut adalah sistem pendulum terbalik dalam bentuk kanonik. Model awal sistem pendulum terbalik adalah:. dengan , ,. Dengan mendefinisikan matriks transformasi, sistem pendulum terbalik menjadi:. dengan ,

42 , ,

43 34 Lampiran 8. Pemilihan umpan-balik state dengan menggunakan formula Ackermann Berikut adalah formula Ackermann untuk mencari umpan-balik state pada sistem pendulum terbalik. Misalkan sistem pendulum terbalik dituliskan Dengan adanya kontrol umpan-balik, sistem tersebut dapat dituliskan. Misalkan. Persaman karakteristik yang diinginkan adalah. Berdasarkan teorema Cayley-Hamilton, memenuhi persamaan karakteristik dari, sehingga (L.8) (L.9) Berdasarkan persamaan (L.8),. Sedangkan. Setelah persamaan (L.1) dan (L.11) di subtitusikan ke persamaan (L.9), diperoleh (L.1) (L.11) 1 1 1

44 Pole yang di kehendaki adalah 1,2,3,4; 22 3, 22 3, 1, 1 Dengan dan adalah pasangan closed-loop poles yang dominan. Sedangkan dan ditempatkan di sebelah kiri dan agar pengaruh dari respon dan kecil. Persamaan karakteristik yang dikehendaki dari sistem tersebut adalah Sehingga dan

45 36 Lampiran 9. Proses perhitungan/pencarian vektor Berikut adalah proses perhitungan untuk mencari. Matriks controllability dari persamaan (3.31) adalah: = = M B AB AB AB AB Dapat dilihat bahwa det, sehingga sistem tersebut merupakan sistem yang controllable, dan penempatan pole dapat dimungkinkan. Persamaan karakteristik dari sistem tersebut adalah dengan 31,, 4, Persamaan karakteristik yang dikehendaki dari sistem tersebut adalah dengan s 34, 436, 268, 88, 16. Selanjutnya akan dicari matriks, yaitu: dengan di mana.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI. Sistem Pendulum Terbalik Dalam penelitian ini diperhatikan sistem pendulum terbalik seperti pada Gambar di mana sebuah pendulum terbalik dimuat dalam motor yang bisa digerakkan.

Lebih terperinci

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkontrolan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkontrolan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

STABILISASI SISTEM KONTROL LINIER INVARIANT WAKTU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACKERMANN

STABILISASI SISTEM KONTROL LINIER INVARIANT WAKTU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACKERMANN Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 3 Hal. 34 41 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND STABILISASI SISTEM KONTROL LINIER INVARIANT WAKTU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACKERMANN DIAN PUSPITA BEY

Lebih terperinci

Kontrol Fuzzy Takagi-Sugeno Berbasis Sistem Servo Tipe 1 Untuk Sistem Pendulum Kereta

Kontrol Fuzzy Takagi-Sugeno Berbasis Sistem Servo Tipe 1 Untuk Sistem Pendulum Kereta Kontrol Fuzzy Takagi-Sugeno Berbasis Sistem Servo Tipe Untuk Sistem Pendulum Kereta Helvin Indrawati, Trihastuti Agustinah Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Teori kendali. Oleh: Ari suparwanto

Teori kendali. Oleh: Ari suparwanto Teori kendali Oleh: Ari suparwanto Minggu Ke-1 Permasalahan oleh : Ari Suparwanto Permasalahan Diberikan sistem dan sinyal referensi. Masalah kendali adalah menentukan sinyal kendali sehingga output sistem

Lebih terperinci

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. Contoh. Ditinjau dari sistem yang didefinisikan oleh:

II LANDASAN TEORI. Contoh. Ditinjau dari sistem yang didefinisikan oleh: 5 II LANDASAN TEORI 2.1 Keterkontrolan Untuk mengetahui persoalan sistem kontrol mungkin tidak ada, jika sistem yang ditinjau tidak terkontrol. Walaupun sebagian besar sistem terkontrol ada, akan tetapi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Linear Definisi 2.1.1 Matriks Matriks A adalah susunan persegi panjang yang terdiri dari skalar-skalar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk berikut: [ ] Definisi 2.1.2

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN SISTEM GERAK PESAWAT TERBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE NILAI EIGEN DAN ROUTH - HURWITZ (*) ABSTRAK

ANALISIS KESTABILAN SISTEM GERAK PESAWAT TERBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE NILAI EIGEN DAN ROUTH - HURWITZ (*) ABSTRAK ISBN : 978-979-7763-3- ANALISIS KESTABILAN SISTEM GERAK PESAWAT TERBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE NILAI EIGEN DAN ROUTH - HURWITZ (*) Oleh Ahmadin Departemen Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Hendro Nurhadi, Dipl. Ing. Ph.D. Oleh : Bagus AR

Dosen Pembimbing : Hendro Nurhadi, Dipl. Ing. Ph.D. Oleh : Bagus AR Dosen Pembimbing : Hendro Nurhadi, Dipl. Ing. Ph.D. Oleh : Bagus AR 2105100166 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Control system : keluaran (output) dari sistem sesuai dengan referensi yang diinginkan Non linear

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam I. Tujuan 1. Mampu melakukan analisis kinerja sistem pengaturan posisi motor arus searah.. Mampu menerangkan pengaruh kecepatan

Lebih terperinci

ANALISA STEADY STATE ERROR SISTEM KONTROL LINIER INVARIANT WAKTU

ANALISA STEADY STATE ERROR SISTEM KONTROL LINIER INVARIANT WAKTU Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 3 Hal. 9 97 ISSN : 233 29 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND ANALISA STEADY STATE ERROR SISTEM KONTROL LINIER INVARIANT WAKTU FANNY YULIA SARI Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

1. Mahasiswa dapat mengetahui blok diagram sistem. 2. Mahasiswa dapat memodelkan sistem kendali analog

1. Mahasiswa dapat mengetahui blok diagram sistem. 2. Mahasiswa dapat memodelkan sistem kendali analog Percobaan 2 Judul Percobaan : Kendali Analog Tujuan Percobaan 1. Mahasiswa dapat mengetahui blok diagram sistem 2. Mahasiswa dapat memodelkan sistem kendali analog Teori Dasar Sistem adalah kombinasi atas

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial Biasa

Persamaan Diferensial Biasa Persamaan Diferensial Biasa Titik Tetap dan Sistem Linear Toni Bakhtiar Departemen Matematika IPB Oktober 2012 Toni Bakhtiar (m@thipb) PDB Oktober 2012 1 / 31 Titik Tetap SPD Mandiri dan Titik Tetap Tinjau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang landasan teori yang digunakan pada bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi yang diuraikan berupa definisi-definisi

Lebih terperinci

Desain PI Controller menggunakan Ziegler Nichols Tuning pada Proses Nonlinier Multivariabel

Desain PI Controller menggunakan Ziegler Nichols Tuning pada Proses Nonlinier Multivariabel Desain PI Controller menggunakan Ziegler Nichols Tuning pada Proses Nonlinier Multivariabel Poppy Dewi Lestari 1, Abdul Hadi 2 Jurusan Teknik Elektro UIN Sultan Syarif Kasim Riau JL.HR Soebrantas km 15

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transformasi Laplace Salah satu cara untuk menganalisis gejala peralihan (transien) adalah menggunakan transformasi Laplace, yaitu pengubahan suatu fungsi waktu f(t) menjadi

Lebih terperinci

BAB 4 MODEL RUANG KEADAAN (STATE SPACE)

BAB 4 MODEL RUANG KEADAAN (STATE SPACE) BAB 4 MODEL RUANG KEADAAN (STATE SPACE) KOMPETENSI Kemampuan untuk menjelaskan pengertian tentang state space, menentukan nisbah alih hubungannya dengan persamaan ruang keadaan dan Mengembangkan analisis

Lebih terperinci

Model Matematika dari Sistem Dinamis

Model Matematika dari Sistem Dinamis Model Matematika dari Sistem Dinamis September 2012 () Model Matematika dari Sistem Dinamis September 2012 1 / 60 Pendahuluan Untuk analisis dan desain sistem kontrol, sistem sis harus dibuat model sisnya.

Lebih terperinci

KONTROL TRACKING FUZZY UNTUK SISTEM PENDULUM KERETA MENGGUNAKAN PENDEKATAN LINEAR MATRIX INEQUALITIES

KONTROL TRACKING FUZZY UNTUK SISTEM PENDULUM KERETA MENGGUNAKAN PENDEKATAN LINEAR MATRIX INEQUALITIES JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (15) ISSN: 337-3539 (31-971 Print) A-594 KONTROL TRACKING FUZZY UNTUK SISTEM PENDULUM KERETA MENGGUNAKAN PENDEKATAN LINEAR MATRIX INEQUALITIES Rizki Wijayanti, Trihastuti

Lebih terperinci

Kontrol Tracking Fuzzy untuk Sistem Pendulum Kereta Menggunakan Pendekatan Linear Matrix Inequalities

Kontrol Tracking Fuzzy untuk Sistem Pendulum Kereta Menggunakan Pendekatan Linear Matrix Inequalities JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. (17), 337-35 (31-98X Print) A49 Kontrol Tracking Fuzzy untuk Sistem Pendulum Kereta Menggunakan Pendekatan Linear Matrix Inequalities Rizki Wijayanti, Trihastuti Agustinah

Lebih terperinci

Parameterisasi Pengontrol yang Menstabilkan Melalui Pendekatan Faktorisasi

Parameterisasi Pengontrol yang Menstabilkan Melalui Pendekatan Faktorisasi Vol 7, No2, 92-97, Januari 2011 Parameterisasi Pengontrol yang Menstabilkan Melalui Pendekatan Faktorisasi Nur Erawati Abstrak Suatu sistem linear yang matriks transfernya berupa matriks rasional proper,

Lebih terperinci

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan

Lebih terperinci

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Tujuan Pembelajaran Umum: 1 Mahasiswa mampu memahami konsep dasar persamaan diferensial 2 Mahasiswa mampu menggunakan konsep dasar persamaan diferensial untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta teorema-teorema

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Lup[1] Sistem kendali dapat dikatakan sebagai hubungan antara komponen yang membentuk sebuah konfigurasi sistem, yang akan menghasilkan

Lebih terperinci

5/12/2014. Plant PLANT

5/12/2014. Plant PLANT Matakuliah : Teknik Kendali Tahun : 2014 Versi : Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : menjelaskan gambaran umum dan aplikasi sistem pengaturan di industri menunjukkan kegunaan dasar-dasar

Lebih terperinci

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1]

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1] 1 feedback, terutama dalam kecepatan tanggapan menuju keadaan stabilnya. Hal ini disebabkan pengendalian dengan feedforward membutuhkan beban komputasi yang relatif lebih kecil dibanding pengendalian dengan

Lebih terperinci

Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR)

Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-128 Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan dijelaskan landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung dan memperkuat tujuan penelitian. Landasan teori yang dimaksud

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam kehidupan, polusi yang ada di sungai disebabkan oleh limbah dari pabrikpabrik dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KONDISI KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SISTEM KENDALI

IDENTIFIKASI KONDISI KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SISTEM KENDALI IDENTIFIKASI KONDISI KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN 1, T. BAKHTIAR 2, A. KUSNANTO 2 Abstrak Dalam teori pengendalian (control theory), keterkontrolan (controllability) merupakan isu penting,

Lebih terperinci

Proceeding Tugas Akhir-Januari

Proceeding Tugas Akhir-Januari Proceeding Tugas Akhir-Januari 214 1 Swing-up dan Stabilisasi pada Sistem Pendulum Kereta menggunakan Metode Fuzzy dan Linear Quadratic Regulator Renditia Rachman, Trihastuti Agustinah Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

SISTEM KONTROL LINIER

SISTEM KONTROL LINIER SISTEM KONTROL LINIER Silabus : 1. SISTEM KONTROL 2. TRANSFORMASI LAPLACE 3. PEMODELAN MATEMATIKA DARI SISTEM DINAMIK 4. ANALISIS SISTEM KONTROL DALAM RUANG KEADAAN 5. DESAIN SISTEM KONTROL DALAM RUANG

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Dinamik. Desmas A Patriawan.

Pemodelan Sistem Dinamik. Desmas A Patriawan. Pemodelan Sistem Dinamik Desmas A Patriawan. Tujuan Bab ini Mengulang Transformasi Lalpace (TL) Belajar bagaimana menemukan model matematika, yang dinamakan transfer function (TF). Belajar bagaimana menemukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi kebergantungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi kebergantungan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persamaan Diferensial Differential Equation Fungsi mendeskripsikan bahwa nilai variabel y ditentukan oleh nilai variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi

Lebih terperinci

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk memeriksa kelakuan sistem dinamik kompleks, biasanya dengan menggunakan persamaan diferensial

Lebih terperinci

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1.

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menentukan solusi persamaan gerak jatuh bebas berdasarkan pendekatan

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2015 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2016

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2015 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2016 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2015 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2016 Bidang Fisika Waktu : 180 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m. Contoh Soal dan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. a) percepatan gerak turunnya benda m Tinjau katrol : Penekanan pada kasus dengan penggunaan persamaan Σ τ = Iα dan Σ F = ma, momen inersia (silinder

Lebih terperinci

Transformasi Laplace Peninjauan kembali variabel kompleks dan fungsi kompleks Variabel kompleks Fungsi Kompleks

Transformasi Laplace Peninjauan kembali variabel kompleks dan fungsi kompleks Variabel kompleks Fungsi Kompleks Transformasi Laplace Metode transformasi Laplace adalah suatu metode operasional yang dapat digunakan secara mudah untuk menyelesaikan persamaan diferensial linear. Dengan menggunakan transformasi Laplace,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (23) -6 Pengendalian Rasio Bahan Bakar dan Udara Pada Boiler Menggunakan Metode Kontrol Optimal Linier Quadratic Regulator (LQR) Virtu Adila, Rusdhianto Effendie AK, Eka

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERANCANGAN SISTEM KONTROL. menyusun sebuah sistem untuk menghasilkan respon yang diinginkan terhadap

BAB II KONSEP PERANCANGAN SISTEM KONTROL. menyusun sebuah sistem untuk menghasilkan respon yang diinginkan terhadap BAB II KONSEP PERANCANGAN SISTEM KONTROL 2.1 Pengenalan Sistem Kontrol Definisi dari sistem kontrol adalah, jalinan berbagai komponen yang menyusun sebuah sistem untuk menghasilkan respon yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB III DINAMIKA PROSES

BAB III DINAMIKA PROSES BAB III DINAMIKA PROSES Tujuan Pembelajaran Umum: Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa dapat memahami Dinamika Proses dalam Sistem Kendali. Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah mengikuti kuiah ini

Lebih terperinci

Studi Perancangan Sistem Kontrol Kinematik Dan Dinamik Non Linier Watanabe Pada Wahana Nirawak Quadrotor

Studi Perancangan Sistem Kontrol Kinematik Dan Dinamik Non Linier Watanabe Pada Wahana Nirawak Quadrotor Studi Perancangan Sistem Kontrol Kinematik Dan Dinamik Non Linier Watanabe Pada Wahana Nirawak Quadrotor Abstrak Steven Aurecianus, Estiyanti Ekawati dan Endra Joelianto Program Studi Teknik Fisika Institut

Lebih terperinci

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013 Sidang Tugas Akhir - Juli 2013 STUDI PERBANDINGAN PERPINDAHAN PANAS MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA DAN CRANK-NICHOLSON COMPARATIVE STUDY OF HEAT TRANSFER USING FINITE DIFFERENCE AND CRANK-NICHOLSON METHOD

Lebih terperinci

PROSES MARKOV KONTINYU (CONTINOUS MARKOV PROCESSES)

PROSES MARKOV KONTINYU (CONTINOUS MARKOV PROCESSES) #11 PROSES MARKOV KONTINYU (CONTINOUS MARKOV PROCESSES) 11.1. Pendahuluan Masalah keandalan yang berhubungan dengan sistem secara normal adalah space memiliki sifat diskrit yaitu sistem tersebut dapat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Inverted Pendulum, Proporsional Integral Derivative, Simulink Matlab. Kata kunci:

ABSTRAK. Inverted Pendulum, Proporsional Integral Derivative, Simulink Matlab. Kata kunci: PROJECT OF AN INTELLIGENT DIFFERENTIALY DRIVEN TWO WHEELS PERSONAL VEHICLE (ID2TWV) SUBTITLE MODELING AND EXPERIMENT OF ID2TWV BASED ON AN INVERTED PENDULUM MODEL USING MATLAB SIMULINK Febry C.N*, EndraPitowarno**

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Letak CoM dan poros putar robot pada sumbu kartesian.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Letak CoM dan poros putar robot pada sumbu kartesian. BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem yang dirancang. Teori-teori yang digunakan dalam realisasi skripsi ini antara

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kontrol PID untuk Pengendali Sumbu Elevasi Gun pada Turretgun Kaliber 20 Milimeter

Perancangan Sistem Kontrol PID untuk Pengendali Sumbu Elevasi Gun pada Turretgun Kaliber 20 Milimeter Perancangan Sistem Kontrol PID untuk Pengendali Sumbu Elevasi Gun pada Turretgun Kaliber 20 Milimeter Dimas Kunto, Arif Wahjudi,dan Hendro Nurhadi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

Penyelesaian Penempatan Kutub Umpan Balik Keluaran dengan Matriks Pseudo Invers

Penyelesaian Penempatan Kutub Umpan Balik Keluaran dengan Matriks Pseudo Invers Penyelesaian Penempatan Kutub Umpan Balik Keluaran dengan Matriks Pseudo Invers Agung Wicaksono Program Studi Matematika Jurusan Matematika FSM UNDIP Onforest212@gmail.com Abstrak: Metode matriks pseudo

Lebih terperinci

SISTEM DINAMIK LINEAR KOEFISIEN KONSTAN. Caturiyati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

SISTEM DINAMIK LINEAR KOEFISIEN KONSTAN. Caturiyati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) 1 SISTEM DINAMIK LINEAR KOEFISIEN KONSTAN Caturiyati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Abstrak Dalam artikel ini, konsep sistem dinamik linear disajikan dengan sistem

Lebih terperinci

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL A. PENGERTIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Dalam pelajaran kalkulus, kita telah berkenalan dan mengkaji berbagai macam metode untuk mendiferensialkan suatu

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial Biasa

Persamaan Diferensial Biasa Persamaan Diferensial Biasa Pendahuluan, Persamaan Diferensial Orde-1 Toni Bakhtiar Departemen Matematika IPB September 2012 Toni Bakhtiar (m@thipb) PDB September 2012 1 / 37 Pendahuluan Konsep Dasar Beberapa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persamaan Diferensial Persamaan diferensial adalah suatu hubungan yang terdapat antara suatu variabel independen, suatu variabel dependen, dan satu atau lebih turunan dari

Lebih terperinci

Kalkulus Variasi. Pendahuluan, Model Matematika, Keterkontrolan. Toni Bakhtiar. Departemen Matematika IPB. Februari 2014

Kalkulus Variasi. Pendahuluan, Model Matematika, Keterkontrolan. Toni Bakhtiar. Departemen Matematika IPB. Februari 2014 Kalkulus Variasi Pendahuluan, Model Matematika, Keterkontrolan Toni Bakhtiar Departemen Matematika IPB Februari 2014 tbakhtiar@ipb.ac.id (IPB) MAT332 Kontrol Optimum Februari 2014 1 / 42 Outline Beberapa

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika 25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-58

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-58 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-58 Swing-up dan Stabilisasi pada Sistem Pendulum Kereta menggunakan Metode Fuzzy dan Linear Quadratic Regulator Renditia Rachman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan ditemukannya sistem kontrol proporsional, sistem kontrol integral

BAB I PENDAHULUAN. dengan ditemukannya sistem kontrol proporsional, sistem kontrol integral 1 BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG MASALAH Sistem kontrol sudah berkembang sejak awal abad ke 20, yaitu dengan ditemukannya sistem kontrol proporsional, sistem kontrol integral dan sistem kontrol differensial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan dari suatu sistem. Dalam aplikasinya, suatu sistem kontrol memiliki tujuan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan dari suatu sistem. Dalam aplikasinya, suatu sistem kontrol memiliki tujuan BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Masalah Sistem kontrol merupakan suatu alat untuk mengendalikan dan mengatur keadaan dari suatu sistem Dalam aplikasinya, suatu sistem kontrol memiliki tujuan atau sasaran

Lebih terperinci

Penyelesaian Penempatan Kutub Umpan Balik Keluaran dengan Matriks Pseudo Invers

Penyelesaian Penempatan Kutub Umpan Balik Keluaran dengan Matriks Pseudo Invers Penyelesaian Penempatan Kutub Umpan Balik Keluaran dengan Matriks Pseudo Invers Agung Wicaksono, J2A605006, Jurusan Matematika, FSM UNDIP, Semarang, 2012 Abstrak: Metode matriks pseudo invers merupakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak BAB II DASAR TEORI Ada beberapa teori yang berkaitan dengan konsep-konsep umum mengenai aliran fluida. Beberapa akan dibahas pada bab ini. Diantaranya adalah hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan momentum.

Lebih terperinci

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA SISTEM STEAM DRUM BOILER MENGGUNAKAN METODE LINEAR QUADRATIC REGULATOR (LQR) Oleh : Ika Evi Anggraeni

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA SISTEM STEAM DRUM BOILER MENGGUNAKAN METODE LINEAR QUADRATIC REGULATOR (LQR) Oleh : Ika Evi Anggraeni PENGENDALIAN OPTIMAL PADA SISTEM STEAM DRUM BOILER MENGGUNAKAN METODE LINEAR QUADRATIC REGULATOR (LQR) Oleh : Ika Evi Anggraeni 206 00 03 Dosen Pembimbing : Dr. Erna Apriliani, M.Si Hendra Cordova, ST,

Lebih terperinci

Jurnal Math Educator Nusantara (JMEN) Sifat-Sifat Sistem Pendulum Terbalik Dengan Lintasan Berbentuk Lingkaran

Jurnal Math Educator Nusantara (JMEN) Sifat-Sifat Sistem Pendulum Terbalik Dengan Lintasan Berbentuk Lingkaran Jurnal Math Educator Nusantara (JMEN) Wahana publikasi karya tulis ilmiah di bidang pendidikan matematika ISSN : 2459-97345 Volume 2 Nomor 2 Halaman 93 86 November 26 26 Sifat-Sifat Sistem Pendulum Terbalik

Lebih terperinci

III. PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK

III. PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK III. PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK. Sistem Pendulum Terbalik Tunggal Pada penelitian ini diperhatikan sistem pendulum terbalik tunggal seperti Gambar 4 berikut. u M mg x Gambar 4 Sistem Pendulum Terbalik

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI SISTEM KENDALI. control signal KENDALIAN (PLANT) Isyarat kendali. Feedback signal. Isyarat umpan-balik

SISTEM KENDALI SISTEM KENDALI. control signal KENDALIAN (PLANT) Isyarat kendali. Feedback signal. Isyarat umpan-balik SISTEM KENDALI Pertemuan-2 Sistem kendali dapat dikategorikan dalam beberapa kategori yaitu sistem kendali secara manual dan otomatis, sistem kendali jaringan tertutup (closed loop) dan jaringan terbuka

Lebih terperinci

Desain Kontroler Fuzzy untuk Sistem Gantry Crane

Desain Kontroler Fuzzy untuk Sistem Gantry Crane JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) A-75 Desain Kontroler Fuzzy untuk Sistem Gantry Crane Rosita Melindawati, Trihastuti Agustinah Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

1.1. Definisi dan Pengertian

1.1. Definisi dan Pengertian BAB I PENDAHULUAN Sistem kendali telah memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Peranan sistem kendali meliputi semua bidang kehidupan. Dalam peralatan, misalnya proses

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013 Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya berjudul Feedforward Feedback Kontrol Sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya berjudul Feedforward Feedback Kontrol Sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pustaka Penelitian sebelumnya berjudul Feedforward Feedback Kontrol Sebagai Pengontrol Suhu Menggunakan Proportional Integral berbasis Mikrokontroler ATMEGA 8535 [3].

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015 Bidang Fisika Waktu : 180 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR. Rino Martino 1 ABSTRACT

METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR. Rino Martino 1 ABSTRACT METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR Rino Martino 1 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya

Lebih terperinci

Kontrol Optimal pada Balancing Robot Menggunakan Metode Linear Quadratic Regulator

Kontrol Optimal pada Balancing Robot Menggunakan Metode Linear Quadratic Regulator e-jurnal Teknik Elektro (24), ISSN: 23-842 Kontrol Optimal pada Balancing Robot Menggunakan Metode Linear Quadratic Regulator Juliana. Sumanti, Arie S. M. Lumenta, ST, MT, David Pang, ST, MT, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 3 SISTEM DINAMIK ORDE SATU

BAB 3 SISTEM DINAMIK ORDE SATU BAB 3 SISTEM DINAMIK ORDE SATU Isi: Pengantar pengembangan model sederhana Arti fisik parameter-parameter proses 3. PENGANTAR PENGEMBANGAN MODEL Pemodelan dibutuhkan dalam menganalisis sisten kontrol (lihat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. nyata (fenomena-fenomena alam) ke dalam bagian-bagian matematika yang. disebut dunia matematika (mathematical world).

II. TINJAUAN PUSTAKA. nyata (fenomena-fenomena alam) ke dalam bagian-bagian matematika yang. disebut dunia matematika (mathematical world). 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemodelan Matematika Definisi pemodelan matematika : Pemodelan matematika adalah suatu deskripsi dari beberapa perilaku dunia nyata (fenomena-fenomena alam) ke dalam bagian-bagian

Lebih terperinci

BAB II PEMODELAN MATEMATIS SISTEM INVERTED PENDULUM

BAB II PEMODELAN MATEMATIS SISTEM INVERTED PENDULUM BAB II PEMODELAN MATEMATIS SISTEM INVERTED PENDULUM Model matematis diturunkan dari hubungan fisis sistem. Model tersebut harus dapat menggambarkan karakteristik dinamis sistem secara memadai. Tujuannya

Lebih terperinci

Analisis Reduksi Model pada Sistem Linier Waktu Diskrit

Analisis Reduksi Model pada Sistem Linier Waktu Diskrit JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (216) 2337-352 (231-928X Print) A-25 Analisis Reduksi Model pada Sistem Linier Waktu Diskrit Yunita Indriana Sari dan Didik Khusnul Arif Jurusan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kontrol PID Untuk Pengendali Sumbu Azimuth Turret Pada Turret-gun Kaliber 20mm

Perancangan Sistem Kontrol PID Untuk Pengendali Sumbu Azimuth Turret Pada Turret-gun Kaliber 20mm A512 Perancangan Sistem Kontrol PID Untuk Pengendali Sumbu Azimuth Turret Pada Turret-gun Kaliber 20mm Danu Wisnu, Arif Wahjudi, dan Hendro Nurhadi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Industri, Institut

Lebih terperinci

Sifat-Sifat Sistem Pendulum Terbalik dengan Lintasan Berbentuk Lingkaran

Sifat-Sifat Sistem Pendulum Terbalik dengan Lintasan Berbentuk Lingkaran Sifat-Sifat Sistem Pendulum Terbalik dengan Lintasan Berbentuk Lingkaran Nalsa Cintya Resti Sistem Informasi Universitas Nusantara PGRI Kediri Kediri, Indonesia E-mail: nalsacintya@ unpkediri.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

Invers Transformasi Laplace

Invers Transformasi Laplace Invers Transformasi Laplace Transformasi Laplace Domain Waktu Invers Transformasi Laplace Domain Frekuensi Jika mengubah sinyal analog kontinyu dari domain waktu menjadi domain frekuensi menggunakan transformasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Banyak sekali masalah terapan dalam ilmu teknik, ilmu fisika, biologi, dan lain-lain yang telah dirumuskan dengan model matematika dalam bentuk pesamaan

Lebih terperinci

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya FUNGSI dan LIMIT 1.1 Fungsi dan Grafiknya Fungsi : suatu aturan yang menghubungkan setiap elemen suatu himpunan pertama (daerah asal) tepat kepada satu elemen himpunan kedua (daerah hasil) fungsi Daerah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Latar Belakang Historis Fondasi dari integral pertama kali dideklarasikan oleh Cavalieri, seorang ahli matematika berkebangsaan Italia pada tahun 1635. Cavalieri menemukan bahwa

Lebih terperinci

4. BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengujian simulasi open loop juga digunakan untuk mengamati respon motor DC

4. BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengujian simulasi open loop juga digunakan untuk mengamati respon motor DC 4. BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1 Pengujian Open Loop Motor DC Pengujian simulasi open loop berfungsi untuk mengamati model motor DC apakah memiliki dinamik sama dengan motor DC yang sesungguhnya. Selain

Lebih terperinci

TRANSFORMASI LAPLACE

TRANSFORMASI LAPLACE TRANSFORMASI LAPLACE SISTEM KENDALI KLASIK Pemodelan Matematika Analisis Diagram Bode, Nyquist, Nichols Step & Impulse Response ain / Phase Margins Root Locus Disain Simulasi SISTEM KONTROL LOOP TERTUTUP

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut.

BAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut. BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang penurunan model persamaan gelombang satu dimensi. Setelah itu akan ditentukan persamaan gelombang satu dimensi dengan menggunakan penyelesaian analitik

Lebih terperinci

KAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT

KAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT KAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT Nama Mahasiswa : Aprilliantiwi NRP : 1207100064 Jurusan : Matematika Dosen Pembimbing : 1 Soleha, SSi, MSi 2 Dian Winda Setyawati,

Lebih terperinci

OBSERVER UNTUK SISTEM KONTROL LINIER KONTINU

OBSERVER UNTUK SISTEM KONTROL LINIER KONTINU Jurnal Matematika UNAND Vol 5 No 1 Hal 96 12 ISSN : 233 291 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND OBSERVER UNTUK SISTEM KONTROL LINIER KONTINU SUKMA HAYATI, ZULAKMAL Program Studi Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA 1. Soal Olimpiade Sains bidang studi Fisika terdiri dari dua (2) bagian yaitu : soal isian singkat (24 soal) dan soal pilihan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 4 NO. 1 SEPTEMBER 2011

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 4 NO. 1 SEPTEMBER 2011 PERANCANGAN DAN PENALAAN PENGENDALI PROPORTIONAL INTEGRAL DERIVATIF MENGGUNAKAN SIMULINK Hastuti 1 ABSTRACT This paper describes how to design and to adjust parameters of the PID Controller in order to

Lebih terperinci

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks Vol. 8, No.1, 1-11, Juli 2011 Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks Nur Erawati, Azmimy Basis Panrita Abstrak Teorema Cayley-Hamilton menyatakan bahwa setiap matriks bujur sangkar memenuhi persamaan

Lebih terperinci

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika 14.1 APLIKASI INTEGRAL A. Usaha Dan Energi Hampir semua ilmu mekanika ditemukan oleh Issac newton kecuali konsep energi. Energi dapat muncul dalam berbagai

Lebih terperinci

APLIKASI MATRIKS KOMPANION PADA PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER NON HOMOGEN TUGAS AKHIR

APLIKASI MATRIKS KOMPANION PADA PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER NON HOMOGEN TUGAS AKHIR APLIKASI MATRIKS KOMPANION PADA PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER NON HOMOGEN TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Matematika

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN ROUTH HURWITZ DAN ROOT LOCUS

ANALISIS KESTABILAN ROUTH HURWITZ DAN ROOT LOCUS Materi VI ANALISIS KESTABILAN ROUTH HURWITZ DAN ROOT LOCUS Kestabilan merupakan hal terpenting dalam sistem kendali linear. Kestabilan sebuah sistem ditentukan oleh tanggapannya terhadap masukan atau gangguan.

Lebih terperinci