Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2

3 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2014 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2014 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : Katalog BPS/BPS Catalogue : Ukuran Buku/Book Size : 16,5 cm x 21 cm Jumlah Halaman/Total Pages : xix x + 77 halaman (96 halaman) Naskah/Manuscript : Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Papua Barat Gambar Kulit/Cover Design : Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik http tp://papuabarat.bps.go.id at.b ps. BPS Provinsi Papua Barat Diterbitkan Oleh/Published by : Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

4

5 KATA PENGANTAR KEPALA BPS PROVINSI PAPUA BARAT Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2014 merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Provinsi Papua Barat. Publikasi ini merupakan terbitan kelima yang menyajikan tingkat perkembangan kesejahteraan rakyat Provinsi Papua Barat. Perubahan taraf kesejahteraan dikaji menurut berbagai bidang yaitu kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, pola dan taraf konsumsi, perumahan, serta indikator sosial lainnya. Semua indikator kesejahteraan an rakyat bersumber dari hasil pengolahan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Survei ini telah dilaksanakan di Provinsi Papua Barat sejak tahun Indikator ketenagakerjaan enagaker bersumber dari data hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Kepada semua pihak yang secara aktif memberikan sumbangsih hingga terbitnya publikasi ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya. Akhirnya, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan publikasi serupa di masa mendatang. tp:/ papua abarat.b ps. Manokwari, September 2015 Kepala BPS Provinsi Papua Barat Drs. Simon Sapary, M.Sc i

6

7 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL v DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR TABEL LAMPIRAN xi KETERANGAN KODE WILAYAH x TINJAUAN UMUM xiii I. KEPENDUDUKAN 1 Gambaran Umum Penduduk 1 Struktur Umur Penduduk 2 ar_ II. KESEHATAN AN 5 Angka Harapan ua Hidup 6 Morbiditas 7 a_ Pertolongan Kelahiran oleh Tenaga Kesehatan 8 Imunisasi dan ASI 9 III. tp PENDIDIKAN 13 ://papuabarat.bps.go.id a ps Angka Partisipasi Sekolah (APS) 14 Angka Partisipasi Murni (APM) 16 Harapan Lama Sekolah Dan Rata Rata Lama Sekolah 19 Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan 20 IV. KETENAGAKERJAAN 23 iii

8 Struktur Penduduk Usia Kerja Agustus Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka 25 TPT Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan 26 Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha 28 Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan 30 Penduduk Bekerja Menurut Jam Kerja 30 V. TARAF DAN POLA KONSUMSI 33 Perembangan Kemiskinan di Papua Barat, Perkembangan Tingkat Kesejahteraan 36 Perkembangan Distribusi Pendapatan 37 Konsumsi Rumah Tangga 49 VI. PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN 43 Air Minum Layak 45 Sanitasi Layak ab 47 Penerangan ua 50 VII. SOSIAL LAINNYA 53 Program Penanggulangan Kemiskinan 53 Teknologi Komunikasi dan Informasi 59 /papuabarat.bps.go.id pu abara bps. hla LAMPIRAN-LAMPIRAN 60 iv

9 DA F TAR TA BE L Tabel 1.1 Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Rasio Ketergantungan di Provinsi Papua Barat Tahun Tabel 2.1 Cakupan Layanan Imunisasi Pada Bayi Berumur Bulan di Provinsi Papua Barat Tahun 2013 _ 12 Tabel 4.1 Tingkat Partisipasi Angkatan n Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Papua Barat, Tahun Tabel 4.2 Tingkat Pengangguran guran Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan di Provinsi Papua Barat, Tahun Tabel 4.3 Persentase Penduduk 15 Tahun atau Lebih Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Papua Barat, Tahun Tabel 4.4 Persentase Penduduk 15 Tahun atau Lebih Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan di Provinsi Papua Barat, Tahun pap pua aba t.bps.go Tabel 4.5 Persentase Penduduk 15 Tahun atau Lebih Yang Bekerja Menurut Jam Kerja di Provinsi Papua Barat, Tahun Tabel 5.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Papua Barat Menurut Daerah, Tabel 5.2 Pengeluaran Per Kapita Per Bulan di Provinsi Papua Barat, Tahun v

10 Tabel 5.3 Ukuran Tingkat Pemerataan Pendapatan di Provinsi Papua Barat Menurut Bank Dunia dan Koefisien Gini, Tahun Tabel 5.4 Pola Konsumsi Makanan dan Non Makanan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat, Tahun vi

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Persebaran Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun Gambar 2.1 Angka Harapan Hidup Menurut ut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun Gambar 2.2 Penolong Kelahiran Balita di Papua Barat Tahun Gambar 2.3 Cakupan Layanan anan Imunisasi Pada Bayi Usia Bulan di Provinsi Papua Barat Tahun Gambar 2.4 Persentase Bayi 0 6 Bulan yang Mendapat ASI dan ASI Ekslusif di Papua Barat Tahun Gambar 2.5 Gambar 3.1 Persentase Bayi 1 5 Bulan yang Mendapat ASI dan ASI Ekslusif di Papua Barat Tahun pap puaba arat.bps.go Angka Partisipasi Sekolah Penduduk 7 24 Tahun di Provinsi Papua Barat, Tahun Gambar 3.2 Gambar 3.3 Angka Partisipasi Sekolah Penduduk 7 24 Tahun Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Papua Barat, Tahun Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan di Provinsi Papua Barat, Tahun vii

12 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Angka Partisipasi Murni di Provinsi Papua Barat Menurut Jenis Kelamin Tahun Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah di Provinsi Papua Barat Tahun Gambar 3.6 Gambar 3.7 Gambar 4.1 Gambar 5.1 Gambar 5.2 Gambar 5.3 Gambar 6.1 Gambar 6.2 Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Penduduk 10 Tahun atau Lebih Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin di Provinsi Papua Barat Tahun Struktur Penduduk Usia Kerja di Provinsi Papua Barat Agustus Tahun Sebaran Penduduk Miskin di Papua Barat Tahun Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Papua Barat Tahun Persentase Kompoisi Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan Rumah di Provinsi Papua Barat Tahun tp:// pap abara t.bps Kondisi Perumahan Di Provinsi Papua Barat, Tahun Gambar 6.3 Persentase Rumah Tangga yang Mengakses Air Minum Layak Di Provinsi Papua Barat, Tahun viii

13 Gambar 6.4 Gambar 6.5 Persentase Rumah Tangga yang Mengakses Air Minum Layak Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Papua Barat, Tahun Persentase Rumah Tangga Menurut Akses terhadap Sanitasi yang Layak Di Provinsi Papua Barat, Tahun Gambar 6.6 Gambar 6.7 Gambar 7.1 Persentase Rumah Tangga yang Mengakses Sanitasi Layak Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Papua Barat, Tahun Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan Utama Di Provinsi Papua Barat, Tahun Persentase Rumah Tangga yang Membeli/ Menerima Beras Miskin di Provinsi Papua Barat Tahun Gambar 7.2 Persentase Rumah Tangga pada Kelompok 20% Pengeluaran eluaran Terendah yang Membeli/Menerima Beras Miskin di Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun Gambar 7.3 Rata-rata Harga Beras Miskin Per Kg Manurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun Gambar 7.3 Persentase Rumah Tangga Penerima BSM SD dan SMP di Provinsi Papua Barat Tahun /pa pua arat.bps. ix

14 KETERANGAN KODE WILAYAH Provinsi Papua Barat Kabupaten Fakfak Kabupaten Kaimana Kabupaten Teluk Wondama Kabupaten Telul Bintuni Kabupaten Manokwari Kabupaten Sorong Selatan Kabupaten Sorong Kabupaten Raja Ampat Kabupaten Tambrauw Kabupaten Maybrat http: tp:// p://papuabarat.bps.go.id/pappuaabaarat ps.g Kabupaten Manokwari Selatan Kabupaten Pegunungan Arfak Kota Sorong x

15 DAFTAR TABEL LAMPIRAN I (1) I (2) Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2000, 2010 dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun II (1) Angka Harapan Hidup di Provinsi Papua Barat Tahun II (2) Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Terakhir dan Kabupaten/Kota ta di Provinsi Papua Barat Tahun II (3) Angka Kesakitan Penduduk di Provinsi Papua Barat, Tahun III (1) Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Berumur 25 Tahun atau Lebih di Provinsi Papua Barat, Tahun _ 67 III (2) Harapan Lama Lama Sekolah Penduduk Berumur 7 Tahun atau Lebih di Provinsi Papua Barat, Tahun _ 68 http tp: p://papuabarat.bps.go.id /pa pua aba bps.g III (3) Angka Partisipasi Sekolah di Provinsi Papua Barat, III (4) Angka Partisipasi Murni di Provinsi Papua Barat, V (1) Perkembangan Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di Papua Barat Tahun 2012 dan V (2) Garis Kemiskinan di Papua Barat Tahun xi

16 V (3) Indeks Kedalaman (P1) dan Indeks Keparahan (P2) Kemiskinan di Papua Barat Tahun V (4) Kemampuan Daya Beli Masyarakat di Papua Barat, Tahun VI (1) Persentase Rumah Tangga Menurut Kondisi Perumahan di Papua Barat, Tahun VI (2) Persentase Rumah Tangga yang Mengakses Air Minum Layak dan Sanitasi Layak Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat, Tahun VI (3) Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Sumber Penerangan di Provinsi Papua Barat, Tahun VII (1) Prsentase Rumah Tangga a yang Mempunyai Alat Komunikasi Informasi dan Teknologi ogi di Provinsi Papua Barat Tahun VII (2) Persentase Penduduk yang Mengakses Intenet di Provinsi Papua Barat at Tahun rat.bps.go.id.id xii

17 Tinjauan Umum Ruang Lingkup Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) Provinsi Papua Barat 2014 menyajikan gambaran mengenai perkembangan kesejahteraan rakyat di Provinsi Papua Barat tahun Dimensi kesejahteraan rakyat sangat luas dan kompleks. Karena itu, taraf kesejahteraan rakyat hanya dapat diukur melalui dimensi tertentu. Dalam publikasi ini, kesejahteraan rakyat diamati melalui berbagai aspek spesifik yaitu kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, kerjaan, pengeluaran konsumsi rumah tangga, perumahan dan aspek sosial lainnya. Permasalahan kesejahteraan ejahteraa rakyat diukur baik dengan menggunakan indikator tunggal maupun indikator komposit Perkembangan tingkat kesejahteraan rakyat di Provinsi Papua Barat hingga 2014 secara ringkas sebagai berikut: papua abara t.bps.go.id Di bidang kependudukan: Penduduk Provinsi Papua Barat pada tahun 2014 diproyeksikan menjadi jiwa. Laju pertumbuhan penduduk selama tahun 2010 sampai xiii

18 dengan 2014 sebesar 2,82 persen per tahun. Sebaran penduduk Papua Barat tidak merata dengan kepadatan penduduk pada tahun 2014 sebesar 8 Jiwa/ Km 2. Dependency ratio, yaitu perbandingan penduduk usia tidak produktif (kurang dari 15 tahun dan lebih dari 64 tahun) dan penduduk usia produktif (15 64 tahun), masih cukup besar yaitu 50,49. id 64 id64 Di bidang kesehatan: Angka Harapan Hidup (AHH) H) Provinsi Papua Barat tahun 2014 sebesar 65,14 tahun. Angka kesakitan penduduk naik dari 11,38 persen pada tahun 2013 menjadi 11,38 persen pada tahun Sebagian besar penolong kelahiran dari balita adalah tenaga kesehatan. Komposisi penolong kelahiran balita pada tahun 2014 adalah 69,64 persen oleh tenaga kesehatan dan 26,72 persen oleh bukan tenaga kesehatan. Persentase bayi bulan yang telah mendapat imunisasi dasar (BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B) selama tahun 2011 sampai dengan 2014 meningkat. pap arat..id Pemberian ASI dan ASI eksklusif pada bayi 0 6 bulan pada periode tahun cenderung turun. Semakin bertambah usia bayi semakin kecil persentase pemberian ASi dan ASI eksklusif. xiv

19 Di bidang pendidikan: Angka partisipasi sekolah (APS) tahun 2014 untuk APS 7 12 tahun sebesar 96,65 persen; APS tahun sebesar 96,28 persen; APS tahun sebesar 79,87 persen dan APS tahun sebeesar 29,66 persen. Angka partisipasi murni tahun 2014 untuk APM SD sebesar 92,76 persen; APM SMP sebesar 68,18 persen; APM SMA sebesar 62,29 persen dan APM PT sebesar 24,19 persen. Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk Papua Barat tahun 2013 sebagian besar masih rendah. Penduduk 15 tahun atau lebih yang belum tamat SD sebesar 11,98 persen sementara mereka yang menamatkan perguruan tinggi hanya 13,28 persen. Di bidang ketenagakerjaan: ak e a uae Jumlah penduduk usia kerja (15 tahun atau lebih) berdasarkan hasil Sakernas 2014 diestimasi mencapai jiwa. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) pada tahun 2014 sebesar 66,30 persen, lebih tinggi daripada TPAK tahun 2013 yaitu sebesar 66,41 persen. p://pap/paapuabarat.bps.go.id rab arat.b ps..id Tingkat pengangguran terbuka (TPT) tahun 2014 sebesar 5,02 persen, lebih tinggi daripada TPT tahun 2013 yaitu sebesar 4,62 persen. Mayoritas penduduk yang bekerja pada tahun 2014 terserap di sektor pertanian. Penduduk Papua Barat yang xv

20 bekerja di sektor pertanian sebesar 45,28 persen, di sektor industri 20,82 persen dan di sektor jasa sebesar 33,90 persen. Secara umum telihat bahwa pekerja di Papua Barat lebih dominan bekerja di sektor informal. Persentase pekerja di sektor informal mencapai 61,59 persen pada tahun 2014 Taraf dan Pola Konsumsi Jumlah dan persentase penduduk miskin di Papua Barat Maret tahun 2015 sebesar jiwa atau sebesar 25,82 persen, Rata-rata pengeluaran penduduk Papua Barat meningkat dari rupiah per kapita per bulan pada tahun 2013 menjadi rupiah per kapita per bulan pada tahun Indeks gini ratio sebesar 0,42 yang bermakna ada ketimpangan pendapatan tetapi masih dalam status ketimpangan rendah. Tingkat kemerataan menurut Bank Dunia mencatat 16,13 persen pengeluaran penduduk berasal dari kelompok rumah tangga dengan 40 persen pengeluaran terbawah dan 48,93 persen disumbang oleh kelompok rumah tangga dengan 20 persen pengeluaran teratas. http: p://pap /papuabarat.bps.go.id a at.bps.go. Di bidang perumahan Persentase rumah tangga yang tinggal di rumah sendiri pada tahun 2014 sebesar 70,88 persen sedikit lebih rendah daripada tahun 2013 yaitu sebesar 72,46 persen. xvi

21 Sebesar 66,87 persen rumah tangga di Papua Barat pada tahun 2014 telah mengakses air minum layak, sedikit lebig rendah dari tahun 2013 yaitu sebesar 67,32 persen. Persentase rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi layak pada tahun 2014 sebesar 61,85 persen, lebih tinggi daripada tahun 2013 yaitu sebesar 51,83 persen. Sosial Lainnya Akses penduduk terhadap program beras miskin di Papua Barat tahun 2014 sebagai berikut: Sebesar 58,01 persen di antara rumah tangga pada kelompok 20 persen pengeluaran terbawahmembeli/menerima mbeli/men beras miskin. Sebaliknya, ada 14,97 persen rumah tangga pada kelompok 20% pengeluaran teratas juga menerima/ membeli beras miskin. Penduduk Papua Barat yang menggunakan telepon selular (handphone) pada tahun 2014 mencapai 75,53 persen meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 68,27 persen. Seiring dengan pesatnya pengguna telepon selular, penduduk Papua Barat yang mengakses internet pada tahun 2014 sebesar 13,30 persen meningkat dari tahun 2013 yang mencapai 11,11 persen. /pa pua ar at.b ps.g xvii

22 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2014 dbpu K e p e n d u d u k a n eath K e s e h a t a n Pbae ard Kuae P e n d i d i k a n K e t e n a g a k e r j a a n rapa T a r a f d a n P o l a K o n s u m s i R u m a h T a n g g a P e r u m a h a n d a n L i n g k u n g a n tp rap pu ab ar at.b bps go.id S o s i a l L a i n n y a

23 Bab 1 Kependudukan Isu kependudukan di tingkat nasional adalah penyiapan langkah-langkah strategis pemerintah menghadapi the window of opportunity dari bonus demografi Bonus demografi adalah keuntungan ekonomis yang disebabkan oleh menurunnya Rasio Ketergantungan sebagai hasil penurunan fertilitas jangka panjang (Wongboonsin, dkk. 2003). Bonus Demografi terjadi karena penurunan kelahiran yang dalam jangka a panjang menurunkan proporsi penduduk muda sehingga investasi untuk pemenuhan kebutuhannya berkurang dan sumber daya dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga (John Ross, 2004). Gambaran pa Umum Penduduk attm tpa tp pap aba at.b ps. hpen Penduduk Provinsi Papua Barat pada tahun 2014 diproyeksikan sebesar jiwa (BPS Provinsi Papua Barat, 2015). Lebih banyak penduduk laki-laki daripada perempuan dengan rasio jenis kelamin 111 laki-laki berbanding 100 perempuan. Penduduk Provinsi Papua Barat tersebar tidak merata. Berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2014, lebih 1

24 KOTA SORONG MANOKWARI SORONG FAKFAK TELUK BINTUNI KAIMANA RAJA AMPAT SORONG SELATAN MAYBRAT TELUK WONDAMA PEGUNUNGAN ARFAK MANOKWARI SELATAN TAMBRAW seperempat penduduk Provinsi i Papua Barat tinggal di Kota Sorong dan 19 persen penduduk tinggal di Kabupaten Manokwari. Penduduk yang lain tersebar tidak merata di sebelas kabupaten lainnya dengan persentase kurang dari 10 persen (Gambar 1.1). 1). Sebaran penduduk yang tidak merata tersebut berdampak pada kepadatan penduduk yang juga tidak merata. Kota Sorong dengan luas wilayah hanya 0,68 persen dari luas Papua Barat dihuni oleh 26,42 persen penduduk Papua Barat dengan kepadatan 333 penduduk per Km 2. Sebaliknya, Kabupaten Teluk Bintuni dengan luas 21,48 persen dari luas Papua Barat dihuni oleh 6,99 persen penduduk Papua Barat dengan kepadatan hanya tiga jiwa per Km 2. Kabupaten Tambrauw paling jarang penduduk. Struktur Umur Penduduk 26,42 18,63 9,50 8,72 6,99 6,34 5,47 5,07 4,42 Gambar 1.1 3,51 dadm dm 3,33 Persebaran Penduduk d Menurut 2,57 Kabupaten/Kota a non K di Provinsi 1,63 Papua ga gb Barat Tahun 2014 Ps.a goe.ga s.gu tp:/ /pap puab at.b ps.g s.go.id.id ad Perubahan struktur umur penduduk akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Menurut Adioutomo (2011), pengaruh struktur penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi sebagai 2

25 berikut: a. Suplai tenaga kerja yang besar meningkatkan pendapatan per kapita apabila mendapat kesempatan kerja yang produktip b. Peranan perempuan yang juga memasuki pasar kerja, membantu peningkatan pendapatan c. Tabungan masyarakat yang diinvestasikan sikan secara produktip d. Modal manusia yang besar apabila ada investasi untuk itu. Dampak keberhasilan pengendalian n penduduk tercermin dari perubahan struktur umur penduduk yang terlihat dari berkurangnya proporsi penduduk usia tidak produktif khususnya 0 14 tahun. Di sisi lain, proporsi penduduk usia produktif bertambah. Akibatnya, angka beban ketergantungan penduduk usia tidak produktif terhadap penduduk usia produktif berkurang. Tabel 1.1 Struktur u pp Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Rasio Ketergantungan di Provinsi Papua Barat Tahun apr app /pr /pa pak Tahun http: p://papuabarat.bps.go.id Tpa /pa pap tap p aba at.bps.go Rasio Ketergantungan (1) (2) (3) (4) (5) ,68 65,47 1,84 52, ,28 65,84 1,88 51, ,88 66,18 1,93 51, ,55 66,45 2,00 50,49 Sumber: BPS (2013), Proyeksi Penduduk Indonesia

26 Tingginya proporsi penduduk 0 14 tahun mengakibatkan tingginya angka beban ketergantungan (dependency ratio). Tabel 1.1 memperlihatkan angka beban ketergantungan di Provinsi Papua Barat pada tahun 2014 sebesar 50,49. Artinya, di antara 100 penduduk usia produktif berumur tahun, menanggung 50 penduduk yang tidak produktif. Hingga tahun 2014, penduduk usia tidak produktif masih didominasi oleh kelompok anak-anak (0 14 tahun). Konsekuensinya adalah pendapatan dari penduduk usia produktif terserap pada pemenuhan kebutuhan dasar seperti pendidikan dan kesehatan anak-anak. ak. Dengan demikian, masih dibutuhkan pembangunan nan sarana pendidikan khususnya untuk pendidikan dasar dan menengah juga dibutuhkan pembangunan sarana kesehatan. 4

27 Bab 2 Kesehatan Mulai 1 Januari 2014, Pemerintah Indonesia mulai memberlakukan Program Jaminan n Kesehatan Nasional sebagai amanat UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN dan UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS. Sebelumya, dalam UU No. 36 Tahun 2009 ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial. Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI); Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan Kesehatan Nasional). tp:/ /pap pua arat.bps Sebelum program jaminan kesehatan nasional bergulir, Pemerintah RI telah menjalankan program jaminan kesehatan masyarakat atau Jamkesmas. Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan hampir miskin. Tujuan Jamkesmas adalah meningkatkan akses terhadap masyarakat miskin dan hampir miskin agar dapat memperoleh pelayanan kesehatan. Dengan 5

28 demikian, sebelum tahun 2014, pemerintah memberikan jaminan kesehatan terbatas pada penduduk miskin atau hampir miskin. Sejauhmana program jaminan kesehatan mempengaruhi derajat kesehatan di Papua Barat dapat dilihat dari beberapa indikator berikut: Angka Harapan Hidup Angka harapan hidup (AHH) Provinsi Papua Barat selama tahun 2010 hingga tahun 2014 meningkat (Lampiran II.1). AHH pada tahun 2010 mencapai 64,59 tahun meningkat menjadi 65,14 tahun pada tahun AHH tahun 2014 ditargetkan mencapai 72 tahun. AHH (Tahun) 100,00 90,00 80,00 70,00 60, ,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 tp:/ //papuaba /pap abarat.bps.go.id at.b bps.go Kabupaten/Kota* Gambar 2.1 Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun

29 Ada perbedaan harapan hidup antar kabupaten/kota di Papua Barat. Pada tahun 2014, harapan hidup paling lama di Kota Sorong yang mencapai 72,80 tahun. AHH Kota Sorong tertinggi yaitu 69,02 tahun dan AHH terendah Kabupaten Teluk Wondama yaitu 58,36 tahun. Mulai tahun 2014, penghitungan AHH mengalami pembaharuan dari metode sebelumnya. Perubahan metode penghitungan AHH terkait dengan perubahan metode proyeksi penduduk yang semula menggunakan metode estimasi (geometrik) berubah menjadi metode e component-cohort. Selain itu, adanya asumsi TFR nasional nal sebesar 2,1 di tahun 2025 turut mempengaruhi penghitungan angka harapan hidup baik di tingkat nasional, nal, provinsi maupun tingkat kabupaten/kota. Dengan adanya perubahan ini, maka penghitungan AHH tahun sebelumnya juga direvisi. Data selengkapnya disajikan an pada Lampiran II(1). Morbiditas Indikator lain untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat adalah ah angka kesakitan atau morbiditas. Angka ini menunjukkan persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan yang mengakibatkan gangguan terhadap aktivitas sehari-hari seperti bekerja, sekolah atau mengerjakan pekerjaan rumah. http tp:/ p://papuabara /pa arat.bps.go.id Secara umum, angka kesakitan penduduk Papua Barat menurun. Penurunan angka kesakitan selama periode tahun 2011 sampai dengan 2014 di Provinsi Papua Barat dapat dilihat pada Lampiran II (3). Angka kesakitan pada tahun 2014 sebesar 11,78 persen. Penurunan angka kesakitan 7

30 tersebut berbanding terbalik dengan peningkatan angka harapan hidup. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan derajat kesehatan di masyarakat. Pertolongan Kelahiran oleh Tenaga Kesehatan Penurunan angka kesakitan dan peningkatan angka harapan hidup tidak terlepas dari upaya pencegahan (preventif) dan kuratif (pengobatan) baik yang dilakukan oleh masing-masing individu maupun diinisiasi oleh pemerintah. Beberapa upaya preventif tersebut antara lain: peningkatan peran tenaga kesehatan dalam proses persalinan, peningkatan peran ibu dalam pemberian ASI eksklusif dan pemberian imunisasi. 100% 80% 60% 40% 20% 0% 39,57 54,78 25,94 32,69 71,50 63,10 24,00 30,53 26,72 71,02 66,42 69, Tenaga Kesehatan Tenaga Non Kesehatan Tenaga Paramedis Lain /papuabarat.b puabar arat. at.bp bps.go.id.id Gambar 2.2 Penolong Kelahiran Balita di Papua Barat Tahun Peningkatan peran tenaga kesehatan dalam proses persalinan bertujuan untuk mengurangi kasus kematian bayi. Dengan menurunkan jumlah kasus kematian bayi dapat meningkatkan lama harapan hidup. 8

31 Gambar 2.2 memperlihatkan persentase balita (0 59 bulan) menurut penolong kelahiran pada tahun 2009 hingga tahun Pesentase penolong kelahiran oleh tenaga kesehatan selama periode tersebut tampak fluktuatif tetapi menunjukkan tren yang meningkat. Meskipun begitu, persentase pertolongan kelahiran oleh tenaga non kesehatan masih cukup besar. Pada tahun 2014, persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di Provinsi Papua Barat sebesar 69,74 persen dan 26,72 persen persalinan an ditolong oleh tenaga non medis (kesehatan). Persentase penolong kelahiran oleh tenaga kesehatan tertinggi di Kota Sorong dan terendah di Kabupaten Tambrauw. Hal ini sepola dengan disparitas angka harapan hidup di kabupaten/kota di Papua Barat di mana angka harapan hidup tertinggi dan terendah di dua wilayah tersebut. Hanya tiga dari 10 persalinan di Kabupaten Tambrauw ditolong oleh tenaga kesehatan sementara di Kota Sorong persentasenya 2,8 kali lebih tinggi. Imunisasi s i dan aa ASI Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi yang berfungsi melindungi dan hme mencegah dari penyakit agar anak tetap sehat. pan paa p://papuabarat.bps.go.id puaba arat.b bps. Kementerian Kesehatan menetapkan bahwa imunisasi yang wajib diberikan kepada bayi berumur satu tahun adalah BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B. Waktu pemberiannya sudah ditetapkan secara bertahap. Imunisasi BCG diberikan satu kali pada anak usia 0-2 bulan. Demikian juga untuk imunisasi Polio dan Hepatitis B untuk pertama kali. Imunisasi 9

32 Gh Gambar 2.3 Cakupan Layanan Imunisasi Pada Bayi Usia Bulan di Provinsi Papua Barat Tahun Cakupan Imunisasi (%) 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0, Sumber: BPS, Susenas BCG DPT Polio Campak Hepatitis B DPT dan Polio diberikan secara bersamaan dan berulang pada usia 2, 3, atau 4 bulan dan pengulangannya 4 bulan kemudian sebanyak 3 kali. Imunisasi campak diberikan sebanyak 2 kali. Pertama, pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih, dan kedua diberikan pada usia 5-7 tahun. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada usia 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. pap arat. bps.go.id Gambar 2.3 menunjukkan cakupan layanan imunisasi pada anak berumur bulan selama tahun Susenas mencatat cakupan imunisasi bayi bulan menunjukkan peningkatan. Selain imunisasi, upaya meningkatkan ketahanan tubuh bayi adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI pada anak balita merupakan pola asuh yang sangat 10

33 dianjurkan. Bila kondisi kesehatan ibu setelah melahirkan baik, menyusui merupakan cara memberi makan yang paling ideal untuk 4-6 bulan pertama sejak dilahirkan tanpa memberikan makanan tambahan, karena ASI dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Bayi memperoleh ASI ekslusif apabila dalam enam bulan hanya diberikan ASI tanpa makanan tambahan. ASI ekslusif diyakini merupakan asupan terbaik bagi bayi yang tidak dapat digantikan oleh susu formula manapun. Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan ( z.com/20 air-susu-ibu-asi-dan-manfaat-menyusui/). 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40, ,00 20,00 10,00 0,00 93,83 ASI 43,36 ASI Eksklusif 92,66 ASI 45,27 ASI Eksklusif 92,58 ASI 51,96 ASI Eksklusif 86,97 tp: /pap aba at.b bps. ASI ,76 Gambar 2.4 Persentase Balita 0 6 Bulan yang Mendapat ASI dan ASI Ekslusif di Papua Barat Tahun ASI Eksklusif 11

34 Gambar 2.4 menunjukkan pemberian ASI dan ASI eksklusif kepada bayi berumur 0 6 bulan di Provinsi Papua Barat pada tahun Secara umum, pemberian ASI menunjukkan penurunan tetapi pemberian ASI ekslusif menunjukkan peningkatan. Persentase bayi yang diberi ASI dan ASI eksklusif berkurang seiring pertambahan umur. Pada usia 4 bulan ke bawah, lebih dari 80 persen bayi diberi ASI. Di sisi lain, pemberian ASI eksklusif berkurang drastis. Pada umur satu bulan ke bawah selisih antara persentase bayi yang diberi ASI dan ASI eksklusi sekitar 10 persen tetapi pada usia setelah itu, selisihnya bisa lebih dari 20 persen. Kampanye pemberian ASI eksklusif sebaiknya terus dilakukan. Jika tidak, persentase bayi diberi ASI eksklusif akan terus berkurang. Persen 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 2p /pa papua puab abarat. at.bps. s.go.id 0, Umur Bayi (Bulan) ASI ASI Eksklusif Gambar 2.5 Persentase Balita 1 5 Bulan yang Mendapat ASI dan ASI Ekslusif di Papua Barat Tahun

35 Bab 3 Pendidikan Provinsi Papua Barat telah memasuki pembangunan lima tahun kedua, yaitu periode tahun g20 Target dan sasaran misi pembangunan pada a masa ini ditekankan pada upaya mencapai kemandirian n wilayah. Salah satu upaya mencapai kemandirian tersebut melalui akses, layanan, dan kualitas pendidikan. Ada tiga agenda penting dalam rangka mewujudkan kemandirian wilayah melalui akses, layanan, dan kualitas pendidikan. Pertama, mengejar kenaikan angka melek huruf sebesar 1% setiap tahunnya sehingga 100% penduduk papua melek huruf. Kedua, pembangunan sekolah berpola asrama yang didukung program kemitraan pada minimal 15 distrik setiap tahunnya. Ketiga, setiap tahunnya dilakukan pembinaan tenaga pengajar di Papua Barat sebesar 20% dari htotal pengajar dan kemudian diberikan stimulus dana ataupun rekrutmen baru untuk disebarkan kedalam kampungkampung terisolir secara merata dan bertahap (RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun ). papua aba at.bps.go. Pembahasan pada Bab 3 ini difokuskan pada capaian pembangunan pada sektor pendidikan di Provinsi Papua Barat. Beberapa indikator pendidikan digunakan untuk 13

36 mengukur kinerja pembangunan pendidikan di Provinsi Papua Barat seperti angka partisipasi sekolah, rata-rata lama sekolah, dan tingkat pendidikan yang ditamatkan. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Angka partisipasi sekolah mengukur persentase penduduk usia sekolah yang masih bersekolah. Indikator ini mencerminkan pemerataan akses pendidikan dasar. Berdasarkan Gambar 3.1, diperoleh bahwa pada tahun 2014 sebanyak 95,65 persen penduduk usia 7 12 tahun berstatus masih sekolah. APS untuk penduduk usia tahun dan tahun juga menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Gambar 3.1 Angka Partisipasi i s i Sekolah Penduduk 7 24 Tahun di Provinsi Papua a Barat, Tahun bab baa 100,00 90,94 abu 93,38 93,35 94,43 94,38 95,56 95,58 96,65 80,00 88,58 88,55 88,59 90,25 88,59 91,65 92,81 96,28 79,87 56,00 57,61 58,15 57,95 60,12 65,40 72,04 67,18 40,00 11,53 13,13 14,70 12,72 14,66 18,31 19,90 24,00 29,66 aa 93, ,38 60,00 20,00 Angka Partisipasi Sekolah (%) httptpp://papu puabarat.bps.go.id ara aar at.b 0, Tahun Sumber: BPS, Susenas

37 Perbedaan APS penduduk usia 7 12 tahun antar kabupaten/ kota di Provinsi Papua Barat tidak berbeda nyata baik pada tahun 2011 maupun tahun Hal ini disebabkan jumlah sekolah dasar telah tersebar hampir merata di semua kabupaten/kota buah dari Program Wajib Belajar 6 Tahun yang dicanangkan sejak tahun Jumlah desa di Provinsi Papua Barat yang telah dilengkapi sekolah dasar hingga tahun 2014 sebanyak 835 desa dari desa (BPS, Pendataan Potensi Desa 2014). Seperti APS 7 12 tahun, capaian APS o15 tahun antar kabupaten/kota juga tidak berbeda. Program wajib belajar 6 tahun ditingkatkan menjadi 9 tahun pada tahun Sejak saat itu hingga tahun 2014, 233 desa telah dibangun gedung sekolah SMP di hampir semua distrik. Perbedaan APS tampak ak nyata untuk penduduk usia tahun dan tahun. Lampiran III (2) menyajikan data APS menurut kabupaten/kota pada tahun 2013 dan Perbedaan APS pada kedua kelompok usia ini sangat dipengaruhi jumlah SMA/SMK dan Perguruan Tinggi. Masih mengacu pada hasil data Podes 2014, jumlah desa di Provinsi Papua Barat yang mempunyai SMA sebanyak 102 desa. Fasilitas pendidikan SMA/SMK/PT tersebut banyak terpusat di Kota Sorong dan Kabupaten Manokwari. Jumlah SMU di Kabupaten Kaimana, Kabupaten Teluk Wondama, dan Kabupaten Tambrauw hanya ada satu unit. Selain terdapat perbedaan antar kabupaten/kota, APS juga berbeda menurut jenis kelamin. Gambar 3.2 memperlihatkan bahwa pada kelompok umur 7 12 tahun, hampir tidak ada perbedaan partisipasi sekolah. Tetapi, pada kelompok umur tahun, perbedaan partisipasi sekolah antara anak laki- http tp://papuabarat.bps.go.id pap aba t.bps.go 15

38 Gambar 3.2 Angka Partisipasi Sekolah Penduduk 7 24 Tahun Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Papua Barat, Tahun ,02 96,27 96,48 96,07 laki dan perempuan tampak nyata. Keterbatasan jumlah SMA dan PT berdampak pada partisipasi sekolah penduduk unsia tahun khususnya pada kaum perempuan. Angka pp Partisipasi Murni (APM) 80,51 79, ,32 25, b Laki-laki -lakiatperempuan atper Sumber: BPS, Susenas 2014 nttg tpp tp pap pua ara bps ps.go.id Berbeda dengan APS, angka partisipasi murni (APM) mengukur partisipasi sekolah dari penduduk usia sekolah sesuai dengan jenjang pendidikannya. Sebagai contoh, APM SD mengukur partisipasi sekolah penduduk usia 7 12 tahun yang masih bersekolah SD/sederajat, APM SMP mengukur partisipasi sekolah penduduk usia tahun yang masih bersekolah SMP/sederajat, dan seterusnya. APM menurut jenjang pendidikan di Provinsi Papua Barat pada tahun

39 Gambar 3.3 Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan di Provinsi Papua Barat, Tahun ,00 89,97 90,71 91,25 91,91 88,28 88,97 89,94 92,76 90,00 80,00 68,18 70,00 57,66 59,76 60,99 60,00 52,32 48,92 49,03 49,65 50,00 62,29 54,20 40,00 44,80 46,61 47,88 43,55 43,93 46,46 24,19 30,00 20,10 13,86 15,75 20,00 7,36 6,06 6,25 7,36 10,00 0, SD SMP SMA PT t.bsm Sumber: BPS, Susenas at APM (%) hingga 2014 dapat at diamati pada Gambar 3.3. Sekilas tampak bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan semakin rendah APM. Dikaitkan an dengan target Pendidikan Untuk Semua-PUS (Education for All-EFA) di mana pada tahun 2015, semua anak mempunyai akses dan menyelesaikan pendidikan yang bermutu. Target nasional PUS adalah 100 persen APM pada pendidikan dasar dan menengah. Untuk capaian APM SD, Provinsi Papua Barat optimis dapat mencapai target nasional PUS tersebut hingga tahun 2015 tetapi tidak untuk APM SMP dan SMA. Target nasional PUS untuk APM SMP dan SMA akan tercapai jika dalam tiga tahun dari sekarang terjadi penambahan gedung sekolah SMP dan SMA dan fasilitasnya serta penambahan guru yang tersebar hingga ke daerah terisolir sekalipun. tp: /papuabara t.b bps.go.id 17

40 Dengan demikian, peningkatan capaian APM SMP/sederajat dan SMA/sederajat menjadi isu strategis pembangunan pendidikan di Papua Barat. Lampiran III (3) memperlihatkan capaian APM di tingkat kabupaten/kota untuk semua jenjang pendidikan. capaian APM SMP/sederajat masih rendah dan terdapat perbedaan capaian antar wilayah yang cukup tinggi. Kabupaten Teluk Wondama merupakan kabupaten dengan capaian aian APM SMP/ terendah yaitu 54,17 persen. Sebaliknya, Kabupaten Fakfak merupakan wilayah dengan APM SMP tertinggi yaitu lebih dari 75,78 persen. Gambar 3.4 selanjutnya menunjukkan ukkan perbedaan APM antara anak laki-laki dan perempuan di jenjang pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Perbedaan yang cukup nyata pada APM SMP dan SMA di mana perempuan lebih rendah daripada laki-laki. APM (%) 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 t40 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 92,98 92,53 67,58 68,80 63,92 60,24 tp: papu pua abara t.bps 26,64 21,49 SD SMP SMA PT Laki-laki Perempuan Gambar 3.4 Angka Partisipasi Murni di Provinsi Papua Barat Menurut Jenis Kelamin Tahun

41 Harapan Lama Sekolah Dan Rata Rata Lama Sekolah Harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah merupakan dua indikator yang dijadikan sebagai komponen untuk mengukur pembangunan manusia metode baru dari aspek pendidikan. Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. HLS dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu program wajib belajar. Rata-rata lama sekolah (RLS) menunjukkan rata-rata waktu yang dihabiskan oleh penduduk berumur 25 tahun atau lebih untuk bersekolah. Gambar 3.5 menunjukkan bahwa, harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah tahun 2010 sampai dengan 2014 meningkat. Meski demikian, dapat dikatakan kesenjangan nual pus pui pup Gambar 3.5 Harapan a Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah di Provinsi ua i Papua Barat Tahun ,10 11,45 11,67 11,87 11,21 papua apuabarat.bps.go.id ipu abara 6,77 6,82 6,87 6,91 6, HLS RLS 19

42 Tahun 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0, HLS Gambar 3.6 Harapan Lama Sekolah dan pa Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten/kota di Provinsi bs bi Papua Barat Tahun 2014 antara harapan lama sekolah dan realisasi rata-rata lama sekolah masih cukup senjang. Idealnya, harapan lama sekolah tidak berselisih jauh dengan rata-rata lama sekolah. HLS dan RLS di tingkat kabupaten/kota cukup bervariasi. Gambar 3.6 menyajikan data HLS dan RLS di tingkat kabupaten/kota. Tampak bahwa, dari semua kabupaten/kota hanya Kota Sorong yang gap antara HLS dan RLS sekolah paling sedikit. Sebaliknya, gap HLS dan RLS terbesar di Kabupaten Tambrauw. tp:// pap abara t.b ịb bps ps.go.i o.id RLS bpr.bs Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan merupakan salah satu indikator output penyelenggaraan pendidikan. Gambar 3.6 memberikan gambaran tentang pencapaian pendidikan penduduk usia 15 tahun ke atas pada tahun 20

43 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 Tdk Punya SD SMP SMA PT Ijazah/STTB tertinggi yg dimiliki: Laki-laki Perempuan Gambar 3.7 Tingkat Pendidikan Tertinggi ebpr pstotal g Yang Ditamatkan Penduduk 15 Tahun atau bpr bpt Lebih Menurut Jenjang.ba Pendidikan dan Jenis t.a t.bt bu Kelamin di Provinsi Papua Barat Tahun Gambar 3.7 tersebut mengindikasikan beberapa isu pendidikan sebagai berikut: a. Sebesar esar 11,98 persen penduduk berumur 15 tahun ke atas tidak memiliki ijazah SD. Hal ini mencerminkan, kualitas SDM dari aspek pendidikan di Papua Barat masih tergolong rendah. Hanya 13,28 Persen penduduk 15 tahun ke atas yang lulus dari perguruan tinggi. tp: /papuaba at. iat t.b bps ebp ps.go.id b. Ada kesenjangan penerimaan manfaat layanan pendidikan di antara laki-laki dan perempuan. Persentase perempuan tanpa ijazah lebih tinggi daripada laki-laki. Sebaliknya, persentase laki-laki dengan ijazah SMA dan PT lebih tinggi daripada perempuan. 21

44 22

45 Bab 4 Ketenagakerjaan Isu jendela kesempatan atau window w of opportunity saat memasuki fase bonus demografi tidak akan banyak bermanfaat bagi percepatan pembangunan apabila lapangan pekerjaan yang ada tidak mampu mpu menyerap ledakan angkatan kerja. Oleh karena itu, pengamatan kondisi ketenagakerjaan dari waktu ke waktu penting dilakukan untuk dapat dijadikan dasar perencanaan pembangunan ketenagakerjaan di masa yang akan datang. Bab 4 ini menyajikan beberapa indikator kunci ketenagakerjaan. akerjaan. Struktur Penduduk ad Usia Kerja Agustus 2014 Estimasi jumlah penduduk usia kerja (15 tahun atau lebih) di Provinsi Papua Barat berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2014 sebanyak jiwa. Penduduk usia kerja yang termasuk angkatan kerja sebesar 68,30 persen, naik sedikit dari tahun sebelumnya yaitu 66,41 persen. Penduduk angkatan kerja yang bekerja sebesar 94,98 persen. Dengan kata lain, sekitar 5,02 persen penduduk angkatan kerja pada tahun 2014 termasuk sebagai kelompok pengangguran terbuka. Dibanding tahun 2013, pengangguran terbuka naik (Gambar 4.1). /pn pau pad http: p:// ://papuabarat.bps.go.id /pa pua arat.b bps.go. 23

46 Gambar 4.1 Struktur Penduduk Usia Kerja di Provinsi Papua Barat Agustus Tahun 2014 Penduduk Usia Kerja (15 +) Angkatan Kerja: Bekerja: Pengangguran: ttppeng o.i Bukan Angkatan Kerja: Sekolah: Mengurus Rumah Tangga: ://papuabarat.bps.go.id pu aba ps.g Lainnya:

47 Tabel 4.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah perbandingan jumlah penduduk usia kerja yang bekerja dan pengangguran dengan jumlah penduduk usia kerja. TPAK selama tahun 2014 naik dibandingkan dengan TPAK tahun Selain itu, penduduk usia kerja yang masuk dalam pasar kerja sedikit berkurang. Hal ini ditunjukkan dengan sedikit tambahan penduduk angkatan kerja yang tidak terserap oleh dunia kerja. Jika dibandingkan antara perkotaan dan perdesaan, TPAK perdesaan lebih besar dibandingkan n TPAK perkotaan. Salah satu penyebabnya adalah akses pendidikan di pedesaan lebih sulit daripada di perkotaan. Akibatnya, penduduk usia sekolah di perdesaan lebih banyak tergolong sebagai penduduk angkatan kerja. Sebaliknya, di perkotaan banyak yang termasuk bukan angkatan kerja. Selain itu, banyak angkatan kerja di perdesaan tergolong sebagai pekerja meskipun dengan status s pekerja keluarga atau pekerja tidak dibayar. ipap //pt Tingkat Partisipasi a Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tpi di Provinsi Papua Barat, Tahun Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran Terbuka Daerah (Agustus) (Agustus) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) tp:/ /pa pap ipa pua abara t.bps.go Perkotaan 72,31 64,61 62,25 62,71 18,64 10,28 10,32 8,23 Perdesaan 67,21 68,20 68,26 70,57 5,08 3,55 2,31 3,86 Total 70,78 67,12 66,41 68,30 8,94 5,49 4,62 5,02 Sumber: BPS, Sakernas

48 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menggambarkan banyaknya angkatan kerja yang menganggur. Mereka yang tergolong pengangguran yaitu penduduk usia kerja yang tidak bekerja dan sedang mencari kerja atau mempersiapkan suatu usaha, dan mereka yang sementara belum mulai kerja walau sudah mendapat pekerjaan dan mereka yang tidak mencari kerja karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan. Semakin banyak angkatan kerja yang berstatus pengangguran, maka semakin tinggi TPT. TPT di Provinsi Papua Barat untuk kondisi Agustus 2014 sebesar 5,02 persen, lebih rendah dibandingkan dengan TPT tahun sebelumnya yaitu sebesar sar 4,62 persen. Tingkat pengangguran di perkotaan lebih tinggi daripada di perdesaan. TPT Menurut Tingkat Pendidikan ad Tertinggi Yang Ditamatkan Pabe bad Dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan angkatan kerja, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar TPT. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa TPT dari angkatan kerja dengan pendidikan SMP ke bawah lebih rendah daripada TPT dari angkatan kerja dengan tingkat pendidikan minimal SMA. Puncak TPT tertinggi pada kelompok pendidikan perguruan tinggi. Pada tahun sebelumnya, puncak TPT berada pada kelompok angkatan kerja berpendidikan SMA. Angkatan kerja dengan tingkat pendidikan rendah jauh lebih mudah terserap dalam lapangan pekerjaan daripada mereka yang berpendidikan tinggi. http tp:/ p://papu /pa puabarat.bps.go.id a bps. Lebih ekstrim lagi jika TPT per tingkat pendidikan dibandingkan antara wilayah perdesaan dan perkotaan. 26

49 Tabel 4.2 Tingkat Pengangguran n g g a Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan di Provinsi Papua Barat, Tahun t1 2 p4 1 Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan htg tt1 tt2 ttp2 ttp0 tp0 Sumber: BPS, Sakernas Perkotaan Perdesaan Kota + Desa ap (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Tdk Sekolah/Blm Tamat SD 14,27 9,02 0,40 0,96 0,56 0,83 2,59 1,38 0,79 Tamat SD/Sederajat 7,89 3,75 1,74 1,23 1,64 1,18 2,33 1,94 1,27 Tamat SLTP/Sederajat 7,82 7,70 7,76 2,60 1,62 2,36 4,24 3,54 3,69 Tamat SLTA/Sederajat 12,51 14,20 10,94 8,32 4,14 7,44 10,06 8,23 8,76 Tamat Perguruan Tinggi 6,80 8,20 12,68 6,17 4,81 12,93 6,46 6,42 12,82 Total 10,28 10,32 8,97 3,55 2,31 4,01 5,49 4,62 5,28 hgh htt ghttp:/ ah tp://pa papu apua uabarat.bps.go. arat.go.id 27

50 Semakin jelas bahwa daya serap lapangan pekerjaan terhadap angkatan kerja di perkotaan tidak sekuat di perdesaan. Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha Gambaran ketenagakerjaan berdasarkan sektor/lapangan usaha dari tahun menjelaskan an terjadinya pergeseran struktur lapangan pekerjaan di Papua Barat. Sektor pertanian semakin menurun karena semakin ditinggalkan angkatan kerja yang lebih memilih sektor Industri (manufacture) dan Jasa-jasa (services). es). Persentase angkatan kerja yang bekerja pada kedua sektor terakhir semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ciri-ciri terjadinya urbanisasi ketika sektor industri dan jasa semakin diminati para pencari kerja. Selama pertanian n terus menjadi sektor yang subsisten dengan tingkat pendapatan yang lebih rendah dibandingkan sektor lain maka pertanian akan semakin ditinggalkan. Mereka yang memasuki sektor pertanian adalah mereka yang tidak punya kesempatan masuk ke sektor industri dan jasajasa dan kalah bersaing dengan pencari kerja lain yang lebih berkualitas. Namun perlu diperhatikan juga bahwa mayoritas penduduk yang bekerja terserap di sektor pertanian. Meski sumbangan sektor pertanian terhadap perekonomian Papua Barat hanya seperlima dibandingkan sumbangan sektor Industri, namun pengembangan sektor pertanian perlu diarahkan agar dapat menopang pembangunan di Provinsi Papua Barat. Sebagai kasus, petani di Distrik Manimeri Kabupaten Teluk Bintuni mengalami kesulitan memasarkan beras hasil panen raya (Wawancara dengan salah satu responden Susenas, 2014). p://papuabarat.bps.go.id/pa pua arat.b bps.g.go.id 28

51 Tabel 4.3 Persentase Penduduk 15 Tahun atau Lebih Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Papua Barat, Tahun Lapangan Usaha Daerah Pertanian Industri Jasa (1) (2) (3) (4) Perkotaan Perdesaan Kota + Desa ,95 17,95 70, ,52 19,93 70, ,60 16,80 73, ,89 16,57 80, ,45 16,20 72, ,59 36,16 55, ,43 9,64 19, ,93 7,98 21, ,70 9,00 29, ,77 10,54 24, ,56 8,04 29, ,92 15,53 26,55 pap arat.bps.go.id.go ,68 11,73 32, ,04 11,27 34, ,50 11,00 40, ,63 12,21 40, ,71 10,25 41, ,28 20,82 33,90 Sumber: BPS, Sakernas

52 Tabel 4.4 Status Pekerjaan Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Salah satu pengelompokkan status pekerjaan utama adalah dengan mengelompokkan pekerja ke dalam sektor informal atau fomal. Pekeja di sektor informal adalah penduduk yang bekerja dengan status pekerjaan sebagai berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar atau pekerja keluarga, pekerja bebas, atau pekerja keluarga. Pekerja di sektor formal adalah penduduk yang bekerja dengan status sebagai berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar atau buruh/karyawan/pegawai. Persentase Penduduk 15 Tahun atau Lebih Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan di Provinsi Papua Barat, Tahun Perkotaan Perdesaan Kota + Desa (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Formal 74,12 60,08 60,47 7ua30,18 30,13 30,81 42,35 38,25 38,41 Informal 25,88 39,92 39,53 69,82 69,87 69,19 57,65 61,75 61,59 Sumber: BPS, Sakernas as p 22 apsn bp- bp2 Secara umum telihat bahwa pekerja di Papua Barat lebih dominan bekerja di sektor informal. Persentase pekerja di sektor informal mencapai 61,59 persen pada tahun 2014 (Tabel 4.4). Persentase pekerja formal di perkotaan dua kali lebih besar dibandingkan di perdesaan. http tp://papuabarat.bps.go.id pap aba arat.b bps ps. aps Penduduk Bekerja Menurut Jam Kerja Meskipun TPT pada tahun 2014 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2013, namun dari sisi tingkat setengah 30

53 Tabel 4.5 Persentase Penduduk 15 Tahun atau Lebih Yang Bekerja Menurut Jam Kerja di Provinsi Papua Barat, Tahun Jam Kerja Daerah Tempat < 15 jam < 35 jam Tinggal (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Perkotaan 4,01 8,52 2,61 21,8 24,76 20,21 Perdesaan 6,76 9,05 5,18 39,47 48,83 39,69 Perkotaan + o. 6,01 8,91 4,52 34,64 42,3 34,69 Perdesaan Sumber: BPS, Sakernas pengangguran mengalami peningkatan. Setengah pengangguran didefinisikan sebagai penduduk yang bekerja di bawah jam kerja normal yaitu 35 jam seminggu. Informasi setengah pengangguran ini disajikan pada Tabel 4.5 pada kolom (5) sampai dengan kolom (7) yang menyajikan setengah pengangguran pada tahun 2012 sampai dengan tahun Tampak bahwa penurunan setengah pengangguran terjadi baik di perkotaan maupun di perdesaan. pap aba arat ps. 31

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2013 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2013 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 91522.1405 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100 Ukuran

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2011 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2011 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 91522.1205 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100 Ukuran

Lebih terperinci

PROYINSI PAFUABARAT 2015

PROYINSI PAFUABARAT 2015 .. I Q PI Katalog BPS: 4102004.91 INDIKATORKESEJAHTERAANRAKYAT PROYINSI PAFUABARAT 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARA T Katalog BPS: 4102004.91 INDIKATORKESEJAHTERAANRAKYAT PROVINSI PAPUABARAT

Lebih terperinci

http://www.papuabarat.bps.go.id

http://www.papuabarat.bps.go.id INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2012 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2012 ISSN : 2089-1652 No. Publikasi/Publication Number : 91522.1305 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2010 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2010 ISSN : 2089-1652 No. Publikasi/Publication Number : 91522.1105 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2008 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2008

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2008 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2008 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2008 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2008 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 91522.0913 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100 Ukuran

Lebih terperinci

http://papuabarat.bps.go.id http://papuabarat.bps.go.id TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL PROVINSI PAPUA BARAT 2015 http://papuabarat.bps.go.id BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT TINGKAT PENGHUNIAN

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT ~~ ~---

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT ~~ ~--- BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT ~~--------~--- BADAN PUSAT STATISTIK PRO VIM '/ PAPU ~RAT: TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL PAPUA BARAT 2015/2016 Katalog : 8403001. 91 ISSN : 2303-0038 No. Publikasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

http://papuabarat.bps.go.id INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (METODE BARU) PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2014 Nomor ISSN : 2089-1660 Nomor Publikasi : 91300.15.16 Katalog BPS : 4102002.91 Ukuran Buku : 16,5 x

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 59/11/Th. XI, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Papua Barat Agustus 2017 Agutus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar

Lebih terperinci

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 Nomor ISBN : 979-599-884-6 Nomor Publikasi : 52085.11.08 Ukuran Buku : 18.2 x 25.7cm Jumlah Halaman : 50 Halaman Naskah : Dinas Komunikais

Lebih terperinci

ht t go s. bp t. ra ba ua ap //p p:.id No. Publikasi : 91521.11.08 Katalog BPS : 2302004.91 Ukuran Buku: 29,5 cm x 21,5 cm Jumlah Halaman : viii + 62 Halaman Tim Penyusun : Simon Sapary, Suryana, Ibrahim

Lebih terperinci

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 Nomor Publikasi: 16522.11.04 Katalog BPS: 3101017.16 Naskah: Seksi Statistik

Lebih terperinci

p://papuabarat.bps.go.id

p://papuabarat.bps.go.id INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (METODE BARU) PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2015 Nomor ISSN : 2089-1660 Nomor Publikasi : 91550.16.22 Katalog BPS : 4102002.91 Ukuran Buku : 16,5 x 21,5 cm Jumlah Halaman : viii

Lebih terperinci

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG KatalogBPS:4102004.18 Kerjasama BadanPerencanaanPembangunanDaerahLampung dan BadanPusatStatitistikProvinsiLampung BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI LAMPUNG 2012

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA TANGERANG SELATAN 2 0 1 4 ISSN : 2089-4619 Katalog BPS : 4102004.3674 Ukuran Buku : 25 cm x 17,6 cm Jumlah Halaman : x + 76 Halaman / pages Naskah: Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. 1) Angka Kematian Bayi waktu satu tahun per kelahiran hidup.

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. 1) Angka Kematian Bayi waktu satu tahun per kelahiran hidup. Selama enam tahun terakhir APM yang tertinggi terdapat di tingkat SD/Sederajat dan yang terendah di tingkat SMA/Sederajat. Hal ini menunjukkan partisipasi penduduk untuk menempuh pendidikan paling tinggi

Lebih terperinci

2015 Berdasarkan Hasil Susenas Maret Analisis Pola Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Provinsi Papua Barat Maret 2015

2015 Berdasarkan Hasil Susenas Maret Analisis Pola Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Provinsi Papua Barat Maret 2015 Nomor Katalog: 3201023 SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL Analisis Pola Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Provinsi Papua Barat Maret 2015 http:// p://papuaba barat.bps.go.id 2015 Berdasarkan Hasil Susenas

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN 2012 Ukuran buku : 21 cm x 29,7 cm Jumlah halaman : 60 + ix halaman Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser Penyunting : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015

KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015 BPS KABUPATEN SEKADAU No.06/11/6109/Th. II, 17 November 2016 KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015 SEBESAR 2,97 PERSEN Persentase angkatan

Lebih terperinci

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. waktu satu tahun per kelahiran hidup.

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. waktu satu tahun per kelahiran hidup. 1. 2. 3. SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat 94,26 81,30 26,98 94,28 81,35 27,42 94,60 80,15 32,75 95,35 82,86 35,64 95,40 83,63 35,80 95,42 83,64 38,99 Sumber : BPS Kabupaten Temanggung 2013 Selama

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI GORONTALO FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI GORONTALO FEBRUARI 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI GORONTALO FEBRUARI 2017 No. 28/05/75/Th. XI, 5 Mei 2017 - Jumlah angkatan kerja pada Februari 2017 mencapai 590.063 orang, bertambah 27.867 orang dari keadaan Agustus 2016

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB IV Analisis isu-isu srategis Permasalahan Pembangunan Isu Strategis... 77

DAFTAR ISI. BAB IV Analisis isu-isu srategis Permasalahan Pembangunan Isu Strategis... 77 DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I Pendahuluan... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 6 1.4. Sistematika Penulisan... 9 1.5. Maksud

Lebih terperinci

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi DKI Jakarta No. 55/11/31/Th. XIX, 6 November 2017 PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Tingkat P Terbuka (TPT) sebesar 7,14

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 66/11/16/Th. XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 No. 06/05/53/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,59% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Februari 2016 mencapai 3,59

Lebih terperinci

Bonus Demografi Menjelaskan Hubungan antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi

Bonus Demografi Menjelaskan Hubungan antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi Bonus Demografi Menjelaskan Hubungan antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi Sri Moertiningsih Adioetomo Kuliah Penduduk dan Pembangunan S2KK, Semester Gasal 2011/2012. 30 September 2011.

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 No Publikasi : 76042.1202 Katalog BPS : 2302003.7604 Ukuran

Lebih terperinci

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1404 Katalog BPS : 4102004.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm :

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id KATA PENGANTAR Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 disusun guna memenuhi kebutuhan pengguna data statistik khususnya data statistik sosial. Oleh karena itu BPS Kabupaten

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

STATISTIK INDUSTRI BESAR/SEDANG PROVINSI PAPUA BARAT 2014 Katalog BPS : 6103001.91 ISSN : 2089-5569 Nomor Publikasi : 91530.16.20 Ukuran Buku : 16,34 x 21,50 cm Jumlah Halaman : 66 + vi ii Naskah: Bidang

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017 No. 08/11/62/Th.XI, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Agustus 2017 Agustus 2017, Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 24/ 91/ Th. XI, 5 Mei 2017 IPM Provinsi Papua Barat Tahun 2016 Pembangunan manusia di Provinsi Papua Barat pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009 25 KATA PENGANTAR Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 No. 22/5/Th.XVII, 5 Mei 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,75 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.57/11/TH.XVIII, 5 November 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,93 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

STATISTIK GENDER 2011

STATISTIK GENDER 2011 STATISTIK GENDER 211 STATISTIK GENDER 211 ISBN: 978-979 - 64-46 - 9 No. Publikasi: 421.111 Katalog BPS: 21412 Ukuran Buku: 19 cm x 11 cm Naskah: Sub Direktorat Statistik Rumah tangga Gambar Kulit: Sub

Lebih terperinci

No. 03/05/81/Th.XVIII, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU 2017 Jumlah Angkatan Kerja di Provinsi Maluku pada Februari 2017 mencapai 769.108 orang, bertambah sebanyak 35.771 orang dibanding angkatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015

KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas kehendaknya Publikasi tahunan Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 dapat diselesaikan dengan baik. Publikasi ini mencakup informasi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 No. 27/05/Th.XVIII, 5 Mei 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,73 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

Profile Perempuan Indonesia

Profile Perempuan Indonesia Profile Perempuan Indonesia PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebangkitan nasional sebagai awal perjuangan perempuan yang terorganisir, ditandai dengan diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia tingkat

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 WELFARE INDICATORS OF KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 WELFARE INDICATORS OF KALIMANTAN

Lebih terperinci

jayapurakota.bps.go.id

jayapurakota.bps.go.id INDEKS PEMBANGUNGAN MANUSIA DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAYAPURA TAHUN 2015/2016 ISSN: Nomor Katalog : 2303003.9471 Nomor Publikasi : 9471.1616 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah : : 16,5

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

STRUKTUR DATA BPS DAN PROSEDUR MENDAPATKAN DATA DI BPS Hady Suryono 8 Maret 2016

STRUKTUR DATA BPS DAN PROSEDUR MENDAPATKAN DATA DI BPS Hady Suryono 8 Maret 2016 STRUKTUR DATA BPS DAN PROSEDUR MENDAPATKAN DATA DI BPS Hady Suryono 8 Maret 2016 Data dan Informasi (1) Data a. Data adalah fakta berupa angka, karakter, simbol, gambar, tanda-tanda, isyarat, tulisan,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 01/03/Th. VIII, 28 Maret 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 1,32 PERSEN Angkatan kerja di Kabupaten

Lebih terperinci

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014 Kabupaten Pinrang 1 Kabupaten Pinrang 2 Kata Pengantar I ndikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) Kabupaten Pinrang tahun 2013 memuat berbagai indikator antara lain: indikator Kependudukan, Keluarga Berencana,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi Ketenagakerjaan terus menunjukkan perbaikan. Pada bulan Agustus 211, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Aceh tercatat 7,43% sementara Tingkat

Lebih terperinci

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU irdsall, Kelley dan Sinding eds (2001), tokoh aliran Revisionis dalam masalah demografi membawa pemikiran adanya hubungan antara perkembangan penduduk

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2014 BPS KABUPATEN SEKADAU No.03/12/6109/Th. I, 3 Desember 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2014 SEBESAR 0,31 PERSEN Hasil Survei Angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN q BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.29/05/34/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN Pada Februari 2017, Penduduk

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 28/05/16/Th. XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Katalog BPS : 4103.3375 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Kerjasama BAPPEDA KOTA PEKALONGAN Dengan BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN

Lebih terperinci

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Katalog BPS : 2301003.34 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Statistik BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2012 Nomor ISSN : 2089-1660 Nomor Publikasi : 91300.13.04 Katalog BPS : 4102002.91 Ukuran Buku : 16,5 x 21,5 cm Jumlah Halaman : xviii + 109 Naskah

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 ISSN 2087-7633 KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 31/05/21/Th. VI, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2011 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI SEBESAR 7,04 PERSEN Jumlah

Lebih terperinci

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 ISBN: 978-979 - 064-666 - 7 No. Publikasi: 04210.1310 Katalog BPS: 2104010 Ukuran Buku: 11 cm x 19 cm Jumlah Halaman: vii + 48 Naskah: Subdirektorat Statistik

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017 No. 65/11/34/Thn.XIX, 6 Nopember 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI D.I YOGYAKARTA Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017

Lebih terperinci

Cover dalam.

Cover dalam. .id s. go.b p ng lt e ka :// tp ht Cover dalam Profil Penduduk Lanjut Usia Kalimantan Tengah 2015 ISBN : 978-602-6774-47-7 Nomor Publikasi : 62520.1605 Katalog : 4104001.62 Ukuran Buku : 14,8 x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 No. 74/11/Th. XI, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 Agustus 2017:

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017 No. 34/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Februari 2017 mencapai 2.469.104 orang, bertambah 86.638 orang dibanding

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 No. 06/11/53/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,25 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2016 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 152/12/21/Th.IV, 1 Desember 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI KEMBALI NAIK

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 No. 63/11/Th. XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Provinsi Sulawesi Tenggara Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 Agustus

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014 i ii INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014 Katalog BPS/ BPS Catalogue : 1413.9107 ISSN : 2302-1535 Nomor Publikasi/ Publication Number : 9107.15.03 Ukuran Buku/ Book size :

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No.51/11/31/Th. XIV, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS Jumlah angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta pada mencapai 5,37 juta orang, bertambah 224,74 ribu

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA 2011 ISSN. 2086 1036 No Publikasi : 04220.1202 Katalog BPS : 4104001 Ukuran Buku : 28 Cm x 21 Cm Jumlah Halaman : xviii + 148 Halaman Naskah : Subdirektorat Statistik Pendidikan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015 No. 06/11/53/Th. XV, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,83 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG No. 36/05/19 Th XIII, 5 Mei 2015 KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Jumlah angkatan kerja Februari 2015 mencapai 691.928 orang, bertambah sebanyak 51.028 orang dibanding jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 28/05/32/Th. XVIII,4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,57 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 25/05/32/Th. XVI, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,66 PERSEN Tingkat partisipasi angkatan kerja

Lebih terperinci