DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN PETA KONSEP SISWA TENTANG MOMENTUM DAN TUMBUKAN TUGAS AKHIR. Oleh Agnes Ariyani

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN PETA KONSEP SISWA TENTANG MOMENTUM DAN TUMBUKAN TUGAS AKHIR. Oleh Agnes Ariyani"

Transkripsi

1 DESIN PEMELJRN ERDSRKN PET KONSEP SISW TENTNG MOMENTUM DN TUMUKN Oleh gnes riyani TUGS KHIR Diajukan kepada Progra Studi Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Mateatika Guna eenuhi sebagian dari persyaratan encapai gelar sarjana pendidikan Progra Studi Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Mateatika Uniersitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2013

2

3 ii

4 PERNYTN KESLIN KRY TULIS TUGS KHIR Yang bertanda tangan dibawah ini : Naa : gnes riyani NIM : Progra Studi : Pendidikan Fisika Fakultas : Sains dan Mateatika Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, dengan judul : DESIN PEMELJRN ERDSRKN PET KONSEP SISW TENTNG MOMENTUM DN TUMUKN Yang dibibing oleh : 1. Dra. Mari Sudari, M.Si 2. Diane Noiandini, S.Pd Didala laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya abil dengan cara enyalin atau eniru dala bentuk rangkaian kaliat atau gabar serta sibol yang saya aku seolah-olah sebagai karya saya sendiri tanpa eberikan pengakuan pada penulis atau suber aslinya Salatiga, 28 Januari 2013 Yang eberi pernyataan gnes riyani iii

5 i

6 KT PENGNTR Dala kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, Penulis engucapkan puji syukur atas segala penyertaan-nya, karena penulis dapat enyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Tugas akhir ini ditulis dan disusun untuk eenuhi sebagian persyaratan eperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fisika di Uniersitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Dala penulisan dan penyusunan tugas akhir ini, Penulis tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. tas segala bantuan dan dukungan tersebut, pada kesepatan kali ini Penulis engucapkan teriakasih kepada: 1. Ibu Mari sudari, M.Si. selaku Dosen Pebibing I yang telah eberikan bibingan dan pengarahan kepada penulis dengan sabar. 2. Ibu Diane Noiandini, S.Pd. selaku Dosen Pebibing II yang telah eberikan bibingan dan saran kepada penulis. 3. Ibu Dekan FSM dan seluruh Dosen Pengajar FSM UKSW khususnya Dosen Pendidikan Fisika dan Fisika (Pak Kris, Pak Ndaru, Pak dita, u Shanti, Pak ndre, Pak ji) yang telah ebantu dan eberikan dukungan kepada penulis. Makasih buat ilu yang sudah diberikan selaa ini. 4. Mas Tri, Mas Sigit dan Pak Tafip selaku laboran Fisika UKSW. Teria kasih untuk seua dukungan dan bantuannya. 5. Ibu tercinta, teriakasih untuk seua kasih sayang, doa dan dukungan yang diberikan sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. 6. Mbak Enny, as Murdoko dan Donny (keponakanku yang lucu) teriakasih atas dukungannya selaa ini Tuhan Yesus berkati kalian. 7. Dechrie Katupu, teriakasih atas segala dukungan, doa, bantuan dan seangat yang telah diberikan. Tuhan Yesus berkati. 8. Tean-tean kost Dipo 86 terkhusus untuk Puspa, i, ai, Era, nti dan Dei. Teriakasih untuk doa, seangat, dan bantuan yang telah kalian berikan selaa ini. Tuhan Yesus berkati kehidupan kalian. 9. Sahabat-sahabatku terkasih Tyas, Singgih, Debora, Dewi dan nita teria kasih untuk seangat dan doa kalian. Seoga sukses selalu, Tuhan eberkati.

7 10. Wakhidatul Jannati teria kasih telah eluangkan waktunya untuk enjadi sapel. Seoga sukses sekolahnya. 11. Segenap pihak yang penulis tidak dapat tuliskan naanya satu persatu yang turut dan terlibat dala penyusunan dan penulisan skripsi ini, teriakasih ya dan Tuhan Yesus selalu berkati seuanya Penulis enyadari asih banyak kekurangan dala penulisan dan penyelesaian tugas akhir ini. Untuk itu, penulis engharapkan kritik dan saran yang bersifat ebangun bagi perbaikan penulis. pabila dala penyusunan tugas akhir ini ada katakata yang kurang berkenan di hati pebaca, penulis ohon aaf yang sebesar-besarnya. khirnya penulis berharap, kiranya tugas akhir ini dapat beranfaat dan enjadi berkat bagi pebaca khususnya bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Salatiga, Januari 2013 Penulis i

8 DFTR ISI Halaan Judul... i Lebar Pengesahan... ii Pernyataan Keaslian Karya Tulis Tugas akhir... iii Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas khir... i Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii bstrak Pendahuluan Dasar Teori Desain Pebelajaran Peta Konsep Rencana Pelaksanaan Pebelajaran Metode Pengajaran Penelitian Tindakan Kelas Gaya Moentu Energi Kinetik Tubukan Metodologi Penelitian Hasil dan nalisa... 7 ab V Kesipulan dan Saran Daftar Pustaka Lapiran-lapiran ii

9 DESIN PEMELJRN ERDSRKN PET KONSEP SISW TENTNG MOMENTUM DN TUMUKN gnes riyani, Mari Sudari, Diane Noiandini Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Mateatika, Uniersitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia Eail: bstrak Proses pebelajaran selaa ini enggunakan etode klasikal, keleahannya adalah guru tidak dapat eberikan perhatian khusus kepada siswa yang engalai kesulitan eahai ateri. Siswa erupakan indiidu yang unik dan epunyai konsep yang berbeda-beda. Konsep tersebut ebentuk peta konsep di asing-asing kepala siswa. Oleh karena itu untuk erekonstruksi peta konsep yang berbeda-beda tadi diperlukan perlakuan yang berbeda-beda pula yang disesuaikan dengan konsepnya. Penelitian ini eperkenalkan etode Teaching Experient yang lebih eentingkan interaksi dengan siswa sehingga guru dapat enggali dan eperbaiki iskonsepsi siswa. Proses yang dilakukan adalah enggali konsep awal siswa untuk encari tahu hubungan antarkonsep di kepala siswa. Dari hubungan antarkonsep tersebut, guru dapat engetahui apakah ada konsep yang terputus atau tidak. Keudian guru ebuat desain pebelajaran berdasarkan konsep awal tersebut. Setelah itu dilakukan treatent sesuai dengan desain yang dibuat. Keudian siswa diberikan post-test untuk engetahui apakah hubungan antarkonsep yang salah (terputus) tadi sudah benar (terhubung). Ternyata setelah endapatkan treatent hubungan antarkonsep yang seula terputus dapat terhubung. Jadi etode Teaching Experient dapat digunakan untuk eperbaiki konsep siswa yang salah atau tidak terhubung. Kata kunci: Desain Pebelajaran, Teaching Experient 1. PENDHULUN Pendidikan erupakan kebutuhan anusia sepanjang hidup dan selalu berubah engikuti perkebangan zaan. Pendidikan dari asa ke asa engalai keajuan yang sangat pesat, deikian juga dengan alat bantu peraga yang digunakan dala proses belajar engajar. Salah satu usaha yang dapat dilakukan guru agar dapat engebangkan keapuan dirinya adalah dengan ebuat desain pebelajaran yang berupa Rencana Pebelajaran (RP) serta alat bantu peraga lainnya seperti pebuatan aniasi sebagai edia pengajaran. Naun yang perlu diketahui oleh seorang pengajar adalah bahwa siswa tidak easuki pelajaran dengan kepala yang kosong yang dapat diisi dengan pengetahuan, naun sebaliknya, kepala siswa sudah penuh dengan pengalaan dan pengetahuan yang berhubungan dengan pelajaran. Pengalaan dan pengetahuan yang telah diiliki oleh siswa erupakan konsepsi awal yang diiliki siswa, yang bisa benar atau salah. Setiap konsep yang ada tidak berdiri sendiri, tetapi saling 1

10 berkaitan antara satu dengan lainnya. Hubungan antara konsep ini dapat diperlihatkan dala suatu peta konsep. Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan tugas akhir ini adalah: Menyusun desain pebelajaran sebagai salah satu alat bantu pebelajaran untuk eperbaiki dan eningkatkan proses belajar engajar di kelas secara, enyusun desain pebelajaran dengan topik Moentu dan Tubukan sesuai dengan peta konsep siawa, enguji keberhasilan Rencana Pebelajaran dala elengkapi peta konsep yang terputus. 2. DSR TEORI 2.1. Desain Pebelajaran Menurut Yain desain pebelajaran atau yang biasa disebut dengan instructional design erupakan tata cara yang dipakai untuk elaksanakan proses pebelajaran. Selain itu desain pebelajaran dapat diartikan suatu proses yang diawali dari penentuan kebutuhan, keudian engebangkan rancangan untuk erespon kebutuhan tersebut, selanjutnya rancangan tersebut diujicobakan dan akhirnya dilakukan proses ealuasi untuk enentukan hasil tentang efektiitas desain yang disusun [Wina sanjaya] Peta Konsep Peta konsep adalah alat peraga untuk eperlihatkan hubungan antara beberapa konsep. Untuk ebuat peta konsep, siswa dilatih untuk engidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan enyusun ide-ide tersebut dala suatu pola logis. erikut ini adalah peta konsep acuan yang dipakai dala penelitian diabil dari buku Fisika untuk SM kelas XI, Erlangga: Keterangan gabar : : Hubungan antar konsep No : pelaksanaan pebelajaran Gabar 1. Peta konsep acuan penelitian 2

11 2.3. Rencana Pelaksanaan Pebelajaran Rencana Pelaksanaan Pebelajaran (RPP) adalah progra perencanaan yang disusun sebagai pedoan pelaksanaan pebelajaran untuk setiap kegiatan proses pebelajaran [Wina Sanjaya]. Dala Rencana Pelaksanaan Pebelajaran, di dalanya inial ada 5 koponen pokok, yaitu tujuan pebelajaran, eteri, strategi atau etode pebelajaran, edia serta suber belajar dan ealuasi Metode Pengajaran. Teaching Experient Teaching Experient ini didasari oleh 2 hal, yaitu yang pertaa adalah konsepkonsep siswa berkebang keluar dari konsep yang ada, dan selain itu Teaching Experient digunakan sebagai tujuan untuk endidik siswa. Dala Teaching Experient, encakup beberapa episode engajar. Pada sebuah episode pengajaran, di dalanya encakup seorang pengajar, satu atau lebih siswa, seorang saksi (pengaat) dan sebuah etode rekaan akan apa yang terjadi selaa proses engajar. Rekaan ini dapat digunakan untuk epersiapkan pengajaran berikutnya. Tujuan utaa peakaian etode Teaching Experient adalah supaya guru dapat engalai dari dekat bagaiana pebelajaran dan cara berfikir siswa dala epelajari suatu ateri pelajaran. Ketika seorang guru enggunakan etode Teaching Experient, aka penting sekali bagi guru tersebut untuk dapat enghubungkan konsep yang benar dengan konsep yang ada di dala kepala siswa.. Deonstrasi Metode deonstrasi adalah suatu cara enyajikan bahan pelajaran diana guru atau nara suber atau orang lain dengan sengaja epertunjukkan atau eperagakan tindakan atau langkah-langkah. Deonstrasi dan praktiku digunakan dala percobaan inti pada proses pebelajaran pada etode discoery. Dengan etode discoery, siswa dapat terlibat langsung dala proses belajar engajar (PM) sehingga siswa lebih tertarik kepada fisika. Fokus utaa dari etode discoery adalah kegiatan siswa yang andiri. C. niasi Kata aniasi berasal dari kata aniation; to aniate yang artinya dala kaus bahasa inggris adalah hidup atau enghidupkan. Jadi niasi kita sipulkan enghidupkan benda dia diproyeksikan enjadi bergerak. Kelebihan enggunakan aniasi adalah enarik perhatian orang lain, eperliatkan proses fisik yang tidak kelihatan, enabah daya ingat, eapukan isualisasi konsep, objek dan relasi yang dibayangkan. Sedangkan kekurangan enggunakan aniasi adalah ebutuhkan eori tabahan dan ruang penyipanan, ebutuhkan peralatan khusus untuk persentasi. 3

12 2.5. Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas di definisikan sebagai penelitian yang eerlukan tindakan untuk enanggulangi asalah dala bidang pendidikan dan dilaksanakan dala kawasan kelas atau sekolah dengan tujuan untuk eperbaiki dan eningkatkan kualitas pebelajaran [Kasbulah]. Tujuan utaa PTK yaitu untuk eperbaiki dan eningkatkan layanan profesional guru dala enangani proses belajar engajar Gaya Definisi gaya dala fisika adalah penyebab perubahan kecepatan. Gaya erupakan tarikan, dorongan dan putaran dengan arah tertentu yang ebuat benda bergerak lebih cepat atau labat, berubah arah atau bentuk. Gaya dapat bekerja pada arah yang saa ataupun arah berlawanan. Sir Isaac Newton ( ), seorang iluwan dari inggris, engeukakan tiga huku yang berhubungan dengan gerak yaitu :. Huku I Newton Huku I Newton enggabarkan bahwa suatu benda cenderung epertahankan keadaan geraknya. Huku ini berkaitan dengan gerak benda ketika resultan gaya pada benda saa dengan nol ( F=0). Dala kasus ini kecepatan benda adalah tetap, sehingga dapat dikatakan benda tidak engalai percepatan. Sifat benda yang cenderung epertahankan keadaan geraknya (dia atau bergerak) disebut inersia atau kelebaan.. Huku II Newton Menurut Huku II Newton yaitu percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dengan resultan gaya, searah dengan resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan assa benda. C. Huku III Newton Huku III Newton enyatakan jika engerjakan gaya pada (aksi), aka akan engerjakan gaya pada (reaksi, yang besarnya saa tetapi arahnya berlawanan Moentu Seua benda yang bergerak epunyai oentu. Moentu erupakan kualitas suatu benda atau julah gerak suatu benda yang besarnya tergantung assa benda dan kecepatan benda. Moentu juga diartikan sebagai ukuran kesukaran eberhentikan suatu benda yang berkaitan dengan besarnya assa benda dan kecepatannya. 1) Ipuls pabila pada sebuah benda yang assanya bekerja gaya total yang konstan F selaa selang waktu t dari t 1 ke t 2. Ipuls dari gaya total dilabangkan sebagai I, didefinisikan sebagai hasil kali dari gaya total dengan selang waktu. I F I Ft ( t 2 t1 )...(2.1) (asusikan gaya total konstan) 4

13 Ipuls erupakan besaran ektor, arahnya saa dengan gaya total F. esarnya adalah hasil kali besar gaya total dengan laa waktu gaya bekerja. Jika gaya total F dp dp adalah konstan, aka juga konstan. Pada kasus ini saa dengan perubahan dt dt total oentu p 2 - p 1 selaa selang waktu t 2 t 1, dibagi dengan selang waktu : F p t 2 2 p t Kalikan persaaan ini dengan (t 2 t 1 ), didapatkan: F ( t p p t ) andingkan dengan persaaan (2.1) dan didapati hasil yang disebut teorea ipulsoentu : I p 2 p 1...(2.2) Perubahan oentu sebuah partikel selaa selang waktu saa dengan ipuls dari gaya total yang bekerja pada partikel tersebut selaa selang waktu tertentu. 2) Huku kekekalan Moentu Huku Newton III enyatakan bahwa gaya aksi saa dengan gaya reaksi tetapi arahnya berlawanan. Jika bola enubuk bola, selaa bola dan bola kontak (saling bersentuhan), bola engerjakan gaya pada bola (aksi). Sebagai reaksi, bola engerjakan gaya pada bola. kedua gaya ini saa besar, tetapi berlawanan arah. Jika arah gaya aksi ke kanan, aka arah gaya reaksi ke kiri. Huku Kekekalan Moentu dala peristiwa tubukan, oentu total siste sesaat sebelu tubukan saa dengan oentu total siste sesaat sesudah tubukan, asalkan tidak ada gaya luar yang bekerja pada siste Energi Kinetik Energi kinetik adalah energi yang diiliki benda karena geraknya (atau kecepatannya). nak panah yang lepas dari busurnya eiliki energi kinetik sehingga anak panah dapat elakukan usaha, yaitu enancap pada target. Energi kinetik bergantung pada kelajuan dan assa suatu benda. Seakin besar kelajuan, seakin besar juga energi kinetiknya. egitu juga dengan assa bendanya. Seakin besar assanya, aka energi kinetiknya juga seakin besar. Energi kinetik erupakan besaran skalar sehingga tidak ditentukan oleh arah dan nilainya selalu positif Tubukan Untuk siste dua benda yang bertubukan, oentu linear siste adalah tetap asalkan pada siste tidak bekerja gaya luar. kan tetapi, pada peristiwa tubukan di ana tidak ada gaya luar yang bekerja pada siste huku kekekalan oentu linear selalu berlaku, tetapi huku kekekalan energi kinetik uunya tidak berlaku. 5

14 Dala ateri ini dibatasi pada tubukan isentral lurus. Tubukan isentral lurus dibedakan enjadi tiga aca, yaitu. Tubukan lenting sepurna Tubukan lenting sepurna terjadi jika pada peristiwa tubukan itu energi kinetik benda baik sebelu aupun sesudah tubukan nilainya tetap. Dengan kata lain pada tubukan lenting sepurna tidak ada energi yang hilang. Dengan deikian, pada tubukan lenting sepurna berlaku huku kekekalan oentu dan huku kekekalan energi kinetik.. Tubukan lenting sebagian Tubukan lenting sebagian terjadi jika pada peristiwa tubukan itu julah energi kinetik setelah tubukan lebih kecil dibandingkan dengan julah energi kinetik sebelu terjadi tubukan. Hal itu berarti bahwa setelah tubukan ada sebagian energi kinetik diubah ke bentuk energi kalor, energi bunyi atau energi lainnya saat terjadi tubukan. Jadi, pada tubukan lenting sebagian huku kekekalan energi kinetik uunya tidak berlaku. Yang berlaku hanya huku kekekalan oentu. C. Tubukan tidak lenting saa sekali. Tubukan tidak lenting saa sekali terjadi jika setelah dua benda yang bertubukan kedua benda tersebut enjadi satu dengan kecepatan yang saa. Jadi, saa dengan nol.. kibatnya, kecepatan relatie kedua benda setelah tubukan 3. METODE PENELITIN Dala penelitian ini engunakan etode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dala penelitian ini guru bertindak sebagai peneliti. Tanggung jawab penuh terletak pada guru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk eecahkan persoalan praktis dala pebelajaran. Julah sapel yang digunakan adalah 1 siswa kelas XI. Teknik pengabilan sapel dilakukan secara acak (rando sapling). lat Pengukuran data yang digunakan berupa lebar pertanyaan, alat pereka data dan desain pebelajaran yang berupa Rencana pebelajaran. Untuk teknik pengupulan data dilakukan dengan cara pretest dan postest. Prosedur penelitian dengan elakukan dua tahap yaitu tahap persiapan dan pelaksanaan. Sedangkan untuk teknik analisa proses yang dilakukan adalah enggali konsep awal siswa untuk encari tahu hubungan antarkonsep di kepala siswa. Dari hubungan antarkonsep tersebut, peneliti dapat engetahui apakah ada konsep yang terputus atau tidak. Keudian peneliti ebuat desain pebelajaran berdasarkan konsepsi awal tersebut. Setelah itu dilakukan perlakuan yang sesuai dengan desain yang dibuat. Keudian siswa diberikan post-test untuk engetahui apakah hubungan antarkonsep yang salah (terputus) tadi sudah benar (terhubung). Jika setelah dilaksanakan pebelajaran hasil peta konsep akhir asih terputus aka dilakukan perbaikan desain pebelajaran sapai peta konsep yang terputus enjadi terhubung dengan benar sedangkan jika hasil peta konsep akhir ini, seua hubungan konsep sudah 6

15 terhubung, aka proses pebelajaran dianggap berhasil, karena sapel dianggap eahai ateri yang disapaikan. 4. HSIL DN NLIS Dari soal-soal yang diberikan pada saat pretest terdapat beberapa konsep yang diiliki WJ selaku sapel salah, sehingga diperoleh peta konsep awal sebagai berikut : Gabar 2. Peta konsep wal WJ Untuk elengkapi peta konsep WJ yang awalnya terputus peneliti elakukan reidiasi atau pebelajaran supaya konsep WJ enjadi terhubung dengan benar. erikut ini adalah konsep-konsep WJ yang perlu untuk direidiasi :. Hubungan Moentu dengan Kecepatan Menurut peahaan WJ dala soal pretest jika gaya yang diberikan besar aka kecepatan juga besar. Peahaan WJ salah karena tidak enyebutkan tentang hubungan kecepatan dan oentu, diana jika kecepatan benda besar aka oentu benda juga seakin besar. Kecepatan berbanding lurus dengan oentu. Jadi WJ tidak engetahui hubungan antara oentu dan kecepatan. Setelah diketahui konsep awal WJ ternyata salah, aka dilakukan pebelajaran untuk enanakan konsep yang benar. Pebelajaran dilakukan dengan deonstrasi atau percobaan dan diskusi. Pebelajaran diawali dengan enanyakan beberapa pertanyaan penggiring, sehingga bisa erancang percobaan untuk engetahui hubungan oentu dengan kecepatan. Percobaan yang dilakukan dengan enepelkan plastisin pada kereta. Massa kereta saa keudian didorong dengan kecepatan yang berbeda sapai enancap pada paku yang berada di depan kereta. 7

16 Dari percobaan tersebut dilihat efek lubang pada plastisin. Setelah dilakukan percobaan diperoleh hasil bahwa kecepatan epengaruhi oentu, diana seakin besar kecepatan benda, aka seakin besar juga oentunya. Setelah pebelajaran selesai diberikan postest kepada WJ untuk engetahui konsep yang baru.. Hubungan Moentu dengan Massa Menurut Peahaan WJ dala soal pretest untuk bola yang assanya berbeda apabila bergerak dengan kecepatan yang saa aka benda yang lebih ringan akan lebih sulit dihentikan. Konsep yang diiliki oleh WJ ini salah karena assa benda berbanding lurus dengan oentu. Seakin besar assa benda aka oentunya seakin besar juga. Jika oentu benda besar aka benda akan seakin sulit dihentikan. Jadi WJ engetahui ada hubungan konsep antara oentu dan assa, tetapi salah. Pebelajaran dilakukan dengan deonstrasi atau percobaan dan diskusi. Percobaan yang dilakukan dengan enepelkan plastisin pada kereta. Massa kereta dibuat berbeda keudian didorong dengan kecepatan yang saa sapai plastisin pada kereta enancap paku yang berada di depan kereta. Dari percobaan tersebut dilihat efek lubang pada plastisin. Setelah dilakukan percobaan diperoleh hasil bahwa assa epengaruhi oentu, diana seakin besar assa benda, aka seakin besar juga oentunya.setelah pebelajaran selesai diberikan postest kepada WJ untuk engetahui konsep yang baru. Dari hasil postest ternyata WJ sudah eahai hubungan oentu dengan assa. C. Hubungan Tubukan dengan Huku Kekekalan Moentu Dala peristiwa tubukan WJ tidak engetahui tentang huku kekekalan oentu yang seharusnya oentu total siste sesaat sebelu tubukan saa dengan oentu total siste sesaat setelah tubukan, asalkan tidak ada gaya luar yang bekerja pada siste. Jadi WJ engetahui ada hubungan konsep antara tubukan dan huku kekekalan oentu, tetapi salah. Setelah diketahui konsep awal WJ ternyata salah, aka dilakukan pebelajaran untuk enanakan konsep yang benar. Pebelajaran dilakukan dengan deonstrasi atau percobaan dan diskusi. Percobaan yang dilakukan adalah enentukan tiga titik di lantai dengan jarak yang saa. Keudian eletakkan bola pada titik ke dua dala keadaan dia, dari titik pertaa ditebakkan bola sapai bertubukan dengan bola (kedua buah bola assanya saa). Setelah dilakukan percobaan ternyata hasil yang diperoleh dala peristiwa tubukan tersebut, oentu total siste sesaat sebelu tubukan saa dengan oentu total sesaat sesudah tubukan, asalkan tidak ada gaya luar yang bekerja pada siste. Setelah dilakukan 8

17 pebelajaran pada peta konsep yang awalnya salah sudah terhubung dengan benar, konsep yang diiliki lengkap. D. Hubungan Ipuls dengan Gaya dan Perubahan Waktu Konsep awal WJ tentang hubungan ipuls dan gaya salah. Menurut peahaan WJ pada saat diberikan soal pretest apa yang terjadi dengan bola ketika engenai tebok? Jawaban WJ bola akan eantul, hal itu dikarenakan ada gaya yang bekerja pada bola. Di dala pretest WJ saa sekali tidak enyebutkan hubungan gaya dengan ipuls. Diana bola yang eantul tersebut dikarenakan adanya ipuls yang bekerja pada bola. Sedangkan konsep awal WJ untuk hubungan Ipuls dan perubahan waktu sudah benar. Setelah diketahui konsep awal WJ ternyata salah, aka dilakukan pebelajaran untuk enanakan konsep yang benar. Pebelajaran diawali dengan enanyakan ana yang terasa sakit dipukul secara labat atau secara cepat. agaiana waktu yang dibutuhkan untuk enghentikan tangan saat dipukul secara lebih labat dibandingkan saat dipukul lebih cepat. agaiana besarnya ipuls dari kedua kasus tersebut. Setelah WJ engetahui bahwa besar ipuls dari kedua kasus tersebut saa ditanyakan lagi bagaiana gaya (gaya pukul) yang dihasilkan untuk kasus kedua kasus. Sesudah deonstrasi dilakukan diperoleh hasil untuk ipuls yang saa seakin laa waktu kontaknya, seakin kecil gaya yang diteria. Setelah pebelajaran selesai diberikan postest kepada WJ untuk engetahui konsep yang baru. Sehingga hubungan konsep antara Ipuls, gaya dan perubahan waktu sebelu proses pebelajaran pada peta konsep hubungannya salah dan sesudah pebelajaran pada peta konsep hubungannya sudah terhubung, konsep yang diiliki lengkap. E. Hubungan Ipuls dengan Moentu Setelah diketahui konsep awal WJ ternyata salah, aka dilakukan pebelajaran untuk enanakan konsep yang benar. Untuk hubungan Ipuls dengan oentu pebelajaran dilakukan elalui siulasi dan diskusi. Pebelajaran diawali dengan enanyakan kepada WJ pernahkah kau elihat tabrakan. pa yang terjadi jika sebuah truk enabrak tebok. pa juga yang terjadi jika truk yang saa enabrak jerai. Mana yang engalai efek rusak lebih berat. Setelah WJ enjawab pertanyaan penggiring, keudian gabar diperlihatkan. Dari gabar dapat diketahui bahwa perubahan oentu dala waktu singkat ebutuhkan kekuatan besar dibandingkan perubahan oentu dala waktu yang lebih laa. Keudian peneliti eberikan peantapan lagi dari huku II Newton diperoleh : 9

18 F. a F. t F. t. Dapat dijelaskan jika suatu benda diberi ipuls aka akan engalai perubahan oentu diana nilai ipuls saa dengan perubahan oentu. Konsep awal yang diiliki WJ salah, setelah proses pebelajaran konsep yang diiliki WJ enjadi benar. F. Hubungan Huku Kekekalan Energi dengan Tubukan Lenting sepurna Menurut peahaan WJ dala pretest pada saat sebelu dan sesudah tubukan bola bekel 1 dan bola bekel 2 eiliki energi kinetik. esarnya energi kinetik sebelu tubukan lebih besar dibandingkan sesudah tubukan. WJ engatakan bahwa tubukan jenis tersebut adalah tubukan lenting sepurna. Dala hal ini WJ belu eahai tentang tubukan lenting sepurna, diana pada tubukan lenting sepurna tidak ada Energi kinetik yang hilang. Jadi WJ engetahui ada hubungan konsep antara huku kekekalan energi dan tubukan lenting sepurna, tetapi salah. Setelah diketahui konsep awal WJ ternyata salah, aka dilakukan pebelajaran untuk enanakan konsep yang benar. Untuk engetahui hubungan huku kekekalan energi dengan tubukan lenting sepurna pebelajaran dilakukan elaui aniasi dan diskusi. Pebelajaran diawali dengan eberikan inforasi Perlu diketahui bahwa biasanya dua benda yang bertubukan bergerak endekat satu dengan yang lain dan setelah bertubukan keduanya bergerak saling enjauhi. Ketika benda bergerak, aka tentu saja benda eiliki kecepatan. Karena benda tersebut epunyai kecepatan (dan assa), aka benda itu pasti eiliki oentu (p = ) dan juga Energi Kinetik (EK = ½ 2 ). Keudian aniasi diainkan, setelah elihat aniasi diketahui bahwa dua benda dikatakan elakukan Tubukan lenting sepurna jika Moentu dan Energi Kinetik kedua benda sebelu tubukan = oentu dan energi kinetik setelah tubukan. Dengan kata lain, pada tubukan lenting sepurna berlaku Huku Kekekalan Moentu dan Huku Kekekalan Energi Kinetik, karena total assa dan kecepatan kedua benda saa, baik sebelu aupun setelah tubukan. Huku Kekekalan Energi Kinetik berlaku pada Tubukan lenting sepurna karena selaa tubukan tidak ada energi yang hilang. G. Hubungan Huku Kekekalan Energi dengan Tubukan Lenting Sebagian Dari soal pretest WJ engetahui konsep antara huku kekekalan Energi dan tubukan lenting sebagian dan hubungannya sudah benar. Peneliti eberikan peantapan elalui aniasi, setelah elihat aniasi dijelaskan bahwa dala tubukan lenting sebagian hanya berlaku huku kekekalan oentu. Dala 10

19 tubukan ini huku kekekalan energi kinetik tidak berlaku karena ada perubahan energi kinetik yang terjadi ketika pada saat tubukan. Perubahan energi kinetik bisa berarti terjadi pengurangan energi kinetik atau penabahan energi kinetik. Pengurangan energi kinetik terjadi ketika sebagian energi kinetik awal diubah enjadi energi lain, seperti energi panas, energi bunyi dan energi potensial. Hal ini yang ebuat total energi kinetik akhir lebih kecil dari total energi kinetik awal. Serta ditabahkan Koefisien restitusi (0 < e <1). H. Hubungan Kekekalan Energi dengan Tubukan Tidak Lenting Saa Sekali Dari soal pretest WJ engetahui ada hubungan antara huku kekekalan Energi dan tubukan tidak lenting saa sekali sudah benar. Sehingga peneliti hanya eberikan peantapan elalui aniasi, setelah elihat aniasi dijelaskan bahwa suatu tubukan dikatakan Tubukan Tidak Lenting saa sekali apabila dua benda yang bertubukan bersatu alias saling enepel setelah tubukan. Dala tubukan tidak lenting saa sekali hanya berlaku huku kekekalan oentu. Serta ditabahkan koefisien restitusi e = 0. Dari proses reidiasi yang diberikan serta soal-soal postest untuk eperbaiki konsep awal yang salah, diperoleh hasil peta konsep yang terhubung dengan benar seperti di bawah ini : Gabar 3. Peta konsep akhir WJ 5. KESIMPULN DN SRN Dari hasil penelitian ini, aka dapat diabil suatu kesipulan, bahwa, peta konsep setiap siswa engenai oentu dan ipuls berbeda, sehingga eerlukan desain 11

20 pebelajaran yang berbeda pula. Mebuat desain pebelajaran, dapat enggunakan etode Teaching Experient dengan bantuan deonstrasi dan aniasi, berdasarkan peta konsep siswa. Mebuat desain pebelajaran berdasarkan peta konsep, dapat ebantu eningkatkan peahaan siswa tentang oentu dan ipuls. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk penelitian berikutnya adalah etode Teaching Experient engutaakan interaksi, aka interaksi antara peneliti dengan sapel harus ditingkatkan. Peneliti harus apu abawa suasana belajar supaya enyenangkan dan dapat terjadi interaksi aktif antara sapel dengan peneliti. 6. DFTR CUN erg, Euwe an den., 1991, Miskonsepsi Fisika dan Reediasi. Salatiga : Uniersitas Kristen Satya Wacana. Dwi Ui tun, Peetaan Konsep Siswa oentu dan Tubukan. Salatiga : UKSW Halliday, Daid. Robert Resnick; alih bahasa oleh Pantur Silaban dan Erwin Sucipto, Fisika edisi ketiga jilid 1. Erlangga. Jakarta. Kasbulah, 2001, Penelitian Tindakan Kelas. Malang : Uniersitas Negeri Malang. Kanginan M., 2002, Fisika Untuk SM Kelas XI. Jakarta : Erlangga. Steffe, L. P., dan Thopson, P. W Teaching Experient Methodology: Underlying Principles and Essential Eleents. Sanjaya, Wina Perencanaan dan Desain Siste Pebelajaran. Prenada Media Group. Jakarta. Suparno P., 1997, Filsafat Kontruktiise Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius. Yain, Martinis Desain Pebelajaran erbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Gaung Persada Press. Jakarta. 12

21

22 No Hubungan konsep yang diharapkan 1 p No. Soal Tabel Jawaban wal WJ Pertanyaan Kunci Jawaban Jawaban Siswa Dua buah bola bekel epunyai assa yang saa. ola 1 dilepar endatar dengan tangan sehingga bergerak dengan kecepatan. 1 ola 2 ditebakkan endatar dengan ketapel sehingga bergerak dengan kecepatan 2 a. Mengapa bola 1 dan bola 2 asih bergerak eskipun hanya dilepar dan dibidikan di awal saja? Jelaskan! b. ola anakah yang lebih dulu enabrak tebok? Jelaskan! Dua buah bola bekel epunyai assa yang saa. ola 1 dilepar endatar dengan tangan sehingga bergerak dengan kecepatan. 1 ola 2 ditebakkan endatar a. Karena bola 1 dan bola 2 seula sudah bergerak aka bola tersebut akan epertahankan keadaannya untuk terus bergerak (kelebaan), dan berarti kedua bola epunyai oentu. b. ola 2 karena bola 2 epunyai kecepatan yang lebih besar dibandingkan dengan kecepatan bola 1. a. Karena dikasih gaya yang diberikan pada bola bekel. b. ola 2, karena bola 2 eiliki kecepatan lebih besar dibandingkan bola 1.

23 dengan ketapel sehingga bergerak dengan kecepatan 2 a. ntara bola 1 dan bola 2 (bola 1 dan bola 2 epunyai assa saa), bola anakah yang lebih sulit dihentikan? b. pa yang enyebabkan hal tersebut? Jelasklan! 2 p 2. c. Manakah antara bola 1 dan bola2 yang epunyai oentu yang lebih besar? Jelaskan! Jika bola tenis lapangan dan bola basket yang epunyai assa yang berbeda bergerak dengan dengan kecepatan yang saa ditubukakan pada telapak tangan. a. Jika bola tenis lapangan dan bola basket dileparkan endatar dengan tangan dala waktu yang bersaaan sehingga bergerak dengan kecepatan yang saa dan ditangkap oleh orang yang berada tepat di depannya, bola anakah yang lebih sulit dihentikan? a. ola 2 b. Karena kecepatan bola 2 lebih besar sehingga oentu lebih besar (untuk assa yang saa ) dibandingkan dengan kecepatan oentu bola 1. c. ola 2 karena bola lebih sulit dihentikan dibandingkan dengan bola 1. a. ola basket lebih sulit dihentikan. a. ola 2 b. Karena gaya yang bekerja pada bola 2 lebih besar daripada bola 1. c. ola 2, karena kecepatan pada bola 2 lebih besar daripada bola1. a. ola tenis lebih sulit dihentikan.

24 b. pa yang enyebabkan hal tersebut? Jelaskan! Jika bola tenis lapangan dan bola basket yang epunyai assa yang berbeda bergerak dengan dengan kecepatan yang saa ditubukakan pada telapak tangan a. Manakah antara bola tenis lapangan dan bola basket yang epunyai oentu yang lebih besar? Jelaskan! b. Karena assa bola basket lebih besar sehingga eiliki oentu lebih besar (untuk kecepatan yang saa)dibandingkan bola tenis lapangan. a. ola basket karena bola basket lebih sulit dihentikan dibandingkan dengan bola tenis lapangan. b. Karena bentuknya yang sangat kecil a. ola basket karena assanya lebih besar dari bola basket 2. b. pakah oentu itu? b. Moentu adalah kualitas suatu benda atau julah gerak suatu benda yang besarnya tergantung assa benda dan kecepatan benda. Moentu juga diartikan sebagai ukuran kesukaran eberhentikan suatu benda yang berkaitan dengan besarnya assa benda dan kecepatannya. b. Moentu adalah assa dikali kecepatan. 3 TubukanHK. Kekekalan oentu 3. Dua buah bola bekel bergerak berlawanan arah dengan kecepatan yang saa a. agaiana kecepatan bola bekel setelah tubukan? a. Saa. a. Kecepatan lebih besar.

25 4 IF 3. (saa/lebih besar/lebih kecil) b. pakah kedua bola bekel sebelu dan sesudah tubukan eiliki oentu? c. agaiana besar total oentu bola bekel sebelu tubukan dibandingkan dengan besar total oentu setelah tubukan?(saa/lebih besar/lebih kecil) Dua buah bola plastik bergerak berlawanan arah dengan kecepatan yang saa a. agaiana kecepatan bola plastik setelah tubukan? (saa/lebih besar/lebih kecil) b. Mengapa setelah tubukan kedua bola plastik bergerak lebih pelan? c. pakah kedua bola plastik sebelu dan sesudah tubukan eiliki oentu? d. agaiana besar total oentu bola bekel sebelu tubukan dibandingkan dengan besar total oentu setelah tubukan?(saa/lebih besar/lebih kecil) ola tenis lapangan epunyai assa dilepar endatar b. Kedua bola bekel eiliki oentu sebelu dan sesudah tubukan. c. Saa, P P P P a. Kecepatan kedua bola plastik enjadi lebih kecil. b. Karena ada energi kinetik yang hilang sesaat setelah kedua bola bertubukan. c. Kedua bola plastik eiliki oentu sebelu dan sesudah tubukan. d. Saa, P P P P b. Ya. c. Lebih besar. a. Lebih kecil. b. Karena gaya yang bekerja pada benda seakin kecil. c. Ya. d. saa.

26 dengan tangan sehingga bergerak dengan kecepatan. bola tersebut enabrak tebok yang terletak 200 tepat di depan orang yang elepar bola tenis. a. pa yang terjadi dengan bola ketika engenai tebok? ola akan enabrak tebok keudian berbalik arah karena adanya ipuls yang bekerja pada bola ola akan eantul. 5 It b. pa yang enyebabkan hal tersebut jelaskan? 2 buah bola plastisin epunyai assa, bola 1 dipukul lebih keras sedangkan bola2 dibukul lebih pelan (waktu kontak lebih laa) a. Manakah yang akan berpengaruh lebih besar pada bentuk bola jika pada saat tubukan selang waktu bola bersentuhan dengan tangan singkat atau laa? b. pa yang enyebabkan hal tersebut? Jelaskan! Karena adanya gaya aksi yang dikerjakan bola pada tebok aka tebok eberikan gaya reaksi terhadap bola yang arahnya berlawanan. a. Saat bersentuhan dengan waktu yang singkat berpengaruh lebih besar pada bentuk bola plastisin dibandingkan saat bersentuan dala waktu yang laa. b. Karena jika waktu bersentuhan singkat aka besarnya ipuls yang ditibulkan besar. Karena adanya gaya a. Saat bersentuhan dengan waktu yang singkat. b. Karena jika waktu bersentuhan singkat aka besarnya ipuls yang ditibulkan besar. 6 Ip 2buah bola yang satu ditendang orang dewasa yang kedua ditendang anak kecil dengan sekuat

27 tenaga. a. agaiana besarnya 1 dibanding dengan 2? a. 1 > 2 a. Kecepatannya saa b. bagaiana besarnya perubahan oentu kedua kasus, ΔP 1 dibanding ΔP 2? b. ΔP 1 >ΔP 2 b. ΔP 1 = ΔP Hk. Kekekalan Energi tubukan lenting sepurna Hk. Kekekalan Energi c. agaiana besarnya I 1 dibandingkan dengan I 2? Dua buah bola bekel bergerak berlawanan arah dengan kecepatan yang saa. a. pakah sebelu tubukan dan setelah tubukan bola bekel 1 dan bola bekel 2 tersebut epunyai energi kinetik? b. Jika bola bekel 1 dan bola bekel 2 epunyai energi kinetik bagaiana besar total energi kinetik (total energi bola bekel 1 dan 2) sebelu dan setelah tubukan? (saa/lebih besar/lebih kecil) c. pakah ada energi kinetik yang hilang dari bola bekel 1 dan bola bekel 2 sebelu dan setelah tubukan? d. Jenis apakah tubukan tersebut? Dua buah bola plastik bergerak berlawanan arah dengan c. I 1 > I 2 a. ola bekel 1 dan bola bekel 2 epunyai energi kinetik pada saat sebelu tubukan dan setelah tubukan. b. esar total energi kinetik yang diiliki bola bekel 1 dan bola bekel 2 sebelu tubukan saa dengan total energi kinetik setelah tubukan. c. Tidak ada energi kinetik yang hilang. d. Lenting sepurna. c. I 1 = I 2 a. ya b. Lebih besar sebelu tubukan dibandingkan setelah tubukan. c. Energi kinetik berkurang. d. Lenting sepurna

28 9 tubukan lenting sebagian Hk. Kekekalan Energi tubukan tidak lenting saa sekali kecepatan yang saa. a. pakah sebelu tubukan dan setelah tubukan bola plastik 1 dan bola plastik 2 tersebut epunyai energi kinetik? b. Jika bola plastik 1 dan bola plastik 2 epunyai energi kinetik bagaiana besar total energi kinetik (total energi bola plastik 1 dan 2) sebelu dan setelah tubukan? (saa/lebih besar/lebih kecil) c. pakah ada energi kinetik yang hilang dari bola plastik 1 dan bola plastik 2 sebelu dan setelah tubukan? d. Jenis apakah tubukan tersebut? Dua buah bola plastisin bergerak berlawanan arah dengan kecepatan yang saa. a. pakah sebelu tubukan dan setelah tubukan bola plastisin 1 dan bola plastisin 2 tersebut epunyai energi kinetik? b. Jika bola plastisin 1 dan bola plastisin 2 epunyai energi kinetik bagaiana besar total energi kinetik (total energi bola bekel 1 dan 2) sebelu dan setelah tubukan? (saa/lebih besar/lebih kecil) a. ola plastik 1 dan bola plastik 2 epunyai energi kinetik pada saat sebelu tubukan dan setelah tubukan. b. esar total energi kinetik yang diiliki bola plastik 1 dan bola plastik 2 sebelu tubukan lebih besar dengan total energi kinetik setelah tubukan. c. ada energi kinetik yang hilang. d. Lenting sebagian. a. ola plastik 1 dan bola plastisin 2 epunyai energi kinetik pada saat sebelu tubukan dan setelah tubukan. b. esar total energi kinetik yang diiliki bola plastik 1 dan bola plastik 2 sebelu tubukan lebih besar dengan total energi kinetik setelah tubukan(total energi kinetik setelah tubukan adalah 0) a. Sebelu ada dan setelah tubukan ada. b. Lebih besar sebelu tubukan dibandingkan setelah tubukan. c. da energi kinetik yang berkurang. d. Lenting sebagian a. Sebelu ada dan sesudah tubukan tidak ada. b. Sesudah tubukan tidak punya energi kinetik.

29 c. pakah ada energi kinetik yang hilang dari bola plastisin 1 dan bola plastisin 2 sebelu dan setelah tubukan? d. Jenis apakah tubukan tersebut? c. ada energi kinetik yang hilang. d. Tidak lenting saa sekali. c. da energi kinetik yang hilang. d. Tidak lenting saa sekali

30 PET KONSEP WL WJ Moentu & Ipuls Moentu Tubukan 6 3 Moentu Linear Ipuls Huku Kekekalan Moentu Lenting Sepurna Lenting Sebagian Tidak Lenting saa sekali assa kecepatan gaya waktu Keterangan : : da hubungan konsep, dan benar : da hubungan konsep, tetapi salah : Konsep salah Huku Kekekalan Energi

31 Tabel Jawaban khir WJ No Hubungan konsep yang diharapkan 1 p No. Soal Pertanyaan Kunci Jawaban Jawaban Siswa Dua buah bola bekel epunyai assa yang saa. ola 1 dilepar endatar dengan tangan sehingga bergerak dengan kecepatan. ola 2 ditebakkan 1 endatar dengan ketapel sehingga bergerak dengan kecepatan 2 a. Mengapa bola 1 dan bola 2 asih bergerak eskipun hanya dilepar dan dibidikan di awal saja? Jelaskan! b. ola anakah yang lebih dulu enabrak tebok? Jelaskan! Dua buah bola bekel epunyai assa yang saa. ola 1 dilepar endatar dengan tangan sehingga bergerak dengan kecepatan. ola 2 ditebakkan 1 endatar dengan ketapel sehingga bergerak dengan a. Karena bola 1 dan bola 2 seula sudah bergerak aka bola tersebut akan epertahankan keadaannya untuk terus bergerak (kelebaan), dan berarti kedua bola epunyai oentu. b. ola 2 karena bola 2 epunyai kecepatan yang lebih besar dibandingkan dengan kecepatan bola 1. a. Karena bola 1 dan bola 2 seula sudah bergerak aka bola tersebut akan epertahankan keadaannya untuk terus bergerak (kelebaan), dan berarti kedua bola epunyai oentu. b. ola 2 karena bola 2 epunyai kecepatan yang lebih besar dibandingkan dengan kecepatan bola 1.

32 2 p 2. kecepatan 2 a. ntara bola 1 dan bola 2 (bola 1 dan bola 2 epunyai assa saa), bola anakah yang lebih sulit dihentikan? b. pa yang enyebabkan hal tersebut? Jelasklan! c. Manakah antara bola 1 dan bola2 yang epunyai oentu yang lebih besar? Jelaskan! Jika bola tenis lapangan dan bola basket yang epunyai assa yang berbeda bergerak dengan dengan kecepatan yang saa ditubukakan pada telapak tangan. a. Jika bola tenis lapangan dan bola basket dileparkan endatar dengan tangan dala waktu yang bersaaan sehingga bergerak dengan kecepatan yang saa dan ditangkap oleh orang yang berada tepat di depannya, bola anakah yang lebih sulit dihentikan? a. ola 2 b. Karena kecepatan bola 2 lebih besar sehingga oentu lebih besar (untuk assa yang saa) dibandingkan dengan kecepatan oentu bola 1. c. ola 2 karena bola lebih sulit dihentikan dibandingkan dengan bola 1. a. ola basket lebih sulit dihentikan. a. ola 2 b. Karena kecepatan bola 2 lebih besar sehingga oentu lebih besar (untuk assa yang saa) dibandingkan dengan kecepatan oentu bola 1. c. ola 2 karena bola lebih sulit dihentikan dibandingkan dengan bola 1. a. ola basket lebih sulit dihentikan.

33 b. pa yang enyebabkan hal tersebut? Jelaskan! b. Karena assa bola basket lebih besar sehingga eiliki oentu lebih besar (untuk kecepatan yang saa) dibandingkan bola tenis lapangan. b. Karena assa bola basket lebih besar sehingga eiliki oentu lebih besar (untuk kecepatan yang saa) dibandingkan bola tenis lapangan. 3 TubukanHK. Kekekalan oentu Jika bola tenis lapangan dan bola basket yang epunyai assa yang berbeda bergerak dengan dengan kecepatan yang saa ditubukakan pada telapak tangan a. Manakah antara bola tenis lapangan dan bola basket yang epunyai oentu yang lebih besar? Jelaskan! b. pakah oentu itu? Dua buah bola bekel bergerak berlawanan arah dengan kecepatan yang saa a. ola basket karena bola basket assanya lebih besar b. Moentu adalah kualitas suatu benda atau julah gerak suatu benda yang besarnya tergantung assa benda dan kecepatan benda. Moentu juga diartikan sebagai ukuran kesukaran eberhentikan suatu benda yang berkaitan dengan besarnya assa benda dan kecepatannya. a. ola basket karena assanya lebih besar dari bola basket sehingga b. Moentu adalah assa dikali kecepatan.

34 a. agaiana kecepatan bola bekel setelah tubukan? (saa/lebih besar/lebih kecil) b. pakah kedua bola bekel sebelu dan sesudah tubukan eiliki oentu? c. agaiana besar total oentu bola bekel sebelu tubukan dibandingkan dengan besar total oentu setelah tubukan?(saa/lebih besar/lebih kecil) a. Saa. b. Kedua bola bekel eiliki oentu sebelu dan sesudah tubukan. c. Saa, P P P P a. saa. b. Ya. c. saa. 3. Dua buah bola plastik bergerak berlawanan arah dengan kecepatan yang saa a. agaiana kecepatan bola plastik setelah tubukan? (saa/lebih besar/lebih kecil) b. Mengapa setelah tubukan kedua bola plastik bergerak lebih pelan? a. Kecepatan kedua bola plastik enjadi lebih kecil. b. Karena ada energi kinetik yang hilang sesaat setelah kedua bola bertubukan. a. Lebih kecil. b. Karena ada energi kinetik yang hilang sesaat setelah kedua bola bertubukan. c. pakah kedua bola plastik sebelu dan sesudah tubukan eiliki oentu? d. agaiana besar total oentu bola bekel sebelu tubukan c. Kedua bola plastik eiliki oentu sebelu dan sesudah tubukan. d. Saa, P P P P c. Ya. d. saa.

35 4 IF dibandingkan dengan besar total oentu setelah tubukan?(saa/lebih besar/lebih kecil) ola tenis lapangan epunyai assa dilepar endatar dengan tangan sehingga bergerak dengan kecepatan. bola tersebut enabrak tebok yang terletak 200 tepat di depan orang yang elepar bola tenis. a. pa yang terjadi dengan bola ketika engenai tebok? ola akan enabrak tebok keudian berbalik arah karena adanya ipuls yang bekerja pada bola ola berbalik arah karena adanya ipuls yang bekerja pada bola b. pa yang enyebabkan hal tersebut jelaskan? Karena adanya gaya aksi yang dikerjakan bola pada tebok aka tebok eberikan gaya reaksi terhadap bola yang arahnya berlawanan. Karena adanya gaya aksi yang dikerjakan bola pada tebok aka tebok eberikan gaya reaksi terhadap bola yang arahnya berlawanan.

36 5 It 2 buah bola plastisin epunyai assa, bola 1 dipukul lebih keras sedangkan bola2 dibukul lebih pelan (waktu kontak lebih laa) a. Manakah yang akan berpengaruh lebih besar pada bentuk bola jika pada saat tubukan selang waktu bola bersentuhan dengan tangan singkat atau laa? a. Saat bersentuhan dengan waktu yang singkat berpengaruh lebih besar pada bentuk bola plastisin dibandingkan bersentuhan dala waktu yang laa. a. Saat bola plastisin bersentuhan dengan tangan dala waktu yang singkat. b. pa yang enyebabkan hal tersebut? Jelaskan! b. Karena jika waktu tabrakan singkat aka besarnya ipuls yang ditibulkan besar. b. Karena jika waktu sentuhnya singkat aka besarnya ipuls yang ditibulkan besar. 6 Ip 7 Hk. Kekekalan Energi tubukan lenting sepurna 2buah bola yang satu ditendang orang dewasa yang kedua ditendang anak kecil dengan sekuat tenaga. a. agaiana besarnya 1 dibanding dengan 2? b. bagaiana besarnya perubahan oentu kedua kasus, ΔP 1 dibanding ΔP 2? c. agaiana besarnya I 1 dibandingkan dengan I 2? Dua buah bola bekel bergerak berlawanan arah dengan kecepatan yang saa. a. pakah sebelu tubukan dan setelah tubukan bola a. 1 > 2 b. ΔP 1 >ΔP 2 c. I 1 > I 2 a. ola bekel 1 dan bola bekel 2 epunyai energi kinetik pada a. 1 > 2 b. ΔP 1 > ΔP 2 c. I 1 > I 2 a. Ya

37 8 Hk. Kekekalan Energi tubukan lenting sebagian bekel 1 dan bola bekel 2 tersebut epunyai energi kinetik? b. Jika bola bekel 1 dan bola bekel 2 epunyai energi kinetik bagaiana besar total energi kinetik (total energi bola bekel 1 dan 2) sebelu dan setelah tubukan? (saa/lebih besar/lebih kecil) c. pakah ada energi kinetik yang hilang dari bola bekel 1 dan bola bekel 2 sebelu dan setelah tubukan? d. Jenis apakah tubukan tersebut? Dua buah bola plastik bergerak berlawanan arah dengan kecepatan yang saa. a. pakah sebelu tubukan dan setelah tubukan bola plastik 1 dan bola plastik 2 tersebut epunyai energi kinetik? b. Jika bola plastik 1 dan bola plastik 2 epunyai energi kinetik bagaiana besar total energi kinetik (total energi bola plastik 1 dan 2) sebelu dan setelah tubukan? (saa/lebih besar/lebih kecil) c. pakah ada energi kinetik saat sebelu tubukan dan setelah tubukan. b. esar total energi kinetik yang diiliki bola bekel 1 dan bola bekel 2 sebelu tubukan saa dengan total energi kinetik setelah tubukan. c. Tidak ada energi kinetik yang hilang. d. Lenting sepurna. a. ola plastik 1 dan bola plastik 2 epunyai energi kinetik pada saat sebelu tubukan dan setelah tubukan. b. esar total energi kinetik yang diiliki bola plastik 1 dan bola plastik 2 sebelu tubukan lebih besar dengan total energi kinetik setelah tubukan. c. ada energi kinetik yang hilang. b. esar total energi kinetik yang diiliki bola bekel 1 dan bola bekel 2 sebelu tubukan saa dengan total energi kinetik setelah tubukan. c. Tidak ada nergi kinetik yang hilang. d. Lenting sepurna a. Sebelu ada dan setelah tubukan ada. b. Lebih besar sebelu tubukan dibandingkan setelah tubukan. c. da energi kinetik yang hilang.

38 yang hilang dari bola plastik 1 dan bola plastik 2 sebelu dan setelah tubukan? d. Jenis apakah tubukan tersebut? Dua buah bola plastisin bergerak berlawanan arah dengan kecepatan yang saa. a. pakah sebelu tubukan dan setelah tubukan bola plastisin 1 dan bola plastisin 2 tersebut epunyai energi kinetik? d. Lenting sebagian. d. Lenting sebagian a. ola plastik 1 dan bola plastisin 2 epunyai energi kinetik pada saat sebelu tubukan dan setelah tubukan tidak ada. a. Sebelu ada dan sesudah tubukan tidak ada. 9 Hk. Kekekalan Energi tubukan tidak lenting saa sekali b. Jika bola plastisin 1 dan bola plastisin 2 epunyai energi kinetik bagaiana besar total energi kinetik (total energi bola bekel 1 dan 2) sebelu dan setelah tubukan? (saa/lebih besar/lebih kecil) b. esar total energi kinetik yang diiliki bola plastik 1 dan bola plastik 2 sebelu tubukan lebih besar dengan total energi kinetik setelah tubukan(total energi kinetik setelah tubukan adalah 0) b. Sesudah tubukan tidak punya energi kinetik. (total energi kinetik setelah tubukan adalah 0) c. pakah ada energi kinetik yang hilang dari bola plastisin 1 dan bola plastisin 2 sebelu dan setelah tubukan? d. Jenis apakah tubukan tersebut? c. ada energi kinetik yang hilang. d. Tidak lenting saa sekali. c. da energi kinetik yang hilang. d. Tidak lenting saa sekali

39 PET KONSEP KHIR WJ Moentu & Ipuls Moentu Tubukan 6 3 Moentu Linear Ipuls Huku Kekekalan Moentu Lenting Sepurna Lenting Sebagian Tidak Lenting saa sekali assa kecepatan gaya waktu Keterangan : : da hubungan konsep, dan benar Huku Kekekalan Energi

40 RENCN PEMELJRN Topik : Moentu dan Ipuls Kelas/Seester : XI/II Waktu : Standard Kopetensi : Menganalisis gejala ala dan keteraturannya dala cakupan benda titik Kopetensi Dasar : Menunjukkan hubungan antara konsep ipuls dan oentu untuk enyelesaikan asalah Indikator : - Menjelaskan dan engkonsepkan ipuls dan oentu - Mengaitkan hubungan antara ipuls dan perubahan oentu Tujuan Pebelajaran : - Siswa dapat enjelaskan dan engkonsepkan ipuls dan oentu - Siswa dapat engaitkan hubungan antara ipuls dan perubahan oentu lat dan ahan : - ola plastisin - Kereta-keretaan Langkah Pebelajaran 1. Motiasi Menanyakan kepada siswa engapa dengan kecepatan yang saa obil yang enabrak tebok dapat rinsek sedangkan yang enabrak tupukan jerai tidak? 2. Peruusan Masalah Mengapa obil yang enabrak pohon lebih ringsek daripada enabrak jerai? 3. Hipotesa : Kegiatan I (konsep Moentu) Percobaan I : (untuk engetahui apa itu oentu dan faktor apa saja yang epengaruhi oentu dilakukan percobaan seperti dibawah ini) (Untuk assa yang saa dan kecepatannya berbeda, 1 2, 1 2 )

41 1 didorong secara bersaaan paku tebok 2 Paku Hasil Pengaatan : (Menanyakan kepada sapel) Mana yang lubang plastisinnya lebih dala (kereta 1 atau kereta 2)? Kereta 1 (Info : banyaknya gerak yang dibawa oleh benda disebut oentu) Kesipulan : - Moentu dipengaruhi oleh assa benda - Seakin besar assa benda, seakin besar juga oentunya - Secara ateatis : p... (1) Percobaan II (Untuk assa yang saa dan kecepatannya berbeda, 1 2, 1 2 ) 1 paku didorong 2 paku Tebok Hasil Pengaatan : (Menanyakan kepada sapel) Mana yang lubang pada plastisin lebih dala (kereta 1 atau kereta 2)? Kereta 1

42 Kesipulan : - Moentu dipengaruhi oleh kecepatan benda - Seakin besar kecepatan benda, seakin besar juga oentunya - Secara ateatis : p... (2) Rangkuan : oentu suatu benda didefinisikan sebagai hasil kali assa benda dengan kecepatan gerak benda tersebut. erdasarkan (1) dan (2) p p. p Keterangan : p = oentu (kg /s) = assa (kg) = kecepatan (/s) Kegiatan II (Hubungan Ipuls dan Moentu) Percobaan : ( Menanyakan kepada sapel Pernahkah diriu elihat tabrakan?) Perhatikan gabar dibawah ini! (pa yang terjadi jika sebuah truk enabrak tebok?) (apa yang terjadi jika sebuah truk enabrak jerai?) (ana yang engalai efek rusak lebih berat?)

Impuls dan Momentum By. Aan S. Arcadie

Impuls dan Momentum By. Aan S. Arcadie Iuls dan Moentu y. Aan S. Arcadie A. Iuls (I ---- Ns) ada saat Anda enendang bola, gaya yang diberikan kaki aada bola teradi dala waktu yang sangat singkat. Gaya seerti ini disebut sebagai gaya iulsif.

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMER ELJR PENUNJNG PLPG 06 MT PELJRN/PKET KEHLIN FISIK VIII MOMENTUM DN IMPULS Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIN PENDIDIKN DN KEUDYN DIREKTORT JENDERL GURU DN TENG KEPENDIDIKN 06 .8 Materi Pokok: Moentu

Lebih terperinci

Gambar 1. Skema proses komunikasi dalam pembelajaran

Gambar 1. Skema proses komunikasi dalam pembelajaran 2 kurang tertarik epelajari pelajaran ilu pengetahuan ala karena etode pebelajaran yang diterapkan guru. Jadi etode pengajaran guru sangat epengaruhi inat belajar siswa dala epelajari ilu pengetahuan ala.

Lebih terperinci

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus Fisika-TEP FTP UB /6/3 Dinaika 3 TIM FISIKA FTP UB PUSAT MASSA Titik pusat assa / centroid suatu benda ditentukan dengan ruus ~ x x ~ y y ~ z z Diana: x, y, z adalah koordinat titik pusat assa benda koposit.

Lebih terperinci

Hukum II Newton. Untuk SMA kelas X. (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP)

Hukum II Newton. Untuk SMA kelas X. (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP) Huku II Newton Untuk SMA kelas X (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP) Lisensi Dokuen: Copyright 008 009 GuruMuda.Co Seluruh dokuen di GuruMuda.Co dapat digunakan dan disebarkan secara bebas untuk

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 013 TINGKAT PROPINSI FISIKA Waktu : 3,5 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Matematika Anak Tunagrahita. Maman Abdurahman SR dan Hayatin Nufus

Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Matematika Anak Tunagrahita. Maman Abdurahman SR dan Hayatin Nufus Riset PenggunaanMedia Manik-Manik* Maan Abdurahan SR HayatinNufus Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Keapuan Belajar Mateatika Anak Tunagrahita Maan Abdurahan SR Hayatin Nufus Universitas

Lebih terperinci

Solusi Treefy Tryout OSK 2018

Solusi Treefy Tryout OSK 2018 Solusi Treefy Tryout OSK 218 Bagian 1a Misalkan ketika kelereng encapai detektor bawah untuk pertaa kalinya, kecepatan subu vertikalnya adalah v 1y. Maka syarat agar kelereng encapai titik tertinggi (ketika

Lebih terperinci

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016 ISSN 0853 4403 WAHANA Volue 67, Noer 2, Deseber 206 PERBANDINGAN LATIHAN BOLA DIGANTUNG DAN BOLA DILAMBUNGKAN TERHADAP HASIL BELAJAR SEPAK MULA DALAM PERMAINAN SEPAK TAKRAW PADA SISWA PUTRA KELAS X-IS

Lebih terperinci

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.460-919) Volue 1, No., Maret 016 MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI 1 Suraidin, Islahudin, 3 M. Firan Raadhan 1 Mahasiswa Sarjana

Lebih terperinci

MOMENTUM, IMPULS DAN TUMBUKAN

MOMENTUM, IMPULS DAN TUMBUKAN MOMENTUM, IMPULS DAN TUMBUKAN I. TUJUAN PEMBELAJARAN : Setela epelajari ateri ini diarapkan siswa dapat :. enjelaskan pengertian oentu. eruuskan serta engitung oentu suatu benda 3. enjelaskan pengertian

Lebih terperinci

MAKALAH SISTEM BASIS DATA

MAKALAH SISTEM BASIS DATA MAKALAH SISTEM BASIS DATA (Entity Relationship Diagra (ERD) Reservasi Hotel) Disusun Oleh : Yulius Dona Hipa (16101055) Agustina Dau (15101635) Arsenia Weni (16101648) PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMARIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT OPERASI ARITMATIKA, DETERMINAN DAN INVERS PADA MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR. Oleh : NURSUKAISIH

SIFAT-SIFAT OPERASI ARITMATIKA, DETERMINAN DAN INVERS PADA MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR. Oleh : NURSUKAISIH SIFAT-SIFAT OPERASI ARITMATIKA DETERMINAN DAN INVERS PADA MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Mateatika Oleh : NURSUKAISIH 0854003938

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN 43 MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : MATERI KULIAH: Mekanika klasik, Huku Newton I, Gaya, Siste Satuan Mekanika, Berat dan assa, Cara statik engukur gaya.. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL 6.1 MEKANIKA

Lebih terperinci

Volume 17, Nomor 2, Hal Juli Desember 2015

Volume 17, Nomor 2, Hal Juli Desember 2015 Volue 17, Noor 2, Hal. 111-120 Juli Deseber 2015 ISSN:0852-8349 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA MIND MAP TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KERINCI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Efriana

Lebih terperinci

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011)

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011) Soal Latihan (3-11 Noveber 2011) Kerjakan soal-soal berikut selaa 1 inggu untuk elatih keapuan Anda. Kerjakan 2-3 soal per hari. Sebelu engerjakan soal-soal tersebut, sebaiknya Anda engerjakan soalsoal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan yang iring (dengan sudut θ terhadap bidang horizontal)

Lebih terperinci

= mv Momentum akhir setelah tumbukan pertama:

= mv Momentum akhir setelah tumbukan pertama: 1.79. Sebuah bola baja berassa = 50 g jatuh dari ketinggian h = 1,0 pada perukaan horisontal sebuah papan tebal. Tentukan oentu total yang diberikan bola pada papan setelah terpental beberapa kali, bila

Lebih terperinci

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL 1 GETARAN PEGAS SERI-PARALEL I. Tujuan Percobaan 1. Menentukan konstanta pegas seri, paralel dan seri-paralel (gabungan). 2. Mebuktikan Huku Hooke. 3. Mengetahui hubungan antara periode pegas dan assa

Lebih terperinci

Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 jam

Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 jam Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 ja 1 (Nilai 15) Sebuah bola pada ketinggian h dari perukaan lantai, ditebakkan secara horizontal dengan kecepatan v 0. Bola engenai lantai dan eantul

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian 39 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini terasuk tipe penelitian dengan pendekatan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis ini dipergunakan untuk enggabarkan tentang

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015 SEEKSI OIMPIDE TINGKT KBUPTEN/KOT 14 TIM OIMPIDE FISIK INDONESI 15 Bidang Fisika Waktu : 18 enit KEMENTRIN PENDIDIKN DN KEBUDYN DIREKTORT JENDER PENDIDIKN DSR DN MENENGH DIREKTORT PEMBINN SEKOH MENENGH

Lebih terperinci

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 5 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT Baharuddin Progra Studi Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura, Pontianak Eail : cithara89@gail.co

Lebih terperinci

Membelajarkan Geometri dengan Program GeoGebra

Membelajarkan Geometri dengan Program GeoGebra Mebelajarkan Geoetri dengan Progra GeoGebra Oleh : Jurusan Pendidikan Mateatika FMIPA UNY Yogyakarta Eail: ali_uny73@yahoo.co ABSTRAK Peanfaatan teknologi koputer dengan berbagai progranya dala pebelajaran

Lebih terperinci

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/23/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/23/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus Fisika-TEP FTP UB /3/3 Dinaika 3 TIM FISIKA FTP UB PUSAT MASSA Titik usat assa / centroid suatu benda ditentukan dengan ruus ~ x x ~ y y ~ z z Diana: x, y, z adalah koordinat titik usat assa benda koosit.

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam Dapatkan soal-soal lainnya di http://foru.pelatihan-osn.co SOAL OLIPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan

Lebih terperinci

Diketik ulang oleh : Copyright Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, KIMIA, ASTRONOMI, INFORMATIKA, dll UNTUK

Diketik ulang oleh : Copyright  Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, KIMIA, ASTRONOMI, INFORMATIKA, dll UNTUK Copyright http://serbiserbi.co/ Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, 1 2 SOAL PILIHAN GANDA 1. Tahukah kalian, salah satu keunikan dari laba-laba pelopat adalah keistiewaan penglihatannya.

Lebih terperinci

BAHAN KUIS PRA-UTS MEKANIKA, Oktober 2011

BAHAN KUIS PRA-UTS MEKANIKA, Oktober 2011 tosi-ipb.blogspot.co ekanika I BAHAN KUIS PRA-UTS EKANIKA, 3-4 Oktober 0 Untuk kalangan sendiri Tidak diperjualbelikan Silakan kerjakan soal-soal berikut, pahai dengan baik. Soal Kuis akan diabil dari

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan daerah sebagai bagian yang integral dari pebangunan nasional dilaksanakan berdasakan prinsip otonoi daerah dan pengaturan suber daya nasional yang

Lebih terperinci

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT PENJUMAHAN MOMENTUM SUDUT A. Penjulahan Moentu Sudut = + Gabar.9. Penjulahan oentu angular secara klasik. Dua vektor oentu angular dan dijulahkan enghasilkan Jika oentu angular elektron pertaa adalah dan

Lebih terperinci

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo Kecepatan ato gas dengan distribusi Mawell-Boltzann () Oleh: Purwadi Raharjo Dala proses odifikasi perukaan bahan, kita ungkin sering endengar teknologi pelapisan tipis (thin fil). Selain pelapisan tipis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA Jurnal Mateatika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 160 167 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA

Lebih terperinci

Gerak Harmonik Sederhana Pada Ayunan

Gerak Harmonik Sederhana Pada Ayunan Gerak Haronik Sederhana Pada Ayunan Setiap gerak yang terjadi secara berulang dala selang waktu yang saa disebut gerak periodik. Karena gerak ini terjadi secara teratur aka disebut juga sebagai gerak haronik/haronis.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelu sapai pada pendefinisian asalah network flow, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan engenai konsep-konsep dasar dari odel graph dan representasinya

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN

LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN NAMA PRAKTIKAN : Raadhan Bestari T. Barlian GRUP PRAKTIKAN : Grup Pagi (08.00-11.00) KELOMPOK : 2 HARI/TGL. PRAKTIKUM : Kais, 17

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pebekuan Pebekuan berarti peindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat dan erupakan salah satu proses pengawetan yang uu dilakukan untuk penanganan

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Copetititon Tingkat SMA 1. Ujian Eksperien berupa Naskah soal beserta lebar jawaban dan kertas grafik. 2. Waktu keseluruhan dala eksperien dan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TEORETIK

BAB III ANALISA TEORETIK BAB III ANALISA TEORETIK Pada bab ini, akan dibahas apakah ide awal layak untuk direalisasikan dengan enggunakan perhitungan dan analisa teoretik. Analisa ini diperlukan agar percobaan yang dilakukan keudian

Lebih terperinci

THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA

THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA Juli Biantoro 1, Didit Purnoo 2 1,2 Fakultas Ekonoi dan Bisnis, Universitas Muhaadiyah Surakarta dp274@us.ac.id Abstrak Ketahanan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Tirta Ala Seesta. Perusahaan tersebut berlokasi di Desa Ciburayut, Kecaatan Cigobong, Kabupaten Bogor. Peilihan objek

Lebih terperinci

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real.

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real. 0 RUANG SAMPEL Kita akan eperoleh ruang sapel, jika kita elakukan suatu eksperien atau percobaan. Eksperien disini erupakan eksperien acak. Misalnya kita elakukan suatu eksperien yang diulang beberapa

Lebih terperinci

Bab XI Momentum dan Impuls

Bab XI Momentum dan Impuls Bab XI Momentum dan Impuls. Momentum Momentum di dalam Fisika memiliki arti yang berbeda dengan arti keseharian. nda mungkin pernah mendengar orang mengatakan Saat ini adalah momentum yang tepat untuk

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN 7 III HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Analisis Metode Dala penelitian ini akan digunakan etode hootopi untuk enyelesaikan persaaan Whitha-Broer-Koup (WBK), yaitu persaaan gerak bagi perabatan gelobang pada perairan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK

DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK 0 DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK Dala hal ini akan dibahas aca-aca fungsi peluang atau fungsi densitas ang berkaitan dengan dua peubah acak, aitu distribusi gabungan, distribusi arginal, distribusi bersarat,

Lebih terperinci

KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI. Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI. Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI Ignasia Evi Susanti 1, Diane Noviandini 1, Marmi Sudarmi 1 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana, Jl.

Lebih terperinci

MODUL 4 IMPULS DAN MOMENTUM

MODUL 4 IMPULS DAN MOMENTUM MODUL 4 IMPULS DAN MOMENTUM A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan definisi impuls dan momentum dan memformulasikan impuls dan momentum 2. Memformulasikan hukum kekekalan momentum 3. Menerapkan konsep kekekalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss,

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss, I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsep teori graf diperkenalkan pertaa kali oleh seorang ateatikawan Swiss, Leonard Euler pada tahun 736, dala perasalahan jebatan Konigsberg. Teori graf erupakan salah satu

Lebih terperinci

PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL

PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL Diajukan untuk eenuhi persyaratan eperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaan i iii I PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN 11 Latar Belakang 1 12 Fungsi Pengawas dan Peeriksa 2 13 Pengawasan 2 14 Peeriksaan 3 II PEMERIKSAAN ISIAN DAFTAR VIMK14-L2

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Beberapa Defenisi Pada analisa keputusan, si pebuat keputusan selalu doinan terhadap penjabaran seluruh alternatif yang terbuka, eperkirakan konsequensi yang perlu dihadapi pada setiap

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

PEMETAAN KONSEPSI MAHASISWA TENTANG HUKUM ARCHIMEDES

PEMETAAN KONSEPSI MAHASISWA TENTANG HUKUM ARCHIMEDES PEMETN KONSEPSI MHSISW TENTNG HUKUM RCHIMEDES Meylan Siskawati, Dra. Marmi Sudarmi, M.Si., Made Rai Suci Shanti Nurani, S.Si. Program Studi Pendidikan Fisika, Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Matematika,

Lebih terperinci

PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS

PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS Jurnal Mateatika UNAND Vol. 5 No. 3 Hal. 85 91 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS FERDY NOVRI

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM APLIKASI MANAJEMEN SOAL PADA BIMBINGAN BELAJAR PRIMAGAMA (STUDI KASUS PRIMAGAMA PONTIANAK) Budi Heriyanto

RANCANG BANGUN SISTEM APLIKASI MANAJEMEN SOAL PADA BIMBINGAN BELAJAR PRIMAGAMA (STUDI KASUS PRIMAGAMA PONTIANAK) Budi Heriyanto RANCANG BANGUN SISTEM APLIKASI MANAJEMEN SOAL PADA BIMBINGAN BELAJAR PRIMAGAMA (STUDI KASUS PRIMAGAMA PONTIANAK) Budi Heriyanto Progra Studi Teknik Inforatika Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Bidang Fisika yg mempelajari tentang gerak tanpa mengindahkan penyebab munculnya gerak dinamakan Kinematika.

Bidang Fisika yg mempelajari tentang gerak tanpa mengindahkan penyebab munculnya gerak dinamakan Kinematika. idan isika y epelajari tentan erak tanpa enindahkan penyebab unculnya erak dinaakan Kineatika. idan isika y epelajari tentan erak beserta penyebab unculnya erak dinaakan Dinaika. Huku Newton tentan Gerak

Lebih terperinci

Penerapan Metode Simpleks Untuk Optimalisasi Produksi Pada UKM Gerabah

Penerapan Metode Simpleks Untuk Optimalisasi Produksi Pada UKM Gerabah Konferensi Nasional Siste & Inforatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Penerapan Metode Sipleks Untuk Optialisasi Produksi Pada UKM Gerabah Ni Luh Gede Pivin Suwirayanti STMIK STIKOM Bali Jl. Raya

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Mekanika 02

Xpedia Fisika. Mekanika 02 Xpedia Fisika Mekanika 02 Doc. Nae: XPFIS0102 Version: 2012-07 halaan 1 01. Gaya yan dibutuhkan untuk enerakan bola hoki berassa 0,1 k konstan pada kecepatan 5 /s di atas perukaan licin adalah... (A) Nol

Lebih terperinci

Relativitas khusus (Einstein) 1 TEORI RELATIVITAS KHUSUS.

Relativitas khusus (Einstein) 1 TEORI RELATIVITAS KHUSUS. elatiitas khusus (Einstein) TEOI ELATIITAS KHUSUS. Teori gelobang Huygens telah ebuat asalah yang harus eperoleh penyelesaian, yakni tentang ediu yang erabatkan ahaya. Lazi disebut eter. Pada tahun 887

Lebih terperinci

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS) BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS) Adapun sejarah Badan Pusat Statistik di Indonesia terjadi epat asa peerintah di Indonesia, antara lain : 1. Masa Peerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upah bagi para pekerja erupakan faktor penting karena erupakan suber untuk ebiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang berpendidikan upah erupakan hasil

Lebih terperinci

MOMENTUM, IMPULS, DAN TUMBUKAN

MOMENTUM, IMPULS, DAN TUMBUKAN MOMENTUM, IMPULS, DAN TUMBUKAN Mata Kuliah Dosen Pengampu : FISIKA TEKNIK : Ari Dwi Nur Indriawan M.Pd. Di Susun Oleh : Nama : Edi Susanto NIM : 5202415018 Rombel : 01 PRODI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

Lebih terperinci

Model Produksi dan Distribusi Energi

Model Produksi dan Distribusi Energi Model Produksi dan Distribusi Energi Yayat Priyatna Jurusan Mateatika FMIPA UNPAD Jl. Raya Jatinangor Bdg Sd K 11 E ail : yatpriyatna@yahoo.co Abstrak Salah satu tujuan utaa proses produksi dan distribusi

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1) RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co

Lebih terperinci

Oleh, Darmayani NIM: TUGAS AKHIR. Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh, Darmayani NIM: TUGAS AKHIR. Program Studi Pendidikan Fisika PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL TRUE-FALSE CARD DALAM PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG HUKUM 1 NEWTON. Oleh, Darmayani NIM: 192009802 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

DINAMIKA LINEAR Teori Singkat Hukum-hukum Newton tentang Gerak Gaya-gaya yang sering dijumpai dalam persoalan mekanika: maksimum

DINAMIKA LINEAR Teori Singkat Hukum-hukum Newton tentang Gerak Gaya-gaya yang sering dijumpai dalam persoalan mekanika: maksimum DINAIKA LINEAR Teori Singkat Huku-huku Newton tentang Gerak. Huku Newton Benda yang dia atau berada dala gerak dengan keceatan konstan akan terus berada dala keadaan geraknya kecuali ada gaya yang bekerja

Lebih terperinci

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM (CUSUM) DAN EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE () DALAM MENDETEKSI PERGESERAN RATARATA PROSES Oleh: Nurul Hidayah 06 0 05 Desen pebibing:

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KONFLIK KOGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KONSEPTUAL SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS DI SMA NEGERI 1 TANJUNG BATU

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KONFLIK KOGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KONSEPTUAL SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS DI SMA NEGERI 1 TANJUNG BATU PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KONFLIK KOGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KONSEPTUAL SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS DI SMA NEGERI 1 TANJUNG BATU Meidahrianti 1, Zulheran 2, Taufiq 2 1 Aluni Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS Bahan ja Fisika eoi Kinetik Gas Iqo uian, S.Si,.Pd EORI KIEIK GS Pendahuluan Gas eupakan zat dengan sifat sifatnya yang khas diana olekul atau patikelnya begeak bebas. Banyak gajala ala yang bekaitan dengan

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA Di sekitar kita banyak benda yang bergetar atau berosilasi, isalnya assa yang terikat di ujung pegas, garpu tala, gerigi pada ja ekanis, penggaris elastis yang salah satu

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG )

PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG ) PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG ) Siti Munawaroh, S.Ko Abstrak: Koperasi Aanah Sejahtera erupakan

Lebih terperinci

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup GRUP FUNDAMENTAL PADA Bab III S, TORUS, P dan FIGURE EIGHT Sebelu epelajari perbedaan pada grup fundaental S, Torus, P, dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup fundaental asing-asing

Lebih terperinci

ANALISIS KECEPATAN LARI 400 METER PUTRI FINAL PADA KEJUARAAN NASIONAL ATLETIK JAWA TIMUR TERBUKA DI SURABAYA TAHUN 2016

ANALISIS KECEPATAN LARI 400 METER PUTRI FINAL PADA KEJUARAAN NASIONAL ATLETIK JAWA TIMUR TERBUKA DI SURABAYA TAHUN 2016 Analisis Kecepatan Lari..(Dian Saputri) ANALISIS KECEPATAN LARI METER PUTRI FINAL PADA KEJUARAAN NASIONAL ATLETIK JAWA TIMUR TERBUKA DI SURABAYA TAHUN THE ANALYSIS OF METERS RUN SPEED WOMEN ATHLETES IN

Lebih terperinci

Teori Kinetik Gas. Modul 1 Pembelajaran Kinetika Kimia. Disusun oleh: Drs. Jaslin Ikhsan, M.App.Sc., Ph.D.

Teori Kinetik Gas. Modul 1 Pembelajaran Kinetika Kimia. Disusun oleh: Drs. Jaslin Ikhsan, M.App.Sc., Ph.D. eori Kinetik Gas Modul Pebelajaran Kinetika Kiia Disusun oleh: Drs. Jaslin Ikhsan, M.pp.Sc., Ph.D. KEMEERI PEDIDIK D KEUDY REPULIK IDOESI FMIP UIERSIS EGERI YOGYKR JURUS PEDIDIK KIMI 0 . Dasar Konsep Kinetika

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1)

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1) JURNAL TEKNIK MESIN Vol 4, No 2, Oktober 2002: 94 98 Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Perforansi Mesin Pendingin ) Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM DAN TUMBUKAN

HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM DAN TUMBUKAN HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM DAN TUMBUKAN Nama Kelompok : Kelas : Anggota Kelompok : Mata Pelajaran : Fisika Semester/ tahun Ajaran : Alokasi Waktu : 45 menit A. Petunjuk Belajar. Baca buku-buku Fisika kelas

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY 3.1 Analisis Dinaika Model Hodgkin Huxley Persaaan Hodgkin-Huxley berisi epat persaaan ODE terkopel dengan derajat nonlinear yang tinggi dan sangat sulit

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LINEAR CONGRUENT METHOD (LCM) PADA GAME HANGAROO BERBASIS ANDROID

IMPLEMENTASI LINEAR CONGRUENT METHOD (LCM) PADA GAME HANGAROO BERBASIS ANDROID IMPLEMENTASI LINEAR CONGRUENT METHOD (LCM) PADA GAME HANGAROO BERBASIS ANDROID Dwi Rizki Purnaasari Mahasiswa Progra Studi Teknik Inforatika STMIK Budidara Medan Jl. Sisingaangaraja No. 338 Sipang Liun

Lebih terperinci

ANTIREMED KELAS 11 FISIKA

ANTIREMED KELAS 11 FISIKA ANTIREED KELAS 11 FISIKA UTS Fisika Latihan Doc. Nae: AR11FIS01UTS Version : 014-10 halaan 1 01. erak sebuah benda eiliki persaaan posisi r = (-6-3t)i + (8 + 4t) Seua besaran enggunakan satuan dasar SI.

Lebih terperinci

Pengembangan Tes Kreativitas pada Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri pada Materi Teori Kinetik Gas

Pengembangan Tes Kreativitas pada Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri pada Materi Teori Kinetik Gas Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.php/jipi Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016, 134-144 Pengebangan Tes Kreativitas pada Pebelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri pada Materi

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK Lucky T Sianjuntak, Maksu Pine Departeen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Suatera Utara, Medan e-ail : LuckyTrasya@gail.co

Lebih terperinci

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dala bidang konstruksi sifat aterial yang dapat terdefleksi erupakan suatu hal yantg sangat enakutkan karena bila saja hal tersebut terjadi aka struktur yang dibangun

Lebih terperinci

MISKONSEPSI SISWA TENTANG GAYA SENTRIPETAL DAN SENTRIFUGAL PADA GERAK MELINGKAR BERATURAN

MISKONSEPSI SISWA TENTANG GAYA SENTRIPETAL DAN SENTRIFUGAL PADA GERAK MELINGKAR BERATURAN MISKONSEPSI SISWA TENTANG GAYA SENTRIPETAL DAN SENTRIFUGAL PADA GERAK MELINGKAR BERATURAN Oleh, Brama NIM : 192007024 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

matematika K-13 PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA K e l a s

matematika K-13 PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA K e l a s i K- ateatika K e l a s XI PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA Tujuan Peelajaran Setelah epelajari ateri ini, kau diharapkan eiliki keapuan erikut.. Menguasai konsep peagian suku anyak dengan etode Horner..

Lebih terperinci

Standard Operating Procedure Pelaksanaan Postest

Standard Operating Procedure Pelaksanaan Postest Standard Operating Procedure Pelaksanaan Postest Elektronika Universitas Brawijaya Malang 2017 Hal. i DAFTAR ISI LEMBAR IDENTIFIKASI -----------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan 2.1.2. Pengertian Getaran Getaran adalah gerakan bolak-balik dala suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan gerak tersebut. Seua benda

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 6 BAB II METODOLOGI PENELITIAN.1 Waktu dan Tepat Penelitian Gabar Peta kawasan hutan KPH Madiun Peru perhutani Unit II Jati. Pengabilan data penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sapai dengan bulan

Lebih terperinci

METHODIST-2 EDUCATION EXPO 2016

METHODIST-2 EDUCATION EXPO 2016 TK/SD/SMP/SMA Methodist- Medan Jalan M Tharin No. 96 Medan Kota - 01 T: (+661)46 81 METODIST- EDUCATION EXPO 016 Loba Sains Plus Antar Pelajar Tinkat SMA se-suatera Utara NASKA SOAL FISIKA - Petunjuk Soal

Lebih terperinci

Pelatihan-osn.com Sekretariat Jakarta : Jl. H. Kelik Gg. Lada No.150, Kebon Jeruk, Jakarta Barat telp/sms : /

Pelatihan-osn.com Sekretariat Jakarta : Jl. H. Kelik Gg. Lada No.150, Kebon Jeruk, Jakarta Barat telp/sms : / PEMAHAMAN KONSEP Proble 1: Pada interaksi antara bui & asteroid, aka : a. gaya tarik asteroid pada bui lebih besar daripada gaya tarik bui pada asteroid, karena asteroid eiliki rapat assa yang lebih besar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menibang

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA

PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA Babang Purwanggono, Andre Sugiyono Progra Studi Teknik

Lebih terperinci

Sistem Informasi Manajemen Penjualan Pada Koperasi Pegawai Negeri Kantor

Sistem Informasi Manajemen Penjualan Pada Koperasi Pegawai Negeri Kantor Siste Inforasi Manajeen Penjualan Pada Koperasi Pegawai Negeri Kantor Gubernur Berbasis Web Deasy AnnisaSari, Helfi Nasution 2, Anggi Sriurdianti Sukato 3. Progra Studi Inforatika Universitas Tanjungpura,2,3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Energi atahari sebagai suber energi pengganti tidak bersifat polutif, tak dapat habis, serta gratis dan epunyai prospek yang cukup baik untuk dikebangkan. Apalagi letak geografis

Lebih terperinci