PENGENDALIAN CEMARAN MIKROBA PADA BAHAN PANGAN ASAL TERNAK (DAGING DAN SUSU) MULAI DARI PETERNAKAN SAMPAl DIHIDANGKAN.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGENDALIAN CEMARAN MIKROBA PADA BAHAN PANGAN ASAL TERNAK (DAGING DAN SUSU) MULAI DARI PETERNAKAN SAMPAl DIHIDANGKAN."

Transkripsi

1 PENGENDALIAN CEMARAN MIKROBA PADA BAHAN PANGAN ASAL TERNAK (DAGING DAN SUSU) MULAI DARI PETERNAKAN SAMPAl DIHIDANGKAN Erni Gutiani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, Jalan Kayuambon No. 80, Kotak Po 8495 Lembang Telp. (022) , Fak. (022) , Diajukan: 17 April 2009; Diterima: 28 Juli 2009 ABSTRAK Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendaar bagi manuia. Beberapa kau keracunan atau penyakit karena mengonumi makanan yang tercemar mikroba telah banyak terjadi di Indoneia. Hal ini menunjukkan bahwa keamanan pangan maih perlu mendapat perhatian yang lebih eriu. Penyakit yang diebabkan oleh mikroba yang ering menimbulkan maalah antara lain adalah antrak, foodborne dieae, dan waterborne dieae, edangkan mikroba yang biaa mencemari bahan pangan aal ternak di antaranya adalah Salmonella p., Echerichia coli, Coliform, Staphylococcu p., dan Peudomona. Hal ini diebabkan bahan pangan aal ternak merupakan media yang angat baik bagi pertumbuhan mikroorganime patogen. Tulian ini bertujuan untuk mengula cemaran mikroba pada bahan pangan aal ternak khuunya daging dan uu, penyakit yang ditimbulkan, dan trategi pengendaliannya. Informai yang diajikan diharapkan dapat memberikan pemahaman dan membangkitkan keadaran tentang pentingnya menghailkan produk ternak yang bermutu, bergizi, halal, dan aman dikonumi melalui penerapan item keamanan pangan dalam etiap proe produki, mulai dari tahap budi daya (good farming practice), pacapanen (good handling practice), dan pengolahan (good manufacture practice) hingga makanan iap diajikan di meja. Kata kunci: Bahan pangan aal hewan, cemaran mikroba, keamanan pangan ABSTRACT Controlling microbial contamination on livetock product (meat and milk) from farm to table Food i a baic need for human living. Some poioned cae or dieae caued by microbial contaminated livetock product have been reported in Indoneia. It howed that food afety ha to obtain eriou attention. Some dieae caued by microbial contamination are anthrax, foodborne dieae, and waterborne dieae. Microorganim that contaminate livetock product are Salmonella p., Echerichia coli, Coliform, Staphylococcu p., and Peudomona. The livetock product are good media for microorganim patogen living. Thi article reviewed the exitence of microbial contamination on animal product epecially meat and milk, dieae caued by microbial contamination on animal product, and trategy to control the dieae. The information i hopefully ueful in giving undertanding and awarene to all of u about the importance of producing high quality product, halalne, nutritiou and afely to be conumed through the implementation of food ecurity ytem in each proce of production from the farm (good farming practice), potharvet (good handling practice), and proceing (good manufacture practice) until to table. Keyword: Animal product, microbial contamination, food afety Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendaar bagi manuia, ehingga keterediaan pangan perlu mendapat perhatian yang eriu baik kuantita maupun kualitanya. Perhatian pemerintah terhadap keterediaan pangan diimplementaikan melalui program ketahanan pangan, agar mayarakat memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, aman, bergizi, ehat, dan halal untuk dikonumi (Dina Peternakan Provini Jawa Barat 2004). Bahan pangan dapat beraal dari tanaman maupun ternak. Produk ternak merupakan umber gizi utama untuk pertumbuhan dan kehidupan manuia. Namun, produk ternak akan menjadi tidak berguna dan membahayakan keehatan apabila tidak aman dikonumi. Oleh karena itu, keamanan pangan aal ternak merupakan peryaratan mutlak yang tidak dapat ditawar lagi (Bahri 2008). Sebagai komodita dagang, produk ternak juga dituntut keamanannya agar mempunyai daya aing yang tinggi, yang pada gilirannya dapat memberikan umbangan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi naional (Murdiati 2006). Perdagangan global memberikan dampak terhadap produk pertanian dengan 96 Jurnal Litbang Pertanian, 28(3), 2009

2 munculnya iu keamanan pangan. Iu terebut ering diberitakan di media maa ehingga mempunyai pengaruh yang cukup bear terhadap keadaran dan perhatian mayarakat. Kepanikan mayarakat akibat kau penyakit api gila (mad cow) di Inggri dan beberapa negara Eropa, erta kau penyakit antrak pada domba dan kambing di Bogor pada tahun 2001, menggambarkan pentingnya keamanan pangan aal ternak karena tidak hanya berdampak terhadap keehatan manuia, tetapi juga pada perdagangan dometik dan global erta perekonomian negara yang terlibat dalam perdagangan terebut (Darminto dan Bahri 1996; Sitepu 2000). Bahan pangan aal ternak (daging, telur, uu) erta olahannya mudah ruak dan merupakan media yang angat baik bagi pertumbuhan mikroba. Cemaran mikroba pada pangan aal ternak yang dapat membahayakan keehatan manuia adalah Coliform, Echerichia coli, Enterococci, Staphylococcu aureu, Clotridium p., Salmonella p., Champhylobacter p., dan Literia p. (Syukur 2006). Beberapa cemaran mikroba yang berbahaya pada produk egar antara lain adalah Salmonella p., Shigella p., dan E. coli. (Puat Standariai dan Akreditai 2004). Jumlah dan jeni mikroba berbahaya pada daging ayam yang dijual di paar tradiional cukup mengkhawatirkan, terlebih lagi bila pemotongan ayam dilakukan di paar tradiional (Budinuryanto et al. 2000). Cemaran mikroba dapat terjadi aat ternak maih hidup dan elanjutnya mikroba mauk dalam rantai pangan. Titik awal rantai penyediaan pangan aal ternak adalah kandang. Tata lakana peternakan angat menentukan kualita produk ternak. Cemaran petiida pada air, tanah, dan tanaman pakan yang diberikan kepada ternak dapat mauk ke dalam tubuh ternak dan reidunya akan ditemukan dalam produk ternak (Soejitno dalam Murdiati 2006). Selain reidu petiida, reidu obat hewan terutama antibiotik dapat terjadi pada produk ternak akibat pemberian antibiotik tanpa memperhatikan anjuran pemakaian. Oleh karena itu, menjaga keehatan ternak angat penting untuk mengurangi pemberian obat-obatan kepada ternak. Pengolahan bahan pangan aal ternak dapat menekan atau menghambat pertumbuhan bakteri dalam produk pangan terebut. Namun, pengolahan tidak elalu dapat menghilangkan bakteri yang mencemari produk ternak aat berada di peternakan atau pada aat panen (Murdiati 2006). Tulian ini bertujuan untuk mengula cemaran mikroba pada bahan pangan aal ternak khuunya daging dan uu, penyakit yang ditimbulkan, dan upaya pengendaliannya. Informai yang diajikan diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya menghailkan produk ternak yang bermutu, bergizi, halal, dan aman dikonumi. CEMARAN MIKROBA PADA SUSU Suu adalah bahan pangan yang beraal dari ekrei kelenjar ambing pada hewan mamalia (api, kambing, kerbau, dan kuda) erta mengandung protein, lemak, laktoa, mineral, dan vitamin (Lampert 1980). Suu memiliki kandungan gizi yang tinggi dan merupakan bahan makanan empurna, karena mengandung hampir emua zat gizi yang diperlukan tubuh manuia dalam jumlah yang cukup dan eimbang, yaitu 1 bagian karbohidrat, 17 aam lemak, 11 aam amino, 16 vitamin, dan 21 mineral (Dina Peternakan Provini Jawa Barat 2003). Oleh karena itu, uu dapat dijadikan pilihan pertama untuk dikonumi bagi penderita gizi buruk. Keterediaan uu perlu diperhatikan untuk memenuhi angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Suu merupakan media yang angat baik bagi pertumbuhan bakteri dan dapat menjadi arana bagi penyebaran bakteri yang membahayakan keehatan manuia. Karena itu, uu akan mudah tercemar mikroorganime bila penanganannya tidak memperhatikan apek keberihan (Balia et al. 2008). Karena itu, upaya memenuhi keterediaan uu haru diertai dengan peningkatan kualita dan keamanan produk uu, karena eberapa pun tinggi nilai gizi uatu bahan pangan akan menjadi tidak berarti bila bahan pangan terebut berbahaya bagi keehatan (Murdiati et al. 2004). Pada umumnya, bakteri merupakan penyebab utama penyakit yang ditularkan dari ternak ke manuia melalui pangan. Bakteri yang menyerang ternak aat di kandang dapat menular ke manuia karena pemeliharaan dan proe panen yang tidak higieni. Pemerahan uu yang tidak euai anjuran dapat menyebabkan uu tercemar mikroorganime dari lingkungan ekitar ehingga kualita uu menurun. Proe pencemaran mikroba pada uu dimulai ketika uu diperah karena adanya bakteri yang tumbuh di ekitar ambing, ehingga aat pemerahan bakteri terebut terbawa dengan uu. Menurut Rombaut (2005), pencemaran pada uu terjadi ejak proe pemerahan, dari berbagai umber eperti kulit api, ambing, air, tanah, debu, manuia, peralatan, dan udara. Bakteri yang dapat mencemari uu terdiri ata dua golongan, yaitu bakteri patogen dan bakteri pembuuk. Kedua golongan bakteri terebut dapat menyebabkan penyakit yang ditimbulkan oleh uu (milkborne dieae), eperti tuberkuloi, brueloi, dan demam tipoid. Mikroorganime lain yang terdapat di dalam uu yang dapat menyebabkan penyakit adalah Salmonella, Shigella, Bacillu cereu, dan S. aureu (Buckle et al. 1987). Mikroorganime terebut dapat mauk ke dalam uu melalui udara, debu, alat pemerah, dan manuia. Mikroorganime yang berkembang dalam uu dapat menurunkan kualita uu dan mempengaruhi keamanan produk terebut bila dikonumi oleh manuia. Beberapa keruakan pada uu yang diebabkan oleh cemaran mikroorganime adalah: 1) Pengaaman dan penggumpalan, yang diebabkan oleh fermentai laktoa menjadi aam laktat ehingga ph uu menurun dan kaein menggumpal. 2) Suu berlendir eperti tali karena terjadinya pengentalan dan pembentukan lendir akibat pengeluaran bahan eperti kapul dan bergetah oleh beberapa jeni bakteri. 3) Penggumpalan uu tanpa penurunan ph yang diebabkan oleh bakteri B. cereu. Sebelum mengonumi uu perlu diperhatikan terlebih dahulu kondii uu terebut. Suu egar yang baik adalah yang memenuhi kriteria aman, ehat, utuh, dan halal (ASUH), yaitu: 1) tidak mengandung atau tidak berentuhan dengan barang atau zat yang diharamkan, 2) tidak mengandung agen penyebab penyakit, mialnya mikroba penyebab penyakit hewan menular (bakteri tipu, TBC) dan reidu bahan berbahaya (antibiotik, logam berat, petiida, hormon), 3) tidak dikurangi atau ditambah euatu apa pun, dan 4) mengandung zat gizi dalam jumlah yang cukup dan eimbang. Jurnal Litbang Pertanian, 28(3),

3 Berdaarkan Standar Naional Indoneia (SNI) Suu Segar Nomor , yarat uu egar antara lain adalah: 1) tanda-tanda organoleptik tidak berubah atau tidak menyingkir, berwarna putih kekuningan, bau dan raa kha uu erta koniteni normal, 2) kandungan protein minimal 2,70% dan lemak minimal 3%, dan 3) cemaran mikroba makimum 1 juta cfu/ ml. Suu egar yang ASUH dapat dihailkan dari ml api perah yang ehat erta pemerahannya baik dan benar. Pengolahan uu melalui teriliai atau pateuriai dapat menekan jumlah mikroba yang terdapat dalam uu egar. Menurut Thahir et al. (2005), bahan daar uu pateuriai pada beberapa produen uu di Jawa Barat mengandung mikroba total CFU/g uu. Namun, proe pateuriai dapat menurunkan kandungan mikroba hingga CFU/g uu. Berdaarkan SNI , ambang bata cemaran mikroba yang diperbolehkan dalam uu adalah 3 x 10 4 CFU/g ehingga uu pateuriai yang dihailkan produen uu di Jawa Barat aman untuk dikonumi. CEMARAN MIKROBA PADA DAGING Daging adalah bagian dari hewan yang dipotong dan lazim dikonumi manuia, termauk otak erta ii rongga dada dan rongga perut. Hewan potong yang dimakud adalah ternak ruminania (api, kerbau, domba, kambing), kuda, dan ungga (ayam, itik, entok, burung dara, kalkun, anga, burung puyuh, dan belibi). Pencemaran daging oleh mikroba dapat terjadi ebelum dan etelah hewan dipotong. Seaat etelah dipotong, darah maih berirkulai ke eluruh anggota tubuh hewan ehingga penggunaan piau yang tidak berih dapat menyebabkan mikroorganime mauk ke dalam darah. Pencemaran daging dapat dicegah jika proe pemotongan dilakukan ecara higieni. Pencemaran mikroba terjadi ejak di peternakan ampai ke meja makan. Sumber pencemaran terebut antara lain adalah: 1) hewan (kulit, kuku, ii jeroan), 2) pekerja/manuia yang mencemari produk ternak melalui pakaian, rambut, hidung, mulut, tangan, jari, kuku, ala kaki, 3) peralatan (piau, alat potong/talenan, piau, bok), 4) bangunan (lantai), 5) lingkungan (udara, air, tanah), dan 6) kemaan. Daging merupakan bahan pangan yang angat baik untuk pertumbuhan mikroba karena: 1) memiliki kadar air yang tinggi (68,75%), 2) kaya akan zat yang mengandung nitrogen, 3) kaya akan mineral untuk pertumbuhan mikroba, dan 4) mengandung mikroba yang menguntungkan bagi mikroba lain (Betty dan Yendri 2007). Perlakuan ternak ebelum pemotongan akan berpengaruh terhadap jumlah mikroba yang terdapat dalam daging. Ternak yang baru diangkut dari tempat lain hendaknya tidak dipotong ebelum cukup itirahat, karena akan meningkatkan jumlah bakteri dalam daging dibandingkan dengan ternak yang maa itirahatnya cukup. Daging yang tercemar mikroba melebihi ambang bata akan menjadi berlendir, berjamur, daya impannya menurun, berbau buuk, raa tidak enak, dan menyebabkan gangguan keehatan bila dikonumi (Djaafar dan Rahayu 2007). Mikroba yang dapat mencemari daging antara lain adalah Salmonella p., E. coli, Coliform, Staphylococcu p., dan Peudomona. Kontaminai mikroba pada daging dapat pula terjadi melalui permukaan daging pada aat pembelahan karka, pendinginan, pembekuan, penyegaran daging beku, pemotongan, pembuatan produk daging olahan, pengawetan, pengepakan, penyimpanan, dan pemaaran. Berdaarkan SNI , yang dimakud dengan karka api adalah: 1) tubuh api ehat yang telah diembelih dan dikuliti, 2) tanpa kepala, kaki bagian bawah dan alat kelamin (pada api jantan) atau ambing (pada api betina), 3) dengan/atau tanpa ekor, 4) ii perut dan rongga dada dikeluarkan, dan 5) utuh atau dibelah membujur epanjang tulang belakangnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kualita daging, terutama pada aat penyimpanan, adalah: 1) Karka egar: karka yang baru eleai diproe elama tidak lebih dari 6 jam dan tidak mengalami perlakuan lebih lanjut. 2) Karka dingin egar: karka egar yang egera didinginkan etelah eleai diproe ehingga uhu daging menjadi 4 5 C. Jika diimpan pada uhu 0 C, karka maih layak dikonumi dalam beberapa minggu. 3) Karka beku: karka yang telah mengalami proe pembekuan cepat atau lambat dengan uhu penyimpanan C. Jika diimpan pada uhu -6,60 ampai -17,70 C maka karka beku tahan elama 3 12 bulan. PENYAKIT AKIBAT CEMARAN MIKROBA DALAM BAHAN PANGAN Sebagian bear penyakit pada manuia diebabkan oleh makanan yang tercemar bakteri patogen, eperti penyakit tipu, dientri, botulime, dan hepatiti A (Winarno 1997). Penyakit lain yang diebabkan oleh bakteri dan ering menimbulkan maalah erta memiliki dampak yang cukup berbahaya terhadap keehatan manuia antara lain adalah antrak, almonelloi, brucelloi, tuberkuloi, klotridioi, E. coli, kolibailoi, dan S. aureu (Supar 2005). Foodborne dieae adalah uatu penyakit yang merupakan hail dari pencernaan dan penyerapan makanan yang mengandung mikroba oleh tubuh manuia. Mikroba yang menimbulkan penyakit dapat beraal dari makanan produk ternak yang terinfeki atau tanaman yang terkontaminai (Bahri 2001). Makanan yang terkontaminai elama pengolahan dapat menjadi media penularan penyakit. Penularan penyakit ini berifat infeki, yaitu uatu penyakit yang diebabkan oleh mikroba yang hidup dan berkembang biak pada tempat terjadinya peradangan. Mikroba mauk ke dalam aluran pencernaan manuia melalui makanan, yang kemudian dicerna dan dierap oleh tubuh. Dalam kondii yang euai, mikroba patogen akan berkembang biak di dalam aluran pencernaan ehingga menyebabkan gejala penyakit. Foodborne dieae yang diebabkan oleh almonella dapat menyebabkan kematian pada manuia, media pencemarannya dapat beraal dari air pencuci yang telah terkontaminai. Mikroorganime lainnya yang dapat menyebabkan foodborne dieae antara lain Compylobacter, E. coli, dan Literia (Tabel 1). Gejala umum foodborne dieae adalah perut mual diikuti muntah-muntah, diare, demam, kejang-kejang, dan gejala lainnya. Memperbaiki anitai terutama lingkungan, merupakan alah atu olui terbaik dalam mengantiipai cemaran mikroba. Sanitai yang buruk yang menyebabkan air tercemar tinja yang mengandung kuman penyakit, menyebabkan terjadinya waterborne dieae. Angka kejadian waterborne dieae dan food- 98 Jurnal Litbang Pertanian, 28(3), 2009

4 Tabel 1. Beberapa gejala penyakit dan media pencemaran mikroba pada bahan pangan aal ternak. Agen Media/umber pencemaran Gejala Salmonella Air pencuci terkontaminai Demam, diare, kram perut Campylobacter Kontak dengan permukaan karka Diare, demam, kram perut ungga yang terinfeki, atau mengonumi daging ayam yang maih mentah Echerichia coli Makanan/minuman yang tercemar Diare berdarah dan keakitan oleh fee karena kram perut tanpa diertai demam Literia Makanan mentah, uu yang Infeki di elaput otak, infeki dipateuriai, keju lunak melua ke dalam aluran darah Sumber: Andriani (2005). borne dieae di Indoneia tergolong tinggi, yaitu ekitar penduduk menderita diare dan dua pertiga penduduk terinfeki cacingan (Dina Keehatan Provini Jawa Barat 2008). Diare yang diakibatkan oleh adanya bibit penyakit dalam makanan merupakan penyebab utama malnutrii. Setiap anak beruia 5 tahun ke bawah (balita) rata-rata menderita diare 2 3 kali per tahun, edangkan 15 dari anak-anak meningal karena diare. Di negara berkembang, 70% penyakit diare dewaa ini dianggap diebabkan oleh makanan yang mengandung penyakit (Winarno 2004). Untuk memperoleh jaminan keamanan pangan perlu diterapkan item keamanan pangan dalam etiap proe produki (Gambar 1). Tahap awal dimulai dari budi daya, yaitu perlu diterapkan praktek beternak yang baik (good farming practice, GFP), meliputi anitai kandang dan lingkungan ekitar kandang dan pemberian pakan ternak yang beba jamur atau aflatokin. Selanjutnya pada tahap pacapanen perlu dilakukan praktek penanganan pacapanen yang baik (good handling practice, GHP). Pada tahap ini perlu diperhatikan peralatan atau mein yang digunakan untuk penanganan pacapanen. Pada aat pemotongan ternak, mialnya, piau yang diediakan untuk memotong ternak minimal 2 buah dan digunakan ecara bergantian untuk menghindari kontaminai ilang dari ternak yang dipotong. Selanjutnya, pada tahap pengolahan perlu diterapkan good manufacture practice (GMP), ehingga produk yang dihailkan aman dan ehat dikonumi. Pada tahap ini perlu diperhatikan penggunaan zat-zat yang aman dan efektif untuk pengolah makanan. Sitem keamanan pangan yang udah diakui dan diterapkan ecara internaional adalah Hazard Analyi Critical Control Point (HACCP). Sitem ini menekankan pada pengendalian berbagai faktor yang mempengaruhi bahan, produk, dan proe. Pendekatan HACCP meliputi tujuh prinip yaitu: 1) Analii poteni bahaya, bertujuan untuk mengidentifikai dan mengevaluai poteni bahaya yang diperkirakan dapat terjadi pada etiap langkah produki makanan. 2) Penentuan titik kendali kriti, merupakan langkah tindak lanjut dari analii poteni bahaya. Poteni bahaya yang telah teridentifikai haru diikuti dengan atu atau lebih critical control point (CCP). 3) Penetapan bata kriti. Bata kriti mencerminkan bataan yang digunakan untuk menjamin proe yang berlangung dapat menghailkan produk yang aman. PENGENDALIAN CEMARAN MIKROBA Pemberlakuan perdagangan beba mengharukan keamanan pangan mendapatkan perhatian dari berbagai pihak, termauk pemerintah, produen, dan konumen. Di era paar beba, indutri pangan Indoneia haru mampu beraing dengan negara lain yang telah mapan dalam item penanganan mutunya. Penyediaan pangan aal ternak yang memenuhi keamanan pangan, yaitu aman, ehat, utuh, dan halal (ASUH) kepada mayarakat perlu dilakukan melalui pengendalian reidu dan cemaran mikroba. Upaya ini angat bermanfaat bagi pemerintah ebagai pengawa peredaran bahan pangan aal ternak di paar, terutama mengenai bata makimum reidu antibiotik dan cemaran mikroba, produen ebagai penghail produk, maupun konumen untuk menjamin keamanan dan keehatan mayarakat. Budi daya pertanian/ peternakan Sarana produki Produki pertanian/ peternakan GFP Prapanen Penanganan (pacapanen) GFP : Good farming practice GHP : Good handling practice Pengolahan hail GHP GMP GDP Pacapanen Konumen Paar Gambar 1. Skema penerapan item keamanan pangan pada tiap tahapan produki. t Ditribui GMP : Good manufacture practice GDP : Good ditribution practice Jurnal Litbang Pertanian, 28(3),

5 4) Penetapan item pemantauan. Pada tahapan ini dilakukan erangkaian pengamatan atau pengukuran untuk memerika apakah CCP di bawah kendali dan untuk memperoleh catatan yang akurat untuk digunakan dalam verifikai. 5) Penetapan tindakan korektif. Pada tahapan ini dilakukan tindakan perbaikan terhadap produk bila CCP melampaui bata kriti. 6) Penetapan proedur verifikai, meliputi uji dan proedur tambahan untuk mematikan bahwa item HACCP berjalan dengan efektif. 7) Penetapan dokumentai dan penyimpanan. Tahapan ini mencakup emua dokumentai dan catatan yang euai untuk rencana HACCP, eperti rincian analii bahaya, penentuan CCP dan bata kriti, pemantauan dan verifikai (Djaafar dan Rahayu 2007). Di amping meningkatkan keamanan pangan, beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengeliminai dampak pencemaran mikroba pada bahan pangan adalah: 1) meningkatkan pengetahuan ekologi dan epidemiologi alami untuk menetapkan metode diagnoi yang akurat, 2) mengidentifikai titik kriti terjadinya kontaminai agen penyakit ke dalam mata rantai pangan aal ternak, 3) meningkatkan pengetahuan, keadaran dan kepedulian mayarakat terhadap penyakit yang diebabkan oleh cemaran mikroba, dan 4) memperlua takeholder dan meningkatkan koordinai dengan dina/intani terkait. KESIMPULAN Pengendalian cemaran mikroba pada bahan pangan aal ternak dapat dilakukan dengan cara ebagai berikut: 1) Pengolahan untuk menekan atau menghambat pertumbuhan bakteri, walaupun cara ini belum elalu dapat menghilangkan bakteri yang mencemari produk ternak aat berada di peternakan atau pada aat panen. 2) Pengendalian reidu dan cemaran mikroba pada produk pangan aal ternak dengan menekankan bata makimum reidu antibiotik. 3) Penerapan item keamanan pangan pada etiap proe produki melalui good farming practice (GFP), good handling practice (GHP), dan good manufacture practice (GMP). 4) Meningkatkan pengetahuan, keadaran, dan kepedulian mayarakat terhadap penyakit yang diebabkan oleh cemaran mikroba ehingga dapat mengeliminai dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran mikroba pada bahan pangan. DAFTAR PUSTAKA Andriani Echerichia coli 0157 H:7 ebagai penyebab penyakit zoonoi. Proiding Lokakarya Naional Penyakit Zoonoi. Puat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Bahri, S Beberapa apek keamanan pangan aal ternak di Indoneia. Pengembangan Inovai Pertanian 1(3): Bahri, S Mewapadai cemaran mikroba pada bahan pangan, pakan, dan produk peternakan di Indoneia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20(2): Balia, R.L., E. Harlia, dan D. Suryanto Jumlah Bakteri Total dan Koliform pada Suu Segar Peternakan Sapi Perah Rakyat dan Suu Pateuriai Tanpa Kemaan di Pedagang Kaki Lima. Fakulta Peternakan Univerita Padjadjaran, Bandung. Betty dan Yendri Cemaran mikroba terhadap telur dan daging ayam. Dina Peternakan Provini Sumatera Barat, Padang. Buckle, K.A., R.A. Edward, G.H. Fleet, and M. Wootton Food Technology. International Development Program of Autralian Univeritie and College. Department of Education and Culture, Directorate General of Higher Education. Budinuryanto, D.C., M.H. Hadiana, R.L. Balia, Abubakar, dan E. Widoari Profil keamanan daging ayam lokal yang dipotong di paar tradiional dalam kaitannya dengan penerapan item Hazard Analyi Critical Control Point (HACCP). Laporan Hail Penelitian Lembaga Penelitian Univerita Padjadjaran dan ARMP II Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Darminto dan S. Bahri Mad Cow dan penyakit ejeni lainnya pada hewan dan manuia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 15(4): Dina Keehatan Provini Jawa Barat Cuci Tangan Kunci Cegah Berbagai Penyakit. Dina Keehatan Provini Jawa Barat, Bandung. Dina Peternakan Provini Jawa Barat Standar Suu Segar. Kegiatan Standariai dan Penerapan Sitem Jaminan Mutu Produk Peternakan. Dina Peternakan Provini Jawa Barat, Bandung. Dina Peternakan Provini Jawa Barat Laporan Tahunan. Dina Peternakan Provini Jawa Barat, Bandung. Djaafar, T.F. dan S. Rahayu Cemaran mikroba pada produk pertanian, penyakit yang ditimbulkan dan pencegahannya. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 26(2): Lampert, C.M Modern Dairy Product. New York Publihing, Co. Inc. p Murdiati, T.B., A. Priadi., S. Rachmawati, dan Yuningih Suu pateuriai dan penerapan HACCP (Hazard Analyi Critical Control Point). Jurnal IImu Ternak dan Veteriner 9(3): Murdiati, T.B Jaminan keamanan pangan aal ternak: Dari kandang hingga piring konumen. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 25(1): Puat Standariai dan Akreditai Info Mutu. Berita Standariai Mutu dan Keamanan Pangan. Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian. Edii April hlm Rombaut, R Dairy Microbiology and Starter Culture. Laboratory of Food Technology and Engineering, Gent Univerity, Belgium. Sitepu, M Sapi Gila (Bovine Spongiform Encephalopathy/BSE), Keterkaitan dengan Berbagai Apek. Gramedia Widaarana Indoneia, Jakarta. Supar Keamanan pangan produk peternakan ditinjau dari apek prapanen: Permaalahan dan olui. hlm Proiding Lokakarya Naional Keamanan Pangan Produk Peternakan. Bogor, 14 September Puat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Syukur, D.A Bioecurity terhadap Cemaran Mikroba dalam Menjaga Keamanan Pangan Aal Hewan. Dina Peternakan dan Keehatan Hewan Provini Lampung, Bandar Lampung. Thahir, R., S.J. Munaro, dan S. Umiati Review hail-hail penelitian keamanan pangan produk peternakan. hlm Proiding Lokakarya Naional Keamanan Pangan Produk Peternakan, Bogor, 14 September Puat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Winarno, F.G Nakah Akademi. Keamanan Pangan. FTDC (Food Technology Development Center) Intitut Pertanian Bogor. Winarno, F.G Keamanan Pangan, Cetakan 1 Jilid 2. M-Brio Pre, Bogor. 100 Jurnal Litbang Pertanian, 28(3), 2009

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Sapi Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan

Lebih terperinci

PROSES PRAPRODUKSI SEBAGAI FAKTOR PENTING DALAM MENGHASILKAN PRODUK TERNAK YANG AMAN UNTUK MANUSIA. Sjamsul Bahri, E. Masbulan, dan A.

PROSES PRAPRODUKSI SEBAGAI FAKTOR PENTING DALAM MENGHASILKAN PRODUK TERNAK YANG AMAN UNTUK MANUSIA. Sjamsul Bahri, E. Masbulan, dan A. PROSES PRAPRODUKSI SEBAGAI FAKTOR PENTING DALAM MENGHASILKAN PRODUK TERNAK YANG AMAN UNTUK MANUSIA Sjamul Bahri, E. Mabulan, dan A. Kuumaningih Balai Penelitian Veteriner, Jalan R.E. Martadinata No. 30,

Lebih terperinci

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR Tuga Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Doen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd. S-1 PGSD Univerita Muhammadiyah Sidoarjo PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN

Lebih terperinci

SASARAN KESELAMATAN PASIEN KEPALA UPTD PUSKESMAS KEBOAN KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS KEBOAN NOMOR: TENTANG. Menimbang : a.

SASARAN KESELAMATAN PASIEN KEPALA UPTD PUSKESMAS KEBOAN KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS KEBOAN NOMOR: TENTANG. Menimbang : a. PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEBOAN Jl. Pendidikan No. 20 Keboan, Kecamatan Nguikan Kabupaten Jombang. Kode Po 61486 Telp.(0321) 888361 Email pukemakeboan@yahoo.com KEPUTUSAN

Lebih terperinci

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK Pada umumnya sumber pangan asal ternak dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) macam, yaitu berupa daging (terdiri dari berbagai spesies hewan yang lazim dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan jaman yang cepat eperti ekarang ini, peruahaan dituntut untuk memberikan laporan keuangan yang benar dan akurat. Laporan keuangan terebut

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN xxix HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel daging ayam beku yang diambil sebagai bahan penelitian berasal dari daerah DKI Jakarta sebanyak 16 sampel, 11 sampel dari Bekasi, 8 sampel dari Bogor, dan 18 sampel dari

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Vii V ii Dina Pendidikan Kabupaten Way Kanan tidak lepa dari vii Pemerintah Kabupaten Way Kanan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. Waktu Penelitian Penelitian dilakanakan pada 4 Februari 5 Maret 0.. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakanakan di SMP Ilam Al-Kautar

Lebih terperinci

Analisa Mikroorganisme

Analisa Mikroorganisme 19 Analisa Mikroorganisme Pemeriksaan awal terhadap 36 sampel daging ayam dan 24 sampel daging sapi adalah pemeriksaan jumlah mikroorganisme. Hasil yang diperoleh untuk rataan jumlah mikroorganisme daging

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode ekperimen dengan deain Pottet-Only Control Deign. Adapun pola deain penelitian

Lebih terperinci

Evaluasi Hasil Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analisis Data Curah Hujan

Evaluasi Hasil Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analisis Data Curah Hujan Evaluai Hail Pelakanaan Teknologi Modifikai Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analii Data Curah Hujan Budi Haroyo 1, Untung Haryanto 1, Tri Handoko Seto 1, Sunu Tikno 1, Tukiyat 1, Samul Bahri 1 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DEPAN. i SAMPUL DALAM... ii PRASYARAT GELAR. iii LEMBAR PERSETUJUAN.. iv PENETAPAN PANITIA PENGUJI.. v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii RINGKASAN. ix

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim

BAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging adalah salah satu pangan asal hewan yang mengandung zat gizi yang sangat baik untuk kesehatan dan pertumbuhan manusia, serta sangat baik sebagai media pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Penelitian ini menggunakan penelitian ekperimen. Subyek penelitiannya dibedakan menjadi kela ekperimen dan kela kontrol. Kela ekperimen diberi perlakuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daging adalah semua jaringan hewan, baik yang berupa daging dari karkas, organ, dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI PETERNAKAN DALAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN-TERNAK UNTUK MENUNJANG SWASEMBADA DAGING SAPI

INOVASI TEKNOLOGI PETERNAKAN DALAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN-TERNAK UNTUK MENUNJANG SWASEMBADA DAGING SAPI Inovai Pengembangan teknologi Inovai peternakan Pertanian dalam 1(3), item 2008: integrai 189-205 tanaman-ternak... 189 INOVASI TEKNOLOGI PETERNAKAN DALAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN-TERNAK UNTUK MENUNJANG

Lebih terperinci

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 Riani Lubi Juruan Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia Pendahuluan (1) Pertamakali dipublikaikan pada tahun 1909 oleh Agner Kraup Erlang

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MAHASISWA YANG MASUK MELALUI JALUR SNMPTN DAN JALUR UMB PADA MATAKULIAH KALKULUS II DI JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIMED

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MAHASISWA YANG MASUK MELALUI JALUR SNMPTN DAN JALUR UMB PADA MATAKULIAH KALKULUS II DI JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIMED 54 PERBEDAAN HASIL BELAJAR MAHASISWA YANG MASUK MELALUI JALUR SNMPTN DAN JALUR UMB PADA MATAKULIAH KALKULUS II DI JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIMED Abil Manyur Abtrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu berasal dari 5 kabupaten yaitu Bogor, Bandung, Cianjur, Sumedang dan Tasikmalaya. Lima sampel kandang diambil dari setiap kabupaten sehingga jumlah keseluruhan sampel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian quai experimental. Deain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak

Lebih terperinci

sangga buana sakti sangga buana sakti company profile General Supplier and Contractor S B WORK BACKBONE BACKHAUL

sangga buana sakti sangga buana sakti company profile General Supplier and Contractor S B WORK BACKBONE BACKHAUL company profile General upplier and Contractor angga buana akti Jl. Raya Pondok Gede No. H14 Lubang uaya Cipayung Jakarta Timur 13810. Telp. : +6221-9126 2668 Fax : +6221-8087 3400 Email : info@anggabuanaakti.com

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Kegiatan penelitian dilakanakan pada tanggal ampai dengan 4 April 03 di Madraah Ibtidaiyah Infarul Ghoy Plamonganari Pedurungan Semarang. Dalam penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 791-800 Online di: http://ejournal-1.undip.ac.id/index.php/gauian ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN RUMINANSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA... 70 LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 2.1. komposisi Kimia Daging Tanpa Lemak (%)... 12 Tabel 2.2. Masa Simpan Daging Dalam Freezer... 13 Tabel 2.3. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Pada Pangan...

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu Susu adalah sekresi yang dihasilkan oleh mammae atau ambing hewan mamalia termasuk manusia dan merupakan makanan pertama bagi bayi manusia dan hewan sejak lahir (Lukman

Lebih terperinci

DAMPAK PENGHAPUSAN SUBSIDI BBM TERHADAP SURPLUS EKONOMI

DAMPAK PENGHAPUSAN SUBSIDI BBM TERHADAP SURPLUS EKONOMI 25 DAMAK ENGHAUSAN SUBSIDI BBM TERHADA SURLUS EKONOMI Oleh : M. Atri Yulidar Abba SE.,MM* Erni Setiawati SE Doen Fakulta Ekonomi Univerita Widya Gama Mahakam Samarinda Email : threejuli@gmail.com Abtract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi merupakan hewan ternak yang menghasilkan daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan

Lebih terperinci

PREVALENSI USAHA TERNAK TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF PENINGKATAN PRODUKSI TERNAK NASIONAL. Tjeppy D. Soedjana

PREVALENSI USAHA TERNAK TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF PENINGKATAN PRODUKSI TERNAK NASIONAL. Tjeppy D. Soedjana PREVALENSI USAHA TERNAK TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF PENINGKATAN PRODUKSI TERNAK NASIONAL Tjeppy D. Soedjana Balai Penelitian Ternak, Kotak Po 221, Bogor 16002 ABSTRAK Peran ternak ebagai penyedia bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Menurut Sugiyono, metode penelitian pendidikan dapat diartikan ebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA BAB III EACA ZAT DALAM SISTIM YAG MELIBATKA EAKSI KIMIA Pada Bab II telah dibaha neraca zat dalam yang melibatkan atu atau multi unit tanpa reaki. Pada Bab ini akan dibaha neraca zat yang melibatkan reaki

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DALAM MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU TAHUN Dwi Priyanto

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DALAM MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU TAHUN Dwi Priyanto STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DALAM MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU TAHUN 2014 Dwi Priyanto Balai Penelitian Ternak, Jalan Banjarwaru, Ciawi, Kotak Po 221 Bogor 16002,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi,

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Daging merupakan salah satu sumber protein yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi, kerbau, kuda, domba, kambing,

Lebih terperinci

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Team Doen Riet Operaional rogram Studi Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia ertamakali dipublikaikan pada tahun 909 oleh Agner Kraup Erlang yang mengamati maalah kepadatan penggunaan telepon

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN 5.1. Proe Fluidiai Salah atu faktor yang berpengaruh dalam proe fluidiai adalah kecepatan ga fluidiai (uap pengering). Dalam perancangan ini, peramaan empirik yang digunakan

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE Oleh: Gondo Pupito Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, PSP - IPB Abtrak Pada penelitian

Lebih terperinci

s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s ssssssssssssssssssssssssssssssssssss

s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s ssssssssssssssssssssssssssssssssssss Yuuf al-uqari Cara Efektif Membebakan Diri dari Lupa & Lemah Ingatam Judul Ali : Kayfa Tatakhallah Min Al-Niyan Wa Dha f Al-Dzakirah Penuli : Yuuf al-uqari Penerbit : Darul Lathif lin Nayr wat Tazwi, Kairo

Lebih terperinci

Modul 3 Akuisisi data gravitasi

Modul 3 Akuisisi data gravitasi Modul 3 Akuiii data gravitai 1. Lua Daerah Survey Lua daerah urvey dieuaikan dengan target yang diinginkan. Bila target anomaly berukuran lokal (cukup kecil), maka daerah urvey tidak perlu terlalu lua,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian adalah alah atu media yang digunakan dalam menuli dengan proedur yang telah ditentukan. Penelitian pada hakekatnya adalah uatu upaya dan bukan hanya

Lebih terperinci

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK Konfereni Naional Teknik Sipil (KoNTekS ) Sanur-Bali, - Juni PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM Zufrimar, Budi Wignyoukarto dan Itiarto Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI PUTARAN CETAKAN, INOKULAN TI-B PADA CENTRIFUGAL CASTING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN ALUMINIUM A356.

PENGARUH VARIASI PUTARAN CETAKAN, INOKULAN TI-B PADA CENTRIFUGAL CASTING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN ALUMINIUM A356. PENGARUH VARIASI PUTARAN CETAKAN, INOKULAN TI-B PADA CENTRIFUGAL CASTING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN ALUMINIUM A356. Eko Nugroho 1), Yulian hudawan 2) Juruan Teknik Mein Fakulta Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A III METODOLOGI PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, di mana penelitian langung dilakukan di lapangan yang berifat kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2012 DAFTAR ISI 1. Apa Kandungan gizi dalam Daging ayam? 2. Bagaimana ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni dan Pendekatan Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafiran

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN TARIK SERAT PELEPAH PISANG EPOKSI

ANALISA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN TARIK SERAT PELEPAH PISANG EPOKSI ANALISA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN TARIK SERAT PELEPAH PISANG EPOKSI Nanang Endriatno Staf Pengajar Program Studi Teknik Mein Fakulta Teknik Univerita Halu Oleo, Kendari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh manusia, baik dalam bentuk segar maupun sudah diproses dalam bentuk produk. Susu adalah bahan pangan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung tahun ajaran 01/013 yang berjumlah 38 iwa dan terebar dalam enam kela yang

Lebih terperinci

Ejournal boga. Volume 2, nomor 1, tahun 2013, edisi yudisium periode Februari 2013, hal

Ejournal boga. Volume 2, nomor 1, tahun 2013, edisi yudisium periode Februari 2013, hal Ejournal boga. Volume 2, nomor, tahun 203, edii yudiium periode Februari 203, hal. 234-240 PENGARUH JENIS DAN PROPORSI BAHAN PEMBENTUK GEL TERHADAP HASIL JADI MINUMAN JELI KUNYIT ASAM Bagu Prahara Putra

Lebih terperinci

Mutu karkas dan daging ayam

Mutu karkas dan daging ayam Standar Nasional Indonesia Mutu karkas dan daging ayam ICS 67.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI Arief Aulia Rahman 1 Atria Yunita 2 1 STKIP Bina Banga Meulaboh, Jl. Naional

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PELAYANAN NASABAH BERDASARKAN METODE ANTRIAN (QUEUING SYSTEM)

MODEL OPTIMASI PELAYANAN NASABAH BERDASARKAN METODE ANTRIAN (QUEUING SYSTEM) Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.5, No. Januari 0, hlm. 5 58 Terakreditai SK. No. 64a/DIKTI/Kep/00 MODEL OPTIMASI PELAYANAN NASABAH BERDASARKAN METODE ANTRIAN (QUEUING SYSTEM) Irmayanti Haan Juruan Fakulta

Lebih terperinci

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya. SUSU a. Definisi Susu Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu adalah bahan pangan dengan kandungan gizi lengkap yaitu terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu bahan pangan yang penting

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease) merupakan

I. PENDAHULUAN. Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease) merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease) merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang banyak dijumpai dan penyebab signifikan menurunnya produktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi manusia. Selain mutu proteinnya tinggi, daging juga mengandung asam amino essensial yang lengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan gizi manusia dan diminati berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja,

Lebih terperinci

Korelasi Genetik Antara Bobot Sapih dengan Bobot Satu Tahun dan Laju Pertumbuhan Pasca Sapih Sapi Brahman Cross

Korelasi Genetik Antara Bobot Sapih dengan Bobot Satu Tahun dan Laju Pertumbuhan Pasca Sapih Sapi Brahman Cross Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November, 009, Vol. XII No. 4 Korelai Genetik Antara Bobot Sapih dengan Bobot Satu Tahun dan Laju Pertumbuhan Paca Guhairiyanto dan Depion 1 Intiari Peningkatan produki

Lebih terperinci

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebersihan makanan dan minuman sangatlah penting karena berkaitan dengan kondisi tubuh manusia. Apabila makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak terjaga kebersihannya

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS Bab VI: DESAIN SISEM ENDALI MELALUI OO LOCUS oot Lou dapat digunakan untuk mengamati perpindahan pole-pole (lup tertutup) dengan mengubah-ubah parameter penguatan item lup terbukanya ebagaimana telah ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dekripi Data Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media Audio Viual dengan metode Reading Aloud terhadap hail belajar iwa materi العنوان, maka penuli melakukan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai pembangunan sesuai dengan yang telah digariskan dalam propenas. Pembangunan yang dilaksakan pada hakekatnya

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI Edi Sutomo Program Studi Magiter Pendidikan Matematika Program Paca Sarjana Univerita Muhammadiyah Malang Jln Raya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan tentang gizi mendorong orang untuk mendapatkan bahan pangan yang sehat dan berkualitas agar dapat diandalkan untuk meningkatkan dan memenuhi

Lebih terperinci

Lampiran B.2. Dimensi Kompetensi Kuantitatif. Komponen Literasi Kuantitatif

Lampiran B.2. Dimensi Kompetensi Kuantitatif. Komponen Literasi Kuantitatif No. Indikator Butir Soal 1. Siwa mampu menetukan bentuk penyajian data Tabel berikut untuk menjawab oal 6-7. Hail penelitian faktor klimatik dan edafik uatu ekoitem adalah ebagai berikut : Tabel 2. Hail

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah kondii alami dengan kepadatan rendah hingga edang cenderung mengalami deformai yang bear bila dilintai beban berulang kendaraan. Untuk itu, dibutuhkan uatu truktur

Lebih terperinci

Keamanan Pangan Asal Ternak: Situasi, Permasalahan dan Prioritas Penanganannya di Tingkat Hulu

Keamanan Pangan Asal Ternak: Situasi, Permasalahan dan Prioritas Penanganannya di Tingkat Hulu Keamanan Pangan Asal Ternak: Situasi, Permasalahan dan Prioritas Penanganannya di Tingkat Hulu Keamanan Pangan Asal Ternak: Situasi, Permasalahan dan Prioritas Penanganannya di Tingkat Hulu Penyusun:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi masalah kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Infeksi dan kontaminasi yang disebabkan oleh Salmonella sp. ditemukan hampir di. Infeksi bakteri ini pada hewan atau manusia dapat

I. PENDAHULUAN. Infeksi dan kontaminasi yang disebabkan oleh Salmonella sp. ditemukan hampir di. Infeksi bakteri ini pada hewan atau manusia dapat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Infeksi dan kontaminasi yang disebabkan oleh Salmonella sp. ditemukan hampir di seluruh belahan dunia. Infeksi bakteri ini pada hewan atau manusia dapat

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUTIHAN PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI RT 04 RW 03 KELURAHAN ROWOSARI SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUTIHAN PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI RT 04 RW 03 KELURAHAN ROWOSARI SEMARANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUTIHAN PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI RT 04 RW 03 KELURAHAN ROWOSARI SEMARANG THE RELATED FACTORS TO LEUCORHEA OF FERTILE WOMEN IN NEIGHBORHOOD UNIT (RT) 04 COMMUNITY

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. langsung melalui wakil-wakilnya (Komaruddin, 2004:18). jangkauan yang hendak dicapai mencakup tiga aspek dasar, yaitu:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. langsung melalui wakil-wakilnya (Komaruddin, 2004:18). jangkauan yang hendak dicapai mencakup tiga aspek dasar, yaitu: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoriti 2.1.1 Bura Efek Menurut J.Bogen bura efek adalah uatu item yang terorganiir dengan mekanime remi untuk mempertemukan penjual dan pembeli efek ecara langung

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA) STUDI PERBADIGA BELITA TRASFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PEGGUAA TAP CHAGER (Aplikai pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRASBUAA) Bayu T. Sianipar, Ir. Panuur S.M. L.Tobing Konentrai Teknik Energi Litrik,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 88 BAB IV HASIL PEELITIA DA PEMBAHASA Dalam bab ini dipaparkan; a) hail penelitian, b) pembahaan. A. Hail Penelitian 1. Dekripi Data Dekripi hail penelitian yang diperoleh dari pengumpulan data menggunakan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka 1. Pendahuluan Komunikai merupakan kebutuhan paling menonjol pada kehidupan manuia. Pada awal perkembangannya ebuah pean diampaikan ecara langung kepada komunikan. Namun maalah mulai muncul ketika jarak

Lebih terperinci

MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI

MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI Jurnal Matematika Vol.6 No. Nopember 6 [ 9 : 8 ] MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI DI PROPINSI JAWA BARAT Juruan Matematika, Uiverita Ilam Bandung,

Lebih terperinci

3. PENETAPAN BERAT VOLUME TANAH

3. PENETAPAN BERAT VOLUME TANAH Penetapan Berat Volume Tanah 25 3. PENETAPAN BERAT VOLUME TANAH Fahmuddin Agu, Rahmah Dewi Yutika, dan Umi Haryati 1. PENDAHULUAN Berat volume tanah merupakan alah atu ifat fiik tanah yang paling ering

Lebih terperinci

PENGAMATAN PERILAKU TRANSIENT

PENGAMATAN PERILAKU TRANSIENT JETri, Volume, Nomor, Februari 00, Halaman 5-40, ISSN 4-037 PENGAMATAN PERIAKU TRANSIENT Irda Winarih Doen Juruan Teknik Elektro-FTI, Univerita Triakti Abtract Obervation on tranient behavior i crucial

Lebih terperinci

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh II. ABSTRAKS Persaingan dunia bisnis semakin merajalela, mulai dari sektor peternakan, material, bahkan hingga teknologi. Indonesia adalah salah satu negara yang

Lebih terperinci

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA 243 BAB XV PEMBIASAN CAHAYA. Apakah yang dimakud dengan pembiaan cahaya? 2. Apakah yang dimakud indek bia? 3. Bagaimana iat-iat pembiaan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan iat bayangan pada lena? 5.

Lebih terperinci

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua Jurnal Gradien Vol. No. Juli 0 : -70 Kajian Solui Numerik Metode Runge-Kutta Nytrom Empat Dalam Menyeleaikan Peramaan Diferenial Linier Homogen Dua Zulfia Memi Mayaari, Yulian Fauzi, Cici Ratna Putri Jelita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu yang baru keluar dari kelenjar mamae melalui proses pemerahan merupakan suatu sumber bahan pangan yang murni, segar, higienis, bergizi, serta mengandung sejumlah

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PENCAIRAN BIAYA BERBASIS WEB PADA PT PEGADAIN (Persero) KANTOR WILAYAH X BANDUNG

PERANCANGAN APLIKASI PENCAIRAN BIAYA BERBASIS WEB PADA PT PEGADAIN (Persero) KANTOR WILAYAH X BANDUNG PERANCANGAN APLIKASI PENCAIRAN BIAYA BERBASIS WEB PADA PT PEGADAIN (Perero) KANTOR WILAYAH X BANDUNG Heri Purwanto, M.M., M.T 1, Intan Nurlaily, Amd 2 1 Program Studi Manajemen Informatika, STMIK LPKIA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, dimana penelitian langung langung dilakukan di lapangan yang berifat kuantitatif. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB XVI ALAT-ALAT OPTIK

BAB XVI ALAT-ALAT OPTIK 258 BAB XVI ALAT-ALAT OPTIK. Apa yang dimakud dengan alat-alat optik? 2. Mengapa mata ebagai alah atu alat optik? 3. Bagaimana pembentukan bayangan pada mata? 4. Bagaimana cara menolong cacat optik mata?

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah iwa kela XI IPA emeter genap SMA Negeri 0 Bandar Lampung tahun pelajaran 04/05 yang berjumlah 5 iwa. Kemampuan

Lebih terperinci