VI. ALOKASI WAKTU KERJA, PENDAPATAN DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA
|
|
- Sukarno Lesmana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, PENDAPATAN DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA 6.1. Alokasi Waktu Kerja Anggota Rumahtangga Dalam penelitian ini, alokasi waktu kerja didefinisikan sebagai jumlah jam kerja riil yang dicurahkan oleh anggota rumahtangga dalam mencari nafkah dalam satu tahun. Alokasi waktu kerja dikelompokkan menjadi alokasi waktu kerja di dalam usaha industri produk jadi rotan dan di luar usaha industri produk jadi rotan. Dalam pembahasan tentang alokasi waktu kerja, anggota rumahtangga dibagi menjadi alokasi waktu kerja suami, istri dan anggota rumahtangga lainnya. Anggota rumahtangga lainnya yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi anak, adik, kakak, paman dan anggota rumahtangga lainnya yang hidup dalam satu atap dan menanggung beban ekonomi rumahtangga bersama-sama Alokasi Waktu Kerja Rumahtangga Pengusaha Gambaran tentang alokasi waktu kerja anggota rumahtangga pengusaha industri produk jadi rotan disajikan pada Tabel 3. Secara lengkap data alokasi waktu kerja anggota rumahtangga per sampel disajikan pada Lampiran 1 dan 2. Berdasarkan Tabel 3 dapat diungkapkan bahwa alokasi waktu kerja keluarga pengusaha di dalam usaha industri produk jadi rotan (rata-rata per tahun) mencapai persen dari jumlah waktu kerja yang tersedia. Dengan kata lain hampir 4 kali lebih besar daripada alokasi waktu kerja rumahtangga pengusaha di luar usaha industri produk jadi rotan. Hal ini mengindikasikan bahwa rumahtangga pengusaha lebih mengutama bekerja di dalam usaha industri produk
2 81 jadi rotan dibandingkan dengan pekerjaan lain. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara terhadap seluruh sampel yang menyatakan bahwa usaha industri produk jadi rotan adalah matapencaharian utama. Tabel 3. Alokasi Waktu Kerja Anggota Rumahtangga Pengusaha No. Anggota Keluarga Alokasi Waktu Kerja (Jam/Tahun) Dalam Usaha Luar Usaha Jumlah 1. Suami 3, ,341 (93.98) (6.02) (100.00) (66.97) (16.98) (56.89) 2. Istri (59.72) (40.28) (100.00) (23.72) (63.34) (31.70) 3. Anggota rumahtangga lainnya (65.22) (34.78) (100.00) (9.32) (19.68) (11.41) Jumlah 4, ,873 (79.84) (20.16) (100.00) (100.00) (100.00) (100.00) Keterangan: Angka dalam tanda kurung pada baris pertama dari setiap item menunjukkan persentase terhadap alokasi waktu kerja total dan angka dalam tanda kurung pada baris kedua menunjukkan persentase terhadap jumlah alokasi waktu kerja rumahtangga. Apabila diamati lebih lanjut, pengusaha (suami) sebagai kepala keluarga rumahtangga lebih besar mencurahkan waktu kerja di dalam usaha industri produk jadi rotan. Secara keseluruhan alokasi waktu kerja suami lebih besar dibandingkan anggota rumahtangga lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa suami merupakan penopang utama ekonomi rumahtangga pengusaha dalam memenuhi kebutuhan hidup rumahtangganya. Sementara itu, alokasi waktu istri lebih banyak dicurahkan di luar usaha daripada di dalam usaha industri produk jadi rotan, yaitu sebesar persen. Pekerjaan istri di luar usaha meliputi sebagai pegawai swata, berdagang, membuka usaha seperti menerima jahitan dan merias pengantin. Hal ini mengindikasikan bahwa peranan istri dalam rumahtangga
3 82 sangat penting, dimana istri berperan sebagai ibu rumahtangga dan sebagai pekerja dalam memenuhi kebutuhan hidup rumahtangga Alokasi Waktu Kerja Rumahtangga Pekerja Alokasi waktu kerja anggota rumahtangga pekerja dalam industri produk jadi rotan ditujukan untuk pekerjaan usaha mengolah barang setengah jadi rotan menjadi produk jadi rotan. Secara umum, pekerjaan utama yang dilakukan oleh pekerja laki-laki adalah membuat rangka dan menganyam, sedangkan perempuan melakukan kegiatan finishing, mengamplas dan mengecat. Namun demikian, ditemukan pula pekerja laki-laki yang melakukan kegiatan finishing terutama apabila pekerja membuat rangka dan menganyam telah selesai dilakukan. Gambaran tentang aloksi waktu kerja anggota rumahtangga pekerja di dalam dan di luar usaha industri produk jadi rotan dapat dilihat pada Tabel 4. Secara lengkap data alokasi waktu kerja per sampel dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Tabel 4. Alokasi Waktu Kerja Anggota Rumahtangga Pekerja No. Anggota Keluarga Alokasi Waktu Kerja (Jam/Tahun) Dalam Usaha Luar Usaha Jumlah 1. Suami 2, ,360 (95.30) (4.70) (100.00) (81.63) (16.23) (68.62) 2. Istri (66.47) (33.53) (100.00) (12.09) (24.56) (14.57) 3. Anggota rumahtangga lainnya (29.93) (70.07) (100.00) (6.28) (59.21) (16.81) Jumlah 2, ,439 (80.11) (19.89) (100.00) (100.00) (100.00) (100.00)
4 83 Pada Tabel 4 terlihat bahwa alokasi waktu kerja rumahtangga pekerja di dalam usaha industri produk jadi rotan mencapai persen dari jumlah waktu kerja yang tersedia. Dengan demikian alokasi waktu kerja keluarga pekerja di dalam usaha 4 kali lebih besar dari waktu yang dicurahkan pekerja di luar usaha industri produk jadi rotan. Hal ini mengindikasikan bahwa bekerja pada usaha industri produk jadi rotan merupakan pekerjaan utama. Selanjutnya, alokasi waktu kerja suami dan istri lebih banyak dicurahkan pada usaha industri produk jadi rotan, masing-masing sebesar persen dan persen. Sementara itu, alokasi waktu kerja anggota rumahtangga lainnya lebih sedikit dicurahkan pada usaha industri produk jadi rotan, yaitu persen, dan lebih banyak dicurahkan pada luar usaha industri produk jadi rotan, meliputi sebagai pegawai swata, pelayan toko, pembantu rumahtangga, berdagang dan buruh bangunan. Apabila dibandingkan total alokasi waktu kerja antara anggota rumahtangga, maka terlihat bahwa alokasi waktu kerja suami sebagai kepala rumahtangga lebih besar daripada anggota rumahtangga lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa suami dalam rumahtangga pekerja sangat berperan dalam menopang ekonomi rumahtangga pekerja untuk menafkahi keluarganya Kontribusi Pendapatan Anggota Rumahtangga Setiap anggota rumahtangga memiliki kontribusi pendapatan terhadap pendapatan total rumahtangga. Dengan memaparkan kontribusi pendapatan dapat dilihat anggota keluarga mana yang memiliki peran yang besar terhadap pendapatan total rumahtangga. Disamping itu dapat diketahui usaha industri produk jadi rotan atau pekerjaan lain yang memberikan kontribusi paling besar.
5 84 Kontribusi pendapatan dari masing-masing anggota rumahtangga pengusaha dan pekerja industri produk jadi rotan selanjutnya dapat dilihat dalam uraian berikut Pendapatan Rumahtangga Pengusaha Pendapatan bersih rumahtangga pengusaha dari dalam usaha industri produk jadi rotan adalah selisih antara pendapatan kotor dengan biaya produksi. Besarnya pendapatan pengusaha di dalam usaha industri produk jadi rotan disajikan pada Tabel 5 dan hasil lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Tabel 5. Produksi, Biaya dan Pendapatan Usaha Industri Produk Jadi Rotan No. Deskripsi Satuan Nilai/Jumlah 1. Produksi Unit/tahun Harga Rupiah/tahun Pendapatan kotor Rupiah/tahun Biaya produksi Rupiah/tahun Pendapatan bersih Rupiah/tahun Dari Tabel 5 dapat dinyatakan bahwa pendapatan kotor rumahtangga pengusaha dari dalam usaha sebesar Rp dan biaya produksi sebesar Rp Selisih pendapatan kotor dengan biaya produksi adalah pendapatan bersih, yaitu sebesar Rp Pendapatan bersih pada usaha industri produk jadi rotan merupakan kontribusi dari setiap anggota keluarga pengusaha yang terlibat dalam usaha tersebut. Dengan cara mengalikan masing-masing proporsi curahan kerja anggota rumahtangga pengusaha dengan besarnya pendapatan bersih rumahtangga dari usaha industri produk jadi
6 85 rotan tersebut, dapat ditentukan kontribusi pendapatan dari masingmasing anggota rumahtangga pengusaha (Tabel 6). Pada Tabel 6 terlihat bahwa rata-rata pendapatan rumahtangga pengusaha dari usaha industri produk jadi rotan adalah sebesar Rp per tahun atau sebesar persen dari total pendapatan rumahtangga. Sedangkan pendapatan pengusaha dari luar usaha industri produk jadi rotan sebesar Rp atau sebesar persen dari total pendapatan rumahtangga. Pendapatan pengusaha di dalam usaha lebih besar dari pendapatan luar usaha industri produk jadi rotan. Porporsi pendapatan setiap anggota rumahtangga pada usaha industri produk jadi rotan yang lebih besar merupakan konsekuensi logis dari proposi curahan kerja setiap anggota keluarga yang besar pada usaha tersebut. Tabel 6. Kontribusi Pendapatan Anggota Rumahtangga Pengusaha No. Kontribusi Pendapatan (Rupiah/Tahun) Dalam Usaha Luar Usaha Jumlah 1. Suami (94.30) (5.70) (100.00) (66.97) (13.79) (54.90) 2. Istri (53.85) (46.15) (100.00) (23.72) (69.26) (34.05) 3. Anggota rumahtangga lainnya (65.22) (34.78) (100.00) (9.32) (16.94) (11.05) Jumlah (77.32) (22.68) (100.00) (100.00) (100.00) (100.00)
7 86 Dari total pendapatan rumahtangga dapat diungkapkan bahwa kontribusi suami sebagai kepala rumahtangga lebih besar dari kontribusi istri dan anggota keluarga lainnya. Walaupun demikian, kontribusi pendapatan istri dan anggota keluarga lainnya cukup besar. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap anggota keluarga bersama-sama mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup rumahtangganya Pendapatan Rumahtangga Pekerja Gambaran tentang kontribusi pendapatan anggota rumahtangga pekerja industri produk jadi rotan dapat dilihat pada Tabel 7 dan secara lengkap hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa pendapatan rumahtangga pekerja dari usaha industri produk jadi rotan adalah sebesar Rp atau sebesar persen dari total pendapatan rumahtangga. Sedangkan pendapatan rumahtangga pekerja di luar usaha yaitu sebesar Rp atau sebesar persen dari toal pendapatan rumahtangga. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pendapatan rumahtangga pekerja berasal dari pendapatan di dalam usaha industri produk jadi rotan. Besarnya pendapatan rumahtangga pekerja dari usaha industri produk jadi rotan merupakan konsekuensi logis dari proporsi curahan waktu kerja keluarga pada usaha tersebut lebih besar dari curahan kerja pada pekerjaan lainnya. Tabel 7. Kontribusi Pendapatan Anggota Rumahtangga Pekerja No. Kontribusi Pendapatan (Rupiah/Tahun)
8 87 Dalam Usaha Luar Usaha Jumlah 1. Suami (97.34) (2.66) (100.00) (83.88) (8.83) (68.40) 2. Istri (46.66) (53.34) (100.00) (9.72) (42.74) (16.53) 3. Anggota rumahtangga lainnya (33.74) (66.26) (100.00) (6.41) (48.44) (15.08) Jumlah (79.37) (20.63) (100.00) (100.00) (100.00) (100.00) Pendapatan suami berasal dari dalam usaha industri produk jadi rotan lebih besar dari pendapatan luar usaha, sebaliknya untuk kontribusi pendapatan istri dan anggota keluarga lainnya. Besarnya pendapatan suami dan anggota rumahtangga lainnya selaras dengan proporsi curahan kerjanya. Sementara itu, pendapatan istri lebih kecil dari dalam usaha industri produk jadi rotan sedangkan curahan kerjanya lebih besar pada usaha tersebut. Hal ini terjadi karena upah/gaji yang diperoleh istri pekerja dari dalam usaha industri produk jadi rotan lebih kecil daripada upah/gaji yang berasal dari luar usaha tersebut. Secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa kontribusi pendapatan suami terhadap pendapatan total rumahtangga pekerja lebih besar dari pendapatan istri dan anggota keluarga lainnya. Hal ini sangat wajar karena suami sebagai kepala keluarga berkewajiban memenuhi kebutuhan hidup anggota rumahtangganya Pola Pengeluaran Rumahtangga Setiap rumahtangga memiliki pola tertentu dalam pengeluaran atau membelanjakan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pengeluaran rumahtangga menunjukkan berapa besar pendapatan rumahtangga yang digunakan untuk keperluan konsumsi, non konsumsi, investasi (pendidikan
9 88 dan usaha), pengeluaran rekrasi dan tabungan. Gambaran tentang pola pengeluran rumahtangga pengusaha dan pekerja industri produk jadi rotan dapat dilihat pada Tabel 8 dan 9 dan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1,2,3 dan Pengeluaran Rumahtangga Pengusaha Gambaran tentang pengeluaran rumahtangga pengusaha industri produk jadi rotan dapat dilihat pada Tabel 8 dan secara lengkap hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa proporsi pengeluaran untuk konsumsi pangan sebesar persen dari pengeluaran total rumahtangga pekerja. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan dengan jumlah dari pengeluaran untuk konsumsi non pangan rumahtangga pengusaha. Hal ini menunjukkan bahwa rumahtangga pengusaha telah dapat memenuhi kebutuhan pokok (konsumsi pangan) dan kebutuhan sekunder (non pangan, investasi pendidikan, investasi usaha dan tabungan rumahtangga pengusaha). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan rumahtangga pengusaha sudah relatif baik. Tabel 8. Pengeluaran Rumahtangga Pengusaha No. Jenis Pengeluaran Nilai (Rupiah/Tahun) Persentase 1. Konsumsi pangan Konsumsi non pangan Investasi pendidikan Investasi usaha Pengeluaran rekreasi Tabungan Jumlah Selanjutnya pengeluaran investasi pendidikan rumahtangga pengusaha hanya 2.18 persen dari total pengeluaran rumahtangga pengusaha. Hal ini disebabkan rata-rata jumlah anak sekolah dalam rumahtangga pengusaha
10 89 sebagaimana telah dikemukakan pada Bab V adalah 1 orang dan pada umumnya tingkat pendidikan tertinggi yang ditempuh adalah Sekolah Menengah Umum (SMU), sehingga pengeluaran untuk investasi pendidikan relatif kecil Pengeluaran Rumahtangga Pekerja Gambaran tentang pengeluaran rumahtangga pekerja industri produk jadi rotan dapat dilihat pada Tabel 9 dan secara lengkap hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa proporsi pengeluaran untuk konsumsi pangan sebesar persen dari seluruh pengeluaran total rumahtangga pekerja. Jumlah ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan jumlah dari pengeluaran untuk konsumsi non pangan rumahtangga pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa rumahtangga pekerja telah dapat memenuhi kebutuhan pokok (konsumsi pangan) dan kebutuhan sekunder (non pangan dan investasi pendidikan). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesejahteraan rumahtangga pekerja relatif sudah baik. Tabel 9. Pengeluaran Rumahtangga Pekerja No. Jenis Pengeluaran Nilai (Rupiah/Tahun) Persentase 1. Konsumsi pangan Konsumsi non pangan Investasi pendidikan Pengeluaran rekreasi Jumlah Selanjutnya investasi pendidikan rumahtangga pekerja sebesar 3.11 persen dari total pengeluaran rumahtangga pekerja. Hal ini wajar, sebab jumlah anak sekolah dalam rumahtangga sebanyak 1 orang dan pada umumnya tingkat pendidikan tertinggi yang ditempuh adalah tamatan sekolah Dasar (SD), sehingga pengeluaran rumahtangga pekerja untuk investasi pendidikan relatif lebih kecil.
VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH
59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi
Lebih terperinciVI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN
VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN Rumahtangga adalah basis unit kegiatan produksi dan konsumsi dimana anggota rumahtangga merupakan sumberdaya manusia
Lebih terperinciVIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub
VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub sektor perikanan dan pendapatan di luar sub sektor perikanan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani
Lebih terperinciVIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN TRADISIONAL
VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN TRADISIONAL Pendapatan rumahtangga nelayan tradisional terdiri dari pendapatan di dalam sektor perikanan dan pendapatan di luar
Lebih terperinciLampiran 1 Sebaran contoh menurut komponen pengambilan keputusan berdasarkan jenis kelamin dan bidang pangan
93 Lampiran 1 Sebaran contoh menurut komponen pengambilan keputusan berdasarkan jenis kelamin dan bidang pangan Pangan Belanja kebutuhan pangan sehari-hari Perempuan 5 20.83 13 54.17 4 16.67 0 0.00 2 8.33
Lebih terperinciV. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi
153 V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi rumahtangga pertanian yang menjadi objek penelitian ini. Variabel-variabel yang
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK 4.1. Letak Geografis, Kependudukan dan Kondisi Perekonomian Kabupaten Demak Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten di
Lebih terperinciBAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU
BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas bangsa ditentukan oleh kualitas penduduk yang tercermin pada kualitas sumberdaya manusia (SDM). Salah satu indikator kualitas penduduk adalah Human Development Index
Lebih terperinciVII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI
84 VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI 7.1. Hasil Validasi Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sebelum melakukan simulasi untuk menangkap
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata banyaknya rit dan jumlah penumpang yang diamati Trayek Rata-rata Rit per 9 Jam
pukul 1.-16. dan sore hari dilakukan pada pukul 16.-19.. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Mencari data awal tentang aturan mengenai angkutan perkotaan, jumlah tiap trayek, dan lintasan
Lebih terperinciGambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia,
Kemiskinan Termasuk bagian penting dari aspek analisis ketenagakerjaan adalah melihat kondisi taraf kehidupan penduduk, yang diyakini merupakan dampak langsung dari dinamika ketenagakerjaan. Kemiskinan
Lebih terperinciVIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI
VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Bagian ini akan menganalisis hasil melakukan simulasi, yaitu melakukan perubahan-perubahan pada satu atau beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah terjadi sejak dahulu kala. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal, kepemilikan lahan,
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Teluk Bintuni di dua desa yang
62 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kawasan Teluk Bintuni di dua desa yang berada di sekitar wilayah pembangunan proyek LNG Tangguh yaitu di Desa Tanah
Lebih terperinciBAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI
BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI 5.1 Strategi Nafkah Petani Petani di Desa Curug melakukan pilihan terhadap strategi nafkah yang berbeda-beda untuk menghidupi keluarganya.
Lebih terperinciTabel 1. Jenis Pendapatan Daerah. Tabel 2. Persentase Sumber Pendapatan Daerah
RINGKASAN I. PENDAPATAN DAERAH Untuk tahun 2007-2011, rata-rata jumlah PAD hanya sekitar 18% dan Lain-lain pendapatan hanya 1 (Tabel 1) dari total pendapatan, sementara Dana Perimbangan\ (Daper) mencapai
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARATERISTIK INDUSTRI PRODUK JADI ROTAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARATERISTIK INDUSTRI PRODUK JADI ROTAN 5.1. Letak Geografis Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Kecamatan
Lebih terperinciIII METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis deskriptif, karena penelitian ini
24 III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis deskriptif, karena penelitian ini bermaksud menggambarkan secara sistematis tentang bagaimana gambaran pendapatan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Teknik Pemilihan Responden
23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari objek dalam satu waktu tertentu, tidak berkesinambungan
Lebih terperinciBAB VIII KEMISKINAN DAN KETAHANAN PANGAN DI SUMATERA SELATAN
BAB VIII KEMISKINAN DAN KETAHANAN PANGAN DI SUMATERA SELATAN Faharuddin, M.Si. (Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Sumatera Selatan) 8.1. Konsep Dasar Ketahanan Pangan Ketahanan pangan dikonseptualisasikan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014
No.29/05/33/Th.VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan I tahun 2014 mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang begitu cepat, serta aktivitas pembangunan dalam berbagai bidang tentu saja akan menyebabkan ikut meningkatnya permintaan akan lahan dalam hal
Lebih terperinciBAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian
28 BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu
Lebih terperinciTabel 1. Jenis Pendapatan Daerah. Ratarata % Dalam milyar rupiah. Jenis Pendapatan
RINGKASAN I. PENDAPATAN DAERAH Untuk tahun 27-211, rata-rata jumlah PAD hanya sekitar 17% dan Lain-lain pendapatan hanya 1% (Tabel 1) dari total pendapatan, sementara Dana Perimbangan (Daper) mencapai
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator berjalannya roda perekonomian suatu negara. Ketika ekonomi tumbuh, maka ada peningkatan produksi barang dan jasa yang memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan mengenai mikro ekonomi,sub sistem yang utama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembicaraan mengenai mikro ekonomi,sub sistem yang utama adalah rumah tangga. Rumah tangga merupakan produsen dan sekaligus juga konsumen. Dengan demikian
Lebih terperinciBAB VI PEMANFAATAN REMITAN
49 BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 6.1 Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional Remitan merupakan pengiriman uang ke daerah asal, seperti diungkapkan Connel (1979) dalam Effendi (2004), menggambarkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia hingga saat ini belum mampu mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat masih belum merasakan
Lebih terperinciRINGKASAN. sistem kekerabatan dan segala aspek yang berkenaan dengan relasi gender dalam. pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria.
RINGKASAN FEBRI SASTIVIANI PUTRI CANTIKA. RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA. Kasus pada Rumahtangga Petani Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi
Lebih terperinciV. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010
65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan
Lebih terperinciGambar 2 Metode Penarikan Contoh
17 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain Cross Sectional Study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir
Lebih terperinciRELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA
RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA (Kasus pada Rumahtangga Petani Desa Cipeuteuy Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat) Oleh FEBRI SATIVIANI PUTRI CANTIKA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan ekonomi kota Medan. Konsumsi rumah tangga Medan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat adalah tujuan utama dan cita-cita dari setiap negara. Tingkat kesejahteraan suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Dataran Tinggi Dieng kurang lebih berada di ketinggian 2093 meter dari permukaan laut dan dikelilingi oleh perbukitan. Wilayah Dieng masuk ke
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Contoh dan Metode Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
21 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan menggunakan metode survei. Lokasi penelitian
Lebih terperinciKeluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala. di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Mardana. 2013).
I. PENDAHULUAN Latar belakang masalah Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi
Lebih terperinciIX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.
IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan 1. Penggunaan tenaga kerja bagi suami dialokasikan utamanya pada kegiatan usahatani, sedangkan istri dan anak lebih banyak bekerja pada usaha di luar usahataninya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. data utama yang digunakan adalah data ketenagakerjaan dan pendapatan regional
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam studi ini terdiri dari data sekunder. Sumber data utama yang digunakan adalah data ketenagakerjaan dan pendapatan regional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan salah satu alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup masyarakat.
Lebih terperinciKONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc
KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Tuntutan Kemiskinan terhadap Peran Ekonomi Perempuan Permasalahan keluarga yang ada saat ini didominasi oleh adanya masalah sosial ekonomi
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang
Lebih terperinciVIII. DAMPAK BIAYA TRANSAKSI, HARGA DAN UPAH TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN
312 VIII. DAMPAK BIAYA TRANSAKSI, HARGA DAN UPAH TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN Berdasarkan teori, keputusan rumahtangga berkaitan dengan keputusan curahan kerja, produksi
Lebih terperinciVIII. RINGKASAN DAN SINTESIS
VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa ringkasan hasil dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya. Selanjutnya akan dikemukakan sintesis dari keseluruhan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender
Lebih terperinciANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN
ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya
Lebih terperinci(PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN
KONTRIBUSI INVESTASI SWASTA TERHADAP PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN 2010 2014 Pendahuluan Dalam perhitungan PDRB terdapat 3 pendekatan, yaitu
Lebih terperinciKONSEP DIRI ANAK JALANAN
KONSEP DIRI ANAK JALANAN (Kasus: Anak Jalanan di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat) YUNDA PRAMUCHTIA A14204050 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciIV. POLA KONSUMSI RUMAHTANGGA
31 IV. POLA KONSUMSI RUMAHTANGGA 4.1. Pengeluaran dan Konsumsi Rumahtangga Kemiskinan tidak terlepas dari masalah tingkat pendapatan yang masih rendah dan hal ini umumnya terjadi di wilayah pedesaan Distribusi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian
8 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain cross sectional study. Disain ini dipilih karena ingin mendapatkan data pada saat yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan
Lebih terperinciSTUD1 KONSUMSI, TABUNGAN DAN I STASI PABA RWIAI-liTANGGA PETANI PERKEBUNAN KOPI RAKUAT (Studi Kasus Pada UPP-PK I, Kabupaten Malang)
STUD1 KONSUMSI, TABUNGAN DAN I STASI PABA RWIAI-liTANGGA PETANI PERKEBUNAN KOPI RAKUAT (Studi Kasus Pada UPP-PK I, Kabupaten Malang) OLEH : BUDHU SETIAWAN A 23.0657 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
Lebih terperinciSTUD1 KONSUMSI, TABUNGAN DAN I STASI PABA RWIAI-liTANGGA PETANI PERKEBUNAN KOPI RAKUAT (Studi Kasus Pada UPP-PK I, Kabupaten Malang)
STUD1 KONSUMSI, TABUNGAN DAN I STASI PABA RWIAI-liTANGGA PETANI PERKEBUNAN KOPI RAKUAT (Studi Kasus Pada UPP-PK I, Kabupaten Malang) OLEH : BUDHU SETIAWAN A 23.0657 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari
Lebih terperinciTINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA
TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA Tingkat kesejahteraan dalam CV TKB dianalisis dengan analisis gender. Alat analisis gender
Lebih terperincidikonsumsi (termasuk kebutuhan pangan dan non pangan).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi penduduk Indonesia pengeluaran untuk kebutuhan keluarga masih mengambil bagian terbesar dari seluruh pendapatan keluarga. Peningkatan proporsi pengeluaran
Lebih terperinciTINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN
65 VII. TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN 7.1 Akses dan Kontrol Peserta Perempuan Program Terhadap Sumberdaya Tingkat keberdayaan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan program PNPM Mandiri
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011
No.027/05/63/Th XV, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2011 sebesar 1,840 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 0,36
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI GORONTALO AGUSTUS 2016
No. 64/11/75/Th.X, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI GORONTALO AGUSTUS 2016 - Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2016 mencapai 562.196 orang, berkurang 1.206 orang dari keadaan Februari
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.24/05/33/Th.IV, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2010 PDRB Jawa Tengah pada triwulan I tahun 2010 meningkat sebesar 6,5 persen dibandingkan triwulan
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN
BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. produktivitas tenaga kerja di semua sektor.
VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Dalam jangka pendek peningkatan pendidikan efektif dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja pertanian dibanding dengan sektor industri
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI GORONTALO FEBRUARI 2017
KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI GORONTALO FEBRUARI 2017 No. 28/05/75/Th. XI, 5 Mei 2017 - Jumlah angkatan kerja pada Februari 2017 mencapai 590.063 orang, bertambah 27.867 orang dari keadaan Agustus 2016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nominal ini tidak mampu meningkatkan daya beli masyarakat secara signifikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendapatan nominal per kapita masyarakat Indonesia meningkat cukup besar hingga 11.6% per tahun sejak 2001. Namun kenaikan pertumbuhan secara nominal ini tidak
Lebih terperinciPERENCANAAN KEUANGAN KOMUNITAS MISKIN DI PERKAMPUNGAN VATUTELA
PERENCANAAN KEUANGAN KOMUNITAS MISKIN DI PERKAMPUNGAN VATUTELA Oleh: Rahma Masdar dan Zaiful 8 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mendaptkan gambaran tentang perencanaan ekonomi rumah tangga komunitas
Lebih terperinciANALISIS HASIL PENELITIAN
69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a) Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian a) Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian Desa Giriharjo merupakan salah satu desa di Kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi merupakan pengeluaran total untuk memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu terentu. Pengeluaran konsumsi menjadi komponen
Lebih terperinciIndonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)
Volume 3, Nomor 1, Juli 2012 ISSN 2087-409X Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KEPUTUSAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI KARET DI KABUPATEN
Lebih terperinciLampiran 1 Peta Lokasi Penelitian
LAMPIRAN 143 144 Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian 145 146 Lampiran 3 Pengukuran Variabel Penelitian untuk Jawaban Pengetahuan No. Pernyataan Betul Salah Pengetahuan tentang keluarga sistem matrilineal
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional karena data yang diambil berkenaan dengan pengalaman masa lalu yaitu saat keluarga
Lebih terperinciCIRI-CIRI RUMAH TANGGA DEFISIT ENERGI DI PEDESAAN JAWA TENGAH
CIRI-CIRI RUMAH TANGGA DEFISIT ENERGI DI PEDESAAN JAWA TENGAH Oleh: Achmad Djauhari dan Supena Friyatno*) Abstrak Kelompok rumah tangga adalah sasaran utama dalam program peningkatan dan perbaikan tingkat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai kebutuhan yang tiada henti, karena memang pada dasarnya manusia tidak lepas dari kebutuhan
Lebih terperinciDEFINISI OPERASIONAL
18 DEFINISI OPERASIONAL Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut: 1. Tingkat pendidikan yaitu pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh responden pada saat penelitian berlangsung.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia tua merupakan waktu bagi seseorang untuk bersantai dan menikmati sisa kehidupannya, tetapi tidak di sebagian besar negara berkembang seperti di Indonesia. Mereka
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Keluarga petani yang merupakan anggota Kelompok Tani Padajaya. RW 4 = 7 orang. RW 5 = 23 orang. Gambar 2 Teknik Pengambilan Contoh
24 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data dalam satu titik dan waktu tertentu.
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN
BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN 6.1. Strategi Nafkah Sebelum Konversi Lahan Strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang
Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Informasi statistik merupakan salah satu bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, serta sebagai bahan masukan dalam proses perumusan kebijakan perencanaan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas.
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan pembangunan dalam usaha dibidang pertanian, khusunya peternakan dapat memberikan pembangunan yang berarti bagi pengembangan ekonomi maupun masyarakat. Pembangunan
Lebih terperinciJurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Desember 2012 Vol. 1 No.1 Hal : ISSN
Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Desember 2012 Vol. 1 No.1 Hal : 31-36 ISSN 2302-6308 KONTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA BURUH TANI (Suatu Kasus di Kelurahan Penancangan
Lebih terperinciPEMETAAN POTENSI TENAGA KERJA DI KOTA PEKANBARU TAHUN
PEMETAAN POTENSI TENAGA KERJA DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2011-2015 Sri Maryanti, Rita Wiyati dan Muhammad Thamrin Universitas Lancang Kuning, Pekanbaru, 28265, Indonesia Telp: 0761-52581 Email:ssrimaryanti@yahoo.com
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan hasil eksplorasi di Jawa Timur, pandan dijumpai sebanyak dua
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Berdasarkan hasil eksplorasi di Jawa Timur, pandan dijumpai sebanyak dua marga, enam jenis dan satu varietas. Dua marga tersebut adalah : Pandanus dan Freycinetia.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh
25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Data dikumpulkan untuk meneliti suatu fenomena dalam satu kurun waktu tertentu (Umar 2006).
Lebih terperinciDistribusi Variabel Berdasarkan Tingkat Analisis, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran
Distribusi Variabel Berdasarkan, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran No 1. Individu Umur Umur dihitung berdasarkan ulang tahun Demografi yang terakhir (berdasarkan konsep demografi). Pencatatan
Lebih terperinciBAB V STRUKTUR NAFKAH RUMAH TANGGA PEDAGANG MAKANAN
33 BAB V STRUKTUR NAFKAH RUMAH TANGGA PEDAGANG MAKANAN Struktur pendapatan adalah komposisi pendapatan rumah tangga dari berbagai aktifitas nafkah yang dilakukan oleh seluruh anggota rumah tangga. Struktur
Lebih terperinciDATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA
DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya Perkawinan Anak, Moralitas Seksual, dan Politik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No 81/11/64/Th. XVIII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Utara pada Agustus 2015 tercatat sebanyak
Lebih terperinci5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA
86 5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA Profil kinerja fiskal, perekonomian, dan kemiskinan sektoral daerah pada bagian ini dianalisis secara deskriptif berdasarkan
Lebih terperinciBAB VIII AKSES DAN KONTROL RMKL DAN RMKP TERHADAP P2KP
BAB VIII AKSES DAN KONTROL RMKL DAN RMKP TERHADAP P2KP Dengan mempertimbangkan bahwa pelaksanaan P2KP harus dilandasi oleh nilai kesetaraan gender, maka untuk mengetahui keberhasilan P2KP dilihat tingkat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
30 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Propinsi Banten terdiri dari tujuh Kabupaten/Kota yang diantaranya Pandeglang, Lebak, Tangerang, Serang, Kota Tangerang, Cilegon, dan Kota Serang.
Lebih terperinciVII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN
VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN 7.1. Hasil Validasi Model Simulasi model dilakukan untuk menganalisis dampak perubahan berbagai faktor ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabungan memiliki peranan penting dalam membentuk dan mendorong pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Tabungan merupakan indikator penting
Lebih terperinci