HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata banyaknya rit dan jumlah penumpang yang diamati Trayek Rata-rata Rit per 9 Jam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata banyaknya rit dan jumlah penumpang yang diamati Trayek Rata-rata Rit per 9 Jam"

Transkripsi

1 pukul dan sore hari dilakukan pada pukul Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Mencari data awal tentang aturan mengenai angkutan perkotaan, jumlah tiap trayek, dan lintasan untuk masing-masing trayek di Kota Bogor. 2. Pembuatan kuesioner sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan. 3. Penentuan lokasi untuk pengamatan jumlah penumpang 4. Proses pengumpulan data dengan menggunakan teknik penarikan contoh yang sudah ditetapkan. 5. Melakukan analisis statistika deskriptif untuk mendapatkan deskripsi tentang karakteristik dan persepsi supir terhadap usaha dan uji asosiasi terhadap keduanya. 6. Melakukan analisis kelayakan bisnis usaha dengan menggunakan NPV dan MPI. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Jumlah angkutan perkotaan () di Kota Bogor saat ini sebanyak buah. Jumlah tersebut hampir mencapai jumlah maksimal yang diizinkan oleh pemerintah, yaitu sebanyak buah. Sehingga tidak akan ada lagi penambahan kendaraan. Kendaraan yang telah ada hanya bisa diremajakan kembali. Peremajaan kendaraan adalah penggantian kendaraan lama yang sudah tidak layak beroperasi dengan kendaraan baru. Kendaraan yang sudah diganti tersebut tidak dapat lagi dijadikan angkutan umum, namun hanya dapat dijadikan kendaraan pribadi atau dijual komponen-komponen kendaraannya. 1 5 Layak 27,46 72,54 Tidak Layak Gambar 1 Kelayakan berdasarkan usia kendaraan Pemerintah melalui Perda Kota Bogor nomor 6 25 menetapkan bahwa usia kendaraan yang wajib diremajakan adalah 1. Berdasarkan aturan tersebut, sebanyak 27,46% dari 15 yang telah disurvei tidak layak beroperasi (Gambar 1). Banyaknya yang tidak diremajakan tersebut dikarenakan biaya untuk peremajaan dapat mengganggu arus kas pemilik. Peremajaan kendaraan dapat menyebabkan pemasukan pemilik menjadi berkurang karena sebagian besar keuntungannya digunakan untuk biaya mencicil kendaraan baru. Oleh karena itu pemilik lebih memilih menundanya agar mendapatkan keuntungan lebih lama. Jumlah Penumpang Angkutan Perkotaan Pengamatan jumlah penumpang dilakukan sebanyak 9 kali pengamatan pada lokasi dan waktu yang telah ditentukan (Lampiran 4). Pada pengamatan tersebut diperoleh sebanyak yang diamati. Sebanyak 21 trayek dari 23 trayek yang ada di Kota Bogor diamati. Trayek 15 dan trayek 17 tidak diamati dikarenakan keterbatasan tenaga dan waktu pengamatan. Lintasan yang dilalui oleh kedua trayek tersebut tidak sejalur dengan trayek lainnya. Tabel 1 Rata-rata banyaknya rit dan jumlah penumpang yang diamati Trayek Rata-rata Rit per 9 Jam Rata-rata Jumlah Penumpang per Pengamatan , , , , A , ,5 4 8A 9 4 7A 11,5 3 Jumlah penumpang suatu trayek sangat dipengaruhi oleh banyaknya penumpang yang membutuhkannya dan jumlah pada trayek tersebut. Semakin 3

2 banyak penumpang yang membutuhkan suatu trayek maka jumlah penumpang pada trayek tersebut semakin besar. Rata-rata jam kerja supir selama sembilan jam per hari. Satu rit sama dengan dua kali keberangkatan untuk dua tujuan yang berbeda. Perbedaan banyaknya rit dipengaruhi oleh jarak tempuh dan perilaku supir tiap trayek. Semakin jauh jarak yang harus ditempuh suatu trayek maka semakin sedikit pula jumlah rit yang dapat dijalankan. Sedangkan perilaku supir yang mempengaruhi banyaknya rit adalah kecenderungan berhenti saat mengendarai untuk menunggu penumpang (Tabel 1). Tabel 2 Rata-rata jumlah penumpang pada hari dan waktu tertentu per keberangkatan Waktu Kerja Libur Rata-rata keseluruhan Pagi 3,98 3,6 3,79 Siang 3,6 3,83 3,71 Sore 4,46 4,2 4,25 Rata-rata keseluruhan 4,2 3,81 3,97 Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan pada hari kerja dan hari libur ratarata jumlah penumpang cenderung sama. Namun jumlah penumpang saat hari libur tidak berbeda untuk semua waktu pengamatan. Hal ini disebabkan oleh aktivitas penumpang saat hari libur cenderung tidak terpengaruh oleh waktu karena sebagian besar penumpang beraktifitas untuk berlibur. Deskripsi Supir Angkutan Perkotaan Dalam penelitian ini terdapat 15 supir yang dijadikan contoh. Sebagian besar supir berdomisili di Kota Bogor dan bersuku Sunda. Hal ini mengindikasikan bahwa pekerjaan supir di Kota Bogor sebagian besar dilakukan oleh penduduk lokal. supir dilakukan oleh kelompok usia yang telah mapan. Pada umumnya mereka telah berkeluarga dan merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Banyaknya supir yang berpendidikan rendah menunjukkan bahwa pekerjaan ini dilakukan oleh mereka yang sulit diterima menjadi karyawan perusahaan (Lampiran 5). Sebanyak 92% responden menjadikan pekerjaan supir sebagai pekerjaan utama. Namun, sebanyak 95,33% responden tidak memiliki mobil (Tabel 3). Tabel 3 Tabulasi silang kepemilikan mobil dan status pekerjaan Kepemilikan Mobil Utama Sampingan Milik Pribadi 4,67, Bukan Pribadi Milik 87,33 8, Sebagian besar responden tidak memiliki latar belakang pekerjaan terdahulu sebagai supir (Gambar 2). Maka dapat diartikan bahwa pekerjaan supir adalah pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian khusus. Banyaknya latar belakang pekerjaan sebagai karyawan yang kemudian beralih menjadi supir mengindikasikan bahwa semakin sempit lapangan usaha yang tersedia sehingga mereka beralih menjadi supir ,67 21,33. Gambar 2 Latar belakang pekerjaan sebelum menjadi supir Daripada menganggur Penghasilan lebih baik bebas mudah Keahlian menyupir Dekat dengan keluarga Lainnya 16,67 6,67 6,67 4,8 4,76 13,61 1,88 1,2 18,37 18, ,1 Gambar 3 Alasan memilih pekerjaan supir Responden beralasan lebih baik menjadi supir daripada menganggur. Hal tersebut mengindikasikan bahwa mereka tidak memiliki pilihan terhadap pekerjaan yang akan mereka jalani. Kelebihan dari pekerjaan ini dibanding pekerjaan lain adalah kebebasan 4

3 dalam melakukan pekerjaan karena tidak memiliki atasan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerjaan supir memiliki keuntungan lain selain keuntungan finansial, yaitu mereka memiliki banyak waktu luang dan selalu dekat dengan keluarga (Gambar 3). Sebagian besar responden berpendapat bahwa perkerjaan supir masih menguntungkan (Gambar 4). Pendapat tersebut diberikan tanpa memperhatikan apakah akan tetap menjalani pekerjaan sebagai supir atau tidak untuk waktu mendatang. Mereka yang mengatakan pendapat tersebut beralasan bahwa pekerjaan ini mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka (Gambar 5). Masih menguntungkan Tidak menguntungkan Gambar 4 Persepsi keuntungan pekerjaan supir 8,43 27, ,86 44, ,33 kebutuhan hidup yang mendasar saja yaitu kebutuhan pangan sehari-hari Gambar 7 Lama menjalani pekerjaan supir Sebanyak 66,44% responden telah berpengalaman menjadi supir diatas lima (Gambar 7). Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang menjalani pekerjaan supir melakukan pekerjaan ini untuk jangka waktu yang lama , ,15 22, Tidak 58, Gambar 8 Keinginan untuk tetap menjalani pekerjaan supir Ya 1,74 1,74 41,33 diatas 2 Dapat menabung Memiliki penghasilan Mencukupi kebutuhan Jenuh Pensiun 6,82 9,9 Gambar 5 Alasan pekerjaan supir menguntungkan ,6 11,94 Tidak Mensejahterakan Mensejahterakan Gambar 6 Alasan pekerjaan supir tidak menguntungkan Responden yang berpendapat bahwa menjalani pekerjaan sebagai supir tidaklah menguntungkan beralasan karena pekerjaan ini tidak dapat mensejahterakan keluarga (Gambar 6). Alasan tidak dapat mensejahterakan keluarga menunjukkan pekerjaan ini hanya mampu memenuhi Beralih wiraswasta Prospek tidak bagus Mencari pekerjaan lebih baik 9,9 35, ,77 Gambar 9 Alasan tidak ingin lagi menjalani pekerjaan supir Berdasarkan persepsi, sebagian besar responden tidak ingin menjalani pekerjaan supir untuk lima mendatang (Gambar 8). Persepsi tersebut tidak menjamin apakah untuk lima mendatang mereka akan benar-benar berhenti menjalani pekerjaan supir. Karena persepsi tersebut besar kemungkinannya hanya menunjukkan keinginan tanpa tindakan nyata. Sebagian besar responden yang tidak ingin menjalani pekerjaan ini lima mendatang beralasan 5

4 pekerjaan supir merasa prospek pekerjaan ini tidak bagus dan mereka ingin mencari pekerjaan yang lebih baik. Responden yang berperilaku seperti ini menunjukkan bahwa mereka ingin meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Hal itu sejalan dengan apa yang diperlihatkan pada Gambar , 22,58 14,52 13 Gambar 1 Alasan ingin tetap menjalani pekerjaan supir Lebih dari separuh responden yang tidak ingin lagi bekerja sebagai supir beralasan bahwa mereka tidak percaya pekerjaan ini mampu menjamin kesejahteraan hidup mereka dimasa akan datang. Sedangkan responden yang ingin tetap menjalani pekerjaan sebagai supir untuk lima mendatang sebagian besar berpendapat pekerjaan ini masih menguntungkan (Gambar 1). Mayoritas supir merasa pekerjaan supir menguntungkan namun sebagian besar dari supir tidak ingin tetap menjalani pekerjaan ini (Gambar 4 dan Gambar 8). Hal tersebut terjadi karena mereka bekerja hanya sebagai pekerja bukan wirausahawan yang memiliki mobil. Sehingga mereka harus membayar sewa mobil yang mereka pakai untuk bekerja dan membuat keuntungan yang mereka peroleh menjadi lebih sedikit dibanding mereka memiliki mobil sendiri. Untuk saat ini mereka merasa untung dengan pekerjaan ini namun keuntungan yang diperoleh hanya cukup untuk kebutuhan hidup mendasar saja (Gambar 5). Sehingga pekerjaan ini tidak menarik untuk dikerjakan diwaktu mendatang karena mereka menginginkan peningkatan kualitas hidup, tidak hanya terpenuhi kebutuhan hidup mendasar saja (Gambar 9). Hubungan Karakteristik Supir Angkutan Perkotaan dengan Persepsi Tentang nya Karakteristik responden yang terdiri dari pendidikan, pendapatan, lama menjalani pekerjaan supir, usia, dan latar belakang pekerjaan sebelum menjadi supir dihitung keeratan hubungannya dengan persepsi tentang pekerjaan mereka. Dua karakteristik responden, yaitu usia dan lama menjalani pekerjaan supir memiliki asosiasi dengan persepsi keuntungan pekerjaan supir (Tabel 4). Selain dua karakteristik tersebut, karakteristik lainnya tidak memiliki asosiasi dengan persepsi pekerjaan supir (Lampiran 6, Lampiran 7, dan Lampiran 8). Sebanyak 77,14% responden yang berusia 3-37 merasa merasa untung dengan bekerja sebagai supir. Dari keseluruhan responden yang merasakan keuntungan tersebut, sebanyak 32,53% berusia Secara keseluruhan sebanyak 18% responden berusia 3-37 dan merasakan keuntungan dengan bekerja sebagai supir (Tabel 5). Tabel 4. Hubungan Karakteristik supir dengan persepsi pekerjaan supir Karakteristik Supir Angkot Persepsi Keuntungan Keinginan Tetap Menjalani Pendidikan 1,63 1 1,21,44 2,55 Lama Menjadi Supir Angkot 9,84,7,2*,87 Usia 8,84 2,39,3*,49 Latar Belakang 1Nilai khi-kuadrat 2Nilai-p *Signifikan pada α=5% 1,7 1,18,89,95 Kecenderungan persepsi responden menunjukkan bahwa semakin tua usia supir maka semakin besar kemungkinannya supir akan merasakan keuntungan dengan bekerja sebagai supir. Semakin muda usia supir, maka semakin banyak keinginan dalam hidup yang dimiliki. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh semakin 6

5 banyaknya keinginan supir pada usia muda, sehingga persepsi merasa untung yang didapat dari pekerjaan supir akan semakin berkurang dan menjadi tidak menguntungkan (Tabel 5). Tabel 5. Tabulasi silang usia dan persepsi keuntungan menjadi supir Usia Untung Tidak Untung , 1 47, , , 77,14 32, ,67 5, 26,51 diatas 45 1,67 48,48 19,28 1Persentase terhadap jumlah total 2Persentase terhadap jumlah per baris 3Persentase terhadap jumlah per kolom 13,33 52,63 29,85 5,33 22,86 11,94 14,67 5, 32,84 11,33 51,52 25,37 Persepsi keuntungan menjadi supir berasosiasi dengan lama menjadi supir. Semakin lama responden menjadi supir maka semakin besar kemungkinannya untuk merasakan keuntungan menjadi supir. Supir yang berpengalaman cenderung lebih mengetahui bagaimana cara mendapatkan penumpang yang banyak. Kajian Pendapatan Supir Angkutan Perkotaan Rata-rata supir memiliki penghasilan bersih sebesar Rp per hari. Biaya untuk membayar upah calo ditambahkan pada biaya setoran karena merupakan biaya kerja yang harus dikeluarkan oleh supir. Dalam arti lain, supir harus mendapatkan pemasukan per hari minimal sebesar Rp 153. untuk menutupi biaya operasionalnya (Tabel 6). Pengertian satu hari supir bekerja adalah selama sembilan jam. Jika supir tidak memiliki mobil sendiri, maka supir menyewa mobil kepada pemilik dengan sistem setoran. Rata-rata setoran dibayarkan per hari sebesar Rp 12.. Satu hari dalam sistem penyewaan mobil adalah selama 15 jam. Jika satu mobil dijalankan oleh dua orang supir per hari, maka salah satu supir akan bekerja selama enam jam saja. Pada kajian pendapatan supir ini yang dibahas adalah supir yang bekerja selama sembilan jam. Pembatasan tersebut bertujuan agar sesuai dengan jam kerja yang diacuan dalam penghitungan UMR. Tabel 6 Rata-rata pengeluaran operasional supir per hari Pengeluaran Jumlah (Rp) Proporsi (%) Konsumsi ,94 Setoran ,58 Bensin ,85 Cuci Kendaraan ,63 Total Pengeluaran untuk makan memiliki proporsi paling besar dari pengeluaran konsumsi lainnya (Tabel 7). Sebenarnya supir mendapatkan rata-rata penghasilan total sebesar Rp per hari. Penambahan penghasilan tersebut diperoleh dari penghasilan bersih dan pengeluaran untuk konsumsi. Tabel 7 Rata-rata pengeluaran konsumsi supir per hari Konsumsi Jumlah (Rp) Proporsi (%) Makan ,97 Kopi/Rokok ,78 Lain-lain 734 4,24 Total Jika supir bekerja 26 hari dalam sebulan maka seorang supir akan mendapatkan penghasilan perbulan sebesar Rp Jumlah tersebut telah memenuhi Upah Minimum Regional (UMR) Kota Bogor 21 sebesar Rp per bulan. Sehingga jika ditinjau dari sisi penghasilannya, pekerjaan supir ini layak untuk dijalankan. Supir yang memiliki sendiri akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan supir yang tidak memiliki. Rata-rata keuntungan per bulan yang diperoleh bagi supir yang memiliki sebesar Rp Jumlah tersebut merupakan penjumlahan penghasilan supir sebesar Rp dan penghasilan pemilik sebesar Rp Jelas terlihat selisih penghasilan yang cukup besar antara supir yang memiliki sendiri dan yang tidak memiliki. Maka wajar saja penghasilan mayoritas supir hanya mampu 7

6 memenuhi kebutuhan hidup mendasar saja karena biaya untuk sewa mobil cukup besar dan sangat membebani biaya operasional mereka. Kajian Pendapatan Pemilik Angkutan Perkotaan Hubungan antara supir dan pemilik merupakan hubungan sewa-menyewa dengan besaran sewa tertentu per hari yang biasa disebut setoran. Khusus untuk trayek yang terkena sistem sift, setoran yang dibayarkan adalah per satu setengah hari karena beroperasi dengan pola dua hari beroperasi dan satu hari libur. Pemilik angkutan perkotaan cenderung membeli secara mencicil. Hal ini dirasa cukup efisien dari segi pemanfaatan uang. Namun mereka tidak mendapatkan keuntungan secara tunai per bulannya. Pemilik hanya dapat menjadikan pekerjaan ini sebagai pekerjaan utama jika memiliki yang telah lunas. Harga pembelian sudah termasuk harga mobil dan biaya izin. Harga baru saat ini Rp 88.. dengan uang muka sebesar Rp 1... Menurut Perda Kota Bogor nomor 6 28, biaya izin usaha sebesar Rp 5. dibayarkan sekali saat awal usaha dan biaya sebesar Rp 625. untuk izin trayek yang dibayarkan per. Pada kenyataannya, pemilik membayar keseluruhan biaya untuk pembelian baru dan izinnya berkisar antara Rp 11.. hingga Rp 12.. dengan uang muka sebesar Rp Besarnya biaya tersebut tergantung trayek yang akan dijalankan oleh pemilik. Penambahan biaya ini dikarenakan adanya pihak perantara antara pemerintah dan pemilik dalam proses perizinannya. Pemilik membayar biaya izin dan baru menjadi satu kesatuan kepada pihak perantara tersebut. Sehingga yang akan dihitung untuk kelayakan usaha ini adalah biaya yang sebenarnya dikeluarkan oleh pemilik. Biaya sebesar Rp akan dijadikan contoh untuk penghitungan analisis finansialnya. Pemasukan yang diterima oleh pemilik yang dijadikan responden rata-rata sebesar Rp 12. per 24 jam. Pengeluaran operasionalnya sebesar Rp 1.. per bulan. Biaya KIR, pajak an, dan retribusi trayek dibayarkan per namun dihitung pengeluarannya per bulan (Tabel 8). Sehingga keuntungan per bulan yang diperoleh pemilik sebesar Rp Besarnya angsuran per bulan adalah Rp 2.4. selama 42 bulan. Sisanya sebesar Rp 2. per bulan disimpan sebagai ganti pembayaran uang muka dan biaya izin di awal usaha senilai total Rp Tabel 8 Rincian pengeluaran operasional pemilik per bulan Pengeluaran Jumlah (Rp) Oli 7. Montir 3. Pajak an KIR Izin trayek 52. Aki 6. Ban 2. Lainnya 26. Total Pemasukan pemilik adalah senilai Rp per. Sehingga Masa Pengembalian Investasi (MPI) adalah selama tiga dan delapan bulan. Artinya pemilik akan memperoleh modalnya kembali setelah usahanya berjalan selama 44 bulan. selama masa itu pemilik yang masih memiliki tanggungan cicilan tidak akan mendapatkan keuntungan secara finansial. MPI= MPI= 3,63 NPV= 12 t=1 2. (1+,65/12) t NPV= Rp Besaran uang disimpan senilai Rp 2. per bulan dibayarkan selama usia usaha, yaitu 1. Uang tersebut sama dengan pengertian uang kas bersih yang masuk per bulan. Tingkat suku bunga Bank Indonesia untuk 21 sebesar 6.5%. Net Present Value (NPV) yang diperoleh sebesar Rp Karena NPV bernilai positif, maka usaha ini layak untuk dijalankan ditinjau dari pihak pemilik. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, rata-rata di Kota Bogor terisi empat orang penumpang. Hari kerja dan hari libur memiliki rata-rata jumlah penumpang yang sama banyak. 8

DESKRIPSI USAHA ANGKUTAN PERKOTAAN DI KOTA BOGOR TRISWANTO NURADMOJO

DESKRIPSI USAHA ANGKUTAN PERKOTAAN DI KOTA BOGOR TRISWANTO NURADMOJO DESKRIPSI USAHA ANGKUTAN PERKOTAAN DI KOTA BOGOR TRISWANTO NURADMOJO DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 21 RINGKASAN TRISWANTO NURADMOJO. Deskripsi

Lebih terperinci

Karakteristik Responden

Karakteristik Responden LAMPIRAN 1 Lampiran 1 Kuesioner Supir Angkot Karakteristik Responden Nama : Usia : Tahun Domisili : Suku : Pendidikan Terakhir : [1] Tidak sekolah/belum tamat SD [2] Tamat SD dan SMP [3] Tamat SMA [4]

Lebih terperinci

STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO

STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO Astrid Fermilasari NRP : 0021060 Pembimbing : Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

Studi Kasus. Buku Aplikasi Excel dalam Aspek Finasial Studi

Studi Kasus. Buku Aplikasi Excel dalam Aspek Finasial Studi Studi Kasus Buku Aplikasi Excel dalam Aspek Finasial Studi Kl Kelayakan, Johar Aifi Arifin & Akhmad Fauzi Studi Kasus: Penilaian Kelayakan Investasi di bidang usaha transportasi Berdasarkan data data yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN LALU LINTAS DAN RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Profil Perusahaan PT. ALS adalah perusahaan jasa transfortasi darat yang kegiatan utamanya adalah mengantar penumpang sampai tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dari tahap awal sampai dengan tahap akhir. Pada bab ini akan dijelaskan langkah

BAB III METODE PENELITIAN. dari tahap awal sampai dengan tahap akhir. Pada bab ini akan dijelaskan langkah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian mencakup keseluruhan langkah pelaksanaan penelitian dari tahap awal sampai dengan tahap akhir. Pada bab ini akan dijelaskan langkah kerja

Lebih terperinci

KAJIAN KELAYAKAN TRAYEK ANGKUTAN UMUM DI PURWOKERTO

KAJIAN KELAYAKAN TRAYEK ANGKUTAN UMUM DI PURWOKERTO KAJIAN KELAYAKAN TRAYEK ANGKUTAN UMUM DI PURWOKERTO Juanita 1, Tito Pinandita 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuh Waluh Purwokerto, 53182. 2 Jurusan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN LALU LINTAS DAN RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

KERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN

KERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN VI. KERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN Kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda sudah menjadi suatu kebiasaan umum bagi pengguna kendaraan bermotor.

Lebih terperinci

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN SURVEI KREDIT PERBANKAN B A N K L O A N S U R V E Y TRIWULAN II-2003 Permintaan maupun pemberian persetujuan kredit baru diindikasikan mengalami peningkatan Kondisi tersebut diprakirakan akan berlanjut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Wangunjaya Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama satu

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini

BAB V RENCANA AKSI. bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini BAB V RENCANA AKSI Bab ini menjelaskan rencana aksi atau realisasi dari perancangan model bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini meliputi rencana kegiatan dan waktu pelaksanaan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab metodologi penelitian ini akan disampaikan bagan alir dimana dalam bagan alir ini menjelaskan tahapan penelitian yang dilakukan dan langkah-langkah apa saja yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA [[ PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI VI KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI 6.1. Karekteristik Umum Responden Konsumen yang berkunjung ke Restoran Mira Sari memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi sosial maupun ekonomi.

Lebih terperinci

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN SURVEI KREDIT PERBANKAN B A N K L O A N S U R V E Y TRIWULAN III-2003 Permintaan serta pemberian persetujuan kredit baru secara indikatif memperlihatkan kenaikan cukup tinggi Kenaikan tersebut diprakirakan

Lebih terperinci

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN SURVEI KREDIT PERBANKAN B A N K L O A N S U R V E Y TRIWULAN IV-2003 - Permintaan serta pemberian persetujuan kredit baru secara indikatif memperlihatkan peningkatan - Kondisi tersebut diprakirakan akan

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN BAB 5 ANALISIS KEUANGAN 5.1. Ekuitas Ekuitas adalah modal kepemilikan yang diinvestasikan dalam suatu usaha. Vraniolle merupakan badan perorangan dengan modal yang berasal dari pemilik. Ekuitas modal pemilik

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada V. GAMBARAN UMUM LOKASI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Keadaan Umum Kecamatan Cicurug Kecamatan Cicurug berada di bagian Sukabumi Utara. Kecamatan Cicurug memiliki luas sebesar 4.637 hektar.

Lebih terperinci

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN SURVEI KREDIT PERBANKAN Triwulan I-6 Permintaan dan persetujuan kredit baru pada triwulan I-6 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Untuk triwulan II- 6, permintaan maupun persetujuan kredit baru diperkirakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng,

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng, 35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng merupakan salah satu pasar hewan yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa

Lebih terperinci

ANALISA KARAKTERISTIK MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM RUTE MANADO TOMOHON DENGAN METODE ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK)

ANALISA KARAKTERISTIK MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM RUTE MANADO TOMOHON DENGAN METODE ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK) ANALISA KARAKTERISTIK MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM RUTE MANADO TOMOHON DENGAN METODE ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK) Christian Yosua Palilingan J.A. Timboeleng, M. J. Paransa Fakultas Teknik

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA B U S I N E S S S U R V E Y TRIWULAN II-2003 Kegiatan usaha pada triwulan II-2003 mengalami ekspansi, demikian juga prakiraan pada triwulan III-2003 Namun sesuai dengan polanya,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. yang bertempat di Pool DAMRI jalan Tipar Cakung No. 39 Jakarta Timur.

BAB IV ANALISIS DATA. yang bertempat di Pool DAMRI jalan Tipar Cakung No. 39 Jakarta Timur. BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Hasil Survey Primer Pengumpulan data melalui wawancara dilakukan secara langsung kepada operator yang bertempat di Pool DAMRI jalan Tipar Cakung No. 39 Jakarta Timur. Metode wawancara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN ANGKUTAN UMUM DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN ANGKUTAN UMUM DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN ANGKUTAN UMUM DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISA KELAYAKAN INVESTASI ANGKUTAN UMUM (ANGKOT) KOTA PARIAMAN ABSTRAK

ANALISA KELAYAKAN INVESTASI ANGKUTAN UMUM (ANGKOT) KOTA PARIAMAN ABSTRAK VOLUME 12 NO. 2, OKTOBER 2016 ANALISA KELAYAKAN INVESTASI ANGKUTAN UMUM (ANGKOT) KOTA PARIAMAN Nadra Arsyad 1,Purnawan 2,dan Titi Kurniati 3 ABSTRAK Angkutan umum merupakan fasilitas umum yang bisa membawa

Lebih terperinci

TIME VALUE of MONEY. Modul ini membahas tentang future value, present value. Konsep anuitas, dan implementasi nilai mata uang

TIME VALUE of MONEY. Modul ini membahas tentang future value, present value. Konsep anuitas, dan implementasi nilai mata uang Modul ke: TIME VALUE of MONEY Fakultas EKONOMI Modul ini membahas tentang future value, present value. Konsep anuitas, dan implementasi nilai mata uang Program Studi Manajemen 84008 www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Secara terinci diagram alir penelitian disampaikan pada Gambar 4.1

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Secara terinci diagram alir penelitian disampaikan pada Gambar 4.1 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Langkah Penelitian Secara terinci diagram alir penelitian disampaikan pada Gambar 4.1 Mulai Perumusan Masalah Pembuatan Kuesioner Tujuan Penelitian Pembuatan Matriks House

Lebih terperinci

- 6 - DANA PENSIUN. PROGRAM PENSIUN IURAN PASTI LAPORAN AKTIVA BERSIH

- 6 - DANA PENSIUN. PROGRAM PENSIUN IURAN PASTI LAPORAN AKTIVA BERSIH Berjalan Sebelumnya AKTIVA INVESTASI (Nilai Wajar) Deposito on call XX XX Deposito Berjangka XX XX Sertifikat Deposito XX XX Sertifikat Bank Indonesia XX XX Saham XX XX Obligasi XX XX Unit Penyertaan Reksadana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Proses penelitian ini dilakukan selama periode Agustus Desember 2012 dan bertempat di PT Panarub Industry. 3.2 Materi Penelitian Subyek

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS. yang telah ditentukan Kementerian Perhubungan yang intinya dipengaruhi oleh

BAB IV DATA DAN ANALISIS. yang telah ditentukan Kementerian Perhubungan yang intinya dipengaruhi oleh BAB IV DATA DAN ANALISIS Indikator indikator pelayanan yang diidentifikasi sesuai dengan standar yang telah ditentukan Kementerian Perhubungan yang intinya dipengaruhi oleh waktu waktu sibuk pada jaringan

Lebih terperinci

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN SURVEI KREDIT PERBANKAN Triwulan IV-5 Permintaan dan persetujuan kredit baru pada triwulan IV-5 menurun tajam, namun pada triwulan I-6 diperkirakan membaik Suku bunga dana dan kredit pada triwulan IV-5

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

2 Perpanjangan IMTA. Retribusi Pengendalian Lalu Lintas merupakan salah satu cara pembatasan lalu lintas kendaraan bermotor pada ruas jalan tertentu,

2 Perpanjangan IMTA. Retribusi Pengendalian Lalu Lintas merupakan salah satu cara pembatasan lalu lintas kendaraan bermotor pada ruas jalan tertentu, TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI EKONOMI. Pajak. Retribusi. Lalu Lintas. Tenaga Kerja Asing. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 216) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian adalah cara mencari kebenaran dan asas-asas gejala alam, masyarakat, atau kemanusiaan berdasarkan disiplin ilmu tertentu (Kamus Besar Bahasa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 22 TAHUN 2012 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 22 TAHUN 2012 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 22 TAHUN 2012 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANGGARAI BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

Metode Penilaian Investasi Pada Aset Riil. Manajemen Investasi

Metode Penilaian Investasi Pada Aset Riil. Manajemen Investasi Metode Penilaian Investasi Pada Aset Riil Manajemen Investasi Pendahuluan Dalam menentukan usulan proyek investasi mana yang akan diterima atau ditolak Maka usulan proyek investasi tersebut harus dinilai

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN SURVEI KREDIT PERBANKAN TRIWULAN I-2005 Permintaan kredit dan persetujuan pemberian kredit baru pada triwulan I-2005 secara indikatif memperlihatkan peningkatan, namun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Lebih terperinci

EVALUASI INVESTASI ANGKUTAN KOTA TRAYEK ST HALL - SARIJADI

EVALUASI INVESTASI ANGKUTAN KOTA TRAYEK ST HALL - SARIJADI EVALUASI INVESTASI ANGKUTAN KOTA TRAYEK ST HALL - SARIJADI Yudi Ardian NRP : 0321035 Pembimbing : Tan Lie Ing, ST, MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

Lebih terperinci

Bab V Nilai Waktu Uang (Time Value of Money)

Bab V Nilai Waktu Uang (Time Value of Money) Bab V Nilai Waktu Uang (Time Value of Money) Sesungguhnya konsep tentang nilai waktu dari uang merupakan konsep dasar atau fundamental dalam manajemen keuangan. Itulah sebabnya pemahaman nilai waktu dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu obyek. Objek yang dipindahkan mencakup benda tak bernyawa seperti sumber daya alam,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu obyek. Objek yang dipindahkan mencakup benda tak bernyawa seperti sumber daya alam, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Transportasi Secara umum transportasi adalah suatu sistem yang memungkinkan terjadinya pergerakan dan satu tempat ke tempat lain. Fungsi sistem itu sendiri adalah untuk

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DI BIDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DI BIDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KOTA TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DI BIDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA NGETEM ANGKUTAN UMUM DI DKI JAKARTA STUDI KASUS : LOKASI JAKARTA BARAT

ANALISIS BIAYA NGETEM ANGKUTAN UMUM DI DKI JAKARTA STUDI KASUS : LOKASI JAKARTA BARAT ANALISIS BIAYA NGETEM ANGKUTAN UMUM DI DKI JAKARTA STUDI KASUS : LOKASI JAKARTA BARAT Oleh Najid Husnu Aldi Email : najid2009@yahoo.com Jurusan Teknik Sipil Universitas Tarumanagara Abstrak Sebagaimana

Lebih terperinci

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN SURVEI KREDIT PERBANKAN B A N K L O A N S U R V E Y TRIWULAN I-2004 Permintaan serta pemberian persetujuan kredit baru secara indikatif memperlihatkan peningkatan meskipun sedikit melambat Kondisi tersebut

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Kebijakan penetuan tarif angkutan penumpang umum harus dipertimbangkan sesuai dengan harga fluktuasi bahan bakar minyak yang setiap tahun berubah.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. 42 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dalam upaya mengembangkan usaha bisnisnya, manajemen PT Estika Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. Langkah pertama

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis univariat Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran dari masing-masing variabel yang diteliti yaitu umur, lama kerja,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2012 Seri : C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2012 Seri : C LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2012 Seri : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

SESI 2. HUBUNGAN ANTARA HARTA DAN SUMBER SUMBER HARTA.

SESI 2. HUBUNGAN ANTARA HARTA DAN SUMBER SUMBER HARTA. SESI 2. HUBUNGAN ANTARA HARTA DAN SUMBER SUMBER HARTA. Tujuan Pengajaran: Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan hubungan antara harta dan sumber sumber harta. 2. Menjelaskan

Lebih terperinci

- 1 - DANA PENSIUN. PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI LAPORAN AKTIVA BERSIH

- 1 - DANA PENSIUN. PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI LAPORAN AKTIVA BERSIH Berjalan Sebelumnya AKTIVA INVESTASI (Nilai Wajar) Deposito on call XX XX Deposito Berjangka XX XX Sertifikat Deposito XX XX Sertifikat Bank Indonesia XX XX Saham XX XX Obligasi XX XX Unit Penyertaan Reksadana

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN SURVEI KREDIT PERBANKAN B A N K L O A N S U R V E Y Triwulan I-2003 Permintaan maupun pemberian persetujuan kredit baru mengalami peningkatan, namun mengalami perlambatan yang cukup besar Kondisi tersebut

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 41 BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Pilihan Analisis Untuk menganalisis kelayakan usaha untuk dapat melakukan investasi dalam rangka melakukan ekspansi adalah dengan melakukan penerapan terhadap

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada hari senin tanggal 10 November

BAB IV ANALISIS DATA. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada hari senin tanggal 10 November BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Data Penumpang Dari hasil penelitian yang dilakukan pada hari senin tanggal 10 November 2014 dan minggu 16 November 2014 (data terlampir) diperoleh data naik dan turun penumpang

Lebih terperinci

KONDISI TRIWULAN I I II III IV I II III IV I

KONDISI TRIWULAN I I II III IV I II III IV I SURVEI PERBANKAN Triwulan I-007 Target pemberian kredit baru pada triwulan II-007 dan tahun 007 diperkirakan masih akan meningkat Hanya 4,0% responden yang menyatakan realisasi kredit baru dalam triwulan

Lebih terperinci

SURVEI KHUSUS DANA PENSIUN DAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN (SKDPP) TAHUN 2013

SURVEI KHUSUS DANA PENSIUN DAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN (SKDPP) TAHUN 2013 REPUBLIK INDONESIA SURVEI KHUSUS DANA PENSIUN DAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN (SKDPP) TAHUN 2013 KUESIONER KHUSUS PERUSAHAAN DANA PENSIUN PEMBERI KERJA Tujuan: Survei ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi

Lebih terperinci

EVALUASI INVESTASI RUKO

EVALUASI INVESTASI RUKO EVALUASI INVESTASI RUKO Ugi Cahyono NRP : 9921030 Pembimbing : Yohanes Lim Dwi Adianto, Ir., MT. UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL BANDUNG ABSTRAK Investasi merupakan arah strategi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengantar Dalam rangka penyusunan laporan Studi Kajian Jalur Angkutan Penyangga Kawasan Malioboro berbasis studi kelayakan/penelitian, perlu dilakukan tinjauan terhadap berbagai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 75 TAHUN : 2007 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 75 TAHUN : 2007 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 75 TAHUN : 2007 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DI BIDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Analisa Investasi Hotel Axana (Ex Ambacang) - Padang. Oleh: Gusriani

Analisa Investasi Hotel Axana (Ex Ambacang) - Padang. Oleh: Gusriani Analisa Investasi Hotel Axana (Ex Ambacang) - Padang Oleh: Gusriani 3108100701 Latar Belakang 1. Gempa bumi pada tahun 2009 mengakibatkan bangunanbangunan di kota Padang banyak yang runtuh, salah satunya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 30 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Karakteristik Responden Jasa Transportasi Angkutan Umum Kota (Angkot) yang Berbahan Bakar Premium di Kota Bogor Jasa transportasi angkutan umum kota ini digunakan

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI, Menimbang : a. bahwa Retribusi Izin Trayek merupakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Trayek; LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 9 TAHUN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda hidup mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya. Kegiatan transportasi ini membutuhkan

Lebih terperinci

Materi 7 Metode Penilaian Investasi

Materi 7 Metode Penilaian Investasi Pendahuluan Materi 7 Metode Penilaian Investasi Dalam menentukan usulan proyek investasi mana yang akan diterima atau ditolak Maka usulan proyek investasi tersebut harus dinilai 1 2 Metode Penilaian 1.

Lebih terperinci

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN SURVEI KREDIT PERBANKAN Triwulan II-26 Permintaan dan persetujuan kredit baru pada triwulan II-26 meningkat dibandingkan triwulan I-26 dan diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan III-26 Sebagian

Lebih terperinci

TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN NET PRESENT VALUE METHOD DAN INTERNAL RATE OF RETURN METHOD

TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN NET PRESENT VALUE METHOD DAN INTERNAL RATE OF RETURN METHOD TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN NET PRESENT VALUE METHOD DAN INTERNAL RATE OF RETURN METHOD Andreas Y. H. Aponno NRP : 9221035 Pembimbing : V. Hartanto, Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG Pada bab ini akan dipaparkan mengenai responden pelaku pergerakan Cimahi-Bandung yang berpotensial untuk menggunakan

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Diagram alir metode penelitian merupakan kerangka berpikir yang terdiri langkah-langkah penelitian yang disusun sebagai acuan penelitian. Diagram alir diperlukan agar penyusunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan tahapan yang akan dilakukan dalam menentukan tarif pada bus Mayasari Bakti patas 98A Trayek Pulogadung Kampung Rambutan dapat dilihat pada

Lebih terperinci

) ( ASET INVESTASI

) ( ASET INVESTASI Laporan Aset Neto ( Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain) ASET INVESTASI (Nilai Wajar) Surat Berharga Negara 228,807,677,154 35,950,725,000 Deposito On Call 2,500,000,000 9,600,000,000 Deposito

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL PASURUAN

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL PASURUAN ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL PASURUAN Oleh : CITTO PACAMA FAJRINIA 3109100071 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

UPAYA PEMANFAATAN KREDIT PEDAGANG BUAH DI PUSAT NIAGA PALOPO KELURAHAN DANGERAKKO KECAMATAN WARA KOTA PALOPO

UPAYA PEMANFAATAN KREDIT PEDAGANG BUAH DI PUSAT NIAGA PALOPO KELURAHAN DANGERAKKO KECAMATAN WARA KOTA PALOPO Jurnal Dinamika, April 2012, halaman 1-11 ISSN 2087-7889 Vol. 03. No. 1 UPAYA PEMANFAATAN KREDIT PEDAGANG BUAH DI PUSAT NIAGA PALOPO KELURAHAN DANGERAKKO KECAMATAN WARA KOTA PALOPO Rahmat Masri Bandaso

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Baru Kredit, suku bunga %/Thn Bekas Leasing, suku bunga %/Thn Lainnya, sebutkan!

LAMPIRAN 1. Baru Kredit, suku bunga %/Thn Bekas Leasing, suku bunga %/Thn Lainnya, sebutkan! LAMPIRAN 1 FORMULIR ISIAN SURVEI BIAYA OPERASI KENDARAAN Hari/Tanggal:Senin/23Mei2011 I. Karakteristik Kendaraan & Operasi a. Umum Kelas Kendaraan: Angkutan Penumpang 1. No Plat Kendaraan: D 1952 BM 2.

Lebih terperinci

1 L a p o r a n T a h u n a n

1 L a p o r a n T a h u n a n Laporan Aset Neto ( Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain) ASET INVESTASI (Nilai Wajar) Surat Berharga Negara - Konvensional 317,710,940,000 228,807,677,154 - Syariah 20,027,140,856 Deposito

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengemudi travel X-Trans Jakarta dengan trayek Jakarta-Bandung yang berjumlah 60 orang. Namun seiring dengan

Lebih terperinci

SMAM 3 LHOKSEUMAWE LEMBAGA KEUANGAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN BUKAN JUDUL MATERI LAT. SELESAI BANK (LKBB) Indikator: Membdakan Lembg Keu Bank & LKBB

SMAM 3 LHOKSEUMAWE LEMBAGA KEUANGAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN BUKAN JUDUL MATERI LAT. SELESAI BANK (LKBB) Indikator: Membdakan Lembg Keu Bank & LKBB LEMBAGA KEUANGAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK () Definisi Bank Menurut Kuncoro dalam bukunya Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi (2002: 68), Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah

Lebih terperinci

PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA SERTA DAYA BELI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI DKI JAKARTA

PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA SERTA DAYA BELI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI DKI JAKARTA PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA SERTA DAYA BELI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI DKI JAKARTA Jenis : Tugas Akhir Tahun : 2008 Penulis : Soly Iman Santoso Pembimbing : Ir. Haryo

Lebih terperinci

DANA PENSIUN BANK DKI PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI LAPORAN ASET NETO PER 30 JUNI ASET Semester I 2017 Semester II 2016

DANA PENSIUN BANK DKI PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI LAPORAN ASET NETO PER 30 JUNI ASET Semester I 2017 Semester II 2016 A. LAPORAN ASET NETO INVESTASI (NILAI WAJAR) ASET Surat Berharga Negara 43.996.444.448 100.081.670.878 Tabungan 2.581.094.681 2.983.430.198 Deposito on call 30.000.000.000 0 Deposito Berjangka 77.060.000.000

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT 1 WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BUKITTINGGI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flowchart Tahapan Penelitian III-1 Adapun langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut : 3.1 Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan merupakan tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Utama 3 Jalan Bintaro Utama 3A Jalan Pondok Betung Raya Jalan Wr

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Utama 3 Jalan Bintaro Utama 3A Jalan Pondok Betung Raya Jalan Wr BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persimpangan jalan adalah simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa pendekat, dimana arus kendaraan dari berbagai pendekat bertemu dan memencar meninggalkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 176 huruf e

Lebih terperinci