HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Propinsi Banten terdiri dari tujuh Kabupaten/Kota yang diantaranya Pandeglang, Lebak, Tangerang, Serang, Kota Tangerang, Cilegon, dan Kota Serang. Dari ketujuh wilayah Kabupaten/Kota tersebut, Lebak merupakan Kabupaten dengan wilayah terluas yaitu Km 2. Kabupaten Lebak beribukota di Rangkasbitung. Kabupaten Lebak terdiri dari 28 Kecamatan dan 320 Desa/Kelurahan. Berdasarkan data Susenas (2007) kepadatan penduduk di Lebak berkisar antara jiwa per Km 2. Jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian di Provinsi Banten menurut Susenas (2007) paling banyak terpusat di wilayah Pandeglang dan Lebak. Bila dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lain di Provinsi Banten, jumlah industri yang ada di Kabupaten Lebak paling rendah yaitu hanya 13 unit, paling tinggi adalah Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang yaitu mencapai unit. Kecamatan Cileles dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan wilayah basis perkebunan. Luas wilayahnya Ha, jarak ke ibukota Kabupaten mencapai Km. Kecamatan Cileles terdiri dari 12 Desa/Kelurahan, diantaranya Mekarjaya, Pasindangan, Kujangsari, Parungkujang, Cikareo, Cileles, Margamulya, Cipadang, Daroyon, Prabugantungan, Gumuruh, dan Banjarsari. Desa Pasindangan dipilih sebagai lokasi penelitian karena mewakili potensi desa tipe 3, dimana desa tipe 3 memiliki potensi aktivitas non pertanian rendah dan kualitas kesejahteraan rendah. Kecamatan Warunggunung merupakan salah satu Kecamatan yang menjadi basis pertanian di Kabupaten Lebak. Luas wilayahnya Ha, jarak ke Ibokota Kabupaten sebesar Km. Kecamatan Warunggunung terdiri dari 12 Desa/Kelurahan, diantaranya Pasir Tangkil, Sukarendah, Selaraja, Warunggunung, Cibuah, Baros, Sindangsari, Banjarsari, Cempaka, Padasuka, Sukaraja, dan Jagabaya. Desa Banjarsari dipilih sebagai lokasi penelitian karena mewakili potensi desa tipe 2, dimana desa tipe 2 memiliki potensi aktivitas ekonomi non pertanian rendah dan kualitas kesejahteraan tinggi. Desa Pasindangan Desa Pasindangan merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Cileles Kabupaten Lebak Provinsi Banten dengan luas wilayah Ha. Jarak

2 31 Desa Pasindangan dari ibu kota kecamatan adalah tujuh kilometer. Desa Pasindangan terbagi dalam tujuh kampung yang terdiri dari tujuh Rukun Warga (RW) dan 17 Rukun Tetangga (RT). Batas wilayah Desa Pasindangan diantaranya sebelah utara berbatasan dengan Desa Bendungan, Desa Kumpai, dan Desa Cipadang. Kemudian di sebelah timur desa berbatasan dengan Desa Kujangsari, dan Desa Cikareo, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cinginggang, dan sebelah barat dengan Desa Mekarjaya. Desa Pasindangan termasuk desa yang luas dibandingkan dengan desa-desa di wilayah Kecamatan Cileles lainnya, bahkan menjadi yang terluas diantara desa-desa disekitarnya yang berada dalam satu kecamatan, Desa Cipadang memiliki luas Ha, Desa Kujangsari Ha, dan Desa Cikareo Ha. Luas lahan yang cukup luas di Desa Pasindangan masih belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sendiri, sebagian besar lahan dimanfaatkan sebagai wilayah perkebunan oleh pihak swasta dan pemerintah, sebagian lainnya untuk perkebunan rakyat, pertanian, pemukiman dan lain-lain. Pemanfaatan lahan di Desa Pasindangan ditunjukkan oleh tabel berikut : Tabel 3 Pemanfaatan lahan Desa Pasindangan No Pemanfaatan Lahan Luas (ha) % Luas terhadap Luas Wilayah 1 Pemukiman dan pekarangan Sawah irigasi setengah teknis Sawah tadah hujan Ladang/huma Perkebunan rakyat Perkebunan swasta Lapangan olah raga Kas desa Kantor pemerintahan Tanah fasilitas umum lainnya Hutan lindung Hutan produksi Hutan konversi Total Pemanfaatan lahan Pasindangan sebagian besar digunakan untuk perkebunan, yaitu sebesar persen (1 414 Ha) untuk perkebunan swasta dan persen (388.5 Ha) sebagai perkebunan rakyat. Jika dilihat dari pemanfaatan lahannya, Desa Pasindangan merupakan kawasan perkebunan. Jumlah penduduk Desa Pasindangan pada tahun 2006 tercatat sebanyak jiwa yang terdiri dari 835 kepala keluarga (KK). Jumlah penduduk menurut

3 32 jenis kelamin yaitu, 1817 jiwa penduduk laki-laki dan 1772 jiwa penduduk perempuan. Berkaitan dengan kualitas sumberdaya manusia, pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan tinggi rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Tingkat pendidikan penduduk Desa Pasindangan adalah sebagai berikut. Tabel 4 Tingkat pendidikan penduduk Desa Pasindangan No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) % 1 Tidak tamat SD/sederajat Tamat SD/sederajat Tamat SLTP/sederajat Tamat SLTA/sederajat Tamat D Tamat D Tamat D Tamat Perguruan Tinggi (S1) Total Secara umum, tingkat pendidikan penduduk di Desa Pasindangan masih tergolong rendah yang ditunjukkan oleh banyaknya penduduk yang hanya menyelesaikan pendidikannya sampai tingkat Sekolah Dasar (SD) sebesar 47.4 persen. Sedangkan penduduk yang mampu menyelesaikan pendidikan sampai perguruan tinggi hanya sebagian kecil, yaitu hanya sebesar 0.4 persen saja. Kondisi ini akan memberikan dampak pada kemampuan ekonomi penduduk dan besarnya peluang memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Tabel 5 menunjukkan jenis pekerjaan penduduk Desa Pasindangan. Tabel 5 Jenis pekerjaan penduduk Desa Pasindangan No Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) % 1 Petani Buruh tani Buruh/swasta PNS Pengrajin Pedagang Bengkel/montir Total Sebagian besar jenis pekerjaan penduduk Desa Pasindangan sebagai Petani, yang terdiri dari petani (47.9%) dan buruh tani (6.4%). Pekerjaan yang terbanyak ditekuni oleh penduduk Desa Pasindangan setelah petani adalah pedagang, yaitu 29.4 persen.

4 33 Tersedianya fasilitas pendidikan dan kesehatan sangat menunjang dalam terciptanya kesejahteraan dalam masyarakat. Prasarana pendidikan yang ada pada Desa Pasindangan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 6 Prasarana pendidikan Desa Pasindangan No Lembaga Pendidikan Jumlah 1 TK 1 2 SD 5 3 SMP 1 4 SMA 1 5 Lembaga Pendidikan Agama 3 Total 11 Jumlah tenaga pengajar untuk TK di desa ini hanya dua orang, di SD terdapat 27 orang, SMP memiliki sembilan tenaga pengajar, dan di SMA terdapat tiga orang pengajar serta enam orang pengajar pada lembaga pendidikan agama yang ada di Desa Pasindangan, sedangkan untuk prasarana kesehatan di Desa Pasindangan adalah sebagai berikut : Tabel 7 Prasarana kesehatan Desa Pasindangan No Lembaga Pendidikan Jumlah 1 Puskesmas Pembantu 1 2 Poliklinik/balai pengobatan 1 3 Posyandu 3 4 Tempat penyimpanan obat 1 Total 6 Prasarana kesehatan yang ada di Desa Pasindangan ini ditunjang oleh satu tenaga paramedis dan lima orang dukun terlatih. Desa Banjarsari Desa Banjarsari merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak Provinsi Banten yang berbatasan dengan Desa Sukaraja di sebelah utara, Desa Cibuah di sebelah selatan, Desa Sindangsari di sebelah barat, dan Desa Padasuka di sebelah timur. Desa Banjarsari terletak di tengah wilayah Kecamatan Warunggunung dan mempunyai luas wilayah Ha. Bila dibandingkan dengan desa lain di wilayah Kecamatan Warunggunung, Desa Banjarsari memiliki luas wilayah yang cukup luas, akan tetapi dengan desa sebelahnya seperti Cibuah, Sindangsari, Sukaraja,dan Padasuka, Desa Banjarsari berada di urutan ketiga setelah Sukaraja (864 Ha) dan Padasuka (607 Ha). Dengan luas wilayah tersebut antara lain dimanfaatkan untuk pertanian, pemukiman, kas desa, sarana dan prasarana, dan

5 34 lain sebagainya. Adapun pemanfaatan lahan di Desa Banjarsari secara rinci ditunjukkan pada tabel berikut : Tabel 8 Pemanfaatan lahan Desa Banjarsari Persentase No Pemanfaatan Lahan Luas (ha) 1 Pemukiman Sawah : Sawah irigasi setengah teknis Sawah tadah hujan Tanah rawa Perkebunan rakyat Perkebunan swasta Lapangan olah raga Kas desa Total Pemanfaatan lahan di Desa Banjarsari sebagian besar digunakan untuk pertanian. Jika dilihat dari pemanfaatan lahan, Desa Banjarsari merupakan kawasan pertanian. Hal ini ditunjukkan oleh pemanfaatan lahan untuk pertanian maupun perkebunan yang cukup besar dibandingkan dengan pemanfaatan lahan lainnya, yaitu 164 Ha untuk sawah irigasi setengah teknis, 97 Ha untuk sawah tadah hujan, dan 185 Ha untuk perkebunan rakyat. Wilayah Desa Banjarsari terbagi menjadi 6 RW dan 26 RT. Tahun 2008, jumlah penduduk sebanyak jiwa yang terdiri dari kepala keluarga (KK). Jumlah penduduk menurut jenis kelamin yaitu jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan. Kualitas Sumberdaya manusia di Desa Banjarsari dapat diketahui dengan melihat tingkat pendidikan penduduk di desa ini. Tingkat pendidikan penduduk Desa Banjarsari ditunjukkan pada Tabel 9. Secara umum, tingkat pendidikan penduduk di Desa Banjarsari tergolong rendah yang ditunjukkan oleh banyaknya penduduk yang hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat Sekolah Dasar (SD) sedangkan penduduk yang mampu menyelesaikan pendidikan sampai tingkat yang lebih tinggi hanya sebagian kecil bahkan yang mampu menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi sangat sedikit. Keadaan ini memberikan dampak pada kemampuan ekonomi penduduk dan besarnya peluang penduduk memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Hal ini dibuktikan oleh jenis pekerjaan penduduk di Desa Banjarsari. Tabel berikut ini menunjukkan jenis pekerjaan penduduk Desa Banjarsari.

6 35 Tabel 9 Tingkat pendidikan penduduk Desa Banjarsari No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase 1 Tidak tamat SD/sederajat Tamat SD/sederajat Tamat SLTP/sederajat Tamat SLTA/sederajat Tamat D Tamat D Tamat D Tamat Perguruan Tinggi (S1) Jenis pekerjaan penduduk Desa Banjarsari tidak beragam. Pada Tabel 10 ditunjukkan beberapa jenis pekerjaan penduduk di Desa Banjarsari. Tabel 10 Jenis pekerjaan penduduk Desa Banjarsari No Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase 1 Petani Buruh tani Buruh/swasta PNS Pengrajin Pedagang Bengkel/montir Total Dari jiwa penduduk, hanya jiwa penduduk yang memiliki pekerjaan tetap, sisanya jiwa penduduk tidak teridentifikasi jenis pekerjaannya. Keberagaman jenis pekerjaan di Desa Banjarsari tidak beragam. Jenis pekerjaan penduduk Desa Banjarsari sebagian besar sebagai petani (61.5%) dan buruh tani (17.7%), sisanya terbanyak memiliki jenis pekerjaan sebagai buruh/swasta (15.1%) dan pedagang (4.7%). Berdasarkan data tahun 2008, potensi ekonomi yang paling menonjol dan sudah dikembang di Desa Banjasari adalah bidang industri pengolahan, perikanan, dan pertanian. Berdasarkan data potensi desa 2008, jumlah prasarana kesehatan yang tersedia di Desa Banjarsari adalah 9 unit posyandu, 1 unit Poskesdes yang dikelola oleh 1 bidan. Selain itu tersedia 10 tenaga kesehatan tradisional yang terdiri dari 6 orang paraji, 2 orang pengobatan tradisional, dan 2 orang paraji terlatih. Jika dibandingkan dengan desa sekitarnya, sembilan unit Posyandu yang tersedia di Desa Banjarsari belum mampu memberikan pelayanan secara efektif, terlihat dari masih ada sekitar 4 balita di desa ini yang mengalami gizi

7 36 kurang dan gizi buruk, bahkan masih ada sejumlah balita gizi kurang lainnya yang tidak teridentifikasi oleh posyandu. Desa Banjarsari memiliki keterbatasan dalam pelayanan kesehatan, karena di desa sekitar terdapat paling tidak satu Dokter dan lebih dari satu Bidan yang memberikan pelayanan di Desa tersebut. Keterbatasan jumlah petugas maupun sarana kesehatan di desa ini menyebabkan masyarakat desa harus keluar desa untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih menunjang baik ke Puskesmas maupun praktek Dokter. Akan tetapi bagi mereka yang tidak memiliki cukup uang untuk menjangkau pelayanan tersebut maka mereka memilih meminta pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan tradisional yang ada di desanya. Untuk sarana dan prasarana pendidikan di wilayah Desa Banjarsari terdapat 3 unit SD negeri dan 3 unit TPA. Keterbatasan sarana pendidikan ini menyebabkan banyak penduduk yang tidak dapat melanjutkan sekolah anaknya ke tingkat yang lebih tinggi, karena untuk melanjutkan sekolah mereka harus keluar desa dan jarak tempuh yang cukup jauh sehingga membutuhkan biaya yang lebih besar apabila dibandingkan jika di desa tersebut tersedia sekolah lanjutan. Karakteristik Sosial Ekonomi Rumahtangga Umur Klasifikasi umur kepala rumahtangga (KRT) dibagi menjadi tiga kelompok umur berdasarkan Hurlock (1980), yaitu dewasa awal (18 39 tahun), dewasa madya (40 59 tahun), dan lansia ( 60 tahun). Klasifikasi umur kepala rumahtangga dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Klasifikasi umur KRT Kelompok Umur Pasindangan Banjarsari Total n % n % n % tahun tahun Jumlah Min-max Rataan 46 ± ± ± Dari kedua desa terlihat bahwa sebaran umur kepala rumahtangga berkisar antara 26 sampai 85 tahun, dan rataan ± Sebaran umur KRT terbesar (57.4%) berada pada kelompok umur dewasa madya (40-59 tahun), selanjutnya sebanyak 26.7 persen merupakan KRT dengan kelompok umur dewasa awal, dan terakhir 15.8 persen KRT tergolong kelompok umur

8 37 lansia ( 60 tahun). Apabila dilihat berdasarkan sebaran umur perdesa maka dapat terlihat sebaran umur kepala rumahtangga di Desa Pasindangan berkisar antara 26 tahun hingga 80 tahun, dan rataan 46 ± , 74 persen KRT berada pada kelompok umur dewasa madya (40 59 tahun), 16 persen KRT lainnya berada pada kelompok umur dewasa awal (18 39 tahun), dan sisanya 10 persen KRT termasuk kelompok umur lansia ( 60 tahun), sehingga di Desa Pasindangan sebaran umur kepala keluarga terbesar adalah pada sebaran umur dewasa madya. Berbeda dengan Desa Pasindangan, sebaran umur kepala rumahtangga di Desa Banjarsari berkisar antara tahun, dan rataan ± Kondisi yang sama terjadi pada Desa Banjarsari dimana sebaran umur terbanyak berada pada kelompok umur dewasa madya (40 59 tahun) sebanyak 41.2 persen, selanjutnya KRT pada kelompok umur dewasa awal (18 39 tahun) sebanyak 26.7 persen, terakhir sebanyak 15.8 persen KRT berada pada kelompok umur lansia ( 60 tahun). Tabel 12 Sebaran rumahtangga berdasarkan ketahanan pangan dan umur KRT Kelompok Umur Rawan Pangan Berat Tingkat Ketahanan Pangan Rawan Rawan Pangan Pangan Sedang Ringan Tahan Pangan Total n % n % n % n % n % tahun tahun tahun Jumlah Sebaran ketahanan pangan rumahtangga berdasarkan umur KRT dapat dilihat pada Tabel 12. Sebaran rumahtangga tahan pangan berdasarkan kelompok umur KRT menunjukkan bahwa umur KRT pada rumahtangga tahan pangan sebagian besar (58.7%) termasuk kelompok umur dewasa madya (40-59 tahun), sisanya masing-masing sebanyak 25.4 persen dan 15.9 persen termasuk kelompok umur dewasa awal dan lansia. Pada rumahtangga rawan pangan ringan, sebagian besar (57.1%) KRT termasuk kelompok umur dewasa madya, sisanya sebanyak 42.9 persen termasuk ke dalam kelompok umur lansia ( 60 tahun). Pada rumahtangga rawan pangan sedang, sebagian besar (60%) KRT termasuk ke dalam kelompok umur dewasa madya, sisanya (40%) termasuk kelompok umur dewasa muda. Pada rumahtangga rawan pangan berat, sebanyak 53.8 persen rumahtangga tersebut memiliki KRT yang termasuk

9 38 ke dalam kelompok umur dewasa madya, sisanya (34.6% dan 11.5%) termasuk kelompok umur dewasa muda dan lansia. Klasifikasi umur ibu rumahtangga (IRT) dibagi menjadi tiga kelompok umur, yaitu dewasa awal (18 39 tahun), dewasa madya (40 59 tahun), dan lansia ( 60 tahun). Klasifikasi umur IRT dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13 Klasifikasi umur IRT Kelompok umur Pasindangan Banjarsari Total n % n % n % tahun tahun Jumlah Min-max Rataan ± ± ± Dilihat berdasarkan tabel klasifikasi umur IRT di atas, terlihat bahwa kisaran umur ibu di kedua desa antara tahun, dan rataan ± , rata-rata umur ibu lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata umur kepala rumahtangga. Distribusi umur ibu terbanyak (47.5%) berada pada kelompok umur dewasa madya (40 59 tahun), sebaran berikutnya (46.5%) berada pada kelompok umur dewasa awal (18 39 tahun), dan terakhir (5.9%) berada pada kelompok umur lansia ( 60 tahun). Apabila dilihat berdasarkan sebaran umur ibu di tiap desa maka untuk Desa Pasindangan sebaran umur ibu berkisar antara 25 hingga 65 tahun dengan rataan ± Sebaran umur ibu di Desa Pasindangan berkisar pada kelompok umur dewasa awal (18 39 tahun) dan dewasa madya (40 59 tahun) dengan proporsi persentase yang sama (46%) dan sisanya berada pada kelompok umur lansia ( 60 tahun). Sebaran umur ibu di Desa Banjarsari berkisar antara 20 sampai 75 tahun dan rataan ± Sebaran terbanyak (49%) berada pada kelompok umur dewasa madya (40 59 tahun), sedangkan sebanyak 47.1 persen ibu berada pada kelompok umur dewasa awal (18 39 tahun) dan sebanyak 3.9 persen ibu berada pada kelompok umur lansia ( 60 tahun). Pendidikan Klasifikasi pendidikan didasarkan pada lama sekolah yang dilakukan oleh contoh tetapi tidak terhitung tinggal kelas, sehingga dibedakan menjadi 5 kelompok yaitu TS (tidak sekolah), SD (6 tahun), SMP (9 tahun), SMA (12 tahun), dan PT/perguruan tinggi (16 tahun). Klasifikasi pendidikan anggota rumahtangga (ART) disajikan pada Tabel 14.

10 39 Berdasarkan Tabel 14, lama sekolah anggota rumah tangga berkisar antara 0-16 tahun, dengan rataan 4.44 ± Sebaran pendidikan terbesar (55.4%) di kedua desa adalah SD, TS (23.5%), SMP (15.7%), SMA (5.0%), dan sebagian kecil (0.4%) adalah PT. Tabel 14 Klasifikasi pendidikan ART Pendidikan Pasindangan Banjarsari Total n % n % n % TS SD SMP SMA PT Jumlah Min-max Rataan 4.53 ± ± ± Apabila dilihat berdasarkan tiap desa maka sebaran pendidikan anggota rumahtangga di Desa Pasindangan berkisar antara 0 hingga 13 tahun dan rataan 4.53 ± 3.526, terdiri dari contoh terbanyak (55.2%) tersebar pada SD, kemudian TS (23%), SMP (14.3%), SMA (7.1%), dan terakhir PT (0.14%), sedangkan di desa Banjarsari sebaran pendidikan anggota rumah tangga berkisar antara 0 (TS) hingga 16 tahun (PT) dan rataan 4.37± sebaran terbanyak (55.7%) adalah SD, TS (24%), SMP (17%), SMA (3%), dan terakhir PT (0.4%). Tingkat pendidikan anggota rumahtangga di kedua desa sudah cukup baik, terdapat 2 contoh yang telah mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Hal ini dapat dikatakan baik melihat kondisi wilayah kedua desa yang cukup terbatas sarana pendidikannya, khususnya Desa Pasindangan yang letaknya jauh dari pusat kota kabupaten. Akan tetapi masih banyak pula anggota rumahtangga yang tidak sekolah, diduga contoh yang tidak sekolah adalah contoh dalam kelompok umur dewasa madya dan lansia. Tabel 15 Klasifikasi pendidikan KRT Pendidikan Pasindangan Banjarsari Total n % n % n % TS SD SMP SMA PT Jumlah Min-max Rataan 4.68 ± ± ± 3.001

11 40 Berdasarkan Tabel 15 lama sekolah kepala rumahtangga berkisar antara 0-12 tahun atau TS hingga ada yang SMA, dengan rataan 5.05 ± Sebaran pendidikan terbesar (73.3%) di kedua desa adalah SD, TS (10.9%), SMP (8.9%), SMA (6.9%), dan tidak ada yang lulus PT (0%). Tingkat pendidikan kepala rumahtangga masih rendah karena hampir setengah dari jumlah contoh hanya bersekolah hingga bangku SD. Bila dilihat lebih rinci berdasarkan tiap desa maka sebaran pendidikan kepala rumahtangga di Desa Pasindangan berkisar antara 0 hingga 12 tahun dan rataan 4.68 ± 3.113, terdiri dari contoh terbanyak (74%) tersebar pada SD, kemudian TS (14%), SMP (4%), SMA (8%), dan terakhir PT (0%). Di Desa Banjarsari sebaran pendidikan kepala rumahtangga berkisar antara 0 (TS) hingga 12 tahun (SMA) dan rataan 5.41 ± Sebaran terbanyak (72.5%) adalah SD, TS (7.8%), SMP (13.7%), SMA (5.9%), dan terakhir PT (0%). Berdasarkan analisis korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (r= , p>0.05) antara pendidikan KRT dengan ketahanan pangan rumahtangga. Tabel 16 Klasifikasi pendidikan IRT Pendidikan Pasindangan Banjarsari Total n % n % n % TS SD SMP SMA PT Jumlah Min-max Rataan 3.62 ± ± ± Berdasarkan Tabel 16 lama sekolah ibu rumahtangga berkisar antara 0-16 tahun atau TS hingga PT, dengan rataan 4.35 ± Rata-rata lama sekolah ibu lebih tinggi dari lama sekolah ayah yaitu 16 tahun. Sebaran pendidikan terbesar (69.3%) di kedua desa adalah SD, TS (19.8%), SMP (6.9%), SMA (3%), dan PT (1%). Tingkat pendidikan ibu masih dikatakan rendah, karena sebagian besar contoh hanya sekolah sampai tingkat SD sama seperti kepala rumahtangga. Bila dilihat lebih rinci berdasarkan tiap desa maka sebaran pendidikan ibu rumahtangga di Desa Pasindangan berkisar antara 0 hingga 12 tahun dan rataan 3.62 ± 2.989, terdiri dari contoh terbanyak (66.0%) tersebar pada SD, kemudian

12 41 TS (28.0%), SMP (2.0%), SMA (4.0%), dan terakhir PT (0%). Sedangkan di Desa Banjarsari sebaran pendidikan kepala rumahtangga berkisar antara 0 (TS) hingga 16 tahun (SMA) dan rataan 5.06 ± Sebaran terbanyak (72.5%) adalah SD, TS (11.8%), SMP (11.8%), SMA (2.0%), dan terakhir PT (2.0%). Berdasarkan analisis korelasi Spearman tidak terdapat hubungan yang signifikan (r= 0.027, p>0.05) antara pendidikan IRT dengan ketahanan pangan rumahtangga. Pekerjaan Klasifikasi pekerjaan kepala rumahtangga di Desa Pasindangan dan Desa Banjarsari disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Klasifikasi pekerjaan KRT Jenis Pekerjaan Pasindangan Banjarsari Total n % n % n % Pekerjaan utama Petani Pekerjaan tambahan Tidak ada Pedagang Buruh Wiraswasta Guru Security Tukang urut Pensiunan Penghulu Supir Jumlah Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa pekerjaan utama kepala rumahtangga di kedua desa adalah petani. Untuk pekerjaan tambahan, di Desa Pasindangan pekerjaan tambahan kepala rumahtangga yang paling besar sebarannya adalah sebagai pedagang (42%) kemudian sebagai buruh (14 %), dan sisanya masingmasing (2%) sebagai security, tukang urut, dan pensiunan. Di Desa Banjarsari, pekerjaan tambahan yang paling banyak dilakukan oleh contoh adalah sebagai buruh (39.2%), kemudian pedagang (11.8%), sisanya masing-masing sebanyak 2% bekerja sebagai wiraswasta, guru, penghulu, dan supir. Namun masih cukup banyak contoh dari keseluruhan contoh yang tidak memiliki pekerjaan tambahan dan hanya tergantung pada pekerjaan utama sebagai petani.

13 42 Komposisi Anggota Rumahtangga Komposisi anggota rumahtangga (ART) dikelompokkan dalam 7 kelompok berdasarkan Hurlock (1980) yaitu lansia ( 60 tahun), dewasa madya (40-59 tahun), dewasa awal (20-39 tahun), remaja (12-19 tahun), anak usia sekolah/aus (6-11 tahun), balita (25-60 bulan), dan bayi (0-24 bulan). Klasifikasi komposisi rumahtangga dapat dilihat pada Tabel 18. Komposisi rumahtangga dilihat dari kedua desa, proporsi rumahtangga terbesar (26.2%) berada pada kelompok dewasa awal, 20.3 persen proporsi pada kelompok dewasa madya, 18 persen proporsi pada kelompok remaja, 16.3 persen proporsi pada kelompok AUS, 8.6 persen proporsi pada balita, 5.9 persen proporsi pada kelompok lansia, dan proporsi sisanya (4.8%) pada kelompok bayi. Tabel 18 Klasifikasi komposisi ART Komposisi Pasindangan Banjarsari Total Rumahtangga n % n % n % Lansia Dewasa madya Dewasa awal Remaja AUS Balita Bayi Jumlah Jika dilihat berdasarkan masing-masing desa, Desa Pasindangan proporsi anggota rumahtangga terbesar (24.6%) pada kelompok dewasa awal, kemudian proporsi anggota rumahtangga lainnya berturut-turut dewasa madya, remaja, AUS, balita, lansia, dan bayi (23%, 20.6%, 17.1%, 6.3%, 5.2%, dan 3.2%). Pada Desa Banjarsari proporsi anggota rumahtangga terbesar (48%) pada kelompok dewasa madya, kemudian selanjutnya berturut-turut proporsi anggota rumahtangga lainnya pada kelompok remaja, lansia, dewasa awal, AUS, balita, dan bayi (27.7%, 18%, 17.7%, 15.5%, 10.7%, 6.3%). Kontrol Keuangan Menurut Sajogyo (1983) tingkat keputusan dihubungkan dengan pengeluaran dalam kebutuhan pokok yang terdiri dari: (1) makanan (biaya hidup, jenis atau menu makanan, distribusi), (2) perumahan (pembelian dan perbaikan), pakaian, pendidikan, kesehatan, dan perabot rumahtangga. Sedangkan untuk jenis keputusan rumahtangga, dikelompokkan dalam lima tingkatan yaitu: (1) keputusan dibuat oleh istri seorang diri tanpa melibatkan suami, (2) keputusan

14 43 dibuat bersama oleh suami-istri, tetapi dengan pengaruh yang lebih besar dari istri, (3) keputusan dibuat bersama dan senilai oleh suami-istri (dengan tidak ada tanda-tanda bahwa salah satu mempunyai pengaruh yang relatif lebih besar), (4) keputusan dibuat bersama oleh suami-istri, tetapi dengan pengaruh yang lebih besar dari suami, (5) keputusan dibuat oleh suami seorang diri tanpa melibatkan istri. Tabel 19 Sebaran rumahtangga menurut kontrol keuangan di Desa Pasindangan Jenis Keputusan Suami Sendiri Suami Dominan Istri Sendiri Istri Dominan Bersama Setara Total Makanan Pendidikan Kesehatan Perumahan Pakaian Peralatan RT Rekreasi Tabungan Keseluruhan Sebaran kontrol keuangan di desa Pasindangan dapat dilihat pada Tabel 19. Secara keseluruhan pengeluaran kontrol keuangan di putuskan istri sendiri (36%). Untuk makanan, keputusan terhadap makanan dan peralatan RT lebih besar di pegang oleh istri sendiri yaitu masing-masing sebesar 60 persen dan 54 persen, untuk keputusan pendidikan, kesehatan, perumahan, pakaian, rekreasi dan tabungan juga lebih banyak dipegang oleh istri sendiri. Tabel 20 Sebaran rumahtangga menurut kontrol keuangan di desa banjarsari Jenis keputusan Suami sendiri Suami Dominan Istri Sendiri Istri Dominan Bersama Setara Total Makanan Pendidikan Kesehatan Perumahan Pakaian Peralatan RT Rekreasi Tabungan Keseluruhan Di desa banjarsari, keputusan terhadap kontrol keuangan rumahtangga secara keseluruhan lebih dominan istri (60.8%). Keputusan terhadap makanan lebih dari setengah (52.9%) contoh dipegang oleh istri sendiri. Untuk jenis

15 44 keputusan lainnya seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, pakaian, peralatan RT, rekreasi, dan tabungan dominan ditentukan oleh istri. Ukuran rumahtangga Ukuran rumahtangga dikelompokkan ke dalam tiga kelompok (BKKBN 1998), yaitu rumahtangga kecil bila jumlah anggota rumahtangga 4 orang, rumahtangga sedang bila jumlah anggota rumahtangga antara 5-6 orang, dan rumahtangga besar bila anggotanya 7 orang. Klasifikasi ukuran rumahtangga dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Klasifikasi ukuran rumahtangga Ukuran Rumahtangga Pasindangan Banjarsari Total n % n % n % Kecil : 4 orang Sedang : 5 6 orang Besar : 7 orang Jumlah Berdasarkan pengelompokkan tersebut dari kedua desa hampir setengah (49.5%) contoh merupakan rumahtangga kecil, 29.7 persen contoh merupakan rumahtangga sedang, dan sisanya (20.8%) merupakan rumahtangga besar. Bila dibedakan berdasarkan masing-masing desa, maka sebaran jumlah anggota rumahtangga di Desa Pasindangan sebagian (52%) contoh merupakan rumahtangga kecil, 32 persen contoh merupakan rumahtangga sedang, dan sisanya 16 persen contoh merupakan rumahtangga besar. Sedangkan sebaran ukuran rumahtangga di Desa Banjarsari 47.1 persen merupakan rumahtangga kecil, 27.5 persen contoh merupakan rumahtangga sedang, dan 25.5 persen contoh merupakan rumahtangga besar. Tabel 22 Sebaran rumahtangga berdasarkan ketahanan pangan dan ukuran rumahtangga Ukuran Rumahtangga Rawan Pangan Berat Tingkat Ketahanan Pangan Rawan Rawan Pangan Pangan Sedang Ringan Tahan Pangan Total n % n % n % n % n % Kecil : Sedang : Besar : Jumlah Karakteristik lain untuk mengidentifikasi rumahtangga yang tahan pangan dapat dilihat berdasarkan ukuran rumahtangga. Berdasarkan Tabel 22 maka dapat dilihat bahwa, rumahtangga tahan pangan adalah rumahtangga kecil

16 45 (60.3%) yang terdiri dari 4 orang anggota rumahtangga, sedangkan rumahtangga rawan pangan ringan sebanyak 57.1 persen merupakan rumahtangga kecil dan sisanya 42.9 persen adalah rumahtangga sedang. Pada rumahtangga rawan pangan sedang adalah rumahtangga kecil dan sedang yaitu masing-masing sebesar 20 persen dan 80 persen. Pada rumahtangga rawan pangan berat, sebanyak 38.5 persen adalah rumahtangga sedang yang terdiri dari antara 5-6 orang anggota rumahtangga. Berdasarkan analisis korelasi Spearman terdapat hubungan negatif (r= , p<0.01) antara ukuran rumahtangga dengan ketahanan pangan rumahtangga. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin besar ukuran rumahtangga maka semakin kecil peluang tercapainya ketahanan pangan rumahtangga. Hal ini seiring dengan pernyataan Hartog, Staveren, dan Brouwer (1995) yang menyatakan bahwa besar keluarga akan mempengaruhi kebiasaan makan dan gizi, khususnya pada rumah tangga miskin yang bergantung pada pendapatan tunai untuk membeli bahan pangan. Martianto dan Ariani (2004) juga menyatakan bahwa pangan yang tersedia untuk satu keluarga, mungkin tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga tersebut tetapi hanya mencukupi sebagian dari anggota keluarga itu. Kepemilikan Luas Lahan Rumahtangga contoh diklasifikasikan menjadi empat golongan berdasarkan kepemilikan lahan, yaitu yang tidak memiliki lahan, memiliki lahan dibawah m 2, memiliki lahan m 2, dan memiliki lahan lebih dari m 2. Tabel 23 Klasifikasi Kepemilikan Luas Lahan Luas Lahan Pasindangan Banjarsari Total yg Dimiliki n % n % n % < > Jumlah Min-max Rataan 4592 ± ± ± Berdasarkan pengolongan tersebut dapat dilihat sebaran rumahtangga dari kedua desa memiliki lahan seluas m 2 dengan rataan ± Sebanyak 36.6 persen contoh tidak memiliki lahan, 32.7 persen contoh memiliki luas lahan kurang dari 5000 m 2, 20.8 persen contoh memiliki

17 46 luas lahan m 2, dan sisanya hanya 9.9 persen contoh yang memiliki luas lahan lebih dari m 2. Apabila dilihat dari sebaran masing-masing desa, di Desa Pasindangan rataan kepemilikan lahan sebesar ± , dari 50 contoh hanya 14 persen contoh yang memiliki luas lahan lebih dari m 2, umumnya contoh memiliki luas lahan m 2 (34%), kurang dari m 2 (28%), dan sisanya (24%) contoh tidak memiliki lahan. Di Desa Banjarsari rataan luas lahan yang dimiliki sebesar ± , hampir setengah contoh (49%) tidak memiliki lahan, 37.3 persen contoh memiliki luas lahan kurang dari m 2, 7.8 persen contoh memiliki luas lahan sebesar m 2, dan hanya 5.9 persen contoh yang memiliki luas lahan lebih dari m 2. Berdasarkan luas lahan yang dimiliki dari seluruh contoh, maka dapat dilihat bahwa rumahtangga rawan pangan berat adalah rumah tangga yang tidak memiliki lahan (61.5%) sedangkan rumahtangga yang rawan pangan sedang adalah rumahtangga yang memiliki luas lahan kurang dari m 2 dan tidak memiliki lahan (40% dan 40%). Pada rumahtangga rawan pangan ringan hampir setengahnya (42.9%) adalah rumahtangga yang memiliki lahan kurang dari m 2. Untuk rumahtangga tahan pangan persentase terbesar contoh adalah yang memiliki luas lahan kurang dari 5000 m 2 (36.5%), berikutnya 23.8 persen adalah rumahtangga yang memiliki luas lahan m 2, dan 12.7 persen contoh yang memiliki luas lahan lebih dari m 2. Akan tetapi cukup banyak pula rumahtangga tahan pangan yang tidak memiliki lahan (27.0%). Tabel 24 Sebaran rumahtangga berdasarkan kepemilikan luas lahan dan ketahanan pangan Luas Lahan yang Dimiliki Rawan Pangan Berat Tingkat Ketahanan Pangan Rawan Rawan Pangan Pangan Sedang Ringan Tahan Pangan Total n % n % n % n % n % < > Jumlah Dari gambaran tersebut dapat dilihat bahwa rumahtangga yang tahan pangan sebagian besar adalah rumahtangga yang memiliki lahan garapan, sedangkan rumahtangga rawan pangan berat sebagian besar adalah

18 47 rumahtangga yang tidak memiliki lahan. Berdasarkan analisis korelasi Spearman diperoleh r= dan p<0.01 antara kepemilikan luas lahan dengan ketahanan pangan rumahtangga. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepemilikan luas lahan dengan ketahanan pangan rumahtangga. Semakin luas lahan yang dimiliki maka semakin besar peluang tercapainya ketahanan pangan rumahtangga. Akses Pangan Akses Fisik Akses fisik menentukan apakah sumber pangan yang dikonsumsi dapat ditemui dan mudah diperoleh. Menurut Penny (1990), kemudahan dalam memperoleh pangan ditunjang oleh tersedianya sarana fisik yang cukup dalam memperoleh pangan. Jika dilihat berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, Desa Pasindangan memiliki akses pangan yang lebih rendah dibandingkan dengan Desa Banjarsari. Desa Pasindangan terletak jauh dari kota kabupaten, kondisi jalan kurang memadai, kendaraan umum yang beroperasi hanya satu jenis, dengan jumlah dan waktu operasi terbatas. Jarak antara wilayah Desa Pasindangan dengan pasar terdekat kurang lebih 7 kilometer dengan hari pasar pada hari tertentu. Ketersediaan warung di wilayah ini terbatas, jumlah warung yang lengkap menjual kebutuhan pokok baik kebutuhan pangan maupun non pangan hanya dua buah, sisanya merupakan warung kecil yang menjual kebutuhan terbatas. Untuk kebutuhan pangan segar, selain membeli ke pasar juga tersedia tiga penjual sayur keliling untuk luas seluruh wilayah Desa. Pada Desa Banjarsari, wilayah desa ini dekat dengan ibukota kabupaten sehingga akses terhadap pangan cukup baik. Jarak pasar hanya 5 kilometer, di desa tersebut banyak (lebih dari 10) warung yang menjual kebutuhan pangan dan non pangan. Kebutuhan pangan segar dapat diperoleh dengan mudah di warung-warung penjual bahan pangan segar. Kondisi jalan sudah baik, banyak tersedia kendaraan umum yang dapat digunakan untuk mengakses pangan. Akses Ekonomi Akses ekonomi dapat diukur dengan menggunakan pengeluaran rumahtangga. Pengeluaran rumahtangga adalah total pengeluaran rumahtangga untuk kebutuhan pangan dan kebutuhan non pangan. Pengeluaran perkapita rumahtangga merupakan penjumlahan total pengeluaran pangan per tahun dan total pengeluaran pangan non-pangan per tahun rumahtangga, dibagi dengan

19 48 jumlah hari dalam satu tahun yaitu 365 hari, kemudian dibagi dengan jumlah anggota rumahtangga. Pengeluaran perkapita rumahtangga contoh rata-rata sebesar Rp pengeluaran terkecil sebesar Rp dan terbesar adalah sebesar Rp Pengeluaran perkapita terkecil dimiliki oleh rumahtangga contoh di Desa Banjarsari, sedangkan pengeluaran perkapita terbesar terdapat pada rumahtangga contoh di Desa Pasindangan. Teori Engels menyebutkan bahwa persentase pengeluaran rumahtangga yang dibelanjakan untuk kebutuhan pangan meningkat pada saat terjadinya penurunan pendapatan dan akan menurun dengan meningkatnya pendapatan (Khomsan 2002b). Proporsi ratarata pengeluaran pangan rumahtangga adalah sebesar persen, proporsi pengeluaran terkecil adalah 8.10 persen pada contoh di Desa Pasindangan dan terbesar adalah persen pada contoh di Desa Banjarsari. Tanziha (1992) dalam Kartika (2005) bahwa secara naluri individu, seseorang akan terlebih dahulu memanfaatkan setiap penghasilan bagi kebutuhan dasarnya berupa pangan. Jika kebutuhan dasarnya tersebut telah terpenuhi, maka tiap kelebihan penghasilannya dialokasikan untuk nonpangan. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa rata-rata pendapatan rumahtangga contoh di Desa Pasindangan lebih tinggi dibandingkan di Desa Banjarsari. Untuk mengetahui lebih jelas kondisi ekonomi rumahtangga contoh, maka dapat dilihat pada Tabel 25. Klasifikasi rumahtangga miskin dan tidak miskin didasarkan pada perbandingan pengeluaran perkapita dengan garis kemiskinan. Garis kemiskinan yang digunakan adalah garis kemiskinan tingkat provinsi Banten tahun 2008 yaitu Rp Dikatakan miskin bila pengeluaran perkapita rumahtangga dibawah garis kemiskinan, dan dikatakan tidak miskin bila pengeluaran perkapita rumahtangga diatas garis kemiskinan. Tabel 25 Klasifikasi kemiskinan berdasarkan pengeluaran perkapita Kemiskinan Pasindangan Banjarsari Total Berdasarkan n % n % N % Pengeluaran Miskin Tdk miskin Jumlah Berdasarkan klasifikasi diatas maka sebagian besar (68.3%) contoh di kedua desa merupakan rumahtangga tidak miskin dan sisanya (31.7%) contoh

20 49 merupakan rumahtangga miskin. Untuk Desa Pasindangan, sebagian besar (72%) contoh merupakan rumahtangga tidak miskin dan sisanya (28%) contoh merupakan rumahtangga miskin, sedangkan di Desa Banjarsari jumlah rumahtangga yang miskin sedikit lebih banyak (35.3%) dibandingkan dengan Pasindangan, sebagian besar (64.7%) contoh lainnya tergolong rumahtangga tidak miskin. Walaupun Desa Banjarsari dekat dengan ibukota kabupaten, namun rumahtangga miskin di desa tersebut lebih banyak dibandingkan di Desa Pasindangan. Kondisi ini diduga karena perekonomian masyarakat di Desa Pasindangan adalah pertanian berbasis tanaman kehutanan, sehingga banyak dari mereka yang memiliki tambahan pendapatan dari penjualan kayu atau menjual getah karet. Seiring dengan peningkatan pendapatan maka pengeluaran juga akan bertambah. Hasil analisis korelasi Pearson antara pengeluaran rumahtangga dan ketahanan pangan rumahtangga r= dan p<0.05, ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengeluaran rumahtangga dengan ketahanan pangan rumahtangga. Semakin rendah pengeluaran rumahtangga maka semakin kecil peluang rumahtangga tersebut tahan pangan. Akses Sosial Dukungan Sosial Dukungan sosial merupakan segala bentuk interaksi berupa bantuan, perhatian, ataupun penghargaan untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang. Dukungan sosial dikategorikan ke dalam tiga kelompok yaitu buruk, sedang, dan baik. Berdasarkan pengelompokkan tersebut maka dari total keseluruhan contoh di kedua desa dapat diketahui bahwa lebih dari setengah contoh (56.4%) memiliki dukungan sosial yang baik, sebanyak 22.8 persen contoh memiliki dukungan sosial yang buruk, dan sisanya 20.8 persen contoh memiliki dukungan sosial sedang. Bila dibandingkan antar dua desa maka jumlah rumahtangga yang memiliki dukungan sosial baik di Desa Pasindangan lebih banyak (72%) dibandingkan rumahtangga di Desa Banjarsari (57%). Sisanya berturut-turut di Desa Pasindangan 18 persen dan 10 persen sedangkan di Desa Banjarsari 27.5 persen dan 31.4 persen memiliki dukungan sosial buruk dan sedang.

21 50 Tabel 26 Klasifikasi tingkat dukungan sosial Dukungan Sosial Pasindangan Banjarsari Total n % n % n % Buruk Sedang Baik Jumlah Sarafino (1996) mengemukakan dukungan sosial terdiri dari dukungan emosi, instrumental, penghargaan, dan dukungan informasi. Dukungan emosi melibatkan ekspresi rasa empati dan perhatian terhadap individu sehingga menimbulkan rasa nyaman, dicintai dan diperhatikan. Dukungan ini biasanya diperoleh dari orang-orang yang memiliki hubungan erat dengan individu. Dukungan instrumental melibatkan bantuan langsung, misalnya berupa bantuan finansial atau bantuan dalam mengerjakan tugas. Dukungan penghargaan dapat berupa pujian, hadiah, pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan atau penampilan orang lain. Dukungan informasi terkait dengan perolehan pengetahuan dari orang lain. Semua dukungan tercakup dalam pertanyaan yang tersedia pada Tabel 27. Tabel 27 Sebaran dukungan sosial Pasindangan Banjarsari Total Dukungan Sosial Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Bantuan makanan Petugas kesehatan selalu mengunjungi Ketua RT selalu memberi semangat Anak-anak bisa sekolah tanpa membayar SPP dan biaya lainnya Sanak famili mau mendengar masalah-masalah Sanak famili berupaya memperlihatkan perasaan cinta dan kepeduliannya Diluar rumahtanggamempunyai beberapa teman karib yang sangat peduli dan mencintai Kehidupan dalam masyarakat

22 51 Dukungan Sosial memberi perasaan aman Mencoba untuk berhubungan dengan sanak famili seakrab mungkin Jika menghadapi masalah tetangga selalu memberi pertolongan Selalu mendapat bantuan keuangan dari orang tua atau sanak famili ketika mendapat kesulitan Tetangga mau membantu meminjamkan uang atau barang ketika menghadapi kesulitan Merasa tenang dalam lingkungan tempat tinggal yang sesuai sebagai tempat menumbuhkembangkan anak-anak Jika dalam kesulitan selalu mendapatkan pertolongan dari masyarakat dimana saya tinggal Saran yang diberikan tetangga sangat membantu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi Pasindangan Banjarsari Total Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Dukungan sosial berupa bantuan makanan, dijawab ya oleh 56 persen contoh di Desa Pasindangan dan 31.4 persen contoh menjawab ya di Desa Banjarsari. Sebagian besar contoh di Desa Pasindangan (92% dan 74%) dan Desa Banjarsari (90.2% dan 64.7%) menjawab tidak pernah mendapat kunjungan dari petugas kesehatan dan tidak pernah diberikan semangat oleh ketua RT. Untuk pernyataan berikutnya, Desa Pasindangan (58%) dan Desa Banjarsari (23.5%) yang menjawab bisa menyekolahkan anak-anak tanpa membayar SPP dan biaya lainnya. Untuk dua pernyataan berikutnya, contoh di Desa Pasindangan (86%dan 80%) dan Desa Banjarsari (70.6% dan 60.8%) menyatakan bahwa sanak famili mereka mau mendengarkan masalah-masalah dan berupaya memperlihatkan perasaan cinta dan kepeduliannya. Contoh dari

23 52 kedua desa sebagian besar (48% dan 49%) menyatakan bahwa tidak memiliki teman karib yang sangat peduli dan mencintai. Contoh di kedua desa menjawab merasa aman dalam kehidupan bermasyarakat dan mencoba untuk berhubungan seakrab mungkin dengan sanak famili yaitu sebesar 86 persen dan 84 persen untuk Pasindangan sedangkan Banjarsari sebesar 84% dan 80.4%. Akan tetapi contoh di kedua desa ini, memberikan jawaban yang berbeda untuk pernyataan berikutnya, contoh di Desa Pasindangan menyatakan selalu diberi pertolongan oleh tetangga jika menghadapi masalah (68%), sedangkan contoh di Desa Banjarsari (45.1%) menyatakan tidak mendapatkan pertolongan dari tetangga jika menghadapi masalah. Kedua contoh menjawab selalu mendapatkan bantuan keuangan dari keluarga atau sanak famili dan tidak mendapatkan bantuan keuangan dari tetangga ketika mengahadapi kesulitan, ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 48 perse dan 50 persen untuk Desa Pasindangan, sedangkan Desa Banjarsari 64.7 persen dan 49 persen. Contoh menjawab merasa tenang dalam lingkungan tempat tingal yang sesuai sebagai tempat menumbuhkembangkan anak-anak dan mendapat pertolongan dari masyarakat dimana tinggal, ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 66 persen dan 70 persen untuk Desa Pasindangan dan 60.8 persen dan 47.1 persen untuk Desa Banjarsari. Untuk pernyataan berikutnya, contoh di Desa Pasindangan (44%) menyatakan bahwa saran yang diberikan tetangga sangat membantu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, sedangkan contoh di Desa Banjarsari tidak demikian (54.9%). Berdasarkan analisis korelasi Spearman antara dukungan sosial dengan ketahanan pangan maka diperoleh hasil r = dan p>0.05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan ketahanan pangan rumahtangga. Kondisi ini diduga karena dukungan sosial yang diterima oleh contoh dominan berupa dukungan emosi, sehingga secara langsung tidak berhubungan dengan konsumsi rumahtangga sehingga tidak berhubungan signifikan dengan ketahanan pangan. Pengetahuan Gizi Tingkat pengetahuan gizi ibu diklasifikasikan ke dalam tiga klasifikasi, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Klasifikasi pengetahuan gizi ibu disajikan pada Tabel 28.

24 53 Tabel 28 Klasifikasi pengetahuan gizi Pengetahuan Gizi Pasindangan Banjarsari Total n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Jumlah Berdasarkan klasifikasi tersebut dari total contoh sebagian besar (87.1%) memiliki tingkat pengetahuan gizi rendah, 8.9 persen ibu contoh memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang dan sisanya (4%) ibu contoh memiliki pengetahuan gizi tinggi. Di Desa Pasindangan, jumlah ibu contoh yang memiliki pengetahuan gizi baik lebih sedikit daripada jumlah ibu contoh di Desa Banjarsari yaitu 2 persen dan 5.9 persen. Ibu yang memiliki pengetahuan gizi sedang dan rendah di desa Pasindangan berturut-turut sebesar 12 persen dan 86 persen, sedangkan di Desa Banjarsari ibu contoh yang memiliki pengetahuan gizi sedang dan rendah berturut-turut sebesar 5.9 persen dan 88.2 persen. Sebanyak 24 rumahtangga rawan pangan berat (92.3%) adalah rumahtangga yang tingkat pengetahuan gizi ibunya rendah. Sebanyak 4 rumahtangga rawan pangan sedang (80%) adalah rumahtangga yang tingkat pengetahuan gizi ibunya rendah. Pada rumahtangga rawan pangan ringan sebanyak 85.7 persen contoh memiliki tingkat pengetahuan gizi yang rendah, sedangkan pada rumahtangga tahan pangan, sebagian besar contoh (84.2%) merupakan rumahtangga yang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang rendah. Tabel 29 Sebaran rumahtangga berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan ketahanan pangan Pengetahuan Gizi Rawan Pangan Berat Tingkat Ketahanan Pangan Rawan Rawan Pangan Pangan Sedang Ringan Tahan Pangan Total n % n % n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Total Berdasarkan analisis korelasi Spearman diperoleh r= dan p>0.05 antara pengetahuan gizi ibu dengan ketahanan pangan rumahtangga. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi ibu dengan ketahanan pangan rumahtangga. Keadaan ini diduga terjadi karena sebagian besar contoh memilih jenis pangan yang

25 54 dikonsumsi hanya berdasarkan ketersediaan pangan yang terdapat di wilayahnya dan berdasarkan kebiasaan makan. Konsumsi Konsumsi rumahtangga dapat dinilai berdasarkan tingkat kecukupan zat gizi rumahtangga. Nilai total konsumsi zat gizi rumahtangga per hari kemudian di bagi dengan jumlah anggota rumahtangga dan dibandingkan dengan angka kecukupan zat gizi rumahtangga. Angka kecukupan zat gizi rumahtangga diperoleh dengan cara menghitung angka kecukupan zat gizi bagi masingmasing anggota rumahtangga berdasarkan WNPG 2004, kemudian dihitung ratarata angka kecukupan zat gizi setiap rumahtangga. Pada Tabel 30 berikut ini adalah sebaran tingkat kecukupan zat gizi yaitu energi (E) dan protein (P), sedangkan untuk kalsium (Ca), besi (Fe), vitamin A, dan vitamin C disajikan pada Tabel 31. Tabel 30 Tingkat kecukupan energi dan protein Zat Gizi Tingkat Kecukupan Energi Protein n % n % Defisit berat : < 70% Defisit sedang : 70-79% Defisit ringan : 80-89% Normal : % Lebih : 120% Min Max Rataan ± ± Tingkat kecukupan energi dan proteiin dikategorikan menjadi lima kelompok berdasarkan Depkes (1996) yaitu <70% (defisit berat), 70-79% (defisit sedang), 80-89% (defisit ringan), % (normal), dan 120% (lebih). Tingkat kecukupan energi rumahtangga berkisar antara 10 sampai 600 persen dengan rataan ± Dari 101 contoh, 25.7 persen rumahtangga berada dalam defisit berat (<70%), 5 persen rumahtangga berada pada kategori defisit sedang (70-79%), 5.9 persen berada pada kategori defisit ringan (80-89%), 15.8 persen berada pada kategori normal dan 47.5 persen rumahtangga berada pada kategori lebih ( 120%). Kondisi ini terjadi karena seluruh rumahtangga contoh merupakan rumahtangga petani baik petani dengan lahan milik sendiri, buruh tani, ataupun sistem maro. Mereka mampu mengakses makanan pokok dari hasil produksi maupun dari hasil alam sehingga kondisi tingat kecukupan energi ada yang

konsumsi merupakan salahsatu indikator pengukuran tingkat ketahanan pangan. Dengan demikian, bila tingkat konsumsi rumahtangga sudah terpenuhi maka

konsumsi merupakan salahsatu indikator pengukuran tingkat ketahanan pangan. Dengan demikian, bila tingkat konsumsi rumahtangga sudah terpenuhi maka 21 KERANGKA PEMIKIRAN Ketahanan pangan rumahtangga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah karakteristik rumahtangga (meliputi ukuran rumahtangga, pendidikan kepala dan ibu rumahtangga, dan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

ANALISIS JALUR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LEBAK, PROPINSI BANTEN

ANALISIS JALUR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LEBAK, PROPINSI BANTEN Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2009 4(2): 106-115 ANALISIS JALUR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LEBAK, PROPINSI BANTEN (Path Analysis: Determinant Factors of Household

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara Sumber: Chapman, D. J (2004) Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU 4.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Banjarwaru merupakan salah satu desa yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki 65 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wialayah Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan yang berlokasi pada dua Desa yaitu Desa Bumi Restu dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009 33 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16 4.1 Keadaan Wilayah Desa Sedari merupakan salah satu desa di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang. Luas wilayah Desa Sedari adalah 3.899,5 hektar (Ha). Batas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA TANJUNGSARI

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA TANJUNGSARI BAB IV GAMBARAN UMUM DESA TANJUNGSARI 4.1 Profil Desa Tanjungsari 4.1.1 Letak Geografis Desa Tanjungsari Desa Tanjungsari merupakan salah satu dari delapan Desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Sukaresik,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Demografis Desa Petir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM LOKASI 23 GAMBARAN UMUM LOKASI Bab ini menjelaskan keadaan lokasi penelitian yang terdiri dari kondisi geografis, demografi, pendidikan dan mata pencaharian, agama, lingkungan dan kesehatan, potensi wisata, pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 35 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis Desa Tegal merupakan salah satu desa dari 8 desa lainnya yang terletak di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Secara wilayah, Desa Tegal memiliki luas sekitar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah 52 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Pagelaran Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah Ripah Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. Desa Pagelaran

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Letak dan Luas Wilayah Kelurahan Pagaruyung merupakan salah satu dari sekian banyak kelurahan yang ada dikecamatan Tapung yang terbentuk dari program Transmigrasi oleh

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG

BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG 27 BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG 4.1 Kondisi Geografis dan Luas Wilayah Desa Desa Kemang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

CIRI-CIRI RUMAH TANGGA DEFISIT ENERGI DI PEDESAAN JAWA TENGAH

CIRI-CIRI RUMAH TANGGA DEFISIT ENERGI DI PEDESAAN JAWA TENGAH CIRI-CIRI RUMAH TANGGA DEFISIT ENERGI DI PEDESAAN JAWA TENGAH Oleh: Achmad Djauhari dan Supena Friyatno*) Abstrak Kelompok rumah tangga adalah sasaran utama dalam program peningkatan dan perbaikan tingkat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Desa Curug Desa Curug merupakan sebuah desa dengan luas 1.265 Ha yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI Desa Kembang Kuning terbagi atas tiga dusun atau kampung, yakni Dusun I atau Kampung Narogong, Dusun II atau Kampung Kembang Kuning, dan Dusun III atau Kampung Tegal Baru. Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 28 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Wilayah Kelurahan Pasir Mulya merupakan salah satu Kelurahan yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Dengan luas wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 29 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Rimbo Kedui 4.1.1 Letak dan Batas Kelurahan Rimbo Kedui Daerah penelitian ini adalah Kelurahan Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Karimunjawa 4.1.1. Kondisi Geografis Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) secara geografis terletak pada koordinat 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan 110 0 05 57-110

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan Desa Cisarua adalah desa yang terletak di wilayah Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar ±

Lebih terperinci

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI 33 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI 4.1 Lokasi dan Keadaan Wilayah Kelurahan Beji adalah sebuah kelurahan diantara enam kelurahan yang terdapat di Kecamatan Beji Kota Depok. Kelurahan Beji terbentuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Desa Ciparigi Wilayah Desa Ciparigi menurut data umum dan geografis merupakan salah satu desa di Kecamatan Sukadana, yang berbatasan dengan Kecamatan Cisaga dan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG

BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG A. Gambaran Umum Wilayah 1. Letak Geografis Desa Bitung jaya merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Cikupa kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Citapen 4.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Desa Citapen merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Ciawi.Secara geografis

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO 4. 1. Kondisi Geografis 4.1.1. Batas Administrasi Desa Polobogo termasuk dalam wilayah administrasi kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 24 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Wilayah Desa Parakan adalah desa yang terletak di kecamatan Ciomas, kabupaten Bogor, provinsi Provinsi Jawa Barat merupakan daerah padat penduduk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Temanggung 1. Kondisi Geografis Provinsi Jawa Tengah mempunyai dua puluh sembilan kabupaten dan enam kotamadya, salah satu kabupaten tersebut

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM. Secara visualisasi wilayah administrasi dapat dilihat dalam peta wilayah Kabupaten Lebak sebagaimana gambar di bawah ini

BAB V GAMBARAN UMUM. Secara visualisasi wilayah administrasi dapat dilihat dalam peta wilayah Kabupaten Lebak sebagaimana gambar di bawah ini 69 BAB V GAMBARAN UMUM 5.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Lebak terletak antara 6º18-7º00 Lintang Selatan dan 105º25-106º30 Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha (3.044,72 Km²) yang terdiri

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH 5.1. Kondisi Umum Kecamatan Leuwisadeng Kecamatan Leuwi Sadeng merupakan kecamatan yang terletak di Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor. Kecamatan Leuwi Sadeng terdiri dari 8

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 29 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan 4.1.1 Batas Wilayah Desa Mulyaharja terbentuk dari pemekaran Desa Sukaharja. Desa Sukaharja termasuk bagian dari Kecamatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak 4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Banten. Kabupaten Lebak beribukota di Rangkasbitung

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 19 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografi Desa Sipak merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 558 194 ha. Desa Sipak secara geografis terletak

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Ba b 3 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 3.1. Kecamatan Kuala Kampar 3.1.1. Administrasi Kecamatan Kuala Kampar terbentang seluas 1.000,39 km 2. Secara administrasi wilayah Kecamatan Kuala Kampar berbatasan dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang 1. Keadaan Fisik a. Letak 62 Kelurahan Proyonangan Utara merupakan kelurahan salah satu desa pesisir di Kabupaten Batang Provinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Letak geografis Kelurahan Way Urang dan Desa Hara Banjar Manis dapat dilihat pada tabel berikut:

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Bab ini mendeskripsikan keadaan umum wilayah penelitian dan deskripsi dan analisis tayangan iklan layanan masyarakat. Dalam penelitian ini kondisi potensi sosial

Lebih terperinci

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER 4.1. Keadaan Umum Lokasi Desa Cibaregbeg masuk wilayah Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur, yang merupakan tipologi desa dataran rendah dengan luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan untuk mengetahui lokasi dari Dusun Klegung, Desa Ngoro-oro, baik

BAB I PENDAHULUAN. lapangan untuk mengetahui lokasi dari Dusun Klegung, Desa Ngoro-oro, baik BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah Berdasarkan hasil survey dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui lokasi dari Dusun Klegung, Desa Ngoro-oro, baik melalui wawancara, curah

Lebih terperinci

P R O F I L DESA DANUREJO

P R O F I L DESA DANUREJO P R O F I L DESA DANUREJO PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG KECAMATAN MERTOYUDAN DESA DANUREJO ALAMAT :DANUREJO MERTOYUDAN MAGELANG TELP (0293) 325590 Website : danurejomty.wordpress.com Email : desadanurejo@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah dan Geografis KelurahanMaharatu Desa Swamedyaialah desa yang berkecukupan dalam hal sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dalam hal dana modal sehingga

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten 47 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten Pringsewu terletak pada 140 0 42 0-105 0 8 0 BT dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Cross sectional study dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik

Lebih terperinci

HASIL. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

HASIL. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 30 HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara umum Desa ini berupa dataran dan

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG

BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG 4.1 Kondisi Geografis dan Luas Wilayah Desa Kemang merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR. Kondisi Geografis. Struktur Kependudukan. ]. k

PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR. Kondisi Geografis. Struktur Kependudukan. ]. k 13 PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR Profil Desa Cihideung Ilir memuat informasi mengenai desa yang dijadikan tempat penelitian. Adapun informasi yang tersaji dalam bab ini adalah mengenai kondisi geografis Desa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM Gambaran Lokasi Penelitian

V. GAMBARAN UMUM Gambaran Lokasi Penelitian V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Lokasi Penelitian 5.1.1. Letak dan Keadaan Alam Kecamatan Babelan adalah kecamatan yang terletak di bagian utara Kebupaten Bekasi yang mempunyai garis pantai sepanjang 1,5

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMERINTAHAN DESA DATA POKOK DESA/KELURAHAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMERINTAHAN DESA DATA POKOK DESA/KELURAHAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMERINTAHAN DESA DATA POKOK DESA/KELURAHAN Tahun 2016 Kode Desa (PUM) 3672020011 Desa/Kelurahan MEKARSARI Kecamatan PULOMERAK Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah terjadi sejak dahulu kala. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal, kepemilikan lahan,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 24 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Kelurahan Empang merupakan kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Secara administratif, batas-batas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Desa Margosari Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu. Desa Margosari dibuka pada tahun 1953 berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kranggan, Galur, Kulon Progo. Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata telah

BAB I PENDAHULUAN. Kranggan, Galur, Kulon Progo. Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah Lokasi Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata yaitu di Padukuhan 3 Sepaten, Kranggan, Galur, Kulon Progo. Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata telah melakukan survey lapangan untuk

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN II. 1 Deskripsi Desa Muliorejo Desa Muliorejo merupakan salah satu desa / kelurahan yang berada di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DI KAMPUNG DESA BITUNG JAYA, KECAMATAN CIKUPA TANGERANG BANTEN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DI KAMPUNG DESA BITUNG JAYA, KECAMATAN CIKUPA TANGERANG BANTEN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DI KAMPUNG DESA BITUNG JAYA, KECAMATAN CIKUPA TANGERANG BANTEN A. Sejarah Kp. Bitung Jaya, Cikupa, Tangerang Banten. Asal muasal desa menurut orang tua dulu di Cikupa

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT.

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 No.Publikasi : 91080.12.37

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Dataran Tinggi Dieng kurang lebih berada di ketinggian 2093 meter dari permukaan laut dan dikelilingi oleh perbukitan. Wilayah Dieng masuk ke

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM DESA BANJARSARI

BAB IV KEADAAN UMUM DESA BANJARSARI BAB IV KEADAAN UMUM DESA BANJARSARI 4.1 Kondisi Geografis dan Luas Wilayah Desa Secara administratif, Desa Banjarsari termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat 28 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI A. Sejarah Singkat Kelurahan Way Dadi Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat berbatasan dengan wilayah Bandar Lampung maka pada

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah Dusun 003 Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo,

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah Dusun 003 Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo, 35 VI. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Pada bab ini akan disajikan hasil temuan data yang didapat dari lapangan dengan mendeskripsikan profil lokasi penelitian. Adapun

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari kesimpulan yang mencerminkan hasil yang didapatkan dari penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari kesimpulan yang mencerminkan hasil yang didapatkan dari penelitian 188 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri dari kesimpulan yang mencerminkan hasil yang didapatkan dari penelitian dan saran yang merupakan rekomendasi untuk tindak lanjut. A. Kesimpulan 1. Keluarga

Lebih terperinci

AGRIC Vol.22, No. 1, Juli 2010:67-74 PENDAHULUAN

AGRIC Vol.22, No. 1, Juli 2010:67-74 PENDAHULUAN PENDAHULUAN Ketahanan pangan merupakan pilar bagi pembentukan sumberdaya manusia dan generasi yang berkualitas yang diperiukan untuk membangun daya saing bangsa dalam era globalisasi. Ketahanan pangan

Lebih terperinci