Teori Ensambel. Bab Rapat Ruang Fase

dokumen-dokumen yang mirip
Teori Ensambel. Bab Rapat Ruang Fase

Pendahuluan. Bab Keadaan mikro dan keadaan makro. 1.2 Ruang Fase

2.7 Ensambel Makrokanonik

2.11 Penghitungan Observabel Sebagai Rerata Ensambel

n i,n,v = N (1) i,n,v Kedua, untuk nilai termperatur tertentu, terdapat energi rerata n i,n,v E i = N < E i >= N U (2) V i,n,v n i,n,v N = N N (3)

3. Termodinamika Statistik

Ensembel Kanonik Klasik

Pr { +h =1 = } lim. Suatu fungsi dikatakan h apabila lim =0. Dapat dilihat bahwa besarnya. probabilitas independen dari.

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 7, Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus. M. Satriawan Teori Relativitas

2. Deskripsi Statistik Sistem Partikel

Perumusan Ensembel Mekanika Statistik Kuantum. Part-1

Statistik + konsep mekanika. Hal-hal yang diperlukan dalam menggambarkan keadaan sistem partikel adalah:

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak

FI-5002 Mekanika Statistik SEMESTER/ Sem /2017 PR#1 : Review of Thermo & Microcanonical Ensemble Dikumpulkan :

Ensembel Grand Kanonik Klasik. Part-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VIII. Termodinamika Statistik

PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D

1/24 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) FLUIDA. menu. Mirza Satriawan. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengantar Oseanografi V

W = p V= p(v2 V1) Secara umum, usaha dapat dinyatakan sebagai integral tekanan terhadap perubahan volume yang ditulis sebagai

Analisis Distribusi Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Indonesia Menggunakan Temperatur Negatif Distribusi Boltzmann

Gerak rotasi: besaran-besaran sudut

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya.

peroleh. SEcara statistika entropi didefinisikan sebagai

DESKRIPSI, SILABUS DAN SAP MATA KULIAH FI-472 FISIKA STATISTIK

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

6. Mekanika Lagrange. as 2201 mekanika benda langit

TERMODINAMIKA MIRZA SATRIAWAN

VI. Teori Kinetika Gas

BAB III MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY

MEKANIKA NEWTONIAN. Persamaan gerak Newton. Hukum 1 Newton. System acuan inersia (diam)

MOMENTUM - TUMBUKAN FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) (+GRAVITASI) Mirza Satriawan. menu

SISTEM PENGOLAHAN ISYARAT. Kuliah 2 Sinyal Acak

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. analitik dengan metode variabel terpisah. Selanjutnya penyelesaian analitik dari

Fisika Dasar I (FI-321)

(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III OPERATOR 3.1 Pengertian Operator Dan Sifat-sifatnya

PENYELESAIAN ANALITIK PERSAMAAN MASTER UNTUK MODEL TOTALLY ASYMMETRIC EXCLUSION PROCESS (TASEP) DENGAN SATU KEKISI

HUKUM I TERMODINAMIKA

TERMODINAMIKA & FISIKA STATISTIK (Tes 3)

Atau dengan menginverse S = S(U), menjadi U=U(S), kemudian menghitung:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI Pendahuluan. 2.2 Turbin [6,7,]

BA B B B 2 Ka K ra r kt k eri r s i tik i k S is i tem Ma M kr k o r s o ko k p o i p k i Oleh Endi Suhendi

POK O O K K O - K P - OK O O K K O K MAT A ERI R FISIKA KUANTUM

Termodinamika Usaha Luar Energi Dalam

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA

Getaran Dalam Zat Padat BAB I PENDAHULUAN

BENDA TEGAR FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) Mirza Satriawan. menu. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Keunggulan Pendekatan Penyelesaian Masalah Fisika melalui Lagrangian dan atau Hamiltonian dibanding Melalui Pengkajian Newton

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Model Aliran Panas

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

Pemodelan Matematika dan Metode Numerik

FUNGSI GELOMBANG. Persamaan Schrödinger

Studi dan Implementasi Integrasi Monte Carlo

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) SEMESTER GANJIL 2012/2013

BAB IV MODEL HIDDEN MARKOV

TEOREMA FUNDAMENTAL PADA KALKULUS VEKTOR

Bab IV Persamaan Integral Batas

KONSISTENSI ESTIMATOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LANDASAN TEORI. Model ini memiliki nilai kesetimbangan positif pada saat koordinat berada di titik

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Open Source. Not For Commercial Use

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

1/32 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) KINEMATIKA. menu. Mirza Satriawan. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

BAB V IMPLEMENTASI SIMULASI MONTE CARLO UNTUK PENILAIAN OPSI PUT AMERIKA

TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n

II. LANDASAN TEORI. Definisi 1 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear) Definisi 2 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Taklinear)

II LANDASAN TEORI. ii. Constant returns to scale, yaitu situasi di mana output meningkat sama banyaknya dengan porsi peningkatan input

BAB II DASAR TEORI. A. Kemagnetan Bahan. Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet. seperti terlihat pada Gambar 2.

Perkuliahan PLPG Fisika tahun D.E Tarigan Drs MSi Jurusan Fisika FPMIPA UPI 1

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

BAB IV OSILATOR HARMONIS

MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA

BAB III METODE PENELITIAN

Teorema Divergensi, Teorema Stokes, dan Teorema Green

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

FISIKA DASAR HUKUM-HUKUM TERMODINAMIKA

PARTIKEL DALAM SUATU KOTAK SATU DIMENSI

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD.

II. LANDASAN TEORI ( ) =

Chap. 8 Gas Bose Ideal

Transkripsi:

Bab 2 Teori Ensambel 2.1 Rapat Ruang Fase Dalam bagian sebelumnya, kita telah menghitung sifat makroskopis dari suatu sistem terisolasi dengan nilai E, V dan N tertentu. Sekarang kita akan membangun suatu formalisme yang lebih umum yang dapat digunakan untuk menggambarkan sistem terisolasi dan jenis sistem yang lain, yaitu sistem tertutup dan terbuka. Dalam sebuah keadaan makro, sebuah sistem mungkin dapat terwujudkan oleh sejumlah besar keadaan mikro. Dalam sistem terisolasi, semua keadaan mikro tersebut berada pada permukaan energi dan kesemua keadaan mikro ini secara prinsip telah diasumsikan memiliki kebolehjadian yang sama. Jadi telah diasumsikan bahwa semua keadaan mikro pada permukaan energi dari suatu sistem terisolasi memiliki probabilitas yang sama. Asumsi ini adalah postulat dasar dari mekanika statistik. Untuk sistem yang tidak terisolasi, dapat saja terjadi bahwa keadaan-keadaan mikro dengan energi tertentu lebih besar atau lebih kecil probabilitas terwujudnya dibanding keadaan-keadaan mikro dengan energi yang lain. Sehingga keadaan mikro tidak lagi dianggap memiliki probabilitas yang sama, tetapi harus dikalikan dengan suatu fungsi bobot ρ(q i, p i ) yang bergantung pada energi keadaan tersebut. Jadi untuk setiap titik ruang fase (q i, p i ), terdapat suatu fungsi bobot ρ(q i, p i ) yang diinterpretasikan sebagai rapat probabilitas bagi sistem makro untuk mencapai keadaan titik ruang fase tersebut. Dalam teori ensambel diasumsikan bahwa semua kuantitas termodinamik dari suatu keadaan fisis dapat dituliskan sebagai rerata ensambel dari suatu besaran mikroskopik yang bersesuaian f(q i, p i ). Kita tidak hanya harus menentukan rapat ruang fase untuk suatu sistem yang tidak terisolasi, tetapi juga mencari fungsi f(q i, p i ) yang terkait dengan suatu besaran makroskopik tertentu. Untuk suatu sistem yang terisolasi, ρ akan lenyap diluar permukaan energi, dan akan bernilai konstan pada permukaan energi. Rapat probabilitas ρ disebut juga dengan rapat ruang fase, dan nilainya dipilih dinormalkan sama dengan 11

12 BAB 2. TEORI ENSAMBEL satu (sesuai interpretasinya sebagai probabilitas) sehingga d 3N qd 3N p ρ(q i, p i ) = 1 (2.1) Untuk sebarang observabel f(q i, p i ), secara umum kita dapat memperoleh nilai rerata < f > yang mana setiap keadaan mikro (q i, p i ) menyumbang sesuai dengan bobotnya ρ(q i, p i ) < f >= d 3N q d 3N p f(q i, p i )ρ(q i, p i ) (2.2) Karena setiap titik di ruang fase (q i, p i ) dapat diidentifikasikan dengan sebuah kopi dari sistem dengan keadaan mikroskopik tertentu, maka pers. (2.2) tidak lain adalah rerata meliputi suatu set kopi identik sistem semacam itu, atau meliputi seluruh anggota ensambel. Sehingga kuantitas < f > disebut sebagai rerata ensambel dari kuantitas f. Untuk sistem yang terisolasi, ρ diberikan oleh ρ mk (q i, p i ) = 1 σ δ(e H(q i, p i )) (2.3) Fungsi δ di atas menjamin bahwa semua titik yang tidak berada di permukaan energi dengan luas σ(e) memiliki bobot 0, sedangkan faktor σ adalah faktor penormalisir. Rapat ruang fase untuk suatu sistem teriosolasi terkait dengan suatu ensambel yang disebut sebagai ensambel mikrokanonik (dinotasikan dengan indek mk). Sistem lain tentu miliki rapat ruang fase yang berbeda, yang harus dihitung terlebih dahulu. Untuk perhitungan-perhitungan praktis, karena keberadaaan fungsi δ, persamaan (2.3) menjadi sangat menyulitkan. Untuk itu akan lebih mudah untuk menuliskannya sebagai { konstan, E H(q i, p i ) E + E ρ mk = (2.4) 0, selainnya Konstanta dalam persamaan di atas ditentukan dari normalisasi d 3N q d 3N p ρ mk = konstanta d 3N qd 3N p = 1 (2.5) E H(q i,p i) E+ E Integral ini, secara pendekatan tidak lain adalah pers. (1.23), sehingga konstanta = (Ω(E, V, N)h 3N ) 1 (2.6) Karena faktor h 3N seringkali muncul, mulai sekarang faktor ini akan diikutsertakan dalam definisi dari elemen volume ruang fase. Sehingga sekarang berlaku 1 h 3N d 3N qd 3N p ρ(q i, p i ) = 1 (2.7)

2.2. HIPOTESA ERGODIK 13 dan < f >= d 3N qd 3N p ρ(q i, p i )f(q i, p i ) (2.8) Definisi semacam ini lebih baik, karena sekarang rapat ruang fase adalah suatu besaran yang tak berdimensi. Rapat ruang fase untuk ensambel mikrokanonik yang ternormalisir (tanpa koreksi Gibbs) menjadi ρ mk = { 1 Ω, E H(q i, p i ) E + E 0, selainnya (2.9) 2.2 Hipotesa Ergodik Dalam bagian ini akan ditinjau lebih dalam mengenai konsep rerata ensambel. Sampai saat ini, kita telah mulai dari suatu asumsi dasar yang tidak dapat langsung dijabarkan dari mekanika klasik. Padahal di sisi lain, penyelesaian persamaan gerak Hamiltonan dari suatu sistem (q i (t), p i (t)) sebagai fungsi waktu, seharusnya menentukan secara unik semua observabel yang mungkin untuk sistem. Akan tetapi ketergantungan waktu dari lintasan ruang fase, tidaklah begitu penting dalam konsep rerata ensambel. Sebaliknya kita hanya perlu mengkaitkan suatu probabilitas untuk setiap titik ruang fase (q i, p i ). Dalam keadaan setimbang termal, semua besaran termodinamik tidak gayut terhadap waktu. Sehingga secara prinsip, kuantitas-kuantitas termodinamik ini dapat dihitung sebagai rerata waktu dari lintasan ruang fase, yaitu f = lim T T o dtf(q i (t), p i (t)) (2.10) ketergantungan waktu dari (q i (t), p i (t)) ditentukan oleh persamaan gerak Hamilton. Rerata waktu sepanjang lintasan ruang fase bukan merupakan hal yang esensial, sebab untuk menghitungnya solusi lengkap dari persamaan gerak harus diketahui. Akan tetapi, secara prinsip penting. Yaitu, bila seseorang dapat membuktikan secara matematis bahwa rerata waktu secara esensial mengarah kepada hasil yang sama denga rerata ensambel, maka asumsi dasar mekanika statistik dapat memiliki landasan pemikiran dasar secara mikroskopis. Rerata waktu f dan rerata ensambel < f > untuk sistem yang terisolasi dengan nilai energi tertentu, akan bernilai sama bila setiap titik di permukaan energi dilewati dengan jumlah yang sama oleh lintasan ruang fase. Kondisi ini, yang diperkenalkan oleh Boltzman di tahun 1871, disebut dengan hipotesa ergodik. Dalam kasus ini, rerata terhadap waktu akan dengan tepat sama dengan rerata terhadap semua titik di permukaan energi, dan dapat dibenarkan untuk menganggap setiap titik di permukaan energi memiliki bobot yang sama. Sebagai contoh adalah sistem osilator harmonis satu dimensi. Untuk setiap periodenya setiap titik di permukaan energi akan dilewati satu kali. Sayangnya untuk sistem berdimensi tinggi, dengan permukaan energi berdimensi tinggi, dapat dibuktikan secara matematis bahwa lintasan ruang fase secara prinsip tidak akan dapat melintasi semua titik di permukaan energi. Alasan untuk ini

14 BAB 2. TEORI ENSAMBEL adalah karena persamaan gerak Hamilton selalu memiliki suatu penyelesaian unik, sehingga lintasan ruang fase tidak akan pernah melintasi dirinya sendiri, sedangkan di sisi lain tidak akan mungkin memetakan secara bijektif (secara satu - satu) interval (lintasan) satu dimensi ke permukaan berdimensi tinggi. Walaupun begitu untuk membuktikan kesamaan antara rerata waktu dan rerata ensambel, tidak perlu semua titik terlewati oleh lintasan ruang fase. Cukup bila lintasan ruang waktu dapat lewat cukup dekat sekali dengan setiap titik ruang fase. Asumsi ini disebut sebagai hipotesis kuasi ergodic. Sayangnya sampai saat ini semua usaha untuk mendasarkan ensambel teori pada mekanika klasik telah gagal, sehingga asumsi-asumsi fisika statistik harus kita tetapkan secara aksiomatik (diterima sebagai suatu kebenaran). 2.3 Teorema Lioville Dalam bagian ini kita akan meninjau dinamika dari rapat ruang fase, yang terrangkum dalam teorema Lioville. Rerata ensambel untuk sebuah sistem yang setimbang termodinamik harus independen terhadap waktu, maka rapat ruang fase tidak boleh secara eksplisit bergantung pada waktu. Ensambel seperti ini ( ρ/ t = 0) disebut sebagai ensambel yang stasioner. Akan tetapi konsep ruang fase dapat juga digunakan untuk mendeskripsikan proses dinamik. Untuk itu kita membolehkan ketergatungan waktu secara eksplisit pada rapat ruang fase ρ(q i, p i, t), walau untuk termodinamika kita hanya membutuhkan ensambel yang tak tergantung pada waktu. Bila suatu saat t 0 suatu sistem berada pada suatu keadaan mikro (q i, p i ), maka dengan berjalannya waktu sistem ini akan berevolusi ke keadaan mikro yang lain (q i (t), p i (t)). Sepanjang lintasan ruang fase, rapat ruang fasenya berubah dengan waktu. Perubahannya dapat secara umum dituliskan sesuai pers. (1.4) d dt ρ(q i(t), p i (t), t) = t ρ(q i(t), p i (t), t) + {ρ, H} (2.11) Tinjau suatu volume ruang fase ω. Setiap titik ruang fase dari volume ini akan menjadi titik awal dari lintasan ruang fase. Dengan berjalannya waktu, semua sistem akan bergerak ke titik-titik ruang fase yang berbeda, memetakan seluruh volume ω pada saat t ke volume ω pada saat t. Dalam proses ini, tidak ada titik yang hilang dan tidak ada titik yang terbentuk (karena keadaan mikro sistem tidak mungkin tiba-tiba hilang atau tiba-tiba terbentuk). Sehingga proses pemetaan ini dapat diinterpretasikan sebagai aliran dari suatu fluida yang tak termampatkan. Kelajuan sistem mengalir keluar dari suatu volume berhingga ω diberikan oleh fluks yang melalui permukaan pembatas volume dωρ = ρ ( v n)dσ (2.12) t ω σ

2.4. ENSAMBEL MIKROKANONIK 15 dengan v adalah kecepatan fluida, yang diberikan oleh vektor ( q i, p i ). Menurut hukum Gauss, pers. (2.12) dapat ditulis sebagai ( ) dω t ρ + (ρ v) = 0 (2.13) D mana divergensi di atas adalah ω (ρ v) = 3N i=1 ( (ρq i + ) (ρp i ) q i p i (2.14) Sehingga sepanjang lintasan ruang fase, persamaan kontinuitas berlaku + (ρ v) = 0 (2.15) t Di sisi lain, dari pers. (1.1), dengan menggunakan persamaan gerak Hamiltonan, kita dapatkan )) (ρ v) = q i + ρ p i + ρ + pi p i (2.16) atau = 3N i=1 3N ( ρ i=1 q i p i ( qi q i ( ) ρ H q i p i ρ H p i q i + 3N i=1 ( 2 H q i p i ) 2 H p i q i (2.17) (ρ v) = {ρ, H} (2.18) karena suku terakhir pada pers. (2.16)lenyap. Sehingga kita dapatkan ρ t = ρ + {ρ, H} = 0 (2.19) t Derivatif waktu total dari rapat ruang fase lenyap sepanjang lintasan ruang fase. Inilah teorema Lioville (1838). Untuk ensambel stasioner, yang tidak bergantung secara eksplisit terhadap waktu ( ρ/ t = 0), sehingga diperoleh {ρ, H} = 3N i=1 ( ρ q i H p i ρ p i H q i ) = 0 (2.20) Seperti yang kita ketahui dari mekanika klasik, ini berarti bahwa ρ adalah konstanta gerak dan hanya bergantung pada kuantitas yang kekal. Sebagai contoh, ρ(h(q i, p i )) memenuhi pers. (2.20). 2.4 Ensambel mikrokanonik Dalam bagian ini kita akan membuktikan bahwa untuk sistem yang terisolasi, rapat ruang fase yang konstan pada permukaan energi adalah yang paling terbolehjadi untuk sistem tersebut. Metode yang kita gunakan nantinya juga akan berguna untuk menjabarkan rapat probabilitas sistem lainnya.

16 BAB 2. TEORI ENSAMBEL Kita tinjau N kopi identik dari sebuah sistem terisolasi (sebuah ensambel), yang masing-masingnya dengan kuantitas makroskopik keadaan (E, V, N). Perhatikan perbedaan antara N dengan jumlah partikel N dalam sistem. Setiap sistem dari N adalah suatu sistem pada saat tertentu dan berada dalam keadaaan mikro tertentu (q i, p i ). Secara umum keadaan mikro ini berbeda satu sama lain, tetapi kesemuanya berada pada permukaan energi. Sekarang permukaan energi kita bagi kedalam elemen-elemen permukaan dengan luas yang sama, σ i, yang kita beri nomer. Setiap elemen permukaan ini mengandung sejumlah n i sistem (sub ensambel). Bila kita memilih elemen permukaannya cukup kecil, maka setiap elemen terkait dengan satu keadaan mikro. Tinjau suatu σ i, yang mengandung n i buah keadaan mikro (sistem). Untuk keseluruh tentunya terpenuhi N = i n i (2.21) Jumlah sistem n i dalam suatu elemen permukaan tertentu σ i terkait dengan bobot keadaan mikro tersebut dalam ensambel. Kuantitas n i /N dapat diinterpretasikan sebagai probabilitas suatu keadaan mikro i di σ i. Probabilitas p i = n i /N terkait dengan ρ(q i, p i )d 3N qd 3N p dalam formulasi kontinu. Distribusi tertentu {n 1, n 2, dots} dari N sistem di elemen-elemen permukaan dapat dicapai melalu beberapa cara yang berbeda. Bila kita melabeli N sistem, misalkan untuk N = 5 dengan 4 elemen permukaan, dengan n 1 = 2, n 2 = 2, n 3 = 1 dan n 4 = 0, maka ada banyak kemungkinan konfigurasi yang beda, sebagiannya sebagai berikut n 1 = 2 n 2 = 2 n 3 = 1 n 4 = 0 1,2 3,4 5 1,3 2,5 4 2,5 1,4 3 Penghitungan total jumlah konfigurasi untuk suatu distribusi tertentu {n i } hanyalah masalah kombinatorial. Ada N! beda cara untuk melabeli sistemsistem yang ada, tetapi untuk setiap cara ada n i! pertukaran di setiap sel ruang fase yang tidak memberi kasus yang berbeda, seperti misalnya di atas, bila sistem berlabel 1 dan 2 di sel nomer 1 dipertukarkan, jelas tidak ada perubahan. Sehingga total jumlah konfigurasi w{n i } untuk menghasilkan suatu distribusi tertentu {n i } diberikan oleh w{n i } = N! i n i! (2.22) Sekarang kita akan mencari jumlah probabilitas W t ot{n i } untuk mendapatkan suatu distribusi {n i } pada elemen permukaan σ i. Misalkan ω i dalah probabilitas mendapatkan sebuah sistem ada pada elemen permukaan σ i, maka probabilitas untuk mendapatkan n i buah sistem di σ i adalah (ω i ) ni, ini karena sistem dalam ensambel independen secara statistik satu dari yang

2.4. ENSAMBEL MIKROKANONIK 17 lainnya. Sehingga W tot {n i } = N!(ω i) ni i n (2.23) i! Untuk mendapatkan distribusi yang paling besar kemungkinannya untuk terwujud {n i } dari N sistem, maka kita harus menentukan nilai maksimum dari pers. (2.23). Bentuk pers. (2.23) kurang menguntungkan, sehingga tidak begitu mudah untuk mencari nilai maksimumnya. Untuk itu kita akan mencari maksimum dari ln W tot {n i } yang secara prinsip sama dengan maksimum dari W tot {n i }. Untuk N, semua n i, sehingga semua faktor pada logaritma pada pers. (2.23) dapat didekati dengan pendekatan Stirling ln n! n ln n n. ln W tot = ln N + i (n i ln ω i ln n i!) = N ln N N + i (ln n i ln ω i (n i ln n i n i )) (2.24) Untuk memaksimalkannya maka total diferensialnya harus lenyap, sehingga d ln W tot = i (ln n i ln ω i )dn i = 0 (2.25) akan tetapi karena {n i } terkait satu dengan yang lain melalui pers. (2.21), maka kita harus menggunakan metode pengali Lagrange, dengan menambahkan differensial dari pers. (2.21) λdn = λ i dn i = 0 (2.26) sehingga, setelah digabung dengan pers. (2.25), menghasilkan syarat (ln n i ln ω i λ)dn i = 0 (2.27) i sebagai kondisi untuk memaksimalkan ln W tot. Karena sekarang dn i sudah saling independen, maka untuk setiap koefisiennya kita dapatkan syarat ln n i = λ + ln ω i (2.28) atau berarti n i = ω i e λ = konstan (2.29) Persamaan (2.29) menunjukkan bahwa jumlah sistem n i dalam suatu elemen permukaan σ i sebanding dengan probabilitas ω i, sehingga sebanding dengan probabilitas mendapatkan sebuah sistem dalam σ i. Salah satu asumsi dasar dari fisika statistik adalah bahwa semua keadaan mikro (semua titik dalam ruang fase) secara prinsip adalah sama sehingga, terlepas dari raat ruang fase yang telah menampung probabilitas keterwujudannya, setiap titik harus memiliki probabilitas ω i yang sama. Jadi ω i sebanding dengan elemen permukaan σ i. Ini berarti probabilitas ω i untuk mendapatakan

18 BAB 2. TEORI ENSAMBEL sebuah sistem di elemen permukaan i sebanding dengan ukuran σ i. Bila semua elemen permukaan dipilih dengan ukuran luas yang sama, dan amat kecil, maka jumlah sistem n i harus sama di semua elemen permukaan. Jadi telah terbuktikan bahwa untuk ensambel mikrokanonik, rapat ruang fase yang konstan pada permukaan energi adalah kemungkinan yang paling besar. 2.5 Entropi sebagai rerata ensambel Kita belum menentukan fungsi f(q i, p i ) yang mana yang harus dipilih untuk menghitung kuantitas termodinamik tertentu sebagai rerata ensambel. Untuk ensambel mikrokanonik, dapat ditunjukkan bahwa hubungan antara termodinamik dan ensambel, diberikan lewat entropi. Pertama-tama, rapat ruang fase mikrokanonik diberikan oleh ρ mc = { 1 Ω E H(q i, p i ) E + E 0 selainnya (2.30) kita juga ingat bahwa entropi diberikan oleh S(E, V, N) = k ln Ω(E, V, N). (2.31) Sehingga secara formal dapat ditulis S(E, V, N) = 1 h 3N d 3N q d 3N p ρ mc (q i, p i )( k ln ρ mc (q i, p i )) (2.32) Untuk membuktikannya, masukkan pers. (2.30) ke dalam pers. (2.32) S(E, V, N) = 1 h 3N d 3N q d 3N p 1 Ω ( k ln 1 Ω ) (2.33) karena integrannya konstan maka S(E, V, N) = 1 Ω k ln 1 1 Ω h 3N Sehingga dapat dituliskan E H(q i,p i) E+ E E H(q i,p i) E+ E d 3N q d 3N p = k ln Ω (2.34) S =< k ln ρ > (2.35) Jadi entropi adalah rerata ensambel dari logaritma rapat ruang fase.