BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE ANALISIS

Lampiran 1 - Prosedur pemodelan struktur gedung (SRPMK) untuk kontrol simpangan antar tingkat menggunakan program ETABS V9.04

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Rancangan Pintu Air dari Bahan Fiberglass

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK

BAB V FONDASI RAKIT. Fondasi rakit merupakan bagian bawah struktur yang berbentuk rakit melebar keseluruh bagian dasar bangunan.

JURNAL LOGIKA, Volume XII, No 3 Tahun 2014 ISSN : KESTABILAN KOLOM DENGAN METODE SNI DAN PPBBI 1984

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III ANALISA TEORETIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya

Perencanaan Konstruksi Dinding Penahan Tanah pada Underpass PTC, Surabaya ABSTRAK PENDAHULUAN

ANALISIS PERUBAHAN LUASAN AREAL PERTANAMAN DAERAH IRIGASI UPT-1 SUNGAI PAKU BERDASARKAN DEBIT AIR PADA SALURAN PRIMER BENDUNGAN SUNGAI PAKU

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis

Solusi Treefy Tryout OSK 2018

PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR

Pertemuan ke-3 Persamaan Non-Linier: Metode ½ Interval (Bisection) 27 September 2012

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

METHOD OF CALCULATIONS FOR THE DEFLECTIONS, MOMENTS AND SHEARS ON CAKAR AYAM SYSTEM TO DESIGN CONCRETE ROAD PAVEMENTS

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM

Alternatif jawaban soal uraian

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011)

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB 4 KAJI PARAMETRIK

BAB III ESTIMASI PARAMETER PADA MODEL REGRESI LOGISTIK 2-LEVEL. Model hirarki 2-level merupakan model statistik yang digunakan untuk

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI

Kriptografi Visual Menggunakan Algoritma Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gambar Sampul

ANALISA PELAT LANTAI DUA ARAH METODE KOEFISIEN MOMEN TABEL PBI-1971

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA

E /2 bata D C /2 bata 1 B Y X A. 6.5m 6.5m 6.5m 6.5m I II III IV V RANGKA TIPIKAL ARAH-X

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan

IMPLEMENTASI PANORAMIC IMAGE MOSAIC DENGAN METODE 8 PARAMETER PERSPECTIVE TRANSFORMATION

KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang

BAB V PERENCANAAN TEKNIS RINCI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

1. Penyearah 1 Fasa Gelombang Penuh Terkontrol Beban R...1

Persamaan Garis Singgung. Disusun Oleh: Anang Wibowo, S.Pd

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup

METODE ITERASI TIGA LANGKAH DENGAN ORDE KONVERGENSI LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR BERAKAR GANDA ABSTRACT

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN LENGKUNG RANGKA BAJA DUA TUMPUAN BENTANG 120 METER Razi Faisal 1 ) Bambang Soewarto 2 ) M.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

PERSAMAAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo

DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON DAN SNI GEMPA

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG

BAB III LANDASAN TEORI

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR

Trihanyndio Rendy Satrya (Mhs S2 Geoteknik FTSP ITS) DR. Ir. Ria Asih Aryani Soemitro, M Eng (Dosen Pembimbing)

KAJIAN PERBANDINGAN RESPON BANGUNAN PADA RANGKA BETON PEMIKUL MOMEN DENGAN METODE GAYA LATERAL EKIVALEN DAN RESPON SPEKTRUM

KAJI NUMERIK PORTABLE PORTABLE COLD STORAGE TERMOELEKTRIK TEC

BAB 2 LANDASAN TEORI

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016

BAB 2 PEMODELAN PUTARAN TURBIN GENERATOR PLTN

Model Produksi dan Distribusi Energi

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

Persamaan Schrödinger dalam Matriks dan Uraian Fungsi Basis

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BUKU 3 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BADAN PUSAT STATISTIK

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningrum*, Imam Santoso**, R.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan, fabrikasi dan pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di

KUANTIFIKASI JENIS KAYU BERDASARKAN SIFAT ELEKTRIK QUANTIFICATION THE TYPES OF WOOD BASED ELECTRICAL PROPERTIES

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BILANGAN PRIMA : PERKEMBANGAN DAN APLIKASINYA

Uji Rank Mann-Whitney Dua Tahap

BAB III LANDASAN TEORI. dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

MOMENTUM SUDUT DAN ROTASI BENDA TEGAR

BAB IV ANALISA STRUKTUR

User-Based Collaborative Filtering Dengan Memanfaatkan Pearson- Correlation Untuk Mencari Neighbors Terdekat Dalam Sistem Rekomendasi

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

PERENCANAAN DIMENSI SALURAN DRAINASE KAWASAN PABRIK PT. SINAR ALAM PERMAI KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN

PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG SANTIKA HOTEL BEKASI DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1)

BAB 21. INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 )

THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA

Transkripsi:

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa pelat lantai gedung rawat inap RSUD Surodinawan Kota Mojokerto dengan enggunakan teori garis leleh ebutuhkan beberapa tahap perhitungan dan analsis aitu perhitungan oen noinal pelat, penentuan kondisi perletakan, penentuan pola garis leleh, analisis teori garis leleh dengan etode kerja virtual, kontrol keaanan pelat terhadap kondisi batas pelat dan oen batas pelat 4. Perhitungan Moen Noinal Pelat Analisis teori garis leleh dengan etode kerja virtual ebutuhkan nilai oen dala penelesaian persaaanna. Dala penelitian ini, oen ang dipakai adalah oen noinal (Mn). Hal ini disebabkan oen noinal (Mn) eiliki nilai lebih besar daripada oen ultiit (Mu). Hal ini juga diaksudkan untuk eberikan faktor keaanan. 4.. Moen Noinal Pelat di Lapangan Berikut adalah contoh perhitungan oen untuk pelat dengan tpe A: Tpe : A Tebal : c Seliut beton : c (sesuai dengan SNI 03-487- 00 untuk beton ang tidak berhubungan langsung dengan cuaca atau tanah) Tulangan Lapangan : arah x 0-50: 3,4 c arah 0-300:,6 c a. Menghitung oen tahanan penapang arah x Menghitung tinggi efektif dari persaaan.: d = h 0,5 Φ tulangan tarik seliut beton 8

9 d 0,5 d = 9,5 c (4.) Menghitung a dari persaaan.: a c a 0, 85c (4.) Menghitung tegangan tekan dari persaaan.3 C 0,85 f c a b C 0,85(5) a 00 C 95a kg (4.3) Menghitung tegangan tarik dari persaaan.4 T As f T ( 3,4) 400 T 7536 kg (4.4) Dengan keseibangan H = 0 aka C T (4.5) Persaaan 4.3 dan 4.4 disubtitusikan ke persaaan 4.5. Persaaan 4.5 enjadi: C T

30 95 a 7536 a 7536 95 a 0, 394 c (4.6) Menghitung lengan oen Z dari persaaan.5. Persaaan 4. dan 4.6 disubtitusikan ke Persaaan.5. Z d a Z 9,5 (0,394) Z 9, 303 c (4.7) Menghitung oen noinal (Mn) per eter dari Persaaan.6. Persaaan 4.4 dan 4.7 disubtitusikan ke Persaaan.30 M n M n T Z 75369,303 M n 7007,308 kgc/ M n 70,073 kg/ (4.8) b. Menghitung oen noinal arah Menghitung tinggi efektif dari persaaan.: d = h 0,5 Φ tulangan tarik Φ tulangan tarik arah x - seliut beton d 0,5

3 d = 8,5 c (4.9) Menghitung a dari persaaan.. a c a 0, 85c (4.0) Menghitung tegangan tekan dari persaaan.3 C 0,85 f c a b C 0,85(5) a 00 C 95a kg (4.) Menghitung tegangan tarik dari persaaan.4 T As f T (,6) 400 T 688 kg (4.) Dengan keseibangan H = 0 aka C T Persaaan 4. dan 4. disubtitusikan ke Persaaan 4.5. Persaaan 4.5 enjadi: C T

3 95 a 688 a 688 95 a 0, 39 c (4.3) Menghitung lengan oen Z dari persaaan.5. Persaaan 4.9 dan 4.3 disubtitusikan ke Persaaan.5. Z d a Z 8,5 (0,39) Z 8, 336 c (4.4) Menghitung oen noinal (Mn) per eter dari persaaan.6. Persaaan 4. dan 4.4 disubtitusikan ke Persaaan.6 M n M n T Z 6888,336 M n 544, 37 kgc M n 54, 43 kg (4.5) Hasil perhitungan oen noinal lapangan dari julah tulangan ajng terpasang untuk asing-asing tipe pelat ditabelkan dala Tabel 4. (lihat Lapiran Tabel ). Moen noinal pelat hana dipengaruhi oleh luas tulangan, utu tulangan, utu beton dan tebal pelat. Sehingga besarna oen noinal tidak berpengaruh pada bentuk tipe-tipe pelat ang ada. Tebal pelat rencana ang diiliki besar ang saa asing-asing tipe pelat aitu c dan tulangan arah x dan ang terpasang

33 berjulah saa pada setiap tipe pelat. Ini disebabkan tulangan pelat hana eneruskan dari pelat sebeluna sehingga hasil perhitungan untuk oen noinal di lapangan adalah nilai oen noinal lapangan untuk seua tipe pelat dala penelitian ini. 4.. Moen Noinal Pelat di Tupuan Dari data sekunder aitu data shop drawing (lihat Lapiran Gabar), kondisi tupuan terpasang tulangan susut pada arah. Tulangan susut ang terpasang pada tupuan tidak berpengaruh terhadap penabahan oen noinal pelat pada tupuan. Sehingga oen noinal pelat di tupuan hana ditibulkan akibat tulangan pokok saja. Berikut adalah contoh perhitungan oen untuk pelat dengan tpe A: Tpe : A Tebal : c Seliut beton : c (sesuai dengan SNI 03-487- 00 untuk beton ang tidak berhubungan langsung dengan cuaca atau tanah) Tulangan tupuan : arah x 0-5: 6,8 c arah 0-50: 5,4 c a. Perhitungan oen noinal arah x Menghitung tinggi efektif dari persaaan.: d = h 0,5 Φ tulangan tarik seliut beton d 0,5 d = 9,5 c (4.6)

34 Menghitung a dari persaaan.: a c a 0, 85c (4.7) Menghitung tegangan tekan dari persaaan.3: C 0,85 f c a b C 0,85(5) a 00 C 95a kg (4.8) Menghitung tegangan tarik dari persaaan.4: T As f T ( 6,8) 400 T 507 kg (4.9) Dengan keseibangan H = 0 aka, C T Persaaan 4.8 dan 4.9 disubtitusikan ke persaaan 4.5. Persaaan 4.5 enjadi: C T 95 a 507

35 a 507 95 a 0, 788 c (4.0) Menghitung lengan oen Z dari persaaan.5. Persaaan 4.6 dan 4.0 disubtitusikan ke persaaan.5: Z d a Z 9,5 (0,788) Z 9, 06 c (4.) Menghitung oen noinal (Mn) per eter dari persaaan.6. Persaaan 4.9 dan 4. disubtitusikan ke persaaan.6: M n M n T Z 5079,06 M n 3745,03 kgc/ M n 37,450 kg/ b. Menghitung oen noinal arah Menghitung tinggi efektif dari persaaan.: (4.) d = h 0,5 Φ tulangan tarik Φ tulangan tarik arah x - seliut beton d 0,5 d = 8,5 c (4.3) Menghitung a dari persaaan.:

36 a c a 0, 85c (4.4) Menghitung tegangan tekan dari persaaan.3 C 0,85 f c a b C 0,85(5) a00 C 95a kg (4.5) Menghitung tegangan tarik dari persaaan.4 T As f T ( 5,4) 400 T 576 kg (4.6) Dengan keseibangan H = 0 aka, C T Persaaan 4.5 dan 4.6 disubtitusikan ke persaaan 4.5. Persaaan 4.5 enjadi: C T 95 a 576

37 a 576 95 a 0, 658 c (4.7) Menghitung lengan oen Z dari persaaan.5. Persaaan 4.3 dan 4.7 disubtitusikan ke persaaan.5: Z d a Z 8,5 (0,658) Z 8, 7 c (4.8) Menghitung oen noinal (Mn) per eter dari persaaan.6. Persaaan 4.6 dan 4.8 disubtitusikan ke persaaan.6 M n M n T Z 5768,7 M n 076,06 kgc/ M n 07,6 kg/ (4.9) Hasil perhitungan oen noinal di tupuan dari julah tulangan ang terpasang untuk asing-asing tipe pelat ditabelkan pada Tabel 4. (lihat Lapiran Tabel). Hal ang saa dengan oen noinal di lapangan, besarna oen noinal di tupuan tidak dipengaruhi bentuk pelat ang bervarian dan sapel pelat eiliki tebal pelat ang saa. Sehingga hasil perhitungan oen noinal di tupuan pelat dapat dipakai untuk seua tipe pelat ang ada dala penelitian ini.

38 4. Penentuan Kondisi Perletakan Pelat Penentuan kondisi perletakan pelat penting dala teori garis leleh. Perletakan ang berbeda di sisi pelat dapat enebabkan perlakuan ang berbeda pada pelat dan enghasilkan oen noinal ang berbeda. Perletakan pelat akan dinotasikan sesuai dengan Tabel.. Pada seua sapel pelat ang ada, perletakan akan diasusikan. Sesuai dengan subbab 3..5, perletakan pelat diasusikan jepit. Berikut ini adalah hasil penentuan kondisi perletakan pelat asing-asing tpe: (a) (b) (c) (d) Suber: Hasil Analisis Sendiri Gabar 4.a Asusi Perletakan Pelat Masing-Masing Tipe

39 (e) (f) (g) (h) (i) (j) Suber: Hasil Analisis Sendiri Gabar 4.b Asusi Perletakan Pelat Masing-Masing Tipe

40 (k) Suber: Hasil Analisis Sendiri Gabar 4.c Asusi Perletakan Pelat Masing-Masing Tipe 4.. Perhitungan nilai fixit ratio (i) pelat Perletakan pelat ang berjenis jepit eiliki fixit ratio akibat oen tupuan. Nilai oen noinal di lapangan dan tupuan didapat dari Tabel 4. dan Tabel 4. (lihat Lapiran Tabel) sebagai berikut: a. Mu lapangan: arah x sebesar 70,073 kg/ dan arah sebesar 54,43 kg/ b. Mu tupuan: arah x sebesar 37,450 kg/ dan arah sebesar 07,6 kg/ sehingga nilai fixit ratio (i) dapat dihitung dengan enggunakan persaaan.. Perhitungan nilai fixit ratio (i) sebagai berikut: arah x: i x i x n 37,450 kg 70,073 kg i,958 x (4.30) arah

4 i i i n 07,6 kg 54,43 kg,96 (4.3) Nilai fixit ratio (i) dari perhitungan arah x sebesar,958 dan arah sebesar,96. Menurut Gunawan dan Margaret (99), nilai fixit ratio ang dihasilkan perletakan digolongkan dala perletakan jepit sepurna aitu nilai fixit ratio (i) antara,5. Nilai fixit ratio (i) ang akan dipakai seua tipe pelat dala penelitian ini untuk analisis kerja virtual adalah nilai fixit ratio (i) dari perhitungan arah x aitu sebesar,958. Ini disebabkan dala perhitungan seua oen noinal arah baik di lapangan dan tupuan diubah ke dala oen arah x lapangan pada tahap akhir perhitungan. 4.. Perhitungan nilai μ transforasi affine Seua sapel tipe pelat ang dipakai dala penelitian ini bersifat ortotropis. Ini dibuktikan dari perbedaan julah tulangan terpasang antara arah x dan. Untuk eperudah perhitungan, pelat ortotropis diubah ke pelat isotropis dengan transforasi affine. Nilai rasio μ untuk sapel asing-asing tipe pelat didapat dari persaaan 4.7. Nilai oen ang dipakai adalah nilai oen noinal pelat baik arah x dan. Perhitungan rasio μ adalah sebagai berikut: Nilai rasio μ dari oen lapangan enggunakan persaaan.5: x 54,43 70,073 (.9)

4 0,748 (4.3) Nilai rasio μ dari oen tupuan enggunakan persaaan.5: x 07,6 37,450 0,749 (4.33) Nilai rasio μ didapat dari oen lapangan sebesar 0,748 dan dari oen tupuan sebesar 0,749. Perhitungan selanjutna dipakai nilai rasio μ dengan nilai ang terbesar aitu 0,749. 4.3 Penentuan Pola Garis Leleh Tahap penentuan pola garis leleh enggunakan anggapan-anggapan pada subbab..3 dan aturan dasar pada subbab.3 dala enentukan pola garis leleh. Setiap bentuk pelat diabil tiga sapel pola garis leleh ang diungkinkan terbentuk terkecuali pada sapel bentuk pelat tipe J dan K. Pada sapel pelat tipe J dan K hana pola ang sudah ditentukan ang hana dapat dianalisis dengan etode ang sudah ditetapkan aitu etode analisis kerja virtual. Pola garis leleh dari asingasing tipe pelat telah ditentukan sebagai berikut:

43 Suber: Hasil Analisis Sendiri () () (3) Gabar 4. Penentuan Pola Garis Leleh Pada Pelat Tipe A Suber: Hasil Analisis Sendiri () () (3) Gabar 4.3 Penentuan Pola Garis Leleh Pada Pelat Tipe B Suber: Hasil Analisis Sendiri () () (3) Gabar 4.4 Penentuan Pola Garis Leleh Pada Pelat Tipe C

44 Suber: Hasil Analisis Sendiri () () (3) Gabar 4.5 Penentuan Pola Garis Leleh Pada Pelat Tipe D Suber: Hasil Analisis Sendiri () () (3) Gabar 4.6 Penentuan Pola Garis Leleh Pada Pelat Tipe E Suber: Hasil Analisis Sendiri () () (3) Gabar 4.7 Penentuan Pola Garis Leleh Pada Pelat Tipe F

45 Suber: Hasil Analisis Sendiri () () (3) Gabar 4.8 Penentuan Pola Garis Leleh Pada Pelat Tipe G Suber: Hasil Analisis Sendiri () () (3) Gabar 4.9 Penentuan Pola Garis Leleh Pada Pelat Tipe H Suber: Hasil Analisis Sendiri () () (3) Gabar 4.0 Penentuan Pola Garis Leleh Pada Pelat Tipe I

46 Suber: Hasil Analisis Sendiri () () Gabar 4. Penentuan Pola Garis Leleh Pada Pelat Tipe J Suber: Hasil Analisis Sendiri Gabar 4. Penentuan Pola Garis Leleh Pada Pelat Tipe K 4.4 Analisis Teori Garis Leleh Dengan Metode Kerja Virtual Pada tahap ini, sapel pelat dengan pola garis leleh ang ditentukan pada tahap sebeluna akan dianalisis dengan etode kerja virtual untuk engetahui beban aksiu. Karena pelat bersifat ortotropis, pelat harus diubah enjadi isotropis ekuivalen dengan transforasi affine. Transforasi affine sesuai dengan subbab.3.. Moen arah juga berubah karena perubahan pelat ortotropis ke isotropis ekuivalen. Moen arah Mu berubah enjadi μ.m baik di lapangan dan

47 tupuan. Moen negatif pelat aitu oen tupuan Mu berubah enjadi i.mu lapangan baik arah dan arah x karena fixit ratio. Pada titik perpotongan garis-garis leleh diberikan lendutan sebesar δ ang bernilai satuan (Gunawan dan Margaret, 99). Hasil analisis kerja virtual pada pelat adalah beban batas erata dengan satuan kg/. 4.4. Perhitungan Beban Batas Masing-Masing Tipe Pelat Berikut adalah contoh perhitungan analsis teori garis leleh enggunakan etode kerja virtual untuk pelat tipe A pola kesatu: Suber: Hasil Analisis Sendiri Gabar 4.3 Diensi Pelat Tipe A Pola Garis Leleh Kesatu Diketahui dari gabar 4.3: L x : 5,00 δ : satuan Mu : Moen lapangan L :,50 μ : 0,749 Mu : Moen Tupuan α : 45 o Mu : i.mu L :,5 M : i x.m L :,5 Mu : μ.m i x :,958 Mu : μ.m a. Rotasi (θn)

48 Rotasi terjadi pada setiap bidang segen ang dibentuk oleh garis-garis leleh. Subu rotasi setiap segen berada di perletakan. Berikut adalah rotasi ang dibentuk setiap segen: Tabel 4.3. Rotasi segen ang dibentuk θ Segen x AEB /L DFC /L BEFC /L AEFD /L b. Kerja dala Gabar 4.4. Kerja Dala Pelat Tipe A Pola Garis Leleh Kesatu Persaaan.8 ang dipakai untuk enghitung kerja dala pelat. l un n 0 x 0 u x 0

49 Segen AEB DFC BEFC AEFD Tabel 4.4. Kerja Dala Masing-Masing Segen Kerja dala x 0 u x0 (M +M ). x. L (M +M ). x. L (Mu +Mu ).. Lx (Mu +Mu ).. Lx Jadi total kerja dala : l un n 0 L L Lx x x u u Lx (4.34) L Lx l un n 0 x u (4.35) Rotasi ang terjadi di setiap segen disubtitusikan ke persaaan 4.35. l un n 0 L Lx L u L (4.36) Persaaan 4.36 enandakan pelat asih bersifat ortotropis. Sehingga harus diubah ke pelat isotropis ekuivalen dengan trasforasi affine. Mu berubah enjadi.m, dan Mu berubah enjadi.m l un n 0 L Lx L Persaaan 4.37 dipengaruhi fixit ratio (i) berubah enjadi l un n 0 l un n 0 l un n 0 L i L i Lx x L x i L i Lx x L i L Lx x L L x L L (4.37) (4.38)

50 Keudian data ang diketahui disubtitusikan ke persaaan 4.38 l 5 un n 0,958,5 0,749,5,5 l (,958),00,996 un n 0 l 4,778 un n 0 l un 9, n 0 556 (4.39) Jadi total kerja dala ang terjadi pada pelat tipe A pola garis leleh ke- adalah 9,556 M. c. Kerja luar Gabar 4.5. Kerja Luar Pelat Tipe A Pola Garis Leleh Kesatu Persaaan.9 ang dipakai untuk enghitung kerja luar pelat akibat beban ang diteria pelat. Kerja Luar W u ) Kerja luar segen ABE Lendutan pada titik berat segen ABE = L L Luas segen ABE = 3

5 Kerja luar segen = L L qu. 3 (4.40) ) Kerja luar segen AEFD Segen AEFD = Segen AEI + Segen IEFJ + Segen JFD Segen AEI Lendutan pada titik berat segen AEI = L L Luas segen AEI = Kerja Luar segen = Segen IEFJ L L qu. 3 Lendutan pada titik berat segen IEFJ = Lx L L Luas segen IEFJ = 3 Lx. Kerja Luar segen = L L qu Segen JFD Besar kerja luar JFD saa dengan kerja luar segen AEI aitu Kerja Luar segen = L L qu. 3 Jadi total kerja luar segen AEFD adalah Segen AEFD = Segen AEI + Segen IEFJ + Segen JFD Segen AEFD = L L qu. 3 L L qu. 3 Segen AEFD = L L qu. 3 Lx. + L L qu + Lx. + L L qu (4.4) (4.4) (4.43) (4.44)

5 3) Kerja luar segen DFC Kerja luar segen DFC saa dengan segen ABE Kerja Luar segen = 4) Kerja luar segen BEFC L L qu. 3 Kerja luar segen BEFC saa dengan segen AEFD Kerja luar segen = 5) Total kerja luar L L qu. 3 Kerja luar = ABE +DFC+BEFC+AEFD Kerja luar = L L qu. 3 + Lx. + L L qu L L qu. 3 + L L qu. 3 + Lx L L qu. Lx L L qu. L L qu. + 3 + (4.45) Kerja luar = L L qu. 3 + Lx L L. L L qu. qu 3 (4.46) Data ang diketahui disubtitusikan ke persaaan 4.46 Kerja luar = (,5) (,5) qu. () 3 + (,5) (,5) qu. () 5 (,5) (,5) qu. () 3 Kerja luar =,04 qu + (0,5 qu +,563 qu) Kerja luar =,04 qu + (,084 qu) Kerja luar =,04 qu + 4,68 qu

53 Kerja luar = 5, qu (4.47) d. Menghitung beban aksiu Beban aksiu pelat didapatkan dari persaaan.7 W l u un n 0 Persaaan 4.39 dan 4.47 disubtitusikan ke persaaan.7 5, qu 9, 556 9,556 qu 5, (4.48) Nilai M adalah nilai oen tahanan penapang lapangan arah x sebesar 70,073 kg/ didapat dari Tabel 4. sehingga persaaan 4.48 enjadi 9,556 70,073 qu 5, qu 3977,4 kg / Jadi qu sebesar 3977,4 kg/ atau 3,977 t/ (4.49) Proses perhitungan beban batas asing-asing tipe pelat dapat dilihat di Lapiran Perhitungan. Hasil perhitungan beban batas pelat dengan etode kerja virtual pelat tipe A pada pola garis leleh kesatu sebesar 3977,4 kg/ atau 3,977 t/. Pelat tipe A pola kedua enghasilkan beban batas sebesar 4746,66 kg/ atau 4,747 t/. Pelat tipe A pola ketiga enghasilkan beban batas sebesar 3977,89 kg/ atau 3,977 t/. Hasil perhitungan beban batas pelat tipe lain ditabelkan pada Tabel 4.3.

54 No Tabel 4.5 Beban Batas Pelat Masing-Masing Tipe Tipe Beban batas (qu) pola garis leleh Luasan ke- ke- ke-3 ( ) A 3,977.4 4,746.66 3,977.89.5 B 6,958.0 7,49.030 7,59.33 6.59 3 C,447.555 9,39.547 8,745.06 7.84 4 D 8,980.665 8,068.079 9,086.85 4.9 5 E 5,368.03 4,5.567 3,489.03 0.76 6 F,3.0,63.74 0,4.480 8.07 7 G 5,803.90 5,457.558 9,974.859 8. 8 H 6,95.467 5,747.405 6,547.67 7.84 9 I 3,569.90 4,38.7 5,49.9.7 0 J 6,637.33 6,539.498-7.66 K 5,05.648 - -.89 Satuan beban batas adalah kg/ Suber: Hasil analisa sendiri Pada ekanise kehancuran garis leleh dipilih beban batas ang terkecil (Gunawan dan Margaret,99). Hal ini disebabkan oleh ekanise kehancuran garis leleh ang dipakai adalah upper bound theor. Upper bound theor eberikan harga beban batas qu ang lebih besar daripada beban batas qu ang sebenarna enibulkan keruntuhan. Beban batas ang terkecil pelat tipe A adalah dari pola kesatu aitu sebesar 3977,4 kg/ atau 3,977 t/. Total beban batas setiap tipe pelat dari beban batas ang terkecil ditabelkan pada Tabel 4.6

55 Tabel 4.6 Total Beban Batas Masing-Masing Tipe Pelat Pola garis leleh Beban batas (qu) Luasan Total beban batas No Tipe (kg/ ) ( ) (kg) A ke- 3,977.4.5 49,74.75 B ke- 6,958.0 6.59 45,853.89 3 C ke- 9,39.547 7.84 73,065.48 4 D ke- 8,068.079 4.9 77,5.059 5 E ke-3 3,489.03 0.76 37,54.974 6 F ke-3 0,4.480 8.07 8,5.554 7 G ke- 5,457.558 8. 44,806.55 8 H ke- 5,747.405 7.84 45,059.655 9 I ke- 3,569.90.7 43,438.59 0 J ke- 6,539.498 7.66 50,09.555 K ke- 5,05.648.89 65,5.743 Suber: Hasil analisa sendiri Dari perhitungan beban batas pelat, hubungan antara beban batas dengan luasan pelat didapatkan dari Tabel 4.7. Tabel.4.7 Ratio Lx/L Masing-asing Tipe Pelat No Tipe Lx/L Beban batas (qu) (kg/ ) Luasan ( ) A,00 3.977,4,5 B 0,75 6.958,0 6,59 3 C 0,94 9.39,547 7,84 4 D 0,90 8.068,079 4,9 5 E 0,93 3.489,03 0,76 6 F 0,39 0.4,480 8,07 7 G 0,9 5.457,558 8, 8 H,63 5.747,405 7,84 9 I,5 3.569,90,7 0 J 0,77 6.539,498 7,66 K, 5.05,648,89 Suber: Hasil analisa sendiri pelat Hubungan antara beban batas pelat dan luasan pelat untuk bentuk segitiga dan bentuk segiepat ditapilkan dala Gabar 4.6 dan 4.7 (lihat Lapiran Gabar)

56 untuk kondisi fc,5 MPa; f 40 MPa; dan luas tulangan ang terpasang. Dari Gabar 4.6 dan 4.7, dapat diketahui bahwa nilai beban batas seakin kecil jika luasan pelat seakin luas. Pernataan ini tidak berlaku untuk pelat tipe J dan K karena pelat tipe J dan K eiliki terdapat bukaan. Ini terlihat dari garis eksponensial ang enunjukkan penurunan ketika pelat eiliki nilai luasan ang seakin besar dengan nilai R untuk bentuk segitiga sebesar 0,98 dan bentuk segiepat sebesar 0,90 Beban Batas (kg/) Hubungan Antara Beban Batas (qu)dengan Luasan Pelat Bentuk Segitiga 0,000.000 8,000.000 6,000.000 4,000.000,000.000 0,000.000 8,000.000 6,000.000 4,000.000,000.000 0.000 8,068.079 = -336ln(x) + 37499 R² = 0.98 0,4.480 9,39.547 0 3 4 5 6 7 8 9 Luasan ( ) Untuk nilai Lx/L 0,30-,00; fc,5 MPa; f 40 MPa; dan As x lapangan = 3,4 c ; As x tupuan=6,8 c ; As lapangan =,6 c ; As tupuan = 5,4 c Suber : hasil analisis Sendiri Gabar 4.6 Hubungan Antara Beban Batas (qu) dengan luasan Pelat Bentuk Segitiga

57 4.5 Kontrol Keaanan Beban Ultiit dengan Beban Batas Pelat Kontrol keaanan beban ultiit noinal dengan beban batas pelat bertujuan untuk eeriksa kondisi pelat saat kondisi beban ultiit noinal pelat tercapai.. 4.5. Perhitungan Beban Ultiit Pelat Beban ultiit noinal pelat didapat dari persaaan analisis elastic untuk enghitung oen pelat dua arah. Contoh perhitungan beban ultiit noinal diabil pelat tipe A pola kesatu. Data pelat tipe A pola kesatu diketahui sebagai berikut: L x /L :,00 Mn x Lapangan : 70,073 kg/ L :,50 Mn x Tupuan : 37,45 kg/ L x : 5,00 Ruus ang digunakan dari Tabel koefisien oen distribusi pelat dua arah (lihat Lapiran Tabel). Moen noinal pelat di tupuan digunakan untuk encari W n. MnxTupuan 0,00W 37,45 kg/ 0,00W 37,45 W n 0,00 (,5) (8) 677,95kg / W n n L n x (,5) (8) (4.50) (4.5) (4.5) Beban ang dihasilkan adalah beban ultiit noinal pelat (W n ) sehingga perlu direduksi dengan factor reduksi Ø sebesar 0,8 untuk lentur tanpa beban aksial sesuai dengan SNI 847-00 sehingga W n enjadi, 677,95kg / 677,95kg / (0,8) W u W u (4.53) 4,36kg / W u (4.54)

58 Hasil perhitungan beban ultiit pelat digunakan control untuk seua tipe pelat dala penelitian ini karena beban ultiit pelat tidak berpengaruh terhadap bentuk asing-asing tipe pelat. 4.5. Kontrol Keaanan Dala tahap ini, seua beban batas ang dihasilkan dari teori garis leleh dengan penelesaian etode kerja virtual digunakan sebagai acuan terhadap kontrol keaanan beban ultiit. Hasil kontrol keaanan beban ultiit terhadap beban batas pelat ditabelkan dala Tabel 4.8. Hasil penelitian enunjukkan nilai sebesar,666 3,48 untuk pelat ang berbentuk segiepat kecuali untuk pelat tipe J dan K karena terdapat bukaan pada pelat. Sedangkan nilai untuk pelat berbentuk segitiga sebesar 4,35 8,434. Dengan hasil nilai ratio > untuk seua pelat, hal ini enunjukkan bahwa pelat tidak akan engalai keruntuhan ketika pelat encapai beban ultiit,. Tabel 4.8 Kontrol Keaanan Beban Ultiit Terhadap Beban Batas Beban ulitiit Beban batas No Tipe (q) (qu) (kg/) (kg/) A 4.360 3,977.4.856 B 4.360 6,958.0 3.48 3 C 4.360 9,39.547 4.350 4 D 4.360 8,068.079 8.434 5 E 4.360 3,489.03.69 6 F 4.360 0,4.480 4.773 7 G 4.360 5,457.558.547 8 H 4.360 5,747.405.683 9 I 4.360 3,569.90.666 0 J 4.360 6,539.498 3.05 K 4.360 5,05.648.358 Suber: Hasil analisa sendiri

59 4.6. Kontrol Keaanan Moen Pelat Moen ang terjadi akibat beban ultiit ang dianalisis dengan teori garis leleh dengan oen noinal dari tulangan ang terpasang ini bertujuan untuk engetahui tingkat keaanan pelat jika beban ultiit dianggap sebagai beban batas pelat. 4.6. Perhitungan Moen Batas Perhitungan oen batas akibat beban ultiit ang dianggap sebagai beban batas pelat diabil dari persaaan pada perhitungan beban batas kerja virtual. berikut adalah contoh perhitungan oen batas akibat beban ultiit ang dianggap sebagai beban batas pelat: a. Pelat tipe A pola garis leleh kesatu Perhitungan oen batas akibat beban ultiit enggunakan persaaan dari persaaan 4.48 aitu: 9,556 qu 5, keudian nilai qu dari nilai hasil perhitungan beban ultiit pada bab 4.5. sebesar 4,36 kg/. Nilai qu disubtitusikan ke persaaan 4.48 enjadi: 9,556 4,36 5, 4,36 5,673 4,36 5,673 377,65 kg / (4.55) sehingga nilai saa dengan 377,65 kg/. Nilai ditabah 0% untuk encegah corner lever (Kenned dan Goodchild, 004).

60 377,36, 0 45,45 kg / b. Pelat tipe A pola garis leleh kedua Untuk pola garis leleh kedua, enghitung oen batas enggunakan persaaan 0 Lapiran Perhitugan A. aitu: 38,7 qu 5,647 (0) Keudian nilai qu sebesar 4,36 kg/ disubtitusikan ke persaaan 0 Lapiran Perhitungan A. sehingga enjadi: 38,7 4,36 5,647 4,36 6,768 4,36 6,768 36,54 kg / Nilai ditabah 0% untuk encegah corner lever (Kenned dan Goodchild, 004). Nilai enjadi: 36,54, 0 348,96 kg / c. Pelat tipe A pola garis leleh ketiga Untuk pola garis leleh kedua, enghitung oen batas enggunakan persaaan 0 Lapiran Perhitungan A. aitu: 3,64 qu 4,67 (0)

6 Keudian nilai qu sebesar 4,36 kg/ disubtitusikan ke persaaan 0 Lapiran Perhitungan A. sehingga enjadi: 3,64 4,36 4,67 4,36 5,6 4,36 5,673 377,64 kg / Nilai ditabah 0% untuk encegah corner lever (Kenned dan Goodchild, 004). 377,64, 0 45,40 kg / Hasil perhitungan oen batas untuk asing-asing tipe pelat ditabelkan dala Tabel 4.9. Hasil perhitungan oen batas ini adalah oen batas pada daerah lapangan arah x. Ini disebabkan seua persaaan oen tupuan arah, oe lapangan arah, dan oen tupuan arah x saat perhitungan diubah ke oen lapangan arah x dengan transforasi affine untuk oen di arah dan fixit ratio untuk oen tupuan. Berikut adalah contoh untuk enentukan oen lapangan arah, oen tupuan arah x dan arah : a. Pelat tipe A pola garis leleh kesatu Tabel 4.9 eiliki nilai oen arah x untuk pelat tipe A pola kesatu sebesar 45,45 kg/. Moen tupuan arah x Menggunakan persaaan.

6 i x n Nilai i x didapat dari persaaan 4.30 aitu sebesar,958.,958 45,45,958 45,45 83,38 kg/ Moen lapangan arah Persaaan.5 digunakan untuk encari oen lapangan arah x Nilai didapatkan dari persaaan 4.33 aitu sebesar 0,749. 0,749 45,45 0,749 45, 45 3,46 kg/ Moen tupuan arah Moen tupuan arah didapatkan dari dikalikan dengan i x 3,45,958 u 609, kg/ u b. Pelat tipe A pola garis leleh kedua

63 Tabel 4.9 eiliki nilai oen arah x untuk pelat tipe A pola kedua sebesar 348,96 kg/. Moen tupuan arah x Menggunakan persaaan. i x n Nilai i x didapat dari persaaan 4.30 aitu sebesar,958.,958 348,96,958 348,96 68,767 kg / Moen lapangan arah Persaaan.5 digunakan untuk encari oen lapangan arah x Nilai didapatkan dari persaaan 4.33 aitu sebesar 0,749. 0,749 348,96 0,749 348, 96 60,798 kg/ Moen tupuan arah Moen tupuan arah didapatkan dari dikalikan dengan i x

64 60,798,958 u 50,644 kg/ u c. Pelat tipe A pola garis leleh ketiga Tabel 4.9 eiliki nilai oen arah x untuk pelat tipe A pola ketiga sebesar 45,40 kg/. Moen tupuan arah x Menggunakan persaaan. i x n Nilai i x didapat dari persaaan 4.30 aitu sebesar,958.,958 45,40,958 45,40 83,353 kg / Moen lapangan arah Persaaan.5 digunakan untuk encari oen lapangan arah x Nilai didapatkan dari persaaan 4.33 aitu sebesar 0,749. 0,749 45,40 0,749 45, 40

65 3,35 kg/ Moen tupuan arah Moen tupuan arah didapatkan dari dikalikan dengan i x 3,34,958 u 609,0 kg/ u Hasil perhitungan untuk pelat asing-asing tipe ditabelkan dala Tabel 4.9 untuk oen batas di lapangan arah x. Tabel 4.0 untuk oen batas di tupuan arah x, Tabel 4. oen batas di lapangan arah (lihat Lapiran Tabel), dan Tabel 4. Moen batas tupuan arah (lihat Lapiran Tabel). Tabel 4.9 Moen Batas Lapangan Arah X Masing-Masing Tipe Pelat No Tipe Moen batas (qu) pola garis leleh ke- ke- ke-3 A 45.45 348.96 45.400 B 37.44 0.50 9.434 3 C 44.33 77.77 9.8 4 D 87.044 9.440 86.56 5 E 307.77 400.465 473.56 6 F 48.43 30.876 6.587 7 G 84.66 30.76 65.63 8 H 66.670 87.459 5.36 9 I 46.878 389.8 3.07 0 J 50.43 5.64 - K 37.05 - - Moen batas ditabah 0% untuk encegah corner lever. Moen batas eiliki satuan kg/. Suber: Hasil analisa sendiri Untuk kontrol oen, diabil nilai ang terbesar dari oen lapangan dan tupuan baik arah x dan.

66 4.6. Kontrol Moen Batas Terhadap Moen Noinal Pelat Kontrol oen batas terhadap oen noinal bertujuan untuk eeriksa keaanan pelat jika beban ultiit dianggap beban batas ang enghasilkan beban batas. Jika oen batas dari beban ultiit ang dianggap beban batas lebih besar dari oen noinal akibat tulangan terpasang aka pelat tersebut dinatakan tidak aan. Jika sebalikna aka kondisi pelat dinatakan aan. Kontrol oen ditabelkan dala Tabel 4.3 untuk oen lapangan arah x, Tabel 4.4 untuk oen tupuan arah x (lihat Lapiran Tabel), Tabel 4.5 untuk oen lapangan arah (lihat Lapiran Tabel). Tabel 4.6 untuk oen tupuan arah (lihat Lapiran Tabel). Tabel 4.3 Kontrol Moen Batas di Lapangan Arah X Terhadap Moen Noinal No Tipe Pola garis leleh Moen batas (Mu) (kg/) Moen noinal (Mn) (kg/) A ke- 45.45 70.073.690 B ke- 37.44 70.073.957 3 C ke- 77.77 70.073 3.960 4 D ke- 9.440 70.073 7.678 5 E ke-3 473.56 70.073.483 6 F ke-3 6.587 70.073 4.345 7 G ke- 30.76 70.073.39 8 H ke- 87.459 70.073.44 9 I ke- 46.878 70.073.57 0 J ke- 5.64 70.073.779 K ke- 37.05 70.073.47 Suber: Hasil analisa sendiri