BAB 2 PEMODELAN PUTARAN TURBIN GENERATOR PLTN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 PEMODELAN PUTARAN TURBIN GENERATOR PLTN"

Transkripsi

1 5 BAB PEMODELAN PUTARAN TURBIN GENERATOR PLTN Kebutuhan akan penabahan pebangkit listrik saat ini sangat diperlukan engingat Indonesia diprediksi dala keadaan krisis energi listrik diasa endatang. Saat ini peerintah Indonesia erencanakan pebangunan PLTN untuk engurangi krisis energi listrik tersebut. Oleh karena itu, pebelajaran engenai PLTN harus dilakukan oleh bangsa Indonesia. Metode siulasi erupakan salah satu etode pebelajaran yang efektif dan efisien. Dari pebelajaran siulasi dapat diwujudkan pebuatan siulator PLTN. Indonesia keungkinan akan enggunakan PLTN jenis PWR (Pressurized Water Reactor). Pebuatan laboratoriu siulator PLTN jenis PWR ini diharapkan dapat enjadi pebelajaran dala eahai sebuah tingkah laku siste PLTN yang akan diwujudkan di Indonesia dan dapat ebantu eecahkan perasalahan-perasalahan yang akan tibul pada sebuah PLTN sebenarnya. Gangguan siste tenaga listrik ungkin bisa terjadi dan enjadi perasalahan serta kendala penyapaian daya listrik ke beban. Contoh gangguannya adalah terjadinya fluktuasi frekuensi siste tenaga listrik yang disebabkan perubahan beban. Fluktuasi frekuensi seharusnya berada pada batas toleransi yang sudah ditetapkan, dan kebali kepada frekuensi noralnya dengan segera. Fluktuasi frekuensi yang berada diatas batas toleransi erupakan sebuah perasalahan yang kerap terjadi. Selain itu, waktu kebali fluktuasi frekuensi yang tidak segera ke kondisi noral akan engakibatkan kerusakan pada siste seperti patahnya poros turbin generator dan keungkinan terjadi pelepasan beban. Fluktuasi frekuensi ini erat kaitannya dengan perubahan kecepatan putar pada turbin dan generator dikarenakan perubahan perintaan daya beban. Putaran lebih yang elewati batas toleransi tertentu dapat engakibatkan kerusakan pada poros turbin dan generator serta kerusakan pada bagian-bagian lainnya. Peodelan putaran turbin dan generator disusun dala bentuk peodelan fungsi alih dituangkan dala perangkat lunak MATLAB. Peodelan diperoleh dari beberapa teori literatur dan disesuaikan dengan kondisi PLTN sebenarnya serta konstanta dari PLTN jenis PWR jenis AP 000 produksi Westinghouse. Proses pebentukan uap tidak dilakukan peodelan dan dianggap konstan. Peodelan generator pada PLTN tidak jauh berbeda dengan generator pada Pebangkit Listrik Konvensional (PLK) lainnya. Peodelan generator disini hanya ebahas pada persaaan torsi yang erat kaitannya dengan perubahan kecepatan dan Universitas Indonesia 5 Peodelan pengendalian..., Donny Nurayady, FT UI, 00.

2 6 frekuensi. Peodelan turbin enggunakan odel turbin yang uu dipakai pada sebuah pebangkit listrik tenaga nuklir yaitu, eiliki satu turbin High Pressure (HP) dan tiga buah turbin Low Pressure (LP). Peodelan katup uap terdiri dari control valve dan intercept valve. Konstanta dan nilai asing-asing koponen disesuaikan dengan data teknis PLTN AP000 dan asusi elalui perhitungan yang uu digunakan. Perubahan kecepatan dilakukan dengan engubah-ubah nilai perubahan beban, sebagai asukkan dari peodelan ini, sehingga akan terlihat perubahan nilai frekuensi. Pengendalian dilakukan dengan engubah-ubah nilai PID. Pengendalian frekuensi siste tenaga listrik ini bertujuan untuk enjaga perubahan frekuensi agar tetap dala batas toleransi yang diiginkan terhadap perubahan daya beban. Selain itu, engebalikan nilai frekuensi ke pada nilai frekuensi noralnya dengan segera. Dengan terwujudnya peodelan pengendalian frekuensi ini dala siulator PLTN, diharapkan dapat enjadi pebelajaran lebih lanjut engenai karakteristik dan perasalahan-perasalahan yang ungkin akan tibul dala sebuah PLTN... Prinsip Kerja PLTN jenis PWR PLTN beroperasi dengan prinsip yang saa seperti PLK (Pebangkit Listrik Konvensional), hanya panas yang digunakan untuk enghasilkan uap tidak dihasilkan dari pebakaran bahan fosil, tetapi dihasilkan dari reaksi pebelahan inti bahan fisil (uraniu) dala suatu reaktor nuklir. tenaga panas tersebut digunakan untuk ebangkitkan uap di dala stea generator ( siste pebangkit uap) dan selanjutnya saa seperti pada PLK, uap digunakan untuk enggerakkan turbin generator sebagai pebangkit tenaga listrik. Sebagai peindah panas biasa digunakan air yang disirkulasikan secara terus enerus selaa PLTN beroperasi Dala reaktor nuklir PLTN, reaksi fisi berantai dipertahankan kontinuitasnya dala bahan bakar sehingga bahan bakar enjadi panas. Panas ini keudian ditransfer ke pendingin reaktor yang keudian secara langsung atau tak langsung digunakan untuk ebangkitkan uap. Pebangkitan uap langsung dilakukan dengan ebuat pendingin reaktor (biasanya air biasa, HO) endidih dan enghasilkan uap. Pada pebangkitan uap tak langsung, pendingin reaktor (disebut pendingin prier) yang eneria panas dari bahan bakar disalurkan elalui pipa ke perangkat pebangkit uap. Pendingin prier ini keudian eberikan panas (enebus edia dinding pipa) ke pendingin sekunder (air biasa) yang berada di luar pipa perangkat pebangkit Universitas Indonesia 6 Peodelan pengendalian..., Donny Nurayady, FT UI, 00.

3 7 uap untuk keudian panas tersebut endidihkan pendingin sekunder dan ebangkitkan uap. PLTN jenis PWR ( Pressurizer Water Reactor ) erupakan salah satu jenis PLTN dengan pebangkit uap tidak langsung PWR bekerja berdasarkan prinsip dua daur, diana pedingin pada asingasing daur terpisah satu saa lainnya. Daur prier berisi air yang bertekanan tinggi dan bersuhu tinggi. engabil panas yang dihasilkan oleh reaksi fisi didala teras reaktor. Panas digunakan untuk eanaskan air pada pendingin prier (lingkar pendingin prier ditunjukkan dala skea dengan garis putus-putus erah.). Air ini elalui pipa berbentuk U terbalik tetapi tidak tercapur dengan air upan ( fedwater ) pada daur sekunder. Aliran panas ini dipindahkan ke daur sekunder, diana air upan didihkan dan uap dihasilkan di dala siste pebangkit uap ( siste pebangkit uap turbin kondensor). Transfer panas ini dicapai tanpa encapurkan dua cairan, air dari daur prier dapat enjadi radioaktif. Air dari daur prier dipopa kebali kedala bejana reaktor oleh popa prier. Pada reaktor jenis PWR, aliran pendingin prier yang berada di teras reaktor bersuhu encapai 35 C sehingga perlu diberi tekanan tertentu (sekitar 55 at) oleh perangkat pressurizer sehingga air tidak dapat endidih. Uap yang dihasilkan oleh siste pebangkit uap dialirkan ke turbin dan eutar turbin tersebut keudian eutar generator. Hasil putaran generator ini enghasilkan listrik yang erupakan produk akhir PLTN. Uap selanjutnya berkondensasi dala kondenser, sedang air kondensat tersebut diupan kebali ke siste pebangkit uap. Listrik sebagai produk akhir dari sebuah pebangkit elayani beban elalui saluran transisi. Jika beban bertabah aka putaran turbin-generator akan engalai penurunan, untuk enaikkannya kebali produksi uap ditabah. Jika terjadi putus jaringan saluran transisi, aka akan terjadi pelepasan beban secara tibatiba. Hal ini akan enyebabkan putaran turbin-generator enjadi berlebih karena pasokan uap yang eutar turbin-generator asih terus berjalan. Oleh karena itu dala kondisi kehilangan beban seperti ini, Katup-katup uap akan enutup dengan cepat sehingga pasokan uap akan terhenti dan putaran turbin generator akan elabat dan akhirnya berhenti. Kondisi kehilangan beban erupakan kejadian yang harus dihindarkan. Universitas Indonesia 7 Peodelan pengendalian..., Donny Nurayady, FT UI, 00.

4 8 Gabar. Prinsip kerja PLTN jenis PWR. Kesetabilan Siste Tenaga Listrik [] Stabilitas siste tenaga telah enjadi perhatian utaa dala sebuah siste operasi. Perhatian itu uncul dari fakta bahwa pada kondisi keadaan antap ( steady state), kecepatan rata-rata untuk seua generator adalah saa. Kondisi tersebut diaharapkan pada operasi sinkron dari sebuah siste interkoneksi. Gangguan kecil atau besar pada siste tenaga berdapak pada operasi sinkron. Sebagai contoh penaikan dan penurunan beban atau akibat dari rugi-rugi pebangkit enjadi salah satu jenis gangguan yang berpengaruh sangat signifikan terhadap siste. Gangguan dapat dibagi enjadi dua kategori, yaitu gangguan kecil dan gangguan besar. Gangguan kecil erupakan satu dari eleen siste dinaik yang dapat dianalisis enggunakan persaaan linear ( analisis sinyal kecil ). Gangguan kecil yang terjadi berupa perubahan beban pada sisi beban atau pebangkit secara acak, pelan, dan bertingkat. Meskipun kestabilan sebuah siste dapat dilihat secara enyeluruh dan eluas, tetapi untuk tujuan analysis sebuah siste, Professor Padiyar [3] ebagi kestabilan enjadi dua kategori [] :.. Kestabilan Steady State Kestabilan steady state adalah keapuan siste tenaga listrik untuk encapai kondisi stabil pada kondisi operasi baru yang saa atau identik dengan kondisi Universitas Indonesia 8 Peodelan pengendalian..., Donny Nurayady, FT UI, 00.

5 9 sebelu terjadi gangguan setelah engalai gangguan kecil. Analisa kestabilan steady state enggunakan pendekatan odel linear. Kestabilan steady state pada siste tenaga disebut juga kestabilan sinyal kecil (sall signal stabillity). Pada referensi lain kestabilan steady state juga dinaakan kestabilan dinaik.. Kestabilan Transien Kestabilan transien adalah keapuan siste tenaga listrik untuk encapai kondisi operasi baru yang dapat diteria setelah siste engalai gangguan yang besar. Analisis kestabilan transien enggunakan pendekatan odel non linear.3 Generator Generator erupakan instruen pebangkit tenaga listrik yang engubah energi ekanis sebagai asukan enjadi energi listrik sebagai keluaran diana kecepatan putar dari rotornya saa dengan kecepatan putar dari statornya. Generator terdiri dari bagian yang berputar yang disebut rotor dan bagian yang dia yang disebut stator. Kuparan rotor erupakan rangkaian tertutup dari suatu penghantar, bila diberi tegangan arus searah akan enibulkan fluks agnet. Rotor tersebut diputar dengan suatu penggerak ula atau prie over sehingga fluks tersebut eotong konduktorkonduktor yang ada di stator yang selanjutnya pada kuparan stator akan teribas tegangan. [4] Sebuah generator digerakkan oleh penggerak ula ( turbin uap, turbin air dan lain sebagainya) enggabarkan perputaran dengan torsi berputar yang berbeda. T, torsi ekanik, berperan untuk enabah kecepatan ketika T e torsi elektrik, elakukan perlabatan. Ketika T dan T e epunyai nilai yang saa, kecepatan putaran ω, akan konstan. Pergerakan T disebabkan oleh penggerak ula, sedangkan T e disebabkan oleh perubahan beban. Ketika beban listrik bertabah aka T e > T seluruh siste yang berputar akan elabat. Jika dibiarkan elabat terlalu laa aka akan enibulkan beberapa kerusakan oleh karena itu, diperlukan suatu usaha untuk eningkatkan T sehingga tercapai kebali titik keseibangan antara T e dan T. Hal ini akan engebalikan putaran ke nilai yang dapat diteria. [5] Untuk analisa kestabilan pada studi ini, hanya akan digunakan sebuah generator atau yang lebih dikenal esin tunggal. Mesin tunggal adalah sebuah esin dala hal ini generator, yang ensuplai daya kesuatu beban tanpa dibantu oleh esin lain. Peodelan generator terdiri dari dua bagian, persaaan edan dan persaaan gerak atau persaaan torsi. Peodelan pada penelitian ini hanya peodelan yang berkaitan dengan persaaan torsi, dala hal ini Universitas Indonesia 9 Peodelan pengendalian..., Donny Nurayady, FT UI, 00.

6 0 persaaan ayun. Model generator yang akan digunakan adalah sebatas pada persaaan gerak yang engatur gerakan rotor pada generator tersebut. Prinsip dasar dala pergerakannya enyatakan bahwa torsi percepatan ( acclerating torque) erupakan hasil kali dari oen kelebaban ( oen of inertia) rotor dan percepatan sudutnya. Untuk esin serepak dala hal ini generator serepak, persaaan dapat dituliskan dala bentuk [6] : J d θ = T a = T T e (.) Dengan : J = Moen Kelebaban total dari assa rotor ( kg. ) θ = Sudut pergeseran ( angular displaceent ) dari rotor dala satu radian T a = Moen putar kecepatan ( newton.eter) T = Moen putar ekanis ( newton.eter) T e = Moen putar elektrik ( newton.eter) Jika generator serepak ebangkitkan torsi elektrik dala keadaan berputar pada kecepatan serepak (ω s ) aka: T = T e (.) Jika terjadi gangguan akan enghasilkan suatu percepatan (T > T e ) atau perlabatan (T < T e ) dengan: T = T T (.3) a e Pada persaaan (.), sudut pergeseran θ diukur pada subu yang dia, aka untuk engukur posisi sudut rotor terhadap subu yang berputar dengan kecepatan sinkron adalah seperti persaaan berikut : θ = ω +.(.4) st δ dengan δ adalah pergeseran sudut rotor dala satuan radian terhadap subu yang berputar dengan kecepatan serepak. Penurunan persaaaan (.4) terhadap waktu eberikan kecepatan putar seperti persaaan berikut: dθ dθ ωs. t dδ = +...(.5) dδ = ωs +...(.6) Universitas Indonesia 0 Peodelan pengendalian..., Donny Nurayady, FT UI, 00.

7 Dan percepatan rotornya adalah : d θ d δ = (.7) Substitusi persaaan (.) ke dala (.6) enghasilkan: J d δ = T T e Kalikan persaaan (.7) dengan kecepatan putaran rotor ω akan enghasilkan: Jω d δ = ω T ω T e (.8) (.9) Pada studi peodelan pengendalian frekuensi tenaga listrik hubungan antara ekanik dan elektrik lebih baik dala daya daripada dala bentuk torsi oleh karena itu, kecepatan putar ω dikali torsi T adalah saa dengan daya, aka persaaan diatas dapat ditulis dala bentuk persaaan daya sehingga hubungan antara daya ( P) dan torsi ( T) adalah sebagai berikut : P = ω.t (.0) Keudian di substitusikan dengan persaaan (.8) enjadi: J d. ω = P Pe (.) δ oentu sudut ( angular oentu ) rotor yang dinyatakan dala M dengan satuan kg. berikut: Atau radian/detik. Hubungan energi kinetik dengan asa berputar adalah sebagai W k = J. ω = M. ω (.).W M = k ω (.3) Bila kecepatan putaran rotor ω tidak berubah sebelu stabilitas hilang, aka oentu sudut M dievaluasi pada kecepatan serepak ω S, sehingga dapat dikatakan putaran rotor ω = putaran serepak rotor ω s sebagai berikut : Universitas Indonesia Peodelan pengendalian..., Donny Nurayady, FT UI, 00.

8 .W M = k ω (.4) s Persaaan ayun dala hubungannya oentu sudut M adalah: M d δ = P P e (.5) Persaaaan (.3) lebih sesuai untuk enuliskan persaaan ayunan dengan paraeter sudut daya listrik δ. Jika p adalah julah kutub generator serepak aka sudut daya listrik δ dala hubungannya dengan sudut daya ekanik δ adalah : p δ = δ (.6) Juga kecepatan putar listrik ω adalah: p ω = ω (.7) Persaaan (.3) persaaan ayunan dala bentuk persaaan daya, dibentuk kedala sudut daya listrik. Dengan enggunakan persaaan (.4) aka didapat persaaan ayun dengan sudut daya listrik dala bentuk persaaan daya adalah : d δ M = P P e p. (.8) Jika harga oentu sudut M dari persaaan (.) disubstitusikan ke persaaan (.6) dan dibagi dengan daya dasar S B, enghasilkan d δ p W k ωss B P = S B P S e B (.9) Sekarang endefinisikan suatu besaran yang dikenal dengan konstanta H seperti persaaan berikut : rating esin energi kinetik pada kecepatan serepak W H = = rating esin S W K dengan satuan dala MJ, sedangkan S B dala MVA Substiusi persaaan (.8) ke persaaaan (.7). didapatkan: H p ω s d δ = P ( pu) P e( pu) k B (.0) (.) Universitas Indonesia Peodelan pengendalian..., Donny Nurayady, FT UI, 00.

9 3 Dengan P (pu) dan P e(pu) adalah berturut-turut daya ekanik dan daya listrik dala satuan per unit. Putaran serepak rotor ω = putaran serepak ω s dan kecepatan putar listrik ω berhubungan dengan kecepatan putar ekanik ω seperti terlihat pada persaaan, sehingga persaaan (.9) enjadi : H ω d δ = P P ( pu) e( pu) (.) Kecepatan putar listrik ω diatas sering diekspresikan dala bentuk.π.f 0 dan subskrip per unit dihilangkan sehingga daya dinyatakan dala satuan per unit dari persaaan (.0) adalah: H πf 0 d δ = P P e (.3) dengan δ dala radian listrik. Dan f o adalah 50 Hz.Jika δ dinyatakan dala derajat listrik, akhirnya persaaan ayunan enjadi : H 80 f 0 d δ = P P e.(.4) Satuan pada konstanta poros berputar asih dala british unit. Untuk lebih eudahkan di konversikan kedala Satuan Internasional ( SI ). Untuk Moen Inersia :.356 J ( kg. ) = WR (.5) 3. Untuk encari Konstanta Inersia ( H ) H ( MWs / MVA) = π rp. J. 50 VA rating. (.6).3.. Pengaruh perubahan beban terhadap generator [] Ketika terjadi sebuah perubahan beban, aka akan terjadi perubahan torsi elektrik Te pada generator. Hal ini enyebabkan adanya perbedaan nilai antara torsi ekanik (T) dan torsi elektrik (Te) sehingga terjadi perubahan kecepatan seperti yang disebutkan dala persaaan gerak. Dari persaaan (.) dan juga berlaku persaaan (.5) aka kobinasi oen inersia J enjadi: Universitas Indonesia 3 Peodelan pengendalian..., Donny Nurayady, FT UI, 00.

10 4 dω J = T Te (.7) dengan: J = Kobinasi oen inersia dari generator dan turbin ( kg. ) ω = Kecepatan putar ( rad/s) t = Waktu ( s ) jika konstanta inersia energi kinetik J di konversikan kedala satuan Watt.detik aka: H = VA (.8) J ω base Sehingga persaaan yang enggabarkan hubungan antara kecepatan rotor sebagai fungsi dari torsi elektrik ( Te ) dan torsi ekanik (T). d ω = ( T Te ).(.9) H T + Ta ω Σ Hs - T e Gabar. Fungsi alih antara kecepatan dan torsi [] Pada gabar. ini sesungguhnya erupakan persaaan ayun dari sebuah generator sinkron. Koponen d/ digantikan oleh fungsi s dala transforasi laplace Pada studi peodelan putaran turbin-generator, hubungan antara ekanik dan elektrik lebih baik dala daya daripada dala bentuk torsi oleh karena itu, hubungan antara daya ( P) dan torsi ( T) P = ω.t (.30) Fungsi alih juga dapat digabarkan sebagai berikut Universitas Indonesia 4 Peodelan pengendalian..., Donny Nurayady, FT UI, 00.

11 5 P + Σ - Ms M=.H ω P L Gabar..3 Fungsi alih antara kecepatan dan daya [] ω = ω ω (.3) ref.3.. Pengaruh Peredaan terhadap perubahan frekuensi [] Konstanta Peredaan enggabarkan persentase perubahan beban dala satu persen perubahan frekuensi. Biasanya nilai D antara sapai. Nilai D = berarti % perubahan frekuensi dapat enyebabkan % perubahan beban. Karena adanya pengaruh konstanta peredaan D aka gabar.3 enjadi gabar.4 P + Σ + - P L Ms D ω M=.H Gabar.4 Diagra blok antara kecepatan dan pengaruh konstanta peredaan [] Diagra blok disederhanakan enjadi: P + Σ - Ms + D M=.H ω P e Gabar.5 Fungsi alih antara kecepatan dan perubahan daya beban [] Universitas Indonesia 5 Peodelan pengendalian..., Donny Nurayady, FT UI, 00.

12 6 Delta P erupakan daya ekanis yang dihasilkan oleh perputaran turbin. Delta Pe adalah daya elektris yaitu perubahan beban, dala hal ini adalah perubahan beban yang tidak epengaruhi frekuensi. Sedangkan D adalah perubahan beban yang epengaruhi frekuensi. M adalah oentu sudut. Nilai nya diperoleh dari perhitungan dua kali kobinasi penjulahan konstanta inersia turbin dan generator ( M = H). Nilai konstanta inersia H dan penjulahannya dapat dilihat pada sub bab.6..4 Penggerak Mula Suber utaa energi listrik disuplai oleh energi kinetik air atau uap yang erupakan hasil pebakaran bahan bakar fosil atau nuklir [,5]. Penggerak ula engkonversikan suber energi ini enjadi energi ekanik yang keudian diubah enjadi energi listrik oleh generator sinkron. Penggerak ula dala hal ini adalah turbin. Turbin adalah esin atau otor yang roda penggeraknya berporos dengan sudu (baling-baling) yang digerakkan oleh aliran air, uap, atau udara. Turbin uap adalah turbin yang engubah energi kinetis enjadi energi ekanis. Turbin eiliki asukan berupa tenaga ekanik dari dorongan fluida dan eiliki output tenaga ( torka ) ekanik yang digunakan untuk eutar generator. Turbin juga eiliki peralatan pendaping sebagai pengatur putaran yang disebut governor. Sebuah turbin uap engubah enegi uap yang bertekanan dan berteperatur tinggi ke energi putar, lalu selanjutnya diubah enjadi energi listrik elalui generator. Suber panas untuk boiler eproduksi uap bisa saja dari pebakaran bahan bakar fosil ( batubara, inyak gas) atau dari reaktor nuklir. Bentuk turbin beraca-aca tergantung pada ukuran dan kondisi uapnya. Turbin biasanya terdiri dari dua atau lebih bagian turbin yang dihubungkan terkopel secara seri ( High Pressure (HP) turbin, Interediate Pressure ( IP ), Low Pressure ( LP ) turbin). Pada Inlet turbin terdapat pipa dan nozzle yang ebuat kecepatan laju uap eningkat tinggi. Energi kinetik dari uap kecepatan tinggi ini, dikonversikan pada poros enjadi torsi. Sebuah turbin dengan beberapa bagian biasanya epunyai jenis tandecopound atau cross copound. Turbin cross copound terdiri dua poros yang asing-asingnya terhubung ke generator dan digerakan oleh satu atau lebih bagian Universitas Indonesia 6 Peodelan pengendalian..., Donny Nurayady, FT UI, 00.

13 7 turbin Pada turbin tande-coupound, seua bagian di satukan pada satu poros dan terhubung pada sebuah generator. [] Turbin Pebangkit Listrik Tenaga Nuklir biasanya enggunakan jenis tandecopound dan epunyai kecepatan 500 r/in. Konfigurasi turbin dapat dilihat dari gabar.6 [] gabar.6 Konfigurasi turbin untuk PLTN [] Pada gabar.6 terlihat, turbin terdiri dari satu bagian HP dan tiga bagian LP. Uap keluaran dari HP enuju Moisture Separator Reheater ( MSR ) sebelu asuk ke bagian LP. MSR berfungsi untuk engurangi kelebaban uap pada saat easuki LP sehingga akan engurangi rugi-rugi akibat kelebaban dan erosi. Pada turbin untuk pebangkit listrik tenaga nuklir tidak ada turbin IP. Ini dikarenakan pada konfigurasi pada turbin IP, setelah uap keluar elalui turbin HP, asuk ke reheater lalu uap tersebut asuk anuju turbin IP. Pada kondisi ini, uap yang dihasilkan adalah jenis uap superheated, sedangkan karakteristik pada turbin PLTN adalah jenis uap saturated yang ana tekanan dan panas uap tersebut telah dikondisikan pada suhu dan tekanan tertentu sesuai dengan batasan aterial dari turbin PLTN. Turbin untuk PLTN, dilengkapi dengan 4 set katup. Main inlet Stop Valve( MSV), dan Control Valve ( CV ), Reheater Stop Valve ( RSV) dan Intercept Valve (IV). Katup-katup ini bekerja secara paralel dan ataupun seri. MSV berfungsi sebagai stop valve darurat dan tidak engatur putaran dan beban. Pada kondisi noral pengendalian katup utaa diatur oleh governor. Sedangkan CV dan IV berfungsi sebagai katup pengendali terhadap putaran lebih yang engakibatkan kehilangan Universitas Indonesia 7 Peodelan pengendalian..., Donny Nurayady, FT UI, 00.

14 8 beban. []. Dari gabar.6 dibuat sebuah blok diagra peodelannya yang dituangkan pada peograan MATLAB. Pada gabar.7 adalah gabar diagra blok turbin PLTN. 0.8 Governor 0.3s+ Stea chest FHP 0.3s reheater 0.4 FLP 0.4 FLP Generator 0.4 FLP3 Gabar.7. Diagra blok turbin PLTN.5 Governor [6] Siste tenaga listrik harus apu enyediakan tenaga listrik bagi para pelanggan dengan frekuensi yang praktis dan konstan. Penyipangan frekuensi dari nilai noinal harus selalu dala batas toleransi yang diperbolehkan. Daya aktif epunyai hubungan erat dengan frekuensi siste tenaga listrik., sedangkan beban siste yang berupa daya aktif dan daya reaktif selalu berubah-ubah sepanjang waktu. Oleh karena itu, untuk epertahankan frekuensi dala batas toleransi yang diperbolehkan, pebangkitan daya aktif dala siste harus disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan atas daya aktif, harus selalu disesuaikan dengan beban daya aktif. Perubahan beban engakibatkan terjadi perubahan kecepatan putar turbin-generator perubahan kecepatan ini berhubungan dengan perubahan frekuensi. Penyesuaian daya aktif ini dilakukan dengan engatur besarnya kopel penggerak generator. Penabahan kopel peutar generator eerlukan penabahan bahan bakar pada pebangkit teris dala hal ini, adalah produksi uap. Pengaturan peberian pasokan uap ini di atur oleh siste governor. Pada saat beban listrik bertabah, perintaan daya listrik (Pe) bertabah. Pe einta daya ekanis (P ) untuk enabah putarannya. Penabahan putaran daya ekanis adalah dengan engatur katup asukan uap ke Universitas Indonesia 8 Peodelan pengendalian..., Donny Nurayady, FT UI, 00.

15 9 turbin untuk enyesuaikan putaran perintaan beban serta engebalikan frekuensi pada nilai noinal. Siste governor eiliki tiga dasar prinsip kerja, yaitu pengendalian kecepatan/beban, pengendalian kecepatan lebih, dan pebukaan darurat karena kecepatan putar lebih. [] Pengendalian kecepatan/beban pada dasarnya erupakan pengendalian katup CV, seperti terlihat pada gabar.8 pengendalian kecepatan pada governor disetting pada 4-5 % speed droop. Tujuannya adalah untuk engatur posisi CV untuk eberikan pebukaan katup uap yang sesuai. Pengendalian kecepatan lebih, kinerja sebuah turbin bergantung pada keapuan turbin dala ebatasi kecepatan putar yang akan engakibatkan pelepasan beban dan engebalikan kecepatan turbin pada keadaan tunak. Tujuan utaa dari pengendalian kecepatan lebih adalah untuk enghindari peutusan darurat yang disebabkan oleh putaran lebih yang akan engakibatkan pelepasan beban. Biasanya pebukaan darurat disetting pada 0%-5% dari kecepatan noral, aka pengendalian kecepatan lebih harus disetting sebesar 0.5%-% dibawah kecepatan pebukaan darurat. Pada turbin uap terdapat dua siste katup terpisah yang dapat engendalikan pasokan uap, yaitu siste katup CV dan siste katup IV. Dikarenakan uap juga terdapat pada peanas ulang aka peran katup IV pada kondisi ini sangat penting untuk engendalikan uap ke turbin LP. Bersaa dengan CV ebangkitkan sekitar 60%-80% total daya ekanis turbin. Pebukaan darurat adalah proteksi terakhir yang dilakukan dikarenakan kesalahan kegagalan pada kecepatan noral dan putaran lebih. Pebukaan darurat ini di rancang terpisah dari pengendalian putaran lebih. Pebukaan darurat dilakukan oleh katup pebuka secara cepat oleh Main and reheat Stop Valve (MSV), tujuannya adalah enghentikan uap dari siste pebangkit uap. [] Peran governor pada sebuah pebangkit listrik tenaga teral dapat digabarkan sebagai berikut: P reff Governor Turbin T P Generator P e T e Gabar.8. Peran governor pada pebangkit Universitas Indonesia 9 Peodelan pengendalian..., Donny Nurayady, FT UI, 00.

16 0 T = Torsi Mekanik Te = Torsi Elektrik P = Daya Mekanik Pe = Daya elektrik P L = Daya beban Integritas suatu turbin uap tergantung kepada keapuan turbin dala engendalikan kecepatan rotor. Kecepatan rotor berhubungan erat dengan pasokan uap. Ada siste katup yang berbeda untuk engendalikan pasokan energi uap. Siste katup Control Valve ( CV) dan Siste katup Intercept Valve (IV).5.. Siste Katup CV [] Aliran uap dari siste pebangkit uap asuk ke dala turbin HP elalui Control Valve dan Main Stop Valve. Konstruksi dari Control Valve sering disebut sebagai Stea Chest. Uap ini asuk kedala Stea Chest dan jalur peipaan enuju turbin HP Seua katup yang bersifat Stop valve dianggap konstan/linier, sehingga tidak perlu diodelkan. Control Valve (CV) berperan sebagai governor. Seperti sudah diketahui sebelunya bahwa control valve enggabungkan aliran uap yang enuju turbin dan perubahan frekuensi/beban selaa operasi noral. Respon dari aliran uap terhadap sebuah perubahan pada control valve ditandai dengan konstanta waktu yaitu konstanta waktu dari stea chest dan peipaan yang enuju ke turbin HP. Besarnya konstanta waktu control valve atau governor adalah T gov = 0.03 s.5.. Siste katup IV Keluaran dari turbin HP elewati Moisture Separator Reheater (MSR) untuk peanasan ulang sebelu asuk ke turbin LP. Sebelu asuk ke turbin LP uap elewati katup IV Intercept Valve biasanya digunakan untuk pengendalian daya ekanik turbin sehubungan dengan kejadian kecepatan putaran berlebih. Pada tesis ini peodelan katup IV dianggap konstan dan tidak diodelkan.6. Data Teknis Pebangkit Dari penelusuran referensi yang didapat dari Pusat Pengebangan Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasioal ( PPEN-BATAN), diabil contoh data teknis pebangkit dari sebuah PLTN jenis PWR jenis AP 000 produksi Westinghouse. Data tersebut adalah sebagai berikut: Universitas Indonesia 0 Peodelan pengendalian..., Donny Nurayady, FT UI, 00.

17 Tabel.. Konstanta pada poros berputar [3] No Massa Rotor Moen Inersia (WR²) (lb.ft²) Letak poros Kelenturan (K) ( lb.ft/rad) Generator.4.38 Gen-LP LP LP3-LP LP LP-LP LP LP-HP HP 5.40 Tabel.. Data turbin dan generator PLTN jenis AP000 [] Paraeter Ukuran Satuan Kapasitas 375 MVA Kecepatan putar 500 Rp Tegangan 4 kv Julah kutub 4 Jenis Turbin Turbin HP Turbin LP 3 Unit Unit Konstanta Fraksi HP ( FHP ) 0.8 Pu Konstanta Fraksi LP ( FLP) 0.4 Pu Konstanta waktu governor 0.03 S ( Tgovernor) Konstanta Waktu Peanasan 0.3 S Ulang ( Trh) Dibawah ini tabel nilai konstanta hubungan antar torsi pada asing-asing bagian putar turbin dan generator..7. Perhitungan Konstanta Besarnya nilai konstanta diabil dari data-data referensi. Baik dari literatur aupun dari hasil penelitian. Selain itu nilai-nilai konstanta ini juga diabil berdasarkan asusi-asusi dengan pertibangan data-data teknis yang sebenarnya. Universitas Indonesia Peodelan pengendalian..., Donny Nurayady, FT UI, 00.

18 .7.. Konstanta Inersia Contoh perhitungan dilakukan hanya pada satu noor assa saja, sedangkan noor assa yang lain dihitung terpisah dan tidak dijabarkan. Contoh perhitungan engabil data noor assa 5 pada tabel.. yaitu, WR = 5.40 lb.ft, dengan enggunakan persaaan (.3) didapat oen inersia J 5:,356 J 5 = (5.40) (.3) 3, = 9485,3 kg. Dengan enggunakan persaaan (.4) dihitung besarnya konstanta Inersia (H) π 500 H 5 = 9485,3 (.33) H 5 = 0,08509 MWs/MVA Dengan cara yang saa aka didapat H 4 = 0, MWs/MVA H 3 = 0,698 MWs/MVA H = 0,6975 MWs/MVA H = 0,40634 MWs/MVA Keudian dijulahkan enjadi H = MWs/MVA.8. Hubungan Antar Koponen Pebangkit Dari uraian diatas, blok-blok diagra saling dihubungkan sehingga ebuat sebuah diagra blok pebangkit listrik tenaga nuklir. Seperi terlihat pada diagra blok pada gabar.9 P reff τ GOVERNOR τ TURBIN τ GENERATOR ω Gabar.9 Diagra blok pebangkit listrik tenaga nuklir Dari diagra blok diatas dibentuk sebuah penyederhanaan blok dengan persaaan ateatis. Universitas Indonesia Peodelan pengendalian..., Donny Nurayady, FT UI, 00.

19 3 A. Mencari τ governor. τ GOVERNOR = (.34) + T governor dari subbab.5. diperoleh T governor = 0.03 s. Sehingga: τ GOVERNOR = (.35) s B. Mencari τ TURBIN Dari gabar.6 dibuat penjabaran persaaan sebagai berikut: = ( s) s + 0.3s 3 T turbin (.36) T ( s) = + turbin 0.3s s (.37) (0.8) (0.3s) + (0.7).(0.3s + ) T turbin ( s) = (.38) (0.3s + )(0.3s) s +.4 ( s) = 0.3s + s (.39) T turbin C. τ Generator Pada gabar.5 telah dibentuk sebuah persaaan Nilai H erupakan penjulahan dari perhitungan pada subbab.7.. τ GENERATOR, diana M =.H. Dengan H = MWs/MVA dan D diasusikan epunyai nilai. Maka bentuk τ GENERATOR adalah : τ GENERATOR = M. s + D τ GENERATOR = (.40) s + Dari persaaan-persaaan diatas digabungkan untuk ebentuk sebuah persaaan lingkar terbuka dari sebuah pebangkit. Dengan berpedoan pada gabar.9 aka persaaan lingkar terbuka enjadi Universitas Indonesia 3 Peodelan pengendalian..., Donny Nurayady, FT UI, 00.

20 4 ω P reff = [ τ ) ( τ ) ( τ )] ( gov turbin generator (.4) ω P reff ω P reff = s ( = 0.03 s 3 s +.4 ) 0.3s + s s + s s s + (.4) Dari persaaan lingkar tertutup akan dicari upan balik speed droop D. Mencari konstanta speed droop. Persaaan lingkar tertutup dibentuk dari gabar.9 dan persaaan (.4) diberikan upan balik konstanta speed droop. Terlebih dahulu dicari nilai konstanta speed droop. Dari persaaan (.4) dibentuk dala persaaan : KG. H = ( s) ( s) ( + τ. s) ( + τ. s) ( Ms + D) gov K turbin (.43) ( ). K KG H ( ) = (.44) s s s s s + Dengan K = R K + KG( s ). H ( s) = + (.45) s s s + Dengan enggunakan etode Routh Hurwitz dari persaaan (.45) s s s + + K Berikut adalah tabel kriteria Routh Hurwitz s s s s K K K 0 (.46) Dari baris s nilai K harus K < dan K > - Universitas Indonesia 4 Peodelan pengendalian..., Donny Nurayady, FT UI, 00.

21 5 Selaa K = aka konstanta droop adalah R R. atau R > Dengan deikian besarnya droop harus lebih besar dari Dari uraian diatas dibuat diagra blok pebangkit dengan asukan gangguan perubahan daya beban dan keluaran perubahan frekuensi. Pada gabar.0 dipilih nilai speed droop sebesar 0.5 delta P PL.5789s+ Generator delta w Scope P 0.03s+ governoor s s +s turbin Droop 0.5 Gabar.0 Diagra blok pebangkit beserta asukan gangguan P L Universitas Indonesia 5 Peodelan pengendalian..., Donny Nurayady, FT UI, 00.

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. Uu Transforator erupakan suatu alat listrik yang engubah tegangan arus bolak balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain elalui suatu gandengan agnet dan berdasarkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1) RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co

Lebih terperinci

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI Muhaad Aldo Aditiya Nugroho (13213108) Asisten: Dede Irawan (23214031) Tanggal Percobaan: 29/03/16 EL3215 Praktiku Siste Kendali Laboratoriu Siste Kendali dan Koputer - Sekolah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN 35 BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk elihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan enjulahkan hasil pengukuran enggunakan kwh-eter satu fasa pada jalur fasa-fasa dengan

Lebih terperinci

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Penyajian Laporan Dala penyajian bab ini dibuat kerangka agar eudahkan dala pengerjaan laporan. Berikut ini adalah diagra alir tersebut : Studi Pustaka Model-odel Eleen Struktur

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Listrik Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi juga merupakan bagian yang paling

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TEORETIK

BAB III ANALISA TEORETIK BAB III ANALISA TEORETIK Pada bab ini, akan dibahas apakah ide awal layak untuk direalisasikan dengan enggunakan perhitungan dan analisa teoretik. Analisa ini diperlukan agar percobaan yang dilakukan keudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1)

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1) JURNAL TEKNIK MESIN Vol 4, No 2, Oktober 2002: 94 98 Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Perforansi Mesin Pendingin ) Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Energi atahari sebagai suber energi pengganti tidak bersifat polutif, tak dapat habis, serta gratis dan epunyai prospek yang cukup baik untuk dikebangkan. Apalagi letak geografis

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM 25 PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM Budi Hartono Fakultas Teknik, Universitas Ibnu Chaldun, Jl. Raya Serang Cilegon K.5, Serang Banten. Telp. 254-82357 / Fax. 254-82358

Lebih terperinci

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA Di sekitar kita banyak benda yang bergetar atau berosilasi, isalnya assa yang terikat di ujung pegas, garpu tala, gerigi pada ja ekanis, penggaris elastis yang salah satu

Lebih terperinci

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dala bidang konstruksi sifat aterial yang dapat terdefleksi erupakan suatu hal yantg sangat enakutkan karena bila saja hal tersebut terjadi aka struktur yang dibangun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pebekuan Pebekuan berarti peindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat dan erupakan salah satu proses pengawetan yang uu dilakukan untuk penanganan

Lebih terperinci

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL)

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL) Media Elektrika, ol. 8, No. 1, Juni 015 ISSN 1979-7451 PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL) Adhi Kusantoro, ST, MT [1] Ir.Agus Nuwolo,

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA ASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU ASA Maulana Ardiansyah, Teguh Yuwono, Dedet Candra Riawan Jurusan Teknik Elektro TI - ITS Abstrak Generator induksi

Lebih terperinci

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL 1 GETARAN PEGAS SERI-PARALEL I. Tujuan Percobaan 1. Menentukan konstanta pegas seri, paralel dan seri-paralel (gabungan). 2. Mebuktikan Huku Hooke. 3. Mengetahui hubungan antara periode pegas dan assa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

Solusi Treefy Tryout OSK 2018

Solusi Treefy Tryout OSK 2018 Solusi Treefy Tryout OSK 218 Bagian 1a Misalkan ketika kelereng encapai detektor bawah untuk pertaa kalinya, kecepatan subu vertikalnya adalah v 1y. Maka syarat agar kelereng encapai titik tertinggi (ketika

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 013 TINGKAT PROPINSI FISIKA Waktu : 3,5 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK

ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK Oleh : Patriandari 2206 100 026 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc, PhD.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011)

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011) Soal Latihan (3-11 Noveber 2011) Kerjakan soal-soal berikut selaa 1 inggu untuk elatih keapuan Anda. Kerjakan 2-3 soal per hari. Sebelu engerjakan soal-soal tersebut, sebaiknya Anda engerjakan soalsoal

Lebih terperinci

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan 2.1.2. Pengertian Getaran Getaran adalah gerakan bolak-balik dala suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan gerak tersebut. Seua benda

Lebih terperinci

Simulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Smith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu

Simulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Smith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu 6 Siulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Sith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu Neilcy Tjahja Mooniarsih Progra Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING Puji Saksono 1) ABSTRAK Kondensor erupakan alat penukar kalor pada sisti refrigerasi yang berfungsi untuk elepaskan

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN 43 MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : MATERI KULIAH: Mekanika klasik, Huku Newton I, Gaya, Siste Satuan Mekanika, Berat dan assa, Cara statik engukur gaya.. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL 6.1 MEKANIKA

Lebih terperinci

1. Penyearah 1 Fasa Gelombang Penuh Terkontrol Beban R...1

1. Penyearah 1 Fasa Gelombang Penuh Terkontrol Beban R...1 DAFTA ISI. Penyearah Fasa Gelobang Penuh Terkontrol Beban..... Cara Kerja angkaian..... Siulasi Matlab...7.3. Hasil Siulasi.... Penyearah Gelobang Penuh Terkontrol Beban -L..... Cara Kerja angkaian.....

Lebih terperinci

BAB II PENYEARAH DAYA

BAB II PENYEARAH DAYA BAB II PENYEARAH DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah engikuti ateri ini diharapkan ahasiswa eiliki kopetensi: Menguasai karakteristik penyearah setengah-gelobang dan gelobang-penuh satu fasa dan tiga fasa Menguasai

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-58 Perancangan Siste Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Siste Fuzzy Mochaad Raa Raadhan,

Lebih terperinci

OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK TUANG TINGGI: STUDI KASUS LAPANGAN X

OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK TUANG TINGGI: STUDI KASUS LAPANGAN X IATMI 2006-TS-30 PROSIDING, Siposiu Nasional & Kongres IX Ikatan Ahli Teknik Perinyakan Indonesia (IATMI) 2006 Hotel The Ritz Carlton Jakarta, 5-7 Noveber 2006 OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR MODEL MATEMATIKA SISTEM PEMUKAAN ZAT AI PENGANTA Pada bagian ini kita akan enurunkan odel ateatika siste perukaan zat cair. Dengan eperkenalkan prinsip resistansi dan kapasitansi untuk siste perukaan zat

Lebih terperinci

Model Produksi dan Distribusi Energi

Model Produksi dan Distribusi Energi Model Produksi dan Distribusi Energi Yayat Priyatna Jurusan Mateatika FMIPA UNPAD Jl. Raya Jatinangor Bdg Sd K 11 E ail : yatpriyatna@yahoo.co Abstrak Salah satu tujuan utaa proses produksi dan distribusi

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK Lucky T Sianjuntak, Maksu Pine Departeen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Suatera Utara, Medan e-ail : LuckyTrasya@gail.co

Lebih terperinci

BAB 21. INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

BAB 21. INDUKSI ELEKTROMAGNETIK DAFTAR ISI DAFTAR ISI... BAB. INDUKSI EEKTROMAGNETIK.... Huku Faraday dan enz.... Generator istrik...6.3 Transforator...7.4 Indukstansi...9.5 Energi dala Medan Magnet....6 Rangkaian istrik AC...4.7 Osilator....8

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelu sapai pada pendefinisian asalah network flow, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan engenai konsep-konsep dasar dari odel graph dan representasinya

Lebih terperinci

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 5 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT Baharuddin Progra Studi Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura, Pontianak Eail : cithara89@gail.co

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Putaran Kompresor Pada Sistem Pengkondisian Udara Dengan Pre-Cooling

Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Putaran Kompresor Pada Sistem Pengkondisian Udara Dengan Pre-Cooling JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No., (016) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) F-84 Studi Eksperien Pengaruh Variasi Kecepatan Putaran Kopresor Pada Siste Pengkondisian Udara Dengan Pre-Cooling Fariz Ibrohi dan Ary

Lebih terperinci

Bab IV. Pemodelan, Pengujian dan Analisa. Sistem Steel Ball Magnetic Levitation

Bab IV. Pemodelan, Pengujian dan Analisa. Sistem Steel Ball Magnetic Levitation Bab IV Peodelan, Pengujian dan Analisa Siste Steel Ball Magnetic Levitation Pada bab IV ini akan dijelaskan engenai peodelan, pengujian dari siste yang tela dibuat dan penganalisaan asil pengujian tersebut.

Lebih terperinci

VIII. TORSI Definisi Torsi. (couples) yang menghasilkan perputaran terhadap sumbu longitudinalnya. [Torsi]

VIII. TORSI Definisi Torsi. (couples) yang menghasilkan perputaran terhadap sumbu longitudinalnya. [Torsi] [orsi] VIII. OSI 8.1. Definisi orsi orsi adah suatu peuntiran sebuah batang yang diakibatkan oleh kopelkopel (couples) yang enghasilkan perputaran terhadap subu longitudinnya. Kopel-kopel yang enghasilkan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY 3.1 Analisis Dinaika Model Hodgkin Huxley Persaaan Hodgkin-Huxley berisi epat persaaan ODE terkopel dengan derajat nonlinear yang tinggi dan sangat sulit

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI DIRECT TORQUE CONTROL PADA MOTOR INDUKSI

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI DIRECT TORQUE CONTROL PADA MOTOR INDUKSI PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI DIRECT TORQUE CONTROL PADA MOTOR INDUKSI Zanu Rachad Wahyudi 0905068 Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopeber Kapus ITS, Surabaya 60 e-ail: zanoe_rw@yahoo.co

Lebih terperinci

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus Fisika-TEP FTP UB /6/3 Dinaika 3 TIM FISIKA FTP UB PUSAT MASSA Titik pusat assa / centroid suatu benda ditentukan dengan ruus ~ x x ~ y y ~ z z Diana: x, y, z adalah koordinat titik pusat assa benda koposit.

Lebih terperinci

PENGARUH WATER STORAGE VOLUME TERHADAP UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER (SAHPWH) MENGGUNAKAN HFC-134a

PENGARUH WATER STORAGE VOLUME TERHADAP UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER (SAHPWH) MENGGUNAKAN HFC-134a PENGARUH WATER STORAGE VOLUME TERHADAP UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER (SAHPWH) MENGGUNAKAN HFC-34a Wibawa Endra J, Tri Istanto Staf Pengajar - Jurusan Teknik Mesin - Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT PENJUMAHAN MOMENTUM SUDUT A. Penjulahan Moentu Sudut = + Gabar.9. Penjulahan oentu angular secara klasik. Dua vektor oentu angular dan dijulahkan enghasilkan Jika oentu angular elektron pertaa adalah dan

Lebih terperinci

Oleh: Sudaryatno Sudirham

Oleh: Sudaryatno Sudirham Mesin Sinkrn Oleh: Sudaryatn Sudirha Kita telah elihat bahwa pada transfratr terjadi alih energi dari sisi prier ke sisi sekunder. Energi di ke-dua sisi transfratr tersebut saa bentuknya (yaitu energi

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa pelat lantai gedung rawat inap RSUD Surodinawan Kota Mojokerto dengan enggunakan teori garis leleh ebutuhkan beberapa tahap perhitungan dan analsis aitu perhitungan

Lebih terperinci

Gerak Harmonik Sederhana Pada Ayunan

Gerak Harmonik Sederhana Pada Ayunan Gerak Haronik Sederhana Pada Ayunan Setiap gerak yang terjadi secara berulang dala selang waktu yang saa disebut gerak periodik. Karena gerak ini terjadi secara teratur aka disebut juga sebagai gerak haronik/haronis.

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Turbin uap berfungsi untuk mengubah energi panas yang terkandung. menghasilkan putaran (energi mekanik).

BAB I PENDAHULUAN. Turbin uap berfungsi untuk mengubah energi panas yang terkandung. menghasilkan putaran (energi mekanik). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Turbin uap adalah suatu penggerak mula yang mengubah energi potensial menjadi energi kinetik dan energi kinetik ini selanjutnya diubah menjadi energi mekanik dalam

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Dimensi Pipa Kapiler Pada Sistem Air Conditioning Dengan Pre-Cooling

Studi Eksperimen Pengaruh Dimensi Pipa Kapiler Pada Sistem Air Conditioning Dengan Pre-Cooling JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No., (016) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) A-918 Studi Eksperien Pengaruh Diensi Pipa Kapiler Pada Siste Air Conditioning Dengan Pre-Cooling Awan Satya Darawan dan Ary Bachtiar

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG )

PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG ) PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG ) Siti Munawaroh, S.Ko Abstrak: Koperasi Aanah Sejahtera erupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PLTU merupakan sistem pembangkit tenaga listrik dengan memanfaatkan energi panas bahan bakar untuk diubah menjadi energi listrik dengan

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015 SEEKSI OIMPIDE TINGKT KBUPTEN/KOT 14 TIM OIMPIDE FISIK INDONESI 15 Bidang Fisika Waktu : 18 enit KEMENTRIN PENDIDIKN DN KEBUDYN DIREKTORT JENDER PENDIDIKN DSR DN MENENGH DIREKTORT PEMBINN SEKOH MENENGH

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEKANISME BACK LIFT

PERANCANGAN MEKANISME BACK LIFT Seinar Nasional - IX Rekayasa dan Aplikasi Mesin di Industri Kapus ITENAS - Bandung, 9-10 Noveber 2010 PERANCANGAN MEKANISME BACK LIFT Tito Shantika dan Encu Saefudin Jurusan esin, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN TIPE M/M/c DENGAN SISTEM PELAYANAN FASE CEPAT DAN FASE LAMBAT

ANALISIS ANTRIAN TIPE M/M/c DENGAN SISTEM PELAYANAN FASE CEPAT DAN FASE LAMBAT ANALISIS ANTRIAN TIPE M/M/c DENGAN SISTEM PELAYANAN FASE CEPAT DAN FASE LAMBAT OLEH : Budi Setiawan 106 100 034 Dosen Pebibing : Dra. Laksi Prita W, M.Si. Drs. Sulistiyo, MT. JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

Surya Darma, M.Sc Departemen Fisika Universitas Indonesia. Pendahuluan

Surya Darma, M.Sc Departemen Fisika Universitas Indonesia. Pendahuluan Surya Dara, M.Sc Departeen Fisika Universitas Indonesia Pendahuluan Potensial listrik yang uncul sebagai dapak dari perubahan edan agnet dala area tertentu disebut ggl induksi. Arus yang terjadi pada kawat

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Alur Permukaan Sirip pada Sistem Pendingin Mesin Kendaraan Bermotor

Studi Eksperimen Pengaruh Alur Permukaan Sirip pada Sistem Pendingin Mesin Kendaraan Bermotor Jurnal Kopetensi Teknik Vol. 1, No. 1, Noveber 009 1 Studi Eksperien Pengaruh Alur Perukaan Sirip pada Siste Pendingin Mesin Kendaraan Berotor Sasudin Anis 1 dan Aris Budiyono 1, Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WATER CHILLER

KARAKTERISTIK WATER CHILLER Karakteristik Water Chiller (PK Purwadi dan Wibowo Kusbandono KARAKTERISTIK WATER CHILLER PK Purwadi dan Wibowo Kusbandono ABSTRACT The quantities of cooling load and the condition of air in air conditioning

Lebih terperinci

Penerapan Metode Simpleks Untuk Optimalisasi Produksi Pada UKM Gerabah

Penerapan Metode Simpleks Untuk Optimalisasi Produksi Pada UKM Gerabah Konferensi Nasional Siste & Inforatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Penerapan Metode Sipleks Untuk Optialisasi Produksi Pada UKM Gerabah Ni Luh Gede Pivin Suwirayanti STMIK STIKOM Bali Jl. Raya

Lebih terperinci

TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK SK 2

TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK SK 2 TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK SK 2 TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK Bentuk tegangan dan arus bolak balik Bentuk tegangan dan arus bolak balik Ruus dan Keterangannya ; v v : tegangan sesaat (volt) : tegangan

Lebih terperinci

DINAMIKA LINEAR Teori Singkat Hukum-hukum Newton tentang Gerak Gaya-gaya yang sering dijumpai dalam persoalan mekanika: maksimum

DINAMIKA LINEAR Teori Singkat Hukum-hukum Newton tentang Gerak Gaya-gaya yang sering dijumpai dalam persoalan mekanika: maksimum DINAIKA LINEAR Teori Singkat Huku-huku Newton tentang Gerak. Huku Newton Benda yang dia atau berada dala gerak dengan keceatan konstan akan terus berada dala keadaan geraknya kecuali ada gaya yang bekerja

Lebih terperinci

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES I. TUJUAN PERCOBAAN a. Mengukur distribusi tegangan pada kondisi diterinasi 60 oh, ujung saluran terbuka dan Short circuit b. Mengukur distribusi λ/4, λ/2 pada

Lebih terperinci

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.460-919) Volue 1, No., Maret 016 MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI 1 Suraidin, Islahudin, 3 M. Firan Raadhan 1 Mahasiswa Sarjana

Lebih terperinci

RUMUS-RUMUS FISIKA SMP (diurutkan berdasarkan SKL 2008)

RUMUS-RUMUS FISIKA SMP (diurutkan berdasarkan SKL 2008) RUMUSRUMUS FISIK SMP (diurutkan berdasarkan SKL 008) M : KELS / O : Design by Denny 008 SMPK 4 BPK PEBUR O RUMUS SIMBOL STU (SI) Massa Jenis ρ = V Peuaian panjang zat padat 3 Kalor o.. T t o a. Kalor untuk

Lebih terperinci

Kata Kunci : PLC, ZEN OMRON, HP Bypass Turbine System, pompa hidrolik

Kata Kunci : PLC, ZEN OMRON, HP Bypass Turbine System, pompa hidrolik Makalah Seminar Kerja Praktek SIMULASI PLC SEDERHANA SEBAGAI RESPRESENTASI KONTROL POMPA HIDROLIK PADA HIGH PRESSURE BYPASS TURBINE SYSTEM Fatimah Avtur Alifia (L2F008036) Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

PENENTUAN e/m Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENENTUAN e/m Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta PENENTUAN e/ Kusnanto Mukti W/ M009031 Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Eksperien dala enentukan besar uatan elektron pertaa kali dilakukan oleh J.J.Thoson. Dala percobaanya,

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka 5 Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Definisi Penjadwalan Penjadwalan adalah kegiatan pengalokasian suber-suber atau esin-esin yang ada untuk enjalankan sekupulan tugas dala jangka waktu tertentu. (Baker,1974).

Lebih terperinci

PERFORMANSI MESIN REFRIGERASI KOMPRESI UAP TERHADAP MASSA REFRIGERAN OPTIMUM MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON

PERFORMANSI MESIN REFRIGERASI KOMPRESI UAP TERHADAP MASSA REFRIGERAN OPTIMUM MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON PERFORMANSI MESIN REFRIGERASI KOMPRESI UAP TERHADAP MASSA REFRIGERAN OPTIMUM MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON Azridjal Aziz (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Universitas Riau ABSTRAK Julah assa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan daerah sebagai bagian yang integral dari pebangunan nasional dilaksanakan berdasakan prinsip otonoi daerah dan pengaturan suber daya nasional yang

Lebih terperinci

12 A 13 D 14 D. Dit. h maks =? h maks = h + y maks = 9,2 + 1,8 = 11 m 15 B. A = B P.C Q dimensinya L.T -2 = (L 2.T 1 ) P.(L.

12 A 13 D 14 D. Dit. h maks =? h maks = h + y maks = 9,2 + 1,8 = 11 m 15 B. A = B P.C Q dimensinya L.T -2 = (L 2.T 1 ) P.(L. PEMBAHASAN PROBEM SET FISIKA SUPERINTENSIF 07 D 4 E keepatan perpindaha n s AB = 5 k v salan = 54 k/ja v uar = 36 k/ja Jika keepatan - sebuah benda saa dengan nol, aka perpindahan benda saa dengan nol.

Lebih terperinci

PENUKAR KALOR CANGKANG DAN TABUNG EFEKTIF UNTUK MENDINGINKAN MINYAK PELUMAS MESIN DIESEL DENGAN PENYARINGAN SISTEM CABANG.

PENUKAR KALOR CANGKANG DAN TABUNG EFEKTIF UNTUK MENDINGINKAN MINYAK PELUMAS MESIN DIESEL DENGAN PENYARINGAN SISTEM CABANG. PENUKR KLOR CNGKNG DN TBUNG EFEKTIF UNTUK MENDINGINKN MINYK PELUMS MESIN DIESEL DENGN PENYRINGN SISTEM CBNG Murni *) bstract Lubrication is iportant paraeter in whole operation in diesel engine, bad lubrication

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam Dapatkan soal-soal lainnya di http://foru.pelatihan-osn.co SOAL OLIPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan

Lebih terperinci

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis JURNAL TEKNIK ITS Vol., (Sept, ) ISSN: 3-97 G-59 Prediksi Uur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunai dengan Metode Spectral Fatigue Analysis Angga Yustiawan dan Ketut Suastika Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas

Lebih terperinci

Gambar 1. Skema proses komunikasi dalam pembelajaran

Gambar 1. Skema proses komunikasi dalam pembelajaran 2 kurang tertarik epelajari pelajaran ilu pengetahuan ala karena etode pebelajaran yang diterapkan guru. Jadi etode pengajaran guru sangat epengaruhi inat belajar siswa dala epelajari ilu pengetahuan ala.

Lebih terperinci

Lampiran 3 LKS Simulasi Tertutup 01

Lampiran 3 LKS Simulasi Tertutup 01 Lapiran 3 LKS Siulasi Tertutup 01 A. Standar Kopetensi Menerapkan konsep kelistrikan dala berbagai penyelesaian asalah dan berbagai produk teknologi. B. Kopetensi Dasar Meforulasikan besaran-besaran listrik

Lebih terperinci

BAB II Model Aliran Multifasa Dalam Pipa

BAB II Model Aliran Multifasa Dalam Pipa BAB II Model Aliran Multifasa Dala Pipa Sebelu elakukan proses optiasi diaeter pipa transisi inyak dibutuhkan beberapa odel ateatika untuk enyelesaikan hal-hal yan epenaruhi biaya total. Pihak produsen

Lebih terperinci

PEMOTONGAN PADA DUA HARGA TEGANGAN BERBEDA

PEMOTONGAN PADA DUA HARGA TEGANGAN BERBEDA EEKTONKA ANAOG Perteuan PEMOTONGAN PADA DUA HAGA TEGANGAN BEBEDA Disebut juga rangkaian pengiris atau slicer. angkaian utk peotongan pada dua harga tegangan yg berbeda ditunjukkan pd gabar (a) berikut.

Lebih terperinci

ANALISIS SCALING KETEL UAP PIPA API DI INDUSTRI TEKSTILCIREBON

ANALISIS SCALING KETEL UAP PIPA API DI INDUSTRI TEKSTILCIREBON ANALISIS SCALING KETEL UAP PIPA API DI INDUSTRI TEKSTILCIREBON JURNAL TEKNIK MESIN Oleh W. Djoko Yudisworo yudisworojoko@yahoo.co.id.tm-untag.crb ABSTRAK Penelitian terhadap unjuk kerja Ketel uap (Boiler

Lebih terperinci

dimana p = massa jenis zat (kg/m 3 ) m= massa zat (kg) V= Volume zat (m 3 ) Satuan massa jenis berdasarkan Sistem Internasional(SI) adalah kg/m 3

dimana p = massa jenis zat (kg/m 3 ) m= massa zat (kg) V= Volume zat (m 3 ) Satuan massa jenis berdasarkan Sistem Internasional(SI) adalah kg/m 3 Zat dan Wujudnya Massa Jenis Jika kau elihat kapas yang berassa 1 kg dan batu berassa 1 kg, apa ada di benaku? Massa Jenis adalah perbandingan antara assa benda dengan volue benda Massa jenis zat tidak

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GLOMBANG LKTROMAGNTIK Contoh. Hubungan dan B dari gelobang bidang elektroagnetik Suatu gelobang bidang elektroagnetik sinusoidal dengan frekuensi 5 MHz berjalan di angkasa dala arah X, seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Stabilitas Transien dan Perancangan Pelepasan Beban pada Joint Operating

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Stabilitas Transien dan Perancangan Pelepasan Beban pada Joint Operating BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Rujukan penelitian yang pernah dilakukan untuk mendukung penulisan tugas akhir ini antara lain: a. Berdasarkan hasil penelitian Denny Yusuf Sepriawan (2014)

Lebih terperinci

Kendalian Pada Sistem Suspensi Kendaraan Dengan Metoda Pole Placement dan Linier Quadratic Optimal Control.

Kendalian Pada Sistem Suspensi Kendaraan Dengan Metoda Pole Placement dan Linier Quadratic Optimal Control. Kendalian Pada Siste Suspensi Kendaraan Dengan Metoda Pole Placeent dan Linier Quadratic Optial Control. Ade Elbani Jurusan eknik Elektro Fakultas eknik, Universitas anjungpura Pontianak eail : adeelbani@yahoo.co

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan, fabrikasi dan pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan, fabrikasi dan pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tepat dan Waktu Penelitian Percobaan, fabrikasi dan pengabilan data pada penelitian ini dilakukan di Laboratoriu Terodinaika serta Bengkel Mekanik untuk elakukan beberapa

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian 39 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini terasuk tipe penelitian dengan pendekatan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis ini dipergunakan untuk enggabarkan tentang

Lebih terperinci

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude 9/0/0 Perhitungan Tahanan Kapal dengan etode Froude Froude enganggap bahwa tahanan suatu kapal atau odel dapat dipisahkan ke dala dua bagian: () tahanan gesek dan () tahanan sisa. Tahanan sisa ini disebabkan

Lebih terperinci

GENERATOR SINKRON Gambar 1

GENERATOR SINKRON Gambar 1 GENERATOR SINKRON Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak mula (prime mover)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Beberapa Defenisi Pada analisa keputusan, si pebuat keputusan selalu doinan terhadap penjabaran seluruh alternatif yang terbuka, eperkirakan konsequensi yang perlu dihadapi pada setiap

Lebih terperinci

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Jurnal Iliah MEDIA ENGINEERING Vol. 3, No. 2, Juli 2013 ISSN 2087-9334 (94-98) ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Octaviani Litwina Ada Aluni

Lebih terperinci

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) Ipleentasi Histogra Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segentasi Citra Berwarna Risky Agnesta Kusua Wati, Diana Purwitasari, Rully Soelaian

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan yang iring (dengan sudut θ terhadap bidang horizontal)

Lebih terperinci

Pemasangan LC Filter Pada SCR (Silicon Controlled Rectifier) Sebagai Pengendali Motor DC

Pemasangan LC Filter Pada SCR (Silicon Controlled Rectifier) Sebagai Pengendali Motor DC SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 15 ISSN: 47 7534 Peasangan LC Filter Pada SCR (Silicon Controlled Rectifier Sebagai Pengendali Motor DC Babang Prio Hartono, Choirul Saleh, Taufik Hidayat Progra Studi Teknik

Lebih terperinci

Analisa dan Desain Maximum Power Point Tracking Untuk Generator Induksi Pada Aplikasi Sepeda Listrik

Analisa dan Desain Maximum Power Point Tracking Untuk Generator Induksi Pada Aplikasi Sepeda Listrik Analisa dan Desain Maxiu Power Point Tracking Untuk Generator Induksi Pada Aplikasi Sepeda Listrik Anshari Hasan*, Air Hazah** *Teknik Elektro Universitas Riau **Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau**

Lebih terperinci