BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 ALJABAR MAX-PLUS. beberapa sifat khusus yang selanjutnya akan dibuktikan bahwa sifat-sifat tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

8 MATRIKS DAN DETERMINAN

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang

MATRIKS. 3. Matriks Persegi Matriks persegi adalah matriks yang mempunyai baris dan kolom yang sama.

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS

BAB I MATRIKS DEFINISI : NOTASI MATRIKS :

Pelabelan matriks menggunakan huruf kapital. kolom ke-n. kolom ke-3

SISTEM BILANGAN BULAT

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi

MATRIKS A = ; B = ; C = ; D = ( 5 )

MATRIKS. 2. Matriks Kolom Matriks kolom adalah matriks yang hanya mempunyai satu kolom. 2 3 Contoh: A 4 x 1 =

Matematika Teknik INVERS MATRIKS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA SISI DALAM ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN FUZZY

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS

BAB 2 LANDASAN TEORI

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

Struktur Hirarkis Jalur Kereta Api SDT Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max-Plus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRUKTUR ALJABAR 1. Winita Sulandari FMIPA UNS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jelas. Ada tiga cara untuk menyatakan himpunan, yaitu: a. dengan mendaftar anggota-anggotanya;

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR

MATRIKS. Notasi yang digunakan NOTASI MATRIKS

Pengolahan Dasar Matriks Bagus Sartono

Jurnal Matematika Murni dan Terapan Epsilon Juni 2014 Vol. 8 No. 1 METODE KARMARKAR SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH PEMROGRAMAN LINEAR

Semi Modul Interval [0,1] Atas Semi Ring Matriks Fuzzy Persegi

BAB II LANDASAN TEORI

STRATEGI PENYELESAIAN UNTUK SISTEM INTERVAL PADA ALJABAR MAX-PLUS

B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN. Bilangan Kompleks. Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner)

Siti Sulistiani, Oni Soesanto, M. Mahfuzh Shiddiq

2. MATRIKS. 1. Pengertian Matriks. 2. Operasi-operasi pada Matriks

PERMANEN DAN DOMINAN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL

BAB II KERANGKA TEORITIS. komposisi biner atau lebih dan bersifat tertutup. A = {x / x bilangan asli} dengan operasi +

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara

R maupun. Berikut diberikan definisi ruang vektor umum, yang secara eksplisit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika

KAJIAN SIFAT SIFAT GRAF PEMBAGI-NOL DARI RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN

Teori permainan mula-mula dikembangkan oleh ilmuan Prancis bernama Emile Borel, secara umum digunakan untuk menyelesaikan masalah yang

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta

Pertemuan 2 Matriks, part 2

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS

POLINOMIAL ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL

MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR

Rangkuman Suku Banyak

Sistem Bilangan Kompleks (Bagian Pertama)

& & # = atau )!"* ( & ( ( (&

ANALISIS EIGENPROBLEM MATRIKS SIRKULAN DALAM ALJABAR MAX-PLUS

Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang dinotasikan. (i), untuk setiap ( bersifat assosiatif);

MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK DENGAN MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS TESIS

Uraian Singkat Himpunan

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup

MATEMATIKA BISNIS. Himpunan. Muhammad Kahfi, MSM. Modul ke: Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen.

Tujuan. Mhs dapat mendemonstrasikan operasi matriks: penjumlahan, perkalian, dsb. serta menentukan matriks inverse

Konsep Dasar. Modul 1 PENDAHULUAN

KARAKTERISASI PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ATAS ALJABAR SUPERTROPICAL

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA

ALJABAR LINIER DAN MATRIKS

02-Pemecahan Persamaan Linier (1)

Definisi. Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek yang berbeda. Objek di dalam himpunan disebut elemen, unsur, atau anggota.

DIKTAT MATEMATIKA II

Course of Calculus MATRIKS. Oleh : Hanung N. Prasetyo. Information system Departement Telkom Politechnic Bandung

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 tegangan bidang pada (a) pelat dengan lubang (b) pelat dengan irisan (Daryl L. Logan : 2007) Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang semiring, Aljabar Max-Plus, sifat-sifat

Modul 2.2 Matriks dan Sistem Persamaan Linear (Topik 2) A. Pendahuluan Matriks dan Sistem Persamaan Linear

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam

STRUKTUR ALJABAR. Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif.

PERTEMUAN 11 RUANG VEKTOR 1

Pengantar Vektor. Besaran. Vektor (Mempunyai Arah) Skalar (Tidak mempunyai arah)

II. M A T R I K S ... A... Contoh II.1 : Macam-macam ukuran matriks 2 A. 1 3 Matrik A berukuran 3 x 1. Matriks B berukuran 1 x 3

DIAGONALISASI MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN INTISARI

Pertemuan 4 Aljabar Linear & Matriks

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan

OPERASI MODIFIKASI ARITMATIKA INTERVAL TERHADAP INVERS MATRIKS INTERVAL

HIMPUNAN MATEMATIKA. Program Studi Agroteknologi Universitas Gunadarma

UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DALAM ALJABAR KLASIK DAN ALJABAR MAX-PLUS TESIS MULYADI NPM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Simetrisasi Aljabar Max Plus

MATRIKS. Definisi: Matriks adalah susunan bilangan-bilangan yang berbentuk segiempat siku-siku yang terdiri dari baris dan kolom.

Teorema Dasar Aljabar Mochamad Rofik ( )

BAB 2 LANDASAN TEORI

Fadly Ramadhan, Thresye, Akhmad Yusuf

Materi Ke_2 (dua) Himpunan

PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG

MATEMATIKA 1. Pengantar Teori Himpunan

MATRIKS. Matriks adalah himpunan skalar (bilangan riil/kompleks) yang disusun secara empat persegi panjang (menurut baris dan kolom)

LECTURE NOTES MATEMATIKA DISKRIT. Disusun Oleh : Dra. D. L. CRISPINA PARDEDE, DEA.

STRUKTUR ALJABAR II. Materi : 1. Ring 2. Sub Ring, Ideal, Ring Faktor 3. Daerah Integral, dan Field.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aljabar Max-Plus Himpunan bilangan riil (R) dengan diberikan opersai max dan plus dengan mengikuti definisi berikut : Definisi II.A.1: Didefinisikan εε dan ee 0, dan untuk himpunan R { } dinotasikan dengan R mmmmmm, untuk setiap aa, bb R mmmmmm, didefinisikan operasi dan dengan: aa bb max (aa, bb) dan aa bb aa + bb Untuk setiap R mmmmmm dengan operasi dan dinamakan aljabar max-plus dan dinotasikan dengan: (R mmmmmm,, ). (Heidergott,2006:2) Dan untuk operasi aa dengan, maka max(aa, ) = max(, aa) = aa dan aa + ( ) = + aa =, untuk setiap aa R mmmmmm, sehingga didapat: aa εε = εε aa = aa dan aa εε = εε aa = εε (2.1) Contoh II.A.1: 1. 5 2 = max(5,2) = 5 5

6 2. 5 εε = max(5, ) = 5 3. 5 εε = 5 + ( ) = = εε 4. ee 2 = max(0,2) = 2 5. 5 2 = 5 + 2 = 7 1. Sifat-sifat Aljabar Max-Plus Aljabar max-plus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: a. Bersifat assosiatif: xx, yy, zz R mmmmmm xx (yy zz) = (xx yy) zz, dan xx, yy, zz R mmmmmm xx (yy zz) = (xx yy) zz. Bukti: i. xx (yy zz) = max(xx, max(yy, zz)) = max(xx, yy, zz) = max(max(xx, yy), zz) = (xx yy) zz ii. xx (yy zz) = xx + (yy + zz) = xx + yy + zz = (xx + yy) + zz = (xx yy) zz. Contoh II.A.2: 1. 3 (7 εε) = (3 7) εε 3 (7 εε) = max(3, max(7, ( )) = max(3,7) = 7

7 (3 7) εε = max(max(3,7), ( )) = max(7, ( )) = 7 2. 5 (εε 2) = (5 εε) 2 5 (εε 2) = 5 + ( + 2) = 5 + ( ) = (5 εε) 2 = 5 + ( ) + 2 = + 2 = b. Bersifat komutatif: xx, yy, zz R mmmmmm xx yy = yy xx, dan xx, yy, zz R mmmmmm xx yy = yy xx. Bukti: i. xx yy = max(xx, yy) = max(yy, xx) = yy xx. ii. xx yy = xx + yy = yy + xx = yy xx. Contoh II.A.3: 1. 2 23 = 23 ( 2) 2 23 = max( 2,23) = 23 23 ( 2) = max(23, 2) = 23 2. 4 ( 9) = 9 4 4 ( 9) = 4 + ( 9) = 5 9 4 = 9 + 4 = 5 c. Mempunyai elemen identitas pada operasi pertama( ) (elemen nol): xx R mmmmmm xx εε = εε xx = xx.

8 Bukti: i. xx εε = max xx, ( ) = max(, xx) = εε xx = xx. Contoh II.A.4: 1. 7 εε = εε 7 7 εε = max (7, ( )) = 7 εε 7 = max (, 7) = 7 d. Mempunyai elemen identitas pada operasi kedua( ) (elemen unit): xx R mmmmmm xx ee = ee xx = xx. Bukti: i. xx ee = xx + 0 = 0 + xx = ee xx = xx. Contoh II.A.5: 1. 9 ee = ee 9 9 ee = 9 + 0 = 9 ee 9 = 0 + 9 = 9 e. Bersifat distributif : Distributif kiri: xx, yy, zz R mmmmmm xx (yy zz) = (xx yy) (xx zz).

9 Distributif kanan: xx, yy, zz R mmmmmm (xx yy) zz = (xx zz) (yy zz). Bukti: i. xx (yy zz) = xx + max(yy, zz) = max(xx + yy, yy + zz) = (xx yy) (xx zz). ii. (xx yy) zz = max(xx, yy) + zz = max(xx + zz, yy + zz) = (xx zz) (yy zz). Contoh II.A.6: 1. 5 (4 ee) = (5 4) (5 ee) 5 (4 ee) = 5 + max(4,0) = 5 + 4 = 9 (5 4) (5 ee) = max(5 + 4,5 + 0) = max(9,5) = 9 2. (4 εε) 3 = (4 3) (εε 3) (4 εε) 3 = max 4, ( ) + 3 = 4 + 3 = 7 (4 3) (εε 3) = max(4 + 3, ( ) + 3) = max 7, ( ) = 7 f. Mempunyai elemen pembuat nol untuk operasi kedua( ): xx R mmmmmm xx εε = εε xx = εε. Bukti: i. xx εε = xx + ( ) = + xx = εε xx = εε.

10 Contoh II.A.7: 1. 5 εε = εε 5 5 εε = 5 + ( ) = εε 5 = + 5 = g. Idempoten pada operasi pertama( ): xx R mmmmmm xx xx = xx. Bukti: i. xx xx = max(xx, xx) = xx. Contoh II.A.8: 1. 7 7 = max (7,7) = 7 Dengan sifat-sifat operasi pada bilangan riil maka didefinisikan operasi pangkat pada aljabar max-plus yaitu sebagai berikut: Definisi II.A.2: Untuk setiap xx R mmmmmm, maka: 1. xx nn xx xx xx xx nn kkkkkkkk setiap nn R dengan nn 0, 2. xx 0 ee = 0, untuk nn = 0. = xx + xx + xx + + xx = nn xx, untuk nn kkkkkkkk (Heidergott,2006:2)

11 Contoh II.A.9: 1. 5 6 = 6 5 = 30 2. 2 6 = 6 2 = 12 3. 3 0 = 0 4. 0 6 = 6 0 = 0 5. 12 1 4 = 1 4 12 = 3 6. 12 1 4 = 1 1 12 = 3 = 3 4 Sebuah himpunan tak kosong R mmmmmm dengan diberikan operasi dan, maka diperoleh definisi sebagai berikut: Definisi II.A.3: R mmmmmm sebuah semi ring, jika: 1. (R mmmmmm, ) mempunyai sifat assosiatif dan komutatif dengan elemen nol. 2. (R mmmmmm, ) mempunyai sifat assosiatif, distributif terhadap operasi (distributif kanan dan distributif kiri) dan memiliki elemen unit. 3. Mempunyai elemen pembuat nol pada operasi. Jika R mmmmmm terhadap operasi komutatif, maka R mmmmmm disebut semi ring yang komutatif dan jika terhadap operasi adalah idempoten yaitu jika berlaku aa aa = aa, aa R mmmmmm, maka R mmmmmm disebut semi ring idempoten. (Heidergott, 2006:4)

12 Aljabar max-plus (R mmmmmm,, ) adalah sebuah contoh dari semi ring yang komutatif dan idempoten. Contoh semiring yang komutatif dan idempoten yang lain yaitu: Aljabar min-plus yang didefinisikan dengan (R mmmmmm,, ), dimana R mmmmmm = R {εε }, dengan aa bb min (aa, bb) untuk semua aa, bb R mmmmmm, dan εε +. B. Sistem Interval pada Aljabar Max-Plus 1. Matriks dan vektor mm Matriks mm nn pada aljabar max-plus dinotasikan dengan R nn mmmmmm, mm nn dan untuk mm, nn N. Elemen dari matriks AA R mmmmmm pada baris i dan kolom j dilambangkan dengan aa iiii dan bisa juga dengan [AA] iiii, dengan ii mm dan jj nn, dengan mm {1,2,3,, mm} dan nn {1,2,3,, nn}. a) Sifat-sifat operasi max ( ) dan plus ( ) pada matriks mm Apabila diketahui AA, BB R nn mm mmmmmm, MM R ll ll nn mmmmmm, NN R mmmmmm, dan R mmmmmm, dengan adalah skalar, maka: 1) AA BB = [AA BB] iiii = aa iiii bb iiii = max (aa iiii, bb iiii ), dengan ii mm dan jj nn. (2.2) 2) AA BB = BB AA 3) AA = [ AA] iiii = aa iiii = + aa iiii, dengan ii mm dan jj nn. 4) MM NN = [MM NN] iiii = ll mm iijj nn jjjj = max {mm iiii + nn jjjj } jj = 1 dengan ii mm dan kk nn. (2.3)

13 Contoh II.B.1: Diberikan dua buah matriks A dan B sebagai berikut: AA = e ε 4 dan B = 2 2 5 1 ε maka nilai A B dapat ditemukan dengan cara mencari elemenelemen dari AA BB yaitu sebagai berikut: dan sehingga didapat: [AA BB] 11 = ee 2 = max (0, 2) = 0 [AA BB] 12 = εε 4 = max (, 4) = 4 [AA BB] 21 = 2 1 = max (2,1) = 2 [AA BB] 22 = 5 εε = max (5, ) = 5 AA BB = 0 4 2 5 Dan nilai B A dapat ditemukan dengan cara mencari elemenelemen dari BB AA yaitu sebagai berikut: dan sehingga didapat: [BB AA] 11 = 2 ee = max ( 2,0) = 0 [BB AA] 12 = 4 εε = max (4, ) = 4 [BB AA] 21 = 1 2 = max (1,2) = 2 [BB AA] 22 = εε 5 = max (, 5) = 5 BB AA = 0 4 2 5

14 Contoh II.B.2: Diberikan dua buah matriks A dan B sebagai berikut: AA = ee εε 11 dan BB = 1 3 2 1 εε maka AA BB ditemukan dengan cara mencari nilai elemen-elemen AA BB yaitu sebagai berikut: dan [AA BB] 11 = ee ( 1) εε 1 = max (0 1, + 1) = 1 [AA BB] 12 = ee 11 εε εε = max (0 + 11, ) = 11 [AA BB] 21 = 3 ( 1) 2 1 = max (3 1,2 + 1) = 3 [AA BB] 22 = 3 11 2 εε = max (3 + 11,2 ) = 14 sehingga didapat: 1 11 AA BB = 3 14 Dan nilai BB AA ditemukan dengan cara mencari nilai elemenelemen BB AA yaitu sebagai berikut: dan [BB AA] 11 = 1 ee 11 3 = max ( 1 + 0,11 + 3) = 14 [BB AA] 12 = 1 εε 11 2 = max ( 1 + ( ),11 + 2) = 13 [BB AA] 21 = 1 ee εε 2 = max (1 + 0, + 2) = 2

15 [BB AA] 22 = 1 εε εε 2 = max (1 + ( ), + 2) sehingga didapat: = 14 13 BB AA = 2 untuk operasi tidak bersifat komutatif karena AA BB BB AA. Definisi II.A.4: εε(mm, nn) adalah matriks mm nn dengan semua elemennya εε, dan EE(mm, nn) adalah matriks mm nn dengan definisi sebagai berikut: [EE(mm, nn)] iiii ee εε uuuuuuuuuu ii = jj uuuuuuuuuu ii yyyyyyyy llllllll Jika = nn, maka EE(nn, nn) disebut sebagai matriks identitas nn nn. (Heidergott,2006:6) mm nn R mmmmmm terhadap operasi mempunyai sifat assosiatif, mempunyai mm nn elemen nol (εε(mm, nn)) dan bersifat idempoten. R mmmmmm terhadap operasi mempunyai sifat assosiatif, distributif terhadap operasi, mempunyai elemen unit EE(mm, nn) dan εε(mm, nn) elemen pembuat nol untuk operasi. mm nn Transpose AA R mmmmmm dinotasikan dengan AA TT dan definisinya sama nn dengan transpose pada matriks biasa. Elemen-elemen dari R mmmmmm nn 1 R mmmmmm nn disebut sebagai vektor. Elemen ke j dari vektor R mmmmmm dinotasikan dengan nn xx jj, yang selanjutnya ditulis dengan [xx] jj. Vektor pada R mmmmmm dengan semua elemennya e disebut vektor unit dan dinotasikan dengan u, dengan [uu] jj = ee untuk jj nn.

16 mm Sebuah matriks AA R nn mmmmmm, apabila dipangkatkan dengan kk N dapat dicari nilainya dengan mengikuti definisi sebagai berikut: Definisi II.A.5: mm Setiap AA R nn mmmmmm,maka A pangkat k (AA kk ) didefinisikan dengan: AA kk AA AA AA nn kkkkkkkk untuk kk N dengan kk 0, dan AA 0 EE(nn, nn). (2.4) (Heidergott,2006:7) 2. Sistem Interval pada Aljabar Max-Plus nn (xx R mmmmmm mm Matriks-matriks dalam aljabar max-plus (AA R nn mmmmmm ), vektor ), maka [AA xx] ii = max aa iiii + xx jj. Dan untuk setiap AA, BB mm nn nn R mmmmmm dan xx, yy R mmmmmm, maka: 1. AA BB, jika aa iiii bb iiii untuk semua ii mm, jj nn. 2. xx yy, jika xx jj yy jj untuk semua jj nn 3. AA BB dan yy, maka AA xx BB yy disebut sebagai monotonisitas dari operasi. Contoh II.B.2: Diberikan dua buah matriks yaitu AA = 3 εε 1, BB = 5 dan dua 7 5 9 6 buah vektor yaitu xx = εε, yy = 10, maka didapat: 5 7 AA xx BB yy

17 3 εε 7 5 εε 1 5 10 5 9 6 7 3 εε 7 5 εε + ( ), + 5) = max (3 5 max (7 + ( ), 5 + 5) = max (, ) max (, 5) = 5 = εε 5...(i) 5 1 + 10,1 + 7) 10 = max (5 9 6 7 max (9 + 10,6 + 7) = max (15,8) = 15 max (19,13) 19 (ii) Jadi, dari (i) dan (ii) didapat εε 15 5 19. Definisi II.B.1: Sebuah matriks interval didefinisikan AA = AA, AA dengan AA, AA mm nn R mmmmmm, AA AA, sedangkan vektor interval bb = bb, bb dengan bb, bb, mm R mmmmmm, bb bb, dan dinotasikan dengan: AA xx = bb, (2.5) Bentuk (2.5) disebut sebagai sistem interval pada aljabar max-plus. (Zimmermann,2005:185) Jika AA = AA maka sistem intervalnya disebut sistem interval dengan matriks konstan dan jika bb = bb maka disebut sistem interval dengan sisi kanan konstan.

18 Definisi II.B.2: Peran penting dari penyelesaian AA xx bb disebut solusi prinsipal. Dan didefinisikan sebagai berikut: xx (AA, bb) = min ii mm {bb ii aa iiii }, untuk setiap jj N. (2.6) (Zimmerman, 2005:179) mm nn mm Lemma II.B.1 Diberikan AA R mmmmmm dan bb R mmmmmm, maka: nn i) jika AA xx bb dengan xx R mmmmmm, maka xx xx (AA, bb) ii) AA xx (AA, bb) bb. Lemma II.B.2 Diberikan AA 1, AA 2 mm nn adalah dua matriks pada R mmmmmm dan bb 1, bb 2 adalah vektor yang bersesuaian. Maka didapat sebuah sistem pertidaksamaan pada R sebagai berikut: AA 1 xx bb 1 (2.7) AA 2 xx bb 2 (2.8) mempunyai solusi jika dan hanya jika solusi prinsipal xx (AA 1, bb 1 ) memenuhi (2.8). C. Konsep Penyelesaian untuk Sistem Interval pada Aljabar Max-Plus Dalam menyelesaikan sebuah sistem interval maka harus dipertimbangkan dan didasarkan pada konsep penyelesaian sebuah subsistemnya. Konsep penyelesaian dari sistem interval dalam aljabar max-

19 plus terdiri dari tiga jenis penyelesaian. Berikut ini adalah tiga jenis penyelesaian untuk sistem interval pada aljabar max-plus: 1. Penyelesaian Kuat Sebuah sistem interval mempunyai penyelesaian kuat jika elemen dari vektor xx pada sistem intervalnya merupakan penyelesaian kuat. Dan jika sebuah sistem interval mempunyai penyelesaian kuat maka apabila sistem interval tersebut digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan nyata maka sudah tidak terdapat kesalahan. 2. Penyelesaian Toleran Sebuah sistem interval mempunyai penyelesaian toleran jika elemen dari vektor xx pada sistem intervalnya merupakan penyelesaian toleran. Dan jika sebuah sistem interval mempunyai penyelesaian toleran maka sistem interval tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan nyata dengan kemungkinan munculnya kesalahan sangat kecil sekali atau dengan kata lain sistem intervalnya dapat digunakan sebagai penyelesaian dan dapat juga tidak digunakan untuk penyelesaian. 3. Penyelesaian Lemah Sebuah sistem interval mempunyai penyelesaian lemah jika elemen dari vektor xx pada sistem intervalnya merupakan penyelesaian

20 lemah. Dan jika sebuah sistem interval mempunyai penyelesaian lemah maka sistem interval tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan nyata dengan kemungkinan masih terdapat beberapa kesalahan. Dan disarankan untuk mengubah elemeneleman dari vektor intervalnya.