3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

IV METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

OPTIMASI JUMLAH RUMPON, UNIT ARMADA DAN MUSIM PENANGKAPAN PERIKANAN TUNA DI PERAIRAN PRIGI, JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

ASPEK BIOTEKNIK DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN TERI DI PERAIRAN PALABUHANRATU KABUPATEN SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR

ASPEK BIOTEKNIK DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA RAJUNGAN DI PERAIRAN TELUK BANTEN

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

PERGESERAN KELAS-PANJANG DAN LENGTH-WEIGHT

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya /

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

Transkripsi:

23 3 METODOLOGI 3. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan pada bulan Mei 200 sampai Mei 20. Pengambilan daa dilakukan di Perairan Selaan Prigi dan Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN) Prigi, Trenggalek, Jawa Timur (Gambar 8). Gambar 8 Lokasi peneliian. 3.2 Bahan dan Ala Daa primer diperoleh melalui pengukuran dan pengamaan langsung di lapangan sera wawancara dengan menggunakan kuesioner yang elah disiapkan. Daa sekunder dikumpulkan melalui insiusi erkai pada senra akivias perikanan sebagai lokasi peneliian. Jenis daa dan meode pengukuran disajikan pada Tabel.

24 Tabel Jenis daa dan meode pengumpulan daa Jenis daa (parameer) Sauan / uni Meode (ala) Primer - Dimensi kapal - Dimensi ala angkap - Dimensi rumpon - Posisi geografis rumpon - Panjang per individu ikan dominan - Bobo per individu ikan dominan - Suhu - Salinias - Kecerahan perairan - Ekonomi finansial Sekunder - Musim penangkapan - Produksi - Upaya penangkapan 3.3 Meode Pengumpulan Daa meer meer meer koordina cm g C PSU meer rupiah bulan kg rip Rol meer Wawancara Wawancara GPS Jangka sorong Timbangan CTD CTD Secchi disk Wawancara Saisik PPN Prigi Saisik PPN Prigi Saisik PPN Prigi Pengumpulan daa sekunder dilakukan di empa pendaraan kapal penangkap una skala kecil (Prigi, Trenggalek Jawa Timur). Daa primer diperoleh melalui pengukuran dan pengamaan langsung di lapangan sera wawancara menggunakan dafar peranyaan yang elah disusun sesuai dengan keperluan analisis dan ujuan peneliian erhadap nelayan pemilik, nakhoda dan awak kapal uni penangkapan pancing ulur dan onda. Sedangkan daa sekunder dikumpulkan melalui nelayan dan insiusi erkai pada senra akivias perikanan sebagai lokasi sampling. 3.3. Aspek pemanfaaan sumberdaya perikanan Daa aspek pemanfaaan sumberdaya merupakan daa sekunder perkembangan ala angkap dan produksi yang didapa dari buku saisik laporan akhir ahun PPN Prigi ahun 200. 3.3.2 Aspek eknis penangkapan ikan Daa aspek eknis penangkapan (dimensi kapal, dimensi ala angkap, dan ala banu penangkapan), didapakan dengan cara melakukan pengukuran langsung erhadap kapal nelayan yang melakukan operasi penangkapan di sekiar rumpon dengan menggunakan ala ukur meeran gulung 50 meer dengan

25 keeliian 2 mm, dan penggaris kaliper keeliian mm. Pendaaan parameer eknis penangkapan ikan di lokasi peneliian disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Pendaaan parameer eknis penangkapan ikan di lokasi peneliian No Parameer eknis Dimensi kapal 2 Dimensi ala angkap 3 Dimensi rumpon 4 Posisi rumpon Komponen (keerangan) Pengukuran panjang, lebar dan dalam kapal (LBD). Jaring insang dan pancing onda (ukuran dan maerial). Pelampung, ali pelampung, jarak arakor dan pembera (ukuran dan maerial yang digunakan). Lokasi penempaan rumpon 3.3.3 Aspek bioekologis perikanan Daa aspek ekologis perikanan erdiri dari hubungan panjang bera, kondisi fisika-kimia perairan dan musim penangkapan (Tabel 3). Tabel 3 Pendaaan parameer ekologis di lokasi peneliian No Parameer bioekologis Panjang dan bera 2 Kondisi fisika-kimia perairan 3 Musim penangkapan Komponen (keerangan) Ukuran ikan dominan hasil angkapan per spesies Suhu, salinias dan kecerahan secara verikal di lokasi rumpon Produksi hasil angkapan ikan per bulan. Pengukuran erhadap panjang fork lengh (FL) ikan hasil angkapan uama dilakukan per-spesies dengan menggunakan jangka sorong dengan keeliian mm, sedangkan unuk mengukur bobo ikan digunakan imbangan berkapasias 0 kg. Pengukuran parameer kondisi fisika-kimia perairan (suhu, salinias dan kecerahan) dilakukan secara langsung di Perairan Selaan Prigi (sekiar rumpon) pada saa mengikui operasi penangkapan ikan. Suhu dan salinias diukur dengan ala ukur curren emperaure and deph (CTD) valepor ipe 08/308 dengan banuan ali kuralon diameer 24 mm sepanjang 00 meer. Kecerahan perairan diukur dengan keping secchi disk berdiameer 30 cm dilengkapi pembera 0 kg.

26 3.3.4 Aspek ekonomis Pengumpulan daa aspek ekonomis dilakukan erhadap uni usaha penangkapan ikan, unuk mengeahui kelayakan usaha parameer yang digunakan adalah; ingka biaya invesasi, operasional dan perawaan erhadap kapal, ala angkap dan ala banu penangkapan (Tabel 4). Tabel 4 Parameer ekonomis usaha perikanan rumpon di lokasi peneliian No Parameer ekonomis Komponen (keerangan) 2 3 4 5 Biaya invesasi Biaya perawaan Biaya operasional Pendapaan per rip Pendapaan per ahun Besarnya biaya invesasi yang dikeluarkan unuk (armada, ala angkap dan ala banu penangkapan). Besarnya biaya perawaan yang dikeluarkan unuk (armada, ala angkap dan ala banu penangkapan). Besarnya biaya operasional yang dikeluarkan dalam sau rip perjalanan penangkapan ikan. Besarnya pendapaan per rip yang diperoleh. Besarnya pendapaan per ahun yang diperoleh seelah dikurangi semua pengeluaran. 3.4 Penahapan Peneliian Tahapan peneliian dimulai dengan sudi pusaka yang berhubungan dengan perikanan rumpon. Berdasarkan informasi pusaka, rencana peneliian disusun secara lengkap, selanjunya dilakukan sudi lapangan unuk memperoleh faka dan daa riil, kemudian dianalisis sesuai dengan permasalahan dan ujuan peneliian. Kesimpulan dirumuskan sebagai jawaban erhadap permasalahan yang dielii. Secara sisemais penahapan peneliian disajikan dalam Gambar 9 sebagai beriku.

27 Mulai Isu dan faka lapangan Sudi lieraur Cukup Ya Rencana peneliian Cukup Ya Survei lapangan Tidak Tidak Tabulasi dan pengolahan daa Aspek pemenfaaan sumberdaya ikan Aspek eknis penangkapan ikan Aspek bioekologis perikanan Aspek ekonomis Cukup Ya Analisis daa Hasil peneliian Cukup Ya Kesimpulan Tidak Tidak Aplikasi Tidak Ya Selesai Gambar 9 Tahapan pelaksanaan peneliian. 3.5 Analisis Daa 3.5. Aspek pemanfaaan sumberdaya ikan Unuk mengeahui saus pemanfaaan ikan una di PPN Prigi digunakan analisis surplus produksi (Sparre and Venema, 999) dengan parameer: ) Fishing power index (FPI) digunakan unuk sandarisasi ala angkap (Gulland, 983), ala angkap yang digunakan sebagai sandar adalah ala

28 angkap yang memiliki produkivias eringgi dan memiliki nilai FPI sama dengan sau. SE = FPIi x FEi FPIs = CPUEs CPUEs FPIi = CPUEi CPUEs SE = Upaya penangkapan (effor) hasil sandarisasi ahun ke-i FPIi = Daya angkap uni penangkapan yang di sandarisasi pada ahun ke-i FEi = Upaya penangkapan yang akan disandarisasi ahun ke-i FPIs = Daya angkap uni penangkapan sandar pada ahun ke-i CPUEs = Hasil angkapan per sauan upaya uni sandar ahun ke-i 2) Pendugaan poensi dan ingka upaya pemanfaaan dilakukan berdasarkan Model Produksi Surplus. Analisis Cach Per Uni Effor (CPUE) aau hasil angkapan per uni upaya penangkapan digunakan unuk mengeahui kelimpahan dan ingka pemanfaaan yang didasari aas pembagian anara oal hasil angkapan (Cach) dengan upaya penangkapan (Effor) dengan persamaan menuru Sparre and Venema (999) sebagai beriku: CPUE = Cach (C) Effor (F) CPUE C F = Toal hasil angkapan (kg) = Toal upaya penangkapan (uni) = Hasil angkapan per upaya (kg / uni) 3) Nilai CPUE dari oal hasil angkapan (C) dapa digunakan unuk pendugaan sok MSY (Maximum susainable yield) secara sederhana. Model Schaefer (Sparre and Venema, 999) yang digunakan pada peneliian ini: ) Hubungan anara upaya penangkapan (f) dengan hasil angkapan per sauan upaya penangkapan (CPUE) adalah: CPUE = a bf a = inersep (iik poong garis regresi dengan sumbu Y) b = slope (koefisien kemiringan garis regresi) f = upaya penangkapan

29 2) Hubungan anara upaya penangkapan (f) dengan hasil angkapan (C) : C = af bf 2 3) Upaya opimum diperoleh dengan cara menyamakan urunan perama upaya penangkapan, dengan nilai hasil angkapan sama dengan nol (C = 0), sehingga diperoleh persamaan: C = af - bf 2 C = a 2bf f msy = a / 2b 4) Produksi maksimum lesari (MSY) diperoleh dengan mensubiusi nilai upaya opimum, sehingga diperoleh : C msy = MSY = 2a / 4b C msy = a 2 / 4b Paremeer inersep (a) dan slope (b) secara maemais diperoleh dari persamaan regresi linier sederhana, Y = a + bx. Persamaan surplus producion models hanya berlaku bila parameer b (slope) bernilai negaif dan a (inersep) bernilai posiif, arinya penambahan upaya penangkapan akan menyebabkan penurunan CPUE. Formula yang digunakan unuk menduga nilai MSY dan upaya opimum dengan pendekaan lima model sebagai beriku : ) Equilibrium Schaefer : h = qke Q 2 K 2 / re U + U r 2) Disequilibrium Schaefer : Ds = ln = r U qe 2U qk U + r 3) Waler Hilborn : WH = = r U qe U qk 4) Schnue : U + r U + + U ( E + E+ ) ln = r ( ) q U qk 2 2 5) Clark Yashimoo Pooley (CYP) : 2r (2 r) q CYP = ln( U + ) = ln( qk) + ln( U ) ( E + E+ ) 2 + r 2 + r) (2 + r)

30 U : Cach per uni effor (CPUE) pada periode U + : Cach per uni effor (CPUE) pada periode + E : Effor pada periode E + : Effor pada periode + h : Hasil angkapan pada periode K : Konsana daya dukung alam r : Konsana laju perumbuhan alami Q : Koefisien daya angkap 3.5.2 Aspek eknis penangkapan ikan Penenuan posisi rumpon menggunakan ala banu global posiioning sysem (GPS), selanjunya diolah menggunakan program arcview GIS 33 sebagai ransformasi daa dalam benuk pea lokasi rumpon. Penenuan luas wilayah, jarak dan jumlah rumpon menggunakan sofware MS Excel mengacu pada Kepuusan Meneri Peranian no, 5/Kps/ik,250//97 bahwa jarak pemasangan anar rumpon minimal 0 mil lau. Unuk mengeahui kelayakan eknis rumpon yang digunakan, dilakukan pengamaan kesesuaian kondisi akual di lapangan erhadap kelayakan eknis rumpon dengan indikaor kesesuaian komponen uama bahan pembuaan rumpon. Tim Pengkajian Rumpon IPB (987) menyaakan bahwa persyaraan umum komponen dan konsruksi rumpon adalah sebagai beriku: ) Pelampung Mempunyai kemampuan mengapung yang cukup baik (bagian yang mengapung di aas air /3 bagian) Konsruksi cukup kua Tahan erhadap gelombang dan air Mudah dikenali dari jarak jauh Bahan pembuanya mudah didapa; 2) Arakor aau pemika Mempunyai daya pika yang baik erhadap ikan. Tahan lama Benuk seperi posisi poongan verikal dengan arah ke bawah Melindungi ikan-ikan kecil Terbua dan bahan yang kua, ahan lama dan murah; 3) Tali-emali Terbua dan bahan yang kua dan idak mudah busuk Tidak bersimpul (less kno)

3 Harga relaif murah mempunyai daya apung yang cukup unuk mencegah gesekan erhadap arus dan benda-benda lainnya; 4) Pembera Bahannya murah, kua dan mudah diperoleh Massa jenis besar, permukaan idak licin dan dapa mencengkeram. Unuk mengeahui kelayakan eknis dalam penenuan jumlah uni armada yang beroperasi di sekiar rumpon menggunakan analisis Linear Goal Programming (LGP) dengan sofware LINDO 6.3. LGP digunakan unuk menyelesaikan masalah dengan sasaran lebih dari sau fungsi ujuan. Fungsi ujuan ersebu unuk meminimumkan deviasi erhadap arge yang elah dieapkan dengan memperhaikan berbagai kendala yang ada (kendala ujuan). MinZ = l k = 0 m i= Pk ( dbi + dai ) MinZ = n j = aijxj + dbi dai = bi dimana : Pk = Uruan priorias a ij = Koefisien dbi = Deviasi ke bawah X j = Variable kepuusan dai = Deviasi ke aas Asumsi yang digunakan pada analisis LGP unuk pemanfaaan sumberdaya di perairan Kabupaen Trenggalek sebesar 30% dari oal pemanfaaan sumberdaya yang didarakan di PPN Prigi. Hal ini dikarenakan idak adanya keersediaan daa yang ercaa mengenai jumlah rumpon dan pemanfaaan sumberdaya unuk wilayah perairan Kabupaen Trenggalek. 3.5.3 Aspek bioekologis perikanan Informasi mengenai musim penangkapan digunakan unuk menduga pola musim penangkapan ikan. Analisis dilakukan dengan cara mencari raa-raa daa bulanan (produksi dan upaya) selama beberapa ahun. Nilai eringgi dari hasil ersebu dijadikan dugaan sebagai bulan-bulan penangkapan, sedangkan nilai erendah merupakan bukan musim penangkapan (BRPL, 2004). Analisis pola musim penangkapan ikan menggunakan meode persenase raa-raa (he average percenage mehods) yang didasarkan pada analisis runun waku (imes series analysis) (Spiegel, 96), sebagai beriku:

32 ) Menghiung nilai hasil angkapan per upaya angkap (CPUE = Cach Per Uni Effor = U) per bulan (U i ) dan raa-raa bulanan CPUE dalam seahun (U ). U = m m U i i= U = CPUE raa-raa bulanan dalam seahun (on/rip) U i = CPUE per bulan (on/rip) m = 2 (jumlah bulan dalam seahun) 2) Menghiung nilai U p yaiu rasio U i erhadap U dinyaakan dalam persen: U U = i p U x 00 % 3) Selanjunya dihiung: IM i = U p i= IM i = Indeks Musim ke i = Jumlah ahun dari daa 4) Jika jumlah IM i idak sama dengan 200 % (2 bulan x 00 %), maka diperlukan penyesuaian dengan rumus (3) sebagai beriku: IMS i = 200 x IMi m i= IM i IMS i = Indeks Musim ke i yang disesuaikan 5) Jika dalam perhiungan ada nilai eksrim pada U p, maka nilai U p idak digunakan dalam perhiungan Indeks Musim (IM), yang digunakan ialah median (Md) dari IM ersebu. Jika jumlah nilai Md idak sebesar 200 %, maka perlu dilakukan penyesuaian sebagai beriku: IMMdS i = 200 m i= Md i x Md i IMMdS i = Indeks Musim dengan Median yang disesuaikan ke i. 6) Penenuan musim ikan jika indeks musim (IM) lebih dari (lebih dari 00 %), dan bukan musim jika IM kurang dari (kurang dari 00 %). Apabila IM = (00 %), dikaakan dalam keadaan normal aau berimbang (Spiegel, 96).

33 Unuk mengeahui kondisi morfomerik ikan una yang diangkap secara emporal digunakan model perumbuhan dengan analisis hubungan panjang dan bera (Effendie, 997) menggunakan persamaan: b W = al Pengukuran hubungan panjang dan bera diransformasikan ke dalam benuk logarimik (Effendie, 997): Ln W = Ln a + b Ln L di mana : W = bera L = panjang a = iik poong garis regresi dengan sumbu Y b = angen sudu garis regresi Nilai b diuji erhadap nilai b = 3 menggunakan uji- dengan ingka kepercayaan 95% (Seell and Torrie, 989). Analisis fakor kondisi (K) dilakukan unuk meliha keadaan ikan dari kapasias fisik menggunakan dua pendekaan yaiu K = 00 (W/L 3 ) dan fakor kondisi relaif (Kn) yaiu Kn = W/aL b (Effendie, 997). Nilai b sebagai penduga kedekaan hubungan anara panjang dan bera dengan krieria: Nilai b = 3, merupakan hubungan yang isomerik (perambahan bera seimbang dengan perambahan panjang) Nilai b > 3, merupakan hubungan alomerik posiif (perambahan bera lebih besar dari perambahan panjang) Nilai b < 3, merupakan hubungan alomerik negaif (perambahan bera lebih kecil dari perambahan panjang). 3.5.4 Aspek ekonomis Kelayakan usaha dilakukan unuk mengkaji keunungan (profiabiliy) aau kerugian dari suau usaha. Ada dua macam analisis yang digunakan yaiu analisis usaha (pendapaan usaha, payback period, dan analisis berimbang anara penerimaan dan biaya) (Djamin, 984), dan analisis krieria invesasi (ne presen value, inernal rae of reurn dan ne benefi cos - rasio) (Kadariah e al. 999).

34 ) Analisis pendapaan usaha () Analisis ini berujuan unuk mengukur keberhasilan dan mengeahui besarnya keunungan yang diperoleh dari suau kegiaan usaha (Djamin. 984). = TR - TC = Keunungan TR = Toal penerimaan TC = Toal biaya dengan krieria: Jika TR > TC, maka usaha mendapakan keunungan Jika TR = TC, maka usaha berada dalam iik impas Jika TR < TC, maka usaha mengalami kerugian 2) Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C) Analisis ini digunakan unuk mengeahui seberapa jauh seiap nilai rupiah yang dikeluarkan dapa memberikan nilai penerimaan sebagai manfaa usaha. R / C = TR TC R = Penerimaan C = Biaya TR = Toal penerimaan TC = Toal biaya dengan krieria: Jika R/C >, maka usaha mendapakan keunungan Jika R/C =, maka usaha berada dalam iik impas Jika R/C <, maka usaha mengalami kerugian 3) Analisis payback period (PP) Payback period merupakan invesasi suau proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya invesasi oleh keunungan bersih dari proyek (Djamin, 984). Payback period dimaksudkan unuk mengeahui perkiraan jangka waku pengembalian modal aau invesasi suau usaha, dalam hal ini usaha perikanan una berbasis rumpon di lokasi peneliian. I PP = ahun B I = invesasi B = benefi

35 4) Ne presen value (NPV) NPV adalah benefi oal yang dierima selama umur proyek (umur eknis usaha) yang disearakan dengan nilai saa ini. NPV diperoleh dari selisih anara presen value dari benefi dan biaya. NPV B C i) n = = ( + B = benefi dari suau proyek pada ahun ke-i; C = biaya dari suau proyek pada ahun ke-i; i = ingka suku bunga yang berlaku; n = umur ekonomis proyek. dengan krieria: Jika NPV 0, usaha layak dijalankan Jika NPV < 0, usaha idak layak dijalankan 5) Inernal rae of reurn (IRR) Analisis IRR merupakan ingka keunungan aas invesasi bersih dalam suau proyek, jika seiap benefi bersih yang diwujudkan dianam kembali dalam ahun berikunya (Kadariah e al., 999). i' NPV' i NPV' NPV'' i IRR = + ( '' ') dimana : i = nilai percobaan perama unuk discoun rae; i = nilai percobaan ke-dua unuk discoun rae; NPV = ne presen value perama; NPV = ne presen value ke-dua. Kepuusan berdasarkan aas krieria beriku: Jika IRR ingka suku bunga berlaku, usaha layak dijalankan Jika IRR < ingka suku bunga berlaku, usaha idak layak dijalankan 6) Ne benefi-cos raio (Ne B/C) Ne B/C merupakan perbandingan anara NPV oal dari benefi bersih erhadap NPV oal dari biaya bersih, dengan persamaan sebagai beriku:

36 Ne B/ C = n = n = B C ( + i) C B ( + i) Kepuusan berdasarkan aas krieria beriku: Jika Ne B/C, usaha layak dijalankan Jika Ne B/C <, usaha idak layak dijalankan