Bab V Prosedur Numerik

dokumen-dokumen yang mirip
Bab IV Persamaan Integral Batas

Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Masalah

METODE ELEMEN BATAS (MEB) UNTUK SOLUSI NUMERIK MASALAH STATIK DARI MATERIAL ELASTIS ISOTROPIK TAK-HOMOGEN

ABSTRAK METODE ELEMEN BATAS UNTUK PENYELESAIAN MASALAH PEMBENTUKAN DROPLET PADA BENANG FLUIDA VISCOELASTIS A.WAHIDAH.AK NIM :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Perambatan Gelombang

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB III METODE PENELITIAN

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

Bab II Konsep Dasar Metode Elemen Batas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pemodelan Matematika dan Metode Numerik

= = =

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan

KALKULUS MULTIVARIABEL II

BAB IV SIMULASI NUMERIK

Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Konduksi Panas

Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Konduksi-Konveksi dalam Media Anisotropik

METODE PSEUDO ARC-LENGTH DAN PENERAPANNYA PADA PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN NONLINIER TERPARAMETERISASI

BAB III PEMODELAN PERSAMAAN INTEGRAL PADA ALIRAN FLUIDA

PEMBAHASAN. (29) Dalam (Grosen 1992), kondisi kinematik (19) dan kondisi dinamik (20) dapat dinyatakan dalam sistem Hamiltonian berikut : = (30)

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17,

FUNGSI GELOMBANG DAN RAPAT PROBABILITAS PARTIKEL BEBAS 1D DENGAN MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICOLSON

Persamaan Poisson. Fisika Komputasi. Irwan Ary Dharmawan

BAB II LANDASAN TEORI

Model Perpindahan dan Penyebaran Pollutan

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Dalam beberapa tahun terakhir, model graph secara statistik telah diaplikasikan

Modul Praktikum Analisis Numerik

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD.

PDP linear orde 2 Agus Yodi Gunawan

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya.

Bab 4 DINDING SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG

Reflektor Gelombang 1 balok

Pengolahan Data dan Analisis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. analitik dengan metode variabel terpisah. Selanjutnya penyelesaian analitik dari

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

BAB 4 Sistem Persamaan Linear. Sistem m persamaan linear dalam n variabel LG=C adalah himpunan persamaan linear

PENDEKATAN TEORITIK. Elastisitas Medium

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks

KONTROL OPTIMAL UNTUK DISTRIBUSI TEMPERATUR DENGAN PENDEKATAN BEDA HINGGA

BAB-4. METODE PENELITIAN

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 7, Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus. M. Satriawan Teori Relativitas

Bab III Solusi Dasar Persamaan Lapisan Fluida Viskos Tipis

MODEL MATEMATIKA MANIPULATOR FLEKSIBEL

PEMBENTUKAN POLINOMIAL ORTOGONAL MENGGUNAKAN PERSAMAAN INTEGRAL NONLINEAR. Susilawati 1 ABSTRACT

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab Landasan Teori ini akan dibahas mengenai definisi-definisi, dan

11. Konvolusi. Misalkan f dan g fungsi yang terdefinisi pada R. Konvolusi dari f dan g adalah fungsi f g yang didefinisikan sebagai.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BIFURKASI SADDLE-NODE PADA SISTEM INTERAKSI NONLINEAR SEPASANG OSILATOR TANPA PERTURBASI

Model Dinamik Robot Planar 1 DOF dan Simulasi

Modul Praktikum Analisis Numerik

PEMECAH GELOMBANG BERUPA SERANGKAIAN BALOK

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB-2. TINJAUAN PUSTAKA Persamaan Dasar

KONTROL OPTIMAL UNTUK DISTRIBUSI TEMPERATUR DENGAN PENDEKATAN BEDA HINGGA

3.7 Further Results and Technical Notes. Yenni Angraini-G

METODE ITERASI KSOR UNTUK MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ABSTRACT

PEMBAHASAN KISI-KISI SOAL UAS KALKULUS PEUBAH BANYAK (TA 2015/2016)

SKEMA NUMERIK UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN BURGERS MENGGUNAKAN METODE CUBIC B-SPLINE QUASI- INTERPOLANT DAN MULTI-NODE HIGHER ORDER EXPANSIONS

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

BAB IV SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA TURUNAN PERTAMA DAN KEDUA DARI KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN LINEAR

SISTEM DINAMIK DISKRET. Anggota Kelompok: 1. Inggrid Riana C. 2. Kharisma Madu B. 3. Solehan

Husna Arifah,M.Sc : Persamaan Bessel: Fungsi-fungsi Besel jenis Pertama

KALKULUS MULTIVARIABEL II

UJIAN AKHIR SEMESTER METODE NUMERIS I

Kuliah 07 Persamaan Diferensial Ordinari Problem Kondisi Batas (PDOPKB)

PENURUNAN PERSAMAAN GELOMBANG SOLITON DENGAN DERET FOURIER ORDE DUA SECARA NUMERIK

Persamaan Gelombang Datar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

DASAR SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG

6 Sistem Persamaan Linear

Media Pembelajaran Integrasi Numerik Dengan Metode Kuadratur Gauss

ELLIPTIC CURVE CRYPTOGRAPHY. Disarikan oleh: Dinisfu Sya ban ( )

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR ABSTRACT

BAB V DISTRIBUSI NORMAL. Deskripsi: Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep distribusi normal dalam pengukuran.

Variabel Banyak Bernilai Real 1 / 1

Pendahuluan Metode Numerik Secara Umum

Karena v merupakan vektor bukan nol, maka A Iλ = 0. Dengan kata lain, Persamaan (2.2) dapat dipenuhi jika dan hanya jika,

PERTEMUAN 2 STATISTIKA DASAR MAT 130

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. beberapa konsep dan teori yang berkaitan dengan penduga parameter distribusi GB2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB III PEMODELAN DENGAN METODE VOLUME HINGGA

TRANSFORMASI FOURIER QUATERNION

Perhitungan Waktu Pemutus Kritis Menggunakan Metode Simpson pada Sebuah Generator yang Terhubung pada Bus Infinite

Bab 1. Pendahuluan Metode Numerik Secara Umum

Identifikasi Parameter Akustik Permukaan Sumber dengan Metode Elemen Batas

2.7 Ensambel Makrokanonik

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

Persamaan Diferensial

Solusi Persamaan Linier Simultan

TINJAUAN PUSTAKA. Model Linier dengan n pengamatan dan p variable penjelas biasa ditulis sebagai

Bab III Studi Kasus III.1 Decline Rate

BAB IV MODEL HIDDEN MARKOV

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Bidang Inklinasi

CNH2B4 / KOMPUTASI NUMERIK

Transkripsi:

Bab V Prosedur Numerik Pada bab ini, metode numerik digunakan untuk menghitung medan kecepatan, yakni dengan menghitung batas dan domain integral. Tensor tegangan tak Newton melalui persamaan Maxwell Linear dan perubahan Evolution bentuk batas dari setiap permukaan S l, l,..., K melalui persamaan kinematik. V. Integral Batas Pada bab ini, kita akan membangun proses numerik dari persamaan integral batas melalui proses diskritisasi batas dan diskritisasi domain integral. Diskritisasi batas domain S yang mulus smooth boundary atau permukaan interface fluida menjadi Nb segmen S i, i,..., Nb sedemikian sehingga membentuk himpunan titik diskritisasi. Penghubung antar dua titik diskritisasi dinamakan elemen batas Boundary Elements dilambangkan dengan S i, i,..., Nb, dan titik-titik diskritisasi dinamakan titik-titik ekstrim Extreme Points atau node pada elemen batas. Pada daerah domain didiskritisasi menjadi Nr sel integral. Hasil jumlahan kecepatan u i pada masing-masing elemen batas menghampiri nilai kecepatan pada batas S dan hampiran batas S Nb S I i. Selisih antara nilai kecepatan pada batas S dengan nilai hampiran kecepatan S i dinamakan dengan error diskritisasi. Elemen batas dipilih sedemikian sehingga menghasilkan error dikritisasi yang minimum. Melalui persamaan integral batas pada bab V c l ik ul i dengan x K Ω l ijk ru l i yn l j ydω J η Ω l ik r j t τ l ij yds + η δ ij, x Ω; c ik x /2δ ij, x S dan mulus di x;, x Ω dan xdi luar domain S l J ik rπ l ij yn j l yds 5.

34 dari kondisi dinamik 5.23, diperoleh persamaan integral batas c l ik ul i x K Ω l ijk ru l i yn l j ydω J η Ω l ik r j t τ l ij yds σ J η S l ik r R + R 2 n l i yds 5.2 dan π l ij P δ ij + λ i u j + j u i. Tensor tegangan pada fluida Non-Newton τij d ditentukan dari persamaan Maxwell linear + De l t τ ij η i u l j + j u l i 5.3 Pada interface awal S diberi gangguan fx, x 2, t a d + ɛe ikx 5.4 dengan ɛ sebagai parameter kecil dan tensor tegangan Non-Newton awal, kita asumsikan sebagai distribusi tegangan isotropik. τ ij Qδ ij 5.5 Dari persamaan 4.34 dan persamaan 5., diperoleh bentuk benang yang baru pada waktu t l. Nilai kecepatan u l dari persamaan 5. digunakan pada persamaan 4.34 untuk mendapatkan tensor tegangan tak Newton baru pada waktu t l. Iterasi ini berulang hingga mencapai energi minimum, yakni benang sudah terdeformasi menjadi satu tetesan droplet. Algoritma 5. Proses iterasi ini dituliskan dalam algoritma berikut: Step Menentukan bentuk permukaan benang awal dengan menyelesaikan persamaan 5. dengan memanfaatkan posisi awal x dan tensor tegangan awal 5.4 Step 2 Menghitung tensor tegangan Non-Newton τ d ij pada t l dengan menyelesaikan persamaan 5.2 untuk interface S l Step 3 Menghitung kecepatan pada t i dengan menyelesaikan persamaan 5. Step 4 Mengulang step sampai step 3 Kecepatan untuk fluida Newton dapat ditentukan melalui kekontinuan kecepatan, yakni u d u c, dengan algoritma sebagai berikut: Algoritma 5.2 Proses iterasi ini dituliskan dalam algoritma berikut: Step Mengambil bentuk permukaan benang awal dengan menyelesaikan persamaan 5. dengan memanfaatkan kondisi awal 5.3 dan tensor tegangan awal 5.4 Step 2 Menghitung tensor tegangan Newton τij d pada t i dengan menyelesaikan persamaan τ c ij η i u l j + j u l i untuk interface S l t i

35 Step 3 Menghitung kecepatan pada t i dengan menyelesaikan persamaan 5. Step 4 Lakukan ulang step sampai step 3. Algoritma ini digambarkan sebagai berikut: Input : Q, eps, etac, etad,sigma, E, a, L, x_{}, y_{}, tau,tau2,tau2, tau22 Kecepatan pada batas {u_bts} Kecepatan pada domain {udom} Tensor tegangan baru melalui persamaan Maxwell Linear Penentuan posisi baru melalui kondisi kinematik Keluaran : u_bts, udom, tau,tau2,tau2,tau22,x_baru akhir V.2 Integral Domain Proses deformasi benang yang bergerak pada sistem koordinat Ox x 2 ditransformasi ke sistem koordinat polar. Daerah domain didiskritisasi menjadi N r internal sel. Masing-masing internal sel berbentuk segitiga. Hal-hal ini dapat terlihat pada gambar berikut: Tensor tegangan tak Newton pada tiap-tiap titik integrasi di daerah domain dihitung dengan menggunakan metode Gauss Legendre 7 titik. Tensor tegangan

36 untuk waktu t berikutnya diformulasikan τ l+ ij ηh t De u l j x l i + h t De n+ ul j n + u l n+ x l i n+ u l i n i n x l j n+ xl j n τ l ij 5.6 dan τ l+ x j i+ x j i ij ηh t 2 uj n+ u j n + u in+ u i n De 2 x j i+ x j i x i n+ x i n x j n+ x j n + h t De τ l x j i+ x j i ij 5.7 dan disubstitusi ke integral domain τ ij j J ik dω Ω Perhitungan numerik untuk persamaan integral batas 5.5 terbagi menjadi dua bagian: a. Elemen batas dan internal cell tidak mengandung titik asal x Elemen atau cell regular Pada kasus ini, jarak antara titik asal x dengan titik-titik hasil diskritisasi y lebih besar dari nol x y > sedemikian sehingga singularitas kernel berada di luar domain integral. Simulasi numerik untuk kasus ini menggunakan Quadratur Gauss. Pada elemen batas menggunakan Quadratur Gauss Legendre 2 titik. Pada inner domain menggunakan modifikasi Quadratur Gauss Legendre. b. Elemen batas dan internal cell mengandung titik asal x Elemen atau cell singular Pada kasus ini, jarak antara titik asal x dengan titik-titik hasil diskritisasi y sama dengan nol x y sedemikian sehingga elemen batas mengandung singularitas kernel J ik r. Kernel j J ik r juga pada r singular pada integral domain. Ambil sembarang internal sel pada domain, dengan titik masing-masing a u, v, b u 2, v 2, c u 3, v 3. Titik-titik ini ditransformasi ke internal sel baru x, y, y 2, x 2, y, y 2, x 3, y, y 2 sedemikian sehingga diperoleh y u 3 u y + u 2 u y 2 + u 5.8 y 2 v 3 v y + v 2 v y 2 + v 5.9 dengan Jacobian Jac x y x y

37 Selanjutnya, pada masing-masing titik-titik segitiga terdapat tensor tegangan A, B, C, yang masing-masing dinyatakan A A A 2 A 2 A 22 B B ; B 2 B 2 B 22 C C ; C 2 C 2 C 22 dan mengalami proses transformasi sedenikian sehingga ; y A + y 2 B + y y 2 C 5. yang mana x, x 2, x 3 menyatakan titik-titik segitiga vertices. Dengan demikian integral domain dinyatakan dengan Ω τ ij j J ik dω u u v τ ij j J ik dudv 5. dengan J ik 4π u v τ ij j δ ik ln r + r ir k dudv r 2 Misal f y, y 2 ; α, β ln y α 2 + y 2 β 2 dengan f f y α y α 2 + y 2 β 2 y 2 β y α 2 + y 2 β 2 dan g y, y 2 ; α, β g 2 y, y 2 ; α, β g 2 y, y 2 ; α, β g 22 y, y 2 ; α, β y α 2 y α 2 + y 2 β 2 y αy 2 β y α 2 + y 2 β 2 y αy 2 β y α 2 + y 2 β 2 y 2 β 2 y α 2 + y 2 β 2

38 dan turunan dari fungsi g, yakni: g g g 2 g 2 g 2 g 2 g 22 g 22 2y α y α 2 + y 2 β 2y α 3 2 y α 2 + y 2 β 2 2 2y α 2 y 2 β y α 2 + y 2 β 2 2 y 2 β y α 2 + y 2 β 2y α 2 y 2 β 2 y α 2 + y 2 β 2 2 y α y α 2 + y 2 β 2y 2 β 2 y α 2 y α 2 + y 2 β 2 2 y 2 β y α 2 + y 2 β 2y α 2 y 2 β 2 y α 2 + y 2 β 2 2 y α y α 2 + y 2 β 2y 2 β 2 y α 2 y α 2 + y 2 β 2 2 2y α 2 y 2 β y α 2 + y 2 β 2 2 2y 2 β y α 2 + y 2 β 2y 2 β 3 2 y α 2 + y 2 β 2 2 Jika u, v α, β, maka y α 2 u 3 u y + u 2 u y 2 2 y 2 β 2 v 3 v y + v 2 v y 2 2 Misal : u 3 u a; u 2 u b; v 3 v c; v 2 v d; Dengan demikian penentuan integral domain τ ij j J ik dudv u y A + y 2 B + y y 2 C ay + by 2 ay + by 2 2 + cy + dy 2 + 2ay + by 2 2 y A + y 2 B + y y 2 C V.3 Integral Waktu ay + by 2 2 + cy + dy 2 2 2ay + by 2 3 ay + by 2 2 + cy + dy 2 2 2 dy dy 2 Pada bagian ini, kita akan menentukan tensor tegangan tak Newton dan bentuk permukaan domain interface S l untuk waktu t berikutnya. Bentuk permukaan domain S l baru ditentukan melalui perhitungan posisi titik-titik diskritisasi batas domain S l, yakni perhitungan integral waktu pada kondisi kinematik 2.24 dengan menggunakan metode skema Euler Forward. x nm j t i+ x nm j t i + t u nm n n n j, n, 2,..., Nb 5.2

39 V.4 Hasil Numerik Telah diperoleh persamaan Stokes nonhomogen η jj u l i i P l De j t τ l ij dalam Ω dengan kondisi awal x 2 ; x 2 a d a d + ɛe ikx x ; x L L; dan kondisi batas [ τ ij t j ] kondisi dinamik pada batass [ τ ij n j ] σ + n i kondisi dinamik pada S R R 2 dx i u i kondisi kinematik padas dt Berdasarkan persamaan integral batas pada bab 4, diperoleh c ik u i x K ijk ru i yn j yds J ik rκn i yds S λ S τ ij r j Jik NN ydω λ Melalui hasil numerik dari persamaan integral batas, proses deformasi fluida tak Newton menjadi droplet dinyatakan sebagai perubahan bentuk permukaan interface perubahan x 2 pada setiap iterasi waktu t Berdasarkan gambar di atas, pembentukan tetesan droplet terjadi pada iterasi terakhir. Tetesan droplet terlihat pada saat bentuk interface mancapai nilai minimum. Namun, proses numerik pada subbab V.2 dan subbab V.3 memiliki kekurangan, yakni adanya kernel j J ik r pada integral domain yang mengandung singularitas r. Oleh karen itu, kita tidak memperoleh hasil yang maksimal. Perubahan bentuk yang telah diperoleh yang digambarkan sebagai berikut Pada gambar di atas nmpak jelas adanya singularitas pada titik x L. Ω

4.6 Profil interface fluida, dt.5.55.5.45.4.35.3.25.2.4.6.8 2 3 4 5 6 7 8 9.2 Profil interface fluida, De, dt 6.5..5..95.9.5..5.2

4 T a b e l d a ta : P o sisi y b a ru e ta d. E 4 Q. -9 7.8 5-5 8.4 2 5-2.4 7 8-8 9. 7 7-5 4. 3 8-2.2 6 2-8.8 3-4 9.9 5-2. 6 3-7 4.8 4 8-4 6.9 2 4 -.9 2 4-7 2.6 5-4 5.8 2 5 -.8 8 4-7 3. 9 5-4 6. 4 7 -.9 4-7 6.4 4-4 7.7 2-2. 8-8 3.6 6-5.3 3-2.2 2 4-9 4. 2 4-5 6.5 6 2-2.5 2 - -6 4.4 9-2.9 3 7-4 3.9 5-3.4 5 2 -. 5 4 7.8 7 5 3 5.4 3 7. 9 3 8 5.6 5.2 3 3.4 9 8 3 5.4 7 7.2 5 3.5 4 3.2 7 7 5. 3 4 3.3 6 4 8. 2 8 3.5 5 8 3.7 4 5 7 6.6 9 9 7.8 4 7 4.5 9 2 2. 5.5 5 7 5.4 6 9 2 5 3.2 6 3.6 3 6.5 7 8 2 9 3.4 9 5.6 2 4.7 6 6 3 2 5.4 2 7.2 2 8.5 8 3 3 8.5 3 7.8 7 6 8.8 2 4 6 6.6 3 4 4 2.8 7.5 5 3-5.6 8 -.7 8 4 2 3 Iterasi ke, De 4, t.2 2 2 3.5.6.7.8.9