Persamaan Diferensial Parsial CNH3C3

dokumen-dokumen yang mirip
Persamaan Diferensial Parsial CNH3C3

Persamaan Diferensial Parsial CNH3C3

Persamaan Diferensial Parsial CNH3C3

Persamaan Diferensial Parsial CNH3C3

Soal Ujian 2 Persamaan Differensial Parsial

Persamaan Diferensial Parsial CNH3C3

BAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan

PDP linear orde 2 Agus Yodi Gunawan

METODE PEMISAH VARIABEL: PERSAMAAN LAPLACE

PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER NON HOMOGEN

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB II KAJIAN TEORI. syarat batas, deret fourier, metode separasi variabel, deret taylor dan metode beda

MASALAH SYARAT BATAS (MSB)

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB VIII PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL

Persamaan Diferensial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Persamaan Diferensial

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data

PERSAMAAN DIFFERENSIAL LINIER

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com

Design and Analysis of Algorithm

BAB II KAJIAN TEORI. dalam penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema,

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Perumusan Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

BAB III KONDUKSI ALIRAN STEDI - DIMENSI BANYAK

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PARTIKEL DALAM SUATU KOTAK SATU DIMENSI

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

Mata Kuliah :: Matematika Rekayasa Lanjut Kode MK : TKS 8105 Pengampu : Achfas Zacoeb

BAB II LANDASAN TEORI

Persamaan Diferensial Biasa

SOLUSI PENYEBARAN PANAS PADA BATANG KONDUKTOR MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICHOLSON

II. TINJAUAN PUSTAKA. Turunan fungsi f adalah fungsi lain f (dibaca f aksen ) yang nilainya pada ( ) ( ) ( )

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Persamaan Air Dangkal (SWE)

Metode Beda Hingga untuk Penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial

I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde 1 (Review)

Persamaan Difusi. Penurunan, Solusi Analitik, Solusi Numerik (Beda Hingga, RBF) M. Jamhuri. April 7, UIN Malang. M. Jamhuri Persamaan Difusi

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Model Aliran Panas

BAB VII MATRIKS DAN SISTEM LINEAR TINGKAT SATU

13. Aplikasi Transformasi Fourier

matematika PEMINATAN Kelas X SISTEM PERTIDAKSAMAAN LINEAR DAN KUADRAT K13 A. Pertidaksamaan Linear B. Daerah Pertidaksamaan Linear

PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D

BAB 2 PERSAMAAN DIFFERENSIAL BIASA

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA

BAB III PERSAMAAN DIFUSI, PERSAMAAN KONVEKSI DIFUSI, DAN METODE PEMISAHAN VARIABEL

MATERI PERKULIAHAN. Gambar 1. Potensial tangga

NOISE TERMS PADA SOLUSI DERET DEKOMPOSISI ADOMIAN DALAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL ABSTRACT

TINJAUAN KASUS PERSAMAAN PANAS DIMENSI SATU SECARA ANALITIK

Kalkulus Diferensial week 09. W. Rofianto, ST, MSi

BAB I PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE SATU

PENERAPAN METODE ELEMEN HINGGA UNTUK SOLUSI PERSAMAAN STURM-LIOUVILLE

BAB V PERSAMAAN LINEAR TINGKAT TINGGI (HIGHER ORDER LINEAR EQUATIONS) Persamaan linear tingkat tinggi menarik untuk dibahas dengan 2 alasan :

Department of Mathematics FMIPAUNS

II. TINJAUAN PUSTAKA ( ) ( ) ( ) Asalkan limit ini ada dan bukan atau. Jika limit ini memang ada, dikatakan ( ) ( ) ( ) ( )

Kuliah 07 Persamaan Diferensial Ordinari Problem Kondisi Batas (PDOPKB)

Pengantar Metode Perturbasi Bab 1. Pendahuluan

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

BAB II LANDASAN TEORI

Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau lebih turunan fungsi yang tidak diketahui.

Persamaan Diferensial Parsial Umum Orde Pertama

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegral

ANALISIS METODE DEKOMPOSISI SUMUDU DAN MODIFIKASINYA DALAM MENENTUKAN PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR

DERET FOURIER DAN APLIKASINYA DALAM FISIKA

Aplikasi Persamaan Bessel Orde Nol Pada Persamaan Panas Dua dimensi

SIMULASI NUMERIK PADA ALIRAN AIR TANAH MENGGUNAKAN COLLOCATION FINITE ELEMENT METHOD

FORMULA PENGGANTI METODE KOEFISIEN TAK TENTU ABSTRACT

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. analitik dengan metode variabel terpisah. Selanjutnya penyelesaian analitik dari

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :

SOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Persamaan Diferensial Orde II

Matematika

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II Model Lapisan Fluida Viskos Tipis Akibat Gaya Gravitasi

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2 - II

Sistem Persamaan Linier dan Matriks

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegral

BAB 2 LANDASAN TEORI

Universitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika. Persamaan Diferensial Orde II

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS MANDIRI KULIAH PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Tahun Ajaran 2016/2017

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Kalkulus Kode : CIV 101. Limit Fungsi. Pertemuan - 2

FUNGSI EVANS, SIFAT-SIFAT DAN APLIKASINYA PADA PELACAKAN NILAI EIGEN DARI MASALAH STURM-LIOUVILLE

Matematika

Reflektor Gelombang 1 balok

II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 1 [Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL)]

BAB 1. KONSEP DASAR. d y ; 3x = d3 y ; y = 3 d y ; x = @u @z 5 6. d y = 7 y x Dalam bahan ajar ini pemba

Solusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2)

KED INTEGRAL JUMLAH PERTEMUAN : 2 PERTEMUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Materi : 7.1 Anti Turunan. 7.2 Sifat-sifat Integral Tak Tentu KALKULUS I

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

SISTEM HUKUM KEKEKALAN LINEAR

BAB V SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Persamaan Diferensial Parsial CNH3C3 Week 4: Separasi Variabel untuk Persamaan Panas Orde Satu Tim Ilmu Komputasi Coordinator contact: Dr. Putu Harry Gunawan phgunawan@telkomuniversity.ac.id

1 Persamaan Panas 1D 2 Separasi Variabel 3 Contoh 4 Latihan 5 Perhatian!

Persamaan Panas 1D Persamaan panas Sebuah batang besi tipis dengan panjang L dipanaskan dengan api di bagian tengah besi sedangkan ujung kiri dan kanan besi dipertahankan dalam suhu dingin yakni 0 0 C (lihat Gambar di bawah ini).

Persamaan Panas 1D Persamaan panas Sebuah batang besi tipis dengan panjang L dipanaskan dengan api di bagian tengah besi sedangkan ujung kiri dan kanan besi dipertahankan dalam suhu dingin yakni 0 0 C (lihat Gambar di bawah ini). Sehingga nantinya dapat diamati bahwa besarnya temperatur di daerah tengah besi akan lebih besar dibandingkan dengan daerah lainnya.

Persamaan Panas 1D Persamaan panas Sebuah batang besi tipis dengan panjang L dipanaskan dengan api di bagian tengah besi sedangkan ujung kiri dan kanan besi dipertahankan dalam suhu dingin yakni 0 0 C (lihat Gambar di bawah ini). Sehingga nantinya dapat diamati bahwa besarnya temperatur di daerah tengah besi akan lebih besar dibandingkan dengan daerah lainnya. Selanjutnya, pada waktu tertentu atau waktu akhir pengamatan, api dipadamkan dan pengamatan dilanjutkan dengan mengukur penyebaran panas dari tengah ke bagian lainnya selama proses pendinginan.

Persamaan Panas 1D Persamaan panas Asumsikan sebuah batang besi memiliki panjang L = 1 m, maka formulasi matematika dari penyebaran panas dalam sebuah domain Ω = [0 : 1] adalah sebagai berikut

Persamaan Panas 1D Persamaan panas Asumsikan sebuah batang besi memiliki panjang L = 1 m, maka formulasi matematika dari penyebaran panas dalam sebuah domain Ω = [0 : 1] adalah sebagai berikut u(x, t) = µ 2 u(x, t) + Q(x), t x 2 t > 0, x (0, 1) (1.1) u(0, x) = f (x, ) x [0, 1] (1.2) u(x, t) = g(x), t 0, x {0, 1} (1.3)

Persamaan Panas 1D Persamaan panas Asumsikan sebuah batang besi memiliki panjang L = 1 m, maka formulasi matematika dari penyebaran panas dalam sebuah domain Ω = [0 : 1] adalah sebagai berikut u(x, t) = µ 2 u(x, t) + Q(x), t x 2 t > 0, x (0, 1) (1.1) u(0, x) = f (x, ) x [0, 1] (1.2) u(x, t) = g(x), t 0, x {0, 1} (1.3) dengan u(x, t) merupakan temperatur,

Persamaan Panas 1D Persamaan panas Asumsikan sebuah batang besi memiliki panjang L = 1 m, maka formulasi matematika dari penyebaran panas dalam sebuah domain Ω = [0 : 1] adalah sebagai berikut u(x, t) = µ 2 u(x, t) + Q(x), t x 2 t > 0, x (0, 1) (1.1) u(0, x) = f (x, ) x [0, 1] (1.2) u(x, t) = g(x), t 0, x {0, 1} (1.3) dengan u(x, t) merupakan temperatur, Q(x) sumber dalam (internal source),

Persamaan Panas 1D Persamaan panas Asumsikan sebuah batang besi memiliki panjang L = 1 m, maka formulasi matematika dari penyebaran panas dalam sebuah domain Ω = [0 : 1] adalah sebagai berikut u(x, t) = µ 2 u(x, t) + Q(x), t x 2 t > 0, x (0, 1) (1.1) u(0, x) = f (x, ) x [0, 1] (1.2) u(x, t) = g(x), t 0, x {0, 1} (1.3) dengan u(x, t) merupakan temperatur, Q(x) sumber dalam (internal source), f (x) distribusi awal panas,

Persamaan Panas 1D Persamaan panas Asumsikan sebuah batang besi memiliki panjang L = 1 m, maka formulasi matematika dari penyebaran panas dalam sebuah domain Ω = [0 : 1] adalah sebagai berikut u(x, t) = µ 2 u(x, t) + Q(x), t x 2 t > 0, x (0, 1) (1.1) u(0, x) = f (x, ) x [0, 1] (1.2) u(x, t) = g(x), t 0, x {0, 1} (1.3) dengan u(x, t) merupakan temperatur, Q(x) sumber dalam (internal source), f (x) distribusi awal panas, g(x) fungsi batas (boundary),

Persamaan Panas 1D Persamaan panas Asumsikan sebuah batang besi memiliki panjang L = 1 m, maka formulasi matematika dari penyebaran panas dalam sebuah domain Ω = [0 : 1] adalah sebagai berikut u(x, t) = µ 2 u(x, t) + Q(x), t x 2 t > 0, x (0, 1) (1.1) u(0, x) = f (x, ) x [0, 1] (1.2) u(x, t) = g(x), t 0, x {0, 1} (1.3) dengan u(x, t) merupakan temperatur, Q(x) sumber dalam (internal source), f (x) distribusi awal panas, g(x) fungsi batas (boundary), µ koesien difusi,

Persamaan Panas 1D Persamaan panas Asumsikan sebuah batang besi memiliki panjang L = 1 m, maka formulasi matematika dari penyebaran panas dalam sebuah domain Ω = [0 : 1] adalah sebagai berikut u(x, t) = µ 2 u(x, t) + Q(x), t x 2 t > 0, x (0, 1) (1.1) u(0, x) = f (x, ) x [0, 1] (1.2) u(x, t) = g(x), t 0, x {0, 1} (1.3) dengan u(x, t) merupakan temperatur, Q(x) sumber dalam (internal source), f (x) distribusi awal panas, g(x) fungsi batas (boundary), µ koesien difusi, x and t menyatakan ruang dan waktu berurutan.

Persamaan Panas 1D Persamaan Panas Untuk menyederhanakan persamaan diatas (Q(x) = 0), maka kita dapat menulis ulang persamaan (1.1-1.3) menjadi: u u t µ 2, x 2 x (0, 1), t > 0 (1.4) u(x, 0) = f (x), x [0, 1] (1.5) u(0, t) = 0, u(1, t) = 0. t 0 (1.6)

Persamaan Panas Persamaan Panas 1D

Separasi variabel Solusi separasi adalah solusi dari persamaan (1.4-1.6) dalam bentuk u(x, t) = X (x)t (t). (2.1) Penting bahwa variabel bebas dinotasikan dengan huruf kecil sedangkan fungsi dengan huruf kapital. Tujuan pertama kita adalah mencari kemungkinan solusi separasi sebanyak mungkin.

Separasi variabel Substitusikan persamaan ke dalam didapat u(x, t) = X (x)t (t). (2.2) u = u t µ 2 x 2 (2.3)

Separasi variabel Substitusikan persamaan ke dalam u(x, t) = X (x)t (t). (2.2) u = u t µ 2 x 2 (2.3) didapat X (x)t (t) = µx (x)t (t),

Separasi variabel Selanjutnya kita bagi dengan µx (x)t (t), didapat T (t) µt (t) = X (x) X (x). (2.4)

Separasi variabel Selanjutnya kita bagi dengan µx (x)t (t), didapat T (t) µt (t) = X (x) X (x). (2.4) Dapat kita lihat bahwa persamaan di sebelah kiri semuanya bergantung pada t dan sebaliknya di sebelah kanan semua bergantung pada x.

Separasi variabel Selanjutnya kita bagi dengan µx (x)t (t), didapat T (t) µt (t) = X (x) X (x). (2.4) Dapat kita lihat bahwa persamaan di sebelah kiri semuanya bergantung pada t dan sebaliknya di sebelah kanan semua bergantung pada x. Bagaimana mungkin fungsi yang bergantung pada waktu, sama dengan fungsi yang bergantung pada spasial?

Separasi variabel Selanjutnya kita bagi dengan µx (x)t (t), didapat T (t) µt (t) = X (x) X (x). (2.4) Dapat kita lihat bahwa persamaan di sebelah kiri semuanya bergantung pada t dan sebaliknya di sebelah kanan semua bergantung pada x. Bagaimana mungkin fungsi yang bergantung pada waktu, sama dengan fungsi yang bergantung pada spasial? Jika variabel x dan t merupakan sembarang variabel bebas, maka x tidak dapat menjadi fungsi dari t dan sebaliknya.

Separasi variabel Maka dari itu, kita perlu mengklaim bahwa kedua sisi (2.4) haruslah sama dengan suatu konstanta yang sama, yakni T (t) µt (t) = λ = X (x) X (x), (2.5) dengan λ adalah sembarang bilangan konstan yang disebut dengan konstanta separasi (the separation constant).

Separasi variabel Maka dari itu, kita perlu mengklaim bahwa kedua sisi (2.4) haruslah sama dengan suatu konstanta yang sama, yakni T (t) µt (t) = λ = X (x) X (x), (2.5) dengan λ adalah sembarang bilangan konstan yang disebut dengan konstanta separasi (the separation constant). Tanda negatif diberikan untuk mempermudah dalam pencarian solusi, kita akan bahas selanjutnya mengapa tanda minus ini berguna.

Separasi variabel Dari (2.5), kita mendapatkan dua buah persamaan diferensial biasa (PDB): X (x) + λx (x) = 0, (2.6) T (t) + λµt (t) = 0. (2.7) Tugas sekarang adalah mencari solusi dari PDB di atas!

Separasi variabel Solusi PDB persamaan (2.6) cara I Misalkan λ = β 2, dengan β > 0 sehingga memiliki solusi, X (x) + λx (x) = 0, (2.8)

Separasi variabel Solusi PDB persamaan (2.6) cara I Misalkan λ = β 2, dengan β > 0 sehingga X (x) + λx (x) = 0, (2.8) memiliki solusi, X (x) = A cos(βx) + B sin(βx). (2.9)

Separasi variabel Solusi PDB persamaan (2.6) cara I X (x) = A cos(βx) + B sin(βx). (2.10) Akan tetapi dengan melakukan substitusi kondisi batas (nilai = 0) ke rumus (2.10) didapat:

Separasi variabel Solusi PDB persamaan (2.6) cara I X (x) = A cos(βx) + B sin(βx). (2.10) Akan tetapi dengan melakukan substitusi kondisi batas (nilai = 0) ke rumus (2.10) didapat: 0 = X (0) = A dan 0 = X (L) = B sin(βl).

Separasi variabel Solusi PDB persamaan (2.6) cara I X (x) = A cos(βx) + B sin(βx). (2.10) Akan tetapi dengan melakukan substitusi kondisi batas (nilai = 0) ke rumus (2.10) didapat: 0 = X (0) = A dan 0 = X (L) = B sin(βl). Tentu saja kita tidak mengharapkan nilai A = B = 0 karena tidak akan menarik, sehingga yang diharapkan adalah sin(βl) = 0.

Separasi variabel Solusi PDB persamaan (2.6) cara I X (x) = A cos(βx) + B sin(βx). (2.10) Akan tetapi dengan melakukan substitusi kondisi batas (nilai = 0) ke rumus (2.10) didapat: 0 = X (0) = A dan 0 = X (L) = B sin(βl). Tentu saja kita tidak mengharapkan nilai A = B = 0 karena tidak akan menarik, sehingga yang diharapkan adalah sin(βl) = 0. Jadi dapat dilakukan dengan mengubah akar fungsi sinusoidal βl = kπ, untuk k = 1, 2,. Sehingga didapat ( ) kπ 2 λ k = β 2 =, dan Xk(x) = sin L ( kπx L ). (2.11)

Separasi variabel Solusi PDB persamaan (2.6) cara II Seperti dijelaskan sebelumnya, kita menggunakan tanda minus pada λ pada persamaan (2.5) untuk mempermudah solusi dan menetapkan bahwa konstanta yang dipilih adalah konstanta positif λ > 0, jadi persamaan (2.6) dapat dibentuk menjadi X (x) = λx (x), LX = λx. Sehingga fungsi X (x) merupakan fungsi eigen, yang memiliki solusi ( ) kπ 2 λ k =, dan Xk(x) = sin L ( kπx L ). (2.12) (Masalah nilai eigen dapat di review kembali pada matakuliah PDB/PDA)

Masalah Nilai Eigen (Review) Lema 1.1 Lema Nilai dan fungsi eigen dari masalah u (x) = f (x), x (0, L), u(0) = u(l) = 0 (2.13) diberikan sebagai berikut ( ) kπ 2 λ k = dan uk(x) = sin L ( kπx L ) k = 1, 2,, (2.14) Proof. Bukti dari lema ini dapat ditemukan di buku Tveito, et al. untuk lebih lengkapnya.

Separasi variabel Solusi PDB persamaan (2.7) Solusi PDB, T (t) + λµt (t) = 0, berupa

Separasi variabel Solusi PDB persamaan (2.7) Solusi PDB, berupa T (t) + λµt (t) = 0, T (t) = Ae λµt, dan dapat dibentuk menjadi T k (t) = A k e λ kµt = A k e ( kπ L ) 2 µt for k = 1, 2,, (2.15) dengan A k adalah sembarang konstan.

Separasi variabel Solusi umum PDP panas Pada akhirnya, terdapat tak hingga banyaknya solusi separasi untuk persamaan panas (1.4-1.5),

Separasi variabel Solusi umum PDP panas Pada akhirnya, terdapat tak hingga banyaknya solusi separasi untuk persamaan panas (1.4-1.5), u k (x, t) = A k e ( ( ) kπ ) 2 kπx µt L sin for k = 1, 2,. (2.16) L

Separasi variabel Solusi umum PDP panas Selain itu akumulasi dari banyaknya berhingga solusi N juga merupakan sebuah solusi yakni,

Separasi variabel Solusi umum PDP panas Selain itu akumulasi dari banyaknya berhingga solusi N juga merupakan sebuah solusi yakni, u(x, t) = N A k e ( kπ ) 2 µt L sin k=1 ( kπx L ), (2.17)

Separasi variabel Solusi umum PDP panas Selain itu akumulasi dari banyaknya berhingga solusi N juga merupakan sebuah solusi yakni, u(x, t) = N A k e ( kπ ) 2 µt L sin k=1 ( kπx L ), (2.17) dengan asumsi bahwa fungsi awal ( f merupakan kombinasi linear ) kπx berhingga dari fungsi eigen {sin L }, f (x) = N A k sin k=1 ( kπx L ). (2.18)

Contoh Contoh separasi variabel Contoh Andaikan kita memiliki masalah difusi sebagai berikut, maka solusinya adalah u = u t µ 2, x (0, 1), t > 0 (3.1) x 2 u(0, t) = 0, u(1, t) = 0. t 0 (3.2) u(x, 0) = 3 sin(πx) + 5 sin(4πx), x [0, 1] (3.3)

Contoh Contoh separasi variabel Contoh Andaikan kita memiliki masalah difusi sebagai berikut, maka solusinya adalah u = u t µ 2, x (0, 1), t > 0 (3.1) x 2 u(0, t) = 0, u(1, t) = 0. t 0 (3.2) u(x, 0) = 3 sin(πx) + 5 sin(4πx), x [0, 1] (3.3) u(x, t) = 3e π2t sin(πx) + 5e 16π2t sin(4πx). (3.4)

Contoh Contoh separasi variabel Solusi diatas dapat digambarkan sebagai fungsi x pada gambar di bawah ini, pada saat t = 0, 0.01 dan 0.1. Figure : Solusi dari persamaan panas dengan f (x) = 3 sin(πx) + 5 sin(4πx) untuk t = 0, 0.01 dan 0.1.

Latihan Latihan separasi variabel Latihan Selesaikan masalah difusi sebagai berikut, u = u t µ 2, x (0, L), t > 0 (4.1) x 2 u(0, t) = 0, u(l, t) = 0. t 0 (4.2) u(x, 0) = f (x), x [0, L] (4.3) 1. f (x) = ( ) πx 6 sin L 2. f (x) = 12 sin ( 9πx L ) ( 7 sin 4πx ) L

Perhatian! Perhatian! Solusi umum PDP panas Solusi umum persamaan panas, u(x, t) = N A k e ( kπ ) 2 µt L sin k=1 ( kπx L ), (5.1) hanya untuk fungsi awal ( f, merupakan kombinasi linear berhingga ) kπx dari fungsi eigen {sin L }, f (x) = N A k sin k=1 ( kπx L ). (5.2)

Perhatian! Perhatian! Solusi umum PDP panas Bagaimana jika fungsi awal f, merupakan ( bukan kombinasi linear ) kπx berhingga dari fungsi eigen {sin L }?

Perhatian! Perhatian! Solusi umum PDP panas Bagaimana jika fungsi awal f, merupakan ( bukan kombinasi linear ) kπx berhingga dari fungsi eigen {sin L }? Misalkan diberikan fungsi awal berupa konstanta f (x) = 1. (5.3)

Perhatian! Perhatian! Solusi umum PDP panas Untuk mengatasi hal ini, diperlukan jumlah tak hingga kombinasi linier dari kondisi awal, yakni f (x) = A k sin k=1 ( kπx L ) = 1 (5.4) dengan membuat N menuju tak hingga, dan kita dapatkan solusi umumnya ( kπx ( kπx u(x, t) = A k e )2t L sin L k=1 ). (5.5) Pada pertemuan berikutnya, akan dijelaskan bagaimana mencari A k (yaitu koesien Fourier) yang dapat dihitung dari fungsi f (x), yakni fungsi yang bukan merupakan kombinasi linier fungsi sinusoidal.

End of presentation!