ANALISIS STRUKTUR SEKTOR PERTANIAN INDONESIA: ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

dokumen-dokumen yang mirip
Peranan Sektor Pariwisata dalam Pertumbuhan Ekonomi Makro Propinsi Bali dengan Pendekatan Input-Output

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

DINAMIKA KETERKAITAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA, : Pendekatan Rasmussen's Dual Criterion ABSTRAK

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

III. METODE PENELITIAN

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

KONTRIBUSI EKSPOR SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL: ANALISIS INPUT OUTPUT. Oleh: Risna Yusuf dan Tajerin *

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

PEMILIHAN LAHAN TERBAIK UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

Bab III Analisis Rantai Markov

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

BAB I PENDAHULUAN I-1

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. pendapatan (factorial distribution dan income distribution), dan pengaruh dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK DENGAN INTERGRADIEN. Rita Rahmawati Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

PENGURUTAN DATA. A. Tujuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN NILAI TAMBAH KELAPA RAKYAT (Studi kasus di 3 kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

III. KERANGKA TEORI Model Pembangunan Dua Sektor. Industrialisasi pertanian merupakan media transmisi yang tepat bagi proses

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR MINYAK SAWIT INDONESIA DAN MALAYSIA DI PASAR INTERNASIONAL

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis

Oleh : Enny Supartini Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran

Seemingly Unrelated Regression (SUR) Penderita Penyakit DBD RS. Wahidin Sudirohusodo Dan RS. Stella Maris Makassar

BAB III METODE PENELITIAN

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Transkripsi:

ANALISIS STRUKTUR SEKTOR PERTANIAN INDONESIA: ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Euphrasa Susy Suhendra Unverstas Gundarma Jl. Margonda Raya 100, Depok Emal : susys@staff.gunadarma.ac.d ABSTRAK Dalam tga dekade terakhr, pembangunan nasonal mentkberatkan pada sektor manufaktur, sementara sektor pertanan yang sampa saat n mash merupakan tumpuan hdup masyarakat pada umumnya hanya dposskan sebaga sektor pendukug. Sebaga sektor yang mash dapat menunukkan pertumbuhan yang postf pada masa krss yang menmpa Indonesa, maka perlu dpertmbangkan untuk lebh mentkberatakn kebakan pembangunan nasonalnya pada sektor pertanan. Artkel n mengu struktur dar sektor pertanan Indonesa, yang dapat menggambarkan keterkatan antara subsektor-subsektor yang ada d sektor pertanan Indonesa secara lebh mendetal, bak keterkatan kedepan/forward lnkage (deraat kepekaan) maupun keterkatan ke belakang/backward lnkage (daya penyebaran). Hasl yang ddapatkan menunukkan dengan memperhatkan analss keterkatan maka dapat terlhat adanya subsektor-subsektor yang dapat menad subsektor-subsektor andalan karena menmbulkan dampak yang cukup nyata bag keterkatan antara subsektor-subsektor pertanan, sehngga kebakan pembangunan khususnya d sektor pertanan dapat lebh terarah. Kata Kunc : nput-output,deraat kepekaan, daya penyebaran. PENDAHULUAN D banyak negara, sektor pertanan yang berhasl merupakan prasyarat bag pembangunan sektor ndustr dan asa. Para perancang pembangunan Indonesa pada awal Orde Baru menyadar benar hal tersebut, sehngga pembangunan angka panang drancang secara bertahap. Pada tahap pertama pembangunan dttkberatkan pada pembangunan sektor pertanan dan ndustr penghasl sarana produks pertanan. Pada tahap kedua, pembangunan dttkberatkan pada ndustr pengolahan penunang sektor pertanan (agrondustr) yang selanutnya secara bertahap dalhkan pada pembangunan ndustr mesn dan logam. Rancangan pembangunan sepert demkan, dha- SUHENDRA, ANALISIS STRUKTUR 55

rapkan dapat membentuk struktur perekonoman Indonesa yang seras dan sembang, tangguh menghadap geolak nternal dan ekternal. Era globalsas yang akan datang memberkan peluang bag sektor pertanan untuk berkembang lebh cepat, tetap sekalgus memberkan tantangan baru karena komodtas pertanan harus mempunya keunggulan daya sang dan kemandran produk pertanan sedemkan rupa sehngga produk pertanan mampu bersang d pasar domestk maupun nternasonal. Berdasarkan kenyataan tersebut, banyak ahl ekonom pertanan Indonesa, mendesak agar sektor pertanan berperan kembal sebaga motor penggerak pembangunan. Hal n terlhat bahwa sektor pertanan mash memperlhatkan pertumbuhan yang postf pada saat Indonesa sedang dlanda krss moneter Agar pertanan dapat berkontrbus dalam perekonoman nasonal, menghadap dnamka globalsas dan perdagangan bebas dperlukan suatu perencanaan nasonal dengan pemlhan atas dasar prortas dan sasaran dar program pembangunan pertanan. Salah satu aspek yang cukup menentukan keberhaslan pembangunan adalah penyebaran nvestas yang sesua dengan lokas dan konds masyarakat. Investas yang dtanamkan pada sektor pertanan dharapkan mampu mendorong kenakan output dan permntaan nput sehngga berpengaruh terhadap kenakan pendapatan dan perluasan kesempatan kera yang selanutnya dapat mendorong pertumbuhan ekonom dan mempercepat pemulhan ekonom. KERANGKA KONSEPTUAL Pada umumnya memang negara berkembang yang mempunya sumber daya alam yang cukup berlmpah, sepert Indonesa, mengngnkan pertumbuhan ekonom yang tngg tampa memperhatkan konds geografs dan sosal yang ada. Sepert dungkapkan pada teor Fe dan Rans, yang merupakan penyempurnaan dar teor Lews mengena tenaga buruh. Mereka memberkan penelasan memuaskan tentang pertumbuhan sektor pertanan yang dapat merupakan sektor unggulan untuk beranak dar keadaan stagnas ke arah pertumbuhan swadaya (Jhngan, 2003). Untuk tu Adelman (1984) menawarkan konsep Agrcultural Demand Led Industralzaton, sebaga alternatve untuk menggantkan strateg ELI dan SI d negara berkembang. Konsep ADLI yang dtawarkan Adelman perlunya sektor pertanan dadkan bass dalam pembangunan nasonal. Investas d sektor pertanan perlu mendapatkan prortas utama untuk membantu menngkatkan produktvtas petan kecl dan menengah. Investas n dapat dalam bentuk perbakan dan pembangunan sstem rgas, kemudahan dalam mendapatkan kredt usaha tan, pengenalan teknolog baru khususnya bbt unggul dan pupuk. Pembangunan sarana transportas untuk mendekatkan petan dengan pasar dan kontrol terhadap mekansme pasar agar petan dapat 56 JURNAL EKONOMI & BISNIS NO. 2, Jld 9, Tahun 2004

memperoleh harga yang waar(el- Sad M, 2001). Kesemuanya tu tdak hanya akan memberkan dampak yang postf terhadap sektor pertanan tu sendr tetap uga terhadap proses menuu ndustralsas. Penngkatan pendapatan masyarakat pedesaan pada akhrnya akan sangat efektf untuk mendorong penngkatan permntaan barang manufaktur yang dproduks d dalam neger. Dengan demkan keterbatasan devsa yang seharsnya dgunakan untuk mengmpor bahan makanan dapat dgunakan untuk menngkatkan kapastas produks pertanan d dalam neger. Selanutnya, penngkatan produktvtas sektor pertanan akan mendorong penngkatan permntaan nput pertanan sepert pupuk, pestsda, dan alat-alat pertanan. Namun yang lebh pentng adalah dampak terhadap sektor ndustr lannya. Katan yang sangat fleksbel bak ke belakang (nput) maupun ke depan (output) dar sektor pertanan nlah yang menyebabkan sektor pertanan dtetapkan sebaga leadng sektor dalam proses ndustralsas oleh Adelman dalam konsep ADLI. Oleh karena tu, mengngat sumbangan sektor pertanan terhadap kesempatan kera dan pendapatn bag sebagan besar penduduk d negara berkembang sangat besar, maka untuk mengatas tga permasalahan structural ekonom negara berkembang sepert Indonesa yatu kesenangan produktftas pertanan dan non pertanan, pengangguran dan defst neraca pembayaran, haruslah dmula dengan mengakseleras pembangunan sektor pertanan. Secara lebh rnc beberapa pertmbangan tentang pentngnya mengakseleras sektor pertanan d Indonesa dkemukakan oleh Smatupang (1997) a. Sektor pertanan mash tetap sebaga penyerap tenaga kera, sehngga akseleras pembangunan sektor pertanan akan membantu mengatas masalah penggangguran. b. Sektor pertanan merupakan penopang utama perekonoman desa dmana sebagan besar penduduk berada. Oleh karena tu, akseleras pembangunan pertanan palng tepat untuk mendorong perekonoman desa dalam rangka menngkatkan pendapatan sebagan besar penduduk Indonesa dan sekalgus pengentasan kemsknan. c. Sektor pertanan sebaga penghasl makanan pokok penduduk, sehngga dengan akseleras pembangunan pertanan maka penyedaan pangan dapat teramn. Langkah n pentng untuk mengurang ketergantungan pangan pada pasar duna. d. Harga produk pertanan memlk bobot yang besar dalam ndeks harga konsumen sehngga dnamkanya amat berpengaruh terhadap lau nflas. Oleh karena tu, ekseleras pembangunan pertanan akan membantu menaga stabltas perekonoman Indonesa. SUHENDRA, ANALISIS STRUKTUR 57

e. Akseleras pembangunan pertanan sangatlah pentng dalam rangka mendorong ekspor dan mengurang mpor produk pertanan, sehngga dalam hal n dapat membantu menaga kesembangan neraca pembayaran. f. Akseleras pembangunan pertanan mampu menngkatkan knera sektor ndustr. Hal n karena terdapat keterkatan yang erat antara sektor pertanan dengan sektor ndustr yang melput keterkatan produk, konsums dan nvestas. Peneltan yang telah dlakukan oleh Roberts (1998), dan El-Sad (2001) menunukkan bahwa keterkatan antara sektor pertanan dengan sektor ndustr tdak hanya keterkatan produk, tetap ada meda keterkatan lannya yatu keterkatan konsums, nvestas dan tenaga kera yang mampu menelaskan secara lebh menyeluruh mengena keterkatan kedua sektor tersebut. Oleh karena tu, maka krtera yang dcptakan Hrschman untuk menentukan sektor kunc tdak mampu mengartkulaskan potens keterkatan sektor pertanan dengan ndustr. Hasl peneltan Roberts (1998) menunukkan bawa (a) semakn tngg output sektor pertanan maka semakn tngg pula pengeluaran untuk komodtas bukan pangan (nonfood) dan pengeluaran untuk pakaan; (b) semakn tngg pendapatan rumah tangga maka semakn tngg pula smpangan (savngs) rumah tangga. Fakta tersebut menunukkan bahwa potens keterkatan sektor pertanan berada pada keterkatan konsums dan nvestas dmana kedua keterkatan tersebut tdak dpunya oleh sektor ndustr. Oleh karena tu, krtera penentuan sektor kunc perlu dtambah dengan keterkatan konsums dan nvestas. Dengan keterkatan produk, konsums dan nvestas pastlah sektor pertanan akan terplh sebaga sektor kunc dalam akseleras pembangunan ekonom nasonal. Keterkatan konsums berasal dar nla tambah yang dperoleh dar suatu sektor dgunakan untuk membel produk ndustr lan dalam rangka memenuh kebutuhan konsums rumah tangga. Dengan kata lan, keterkatan konsums merupakan pencptaan permntaan produk yang dhaslkan oleh berbaga ndustr. Adanya permntaan tersebut merupakan faktor utama penngkatan permntaan nvestas. Oleh karena tu, keterkatan konsums uga merupakan pencpta artkulas antar sektor. METODE ANALISIS Peneltan n menggunakan pendekatan Input Output, dengan menggunakan analss keterkatan bak kedepan maupun ke belakang yang dgunakan untuk mengetahu sturktur dalam subsektor pertanan Indonesa berdasarkan data Input-Output tahun 2000. Backward Lnkages (katan ke belakang) dan Forward Lnkages (katan ke depan) adalah alat analss yang dgunakan untuk mengetahu tngkat keterkatan suatu sektor terhadap sektor/sub-sub sektor lan- 58 JURNAL EKONOMI & BISNIS NO. 2, Jld 9, Tahun 2004

nya dalam suatu perekonoman. Katan ke belakang merupakan alat analss untuk mengetahu deraat keterkatan suatu sektor terhadap sektor-sektor lan yang menyumbangkan nput kepadanya. Katan ke depan merupakan alat analss untuk mengetahu deraat keterkatan antara suatu sektor yang menghaslkan output, untuk dgunakan sebaga nput bag sektor-sektor yang lan. Pendekatan Input-Output menggunakan analss antar sektor. Model n dbangun berdasarkan neraca komodtas sebaga berkut: Q = n = 1 Z + F (1) dmana : Q = Nla output sektor Z = Nla output sektor yang F dgu-nakan dalam proses produks sector = Nla permntaan akhr terhadap sector n = Banyaknya sektor dalam perekonoman. Z tak lan alah permntaan nput langsung sektor yang merupakan output dar sektor. Dengan demkan Z = Z adalah permntaan total antar sektor terhadap output sektor. Oleh karena tu persamaan 3.1. tak lan alah dekomposs permntaan terhadap output sektor ( Q ) menad dua komponen yatu permntaan antar sektor ( Z = Z ) dan permntaan akhr ( F ). Asums selanutnya adalah, koefsen nput-output adalah tetap: a = Z / (2) Q a = nla output sector yang dgu-nakan untuk menghaslkan se-tap satu rupah nla produks sector. Apabla persamaan (2) dmasukkan ke dalam persamaan (1) maka akan dperoleh : Q = a Q + F (3) Persamaan 3. adalah sstem persamaan yang terdr dar n persamaan, d mana n adalah umlah sektor dalam perekonoman. Sepert yang telah dsebutkan, Z adalah permntaan nput langsung sektor yang merupakan output dar sektor. Dengan demkan Z merupakan smpul pengkat langsung sektor dengan sektor. Oleh karena tu a tak lan alah pengganda langsung sector terhadap sector. Oleh karena tu Z = Z = aq adalah total permntaan nput langsung sector dar seluruh sector-sektor lannya. Oleh karena katan antar sector tersebut muncul melalu kebutuhan nput sector dar sectorsektor lannya, maka Z dsebut pula katan antar sector langsung ke belakang (Panchamukh, 1975). Dalam bentuk ndeks katan langsung ke belakang (drect backward SUHENDRA, ANALISIS STRUKTUR 59

lngkage) tersebut dapat dtuls sebaga berkut: U = U = Q Z = = 1 a katan langsung ke belakang. Dengan cara yang sama, ddapat bahwa Z = Z adalah total produk I yang langsung dgunakan sebaga nput bag seluruh sector dalam perekonoman. Oleh karena tu, Z serngkal dsebut sebaga katan langsung ke depan. Dalam ukuran ndeks, katan langsung ke depan sector I (drect forward lngkage) dhtung sebaga berkut. Z W = = a Q = 1 W = katan langsung ke depan ANALISIS STRUKTUR SEKTOR PERTANIAN Keterkatan ke depan serng dsebut uga sebaga deraat kepekaan dan keterkatan ke belakang sebaga daya penyebaran. Sektor yang mempunya deraat kepekaan tngg memberkan ndkas bahwa sektor tersebut mempunya keterkatan ke depan atau daya dorong yang cukup kuat dbandngkan terhadap sektor lannya, sedangkan sektor yang mempunya daya penyebaran tngg berart sektor tersebut mempunya ketergantungan yang tngg terhadap sektor lannya. Indeks daya penyebaran memberkan ndkas bahwa sektor-sektor yang mempunya ndeks daya penyebaran lebh besar dar 1, menunukkan daya penyebarannya d atas rata-rata daya penyebaran secara keseluruhan. Pengertan yang sama uga berlaku untuk ndeks deraat kepekaan. Berdasarkan Tabel 1. Terlhat sektor pemotongan hewan mempunya daya penyebaran tertngg d Indonesa dengan nla 1,9420, sedangkan sektor tanaman ub-uban mempunya daya penyebaran terrendah dengan nla 1,0789. Angka tersebut mempunya art bahwa kenakan satu unt output sektor pemotongan hewan dan tanaman ububan akan membutuhkan output sektor lannya sebaga nput sebesar 1,9420 unt dan 1,0789 unt masngmasng untuk sektor pemotongan hewan dan tanaman ub-uban. 60 JURNAL EKONOMI & BISNIS NO. 2, Jld 9, Tahun 2004

Tabel 1. Indeks Daya Penyebaran Sektor Pertanan d Indonesa, 2000. Daya Penyebaran Kode Sektor Jumlah Indeks 19 Pemotongan hewan 1,9420 1,458476870 20 Unggas dan hasl-haslnya 1,8904 1,419724344 11 Tembakau 1,5891 1,193442634 18 Peternakan 1,4654 1,100541713 12 Kop 1,4442 1,084620132 10 Kelapa sawt 1,4342 1,077109952 7 Karet 1,3477 1,012146899 17 Tan lannya 1,3437 1,009142827 8 Tebu 1,3352 1,002759175 16 Tan.Perkebunan lannya 1,3322 1,000506121 23 Perkanan 1,3031 0,978651498 21 Kayu 1,2742 0,956947079 9 Kelapa 1,2382 0,929910433 22 Hasl hutan lannya 1,2235 0,918870469 1 Pad 1,2053 0,905201942 3 Jagung 1,1935 0,896339930 13 Teh 1,1920 0,895213403 6 Tanaman bahan makanan lan 1,1899 0,893636266 14 Cengkeh 1,1855 0,890331787 2 Tan.Kacang2an 1,1847 0,889730972 15 Hasl tanam. serat 1,1167 0,838661751 5 Sayuran dan Buahan 1,1155 0,837760530 4 Tanaman ub-uban 1,0789 0,810273273 Sumber : Tabel Input-Output 2000 (dolah) Selanutnya, dar tabel 2. terlhat bahwa sektor tanaman lannya ternyata mempunya deraat kepekaan tertngg dengan nla 2,8280, sedangkan sektor sayuran dan buahan mempunya deraat kepekaan yang terendah dengan nla 1,1337. Sektor lan yang mempunya deraat kepekaan d atas rata-rata deraat kepekaan secara keseluruhan adalah sektor kelapa sawt, kop, karet, tebu,teh dengan nla masng-masng 2,6673; 2,6664 ; 2,6496; 2,5670. Interpretas dar angka tersebut adalah kenakan satu unt output sektor n akan menngkatkan output sektor-sektor lannya (termasuk sektornya sendr) yang menggunakan output sektor n sebaga nputnya sebesar 2,8280; 2,6673; 2,6664; 2,6496; 2,5670 unt masng-masng untuk sektor tanaman lannya, kelapa sawt, kop, karet, tebu dan teh. Dengan kata lan, satu unt sektor tanaman lan dgunakan sebaga nput sektor lan sebesar 2,8280 unt, kemudan secara smultan penngkatan sektor pengguna tersebut memcu penggunaan output sektor pengguna sebaga nput sektor lan sebesar 2,8280 unt. SUHENDRA, ANALISIS STRUKTUR 61

Tabel 2. Indeks Deraat Kepekaan Sektor Pertanan d Indonesa, 2000. Deraat Kepekaan Kode SEKTOR Jumlah Indeks 17 Tan lannya 2,8280 1,406907352 10 Kelapa sawt 2,6673 1,326960389 12 Kop 2,6664 1,326512646 7 Karet 2,6496 1,318154781 8 Tebu 2,5670 1,277061942 13 Teh 2,4247 1,206268832 6 Tanaman bahan makanan lan 2,4116 1,199751687 1 Pad 2,1825 1,085776271 21 Kayu 2,1803 1,084681789 18 Peternakan 2,1679 1,078512888 14 Cengkeh 2,0554 1,022545039 11 Tembakau 1,9921 0,991053796 9 Kelapa 1,9071 0,948766977 15 Hasl tanam. serat 1,9040 0,947224752 3 Jagung 1,8848 0,937672906 2 Tan.Kacang2an 1,7859 0,888470948 22 Hasl hutan lannya 1,7245 0,857924939 16 Tan.Perkebunan lannya 1,5607 0,776435751 20 Unggas dan hasl-haslnya 1,5104 0,751411904 23 Perkanan 1,3687 0,680917289 19 Pemotongan hewan 1,3662 0,679673559 4 Tanaman ub-uban 1,2931 0,643306894 5 Sayuran dan Buahan 1,1337 0,564006671 Sumber : Tabel Input-Output 2000 (dolah) Berdasarkan hasl pengolahan data I-O tahun 2000, dapat dsusun suatu matrks 4 dmens, dengan klasfkas sebaga berkut: (1) mempunya daya penyebaran dan deraat kepekaan yang tngg: (2) mempunya daya penyebaran tngg dan deraat kepekaan yang rendah; (3) mempunya daya penyebaran rendah dan deraat kepekaan yang tngg; (4) mempunya daya penyebaran dan deraat kepekaan yang rendah. Klasfkas tngg berdasarkan angka sektoralnya melebh angka rata-rata keseluruhan sub sektor keseluruhan dalam perekonoman. Klasfkas rendah apabla angka katan sektoralnya lebh rendah dbandng angka ratarata keseluruhan subsektor dalam perekonoman. Matrks tersebut dsakan pada tabel 3. Dar tabel tersebut dapat dtark suatu pola keterkatan sebaga berkut : 1. Sektor pertanan yang mempunya deraat kepekaan dan daya penyebaran yang tngg adalah Peternakan, kop, kelapa sawt, karet, tebu, tanaman lannya. Penngkatan nvestas d subsektorsubsektor n akan memberkan dampak yang luas tdak hanya terhadap sektor nput namun uga sektor outputnya. Tnggnya daya penyebaran menunukkan tnggnya penyebaran dampak perubahan dar subsektor tersebut terhadap subsektor lannya, yang berada dalam ndustr yang 62 JURNAL EKONOMI & BISNIS NO. 2, Jld 9, Tahun 2004

lebh hulu (subsektor nput). Output dar subsektor-subsektor n akan menad nput bag subsektor lan yang lebh hlr. 2. Sektor pertanan yang mempunya deraat kepekaan tngg namun daya penyebaran yang rendah adalah pad, kayu, teh, cengkeh, tanaman bahan makanan. Terbukt bahwa yang termasuk klasfkas n adalah sektor pertanan prmer, yang umumnya mash dolah lebh lanut oleh sektor ndustr manufaktur, khususnya ndustr pengolah hasl pertanan. Dengan demkan, subsektor-subsektor n peka terhadap perubahan subsektor lannya sebaga akbat perubahan permntaan akhr terhadap masng-masng subsektor tersebut. Sementara tu perubahan permntaan akhr terhadap subsektor-subsektor n tdak banyak dampaknya terhadap subsektor lannya karena daya penyebaran yang rendah. 3. Sub sektor pertanan yang mempunya daya penyebaran yang tngg dan deraat kepekaan yang rendah adalah pemotongan hewan, unggas dan haslnya, tembakau dan hasl tanaman perkebunan lannya. Dengan nla daya penyebaran yang tngg, subsektor pertanan n dharapkan dapat dadkan prortas dalam pembangunan pertanan dan pertumbuhan ekonom d pedesaan. Investas d sektor n akan menumbuhkan subsektor hulu, khususnya sektor pertanan. 4. Sub sektor pertanan yang mempunya daya penyebaran yang rendah dan deraat kepekaan yang rendah adalah agung, tanaman kacang-kacangan, hasl tanaman serat, sayuran dan buahan, tanaman ub-uban, perkanan, kelapa. Subsektor-subsektor n tdak peka terhadap perubahan subsektor lannya sehngga sult dandalkan untuk menumbuhkan subsektor lannya ka nvestas dtanamkan d subsektor-subsektor n. Tabel 3. Matrks sektor berdasarkan Daya Penyebaran dan Deraat Kepekaan d Indonesa, 2000 Daya Penyebaran Tngg Rendah Deraat Kepekaan Tngg Peternakan Kop Kelapa sawt Karet Tanaman lannya Tebu Kayu Pad Teh Tanaman Bahan Makanan Cengkeh Rendah Pemotongan hewan Unggas dan haslnya Tembakau Tanaman perkebunan lan Perkanan Kelapa Hasl hutan Jagung Tanaman kacang-kacangan Hasl tanaman serat Sayuran dan buahan SUHENDRA, ANALISIS STRUKTUR 63

Sumber : Tabel Input-Output 2000 (dolah) PENUTUP Dar hasl analss struktur sektor pertanan dapat dtark penemuan utama dar peneltan n sebaga berkut: 1. Dlhat dar katan ke belakangnya atau daya penyebarannya yang tngg sekalgus katan ke depannya atau deraat kepekaan yang tngg, maka subsektor-subsektor peternakan, kop, kelapa sawt, karet, tebu dan tanaman lannya merupakan subsektor-subsektor yang menempat poss tersebut berdasarkan data tahun 2000. Apabla dngkan keterkatan antar sektor yang semakn kuat, maka pengembangan subsektorsubsektor d atas merupakan plhan yang palng tepat. 2. Subsektor-subsektor pertanan yang mempunya daya penyebaran dan deraat kepekaan yang rendah adalah subsektor perkanan, kelapa, hasl hutan, agung, kacang-kacangan, tanaman serat, ub-uban, sayuran dan buahan. Subsektor-subsektor tersebut secara data emprs menunukkan ketdakpekaan terhadap perubahan subsektor lannya dan uga tdak dapat dandalkan untuk menumbuhkan subsektor-subsektor lannya bla nvestas dtngkatkan. Dengan hasl tersebut, maka perlu uga dtelaah lebh lanut, kesenangan dan masalah yang terad pada subsektor-subsektor pertanan yang mempunya daya penyebaran dan deraat kepekaan yang Tanaman ub-uban rendah, sehngga optmalsas tetap dapat dlakukan. Dar hasl stud n dapatlah dtark suatu mplkas kebakan sebaga berkut : 1. Walaupun proses transformas struktural telah terad d Indonesa, d mana kontrbus sektor pertanan telah dgantkan oleh sektor ndustr, namun sebagan besar penduduk Indonesa mash menggantungkan hdupnya dengan bekera d sektor pertanan dan sektor pertanan mash memberkan pertumbuhan yang postf dkala krss moneter melanda negr n, pengembangan ndustr mash perlu memperhatkan strateg pengembangan keterkatan antara subsektorsubsektor pertanan, sehngga sektor pertanan dapat menad penopang yang tangguh untuk dapat menad landasan bag sektor ndustr yang lebh berkembang. 2. Dengan dperolehnya subsektorsubsektor unggulan yang mempunya keterkatan yang tngg, maka perlu uga dkut dengan dentfkas penentuan prortas daerah dan komodtas pertanan yang hendak dkembangkan lebh lanut. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statstk. 1995. Kerangka Teor dan Analss Tabel Input-Output. Badan Pusat Statstka. Jakarta. 64 JURNAL EKONOMI & BISNIS NO. 2, Jld 9, Tahun 2004

Bulmer, T. 1982. Input Output Analyss n Developng Countres: Sources, Methods and Applcatons. John Wesley & Sons Ltd. New York. NY. USA. El-Sad, M., H. Lofgren, Sherman Robnson. 2001. The Impact of Alternatve Development Strateges on Growth and Dstrbuton Smulatons wth a Dynamc Model for Egypt. Workng Paper. Trade and Macroeconomcs Dvson Research Insttute. Washngton DC. USA. Jhngan, M. L. 2003. Ekonom Pembangunan dan Perencanaan. PT. Raa Grafndo Persada. Jakarta. Indonesa. Roberts Bran. and Robert J. Stmson. 1998. Mult Sectoral Qualtatve Analyss: a Tool for Assessng The Compettveness of regons and Formulatng Strateges for Economc Development. The Annals of Regonal Scence 1998, Vol. 32. pp. 469-494. Smatupang, P. 1997. Akseleras Pembangunan Pertanan dan Pedesaan Melalu Strateg Keterkatan Berspektrum Luas. Pusat Peneltan Sosal Ekonom. Bogor. Indonesa. Smatupang, P. 1999. Reposs Sektor Pertanan sebaga Andalan Pembangunan Ekonom Indonesa: Konsep Dasar dan Argumen Teorts. Pusat Peneltan Sosal Ekonom Bogor. Indonesa. SUHENDRA, ANALISIS STRUKTUR 65