PEMOSAIKAN PADA CITRA-CITRA DENGAN TINGKAT KECERAHAN, KONTRAS, JENIS DERAU, DAN/ATAU TINGKAT DERAU BERBEDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMOSAIKAN PADA CITRA-CITRA DENGAN TINGKAT KECERAHAN, KONTRAS, JENIS DERAU, DAN/ATAU TINGKAT DERAU BERBEDA"

Transkripsi

1 PEMOSAIKAN PADA CITRA-CITRA DENGAN TINGKAT KECERAHAN, KONTRAS, JENIS DERAU, DAN/ATAU TINGKAT DERAU BERBEDA R. Rizal Isnanto, Achad Hidayatno, Wahyu Nugroho Santoso Signal and Iage Processing Research Group Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Telp/Fax: (24)45; HP: e-ail: ABSTRAK Dari proses peosaikan citra yang dilakukan dapat disipulkan beberapa hal, yaitu: algorita yang dipakai dala progra ini telah berhasil engolah deretan citra aras keabuan enjadi sebuah osaik citra, dengan nilai galat registrasi yang kecil; keberhasilan proses peosaikan citra ini bergantung pada ketepatan dan ketelitian penepatan titik-titik yang bersesuaian pada pasangan deretan citra yang dilakukan oleh pengguna; dan kualitas citra dari deretan citra aras keabuan yang akan diolah enjadi osaik citra juga sangat berperan terhadap keberhasilan proses peosaikan citra ini. Peosaikan citra yang dilakukan dengan perubahan tingkat kecerahan, kontras, jenis derau aupun tingkat derau pada citra bukan-referensi, dan dilakukan pada batas labda tertentu akan cenderung enaikkan julah iterasi aupun galat registrasinya, sehingga perlu dilakukan pengaturan intensitas (intensity adjustent) aupun penghapusan derau terlebih dahulu. Kata-kunci: peosaikan citra, tingkat kecerahan, kontras, derau, galat registrasi. ABSTRACT Fro iage osaicing process which had been done, it could be concluded soe results: the algorith used in this progra had been achieved a good conversion of iage sequences to be an iage osaic, with a sall regitration error value; the success of the iage osaicing process results depends on accuracy of locating the correspondence points in pair of iages sequence held by users; and iage quality factor of grey-leveled iages sequence which would be processed to be an iage osaic also has a great role in the success of the iage osaicing process. Iage osaicing which had been done using the changes in intensity levels, contrast levels, noise odels or noise levels on non-reference iages, and had been done in certain labda liits will tend to increase the nuber of iteration and its registration errors, so that it needs to provide an intensity adjustent or noise reoval process first. Keywords: iage osaicing, intensity level, contrast, noise, registration error. I. PENDAHULUAN Peosaikan citra adalah penyusunan beberapa potongan citra enjadi citra beresolusi tinggi (osaik citra) yang eproyeksikan benda 3D enjadi citra yang eberikan persepsi 2D sebagai hasil proyeksi. Untuk peosaikan atas subcitra-subcitra seraga (tingkat kecerahan, kontras, dan tingkat/jenis derau yang saa) akan lebih udah dibandingkan jika subcitrasubcitra tersebut eiliki variabilitas yang tinggi, dala artian perasalahan enjadi lebih kopleks jika paraeter-paraeter tingkat kecerahan, tingkat derau (dapat berupa intensitas, rerata, ataupun varians derau), dan jenis derau ikut dipertibangkan. Oleh sebab itu penelitian ini dipandang penting, karena dala dunia nyata, akuisisi data citra satelit ataupun akuisisi atas objek citra yang eiliki luas yang lebih besar daripada edia penangkap citra, dapat dilakukan beberapa kali dengan suatu pergeseran bidang pandang/sudut citra, yang boleh-jadi diabil pada kondisi kecerahan, keteduhan, ataupun cuaca yang berbeda-beda, sehingga tingkat kecerahan (brightness), kontras, jenis derau (atosferik aupun geoetrik), dan/atau tingkat derau asing-asing citra yang akan diosaikkan eiliki variabilitas yang tinggi. II. MOSAIK CITRA Contoh sederhana enyusun kupulan citra enjadi osaik citra adalah dengan enggunakan citra planar adalah citra dokuen-dokuen, eja atau papan tulis. Misalkan kaera diarahkan tetap di atas eja. Dengan enarik dokuen pada eja bersaaan dengan kaera enangkap citra, aka bagian yang berbeda dari dokuen akan tertangkap oleh kaera. Setidaknya terdapat dua citra hasil kaera yang berhubungan satu saa lain dengan enggunakan pergeseran dan perputaran (transforasi rigid). Contoh yang lain adalah kaera enangkap citra dari bagian-bagian papan tulis. Transforasi proyektif 2D digunakan untuk enghubungkan citra bagian-bagian dari papan tulis. Transforasi tersebut dapat dihitung tanpa engetahui paraeter kalibrasi dala kaera, seperti panjang fokus dan pusat optik, atau gerakan relatif 1

2 kaera antar tiap bingkai (frae). Transforasi proyektif 2D dapat enangkap seua keungkinan peetaan (apping), setidaknya untuk kaera ideal, erupakan hasil dasar dari geoetri proyektif. Beberapa teknik digunakan dala enghitung transforasi yang berhubungan dengan penggabungan beberapa potongan citra enjadi citra yang utuh. Misalnya, penggabungan secara anual ditentukan 4 (epat) atau lebih titik yang bersesuaian antara dua potongan citra, yang cukup inforasinya sehingga transforasi proyektif 2D dapat terselesaikan. Penggabungan dapat pula secara iterasi diatur posisi relatif dari citra asukan enggunakan koparator kedip (blink coparator), yang epertukarkan antara dua citra dala kecepatan tinggi, atau dengan transparansi. Dasar dari osaik citra adalah transforasi geoetri yang enghubungkan citra dengan osaiknya. Dala hal ini, digunakan koordinat hoogen untuk ewakili titik-titik yang erupakan titik-titik 2D (dua diensi) pada citra planar, dinyatakan sebagai (x, y, w). Koordinat kartesian yang bersesuaian adalah (x/w, y/w). Begitu pula untuk titik-titik 3D (tiga diensi) dengan koordinat hoogen (x, y, z, w) epunyai koordinat kartesian (x/w, y/w, z/w). Menggunakan koordinat hoogen, transforasi proyektif planar 2D dapat digabarkan enggunakan perkalian atriks x' 1 2 x y' y atau u' M. u w' 8 w Transforasi sederhana dari golongan ini adalah pergeseran urni, yang dilanjutkan dengan pergeseran dan perputaran (transforasi rigid/rigid transforation), ditabah penyekalaan (transforasi kesaaan/siilarity transforation), transforasi affine (affine transforation) dan transforasi proyektif penuh. Bentuk atriks untuk transforasi rigid, affine dan proyektif adalah cosθ sinθ t x M sin cos rigid -2D θ θ t y 1 M M affine proyektif -2D -2D 3 dengan 3 tingkat kebebasan (, t, t ) 3 x 1 4 y θ untuk transforasi rigid dan tingkat kebebasan (,,,, ) , untuk transforasi affine, sedangkan transforasi proyektif penuh epunyai atriks M yang uu dengan,,,,,,. 8 tingkat kebebasan ( ) , 5 Dua atriks M ekiva-len jika saling bersesuian secara skalar satu saa lain. Keubaziran dihilangkan dengan enentukan 8 1. Gabar 1 Segi epat dengan transforasi rigid, transforasi affine dan transforasi proyektifnya. Gabar 1 enunjukkan contoh transforasi rigid, transforasi affine dan transforasi proyektif atas suatu bidang segi epat. III. REGISTRASI CITRA LOKAL Pendekatan yang digunakan adalah einiukan secara langsung ketidaksesuaian intensitas antara pasangan citra setelah enerapkan transforasi. Keuntungan yang diperoleh dengan cara ini adalah tidak diperlukan titik-titik ciri yang udah diidentifikasi dan optial secara statistik, dan eberikan estiasi keungkinan aksiu pada saat berada di sekitar solusi yang sebenarnya. Transfoasi 2D dapat ditulis sebagai berikut. x + 1 y + 2 x ' x + y + 1 3x + 4 y + y ' x + y + 1 Teknik yang digunakan sebelunya dapat engurangi julah kuadrat dari galat intensitas 2 2 E [ I '( x',y' ) I( x,y) ] e terhadap seua pasangan bersesuaian dari piksel i dala kedua citra I(x,y) dan I (x,y ). Piksel-piksel yang dipetakan di luar batas-batas citra tidak ditabahkan. Secara uu (x,y ) tidak jatuh pada bilangan bulat koordinat piksel, sehingga digunakan interpolasi bilinier dari intensitas pada I untuk elakukan pencuplikan ulang. Untuk ewujudkan inialisasi, digunakan algorita inialisasi iterasi nonlinear Levenberg- Marquardt. Algorita tersebut eerlukan perhitungan turunan parsial dari e i terhadap paraeter gerakan yang tidak diketahui {... }. x I' y I' I',..., - x' + y' D x' D x' y' I ' I' dengan D i x+ y+1 dan, erupakan x' y' gradien intensitas citra dari I pada (x,y ). Dari turunan parsial yang didapat, algorita Levenberg-Marquardt enghitung pendekatan atriks Hessian A dan vektor gradien bobot b dengan koponen-koponen 5 2

3 a kl b k k e dan selanjutnya eperbaharui estiasi paraeter 1 gerakan dengan ( A + λ I ) b, dengan λ erupakan paraeter stabilisasi yang berubah terhadap waktu (tie-varying). Keuntungan penggunaan algorita Levenberg-Marquardt terhadap penurunan gradien adalah terjadinya konvergensi/peusatan dala iterasi yang lebih sedikit. Setelah endapatkan transforasi terbaik M, dapat dicapurkan citra cuplikan ulang (resapled iages) I (x, y ) bersaa dengan citra referensi I(x, y). Untuk engurangi artifak yang terlihat, yaitu enyebunyikan batas/tepi (edges) dari citra, digunakan rata-rata bobot piksel-piksel yang terdekat dari pusat tiap citra. Fungi pebobotan erupakan fungsi bilinier sederhana w( x', y' ) wt ( x' ) wt ( y' ) dengan w t erupakan fungsi segitiga yang bernilai nol pada seua tepi citra. Pendekatan ini elenyapkan artifak tepi, eskipun asih terdapat corengan (ottling) frekuensi rendah jika tiap bingkai/potongan citra epunyai pencahayaan yang berbeda. k l gelobang, interferensi atas gelobang-gelobangnya enghasilkan derau yang dikenal sebagai speckle [2]. Derau ultiplikatif speckle bersifat enabahkan derau ultiplikatif pada citra f(i,j), enggunakan persaaan g(i,j) f(i,j)+n(i,j) f(i,j) (3) dengan n(i,j) erupakan derau acak terdistribusi seraga dengan rerata dan varians v [1]. V. PERANCANGAN PROGRAM Perancangan progra peosaikan citra planar yang dilakukan enggunakan diagra alir seperti ditunjukkan pada Gabar 2. Mulai Hitung posisi (x, y ) Hitung galat intensitas dan gradien intensitas Hitung turunan parsial galat intensitas IV. MODEL-MODEL DERAU Terdapat tiga odel derau yang uu, yaitu: derau salt-and-pepper, derau aditif Gaussian, dan derau ultiplikatif speckle. A. Derau salt-and-pepper Tipe derau ini biasanya napak selaa transisi citra [5]. Ia napak sebagai ipuls-ipuls hita dan/atau putih atas citra. Ia erupakan derau ipulsif dan subernya bisa dari atosferik ataupun buatan-anusia (isalnya: asap dari esin obil). Derau ipulsif atau derau salt-and-pepper dapat terjadi karena galat bit acak pada saluran kounikasi [4]. Derau salt-and-pepper dapat diodelkan sebagai z( i, j) dengan peluang p g( i, j) (1) f ( i, j) dengan peluang1 p dengan g(i,j) erupakan citra terobservasi atas citra asli f(i,j), dan z(i,j) erupakan derau ipulsifnya. B. Derau aditif Gaussian Derau aditif Gaussian enabahkan derau putih Gaussian n(i,j) dengan rerata dan varians v pada citra asli f(i,j) [1]. Contoh dari derau aditif ini adalah derau teral yang dihasilkan oleh pengindera fotoelektronik [2]. Citra berderau aditif dapat dinyatakan sebagai g(i,j) f(i,j)+n(i,j) (2) Hitung atriks Hessian dan vektor gradien bobot Selesaikan persaaan siste dan perbaharui estiasi gerakan Galat intensitas encapai abang Y Nilai λ encapai abang Y Julah iterasi encapai abang Y Tapilan Hasil Selesai T T T Ubah nilai λ C. Derau ultiplikatif speckle Jika radiasi onokroatis disebarkan pada perukaan dengan kekasaran sesuai dengan panjang Gabar 2 Diagra alir peosaikan citra planar. 3

4 VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Progra peosaikan citra planar diulai dengan eanggil deretan citra aras keabuan. Setelah citra yang dikehendaki dipilih, aka akan ditapilkan pada 2 (dua) citra bagian atas jendela utaa progra. Pada progra ini diolah 4 (epat) bingkai citra aras keabuan yang disusun enjadi osaik citra, sebagai contoh pertaa adalah citra buku (books), seperti tapak pada gabar 3. Selanjutnya pengguna enentukan 4 (epat) titik bersesuaian antara kedua bingkai deretan citra aras keabuan secara anual dengan engklik ouse pada kedua bingkai citra aras keabuan tersebut ataupun dengan eanggil titik-titik bersesuaian yang telah disipan sebelunya. keabuan secara anual dengan engklik ouse pada kedua bingkai citra aras keabuan tersebut ataupun dengan eanggil titik-titik bersesuaian yang telah disipan sebelunya. (a) (b) (a) (b) (c) (d) Gabar 5 (a) Citra Gedung Widya Puraya bingkai 1, (b) Citra Gedung Widya Puraya bingkai 2, (c) Citra Gedung Widya Puraya bingkai 3, dan (d) Citra Gedung Widya Puraya bingkai 4. Secara keseluruhan diperoleh citra osaik Gedung Widya Puraya seperti tapak pada gabar. Statistik keseluruhan dari peosaikan citra Gedung Widya Puraya ditunjukkan pada tabel 2. (c) (d) Gabar 3 (a) Citra buku bingkai 1, (b) Citra buku bingkai 2, (c) Citra buku bingkai 3, dan (d) Citra buku bingkai 4. Secara keseluruhan diperoleh citra osaik buku seperti tapak pada gabar 4. Statistik keseluruhan dari peosaikan citra buku ditunjukkan pada tabel 1. Gabar Citra osaik Gedung Widya Puraya Gabar 4 Citra osaik buku Tabel 1 Statistik Peosaikan Citra Buku [] Bingkai Waktu Iterasi Galat Labda Koputasi Registrasi 1 dan 2,8 detik 2, dan 3 1,54 detik 5 1, dan 4 1,31 detik 2, Sebagai contoh kedua, pada progra ini akan diolah 4 (epat) bingkai citra Gedung Widya Puraya yang disusun enjadi osaik citra, seperti tapak pada gabar 5. Selanjutnya pengguna enentukan 4 (epat) titik bersesuaian antara kedua bingkai deretan citra aras Tabel 2 Statistik Peosaikan Citra Gedung Widya Puraya [] Bingkai Waktu Iterasi Galat Labda Koputasi Registrasi 1 dan 2 1,8 detik 5 1, dan 3 1,593 detik 5 8, dan 4 1,8 detik 5 42, B. Pebahasan Statistik peosaikan citra planar buku secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 1, yang secara garis besar dapat disipulkan sebagai berikut. a. Proses peosaikan pada pasangan citra buku bingkai 1 dan 2 berhenti karena telah endekati batas galat registrasi sebesar 1, eskipun nilai galat registrasinya sebesar, Dala hal ini terdapat pebulatan nilai ke atas. 4

5 b. Proses peosaikan pada pasangan citra buku bingkai 2 dan 3 berhenti karena telah encapai batas labda c. Proses peosaikan pada pasangan citra buku bingkai 3 dan 4 berhenti karena telah endekati batas galat registrasi sebesar 1, eskipun nilai galat registrasinya sebesar,9212. Dala hal ini terdapat pebulatan nilai ke atas. Statistik peosaikan citra planar Gedung Widya Puraya secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 2, yang secara garis besar dapat disipulkan sebagai berikut. a. Proses peosaikan pada pasangan citra buku bingkai 1 dan 2 berhenti karena telah encapai batas labda b. Proses peosaikan pada pasangan citra buku bingkai 2 dan 3 berhenti karena telah encapai batas labda c. Proses peosaikan pada pasangan citra buku bingkai 3 dan 4 berhenti karena telah encapai batas labda Pada proses peosaikan citra buku dan Gedung Widya Puraya, tapak bahwa keberhasilan dala proses ini sangat bergantung pada ketepatan dan ketelitian penepatan titik-titik yang bersesuian oleh pengguna. Seakin tepat dan teliti titik-titik yang ditentukan oleh pengguna, aka seakin tinggi keberhasilan proses peosaikan ini yang ditandai dengan nilai galat registrasi yang kecil. Hal lain yang berpengaruh terhadap proses peosaikan citra planar ini adalah kualitas pasangan deretan citra yang diolah. Kualitas citra dala hal ini dapat berupa tingkat kecerahan, tingkat kekontrasan serta adanya derau pada citra. Oleh karena itu pada progra ini juga disiulasikan proses peosaikan terhadap pasangan deretan citra yang telah engalai perubahan tingkat kecerahan, tingkat kontras, dan penabahan berbagai jenis derau. Statistik peosaikan terhadap pasangan deretan citra bingkai 1 dan 2 atas citra buku yang telah engalai perubahan kualitas citra, berupa perubahan tingkat kecerahan, tingkat kontras, dan penabahan berbagai jenis derau, ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3 Statistik Peosaikan Citra dengan Berbagai Perubahan Kualitas Citra [] Perubahan Kualitas Citra Iterasi Galat Registrasi Labda Penabahan derau salt-andpepper (rapat derau,5) 34, Penabahan derau Gaussian (rerata dan varians,1) 5 2, Penabahan derau speckle (varians,4) 9 14, Penabahan derau salt-andpepper (rapat,5), Gaussian (rerata, varians,1), dan 5 2, speckle (varians,4) Kenaikan tingkat kecerahan (sebesar 1%) 5 11, Kenaikan tingkat kontras (sebesar 1%) 5 1, Kenaikan tingkat kecerahan 1%, kontras 1% dan penabahan derau salt-and-pepper (rapat 5 49, ,5) Kenaikan tingkat kecerahan 1%, kontras 1%,dan penabahan derau Gaussian (rerata, varians 5 2, ,1) Kenaikan tingkat kecerahan 1%, kontras 1%, dan penabahan derau speckle (varians,4) 5 13, Dibandingkan dengan Tabel 1, terlihat bahwa untuk seua nilai galat registrasi engalai kenaikan yang cukup signifikan, dari,81141 untuk nilai labda 1 - enjadi nilai galat berorde puluhan. Pada tabel 3 tapak bahwa seua proses peosaikan citra dengan berbagai perubahan kualitas citra berhenti karena nilai batas labda sebesar 1-9 telah dicapai. Dari statistik tersebut dapat terlihat keandalan dari algorita yang dipakai dala proses peosaikan citra planar ini terhadap berbagai perubahan kualitas citra, baik itu peningkatan kecerahan dan kontras citra aupun penabahan berbagai jenis derau. Untuk engatasi kondisi ini (citra bukan-acuan eiliki cacat karena beda kecerahan, kontras, ataupun derau dibanding acuannya), aka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut. 1. Untuk citra yang cenderung lebih gelap (histogra cenderung berpuncak di sebelah kiri) ataupun yang cenderung lebih terang (histogra senderung berpuncak di sebelah kanan) dibandingkan citra acuannya, perlu dilakukan pengaturan intensitas, 5

6 pergeseran histogra, dan/atau ekualisasi histogra [1]. 2. Pada citra berderau salt-and-pepper perlu dilakukan penghapusan derau dengan penerapan tapis edian [1]. 3. Pada citra berderau aditif Gaussian perlu dilakukan penghapusan derau dengan penerapan tapis Wiener [1]. 4. Pada citra berderau ultiplikatif speckle perlu dilakukan penghapusan derau dengan penerapan tapis hooorfik [1]. 5. Pada citra-citra yang engalai cacat gabungan antara noor 1 sapai dengan noor 4, perlu diberikan perlakuan gabungan pula sesuai dengan kondisi yang ada. Misalkan citra tersebut engalai peningkatan kecerahan dan berderau salt-andpepper, aka pada citra tersebut perlu dilakukan pengaturan intensitas dan penerapan tapis edian.. Pada citra yang engalai dapak keteduhan, perlu dilakukan koreksi gaa [1] terlebih dahulu atas citra sebelu diosaikkan dengan citra acuannya. Registrasi Lokal, Skripsi, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Searang. 8. Schalkoff, R.J., 1994, Digital Iage Processing and Coputer Vision, Cleson University, South Carolina. 9. Szeliski, R., Video Mosaics for Virtual Environents, IEEE Coputer Graphics and Applications IEEE Vol. 1, No. 2: March 199, pp , 2, Iage Processing Toolbox User s Guide, version 2, The MathWorks, Inc., Natick, MA. VII. KESIMPULAN 1. Keberhasilan proses peosaikan citra planar ini bergantung pada ketepatan dan ketelitian penepatan titik-titik yang bersesuaian pada pasangan deretan citra yang dilakukan oleh pengguna, serta kualitas citra dari deretan citra aras keabuan yang akan diolah enjadi osaik citra. 2. Algorita yang dipakai dala proses peosaikan citra planar ini juga epunyai keandalan terhadap berbagai perubahan kualitas citra, baik itu peningkatan kecerahan dan kontras citra aupun penabahan berbagai jenis derau. 3. Untuk citra-citra yang eiliki perbedaan kecerahan, kontras, dan/atau berderau, aka padanya perlu dilakukan proses-proses prapengolahan, seperti pengaturan intensitas, koreksi gaa, ataupun penghapusan derau sebelu dilakukan proses peosaikan. DAFTAR PUSTAKA 1. Isnanto, R.R., 22, Identifikasi Kerusakan Tulang Menggunakan Analisis Citra Foto Sinar-X, tesis S- 2, Progra Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2. Jain, A. K, 1995, Fundaental of Digital Iage Processing, Prentice-Hall Inc., New Delhi. 3. Levy, Silvio, CRC Standard Matheatical Tables and Forulas, 3 th Edition, geo.uiuc.edu/docs/reference/crc-forulas, May 18, Li, J.S., 199, Two Diensional Signal and Iage Processing, Prentice-Hall, Inc., New Jersey. 5. Pitas, I., 1993, Digital Iage Processing Algoriths, Prentice-Hall International, New York.. Russ, J.C., 1995, The Iage Processing Handbook, 2 nd Edition, CRC Press Inc., Florida.. Santoso, W.N., 23, Peosaikan Citra Planar Menggunakan Metode Transforasi Geoetri dan

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) Ipleentasi Histogra Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segentasi Citra Berwarna Risky Agnesta Kusua Wati, Diana Purwitasari, Rully Soelaian

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PANORAMIC IMAGE MOSAIC DENGAN METODE 8 PARAMETER PERSPECTIVE TRANSFORMATION

IMPLEMENTASI PANORAMIC IMAGE MOSAIC DENGAN METODE 8 PARAMETER PERSPECTIVE TRANSFORMATION IMPLEMENTSI PNORMIC IMGE MOSIC DENGN METODE 8 PRMETER PERSPECTIVE TRNSFORMTION Rud dipranata, Hendra Litoo, Cherr G. Ballangan Teknik Inforatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra

Lebih terperinci

BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON

BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON 3. Metode Beda Hingga Crank-Nicolson (C-N) Metode Crank-Nicolson dikebangkan oleh Crank John dan Phyllips Nicholson pada pertengahan abad ke-, etode ini erupakan

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningrum*, Imam Santoso**, R.

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningrum*, Imam Santoso**, R. 1 MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningru*, Ia Santoso**, R.Rizal Isnanto** Abstrak - Tekstur adalah karakteristik yang penting

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 6 BAB II METODOLOGI PENELITIAN.1 Waktu dan Tepat Penelitian Gabar Peta kawasan hutan KPH Madiun Peru perhutani Unit II Jati. Pengabilan data penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sapai dengan bulan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini enjelaskan engenai berbagai teori yang digunakan untuk elakukan penelitian ini. Bab ini terdiri dari penjelasan engenai penghitung pengunjung, lalu penjelasan engenai

Lebih terperinci

BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM

BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM 4.1. Generator Bilangan Rando dan Fungsi Distribusi Pada siulasi seringkali dibutuhkan bilangan-bilangan yang ewakili keadaan siste yang disiulasikan. Biasanya, kegiatan

Lebih terperinci

PENGATURAN KECERAHAN DAN KONTRAS CITRA SECARA AUTOMATIS DENGAN TEKNIK PEMODELAN HISTOGRAM

PENGATURAN KECERAHAN DAN KONTRAS CITRA SECARA AUTOMATIS DENGAN TEKNIK PEMODELAN HISTOGRAM PENGATURAN KECERAHAN DAN KONTRAS CITRA SECARA AUTOMATIS DENGAN TEKNIK PEMODELAN HISTOGRAM Danny Ibrahim 1, Achmad Hidayatno 2, R. Rizal Isnanto 2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL)

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL) Media Elektrika, ol. 8, No. 1, Juni 015 ISSN 1979-7451 PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL) Adhi Kusantoro, ST, MT [1] Ir.Agus Nuwolo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 5 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT Baharuddin Progra Studi Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura, Pontianak Eail : cithara89@gail.co

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Tirta Ala Seesta. Perusahaan tersebut berlokasi di Desa Ciburayut, Kecaatan Cigobong, Kabupaten Bogor. Peilihan objek

Lebih terperinci

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): 1-6. Jurnal Einstein. Available online

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): 1-6. Jurnal Einstein. Available online Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unied.ac.id/2012/index.php/einstein Aplikasi Citra Landsat 8 Oli Untuk Menganalisa Kerapatan Vegetasi Bill Cklinton Sianjuntak dan Rita Juliani* Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM (CUSUM) DAN EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE () DALAM MENDETEKSI PERGESERAN RATARATA PROSES Oleh: Nurul Hidayah 06 0 05 Desen pebibing:

Lebih terperinci

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO PENGENALAN UCAPAN KATA BERKORELASI TINGGI Mery Subito * Abstract The research on speech recognition by using stochastic ethods has been carried out intensively since 1970

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GLOMBANG LKTROMAGNTIK Contoh. Hubungan dan B dari gelobang bidang elektroagnetik Suatu gelobang bidang elektroagnetik sinusoidal dengan frekuensi 5 MHz berjalan di angkasa dala arah X, seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelu sapai pada pendefinisian asalah network flow, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan engenai konsep-konsep dasar dari odel graph dan representasinya

Lebih terperinci

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 )

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 ) BAB IV BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelunya bahwa dala engonstruksi field GF(3 ) diperoleh dari perluasan field 3 dengan eilih polinoial priitif berderajat atas 3 yang dala hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.

Lebih terperinci

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb Perbandingan Bilangan Doinasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Cob Reni Uilasari 1) 1) Jurusan Teknik Inforatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhaadiyah Jeber Eail : 1) reniuilasari@gailco ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY 3.1 Analisis Dinaika Model Hodgkin Huxley Persaaan Hodgkin-Huxley berisi epat persaaan ODE terkopel dengan derajat nonlinear yang tinggi dan sangat sulit

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG )

PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG ) PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG ) Siti Munawaroh, S.Ko Abstrak: Koperasi Aanah Sejahtera erupakan

Lebih terperinci

Sigit Nur Rohman Achmad Hidayatno Ajub Ajulian Zahra ABSTRACT

Sigit Nur Rohman Achmad Hidayatno Ajub Ajulian Zahra ABSTRACT APLIKASI PENCIRIAN DENGAN LINEAR PREDICTIVE CODING UNTUK PEMBELAJARAN PENGUCAPAN NAMA HEWAN DALAM BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK Sigit Nur Rohan Achad Hidayatno Ajub Ajulian

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa pelat lantai gedung rawat inap RSUD Surodinawan Kota Mojokerto dengan enggunakan teori garis leleh ebutuhkan beberapa tahap perhitungan dan analsis aitu perhitungan

Lebih terperinci

DETEKSI TEPI MENGGUNAKAN OPERATOR ISOTROPIK DENGAN PENGOLAHAN AWAL MENGGUNAKAN PENGATURAN INTENSITAS

DETEKSI TEPI MENGGUNAKAN OPERATOR ISOTROPIK DENGAN PENGOLAHAN AWAL MENGGUNAKAN PENGATURAN INTENSITAS MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR DETEKSI TEPI MENGGUNAKAN OPERATOR ISOTROPIK DENGAN PENGOLAHAN AWAL MENGGUNAKAN PENGATURAN INTENSITAS Sulistono*, Achmad Hidayatno**, R. Rizal Isnanto** Abstrak Kadangkala hasil

Lebih terperinci

BAB II PENYEARAH DAYA

BAB II PENYEARAH DAYA BAB II PENYEARAH DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah engikuti ateri ini diharapkan ahasiswa eiliki kopetensi: Menguasai karakteristik penyearah setengah-gelobang dan gelobang-penuh satu fasa dan tiga fasa Menguasai

Lebih terperinci

PENGARUH DISTRIBUSI PEMBOBOTAN TERHADAP POLA ARRAY PADA DELAY AND SUM BEAMFORMING

PENGARUH DISTRIBUSI PEMBOBOTAN TERHADAP POLA ARRAY PADA DELAY AND SUM BEAMFORMING INDEPT, Vol., No., Juni 0 ISSN 087 945 PENGARUH DISTRIBUSI PEBOBOTAN TERHADAP POLA ARRAY PADA DELAY AND SU BEAFORING Ananto E. Prasetiadi Dosen Tetap Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah

Lebih terperinci

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Kristal no.12/april/1995 1 MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Di dala ateatika anda pasti sudah pernah berhadapan dengan sebuah siste persaaan linier. Cacah persaaan yang berada di dala siste

Lebih terperinci

ALGORITMA KOMPRESI FRAKTAL SEQUENTIAL DAN PARALEL UNTUK KOMPRESI CITRA. Satrya N. Ardhytia dan Lely Hiryanto

ALGORITMA KOMPRESI FRAKTAL SEQUENTIAL DAN PARALEL UNTUK KOMPRESI CITRA. Satrya N. Ardhytia dan Lely Hiryanto ALGORITMA KOMPRESI FRAKTAL SEQUENTIAL DAN PARALEL UNTUK KOMPRESI CITRA Satrya N. Ardhytia dan Lely Hiryanto Laboratoriu Perosesan Paralel, Fakultas Teknologi Inforasi, Universitas Taruanagara, Kantor Rektorat

Lebih terperinci

Estimasi Sinyal Quantitative Ultrasound QUS dengan Algoritma Space Alternate Generalized Expectation (SAGE)

Estimasi Sinyal Quantitative Ultrasound QUS dengan Algoritma Space Alternate Generalized Expectation (SAGE) JUISI, Vol. 03, No. 02, Agustus 2017 1 Estiasi Sinyal Quantitative Ultrasound QUS dengan Algorita Space Alternate Generalized Expectation (SAGE) Musayyanah 1, Yosefine Triwidyastuti 2, Heri Pratikno 3

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Copetititon Tingkat SMA 1. Ujian Eksperien berupa Naskah soal beserta lebar jawaban dan kertas grafik. 2. Waktu keseluruhan dala eksperien dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia APLIKASI KENDALI ADAPTIF PADA SISTEM PENGATURAN TEMPERATUR CAIRAN DENGAN TIPOLOGI KENDALI MODEL REFERENCE ADAPTIVE CONTROLLER (MRAC) Ferry Rusawan, Iwan Setiawan, ST. MT., Wahyudi, ST. MT. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant Siste Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant A 11 M. Andy udhito Progra Studi Pendidikan Mateatika FKIP Universitas Sanata Dhara Paingan Maguwoharjo Yogyakarta eail: arudhito@yahoo.co.id Abstrak elah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pebekuan Pebekuan berarti peindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat dan erupakan salah satu proses pengawetan yang uu dilakukan untuk penanganan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Simpleks Untuk Optimalisasi Produksi Pada UKM Gerabah

Penerapan Metode Simpleks Untuk Optimalisasi Produksi Pada UKM Gerabah Konferensi Nasional Siste & Inforatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Penerapan Metode Sipleks Untuk Optialisasi Produksi Pada UKM Gerabah Ni Luh Gede Pivin Suwirayanti STMIK STIKOM Bali Jl. Raya

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

Penentuan Akar-Akar Sistem Persamaan Tak Linier dengan Kombinasi Differential Evolution dan Clustering

Penentuan Akar-Akar Sistem Persamaan Tak Linier dengan Kombinasi Differential Evolution dan Clustering Jurnal Kubik, Volue No. ISSN : 338-0896 Penentuan Akar-Akar Siste Persaaan Tak Linier dengan Kobinasi Differential Evolution dan Clustering Jaaliatul Badriyah Jurusan Mateatika, Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

Persamaan Schrödinger dalam Matriks dan Uraian Fungsi Basis

Persamaan Schrödinger dalam Matriks dan Uraian Fungsi Basis Bab 2 Persaaan Schrödinger dala Matriks dan Uraian Fungsi Basis 2.1 Matriks Hailtonian dan Fungsi Basis Tingkat-tingkat energi yang diizinkan untuk sebuah elektron dala pengaruh operator Hailtonian Ĥ dapat

Lebih terperinci

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT PENJUMAHAN MOMENTUM SUDUT A. Penjulahan Moentu Sudut = + Gabar.9. Penjulahan oentu angular secara klasik. Dua vektor oentu angular dan dijulahkan enghasilkan Jika oentu angular elektron pertaa adalah dan

Lebih terperinci

Aplikasi Information Retrieval (IR) CATA Dengan Metode Generalized Vector Space Model

Aplikasi Information Retrieval (IR) CATA Dengan Metode Generalized Vector Space Model Aplikasi Inforation Retrieval (IR) CATA Dengan Metode Generalized Vetor Spae Model Hendra Bunyain, Chathalea Puspa Negara Jurusan Teknik Inforatika Fakultas Teknologi Inforasi, Universitas Kristen Maranatha.

Lebih terperinci

BAB 4 KAJI PARAMETRIK

BAB 4 KAJI PARAMETRIK Bab 4 Kaji Paraetrik BAB 4 Kaji paraetrik ini dilakukan untuk endapatkan suatu grafik yang dapat digunakan dala enentukan ukuran geoetri tabung bujursangkar yang dibutuhkan, sehingga didapatkan harga P

Lebih terperinci

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan 2.1.2. Pengertian Getaran Getaran adalah gerakan bolak-balik dala suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan gerak tersebut. Seua benda

Lebih terperinci

Simulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Smith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu

Simulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Smith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu 6 Siulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Sith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu Neilcy Tjahja Mooniarsih Progra Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Alur Permukaan Sirip pada Sistem Pendingin Mesin Kendaraan Bermotor

Studi Eksperimen Pengaruh Alur Permukaan Sirip pada Sistem Pendingin Mesin Kendaraan Bermotor Jurnal Kopetensi Teknik Vol. 1, No. 1, Noveber 009 1 Studi Eksperien Pengaruh Alur Perukaan Sirip pada Siste Pendingin Mesin Kendaraan Berotor Sasudin Anis 1 dan Aris Budiyono 1, Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Jurnal Iliah MEDIA ENGINEERING Vol. 3, No. 2, Juli 2013 ISSN 2087-9334 (94-98) ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Octaviani Litwina Ada Aluni

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian 39 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini terasuk tipe penelitian dengan pendekatan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis ini dipergunakan untuk enggabarkan tentang

Lebih terperinci

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp SIMULASI PERILAKU PONDASI GABUNGAN TELAPAK DAN SUMURAN DENGAN VARIASI DIMENSI TELAPAK DAN DIAMETER SUMURAN PADA TANAH LEMPUNG BERLAPIS DITINJAU DARI NILAI PENURUNAN Habib Abduljabar Waskito 1), Niken Sili

Lebih terperinci

BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU

BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU Salah satu langkah yang paling penting dala ebangun suatu odel runtun waktu adalah dari diagnosisnya dengan elakukan peeriksaan apakah

Lebih terperinci

(R.4) PENGUJIAN DAN PEMODELAN ASOSIASI DUA VARIABEL KATEGORIK MULTI-RESPON DENGAN METODE BOOTSTRAP DAN ALGORITMA GANGE

(R.4) PENGUJIAN DAN PEMODELAN ASOSIASI DUA VARIABEL KATEGORIK MULTI-RESPON DENGAN METODE BOOTSTRAP DAN ALGORITMA GANGE (R.4) PENGUJIAN DAN PEMODELAN ASOSIASI DUA VARIABEL KATEGORIK MULTI-RESPON DENGAN METODE BOOTSTRAP DAN ALGORITMA GANGE Giat Sudrajat Saruda, 2 Septiadi Padadisastra, 3 I Gede Nyoan Mindra Jaya Mahasiswa

Lebih terperinci

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU Warsito (warsito@ail.ut.ac.id) Universitas Terbuka ABSTRAT A function f ( x) ( is bounded and continuous in (, ), so the iproper integral of rational

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-58 Perancangan Siste Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Siste Fuzzy Mochaad Raa Raadhan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. Uu Transforator erupakan suatu alat listrik yang engubah tegangan arus bolak balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain elalui suatu gandengan agnet dan berdasarkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 013 TINGKAT PROPINSI FISIKA Waktu : 3,5 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017 Peran Pendidikan, Sains, dan Teknologi untuk Mengebangkan Budaya Iliah dan Inovasi terbarukan dala endukung Sustainable Developent Goals (SDGs) 2030 ANALISIS INTENSITAS MEDAN MAGNET EXTREMELY LOW FREQUENCY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gepa dapat terjadi sewaktu waktu akibat gelobang yang terjadi pada sekitar kita dan erabat ke segala arah.gepa bui dala hubungannya dengan suatu wilayah berkaitan

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA

PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA Babang Purwanggono, Andre Sugiyono Progra Studi Teknik

Lebih terperinci

Penyelesaian Algortima Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Problem (CSP) Satu Dimensi

Penyelesaian Algortima Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Problem (CSP) Satu Dimensi Penyelesaian Algortia Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Proble (CSP) Satu Diensi Putra BJ Bangun, Sisca Octarina, Rika Apriani Jurusan Mateatika Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2008/2009

LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2008/2009 DOKUMEN NEGARA SANGAT RAHASIA P-01 PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DKI JAKARTA DINAS PENDIDIKAN MENENGAH DAN TINGGI SUB DINAS PENDIDIKAN SMK LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 008/009 Mata Diklat : MATEMATIKA

Lebih terperinci

PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS

PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS Jurnal Mateatika UNAND Vol. 5 No. 3 Hal. 85 91 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS FERDY NOVRI

Lebih terperinci

Hukum II Newton. Untuk SMA kelas X. (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP)

Hukum II Newton. Untuk SMA kelas X. (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP) Huku II Newton Untuk SMA kelas X (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP) Lisensi Dokuen: Copyright 008 009 GuruMuda.Co Seluruh dokuen di GuruMuda.Co dapat digunakan dan disebarkan secara bebas untuk

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA HEURISTIK RAJENDRAN UNTUK PENJADUALAN PRODUKSI JENIS FLOW SHOP

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA HEURISTIK RAJENDRAN UNTUK PENJADUALAN PRODUKSI JENIS FLOW SHOP PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA HEURISTIK RAJENDRAN UNTUK PERJADUALAN PRODUKSI JENIS FLOW SHOP (Didik Wahyudi) PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA HEURISTIK RAJENDRAN

Lebih terperinci

CLASSIFIER BERDASAR TEORI BAYES. Pertemuan 4 KLASIFIKASI & PENGENALAN POLA

CLASSIFIER BERDASAR TEORI BAYES. Pertemuan 4 KLASIFIKASI & PENGENALAN POLA CLASSIFIER BERDASAR TEORI BAYES Perteuan 4 KLASIFIKASI & PENGENALAN POLA Miniu distance classifiers elakukan klasifikasi berdasarkan jarak terpendek. Ada dua jenis yang dibahas:. The Euclidean Distance

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR BAB V PERENCANAAN STRUKTUR 5.1. TINJAUAN UMUM Dala perencanaan suatu bangunan pantai harus ditetapkan terlebih dahulu paraeter-paraeter yang berperan dalan perhitungan struktur. Paraeterparaeter tersebut

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN 7 III HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Analisis Metode Dala penelitian ini akan digunakan etode hootopi untuk enyelesaikan persaaan Whitha-Broer-Koup (WBK), yaitu persaaan gerak bagi perabatan gelobang pada perairan

Lebih terperinci

Kriptografi Visual Menggunakan Algoritma Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gambar Sampul

Kriptografi Visual Menggunakan Algoritma Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gambar Sampul Kriptografi Visual Menggunakan Algorita Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gabar Sapul Yusuf Rahatullah Progra Studi Teknik Inforatika Institut Teknologi Bandung Bandung, Indonesia 13512040@std.stei.itb.a.id

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA Di sekitar kita banyak benda yang bergetar atau berosilasi, isalnya assa yang terikat di ujung pegas, garpu tala, gerigi pada ja ekanis, penggaris elastis yang salah satu

Lebih terperinci

Dampak Pembangunan SMPN 3 Blitar Terhadap Kinerja Lalu Lintas Sekitarnya

Dampak Pembangunan SMPN 3 Blitar Terhadap Kinerja Lalu Lintas Sekitarnya Dapak Pebangunan SMPN 3 Blitar Terhadap Kinerja Lalu Lintas Sekitarnya Miftachul Huda 1), Dwi Muryanto 2) 1) Teknik Sipil, Teknik, Universitas Muhaadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya, 60113 Eail:

Lebih terperinci

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis JURNAL TEKNIK ITS Vol., (Sept, ) ISSN: 3-97 G-59 Prediksi Uur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunai dengan Metode Spectral Fatigue Analysis Angga Yustiawan dan Ketut Suastika Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas

Lebih terperinci

STUDI SIMULASI BIAS ESTIMATOR GPH PADA DATA SKIP SAMPLING

STUDI SIMULASI BIAS ESTIMATOR GPH PADA DATA SKIP SAMPLING Statistika, Vol., No., Noveber 0 STUDI SIMULASI BIAS ESTIMATOR GPH PADA DATA SKIP SAMPLING Gede Suwardika, Heri Kuswanto, Irhaah Jurusan Statistika,Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan Ala, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss,

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss, I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsep teori graf diperkenalkan pertaa kali oleh seorang ateatikawan Swiss, Leonard Euler pada tahun 736, dala perasalahan jebatan Konigsberg. Teori graf erupakan salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING Puji Saksono 1) ABSTRAK Kondensor erupakan alat penukar kalor pada sisti refrigerasi yang berfungsi untuk elepaskan

Lebih terperinci

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Vol. 2, 2017 Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Widiarti 1*, Rifa Raha Pertiwi 2, & Agus Sutrisno 3 Jurusan Mateatika, Fakultas Mateatika

Lebih terperinci

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS) BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS) Adapun sejarah Badan Pusat Statistik di Indonesia terjadi epat asa peerintah di Indonesia, antara lain : 1. Masa Peerintahan

Lebih terperinci

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA Jurnal Mateatika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 160 167 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

Sistem Informasi Manajemen Penjualan Pada Koperasi Pegawai Negeri Kantor

Sistem Informasi Manajemen Penjualan Pada Koperasi Pegawai Negeri Kantor Siste Inforasi Manajeen Penjualan Pada Koperasi Pegawai Negeri Kantor Gubernur Berbasis Web Deasy AnnisaSari, Helfi Nasution 2, Anggi Sriurdianti Sukato 3. Progra Studi Inforatika Universitas Tanjungpura,2,3

Lebih terperinci

BENTUK NORMAL SMITH DAN MATRIKS BAIK KIRI/KANAN

BENTUK NORMAL SMITH DAN MATRIKS BAIK KIRI/KANAN BENTUK NORMAL SMITH DAN MATRIKS BAIK KIRI/KANAN Yuiati (yui@ail.ut.ac.id) Universitas Terbuka ABSTRACT The Sith noral for and left good atrix have been known in atrix theore. Any atrix over the principal

Lebih terperinci

KELUARGA METODE ITERASI ORDE EMPAT UNTUK MENCARI AKAR GANDA PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

KELUARGA METODE ITERASI ORDE EMPAT UNTUK MENCARI AKAR GANDA PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT KELUARGA METODE ITERASI ORDE EMPAT UNTUK MENCARI AKAR GANDA PERSAMAAN NONLINEAR Kiki Reski Ananda 1 Khozin Mu taar 2 12 Progra Studi S1 Mateatika Jurusan Mateatika Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan

Lebih terperinci

OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK TUANG TINGGI: STUDI KASUS LAPANGAN X

OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK TUANG TINGGI: STUDI KASUS LAPANGAN X IATMI 2006-TS-30 PROSIDING, Siposiu Nasional & Kongres IX Ikatan Ahli Teknik Perinyakan Indonesia (IATMI) 2006 Hotel The Ritz Carlton Jakarta, 5-7 Noveber 2006 OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2008/2009

LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2008/2009 DOKUMEN NEGARA SANGAT RAHASIA P-01 PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DKI JAKARTA DINAS PENDIDIKAN MENENGAH DAN TINGGI SUB DINAS PENDIDIKAN SMK LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 008/009 Mata Diklat : MATEMATIKA

Lebih terperinci

Model Produksi dan Distribusi Energi

Model Produksi dan Distribusi Energi Model Produksi dan Distribusi Energi Yayat Priyatna Jurusan Mateatika FMIPA UNPAD Jl. Raya Jatinangor Bdg Sd K 11 E ail : yatpriyatna@yahoo.co Abstrak Salah satu tujuan utaa proses produksi dan distribusi

Lebih terperinci

METODE ITERASI TIGA LANGKAH DENGAN ORDE KONVERGENSI LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR BERAKAR GANDA ABSTRACT

METODE ITERASI TIGA LANGKAH DENGAN ORDE KONVERGENSI LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR BERAKAR GANDA ABSTRACT METODE ITERASI TIGA LANGKAH DENGAN ORDE KONVERGENSI LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR BERAKAR GANDA Zuhnia Lega 1, Agusni, Supriadi Putra 1 Mahasiswa Progra Studi S1 Mateatika Laboratoriu Mateatika

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Informasi Perpustakaan Berbasis Web Pada SMPN 71 Jakarta

Rancang Bangun Sistem Informasi Perpustakaan Berbasis Web Pada SMPN 71 Jakarta Siposiu Nasional Ilu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 207 ISBN: 978-602-6268-4-9 Rancang Bangun Siste Inforasi Perpustakaan Berbasis Web Pada SMPN 7 Jakarta Kurniawati, Ghofar Taufik 2 STMIK Nusa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Beberapa Defenisi Pada analisa keputusan, si pebuat keputusan selalu doinan terhadap penjabaran seluruh alternatif yang terbuka, eperkirakan konsequensi yang perlu dihadapi pada setiap

Lebih terperinci

KAJI NUMERIK PORTABLE PORTABLE COLD STORAGE TERMOELEKTRIK TEC

KAJI NUMERIK PORTABLE PORTABLE COLD STORAGE TERMOELEKTRIK TEC KAJI NUMERIK PORTABLE PORTABLE COLD STORAGE TERMOELEKTRIK TEC1-12706 Denny M. E Soedjono (1), Joko Sarsetiyanto (2), Dedy Zulhidayat Noor (3), Davit Priabodo 4) 1),2),3),4) Progra Studi D3 Teknik Mesin

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LINEAR CONGRUENT METHOD (LCM) PADA GAME HANGAROO BERBASIS ANDROID

IMPLEMENTASI LINEAR CONGRUENT METHOD (LCM) PADA GAME HANGAROO BERBASIS ANDROID IMPLEMENTASI LINEAR CONGRUENT METHOD (LCM) PADA GAME HANGAROO BERBASIS ANDROID Dwi Rizki Purnaasari Mahasiswa Progra Studi Teknik Inforatika STMIK Budidara Medan Jl. Sisingaangaraja No. 338 Sipang Liun

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE KEMUNGKINAN MAKSIMUM DAN BAYES DALAM MENAKSIR KEMAMPUAN PESERTA TES PADA RANCANGAN TES ADAPTIF ABSTRAK

PERBANDINGAN METODE KEMUNGKINAN MAKSIMUM DAN BAYES DALAM MENAKSIR KEMAMPUAN PESERTA TES PADA RANCANGAN TES ADAPTIF ABSTRAK PERBANDINGAN METODE KEMUNGKINAN MAKSIMUM DAN BAYES DALAM MENAKSIR KEMAMPUAN PESERTA TES PADA RANCANGAN TES ADAPTIF Agus Santoso Jurusan Statistik FMIPA Universitas Terbuka eail:aguss@ut.ac.id ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Penyajian Laporan Dala penyajian bab ini dibuat kerangka agar eudahkan dala pengerjaan laporan. Berikut ini adalah diagra alir tersebut : Studi Pustaka Model-odel Eleen Struktur

Lebih terperinci

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup GRUP FUNDAMENTAL PADA Bab III S, TORUS, P dan FIGURE EIGHT Sebelu epelajari perbedaan pada grup fundaental S, Torus, P, dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup fundaental asing-asing

Lebih terperinci

FITUR LENGTH OF EDGE DAN MOMENT INVARIAN UNTUK GESTURE RECOGNITION DENGAN MENGGUNAKAN KINECT UNTUK KONTROL LAMPU

FITUR LENGTH OF EDGE DAN MOMENT INVARIAN UNTUK GESTURE RECOGNITION DENGAN MENGGUNAKAN KINECT UNTUK KONTROL LAMPU Jurnal Teknologi Inforasi dan Ilu Koputer (JTIIK) Vol., No. 1, April 015, hl. 73-78 FITUR LENGTH OF EDGE DAN MOMENT INVARIAN UNTUK GESTURE RECOGNITION DENGAN MENGGUNAKAN KINECT UNTUK KONTROL LAMPU Rekyan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN 35 BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk elihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan enjulahkan hasil pengukuran enggunakan kwh-eter satu fasa pada jalur fasa-fasa dengan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital 2.1.1 Pengertian Citra Digital Citra dapat didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, f(x,y) dimana x dan y merupakan koordinat bidang datar, dan harga fungsi f disetiap

Lebih terperinci

BILANGAN PRIMA : PERKEMBANGAN DAN APLIKASINYA

BILANGAN PRIMA : PERKEMBANGAN DAN APLIKASINYA J. J. Siang BILANGAN PRIMA : PERKEMBANGAN DAN APLIKASINYA Intisari Dala tulisan ini dipaparkan engenai sejarah peneuan bilangan pria, pengujian bilangan pria besar, serta salah satu aplikasinya dala kriptografi

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Proses Produksi Teh Hitam di PT. Perkebunan Nusantara XII Unit Sirah Kencong

Pengendalian Kualitas Proses Produksi Teh Hitam di PT. Perkebunan Nusantara XII Unit Sirah Kencong JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (016) 337-350 (301-98X Print) D-37 Pengendalian Kualitas Proses Produksi Teh Hita di PT. Perkebunan Nusantara XII Unit Sirah Kencong Qulsu Dwi Anggraini, Haryono, Diaz

Lebih terperinci