ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:"

Transkripsi

1 Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik item terhadap perubahan penguatan item (gain adjutment). Dengan menentukan karakteritik item yang diinginkan, perancang dapat mengetahui letak pole-pole dominan item yang dinginkan pada bidang-. Dengan membandingkan letak pole-pole dominan yang diinginkan terebut terhadap root Locu item emula, perancang dapat mengetahui bagaimana mengubah karakteritik item emula menjadi yang diinginkan. Pada bab ini akan dibaha konep daar dan cara menggambar Root Locu uatu item., baik untuk item dengan umpan-balik negatif (umumnya untuk item kendali), maupun untuk item dengan umpan-balik poitif (muncul pada lup dalam dan item keeluruhan tetap tabil dengan uumpanbalik negatif pada lup luarnya). Penggambaran Root Locu juga dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak MatLab yang juga dibaha ecara ingkat pada bab ini. Selanjutnya dibaha juga Root Locu untuk item berfaa non-minimum dan item yang memiliki tranport lag. 5.1 Pendahuluan Karakteritik tanggapan tranient item lup tertutup dapat ditentukan dari lokai pole-pole (lup tertutupnya) atau akar-akar peramaan karakteritik item. Untuk item pada Gambar 5-1, maka peramaan karakteritiknya adalah bb: 1+ KG()H() = (5-1) Gambar 5-1: Sitem lup tertutup 19

2 Bab 5 : Root Locu 13 Bila penguatan lup terbuka K berubah pada Peramaan (5-1), maka letak pole-pole nya juga berubah. Dengan demikian, perlu pemahaman pola perpindahan letak pole-pole dalam bidang. Deain item kendali paling ederhana adalah melalui gain adjument: pilih nilai K edemikian rupa ehingga pole-pole terletak dilokai pada bidang yang diinginkan. Apabila letak pole-pole yang dinginkan tak tercapai melalui cara ini, maka deain item kendali haru melalui kompenai, yaitu memindahkan letak pole yang tak diinginkan melalui konep pole-zero cancellation. Untuk mengetahui pola perpindahan letak pole-pole pada bidang-, maka perlu terlebih dahulu mencari akar-akar peramaan karakteritik item yb. Untuk mencari akar-akar peramaan orde tinggi ecara matemati ulit, terlebih dengan K ebagai variabel. Untuk aat ini alternatif yang dapat digunakan adalah MATLAB. W.R. Evan mengembangkan metoda untuk mencari akar-akar peramaan orde tinggi ecara ederhana yang angat banyak digunakan pada bidang kendali. Metoda terebut diebut metoda Root Locu. Root Locu dapat diartikan ebagai tempat kedudukan akar-akar peramaan karakteritik dengan K = ampai K = tak hingga. Melalui Root Locu dapat diduga pergeeran letak pole-pole baik terhadap perubahan K, maupun terhadap penambahan pole-pole atau zero-zero lup terbuka. 5. Daar Root Locu Perhatikan item kendali poii untuk peawat terbang pada Gambar 5-. Dari Gambar 5-c, dapat diperoleh peramaan karakteritik nya adalah: + + K = (5-) Dengan menggunakan rumu ABC, maka akar-akar Peramaan Karakteritiknya dapt dihitung bb: Bila dihitung 4 4 K 1 1 K (5-3) dari K = hingga K = tak hingga, maka akar-akar peramaan karakteritik terebut dapat ditulikan dalam Tabel 5-1.

3 Bab 5 : Root Locu 131 Gambar 5-: Sitem Kendali Poii Peawat Terbang Tabel 5-1: Letak pole-pole lup tertutup dengan K ebagai parameter. K j1-1-j1 1-1+j3-1-j j1-1-j1-1 + j -1-j Dari Tabel 5-1 diata, dapat digambarkan letak pole-pole item pada bidang ebagaimana terlihat pada Gambar 5-3 yang merupakan Root locu item yb.

4 Bab 5 : Root Locu 13 Gambar 5-3: Root Locu item pada Gambar 5-c. Dari pembahaan diata, dapat ditarik beberapa catatan penting bb: Root Locu mempunyai ifat imetri terhadap umbu nyata. Root Locu bermula dari pole-pole G()H() (untuk K=) dan berakhir di zero-zero G()H() (untuk K ) termauk zero-zero pada titik takhingga. Root Locu cukup bermanfaat dalam deain item kendali linear karena Root Locu dapat menunjukkan pole-pole dan zero-zero lup terbuka mana yang haru diubah ehingga peifikai unjuk kerja item dapat dipenuhi. Pendekatan deain melalui Root Locu angat cocok diterapkan untuk memperoleh hail ecara cepat. Sitem kendali yang membutuhkan lebih dari 1 parameter untuk diatur maih dapat menggunakan pendekatan Root Locu dengan mengubah hanya 1 parameter pada atu aat. Root Locu angat memudahkan pengamatan pengaruh variai uatu parameter (K) terhadap letak pole-pole. Sketa Root Locu ecara manual tetap dibutuhkan untuk dapat memahaminya dan untuk memperoleh idea daar ecara cepat, mekipun MATLAB dapat melakukannya ecara cepat dan akurat. Speifikai tranient (koefiien redaman) dapat ditentukan dengan mengatur nilai K melalui Root Locu.

5 Bab 5 : Root Locu Penggambaran Root Locu Perhatikan item lup tertutup pada Gambar 5-4 berikut ini. Gambar 5-4: Sitem lup tertutup Peramaan Karakteritiknya adalah 1 + G()H() = (5-4) Atau: G()H() = -1, (5-5) Dari peramaan diata, dapat diturunkan peramaan berikut ini: Syarat udut faa: G()H() = 18 (k+1); k =, 1,,. (5-6a) Syarat magnitude: G()H() = 1 (5-6b) Dengan demikian, uatu titik pada bidang yang terletak pada root locu haru memenuhi kedua yarat diata Proedur Penggambaran Root Locu Dengan mengacu pada gambar Root Locu pada Gambar 5-3, erta dengan memperhatikan yarat root locu, tanpa kehilangan konep generalita, maka penggambaran root locu uatu item dapat dilakukan dengan mengacu pada aturanaturan berikut ini. 1. Letakkan pole-pole dan zero-zero lup terbuka pada bidang.. Tentukan Root Locu pada umbu nyata. Syarat Sudut:

6 Bab 5 : Root Locu 134 G()H() = 18 (k+1); k =, 1,,. Ambil titik tet : bila jumlah total pole dan zero dikanan titik ini ganjil, maka titik tb terletak di Root Locu. Gambar 5-5: Titik pengujian untuk root locu 3. Tentukan aimtot Root Locu: Banyaknya aimtot = n m n = banyaknya pole lup terbuka m= banyaknya zero lup terbuka Sudut-udut aimtot = 18 (k n m 1) k=, 1,, Titik Potong aimtot-aimtot pada umbu nyata: a letak pole berhingga n m letak zero berhingga 4. Tentukan titik-titik break-away (Root Locu meninggalkan umbu nyata) dan titik-titik break-in (Root Locu menuju umbu nyata): Untuk Peramaan Karakteritik: B() + KA() =, Maka titik-titik tb haru berada di Root Locu dan memenuhi peramaan:

7 Bab 5 : Root Locu 135 dk d ' ' B ( ) A( ) B( ) A ( ) A ( ) 5. Tentukan udut-udut datang / udut-udut berangkat untuk pole-pole / zerozero komplek ekawan. Sudut datang (dari uatu pole komplek) = 18 (jumlah udut vektorvektor dari pole-pole lain ke pole komplek tb) + ( jumlah udut vektorvektor dari zero-zero ke pole komplek tb). Sudut pergi (ke uatu zero komplek) = 18 (jumlah udut vektorvektor dari zero-zero lain ke zero komplek tb) + ( jumlah udut vektorvektor dari pole-pole ke zero komplek tb). 6. Tentukan bata ketabilan mutlak item (K): Melalui Kriteria Routh Hurwitz. Secara analiti: memotong umbu imajiner: = j 7. Sketa Root Locu ecara lebih teliti pada daerah-daerah elain umbu nyata dan aimtot. Gambar 5-6: Sudut datang Root Locu 8. Tentukan letak pole-pole melalui nilai K yang memenuhi yarat magnitude. Sebalikya, bila letak pole-pole ditentukan (pada Root Locu), maka nilai K yang memenuhi dapat dihitung ecara grafi atau ecara analiti:

8 Bab 5 : Root Locu 136 Secara grafi: K perkalian perkalian panjang gari - gari dari titik ke pole - pole panjang gari - gari dari titik ke zero - zero Contoh 5-1: Gambarkan Root Locu item balikan atuan dengan G ( ) ( K 1)( ) Tentukan juga nilai K agar koefiien redaman pole-pole komplek ekawan loop tertutup dominannya bernilai,5. Solui : 1. Tentukan Root Locu pada umbu nyata. j Titik uji Titik uji Gunakan titik uji pada penggalan umbu nyata. Apabila titik uji memenuhi yarat udut untuk Root Locu, maka penggalan gari terebut adalah bagian Root Locu pada umbu nyata. Untuk titik uji 1 : Syarat udut : ( 1) ( ) (tak terpenuhi). Dengan demikian penggalan gari pada umbu nyata poitip bukan bagian Root Locu. Untuk titik uji : Syarat udut : ( 1) ( ) (terpenuhi). Sehingga penggalan gari pada umbu nyata antara dan 1 merupakan bagian Root Locu.

9 Bab 5 : Root Locu 137 Dengan cara yang ama, dapat dibuktikan bahwa penggalan gari antara 1 dan bukan bagian Root Locu dan penggalan gari antara dan -~ merupakan bagian Root Locu.. Penentuan aimtot Root Locu Banyaknya aimtot = banyaknya pole (n) banyaknya zero (m) = 3 - = 3 Sudut aimtot = 18 (k 3 1) ; (k,1, ) 6 ; 18 dan 6 Titik potong aimtot pada umbu nyata : p n m z ( 1 3 ) 1 dk 3. Penentuan titik pencar diperoleh dari peramaan : d Peramaan karakteritik item adalah : K ( 1)( ) 1 3 atau K ( 3 ), ehingga: dk d (3 6 ) Diperoleh 1, 46 (memenuhi) dan 1, 5774 (tak memenuhi) 4. Penentuan bata ketabilan item. Cara termudah adalah menggunakan kriteria Routh Hurwitz. Deret R-H: K K 3 K Syarat tabil tercapai bila < K < 6. Bila dihitung, perpotongan Root Locu dengan umbu khayal ini terjadi pada : j. Cara lain untuk mengetahui titik potong ini adalah ecara analii. Anggap = j (pada umbu khayal), ubtituikan pada peramaan karakteritik item. Solui peramaan komplek ini akan menghailkan dan K = 6.

10 Bab 5 : Root Locu Tentukan beberapa titik uji dekat titik pencar yang memenuhi yarat udut Root Locu agar diperoleh plot Root Locu ecara akurat (lihat gambar berikut ini). 6. Root Locu dari informai ebelumnya ditunjukkan pada gambar berikut ini. 7. Penentuan letak pole-pole komplek ekawan dominan yang memiliki koefiien redaman,5. Anggap pole komplek ekawan n j n 1. Dengan memperhatikan gambar dibawah ini, maka terlihat bahwa co. Untuk,5, maka 6. Dengan menggunakan cara analiti akan diperoleh pole-pole dominan terebut adalah : = -, j,578, dengan nilai K adalah: K ( )( ),3337 j, 578 1,383

11 Bab 5 : Root Locu Beberapa Catatan untuk Root Locu Konfigurai pole-zero yang edikit bergeer dapat mengubah total bentuk Root Locu ebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5-7. Gambar 5-7: Perubahan bentuk Root Locu akibat pergeeran kecil pole-pole Orde item dapat berkurang akibat pole-pole G() di hilang kan (cancelled) oleh zero-zero H() ebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5-8. Gambar 5-8: Manipulai diagram blok untuk item lup ganda.

12 Bab 5 : Root Locu 14 Tabel 5-: Konfigurai pole-zero lup terbuka dan gambar Root Locu nya

13 Bab 5 : Root Locu Root Locu Melalui Matlab Root Locu uatu item yang dinyatakan dalam peramaan karakteritiknya, dalam MATLAB dapat dinyatakan dalam : 1 num K den dengan : num den ( m ( n z p 1 (z 1 (p )( 1 )( 1 z p z ) ( p ) ( z p m n z p m ) n ) ) m 1 ) n 1 z z 1 1 p p z m p n Perlu diingat bahwa vektor num dan den haru dituli dalam urutan pangkat yang menurun. Perintah MATLAB yang umumnya digunakan untuk menggambar Root Locu dilayar komputer adalah : rlocu(num, den) Sedang untuk item yang didefiniikan dalam konep ruang waktu, maka perintah yang digunakan adalah : rlocu (A, B, C, D) Pada kedua perintah terebut, penguatan lup terbuka item K ecara otomati ditentukan. Apabila pole-pole lup tertutup untuk beberapa nilai K ingin dihitung, maka perintah berikut ini dapat digunakan : rlocu(num,den,k), atau rlocu(a,b,c,d,k) dengan K = vektor yang berii emua nilai penguatan dimana pole-pole lup tertutup ingin dihitung. Cara lain penggambaran Root Locu adalah dengan menggunakan arguman berikut ini : [r,k] = rlocu(num,den) [r,k] = rlocu(num,den,k)

14 Bab 5 : Root Locu 14 [r,k] = rlocu(a,b,c,d) [r,k] = rlocu(a,b,c,d,k) Pada layar akan tampil matrik r dan vektor penguatan K. Perintah plot(r, ) dapat digunakan untuk menggambar Root Locu. Sedang perintah : r=rlocu(num,den) plot( r,' o ) atau, plot( r, x ) dapat digunakan untuk menggambar Root Locu dengan tanda ` o atau ` x, Mengingat vektor penguatan ditentukan ecara otomati, maka plot Root Locu berikut ini : G()H() G()H() G()H() K( 1) ( )( 3) 1K( 1) ( )( 3) K( 1) ( )( 3) adalah ama, dengan : num = [ 1 1 ] den = [ ] Contoh 5-: Plot Root Locu menggunakan MATLAB uatu item kendali balikan atuan dengan : K( G() ( 4)( 6)( Solui : 4) 1,4 1) Mengingat peramaan penyebut belum dalam bentuk polinominal orde-5, maka hal ini perlu dilakukan lebih dahulu. Perintah konvolui dapat digunakan untuk memperoleh bentuk polinomial terebut :

15 Bab 5 : Root Locu 143 Definiikan : a ( 4) 4 : a [1 4 ] b 6 : b [1 6] c : c [ ] Selanjutnya gunakan perintah : d = conv(a,b); e = conv(c,d) Hail yang diperoleh e = [ ] Dengan demikian program MATLAB nya adalah ebagai berikut : %------Root-Locu num = [ 1 4]; den = [ ]; rlocu(num,den) Warning:Divide by zero v = [ ]; axix(v) grid title( Root-Locu Plot of G() = K(^ + +4)/[( + 4)( + 6)(^ )] ) Ekekui program diata menghailkan gmbar Root Locu berikut ini.

16 Bab 5 : Root Locu Root Locu untuk Kau Khuu Pada bagian ini akan dibaha dua kau khuu penggambaran Root Locu, yaitu : 1. Bila parameter K bukan merupakan penguatan lup terbuka dan. Bila umpan balik item poitif, bukan negatif Parameter K bukan Penguatan Lup Terbuka. Gambar 5-9 : Sitem kendali dengan k bukan ebagai penguatan lup terbuka

17 Bab 5 : Root Locu 145 Gambar 5-1: Root Locu item pada Gambar 5-9

18 Bab 5 : Root Locu Umpanbalik Poitif. Sitem pada Gambar 5-11 memiliki umpanbalik poitif pada lup dalamnya. Mekipun demikian, item ini maih dapat ditabilkan oleh umpnabalik negatif pada lup luarnya. Pada bagian ini akan dibaha penggambaran Root Locu untuk bagian umpanbalik poitif dari Gambar 5-11, yaitu dengan input R() dan output C(). Gambar 5-11: Sitem dengan umpanbalik poitif Dengan demikian perlu modifikai aturan penggambaran Root Locu dari aturan emula (untuk umpanbalik negatif). Modifikai Aturan untuk umpanbalik poitif: Aturan : Bila jumlah total pole dan zero dikanan titik tet genap, maka titik tb berada di Root Locu. Aturan3: Sudut-udut aimtot = k 36 n m ; k=, 1,, Aturan5: Sudut datang dan udut pergi : 18 diganti dengan.

19 Bab 5 : Root Locu 147 Contoh 5-3: Gambarkan Root locu untuk item lup tertutup dalam dengan umpanbalik poitif pada item berikut ini. Solui: 1. Plot pole-pole lup terbuka ( = -1 + j1, = -1 - j1, = -3) dan zero ( = -) pada bidang komplek. Dengan naiknya nilai K dari hingga, pole-pole lup tertutup akan bergerak dari pole-pole lup terbuka dan berakhir pada zero-zero lup terbuka (baik zero berhingga maupun tak berhingga), ebagaimana terjadi pada item umpan-balik negatif.. Tentukan root locu pada umbu nyata. Root locu akan berada pada penggal gari antara - dan + dan antara -3 dan Tentukan aimtot-aimtot root locu. Sudut-udut aimtot = k. 36 / (3-1) = 18. (Kedua aimtot terletak pada umbu nyata.) 4. Tentukan titik-titik pencar dan mauk. Peramaan karakteritik item adalah: ( + 3)( + + ) - K( + ) =, atau: K = [( + 3)( + + )]/( + ). Dengan mendiffereniaikan K terhadap, akan diperoleh peramaan: =, atau ( +,8)( +,35 + j,77)( +,35 - j,77), ehingga titik = -,8 yang berada diantar zero merupakan titik mauk root locu, edang titik lainnya bukan merupakan titik pencar maupun titik mauk, karena tak memenuhi yarat udut. 5. Tentukan udut berangkat root locu dari pole-pole komplek. Untuk pole pada = j1, udut berangkatnya adalah: = = -7 (Sedang udut berangkat dari pole pada = 1 - j1 adalah +7.)

20 Bab 5 : Root Locu Tentukan titik-titk uji diekitar umbu imajiner dan titik aal dan gunakan yarat udut untuk menggambarkan root locu pada daerah ini ecara lebih teliti. Root locu elengkapnya untuk item umpanbalik poitif ini dengan fungi alih lup tertutup: C( ) ( R( ) ( 3)( K( ) ) K( ) ) dapat dilihat pada gambar berikut ini. Perhatikan bahwa item akan tidak tabil untuk K > 3 (Gunakan metoda Root Hurwitz untuk menghitungnya!). Untuk K > 3, item haru ditabilkan dengan umpanbalik diluarnya. Sedang gambar berikut ini menunjukkan root locu item yang ama tetapi dengan umpanbalik negatif.

21 Bab 5 : Root Locu 149 Tabel 5-3: Gambar Root Locu untuk umpanbalik poitif (kurva putu-putu) dan umpanbalik negatif (kurva gari penuh)

22 Bab 5 : Root Locu Analii Sitem Kendali Menggunakan Root Locu Pada bagian ini akan dibaha analii yang dapat dilakukan untuk item kendali menggunakan Root Locu. Ada 3 bagian yang akan dibaha ecara berurutan adalah ortogonalita dan locu dengan penguatan kontan, item tabil kondiional, dan item faa non-minimum Ortogonalita dan Locu dengan Penguatan Kontan Gambar 5-1 : Kurva contant-gain locu dan contant-phae locu. Root Locu dan loku dengan penguatan kontan merupakan pemetaan konformal loku G()H()= 18 (k+1) dan G()H() = kontan dalam bidang G()H(). berbeda. Gambar 5-13 : Gambar root loci dan contant-gain loci untuk item yang

23 Bab 5 : Root Locu Sitem Stabil Kondiional Perhatikan item kendali pada Gambar Root locu item terebut mulamula berada pada daerah tabil ( < K < 14), elanjutnya mauk kedaerah tak tabil (14 < K < 64), elanjutnya mauk kembali kedaerah tabil ( 64 < K < 195 ), dan terakhir kembali menjadi tak tabil pada K > 195. Keadaan tabil yang berpindah-pindah ini diebut tabil kondiional. Pada prakteknya tabil kondiional tak diinginkan, karena item mudah menjadi tak tabil. Sitem tabil kondiional dapat terjadi pada item dengan lintaan maju tak tabil (karena ada minor lup). Mekipun demikian, item tabil kondiional dapat dihindari melalui kompenai yang euai (penambahan zero). Gambar 5-14 : Sitem dengan ketabilan kondiional dan Root Locu nya Sitem Faa Non-Minimum Suatu item diebut berfaa minimum apabila emua pole dan zero item lup terbukanya terletak diebelah kiri bidang-. Sebaliknya, item faa non-minimum terjadi bila edikitnya ada atu pole atau zero item lup terbukanya terletak diebelah kanan bidang-, ebagaimana dicontohkan pada Gambar Pengertian faa nonminimum ini akan lebih jela pada pembahaan Tanggapan Frekueni pada Bab 7.

24 Bab 5 : Root Locu 15 Gambar 5-15 : Sitem faa non minimum dan Root Locu nya Sehingga: K( T a ( T = 18 (k+1); k=, 1,, 1) 1) +5.7 Root Locu dengan Tranport Lag Tranport lag atau dead time terjadi karena adanya keterlambatan pengukuran akibat ifat kelembaman item fii. Pada Gambar 5-16, terlihat bahwa dibutuhkan waktu elape ebear T = L/v detik dari mulai cairan dipanai di tungku hingga mencapai boiler dimana uhu diukur, dengan L = panjang pipa yang menghubungkan tungku dengan boiler v = kecepatan aliran cairan pada pipa penghubung.

25 Bab 5 : Root Locu 153 Gambar 5-16 : Sitem tungku pemana Dengan demikian ada keterlambatan waktu ebear T dari input x ke output y, atau: y(t) = x(t-t). Diperoleh fungi alih bb: Fungi Alih: Contoh 5-4: Gambarkan Root locu item tungku pemana yang ditunjukkan pada gambar berikut ini. Gambar 5-17 : Diagram blok item tungku pemana pada Gambar 5-16.

26 Bab 5 : Root Locu 154 Solui: Mengingat udut kontribui dari e -T adalah nol untuk =, maka umbu nyata dari -1 hingga - merupakan bagian dari root locu. Aumikan uatu nilai 1 untuk, dan hitung 57.3 o 1T. Pada titik -1 diumbu nyata negatif, gambar uatu gariluru yang membuat udut 18 o o 1T terhadap umbu nyata. Tentukan titik potong gari ini dengan gari mendatar = 1. Titik potong P ini ebagaimana terlihat pada Gambar 5-18 kiri memenuhi peramaan root locu, ehingga titik terebut berada pada root locu. Dengan mengulangi proedure diata, maka akan diperoleh root locu eperti terlihat pada Gambar 5-18 kanan.

27 Bab 5 : Root Locu 155 Perlu juga diingat bahwa bila mendekati -, maka fungi alih lup terbuka : K e 1 -T akan mendekati -, karena lim - K e 1 -T -T d d [ K e ] d/d[ 1] KTe T Dengan demikian, = - adalah uatu pole lup terbuka. Jadi root locu bermula dari = -1 atau = - dan berakhir pada =, euai dengan membearnya K dari nol hingga tak hingga. Mengingat yarat udut faa untuk root locu memiliki tak terhingga nilai (ingat k =, 1,, ), maka akan ada tak terhingga root locu pula. Mialnya untuk k = 1, maka yarat udut berubah menjadi: T (radian) T (derajat) Gambar 5-18: Penentuan titik pada Root Locu dan Root Locunya

28 Bab 5 : Root Locu 156 Gambar 5-19: Root Locu lengkap item pada Gambar 5-17 untuk T= 1 detik Dari Contoh 5-4 terlihat bahwa dead time menyebabkan ketidaktabilan item, ekalipun untuk item orde-1.

29 Bab 5 : Root Locu Pendekatan untuk Tranport Lag Untuk memudahkan analii item kendali, maka komponen tranport lag ini umumnya didekati dengan peramaan polinom atau perbandingan peramaan polinom orde-n. Bila T kecil ekali dan fungi f(t) pada elemen tb kontinyu dan mooth, maka pendekatan berikut ini dapat digunakan: Taylor bb: Sedang pendekatan lain yang lebih umum adalah dengan menggunakan deret

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS Bab VI: DESAIN SISEM ENDALI MELALUI OO LOCUS oot Lou dapat digunakan untuk mengamati perpindahan pole-pole (lup tertutup) dengan mengubah-ubah parameter penguatan item lup terbukanya ebagaimana telah ditunjukkan

Lebih terperinci

ROOT LOCUS. Aturan-Aturan Penggambaran Root Locus. Root Locus Melalui MATLAB. Root Locus untuk Sistem dengan

ROOT LOCUS. Aturan-Aturan Penggambaran Root Locus. Root Locus Melalui MATLAB. Root Locus untuk Sistem dengan ROOT LOCUS Pendahuluan Dasar Root Locus Plot Root Locus Aturan-Aturan Penggambaran Root Locus Root Locus Melalui MATLAB Kasus Khusus Analisis Sistem Kendali Melalui Root Locus Root Locus untuk Sistem dengan

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Prosedur Plot Tempat Kedudukan Akar

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Prosedur Plot Tempat Kedudukan Akar Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya MATERI Proedur Plot Tempat Kedudukan Akar Sub Pokok Bahaan Anda akan belajar. Proedur plot Letak Kedudukan Akar. Proedur plot dengan bantuan Matlab Pengantar.

Lebih terperinci

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus ISBN: 978-60-7399-0- Analia Kendali Radar Penjejak Peawat Terbang dengan Metode Root Locu Roalina ) & Pancatatva Heti Gunawan ) ) Program Studi Teknik Elektro Fakulta Teknik ) Program Studi Teknik Mein

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Konsep Letak Kedudukan Akar

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Konsep Letak Kedudukan Akar Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya MATERI Konep Letak Kedudukan Akar Konep ketabilan, dapat dijelakan melalui pandangan ebuah kerucut lingkaran yang diletakkan tegak diata bidang datar. Bila kerucut

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN ROUTH HURWITZ DAN ROOT LOCUS

ANALISIS KESTABILAN ROUTH HURWITZ DAN ROOT LOCUS Materi VI ANALISIS KESTABILAN ROUTH HURWITZ DAN ROOT LOCUS Kestabilan merupakan hal terpenting dalam sistem kendali linear. Kestabilan sebuah sistem ditentukan oleh tanggapannya terhadap masukan atau gangguan.

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS DESAIN SISEM KENDALI MELALUI ROO LOCUS Pendahuluan ahap Awal Deain Kompenai Lead Kompenai Lag Kompenai Lag-Lead Kontroler P, PI, PD dan PID eknik Elektro IB [EYS-998] hal dari 46 Pendahuluan Speifikai

Lebih terperinci

BAB 6 DISAIN LUP TUNGGAL KONTROL BERUMPAN-BALIK

BAB 6 DISAIN LUP TUNGGAL KONTROL BERUMPAN-BALIK BAB 6 DISAIN LUP TUNGGAL KONTROL BERUMPAN-BALIK 6. KESTABILAN LUP KONTROL 6.. Peramaan Karakteritik R( G c ( G v ( G ( C( H( Gambar 6. Lup kontrol berumpan-balik Peramaan fungi alihnya: C( R( Gc ( Gv (

Lebih terperinci

METODA ROOT LOCUS. Stabilitas suatu sistem tergantung pada akar-akar persamaan karakteristik. E(s) G(s) - B(s) H(s)

METODA ROOT LOCUS. Stabilitas suatu sistem tergantung pada akar-akar persamaan karakteristik. E(s) G(s) - B(s) H(s) METODA ROOT LOCUS item Stailita uatu item tergantung ada akar-akar eramaan karakteritik R E G C - B H Dari Gamar di ata Gamar. Blok Diagram Sitem Pengaturan OLTF adalah GH CLTF adalah C G R GH Akar-akar

Lebih terperinci

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.

Lebih terperinci

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK Program Studi Teknik Elektro Fakulta

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN 5.1. Proe Fluidiai Salah atu faktor yang berpengaruh dalam proe fluidiai adalah kecepatan ga fluidiai (uap pengering). Dalam perancangan ini, peramaan empirik yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI DEFINISI DAN RUANG SOLUSI Pada bagian ini akan dibaha tentang bai dan dimeni menggunakan pengertian dari kebebaan linear ( beba linear dan merentang ) yang dibaha pada bab ebelumnya. Definii dari bai diberikan

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK

MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK PEMODELAN MATEMATIK Model Matematik Gambaran matematik dari karakteritik dinamik uatu item. Beberapa item dinamik eperti mekanika, litrik, pana, hidraulik, ekonomi, biologi

Lebih terperinci

2. Berikut merupakan komponen sistem kendali atau sistem pengaturan, kecuali... a. Sensor b. Tranducer c. Penguat d. Regulator *

2. Berikut merupakan komponen sistem kendali atau sistem pengaturan, kecuali... a. Sensor b. Tranducer c. Penguat d. Regulator * ELOMPO I 1. Suunan komponen-komponen yang aling dihubungkan edemikian rupa ehingga dapat mengendalikan atau mengatur keluaran yang euai harapan diebut ebagai... a. Sitem Pengaturan * b. Sitem Otomati c.

Lebih terperinci

TRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1

TRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1 TRANSFORMASI LAPLACE Aep Najmurrokhman Juruan Teknik Elektro Univerita Jenderal Achmad Yani April 20 EL2032 Sinyal dan Sitem Tujuan Belajar : mengetahui ide penggunaan dan definii tranformai Laplace. menurunkan

Lebih terperinci

Error Kondisi Tunak dan Stabilitas Sistem Kendali

Error Kondisi Tunak dan Stabilitas Sistem Kendali Error Kondii Tunak dan Stabilita Sitem Kendali Aep Najmurrokhman Juruan Teknik Elektro Univerita Jenderal Achmad Yani 2 December 202 EL305 Sitem Kendali Struktur Sitem Berumpan balik 2 December 202 EL305

Lebih terperinci

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda 2.1. Pendahuluan Dioda adalah komponen elektronika yang teruun dari bahan emikonduktor tipe-p dan tipe-n ehingga mempunyai ifat dari bahan emikonduktor ebagai berikut.

Lebih terperinci

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus eminar Naional Quantum #25 (2018) 2477-1511 (8pp) Paper eminar.uad.ac.id/index.php/quantum Korelai antara tortuoita imum dan poroita medium berpori dengan model material berbentuk kubu FW Ramadhan, Viridi,

Lebih terperinci

Transformasi Laplace dalam Mekatronika

Transformasi Laplace dalam Mekatronika Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Karakteristik Sistem Orde Pertama

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Karakteristik Sistem Orde Pertama Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya arakteritik Sitem Orde Pertama Materi Contoh Soal Ringkaan Latihan Materi Contoh Soal Sitem Orde Pertama arakteritik Repon Waktu Ringkaan Latihan Pada bagian

Lebih terperinci

Sistem Pengendalian Level Cairan Tinta Printer Epson C90 Sebagai Simulasi Pada Industri Percetakan Menggunakan Kontroler PID

Sistem Pengendalian Level Cairan Tinta Printer Epson C90 Sebagai Simulasi Pada Industri Percetakan Menggunakan Kontroler PID 6 8 6 8 kecepatan (rpm) kecepatan (rpm) 3 5 67 89 33 55 77 99 3 Sitem Pengendalian Level Cairan Tinta Printer Epon C9 Sebagai Simulai Pada Indutri Percetakan Menggunakan Kontroler PID Firda Ardyani, Erni

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Matrik Alih

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Matrik Alih Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Matrik Alih Materi Contoh Soal Ringkaan Latihan Aemen Materi Contoh Soal Ringkaan Latihan Aemen Pengantar Dalam Peramaan Ruang Keadaan berdimeni n, teradapat

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Aturan Ziegler Nichol Perancangan Pengendali Ziegler Nichol Tipe 2 Terkadang pemodelan matemati plant uah untuk dilakukan. Jika hal ini terjadi maka perancangan

Lebih terperinci

Kestabilan. Kuliah 6 Kontrol Digital Bab 13 buku-ajar. Agus Arif 1

Kestabilan. Kuliah 6 Kontrol Digital Bab 13 buku-ajar. Agus Arif 1 Ketabilan Kuliah 6 Kontrol Digital Bab 3 buku-ajar Agu Arif Materi Pendahuluan Ketabilan Sitem Digital dlm Bidang- Pemodelan & Ketabilan Selang Pencuplikan utk Ketabilan Tranformai Bilinear Ketabilan Sitem

Lebih terperinci

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (07) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-4 Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sitem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tank Boby Dwi Apriyadi

Lebih terperinci

ANALISA KESTABILAN. Fatchul Arifin. Numerator dan denominator pada fungsi NALISArasional juga mempunyai nilai nol.

ANALISA KESTABILAN. Fatchul Arifin. Numerator dan denominator pada fungsi NALISArasional juga mempunyai nilai nol. ANALISA KESTABILAN Fatchul Arifin (fatchul@uny.ac.id) Pole, Zero dan Pole-Zero Plot Numerator dan denominator pada fungsi NALISArasional juga mempunyai nilai nol. Nilai nol dari numerator disebut ZERO

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI OTOMATIS. PID (Proportional-Integral-Derivative)

SISTEM KENDALI OTOMATIS. PID (Proportional-Integral-Derivative) SISTEM KENDALI OTOMATIS PID Proportional-Integral-Derivative Diagram Blok Sitem Kendali Pendahuluan Urutan cerita :. Pemodelan item. Analia item 3. Pengendalian item Contoh : motor DC. Pemodelan mendapatkan

Lebih terperinci

SIMULASI PERANCANGAN FASA TERTINGGAL SISTEM KENDALI DIGITAL

SIMULASI PERANCANGAN FASA TERTINGGAL SISTEM KENDALI DIGITAL JISSN : 58-7 SIMULASI PERANCANAN FASA TERTINAL SISTEM KENALI IITAL Cekma Cekdin Program Studi Teknik Eelektro Fakulta Teknik Univerita Muhammadiyah Palembang Jalan Jenderal Ahmad Yani Ulu Palembang Email

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF(5m)

BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF(5m) BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF5m) Teori finite field mulai diperkenalkan pada abad ke tujuh dan abad ke delapan dengan tokoh matematikanya Pierre de

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL SISTEM KENDALI KECEPATAN Kurniawan Praetya Nugroho (804005) Aiten: Muhammad Luthfan Tanggal Percobaan: 30/09/06 EL35-Praktikum Sitem Kendali Laboratorium Sitem Kendali dan Komputer STEI ITB Abtrak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

Modul 3 Akuisisi data gravitasi

Modul 3 Akuisisi data gravitasi Modul 3 Akuiii data gravitai 1. Lua Daerah Survey Lua daerah urvey dieuaikan dengan target yang diinginkan. Bila target anomaly berukuran lokal (cukup kecil), maka daerah urvey tidak perlu terlalu lua,

Lebih terperinci

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar.

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar. X. ANTENA X.1 PENDAHULUAN Dalam hubungan radio, baik pada pemancar maupun pada penerima elalu dijumpai antena. Antena adalah uatu item / truktur tranii antara gelombang yang dibimbing ( guided wave ) dan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem Laporan Praktikum Teknik Intrumentai dan Kendali Permodelan Sitem iuun Oleh : Nama :. Yudi Irwanto 0500456. Intan Nafiah 0500436 Prodi : Elektronika Intrumentai SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BAAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode ekperimen dengan deain Pottet-Only Control Deign. Adapun pola deain penelitian

Lebih terperinci

Analisis Tegangan dan Regangan

Analisis Tegangan dan Regangan Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : 3 SKS Analii Tegangan dan Regangan Pertemuan 1, 13 Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip TIU : Mahaiwa dapat menganalii

Lebih terperinci

Transformasi Laplace. Slide: Tri Harsono PENS - ITS. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS

Transformasi Laplace. Slide: Tri Harsono PENS - ITS. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS Tranformai Laplace Slide: Tri Harono PENS - ITS 1 1. Pendahuluan Tranformai Laplace dapat digunakan untuk menyatakan model matemati dari item linier waktu kontinu tak ubah waktu, Tranformai Laplace dapat

Lebih terperinci

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF Bab E, Umpan Balik Negati Hal 217 BB 5E UMPN BLIK NEGTIF Dengan pemberian umpan balik negati kualita penguat akan lebih baik hal ini ditunjukkan dari : 1. pengutannya lebih tabil, karena tidak lagi dipengaruhi

Lebih terperinci

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya Kata engineer awam, deain balok beton itu cukup hitung dimeni dan jumlah tulangannya aja. Eit itu memang benar menurut mereka. Tapi, ebagai orang yang lebih mengerti truktur, apakah kita langung g mengiyakan?

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian ini dilakanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kela VII emeter genap Tahun Pelajaran 0/0, SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung memiliki jumlah

Lebih terperinci

Pengendalian Kadar Keasaman (ph) Pada Sistem Hidroponik Stroberi Menggunakan Kontroler PID Berbasis Arduino Uno

Pengendalian Kadar Keasaman (ph) Pada Sistem Hidroponik Stroberi Menggunakan Kontroler PID Berbasis Arduino Uno Pengendalian Kadar Keaaman (ph) Pada Sitem Hidroponik Stroberi Menggunakan Kontroler PID Berbai Arduino Uno Ika Kutanti, Pembimbing : M. Aziz Mulim, Pembimbing : Erni Yudaningtya. Abtrak Pengendalian kadar

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI 26 BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI Pada tei ini akan dilakukan pemodelan matemati peramaan lingkar tertutup dari item pembangkit litrik tenaga nuklir. Pemodelan matemati dibentuk dari pemodelan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka 1. Pendahuluan Komunikai merupakan kebutuhan paling menonjol pada kehidupan manuia. Pada awal perkembangannya ebuah pean diampaikan ecara langung kepada komunikan. Namun maalah mulai muncul ketika jarak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dekripi Data Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media Audio Viual dengan metode Reading Aloud terhadap hail belajar iwa materi العنوان, maka penuli melakukan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Penelitian ini menggunakan penelitian ekperimen. Subyek penelitiannya dibedakan menjadi kela ekperimen dan kela kontrol. Kela ekperimen diberi perlakuan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

TE Dasar Sistem Pengaturan. Kontroler

TE Dasar Sistem Pengaturan. Kontroler TE09346 aar Sitem engaturan ontroler r. Jo ramudijanto, M.Eng. Juruan Teknik Elektro FT TS Telp. 5947302 Fax.593237 Email: jo@ee.it.ac.id aar Sitem engaturan - 06 efinii ontroler Struktur ontroler ontroler

Lebih terperinci

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA BAB III EACA ZAT DALAM SISTIM YAG MELIBATKA EAKSI KIMIA Pada Bab II telah dibaha neraca zat dalam yang melibatkan atu atau multi unit tanpa reaki. Pada Bab ini akan dibaha neraca zat yang melibatkan reaki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 88 BAB IV HASIL PEELITIA DA PEMBAHASA Dalam bab ini dipaparkan; a) hail penelitian, b) pembahaan. A. Hail Penelitian 1. Dekripi Data Dekripi hail penelitian yang diperoleh dari pengumpulan data menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan jaman yang cepat eperti ekarang ini, peruahaan dituntut untuk memberikan laporan keuangan yang benar dan akurat. Laporan keuangan terebut

Lebih terperinci

Pengendalian Kadar Keasaman (ph) Pada Pengendapan Tahu Menggunakan Kontroler PID Berbasis ATmega328

Pengendalian Kadar Keasaman (ph) Pada Pengendapan Tahu Menggunakan Kontroler PID Berbasis ATmega328 Pengendalian Kadar Keaaman (ph) Pada Pengendapan Tahu Menggunakan Kontroler PID Berbai ATmega38 Dyah Ayu Anggreini T, Retnowati, Rahmadwati. Abtrak Pengendalian kadar keaaman pada pengendapan tahu angat

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga Sudaryatno Sudirham Analii Keadaan Mantap angkaian Sitem Tenaga ii BAB 4 Motor Ainkron 4.. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah a atu jeni

Lebih terperinci

PEMODELAN KINEMATIKA SISTEM PENGARAHAN MISIL DENGAN PERHITUNGAN GANGGUAN PADA LANDASAN. Moh. Imam Afandi*) ABSTRACT

PEMODELAN KINEMATIKA SISTEM PENGARAHAN MISIL DENGAN PERHITUNGAN GANGGUAN PADA LANDASAN. Moh. Imam Afandi*) ABSTRACT PEMODELAN KINEMATIKA SISTEM PENGARAHAN MISIL DENGAN PERHITUNGAN GANGGUAN PADA LANDASAN Moh. Imam Afandi*) ABSTRACT Kinemati modeling of miile aiming ytem ha been done for a moing target with the alulation

Lebih terperinci

Gambar 1. Skematis Absorber Bertalam-jamak dengan Sistem Aliran Gas dan Cairannya

Gambar 1. Skematis Absorber Bertalam-jamak dengan Sistem Aliran Gas dan Cairannya Daar Teori Perhitungan Jumlah THP: BSORBER BERTLM -JMK G BEROPERSI SECR Counter-Current Counter-current Multi-tage borption (Tray aborber) Di dalam Menara brober Bertalam (tray aborber), berlangung operai

Lebih terperinci

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibaha mengenai perancangan dan realiai dari kripi meliputi gambaran alat, cara kerja ytem dan modul yang digunakan. Gambar 3.1 merupakan diagram cara kerja

Lebih terperinci

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA 227 BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA. Apakah cahaya terebut? 2. Bagaimana ifat perambatan cahaya? 3. Bagaimana ifat pemantulan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan ifat bayangan pada cermin? 5. Bagaimana

Lebih terperinci

Yusak Tanoto, Felix Pasila Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Surabaya 60236,

Yusak Tanoto, Felix Pasila Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Surabaya 60236, Tranformai Tegangan Tiga Faa Aimetri untuk DC-Link Voltage Control Menggunakan Kompenator LPF dan Perbandingan njuk Kerjanya dengan Kompenator PID Yuak Tanoto, Felix Paila Juruan Teknik Elektro, niverita

Lebih terperinci

METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR. Pendahuluan Karakteristik dasar tanggapan peralihan suatu sistem lingkar tertutup ditentukan oleh pole-pole lingkar tertutup. Jadi dalam persoalan analisis, perlu ditentukan

Lebih terperinci

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 )

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 ) MATEMATIKA IV MODUL 9 Tranformai Laplace Zuhair Juruan Teknik Elektro Univerita Mercu Buana Jakarta 2007 年 2 月 6 日 ( 日 ) Tranformai Laplace Tranformai Laplace adalah ebuah metode yangdigunakan untuk menyeleaikan

Lebih terperinci

STABILISASI SISTEM LINIER POSITIF MENGGUNAKAN STATE FEEDBACK

STABILISASI SISTEM LINIER POSITIF MENGGUNAKAN STATE FEEDBACK Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 105 109 ISSN : 2303 2910 c Juruan Matematika FMIPA UNAND STABILISASI SISTEM LINIER POSITIF MENGGUNAKAN STATE FEEDBACK ERIN DWI FENTIKA, ZULAKMAL Program Studi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah kondii alami dengan kepadatan rendah hingga edang cenderung mengalami deformai yang bear bila dilintai beban berulang kendaraan. Untuk itu, dibutuhkan uatu truktur

Lebih terperinci

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham Motor Ainkron Oleh: Sudaryatno Sudirham. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah atu jeni yang banyak dipakai adalah motor ainkron atau motor

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI Edi Sutomo Program Studi Magiter Pendidikan Matematika Program Paca Sarjana Univerita Muhammadiyah Malang Jln Raya

Lebih terperinci

Degradasi dan Agradasi Dasar Sungai

Degradasi dan Agradasi Dasar Sungai Degradai dan Agradai Daar Sungai Peramaan Saint Venant - Exner Model Parabolik Acuan Utama Graf and Altinakar, 1998, Fluvial Hydraulic: Chapter 6, pp. 358-370, J. Wiley and Son, Ltd., Suex, England. Degradai

Lebih terperinci

Bola Nirgesekan: Analisis Hukum Kelestarian Pusa pada Peristiwa Tumbukan Dua Dimensi

Bola Nirgesekan: Analisis Hukum Kelestarian Pusa pada Peristiwa Tumbukan Dua Dimensi Bola Nirgeekan: Analii Hukum Keletarian Pua pada Peritiwa Tumbukan Dua Dimeni Akhmad Yuuf 1,a), Toni Ku Indratno 2,b) 1,2 Laboratorium Teknologi Pembelajaran Sain, Fakulta Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan Metode PID Menggunakan Visual Basic 6.0 Dan Mikrokontroler ATmega 16

Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan Metode PID Menggunakan Visual Basic 6.0 Dan Mikrokontroler ATmega 16 Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan Metode PID Menggunakan Viual Baic 6.0 Dan Mikrokontroler ATmega 6 Muhammad Rizki Setiawan, M. Aziz Mulim dan Goegoe Dwi Nuantoro Abtrak Dalam penelitian ini telah diimplementaikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TINJAUAN KEPUSTAKAAN.1 Perenanaan Geometrik Jalan Perenanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perenanaan jalan yang difokukan pada perenanaan bentuk fiik jalan ehingga dihailkan jalan yang dapat

Lebih terperinci

Degradasi dan Agradasi Dasar Sungai

Degradasi dan Agradasi Dasar Sungai Degradai dan Agradai Daar Sungai Peramaan Saint Venant - Exner Model Parabolik Acuan Utama Graf and Altinakar, 1998, Fluvial Hydraulic: : Chapter 6, pp. 358 370, 370, J. Wiley and Son, Ltd., Suex, England.

Lebih terperinci

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan Bab 5 Migrai Pre-Stack Domain Kedalaman (Pre-tack Depth Migration - PSDM) Adanya truktur geologi yang komplek, dalam hal ini perubahan kecepatan dalam arah lateral memerlukan teknik terendiri dalam pengolahan

Lebih terperinci

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya.

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya. MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA FISIKA SET KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR a. Gerak Gerak adalah perubahan kedudukan uatu benda terhadap titik acuannya. B. Gerak Luru

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik TEKNOLOGI BETON Sifat Fiik dan Mekanik Beton, ejak dulu dikenal ebagai material dengan kekuatan tekan yang memadai, mudah dibentuk, mudah diproduki ecara lokal, relatif kaku, dan ekonomi. Agar menghailkan

Lebih terperinci

Transformasi Laplace

Transformasi Laplace Tranformai Laplace Muhafzan Agutu 22 Tranformai Laplace 3 Denii Tranformai Laplace Dalam bagian ini kita akan membicarakan ifat-ifat dan beberapa aplikai dari tranformai Laplace. Denii Diberikan uatu fungi

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB Jurnal Reaki (Journal of Science and Technology) Juruan Teknik imia oliteknik Negeri Lhokeumawe Vol.6 No.11, Juni 008 SSN 1693-48X ERANCANGAN SSTEM ENGENDAL D DENGAN BANTUAN METODE SMULAS SOFTWARE MATLAB

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi

Lebih terperinci

BAB 8 PEMODELAN DAN SIMULASI REAKTOR CSTR

BAB 8 PEMODELAN DAN SIMULASI REAKTOR CSTR BB 8 PEMODELN DN SIMULSI REKTOR STR Perhatian gambar eta 3 buah STR (ontinuou Stirred-Tan Reactor) iotermal di bawah ini: F 0 F F 2 F 3 V V 2 2 V 3 3 0 (t) (t) 2 (t) 3 (t) Ketiga STR itu digunaan untu

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki adalah motor litrik aru bolak-balik yang putaran rotornya tidak ama dengan putaran medan tator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada tator

Lebih terperinci

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA 243 BAB XV PEMBIASAN CAHAYA. Apakah yang dimakud dengan pembiaan cahaya? 2. Apakah yang dimakud indek bia? 3. Bagaimana iat-iat pembiaan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan iat bayangan pada lena? 5.

Lebih terperinci

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA BAB IV. PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA Bab ini membaha tentang pengujian pengaruh bear tahanan rotor terhadap tori dan efiieni motor induki. Hail yang diinginkan adalah

Lebih terperinci

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua Jurnal Gradien Vol. No. Juli 0 : -70 Kajian Solui Numerik Metode Runge-Kutta Nytrom Empat Dalam Menyeleaikan Peramaan Diferenial Linier Homogen Dua Zulfia Memi Mayaari, Yulian Fauzi, Cici Ratna Putri Jelita

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian quai experimental. Deain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak

Lebih terperinci

ELEKTROMAGNETIKA I. Modul 07 GELOMBANG DATAR PADA BAHAN

ELEKTROMAGNETIKA I. Modul 07 GELOMBANG DATAR PADA BAHAN LKTROMAGNTIKA I Modul 7 GLOMBANG DATAR PADA BAAN 1 LKTROMAGNTIKA I Materi : 7.1 Pendahuluan 7. Review Gel Datar Serbaama di udara 7.3 Gelombang Datar Serbaama di dielektrik 7.4 Gelombang Datar Serbaama

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE Oleh: Gondo Pupito Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, PSP - IPB Abtrak Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN MODEL DAN SIMULASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN MODEL DAN SIMULASI SISTEM BAB III PERANCANGAN MODEL DAN SIMULASI SISTEM 3.1 Pendahuluan Berikut diagram blok pemodelan ytem yang akan diimulaikan. Seluruh ytem dimodelkan dengan meggunakan program Matlab. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam uatu truktur bangunan beton bertulang khuunya pada kolom akan terjadi momen lentur dan gaya akial yang bekerja ecara berama ama. Momen - momen ini yang diakibatkan

Lebih terperinci

DEGRADASI DASAR SUNGAI Oleh : Imam Suhardjo. Abstraksi

DEGRADASI DASAR SUNGAI Oleh : Imam Suhardjo. Abstraksi DEGRADAI DAAR UNGAI Ole : Imam uardjo Abtraki Degradai daar ungai umumnya merupakan akibat adanya eroi dan ebagai perantara utama adala air yang dipengarui ole kecepatan aliran. tudi ini bertujuan mengidentifikai

Lebih terperinci

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com Bab Kubu dan Balok ujuan embelajaran etelah mempelajari bab ini iwa diharapkan mampu: Mengenal dan menyebutkan bidang, ruuk, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal kubu dan balok; Menggambar

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Kegiatan penelitian dilakanakan pada tanggal ampai dengan 4 April 03 di Madraah Ibtidaiyah Infarul Ghoy Plamonganari Pedurungan Semarang. Dalam penelitian

Lebih terperinci

III TRANSFORMASI. = ; (ad bc). Jika

III TRANSFORMASI. = ; (ad bc). Jika 10 III TRANSFORMASI 3.1 Tranformai Bilinear a + b Dari peramaan (2.30), yaitu = T( = ; (ad bc). Jika c + d maka peramaan terebut dapat dikalikan dengan c + d, ehingga diperoleh c + d = a + b. Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. Waktu Penelitian Penelitian dilakanakan pada 4 Februari 5 Maret 0.. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakanakan di SMP Ilam Al-Kautar

Lebih terperinci

BANK SOAL DASAR OTOMATISASI

BANK SOAL DASAR OTOMATISASI BANK SOAL DASA OTOMATISASI 6 iv DAFTA ISI Halaman Bio Data Singkat Penuli.... Kata Pengantar Daftar Ii i iii iv Pemodelan Blok Diagram Sitem..... Analia Sitem Fiik Menggunakan Peramaan Diferenial......

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI OTOMATIS Fungsi Alih dan Diagram Blok

SISTEM KENDALI OTOMATIS Fungsi Alih dan Diagram Blok SISTEM KENDALI OTOMATIS Fungi Alih dan Diagram Blok Model Matemati Sitem Peramaan matemati yang menunjukkan hubungan antara input dan output item. Dengan mengetahui model matematinya, maka tingkah laku

Lebih terperinci