METODE PERSAMAAN DIOPHANTINE LINEAR DALAM PENENTUAN SOLUSI PROGRAM LINEAR INTEGER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE PERSAMAAN DIOPHANTINE LINEAR DALAM PENENTUAN SOLUSI PROGRAM LINEAR INTEGER"

Transkripsi

1 METODE PERSAMAAN DIOPHANTINE LINEAR DALAM PENENTUAN SOLUSI PROGRAM LINEAR INTEGER Asrul Syam Program Stui Teknik Informatika, STMIK Dipanegara, Makassar Abstrak Masalah optimasi merupakan bagian yang penting alam kehiupan manusia, bentuk optimasi tersebut apat berupa meminimalkan biaya atau memaksimalkan keuntungan iantara beberapa kenala keterbatasan yang aa, serta iharapkan solusi yang iberikan berupa bilangan bulat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan solusi optimum ari suatu fungsi tujuan alam program bilangan bulat engan menggunakan metoe persamaan Diophantine Linear. Metoe penelitian imulai engan membahas persamaan linear, program bilangan bulat, teori bilangan, teorema Eucli, teorema sisa china, serta metoe algoritma branch an boun an metoe cutting plane sebagai pembaning ari metoe baru yang akan ibangun, yaitu metoe persamaan Diophantine linear. Ketiga metoe tersebut iaplikasikan paa beberapa contoh kasus engan fungsi tujuan maksimum an minimum untuk 2 an 3 variabel, an juga apat iaplikasikan untuk kasus n variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa engan metoe persamaan Diophantine linear, lebih muah an efisien alam penentuan solusi optimum ari program bilangan bulat ibaningkan engan metoe branch an boun maupun metoe cutting plane. Kata kunci: Solusi optimum, persamaan Diophantine linear Abstract Optimization problems is an important part of human life, such optimization can be a form of minimizing costs or maximizing profits among several obstacles existing limitations, as well as the expecte solution given an integer. This stuy aims to etermine the optimum solution of an objective function in the program integers using Linear Diophantine equation. The research metho begins by iscussing linear equations, program integers, number theory, Eucli's theorem, china remainer theorem, as well as branch an boun algorithm metho an the metho of cutting plane as a comparison of the new metho to be constructe, the metho of linear Diophantine equation. These three methos are applie in a few cases with maximum an minimum objective function for 2 an 3 variables, an can also be applie to the case of n variables. The results showe that the metho of linear Diophantine equations, easier an more efficient in etermining the optimum solution of the program integers instea of the branch an boun an cutting plane methos. Keywors: Optimum Solutions, linear Diophantine equation 1. PENDAHULUAN Permasalahan optimasi merupakan bagian yang tiak lepas alam kehiupan manusia sehari-hari. Terkaang alam usaha untuk memenuhi kebutuhannya, manusia membutuhkan proses optimasi alam pekerjaannya. Bentuk optimasi tersebut, apat berupa meminimalkan biaya yang ikeluarkan atau juga apat berupa memaksimalkan penapatan yang ingin iperoleh [10]. Namun terapat kenala yang iperoleh ketika hasil (nilai variabel keputusan) yang iapatkan ari proses optimasi tersebut berupa bilangan pecahan, paahal hasil yang iharapkan tiak memungkinkan jika menggunakan bilangan pecahan. Oleh karena Receive June1 st,2012; Revise June25 th, 2012; Accepte July 10 th, 2012

2 itu, iperlukan proses optimasi engan menggunakan metoe integer programming untuk menyelesaikan masalah tersebut.[8] Aapun metoe untuk menapatkan solusi ari integer programming yang berupa bilangan bulat, yaitu engan menggunakan algoritma Branch an Boun[1], algoritma Cutting Plane [5] an metoe persamaan Diophantine linear [6]. Untuk kasus optimasi yang cukup besar atau teriri ari beberapa variabel, Algoritma Branch an Boun an algoritma Cutting Plane tiak efektif iterapkan, karena keua metoe tersebut membutuhkan proses yang panjang alam hal iterasi, sehingga membutuhkan waktu yang lama alam pemprosesan hasilnya [1]. Solusi Integer Programming engan metoe persamaan Diophantine linear, pertama kali ikaji oleh Risnawati ibnas [6], sehingga mampu memperoleh solusi bilangan bulat engan cepat an tepat, namun hanya terbatas paa masalah fungsi tujuan yang maksimal. Sehingga perlu untuk melanjutkan penelitian tersebut, yaitu menentukan solusi bilangan bulat ari Integer Programming engan menggunakan metoe Diophantine Linear yang mampu mencakup semua kasus optimasi, yaitu memaksimalkan atau meminimalkan fungsi tujuan. 2. BAHAN &METODE PENELITIAN Metoe penelitian ini berbentuk kajian pustaka (stui literatur). Secara umum esain penelitian yang ilakukan aalah, ientifikasi masalah, stui literatur mengenai program linear, menentukan solusi lain ari satu solusi yang iketahui ari persamaan iophantine linear untuk 2 variabel an n variabel, membangun langkah penyelesaian program bilangan bulat engan menggunakan metoe persamaan Diophantine linear, serta mengaplikasikan alam beberapa contoh kasus yang memuat 2 an 3 variabel untuk fungsi tujuan yang maksimum maupun untuk fungsi tujuan yang minimum. Aapun alat bantu komputasi yang igunakan paa penelitian ini aalah POM for Winows 3 an Geogebra. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Metoe Persamaan Diophantine Linear paa Program Linear Integer 2 Variabel Diberikan masalah program linear integer 2 variabel engan beberapa kenala sebagai berikut Maks/Min: z = c 1 x 1 + c 2 x 2 Kenala a 11 x 1 + a 12 x 2 b 1 atau b 1 a 21 x 1 + a 22 x 2 b 1 atau b 2 (1) a m1 x 1 + a m2 x 2 b m atau b m Dengan x i 0 Berikut ini langkah-langkah aplikasi persamaan Diophantine linear 2 variabel alam penentuan solusi Program linear integer 2 variabel (1)untuk fungsi tujuan yang maksimal. Langkah pertama, terlebih ahulu mencari solusi program bilangan bulat engan menggunakan metoe grafik atau metoe simplex ari persamaan (1) sehingga iperoleh z opt engan x 1 = x 1 an x 2 = x 2. Jika x 1 an x 2 bilangan bulat maka langkah selesai, namun jika tiak bulat, maka lanjut ke langkah selanjutnya. Langkah keua, yaitu mengubah nilai z opt menjai z 1 imana nilai z 1 merupakan bilangan bulat terbesar yang kurang ari z opt, sehingga fungsi tujuan ari (1) apat ituliskan menjai c 1 x 1 + c 2 x 2 = z 1 (2)

3 Dimana persamaan (2) merupakan persamaan Diophantine Linear engan 2 variabel. Persamaan (2) hanya memiliki solusi bulat jika z 1 engan = gc(c 1, c 2. Anggap solusi bulat awal yang iperoleh ari (2) aalah (x 1,x 2 ), maka solusi bulat yang lain yang memenuhi (2) an fungsi kenala paa (1) apat iperoleh ari persamaan x 1 = x 1 + ( b ). t an x 2 = x 2 ( a ). t (3) Jika iperoleh solusi bulat paa persamaan (3), maka langkah selesai tetapi jika tiak iperoleh solusi bulat, maka lanjut ke langkah selanjutnya, yaitu mengubah nilai z 1 menjai z 2 engan z 2 = z 1 1, kemuian mengulangi langkah keua hingga langkah terakhir sampai iperoleh solusi bulat yang memenuhi fungsi kenala ari suatu fungsi tujuan (1). Berikut ini langkah-langkah aplikasi persamaan Diophantine linear 2 variabel alam penentuan solusi Program linear integer 2 variabel (1) untuk fungsi tujuan yang minimal. Langkah pertama, terlebih ahulu mencari solusi program bilangan bulat engan menggunakan metoe grafik atau metoe simplex ari persamaan (1) sehingga iperoleh z opt engan x 1 = x 1 an x 2 = x 2. Jika x 1 an x 2 bilangan bulat maka langkah selesai, namun jika tiak bulat, maka lanjut ke langkah selanjutnya. Langkah keua, yaitu mengubah nilai z opt menjai z 1 imana nilai z 1 merupakan bilangan bulat terbesar yang kurang ari z opt jika z opt bernilai negatif, an mengubah nilai z opt menjai z 1 imana nilai z 1 merupakan bilangan bulat terkecil yang lebih ari z opt jika z opt bernilai positif, sehingga fungsi tujuan ari (1) apat ituliskan menjai c 1 x 1 + c 2 x 2 = z 1 (4) Dimana persamaan (4) merupakan persamaan Diophantine Linear engan 2 variabel. Persamaan (4) hanya memiliki solusi bulat jika z 1 engan = gc(c 1, c 2 ). Anggap solusi bulat awal yang iperoleh ari (4) aalah (x 1,x 2 ), maka solusi bulat yang lain yang memenuhi (1.4) an fungsi kenala paa (1) apat iperoleh ari persamaan x 1 = x 1 + ( b ). t an x 2 = x 2 ( a ). t (5) Jika iperoleh solusi bulat paa persamaan (5), maka langkah selesai tetapi jika tiak iperoleh solusi bulat, maka lanjut ke langkah selanjutnya, yaitu mengubah nilai z 1 menjai z 2 engan z 2 = z 1 + 1, kemuian mengulangi langkah keua hingga langkah terakhir sampai iperoleh solusi bulat yang memenuhi fungsi kenala ari suatu fungsi tujuan (1). Metoe Persamaan Diophantine Linear paa Program Linear Integer n variabel Diberikan masalah program linear integern variabel sebagai berikut Maks/Min z = c 1 x 1 + c 2 x c n x n Kenala: a 11 x 1 + a 12 x a 1n x n b 1 atau b 1 a 21 x 1 + a 22 x a 2n x n b 2 atau b 2 (6) a m1 x 1 + a m2 x a mn x n b m atau b m Dengan x i 0; i = 1,2,, n Berikut ini langkah-langkah aplikasi persamaan Diophantine linear n variabel alam penentuan solusi Program linear integer n variabel (6 ) untuk fungsi tujuan yang maksimal. Langkah pertama, terlebih ahulu mencari solusi program bilangan bulat engan menggunakan metoe grafik atau metoe simplex ari persamaan (6) sehingga iperoleh z opt engan x 1 = x 1 ;x 2 = x 2 x n = x n.. Jika x 1 ;x 2 x n bilangan bulat maka langkah selesai, namun jika tiak bulat, maka lanjut ke langkah selanjutnya. Langkah keua, yaitu mengubah nilai z opt menjai z 1 imana nilai z 1 merupakan bilangan bulat terbesar yang kurang ari z opt, sehingga fungsi tujuan ari (6) apat ituliskan menjai

4 c 1 x 1 + c 2 x c n x n = z 1 (7) Dimana persamaan (7) merupakan persamaan Diophantine Linear engan n variabel. Persamaan (7) hanya memiliki solusi bulat jika z 1 engan = gc(c 1, c 2,, c n ). Anggap solusi bulat awal yang iperoleh ari (2) aalah (x 1,x 2, x n ), maka solusi bulat yang lain yang memenuhi (2) an fungsi kenala paa (1) apat iperoleh ari persamaan x 1 = x 1 + ( b ). t ; x 2 = x 2 ( c ). t ; ; x n = x n + ( a ). t. (8) Jika iperoleh solusi bulat paa persamaan (8), maka langkah selesai tetapi jika tiak iperoleh solusi bulat, maka lanjut ke langkah selanjutnya, yaitu mengubah nilai z 1 menjai z 2 engan z 2 = z 1 1, kemuian mengulangi langkah keua hingga langkah terakhir sampai iperoleh solusi bulat yang memenuhi fungsi kenala ari suatu fungsi tujuan (6). Berikut ini langkah-langkah aplikasi persamaan Diophantine linear n variabel alam penentuan solusi Program linear integer n variabel (6) untuk fungsi tujuan yang minimal. Langkah pertama, terlebih ahulu mencari solusi program bilangan bulat engan menggunakan metoe grafik atau metoe simplex ari persamaan (6) sehingga iperoleh z opt engan x 1 = x 1 ;x 2 = x 2 x n = x n.. Jika x 1 ;x 2 x n bilangan bulat maka langkah selesai, namun jika tiak bulat, maka lanjut ke langkah selanjutnya. Langkah keua, yaitu mengubah nilai z opt menjai z 1 imana nilai z 1 merupakan bilangan bulat terbesar yang kurang ari z opt jika z opt bernilai negatif, an mengubah nilai z opt menjai z 1 imana nilai z 1 merupakan bilangan bulat terkecil yang lebih ari z opt jika z opt bernilai positif, sehingga fungsi tujuan ari (1) apat ituliskan menjai c 1 x 1 + c 2 x c n x n = z 1 (9) Dimana persamaan (9) merupakan persamaan Diophantine Linear engan n variabel. Persamaan (9) hanya memiliki solusi bulat jika z 1 engan = gc(c 1, c 2,, c n ). Anggap solusi bulat awal yang iperoleh ari (9) aalah (x 1,x 2,, x n ), maka solusi bulat yang lain yang memenuhi (9) an fungsi kenala paa (1) apat iperoleh ari persamaan x 1 = x 1 + ( b ). t ; x 2 = x 2 ( c ). t ; ; x n = x n + ( a ). t (10) Jika iperoleh solusi bulat paa persamaan (10), maka langkah selesai tetapi jika tiak iperoleh solusi bulat, maka lanjut ke langkah selanjutnya, yaitu mengubah nilai z 1 menjai z 2 engan z 2 = z 1 + 1, kemuian mengulangi langkah keua hingga langkah terakhir sampai iperoleh solusi bulat yang memenuhi fungsi kenala an fungsi tujuan (6). Penelitian ini menunjukkan bahwa, engan menggunakan metoe persamaan Diophantine Linear, solusi ari program bilangan bulat engan fungsi tujuan yang maksimum ataupun fungsi tujuan minimum, apat iperoleh engan langkah yang lebih efektif ibaningkan engan metoe branch an boun an metoe cutting plane. Metoe branch an boun seniri hanya mampu menyelesaikan persoalan bilangan bulat yang teriri ari 2 variabel, an metoe cutting plane mampu menyelesaikan persoalan bilangan bulat yang lebih ari 2 variabel, namun terkenala paa langkah yang lebih rumit an panjang alam hal iterasi, sehingga membutuhkan waktu yang lama alam pemrosesan hasilnya [4]. Aapun untuk fungsi tujuan yang minimum, ipaparkan langkah-langkah penyelesaiannya seperti paa bab hasil i atas. Terapat seikit perbeaan paa langkah ke-3 yaitu, untuk nilai z opt yang bernilai positif, maka ilakukan pembulatan ke atas, seangkan untuk nilai z opt yang bernilai negatif, maka ilakukan pembulatan ke bawah. Hal ini mungkin saja apat terjai alam beberapa kasus optimasi yang fungsi tujuannya minimal, bahwa tiak semua fungsi tujuan yang minimal akan memberikan nilai negatif, tetapi juga bisa memberikan nilai positif [3]. Secara garis besar, persamaan Diophantine ibagi atas 2, yaitu persamaan Diophantine linear an persamaan Diophantine non linear yang bisa teriri ari n variabel. Paa tulisan ini, persamaan Diophantine yang ibahas ibatasi hanya paa persamaan Diophantinelinear engan 2 atau lebih variabel. Aapun bentuk paling seerhana ari persamaan Diophantine linear yaitu memuat 2 variabel, yang berbentuk :

5 ax + by = c (11) engan a, b, c Z. Solusi persamaan Diophantine (11) i atas aalah semua pasangan bilangan bulat (x, y) yang memenuhi persamaan (11) [5]. Teorema 1 Misalkana, b, c Z, enganaanbtiak keuanya nol an = gc (a, b). Maka persamaan Diophantineax + by = cmempunyai solusi jika an hanya jika c; alam kasus ini terapat tak berhingga banyak solusi. Solusi yang lain apat itentukan engan persamaan berikut yaitu : x = x 0 + b t, any = y 0 a t, untukt Z, engan (x 0, y 0 )aalah solusi awal. [2] Teorema 2 Jika a an b bilangan bulat positif, maka terapat bilangan bulat s an t sehingga gc(a, b) = sa + tb. Teorema 2 menjamin bahwa ari 2 buah bilangan bulat, maka selalu terapat sebuah bilangan bulat yang selanjutnya isebut gc (great common ivisor) [2] Lemma 1 Jika a, b, an c bilangan bulat positif sehinggagc(a, b) = 1ana bc, maka a c. Lemma 1 menunjukkan bahwa bilangan a a b isebut relatif prim [2] Teorema 3: Teorema Eucli Jika a = bq + r, engan a, b, q, an r Z. Maka gc(a, b) = gc(b, r). Berasarkan teorema Eucli iatas, maka nilai gc atau FPB ari ua buah bilangan bulat apat itentukan. Teorema ini juga apat iperluas untuk beberapa bilangan bulat [9] Algoritma Eucli yang Diperluas Dengan algoritma Eucli apat ihitung gc ari a an b. Sesuai teorema 3, terapat bilangan x an y engan gc(a, b) = ax + by. Selanjutnya algoritma Eucli apat iperluas seemikian sehingga apat igunakan untuk menghitung nilai x an ytersebut. Paa pembahasan algoritma Eucli bahwa iperoleh barisan sisa yaitu r 0, r 1, r 2,, r n an barisan hasil bagi q 1, q 2,, q n. Selanjutnya, icari barisan (x k ) an (y k ) yang iperoleh ari barisan sisa an hasil bagi seemikian hingga paa iterasi terakhir iperoleh x = ( 1) n. x n an y = ( 1) n. Pertama, itentukan nilai awal x 0 = 1, x 1 = 0, y 0 = 0, y 1 = 1. Selanjutnya, iberikan persamaan x k+1 = q k. x k + x k 1 an y k+1 = q k. y k + y k 1, 0 k < n. [6] Teorema 4: Teorema Sisa Cina (Chines Remainer Theorem) Jika m 1, m 2,, m n aalah bilangan bulat positif seemikian sehingga gc(m i, m j ) = 1 untuk i j. Sistem : x a 1 (mom 1 ), x a 2 (mom 2 ), x a n (mom n ), mempunyai sebuah solusi moulo m = m 1 m 2 m n (engan 0 x < m, an semua solusi kongruen engan moulo m) [7]. 4. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini apat isimpulkan bahwa metoe Persamaan Diophantine linear apat menentukan solusi ari program bilangan bulat secara akurat an tepat engan jumlah iterasi yang tiak panjang. Namun yang menjai kenala engan metoe persamaan

6 Diophantine linear terutama untuk jumlah variabel yang cukup banyak, yaitu sulitnya menentukan nilai awal ari program bilangan bulat yang harus memenuhi semua kenala program bilangan bulat yang aa 5. SARAN Diharapkan paa penelitian berikutnya, langkah-langkah yang ibangun apat lebih iseerhanakan an pengaplikasian metoe persamaan Diophantine linear tiak hanya terbatas paa program integer, tetapi juga apat i aplikasikan paa program integer campuran. UCAPAN TERIMA KASIH Penulismengucapkanterimakasihkepaa Prof. Dr. Syamsuiin Toaha, M.Sc an Dr. Jeffry Kusuma atas bimbingannya selama alam proses penyusuna artikel ilmiah ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Aprilia S. (2005). Aplikasi Algoritma Branch an Boun untuk menyelesaikan Integer Programming. Lab Ilmu an Rekayasa Komputer, Departemen Teknik Informatika ITB. [2] Bruce I. (2008). Linear Diophantine Equation. Diakses 13 Oktober Available from: Diophantine.pf [3] Davis T. (2006). Introuction to Diophantine Equation. Diakses 04 September Available from: [4] Enty N. (2006). Aplikasi Algoritma Branch An Boun Untuk menyelesaikan Integer Programming. Fakultas Teknik. Universitas Stikubank. Semarang [5] Ginan G. (2008). Teori Bilangan alam Persamaan Diophantine. Journal. Teknik elektro an Informatika, Institut Teknologi, Banung. [6] Ibnas R. (2012). Solusi Optimum Program Bilangan Bulat Dengan Metoe Linier Diopantine. Tesis tiak iterbitkan. Makassar: Program Pascasarjana Universitas Hasanuin. [7] Jong J.S. (2010). Riset Operasi alam Penekatan Algoritmis. Penerbit Ani: Yogyakarta. [8] Kurniawati R. & Soelaiman R. (2009). Penerapan Metoe Barvinok Rational Functions paa Optimasi Integer Programming, Jurusan Teknik Informatika, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya. [9] Munir R. (2004). Diktat Kuliah IF5054 Teori Bilangan (Number Theory). Program Stui Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro an Informatika, Institut Teknologi: Banung. [10] Siringoringo. (2005). Seri Teknik Riset Operasional Pemrograman Linear. Penerbit Graha Ilmu: Yogyakarta.

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang?

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang? Paa bab ini ipelajari aritmatika moular yaitu aritmatika tentang kelas-kelas ekuivalensi, imana permasalahan alam teori bilangan iseerhanakan engan cara mengganti setiap bilangan bulat engan sisanya bila

Lebih terperinci

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang?

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang? Paa bab ini ipelajari aritmatika moular yaitu aritmatika tentang kelas-kelas ekuivalensi, imana permasalahan alam teori bilangan iseerhanakan engan cara mengganti setiap bilangan bulat engan sisanya bila

Lebih terperinci

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n Oleh : JOHANES ARIF PURWONO 105 100 00 Pembimbing : Drs. Suhu Wahyui, MSi 131 651 47 ABSTRAK Graph aalah suatu sistem

Lebih terperinci

JUDUL PENUH MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL

JUDUL PENUH MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL Saintia Matematika Vol. XX, No. XX (XXXX), pp. 17 24. JUDUL PENUH MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL Penulis Abstrak. Ketikkan Abstrak Ana i sini. Sebaiknya tiak lebih ari 250 kata. Abstrak sebaiknya menjelaskan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian METODE PENELITIAN Data Inonesia merupakan salah satu negara yang tiak mempunyai ata vital statistik yang lengkap. Dengan memperhatikan hal tersebut, sangat tepat menggunakan Moel CPA untuk mengukur tingkat

Lebih terperinci

ISNN WAHANA Volume 68, Nomer 1, 1 Juni 2017 HUBUNGAN ANTARA DAERAH IDEAL UTAMA, DAERAH FAKTORISASI TUNGGAL, DAN DAERAH DEDEKIND

ISNN WAHANA Volume 68, Nomer 1, 1 Juni 2017 HUBUNGAN ANTARA DAERAH IDEAL UTAMA, DAERAH FAKTORISASI TUNGGAL, DAN DAERAH DEDEKIND HUBUNGAN ANTARA AERAH IEAL UTAMA, AERAH FATORISASI TUNGGAL, AN AERAH EEIN Eka Susilowati Fakultas eguruan an Ilmu Peniikan, Universitas PGRI Aibuana Surabaya eka50@gmailcom Abstrak Setiap aerah ieal utama

Lebih terperinci

Ax b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan

Ax b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan SOLUSI SISTEM PERSAMAAN LINIER PADA ALJABAR MAX-PLUS Bui Cahyono Peniikan Matematika, FSAINSTEK, Universitas Walisongo Semarang bui_oplang@yahoo.com Abstrak Dalam kehiupan sehari-hari seringkali kita menapatkan

Lebih terperinci

Mursyidah Pratiwi, Yuni Yulida*, Faisal Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat *

Mursyidah Pratiwi, Yuni Yulida*, Faisal Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat * Jurnal Matematika Murni an Terapan εpsilon ANALISIS MODEL PREDATOR-PREY TERHADAP EFEK PERPINDAHAN PREDASI PADA SPESIES PREY YANG BERJUMLAH BESAR DENGAN ADANYA PERTAHANAN KELOMPOK Mursyiah Pratiwi, Yuni

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH BAB 3 MODEL DASA DINAMIKA VIUS HIV DALAM TUBUH 3.1 Moel Dasar Moel asar inamika virus HIV alam tubuh menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut: Mula-mula tubuh alam keaaan tiak terinfeksi virus atau

Lebih terperinci

PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN. Hedwig A Tan 1, Ratna S Alifen 2

PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN. Hedwig A Tan 1, Ratna S Alifen 2 PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN Hewig A Tan, Ratna S Alifen ABSTRAK: Metoe penjawalan linier cocok untuk proyek engan aktivitas seerhana, an repetitif

Lebih terperinci

PENAKSIR PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL BERDASARKAN SENSOR TIPE I. Rizka Anggraini ABSTRACT

PENAKSIR PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL BERDASARKAN SENSOR TIPE I. Rizka Anggraini ABSTRACT PENAKSIR PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL BERDASARKAN SENSOR TIPE I Rizka Anggraini Mahasiswa Program Stui S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika an Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Kampus

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. II.1 Saham

BAB II DASAR TEORI. II.1 Saham BAB II DASAR TEORI Paa bab ini akan ijelaskan asar teori yang igunakan selama pelaksanaan Tugas Akhir ini: saham, analisis funamental, analisis teknis, moving average, oscillator, an metoe Relative Strength

Lebih terperinci

FUNGSI TRANSENDEN J.M. TUWANKOTTA

FUNGSI TRANSENDEN J.M. TUWANKOTTA FUNGSI TRANSENDEN J.M. TUWANKOTTA. Penekatan Kalkulus: menefinisikan fungsi logaritma natural sebagai integral Panang sebuah fungsi yang iefinisikan engan menggunakan integral: (.) L(x) = t t. Dari Teorema

Lebih terperinci

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI ANALISAPERITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI Nurnilam Oemiati Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammaiyah Palembang Email: nurnilamoemiatie@yahoo.com Abstrak paa

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFFERENSIAL. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika

PERSAMAAN DIFFERENSIAL. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika PERSAMAAN DIFFERENSIAL Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika Disusun oleh: Aurey Devina B 1211041005 Irul Mauliia 1211041007 Anhy Ramahan 1211041021 Azhar Fuai P 1211041025 Murni Mariatus

Lebih terperinci

PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN. Abstrak

PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN. Abstrak PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN Ruy Setiawan, ST., MT. Sukanto Tejokusuma, Ir., M.Sc. Jenny Purwonegoro, ST. Staf Pengajar Fakultas Staf Pengajar Fakultas Alumni Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor

Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor Perekonomian suatu negara igerakkan oleh pelaku-pelaku kegiatan ekonomi. Pelaku kegiatan ekonomi secara umum ikelompokkan kepaa empat pelaku, yaitu rumah tangga, perusahaan (swasta), pemerintah an ekspor-impor.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi

BAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi 16 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Umum Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton an baja. Kombinasi keuanya membentuk suatu elemen struktur imana ua macam komponen saling bekerjasama alam menahan beban

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI IMPLEMENTSI TEKNIK FETURE MORPHING PD CITR DU DIMENSI Luciana benego an Nico Saputro Jurusan Intisari Pemanfaatan teknologi animasi semakin meluas seiring engan semakin muah an murahnya penggunaan teknologi

Lebih terperinci

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA Salah satu metoe yang cukup penting alam matematika aalah turunan (iferensial). Sejalan engan perkembangannya aplikasi turunan telah banyak igunakan untuk biang-biang rekayasa

Lebih terperinci

Triwahyuni, et al., Optimalisasi Produksi Pada Perusahaan Roti Donna Jaya Barokah...

Triwahyuni, et al., Optimalisasi Produksi Pada Perusahaan Roti Donna Jaya Barokah... Triwahyuni, et al., Optimalisasi Prouksi Paa Perusahaan Roti Donna Jaya Barokah.... 1 OPTIMALISASI PRODUKSI PADA PERUSAHAAN ROTI DONNA JAYA BAROKAH JEMBER MELALUI PENDEKATAN GOAL PROGRAMMING Prouction

Lebih terperinci

, serta notasi turunan total ρ

, serta notasi turunan total ρ LANDASAN TEORI Lanasan teori ini berasarkan rujukan Jaharuin (4 an Groesen et al (99, berisi penurunan persamaan asar fluia ieal, sarat batas fluia ua lapisan an sistem Hamiltonian Penentuan karakteristik

Lebih terperinci

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP 8.. Penahuluan Lubang aalah bukaan paa ining atau asar tangki imana zat cair mengalir melaluinya. Lubang tersebut bisa berbentuk segi empat, segi tiga, ataupun lingkaran.

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL SIR PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN KRITERIA ROUTH-HURWITZ ABSTRACT

ANALISIS MODEL SIR PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN KRITERIA ROUTH-HURWITZ ABSTRACT ANALISIS MODEL SIR PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN KRITERIA ROUTH-HURWITZ Chintari Nurul Hananti 1 Khozin Mu tamar 2 12 Program Stui S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika an

Lebih terperinci

PENENTUAN SOLUSI SOLITON PADA PERSAMAAN KDV DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANH

PENENTUAN SOLUSI SOLITON PADA PERSAMAAN KDV DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANH Jurnal Matematika UNND Vol. 5 No. 4 Hal. 54 61 ISSN : 303 910 c Jurusan Matematika FMIP UNND PENENTUN SOLUSI SOLITON PD PERSMN KDV DENGN MENGGUNKN METODE TNH SILVI ROSIT, MHDHIVN SYFWN, DMI NZR Program

Lebih terperinci

IV. ANALISA RANCANGAN

IV. ANALISA RANCANGAN IV. ANALISA RANCANGAN A. Rancangan Fungsional Dalam penelitian ini, telah irancang suatu perontok pai yang mempunyai bentuk an konstruksi seerhana an igerakkan engan menggunakan tenaga manusia. Secara

Lebih terperinci

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr.

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr. Hukum Newton II : F = M a Oleh karena iameter pipa aalah konstan, maka kecepatan aliran i sepanjang pipa aalah konstan, sehingga percepatan aalah nol, rr rr( s) rs rs( r r) rrs sin o Bentuk tersebut apat

Lebih terperinci

PEMODELAN Deskripsi Masalah

PEMODELAN Deskripsi Masalah PEMODELAN Deskripsi Masalah Sebelum membuat penjawalan perkuliahan perlu iketahui semua mata kuliah yang itawarkan, osen yang mengajar, peserta perkuliahan, bobot sks an spesifikasi ruang yang iperlukan.

Lebih terperinci

PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU

PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU Perbeaan pokok antara mekanika newton an mekanika kuantum aalah cara menggambarkannya. Dalam mekanika newton, masa epan partikel telah itentukan oleh keuukan

Lebih terperinci

Penerapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Meubel Rotan

Penerapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Meubel Rotan Jurnal Graien Vol 8 No 1 Januari 2012:775-779 Penerapan Aljabar Max-Plus Paa Sistem Prouksi Meubel Rotan Ulfasari Rafflesia Jurusan Matematika, Fakultas Matematika an Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS CLUSTER PSIKOGRAFIS KONSUMEN KEDIRI TOWN SQUARE (CLUSTER ANALYSIS PSYCHOGRAPHIC CONSUMERS KEDIRI TOWN SQUARE)

ANALISIS CLUSTER PSIKOGRAFIS KONSUMEN KEDIRI TOWN SQUARE (CLUSTER ANALYSIS PSYCHOGRAPHIC CONSUMERS KEDIRI TOWN SQUARE) ANALISIS CLUSTER PSIKOGRAFIS KONSUMEN KEDIRI TOWN SQUARE (CLUSTER ANALYSIS PSYCHOGRAPHIC CONSUMERS KEDIRI TOWN SQUARE) Amin Tohari Universitas Nusantara PGRI Keiri, amin.tohari@unpkeiri.ac.i Abstrak Perkembangan

Lebih terperinci

Bagian 3 Differensiasi

Bagian 3 Differensiasi Bagian Differensiasi Bagian Differensiasi berisi materi tentang penerapan konsep limit untuk mengitung turunan an berbagai teknik ifferensial. Paa penerapan konsep limit, Ana akan iperkenalkan engan konsep

Lebih terperinci

ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT 1 Safa at Yulianto, Kishera Hilya Hiayatullah 1, Ak. Statistika Muhammaiyah Semarang

Lebih terperinci

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pengaruh Moel Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Stuent Teams Achievement Division) PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA

Lebih terperinci

matriks A. PENGERTIAN MATRIKS Persija Persib baris

matriks A. PENGERTIAN MATRIKS Persija Persib baris Kolom 1. Pengertian Matriks matriks A. PENGERTIAN MATRIKS Dalam kehiupan sehari-hari an alam matematika, berbagai keterangan seringkali isajikan alam bentuk matriks. Contoh 1: Hasil pertaningan grup I

Lebih terperinci

Metode Nonparametrik untuk Menaksir Koefisien Korelasi Parsial

Metode Nonparametrik untuk Menaksir Koefisien Korelasi Parsial Prosiing Statistika ISSN 46-6456 Metoe Nonparametrik untuk Menaksir Koeisien Korelasi Parsial 1 Silmi Kaah, Anneke Iswani Ahma, 3 Lisnur Wachiah 1,,3 Statistika, Fakultas MIPA, Universitas Islam Banung,

Lebih terperinci

ANALISIS FUNDAMENTAL SAMPLING ERROR TERHADAP QUALITY ASSURANCE DAN QUALITY CONTROL, KAB. LUWU TIMUR, SULAWESI SELATAN

ANALISIS FUNDAMENTAL SAMPLING ERROR TERHADAP QUALITY ASSURANCE DAN QUALITY CONTROL, KAB. LUWU TIMUR, SULAWESI SELATAN ANALISIS FUNDAMENTAL SAMPLING ERROR TERHADAP QUALITY ASSURANCE DAN QUALITY CONTROL, KAB. LUWU TIMUR, SULAWESI SELATAN Inri Warani AS 1, Djamuin 2, Hasbi Bakri 1 * 1. Jurusan Teknik Pertambangan Universitas

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Multi-criteria Decision Aid dalam Proses Pemilihan Supplier

Penggunaan Metode Multi-criteria Decision Aid dalam Proses Pemilihan Supplier Performa (24) Vol. 3, No.2: 62-7 Penggunaan Metoe Multi-criteria Decision Ai alam Proses Pemilihan Supplier Inra Cahyai Jurusan Teknik an Manajemen Inustri, Universitas Trunojoyo Maura Abstract Noways,

Lebih terperinci

Solusi Tutorial 6 Matematika 1A

Solusi Tutorial 6 Matematika 1A Solusi Tutorial 6 Matematika A Arif Nurwahi ) Pernyataan benar atau salah. a) Salah, sebab ln tiak terefinisi untuk 0. b) Betul. Seerhananya, titik belok apat ikatakan sebagai lokasi perubahan kecekungan.

Lebih terperinci

BAB V KAPASITOR. (b) Beda potensial V= 6 volt. Muatan kapasitor, q, dihitung dengan persamaan q V = ( )(6) = 35, C = 35,4 nc

BAB V KAPASITOR. (b) Beda potensial V= 6 volt. Muatan kapasitor, q, dihitung dengan persamaan q V = ( )(6) = 35, C = 35,4 nc BAB KAPASITOR ontoh 5. Definisi kapasitas Sebuah kapasitor 0,4 imuati oleh baterai volt. Berapa muatan yang tersimpan alam kapasitor itu? Jawab : Kapasitas 0,4 4 0-7 ; bea potensial volt. Muatan alam kapasitor,,

Lebih terperinci

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur Mata Kuliah Koe SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Kombinasi Gaya Tekan an Lentur Pertemuan 9,10,11 Sub Pokok Bahasan : Analisis an Desain Kolom Penek Kolom aalah salah satu komponen struktur

Lebih terperinci

=== BENTUK KANONIK DAN BENTUK BAKU ===

=== BENTUK KANONIK DAN BENTUK BAKU === TEKNIK DIGITL === ENTUK KNONIK DN ENTUK KU === entuk Kanonik yaitu Fungsi oolean yang iekspresikan alam bentuk SOP atau POS engan minterm atau maxterm mempunyai literal yang lengkap. entuk aku yaitu Fungsi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT UKUR UJI TEKANAN DAN LAJU ALIRAN FLUIDA MENGGUNAKAN POMPA CENTRIFUGAL

RANCANG BANGUN ALAT UKUR UJI TEKANAN DAN LAJU ALIRAN FLUIDA MENGGUNAKAN POMPA CENTRIFUGAL Jurnal J-Ensitec: Vol 0 No. 0, Mei 06 RANCANG BANGUN ALAT UKUR UJI TEKANAN DAN LAJU ALIRAN FLUIDA MENGGUNAKAN POMPA CENTRIFUGAL Gugun Gunai, Asep Rachmat, Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Majalengka

Lebih terperinci

Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multiple Intelligences dengan Kooperatif Tipe STAD

Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multiple Intelligences dengan Kooperatif Tipe STAD Perbaningan Moel Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multiple Intelligences engan Kooperatif Tipe STAD Perbaningan Moel Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multiple Intelligences engan Kooperatif Tipe STAD terhaap

Lebih terperinci

SYARAT CUKUP UNTUK OPTIMALITAS MASALAH KONTROL KUADRATIK LINIER

SYARAT CUKUP UNTUK OPTIMALITAS MASALAH KONTROL KUADRATIK LINIER Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 2 Hal. 63 7 ISSN : 233 291 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND SYARAT CUKUP UNTUK OPTIMALITAS MASALAH KONTROL KUADRATIK LINIER SUCI FRATAMA SARI Program Stui Matematika,

Lebih terperinci

GROUP YANG DIBANGUN OPERATOR LINEAR TERBATAS SEBAGAI SUATU PENYELESAIAN MCA HOMOGEN

GROUP YANG DIBANGUN OPERATOR LINEAR TERBATAS SEBAGAI SUATU PENYELESAIAN MCA HOMOGEN M-10 GROUP YANG DIBANGUN OPERATOR LINEAR TERBATAS SEBAGAI SUATU PENYELESAIAN MCA HOMOGEN Susilo Hariyanto Departemen Matematika Fakultas Sains an Matematika Universitas Diponegoro Semarang sus2_hariyanto@yahoo.co.i

Lebih terperinci

KULIAH- 3 ELASTISITAS (Quantitative Demand Analysis)

KULIAH- 3 ELASTISITAS (Quantitative Demand Analysis) 1 KULIAH- 3 ELASTISITAS (Quantitative Deman Analysis) Telah kita pelajari bahwa permintaan suatu barang (eman) (Q ) : ipengaruhi oleh : Harga P, Harga barang substitusi/komplementer = P y, Income ari konsumen

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS/KALKULUS1

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS/KALKULUS1 Jurusan Matematika FMIPA IPB UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS/KALKULUS1 Sabtu, 4 Maret 003 Waktu : jam SETIAP NOMOR MEMPUNYAI BOBOT 10 1. Tentukan: (a) (b) x sin x x + 1 ; x (cos (x 1)) :. Diberikan fungsi

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BB III PROSES PERNCNGN DN PERHITUNGN 3.1 Diagram alir penelitian MULI material ie an material aluminium yang iekstrusi Perancangan ie Proses pembuatan ie : 1. Pemotongan bahan 2. Pembuatan lubang port

Lebih terperinci

BAB VI. FUNGSI TRANSENDEN

BAB VI. FUNGSI TRANSENDEN BAB VI. FUNGSI TRANSENDEN Fungsi Logaritma Natural Fungsi Balikan (Invers) Fungsi Eksponen Natural Fungsi Eksponen Umum an Fungsi Logaritma Umum Masalah Laju Perubahan Seerhana Fungsi Trigonometri Balikan

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN PENYEDIAAN FASILITAS TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA PT. KERETA API INDONESIA (KAI) PALEMBANG

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN PENYEDIAAN FASILITAS TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA PT. KERETA API INDONESIA (KAI) PALEMBANG PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN PENYEDIAAN FASILITAS TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA PT. KERETA API INDONESIA (KAI) PALEMBANG Inah Permata Sari 1, Heriyanto 2, Irwan Septayua 2 Dosen Universitas Bina

Lebih terperinci

BAB III INTERFERENSI SEL

BAB III INTERFERENSI SEL BAB NTEFEENS SEL Kinerja sistem raio seluler sangat ipengaruhi oleh faktor interferensi. Sumber-sumber interferensi apat berasal ari ponsel lainya ialam sel yang sama an percakapan yang seang berlangsung

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN SISWA BARU DENGAN METODE PROMETHEE (STUDI KASUS SD PLUS NURUL HIKMAH PAMEKASAN)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN SISWA BARU DENGAN METODE PROMETHEE (STUDI KASUS SD PLUS NURUL HIKMAH PAMEKASAN) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN SISWA BARU DENGAN METODE PROMETHEE (STUDI KASUS SD PLUS NURUL HIKMAH PAMEKASAN) Ubaii Teknik Informatika Universitas Maura ube_gvc@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

METODE MATRIK APLIKASI METODE MATRIK UNTUK ANALISA STRUKTUR BALOK

METODE MATRIK APLIKASI METODE MATRIK UNTUK ANALISA STRUKTUR BALOK METOE MATRIK APIKASI METOE MATRIK UNTUK ANAISA STRUKTUR BAOK PENGERTIAN UMUM Metoe matrik aalah suatu pemikiran baru paa analisa struktur, yang berkembang bersamaan engan populernya penggunaan computer

Lebih terperinci

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA 3.1 Spesifikasi kamera Kamera yang igunakan alam percobaan paa tugas akhir ini aalah kamera NIKON Coolpix 7900, engan spesifikasi sebagai berikut : Resolusi maksimum :

Lebih terperinci

Bagaimana cara menyelesaikan persoalan Linier Programming and Integer Programming dengan

Bagaimana cara menyelesaikan persoalan Linier Programming and Integer Programming dengan I. Pendahuluan A. Latar Belakang (Min. 1 lembar) B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang ada pada modul 1 ini adalah : Bagaimana cara menyelesaikan persoalan Linier Programming and Integer Programming

Lebih terperinci

Praktikum Total Quality Management

Praktikum Total Quality Management Moul ke: 09 Dr. Fakultas Praktikum Total Quality Management Aries Susanty, ST. MT Program Stui Acceptance Sampling Abstract Memberikan pemahaman tentang rencana penerimaan sampel, baik satu tingkat atau

Lebih terperinci

=== PERANCANGAN RANGKAIAN KOMBINASIONAL ===

=== PERANCANGAN RANGKAIAN KOMBINASIONAL === TKNIK IITL === PRNNN RNKIN KOMINSIONL === Rangkaian logika atau igital apat ibagi menjai 2 bagian yaitu:. Rangkaian Kombinasional, aalah suatu rangkaian logika yang keaaan keluarannya hanya ipengaruhi

Lebih terperinci

Suatu persamaan diferensial biasa orde n adalah persamaan bentuk :

Suatu persamaan diferensial biasa orde n adalah persamaan bentuk : PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA PERSAMAAN DIFERENSIAL Suatu persamaan iferensial biasa ore n aalah persamaan bentuk : F n, ', '', ''',......, 0 Yang menatakan hubungan antara, fungsi () an turunanna ', '',

Lebih terperinci

PERANCANGAN WEBSITE DEKRANASDA KOTA SURABAYA DENGAN KONSEP MY SECOND CRAFT WORKBENCH

PERANCANGAN WEBSITE DEKRANASDA KOTA SURABAYA DENGAN KONSEP MY SECOND CRAFT WORKBENCH Tugas Akhir PERANCANGAN WEBSITE DEKRANASDA KOTA SURABAYA DENGAN KONSEP MY SECOND CRAFT WORKBENCH Mirza Ali : 3407100047 Ientifikasi Masalah 1. Jumlah anggota Dekranasa saat ini berjumlah 236, namun 164

Lebih terperinci

Differentiation. By : Zhafir Aglna Tijani

Differentiation. By : Zhafir Aglna Tijani Differentiation By : Zhafir Aglna Tijani Definisi Differentiation f ( x) h lim 0 ( x ( x) F (x) menggambarkan rate of change ari f(x) ( Rasio perubahan fungsi f(x) paa tiap x ) Sangat berguna untuk memahami

Lebih terperinci

Perbaikan Kualitas Arus Output pada Buck-Boost Inverter yang Terhubung Grid dengan Menggunakan Metode Feed-Forward Compensation (FFC)

Perbaikan Kualitas Arus Output pada Buck-Boost Inverter yang Terhubung Grid dengan Menggunakan Metode Feed-Forward Compensation (FFC) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (01) 1-6 1 Perbaikan Kualitas Arus Output paa Buck-Boost Inverter yang Terhubung Gri engan Menggunakan Metoe Fee-Forwar Compensation (FFC) Faraisyah Nugrahani, Deet

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI VAKSINASI KONTINU PADA MODEL EPIDEMIK SVIRS

PENGARUH STRATEGI VAKSINASI KONTINU PADA MODEL EPIDEMIK SVIRS SEMIRATA MIPAnet 27 24-26 Agustus 27 UNSRAT, Manao PENGARUH STRATEGI VAKSINASI KONTINU PADA MODEL EPIDEMIK SVIRS TONAAS KABUL WANGKOK YOHANIS MARENTEK Universitas Universal Batam, tonaasmarentek@gmail.com,

Lebih terperinci

dan E 3 = 3 Tetapi integral garis dari keping A ke keping D harus nol, karena keduanya memiliki potensial yang sama akibat dihubungkan oleh kawat.

dan E 3 = 3 Tetapi integral garis dari keping A ke keping D harus nol, karena keduanya memiliki potensial yang sama akibat dihubungkan oleh kawat. E 3 E 1 -σ 3 σ 3 σ 1 1 a Namakan keping paling atas aalah keping A, keping keua ari atas aalah keping B, keping ketiga ari atas aalah keping C an keping paling bawah aalah keping D E 2 muatan bawah keping

Lebih terperinci

SOLUSI NUMERIK MODEL REAKSI-DIFUSI (TURING) DENGAN METODE BEDA HINGGA IMPLISIT

SOLUSI NUMERIK MODEL REAKSI-DIFUSI (TURING) DENGAN METODE BEDA HINGGA IMPLISIT SOLUSI NUMERIK MODEL REAKSI-DIFUSI (TURING) DENGAN METODE BEDA HINGGA IMPLISIT Junik Rahayu, Usman Pagalay, an 3 Ari Kusumastuti,,3 Jurusan Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang e-mail: rahayujunik@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok II, Teknik Elektro, Unhas

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok II, Teknik Elektro, Unhas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika asar II merupakan matakuliah lanjutan ari matematika asar I yang telah ipelajari paa semester sebelumnya. Matematika asar II juga merupakan matakuliah pengantar

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Training, Evaluation, Kirkpatrick Model, Employees. 376 Hania Aminah. Hania Aminah Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta

ABSTRACT. Keywords: Training, Evaluation, Kirkpatrick Model, Employees. 376 Hania Aminah. Hania Aminah Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta MODEL EVALUASI KIRIKPATRICK DAN APLIKASINYA DALAM PELAKSANAAN PELATIHAN (LEVEL REAKSI DAN PEMBELAJARAN) DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERUM JAKARTA Hania Aminah Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri

Lebih terperinci

ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA

ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA Vol. 9 No. 1 Juni 1 : 53 6 ISSN 1978-365 ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA Slamet Pusat Penelitian an Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan an

Lebih terperinci

TURUNAN FUNGSI (DIFERENSIAL)

TURUNAN FUNGSI (DIFERENSIAL) TURUNAN FUNGSI (DIFERENSIAL) A. Pengertian Derivatif (turunan) suatu fungsi. Perhatikan grafik fungsi f( (pengertian secara geometri) ang melalui garis singgung. f( f( f(+ Q [( +, f ( + ] f( P (, f ( )

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC

BAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC BAB ANAL DAN MNMA RAK EGANGAN DAN ARU DC. Penahuluan ampai saat ini, penelitian mengenai riak sisi DC paa inverter PWM lima-fasa paa ggl beban sinusoial belum pernah ilakukan. Analisis yang ilakukan terutama

Lebih terperinci

Jurnal Teknika ISSN : Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 201

Jurnal Teknika ISSN : Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 201 akultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 20 PEMBUATAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI POTENSIAL DENGAN METODE PROMETHEE II Ahma Jalaluin )

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA DARI POPULASI PENDERITA DIABETES MELLITUS

ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA DARI POPULASI PENDERITA DIABETES MELLITUS KNM XVI 3-6 Juli 01 UNPAD, Jatinangor ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA DARI POPULASI PENDERITA DIABETES MELLITUS NANIK LISTIANA 1, WIDOWATI, KARTONO 3 1,,3 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

OPTIMASI PARAMETER DALAM ANALISIS CREEP DAN FATIQUE TERHADAP MATERIAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMASI PARAMETER DALAM ANALISIS CREEP DAN FATIQUE TERHADAP MATERIAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Optimalisasi Parameter alam Analisis Creep an Fatique Terhaap Material Menggunakan Algoritma Genetika OPTIMASI PARAMETER DALAM ANALISIS CREEP DAN FATIQUE TERHADAP MATERIAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 GHz DAN 3,3 GHz

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 GHz DAN 3,3 GHz PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 DAN 3,3 Zul Hariansyah Hutasuhut, Ali Hanafiah Rambe Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

Data Mining. Metode Klasterisasi K-Means

Data Mining. Metode Klasterisasi K-Means Data Mining Metoe Klasterisasi K-Means Pokok Pembahasan. Konsep Dasar Clustering. Tahapan Clustering. K-Means Clustering Algoritma K-Means Rumus Umum K-Means 4. Case Stu Konsep Dasar Klusterisasi Data,

Lebih terperinci

PENENTUAN RUMUS KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN UJI KEKERASAN VICKERS

PENENTUAN RUMUS KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN UJI KEKERASAN VICKERS 3 ISSN 016-318 PENENTUAN RUMUS KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN UJI KEKERASAN VICKERS Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Serpong. ABSTRAK PENENTUAN RUMUS KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN UJI KEKERASAN VICKERS.

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER COPULA ARCHIMEDEAN DAN APLIKASINYA PADA KLIMATOLOGI

ESTIMASI PARAMETER COPULA ARCHIMEDEAN DAN APLIKASINYA PADA KLIMATOLOGI ESTIMASI PARAMETER COPULA ARCHIMEDEAN DAN APLIKASINYA PADA KLIMATOLOGI Irwan Syahrir Ismaini Zaini, Heri Kuswanto 2 Mahasiswa Magister Jurusan Statistika ITS, 2 Dosen Jurusan Statistika ITS. email : irwansyahrir@ymail.com

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Linear Programming Linear Programming (LP) merupakan metode yang digunakan untuk mencapai hasil terbaik (optimal) seperti keuntungan maksimum atau biaya minimum dalam model matematika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas di antara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan cara

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 11 : METODE PENGUKURAN LUAS

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 11 : METODE PENGUKURAN LUAS SURVEYING (CIV-04) PERTEMUAN : METODE PENGUKURAN LUAS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevar Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaa Tangerang Selatan 54 MANFAAT PERHITUNGAN LUAS Pengukuran luas ini ipergunakan

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA BRANCH AND BOUND UNTUK MENYELESAIKAN INTEGER PROGRAMMING. Enty Nur Hayati Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang

APLIKASI ALGORITMA BRANCH AND BOUND UNTUK MENYELESAIKAN INTEGER PROGRAMMING. Enty Nur Hayati Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang 2010 Enty Nur Hayati 13 APLIKASI ALGORITMA BRANCH AND BOUND UNTUK MENYELESAIKAN INTEGER PROGRAMMING Enty Nur Hayati Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang DINAMIKA TEKNIK Vol. IV, No. 1 Januari

Lebih terperinci

1.1. Sub Ruang Vektor

1.1. Sub Ruang Vektor 1.1. Sub Ruang Vektor Dalam membiarakan ruang vektor, tiak hanya vektoer-vektornya saja yang menarik, tetapi juga himpunan bagian ari ruang vektor tersebut yang membentuk ruang vektor lagi terhaap operasi

Lebih terperinci

BAB 7 P A S A K. Gambar 1. Jenis-Jenis Pasak

BAB 7 P A S A K. Gambar 1. Jenis-Jenis Pasak BAB 7 P A S A K Pasak atau keys merupakan elemen mesin yang igunakan untuk menetapkan atau mengunci bagian-bagian mesin seperti : roa gigi, puli, kopling an sprocket paa poros, sehingga bagian-bagian tersebut

Lebih terperinci

Sistem Informasi Seminar dan Sidang Tugas Akhir Program Studi Teknik Informatika Universitas Tanjungpura

Sistem Informasi Seminar dan Sidang Tugas Akhir Program Studi Teknik Informatika Universitas Tanjungpura Jurnal an Teknologi Informasi (JUSTIN) Vol. 1, No. 1, (2016) 1 Informasi Seminar an Siang Tugas khir Stui Teknik Informatika Universitas Tanjungpura Muftia 1, rif Bijaksana Putra Negara 2, Novi Safriai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksu 1.1.1 Memisahkan fraksi butiran seimen paa ukuran (iameter) butir tertentu. 1.1.2 Menentukan nilai koefisien sortasi, skewness an kurtosi baik secara grafis maupun matematis.

Lebih terperinci

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR Sesuai engan persetujuan ari Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha, melalui surat 812/TA/FTS/UKM/III/2004 tanggal 9 Februari 2004, engan

Lebih terperinci

Gangguan Frekuensi fof2 Ionofser dari Matahari dan Geomagnetik

Gangguan Frekuensi fof2 Ionofser dari Matahari dan Geomagnetik 166 Slamet Syamsuin /Gangguan Frekuensi fof2 Ionofser ari Matahari an Geomagnetik Gangguan Frekuensi fof2 Ionofser ari Matahari an Geomagnetik Slamet Syamsuin Pusat Sains Antarksa LAPAN Jl. Dr. Junjunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi yang dijadikan tempat dalam penelitian ini adalah Tempat

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi yang dijadikan tempat dalam penelitian ini adalah Tempat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Loasi an Watu Penelitian 3.1.1 Loasi penelitian Loasi yang ijaian tempat alam penelitian ini aalah Tempat Pelelangan Ian (TPI) Kota Gorontalo. 3.1. Watu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

Relasi Dispersi dalam Pandu Gelombang Planar Nonlinear Kerr

Relasi Dispersi dalam Pandu Gelombang Planar Nonlinear Kerr Kontribusi Fisika Inonesia Vol. 13 No.3, Juli 00 Relasi Dispersi alam Panu Gelombang Planar Nonlinear Kerr Abstrak Hengki Tasman 1) an E Soewono 1,) 1) Pusat Penelitian Pengembangan an Penerapan Matematika,

Lebih terperinci

PENENTUAN DAN PENJADWALAN PEKERJA FULL-TIME DAN PEKERJA PART-TIME DENGAN KENDALA LIBUR HARI KERJA DAN LIBUR AKHIR PEKAN

PENENTUAN DAN PENJADWALAN PEKERJA FULL-TIME DAN PEKERJA PART-TIME DENGAN KENDALA LIBUR HARI KERJA DAN LIBUR AKHIR PEKAN PENENTUAN DAN PENJADWALAN PEKERJA FULL-TIME DAN PEKERJA PART-TIME DENGAN KENDALA LIBUR HARI KERJA DAN LIBUR AKHIR PEKAN Oleh: YUDI ARISANDI G54102045 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

Studi Perbandingan antara Gaya Menggantung dengan Gaya Jalan Di Udara terhadap Perestasi Lompat Jauh Pada Siswa putra Kelas VIII Putra SMPN 1 Sape

Studi Perbandingan antara Gaya Menggantung dengan Gaya Jalan Di Udara terhadap Perestasi Lompat Jauh Pada Siswa putra Kelas VIII Putra SMPN 1 Sape Stui Perbaningan antara Gaya Menggantung engan Gaya Jalan Di Uara terhaap Perestasi Lompat Jauh Paa Siswa putra Kelas VIII Putra SMPN 1 Sape Irfan., M.Or. Program Stui Penjaskesrek STKIP Taman Siswa Bima

Lebih terperinci

DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB

DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB ISSN: 1693-6930 17 DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB Kartika Firausy, Yusron Saui, Tole Sutikno Program Stui Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Inustri, Universitas Ahma Dahlan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu teknik penyelesaian optimal atas suatu problema keputusan dengan cara menentukan terlebih dahulu fungsi tujuan (memaksimalkan atau meminimalkan)

Lebih terperinci

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi an Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 9, september 2018, hlm. 2760-2769 http://j-ptiik.ub.ac.i Pemoelan Regresi Linear Untuk Preiksi Konsumsi Energi Primer

Lebih terperinci

Penerapan Model Deformasi Horizontal Mogi untuk Prediksi Perubahan Volume Sumber Tekanan pada Gunungapi Guntur

Penerapan Model Deformasi Horizontal Mogi untuk Prediksi Perubahan Volume Sumber Tekanan pada Gunungapi Guntur Reka Geomatika Jurusan Teknik Geoesi Itenas No. Vol. 1 ISSN 8-50X Desember 01 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Penerapan Moel Deformasi Horizontal Mogi untuk Preiksi Perubahan Volume Sumber Tekanan

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Diferensiasi

Sudaryatno Sudirham. Diferensiasi Suaratno Suirham Diferensiasi Bahan Kuliah Terbuka alam format pf terseia i.buku-e.lipi.go.i alam format pps beranimasi terseia i.ee-cafe.org Pengertian-Pengertian 0-0 Kita telah melihat baha kemiringan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Tampilan Aplikasi IV.1.1 Tampilan Aplikasi untuk Pengguna 1. Halaman Home Halaman ini merupakan halaman pertama saat pengguna membuka aplikasi. Gambar IV.1 Tampilan

Lebih terperinci

KENDALI LQR DISKRIT UNTUK SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN SUMBER JARINGAN TUNGGAL. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang

KENDALI LQR DISKRIT UNTUK SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN SUMBER JARINGAN TUNGGAL. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang KENDALI LQR DISKRIT UNTUK SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN SUMBER JARINGAN TUNGGAL Dita Anies Munawwaroh Sutrisno Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl Prof H Soearto SH Tembalang Semarang itaaniesm@gmailcom

Lebih terperinci

BAB III KONTROL PADA STRUKTUR

BAB III KONTROL PADA STRUKTUR BAB III KONROL PADA SRUKUR III. Klasifikasi Kontrol paa Struktur Sistem kontrol aktif aalah suatu sistem yang menggunakan tambahan energi luar. Sistem kontrol aktif ioperasikan engan sistem kalang-terbuka

Lebih terperinci

PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA

PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA Penentuan Frekuensi Maksimum Komunikasi Raio an Suut..(Jiyo) PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA J i y o Peneliti iang Ionosfer an Telekomunikasi, LAPAN ASTRACT In this

Lebih terperinci