ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT
|
|
- Verawati Lesmono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT 1 Safa at Yulianto, Kishera Hilya Hiayatullah 1, Ak. Statistika Muhammaiyah Semarang Alamat ABSTRAK Kesejahteraan rakyat selalu menjai topik yang menarik untuk ibahas. Peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan sasaran utama kegiatan pembangunan yang ilaksanakan oleh setiap negara. Dalam melaksanakan program pembangunan perlu aanya ientifikasi berasarkan karakteristik tingkat kesejahteraan rakyat tiap aerah agar alam mengambil kebijakan an strategi pembangunan apat tepat sasaran an tepat guna. Tujuan ari penelitian ini aalah untuk mengetahui pengelompokan 35 kabupaten/kota i Provinsi Jawa Tengah an mengetahui karakteristik setiap kelompok berasarkan Inikator Kesejahteraan Rakyat Tahun 010. Meskipun alam penelitian ini terapat ata outlier (nilai ekstrim) yaitu Kabupaten Kuus an Kota Surakarta, keua ata outlier tersebut tetap ipertahankan karena tiak bisa ikatakan aa kesalahan paa proses sampling maupun inputing ata. Dari hasil analisis yang ilakukan, apat iambil kesimpulan bahwa proses pengelompokan 35 kabupaten/kota i Provinsi Jawa Tengah apat ibentuk tiga kelompok (klaster), imana kelompok A beranggotakan 8 kabupaten/kota, kelompok B beranggotakan kabupaten/kota an kelompok C beranggotakan 5 kabupaten/kota. Kata Kunci : Average Linkage, Agglomerative, Eucliean PENDAHULUAN Konstitusi Inonesia UUD 1945, secara eksplisit mengakui hal itu engan mengamanatkan bahwa tugas pokok pemerintah Republik Inonesia aalah memajukan kesejahteraan umum, menceraskan kehiupan bangsa serta mewujukan suatu keailan sosial bagi seluruh rakyat Inonesia. Hal tersebut berarti, hiup bebas ari kemiskinan atau menikmati kehiupan yang layak merupakan hak asasi setiap warga negara yang menjai tugas pemerintah yang iwujukan alam pembangunan nasional. Dengan emikian pengentasan kemiskinan merupakan prioritas utama pembangunan. Jumlah penuuk miskin (penuuk yang beraa i bawah Garis Kemiskinan) i Provinsi Jawa Tengah paa bulan Maret 010 sebesar 5,369 juta orang (16,56 persen). Dibaningkan engan penuuk miskin paa Bulan Maret 009 yang berjumlah 5,76 juta orang (17,7 persen), berarti jumlah penuuk miskin turun sebanyak 356,53 ribu orang [1],[],[4]. Meskipun jumlah penuuk miskin menurun, paa kenyataannya pertumbuhan kesempatan kerja tiak mampu menyerap pertumbuhan angkatan kerja alam setiap tahunnya. Konisi kemiskinan i pemerintahan Provinsi Jawa Tengah tiak jauh berbea engan i pemerintahan pusat, yakni masih tingginya jumlah penuuk miskin jika ibaningkan engan provinsi lain i pulau Jawa. Kemiskinan merupakan topik strategis an menapatkan prioritas utama untuk itangani. Hal tersebut terbukti selain i alam Renstra Jawa Tengah (Pera No. 11/003), Pergub 19 tahun 006 tentang Akselerasi Renstra, Keputusan Gubernur 56
2 No /55/006 tentang pembentukan Tim Koorinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) juga i alam raft Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Jawa Tengah Tahun , kemiskinan merupakan salah satu ari topik strategis yang menapat prioritas untuk penanganan paa setiap tahapan pelaksanaannya. [11] Disamping masalah kemiskinan, angka pengangguran i Jawa Tengah juga masih cukup tinggi. Sesuai ata Tahun 010, angka pengangguran masih mencapai 1,5 juta jiwa. Implikasinya, tingkat pengangguran terbuka akan semakin meningkat, jika tiak aa perubahan strategi alam penciptaan lapangan kerja. Dalam melaksanakan program pembangunan perlu aanya ientifikasi berasarkan karakteristik tingkat kesejahteraan rakyat tiap aerah agar alam mengambil kebijakan an strategi pembangunan bisa tepat sasaran an tepat guna. Salah satu prasyarat keberhasilan program-program pembangunan sangat tergantung paa ketepatan pengientifikasian target group an target area [5]. Oleh karena itu, sangat penting mempertimbangkan pengelompokan an karakteristik 35 kabupaten/kota i Provinsi Jawa Tengah berasarkan inikator kesejahteraan rakyat Tahun 010. Analisis klaster merupakan analisis yang igunakan untuk mengelompokan pengamatan atau variabel menjai beberapa kelompok pengamatan atau variabel yang jumlahnya lebih seikit. Analisis klaster ilakukan jika peneliti belum mengetahui jumlah kelompok baru [6]. Analisis klaster bertujuan untuk mengelompokan n objek berasarkan p variat yang memiliki kesamaan karakteristik iantara objekobjek tersebut. Objek tersebut akan iklasifikasikan ke alam satu atau lebih klaster (kelompok) sehingga objek-objek yang beraa alam satu klaster akan mempunyai kemiripan atau kesamaan karakter [10]. METODE PENELITIAN Sumber Data an Variabel Penelitian Dalam penelitian ini, igunakan ata sekuner yang ipublikasikan oleh Baan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah yaitu ata inikator kesejahteraan rakyat Tahun 010. Data yang igunakan alam permasalahan ini aa tujuh variabel yaitu, PDRB perkapita, kepaatan penuuk, penuuk miskin, jumlah angkatan kerja, pengeluaran riil perkapita yang isesuaikan, angka harapan hiup an rata-rata lama sekolah. [3] Ciri-ciri klaster yang baik aalah : - Homogenitas (within-cluster), yaitu kesamaan yang tinggi antar anggota alam satu klaster. - Heterogenitas (between-cluster), yaitu perbeaan yang tinggi antar cluster yang satu engan klaster yang lain [9]. Metoe Analisis Tahap awal ari analisis klaster aalah merumuskan masalah engan menefinisikan variabel-variabel yang ipergunakan untuk asar pengklasteran, kemuian ukuran jarak yang tepat harus ipilih. Ukuran jarak menentukan kemiripan atau ketiakmiripan ari objek yang akan ikelompokan (imasukan alam klaster) [10]. Dilanjutkan engan tahap pembentukan klaster/kelompok engan menggunakan metoe pengklasteran yang aa. Pemilihan metoe pengklasteran harus tepat an sesuai untuk memecahkan masalah yang ihaapi sehingga nantinya kelompok yang terbentuk memiliki anggota yang relatif homogen. Hasil akhir ari analisis merupakan keanggotaan kelompok ari masingmasing iniviu. Pengelompokan imaksukan untuk membentuk kelompok-kelompok bagi iniviu seemikian sehingga keragaman antar iniviu alam kelompok sekecil mungkin lebih kecil aripaa keragaman antar 57
3 kelompok. Kelompok yang terbentuk menurut kriteria yang akan ipilih memuat semua anggota yang berekatan satu sama lainnya. Iniviu-iniviu yang tiak mirip atau berjauhan akan menjai anggota ari kelompok yang berbea. Oleh karena tujuan pengklasteran ialah untuk mengelompokan obyek yang mirip alam klaster yang sama, maka beberapa ukuran iperlukan untuk mengakses seberapa mirip atau berbea obyek-obyek tersebut. Penekatan yang paling biasa ialah mengukur kemiripan inyatakan alam jarak (istance) antara pasangan obyek. Makin besar nilai ukuran kemiripan atau jarak antar ua buah objek, makin besar pula perbeaan antara ua objek tersebut, sehingga makin cenerung untuk tiak menganggapnya kealam kelompok yang sama. Terapat beberapa cara alam mengukur jarak, yaitu: a. Menggunakan jarak eucliean, yaitu jarak berupa akar jumlah kuarat perbeaan nilai untuk tiap variabel. Jika x x, x,..., x ) ( 1 p y ( y, y,..., y 1 p ) maka ( x, y) ( x1 y1) ( x y)... ( x p y p) (1) b. Menggunakan jarak kuarat eucliean (square eucliean istance). c. The City Block or Manhattan Distance antara ua objek merupakan jumlah nilai perbeaan mutlak untuk tiap variabel. Jarak ini juga isebut jarak Minkowski. Jika x ( x, x,..., x ) ; p aalah ' 1 p xi ' ( xi1, xi,..., xip variabel. Maka ) aalah kumpulan variabel paa obyek ke-i 1 p r r ij xik yik k 1 () engan ij = jarak antar ua obyek ke-i an obyek ke-j. The Chebyshev Distance antar ua obyek ialah nilai perbeaan mutlak yang maksimum paa tiap variabel. Panang variabel : X 1, X,..., X p ari pengukuran ilakukan terhaap setiap iniviu anggota, contoh yang besarnya n yaitu iniviu-iniviu a 1, a,...,a n. Hasil pengukuran variabel X j iniviu a i inyatakan engan ij (untuk setiap i=1,,...,n an j=1,,...,p ) p ij = 1 p n1 n np ij menjelaskan fungsi jarak antara iniviu ke-i an ke-j, engan jumlah contoh anggota n an p sama. Misal a an b jarak antar iniviu [7]. Maka fungsi jarak (a,b) mempunyai sifat sebagai berikut: a. Simetri, (a, b) = (b,a) b. Positif, (a, b) 0 c. (a 1, a ) = 0. (a,b) meningkat seiring tiak miripnya a an b e. (a,c) (a,b) + (b,c) Semakin kecil nilai, maka semakin besar kemiripan antara keua pengamatan tersebut. Sebaliknya bila besar, semakin besar ketiakmiripan ari pengamatan tersebut. Ukuran keekatan yang igunakan aalah jarak Eucliian, yang merupakan jarak antar iniviu jika terapat p variabel maka jarak iniviu ke-i an ke-j Langkah yang ilakukan alam pengklasteran : 1. Sampel yang iambil harus benar-benar bisa mewakili populasi.. Pengujian Multikolinieritas Uji multikolinieritas igunakan untuk mengetahui aa tiaknya variabel inepenen yang memiliki kemiripan engan variabel inepenen lain. lainnya. 3. Transformasi Data Jika terapat perbeaan nilai yang besar antar variabel yang apat menyebabkan bias alam analisis klaster maka ata asli perlu itransformasi 58
4 (stanarisasi) [9]. Misalnya, aa yang alam satuan juta an aa yang satuan puluhan atau bahkan lebih kecil. Perbeaan ata yang besar akan menyebabkan perhitungan jarak menjai tiak vali. 4. Pengujian Data Outlier Data outlier aalah ata yang secara nyata berbea engan ata-ata yang lain [7]. Outliers aalah obyek-obyek engan profil-profil yang berbea atau value yang berbea alam satu sampel atau variabel [8]. Deteksi terhaap univariat outlier apat ilakukan engan menentukan nilai batas yang akan ikategorikan sebagai ata outlier yaitu engan cara mengkonversi nilai ata ke alam skor stanarize atau yang biasa isebut z-score, yang memiliki nilai means (rata-rata) sama engan nol an stanar eviasi sama engan satu. Jika sebuah ata outlier, maka nilai z terletak alam selang (-,5 ; +,5) [9]. Jika ata iketahui terapat satu atau lebih ata outlier, paa outlier tersebut bisa ilakukan beberapa penanganan : a. Data outlier ihilangkan, jika ata outlier tersebut iapat karena kesalahan pengambilan ata, kesalahan inputing paa komputer an sebagainya. b. Data outlier tetap ipertahankan (retensi), an tiak perlu ihilangkan, jika tiak terapat kesalahan paa proses sampling maupun inputing ata. 5. Analisis Klaster Metoe yang igunakan aalah metoe hierarki (average linkage) engan teknik agglomerative an ukuran jarak eucliean. Langkah-langkah pengelompokan alam analisis klaster engan metoe hierarki mencakup tiga hal, yaitu : a. Mengukur kesamaan jarak Hal yang penting alam penggerombolan aalah bagaimana mengkuantifikasi ukuran kemiripan antar objek. b. Membentuk klaster secara hierarkis Dalam metoe ini menggunakan aglomerasi. Dalam metoe aglomerasi tiap observasi paa mulanya ianggap sebagai cluster terseniri sehingga terapat cluster sebanyak jumlah observasi. Kemuian ua cluster yang terekat kesamaannya igabung menjai suatu cluster baru, sehingga jumlah cluster berkurang satu paa tiap tahap. c. Melakukan interpretasi terhaap klaster yang terbentuk Tahap akhir ari analisis klaster aalah menginterpretasikan ari klaster-klaster yang terbentuk. HASIL PENELITIAN Analisis eskriptif ari inikator kesejahteraan rakyat sebagai berikut: Tabel 1 Ringkasan Statistik Deskriptif Berasarkan Inikator Kesejahteraan Rakyat Var Maksimum Minimum X 1 X X 3 X 4 X 5 Kuus Surakarta Brebes Brebes Kota Tegal Rp ,68 Grobogan Rp , jiwa per km Blora 46 jiwa per km Kota jiwa Magelang jiwa jiwa Rp X 6 Pati 7,77 tahun Kota Magelang Sragen Brebes Brebes jiwa Rp ,37 tahun Kota X 7 10,3 tahun 5,6 Surakarta *Sumber : Analisis Deskriptif Inikator Kesejahteraan Rakyat Tahun 010 Analisis Klaster engan Metoe Hierarki Penggabungan objek tersebut apat itunjukkan engan jelas paa gambar enogram pengelompokan kabupaten/ kota berasarkan inikator kesejahteraan rakyat i Provinsi Jawa Tengah. Berasarkan hasil proses analisis klaster 59
5 hierarki yang menggunakan enogram engan metoe average linkage, maka iperoleh 3 kelompok kabupaten/kota seperti yang tampak paa gambar berikut : Distance 4,33 61,55 80,78 100, Denrogram Average Linkage; Eucliean Distance Kabupaten/Kota Gambar 1 Denogram Analisis Klaster Hierarki Metoe Average Linkage Teknis pengelompokan hierarki tersebut apat ijelaskan engan Amalgamation Steps berikut: 1. Paa tahap 1 objek 9 an 0 bergabung menjai kelompok 9.. Paa tahap objek 3 an 7 bergabung menjai kelompok Paa tahap 3 objek 4 an 6 bergabung menjai kelompok Paa tahap 4 objek 5 an 15 bergabung menjai kelompok Paa tahap 5 objek 1 an 18 bergabung menjai kelompok Paa tahap 6 objek 8 bergabung engan kelompok 9 menjai kelompok 8 yang teriri ari 3 objek (8,9,0). 7. Paa tahap 7 objek 4 bergabung engan kelompok 3 menjai kelompok 3 yang teriri ari 3 objek (3,7,4). 8. Paa tahap 8 objek an 3 bergabung menjai kelompok. 9. Paa tahap 9 objek 1 bergabung engan kelompok 8 menjai kelompok 8 yang teriri ari 4 objek (8,9,0,1). 10.Paa tahap 10 objek 5 bergabung engan kelompok 3 menjai kelompok 3 yang teriri ari 4 objek (3,7,4,5). 11.Paa tahap 11 objek 7 an 8 bergabung menjai kelompok 7. 1.Paa tahap 1 objek 6 an 17 bergabung menjai kelompok Paa tahap 13 objek 14 bergabung engan kelompok menjai kelompok 14 yang teriri ari 3 objek (14,,3). 14.Paa tahap 14 objek 13 bergabung engan kelompok 1 menjai kelompok 1 yang teriri ari 3 objek (1,13,18). 15.Paa tahap 15 objek bergabung engan kelompok 5 menjai kelompok 5 yang teriri ari 3 objek (,5,15). 16.Paa tahap 16 objek 8 bergabung engan kelompok 3 menjai kelompok 3 yang teriri ari 8 objek (3,7,4,5,8,9,0,1). 17.Paa tahap 17 objek 16 bergabung engan kelompok 6 menjai kelompok 6 yang teriri ari 3 objek (6,17,16). 18.Proses penggabungan ilakukan hingga tahap 34 imana kelompok 1 bergabung engan kelompok 19 menjai satu kelompok yang teriri ari keseluruhan objek (35 objek). Terapat tiga kelompok klaster alam analisis tersebut, kelompok 1 teriri ari 8 kabupaten/kota yaitu Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Magelang, Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Grobogan, Blora, Rembang, Pati, Jepara, Demak, Semarang, Temanggung, Kenal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, an Brebes. Kelompok teriri ari kabupaten/kota yaitu Kuus an Kota Semarang. Kelompok 3 teriri ari 5 kabupaten/kota yaitu Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kota Pekalongan an Kota Tegal. Karakteristik Kelompok Untuk mengetahui karakteristik setiap klaster maka perlu ihitung nilai rata-rata untuk setiap klasternya. Data rata-rata hasil 60
6 pengelompokan analisis klaster apat iperoleh sebagai berikut: Tabel Data Rata-rata Analisis Klaster ari Variabel Inikator Kesejahteraan Rakyat i Provinsi Jawa Tengah Var Satuan Klp A Klp B Klp C juta rupiah Jiwa/km ribu jiwa ribu jiwa ribu rupiah tahun tahun ,5 6, ,8 9, ,38 9,4 Dengan menggunakan nilai rata-rata variabel untuk setiap kelompok, maka apat iketahui karakteristik tiap kelompok sebagai berikut : 1. Kelompok A apat ilihat untuk PDRB perkapita (X 1 ), kepaatan penuuk (X ), pengeluaran riil perkapita (X 5 ), angka harapan hiup (X 6 ) an rata-rata lama sekolah (X 7 ) memiliki nilai yang paling renah iantara kelompok lain, seangkan untuk penuuk miskin (X 3 ) memiliki nilai yang paling tinggi iantara kelompok yang lain. Selain itu apat ilihat pula jumlah angkatan kerja (X 4 ) yang cukup tinggi (seang). Dilihat ari aspek kesehatan yang iwakili oleh variabel X 6, apat kita simpulkan bahwa anak-anak paa kelompok ini yang lahir tahun 010 iperkirakan rata-rata hiup sampai usia 71 tahun. Kemuian ari aspek peniikan yang iwakili oleh variabel X 7, apat kita simpulkan bahwa kelompok ini belum memiliki kualitas peniikan yang baik, karena masyarakat paa kelompok ini rata-rata menempuh jenjang peniikan sampai kelas 1 SMP/seerajat. Artinya program 9 tahun yang igalakan pemerintah belum tercapai.. Kelompok B apat ilihat untuk PDRB perkapita (X 1 ), jumlah angkatan kerja (X 4 ) an angka harapan hiup (X 6 ) memiliki nilai yang paling tinggi ibaningkan kelompok lain. Selain itu apat ilihat pula kepaatan penuuk (X ), penuuk miskin (X 3 ) an pengeluaran riil perkapita (X 5 ) an rata-rata lama sekolah (X 7 ) memiliki nilai yang cukup tinggi (seang). Dilihat ari aspek kesehatan yang iwakili oleh variabel X 6, apat kita simpulkan bahwa anak-anak paa kelompok ini yang lahir tahun 010 iperkirakan rata-rata hiup sampai usia 71 tahun. Kemuian ari aspek peniikan yang iwakili oleh variabel X 7, apat kita simpulkan bahwa kelompok ini juga suah memiliki peniikan yang baik, karena masyarakat paa kelompok ini rata-rata menempuh jenjang peniikan sampai kelas 1 SMA/seerajat. Artinya program 9 tahun yang igalakan pemerintah suah tercapai. 3. Kelompok C apat ilihat untuk PDRB perkapita (X 1 ) an angka harapan hiup (X 6 ) memiliki nilai yang cukup tinggi (seang). Selain itu apat ilihat kepaatan penuuk (X ) memiliki nilai yang paling tinggi an penuuk miskin (X 3 ) memiliki nilai yang paling renah. Hal ini berarti masyarakat paa kelompok ini tinggal i aerah perkotaan yang paat penuuk namun tiak banyak penuuk miskin. Selain itu jumlah angkatan kerja (X 4 ) memiliki nilai yang paling renah, seangkan pengeluaran riil perkapita (X 5 ) an rata-rata lama sekolah (X 7 ) memiliki nilai yang paling tinggi. Dilihat ari aspek kesehatan yang iwakili oleh variabel X 6, apat kita simpulkan bahwa anak-anak paa kelompok ini yang lahir tahun 010 iperkirakan rata-rata hiup 61
7 sampai usia 71 tahun. Kemuian ari aspek peniikan yang iwakili oleh variabel X 7, apat kita simpulkan bahwa kelompok ini suah memiliki peniikan yang baik, karena masyarakat paa kelompok ini rata-rata menempuh jenjang peniikan sampai kelas 1 SMA/seerajat. Artinya program 9 tahun yang igalakan pemerintah suah tercapai. KESIMPULAN Dari hasil analisis an pembahasan, maka apat iambil beberapa kesimpulan yaitu : 1. Gambaran umum kesejahteraan masyarakat Provinsi Jawa Tengah berasarkan Inikator Kesejahteraan Rakyat Tahun 010 aalah masih belum merata. Hal ini apat ilihat ari banyaknya jumlah penuuk miskin khususnya i Kabupaten Brebes an kepaatan penuuk yang tinggi i Kota Surakarta. Umumnya penuuk i Provinsi Jawa Tengah lebih memilih tinggal i perkotaan, sehingga jumlah penuuk belum tersebar secara merata. Seangkan ilihat ari PDRB perkapita, Kabupaten Kuus memiliki PDRB perkapita yang paling tinggi ibaning lainnya. Kemuian, jumlah angkatan kerja i Jawa Tengah yang paling banyak imiliki oleh Kota Semarang. Dari aspek kesehatan yaitu angka harapan hiup i Jawa Tengah yang paling tinggi imiliki oleh Kabupaten Pati. Seangkan ilihat ari aspek peniikan yaitu rata-rata lama sekolah yang paling tinggi imiliki oleh Kota Surakarta.. Pengelompokan 35 Kabupaten/Kota i Provinsi Jawa Tengah berasarkan inikator kesejahteraan rakyat Tahun 010 apat ibentuk 3 kelompok yaitu : a. Kelompok A teriri ari 8 wilayah yaitu, Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Magelang, Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Grobogan, Blora, Rembang, Pati, Jepara, Demak, Semarang, Temanggung, Kenal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, an Brebes. b. Kelompok B teriri ari wilayah yaitu, Kuus an Kota Semarang c. Kelompok C teriri ari 5 wilayah yaitu Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kota Pekalongan an Kota Tegal. DAFTAR PUSTAKA [1] Baan Pusat Statistik Inikator Kesejahteraan Rakyat 009. Semarang : Baan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. [].010. PDRB Jawa Tengah 010. Semarang : Baan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. [3].011. Jawa Tengah Dalam Angka 011. Semarang : Baan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. [4].011. Inikator Ekonomi 011. Semarang : Baan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. [5] Basri F H Perekonomian Inonesia Menjelang Aba XXI : Distorsi, Peluang an Kenala. Jakarta: Erlangga. [6] Iriawan, N., Astuti S.P Mengolah Data Statistik engan Muah Menggunakan Minitab 14. Jakarta : CV ANDI. [7] Nugroho, S Statistik Multivariat Terapan. Bengkulu : UNIB Press. [8] Prayuho, B.J Analisis Cluster. [terhubung berkala]. 6
8 /30/analisis-cluster/. [17 Juni 01] [9] Santoso, S. 00. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat. Jakarta : PT Elex Meia Komputino. [10] Supranto, J Analisis Multivariat Arti an Interpretasi. Jakarta : PT Rineka Cipta. [11][[TNPK] Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Glosarium. [terhubung berkala]. ta/ glosarium. [0 Juli 01]. 63
BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang
Lebih terperinciPenerapan Algoritma Fuzzy C-Means untuk Pengelompokan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Berdasarkan Status Kesejahteraan Tahun 2015
Penerapan Algoritma Fuzzy C-Means untuk Pengelompokan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Berdasarkan Status Kesejahteraan Tahun 2015 Nurika Nidyashofa 1*, Deden Istiawan 22 1 Statistika, Akademi Statistika
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015
No.42/06/33/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Jawa Tengah Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Peta Provinsi Jawa Tengah Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 2. Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan
Lebih terperinciGambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,
No.26/04/33/Th.XI, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Jawa Tengah Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan suatu proses perubahan terencana yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang berperan di berbagai sektor yang bertujuan
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t
PROVINSI JAWA TENGAH Data Agregat per K b t /K t PROVINSI JAWA TENGAH Penutup Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang hasilnya sangat penting dalam rangka perencanaan pembangunan.
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015
No.1/3307/BRS/11/2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 Pembangunan manusia di Wonosobo pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua Provinsi besar, yaitu
Lebih terperinciPRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH
No. 56/08/33 Th.IX, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 167,79 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 107,95 RIBU TON,
Lebih terperinciANALISIS CLUSTER PSIKOGRAFIS KONSUMEN KEDIRI TOWN SQUARE (CLUSTER ANALYSIS PSYCHOGRAPHIC CONSUMERS KEDIRI TOWN SQUARE)
ANALISIS CLUSTER PSIKOGRAFIS KONSUMEN KEDIRI TOWN SQUARE (CLUSTER ANALYSIS PSYCHOGRAPHIC CONSUMERS KEDIRI TOWN SQUARE) Amin Tohari Universitas Nusantara PGRI Keiri, amin.tohari@unpkeiri.ac.i Abstrak Perkembangan
Lebih terperinciPRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013
No. 50/08/33/Th. VIII, 4 Agustus 2014 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 145,04 RIBU TON, CABAI RAWIT 85,36 RIBU TON, DAN BAWANG
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah merupakan Provinsi yang termasuk ke dalam Provinsi yang memiliki jumlah penduduk
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN
No. 62/11/33/Th.V, 07 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2011 mencapai 16,92 juta
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH
BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH 3.1 Keadaan Geografis dan Pemerintahan Propinsi Jawa Tengah adalah salah satu propinsi yang terletak di pulau Jawa dengan luas
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang
BAB III PEMBAHASAN Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang dimiliki. Asumsi-asumsi dalam analisis cluster yaitu sampel
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH TAHUN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang dinamakan dengan nawacita.
Lebih terperinciGambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah
36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 78 TAHUN 2013 TAHUN 2012 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian 1. Batas Administrasi. Gambar 4.1: Peta Wilayah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah yang bersangkutan dengan
Lebih terperinciASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU
INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 748 34 3 790 684 2,379 1,165 5,803 57,379 10.11 2 Purbalingga 141 51 10 139 228
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
Lebih terperinciASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU
INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 447 60 8 364 478 2.632 629 4.618 57.379 8,05 2 Purbalingga 87 145 33 174 119 1.137
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 71 A TAHUN 201356 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DEFINITIF DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.69 /11/33/Th.VII, 06 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,02 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2013 mencapai 16,99
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian
METODE PENELITIAN Data Inonesia merupakan salah satu negara yang tiak mempunyai ata vital statistik yang lengkap. Dengan memperhatikan hal tersebut, sangat tepat menggunakan Moel CPA untuk mengukur tingkat
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 56 TAHUN 201256 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi jangka panjang. Dari satu periode ke periode berikutnya kemampuan suatu negara untuk
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. II.1 Saham
BAB II DASAR TEORI Paa bab ini akan ijelaskan asar teori yang igunakan selama pelaksanaan Tugas Akhir ini: saham, analisis funamental, analisis teknis, moving average, oscillator, an metoe Relative Strength
Lebih terperinciAPLIKASI PENGGUNAAN METODE KOHONEN PADA ANALISIS CLUSTER (Studi Kasus: Pendapatan Asli Daerah Jawa Tengah Dalam Menghadapi Asean Community 2015)
APLIKASI PENGGUNAAN METODE KOHONEN PADA ANALISIS CLUSTER (Studi Kasus: Pendapatan Asli Daerah Jawa Tengah Dalam Menghadapi Asean Community 015) Rezzy Eko Caraka 1 (1) Statistics Center Undip, Jurusan Statistika,
Lebih terperinciTABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN
TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN No Kelompok Pola Harapan Nasional Gram/hari2) Energi (kkal) %AKG 2) 1 Padi-padian 275 1000 50.0 25.0 2 Umbi-umbian 100 120 6.0
Lebih terperinciKONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH
KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH Kondisi umum Provinsi Jawa Tengah ditinjau dari aspek pemerintahan, wilayah, kependudukan dan ketenagakerjaan antara lain sebagai berikut : A. Administrasi Pemerintah,
Lebih terperinciTABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012
Komoditi TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012 Produksi Penyediaan Kebutuhan Konsumsi per kapita Faktor Konversi +/- (ton) (ton) (ton) (ton) (kg/kap/th) (100-angka susut)
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.31 /05/33/Th.VIII, 05 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,45 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2014 yang sebesar 17,72
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No. 66/11/33/Th.VI, 05 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,63 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2012 mencapai 17,09
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran persebaran IPM dan komponen-komponen penyususn IPM di Provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya dilakukan pemodelan dengan menggunakan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.70 /11/33/Th.VIII, 05 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,68 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2014 yang sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu keadaan di mana masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kehidupan yang layak, (menurut World Bank dalam Whisnu, 2004),
Lebih terperinciPENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN KARAKTERISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT MENGGUNAKAN METODE WARD S
PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN KARAKTERISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT MENGGUNAKAN METODE WARD S Shofa Kartikawati 1), Atika Nurani Ambarwati 2) 1,2 AIS Muhammadiyah Semarang email:
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi
BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Hasil Regresi Dalam bab ini akan dibahas mengenai bagaimana pengaruh PAD dan DAU terhadap pertumbuhan ekonomi dan bagaimana perbandingan pengaruh kedua variabel tersebut
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab analisis dan pembahasan ini akan jelaskan tentang pola persebaran jumlah penderita kusta dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, kemudian dilanjutkan dengan pemodelan
Lebih terperinciASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU
INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 728 112 20 1,955 2,178 2,627 1,802 9,422 57,379 16.42 2 Purbalingga 70 50 11 471
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Provinsi Jawa Tengah Sensus Ekonomi 2016 No. 37/05/33 Th. XI, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH Hasil Pendaftaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertanian merupakan salah satu basis perekonomian Indonesia. Jika mengingat bahwa Indonesia adalah negara agraris, maka pembangunan pertanian akan memberikan
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/01/33/Th.II, 2 Januari 2008 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2007 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Tengah pada Agustus 2007 adalah
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/12/33/Th.III, 1 Desember 2009 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2009 Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dilaksanakan dua kali dalam setahun,
Lebih terperinciKEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH
KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH No Program Anggaran Sub Sasaran Lokasi 1. Program Rp. 1.000.000.000 Pelayanan dan Sosial Kesejahteraan Sosial Penyandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Meskipun
Lebih terperinciLampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.
LAMPIRAN Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap 15.24 6.68 22.78 1676090 2 Kab. Banyumas 18.44 5.45 21.18 1605580 3 Kab. Purbalingga 20.53 5.63 21.56 879880 4 Kab. Banjarnegara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara atau wilayah di berbagai belahan dunia pasti melakukan kegiatan pembangunan ekonomi, dimana kegiatan pembangunan tersebut bertujuan untuk mencapai social
Lebih terperinciEVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH
EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Penanganan Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, 9 Februari 2016 Kemiskinan
Lebih terperinciTIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal
LP2KD Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Kendal TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Lebih terperinciPROSIDING ISSN: M-22 ANALISIS PERUBAHAN KELOMPOK BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN DI PROVINSI JAWA TENGAH
M-22 ANALISIS PERUBAHAN KELOMPOK BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2010-2015 DI PROVINSI JAWA TENGAH Rukini Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan email:rukini@bps.go.id Abstrak Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multi dimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga-lembaga sosial. Perubahan
Lebih terperinciData Mining. Metode Klasterisasi K-Means
Data Mining Metoe Klasterisasi K-Means Pokok Pembahasan. Konsep Dasar Clustering. Tahapan Clustering. K-Means Clustering Algoritma K-Means Rumus Umum K-Means 4. Case Stu Konsep Dasar Klusterisasi Data,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan
Lebih terperinciPENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016
PENEMPATAN TENAGA KERJA A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016 NO KAB./KOTA L P JUMLAH 1 KABUPATEN REMBANG 820 530 1.350 2 KOTA MAGELANG 238 292 530 3 KABUPATEN WONOGIRI 2.861
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara
Lebih terperinciPENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN METODE WARD DAN AVERAGE LINKAGE
Pengelompokan Kabupaten/Kota Berdasarkan... (Meilia Wulan Puspitasari) 1 PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN METODE WARD DAN AVERAGE
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan i Kecamatan Leuwiliang Analisis hirarki pusat-pusat pelayanan i Kecamatan Leuwiliang ilakukan engan menggunakan metoe skalogram berbobot berasarkan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH,
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 wsm 2^17 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH
Lebih terperinciPENEMPATAN TENAGA KERJA
PENEMPATAN TENAGA KERJA A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2015 NO. KAB./KOTA 2015 *) L P JUMLAH 1 KABUPATEN SEMARANG 3,999 8,817 12816 2 KABUPATEN REMBANG 1,098 803 1901 3 KOTA.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Industrialisasi pada negara sedang berkembang sangat diperlukan agar dapat tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan seringkali dipahami dalam pengertian yang sangat sederhana yaitu sebagai keadaan kekurangan uang, rendahnya tingkat pendapatan dan tidak terpenuhinya kebutuhan
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 08/05/33/Th.I, 15 Mei 2007 TINGKAT PENGANGGURAN DI JAWA TENGAH MENURUN 0,1% Tingkat Penganguran Terbuka di Jawa Tengah pada Februari 2007 adalah 8,10%. Angka ini 0,10% lebih
Lebih terperinciRUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH
RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pandangan pembangunan ekonomi modern memiliki suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan ekonomi modern tidak hanya
Lebih terperinciBAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH
BAB 3 MODEL DASA DINAMIKA VIUS HIV DALAM TUBUH 3.1 Moel Dasar Moel asar inamika virus HIV alam tubuh menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut: Mula-mula tubuh alam keaaan tiak terinfeksi virus atau
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 561.4/69/2010 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang
Lebih terperinciSEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH
SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH Joko Sutrisno 1, Sugihardjo 2 dan Umi Barokah 3 1,2,3 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciAnalisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016
Analisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016 Rana Amani Desenaldo 1 Universitas Padjadjaran 1 rana.desenaldo@gmail.com ABSTRAK Kesejahteraan sosial adalah
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.
KATA PENGANTAR Sektor pertanian merupakan sektor yang vital dalam perekonomian Jawa Tengah. Sebagian masyarakat Jawa Tengah memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Peningkatan kualitas dan kuantitas
Lebih terperinciDOI: /medstat Abstract. Keywords: Central Java, Agricultural Commodities, Cluster Analysis, Non-Hierarchical, k Medoids, Outlier
p-issn 1979 3693 e-issn 2477 0647 MEDIA STATISTIKA 9(1) 2016: 41-49 http://ejournal.undip.ac.id/index.php/media_statistika [Type here] PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN KOMODITAS PERTANIAN MENGGUNAKAN
Lebih terperinciPENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN MENGGUNAKAN METODE KOHONEN
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 016 p-issn : 550-0384; e-issn : 550-039 PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN 009-013 MENGGUNAKAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dekade 1970, pembangunan identik dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi lebih menitikberatkan pada kemampuan suatu negara untuk mengembangkan outputnya
Lebih terperinciKEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009 GUBERNUR JAWA TENGAH, Membaca : Surat Kepala Dinas Tenaga
Lebih terperinciFUZZY SUBTRACTIVE CLUSTERING BERDASARKAN KEJADIAN BENCANA ALAM PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH
FUZZY SUBTRACTIVE CLUSTERING BERDASARKAN KEJADIAN BENCANA ALAM PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH 1 Diah Safitri, 2 Rita Rahmawati, 3 Onny Kartika Hitasari 1,2,3 Departemen Statistika FSM Universitas Diponegoro
Lebih terperinciIMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI
IMPLEMENTSI TEKNIK FETURE MORPHING PD CITR DU DIMENSI Luciana benego an Nico Saputro Jurusan Intisari Pemanfaatan teknologi animasi semakin meluas seiring engan semakin muah an murahnya penggunaan teknologi
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir terdapat minat yang terus meningkat terhadap desentralisasi di berbagai pemerintahan di belahan dunia. Bahkan banyak negara
Lebih terperinciANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI
ANALISAPERITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI Nurnilam Oemiati Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammaiyah Palembang Email: nurnilamoemiatie@yahoo.com Abstrak paa
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hasil dari uji heterokedastisitas tersebut menggunakan uji Park. Kriteria
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. UJI Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi imi terjadi heterokedastisitas atau tidak, untuk
Lebih terperinci1. REKAP DATA REALISASI APBD DAN (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH. TAHUN 2011 (dalam jutaan rupiah)
LAMPIRAN LAMPIRAN A 1. REKAP DATA REALISASI APBD DAN (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 (dalam jutaan rupiah) NO. KOTA/KABUPATEN PAD DAU DAK BELANJA MODAL PDRB 1 Kab. Banjarnegara 71.107 562.288 65.367
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasarkan status sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah suatu proses dalam melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Proses pembangunan yang mencakup berbagai perubahan mendasarkan status sosial,
Lebih terperinciBAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA
BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA 3.1 Spesifikasi kamera Kamera yang igunakan alam percobaan paa tugas akhir ini aalah kamera NIKON Coolpix 7900, engan spesifikasi sebagai berikut : Resolusi maksimum :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik
Lebih terperinciGUBERNURJAWATENGAH. PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG
GUBERNURJAWATENGAH PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG PERKIRAANALOKASIDANABAGI HASILCUKAIHASILTEMBAKAU BAGIANPEMERINTAHPROVINSIJAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATENjKOTADI JAWATENGAHTAHUNANGGARAN2016
Lebih terperinciAx b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan
SOLUSI SISTEM PERSAMAAN LINIER PADA ALJABAR MAX-PLUS Bui Cahyono Peniikan Matematika, FSAINSTEK, Universitas Walisongo Semarang bui_oplang@yahoo.com Abstrak Dalam kehiupan sehari-hari seringkali kita menapatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun 2000-an kondisi agribisnis tembakau di dunia cenderung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang senantiasa memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional, guna mewujudkan cita-cita
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi
1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia memiliki lahan perikanan yang cukup besar. Hal ini merupakan potensi yang besar dalam pengembangan budidaya perikanan untuk mendukung upaya pengembangan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik pada tahun 2001 telah menimbulkan dampak dan pengaruh yang signifikan bagi Indonesia (Triastuti
Lebih terperinciPENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA
Penentuan Frekuensi Maksimum Komunikasi Raio an Suut..(Jiyo) PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA J i y o Peneliti iang Ionosfer an Telekomunikasi, LAPAN ASTRACT In this
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara
Lebih terperinciJurnal Teknika ISSN : Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 201
akultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 20 PEMBUATAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI POTENSIAL DENGAN METODE PROMETHEE II Ahma Jalaluin )
Lebih terperinciPEDOMAN PENYUSUNAN JAWABAN TERMOHON TERHADAP PERMOHONAN PEMOHON (PERSEORANGAN CALON ANGGOTA DPD)
LAMPIRAN XI PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,
Lebih terperinciLUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH
LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH OUT LINE 1. CAPAIAN PRODUKSI 2. SASARAN LUAS TANAM DAN LUAS PANEN 3. CAPAIAN
Lebih terperinci