UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI-2 JULI 2011 DAN 1 13 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMIATY PUSPITA, S.Far ANGKATAN LXXIII FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI-2 JULI 2011 DAN 1 13 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker RAHMIATY PUSPITA, S.Far ANGKATAN LXXIII FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

3

4 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Safa, Jakarta Selatan. Laporan ini merupakan hasil PKPA periode 6 Juni 2 Juli 2011 dan 1 13 Agustus 2011, sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker di Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA UI). Dalam melaksanakan PKPA ini penulis banyak mendapat bantuan, baik berupa bimbingan maupun informasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra. Hastuti Assauri, S.E., Apt. selaku pembimbing di Apotek Safa, yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dan pengetahuan pada penulis selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA di Apotek Safa. 2. Ibu Dra. Nelly Dhevita Leswara, M.Sc., Ph.D., Apt. selaku pembimbing di Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI, yang telah memberikan arahan dan bimbingan pada penulis selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA di Apotek Safa. 3. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt. selaku Ketua Departemen Farmasi FMIPA UI. 4. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA. 5. Seluruh staf pengajar khususnya Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI. 6. Karyawan dan karyawati Apotek Safa: Mbak Chusnul, Mbak Fitri, Pak Agus, Ibu Sar dan Pak Midi atas bantuannya selama PKPA di Apotek Safa. 7. Keluarga tercinta (mama dan papa, nenek, thya, feby, sadya) yang senantiasa memberi dukungan, semangat dan kasih sayang tiada hentinya. iv

5 8. My Beloved, Fachri Falcony Suwarno, untuk cinta, perhatian, kasih sayang, dukungan dan semangatnya. 9. Teman-teman seperjuangan di Apotek Safa serta teman-teman di Apoteker UI Angkatan LXXIII atas kerjasama dan persahabatan selama masa perkuliahan dan pelaksanaan PKPA. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya laporan PKPA ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu dan semoga pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan penulis selama mengikuti PKPA dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Jakarta, Juni 2012 Penulis v

6 DAFTAR ISI vi Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 3 BAB 2 TINJAUAN UMUM Definisi Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Landasan Hukum Apotek Tata Cara Pendirian Apotek Tenaga Kerja Apotek Tata Cara Perizinan Apotek Pengelolaan Apotek Pelayanan Apotek Pencabutan Surat Izin Apotek Penggolongan Obat Pengelolaan Obat Non Narkotika-Psikotropika Pengelolaan Obat Narkotika Pengelolaan Obat Psikotropika Pelanggaran Apotek BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK SAFA Sejarah Apotek Safa Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia Fasilitas dan Kegiatan Apotek Pengelolaan Perbekalan Farmasi Pelayanan Apotek Kegiatan Non Teknis Farmasi Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika Strategi Pengembangan Apotek BAB 4 PEMBAHASAN Struktur Organisasi Apotek Safa Tenaga Kerja Apotek Safa Lokasi dan Desain Apotek Safa Pengelolaan Administrasi dan Keuangan... 48

7 4.5 Pengelolaan Barang Pelayanan Kefarmasian BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR REFERENSI vii

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Penandaan Obat Bebas Gambar 2.2 Penandaan Obat Bebas Terbatas Gambar 2.3 Tanda Peringatan pada Obat Bebas Terbatas Gambar 2.4 Penandaan Obat Keras Gambar 2.5 Penandaan Obat Narkotika viii

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Struktur Organisasi Apotek Safa Lampiran 2. Peta Lokasi Apotek Safa Lampiran 3. Papan Nama Apotek Safa Lampiran 4. Fasilitas Halaman Parkir Apotek Safa Lampiran 5. Desain Interior Apotek Safa Bagian Depan Lampiran 6. Desain Interior Apotek Safa Bagian Dalam Lampiran 7. Layout Apotek Safa Lampiran 8. Surat Pesanan Apotek Safa Lampiran 9. Surat Pesanan Narkotika Lampiran 10. Surat Pesanan Psikotropika Lampiran 11. Rak Penyimpanan Obat Generik dan Obat Nama Dagang Lampiran 12. Rak Penyimpanan Obat Psikotropika Lampiran 13. Lemari Penyimpanan Obat Narkotika Lampiran 14. Kartu Stok Obat Apotek Safa Lampiran 15. Salinan Resep Apotek Safa Lampiran 16. Kuitansi Apotek Safa ix

10 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan suatu upaya yang diselenggarakan secara mandiri atau bersama-sama dan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Penyelenggaraan berbagai upaya pembangunan kesehatan dilakukan diantaranya dengan pemerataan dan peningkatan pelayanan kesehatan yang didukung oleh penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai, penyediaan jumlah obat yang mencukupi, bermutu baik dan terdistribusi merata dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat luas. Apotek termasuk dalam sarana kesehatan yang berperan penting dalam upaya-upaya kesehatan tersebut terutama dalam pendistribusian dan pemberian informasi obat kepada masyarakat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009, apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker melakukan praktek kefarmasian di apotek yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Apotek sebagai sarana yang bergerak dibidang jasa pelayanan harus mampu memberikan pelayanan kefarmasian secara tepat dan bermutu. Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya dari obat (drug oriented) ke pasien (patient oriented) yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditas utama menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien (Keputusan Menteri Kesehatan RI No Tahun 2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, 2004). Peranan apoteker sebagai pengelola dan penanggung jawab apotek sangatlah besar mengingat apotek berjalan dengan fungsi ganda yaitu fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Fungsi sosial apotek adalah ikut serta dalam usaha 1

11 2 peningkatan kualitas hidup (kesehatan) masyarakat secara luas dengan menyediakan obat dan perbekalan farmasi lainnya yang dibutuhkan masyarakat dengan mengukur kepada daya jangkau masyarakat, seperti menyediakan obat generik dengan harga yang lebih terjangkau sedangkan fungsi ekonomi dari apotek adalah sebagai badan usaha yang harus dapat memberikan keuntungan. Hal ini berguna untuk mengembangkan apotek sebagai sarana pelayanan kesehatan (kefarmasian) agar selalu memberikan pelayanan kesehatan yang optimal terhadap masyarakat. Untuk dapat melaksanakan kedua fungsi tersebut dibutuhkan tenaga ahli yang terampil serta menguasai dan memahami segala aspek yang berhubungan dengan pengelolaan apotek. Apoteker diharapkan mampu memberikan keputusan yang tepat untuk setiap masalah di apotek serta dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat, misalnya dalam hal memberikan pelayanan informasi obat yang tepat, aman, dan rasional. Selain itu, seorang apoteker pengelola apotek juga harus memahami manajemen pengelolaan apotek dengan baik. Oleh sebab itu seorang apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam berinteraksi langsung dengan pasien selain ilmu kefarmasiannya, terutama tentang obat yang terus menerus berkembang dengan pesat, sehingga Apoteker mampu berkomunikasi dengan pasien secara baik dan jelas dalam memberikan informasi (drug informer), memonitor penggunaan obat (drug monitoring) serta memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan apotek agar dapat memberikan hasil yang maksimal dalam pelayanan informasi obat. Sebagai upaya agar para apoteker dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian dengan baik, maka program profesi apoteker bekerja sama dengan Apotek Safa menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang berlangsung selama 6 minggu sejak tanggal 6 Juni-2 Juli 2011 dan 1-13 Agustus PKPA ini dilaksanakan dengan harapan agar calon apoteker dapat mengembangkan teori yang diperoleh selama perkuliahan dan memahami kegiatan rutin organisasi, manajerial, pelayanan kefarmasian secara langsung di apotek serta memahami peran dan tanggungjawab seorang apoteker sehingga calon apoteker lebih siap untuk bekerja di apotek

12 3 1.2 Tujuan Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Safa bagi para calon apoteker bertujuan untuk: 1. Memberikan pemahaman kepada calon apoteker mengenai peran dan fungsi Apoteker Pengelola Apotek (APA) di apotek. 2. Melaksanakan dan memahami kegiatan di apotek baik secara teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian.

13 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Definisi Apotek Apotek adalah suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Definisi ini berdasarkan isi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 Apotek tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, yang dimaksud dengan Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika, sedangkan yang dimaksud sebagai perbekalan kesehatan ialah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Suatu apotek dapat didirikan dan dikelola oleh lembaga atau instansi pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di pusat dan daerah, perusahaan milik negara yang ditunjuk oleh pemerintah, pihak swasta dan apoteker yang telah mengucapkan sumpah serta memperoleh izin dari Suku Dinas Kesehatan setempat. Apotek merupakan bagian dari sarana pelayanan kesehatan sehingga harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan memiliki kewajiban untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. 4

14 5 2.2 Tugas dan Fungsi Apotek Tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut (Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 Tentang Apotek, 1980): a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah. b. Sarana farmasi yang melakukan pengubahan bentuk dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. 2.3 Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam: a. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. b. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. c. Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. d. Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. e. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan Atas PP No. 26 Tahun 1965 mengenai Apotek. f. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 149/Menkes/Per/II/1998. g. Peraturan Menkes RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. h. Keputusan Menkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. i. Keputusan Menkes RI No. 1027/Menkes/SIK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek.

15 6 2.4 Tata Cara Pendirian Apotek Suatu apotek dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apotek (SIA). Pengertian SIA adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) untuk menyelenggarakan pelayanan apotek di suatu tempat tertentu. Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta keterampilan di bidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian, meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui upaya kesehatan dengan melakukan tindakan komunikasi, informasi dan edukasi secara tepat. Tempat pengabdian seorang apoteker salah satunya adalah apotek, di mana praktek kefarmasian dilaksanakan sesuai dengan standar dan etika kefarmasian. Untuk mengajukan permohonan izin pendirian apotek perlu dipenuhi dua macam persyaratan, yaitu persyaratan APA dan persyaratan apotek. Persyaratan APA (Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 Tahun 1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, 1993): a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan. b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai seorang apoteker. c. Memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dari Menteri Kesehatan. d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai seorang apoteker. e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi secara penuh dan tidak menjadi APA di apotek lain. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, maka ia dapat menunjuk Apoteker Pendamping dan apabila APA dan Apoteker Pendamping berhalangan melakukan tugasnya, APA dapat menunjuk Apoteker Pengganti. Penunjukkan tersebut harus dilaporkan kepada Suku Dinas Kesehatan Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus-menerus, SIA atas nama apoteker yang bersangkutan dapat dicabut.

16 7 Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/SK/X/1993, disebutkan bahwa persyaratan-persyaratan apotek adalah sebagai berikut (Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 Tahun 1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, 1993): a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi. c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah: Lokasi dan Tempat Faktor yang digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan lokasi usaha apotek pada umumnya adalah mudah diakses oleh masyarakat, keamanan lingkungan, ada atau tidaknya apotek lain, letak apotek yang didirikan mudah atau tidaknya pasien untuk memarkir kendaraan, jumlah penduduk, jumlah praktek dokter, serta keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat (Keputusan Menteri Kesehatan RI No Tahun 2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, 2004) Bangunan Apotek harus mempunyai luas bangunan yang cukup dan memenuhi persyaratan teknis, sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsinya. Bangunan apotek sebaiknya terdiri dari ruang tunggu yang nyaman, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi, ruang penyimpanan obat, tempat untuk memajang informasi bagi pasien termasuk penempatan brosur atau materi informasi, ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien, ruang kerja apoteker, serta ruang tempat pencucian alat dan toilet.

17 8 Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang memadai, alat pemadam kebakaran, ventilasi dan sanitasi yang baik Perlengkapan Apotek Perlengkapan yang harus tersedia di apotek adalah: a. Alat peracikan, seperti timbangan, mortir dan gelas ukur. b. Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari obat dan lemari pendingin. c. Wadah pengemas dan pembungkus seperti etiket dan plastik pengemas. d. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan beracun. e. Alat administrasi seperti blanko pesanan obat, faktur, kuitansi dan salinan resep. f. Kumpulan peraturan dan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek. g. Buku standar yang diwajibkan seperti Farmakope Indonesia, ISO dan MIMS. 2.5 Tenaga Kerja Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/2002 terdapat beberapa definisi personil apotek yaitu: a. APA adalah apoteker yang telah memiliki Surat Izin Apotek. b. Apoteker Pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di samping APA dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. c. Apoteker Pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari 3 (tiga bulan) secara terus menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain. d. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundangundangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker. Dalam pengelolaan apotek, apoteker harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai

18 9 pimpinan, kemampuan mengelola sumber daya manusia secara efektif, selalu belajar sepanjang karier dan membantu memberi pendidikan dan peluang untuk meningkatkan pengetahuan. Agar dapat mengelola apotek dengan baik dan benar, seorang APA dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai yang tidak hanya dalam bidang farmasi tetapi juga dalam bidang lain seperti manajemen. Prinsip dasar manajemen yang perlu diketahui oleh seorang APA dalam mengelola apoteknya adalah: a. Perencanaan, yaitu pemilihan dan penghubungan fakta serta penggunaan asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. b. Pengorganisasian, yaitu menyusun atau mengatur bagian-bagian yang berhubungan satu dengan lainnya, dimana tiap bagian mempunyai suatu tugas khusus dan berhubungan secara keseluruhan. c. Kepemimpinan, yaitu kegiatan untuk mempengaruhi dan memotivasi pegawainya agar berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. d. Pengawasan, yaitu tindakan untuk mengetahui hasil pelaksanaan untuk kemudian dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan kerja agar segala kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Tenaga kerja lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri dari: a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker. b. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan dan pengeluaran uang. c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek.

19 Tata Cara Perizinan Apotek Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 Apotek tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut: a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir APT-1. b. Dengan menggunakan formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apoteker melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan formulir APT-3. d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud di dalam butir (b) dan (c), jika tidak dilaksanakan maka apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan formulir APT-4. e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana di maksud butir (c) atau pernyataan butir (d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek dengan menggunakan formulir APT-5. f. Dalam hal hasil pemeriksaan tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM sebagaimana dimaksud pada butir (c) jika masih belum memenuhi syarat, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan surat penundaan dengan menggunakan formulir APT-6. g. Terhadap surat penundaan sebagaimana dimaksud dalam butir (f), apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi

20 11 selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal surat penundaan. h. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan pemilik sarana. i. Pemilik sarana yang dimaksud tersebut harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan. j. Terhadap permohonan izin apotek dan APA atau lokasi tidak sesuai dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir APT Pengelolaan Apotek Pengelolaan apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/2002 pengelolaan apotek dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (Keputusan Menteri Kesehatan No. 1322/Menkes/SK/X/2002, 2002). a. Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, penyerahan obat atau bahan obat, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada masyarakat, pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya. b. Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, personalia, pelayanan komoditas selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek.

21 12 Secara garis besar pengelolaan apotek dapat dijabarkan sebagai berikut: Pengelolaan Perbekalan Farmasi Perencanaan Perencanaan merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga dalam rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, serta menghindari kekosongan obat. Dalam perencanaan pengadaan sediaan farmasi seperti obat-obatan dan alat kesehatan, maka perlu dilakukan pengumpulan data obat-obatan yang akan dipesan. Data obat-obatan tersebut biasanya ditulis dalam buku defekta, yaitu jika barang habis atau persediaan menipis berdasarkan jumlah barang yang tersedia pada bulan-bulan sebelumnya. Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan APA di dalam melaksanakan perencanaan pemesanan barang, yaitu memilih Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang memberikan keuntungan dari segala segi, misalnya harga yang ditawarkan sesuai (murah), ketepatan waktu pengiriman, diskon dan bonus yang diberikan sesuai (besar), jangka waktu kredit yang cukup, serta kemudahan dalam pengembalian obat-obatan yang hampir kadaluarsa. Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, maka dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu memperhatikan: a. Pola penyakit, maksudnya adalah perlu memperhatikan dan mencermati pola penyakit yang timbul di sekitar masyarakat sehingga apotek dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tentang obat-obat untuk penyakit tersebut. b. Tingkat perekonomian masyarakat di sekitar apotek juga akan mempengaruhi daya beli terhadap obat-obatan. c. Budaya masyarakat dimana pandangan masyarakat terhadap obat, pabrik obat, bahkan iklan obat dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan obatobatan khususnya obat-obatan tanpa resep. Demikian juga dengan budaya masyarakat yang lebih senang berobat ke dokter, maka apotek perlu memperhatikan obat-obat yang sering diresepkan oleh dokter tersebut.

22 Pengadaan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 918/Menkes/Per/X/1993 tentang PBF, menyebutkan bahwa pabrik dapat menyalurkan produksinya langsung ke PBF, apotek, toko obat, apotek rumah sakit dan sarana kesehatan lain (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 918/Menkes/Per/X/1993, 1993). Pengadaan barang di apotek meliputi pemesanan dan pembelian. Pembelian barang dapat dilakukan secara langsung ke produsen atau melalui PBF. Proses pengadaan barang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan, dilakukan dengan cara mengumpulkan data barang-barang yang akan dipesan dari buku defekta, termasuk obat baru yang ditawarkan pemasok. b. Pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP). SP minimal dibuat 2 lembar (untuk pemasok dan arsip apotek) dan ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK. Pengadaan atau pembelian barang di apotek dapat dilakukan dengan cara antara lain: a. Pembelian dalam jumlah terbatas yaitu pembelian dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam waktu pendek, misalnya satu minggu. Pembelian ini dilakukan bila modal terbatas dan PBF berada dalam jarak tidak jauh dari apotek, misalnya satu kota dan selalu siap untuk segera mengirimkan obat yang dipesan. b. Pembelian berencana dimana metode ini erat hubungannya dengan pengendalian persediaan barang. Pengawasan stok obat atau barang dagangan penting sekali, untuk mengetahui obat yang fast moving atau slow moving, hal ini dapat dilihat pada kartu stok. Selanjutnya dilakukan perencanaan pembelian sesuai dengan kebutuhan. c. Pembelian secara spekulasi merupakan pembelian dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan, dengan harapan akan ada kenaikan harga dalam waktu dekat atau karena ada diskon atau bonus. Pola ini dilakukan pada waktu-waktu tertentu jika diperkirakan akan terjadi peningkatan permintaan. Meskipun apabila spekulasinya benar akan mendapat keuntungan besar, tetapi cara ini mengandung resiko obat akan rusak atau kadaluarsa.

23 Penyimpanan Penyimpanan obat sebaiknya digolongkan berdasarkan bentuk sediaan, seperti sediaan padat dipisahkan dari sediaan cair atau setengah padat. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari zat-zat yang bersifat higroskopis. Serum, vaksin dan obat-obat yang mudah rusak atau meleleh pada suhu kamar disimpan dalam lemari pendingin. Penyusunan obat dapat dilakukan secara alfabetis untuk mempermudah dan mempercepat pengambilan obat saat diperlukan. Pengeluaran barang di apotek sebaiknya menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out), sehingga obat-obat yang mempunyai waktu kadaluarsa lebih singkat disimpan paling depan dan memungkinkan diambil terlebih dahulu Pengelolaan Keuangan Laporan keuangan yang biasa dibuat di apotek adalah: Laporan Rugi-Laba Laporan rugi-laba adalah laporan yang menyajikan informasi tentang pendapatan, biaya, laba atau rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu. Laporan rugi-laba biasanya berisi hasil penjualan, HPP (persediaan awal ditambah pembelian dikurang persediaan akhir), laba kotor, biaya operasional, laba bersih usaha, laba bersih sebelum pajak, laba bersih setelah pajak, pendapatan non usaha dan pajak Neraca Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada waktu dan jumlah tertentu. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban yang disebut pasiva, atau dengan kata lain aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut. Oleh karena itu, dapat dilihat dalam neraca bahwa jumlah aktiva akan sama besar dengan pasiva. Aktiva dikelompokkan dalam aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar berisi kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan. Aktiva tetap dapat berupa gedung atau tanah, sedangkan pasiva dapat berupa hutang dan modal.

24 Laporan utang-piutang Laporan utang adalah laporan yang berisi utang yang dimiliki apotek pada periode tertentu dalam satu tahun, sedangkan laporan piutang berisikan piutang yang ditimbulkan karena transaksi yang belum lunas dari pihak lain kepada pihak apotek Administrasi Administrasi yang biasa dilakukan apotek meliputi antara lain: a. Administrasi umum, kegiatannya meliputi, membuat agenda atau mengarsipkan surat masuk dan surat keluar, pembuatan laporan-laporan seperti, laporan narkotika dan psikotropika, pelayanan resep dengan harganya, pendapatan, alat dan obat KB, obat generik dan lain-lain. b. Pembukuan meliputi pencatatan keluar dan masuknya uang disertai buktibukti pengeluaran dan pemasukan. c. Administrasi penjualan meliputi pencatatan pelayanan obat resep, obat bebas dan pembayaran secara tunai atau kredit. d. Administrasi pergudangan meliputi, pencatatan penerimaan barang, masingmasing barang diberi kartu stok dan membuat defekta. e. Administrasi pembelian meliputi pencatatan pembelian harian secara tunai atau kredit dan asal pembelian, mengumpulkan faktur secara teratur. Selain itu dicatat kepada siapa berhutang dan masing-masing dihitung besarnya hutang apotek. f. Administrasi piutang, meliputi pencatatan penjualan kredit, pelunasan piutang dan penagihan sisa piutang. g. Administrasi kepegawaian dilakukan dengan mengadakan absensi karyawan, mencatat kepangkatan, gaji dan pendapatan lainnya dari karyawan. 2.8 Pelayanan Apotek Menurut Permenkes No. 922/ Menkes/ Per/ X/ 1993, pelayanan meliputi: a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab APA,

25 16 sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. b. Apotek wajib menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan absah. c. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat bermerek dagang. Namun resep dengan obat bermerek dagang atau obat paten boleh diganti dengan obat generik. d. Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat mengikuti ketentuan yang berlaku, dengan membuat berita acara. Pemusnahan ini dilakukan dengan cara dibakar atau dengan ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Badan POM. e. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih tepat. f. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional atas permintaan masyarakat. g. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep. h. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker. i. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu 3 tahun. j. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. k. Apoteker diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) tanpa resep.

26 Pelayanan Resep Skrining Resep Apoteker melakukan kegiatan skrining resep yang meliputi: a. Memeriksa kelengkapan persyaratan administrasi: nama dokter, nomor SIP, alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, nama pasien, alamat pasien, umur pasien, jenis kelamin pasien dan berat badan pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian yang jelas dan informasi lainnya. b. Memeriksa kesesuaian farmasetik seperti bentuk sediaan, dosis, inkompatibilitas, stabilitas, cara dan lama pemberian. c. Melakukan pertimbangan klinis seperti adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan Penyiapan Obat Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Suatu prosedur tetap harus dibuat untuk melaksanakan peracikan obat, dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep harus dilakukan sebelum obat diserahkan kepada pasien. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien Informasi Obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini, informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, jangka waktu pengobatan, cara penyimpanan obat, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

27 Konseling Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit seperti kardiovaskular, diabetes, Tuberculosis (TBC), asma dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan Monitoring Penggunaan Obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, Tuberculosis (TBC), asma dan penyakit kronis lainnya. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 28 tahun 1981 tentang penyimpanan dan pemusnahan resep menyebutkan bahwa: a. APA mengatur resep yang telah dikerjakan menurut urutan tanggal dan nomor urut penerimaan resep dan harus disimpan sekurang-kurangnya selama tiga tahun. b. Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya. c. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu penyimpanan, dapat dimusnahkan. d. Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai oleh APA bersama-sama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotek. e. Pada pemusnahan resep, harus dibuat berita acara pemusnahan sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dan dibuat rangkap empat serta ditandatangani oleh APA dan petugas apotek Pelayanan Swamedikasi Pengobatan sendiri (swamedikasi) adalah tindakan mengobati diri sendiri dengan obat tanpa resep (golongan obat bebas dan bebas terbatas) yang dilakukan secara tepat guna dan bertanggung jawab. Hal ini mengandung makna bahwa walaupun oleh dan untuk diri sendiri, pengobatan sendiri harus dilakukan secara rasional. Ini berarti bahwa tindakan pemilihan dan penggunaan produk bersangkutan sepenuhnya merupakan tanggung jawab bagi para penggunanya.

28 19 Pemerintah juga turut berperan serta dalam meningkatkan upaya pengobatan sendiri dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/Menkes/SK/VII/ 1990 tentang Obat Wajib Apotek. Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotek (Keputusan Menteri Kesehatan Kesehatan No. 347 tahun 1990, 1990). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/Menkes/PER/X/1993 tentang kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep, harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Tidak dikontraindikasikan pada wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun. b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko akan kelanjutan penyakit. c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Penggunaan OWA perlu dicatat tetapi tidak perlu dilaporkan. Beberapa kewajiban apoteker dalam penyerahan obat wajib apotek yaitu: a. Memenuhi ketentuan dan batasan yang tercakup dalam tiap-tiap jenis obat wajib apotek tersebut. b. Membuat catatan pasien dan obat yang telah diserahkan. c. Memberikan informasi tentang obat, meliputi dosis, aturan pakai, efek samping dan informasi lain yang dianggap perlu. Obat wajib apotek didasarkan pada tiga surat keputusan menteri kesehatan yaitu: a. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek yang terdiri dari 7 kelas terapi yaitu, oral kontrasepsi, obat saluran cerna, obat mulut dan tenggorokan, obat saluran napas, obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular, antiparasit dan obat topikal (Keputusan Menteri Kesehatan Kesehatan No. 347 tahun 1990, 1990).

29 20 b. Keputusan Menkes RI No. 924/Menkes/PER/IX/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 2 yang terdiri dari 34 jenis obat generik sebagai tambahan lampiran Keputusan Menkes RI No. 347/MENKES/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek No 1. Daftar obat wajib apotek No. 2 tersebut terdiri dari, albendazol, basitrasin, karbinoksamin, klindamisin, deksametason, dekspantenol, diklofenak, diponium, fenoterol, flumetason, hidrokortison butirat, ibuprofen, isokonazol, ketokonazol, levamizol, metilprednisolon, niklosamid, noretisteron, omeprazol, oksikonazol, pipazetat, piratiasin kloroteofilin, pirenzepin, piroksikam, polimiksin B sulfat, prednisolon, skopolamin, silver sulfadiazin, sukralfat, sulfasalazin, tiokonazol dan urea (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 924/Menkes/PER/IX/1993, 1993). c. Keputusan Menkes RI No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3 yang terdiri dari 6 kelas terapi yaitu, saluran pencernaan dan metabolisme, obat kulit, antiinfeksi umum, sistem muskuloskeletal, sistem saluran pernafasan dan organ-organ sensorik Promosi dan Edukasi Apoteker harus memberikan edukasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan, dengan memilihkan obat yang sesuai. Apoteker juga harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi antara lain dengan penyebaran leaflet atau brosur, poster, penyuluhan dan lain-lain Pelayanan Residensial (Home Care) Apoteker sebagai pemberi pelayanan (care giver) diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lanjut usia (lansia) dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).

30 Pencabutan Surat Izin Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/2002, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dapat mencabut Surat Izin Apotek, apabila: a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai APA. b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian. c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus menerus. d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika dan Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan ketentuan perundang-undangan lainnya. e. Surat Izin Kerja (SIK) APA tersebut dicabut. f. Pemilik sarana apotek tersebut terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang obat. g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek. Namun sebelum pencabutan izin apotek dilakukan, terlebih dahulu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002) : a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut dengan waktu masing-masing dua bulan dengan menggunakan contoh formulir model APT-12. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan di apotek dengan menggunakan contoh formulir model APT-13. Pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan mengeluarkan surat keputusan yang ditujukan kepada APA, menggunakan contoh formulir model APT-15, dengan tembusan yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi serta Kepala Balai POM setempat (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002).

31 22 Apabila surat izin apotek dicabut, APA atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi, yaitu dengan cara sebagai berikut (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002) : a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di apotek. b. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. c. APA wajib melapor secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat atau petugas yang diberi wewenang tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud di atas. Pembekuan izin apotek dapat dicairkan kembali apabila apotek tersebut telah memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan menggunakan contoh formulir APT-14. Pencairan izin apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari tim pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat Penggolongan Obat Pemerintah menetapkan beberapa peraturan mengenai Tanda untuk membedakan jenis-jenis obat yang beredar di wilayah Republik Indonesia agar pengelolaan obat menjadi mudah. Beberapa peraturan tersebut antara lain yaitu: a. UU RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. b. Kepmenkes RI No. 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. c. Kepmenkes RI No. 2396/A/SK/VIII/86 tentang Tanda Khusus Obat Keras Daftar G. d. Kepmenkes RI No. 347/Menkes/SK/VIII/90 tentang Obat Wajib Apotek. e. Permenkes RI No. 688/Menkes/Per/VII/1997 tentang Peredaran Psikotropika.

32 23 Berdasarkan ketentuan peraturan tersebut, maka obat dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu (Umar, 2009): Obat Bebas Obat bebas adalah obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam Obat Bebas Terbatas Gambar 2.1. Penandaan Obat Bebas Gambar 2.1. Penandaan Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat dengan peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam. Contoh dari obat bebas terbatas yaitu, obat batuk, obat influenza, obat penghilang rasa sakit dan penurun panas, obat-obat antiseptik dan obat tetes mata untuk iritasi ringan. Obat golongan ini termasuk obat keras tapi dapat dibeli tanpa resep dokter. Komposisi obat bebas terbatas merupakan obat keras sehingga dalam wadah atau kemasan perlu dicantumkan tanda peringatan (P1-P6). Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (disesuaikan dengan warna kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya dengan huruf berwarna putih. Tanda-tanda peringatan ini sesuai dengan golongan obatnya yaitu: a. P No 1: Awas! Obat keras. Baca aturan pakai. Contoh: Decolgen. b. P No 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan. Contoh: Gargarisma Khan. c. P No 3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. Contoh: Tingtur lodii. d. P No 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar. Contoh: Sigaret Asma.

33 24 e. P No 5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Sulfanilamid Steril. f. P No 6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh: Anusol Suppositoria. ' Gambar 2.3. Tanda Peringatan pada Obat Bebas Terbatas Perbedaan obat antara daftar obat B dan daftar obat G adalah obat pada daftar obat B dapat diperoleh tanpa resep dokter asal memenuhi ketentuanketentuan sebagai berikut: a. Obat-obat dengan daftar obat B hanya boleh dijual dalam kemasan asli pabrik pembuatnya. b. Waktu penyerahan obat-obat tersebut pada wadahnya harus ada tanda peringatan berupa etiket khusus yang tercetak sesuai dengan ketentuan kementerian kesehatan seperti yang diuraikan diatas Obat Keras Daftar G Gambar 4. Penandaan Obat Keras Obat keras adalah obat-obatan yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, mendesinfeksi dan lain-lain, pada tubuh manusia, baik dalam bungkusan atau tidak yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Tanda khusus obat keras yaitu lingkaran merah dengan garis tepi hitam dan huruf K di dalamnya yang ditulis pada etiket dan bungkus luar. Psikotropik termasuk dalam golongan obat keras. Obat keras merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter dan dapat diulang tanpa resep baru bila dokter menyatakan pada resepnya

34 25 boleh diulang. Obat-obat golongan ini antara lain obat jantung, obat diabetes, hormon, antibiotika, beberapa obat ulkus lambung dan semua obat suntik Psikotropika Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Penggolongan dari psikotropika adalah (Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, 1997): a. Psikotropika golongan I adalah Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: etisiklidina, tenosiklidina, metilendioksi metilamfetamin (MDMA). b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin, fensiklidin. c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amobarbital, pentabarbital, siklobarbital. d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: diazepam, estazolam, etilamfetamin, alprazolam. Namun setelah diberlakukannya Undang-Undang tentang Narkotika terbaru No. 35 tahun 2009, pada pasal 153b dinyatakan bahwa lampiran mengenai jenis Psikotropika Golongan I dan Golongan II sebagaimana tercantum dalam lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika telah dipindahkan menjadi Narkotika Golongan I. Dengan demikian lampiran mengenai psikotropika golongan I dan golongan II dalam lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika sudah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (Undang- Undang No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika, 2009).

35 Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan (Undang-Undang No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika, 1997). Gambar 5. Penandaan Obat Narkotika Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Undang-Undang No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika, 2009): a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: kokain, opium, heroin, ganja. b. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: morfin, petidin, normetadona, metadona. c. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: kodein, norkodeina, etilmorfina Pengelolaan Obat Non Narkotika-Psikotropika (Umar, 2009) Pemesanan Obat Non Narkotika-Psikotropika Petugas pembelian menyiapkan surat pesanan berdasarkan daftar permintaan barang apotek. Petugas memilih supplier yang dapat memberikan harga relatif lebih murah dibandingkan dengan supplier lainnya. Petugas

36 27 mengirimkan SP yang telah disetujui oleh APA ke supplier melalui telpon, fax, atau diambil sendiri oleh salesman supplier Penyimpanan Obat Non Narkotika-Psikotropika Berbeda dengan obat narkotika dan psikotropika, penyimpanan obat ini tidak memliki peraturan yang baku. Cara menyimpan obat ini dapat disesuaikan dengan sifat bahan obat, kelembaban, bahan wadah. Selain hal tersebut, penyimpanan dapat diefisienkan dengan menggunakan lemari yang dibuat seperti sarang tawon dan memperhatikan estetika Pengelolaan Obat Narkotika Narkotika merupakan bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, namun menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama. Pengendalian dan pengawasan narkotika, di Indonesia merupakan wewenang Badan POM. Untuk mempermudah pengendalian dan pengawasan narkotika maka pemerintah Indonesia hanya memberikan izin kepada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. untuk mengimpor bahan baku, memproduksi sediaan dan mendistribusikan narkotika di seluruh Indonesia. Hal tersebut dilakukan mengingat narkotika adalah bahan berbahaya yang penggunaannya dapat disalahgunakan. Secara garis besar pengelolaan narkotika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan dan pemusnahan (Umar, 2009) Pemesanan Narkotika Untuk memudahkan pengawasan maka apotek hanya dapat memesan narkotika ke PBF PT. Kimia Farma dengan menggunakan Surat Pesanan (SP), yang ditandatangani oleh APA, dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIK dan SIA. Surat pesanan dibuat rangkap 4 serta satu SP untuk satu jenis obat narkotik (Umar, 2009) Penyimpanan Narkotika Apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika dan harus dikunci dengan baik. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Departemen Kesehatan RI, 1978): a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.

37 28 b. Harus mempunyai kunci yang kuat. c. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika sedangkan bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika yang dipakai sehari-hari. d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibuat melekat pada tembok atau lantai. e. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan. f. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang dikuasakan. g. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika Hal yang harus diperhatikan dalam pelayanan resep yang mengandung narkotika antara lain: a. Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan atau ilmu pengetahuan. b. Narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter. c. Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar salinan resep dokter. d. Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika, walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali. e. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. f. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Dengan demikian dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika.

38 Pelaporan Narkotika Aptek berkewajiban membuat dan mengirimkan laporan mutasi narkotika berdasarkan penerimaan dan pengeluarannya sebelum tanggal 10 setiap bulan. Laporan narkotika ditandatangani oleh APA, dibuat rangkap empat, ditujukan kepada Sudin Pelayanan Kesehatan dengan tembusan kepada kepala Balai Besar POM, Dinas Kesehatan Provinsi dan 1 salinan untuk arsip Pemusnahan Narkotika APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan. Apoteker Pengelola Apotek dan dokter yang memusnahkan narkotika harus membuat Berita Acara Pemusnahan Narkotika yang sekurang-kurangnya memuat: a. Nama, jenis, sifat dan jumlah narkotik yang dimusnahkan. b. Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukan pemusnahan. c. Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang menyaksikan pemusnahan. d. Cara pemusnahan dibuat berita Acara Pemusnahan Narkotika dikirim kepada Suku Dinas Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Dati II/ Kodya dengan tembusan kepada Balai POM. Pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penyimpanan dan pelaporan narkotika dapat dikenai sanksi administratif oleh Menteri Kesehatan yang berupa: teguran, peringatan, denda administratif, penghentian sementara kegiatan atau pencabutan izin (Departemen Kesehatan RI, 1997; Direktorat Jenderal POM, 1997) Pengelolaan Obat Psikotropika Ruang lingkup pengaturan psikotropika adalah segala hal yang berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika ialah untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan memberantas peredaran gelap psikotropika. Secara garis besar pengelolaan psikotropika meliputi:

39 Pemesanan Psikotropika Kegiatan ini memerlukan surat pesanan (SP), dimana satu SP bisa digunakan untuk beberapa jenis obat. Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pasien dengan resep dokter. Tata cara pemesanan adalah dengan menggunakan SP yang ditandatangani oleh APA dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIK dan SIA. Surat pesanan dibuat rangkap 2, serta satu SP untuk beberapa jenis obat psikotropik Penyimpanan Psikotropika Kegiatan ini belum diatur oleh perundang-undangan, namun, karena kecenderungan penyalahgunaan psikotropika, maka disarankan untuk obat golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus Pelaporan Psikotropika Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan pemakaiannya setiap tahun. Laporan ditujukan kepada Sudin Pelayanan Kesehatan dengan tembusan kepada kepala Balai Besar POM setempat dan 1 salinan untuk arsip apotek Pemusnahan Psikotropika Pemusnahan psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika wajib dibuat Berita Acara dan dikirim kepada Sudin Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Dati II/Kodya dengan tembusan kepada Balai POM Pelanggaran Apotek (Departemen Kesehatan RI, 1993; Departemen Kesehatan RI, 1997) Pelanggaran apotek dapat dibedakan berdasarkan berat dan ringannya pelanggaran tersebut. Kegiatan yang termasuk pelanggaran berat apotek adalah: a. Melakukan kegiatan kefarmasian tanpa ada tenaga teknis farmasi. b. Terlibat penyaluran atau penyimpanan obat palsu atau gelap.

40 31 c. Pindah alamat tanpa izin. d. Menjual narkotika tanpa resep. e. Kerjasama dengan PBF dalam menyalurkan obat kepada yang tidak berhak dalam jumlah besar. f. Tidak menunjuk apoteker pendamping atau pengganti pada waktu APA keluar daerah. g. Mengganti obat generik dengan obat paten. h. Pelanggaran ringan apotek, antara lain: 1. Merubah denah tanpa izin. 2. Menjual obat daftar G kepada yang tidak berhak. 3. Melayani resep yang tidak jelas dokternya. 4. Menyimpan obat rusak dan tidak mempunyai penandaan. 5. Obat dalam kartu stok tidak sesuai dengan jumlah yang ada. 6. Salinan resep tidak ditandatangani oleh apoteker. 7. Melayani resep narkotika dari apotek lain. 8. Lemari narkotika tidak memenuhi syarat. 9. Resep narkotika tidak dipisahkan. 10. Buku harian narkotika tidak diisi atau tidak bisa dilihat atau diperiksa. 11. Tidak mempunyai dan mengisi kartu stok. Sanksi administratif yang diberikan menurut Permenkes No.922 /Menkes /Per /X /1993 adalah: a. Peringatan secara tertulis kepada APA 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya Penetapan Pembekuan Izin Apotek. Keputusan pencabutan SIA disampaikan langsung oleh kepala Dinas Kesehatan dengan tembusan kepada kepala Badan POM dan Balai POM setempat. c. Pembekuan izin apotek tersebut dapat dicairkan kembali apabila apotek dapat membuktikan bahwa seluruh persyaratan yang ditentukan dalam Permenkes tersebut telah dipenuhi.

41 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK SAFA 3.1 Sejarah Apotek Safa Apotek Safa dahulu berasal dari Apotek Tanjakan yang diambil alih kepemilikannya tahun 1991 dan diubah namanya menjadi Apotek Safa. Apotek Safa bertempat di Jalan Bukit Duri Tanjakan Nomor 68, Jakarta Selatan. Apotek Safa mendapat Surat Izin Apotek (SIA) pada tahun 1991 dengan nomor 134/Kanwil/SIA/1991 atas nama Dra. Adriani Y. Lutan Apt. dengan SIK No. 0251/ / / / Pemilik Sarana Apotek Safa adalah Ibu Fachriyah dan pengelolaannya dibantu oleh Ibu Dra.Hastuti Assauri, S.E., Apt. 3.2 Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia Suatu organisasi harus memiliki struktur organisasi yang baik agar pembagian tugas dan tanggung jawab dapat terlaksana dengan baik. Dalam menetapkan struktur organisasi sebuah apotek, harus disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan besarnya aktivitas apotek. Agar manajemen apotek dapat berjalan dengan baik, maka apotek harus memiliki struktur organisasi yang disusun dengan seksama meliputi pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas. Apotek Safa memiliki beberapa orang karyawan yang terdiri dari : Tenaga teknis farmasi: a. APA : 1 orang b. Asisten Apoteker : 2 orang Tenaga non teknis farmasi: a. Juru resep : 1 orang b. Tenaga administrasi dan keuangan : 1 orang c. Tenaga kebersihan : 1 orang 32

42 Fasilitas dan Kegiatan Apotek Apotek Safa memiliki ruang tunggu yang cukup luas dan nyaman yang dilengkapi dengan tempat duduk yang cukup banyak dan tersusun rapi, kamar mandi, televisi, kipas angin, bahan bacaan seperti buku dan majalah, brosur dan selebaran (leaflet) mengenai produk obat yang cukup banyak. Selain itu, Apotek Safa juga memiliki halaman parkir yang cukup luas, sehingga memudahkan bagi pelanggan untuk memarkir kendaraannya. Apotek Safa menyediakan praktek dokter umum, dokter penyakit dalam dan psikolog. Dilihat dari keaktifannya, hanya dokter penyakit dalam yang melakukan praktek dari hari Senin hingga Jumat. Sedangkan dokter umum dan psikolog melakukan praktek jika melakukan perjanjian dengan pasien sebelumnya. Pelayanan yang diberikan Apotek Safa dalam seminggu sebanyak 6 (enam) hari yaitu mulai hari Senin hingga Sabtu, sedangkan pada hari Minggu dan hari libur apotik tutup. Kegiatan pelayanan di Apotek Safa dilakukan dari pukul hingga yang dibagi menjadi 2 waktu kerja (shift) dengan tujuan mendukung kelancaran kegiatan pelayanan, yaitu pukul dan pukul , namun bila dokter belum selesai praktek maka apotek akan buka hingga praktek dokter selesai. Kegiatan pelayanan di Apotek Safa meliputi dua bagian yaitu pelayanan atau penjualan untuk obat bebas atau Over the Counter (OTC) dan pelayanan obat dengan menggunakan resep. 3.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi Pengadaan Perbekalan Farmasi Pengadaan sediaan farmasi di Apotek Safa bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap obat dan perbekalan farmasi. Pengadaan barang di Apotek Safa dilakukan oleh asisten apoteker yang diberi wewenang dan tanggung jawab oleh apoteker. Pemesanan dan pembelian barang dilakukan jika barang tersebut habis atau hampir habis. Permintaaan pembelian sediaan farmasi khususnya obat, dilakukan setiap hari kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) melalui telepon atau salesman yang datang ke apotek.

43 34 Asisten apoteker dapat melakukan pengadaan barang dengan surat pesanan yang diparaf oleh asisten apoteker. Prinsip pengadaan barang pada Apotek Safa: a. Berasal dari distributor resmi dan terpercaya. b. Jenis dan jumlah barang yang dibeli disesuaikan dengan kondisi keuangan dan kategori arus barang, termasuk fast moving atau slow moving. c. Berdasarkan pola peresepan dari dokter, epidemiologi atau penyakit yang sedang banyak diderita oleh pasien dan produk-produk merek ternama (brand name) yang sedang digemari oleh masyarakat. d. Kondisi yang paling menguntungkan (mempertimbangkan mengenai harga, diskon, syarat pembayaran dan ketepatan barang datang). Pengadaan barang di Apotek Safa dilakukan dengan cara COD (Cash on Delivery), kredit dan konsinyasi. COD (Cash on Delivery) adalah pembelian barang dimana pembayaran dilakukan secara langsung pada saat barang datang, biasanya untuk pengadaan obat narkotika. Pembayaran yang dilakukan secara kredit adalah pembayaran dilakukan setelah jatuh tempo sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat. Konsinyasi adalah semacam penitipan barang dari distributor kepada apotek. Konsinyasi obat atau barang disertai semacam faktur yang berisi jenis dan jumlah obat atau barang dan harga obat atau barang tersebut sebagai tanda bukti. Biasanya konsinyasi dilakukan untuk obat-obat baru yang belum dijual di apotek atau sedang dalam masa promosi. Pembayaran dilakukan hanya terhadap barang konsinyasi yang telah terjual. Pembelian barang di apotek dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu pembelian secara terbatas, spekulasi dan berencana. Dari ketiga cara tersebut Apotek Safa lebih menggunakan pembelian secara terbatas, hal ini untuk menghindari penumpukan barang, karena penumpukan barang belum tentu dapat meningkatkan omset, lebih baik dana tersebut digunakan untuk pengadaan barang lain agar perputaran modal tidak berhenti. Langkah-langkah pengadaan barang di Apotek Safa adalah: a. Barang yang habis atau hampir habis dicatat dalam buku defekta yang berisi nama barang dan keterangan (butuh segera atau tidak).

44 35 b. Pemesanan kepada PBF umumnya dilakukan melalui telepon atau surat pesanan langsung kepada salesman. Untuk pemesanan obat narkotika, dilakukan dengan surat pesanan yang diantar langsung kepada Kimia Farma. berdasarkan buku defekta. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan kerjasama dengan PBF adalah : 1. Responsibility yaitu bertanggung jawab terhadap barang pesanan 2. Assurance yaitu jaminan terhadap barang pesanan 3. Tangible yaitu kepastian memperoleh barang yang dipesan 4. Emphaty yaitu kemampuan membina hubungan 5. Reliability yaitu ketepatan dalam pelayanan. c. Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh asisten apoteker disertai dengan faktur pembelian serta surat pesanan dari apotek (bila pemesanan dilakukan melalui telepon). Pengecekan barang meliputi jumlah, jenis, waktu kadaluarsa dan kondisi fisik barang. Jika barang sesuai dengan pesanan, maka faktur tersebut ditandatangani oleh asisten apoteker yang menerima barang disertai nama terang, tanggal penerimaan dan stempel apotek. Untuk pembelian secara tunai, faktur asli diserahkan kepada apotek. Namun untuk pembelian secara kredit, faktur asli yang telah ditandatangani dikembalikan pada pengirim barang dan salinan faktur disimpan oleh apotek untuk keperluan dokumentasi. Untuk faktur narkotika dan psikotropika disimpan terpisah. Barang yang baru datang tersebut kemudian diberi harga sesuai dengan harga yang telah ditetapkan oleh apotek Penyimpanan Barang Barang-barang yang baru datang akan diberi harga terlebih dahulu kemudian ditempatkan di etalase atau rak-rak penyimpanan obat serta dilakukan pencatatan di kartu stok. Kartu ini diletakkan disamping setiap macam obat yang berfungsi untuk mengetahui tanggal pemasukan dan pengeluaran, jumlah pemasukan dan pengeluaran barang dan sisa barang yang tersedia. Penempatan barang di apotek menggunakan sistem FIFO (First In First Out), demikian pula halnya obat-obat yang mempunyai waktu kadaluarsa lebih singkat disimpan paling depan yang memungkinkan diambil terlebih dahulu atau sistem FEFO (First Expire First Out).

45 36 Penyimpanan obat di Apotek Safa dilakukan berdasarkan: a. Obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan golongan obat. b. Obat ethical disusun secara alfabetis untuk mempermudah dalam pencarian atau pengambilan obat. c. Obat bebas disusun berdasakan farmakologi dan estetika warna. d. Narkotika disimpan dalam lemari khusus narkotika. e. Psikotropika disimpan terpisah dengan obat ethical yang lain. f. Obat dengan penyimpanan khusus seperti suppositoria disimpan dalam lemari pendingin. 3.5 Pelayanan Apotek Pelayanan obat di Apotek Safa dilakukan dengan sistem tunai dan kredit. Pelayanan dengan resep tunai berasal dari dokter praktek di Apotek Safa maupun diluar Apotek Safa. Sedangkan pelayanan untuk resep kredit, Apotek Safa bekerjasama dengan suatu instansi dimana resep dikirim melalui faximile dan obat diserahkan melalui sistem antar jemput. Dalam rangka meningkatkan pelayanan, Apotek Safa berusaha untuk memenuhi kelengkapan obat baik yang diresepkan dengan sistem pembayaran tunai maupun kredit. Apabila obat yang diresepkan tidak lengkap, maka apotek akan memenuhi ketersediaan obat tersebut dengan bekerjasama dengan apotek lain. Untuk pelayanan resep kredit, jumlah obat yang kurang atau habis paling lambat diantar keesokan harinya. Penagihan dan pembayaran resep dari instansi tersebut dilakukan dua minggu sekali. Kegiatan penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi, baik obat bebas, Obat Wajib Apotek (OWA), maupun obat dengan resep di Apotek Safa secara umum telah berjalan baik dan memenuhi ketentuan yang berlaku. Hal ini terlihat dalam pelayanan OWA dimana hanya obat-obat yang masuk dalam daftar OWA yang bisa diserahkan kepada pasien tanpa resep dokter, selain itu juga disertai dengan pemberian informasi tentang penggunaan, manfaat serta efek samping yang ditimbulkan oleh obat. Adapun pelayanan yang dilakukan sebagai berikut:

46 Pelayanan Obat dengan Resep Pelayanan atau penjualan dengan resep diberikan kepada pasien yang membeli obat dengan resep dokter secara tunai. Proses pelayanan resep di Apotek Safa sebagai berikut: Penerimaan Resep a. Pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep b. Pemeriksaan ketersediaan obat (perhitungan dosis dan jumlah obat) c. Ada atau tidaknya penggantian obat atas persetujuan dokter/pasien d. Pengambilan obat sebagian atau semua e. Pemberian harga obat Pembayaran Obat a. Pembayaran tunai b. Penawaran jasa pengantaran obat c. Pencatatan data pasien Peracikan dan Penyelesaian Resep a. Penyiapan etiket b. Penyiapan dan atau peracikan obat c. Pembuatan salinan resep dan kuitansi (jika perlu) Pemeriksaan Akhir a. Kesesuaian penyiapan dan atau peracikan obat dengan resep b. Kesesuaian salinan resep dengan resep asli c. Kebenaran kuitansi Penyerahan Obat Kepada Pasien Penyerahan obat disertai dengan pemberian informasi yang diperlukan kepada pasien, seperti cara pakai dan informasi khusus yang diperlukan mengenai obat tersebut Penyimpanan Resep Penyimpanan dan pemisahan resep yang mengandung narkotika dan psikotropika serta pencatatan ke buku resep.

47 Pelayanan Obat Tanpa Resep Penjualan Obat Bebas dan Bebas Terbatas Pelayanan obat bebas adalah pelayanan obat kepada konsumen tanpa melalui resep dokter. Obat-obat yang dapat dijual bebas adalah obat yang termasuk dalam daftar obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetika dan alat kesehatan tertentu. Pembayaran obat bebas juga dilakukan di kasir, setelah lunas obat diserahkan kepada konsumen atau pembeli. Penjualan obat bebas tidak menggunakan nota pembelian, tetapi pasien dapat meminta struk pembelian apabila pasien menghendaki Pelayanan Obat Wajib Apotek Obat Wajib Apotek merupakan obat dengan lingkaran merah yang masuk dalam Daftar Obat Wajib Apotek. Penyerahan (DOWA) yang dapat diserahkan oleh apoteker atau asisten apoteker dan harus disertai dengan pemberian informasi tentang penggunaan, manfaat serta efek samping yang ditimbulkan oleh obat Pelayanan Informasi Obat dan Konseling Pelayanan Informasi Obat Pelayanan informasi obat di Apotek Safa sudah mulai dilaksanakan meskipun belum sepenuhnya berjalan dengan baik karena masih terbatas pada pemberian informasi saat penyerahan obat. Informasi obat yang diberikan adalah indikasi obat, cara pemakaian dan dosis obat Konseling Konseling bertujuan untuk membina hubungan atau komunikasi apoteker dengan pasien dan membangun kepercayaan pasien kepada apoteker, menunjukkan perhatian dan perawatan kepada pasien, memberikan informasi yang sesuai kondisi dan masalah penyakit pasien, membantu pasien menggunakan obat sesuai tujuan terapi dengan memberikan cara atau metode yang memudahkan pasien menggunakan obat dengan benar, meminimalkan terjadinya efek samping, efek yang tidak diinginkan serta mengatasi ketidakpatuhan, meningkatkan kemampuan pasien untuk mengatasi masalah dalam pengobatannya dan agar pasien mengetahui sejarah pengobatan. Namun konseling belum dilakukan di Apotek Safa karena apoteker tidak berada ditempat.

48 Kegiatan Non Teknis Farmasi Selain kegiatan teknis farmasi yang dijalankan oleh Apotek Safa, terdapat juga kegiatan non teknis farmasi berupa kegiatan keuangan dan kegiatan administrasi Kegiatan Keuangan Kegiatan keuangan meliputi kegiatan yang mencakup arus uang masuk dan uang keluar. Arus uang masuk berasal dari setiap transaksi penjualan di Apotek Safa dan arus keluar berasal dari berbagai macam pengeluaran atau pembayaran hutang dagang. Apotek Safa memiliki satu orang karyawan khusus yang bertugas untuk mengurusi keuangan di apotek. Setiap karyawan pada tiap shift bertanggung jawab untuk membuat catatan pemasukan dan pengeluaran yang dibuktikan dengan nota pada shift yang menjadi tanggung jawabnya. Pencatatan pemasukan harian apotek biasanya dibagi dua yaitu pemasukan dari pagi hingga sore serta pemasukan dari sore hingga malam. Pendapatan dari Apotek Safa akan digunakan pengadaan barang dan keperluan operasional apotek. Keluar masuknya uang dicatat dalam buku-buku harian seperti: a. Buku kas untuk mencatat kegiatan yang terkait dengan uang yang ada di kas yang didalamnya tercatat semua pemasukan dan pengeluaran uang di Apotek Safa sehari-hari. b. Buku hutang merupakan dokumen apotek yang digunakan untuk mencatat hutang-hutang apotek. Buku ini mencatat semua transaksi pembelian barang dagangan dan berisi nomor faktur, tanggal dan besar pinjaman obat yang diberikan oleh PBF. c. Buku piutang merupakan dokumen apotek yang digunakan untuk mencatat piutang-piutang apotek yaitu pencatatan besarnya penyerahan obat ke instansi yang bekerja sama dengan Apotek Safa. d. Buku penjualan untuk mencatat hasil penjualan baik dari pendapatan resep, obat tanpa resep, atau barang dagangan.

49 40 Dari transaksi yang terdapat pada buku-buku harian tersebut, maka dalam periode waktu tertentu Apotek Safa membuat laporan keuangan yang terdiri dari: a. Laporan laba rugi Laporan laba rugi dibuat setiap bulannya dan direkapitulasi setiap tahun. Laporan laba rugi berisi penjualan yang dikurangi stok awal ditambah pembelian dikurangi dengan stok akhir menghasilkan laba rugi sebelum operasional. Laba rugi sebelum operasional ini dikurangi biaya operasional akan menghasilkan laba rugi sebelum penyusutan. Laba rugi sebelum penyusutan dikurangi dengan penyusutan akan menghasilkan laba rugi setelah penyusutan. Setelah itu ditambah pendapatan non operasional menghasilkan laba rugi sebelum pajak kemudian dikurangi dengan pajak, barulah menghasilkan laba rugi bersih. b. Neraca akhir tahun Neraca ini biasanya digunakan untuk mengetahui posisi keuangan apotek pada akhir periode tutup buku. Buku ini berisi aktiva lancar, aktiva tetap dan pasiva. Aktiva lancar terdiri dari kas, uang bank, piutang dan persediaan barang dagangan. Aktiva tetap terdiri dari inventaris apotek yaitu bangunan dan peralatan apotek. Total aktiva merupakan penjumlahan antara aktiva tetap dan aktiva lancar, sedangkan pasiva terdiri dari modal dan hutang Kegiatan Administrasi Sistem administrasi di Apotek Safa dimulai dari perencanaan barang, pengadaan barang, pengelolaan dan pelaporan barang keluar. Pengelolaan ini dilakukan oleh asisten apoteker yang dibantu oleh karyawan non asisten apoteker. Administrasi di apotek berfungsi untuk mencatat segala proses kegiatan kerja yang ada di apotek. Kegiatan administrasi yang dilakukan di Apotek Safa meliputi: a. Administrasi pembelian kredit atau hutang dagang Apotek Safa melakukan pembelian dengan cara kredit dan kontan, biasanya setiap PBF memberikan kebijaksanaan harga obat maupun diskon yang berbedabeda. Pencatatan pembelian kredit dibuat berdasarkan faktur hutang yang masuk ke apotek dan dibuat dalam sebuah laporan oleh bagian administrasi untuk memudahkan pengawasannya. Untuk merencanakan pembelian, maka obat-obat

50 41 atau barang yang habis atau hampir habis dicatat di buku defekta agar diketahui obat atau barang apa saja yang harus dibeli. Buku ini memberi kemudahan mengecek barang sekaligus stok barang, menghindari terjadinya kekeliruan pemesanan kembali dan mempercepat proses pemesanan sehingga tersedianya barang di apotek dapat terkontrol dan terjamin. Setelah mengetahui obat atau barang yang harus dibeli, kemudian dilakukan pemesanan pada PBF dengan menggunakan surat pesanan (SP) yang terdiri dari dua lembar yang harus ditandatangani oleh asisten apoteker, satu lembar pertama untuk PBF dan lembar terakhir untuk arsip apotek, di dalam surat pesanan tercantum tanggal pemesanan, nama PBF yang dituju, nama barang, jumlah, tanda tangan pemesan dan stempel apotek. b. Administrasi penjualan Administrasi penjualan di Apotek Safa meliputi pencatatan obat-obat yang terjual (obat ethical dan obat bebas). Semua transaksi penjualan baik penjualan obat resep maupun non resep yang terjadi setiap harinya dicatat per shift pagi atau sore dalam buku penjualan. Untuk membantu kelancaran proses penjualan obatobat ethical maka dibuat buku daftar harga yang memuat harga semua obat ethical di apotek. Pada buku ini tercantum nama obat dengan merek dagang, generik, maupun bahan baku dan penyusunan nama obat secara alfabetis agar memudahkan dalam mencarinya. Obat bebas tidak dibuat buku daftar harga karena langsung diberi harga setelah barang yang dipesan datang. c. Administrasi pembukuan Administrasi pembukuan diperlukan untuk mencatat transaksi-transaksi yang telah dilaksanakan seperti mencatat pembelian di kartu hutang, membuat laporan hutang yang sudah jatuh tempo. 3.7 Pengelolaan Narkotika Pemesanan Pemesanan narkotika dilakukan dengan surat pesanan khusus narkotika yang ditujukan kepada Kimia Farma sebagai distributor tunggal obat-obat narkotika.

51 Penerimaan dan Penyimpanan Penerimaan dilakukan oleh asisten apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja dan bukti penerimaannya diterima dan ditandatangani oleh asisten apoteker. Penyimpanannya pada lemari khusus yang terkunci, terjamin keamanannya dan dapat dipertanggungjawabkan. Penyimpanan untuk penggunaan sehari-hari dan untuk persediaan diletakkan pada tempat yang sama Pelaporan Apotek membuat laporan pemasukkan dan pengeluaran narkotika berdasarkan dokumen di apotek yang harus sudah dikirimkan paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. Blanko pelaporan narkotika ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek, dibuat empat rangkap dan dilaporkan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan, dengan tembusan kepada Kepala Balai Besar POM DKI Jakarta, serta satu lembar yang digunakan sebagai arsip apotek. 3.8 Pengelolaan Psikotropika Pemesanan Pemesanan psikotropika dilakukan dengan surat pesanan khusus psikotropika yang dibuat 1 lembar asli diserahkan ke PBF yang bersangkutan Penerimaan dan Penyimpanan Penerimaan psikotropika dilakukan oleh asisten apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja dan bukti penerimaan, diterima dan ditandatangi oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau asisten apoteker. Penyimpanan psikotropika dilakukan terpisah dengan obat ethical lain Pelaporan Penggunaan Psikotropika Penggunaan psikotropika dilaporkan sebulan sekali paling lambat tanggal 10 setiap bulan dan ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan dengan tembusan kepada Kepala Balai POM DKI Jakarta dan sebagai arsip. 3.9 Strategi Pengembangan Apotek Apotek Safa melakukan upaya pengembangan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada konsumen serta meningkatkan pendapatan apotek. Upaya peningkatan kualitas pelayanan dilakukan melalui pemberian informasi yang cukup jelas pada saat penyerahan obat kepada pasien atau konsumen,

52 43 mendengarkan pendapat pasien pada kasus penggantian obat yang diresepkan oleh dokter sehingga pasien mengetahuinya dan secara etika menyampaikan kepada dokter yang meresepkan, memberikan alternatif pemberian obat generik berlogo pada pasien yang merasa harga obat yang dibelinya cukup membebani, hal ini sekaligus bertujuan memasyarakatkan obat generik dan secara tak langsung menyebarluaskan obat-obatan yang terjangkau oleh masyarakat. Apotek Safa melakukan diversifikasi produk dan jasa untuk meningkatkan pendapatan apotek, yaitu dengan melakukan perluasan usaha agar memilik ciri khas sehingga menjadi berbeda dengan apotek yang lain. Diversifikasi yang dilakukan antara lain: a. Apotek menyediakan produk-produk kosmetik b. Apotek menyediakan produk keperluan rumah tangga c. Apotek menyediakan makanan dan minuman ringan d. Adanya usaha komplementer, yaitu laundry. e. Praktek dokter dan lain-lain.

53 BAB 4 PEMBAHASAN Apotek adalah suatu tempat tertentu dimana dilakukan pekerjaan kefarmasian yaitu penyaluran obat, alat kesehatan dan perbekalan farmasi yang sangat dibutuhkan masyarakat sekaligus membantu pemerintah dalam pengawasan dan pengendalian obat yang beredar di masyarakat. Apotek yang memiliki dua fungsi sosial dan fungsi ekonomi, merupakan suatu badan usaha yang harus menghasilkan keuntungan agar kelangsungan operasional dapat berjalan dan juga berperan sebagai sarana pelayanan kesehatan yang mendukung pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui penyediaan sediaan farmasi yang bermutu dengan harga terjangkau Dalam pemberian pelayanan kefarmasian, apotek senantiasa berpegang pada peraturan pemerintah disamping adanya tanggung jawab moral untuk senantiasa mengutamakan kepentingan sosial dari pada sekedar memperoleh keuntungan. Apoteker Pengelola Apotek (APA) bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan apotek baik secara teknis maupun non teknis. Kegiatan teknis farmasi di apotek meliputi kegiatan profesional, yaitu kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan farmasi di apotek mulai dari memeriksa keabsahan resep, peracikan, pengemasan obat hingga melakukan monitoring terhadap pasien atau memberikan pelayanan swamedikasi kepada pasien dan kegiatan manajerial dimana apoteker membuat perencanaan, melakukan pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat selaku konsumen. Seorang apoteker juga harus dapat mengelola karyawan dan pelanggannya agar suasana kerja dan hubungan yang baik dengan karyawan dan pelanggannya dapat diwujudkan. Selain itu apoteker harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang efektif sehingga dapat memajukan dan mengembangkan apoteknya. Pengelolaan apotek tidak terlepas dari unsur untuk mendapatkan laba, mengingat pendirian suatu apotek memerlukan investasi yang besar berupa bangunan, peralatan dan modal kerja. Dalam mencari laba hendaknya dipertimbangkan sosial dan ekonomi, dimana keuntungan yang diperoleh tidak 44

54 45 akan merugikan apotek namun juga terjangkau oleh masyarakat. Untuk itu pada bab ini akan dibahas mengenai pengelolaan Apotek Safa yang meliputi : 4.1 Struktur Organisasi Apotek Safa Penetapan struktur organisasi di setiap apotek dapat berbeda-beda disesuaikan dengan kebutuhan dan besarnya volume aktivitas apotek yang ditetapkan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Apotek Safa menggunakan struktur organisasi wide span of control (rentang kendali lebar) yang membuat setiap karyawan di Apotek Safa bertanggung jawab langsung kepada APA dan Pemilik Sarana Apotek (PSA). Struktur organisasi apotek yang ideal terdiri dari APA yang membawahi Asisten Apoteker (AA) fungsi pembelian, AA fungsi gudang, AA fungsi penjualan, karyawan bagian keuangan dan karyawan bagian pembukuan. Sedangkan struktur organisasi di Apotek Safa hanya terdiri dari pemilik apotek, APA, AA, juru resep, petugas administrasi dan petugas kebersihan. Penerapan sistem manajemen di Apotek Safa telah terlaksana dengan baik di mana dapat dilihat dari adanya struktur organisasi apotek beserta tugasnya masing-masing di setiap bagian sehingga fungsi dan wewenang dapat dilakukan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang telah ditentukan. Walaupun Apotek Safa memiliki struktur organisasi yang sederhana namun sudah mampu menjalankan fungsi apotek dengan cukup baik. Struktur organisasi Apotek Safa dapat dilihat pada Lampiran Tenaga Kerja Apotek Safa Pembagian kerja karyawan di Apotek Safa didasarkan pada latar belakang pendidikannya. Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Apotek Safa melakukan pembagian kerja dengan 2 shift, pagi dan sore. Setiap asisten apoteker menjalankan fungsi ganda yaitu fungsi pembelian, fungsi pelayanan dan admisnistrasi umum yang meliputi pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumentasi lainnya. Asisten apoteker dan teknisi farmasi Apotek Safa bertanggung jawab dan berkoordinasi dengan melaporkan hasil pekerjaannya secara langsung kepada APA dan PSA.

55 46 Namun peran apoteker di Apotek Safa masih belum maksimal karena Apoteker Pengelola Apotek (APA) tidak selalu ada di tempat sehingga resep biasanya dilakukan oleh asisten apoteker. Peran dan fungsi APA dalam menentukan arah terhadap seluruh kegiatan di Apotek Safa diambil alih oleh AA, kecuali wewenang dalam penandatanganan Surat Pesanan (SP) serta laporan narkotika dan psikotropika yang tetap harus dilakukan oleh seorang APA. Dalam hal melakukan perkerjaan, karyawan seringkali saling membantu pekerjaan karyawan yang lain jika telah menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya yang disebabkan karena jumlah karyawan yang terbatas di Apotek Safa. Hal tersebut menjadi salah satu kelebihan sekaligus kelemahan yang dimiliki Apotek Safa. Kelebihan dalam organisasi Apotek Safa cenderung ke arah fleksibel dan bersifat kekeluargaan. Namun di sisi lain menjadi kelemahan, seperti pada bagian pencatatan transaksi menjadi tidak optimal karena belum ada karyawan yang bertugas khusus di bagian kasir. Apotek Safa menyadari bahwa karyawan memegang peranan penting dalam meningkatkan penjualan di apotek. Oleh karena itu, karyawan diberikan fasilitas dan pelayanan yang baik agar nyaman pada saat berkerja seperti disediakan tempat ibadah, makan siang dan makan malam. Kedisiplinan karyawan Apotek Safa cukup baik walaupun ada karyawan yang datang tidak tepat waktu, namun mereka menggantinya agar jam kerjanya memenuhi syarat dan jika ada karyawan yang berhalangan atau telat hadir, maka karyawan tersebut memberitahukan kepada karyawan lain untuk menggantikan tugasnya. 4.3 Lokasi dan Desain Apotek Safa Pemilihan lokasi apotek yang tepat dalam bisnis apotek berperan besar terhadap maju-mundurnya kondisi usaha apotek tersebut. Lokasi apotek yang tidak strategis, jauh dari konsumen, atau lokasi yang telah memiliki terlalu banyak apotek kompetitor akan menyebabkan rendahnya omzet apotek, khususnya bila apotek tersebut tidak mampu menawarkan suatu yang lebih kepada konsumen. Apotek Safa memiliki lokasi yang cukup strategis karena berada di pinggir jalan dua arah yang cukup padat kendaraan dan terletak di daerah pemukiman

56 47 padat penduduk yang disekitarnya terdapat fasilitas umum seperti Stasiun Kereta Api Tebet, Terminal Bus Kampung Melayu, pasar tradisional dan swalayan umum serta dekat dengan sekolah. Apotek ini mudah dijangkau walaupun tidak terdapat angkutan umum yang menuju apotek karena terdapat bajaj atau ojek yang bisa dijumpai di stasiun atau di terminal-terminal terdekat untuk dapat sampai ke apotek. Apotek Safa memiliki kelebihan yaitu letaknya yang dekat dengan tempat Praktek Dokter Gigi, Klinik Umum Bukit Duri 24 Jam, Rumah Bersalin dan memiliki tempat Praktek Dokter Spesialis Penyakit Dalam yang berada satu atap dengan Apotek Safa. Apotek kompetitor pun tidak menimbulkan masalah bagi Apotek Safa karena letaknya tidak terlalu dekat dan harus menggunakan kendaraan untuk sampai ke apotek kompetitor terdekat. Apotek kompetitor ini dapat dimanfaatkan oleh Apotek Safa apabila obat yang diminta dalam resep tidak tersedia di Apotek Safa maka obat tersebut dapat dibeli di apotek kompetitor. Dengan demikian, kebutuhan pelanggan akan obat yang tak tersedia di Apotek Safa tetap dapat terpenuhi. Peta lokasi Apotek Safa dapat dilihat pada Lampiran 2. Dilihat dari segi desain eksterior dan interior, desain eksterior dan interiornya sudah cukup memadai dan memenuhi syarat sesuai standar pelayanan kefarmasian di apotek. Kelengkapan eksterior seperti papan nama apotek juga sudah tersedia dan cukup memadai. Papan nama apotek cukup besar, mudah terlihat dari jauh dan dilengkapi dengan lampu penerangan namun pada malam hari papan nama apotek tidak terlalu terlihat jelas, oleh karena itu sebaiknya papan nama tersebut diberi lampu penerangan yang baik sehingga tetap terlihat jelas pada malam hari. Adapun kondisi papan nama Apotek Safa dapat dilihat pada Lampiran 3. Halaman apotek dilengkapi pula dengan pagar yang menjamin keamanan apotek saat jam kerja sudah ditutup. Apotek Safa memiliki tanah dan bangunan yang cukup luas dengan halaman parkir yang luas sehingga dapat memudahkan dan memberikan kenyamanan bagi pasien atau pengunjung untuk memarkirkan kendaraan pribadinya baik motor maupun mobil. Fasilitas halaman parkir Apotek Safa terlihat pada Lampiran 4. Kekurangan Apotek Safa dari segi eksteriornya adalah bangunan apotek yang terlihat cukup tua dan penggunaan

57 48 kaca riben di bagian depan Apotek Safa membuat calon pelanggan sulit melihat sisi dalam apotek sehingga kurang meningkatkan keinginan membeli. Dilihat dari segi desain interiornya, Apotek Safa memiliki interior ruangan yang cukup bagus dimana ruangan di Apotek Safa terbagi menjadi dua bagian. Bagian depan Apotek Safa terdapat ruang tunggu, ruang praktek dokter dan ruang praktek psikiater. Apotek Safa memiliki ruang tunggu yang cukup luas dan nyaman dengan kursi yang cukup banyak dan tersusun rapi dan disertai beberapa fasilitas untuk pelanggan yang sedang menunggu resepnya dilayani seperti kipas angin, televisi, bahan bacaan media cetak seperti buku, majalah dan leaflet- leaflet serta terdapat toilet khusus untuk pelanggan apotek. Di ruang tunggu juga disediakan lemari pendingin berisi minuman dan es krim yang dapat di beli oleh pelanggan. Bagian depan apotek digunakan untuk display penjualan obat bebas dan promosi obat bebas berupa standing banner, poster dan penyusunan dus obat bebas dengan menarik. Desain interior Apotek Safa bagian depan dapat dilihat pada Lampiran 5. Pengembangan bisnis Apotek Safa dilakukan dengan penambahan praktek dokter spesialis penyakit dalam yang ditempatkan pada salah satu ruangan dekat dengan ruang tunggu dan praktek psikiater yang harus temu janji terlebih dulu. Selain itu, Apotek Safa juga menyediakan pelayanan jasa Laundry sebagai tambahan pengembangan bisnis apotek. Di bagian dalam bangunan apotek, merupakan bagian inti yang terdapat ruang peracikan dengan meja racik di tengah ruangan dan dikelilingi dengan lemari obat ethical. Dengan jalur masuk ruang tengah yang berada di antara lemari obat ethical, karyawan di dalam ruang peracikan tetap dapat melihat ruangan depan dan dapat memantau konsumen, begitu juga sebaliknya. Desain interior Apotek Safa bagian dalam dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Layout Apotek Safa secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran Pengelolaan Administrasi dan Keuangan Dalam kegiatan administrasi dan keuangan apotek, seluruh kegiatan transaksi baik uang maupun barang yang terjadi pada semua fungsi kegiatan

58 49 disajikan dalam bentuk pembukuan yang berisi pencatatan dan pengikhtisaran transaksi dagang dan keuangan serta analisis, pembuktian dan pembuatan laporan. Pengelolaan administrasi dan keuangan di Apotek Safa pada dasarnya sudah berjalan dengan baik namun belum terlalu rapi dan efisien. Hal itu terlihat dari lembar-lembar resep, faktur, atau nota pembelian tidak memiliki tempat penyimpanan khusus yang tertata dengan baik dan rapi. Selain itu, administrasi dan keuangan apotek masih menggunakan sistem manual (mencatat dalam buku) dan belum terkomputerisasi. Hal ini menyebabkan ketidakteraturan manajemen dan kurang praktisnya sistem pengelolaan tersebut karena pengelolaan administrasi dengan sistem manual akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk itu sebaiknya dibuat sistem pengelolaan yang lebih baik lagi dengan sistem komputerisasi sehingga akan lebih memudahkan petugas untuk menginput data secara cepat dan efisien. Di Apotek Safa, seluruh transaksi penjualan setiap harinya selalu dicatat dan dibedakan antara pendapatan shift pagi dan pendapatan shift sore. Pencatatan dilakukan di buku harian secara rinci dan jelas dalam bentuk laporan harian, untuk kemudian dibuat laporan bulananya. Setiap tahunnya, dari data laporan bulan akan dilakukan evaluasi keuangan setiap tahun dalam bentuk neraca dan laporan laba rugi yang dikerjakan oleh akuntan untuk kemudian dilaporkan ke pemilik sarana apotek. Dari laporan tersebut dapat dilakukan analisis apakah administrasi sudah berjalan baik seperti yang diharapkan dan dapat melihat laba/rugi yang dialami oleh apotek untuk kemudian dilakukan atau tidak lanjut dari hasil evaluasi. 4.5 Pengelolaan Barang Pengadaan Obat Di Apotek Safa sistem perencanaan barang dilakukan berdasarkan buku defekta berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan arus perjalanan obat (fast moving atau slow moving) untuk kemudian dilakukan pengadaan barang. Pertimbangan dalam pengadaan barang di Apotek Safa berdasarkan kepada jumlah stok barang yang masih tersedia, pemakaian obat di lingkungan setempat dan perkiraan perputaran sediaan. Pengadaan dilakukan setiap hari melalui

59 50 telepon atau secara langsung ke pengantar obat (salesman) yang datang ke Apotek Safa. Pemesanan barang dilakukan kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah dipercaya. Pemilihan distributor yang akan memasok persediaan obat-obatan di apotek Safa dilakukan berdasarkan pertimbangan lokasi, kepercayaan dalam hal kualitas barang yang dikirim, serta dapat memberikan waktu jatuh tempo pembayaran lebih lama, ketepatan waktu pengiriman atau disesuaikan dengan adanya obat-obatan tertentu yang hanya disalurkan oleh PBF tertentu. Pembelian obat dilakukan ke PBF yang resmi untuk menjamin bahwa obat yang dijual oleh apotek adalah obat asli dan bukan obat palsu. Selain pembelian secara kredit, Apotek Safa juga melakukan pengadaan obat dengan cara tunai dan konsinyasi. Pembelian secara tunai dilakukan bila pemesanan secara kredit tidak dapat dilakukan misalnya terjadi penundaan pembayaran kredit yang telah jatuh tempo yang membuat PBF yang bersangkutan tidak melayani pemesanan untuk sementara waktu, atau jika apotek membutuhkan obat segera dan tidak bisa ditunda demi mencegah kehilangan pelanggan. Meskipun pemesanan obat dilakukan setiap hari, namun terkadang masih ada obat yang terlewat sehingga pengadaan obat terlambat dilakukan. Keterlambaatan atau kekosongan barang terkadang disebabkan karena ada barang yang luput dari pengamatan, lupa dicatat di buku defekta atau juga dapat disebabkan oleh terlambatnya PBF dalam mengantarkan pesanan barang ke Apotek Safa sehingga menyebabkan adanya resep yang ditolak akibat kosongnya persediaan obat yang diinginkan oleh pelanggan. Untuk obat golongan non narkotika, pemesanan dapat dilakukan melalui telepon dan surat pesanan yang dapat diberikan setelah obat datang. Blanko surat pesanan obat di Apotek Safa dapat dilihat pada Lampiran 8. Sedangkan untuk obat golongan narkotika, surat pesanan harus dikirimkan terlebih dahulu ke Kimia Farma yang telah ditandatangani oleh APA, baru kemudian obat narkotika dapat dikirim. Untuk obat golongan psikotropika surat pesanan juga harus dikirim terlebih dahulu. Adapun blanko surat pesanan narkotika dan psikotropika dapat dilihat di Lampiran 9 dan Lampiran 10.

60 51 Pada saat penerimaan barang, setiap barang yang datang terlebih dahulu dilakukan pengecekan oleh petugas apotek apakah sama barang yang datang dengan faktur. pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik yaitu dilihat kondisi kemasan obat, jumlah barang, expired date. Setelah obat diperiksa, faktur obat akan ditandatangani, distempel dan kemudian salinan faktur yang diberikan PBF disimpan untuk dicatat ke buku sebagai hutang dagang. Untuk obat-obat OTC sebelum dilakukan penyimpanan ke lemari etalase terlebih dahulu diberi label harga dengan tujuan untuk mempercepat proses pelayanan dan pembayaran barang oleh pembeli. Sedangkan untuk obat-obat ethical langsung di simpan di lemari-lemari obat ethical serta dilakukan pencatatan di kartu stok. Pengembalian barang kepada distributor atau retur dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati, setiap distributor memiliki ketentuan retur yang berbeda satu dan lainnya. Retur barang dapat berupa penggantian barang, penggantian uang atau pemotongan tagihan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dengan setiap distributor. Sistem pembayaran kepada distributor dilakukan secara tunai dan kredit. Untuk sediaan narkotika sistem pembayaran dilakukan secara tunai. Sedangkan untuk sediaan selain narkotika dilakukan secara kredit dengan terlebih dahulu mengumpulkan faktur-faktur setiap distributor. Sebelum pembayaran dilakukan distributor diharuskan menukar faktur terlebih dahulu. Jadwal pembayaran di Apotek Safa dilakukan setiap hari Selasa untuk semua distributor Penyimpanan dan Penataan Obat Penyimpanan obat-obat di Apotek Safa sudah cukup baik, karena obatobat tersebut disimpan berdasarkan jenis sediaannya yaitu padat, cair, semisolid, injeksi, obat yang perlu penyimpanan dengan suhu dingin dan sebagainya. Kemudian masing-masing kelompok penyimpanan obat tersebut disusun secara alfabetis. Penempatan obat di apotek menggunakan sistem FEFO (First Expire First Out) dimana obat-obat yang mempunyai waktu kadaluarsa lebih singkat disimpan paling depan yang memungkinkan diambil terlebih dahulu dan sistem

61 52 FIFO (First In First Out), yaitu barang yang pertama kali masuk akan keluar terlebih dahulu. Penataan obat-obat Over The Counter (OTC), alat kesehatan, produk suplemen dan obat-obatan herbal di etalase depan sudah cukup rapi dan menarik dan penyusunannya pun dilakukan berdasarkan jenis sediaan dan farmakologi sehinggga memudahkan pelanggan untuk memilih barang yang akan dibelinya serta memudahkan petugas apotek untuk mencari barang yang dibutuhkan pelanggan. Penataan obat ethical di ruang racik sudah cukup baik. Penyusunannya dilakukan berdasarkan alfabetis dan bentuk sediaan. Obat dalam bentuk sediaan cair disimpan secara terpisah dengan obat sediaan solid seperti kapsul dan tablet. Obat generik, obat paten dan obat psikotropika disimpan di satu etalase khusus agar memudahkan karyawan dalam pelayanan obat. Obat-obat dengan kondisi kestabilan khusus, seperti suppositoria, disimpan di dalam lemari es. Penempatan obat-obatan di Apotek Safa sudah cukup baik, namun terkadang masih ada obat yang tidak ditempatkan sesuai pada tempatnya karena sering digunakan atau karena keterbatasan tempat. Rak penyimpanan obat generik dan obat nama dagang serta rak penyimpanan obat psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 11 dan Lampiran 12. Sementara itu, Obat narkotika disimpan di lemari yang tidak terlihat oleh umum, terbuat dari kayu dan dibagi menjadi dua bagian. Kunci lemari narkotika di pegang oleh asisten apoteker yang diberi wewenang. Lemari penyimpanan obat narkotika dapat dilihat pada Lampiran 13. Obat-obatan seperti larutan rivanol dan alkohol 70% yang ditempatkan di etalase yang terpapar sinar matahari langsung pada waktu siang perlu mendapatkan perhatian. Meskipun sediaan telah dikemas dalam botol coklat, namun hal tersebut tidak menjamin bahwa obat-obat tersebut masih baik atau stabil karena paparan sinar matahari dalam jangka waktu yang cukup lama. Selain paparan sinar matahari, suhu didalam ruang peracikan sudah seharusnya mendapatkan perhatian. Walaupun sudah terdapat kipas angin untuk

62 53 mendinginkan suhu ruangan, ruang peracikan tetap terasa panas bila siang hari yang dapat berakibat pada obat-obat yang sedang diracik. Apotek Safa tidak memiliki gudang penyimpanan obat karena letak PBF yang berada tidak jauh dari lokasi Apotek sehingga apabila ada stok obat yang kosong dapat dilakukan setiap saat. Untuk mendokumentasikan jumlah obat yang masuk dan keluar, Apotek Safa memiliki kartu stok yang terdapat di setiap kotak penyimpanan obat yang berguna sebagai kroscek pada analisis penjualan barang. Dari kartu stok tersebut akan terlihat berapa banyak barang yang masuk dan keluar dan apakah sudah sesuai dengan laporan penjualan barang. Blanko kartu stok obat di Apotek Safa dapat dilihat pada Lampiran 13. Namun kartu stok ini kurang dipergunakan dengan baik sehingga sering tidak terdokumentasi jumlahnya dan menyebabkan terjadinya kekosongan obat, padahal apabila kartu stok obat dapat dikelola dengan lebih baik, tidak akan ada penolakan resep akibat kekosongan obat. Akan lebih baik lagi jika dokumentasi pengeluaran dan pemasukan obat secara komputerisasi sehingga jumlah keluar dan masuknya obat yang keluar untuk penjualan resep atau bebas akan berkurang jumlahnya secara otomatis di dalam komputer, sehingga akan menurunkan resiko kehilangan obat atau ketidakcocokkan data stok obat. Dengan dilakukannya sistem komputerisasi ini dapat lebih mempermudah dan mempercepat kegiatan pengelolaan obat di apotek sehingga akan selalu terkontrol dengan baik. 4.6 Pelayanan Kefarmasian Pelayanan kefarmasian di Apotek Safa yang terdiri dari pelayanan obat resep dan non resep sudah berjalan cukup baik. Apotek Safa melayani pembelian obat secara tunai dan kredit. Untuk pelayanan resep kredit, Apotek Safa bekerjasama dengan suatu instansi swasta, dimana instansi tersebut akan mengirimkan resepnya melalui fax dan kemudian obat akan disiapkan oleh petugas apotek dan di antar kembali ke instansi tersebut. Sedangkan pelayanan dengan resep tunai berasal dari dokter praktek di Apotek Safa maupun diluar Apotek Safa. Jika obat hanya ditebus sebagian, maka apoteker atau asisten apoteker membuatkan salinan resep untuk pasien tersebut. Blanko salinan resep

63 54 dapat dilihat pada Lampiran 14. Bila ada permintaan dari pasien dapat pula dibuatkan kuitansi atas harga obat-obatan yang dibeli pasien. Blanko kuitansi dapat dilihat pada Lampiran 15. Pengelolaan terhadap resep yang masuk dilakukan dengan cara mengelompokkan resep tiap bulan berdasarkan bulan penerimaan resep dan diurutkan sesuai dengan nomor resep. Apotek Safa menyimpan resep selama 3 tahun dan memusnahkannya setelah lebih dari 3 tahun. Dalam melayani pelanggan, petugas Apotek Safa tidak terlalu berorientasi pada keuntungan semata namun juga berorientasi pada kesembuhan pelanggan. Apotek Safa juga melakukan pelayanan swamedikasi, yang merupakan tindakan pemilihan dan penggunaan obat-obatan oleh individu untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali sendiri. Untuk pelayan swamedikasi pilihan penggunaan obat diserahkan kepada pelanggan dan tidak bersifat memaksa. Petugas Apotek hanya memberikan arahan dan saran terhadap obat yang akan dipilih oleh pasien. Dan untuk pelayanan resep petugas memberikan kebebasan kepada pasien untuk dapat menebus seluruh resep atau mungkin hanya sebagian dulu, disesuaikan juga dengan keuangan pasien. Untuk pasien yang mungkin kesulitan untuk menebus obat yang nilainya cukup tinggi maka petugas dapat menyarankan untuk menggantinya dengan obat generik yang lebih murah dan mudah dijangkau. Namun terlebih dahulu harus meminta kesepakatan kepada dokter yang meresepkannya. Obat-obat yang bisa diberikan langsung tanpa resep dokter di apotek meliputi golongan Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas dan Obat Wajib Apotek (OWA). Obat Wajib Apotek merupakan obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotek dan terbatas pada obat keras yang tercantum dalam Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA). Dari segi pelayanan, pelayanan kefarmasian yang diberikan oleh petugas Apotek Safa terhadap pelanggan secara keseluruhan tergolong cukup baik. Pada pelayanan kefarmasian di apotek peran apoteker sangatlah dibutuhkan terutama dalam pemberian informasi pada pasien dan pengelolaan apotek dengan baik, seperti pada pelayanan dan penyerahan Obat Wajib Apotek (OWA) merupakan

64 55 tanggung jawab apoteker dan saat penyerahan disertai dengan informasi yang penting seperti dosis, cara pakai, kontra indikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien, serta membuat catatan pasien dan obat yang diserahkan. Pelaksanaan pelayanan kefarmasian di Apotek Safa oleh apoteker di Apotek belum sepenuhnya berjalan dengan optimal dikarenakan kehadiran apoteker yang tidak intensif di Apotek Safa. Oleh karena itu, semua pelayanan kefarmasian yaitu pemeriksaan resep, dispensing, penyerahan obat dan pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta pelayanan dalam bentuk komunikasi, informasi serta edukasi kepada pelanggan dilakukan oleh asisten apoteker. Asisten apoteker memberikan informasi yang hanya sekedarnya saja, tetapi walaupun begitu asisten apoteker berusaha untuk memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya hingga pelanggan merasa cukup puas dengan informasi yang diberikannya. Secara keseluruhan, petugas Apotek Safa berusaha memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggannya. Hal itu tampak dari pelayanan yang ramah dan cepat tanggap yang dilakukan oleh petugas apotek dalam melayani pelanggan. Apotek sebagai sarana kesehatan masyarakat harus dijaga kebersihannya. Oleh karena itu kebersihan Apotek Safa menjadi hal penting yang diperhatikan oleh para karyawan Apotek Safa. Kebersihan selalu dilakukan setiap hari seperti membersihkan lantai dengan menyapu, mengepel dan memindahkan sampah dari tempat sampah di dalam apotek ke luar apotek. Kegiatan pembersihan dilakukan setiap hari oleh petugas kebersihan. Kebersihan dapur masih perlu ditingkatkan karena adanya hewan pengerat (tikus) yang dapat mengotori peralatan dan wadah obat yang disimpan di dapur. Semua peralatan dan meja yang digunakan untuk meracik selalu dijaga kebersihannya oleh karyawan Apotek Safa. Setelah dilakukan peracikan dan penggerusan, meja dan peralatan seperti lumpang dan alu selalu dibersihkan sehingga dapat digunakan lagi dalam keadaan bersih untuk peracikan selanjutnya. Untuk obat racikan seperti puyer, Apotek Safa tidak lagi menggunakan cara manual seperti umumnya dimana puyer dimasukkan ke dalam kertas perkamen dan dibungkus. Apotek Safa sudah memiliki kemasan tersendiri sebagai wadah puyer, yaitu dimasukkan dalam kantong sachetan kemudian

65 56 ditutup dengan menggunakan mesin sealing, sehingga pelaksanaan peracikannya juga tidak terlalu lama. Namun, untuk peracikan obat kapsul masih menggunakan cara manual, sebaiknya peralatan untuk membuat kapsul disediakan di apotek agar pengerjaan peracikan obat lebih mudah dan cepat. Secara keseluruhan, dilihat dari kelengkapan sarana dan prasarana serta kegiatan pelayanan kefarmasian di Apotek Safa sudah cukup baik, namun perlu dilakukan perbaikan seperti perbaikan eksterior dan interior untuk menambah daya tarik pelanggan untuk membeli di Apotek Safa, peningkatan kualitas pelayanan kefarmasian sehingga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan. Selain itu perlu dilakukan evaluasi terhadap mutu pelayanan apotek untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan pelayanan yang telah dilakukan di Apotek Safa sehingga dapat menghadapai persaingan dengan apotek kompetitor lainnya dan membuat Apotek Safa menjadi apotek yang terus berkembang dan maju.

66 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Apotek Safa merupakan salah satu apotek swasta dengan sistem manajemen apotek yang sederhana. Apoteker Pengelola Apotek (APA) di Apotek Safa belum sepenuhnya menjalankan fungsinya sesuai dengan Undang-Undang dan peraturan yang berlaku dalam mengelola semua kegiatan yang berlangsung di Apotek Safa, baik manajerial maupun pemberian pelayanan kefarmasian yang baik bagi pelanggan Apotek Safa. 2. Kegiatan pengelolaan di Apotek Safa meliputi kegiatan teknis kefarmasian dan kegiatan non teknis kefarmasian, serta kegiatan manajemen apotek dan dalam memberikan pelayanan kefarmasian di Apotek Safa sudah berjalan dengan cukup baik. 5.2 Saran 1. Perbaikan dan penambahan perlengkapan fasilitas-fasilitas apotek seperti renovasi bangunan, kaca depan apotek diganti dengan kaca yang transparan, penataan ulang ruang peracikan agar terlihat lebih rapi, penataan kembali etalase OTC agar lebih menarik bagi pelanggan serta penyediaan alat-alat tambahan untuk peracikan agar lebih mudah pengerjaannya. 2. Peningkatan penerapan fungsi apoteker di Apotek Safa sesuai Undang- Undang dan peraturan yang telah ditetapkan 3. Penerapan sistem komputerisasi dalam pendokumentasian di apotek agar lebih praktis, mudah dan rapi serta mengoptimalkan pengontrolan persediaan barang melalui kartu stok agar persediaan barang dapat di awasi dan terkontrol.. 4. Perlu dilakukan pengecekan expired date secara berkala. 5. Penempatan obat-obat dapat diatur berdasarkan efek farmakologi agar pelanggan mudah mencari pilihan obat. 57

67 58 6. Peningkatan mutu pelayanan dan membuat kotak daftar keluhan pelanggan, sebagai indikator kepuasan pelayanan dan menjadikannya panduan untuk meningkatkan pelayanan di apotek. 7. Perlu adanya peningkatan promosi konsultasi apoteker untuk meningkatkan jumlah konsumen dan nilai jual apotek misalnya tercantum pada papan nama.

68 DAFTAR REFERENSI Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan No.28/MenKes/PER/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 Tentang Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1981). Keputusan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 1981 Tentang Penyimpanan dan Pemusnahan Resep. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 918/Menkes/Per/X/1993 Tentang Pedagang Besar Farmasi (PBF). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/Menkes/Per/X/1993 Tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 924/Menkes/PER/IX/1993 Tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 2. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1999). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 992/Menkes/PER/X/1993 Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 59

69 60 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027 Tahun 2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Umar, Muhammad. (2009). Manajemen Apotek Praktis cetakan ketiga. Jakarta: Wira Putra Kencana. Undang-Undang Republik Indonesia Jakarta. No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta.

70 LAMPIRAN

71 61 Lampiran 1. Struktur Organisasi Apotek Safa

72 62 Lampiran 2. Peta Lokasi Apotek Safa Keterangan :

73 63 Lampiran 3. Papan Nama Apotek Safa Lampiran 4. Fasilitas Halaman Parkir Apotek Safa

74 64 Lampiran 5. Desain Interior Apotek Safa Bagian Depan Lampiran 6. Desain Interior Apotek Safa Bagian Dalam

75 65 Lampiran 7. Layout Apotek Safa Keterangan: A. Pintu masuk B. Ruang tunggu C. Ruang peracikan D. Gudang penyimpanan resep E. Musholla F. Toilet G. Ruang praktek dr. Sofyan, dr. Dilla H. Ruang konsultasi psikolog dr. Nurul I. Ruang praktek dr. Ludin J. Ruang penyimpanan laundry K. Lahan parkir

76 66 Layout Apotek Safa (Lanjutan) Keterangan : 1. Lemari alat kesehatan 2. Lemari es 3. Box es krim 4. Etalase obat bebas 5. Kasir 6. Tempat penerimaan resep 7. Tempat penyerahan obat 8. Kursi tunggu 9. Display brosur dan majalah kesehatan 10. Televisi 11. Lemari etalase obat bebas 12. Rak sediaan padat generik 13. Rak sediaan padat paten (abjad D-F) 14. a.rak sediaan cair generik b.rak sediaan cair paten c.rak sediaan padat paten (abjad A-C) 15. Meja racik 16. Rak sediaan padat paten (abjad G-O) 17. Rak sediaan padat paten (abjad P-Z) 18. Alat timbang dan perlengkapan apotek 19. a. Rak sediaan semi padat b. Rak sediaan tetes mata dan telinga 20. Rak penyimpanan resep 21. Rak bahan baku farmasi 22. Lemari pendingin 23. Wastafel 24. Lemari narkotika

77 67 Lampiran 8. Surat Pesanan Apotek Safa

78 68 Lampiran 9. Surat Pesanan Narkotika

79 69 Lampiran 10. Surat Pesanan Psikotropika

80 70 Lampiran 11. Rak Penyimpanan Obat Generik Dan Obat Nama Dagang

81 71 Lampiran 12. Rak Penyimpanan Obat Psikotropika \ Lampiran 13. Lemari Penyimpanan Obat Narkotika

82 72 Lampiran 14. Kartu Stok Obat Apotek Safa

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET JAKARTA SELATAN PERIODE 16 JANUARI - 25 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. SULTAN HASANUDDIN NO.42 KEBAYORAN BARU, BLOK M PERIODE 3 APRIL 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DESY INDRIWINARNI, S.Farm. 1106046780

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68, JAKARTA SELATAN PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PURWINDA HERIN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 143 JL.MARGONDA RAYA NO. 154 A, DEPOK PERIODE 2 31 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 143 JL.MARGONDA RAYA NO. 154 A, DEPOK PERIODE 2 31 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 143 JL.MARGONDA RAYA NO. 154 A, DEPOK PERIODE 2 31 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER FAMELLA YULISTIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA KELAPA GADING JL. BOULEVARD GADING TIMUR KAV 6 KOMP SPBU 34 KELAPA GADING, JAKARTA UTARA PERIODE 1 APRIL 4 MEI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA KELAPA GADING JL. BOULEVARD GADING TIMUR RAYA KAV.6 KELAPA GADING, JAKARTA UTARA PERIODE 8 APRIL 11 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET JAKARTA SELATAN PERIODE 2 JULI 10 AGUSTUS 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UTAMI

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 19 JUNI 12 JULI 2013 DAN 29 JULI 19 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 10 29 MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 11: PERBEKALAN FARMASI Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB XI PERBEKALAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: WAHID BEKTI FITRIANTO K 100 040 146 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa: I.PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tempat dilakukannya praktik kefarmasian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NISA YULIANTI SUPRAHMAN 1206313412 ANGKATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tenpat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker (PP no. 51 tahun 2009) Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan

Lebih terperinci

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL...

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL... PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL... A. PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NITA KARTIKA, S. Farm. 1206313425 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK NINE-EIGHTEEN COMMERCIAL AREA G-02 LOBBY TOWER 1 APARTEMENT CASABLANCA PERIODE 4 AGUSTUS 2014 30 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Tri Setiawan, S.Farm. 1006754075 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JALAN BALAI PUSTAKA TIMUR NO.11 RAWAMANGUN PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 23 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 5 JL. CIKINI RAYA NO. 121 JAKARTA PUSAT PERIODE 3 SEPTEMBER 6 OKTOBER 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Pelayanan kefarmasian di apotek saat ini telah mempunyai standar dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA RUKO SUKMAJAYA JALAN TOLE ISKANDAR NOMOR 4-5 DEPOK PERIODE 10 29 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SITI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI-16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA KELAPA GADING JAKARTA UTARA JL. BOULEVARD GADING TIMUR RAYA KAV. 6 PERIODE 8 APRIL 11 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG a. PENDAHULUAN Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengawasan dan pemantauan

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: ASRI MUHTAR WIJIYANTI K 100 040 150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN- LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN- LAMPIRAN LAMPIRAN- LAMPIRAN Perkiraan Biaya Istalasi dan Operasional Sistem Informasi akuntansi Berbasis Komputer Apotek Fatma Medika A. Investasi 1 Set Komputer Pentium IV Rp. 2.500.000,- 1 Set Printer Epson LX

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA JL. BOULEVARD GADING TIMUR RAYA KAV.6 KELAPA GADING, JAKARTA UTARA PERIODE 1 APRIL 4 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RIZA MARLYNE,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 20 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. ERLIMAS LUCKY WIJAYA, S. Farm.

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. ERLIMAS LUCKY WIJAYA, S. Farm. UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTAA TIMUR PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari pelayanan obat (drug oriented) menjadi pelayanan pasien (patient

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AISYAH, S.Far. 1206329316 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI KOMUNITAS APOTEK KITA FARMA BINJAI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI KOMUNITAS APOTEK KITA FARMA BINJAI LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI KOMUNITAS DI APOTEK KITA FARMA BINJAI Disusun Oleh: Juliyanti, S. Farm NIM 073202046 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Lembar Pengesahan LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci