UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA RUKO SUKMAJAYA JALAN TOLE ISKANDAR NOMOR 4-5 DEPOK PERIODE AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SITI DZATIR ROHMAH, S.Farm ANGKATAN LXXIX FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2015

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA RUKO SUKMAJAYA JALAN TOLE ISKANDAR NOMOR 4-5 DEPOK PERIODE AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SITI DZATIR ROHMAH, S.Farm ANGKATAN LXXIX FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2015 i

3 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA RUKO SUKMAJAYA JALAN TOLE ISKANDAR NOMOR 4-5 DEPOK PERIODE AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker SITI DZATIR ROHMAH, S.Farm ANGKATAN LXXIX FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2015 ii

4 iii

5 iv

6 v

7 KATA PENGANTAR Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Erra Medika. Laporan PKPA ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker di Fakultas Farmasi. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA ini, yaitu kepada : 1. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 2. Bapak Dr. Hayun, M.Si, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi 3. Ibu Dra. Alfina Rianti, M.Pharm., Apt. Selaku pembimbing dari Apotek Erra Medika yang telah berbagi ilmu kepada penulis serta membimbing penulis selama pelaksanaan PKPA di Apotek Erra Medika dan selama penyusunan laporan ini. 4. Bapak Sutriyo, M.Si., Apt. selaku pembimbing dari yang telah bersedia meluangkan waktunya membimbing penulis selama penyusunan laporan ini. 5. Seluruh staf dan karyawan di Apotek Erra Medika atas bimbingan, kerjasama dan informasi yang diberikan selama penulis melaksanakan kegiatan PKPA. 6. Seluruh staf pengajar dan bagian Tata Usaha program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi, atas ilmu, dukungan, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama ini. 7. Kedua orang tua, keluarga dan orang-orang terdekat penulis yang selama ini tidak pernah berhenti memberikan dukungan dan doa. 8. Seluruh rekan sesama Apoteker Angkatan 79 Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, atas kerja sama, dukungan, semangat, dan persahabatan yang telah terjalin selama menempuh pendidikan di program profesi apoteker. vi

8 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan laporan ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan di dalam laporan ini. Oleh karena itu, penulis terbuka untuk menerima saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki penulisan laporan penulis ke depannya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat, baik bagi diri penulis maupun pihak lain yang terlibat dan membaca laporan ini. Penulis 2015 vii

9 viii

10 ABSTRAK Nama : Siti Dzatir Rohmah, S.Farm. NPM : Program Studi : Profesi Apoteker Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Erra Medika Ruko Sukmajaya Jalan Tole Iskandar Nomor 4-5 Depok Periode Agustus 2014 Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan mutu kesehatan masyarakat. Keberhasilan pembangunan kesehatan dipengaruhi oleh faktor yang mencakup akses dan kualitas layanan kesehatan yang terus membaik. Apotek sebagai salah satu fasilitas layanan kesehatan adalah suatu tempat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Salah satu fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang Apoteker harus berdasar pada standar pelayanan kefarmasian. Pada saat ini orientasi pelayanan kefarmasian telah bergeser dari pelayanan obat (drug oriented) menjadi pelayanan pasien (patient oriented) dengan mengacu kepada Pharmaceutical Care. Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Erra Medika Depok bertujuan untuk mengetahui, memahami, dan mampu menerapkan tugas dan tanggung jawab apoteker dalam pengelolaan apotek. Selain itu, melalui praktek kerja ini diharapkan calon apoteker memahami tanggung jawab apoteker dalam melakukan praktek pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan etika yang berlaku khususnya pada pelayanan kefarmasian di Apotek. Kata Kunci : Apotek, Erra Medika, Praktek Kerja Profesi Apoteker, Pelayanan Kefarmasian Tugas Umum : xiv + 81 halaman ; 18 lampiran Tugas Khusus : v + 53 halaman ; 6 lampiran Daftar Acuan Tugas Umum : 18 ( ) Daftar Acuan Tugas Khusus : 19 ( ) ix

11 ABSTRACT Name : Siti Dzatir Rohmah, S.Farm. NPM : Study Program: Apothecary Profession Title : Pharmacist Internship Report at Apotek Erra Medika Ruko Sukmajaya Jalan Tole Iskandar Nomor 4-5 Depok Periods of August 10 th -29 th 2014 Health development aims to improve the quality of public health. The success of health development is influenced by factors that include access to and quality of health care that continues to improve. Pharmacy as one of the health care facility is a place to do the work of pharmacy, distribution of pharmaceutical preparations and other medical supplies to the community. One of the function of pharmacy is as a place of apothecary devotion who have took the oath of office. In performing its duties, apothecary must be based on the standard of pharmacy services. At this time the pharmacy service orientation has shifted from drug services (drug oriented) into patient care (patient-oriented) with reference to the Pharmaceutical Care. Pharmacist internship at Apotek Erra Medika Depok aims to know and understand the role and responsibility of Pharmacist in managing the pharmacy. In addition trough this Internship a future pharmacist also could understand the pharmaceutical care practice in pharmacy. Keywords : Pharmacy, Erra Medika, Pharmacist Internship Program, Pharmaceutical Care General assigment : xiv + 81 pages ; 18 appendices Special assigment : v + 53 pages ; 6 appendices Bibliography of General Assignment : 18 ( ) Bibliography of Special Assignment : 19 ( ) x

12 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... iii HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... iv HALAMAN PENGESAHAN...v KATA PENGANTAR... vi HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... viii ABSTRAK... ix ABSTRACT...x DAFTAR ISI... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan...2 BAB 2. TINJAUAN UMUM Definisi Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Persyaratan Pendirian Apotek Tata Cara Perizinan Apotek Petugas Apotek Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Pelanggaran Apotek Pencabutan Surat Izin Apotek Perbekalan Farmasi Pengelolaan Apotek Pengelolaan Perbekalan Farmasi Pengelolaan Keuangan Administrasi Pelayanan Apotek Pengkajian Resep Dispensing Pelayanan Informasi Obat (PIO) Konseling Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care) Pemantauan Terapi Obat Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Pelayanan Swamedikasi Promosi dan Edukasi Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek Pengelolaan Narkotika di Apotek xi

13 Pengelolaan Psikotropika BAB 3. TINJAUAN KHUSUS APOTEK ERRA MEDIKA Sejarah Singkat Apotek Erra Medika Lokasi, Bangunan, dan Tata Ruang Apotek Erra Medika Struktur Organisasi Apotek Erra Medika Kegiatan di Apotek Erra Medika Kegiatan Teknis Kefarmasian Pengadaan/Pembelian Perbekalan Farmasi Penyimpanan dan Pengeluaran Barang Penjualan Kegiatan Non Teknis Kefarmasian Bagian Keuangan Kegiatan Administrasi Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika Pengadaan Narkotika dan Psikotropika Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika Pelayanan Resep Narkotika dan Psikotropika Laporan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika BAB 4. PEMBAHASAN Lokasi dan Tata Ruang Apotek Sumber Daya Manusia (SDM) Pembelian dan Pengadaan Barang Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika Pengelolaan dan Pelayanan Resep Pengelolaan Administrasi Keuangan BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN LAMPIRAN xii

14 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Penandaan Obat Bebas...18 Gambar 2.2 Penandaan Obat Bebas Terbatas...18 Gambar 2.3 Tanda Peringatan Pada Obat Bebas Terbatas...19 Gambar 2.4 Penandaan Obat Keras...19 Gambar 2.5 Penandaan Obat Narkotika...20 xiii

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lokasi Denah Apotek Erra Medika...64 Lampiran 2. Desain Eksterior Apotek Erra Medika...65 Lampiran 3. Desain Interior Apotek Erra Medika...66 Lampiran 4. Denah Ruangan Apotek Erra Medika...67 Lampiran 5. Salinan Resep...68 Lampiran 6. Etiket Obat...69 Lampiran 7. Plastik Pembungkus Obat...70 Lampiran 8. Nota Apotek Erra Medika...71 Lampiran 9. Struktur Organisasi Apotek Erra Medika...72 Lampiran 10. Surat Pesanan...73 Lampiran 11. Faktur Pembelian...74 Lampiran 12. Kartu Stok Barang...75 Lampiran 13. Surat Pesanan Narkotika...76 Lampiran 14. Surat Pesanan Psikotropika...77 Lampiran 15. Contoh Pelaporan Narkotika...78 Lampiran 16. Laporan Penggunaan Narkotika...79 Lampiran 17. Contoh Pelaporan Psikotropika...80 Lampiran 18. Laporan Penggunaan Psikotropika...81 xiv

16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar pada masyarakat sehingga dibutuhkan suatu usaha dalam rangka meningkatkan mutu kesehatan pada masyarakat. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional yang diselenggarakan pada semua bidang kehidupan yang bertujuan untuk dapat meningkatkan mutu kesehatan masyarakat. Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan telah berhasil meningkatkan status kesehatan. Keberhasilan itu banyak dipengaruhi oleh pengemban layanan kesehatan di sektor publik. Keberhasilan pembangunan kesehatan dipengaruhi oleh faktor yang mencakup akses dan kualitas layanan kesehatan yang terus membaik. Akses layanan kesehatan ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah, jaringan, dan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu puskesmas, rumah sakit, dan tidak terkecuali apotek. Apotek adalah suatu tempat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan, dan sebagai sarana farmasi untuk melakukan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat dan sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. Pada pelaksanaan tugasnya, seorang Apoteker harus berdasar pada standar pelayanan kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Kepmenkes RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004). Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, Apotek disebutkan sebagai salah satu fasilitas yang digunakan dalam pelayanan kefarmasian, maka dari itu apotek harus melakukan pelayanan kefarmasian. Pada saat ini orientasi paradigma pelayanan kefarmasian telah bergeser dari pelayanan obat (drug oriented) menjadi pelayanan pasien (patient oriented) dengan 1

17 2 mengacu kepada pharmaceutical care. Kegiatan pelayanan yang tadinya hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi berubah menjadi pelayanan yang komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut maka apoteker dituntut untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lain secara aktif, berinteraksi langsung dengan pasien di samping menerapkan keilmuannya di bidang farmasi (Kepmenkes RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004). Pelayanan kefarmasian harus diterapkan dengan baik dan tepat di apotek oleh apoteker. Maka dari itu, para calon apoteker memerlukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di apotek. Hasil yang diharapkan adalah para calon apoteker akan mendapatkan pembekalan baik secara teori ataupun praktek dan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkannya selama masa perkuliahan. Oleh karena itu, maka diadakan kerja sama antara Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi dengan Apotek Erra Medika dalam bentuk Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan pada tanggal Agustus Tujuan Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Erra Medika yang diselenggarakan oleh Fakultas Farmasi adalah agar calon apoteker : a. Memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam pengelolaan apotek, serta melakukan praktek pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan perudangundangan dan etika yang berlaku. b. Memperoleh wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan praktik kefarmasian di apotek. c. Memperoleh gambaran nyata tentang permasalahan praktek kefarmasian serta mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktek kefarmasian.

18 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1. Definisi Apotek Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Kepmenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002). Sementara menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 dalam ketentuan umum dijelaskan bahwa apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker Landasan Hukum Apotek Apotek sebagai sarana pelayanan kesehatan memiliki landasan hukum yang diatur dalam : 1. Undang-Undang : a. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan b. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika c. Undang -Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika 2. Peraturan Pemerintah : a. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian b. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No. 26 tahun 1965 tentang Apotek 3. Peraturan Menteri Kesehatan : a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 695/Menkes/Per/VI/2007 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 184 tahun 1995 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Izin kerja Apoteker. b. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek 3

19 4 4. Keputusan Menteri Kesehatan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/MenKes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 fungsi dan tugas apotek adalah : 1. Sebagai tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. 2. Sebagai sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian. 3. Sebagai sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat. 4. Sebagai sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata Persyaratan Pendirian Apotek Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek yaitu (Permenkes RI No.922/Menkes/PER/X/1993) : 1. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. 2. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. 3. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Selain itu persyaratan lain yang disebutkan adalah sebagai berikut (Kepmenkes RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004) :

20 5 1. Sarana apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. 2. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. 3. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. 4. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko kesalahan penyerahan. 5. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. 6. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, bebas dari hewan pengerat, serangga. 7. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek, diantaranya : a. Lokasi dan Tempat. Faktor yang digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan lokasi usaha apotek pada umumnya adalah mudah diakses oleh masyarakat, keamanan lingkungan, ada atau tidaknya apotek lain, letak apotek yang didirikan mudah atau tidaknya pasien untuk memarkir kendaraan, jumlah penduduk, jumlah praktek dokter, serta keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat (Kepmenkes RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004). b. Bangunan dan Kelengkapan. Bangunan apotek harus memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan farmasi. Apotek harus mempunyai papan nama yang terbuat dari bahan yang memadai dan memuat nama apotek, nama Apoteker Pengelola Apotek (APA), nomor SIA, dan alamat apotek. Luas bangunan apotek tidak dipermasalahkan, bangunan apotek terdiri dari ruang tunggu, ruang administrasi, ruang peracikan, ruang penyimpanan obat, dan toilet. Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik, ventilasi, dan sistem sanitasi yang baik.

21 6 Perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan pengelolaan apotek. Perlengkapan yang harus tersedia di apotek adalah : 1) Alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan, seperti timbangan, mortir, dan gelas ukur. 2) Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari obat dan lemari pendingin. 3) Wadah pengemas dan pembungkus seperti etiket dan plastik pengemas. 4) Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika, dan bahan beracun. 5) Alat dan perlengkapan laboratorium untuk pengujian sederhana seperti erlenmeyer, dan gelas ukur. 6) Alat administrasi seperti blanko pesanan obat, faktur, kuitansi, dan salinan resep. 7) Buku standar yang diwajibkan antara lain Farmakope Indonesia edisi terbaru, ISO, dan MIMS. 8) Kumpulan peraturan dan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek Tata Cara Perizinan Apotek Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) untuk membuka apotek di tempat tertentu. Izin apotek diberikan oleh Menteri yang melimpahkan wewenangnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin dilaporkan setahun sekali oleh Kepala Dinas Kesehatan kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Berdasarkan pedoman perizinan sarana farmasi makanan dan minuman provinsi DKI Jakarta maka perizinan apotek dibagi menjadi 4, yaitu : a. Apotek Kerjasama, adalah apotek dimana apoteker hanya sebagai apoteker pengelola apotek (APA), sedangkan pemilik sarana apotek (PSA) adalah dari pihak lain (bisa perorangan, PT, dan lain-lain).

22 7 b. Apotek Profesi, adalah apotek yang apoteker pengelola apotek (APA) juga sebagai pemilik sarana apoteknya (PSA). c. Depo Farmasi/Depo Obat, adalah apotek yang berada di klinik, dan hanya boleh menerima resep dari klinik tersebut. d. Apotek Rakyat (apotek sederhana) adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian di mana dilakukan penyerahan obatdan perbekalan kesehatan, dan tidak melakukan peracikan, serta tidak menjualobat golongan narkotika dan psikotropika, di mana terhitung sejak ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 284/MenKes/PER/III/2007, seluruh izin dan status apotek yang berasal dari apotek sederhana akan disesuaikan menjadi apotek. Sebelum melaksanakan kegiatannya, Apoteker Pengelola Apotek (APA) wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA). Izin apotek berlaku untuk seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melaksanakan pekerjaannya dan masih memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh izin apotek tidak dipungut biaya dalam bentuk apapun (Permenkes RI No. 922/Menkes/PER/X/1993). Untuk mendapatkan SIA, APA harus menyiapkan tempat (lokasi dan bangunan) dan perlengkapannya termasuk obat dan perbekalan farmasi lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Bangunan apotek harus mempunyai luas yang memadai, sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek, serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Bangunan apotek minimal terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, tempat pencucian alat, dan toilet/ WC. Bangunan apotek harus dilengkapi sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik, serta ventilasi dan sistem sanitasi yang baik. Apotek harus mempunyai papan nama apotek berukuran minimal 40x60 cm dengan tulisan berwarna hitam (ukuran 5 cm) di atas dasar berwarna putih yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA dan alamat apotek.

23 8 Secara umum persyaratan izin apotek yang bekerja sama dengan pihak lain adalah : a. Surat permohonan APA yang ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai Rp.6000,00. b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk PT yang disahkan/terdaftar pada Departemen Kehakiman dan HAM RI. c. Fotokopi KTP dari APA. d. Fotokopi Surat Izin Kerja (SIK)/ Surat Izin Praktek (SIP) apoteker, dengan lampiran surat keterangan selesai masa bakti apoteker bagi non pegawai negeri. e. Fotokopi surat status kepemilikan tanah: Fotokopi sertifikat, bila gedung milik sendiri; fotokopi surat perjanjian kontrak bangunan minimal 2 (dua) tahun dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal dua tahun, bila kontrak/sewa. f. Fotokopi Undang-Undang Gangguan (UUG). g. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB). h. Surat keterangan domisili dari kelurahan setempat. i. Surat pernyataan pemohon yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepadaperaturan perundangan yang berlaku di atas materai Rp. 6000,00. j. Peta lokasi dan denah ruangan. k. Surat pernyataan dari pemilik sarana apotek tidak pernah terlibat dan tidakakan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi/obat dan tidakakan ikut campur dalam pengelolaan obat di atas materai Rp. 6000,00. l. Surat pernyataan APA bahwa yang bersangkutan tidak bekerja pada bidang farmasi lain di atas materai Rp. 6000,00. m. Surat pernyataan tidak melakukan penjualan narkotika, obat keras tertentu tanpa resep di atas materai Rp.6000,00. n. Struktur organisasi dan tata kerja/tata laksana (dalam bentuk Organogram). o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan. p. SIK Asisten Apoteker/D3 farmasi. q. Rencana jadwal buka apotek. r. Daftar peralatan peracikan obat.

24 9 s. Buku wajib peraturan perundangan di bidang farmasi. t. Formulir pelaporan narkotika dan psikotropika. u. Akte notaris perjanjian kerjasama APA dan PSA (asli/legalisir). v. Surat izin atasan bagi apoteker Pegawai Negeri Sipil. Secara umum persyaratan izin apotek praktek profesi : a. Surat permohonan apoteker praktek profesi ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai Rp.6000,00. b. Surat rekomendasi dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) DKI Jakarta yang menyatakan bahwa yang bersangkutan layak untuk melakukan apotek profesi yang diterbitkan setiap tahun sekali. c. Fotokopi KTP DKI apoteker apotek praktek profesi. d. Status kepemilikan bangunan, IMB dan surat sewa menyewa minimal 2 tahun. e. Denah bangunan beserta peta lokasi. f. Daftar peralatan peracikan, etiket, dll. g. Fotokopi NPWP apoteker. h. SIK/SIP apoteker dan pas foto 2x3 sebanyak 2 lembar dengan melampirkan surat selesai masa bakti apoteker. i. Surat pernyataan dari apotek bahwa selama buka apotek harus ada apotekernya (bila tidak ada apotekernya maka harus tutup). j. Jadwal buka apotek bersama dengan petugas/apoteker yang lain yang ikut melakukan praktek profesi dengan melampirkan SIK dan KTP DKI Jakarta. Secara umum persyaratan izin depo obat/farmasi : a. Surat permohonan apoteker penanggung jawab depo ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai Rp.6000,00. b. Fotokopi izin klinik yang masih berlaku. c. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk badan hukum. d. Fotokopi KTP APA. e. Ijasah/SIK/SIP Apoteker dengan melampirkan surat selesai masa bakti apoteker.

25 10 f. Surat pengangkatan apoteker sebagai karyawan/penanggung jawab depo obat/farmasi. g. Proposal untuk mendirikan depo obat/farmasi. h. Ijazah/SIK asisten apoteker. i. Peta lokasi dan denah bangunan seatap/sepekarangan dengan klinik serta denah bangunan tertutup. j. NPWP perusahaan. k. UUG. l. Status gedung/sertifikat gedung sewa minimal dua tahun. m. Surat pernyataan apoteker hanya melayani resep dari klinik perusahaannya (bukan dari resep umum), kecuali atas nama pasien perusahaan. SIA berlaku seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan tidak ada perubahan fisik dan non fisik. SIA harus diperbaharui bila terjadi perubahan fisik dan non fisik dari sarana apotek. Kriteria perubahan non fisik yakni apabila terjadi pergantian apoteker pengelola sarana apotek (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya), terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan apotek (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya), terjadi pergantian nama sarana kesehatan apotek, terjadi perubahan alamat sarana kesehatan apotek tanpa pemindahan lokasi, dan/atau terjadi karena surat izin sarana kesehatan apotek hilang atau rusak. Sedangkan perubahan fisik, yakni apabila terjadi perubahan denah sarana kesehatan apotek dan terjadi perubahan pindah lokasi apotek (Kepmenkes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002). Permohonan perubahan izin karena pergantian APA harus disertai dengan lampiran sebagai berikut : SIA lama, fotokopi KTP APA baru, surat perjanjian kerjasama antara APA baru dengan PSA yang disahkan oleh notaris, surat serah terima apotek dari apoteker lama kepada apoteker baru, surat pernyataan apoteker baru tidak merangkap pada sarana farmasi makanan minuman lainnya, SIK/SP APA baru, surat kematian apoteker lama (bila meninggal), surat pernyataan APA lama tidak keberatan atas pergantian APA baru serta berita acara serah terima dalam rangka peralihan tanggung jawab pelayanan kefarmasian dari APA lama ke APA baru disertai dengan saksi dan juga menerangkan bahwa telah melakukan penyerahan kunci tempat penyimpanan narkotika, kunci penyimpanan obat keras dan bahan

26 11 berbahaya lainnya, resep-resep, obat narkotik dan psikotropik. Sedangkan permohonan perubahan izin karena pergantian PSA harus disertai dengan : SIA lama, surat perjanjian kerja sama antara apoteker dengan pemilik sarana yang baru disahkan oleh notaris, surat pernyataan pemilik sarana apotek yang baru tidak pernah terlibat dalam pelanggaran dibidang farmasi, surat kematian dari pemilik lama (jika meninggal dunia), dan bukti pengalihan dari PSA lama ke PSA yang baru. Data tersebut diarsipkan oleh Sudinkes untuk selanjutnya dibuat rekapitulasi dan pemutakhiran data. Permohonan perubahan izin karena perubahan nama apotek harus disertai dengan SIA apotek yang lama, surat perjanjian kerjasama antara apoteker dengan pemilik sarana apotek dengan nama apotek yang baru disahkan notaris, NPWP yang baru, dan alasan perubahan tanpa pindah lokasi nama. Sedangkan permohonan perubahan izin apotek karena perubahan alamat harus disertai dengan SIA apotek yang lama, surat perjanjian kerja sama apoteker dengan pemilik sarana apotek dengan alamat apotek yang baru disahkan notaris, serta surat keterangan telah terjadi perubahan/nama jalan. Namun, jika perubahan alamat karena pindah lokasi maka permohonan perubahan izin disertai dengan pengembalian SIA lama, UUG yang baru, peta lokasi yang baru, denah ruangan apotek yang baru, contoh etiker. kopi resep, kop surat dengan alamat yang baru serta status gedung yang baru. Data tersebut diarsipkan oleh Sudinkes untuk selanjutnya dibuat rekapitulasi dan pemutakhiran data. Apotek harus memiliki perlengkapan yang memadai seperti timbangan, mortir, wadah dan etiket, tempat penyimpanan obat, termasuk lemari khusus narkotika dan psikotropika, kartu stok, dan sebagainya. Apotek harus melaporkan pemakaian narkotika setiap bulan kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM di DKI Jakarta, sedangkan pemakaian psikotropika harus dilaporkan maksimal setahun sekali. Pada setiap pengalihan tanggung jawab kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA oleh apoteker pengganti, harus diikuti dengan serah terima resep, narkotika dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan pembuatan berita acara. Apabila apotek melakukan pelanggaran, maka dapat diberikan teguran secara lisan

27 12 untuk segera dilakukan perbaikan. Apabila tidak ada perbaikan dari apotek tersebut, maka diberikan peringatan tertulis kepada APA. Pelaksanaan pencabutan SIA dapat dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan atau pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan. Akan tetapi, pembekuan izin ini dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Kepmenkes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002) Petugas Apotek Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta keterampilan di bidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, maka APA harus menunjuk Apoteker Pendamping. Apoteker Pendamping adalah apoteker yang telah bekerja di apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk Apoteker Pengganti. Apoteker Pengganti yaitu apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain. Penunjukkan Apoteker Pendamping/Pengganti harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat dengan menggunakan formulir model APT-9. Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti wajib memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus-menerus, Surat Izin Apotek atas nama Apoteker yang bersangkutan dapat dicabut (Kepmenkes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002). Untuk mendukung kegiatan di apotek apabila apotek yang dikelola cukup besar dan padat diperlukan tenaga kerja lain seperti Asisten Apoteker yang

28 13 berdasarkan peraturan perundang-undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker di bawah pengawasan Apoteker, juru resep yaitu petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker, kasir yaitu orang yang bertugas mencatat penerimaan dan pengeluaran uang yang dilengkapi dengan kuitansi dan nota, pegawai tata usaha, yaitu petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, dan keuangan apotek. Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker Pendamping maupun Apoteker Pengganti, dalam pengelolaan apotek. Apoteker Pendamping bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan APA. Pada setiap pengalihan tanggung jawab kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA oleh Apoteker Pengganti, harus diikuti dengan serah terima resep, narkotika, dan perbekalan farmasi lainnya, serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan pembuatan berita acara. Apabila APA meninggal dunia, maka (Permenkes RI No.922/Menkes/PER/X/1993) : 1. Ahli waris APA wajib melaporkan dalam waktu 2 x 24 jam kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 2. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker Pendamping, maka laporan wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. 3. Penyerahan dibuat Berita Acara Serah Terima sebagaimana dimaksud Pasal 23 ayat (2) kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan formulir model APT-11 dengan tembusan kepada Kepala Balai POM setempat Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Apoteker Pengelola Apotek (APA) wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Sesuai dengan Permenkes RI No. 1332/MENKES/SK/2002, APA harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan.

29 14 2. Telah mengucapkan sumpah atau janji Apoteker. 3. Memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri Kesehatan. 4. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai apoteker. 5. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain Pelanggaran Apotek Pelanggaran apotek dapat dikategorikan berdasarkan berat atau ringannya pelanggaran tersebut. Kegiatan yang termasuk dalam pelanggaran berat, yaitu: 1. Melakukan kegiatan tanpa ada tenaga teknis farmasi 2. Terlibat dalam penyaluran atau penyimpanan obat palsu atau gelap 3. Pindah alamat apotek tanpa izin 4. Menjual narkotika tanpa resep dokter. 5. Kerja sama dengan PBF dalam menyalurkan obat kepada pihak yang tidak berhak dalam jumlah besar. 6. Tidak menunjuk Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti pada waktu APA keluar daerah selama tiga bulan berturut-turut. Kegiatan yang termasuk dalam pelanggaran ringan yaitu : 1. Tidak menunjuk Apoteker pendamping pada waktu APA tidak dapat hadir pada jam buka apotek. 2. Mengubah denah apotek tanpa izin. 3. Menjual obat daftar G kepada yang tidak berhak. 4. Melayani resep yang tidak jelas dokternya. 5. Menyimpan obat rusak, tidak mempunyai penandaan atau belum dimusnahkan. 6. Obat dalam kartu stok tidak sesuai dengan jumlah yang ada. 7. Salinan resep yang tidak ditanda tangani oleh Apoteker. 8. Melayani salinan resep narkotika dari apotek lain. 9. Lemari narkotika tidak memenuhi syarat. 10. Resep narkotika tidak dipisahkan. 11. Buku harian narkotika tidak diisi atau tidak bisa dilihat atau diperiksa.

30 Tidak mempunyai atau tidak mengisi kartu stok hingga tidak dapat diketahui dengan jelas asal-usul obat tersebut. Setiap pelanggaran apotek terhadap ketentuan yang berlaku dapat dikenakan sanksi, baik bersifat administratif ataupun sanksi pidana. Sanksi administratif yang diberikan menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 dan Permenkes No. 992/MENKES/PER/1993 adalah diberikan peringatan secara tertulis kepada APA secara tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masingmasing dua bulan. Selain itu, dilakukan pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan sejak dikeluarkannya Penetapan Pembekuan Izin Apotek. Keputusan Pencabutan SIA disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Balai/Balai Besar POM setempat. Pembekuan izin apotek tersebut dapat dicairkan kembali apabila apotek tersebut dapat membuktikan bahwa seluruh persyaratan yang ditentukan dalam Keputusan Menteri Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tersebut telah dipenuhi. Pencairan izin apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Sanksi pidana berupa denda maupun hukuman penjara diberikan bila terdapat pelanggaran terhadap : 1. Undang-Undang Obat Keras (St No. 541) 2. Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun Undang-Undang Narkotika No. 22 tahun Undang-Undang Psikotropika No. 5 tahun Pencabutan Surat Izin Apotek Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat wajib melaporkan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek dalam jangka waktu setahun sekali kepada Menteri Kesehatan dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut surat izin apotek apabila (Permenkes RI No.1332/MENKES/SK/X/2002) :

31 16 1. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. Sediaan farmasi yang sudah dikatakan tidak bermutu baik atau karena sesuatu hal tidak dapat dan dilarang untuk digunakan, seharusnya dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri. 2. Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus. 3. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang No. 9 tahun 1976 tentang Narkotika, Undang-Undang Obat Keras No. St No. 541, Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. 4. Surat Izin Kerja Apoteker Pengelola Apotek dicabut. 5. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang obat. 6. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan harus berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan setelah dikeluarkan : 1. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan dengan menggunakan contoh Formulir APT Pembekuan izin Apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan contoh Formulir APT-13. Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam poin (2) di atas, dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini dengan menggunakan contoh formulir APT-14. Pencairan Izin Apotek dimaksud di atas dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau

32 17 Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti tata cara sebagai berikut : 1. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek. 2. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci 3. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Kementerian Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam poin (1) Perbekalan Farmasi Pemerintah menetapkan beberapa peraturan mengenai Tanda untuk membedakan jenis-jenis obat yang beredar di wilayah Republik Indonesia agar pengelolaan obat menjadi mudah. Beberapa peraturan tersebut antara lain yaitu : 1. UU RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. 2. Kepmenkes RI No. 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. 3. Kepmenkes RI No. 2396/A/SK/VIII/86 tentang Tanda Khusus Obat Keras Daftar G. 4. Kepmenkes RI No. 347/Menkes/SK/VIII/90 tentang Obat Wajib Apotek. 5. Permenkes RI No.688/Menkes/Per/VII/1997 tentang Peredaran Psikotropika. Berdasarkan ketentuan peraturan tersebut, maka obat dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu (Umar, 2007) : 1. Obat Bebas Obat bebas adalah obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam.

33 18 Gambar 2.1 Penandaan Obat Bebas 2. Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat dengan peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam. Gambar 2.2 Penandaan Obat Bebas Terbatas Obat golongan ini termasuk obat keras namun dapat dibeli tanpa resep dokter. Komposisi obat bebas terbatas merupakan obat keras sehingga dalam wadah atau kemasan perlu dicantumkan tanda peringatan (P1-P6). Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (disesuaikan dengan warna kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya dengan huruf berwarna putih. Tanda-tanda peringatan ini sesuai dengan golongan obatnya yaitu : a. P No 1: Awas! Obat keras. Baca aturan memakainya. Contoh: Inza. b. P No 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan. Contoh: Betadine Obat Kumur Antiseptik. c. P No 3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. Contoh: Canesten. d. P No 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar. Contoh: Sigaret Asma. e. P No 5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Sulfanilamid Steril. f. No 6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh: Anusol Suppositoria.

34 19 Gambar 2.3 Tanda Peringatan pada Obat Bebas Terbatas 3. Obat Keras Daftar G Obat keras adalah obat-obatan yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, mendesinfeksi, dan lain-lain, pada tubuh manusia, baik dalam bungkusan atau tidak yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Tanda khusus obat keras yaitu lingkaran merah dengan garis tepi hitam dan huruf K di dalamnya yang ditulis pada etiket dan bungkus luar. Gambar 2.4 Penandaan Obat Keras Psikotropika termasuk dalam golongan obat keras. Obat keras merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter dan dapat diulang tanpa resep baru bila dokter menyatakan pada resepnya boleh diulang. Obat-obat golongan ini antara lain obat jantung, obat diabetes, hormon, antibiotika, beberapa obat ulkus lambung, dan semua obat suntik. 4. Psikotropika Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

35 20 pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Penggolongan dari psikotropika adalah (Undang-Undang No. 5 Tahun 1997) : a. Psikotropika golongan I adalah Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: etisiklidina, tenosiklidina, metilendioksi metilamfetamin (MDMA). b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin, fensiklidin. c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amobarbital, pentobarbital, siklobarbital. d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: diazepam, estazolam, etilamfetamin, alprazolam. 5. Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongangolongan (Undang-Undang No.35 Tahun 2009). Gambar 2.5 Penandaan Obat Narkotika

36 21 Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Undang-Undang No. 35 Tahun 2009) : a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: kokain, opium, heroin, ganja. b. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: morfin, petidin, normetadona, metadona. c. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: kodein, norkodeina, etilmorfina Pengelolaan Apotek Pengelolaan apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek. Pengelolaan apotek dapat dibagi menjadi dua, yaitu (Kepmenkes RI No. 922/MENKES/PER/X/1993) : 1. Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, penyerahan obat atau bahan obat, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada masyarakat, pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya. 2. Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, personalia, pelayanan komoditas selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek.

37 Pengelolaan Perbekalan Farmasi 1. Perencanaan Perencanaan merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga dalam rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, serta menghindari kekosongan obat. Dalam perencanaan pengadaan sediaan farmasi seperti obat-obatan dan alat kesehatan, maka perlu dilakukan pengumpulan data obat-obatan yang akandipesan. Data obat-obatan tersebut biasanya ditulis dalam buku defekta, yaitu jika barang habis atau persediaan menipis berdasarkan jumlah barang yang tersedia pada bulan-bulan sebelumnya. Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan APA di dalam melaksanakan perencanaan pemesanan barang, yaitu memilih Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang memberikan keuntungan dari segala segi, misalnya harga yang ditawarkan sesuai, ketepatan waktu pengiriman, diskon dan bonus yang diberikan sesuai, jangka waktu kredit yang cukup, serta kemudahan dalam pengembalian obat-obatan yang hampir kadaluarsa. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan pengadaan sediaan farmasi yaitu (Kepmenkes RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004) : a. Pola penyakit, maksudnya adalah perlu memperhatikan dan mencermati pola penyakit yang timbul di sekitar masyarakat sehingga apotek dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tentang obat-obat untuk penyakit tersebut. b. Tingkat perekonomian masyarakat di sekitar apotek juga akan mempengaruhi daya beli terhadap obat-obatan. c. Budaya masyarakat dimana pandangan masyarakat terhadap obat, pabrik obat, bahkan iklan obat dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan obat-obatan khususnya obat-obatan tanpa resep. Demikian juga dengan budaya masyarakat yang lebih senang berobat ke dokter, maka apotek perlu memperhatikan obatobat yang sering diresepkan oleh dokter tersebut. 2. Pengadaan Pabrik dapat menyalurkan produksinya langsung ke PBF, apotek, toko obat, apotek rumah sakit, dan sarana kesehatan lain (Permenkes RI No. 918/Menkes/per/X/1993). Pengadaan barang di apotek meliputi pemesanan dan

38 23 pembelian. Pembelian barang dapat dilakukan secara langsung ke produsen atau melalui PBF. Proses pengadaan barang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu : a. Tahap persiapan, dilakukan dengan cara mengumpulkan data barang-barang yang akan dipesan dari buku defekta, termasuk obat baru yang ditawarkan pemasok. b. Pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP). SP minimal dibuat 2 lembar (untuk pemasok dan arsip apotek) dan ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK. Pengadaan atau pembelian barang di apotek dapat dilakukan dengan cara antara lain : a. Pembelian dalam jumlah terbatas yaitu pembelian dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam waktu pendek, misalnya satu minggu. Pembelian ini dilakukan bila modal terbatas dan PBF berada dalam jarak tidak jauh dari apotek, misalnya satu kota dan selalu siap untuk segera mengirimkan obat yang dipesan. b. Pembelian berencana dimana metode ini erat hubungannya dengan pengendalian persediaan barang. Pengawasan stok obat atau barang dagangan penting sekali, untuk mengetahui obat yang fast moving atau slow moving, hal ini dapat dilihat pada kartu stok. Selanjutnya dilakukan perencanaan pembelian sesuai dengan kebutuhan. c. Pembelian secara spekulasi merupakan pembelian dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan, dengan harapan akan ada kenaikan harga dalam waktu dekat atau karena ada diskon atau bonus. Pola ini dilakukan pada waktuwaktu tertentu jika diperkirakan akan terjadi peningkatan permintaan. Meskipun apabila spekulasinya benar akan mendapat keuntungan besar, tetapi cara ini mengandung resiko obat akan rusak atau kadaluarsa. 3. Penyimpanan Penyimpanan obat sebaiknya digolongkan berdasarkan bentuk sediaan, seperti sediaan padat dipisahkan dari sediaan cair atau setengah padat. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari zat-zat yang bersifat higroskopis. Serum, vaksin, dan obat-obat yang mudah rusak atau meleleh pada suhu kamar disimpan dalam lemari pendingin. Penyusunan obat dapat dilakukan secara alfabetis untuk mempermudah dan mempercepat pengambilan obat saat diperlukan. Pengaturan pemakaian barang

39 24 di apotek sebaiknya menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out), sehingga obat-obat yang mempunyai waktu kadaluarsa lebih singkat disimpan paling depan dan memungkinkan diambil terlebih dahulu Pengelolaan Keuangan Laporan keuangan yang biasa dibuat di apotek adalah : a. Laporan Rugi-Laba Laporan rugi-laba adalah laporan yang menyajikan informasi tentang pendapatan, biaya, laba atau rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu. Laporan rugi-laba biasanya berisi hasil penjualan, HPP (persediaan awal + pembelian-persediaan akhir), laba kotor, biaya operasional, laba bersih usaha, laba bersih sebelum pajak, laba bersih setelah pajak, pendapatan non usaha, dan pajak. b. Neraca Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada waktu tertentu. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban yang disebut pasiva, atau dengan kata lain aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva merupakan sumbersumber yang digunakan untuk investasi tersebut. Oleh karena itu, dapat dilihat dalam neraca bahwa jumlah aktiva akan sama besar dengan pasiva. Aktiva dikelompokkan dalam aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar berisi kas, surat-surat berharga, piutang, dan persediaan. Aktiva tetap dapat berupa gedung atau tanah, sedangkan pasiva dapat berupa hutang dan modal. c. Laporan Hutang-Piutang Laporan utang adalah laporan yang berisi utang yang dimiliki apotek pada periode tertentu dalam satu tahun, sedangkan laporan piutang berisikan piutang yang ditimbulkan karena transaksi yang belum lunas dari pihak lain kepada pihak apotek Administrasi Administrasi yang biasa dilakukan apotek meliputi antara lain : 1. Administrasi umum, kegiatannya meliputi, membuat agenda atau mengarsipkan surat masuk dan surat keluar, pembuatan laporan-laporan seperti, laporan

40 25 narkotika dan psikotropika, pelayanan resep dengan harganya, pendapatan, alat dan obat KB, obat generik, dan lain-lain. 2. Pembukuan meliputi pencatatan keluar dan masuknya uang disertai bukti-bukti pengeluaran dan pemasukan. 3. Administrasi penjualan meliputi pencatatan pelayanan obat resep, obat bebas, dan pembayaran secara tunai atau kredit. 4. Administrasi pergudangan meliputi, pencatatan penerimaan barang, masingmasing barang diberi kartu stok, dan membuat defekta. 5. Administrasi pembelian meliputi pencatatan pembelian harian secara tunai atau kredit dan asal pembelian, mengumpulkan faktur secara teratur. Selain itu dicatat kepada siapa berhutang dan masing-masing dihitung besarnya hutang apotek. 6. Administrasi piutang, meliputi pencatatan penjualan kredit, pelunasan piutang, dan penagihan sisa piutang. 7. Administrasi kepegawaian dilakukan dengan mengadakan absensi karyawan, mencatat kepangkatan, gaji, dan pendapatan lainnya dari karyawan Pelayanan Apotek Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 yang meliputi : 1. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek, sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. 2. Apotek wajib menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan yang bermutu baik dan absah. 3. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten. Namun resep dengan obat paten boleh diganti dengan obat generik. 4. Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat mengikuti ketentuan yang berlaku, dengan membuat berita acara. Pemusnahan ini dilakukan dengan cara dibakar atau dengan ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Balai Besar POM.

41 26 5. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih tepat. 6. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat. 7. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep. 8. Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker. 9. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu 3 tahun. 10. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. 11. Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pelayanan yang dilakukan di apotek, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 35 tahun 2014, harus menerapkan pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) yaitu suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Untuk mewujudkan pelayanan kefarmasian, apoteker harus menerapkan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai serta Pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian dan pencatatan serta pelaporan, sedangkan pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian resep, dispensing, Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling, Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care), Pemantauan Terapi Obat (PTO) dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO).

42 Pengkajian Resep Pengkajian resep menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 35 Tahun 2014 meliputi kajian administrasi, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis resep. Kajian administratif meliputi : a. Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan. b. Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf. c. Tanggal penulisan resep. Kajian kesesuaian farmasetik meliputi : a. Bentuk dan kekuatan sediaan b. Stabilitas. c. Kompatibilitas (ketercampuran obat). Sedangkan kajian pertimbangan klinis meliputi : a. Ketepatan indikasi dan dosis obat. b. Aturan, cara dan lama penggunaan obat. c. Duplikasi dan/atau polifarmasi. d. Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain). e. Kontra indikasi. f. Interaksi. Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker harus menghubungi dokter penulis resep Dispensing Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat. Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal sebagai berikut (Permenkes RI No.35 Tahun 2014) : a. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep, menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep, mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat. b. Melakukan peracikan obat bila diperlukan

43 28 c. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi : i. warna putih untuk obat dalam/oral. ii. warna biru untuk obat luar dan suntik. iii. menempelkan label kocok dahulu pada sediaan bentuk suspense atau emulsi. d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang salah. Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut : a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep). b. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien. c. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien. d. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat. e. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait dengan obat antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat dan lain-lain. f. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak stabil. g. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya. h. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh apoteker (apabila diperlukan). i. Menyimpan resep pada tempatnya; j. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien. Apoteker di apotek juga dapat melayani obat non resep atau pelayanan swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan bat non resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai Pelayanan Informasi Obat (PIO) Apotek merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan

44 29 bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat bebas dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat dan lain-lain (Permenkes RI No.35 Tahun 2014). Kegiatan pelayanan informasi obat di Apotek meliputi (Permenkes RI No.35 Tahun 2014) : a. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan. b. Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan masyarakat (penyuluhan). c. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien. d. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi yang sedang praktik profesi. e. Melakukan penelitian penggunaan Obat. f. Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah. g. Melakukan program jaminan mutu. Pelayanan Informasi Obat harus didokumentasikan untuk membantu penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat dengan menggunakan Formulir. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan Informasi Obat : a. Topik pertanyaan. b. Tanggal dan waktu Pelayanan Informasi Obat diberikan. c. Metode Pelayanan Informasi Obat (lisan, tertulis, lewat telepon). d. Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain seperti riwayat alergi, apakah pasien sedang hamil/menyusui, data laboratorium). e. Uraian pertanyaan. f. Jawaban pertanyaan. g. Referensi. h. Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, per telepon) dan data Apoteker yang memberikan Pelayanan Informasi Obat.

45 Konseling Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 35 tahun 2014, konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami obat yang digunakan. Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling : a. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui). b. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM, AIDS, epilepsi). c. Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus (penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off). d. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoin, teofilin). e. Pasien dengan polifarmasi, pasien menerima beberapa obat untuk indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis obat. f. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah. Tahap kegiatan konseling adalah sebagai berikut: a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien b. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui Three Prime Questions, yaitu: i. Apa yang disampaikan dokter tentang Obat Anda? ii. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat Anda? iii. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah Anda menerima terapi obat tersebut?

46 31 c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat. d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah penggunaan obat. e. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda tangan pasien sebagai bukti bahwa pasien memahami informasi yang diberikan dalam konseling Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care) Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/ SK/IX/2004 pelayanan residensial atau pelayanan kefarmasian di rumah adalah pelayanan apoteker sebagai care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk itu apoteker harus membuat catatan pengobatan pasien (patient medication record). Apoteker di apotek sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh Apoteker, meliputi (Permenkes RI No.35 Tahun 2014) : a. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan pengobatan. b. Identifikasi kepatuhan pasien. c. Pendampingan pengelolaan obat dan/atau alat kesehatan di rumah, misalnya cara pemakaian obat asma, penyimpanan insulin. d. Konsultasi masalah obat atau kesehatan secara umum. e. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan obat berdasarkan catatan pengobatan pasien. f. Dokumentasi pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di rumah

47 Pemantauan Terapi Obat Pemantauan terapi obat merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping (Permenkes RI No.35 Tahun 2014). Kriteria pasien pemantauan terapi obat adalah sebagai berikut : a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui. b. Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis. c. Adanya multidiagnosis. d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati. e. Menerima obat dengan indeks terapi sempit. f. Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat yang merugikan. Kegiatan yang dilakukan dalam pemantauan terapi obat adalah : a. Memilih pasien yang memenuhi kriteria. b. Mengambil data yang dibutuhkan yaitu riwayat pengobatan pasien yang terdiri dari riwayat penyakit, riwayat penggunaan obat dan riwayat alergi; melalui wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau tenaga kesehatan lain. c. Melakukan identifikasi masalah terkait obat. Masalah terkait obat antara lain adalah adanya indikasi tetapi tidak diterapi, pemberian obat tanpa indikasi, pemilihan obat yang tidak tepat, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu rendah, terjadinya reaksi obat yang tidak diinginkan atau terjadinya interaksi obat. d. Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien dan menentukan apakah masalah tersebut sudah atau berpotensi akan terjadi. e. Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi rencana pemantauan dengan tujuan memastikan pencapaian efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki. f. Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah dibuat oleh Apoteker harus dikomunikasikan dengan tenaga kesehatan terkait untuk mengoptimalkan tujuan terapi. g. Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terapi obat.

48 Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis. Kegiatan dalam MESO adalah (Permenkes RI No.35 Tahun 2014) : a. Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping obat. b. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO) c. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan MESO yaitu melakukan kerjasama dengan tim kesehatan lain serta ketersediaan formulir MESO Pelayanan Swamedikasi Pengobatan sendiri (swamedikasi) adalah tindakan mengobati diri sendiri dengan obat tanpa resep (golongan obat bebas dan bebas terbatas) yang dilakukan secara tepat guna dan bertanggung jawab. Hal ini mengandung makna bahwa walaupun digunakan untuk diri sendiri, pengobatan sendiri harus dilakukan secararasional. Ini berarti bahwa tindakan pemilihan dan penggunaan produk bersangkutan sepenuhnya merupakan tanggung jawab bagi para penggunanya. Pemerintah juga turut berperan serta dalam meningkatkan upaya pengobatan sendiri dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.347/Menkes/SK/VII/ 1990 tentang Obat Wajib Apotek. Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotek. Obat yang diserahkan tanpa resep dokter, harus memenuhi kriteria sebagai berikut (Permenkes RI No.919/Menkes/Per/X/1993) : a. Tidak dikontraindikasikan pada wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun. b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko akan kelanjutan penyakit.

49 34 c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Penggunaan OWA perlu dicatat tetapi tidak perlu dilaporkan. Beberapa kewajiban apoteker dalam penyerahan obat wajib apotek yaitu : a. Memenuhi ketentuan dan batasan yang tercakup dalam tiap-tiap jenis obat wajib apotek tersebut. Contoh: Ibuprofen tablet 400 mg maksimal diberikan sebanyak 10 tablet per pasien (demikian pula dengan ibuprofen tablet 800 mg), ketokonazol krim maksimal diberikan sebanyak 1 tube per pasien, atau ranitidin tablet 150 mg dengan batas jumlah penyerahan kepada pasien sebanyak 10 tablet. b. Membuat catatan pasien dan obat yang telah diserahkan. c. Memberikan informasi tentang obat, meliputi dosis, aturan pakai, efek samping dan informasi lain yang dianggap perlu Promosi dan Edukasi Apoteker harus memberikan edukasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan, dengan memilihkan obat yang sesuai. Apoteker juga harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi antara lain dengan penyebaran leaflet atau brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lain Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek Pengelolaan Narkotika di Apotek Narkotika merupakan bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, namun menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama. Pengendalian dan pengawasan narkotika, di Indonesia merupakan

50 35 wewenang Badan POM. Untuk mempermudah pengendalian dan pengawasan narkotika maka pemerintah Indonesia hanya memberikan izin kepada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. untuk mengimpor bahan baku, memproduksi sediaan dan mendistribusikan narkotika di seluruh Indonesia. Hal tersebut dilakukan mengingat narkotika adalah bahan berbahaya yang penggunaannya dapat disalahgunakan. Secara garis besar pengelolaan narkotika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan dan pemusnahan (Umar, 2007). 1. Pemesanan Narkotika Untuk memudahkan pengawasan maka apotek hanya dapat memesan narkotika ke PBF PT. Kimia Farma dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) khusus narkotika, yang ditandatangani oleh APA, dilengkapi dengan nama jelas,stempel apotek, nomor SIK dan SIA. Surat pesanan terdiri dari empat rangkap. Surat pesanan narkotika dilengkapi dengan nama dan tanda tangan APA, nomor Surat Izin Apotek (SIA), tanggal dan nomor surat, alamat lengkap dan stempel apotek. Satu surat pesanan hanya untuk satu jenis narkotika 2. Penyimpanan Narkotika Apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika dan harus dikunci dengan baik. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Permenkes RI No.28/Menkes/PER/1978) : a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat. c. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika sedangkan bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika yang dipakai sehari-hari. d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut melekat pada tembok atau lantai. e. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan. f. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang dikuasakan. g. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum.

51 36 3. Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika Hal yang harus diperhatikan dalam pelayanan resep yang mengandung narkotika antara lain : a. Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan atau ilmu pengetahuan. b. Narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter. c. Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar salinan resep dokter. d. Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika, walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali. e. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. f. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Dengan demikian dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resepresep yang mengandung narkotika. 4. Pelaporan Narkotika Apotek wajib membuat, menyampaikan dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya (UU No.35 Tahun 2009). Pelaporan penggunaan narkotika telah dikembangkan dalam bentuk perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2006 oleh Kementerian Kesehatan. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan (Puskesmas, Rumah Sakit dan Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke tingkat yang lebih tinggi (Dinkes Provinsi dan Ditjen Binfar dan Alkes) melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet. Namun, penerapan undang-undang ini belum dilaksanakan secara menyeluruh di Indonesia.

52 37 5. Pemusnahan Narkotika APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan. Apoteker Pengelola Apotek dan dokter yang memusnahkan narkotika harus membuat Berita Acara Pemusnahan Narkotika yang sekurang-kurangnya memuat : a. Nama, jenis, sifat, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. b. Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukan pemusnahan. c. Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang menyaksikan pemusnahan. d. Cara pemusnahan dibuat Berita Acara Pemusnahan Narkotika dikirim kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Balai POM. Pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penyimpanan dan pelaporan narkotika dapat dikenai sanksi administratif oleh Menteri Kesehatan yang berupa: teguran, peringatan, denda administratif, penghentian sementara kegiatan atau pencabutan izin Pengelolaan Psikotropika Ruang lingkup pengaturan psikotropika adalah segala hal yang berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika yaitu : a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan. b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika. c. Memberantas peredaran gelap psikotropika. Secara garis besar pengelolaan psikotropika meliputi : 1. Pemesanan Psikotropika Kegiatan ini memerlukan surat pesanan (SP), dimana satu SP bisa digunakan untuk beberapa jenis obat. Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan pasien dengan resep dokter. Tata cara pemesanan adalah dengan menggunakan SP yang ditandatangani oleh APA dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek,

53 38 nomor SIK dan SIA. Surat pesanan dibuat rangkap 3, dualembar untuk PBF dan 1 lembar untuk arsip apotek. Satu SP untuk beberapa jenis obat psikotropika. 2. Penyimpanan Psikotropika Kegiatan ini belum diatur oleh perundang-undangan, namun karena kecenderungan penyalahgunaan psikotropika, maka disarankan untuk obat golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus. 3. Pelaporan Psikotropika Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan pemakaiannya setiap bulan. Laporan ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Balai Besar POM setempat, Dinas Kesehatan Provinsi setempat, dan 1 salinan untuk arsip. 4. Pemusnahan Psikotropika Pemusnahan psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika wajib dibuat Berita Acara dan dikirim kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Balai POM.

54 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK ERRA MEDIKA 3.1 Sejarah Singkat Apotek Erra Medika Apotek Erra Medika didirikan pada tanggal 13 Juli 1998 berdasarkan akta notaris dari B. Wirastuti Puntaraksma, S.H. no. 6 tahun Apotek Erra Medika berdiri di bawah naungan Yayasan Sangkakala. Maksud dan tujuan Yayasan Sangkakala adalah : 1. Menyelenggarakan pendidikan, latihan, dan pembangunan jasmani maupun rohani pada masyarakat. 2. Menyelenggarakan, memelihara, membina dan memajukan kesehatan masyarakat. 3.2 Lokasi, Bangunan, dan Tata Ruang Apotek Erra Medika Apotek Erra Medika terletak di Ruko Sukmajaya No.4-5, Jalan Tole Iskandar, Depok. Apotek ini berada satu bangunan dengan Klinik Erra Medika di mana klinik ini merupakan tempat praktik kerja dokter baik dokter umum maupun dokter spesialis. Klinik ini merupakan sumber utama resep yang diterima oleh apotek. Lokasi apotek ini berada di pinggir jalan dua arah dengan kepadatan cukup tinggi yang dilewati oleh banyak kendaraan baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.pada bagian depan apotek terdapat tempat parkir yang cukup luas dan cukup memadai. Tempat parkir ini dijaga oleh penjaga parkir sehingga keamanan di tempat parkir ini terjaga dengan baik karena petugas parkir mengawasi dan mengontrol kendaraan yang keluar masuk apotek. Tempat parkir ini dapat menampung mobil dan motor pribadi pasien yang datang ke apotek. Lokasi apotek Erra Medika dapat dilihat pada Lampiran 1. Bangunan apotek terdiri dari ruang tunggu, tempat penerimaan resep dan penjualan obat, ruang peracikan, ruang untuk pegawai, serta tempat pencucian atau wastafel. Loket kasir, ruang administrasi, tempat istirahat pegawai dan toilet digunakan secara bersama dengan Klinik Erra Medika. 39

55 40 a. Ruang Tunggu Ruang tunggu terletak di bagian depan apotek yaitu di depan etalase obat OTC yang dilengkapi dengan dua buah kursi. Ruang tunggu ini tidak terlalu besar karena pasien biasanya menunggu di ruang tunggu klinik b. Tempat Penerimaan Resep Tempat ini seperti loket yang tingginya sekitar cm. Pasien yang telah melakukan pemeriksaan di klinik menyerahkan resep ke kasir kemudian kasir melakukan skrinning resep dan memberi harga pada resep serta total harganya kepada Asisten Apoteker (AA) yang berjaga. Selanjutnya AA yang dibantu olehjuru racik melakukan pengerjaan resep. c. Ruang Peracikan Ruangan merupakan tempat dilakukannya pembuatan, pengelolaan, peracikan, perubahan bentuk dan pencampuran obat. Sebelum dilakukan peracikan, AA terlebih dahulu melakukan pengecekan jenis obat, dosis serta perhitungannya untuk sediaan pulveres, kapsul, salep, dan sediaan lain yang perlu perhitungan dosis serta resep yang diperuntukkan bagi anak-anak atau lansia. Di dalam ruang peracikan ini terdapat lemari kaca yang di dalamnya terdapat obat-obatan yang disusun menurut abjad dan dikelompokkan menurut sediaan, yaitu kelompok obat yang berbentuk padat, obat semi padat, obat dalam bentuk cair dalam kemasan, obat generik, obat psikotropik dan obat narkotika. Ruangan ini dilengkapi fasilitas untuk peracikan seperti timbangan, papan penyusun saat meracik kapsul, alat-alat gelas, mortar dan stamper. Bahan baku seperti kapsul, dan alat-alat untuk meracik lainnya diletakkan diatas meja racikan yang terpisah dari tempat penyimpanan obat umumnya serta terlindung dari cahaya matahari. Ruang peracikan ini terpisah dari ruang tunggu sehingga terhindar dari pandangan langsung konsumen. Ruang peracikan ini cukup luas sehingga karyawan dapat leluasa bergerak. d. Ruang Administrasi Ruang ini digunakan bersama dengan klinik Erra Medika. Ruang ini terletak di lantai dua.pada ruangan ini berlangsung semua kegiatan administrasi di apotek Erra Medika. Kegiatan administrasi apotek meliputi pencatatan uang keluar dan uang masuk (aliran uang) ke dalam buku kas, penghitungan laba rugi dalam sehari, pengaturan pembayaran pesanan obat (tagihan) ke PBF, mentransfer uang

56 41 ke rekening apotek serta hal-hal lain yang berkenaan dengan administrasi dan keuangan apotek. e. Ruang Tambahan/Penunjang Ruang tambahan/penunjang ini berfungsi untuk menunjang aktivitas yang berlangsung di apotek serta memberikan kenyamanan pada karyawan yang bekerja. Ruangan tambahan/penunjang ini meliputi toilet dan tempat istirahat serta sholat karyawan. Desain eksterior dan interior apotek dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3. Sedangkan denah apotek dapat dilihat pada Lampiran Struktur Organisasi Apotek Erra Medika Sebuah apotek harus memiliki struktur organisasi dan pembagian tugas serta tanggung jawab yang jelas agar manajemen apotek dapat berlangsung dengan baik dan terarah. Apotek Erra Medika dikepalai oleh seorang dokter sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA) yaitu dr. Erlang Setiawan dan seorang apoteker sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan di apotek yaitu Alfina Rianti, Apt., M. Pharm. Susunan organisasi dan pembagian kerja di Apotek Erra Medika adalah sebagai berikut (dapat dilihat pada Lampiran 9 ) : 1. Tenaga Teknis Farmasi Apoteker Pengelola Apotek : Dra. Alfina Rianti, Apt., M.Pharm. Asisten Apoteker : Irasari Jatining Pratiwi Yanuarita Mustika Baby Nova 2. Tenaga Non Teknis Farmasi Juru Resep : Supraptini Kasir : Nurhasanah Reny Handayani Dede Marlina Karyawan di apotek Erra Medika bekerja bergantian berdasarkan shift yang telah dibagi yaitu shift pagi hingga sore (pukul ) dan shift siang hingga

57 42 malam (pukul ). Adapun tugas dan fungsi PSA, APA beserta tenaga kerja lain yang ada di apotek Erra Medika adalah sebagai berikut : 1. PSA (Pemilik Sarana Apotek) PSA memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : a. Memimpin seluruh kegiatan apotek b. Mengatur, melaksanakan, dan mengawasi administrasi yang meliputi administrasi keuangan, administrasi penjualan, administrasi barang dagangan/inventaris, administrasi kefarmasian dan personalia serta administrasi bidang umum c. Membayar pajak-pajak yang berhubungan dengan perapotekan. d. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil seoptimal mungkin sesuai dengan rencana kerja e. Melakukan kegiatan-kegiatan untuk pengembangan. 2. APA (Apoteker Pengelola Apotek) APA memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : a. Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan fungsinya (apotek sebagai tempat pengabdian profesi) dan memenuhi segala kebutuhan sesuai dengan perundang-undangan di bidang perapotekan yang berlaku b. Memimpin seluruh kegiatan manajerial apotek termasuk mengkoordinasikan dan mengawasi dinas kerja karyawan lainnya antara lain mengatur daftar giliran kerja, menetapkan pembagian beban kerja, dan tanggung jawab masing-masing karyawan. c. Bertanggung jawab terhadap kelancaran administrasi dan penyiapan dokumen penting d. Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan omset penjualan dan mengembangkan hasil usaha apotek dengan mempertimbangkan masukan dari karyawan lainnya untuk perbaikan pelayanan dan kemjuan apotek e. Memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien untuk mendukung penggunaan obat yang rasional. f. Melaksanakan pelayanan swamedikasi.

58 43 g. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan. h. Mengatur dan mengawasi pengaman hasil penjualan tunai harian. 3. AA (Asisten Apoteker) Asisten Apoteker memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut : a. Mendata kebutuhan barang b. Mengatur, mengontrol, dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat di ruang peracikan. c. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas sampai menyerahkan obat. d. Memberi harga-harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa kelengkapan resep. e. Menggantikan tugas APA dalam memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien kemudian meyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan. f. Mencatat keluar masuk barang. g. Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai kadaluarsa h. Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang masuk setiap harinya. i. Membuat salinan resep dan kuitansi bila dibutuhkan. 4. Juru Resep Juru resep bertanggung jawab kepada asisten apoteker. Juru resep juga mempunyai wewenang untuk melaksanakan peracikan, pengambilan obat untuk kemudian dilakukan pengecekan oleh asisten apoteker. Juru resep memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :

59 44 a. Membantu tugas apoteker dan asisten apoteker dalam penyediaan atau pembuatan obat jadi maupun obat racikan. b. Menyiapkan dan membersihkan alat-alat peracikan serta melaporkan hasil sediaan yang sudah jadi kepada asisten apoteker. c. Membuat obat-obat racikan standar di bawah pengawasan asisten apoteker. 5. Kasir Kasir bertanggung jawab terhadap kebenaran jumlah uang yang dipercayakan kepadanya, dan bertanggung jawab langsung kepada APA. Kasir memiliki wewenang untuk melaksanakan kegiatan arus uang yang sesuai dengan petunjuk-petunjuk/instruksi dari APA. Kasir memiliki tugas dan tanggung jawab yaitu: a. Mencatat penerimaan uang setelah dihitungnya terlebih dahulu, begitu pula dengan pengeluaran uang, yang harus dilengkapi dengan pendukung berupa kwitansi, nota, tanda setoran, dan lain sebagainya yang sudah diparaf oleh APA atau bagian yang ditunjuk b. Pemberian harga obat Harga obat merupakan faktor yang mempengaruhi pelayanan kefarmasian di apotek. Obat disesuaikan dengan kemampuan masyarakat sehingga masyarakat dapat memperoleh harga yang terjangkau dan kualitas terjamin. 3.4 Kegiatan Kegiatan di Apotek Kegiatan Teknis Kefarmasian Kegiatan teknis kefarmasian meliputi pengadaan atau pembelian perbekalan farmasi, penyimpanan barang, pembuatan obat racikan dan penjualan Pengadaan/Pembelian Perbekalan Farmasi Pengadaan perbekalan farmasi dilaksanakan oleh asisten apoteker dengan menggunakan surat pesanan (SP). Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan dengan pembelian secara kredit dan dibayar dua kali setiap bulan tanggal 10 dan 25. Sebelum dilakukan pengadaan obat terlebih dahulu dilakukan perencanaan pengadaan obat berdasarkan kebutuhan dan berdasarkan buku defecta. Perbekalan farmasi dipesan melalui distributor resmi atau Pedagang Besar Farmasi (PBF).

60 45 Pemilihan distrihbutor atau PBF ini dilakukan berdasarkan harga, waktu tunggu (lead time) dari mulai barang dipesan sampai diantar ke apotek, tenggang waktu pembayaran, dan potongan harga yang diberikan. Pihak apotek menyerahkan SP (Surat Pemesanan) kepada pihak distributor atau PBF. Barang yang dipesan kemudian diantar dan disertai dengan faktur sebagai tanda bukti bahwa barang telah diserahkan. Pada keadaan darurat saat barang benar-benar kosong tetapi dibutuhkan segera, maka dilakukan pemesanan cito yang dilakukan melalui telepon. SP diserahkan kepada pihak PBF ketika barang diantar. Pada saat pihak PBF mengantar barang ke apotek, barang yang datang kemudian diperiksa keadaan fisiknya, tanggal kadaluarsa, nomor batch, jenis dan jumlahnya apakah sesuai atau tidak dengan yang tertera pada faktur dan SP. Petugas apotek akan menandatangani dan memberikan cap stempel apotek pada faktur asli dan faktur kopi apabila barang yang diterima sesuai dengan pesanan. Faktur asli diberikan kepada distributor atau PBF dan lembar kopinya disimpan oleh apotek. Barang yang sudah diperiksa dan diterima kemudian diinput ke komputer dan kartu stok. Contoh surat pesanan dan faktur pembelian dapat dilihat pada Lampiran 10 dan Penyimpanan dan Pengeluaran Barang Penyimpanan barang didasarkan pada konsep FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Penyimpanan dengan menggunakan konsep ini dapat menjamin bahwa produk obat yang disalurkan ke konsumen merupakan produk obat yang aman dan tidak melewati batas kadaluwarsa. Barang yang diterima disimpan berdasarkan bentuk sediaan dan urutan alfabetis. Obat dan alat kesehatan disimpan di lemari kaca sementara obat narkotik dan psikotropika disimpan dalam lemari kayu yang terkunci. Obat generik dan obat bermerek diletakkan pada rak yang ada di ruang peracikan. Obat obat yang sering digunakan dalam sediaan racikan diletakkan dekat dengan meja racik untuk memudahkan pengambilan obat saat proses peracikan. Obat yang tidak stabil pada suhu ruang atau suhu tinggi serta obat yang membutuhkan penyimpanan pada suhu rendah disimpan dalam lemari pendingin. Sementara obat bebas disimpan pada etalase ruang depan apotek di bagian OTC. Setiap produk memiliki kartu stok sehingga dapat terpantau dengan jelas jumlah obat yang masuk, keluar serta stok yang tersedia. Setiap barang pesanan

61 46 yang datang akan dicatat sebagai pemasukan, dan setiap barang yang keluar akan dicatat sebagai pengeluaran. Pencatatan dalam kartu stok diurutkan berdasarkan tanggal. Dengan demikian, jumlah obat yang masuk dan keluar dalam satu bulan dapat terpantau Penjualan Kegiatan penjualan yang dilakukan di Apotek Erra Medika meliputi pelayanan resep, penjualan obat bebas dan alat kesehatan. Pelayanan resep dokter terdiri dari resep yang dibayar tunai dan resep yang dibayar kredit. 1. Penjualan resep yang dibayar tunai Penjualan resep yang dibayar tunai merupakan pelayanan terhadap resep atau permintaan obat tertulis dari dokter untuk pasien dan harga obat tersebut dibayar tunai oleh pasien. 2. Penjualan resep yang dibayar kredit Penjualan resep yang dibayar kredit merupakan pelayanan terhadap resep yang ditulis oleh dokter untuk pasien tetapi dalam pembayaran menggunakan jasa perusahaan asuransi yang pembayarannya secara berjangka berdasarkan perjanjian yang telah disetujui bersama dan tagihan ditujukan kepada perusahaan yang bersangkutan. Apotek Erra Medika mengadakan kerja sama dengan perusahaan asuransi kesehatan Bank Mandiri, Nayaka dan Asuransi Kesehatan Sudirman. Klaim pada perusahaan Bank Mandiri dilakukan dua kali setiap bulannya yaitu dari tanggal 1 sampai tanggal 15 dan dari tanggal 16 sampai tanggal 31. Sedangkan klaim untuk Nayaka dan Asuransi Kesehatan Sudirman dilakukan setiap bulannya dengan rekapitulasi dari tanggal 1 sampai tanggal 31 setiap bulannya. 3. Penjualan Obat OTC Penjualan OTC merupakan penjualan barang yang dibeli tanpa menggunakan resep dari dokter. Penjualan OTC meliputi penjualan obat bebas dan obat bebas terbatas, obat tradisional, kosmetika, perlengkapan bayi dan alat kesehatan. Pembayaran dilakukan secara tunai dan setiap barang yang terjual dicatat pada daftar laporan penjualan harian.

62 Kegiatan Non Teknis Kefarmasian Bagian Keuangan Prinsipnya kegiatan keuangan adalah mengelola seluruh kegiatan yang berhubungan dengan uang masuk dan uang keluar. Di apotek aliran uang masuk berasal dari penjualan tunai dan penagihan piutang (penjualan kredit) sementara aliran uang keluar berupa biaya operasional apotek (listrik, telepon, PAM, gaji pegawai), pembelian barang secara tunai dan pembayaran rutin untuk pembelian barang secara kredit. Pada kegiatan keuangan dikenal buku kas dan buku bank. Buku kas berisi semua pemasukan dan pengeluaran uang dalam bentuk tunai yang dilakukan setiap hari sedangkan buku bank berisi semua pemasukan dan pengeluaran melalui bank Kegiatan Administrasi Kegiatan administrasi merupakan kegiatan pencatatan dan pembukuan seluruh kegiatan administrasi di apotek yang merupakan unsur penunjang semua kegiatan di apotek, selain itu dapat juga memberikan data keuangan secara rinci. Data tersebut digunakan untuk mengambil keputusan baik yang bersifat mendadak maupun dalam menyusun rencana jangka panjang. Pada kegiatan administrasi pembelian, transaksi pembelian dimasukkan ke dalam komputer oleh asisten apoteker berdasarkan faktur pembelian. Transaksi pembelian kemudian diposting, sehingga jumlah barang akan tercatat dan jumlah uang akan tercatat pada transaksi hutang di komputer. Pada administrasi penjualan harga resep, OTC, DOWA dilakukan melalui komputer. Pada saat petugas memasukkan daftar barang yang dibeli dan telah dibayar maka stok barang secara otomatis berkurang sesuai dengan transaksi yang telah dilakukan. 3.5 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika Pengelolaan obat-obat golongan narkotika dan psikotropika memerlukan pengawasan yang khusus. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya penyalahgunaan yang dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya, tidak saja bagi pengguna tetapi juga bagi masyarakat lainnya.

63 Pengadaan Narkotika dan Psikotropika Pembelian obat-obat golongan narkotika hanya dilakukan melalui PBF Kimia Farma sebagai distributor tunggal obat golongan narkotika. Pembelian tersebut dilakukan dengan menggunakan surat pesanan narkotika. Surat pesanan narkotika merupakan surat pesanan yang dikhususkan untuk pemesanan obat golongan narkotika. Surat pesanan narkotika hanya boleh memesan 1 jenis obat golongan narkotika dalam setiap pemesanan dan pemesanan dilakukan kepada Kimia Farma. Surat pemesanan narkotik terdiri atas 4 rangkap. Tiga rangkap termasuk aslinya ditujukan kepada PT. Kimia Farma Tbk. Satu rangkap selanjutnya merupakan arsip apotek sendiri. Pembelian obat-obat golongan psikotropika dapat dilakukan melalui pedagang besar farmasi (PBF) resmi khususnya untuk penyalur psikotrpika. Pembelian dilakukan dengan menggunakan surat pesanan psikotropika. Surat pesanan psikotropika dikhususkan untuk pemesanan obat-obat yang termasuk dalam golongan psikotropika. Surat pesanan psikotropika boleh memesan lebih dari 1 jenis obat dalam setiap surat pemesanan dan dapat melakukan pesanan kepada PBF yang mempunyai obat yang diinginkan. Surat pesanan psikotropika terdiri dari 3 rangkap. Contoh surat pesanan narkotika dan psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 13 dan Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika Penyimpanan narkotika dilakukan di tempat khusus yaitu berupa lemari khusus yang terbuat dari kayu yang dibagi dua, masing-masing dilengkapi dengan kunci yang dipegang oleh asisten apoteker yang telah diberi kuasa. Bagian pertama untuk menyimpan persediaan narkotika dalam jumlah besar sedangkan bagian kedua untuk menyimpan narkotika yang digunakan sehari-hari. Lemari ini tidak boleh digunakan untuk menyimpan obat atau barang lain selain narkotika. Obat psikotropika disimpan juga dalam lemari khusus dan tidak diampur dengan obat lain Pelayanan Resep Narkotika dan Psikotropika Apotek hanya melayani resep narkotika dan psikotropika dari resep asli atau resep salinan yang berasal dari apotek Erra Medika yang belum dilayani. Obat

64 49 narkotika yang dikeluarkan dicatat dalam buku pemakaian narkotika untuk pembuatan laporan penggunaan narkotika. Obat psikotropika yang dipakai juga dicatat dalam buku pemakaian psikotropika setiap harinya. Resep yang mengandung narkotika dan psikotropika dipisahkan dengan resep lainnya dan item obat narkotik di dalam resep diberi garis merah sementara obat psikotropik diberi garis biru Laporan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika Laporan penggunaan obat-obatan di Apotek Erra Medika dilaporkan setiap bulan meliputi laporan penggunaan sediaan jadi narkotika. Setiap bulan apotek wajib membuat laporan narkotika berdasarkan pemasukan dan pengeluaran narkotika yang tercatat di buku harian penggunaan narkotika. Data pemasukan dan pengeluaran narkotika dimasukkan ke dalam sebuah software khusus dan hasil data dikirim ke Seksi Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Depok dalam bentuk softcopy yang disimpan di compact disc (CD) dan tembusan ke Balai Besar Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam bentuk hardcopy. Contoh pelaporan narkotika dapat dilihat pada Lampiran 15 dan 16. Laporan penggunaan psikotropika dilaporkan setiap bulan, ditujukan kepada Seksi Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Depok dengan tembusan ke Balai Besar POM Jawa Barat. Contoh pelaporan psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 17 dan 18.

65 50 BAB 4 PEMBAHASAN Pada Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, apotek didefinisikan sebagai sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker. Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan di bidang kefarmasian tempat apoteker yang telah mengucapkan sumpah melakukan pekerjaan kefarmasian yang memiliki peran dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan menunjang pelayanan kesehatan yang optimal. Pelayanan kesehatan yang optimal ini dapat diwujudkan melalui penerapan standar dan etika kefarmasian dalam menjalankan pelayanan di apotek serta melakukan pelayanan yang profesional dan komprehensif. Apotek memiliki dua fungsi, yaitu fungsi pelayanan kesehatan masyarakat dalam bidang kefarmasian (non profit oriented) dan fungsi wirausaha (profit oriented). Pada fungsi pelayanan kepada masyarakat, apotek berperan menyediakan obat-obatan dan perbekalan farmasi yang berkualitas dengan harga yang rasional dan terjangkau serta dibutuhkan secara nyata oleh masyarakat. Selain itu di apotek juga memberikan layanan informasi, konseling, dan edukasi kepada masyarakat mengenai penggunaan obat yang efektif, tepat, aman dan rasional sehingga dapat meningkatkan keberhasilan terapi. Pada fungsi wirausaha apotek berperan sebagai suatu unit usaha yang berhubungan dengan obat-obatan dan perbekalan farmasi lainnya sebagai komoditi untuk disalurkan kepada masyarakat sehingga apotek memperoleh keuntungan yang nantinya akan dikelola untuk pengembangan apotek dan menyejahterakan karyawannya. Apotek Erra Medika merupakan apotek yang bergabung dengan klinik. Apotek Erra Medika ini dikelola oleh Ibu Dra. Alfina Rianti, Apt., M.Pharm. sebagai APA (Apoteker Pengelola Apotek) yang dibantu oleh Ibu Ita, Ibu Ira, dan Baby sebagai Asisten Apoteker serta Ibu Tini sebagai juru resep. Pemilik Sarana Apotek (PSA) adalah Bapak dr. Erlang Setiawan, sp. PA. Apotek ini telah berdiri cukup lama yaitu sejak tahun Kepercayaan pelanggan merupakan faktor penting sehingga apotek ini dapat bertahan sampai sekarang. 50

66 Lokasi dan Tata Ruang Apotek Apotek Erra Medika terletak di Jalan Tole Iskandar Komplek Ruko Sukmajaya No. 4-5 Depok. Lokasi Apotek Erra Medika ini cukup strategis dan mudah diakses karena terletak di tepi jalan raya dua arah yang cukup padat lalu lintasnya serta dilalui oleh banyak kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Apotek ini dekat dengan pemukiman dan perumahan penduduk. Apotek Erra Medika ini berada dalam satu bangunan dengan Klinik Erra Medika yang menjadi sumber utama pemasukan resep. Apotek Erra Medika memiliki tempat parkir yang cukup luas sehingga memudahkan pasien yang membawa kendaraan untuk memarkir kendaraannya. Desain eksterior apotek tampak minimalis dan rapi dengan kaca tembus pandang dan paduan cat bangunan berwarna biru, jingga, kuning, dan coklat. Tulisan Apoklin Erra Medika terletak di bagian gedung ruko paling atas dengan huruf kapital agar dapat diliat orang dari jauh. Desain interior apotek berupa beberapa etalase kaca pada bagian depan untuk menyimpan obat OTC. Obat OTC disusun dengan permainan warna kemasan obat agar terlihat menarik serta diatur posisinya agar obat terlihat lengkap dan penuh. Ruangan dalam apotek terdiri dari ruang tunggu, ruang pelayanan, ruang peracikan, dan ruang administrasi yang mendukung pelaksanaan kegiatan apotek dapat berjalan secara efektif dan efisien. Ruang tunggu apotek tidak luas karena sebagian besar pasien menunggu di ruang tunggu klinik Erra Medika yang dilengkapi dengan banyak kursi, pendingin ruangan dan televisi sehingga pasien merasa nyaman menunggu. Pada ruang pelayanan terdapat papan nama apotek, serta etalase obat OTC dan perbekalan kesehatan lainnya. Ruang peracikan dan ruang administrasi terdapat di bagian dalam. Pada ruang peracikan tersedia wastafel yang digunakan untuk mencuci tangan dan peralatan yang digunakan untuk meracik obat. Pada etalase ruang pelayanan penataan barang-barang dipisahkan antara sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. Sediaan farmasi yang terdiri dari obatobat bebas dan bebas terbatas ditata berdasarkan bentuk sediaan dan kelas terapinya. Perbekalan kesehatan dan rumah tangga seperti kosmetika, sabun, pasta gigi, shampo, susu formula, perlengkapan bayi disusun berdasarkan jenisnya masingmasing. Obat bebas, obat bebas terbatas dan perbekalan kesehatan rumah tangga

67 52 disimpan di etalase depan sementara obat-obat keras dan obat-obat resep ditata di etalase ruang peracikan. Barang-barang di ruang pelayanan ditata di dalam etalase kaca tembus pandang agar pembeli dapat dengan mudah melihat dan memilih sendiri obat yang diinginkannya. Pada penataan ini diperhatikan warna kotak kemasan. Hal ini dilakukan untuk menarik minat konsumen dalam membeli barang di apotek serta memudahkan konsumen dalam memilih akternatif obat lain yang masih dalam satu kelas terapi jika obat yang dimaksudkan tidak tersedia. Ruang peracikan terpisah dari ruang pelayanan resep. Ruangan ini terlindung dari pandangan konsumen. Ruang peracikan merupakan ruang tempat dilakukannya proses peracikan obat yang akan diberikan kepada pasien berdasarkan resep dokter. Peracikan ini meliputi kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah sediaan. Dalam melaksanakan peracikan obat harus mengikuti prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benarini dan obat-obat yang diresepkan dokter. Obat-obat yang disimpan pada ruang peracikan yaitu meliputi obat-obat keras dan obat-obat yang diresepkan dokter. Pada ruang peracikan, penyimpanan obat disusun secara alfabetis dan berdasarkan bentuk sediaannya yaitu sediaan tablet, sirup, salep, krim obat tetes mata, dan injeksi. Penyusunan ini dimaksudkan untuk mempermudah pengambilan dan pencarian obat dalam proses peracikan. Selain itu penyusunan ini dimaksudkan untuk meminimalisir resiko kekeliruan atau kesalahan pengambilan obat dalam proses peracikan dan penyiapan obat. Obat-obat di ruang peracikan ini disimpan di etalase kaca tembus pandang yang dapat dilihat dari luar sehingga petugas lebih mudah dalam mencari obat. Obat-obat yang sering digunakan dalam racikan diletakkan di dekat meja racik sehingga mempercepat proses peracikan. Pada ruang racik terdapat beberapa alat yang digunakan untuk meningkatkan keefektifan dan keefisienan waktu dalam proses peracikan yaitu alat pengisi kapsul, penyerbuk tablet (pulvered machine), dan alat pengemas serbuk obat/puyer. Alat ini sangat membantu petugas dalam meracik obat sehingga pasien tidak perlu menunggu terlalu lama untuk mengambil obat. Obat-obat yang terdapat pada ruang peracikan ini disimpan berdasarkan prinsip FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) yaitu obat yang masuk lebih dahulu dan obat yang memiliki waktu expired

68 53 lebih dekat akan digunakan terlebih dahulu sehingga meminimalisir terjadinya obat rusak dan kadaluarsa. Pada ruang racik ini terdapat satu buah lemari pendingin berukuran sedang. Lemari pendingin ini digunakan untuk sediaan yang memerlukan suhu tertentu dalam penyimpanannya atau sediaan yang tidak stabil pada suhu ruangan seperti sediaan suppositoria, ovula, vaksin, dan insulin. Sediaan ini tetap dikontrol stok dan masa kadaluarsanya sehingga ketersediaan dan kualitasnya tetap terjaga. Pada ruang racik juga terdapat meja administrasi untuk mempermudah kerja petugas di ruang racik. Kertas salinan resep, etiket obat baik obat dalam maupun obat luar diletakkan di atas meja ini. Meja ini terletak terpisah dengan meja racik dan dikelilingi oleh lemari obat generik dan obat ethical. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pemberian etiket dan penulisan salinan resep tanpa terganggu oleh petugas yang melakukan peracikan obat. 4.2 Sumber Daya Manusia (SDM) Sumber daya manusia merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu apotek. Sumber daya manusia inilah yang menentukan kualitas dan kepercayaan masyarakat terhadap suatu apotek. Apabila sumber daya manusia yang ada di apotek memiliki keahlian dan tingkah laku yang baik maka konsumen akan merasa senang dan puas sehingga akan mendorong konsumen untuk kembali lagi ke apotek tersebut. Sumber daya manusia yang profesional, terampil, bertanggung jawab, cekatan, ramah dan dapat dipercaya merupakan sumber daya manusia yang sangat menentukan dalam kemajuan apotek. APA (Apoteker Pengelola Apotek) sebagai pengelola harus berperan aktif dan memiliki hubungan kerja sama yang baik dengan PSA (Pemilik Sarana Apotek) dan seluruh karyawan yang ada di apotek dalam mengembangkan kemajuan apotek. APA juga harus dapat mendistribusikan tugas dan tanggung jawab masing-masing karyawan sesuai dengan keahliannya masingmasing. Sumber daya manusia yang ada di apotek Erra Medika terdiri dari pemilik sarana apotek yaitu Bapak dr. Erlang Setiawan, Sp. PA, apoteker pengelola apotek yaitu Ibu Alfina Rianti, M.Pharm., Apt, asisten apoteker terdiri dari tiga orang yaitu Irasari Jatining Pratiwi, Yanuarita Mustika, dan Baby Nova. Juru resep yaitu

69 54 Supraptini dan kasir terdiri dari tiga orang yaitu Nurhasanah, Reny Handayani, dan Dede Marlina dimana seluruh personalia ini telah memiliki pengalam dan telah ahli dibidangnya. Sebagian besar karyawan yang bekerja di apotek Erra Medika ini telah bekerja cukup lama atau pegawai senior. Hal ini akan menimbulkan rasa tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi sehingga mereka akan bekerja dengan sebaik-baiknya untuk menghindari kesalahan dan menjaga nama baik apotek. Apotek Erra Medika ini beroperasi selama 14 jam. Jam kerja apotek Erra Medika ini dibagi menjadi dua shift yaitu shift pagi (pukul WIB) dan shift sore (pukul WIB). Hal ini dilakukan agar petugas yang bekerja tidak terlalu capek sehingga tetap dalam kondisi prima, cepat tanggap, cekatan, teliti dan berkonsentrasi dalam dalam melayani konsumen agar kepuasan konsumen dapat tetap dipertahankan. Secara umum pelayanan yang dilakukan oleh karyawan di apotek Erra Medika ini cukup baik, hanya saja pada saat proses penyerahan obat kepada pasien, karyawan kurang memberikan pelayanan informasi obat kepada pasien. Hal ini akan menyebabkan kurangnya infornasi pasien sehingga dapat meningkatkan resiko kesalahan dalam penggunaan obat. Peningkatan pelayanan informasi dan konseling mengenai obat ini perlu ditingkatkan sehingga akan menambah kepercayaan dan kepuasan konsumen. 4.3 Pembelian dan Pengadaan Barang Pengadaan merupakan hal sangat penting dan perlu diperhatikan dalam suatu apotek karena berkaitan dengan ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya di apotek. Pembelian dan pengadaan obat bertujuan agar ketersediaan obat di apotek dapat terpenuhi sehingga pasien akan selalu mendapatkan barang yang dicari di apotek sehingga apotek tidak mengalami loss of sale (kehilangan penjualan). Pengadaan barang ini harus dapat dikelola dengan baik. Pengelolaan pengadaan yang baik dan efektif akan menguntungkan apotek, sementara pengelolaan pengadaan yang buruk akan merugikan apotek. Perencanaan pembelian barang harus disesuaikan catatan di buku defecta. Selain itu dalam pembelian dan pengadaan barangharus diperhatikan stok level agar tidak terjadi penumpukan maupun kekurangan stok. Agar tidak terjadi kekosongan barang atau stok mati, maka sebelum dilakukan pembelian harus diperhatikan stok minimum dan waktu tunggu. Apotek jangan sampai mengalami kekosongan dalam waktu yang lama karena akan

70 55 menurunkan citra apotek di mata konsumen. Apotek dengan ketersediaan obat yang lengkap akan memiliki citra yang baik di mata konsumen. Pengadaan obat dan perbekalan farmasi lainnya pada apotek Erra Medika ini dilakukan bedasarkan anggaran yang tersedia, harga, pola konsumsi masyarakat, pola penyakit, pola variasi obat dalam penulisan resep dokter dan stok persediaan barang. Pemesanan dan pembelian obat di apotek dilakukan dengan menggunakan SP (Surat Pemesanan) yang ditandatangani oleh APA (Apoteker Pengelola Apotek) atau AA (Asisten Apoteker) yang ditujukan kepada PBF (Pedagang Besar Farmasi). Pihak PBF umumnya datang ke apotek dua kali seminggu yaitu hari Senin dan hari Kamis. Pemesanan dapat dilakukan secara langsung ketika pihak PBF datang ke apotek dengan menyerahkan SP yang sudah ditandatangani oleh APA atau AA yang berisi jenis obat yang dipesan dan jumlahnya. Pada keadaan mendesak, dapat dilakukan pemesanan cito. Pemesanan cito dilakukan melalui telepon dari pihak apotek kepada pihak PBF dengan menyebutkan jenis obat, kekuatan dan jumlah yang akan dipesan. SP diserahkan kepada pihak PBF pada saat pesanan obat diantar. Surat Pemesanan terbagi menjadi 3 jenis, yaitu surat pemesanan obat biasa, surat pemesanan untuk obat psikotropika, dan surat pemesanan untuk obat narkotika. Surat pemesanan obat biasa merupakan surat pemesanan yang digunakan untuk pemesanan obat selain obat psikotropika maupun obat narkotika. Surat pemesanan obat bebas tersebut dibuat 2 rangkap, satu untuk PBF dan satu untuk arsip pembelian apotek. Surat pemesanan psikotropika terdiri dari dua rangkap dan ditujukan kepada distributor resmi. Lembar yang asli diberkan kepada distributor dan salinannya disimpan apotek sebagai arsip. Khusus untuk surat pemesanan narkotika, dalam satu SP hanya boleh memesan 1 jenis obat saja, dimana pemesanan obat narkotika tersebut diakukan kepada PT. Kimia Farma sebagai distributor tunggal obat golongan narkotik. Surat pemesanan narkotika terdiri atas 4 rangkap. Tiga rangkap termasuk aslinya diserahkan kembali kepada PT. Kimia Farma sedangkan 1 rangkap selanjutnya merupakan arsip apotek. Kegiatan pembelian dan pengadaan barang di apotek Erra Medika ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan apotek dalam jangka waktu yang tidak lama karena apotek tidak memiliki gudang untuk menyimpan barang serta untuk mencegah obat kadaluarsa jika disimpan terlalu lama. Pemenuhan kebutuhan dalam jangka waktu pendek ini kurang efektif karena dapat menyebabkan risiko terjadinya

71 56 kekosongan barang. Namun, hal ini tetap dilakukan karena ketidaktersediaan gudang di apotek. Barang yang sudah dipesan biasanya akan dikirim oleh PBF pada hari yang sama ketika obat tersebut dipesan atau akan dikirim beberapa hari kemudian tergantung kebijakan masing-masing PBF. Namun, ada beberapa barang yang dipesan memerlukan waktu lebih dari 24 jam. Hal ini menjadi perhatian khusus oleh pegawai apotek yang ditugaskan dalam hal pembelian untuk selalu memantau stok minimum obat dan menuliskan di buku defecta. Pada apotek Erra Medika, salah satu AA akan ditugaskan mengenai pengadaan barang ini dan disebut sebagai koordinator apotek. Saat barang yang dipesan datang, petugas apotek akan melakukan pemeriksaan dan mencocokkan apakah barang yang datang sesuai dengan yang tertera pada SP atau tidak meliputi jenis barang, merk, jumlah, harga satuan, jumlah harga per jenis barang, dan jumlah harga keseluruhan obat yang tetera di dalam faktur. Obat yang sudah diterima diperiksa nomor batch dan tanggal kadaluarsanya untuk mencegah kemungkinan diterimanya obat yang sudah kadaluarsa atau mendekati kadaluarsa. Jika obat sudah sesuai, maka petugas apotek yang menerima barang akan menandatangani faktur dan memberikan cap stempel apotek di lembar faktur tersebut. Tahap selanjutnya adalah memindahkan data-data faktur ke dalam buku penerimaan barang dan sistem komputer yang berisi nama obat dan jumlah barang yang masuk, beserta tanggal kadaluarsanya. Data pada sistem komputer dipakai sebagai data kartu stok dan obat akan diberi harga, serta dilakukan pencatatan di buku rincian faktur pembelian dan kartu stok. Selain itu, dibuat pula arsip faktur barang berdasarkan nama PBF. Seminggu setelah penyerahan barang, PBF melakukan tukar faktur dimana faktur asli diberikan kepada apotek serta menentukan tanggal pembayaran. Selain melakukan pengadaan obat melalui pembelian secara kredit, apotek juga menerima titipan (konsinyasi) perbekalan farmasi, di mana apotek menerima komisi bila barang tersebut terjual. Komisi disini adalah pihak apotek langsung menjual barang titipan tersebut dengan harga jual diatas harga jual pihak yang menitipkan produk konsinyasi tersebut. Bila barang tersebut tidak terjual sampai batas waktu yang telah disepakati ataupun sampai batas kadaluarsa, barang tersebut dapat dikembalikan kepada pemiliknya. Seringkali, pihak yang menitipkan produknya mengontrol dan mengecek jumlah persediaan pada apotek atau

72 57 melakukan pergantian produk secara berkala sebelum masuk waktu kadaluarsanya. Contoh produk konsinyasi adalah madu, jamu herbal, teh celup herbal, susu formula dan lain-lainnya. Selain perencanaan dan pengadaan barang, penjualan yang terjadi setiap harinya juga dicatat di buku penjualan, baik jenis, jumlah, maupun harganya. Pencatatan penjualan tersebut dibedakan antara obat OTC dan obat ethical atau resep. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempermudah pemeriksaan terhadap hasil penjualan apotek dan harga barang sebelumnya. Kegiatan administrasi seperti ini di apotek sudah berjalan dengan baik dan teratur. 4.4 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika Pengelolaan obat golongan narkotika dan psikotropika di apotek Erra Medika dilakukan secara khusus mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemesanan obat-obat golongan narkotika dan psikotropika dilakukan dengan Surat Pemesanan khusus yang telah dibuat dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Pesanan obat-obat narkotik dan psikotropik yang datang diterima dan diperiksa oleh APA atau Asisten Apoteker untuk menghindari penyalahgunaan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Untuk obat narkotik dan psikotropika, pembayaran dilakukan secara tunai pada saat obat datang. Sediaan narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus dan terpisah dengan obat lain. Lemari penyimpanan obat narkotik dan psikotropik di apotek Erra Medika berukuran cukup besar dan memiliki dua pintu terpisah yang masing-masing memiliki kunci tersendiri. Lemari tersebut terletak di ruang racik dan bersebelahan dengan lemari pendingin. Obat golongan narkotika dan psikotropika tidak bisa diberikan dan diperjualbelikan secara bebas. Obat-obat yang termasuk kedua golongan ini hanya dapat diberikan kepada pasien yang membawa resep asli dari dokter. Resep yang mengandung narkotika dan psikotropika tidak boleh diulang dan jika tidak ditebus semua, sisa obat lain yang belum ditebus hanya bisa dibeli di apotek yang sama (apotek asal tempat menebus pertama kali). Resep yang mengandung narkotika diberi garis merah sementara resep yang mengandung psikotropika diberi garis biru dan resep yang mengandung kedua golongan obat ini dipisahkan dengan resep lainnya. Setiap pengeluaran obat-obat golongan narkotika

73 58 dan psikotropika dicatat pada buku pengeluaran khusus narkotika dan psikotropika serta pada kartu stok masing-masing. Kartu stok narkotika dan psiktropika disimpan terpisah di dalam lemari penyimpanan narkotika dan psikotropika. Penggunaan narkotika dan psikotropika harus dibuat oleh apotek dan dilaporkan setiap bulannya. Pelaporan penggunaan narkotika dan psikitropika ini dibuat tiga rangkap yang ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kota Depok, Balai POM Jawa Barat, dan satu rangkap disimpan sebagai arsip apotek. Pelaporan dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. 4.5 Pengelolaan dan Pelayanan Resep Pengelolaan resep di Apotek Erra Medika ini telah dilaksanakan dengan baik. Resep yang masuk disusun dan dikumpulkan berdasarkan tanggal, hari dan bulannya.. Kemudian resep dibundel per bulannya dan diurutkan sesuai tanggal. Resep disimpan rapi di tempat penyimpanan resep sebagai arsip. Informasi mengenai tanggal pembuatan resep, nomor resep, nama obat, dan jumlah obat yang diberikan juga dicatat pada pada sistem komputer. Resep yang telah disimpan selama 3 tahun boleh dimusnahkan. Pemusnahan resep harus disertai dengan berita acara pemusnahan resep. Pemusnahan resep dan obat-obat yang telah kadaluarsa disaksikan oleh petugas dari suku Dinas Kesehatan Kotamadya Depok, PSA, dan APA. Berita acara pemusnahan selanjutnya dilaporkan ke Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Depok. Tahapan pelayanan resep di Apotek Erra Medika dimulai dari penerimaan resep. Selanjutnya resep diperiksa kelengkapan dan ketersediaan obatnya. Pada pemeriksaan resep ini keahlian dan kemampuan dalam membaca resep sangat penting. Hal ini disebakan penulisan resep oleh dokter umumnya sulit untuk dibaca dan diartikan, sehingga butuh kesabaran dan pengalaman dalam pembacaan resep. Kesalahan dalam pembacaan resep dapat berakibat fatal bagi pasien dan harus dipertanggung jawabkan. Oleh sebab itu, apabila ada keraguan dalam pembacaan resep diharuskan untuk berkonsultasi dengan dokter pemberi resep untuk menghindari kesalahan pembacaan atau dapat menanyakan penyakit yang diderita pasien sehingga dapat diketahui obat apa yang dimaksud. Keahlian dan kemampuan petugas di apotek Erra Medika dalam membaca resep dokter sangat baik karena

74 59 mereka telah memiliki pengalaman dan telah terbiasa dengan tulisan dokter sehingga dapat langsung mengetahui obat yang dimaksudkan. Setelah diperiksa kelengkapan resep, selanjutnya karyawan apotek akan melakukan pemberian harga dan menuliskan nomor transaksi, serta biaya yang harus dibayar pasien. Setelah diketahui biaya yang harus dibayar oleh pasien, petugas yang menerima resep memastikan nama pasien dan mencatat apabila konsumen membutuhkan kuitansi pembelian obat. Konsumen melakukan pembayaran secara tunai melalui kasir. Hal yang perlu diperhatikan dalam pelayanan resep adalah kecepatan dan ketepatan pelayanan resep karena berhubungan dengan kepuasan dan loyalitas pelanggan. Selain melayani resep tunai, apotek Erra Medika juga melakukan kerja sama dengan perusahaan asuransi kesehatan yaitu asuransi Bank Mandiri, Asuransi Sudirman dan Asuransi Nayaka. Pembayaran resep asuransi ini dilakukan pada tempo waktu yang telah disepakati. Setelah transaksi pembayaran dilakukan, kasir akan mencatat nomor resep di resep yang akan disiapkan dan struk pembayaran diserahkan kepada konsumen sebagai bukti dan digunakan untuk mengambil obat. Resep yang telah dibayar kemudian diserahkan ke loket antara ruang pelayanan resep dengan ruang peracikan untuk dicap tanggal resep tersebut diterima. Resep yang telah dicap tersebut kemudian diserahkan ke bagian peracikan dan penyiapan obat. Obat dapat langsung disiapkan apabila obat tersebut tidak perlu di racik, jika perlu diracik maka terlebih dahulu dilakukan peritungan jumlah obat yang akan digunakan dan dilanjutkan dengan peracikan. Penghitungan jumlah obat ini ditujukan untuk memastikan bahwa obat yang diberikan sesuai dengan yang tertera pada resep sehingga pasien tidak mengalami kelebihan dosis atau kekurangan dosis obat. Obat yang telah diracik kemudian diberi etiket dan dicek kembali apakah sudah sesuai. Pengemasan obat disesuaikan dengan sediaan obat yang diberikan, umumnya menggunakan plastik klip untuk obat dengan sediaan tablet, pulveres (dalam perkamen), maupun kapsul. Pemberian etiket juga disesuaikan dengan penggunaan obat, untuk obat-obat yang diberikan secara oral diberi etiket berwarna putih, sedangkan untuk obat-obat luar diberi etiket berwarna biru. Etiket berisikan nomor resep, tanggal pelayanan, nama pasien, serta aturan penggunaan obat. Etiket akan mempermudah pasien dalam penggunaan obat dan untuk mencegah kesalahan dalam aturan pakai masing-masing obat. Pengerjaan resep di apotek Erra Medika dapat dikatakan cukup cepat. Obat

75 60 yang telah dikemas dan diberi etiket diperiksa kembali oleh Asisten Apoteker. Pada bagian ini akan diperiksa kesesuaian obat yang diminta meliputi jumlah, kekuatan obat, aturan pakai, penulisan kopi resep, dan kuitansi pembelian. Pada saat penyerahan obat di apotek Erra Medika, pemberian informasi mengenai obat yang diberikan kepada pasien belum dilakukan secara maksimal. Hal ini disebabkan karena banyaknya obat yang harus diberikan kepada pasien lainnya dan terbatasnya tenaga petugas yang tersedia. 4.6 Pengelolaan Administrasi Keuangan Pengelolaan keuangan merupakan faktor penting dalam pengelolaan apotek karena berhubungan dengan kelangsungan jalannya apotek. Semua kegiatan keuangan apotek dicatat pada laporan harian secara rinci dan jelas sehingga mempermudah pembuatan laporan bulanan dan juga tahunan. Laporan ini kemudian disimpan sebagai arsip dan juga disampaikan kepada pemilik sarana apotek (PSA). Pembayaran atas pembelian barang kepada PBF (Pedagang Besar Farmasi) dilakukan setiap tanggal 10 dan 25 setiap bulannya. Penagihan pembayaran kepada pihak asuransi dilakukan sesuai kesepakatan. Untuk asuransi Bank Mandiri, penagihan dilakukan sebanyak 2 kali dalam sebulan yaitu saat tengah bulan dan akhir bulan. Sementara pada asuransi lainnya yaitu asuransi Nayaka dan Sudirman, penagihan dilakukan di awal bulan.

76 61 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Fungsi dan peran Apoteker Pengelola Apotek di Apotek Erra Medika sangat penting dalam menetapkan kebijakan pengelolaan apotek serta melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian terhadap semua komponen yang ada di apotek. b. Pengelolaan apotek di Apotek Erra Medika meliputi pengelolaan administrasi, manajemen pengadaan, penyimpanan, dan penjualan telah sesuai dengan peraturan dan etika yang berlaku. c. Pelaksanaan pelayanan kefarmasian dalam hal pemberian informasi obat di apotek Erra Medika kurang optimal namun secara umum pengelolaan dan pelayanan resep telah dilakukan dengan baik. 5.2 Saran a. Perlu dilakukan evaluasi secara rutin terhadap perputaran obat dan ketersediaannya agar keperluan obat bagi para pelanggan selalu tersedia, tetapi barangnya tidak over stock. b. Perlu adanya seorang Apoteker pendamping yang selalu ada di apotek agar pengawasan dan pelaksanaan pelayanan kefarmasian dapat berjalan lebih baik. c. Pelatihan pemberian informasi obat perlu diberikan pada karyawan apotek agar pelayanan kefarmasian menjadi optimal dan kepuasan pelanggan meningkat. 61

77 62 DAFTAR ACUAN Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan No.28/Menkes/PER/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1981). Keputusan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 1981 Tentang Penyimpanan dan Pemusnahan Resep. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1993a). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 918/Menkes/Per/X/1993 Tentang Pedagang Besar Farmasi (PBF). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1993b). Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/Menkes/Per/X/1993 Tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1993c). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 924/Menkes/PER/IX/1993 Tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 2. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1993d). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1999). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 992/Menkes/PER/X/1993 Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027 Tahun 2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 62

78 63 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 889 tahun 2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2009 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Umar, Muhammad. (2007). Manajemen Apotek Praktis cetakan kedua. Jakarta: Nyohoka Brothers. Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta : Presiden Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta : Presiden Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta : Presiden Republik Indonesia.

79 64 Lampiran 1. Lokasi Denah Apotek Erra Medika

80 65 Lampiran 2. Desain Eksterior Apotek Erra Medika

81 66 Lampiran 3. Desain interior Apotek Erra Medika

82 67 Lampiran 4. Denah Ruangan Apotek Erra Medika

83 68 Lampiran 5. Salinan Resep

84 69 Lampiran 6. Etiket Obat

85 70 Lampiran 7. Plastik Pembungkus Obat

86 71 Lampiran 8. Nota Apotek Erra Medika

87 72 Lampiran 9. Struktur Organisasi Apotek Erra Medika Apoteker Pengelola Apotek Dra.Alfina Rianti, M.Pharm., Apt. Pemilik Sarana Apotek dr. Erlang Setiawan, Sp. PA Asisten Apoteker Irasari Jatining Pratiwi Asisten Apoteker Yanuarita Mustika Asisten Apoteker Baby Nova Juru Resep Supraptini

88 73 Lampiran 10. Surat Pesanan

89 74 Lampiran 11. Faktur Pembelian

90 75 Lampiran 12. Kartu Stok Barang

91 76 Lampiran 13. Surat Pesanan Narkotika

92 77 Lampiran 14. Surat Pesanan Psikotropika

93 78 Lampiran 15. Contoh Pelaporan Narkotika Nomor : 01/VIII/AEM/14 Lampiran : 1 (satu) lembar Hal : Laporan Narkotika Depok, 8 Agustus 2014 Kepada Yth. Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok c.q. Seksi Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Depok Ruko Depok Mas Blok A 7-9 Jl. Margonda Raya no. 42 Depok Dengan hormat, Dengan ini kami kirimkan Laporan Narkotika bulan Juli 2014, sebanyak 1 (satu) lembar. Harap diterima dengan baik. Hormat kami, Apoteker Pengelola Apotek Apoklin Erra Medika, Dra. Alfina Rianti, Apt., M Pharm. Tembusan : 1. Balai Besar POM, Jl. Pasteur no. 25, Bandung 2. Arsip

94 79 Lampiran 16. Laporan Penggunaan Narkotika

95 80 Lampiran 17. Contoh Pelaporan Psikotropika Nomor Lampiran Hal : 02/VIII/AEM/14 : 1 (satu) lembar : Laporan Psikotropika Depok, 8 Agustus 2014 Kepada Yth. Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok c.q. Seksi Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Depok Ruko Depok Mas Blok A 7-9 Jl. Margonda Raya no. 42 Depok Dengan hormat, Dengan ini kami kirimkan Laporan Psikotropika bulan Juli 2014, sebanyak 1 (satu) lembar. Harap diterima dengan baik. Hormat kami, Apoteker Pengelola Apotek Apoklin Erra Medika, Dra. Alfina Rianti, Apt., M Pharm. Tembusan : 1. Balai Besar POM, Jl. Pasteur no. 25, Bandung 2. Arsip

96 81 Lampiran 18. Laporan Penggunaan Psikotropika

97 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KEJADIAN PRESCRIBING ERROR TERHADAP RESEP DOKTER DI APOTEK ERRA MEDIKA SELAMA BULAN JUNI 2014 TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA RUKO SUKMAJAYA JALAN TOLE ISKANDAR NOMOR 4-5 DEPOK PERIODE AGUSTUS 2014 SITI DZATIR ROHMAH, S.Farm ANGKATAN LXXIX FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2015

98 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KEJADIAN PRESCRIBING ERROR TERHADAP RESEP DOKTER DI APOTEK ERRA MEDIKA SELAMA BULAN JUNI 2014 TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DI APOTEK ERRA MEDIKA RUKO SUKMAJAYA JALAN TOLE ISKANDAR NOMOR 4-5 DEPOK PERIODE AGUSTUS 2014 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker SITI DZATIR ROHMAH, S.Farm ANGKATAN LXXIX FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2015 i

99 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR LAMPIRAN...v BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan...2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Apotek Pengertian Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Pelayanan Apotek Apoteker Resep Pengertian Resep Pelayanan Resep Medication Error Kategorisasi Medication Error Jenis Medication Error BAB 3. METODOLOGI PELAKSANAAN Waktu dan Tempat Pelaksanaan Metode Pengumpulan Data Cara Kerja BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Benar dan Jelas Penulisan Resep Benar Obat Benar Dosis Benar Waktu, Frekuensi dan Durasi Benar Rute Pemberian Duplikasi Terapi Interaksi Obat BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN LAMPIRAN ii

100 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Contoh dan Bagian Resep...7 Gambar 4.1 Perbandingan Resep Biasa, Narkotik dan Psikotropik Selama Bulan Juni 2014 di Apotek Erra Medika...18 Gambar 4.2 Perbandingan Resep Racikan dan Resep Non Racikan Selama Bulan Juni 2014 di Apotek Erra Medika...19 Gambar 4.3 Grafik Hasil Analisis 7 Benar Pada Resep di Apotek Erra Medika Selama Bulan Juni Gambar 4.4 Grafik Persentase Kelengkapan Resep di Apotek Erra Medika Selama Bulan Juni Gambar 4.5 Diagram Hasil Analisis Benar Waktu, Durasi dan Frekuensi Penggunaan Obat Pada Resep di Apotek Erra Medika Selama Bulan Juni Gambar 4.6 Grafik Prescribing Error Kejadian Duplikasi Pengobatan Pada Resep di Apotek Erra Medika Selama Bulan Juni Gambar 4.7 Perbandingan Persentase Resep dengan Interaksi Obat dan Resep Tanpa Interaksi Obat di Apotek Erra Medika Selama Bulan Juni iii

101 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Data hasil Analisis 7 Benar Pada Resep di Apotek Erra Medika Selama Bulan Juni Data Hasil Analisis Benar Waktu, Durasi dan Frekuensi Penggunaan Obat Pada Resep di Apotek Erra Medika Selama Bulan Juni Interaksi Obat yang Paling Banyak Terjadi Pada Resep di Apotek Erra Medika Selama Bulan Juni iv

102 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kelengkapan Resep Non Narkotik Psikotropik...35 Lampiran 2. Kelengkapan Resep Non Narkotik Psikotropik (Lanjutan)...36 Lampiran 3. Kelengkapan Resep Narkotik...37 Lampiran 4. Kelengkapan Resep Psikotropik...38 Lampiran 5. Evaluasi Prescribing Error Berdasarkan Adanya Duplikasi Terapi...39 Lampiran 6. Evaluasi Prescribing Error Berdasarkan Adanya Interaksi Obat...40 v

103 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat-obatan saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. Namun, penggunaan obat yang semakin berkembang ini dapat meningkatkan risiko terjadinya kesalahan dalam pengobatan atau dikenal dengan istilah medication error. Medication error adalah semua kejadian yang dapat menyebabkan pengobatan tidak sesuai atau yang dapat mencelakakan pasien dimana prosedur pengobatan tersebut masih berada di bawah kontrol praktisi kesehatan (Fowler, 2009). Medication error dapat membahayakan kondisi pasien bahkan mengancam nyawa pasien sehingga peluang terjadinya hal ini harus dapat dicegah oleh tenaga kesehatan khususnya apoteker. Apoteker sebagai seorang tenaga ahli kefarmasian harus dapat menjamin keselamatan pasien di sarana praktik kefarmasian. Keselamatan pasien merupakan prioritas utama dalam pelayanan kefarmasian karena konsep pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser dari berorientasi pada obat (drug oriented) menjadi berorientasi kepada pasien (patient oriented). Apoteker harus dapat memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan atau medication error dalam pelayanan kefarmasian sehingga apoteker harus melakukan pelayanan di apotek sesuai dengan standar yang berlaku untuk mencegah terjadinya medication error yang dapat merugikan pasien (Kementerian Kesehatan RI, 2004). Medication error dapat terjadi dalam 4 fase yaitu fase prescribing, fase transcribing, fase dispensing, dan fase administrasion oleh pasien (Cohen,1991). Prevalensi kejadian medication error cukup tinggi baik di rumah sakit, apotek maupun sarana praktik kefarmasian lainnya. Medication error yang paling umum terjadi dalam praktik pelayanan kesehatan adalah pada fase prescribing atau dikenal dengan istilah prescribing error (Kuo dkk., 2008). Prescribing error merupakan salah satu bentuk medication errors yang dibuat oleh penulis resep saat menuliskan permintaan suatu obat untuk pasien kepada farmasis. Kesalahan ini meliputi ketidaktepatan pemilihan obat (berdasarkan indikasi, KI, interaksi obat, dan lain-lain), dosis, bentuk sediaan, rute pemakaian, 1

104 2 aturan pemakaian, resep yang tidak bisa dibaca. Kesalahan penulisan resep dapat menimbulkan dampak negatif bagi pasien, diantaranya adalah kerugian waktu, biaya dan kematian. Apotek sebagai tempat praktik pelayanan kefarmasian di mana salah satu jenis pelayanan yang dilakukan adalah pelayanan resep baik resep asli dari dokter maupun salinannya. Sebagai seorang apoteker, untuk mencegah terjadinya medication error pada tahap prescribing, apoteker harus melakukan skrinning terhadap resep yang diterima. Berdasarkan hal itu, pada Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Erra Medika bulan Agustus 2014 ini penulis menyusun tugas khusus tentang analisis terjadinya prescribing error pada resep yang masuk ke Apotek Erra Medika selama bulan Juni Analisis prescribing error ini mencakup 7 (tujuh) benar yaitu benar dan jelas penulisan resep, benar obat, benar dosis, benar waktu dan frekuensi pemberian, benar rute pemberian, duplikasi pengobatan dan interaksi obat. 1.2 Tujuan Tujuan dari pembuatan tugas ini adalah untuk mengkaji dan membuat daftar kejadian prescribing error yang mencakup 7 (tujuh) benar yaitu benar dan jelas penulisan resep, benar obat, benar dosis, benar waktu dan frekuensi pemberian, benar rute pemberian, duplikasi pengobatan dan interaksi obat terhadap resep yang masuk ke Apotek Erra Medika bulan Juni 2014.

105 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Apotek Pengertian Apotek Apotek berasal dari bahasa yunani, aphoteca yang secara harfiah berarti penyimpanan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, apotek merupakan tempat meramu dan menjual obat berdasarkan resep dokter serta memperdagangkan barang medis. Anief mengatakan apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasiaan dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1027 tahun 2004 menyatakan bahwa Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 51 tahun 2009 mendefinisikan pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Salah satu fasilitas pelayanan kefarmasian adalah Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Apotek memiliki tugas dan fungsi sebagai (Syamsuni, 2005) : 1. Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. 2. Sarana farmasi untuk melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat. 3. Sarana penyaluran perbekalan farmasi dalam penyebaran obat-obatan yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata Pelayanan Apotek Pelayanan kefarmasian di apotek, meliputi (Permenkes RI No. 922/Menkes/Per/X/1993) : 3

106 4 1. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek, sesuai dengan keahliaan profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. 2. Apotek wajib menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan sahih. 3. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat bermerek dagang. Namun resep dengan obat bermerek dagang atau obat paten boleh diganti dengan obat generik. 4. Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat mengikuti ketentuan yang berlaku, dengan membuat berita acara. Pemusnahan ini dilakukan dengan cara dibakar atau dengan ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Badan POM. 5. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih tepat. 6. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat. 7. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau menambahkan tanda tangan di atas resep. 8. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker. 9. Resep harus dirahasiakan dan disimpan serta disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu 3 tahun. 10. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. 11. Apoteker dibolehkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menkes RI. Pelayanan yang dilakukan di apotek, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 35 tahun 2014, harus menerapkan pelayanan kefarmasian (pharmaceutical

107 5 care) yaitu suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Untuk mewujudkan pelayanan kefarmasian, apoteker harus menerapkan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai serta Pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian dan pencatatan serta pelaporan, sedangkan pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian resep, dispensing, Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling, Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care), Pemantauan Terapi Obat (PTO) dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Apoteker Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Apoteker merupakan profesional kesehatan terakhir yang menemui pasien. Apoteker memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pasien mengerti maksud dari terapi obat dan cara penggunaannya yang tepat. Untuk mencapai tujuan ini, apoteker wajib mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk mengkomunikasikan informasi obat dan untuk memotivasi pasien supaya taat pada masa terapinya. Apoteker yang gagal mendiskusikan kontraindikasi dan reaksi merugikan obat tertentu, dapat dituntut secara hukum jika suatu reaksi yang signifikan terjadi (Kurniawan dan Chabib, 2010). Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi, analisis farmasi, dan tenaga menengah farmasi atau asisten apoteker (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009). Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian harus senantiasa memiliki kemampuan menyediakan dan memberi pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antarprofesi, menempatkan diri sebagai pimpinan multidisipliner, kemampuan mengelola sumber daya manusia secara efektif, selalu belajar sepanjang karir dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009).

108 6 2.3 Resep Pengertian Resep Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan atau membuat, meracik dan menyerahkan obat kepada pasien. Resep juga merupakan perwujudan hubungan profesi antara dokter, apoteker, dan pasien (Joenoes, 2001). Menurut undang-undang yang diperbolehkan menulis resep adalah dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan. Bagi dokter umum dan dokter spesialis tidak ada pembatasan mengenai jenis obat yang boleh diberikan kepada penderitanya. Resep yang memerlukan penegasan segera, maka dokter dapat memberi tanda di bagian kanan atas resep dengan kata-kata: Cito (segera), Statim (penting), Urgen (sangat penting), P.I.M (periculum in mora) artinya berbahaya jika ditunda. Di apotek, bila obatnya sudah diserahkan kepada penderita menurut peraturan pemerintah, kertas resep tersebut harus disimpan dan diatur menurut urutan tanggal dan nomor urut pembuatan serta harus disimpan sekurang-kurangnya selama 3 tahun (Joenoes, 2001). Resep harus ditulis dengan lengkap dan jelas agar tidak terjadi salah persepsi antara dokter dan apoteker dalam mengartikan sebuah resep. Resep terdiri dari bagian-bagian resep yaitu, inscriptio, invocatio, praescriptio/ordonatio, signatura dan subsciptio. Berikut adalah contoh dan bagian-bagian resep, (Syamsuni, 2006).

109 7 dr. supriyadi SIP. No. 228/K/84 Jl. Budi kemuliyaan No. 8A Telp Jakarta Inscriptio Jakarta, invocatio R/Acetosal mg 500 Codein HCl mg 20 praescriptio C.T.M mg 4 S.L qs. m.f. pulv.dtd. No XV da in caps. s.t.d.d caps I signatura subcriptio paraf/ tanda tangan dokter Pro : Tn. Marzuki (dewasa) Jl. Merdeka 10 Jakarta Gambar 2.1. Contoh dan Bagian Resep Resep yang lengkap harus memuat aspek sebagai berikut (Syamsuni, 2006) : 1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter. 2. Tanggal penulisan resep (inscriptio). 3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocatio) 4. Nama setiap obat dan komposisinya (praescriptio/ordonatio). 5. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura). 6. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku (subscriptio). 7. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan.

110 8 8. Tanda seru atau paraf dokter untuk resep yang melebihi dosis maksimal. Penelitian Cheung dkk (2009) menyebutkan bahwa ada enam tipe dari kesalahan pengobatan yang bisa terjadi pada serangkaian pelayanan farmakologi dan farmasetika bagi pasien yaitu, kesalahan pemberian informasi obat, kesalahan penulisan resep, kesalahan dalam penulisan salinan resep, kesalahan pemberian obat, kesalahan adnimistrasi, dan kesalahan peracikan obat. Ketidaklengkapan dan ketidakjelasan penulisan dalam bagian resep dapat menyebabkan terjadinya medication error Pelayanan Resep Alur atau rantai pelayanan obat dimulai dari penulisan resep oleh dokter, penerimaan resep, skrining resep (persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetik, pertimbangan klinis), status dan data pasien, etiket, penyiapan obat, pemanggilan pasien, penyerahan obat, informasi/konseling. Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MenKes/SK/IX/2004 menetapkan bahwa pelayanan yang ada di apotek meliputi salah satunya yaitu pelayanan resep. Pelayanan resep ini dimulai dengan skrining resep terlebih dahulu oleh Apoteker. 1. Skrining resep. A. Persyaratan Administrasi. Adapun persyaratan administrasi meliputi: a) Nama, SIP dan alamat dokter. b) Tanggal penulisan resep. c) Tanda tangan/paraf dokter penulis resep. d) Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien. e) Cara pemakaian yang jelas. B. Kesesuaian Farmasetik. Adapun Kesesuaian farmasetik adalah bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian. C. Pertimbangan Klinis. Adapun pertimbangan klinis yaitu adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep

111 9 dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan. 2. Penyiapan Obat. A. Peracikan. Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus di buat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. B. Etiket. Etiket harus jelas dan dapat dibaca, untuk obat luar digunakan etiket berwarna biru dan untuk obat dalam digunakan etiket berwarna putih. C. Kemasan Obat yang diserahkan. Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. 3. Penyerahan Obat. Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien. 4. Informasi Obat. Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan mudah dimengerti, akurat, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi : cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas, serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. 5. Konseling. Apoteker bertanggung jawab atas kesembuhan pasien. Untuk meningkatkan mutu kesehatan masyarakat atau pasien apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan obat. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.

112 10 6. Monitoring Penggunaan Obat. Setelah penyerahan kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya. 7. Promosi dan Edukasi. Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri untuk penyakit ringan dengan memilih obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi edukasi. Menurut keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/MenKes/SK/IX/2004, indikator yang digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan resep sebagai mutu pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut: a. Tingkat kepuasan konsumen. Dilakukan dengan survei berupa wawancara langsung. b. Dimensi waktu. Lama pelayanan diukur dengan waktu yang telah ditetapkan. c. Prosedur tetap. Untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar yang telah ditetapkan. 2.4 Medication Error Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 disebutkan bahwa pengertian medication error adalah kejadian yang merugikan pasien, akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah. Pengertian lain dari medication error berdasarkan NCC MERP (National Coordinating Council Medication Error Reporting and Prevention ) yaitu setiap kejadian yang dapat dihindari yang menyebabkan atau berakibat pada pelayanan obat yang tidak tepat atau membahayakan pasien sementara obat berada dalam pengawasan tenaga kesehatan atau pasien. Untuk meyakinkan keamanan penggunaan obat-obatan, tenaga kesehatan harus memperhatikan lima hal penting dalam administrasi obat, yaitu tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat rute pemberian, dan tepat waktu. Kelima hal tersebut seringkali dijadikan kategori dalam kesalahan pengobatan (medication error), misalnya tidak tepat pasien, tidak tepat obat, tidak tepat dosis, tidak tepat rute pemberian, dan tidak tepat waktu.

113 11 Pada umumnya tenaga kesehatan lebih peduli akan orang yang terlibat langsung jika terjadi kasus medication error. Saat medication error menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan, pertanyaan mengenai siapa yang terlibat langsung dalam melakukan kesalahan tersebut sebenarnya tidak lebih penting dibandingkan kesalahan apa yang terjadi, bagaimana, dan mengapa hal itu dapat terjadi. Filosofi tersebut menjadi dasar utama terhadap pendekatan edukasi dalam pencegahan medication error yang dikenalkan oleh The Institute for Safe Medication Practice (ISMP). ISMP membagi penyebab dari medication error menjadi enam kategori, yaitu : a. Kegagalan dalam berkomunikasi seperti akibat dari ketidak jelasan penulisan (hand writing). b. Lemahnya keahlian dalam pendistribusian obat. c. Kesalahan perhitungan dosis obat. d. Masalah yang berkaitan dengan obat dan fasilitas peralatan obat. e. Administrasi obat yang tidak tepat. f. Kurangnya edukasi pasien akan obat. Kejadian medication error dapat terjadi dalam 4 fase, yaitu fase prescribing, fase transcribing, fase dispensing, dan fase administrasion oleh pasien (Cohen,1991) Kategorisasi Medication Error Berdasarkan dampak yang diterima oleh pasien, National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention (NCC MERP) mengelompokkan medication error menjadi beberapa tingkat keparahan, yaitu no error; error, no harm; error, harm; dan error, death 1. No Error Kategori A : Kejadian atau yang berpotensi untuk terjadinya kesalahan. 2. Error, No Harm Kategori B : Terjadi kesalahan sebelum obat mencapai pasien. Kategori C : Terjadi kesalahan dan obat sudah diminum/digunakan pasien tetapi tidak membahayakan pasien.

114 12 Kategori D : Terjadinya kesalahan, sehingga monitoring ketat harus dilakukan tetapi tidak membahayakan pasien. 3. Error, Harm Kategori E : Terjadi kesalahan, hingga terapi dan intervensi lanjut diperlukan dan kesalahan ini memberikan efek yang buruk yang sifatnya sementara. Kategori F : Terjadi kesalahan dan mengakibatkan pasien harus dirawat lebih lama di rumah sakit serta memberikan efek buruk yang sifatnya sementara. Kategori G: Terjadi kesalahan yang mengakibatkan efek buruk yang bersifat permanen. Kategori H: Terjadi kesalahan dan hampir merenggut nyawa pasien contoh syok anafilaktik. 4. Error, Death Kategori I : Terjadi kesalahan dan pasien meninggal dunia Jenis Medication Error Berdasarkan rantai proses pengobatan, medication error dapat dibagi 4 yaitu prescribing error, transcription error, dispensing error, dan administration error. 1. Prescribing Errors Medication error pada fase prescribing adalah error yang terjadi pada fase penulisan resep. Fase ini meliputi : a. Kesalahan resep 1) Seleksi obat (didasarkan pada indikasi, kontraindikasi, alergi yang diketahui, terapi obat yang ada, dan faktor lain), dosis, bentuk sediaan, mutu, rute, konsentrasi, kecepatan pemberian, atau instruksi untuk menggunakan suatu obat yang diorder atau diotorisasi oleh dokter (atau penulis lain yang sah) yang tidak benar. Seleksi obat yang tidak benar misalnya seorang pasien dengan infeksi bakteri yang resisten terhadap obat yang ditulis untuk pasien tersebut. 2) Resep atau order obat yang tidak terbaca yang menyebabkan kesalahan yang sampai pada pasien.

115 13 b. Kesalahan karena tidak diotorisasi Pemberian kepada pasien, obat yang tidak diotorisasi oleh seorang penulis resep yang sah untuk pasien. Mencakup suatu obat yang keliru, suatu dosis diberikan kepada pasien yang keliru, obat yang tidak diorder, duplikasi dosis, dosis diberikan di luar pedoman atau protokol klinik yang telah ditetapkan, misalnya obat diberikan hanya bila tekanan darah pasien turun di bawah suatu tingkat tekanan yang ditetapkan sebelumnya. c. Kesalahan karena tidak tepat dosis Pemberian kepada pasien suatu dosis yang lebih besar atau lebih kecil dari jumlah yang diorder oleh dokter penulis resep atau pemberian dosis duplikat kepada pasien, yaitu satu atau lebih unit dosis sebagai tambahan pada dosis obat yang diorder. d. Kesalahan karena indikasi tidak diobati Kondisi medis pasien memerlukan terapi obat tetapi tidak menerima suatu obat untuk indikasi tersebut. Misalnya seorang pasien hipertensi atau glukoma tetapi tidak menggunakan obat untuk masalah ini. e. Kesalahan karena penggunaan obat yang tidak diperlukan Pasien menerima suatu obat untuk suatu kondisi medis yang tidak memerlukan terapi obat. 2. Transcription Errors Pada fase transcribing, kesalahan terjadi pada saat pembacaan resep untuk proses dispensing, antara lain salah membaca resep karena tulisan yang tidak jelas dan banyak terdapat kemiripan nama obat. Salah dalam menterjemahkan order pembuatan resep dan signature juga dapat terjadi pada fase ini. Jenis kesalahan obat yang termasuk transcription errors, yaitu : a. Kesalahan karena pemantauan yang keliru Gagal mengkaji suatu regimen tertulis untuk ketepatan dan pendeteksian masalah, atau gagal menggunakan data klinik atau data laboratorium untuk pengkajian respon pasien yang memadai terhadap terapi yang ditulis. b. Kesalahan karena ROM (Reaksi Obat Merugikan) 1) Pasien mengalami suatu masalah medis sebagai akibat dari ROM atau efek samping.

116 14 2) Reaksi diharapkan atau tidak diharapkan, seperti ruam dengan suatu antibiotik, pasien memerlukan perhatian pelayanan medis. c. Kesalahan karena interaksi obat Pasien mengalami masalah medis, sebagai akibat dari interaksi obat-obat, obatmakanan, atau obat-prosedur laboratorium. 3. Dispensing Errors Kesalahan pada fase dispensing terjadi pada saat penyiapan hingga penyerahan resep oleh petugas apotek. Salah satu kemungkinan terjadinya error adalah salah dalam mengambil obat dari rak penyimpanan karena kemasan atau nama obat yang mirip (look alike sound alike) atau dapat pula terjadi karena berdekatan letaknya. Selain itu, salah dalam menghitung jumlah tablet yang akan diracik, ataupun salah dalam pemberian informasi. Jenis kesalahan obat yang termasuk Dispensing errors yaitu : a. Kesalahan karena bentuk sediaan 1) Pemberian kepada pasien suatu sediaan obat dalam bentuk berbeda dari yang diorder oleh dokter penulis. 2) Penggerusan tablet lepas lambat, termasuk kesalahan. b. Kesalahan karena pembuatan/penyiapan obat yang keliru 1) Sediaan obat diformulasi atau disiapkan tidak benar sebelum pemberian. Misalnya, pengenceran yang tidak benar, atau rekonstitusi suatu sediaan yang tidak benar. Tidak mengocok suspensi. Mencampur obat-obat yang secara fisik atau kimia inkompatibel. 2) Penggunaan obat kadaluarsa, tidak melindungi obat terhadap pemaparan cahaya. c. Kesalahan karena pemberian obat yang rusak Pemberian suatu obat yang telah kadaluarsa atau keutuhan fisik atau kimia bentuk sediaan telah membahayakan. Termasuk obat-obat yang disimpan secara tidak tepat. 4. Administration Errors Kesalahan pada fase administration adalah kesalahan yang terjadi pada proses penggunaan obat. Fase ini dapat melibatkan petugas apotek dan pasien atau keluarganya. Kesalahan yang terjadi misalnya pasien salah menggunakan

117 15 suppositoria yang seharusnya melalui dubur tapi dimakan dengan bubur, salah waktu minum obatnya seharusnya 1 jam sebelum makan tetapi diminum bersama makan. Jenis kesalahan obat yang termasuk administration errors yaitu : a. Kesalahan karena lalai memberikan obat Gagal memberikan satu dosis yang diorder untuk seorang pasien, sebelum dosis terjadwal berikutnya. b. Kesalahan karena waktu pemberian yang keliru Pemberian obat di luar suatu jarak waktu yang ditentukan sebelumnya dari waktu pemberian obat terjadwal. c. Kesalahan karena teknik pemberian yang keliru 1) Prosedur yang tidak tepat atau teknik yang tidak benar dalam pemberian suatu obat. 2) Kesalahan rute pemberian yang keliru berbeda dengan yang ditulis; melalui rute yang benar, tetapi tempat yang keliru (misalnya mata kiri sebagai ganti mata kanan), kesalahan karena kecepatan pemberian yang keliru. d. Kesalahan karena tidak patuh Perilaku pasien yang tidak tepat berkenaan dengan ketaatan pada suatu regimen obat yang ditulis. Misalnya paling umum tidak patuh menggunakan terapi obat antihipertensi. e. Kesalahan karena rute pemberian tidak benar Pemberian suatu obat melalui rute yang lain dari yang diorder oleh dokter, juga termasuk dosis yang diberikan melalui rute yang benar, tetapi pada tempat yang keliru (misalnya mata kiri, seharusnya mata kanan). f. Kesalahan karena gagal menerima obat Kondisi medis pasien memerlukan terapi obat, tetapi untuk alasan farmasetik, psikologis, sosiologis, atau ekonomis, pasien tidak menerima atau tidak menggunakan obat.

118 BAB 3 METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas khusus dilaksanakan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker periode Agustus 2014 di Apotek Erra Medika yang berlokasi di Ruko Sukmajaya No.4-5 Jalan Tole Iskandar, Depok. 3.2 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data untuk analisis prescribing error dilakukan dengan mengumpulkan dan mendata semua resep di Apotek Erra Medika bulan Juni 2014 termasuk resep narkotik dan psikotropik. Tiap lembar resep kemudian dianalisis kebenaran dan kejelasan penulisan resepnya, kebenaran obatnya, kebenaran dosisnya, kebenaran waktu dan frekuensi pemberiannya, kebenaran rute pemberian, adanya duplikasi pengobatan dan interaksi obat yang terjadi. Hasil yang didapat kemudian dikalkulasi dalam persen. 3.3 Cara Kerja Pengkajian atau analisis data mengenai kejadian prescribing error pada resep dilakukan dengan cara menganalisis satu per satu resep yang masuk ke Apotek Erra Medika selama bulan Juni Analisis ini meliputi kebenaran dan kejelasan penulisan resepnya, kebenaran obatnya, kebenaran dosisnya, kebenaran waktu dan frekuensi pemberiannya, kebenaran rute pemberian, adanya duplikasi pengobatan dan interaksi obat yang terjadi. Hasil untuk masing-masing poin dicatat dan dihitung. 16

119 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Medication error merupakan kejadian yang merugikan pasien, akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah (Menkes RI, 2004). Medication error dapat berakibat pada pelayanan obat yang tidak tepat atau membahayakan pasien sementara obat berada dalam pengawasan tenaga kesehatan atau pasien. Kejadian medication error dapat terjadi dalam 4 fase, yaitu fase prescribing, fase transcribing, fase dispensing, dan fase administrasion oleh pasien (Cohen,1991). Kejadian medication error ini sering terjadi di sarana praktek kefarmasian seperti rumah sakit, puskesmas, apotek, dan sarana lainnya. Medication error yang paling umum terjadi dalam praktik pelayanan kesehatan adalah pada fase prescribing atau dikenal dengan istilah prescribing error (Kuo dkk., 2008). Pada Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Erra Medika bulan Agustus 2014 kejadian prescribing error yang dianalisis meliputi 7 (tujuh) benar yaitu benar dan jelas penulisan resep, benar obat, benar dosis, benar waktu dan frekuensi pemberian, benar rute pemberian, duplikasi pengobatan dan interaksi obat. Resep yang masuk ke apotek Erra Medika selama bulan Juni 2014 berjumlah 647 lembar resep yang terdiri dari 595 resep non narkotik dan non psikotropik (91,96%), 38 resep narkotik (5,87%) dan 14 resep psikotropik (2,16%). Perbandingan persentase antara resep non narkotik non psikotropik, resep narkotik dan resep psikotropik dapat dilihat pada gambar

120 % 5.87% Resep Narkotik Resep Psikotropik Resep Biasa 91.96% Gambar 4.1. Perbandingan Resep Biasa, Narkotik dan Psikotropik Selama bulan Juni 2014 di Apotek Erra Medika Gambar tersebut menunjukkan bahwa persentase resep obat non narkotik dan non psikotropik lebih banyak dari resep obat narkotik dan psikotropik. Resep yang masuk ke Apotek Erra Medika terdiri dari resep racikan dan non racikan. Resep racikan merupakan resep yang penyiapan obatnya perlu dilakukan proses peracikan terlebih dahulu seperti penimbangan, penggerusan, pencampuran dan pengubahan bentuk. Contoh sediaannya seperti kapsul dan puyer, sementara resep non racikan adalah resep yang semua item obatnya merupakan obat jadi yang tidak perlu melalui proses peracikan. Jumlah resep racikan yang masuk ke Apotek Erra Medika selama bulan Juni 2014 berjumlah 242 lembar (37,40 %) sementara resep non racikan berjumlah 405 lembar (62,60 %). Perbandingan persentase antara resep racikan dan non racikan dapat dilihat pada gambar 4.2

121 % 62.60% Resep Racikan Resep Non Racikan Gambar 4.2. Perbandingan Resep Racikan dan Resep Non Racikan Selama bulan Juni 2014 di Apotek Erra Medika Gambar di atas memperlihatkan bahwa persentase obat racikan lebih sedikit daripada non racikan. Resep-resep yang masuk selama bulan Juni 2014 ini kemudian dievaluasi berdasarkan prinsip 7 benar untuk mengetahui jenis kejadian prescribing error yang sering terjadi. Berdasarkan hasil analisis 7 benar tersebut maka dapat diketahui jenis kejadian prescribing error yang sering terjadi pada resep yang masuk ke Apotek Erra Medika selama bulan Juni Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan kejadian tidak jelas dan tidak benar penulisan resep sebanyak 647 resep (100 %), tidak tepat durasi penggunaan sebanyak 5 resep (0,77 %), terjadi duplikasi sebanyak 6 resep (0,93 %) dan terjadinya interaksi obat sebanyak 271 resep (41,89 %). Sementara pada dosis, obat dan rute pemberian tidak terjadi kesalahan pada semua resep yang masuk. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1

122 20 Tabel 4.1 Hasil Analisis 7 Benar Pada Resep di Apotek Erra Medika Selama Bulan Juni 2014 No. Jenis Prescibing Error Kejadian Jumlah % 1. Tidak benar dan jelas penulisan resep 2. Tidak benar obat Tidak benar dosis Tidak benar rute Tidak benar waktu dan 5 0,77 frekuensi pemberian 6. Adanya duplikasi terapi 6 0,93 7. Adanya interaksi obat ,89 Data tersebut kemudian dibuat dalam bentuk grafik agar dapat diketahui perbandingan dari masing-masing aspek yang dianalisis. Grafik tersebut dapat dilihat pada gambar 4.3. Tidak Benar dan Jelas Penulisan Resep 100% Adanya Interaksi Obat % Adanya Duplikasi Terapi Tidak benar waktu dan frekuensi pemberian Tidak Benar Obat 0.93% 0.77% 0% Tidak Benar Dosis 0% Tidak Benar Rute Pemberian 0% Gambar 4.3 Grafik Hasil Analisis 7 Benar Pada Resep di Apotek Erra Medika Selama Bulan Juni 2014

123 21 Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa kejadian yang paling banyak terjadi adalah adanya interaksi obat. Hal ini disebabkan karena pola penulisan resep dokter pada obat racikan yang terdiri dari 4-5 item obat. Banyaknya jumlah obat ini memperbesar potensi terjadinya interaksi obat pada resep. Sementara kejadian yang tidak terjadi sama sekali adalah kesalahan dalam pemilihan obat, dosis dan rute pemberian. Pemilihan obat, dosis dan rute pemberian obat telah dilakukan dengan benar oleh penulis resep sesuai dengan kondisi pasien. 4.1 Benar dan Jelas Penulisan Resep Kebenaran dan kejelasan penulisan resep ini merupakan hal pertama yang harus diperhatikan. Resep yang tidak benar dan tidak jelas penulisannya dapat menimbulkan keraguan apakah benar resep tersebut ditulis oleh dokter. Penulisan resep harus sesuai dengan standar kelengkapan penulisan resep. Tujuannya adalah untuk menghindari adanya salah persepsi antara dokter dan apoteker dalam mengartikan sebuah resep. Pemeriksaan kelengkapan resep ini dilakukan dengan cara skrinning resep. Skrinning resep yang dilakukan meliputi skrinning administratif, skrinning farmasetik dan skrinning klinis. Pemeriksaan pada skrinning administratif mencakup nama dokter, nomor surat izin prkatek dokter, tanggal penulisan resep, nama obat, jumlah obat, aturan pakai, nama pasien, umur, berat badan, jenis kelamin, paraf dokter dan alamat pasien untuk resep narkotik dan psikotropik. Skrinning farmasetik mencakup bentuk sediaan, dosis, cara penggunaan obat, lama penggunaan obat. Sementara skrinning klinis meliputi kesesuaian indikasi, alergi obat dan juga efek samping obat. Hasil skrinning administratif, farmasetis dan klinis pada resep di Apotek Erra Medika selama bulan Juni 2014 dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2. Dari 647 resep yang masuk, permasalahan kelengkapan resep paling banyak terjadi pada kelengkapan administratif yaitu tidak mencantumkan berat badan sebanyak 633 resep (97,84%), tidak mencantumkan alamat pasien untuk resep narkotik dan psikotropik sebanyak 52 resep (8,04%), tidak mencantumkan tanggal 30 resep (4,64%), tidak mencantumkan umur 23 resep (3,56%), dan tidak mencantumkan jenis kelamin 7 resep (1,08%) Perbandingan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.4.

124 22 Tidak ada berat badan pasien 97.84% Tidak ada alamat pasien 8.04% Tidak ada tanggal penulisan resep 4.64% Tidak ada umur pasien 3.56% Tidak ada jenis kelamin pasien 1.08% Gambar 4.4. Grafik Persentase Kelengkapan Resep Apotek Erra Medika Selama Bulan Juni 2014 Kejadian prescribing error yang banyak terjadi pada kategori benar dan jelas penulisan resep adalah tidak dicantumkannya berat badan pasien dalam resep yang dibuat oleh dokter dengan persentase 97,84%. Berat badan merupakan hal yang penting untuk ditulis dalam resep karena berat badan berhubungan dengan dosis yang akan diberikan terutama pasien pediatri dan geriatri. Selain itu juga ada obat yang dosisnya berpatokan pada berat badan seperti obat TBC sehingga penting untuk menuliskan berat badan pada resep. berat badan dapat digunakan untuk membantu menyesuaikan dosis jika dokter tidak mencantumkan umur pasien pada resep. Dosis obat erat kaitannya dengan efek terapetik yang diharapkan sehingga ketepatan dosis perlu diperhatikan agar tidak overdose maupun underdose. Selanjutnya adalah tidak dicantumkannya alamat pasien pada resep narkotik dan psikotropik dengan persentase 8,04%. Obat narkotik dan psikotropik merupakan golongan obat yang dapat menimbulkan ketergantungan jika digunakan dalam jangka waktu lama sehingga alamat pasien perlu dicantumkan untuk memonitor kemungkinan penyalahgunaan obat oleh pasien. Selain itu juga dapat menjadi suatu pembeda ketika ada nama pasien yang sama saat menebus resep. Jadi apabila terdapat nama pasien yang sama atau tidak dicantumkan nama pasien pada resep, petugas apotek dapat menanyakan langsung dengan berdasarkan pada alamat pasien, dengan demikian obat yang diresepkan oleh dokter tidak akan tertukar.

125 23 Kejadian terbanyak ketiga adalah tidak ada tanggal penulisan resep dengan persentase 4,64 %. Pencantuman tanggal resep diperlukan karena selain berkaitan dengan keamanan penderita juga dapat menentukan apakah suatu resep boleh dilayani atau tidak. Beberapa negara menentukan batas maksimal tiga bulan bagi resep untuk dapat dilayani dan ada pula yang sampai enam bulan. Oleh sebab itu apoteker harus lebih selektif lagi jika menemukan resep yang telah lama diresepkan dokter ditebus oleh pasien di apotek, dengan cara menghubungi dokter atau menyarankan pasien untuk kembali menemui dokter yang bersangkutan karena obat yang diresepkan oleh dokter dianggap tidak lagi sesuai dengan kondisi yang dialami oleh pasien. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.280/MenKes/V/1981, tanggal penulisan resep sangat penting karena bisa digunakan sebagai acuan dalam membuat urutan penyimpanan lembar resep dan resep yang telah disimpan melebihi 3 tahun dapat dilakukan pemusnahan. Selain itu juga akan mempermudah pihak apotek untuk mencari resep tersebut untuk tujuan tertentu. Selanjutnya adalah tidak dicantumkannya umur pasien pada resep dengan persentase kejadian sebanyak 3,56%. Sama seperti berat badan, umur sangat penting dalam penentuan dosis terutama pada anak-anak. Beberapa rumus penentuan dosis anak yang lazim digunakan dapat menggunakan umur pasien. Kejadian yang selanjutnya banyak terjadi adalah tidak dicantumkannya jenis kelamin pasien dengan persentase sebanyak 1,08%. Jenis kelamin ini perlu dicantumkan agar obat yang diserahkan sesuai dengan pasien yang dimaksud. Ada beberapa nama yang biasa dipakai untuk perempuan dan laki-laki, sehingga apabila tidak dicantumkan jenis kelaminnya, obat dapat tertukar dengan pasien lain. Selain itu untuk skrining terhadap kesesuaian dosis maupun indikasi juga melihat jenis kelamin, karena ada beberapa obat yang berbeda dosisnya untuk laki-laki dan perempuan, untuk kepentingan lain misalnya perhitungan kreatinin kliren ataupun body mass index dan lain-lain juga memiliki rumus yang berbeda antara perempuan dan laki-laki, sehingga jenis kelamin perlu juga dicantumkan di penulisan resep. Penulisan bisa dengan menuliskan laki-laki/perempuan ataupun dengan tulisan nyonya (Ny) atau tuan (Tn). Untuk kelengkapan resep yang lain seperti kategori

126 24 kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinik semuanya sudah memenuhi syarat kelengkapannya. 4.2 Benar Obat Kebenaran obat yang diberikan kepada pasien merupakan hal penting yang harus diberikan. Obat yang diterima oleh pasien harus benar dapat memberikan efek terapi yang diharapkan sehingga dapat mengobati penyakit pasien. Obat yang diberikan kepada pasien tidak boleh kontraindikasi dengan keadaan pasien yang dapat memperparah kondisi pasien. Obat harus diberikan sesuai dengan penyakit yang diderita pasien. Tidak boleh memberikan obat diluar dari indikasi penyakit pasien. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap resep yang masuk ke apotek Erra Medika selama bulan Juni 2014, semua obat yang tertera pada tiap resep benar diindikasikan untuk mengobati penyakit yang diderita oleh pasien. 4.3 Benar Dosis Dosis merupakan takaran atau jumlah obat yang digunakan. Dosis yang biasanya digunakan dalam pengobatan atau terapi adalah dosis lazim. Dosis lazim merupakan rentang dosis yang dapat memberikan efek terapetik pada pasien tetapi tidak membahayakan dan mengancam nyawa pasien. Kebenaran dosis dalam penulisan resep sangat penting diperhatikan karena sedikit saja kesalahan dalam dosis obat maka obat tersebut akan menjadi racun bagi tubuh apabila dikonsumsi terutama pada obat yang memiliki indeks terapi sempit. Obat dengan indeks terapi sempit merupakan obat yang rentang antara dosis terapetik dan dosis toksiknya memiliki jarak yang dekat sehingga kesalahan dosis sedikit saja akan berakibat fatal. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap resep yang masuk ke apotek Erra Medika selama bulan Juni 2014, semua obat yang tertera pada tiap resep dosisnya telah benar karena sebagian besar obat yang digunakan adalah obat jadi yang memang sudah diperhitungkan dosisnya baik untuk anak-anak ataupun dewasa. 4.4 Benar Waktu, Durasi dan Frekuensi Kebenaran waktu, frekuensi dan durasi perlu diperhatikan agar obat yang diberikan dapat mencapai efek optimal dan tidak menimbulkan efek samping yang

127 25 berat. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap resep yang masuk ke apotek Erra Medika selama bulan Juni 2014, ada 5 resep (0,77 %) yang tidak benar dalam hal waktu, frekuensi dan durasi pemberian obat. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Data Hasil Analisis Benar Waktu, Durasi dan Frekuensi Penggunaan Obat Pada Resep di Apotek Erra Medika Bulan Juni 2014 No. Resep Jumlah Resep % Jumlah Resep 1. Resep yang benar waktu, durasi dan ,23 frekuensi pemberian obatnya 2. Resep yang tidak benar waktu, 5 0,77 durasi dan frekuensi pemberian obatnya TOTAL Data tersebut kemudian dibuat grafik untuk mengetahui perbandingan antara resep yang benar waktu pemberian obatnya dan yang tidak. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada gambar % Benar Waktu,Durasi dan Frekuensi Pemberian Tidak benar waktu, durasi dan frekuensi pemberian Gambar 4.5 Grafik Hasil Analisis Benar Waktu, Durasi dan Frekuensi Penggunaan Obat Pada Resep di Apotek Erra Medika Bulan Juni 2014

128 26 Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa resep yang tidak benar waktu pemberian obatnya selama bulan Juni 2014 berjumlah lima resep. Kesalahan waktu pada pemberian obat tersebut yaitu terletak pada durasi penggunaannya. Obat yang tidak benar durasi pemberiannya pada kelima resep tersebut adalah cefixime. Pada resep tersebut cefixime diresepkan untuk pemakaian kurang dari lima hari. Padahal berdasarkan standar penanganan medis pemberian antibiotik biasanya berlangsung selama 5-10 hari untuk mencegah terjadinya resistensi (Cakrawardi, Wahyudin, dan Saruddin, 2011). Berdasarkan literatur, penggunaan cefixime untuk susceptible infection yang salah satunya disebabkan oleh S. Pyogenes adalah minimal 10 hari, sementara untuk demam tifoid adalah 7-14 hari (Drug Information Handbook, 2009). 4.5 Benar Rute Pemberian Rute pemberian obat ditentukan oleh banyak faktor yaitu keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Pemilihan rute pemberian yang tidak sesuai dapat menyebabkan efek terapi yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapan sehingga memperlambat proses penyembuhan bahkan membahayakan kondisi pasien. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap resep yang masuk ke apotek Erra Medika selama bulan Juni 2014, semua obat yang dieresepkan telah benar rute pemberiannya. Sebagian besar obat yang diberikan adalah rute oral dan topikal. Tidak ditemukan resep yang mengandung obat yang diberikan secara parenteral karena sebagian besar pasien yang menebus resep merupakan pasien rawat jalan atau pasien yang proses pengobatannya dilakukan sendiri di rumah sehingga tidak diberikan sediaan dengan rute parenteral. Sediaan dengan rute parenteral merupakan sediaan yang beresiko tinggi dan penggunaannnya harus dengan bantuan tenaga kesehatan yang memiliki keahlian khusus. 4.6 Duplikasi Terapi Duplikasi merupakan salah satu kejadian DRP (Drug Related Problem) yang masuk dalam kategori pasien menerima pengobatan yang berlebihan. DRP kategori ini dapat menimbulkan dampak negatif pada pasien berupa toksisitas, efek samping yang tidak diinginkan dan meningkatkan biaya pengobatan diluar dari yang

129 27 seharusnya. Apoteker memiliki tanggung jawab agar pasien tidak menggunakan obat yang tidak memiliki indikasi yang tepat. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap resep yang masuk ke apotek Erra Medika selama bulan Juni 2014, ada 6 resep (0,77%) yang terdapat duplikasi terapi. Dari 6 resep tersebut ada 4 pasangan obat yang mengalami duplikasi yaitu tablet loratadin-tablet mebhydrolin yang merupakan sesama golongan antihistamin yang terjadi pada 1 resep, tablet dexametason-tablet methylprednisolon yang merupakan sesama golongan kortikosteroid terjadi pada 2 resep, krim hidrokortison-tablet methylprednisolon yang merupakan sesama golongan kortikosteroid sebanyak 1 resep, dan tablet ketokonazol-krim ketokonazol yang merupakan sesama golongan antifungi sebanyak 2 resep. Hasil analisis duplikasi terapi dapat dilihat pada lampiran 5. Grafik perbandingan hasil analisis duplikasi terapi dapat dilihat pada grafik 4.6 Ketokonazol tablet-ketokonazol krim Nama Obat Dexamethasone tablet-methylprednisolone tablet Hidrokortison krim-methylprednisolon tablet Loratadin tablet-mebhydrolin tablet Jumlah Resep Gambar 4.6. Grafik Prescribing Error Kejadian Duplikasi Pengobatan Pada Resep Apotek Erra Medika Selama Bulan Juni 2014 Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa kejadian duplikasi yang sering yaitu penggunaan ketokonazol yang diberikan secara oral dan topikal sebanyak 2 resep dan penggunaan dexametason dan methylprednisolon yang keduanya diberikan secara oral sebanyak 2 resep. Meskipun digunakan secara topikal, obat tetap ada yang terabsorpsi sehingga dikhawatirkan terjadi dosis yang masuk ke dalam tubuh akan berlebihan apabila dibarengi dengan penggunaan ketokonazol secara oral. Penggunaan keduanya sebaiknya dijeda dan tidak digunakan

130 28 secara bersamaan. Penggunaan obat yang sama dengan indikasi yang sama dapat membahayakan pasien karena efek aditifnya yang justru bisa menyebabkan overdose sehingga rekomendasinya yaitu gunakan salah satu obat saja dari golongan tersebut yang paling sesuai dengan indikasi pasien terutama pada obat yang keduanya digunakan secara oral. 4.7 Interaksi Obat Pada apotek Erra Medika, pola racikan yang sering dibuat oleh dokter selama bulan Juni 2014 merupakan obat flu dan batuk yang disertai dengan demam dan radang. Komposisi obatnya terdiri dari antibiotik, antipiretik, ekspektoran, kortikosteroid dan antihistamin. Komposisi obat seperti ini berpotensi menimbulkan terjadinya interaksi obat. Analisis dilakukan terhadap 647 resep yang masuk selama bulan Juni Dari 647 resep tersebut sebanyak 271 resep terjadi interaksi obat (41,89%) dan 376 diantaranya tidak terjadi interaksi obat (58,11%). Perbandingan persentase tersebut dapat dilihat pada gambar % 42% INTERAKSI OBAT TANPA INTERAKSI OBAT Gambar 4.7. Perbandingan Persentase Resep Dengan Interaksi Obat dan Resep Tanpa Interaksi Obat di Apotek Erra Medika Selama Bulan Juni 2014 Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, terdapat 98 pasangan obat yang berinteraksi (lampiran 6). Banyaknya pasangan obat yang berinteraksi ini disebabkan oleh pola penulisan resep dokter yang memasukkan 4-5 jenis obat dalam resep racikan. Resep racikan ini pada umumnya diberikan pada anak-anak yang

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 19 JUNI 12 JULI 2013 DAN 29 JULI 19 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 10 29 MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ILMA NAFIA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI-16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 2013 20 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEIYANI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

APOTEK AL RASYID Apoteker : SP : Jl. Bojong Sayang nomor 39 Kelurahan Rancamanyar, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Telp.

APOTEK AL RASYID Apoteker : SP : Jl. Bojong Sayang nomor 39 Kelurahan Rancamanyar, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Telp. No Lampiran Perihal : 1/RASYID/08/I : 1 (satu) berkas : Permohonan Izin Apotek Kepada Yth Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung di Tempat Dengan Hormat, Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 5 JL. CIKINI RAYA NO. 121 JAKARTA PUSAT PERIODE 3 SEPTEMBER 6 OKTOBER 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL...

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL... PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL... A. PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. SULTAN HASANUDDIN NO.42 KEBAYORAN BARU, BLOK M PERIODE 3 APRIL 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LINDA JULI ASTUTI, S.Farm. 1206329770

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEDAGANG ECERAN OBAT

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEDAGANG ECERAN OBAT NOMOR 25 TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH DATAR, SERI

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER VETHREEANY SIMAMORA, S.Farm 1206330223 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER IMELDA PRIANA, S.Farm. 1206329713

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AISYAH, S.Far. 1206329316 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 11 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 11 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 11 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER REZA HERMAWAN SULISTOMO,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ZETMI, S.Farm. 1206330261 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI-2 JULI 2011 DAN 1 13 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RISKA EKA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET JAKARTA SELATAN PERIODE 16 JANUARI - 25 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

BLANGKO PERSYARATAN IZIN. Baru Daftar Ulang

BLANGKO PERSYARATAN IZIN. Baru Daftar Ulang PEMERINTAH KABUPATEN PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU Jalan Merdeka Kelurahan Handayani Mulya Kecamatan Talang Ubi Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (31211) Sumatera Selatan

Lebih terperinci

CEK LIST PERMOHONAN PERGANTIAN APOTEKER

CEK LIST PERMOHONAN PERGANTIAN APOTEKER CEK LIST PERMOHONAN PERGANTIAN APOTEKER Apotik :.. lama :.. No. Telp. :.. APA Lama :.. No. SIPA :.. APA Baru :.. No. STRA :.. No. Syarat Permohonan 1 Surat permohonan yang ditujukan kepada Kepala Dinas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RIZA MARLYNE,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER GABRIELLA FREDERIKA PUNU, S.Farm. 1206329644 ANGKATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER SITI NURROCHMAH,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO 27-29 PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO.34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 19 FEBUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO.34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 19 FEBUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO.34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 19 FEBUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER EPIN YUNANTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI - 26 JULI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI - 26 JULI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI - 26 JULI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FAUZIA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 AGUSTUS 30 AGUSTUS 2013 DAN 30 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DESY INDRIWINARNI, S.Farm. 1106046780

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 31 JULI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 31 JULI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 31 JULI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER OGI ANDYKA PUTRA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK

PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK CEK LIST PERSYARATAN PERMOHONAN / PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK Nama Apotik Alamat No. Telp. Nama APA No. STRA No. SIPA :.. :.. :.. :.. :.. :.. Cek Kelengkapan Ada Tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin Apotek dengan data data sebagai berikut :

Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin Apotek dengan data data sebagai berikut : Nomor :, Lampiran : 1 ( satu ) berkas Hal : Permohonan Izin Apotek Baru Kepada Yth : Walikota Cq. Kepala DPM&PTSP Kota Di - Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin Apotek dengan data

Lebih terperinci

CEK LIST PERSYARATAN PERMOHONAN / PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK

CEK LIST PERSYARATAN PERMOHONAN / PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK CEK LIST PERSYARATAN PERMOHONAN / PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK Nama Apotik Alamat No. Telp. Nama APA No. STRA No. SIPA :.. :.. :.. :.. :.. :.. No. Syarat Permohonan 1 Surat permohonan yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Draft 07 Januari 2016 RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 11 AGUSTUS 06 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 2 OKTOBER 7 NOVEMBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER BHATA BELLINDA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 16 JANUARI-2 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 4-29 JULI 2011

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 4-29 JULI 2011 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 4-29 JULI 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRI RAHMAWATI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68, JAKARTA SELATAN PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PURWINDA HERIN

Lebih terperinci

CEK LIST PERMOHONAN PINDAH ALAMAT APOTIK (SIA BERUBAH)

CEK LIST PERMOHONAN PINDAH ALAMAT APOTIK (SIA BERUBAH) CEK LIST PERMOHONAN PINDAH ALAMAT APOTIK (SIA BERUBAH) Apotik lama baru No. Telp. APA No. SIPA No. Syarat Permohonan 1 Surat permohonan yang ditujukan kepada Kepala Dinas Kabupaten Sukoharjo (asli bermaterai

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 1 JL. GARUDA NO. 47 KEMAYORAN JAKARTA PUSAT PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DYAH AYUWATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 20 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci