UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 143 JL.MARGONDA RAYA NO. 154 A, DEPOK PERIODE 2 31 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 143 JL.MARGONDA RAYA NO. 154 A, DEPOK PERIODE 2 31 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 143 JL.MARGONDA RAYA NO. 154 A, DEPOK PERIODE 2 31 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER FAMELLA YULISTIA PRAMITA, S.Farm ANGKATAN LXXIX FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK DESEMBER 2014

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 143 JL.MARGONDA RAYA NO. 154 A, DEPOK PERIODE 2 31 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker FAMELLA YULISTIA PRAMITA, S.Farm ANGKATAN LXXIX FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK DESEMBER 2014 ii

3 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Famella Yulistia Pramita, S.Farm. NPM : Tanda Tangan : Tanggal : 9 Januari 2015 iii

4 SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di. Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh kepada saya. Depok, 9 Januari 2015 Famella Yulistia Pramita, S.Farm. iv

5 HALAMAN PENGESAHAN Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh: Nama : Famella Yulistia Pramita, S. Farm. NPM : Program Studi : Apoteker Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No 143 Jl. Margonda Raya No. 154 A, Depok berlangsung pada periode 2-31 Oktober 2014 Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Dewan Penguji Pembimbing I : Anggie Retno Raharja, S. Farm., Apt. (.) Pembimbing II : Dr. Nelly Dhevita Leswara, M. Sc., Apt (.) Penguji I :.. (.) Penguji II :.. (.) Penguji III :.. (.) Ditetapkan di : Depok Tanggal : v

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, karunia dan kasih sayang-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 143, Jl. Margonda Raya No.154 A, Periode 2 31 Oktober Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Apoteker pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 2. Dr. Hayun, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi yang telah memberikan dukungan dan motivasi selama penulis menempuh pendidikan di Farmasi UI. 3. Dr. Nelly Dhevita Leswara, M. Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama Praktik Kerja Profesi Apoteker berlangsung hingga penyusunan laporan akhir. 4. Anggie Retno Raharja, S. Farm., Apt. selaku Apoteker Pengelola Apotek Kimia Farma No.143 dan pembimbing penulis atas saran dan ilmu pengetahuan yang diberikan selama pelaksanaan hingga penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker. 5. Seluruh karyawan di Apotek Kimia Farma No.143, yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas pengarahan, ilmu pengetahuan, dan dukungan selama pelaksanaan hingga penyusunan laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker. 6. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI yang telah banyak memberikan bekal ilmu, berbagi vi

7 pengalaman, dan pengetahuan kepada penulis selama masa studi di Fakultas Farmasi. 7. Seluruh teman-teman Apoteker UI angkatan 79 yang telah mendukung dan bekerja sama selama perkuliahan hingga pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker. 8. Dan akhirnya, tak henti penulis mengucap syukur dan berterima kasih kepada keluarga yang telah memberikan dukungan moral dan material yang tidak terhingga kepada penulis. 9. Semua pihak yang turut membantu dan memberikan dukungan selama penulis melaksanakan Praktik Kerja Profesi Apoteker dan penyusunan laporan yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan PKPA ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan laporan PKPA ini. Semoga pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan penulis selama mengikuti PKPA dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Penulis Desember 2014 vii

8 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Famella Yulistia Pramita, S. Farm. NPM : Program Studi : Profesi Apoteker Fakultas : Farmasi Jenis karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma Nomor 143 Jalan Margonda Raya Nomor 154 A Depok Periode 2-31 Oktober 2014 beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini, berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola, dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada Tanggal : 9 Januari 2015 Yang menyatakan, (Famella Yulistia Pramita, S. Farm.) viii

9 ABSTRAK Nama : Famella Yulistia Pramita, S.Farm. NPM : Program Studi : Profesi Apoteker Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma Nomor 143 Jalan Margonda Raya Nomor 154 A Depok Periode 2 31 Oktober 2014 Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma Nomor 143 Depok bertujuan untuk mengetahui, memahami, dan mampu menerapkan tugas dan tanggung jawab apoteker dalam pengelolaan apotek. Selain itu, melalui praktek kerja ini diharapkan calon apoteker memahami tanggung jawab apoteker dalam melakukan praktek pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan perundangundangan dan etika yang berlaku khususnya pada pelayanan kefarmasian di Apotek. Tugas khusus yang diberikan berjudul Analisis Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Apotek Kimia Farma Nomor Outlet 96, 143 dan 389. Tujuan penyusunan tugas khusus ini adalah Untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap kualitas layanan apotek Kimia Farma. Khususnya Apotek Kimia Farma 96 Slipi, Apotek Kimia Farma 143, Margonda dan Apotek Kimia Farma 389, Nusantara. Kata Kunci : Apotek, Kimia Farma, Rematik, Analisis Resep Tugas Umum : xiv + 71 halaman; 12 lampiran Tugas Khusus : vi + 26 halaman; 4 lampiran Daftar Acuan Tugas Umum : 17 ( ) Daftar Acuan Tugas Khusus : 7 ( ) ix

10 ABSTRACT Name : Famella Yulistia Pramita, S.Farm. NPM : Department : Profesi Apoteker Title : Pharmacist Internship Report at Apotek Kimia Farma Number 143 Jalan Margonda Raya Number 154 A Depok Periods of October 2 nd 31 st 2014 Pharmacist internship at Apotek Kimia Farma Number 143 Depok aims to know and understand the role and responsibility of Pharmacist in managing the pharmacy. In addition trough this Internship a future pharmacist also could understand the pharmaceutical care practice in pharmacy. The internship given a special assignment titled Analysis of Patient Satisfaction of Apotek Kimia Farma Outlet No. 96, 143 and 389 Services. The purpose of this particular assignment is to determine the level of customer satisfaction on the quality of pharmacy services Kimia Farma. Kimia Farma especially 96 Slipi, Kimia Farma 143, Margonda and Kimia Farma 389, Nusantara.. Keywords : Pharmacy; Kimia Farma; Reumatic; Prescription Analysis. General Assignmen : xiv + 71 pages; 12 appendices Special Assignment : vi + 26 pages; 4 appendices Bibliography of General Assignment : 17 ( ) Bibliography of Special Assignment : 7 ( ) x

11 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... iii HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... iv HALAMAN PENGESAHAN... v KATA PENGANTAR... vi HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... viii ABSTRAK... ix ABSTRACT... x DAFTAR ISI... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 3 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Landasan Hukum Apotek Tata Cara Pendirian Apotek Lokasi dan Tempat Bangunan Perlengkapan Apotek Tenaga Kerja Apotek Tata Cara Perizinan Apotek Pengelolaan Apotek Pengelolaan Perbekalan Farmasi Pengelolaan Keuangan Administrasi Pelayanan Apotek Pelayanan Resep Pelayanan Swamedikasi Promosi dan Edukasi Pelayanan Residensial (Home Care) Pencabutan Surat Izin Apotek Penggolongan Obat Obat Bebas Obat Bebas Terbatas Obat Keras Daftar G Psikotropika Narkotika Pengelolaan Obat Pemesanan Obat Penyimpanan Obat xi

12 2.12 Pengelolaan Obat Narkotika Pemesanan Narkotika Penyimpanan Narkotika Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika Pelaporan Narkotika Pemusnahan Narkotika Pengelolaan Obat Psikotropika Pemesanan Psikotropika Penyimpanan Psikotropika Pelaporan Psikotropika Pemusnahan Psikotropika Pelanggaran Apotek BAB 3. TINJAUAN UMUM PT. KIMIA FARMA (PERSERO), Tbk Sejarah PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Logo PT. Kimia Farma (Persero), Tbk PT. Kimia Farma Apotek Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek BAB 4. TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA NO.143, DEPOK Lokasi Apotek Tata Ruang Apotek Struktur Organisasi Tugas dan Fungsi Tenaga Kerja Apotek Apoteker Pengelola Apotek Asisten Apoteker (AA) Juru Resep Kegiatan Apotek Kegiatan Teknis Kefarmasian Kegiatan Non Teknis Kefarmasian Pengelolaan Narkotik Pengelolaan Psikotropika BAB 5. PEMBAHASAN Lokasi dan Tata ruang Apotek Personalia Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Apotek Pengadaan Obat Penerimaan Barang Penyimpanan Obat Pelayanan Kegiatan Pengarsipan dan Pelaporan Kegiatan Administrasi dan Keuangan BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA xii

13 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Penandaan Obat Bebas Gambar 2.2. Penandaan Obat Bebas Terbatas Gambar 2.3. Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas Gambar 2.4. Penandaan Obat Keras Gambar 3.1. Logo PT. Kimia Farma (Persero), Tbk xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Form droping barang dari gudang (DCs) ke apotek Lampiran 2. Formulir serah terima barang DCs Lampiran 3. Bon permintaan barang apotek Lampiran 4. Kartu / buku stok Lampiran 5. Alur Pelayanan Resep Lampiran 6. Salinan resep / copy resep Lampiran 7. Etiket obat Lampiran 8. Label obat Lampiran 9. Kemasan obat Lampiran 10. Surat pesanan khusus narkotika Lampiran 11. SIPNAP Lampiran 12. Surat pesanan psikotropika xiv

15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apotek termasuk salah satu sarana kesehatan. Apotek, dalam menjalankan fungsinya bersifat dwifungsi yaitu fungsi ekonomi dan fungsi sosial. Fungsi ekonomi menuntut agar apotek dapat memperoleh laba untuk menjaga kelangsungan usaha sedangkan fungsi sosialnya adalah untuk pemerataan distribusi obat dan sebagai salah satu tempat pelayanan informasi obat kepada masyarakat. Dalam mengelola apotek dibutuhkan seorang apoteker pengelola apotek (APA) yang tidak hanya mampu dari segi teknis kefarmasian tapi harus mampu menguasai aspek manajemennya (Anief, 2000). Pelayanan kefarmasian di apotek pada saat ini telah bergeser orientasinya, yang semula hanya berorientasi pada pelayanan produk (product oriented) menjadi pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien (patient oriented). Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut maka diperlukan seorang apoteker yang profesional. Dalam mengelola apotek, apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, serta kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang waktu, dan membantu memberikan pendidikan dan peluang untuk mengembangkan pengetahuan (Keputusan Menteri Kesehatan RI No Tahun 2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, 2004). Peranan apoteker sebagai pengelola dan penanggung jawab apotek sangatlah besar mengingat apotek berjalan dengan fungsi ganda yaitu fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Fungsi sosial apotek adalah ikut serta dalam usaha peningkatan kualitas hidup (kesehatan) masyarakat secara luas dengan menyediakan obat dan perbekalan farmasi lainnya yang dibutuhkan masyarakat dengan mengukur kepada daya jangkau masyarakat, seperti menyediakan obat generik dengan harga yang lebih terjangkau sedangkan fungsi ekonomi dari 1

16 2 apotek adalah sebagai badan usaha yang harus dapat memberikan keuntungan. Hal ini berguna untuk mengembangkan apotek sebagai sarana pelayanan kesehatan (kefarmasian) agar selalu memberikan pelayanan kesehatan yang optimal terhadap masyarakat. Untuk dapat melaksanakan kedua fungsi tersebut dibutuhkan tenaga ahli yang terampil serta menguasai dan memahami segala aspek yang berhubungan dengan pengelolaan apotek. Apoteker diharapkan mampu memberikan keputusan yang tepat untuk setiap masalah di apotek serta dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat, misalnya dalam hal memberikan pelayanan informasi obat yang tepat, aman, dan rasional. Selain itu, seorang apoteker pengelola apotek juga harus memahami manajemen pengelolaan apotek dengan baik. Oleh sebab itu seorang apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam berinteraksi langsung dengan pasien selain ilmu kefarmasiannya, terutama tentang obat yang terus menerus berkembang dengan pesat, sehingga Apoteker mampu berkomunikasi dengan pasien secara baik dan jelas dalam memberikan informasi (drug informer), memonitor penggunaan obat (drug monitoring) serta memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan apotek agar dapat memberikan hasil yang maksimal dalam pelayanan informasi obat. Untuk mempersiapkan apoteker yang profesional yang dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat dengan baik, khususnya di apotek, maka Fakultas Farmasi menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di apotek bagi mahasiswa program pendidikan apoteker. Praktek kerja profesi ini bertujuan agar calon apoteker dapat mengetahui dan melihat secara langsung pengelolaan suatu apotek dalam rangka memberikan pengalaman dan menumbuhkan motivasi kepada calon apoteker agar mampu memimpin, mengelola apotek, serta menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan dapat melaksanakan pengabdian profesi sebagai apoteker.

17 3 1.2 Tujuan Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma 143 bagi para calon apoteker bertujuan untuk: a. Memberikan pemahaman kepada calon apoteker mengenai peran dan fungsi Apoteker Pengelola Apotek (APA) di apotek. b. Melaksanakan dan memahami kegiatan di apotek baik secara teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian.

18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Apotek Apotek adalah suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Definisi ini berdasarkan isi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 Apotek tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, yang dimaksud dengan Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika, sedangkan yang dimaksud sebagai perbekalan kesehatan ialah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Suatu apotek dapat didirikan dan dikelola oleh lembaga atau instansi pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di pusat dan daerah, perusahaan milik negara yang ditunjuk oleh pemerintah, pihak swasta dan apoteker yang telah mengucapkan sumpah serta memperoleh izin dari Suku Dinas Kesehatan setempat. Apotek merupakan bagian dari sarana pelayanan kesehatan sehingga harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan memiliki kewajiban untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin 2.2 Tugas dan Fungsi Apotek Tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut (Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 Tentang Apotek, 1980): 4

19 5 a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah. b. Sarana farmasi yang melakukan pengubahan bentuk dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. 2.3 Landasan Hukum Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam: a. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. b. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. c. Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. d. Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. e. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan Atas PP No. 26 Tahun 1965 mengenai Apotek. f. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 149/Menkes/Per/II/1998. g. Peraturan Menkes RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. h. Keputusan Menkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. i. Keputusan Menkes RI No. 1027/Menkes/SIK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek. 2.4 Tata Cara Pendirian Apotek Suatu apotek dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apotek (SIA). Pengertian SIA adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan Pemilik

20 6 Sarana Apotek (PSA) untuk menyelenggarakan pelayanan apotek di suatu tempat tertentu. Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta keterampilan di bidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian, meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui upaya kesehatan dengan melakukan tindakan komunikasi, informasi dan edukasi secara tepat. Tempat pengabdian seorang apoteker salah satunya adalah apotek, di mana praktek kefarmasian dilaksanakan sesuai dengan standar dan etika kefarmasian. Untuk mengajukan permohonan izin pendirian apotek perlu dipenuhi dua macam persyaratan, yaitu persyaratan APA dan persyaratan apotek. Persyaratan APA (Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 Tahun 1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, 1993): a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan. b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai seorang apoteker. c. Memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dari Menteri Kesehatan. d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai seorang apoteker. e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi secara penuh dan tidak menjadi APA di apotek lain. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, maka ia dapat menunjuk Apoteker Pendamping dan apabila APA dan Apoteker Pendamping berhalangan melakukan tugasnya, APA dapat menunjuk Apoteker Pengganti. Penunjukkan tersebut harus dilaporkan kepada Suku Dinas Kesehatan Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus-menerus, SIA atas nama apoteker yang bersangkutan dapat dicabut. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/SK/X/1993, disebutkan bahwa persyaratan-persyaratan apotek adalah sebagai berikut (Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 Tahun 1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, 1993):

21 7 a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi. c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah: Lokasi dan Tempat Faktor yang digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan lokasi usaha apotek pada umumnya adalah mudah diakses oleh masyarakat, keamanan lingkungan, ada atau tidaknya apotek lain, letak apotek yang didirikan mudah atau tidaknya pasien untuk memarkir kendaraan, jumlah penduduk, jumlah praktek dokter, serta keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat (Keputusan Menteri Kesehatan RI No Tahun 2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, 2004) Bangunan Apotek harus mempunyai luas bangunan yang cukup dan memenuhi persyaratan teknis, sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsinya. Bangunan apotek sebaiknya terdiri dari ruang tunggu yang nyaman, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi, ruang penyimpanan obat, tempat untuk memajang informasi bagi pasien termasuk penempatan brosur atau materi informasi, ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien, ruang kerja apoteker, serta ruang tempat pencucian alat dan toilet. Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang memadai, alat pemadam kebakaran, ventilasi dan sanitasi yang baik.

22 Perlengkapan Apotek Perlengkapan yang harus tersedia di apotek adalah: a. Alat peracikan, seperti timbangan, mortir dan gelas ukur. b. Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari obat dan lemari pendingin. c. Wadah pengemas dan pembungkus seperti etiket dan plastik pengemas. d. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan beracun. e. Alat administrasi seperti blanko pesanan obat, faktur, kuitansi dan salinan resep. f. Kumpulan peraturan dan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek. g. Buku standar yang diwajibkan seperti Farmakope Indonesia, ISO dan MIMS. 2.5 Tenaga Kerja Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/2002 terdapat beberapa definisi personil apotek yaitu: a. APA adalah apoteker yang telah memiliki Surat Izin Apotek. b. Apoteker Pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di samping c. APA dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. d. Apoteker Pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari 3 (tiga bulan) secara terus menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain. e. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundangundangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker. Dalam pengelolaan apotek, apoteker harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan, kemampuan mengelola sumber daya manusia secara efektif, selalu belajar sepanjang karier dan membantu memberi pendidikan dan peluang untuk meningkatkan pengetahuan.

23 9 Agar dapat mengelola apotek dengan baik dan benar, seorang APA dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai yang tidak hanya dalam bidang farmasi tetapi juga dalam bidang lain seperti manajemen. Prinsip dasar manajemen yang perlu diketahui oleh seorang APA dalam mengelola apoteknya adalah: a. Perencanaan yaitu pemilihan dan penghubungan fakta serta penggunaan asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pengorganisasian, yaitu menyusun atau mengatur bagian-bagian yang berhubungan satu dengan lainnya, dimana tiap bagian mempunyai suatu tugas khusus dan berhubungan secara keseluruhan. b. Kepemimpinan yaitu kegiatan untuk mempengaruhi dan memotivasi pegawainya agar berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. c. Pengawasan yaitu tindakan untuk mengetahui hasil pelaksanaan untuk kemudian dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan kerja agar segala kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Tenaga kerja lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri dari: a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker. b. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan dan pengeluaran uang. c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek.

24 Tata Cara Perizinan Apotek Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 Apotek tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut: a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir APT-1. b. Dengan menggunakan formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apoteker melakukan kegiatan c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan formulir APT-3. d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud di dalam butir (b) dan (c), jika tidak dilaksanakan maka apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan formulir APT-4. e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana di maksud butir (c) atau pernyataan butir (d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek dengan menggunakan formulir APT-5. f. Dalam hal hasil pemeriksaan tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM sebagaimana dimaksud pada butir (c) jika masih belum memenuhi syarat, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan surat penundaan dengan menggunakan formulir APT-6. g. Terhadap surat penundaan sebagaimana dimaksud dalam butir (f), apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuh

25 11 selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal surat penundaan. h. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan pemilik sarana. i. Pemilik sarana yang dimaksud tersebut harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan. j. Terhadap permohonan izin apotek dan APA atau lokasi tidak sesuai dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir APT Pengelolaan Apotek Pengelolaan apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/2002 pengelolaan apotek dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (Keputusan Menteri Kesehatan No. 1322/Menkes/SK/X/2002, 2002). a. Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, penyerahan obat atau bahan obat, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada masyarakat, pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya. b. Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, personalia, pelayanan komoditas selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek.

26 12 Secara garis besar pengelolaan apotek dapat dijabarkan sebagai berikut: Pengelolaan Perbekalan Farmasi Perencanaan Perencanaan merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga dalam rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, serta menghindari kekosongan obat. Dalam perencanaan pengadaan sediaan farmasi seperti obat-obatan dan alat kesehatan, maka perlu dilakukan pengumpulan data obat-obatan yang akan dipesan. Data obat-obatan tersebut biasanya ditulis dalam buku defekta, yaitu jika barang habis atau persediaan menipis berdasarkan jumlah barang yang tersedia pada bulan-bulan sebelumnya. Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan APA di dalam melaksanakan perencanaan pemesanan barang, yaitu memilih Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang memberikan keuntungan dari segala segi, misalnya harga yang ditawarkan sesuai (murah), ketepatan waktu pengiriman, diskon dan bonus yang diberikan sesuai (besar), jangka waktu kredit yang cukup, serta kemudahan dalam pengembalian obat-obatan yang hampir kadaluarsa. Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/ Menkes/ SK/ IX/ 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, maka dalam membuat perencanaan pengaaan sediaan farmasi perlu memperhatikan: a. Pola penyakit, maksudnya adalah perlu memperhatikan dan mencermati pola penyakit yang timbul di sekitar masyarakat sehingga apotek dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tentang obat-obat untuk penyakit tersebut. b. Tingkat perekonomian masyarakat di sekitar apotek juga akan mempengaruhi daya beli terhadap obat-obatan. c. Budaya masyarakat dimana pandangan masyarakat terhadap obat, pabrik obat, bahkan iklan obat dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan obat- obatan khususnya obat-obatan tanpa resep. Demikian juga dengan budaya masyarakat yang lebih senang berobat ke dokter, maka apotek perlu memperhatikan obatobat yang sering diresepkan oleh dokter tersebut.

27 Pengadaan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 918/Menkes/Per/X/1993 tentang PBF, menyebutkan bahwa pabrik dapat menyalurkan produksinya langsung ke PBF, apotek, toko obat, apotek rumah sakit dan sarana kesehatan lain (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 918/Menkes/Per/X/1993, 1993). Pengadaan barang di apotek meliputi pemesanan dan pembelian. Pembelian barang dapat dilakukan secara langsung ke produsen atau melalui PBF. Proses pengadaan barang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan, dilakukan dengan cara mengumpulkan data barang-barang yang akan dipesan dari buku defekta, termasuk obat baru yang ditawarkan pemasok. b. Pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP). SP minimal dibuat 2 lembar (untuk pemasok dan arsip apotek) dan ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK. Pengadaan atau pembelian barang di apotek dapat dilakukan dengan cara antara lain: a. Pembelian dalam jumlah terbatas yaitu pembelian dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam waktu pendek, misalnya satu minggu. Pembelian ini dilakukan bila modal terbatas dan PBF berada dalam jarak tidak jauh dari apotek, misalnya satu kota dan selalu siap untuk segera mengirimkan obat yang dipesan. b. Pembelian berencana dimana metode ini erat hubungannya dengan pengendalian persediaan barang. Pengawasan stok obat atau barang dagangan penting sekali, untuk mengetahui obat yang fast moving atau slow moving, hal ini dapat dilihat pada kartu stok. Selanjutnya dilakukan perencanaan pembelian sesuai dengan kebutuhan. c. Pembelian secara spekulasi merupakan pembelian dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan, dengan harapan akan ada kenaikan harga dalam waktu dekat atau karena ada diskon atau bonus. Pola ini dilakukan pada waktu-waktu tertentu jika diperkirakan akan terjadi peningkatan permintaan. Meskipun apabila spekulasinya benar akan mendapat keuntungan besar, tetapi

28 14 cara ini mengandung resiko obat akan rusak atau kadaluarsa Penyimpanan Penyimpanan obat sebaiknya digolongkan berdasarkan bentuk sediaan, seperti sediaan padat dipisahkan dari sediaan cair atau setengah padat. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari zat-zat yang bersifat higroskopis. Serum, vaksin dan obat-obat yang mudah rusak atau meleleh pada suhu kamar disimpan dalam lemari pendingin. Penyusunan obat dapat dilakukan secara alfabetis untuk mempermudah dan mempercepat pengambilan obat saat diperlukan. Pengeluaran barang di apotek sebaiknya menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out), sehingga obat-obat yang mempunyai waktu kadaluarsa lebih singkat disimpan paling depan dan memungkinkan diambil terlebih dahulu Pengelolaan Keuangan Laporan keuangan yang biasa dibuat di apotek adalah: Laporan Rugi-Laba Laporan rugi-laba adalah laporan yang menyajikan informasi tentang pendapatan, biaya, laba atau rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu. Laporan rugi-laba biasanya berisi hasil penjualan, HPP (persediaan awal ditambah pembelian dikurang persediaan akhir), laba kotor, biaya operasional, laba bersih usaha, laba bersih sebelum pajak, laba bersih setelah pajak, pendapatan non usaha dan pajak Neraca Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada waktu dan jumlah tertentu. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban yang disebut pasiva, atau dengan kata lain aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut. Oleh karena itu, dapat dilihat dalam neraca bahwa jumlah aktiva akan sama besar

29 15 dengan pasiva. Aktiva dikelompokkan dalam aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar berisi kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan. Aktiva tetap dapat berupa gedung atau tanah, sedangkan pasiva dapat berupa hutang dan modal Laporan utang-piutang Laporan utang adalah laporan yang berisi utang yang dimiliki apotek pada periode tertentu dalam satu tahun, sedangkan laporan piutang berisikan piutang yang ditimbulkan karena transaksi yang belum lunas dari pihak lain kepada pihak apotek Administrasi Administrasi yang biasa dilakukan apotek meliputi antara lain: a. Administrasi umum, kegiatannya meliputi, membuat agenda atau mengarsipkan surat masuk dan surat keluar, pembuatan laporan-laporan seperti, laporan narkotik dan psikotropika, pelayanan resep dengan harganya, pendapatan, alat dan obat KB, obat generik dan lain-lain. b. Pembukuan meliputi pencatatan keluar dan masuknya uang disertai bukti- bukti pengeluaran dan pemasukan. c. Administrasi penjualan meliputi pencatatan pelayanan obat resep, obat bebas dan pembayaran secara tunai atau kredit. d. Administrasi pergudangan meliputi, pencatatan penerimaan barang, masingmasing barang diberi kartu stok dan membuat defekta. e. Administrasi pembelian meliputi pencatatan pembelian harian secara tunai atau kredit dan asal pembelian, mengumpulkan faktur secara teratur. Selain itu dicatat kepada siapa berhutang dan masing-masing dihitung besarnya hutang apotek. f. Administrasi piutang, meliputi pencatatan penjualan kredit, pelunasan piutang dan penagihan sisa piutang. g. Administrasi kepegawaian dilakukan dengan mengadakan absensi karyawan, mencatat kepangkatan, gaji dan pendapatan lainnya dari karyawan.

30 Pelayanan Apotek Menurut Permenkes No. 922/ Menkes/ Per/ X/ 1993, pelayanan meliputi: a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab APA, sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. b. Apotek wajib menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan absah. c. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat bermerek dagang. Namun resep dengan obat bermerek dagang atau obat paten boleh diganti dengan obat generik. d. Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat mengikuti ketentuan yang berlaku, dengan membuat berita acara. Pemusnahan ini dilakukan dengan cara dibakar atau dengan ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Badan POM. e. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih tepat. f. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional atas permintaan masyarakat. g. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker. h. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu 3 tahun. i. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. j. Apoteker diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai

31 17 Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) tanpa resep Pelayanan Resep Skrining Resep Apoteker melakukan kegiatan skrining resep yang meliputi: a. Memeriksa kelengkapan persyaratan administrasi: nama dokter, nomor SIP, alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, nama pasien, alamat pasien, umur pasien, jenis kelamin pasien dan berat badan pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian yang jelas dan informasi lainnya. b. Memeriksa kesesuaian farmasetik seperti bentuk sediaan, dosis, inkompatibilitas, stabilitas, cara dan lama pemberian Melakukan pertimbangan klinis seperti adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan Penyiapan Obat Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Suatu prosedur tetap harus dibuat untuk melaksanakan peracikan obat, dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep harus dilakukan sebelum obat diserahkan kepada pasien. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien Informasi Obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini, informasi obat pada

32 18 pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, jangka waktu pengobatan, cara penyimpanan obat, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi Konseling Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit seperti kardiovaskular, diabetes, Tuberculosis (TBC), asma dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan Monitoring Penggunaan Obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, Tuberculosis (TBC), asma dan penyakit kronis lainnya. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 28 tahun 1981 tentang penyimpanan dan pemusnahan resep menyebutkan bahwa: a. APA mengatur resep yang telah dikerjakan menurut urutan tanggal dan nomor urut penerimaan resep dan harus disimpan sekurang-kurangnya selama tiga tahun. b. Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya. c. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu penyimpanan, dapat dimusnahkan. d. Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai oleh APA bersama-sama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotek. e. Pada pemusnahan resep, harus dibuat berita acara pemusnahan sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dan dibuat rangkap empat serta ditandatangani oleh APA dan petugas apotek.

33 Pelayanan Swamedikasi Pengobatan sendiri (swamedikasi) adalah tindakan mengobati diri sendiri dengan obat tanpa resep (golongan obat bebas dan bebas terbatas) yang dilakukan secara tepat guna dan bertanggung jawab. Hal ini mengandung makna bahwa walaupun oleh dan untuk diri sendiri, pengobatan sendiri harus dilakukan secara rasional. Ini berarti bahwa tindakan pemilihan dan penggunaan produk bersangkutan sepenuhnya merupakan tanggung jawab bagi para penggunanya. Pemerintah juga turut berperan serta dalam meningkatkan upaya pengobatan sendiri dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/Menkes/SK/VII/ 1990 tentang Obat Wajib Apotek. Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotek (Keputusan Menteri Kesehatan Kesehatan No. 347 tahun 1990, 1990). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/Menkes/PER/X/1993 tentang kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep, harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Tidak dikontraindikasikan pada wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun. b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko akan kelanjutan penyakit. c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Penggunaan OWA perlu dicatat tetapi tidak perlu dilaporkan. Beberapa kewajiban apoteker dalam penyerahan obat wajib apotek yaitu: a. Memenuhi ketentuan dan batasan yang tercakup dalam tiap-tiap jenis obat wajib apotek tersebut. b. Membuat catatan pasien dan obat yang telah diserahkan. c. Memberikan informasi tentang obat, meliputi dosis, aturan pakai, efek

34 20 samping dan informasi lain yang dianggap perlu. Obat wajib apotek didasarkan pada tiga surat keputusan menteri kesehatan yaitu: a. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek yang terdiri dari 7 kelas terapi yaitu, oral kontrasepsi, obat saluran cerna, obat mulut dan tenggorokan, obat saluran napas, obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular, antiparasit dan obat topikal (Keputusan Menteri Kesehatan Kesehatan No. 347 tahun 1990, 1990). b. Keputusan Menkes RI No. 924/Menkes/PER/IX/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 2 yang terdiri dari 34 jenis obat generik sebagai tambahan lampiran Keputusan Menkes RI No. 347/MENKES/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek No 1. Daftar obat wajib apotek No. 2 tersebut terdiri dari, albendazol, basitrasin, karbinoksamin, klindamisin, deksametason, dekspantenol, diklofenak, diponium, fenoterol, flumetason, hidrokortison butirat, ibuprofen, isokonazol, ketokonazol, levamizol, metilprednisolon, niklosamid, noretisteron, omeprazol, oksikonazol, pipazetat, piratiasin kloroteofilin, pirenzepin, piroksikam, polimiksin B sulfat, prednisolon, skopolamin, silver sulfadiazin, sukralfat, sulfasalazin, tiokonazol dan urea (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 924/Menkes/PER/IX/1993, 1993). c. Keputusan Menkes RI No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3 yang terdiri dari 6 kelas terapi yaitu, saluran pencernaan dan metabolisme, obat kulit, antiinfeksi umum, sistem muskuloskeletal, sistem saluran pernafasan dan organ-organ sensorik Promosi dan Edukasi Apoteker harus memberikan edukasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan, dengan memilihkan obat yang sesuai. Apoteker juga harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi antara lain dengan penyebaran leaflet atau brosur, poster, penyuluhan dan lain-lain.

35 Pelayanan Residensial (Home Care) Apoteker sebagai pemberi pelayanan (care giver) diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lanjut usia (lansia) dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record). 2.9 Pencabutan Surat Izin Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/2002, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dapat mencabut Surat Izin Apotek, apabila:. a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai APA b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian. c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus menerus. d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika dan Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan ketentuan perundang-undangan lainnya. e. Surat Izin Kerja (SIK) APA tersebut dicabut. f. Pemilik sarana apotek tersebut terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang obat. g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek. Namun sebelum pencabutan izin apotek dilakukan, terlebih dahulu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002) : a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut dengan waktu masing-masing dua bulan dengan menggunakan contoh formulir model APT-12. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan sejak

36 22 dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan di apotek dengan menggunakan contoh formulir model APT-13. c. Pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan d. Kabupaten/Kota setempat dengan mengeluarkan surat keputusan yang ditujukan kepada APA, menggunakan contoh formulir model APT-15, dengan tembusan yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi serta Kepala Balai POM setempat (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002). Apabila surat izin apotek dicabut, APA atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi, yaitu dengan cara sebagai berikut (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002) : a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di apotek. b. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. c. APA wajib melapor secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat atau petugas yang diberi wewenang tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud di atas. Pembekuan izin apotek dapat dicairkan kembali apabila apotek tersebut telah memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan menggunakan contoh formulir APT-14. Pencairan izin apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari tim pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat Penggolongan Obat Pemerintah menetapkan beberapa peraturan mengenai "Tanda" untuk membedakan jenis-jenis obat yang beredar di wilayah Republik Indonesia agar pengelolaan obat menjadi mudah. Beberapa peraturan tersebut antara lain yaitu: a. UU RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. b. Kepmenkes RI No. 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas.

37 23 c. Kepmenkes RI No. 2396/A/SK/VIII/86 tentang Tanda Khusus Obat Keras Daftar G. d. Kepmenkes RI No. 347/Menkes/SK/VIII/90 tentang Obat Wajib Apotek. e. Permenkes RI No. 688/Menkes/Per/VII/1997 tentang Peredaran Psikotropika. Berdasarkan ketentuan peraturan tersebut, maka obat dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu (Umar, 2009): Obat Bebas Obat bebas adalah obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam. Gambar 2.1. Penandaan Obat Bebas Obat Bebas Terbatas Gambar 2.2. Penandaan Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat dengan peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam. Contoh dari obat bebas terbatas yaitu, obat batuk, obat influenza, obat penghilang rasa sakit dan penurun panas, obat-obat antiseptik dan obat tetes mata untuk iritasi ringan. Obat golongan ini termasuk obat keras tapi dapat dibeli tanpa

38 24 resep dokter. Komposisi obat bebas terbatas merupakan obat keras sehingga dalam wadah atau kemasan perlu dicantumkan tanda peringatan (P1-P6). Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (disesuaikan dengan warna kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya dengan huruf berwarna putih. Tanda-tanda peringatan ini sesuai dengan golongan obatnya yaitu: a. P No 1: Awas! Obat keras. Baca aturan pakai. Contoh: Decolgen. b. P No 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan. Contoh: Gargarisma Khan. c. P No 3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. Contoh: Tingtur lodii. d. P No 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar. Contoh: Sigaret Asma. e. P No 5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Sulfanilamid Steril. f. P No 6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh: Anusol Suppositoria. Gambar 2.3 Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas Perbedaan obat antara daftar obat B dan daftar obat G adalah obat pada daftar obat B dapat diperoleh tanpa resep dokter asal memenuhi ketentuanketentuan sebagai berikut: a. Obat-obat dengan daftar obat B hanya boleh dijual dalam kemasan asli pabrik pembuatnya.

39 25 b. Waktu penyerahan obat-obat tersebut pada wadahnya harus ada tanda peringatan berupa etiket khusus yang tercetak sesuai dengan ketentuan kementerian kesehatan seperti yang diuraikan diatas Obat Keras Daftar G Gambar 2.4. Penandaan Obat Keras Obat keras adalah obat-obatan yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, mendesinfeksi dan lain-lain, pada tubuh manusia, baik dalam bungkusan atau tidak yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Tanda khusus obat keras yaitu lingkaran merah dengan garis tepi hitam dan huruf K di dalamnya yang ditulis pada etiket dan bungkus luar. Psikotropik termasuk dalam golongan obat keras. Obat keras merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter dan dapat diulang tanpa resep baru bila dokter menyatakan pada resepnya "boleh diulang". Obat-obat golongan ini antara lain obat jantung, obat diabetes, hormon, antibiotika, beberapa obat ulkus lambung dan semua obat suntik Psikotropika Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Penggolongan dari psikotropika adalah (Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, 1997): a. Psikotropika golongan I adalah Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. b. Contoh: etisiklidina, tenosiklidina, metilendioksi metilamfetamin (MDMA).

40 26 c. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin, fensiklidin. d. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amobarbital, pentabarbital, siklobarbital. e. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: diazepam, estazolam, etilamfetamin, alprazolam. Namun setelah diberlakukannya Undang-Undang tentang Narkotika terbaru No. 35 tahun 2009, pada pasal 153b dinyatakan bahwa lampiran mengenai jenis Psikotropika Golongan I dan Golongan II sebagaimana tercantum dalam lampiran Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika telah dipindahkan menjadi Narkotika Golongan I. Dengan demikian lampiran mengenai psikotropika golongan I dan golongan II dalam lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika sudah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (Undang- Undang No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika, 2009) Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan (Undang-Undang No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika, 1997). Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Undang-Undang No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika, 2009): a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk

41 27 tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: kokain, opium, heroin, ganja. b. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: morfin, petidin, normetadona, metadona. c. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: kodein, norkodeina, etilmorfina Pengelolaan Obat (Umar, 2009) Pemesanan Obat Petugas pembelian menyiapkan surat pesanan berdasarkan daftar permintaan barang apotek. Petugas memilih supplier yang dapat memberikan harga relatif lebih murah dibandingkan dengan supplier lainnya. Petugas mengirimkan SP yang telah disetujui oleh APA ke supplier melalui telpon, fax, atau diambil sendiri oleh salesman supplier Penyimpanan Obat Berbeda dengan obat narkotika dan psikotropika, penyimpanan obat ini tidak memliki peraturan yang baku. Cara menyimpan obat ini dapat disesuaikan dengan sifat bahan obat, kelembaban, bahan wadah. Selain hal tersebut, penyimpanan dapat diefisienkan dengan menggunakan lemari yang dibuat seperti sarang tawon dan memperhatikan estetika Pengelolaan Obat Narkotika Narkotika merupakan bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, namun menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang

42 28 ketat dan seksama. Pengendalian dan pengawasan narkotika, di Indonesia merupakan wewenang Badan POM. Untuk mempermudah pengendalian dan pengawasan narkotika maka pemerintah Indonesia hanya memberikan izin kepada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. untuk mengimpor bahan baku, memproduksi sediaan dan mendistribusikan narkotika di seluruh Indonesia. Hal tersebut dilakukan mengingat narkotika adalah bahan berbahaya yang penggunaannya dapat disalahgunakan. Secara garis besar pengelolaan narkotika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan dan pemusnahan (Umar, 2009) Pemesanan Narkotika Untuk memudahkan pengawasan maka apotek hanya dapat memesan narkotika ke PBF PT. Kimia Farma dengan menggunakan Surat Pesanan (SP), yang ditandatangani oleh APA, dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIK dan SIA. Surat pesanan dibuat rangkap 4 serta satu SP untuk satu jenis obat narkotik (Umar, 2009) Penyimpanan Narkotika Apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika dan harus dikunci dengan baik. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Departemen Kesehatan RI, 1978): a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu ataubahan lain yang kuat b. Harus mempunyai kunci yang kuat. c. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika sedangkan bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika yang dipakai sehari-hari. d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibuat melekat pada tembok atau lantai. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan. e. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang dikuasakan.

43 29 f. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika Hal yang harus diperhatikan dalam pelayanan resep yang mengandung narkotika antara lain: a. Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan atau ilmu pengetahuan. b. Narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter. c. Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar salinan resep dokter. d. Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika, walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali. e. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. f. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Dengan demikian dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resepresep yang mengandung narkotika Pelaporan Narkotika Apotek berkewajiban membuat dan mengirimkan laporan mutasi narkotika berdasarkan penerimaan dan pengeluarannya sebelum tanggal 10 setiap bulan. Laporan narkotika ditandatangani oleh APA, dibuat rangkap empat, ditujukan kepada Sudin Pelayanan Kesehatan dengan tembusan kepada kepala Balai Besar POM, Dinas Kesehatan Provinsi dan 1 salinan untuk arsip.

44 Pemusnahan Narkotika APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan. Apoteker Pengelola Apotek dan dokter yang memusnahkan narkotika harus membuat Berita Acara Pemusnahan Narkotika yang sekurang-kurangnya memuat: a. Nama, jenis, sifat dan jumlah narkotik yang dimusnahkan. b. Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukan pemusnahan. c. Tanda tangan danidentitas lengkap pelaksana dan pejabat yang menyaksikan pemusnahan. d. Cara pemusnahan dibuat berita Acara Pemusnahan Narkotika dikirim kepada Suku Dinas Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Dati II/ Kodya dengan tembusan kepada Balai POM. Pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penyimpanan dan pelaporan narkotika dapat dikenai sanksi administratif oleh Menteri Kesehatan yang berupa: teguran, peringatan, denda administratif, penghentian sementara kegiatan atau pencabutan izin (Departemen Kesehatan RI, 1997; Direktorat Jenderal POM, 1997) Pengelolaan Obat Psikotropika Ruang lingkup pengaturan psikotropika adalah segala hal yang berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika ialah untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan memberantas peredaran gelap psikotropika. Secara garis besar pengelolaan psikotropika meliputi: Pemesanan Psikotropika Kegiatan ini memerlukan surat pesanan (SP), dimana satu SP bisa digunakan untuk beberapa jenis obat. Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pasien dengan resep dokter. Tata cara pemesanan adalah

45 31 dengan menggunakan SP yang ditandatangani oleh APA dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIK dan SIA. Surat pesanan dibuat rangkap 2, serta satu SP untuk beberapa jenis obat psikotropik Penyimpanan Psikotropika Kegiatan ini belum diatur oleh perundang-undangan, namun, karena kecenderungan penyalahgunaan psikotropika, maka disarankan untuk obat golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus Pelaporan Psikotropika Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan pemakaiannya setiap tahun. Laporan ditujukan kepada Sudin Pelayanan Kesehatan dengan tembusan kepada kepala Balai Besar POM setempat dan 1 salinan untuk arsip apotek Pemusnahan Psikotropika Pemusnahan psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika wajib dibuat Berita Acara dan dikirim kepada Sudin Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Dati II/Kodya dengan tembusan kepada Balai POM Pelanggaran Apotek (Departemen Kesehatan RI, 1993; Departemen Kesehatan RI, 1997) Pelanggaran apotek dapat dibedakan berdasarkan berat dan ringannya pelanggaran tersebut. Kegiatan yang termasuk pelanggaran berat apotek adalah: a. Melakukan kegiatan kefarmasian tanpa ada tenaga teknis farmasi. b. Terlibat penyaluran atau penyimpanan obat palsu atau gelap. c. Pindah alamat tanpa izin.

46 32 d. Menjual narkotika tanpa resep. e. Kerjasama dengan PBF dalam menyalurkan obat kepada yang tidak berhak dalam jumlah besar. f. Tidak menunjuk apoteker pendamping atau pengganti pada waktu APA keluar daerah. g. Mengganti obat generik dengan obat paten. Pelanggaran ringan apotek, antara lain: a. Merubah denah tanpa izin. b. Menjual obat daftar G kepada yang tidak berhak. c. Melayani resep yang tidak jelas dokternya. d. Menyimpan obat rusak dan tidak mempunyai penandaan. e. Obat dalam kartu stok tidak sesuai dengan jumlah yang ada. f. Salinan resep tidak ditandatangani oleh apoteker. g. Melayani resep narkotika dari apotek lain. h. Lemari narkotika tidak memenuhi syarat. i. Resep narkotika tidak dipisahkan. j. Buku harian narkotika tidak diisi atau tidak bisa dilihat atau diperiksa. 11. Tidak mempunyai dan mengisi kartu stok. Sanksi administratif yang diberikan menurut Permenkes No.922 /Menkes /Per /X /1993 adalah: a. Peringatan secara tertulis kepada APA 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya Penetapan Pembekuan Izin Apotek. Keputusan pencabutan SIA disampaikan langsung oleh kepala Dinas Kesehatan dengan tembusan kepada kepala Badan POM dan Balai POM setempat. c. Pembekuan izin apotek tersebut dapat dicairkan kembali apabila apotek dapat membuktikan bahwa seluruh persyaratan yang ditentukan dalam Permenkes tersebut telah dipenuhi.

47 BAB 3 TINJAUAN UMUM PT. KIMIA FARMA (PERSERO), Tbk Sejarah PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Sejarah Kimia Farma (KF) dimulai sekitar tahun 1957, pada saat pengambilalihan perusahaan milik Belanda yang bergerak di bidang farmasi oleh Pemerintah Republik Indonesia (Pengenalan Perusahaan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk., 2010). Perusahaan- perusahaan yang mengalami nasionalisasi antara lain N.V. Pharmaceutische Hendel vereneging J. Van Gorkom (Jakarta), N.V. Chemicalier Handle Rathcamp & Co., (Jakarta), N.V. Bavosta (Jakarta), N.V. Bandoengsche Kinine Fabriek (Bandung) dan N.V Jodium Onderneming Watoedakon (Mojokerto). Berdasarkan Undang-Undang No. 19/Prp/tahun 1960 tentang Perusahaan Negara dan PP No. 69 tahun 1961 Kementerian Kesehatan mengganti Bapphar menjadi BPU (Badan Pimpinan Umum) Farmasi Negara dan membentuk Perusahaan Negara Farmasi (PNF). Perusahaan Negara Farmasi tersebut adalah PNF Radja Farma, PNF Nurani Farma, PNF Nakula Farma, PNF Bio Farma, PNF Bhinneka Kimia Farma, PNF Kasa Husada dan PNF Sari Husada. Pada tanggal 23 Januari 1969, berdasarkan PP No. 3 Tahun 1969 perusahaan-perusahaan negara tersebut digabung menjadi PNF Bhinneka Kimia Farma dengan tujuan penertiban dan penyederhanaan perusahaan-perusahaan negara. Selanjutnya pada tanggal 16 agustus 1971, Perusahaan Negara Farmasi Kimia Farma mengalami peralihan bentuk hukum menjadi Badan Usaha Milik Negara dengan status sebagai Perseroan Terbatas, sehingga selanjutnya disebut PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. Pada tahun 1998, terjadi krisis ekonomi di ASEAN yang mengakibatkan APBN mengalami defisit anggaran, dan hutang negara semakin besar. Untuk mengurangi beban hutang, Pemerintah mengeluarkan kebijakan privatisasi BUMN. Berdasarkan Surat Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No. S-59/M-PM. BUMN/2000 tanggal 7 Maret 2000, PT. Kimia Farma 33

48 34 (Persero), Tbk., diprivatisasi. Pada tanggal 4 Juli tahun 2000 PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. resmi terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) sebagai perusahaan publik. Pada tanggal 4 Januari 2002 didirikan 2 anak perusahaan yaitu PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Trading & Distribution untuk dapat mengelola perusahaan lebih terarah dan berkembang dengan cepat. 3.2 Logo PT. Kimia Farma (Persero), Tbk [Sumber: Dapur Logo Kimia Farma, 2014] Gambar 3.1. Logo PT. Kimia Farma (Persero), Tbk PT. Kimia Farma (Persero), Tbk memiliki simbol yaittu matahari terbit berwarna orange dan tulisan Kimia Farma dengan jenis huruf italic berwarna biru di bawahnya (Gambar 3.1.). Maksud dari simbol tersebut adalah: a. Paradigma baru Matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru dalam kehidupan yang lebih baik. b. Optimis Matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut adalah penggambaran optimisme Kimia Farma dalam menjalankan bisnisnya. c. Komitmen Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam di barat secara teratur dan terus menerus, memiliki makna adanya komitmen dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang diemban oleh Kimia Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan.

49 35 d. Sumber energi Matahari merupakan sumber energi bagi kehidupan dan Kimia Farma baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi kesehatan masyarakat. e. Semangat yang abadi Warna orange berarti semangat, warna biru berarti keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna yaitu semangat yang abadi. 3.3 PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek (KFA) merupakan anak perusahaan dari PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. yang didirikan pada tanggal 4 Januari PT. Kimia Farma Apotek adalah bagian dari bidang usaha farmasi yang bergerak di bidang ritel produk-produk farmasi. PT. Kimia Farma Apotek telah memiliki kurang ratusan apotek atas puluhan unit bisnis yang tersebar di seluruh Indonesia Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek Visi Menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia Misi Menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan melalui : a. Jaringan layangan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek, klinik laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya. b. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk prinsipal. c. Pengambangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya (Fee- Based Income) Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek dimpimpin oleh seorang Direktur Utama yang membawahi 3 direktur (Direktur Operasional, Direktur Keuangan dan Direktur SDM & Umum) dan 1 manajer (Manajer Pengembangan). Direktur Operasional

50 36 membawahi Manajer Controller, Compliance & Risk Management dan Manajer Principal & Merchandise. Direktur Operasional juga mengoordinasi PT. Kimia Farma Distribusi, Kimia Farma Klinik dan Kimia Farma Optik. Direktur Keuangan membawahi Manajer Akuntansi, Keuangan dan IT dan Manajer Apotek Bisnis (Unit Bisnis). Direktur SDM & Umum membawahi Manajer Human Capital & General Affair. Terdapat 2 (dua) jenis Apotek Kimia Farma, yaitu apotek administrator yang sekarang disebuat Business Manager (BM) dan apotek pelayanan. Business Manager membawahi beberapa apotek pelayanan yang berada dalam suatu wilayah. Business Manager bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang dan administrasi apotek pelayanan yang berada di bawahnya. Dengan adanya konsep unit BM, diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam suatu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan dalam pengambilan keputusan- keputusan yang menyangkut antisipasi dan penyelesaian masalah. Secara umum keuntungan yang diperoleh melalui konsep BM adalah: a. Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah. b. Apotek pelayanan akan lebih fokus kepada kualitas pelayanan, sehingga mutu pelayanan akan meningkat dan diharapkan akan berdampak pada peningkatan penjualan. c. Merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang diharapkan berimbas pada efisiensi biaya administrasi. d. Meningkatkan bargaining dengan pemasok untuk memperoleh sumber barang dagangan yang lebih murah, dengan maksud agar dapat memperbesar range margin atau HPP rendah. Untuk wilayah Jadebotabek terdapat 7 Unit BM, yakni: a) Business Manager Jaya I, membawahi wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat dengan BM (Business Manager) di Apotek Kimia Farma No. 42, Kebayoran Baru. b) Business Manager Jaya II, membawahi wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 48, di Matraman.

51 37 c) Business Manager Bogor, membawahi wilayah Bogor, Depok dengan BM di Apotek Kimia Farma No.7, Bogor. d) Business Manager Tangerang membawahi wilayah Provinsi Banten dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 78, Tangerang. e) Business Manager Bekasi membawahi wilayah Bekasi dengan BM di Apotek Kimia Farma Jalan Siliwangi No. 86 A, Bekasi f) Business Manager Kimia Farma Rumah Sakit Jakarta di Apotek Kimia Farma Pel. No. 1 Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). g) Business Manager Depok membawahi wilayah Depok dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 352 Jalan Margonda Raya No. 326 Depok. BM secara struktur organisasi langsung membawahi para manager apotek pelayanan dan membawahi supervisor akuntasi dan keuangan serta supervisor inventory. Masing-masing dari bagian tersebut terdiri dari fungsi-fungsi yang menjalankan perannya masing-masing. Apotek Kimia Farma 143 Margonda merupakan Apotek Kimia Farma yang di bawahi oleh BM Depok. Selain apotek Kimia Farma 143 Margonda apotek yang juga berada dibawahi oleh BM Bogor adalah sebagai berikut: 1) Apt.Kimia Farma Jl. Siliwangi No. 35 Pancoran Mas, Depok 2) Apt.Kimia Farma 202 Jl. Kejayaan Raya Blok X, Depok 3) Apt.Kimia Farma 352 Jl. Margonda Raya No. 326 Depok, sebagai BM untuk apotek Kimia Farma wilayah Depok 4) Apt.Kimia Farma 366 Jl. Maharaja, Ruko Maharaja Blok A1 No. 3 Depok 5) Apt.Kimia Farma 375 Jl. Kartini, Ruko Kartini Blok A No.12A Depok 6) Apt.Kimia Farma 382 Jl. Akses UI Ruko Graha Citra, Kelapa Dua Depok 7) Apt. Kimia Farma 389 Jl. Nusantara Raya No.33, Depok 8) Apt. Kimia Farma 391 Kemakmuran Jl. Kemakmuran Raya Depok 2 Tengah Depok 9) Apt. Kimia Farma Sawangan Jl. Raya Muchtar No 76 E Sawangan Depok

52 38 10) Apt. Kimia Farma 266 Cinere, Jl. Cinere Blok K No. 6B Cinere Limo Depok. 11) Apt. Kimia Farma Beji Jl. Nusantara Raya No.208, Beji, Depok 12) Apt. Kimia Farma Bojong Sari, Jl. Raya Ciputat No. 1 Depok

53 BAB 4 TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA NO.143, DEPOK 4.1 Lokasi Apotek Apotek Kimia Farma No.143 terletak dikawasan yang sangat strategis yaitu berada di tepi jalan besar dua arah yang mudah diakses, dapat dilewati oleh mobil pribadi, kendaraan umum, dekat dengan pusat perbelanjaan dan daerah perkantoran. 4.2 Tata Ruang Apotek Bangunan apotek terdiri dari 2 lantai, lantai 1 digunakan untuk kegiatan apotek pelayanan resep dan obat bebas, tempat rak obat dan lemari pendingin untuk meletakkan obat, ruang racik, serta etalase penjualan obat HV. Sementara lantai 2 digunakan tempat beberapa praktek dokter. Ruang di Apotek KF No.143 diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pelaksanaan aktivitas pelayanan apotek, memberikan suasana nyaman bagi pasien dan pegawai apotek. Adapun pembagian ruang atau tempat yang terdapat di dalam apotek antara lain : a. Ruang tunggu Ruang ini terdiri dari tempat duduk dengan jumlah yang memadai, tempat sampah dan cahaya yang cukup serta dilengkapi dengan pendingin ruangan, pengharum ruangan otomatis, dan televisi sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi pasien yang menunggu. b. Tempat penyerahan resep Tempat ini berupa counter yang tingginya kurang lebih 1 meter untuk kegiatan penyerahan resep dan pengambilan obat. Terdapat 2 counter yang dapat melayani penyerahan resep dan pembelian obat dan barang-barang swalayan. Masing-masing counter tersebut dilengkapi komputer sehingga petugas dapat langsung terhubung dengan sistem yang berisi harga, stok, dan lokasi penyimpanan obat serta dapat menyimpan data tentang pasien dan penjualan obat. 39

54 40 c. Swalayan farmasi Tempat ini berada tepat di depan dari pintu masuk apotek dan mudah terlihat dari ruang tunggu pasien. Barang-barang yang dijual di swalayan farmasi adalah obat bebas, obat bebas terbatas, jamu/obat herbal, berbagai macam produk suplemen, produk susu, minyak angin, kosmetik, alat kesehatan, dan lai-lain. d. Tempat peracikan obat Tempat peracikan obat ini terletak di bagian belakang rak penyimpanan obat. Di ruangan ini dilakukan peracikan obat-obat yang dilayani berdasarkan resep dokter. Ruangan ini dilengkapi fasilitas untuk peracikan seperti timbangan, blender, lumpang dan alu, gelas ukur, sealing equipment, bahan baku, dan alat-alat untuk meracik lainnya. e. Tempat penyiapan obat non racikan Tempat penyiapan obat non racikan berada di sebelah tempat penyerahan resep. Pada meja tersebut terdapat perlengkapan penyiapan obat seperti etiket, plastik pengemas, solasi, copy resep, kuitansi, stempel, dan lain-lain. f. Tempat penyimpanan obat Obat disimpan di rak-rak yang berisi kotak-kotak obat. Rak obat dipisahkan berdasarkan efek farmakologis obat dan bentuk sediaan serta disusun secara alfabetis. Terdapat rak khusus untuk obat yang YKKBI dan Askes/BPJS. Untuk penyimpanan sediaan farmasi yang termolabil, telah disediakan lemari pendingin. Selain itu, terdapat lemari khusus yang terkunci untuk menyimpan narkotika dan psikotropika. g. Tempat administrasi Tempat administrasi berupa meja kerja yang terdapat komputer yang terhubung dengan sistem informasi apotek. Kegiatan administrasi yang dilakukan diantaranya pembuatan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA), Surat Pesanan khusus untuk narkotika dan psikotropika, rekapitulasi resep kredit, dan perhitungan keuangan kasir.

55 41 h. Tempat penyerahan dan informasi obat Apotek ini pun telah dilengkapi patient care sebaigai tempat penyerahan dan informasi obat kepada pasien. Tempat ini berupa meja yang dilengkapi dengan kursi untuk tempat duduk pasien. Fasilitas tersebut disediakan untuk mempermudah penyampaian informasi obat dan konseling. i. Sarana penunjang Apotek ini memiliki berbagai sarana penunjang seperti tempat parkir, toilet, dan ruang praktek untuk 2 dokter, yaitu dokter gigi dan dokter umum. 4.3 Struktur Organisasi Apotek KF No.143 dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan apotek. Terdapat pelaksana-pelaksana yang masing-masing memiliki tanggung jawab lain selain menyiapkan obat dan memberikan obat kepada pasien, seperti Asisten Apoteker (AA) yang bertanggung jawab mengurusi penjualan resep kredit dengan perusahaan atau instansi. Masing-masing Asisten Apoteker (AA) juga bertanggung jawab pada rak-rak obat tertentu mengenai kerapihan, kebersihan dan kelengkapan persediaan obat. 4.4 Tugas dan Fungsi Tenaga Kerja Apotek Apoteker Pengelola Apotek Pimpinan apotek adalah seorang APA yang telah memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) dan Surat Izin Apotek. APA bertindak sebagai manajer apotek pelayanan yang memiliki kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengawasi jalannya apotek Asisten Apoteker (AA) AA bertanggung jawab langsung kepada Manager Apotek Pelayanan. Tugas AA adalah sebagai berikut:

56 42 a. Pengaturan dan penyusunan dalam hal penyimpanan obat dan perbekalan farmasi lainnya sesuai dengan bentuk dan jenis barang yang disusun secara alfabetis. b. Penerimaan resep dan pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep sesuai dengan peraturan kefarmasian. c. Pemeriksaan ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya berdasarkan resep yang diterima. d. Pemberian harga pada setiap resep dokter yang masuk. e. Pelayanan dan peracikan obat sesuai dengan resep dokter, antara lain menghitung dosis obat untuk racikan, menimbang bahan, meracik, mengemas obat, dan memberikan etiket. f. Pembuatan kuitansi atau salinan resep untuk obat yang hanya diambil sebagian atau bila diperlukan pasien. g. Pemeriksaan kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan, jumlah obat, nama, nomor resep, dan cara pemakaian. h. Pemeriksaan akhir terhadap hasil penyiapan obat. i. Penyerahan obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada pasien dan memberikan penjelasan tentang penggunaan obat atau informasi lain yang dibutuhkan. j. Pencatatan masuk dan keluarnya obat pada kartu stok barang. k. Pelayanan informasi mengenai cara pemakaian obat melalui penyerahan obat dari AA kepada pelanggan. l. Pembuatan faktur penjualan resep, resep kredit dari instansi yang telah disepakati. m. Pencatatan/perhitungan harga resep-resep kredit dari instansi sesuai dengan perjanjian yang disepakati. n. Turut berpartisipasi dalam pelaksanaan pemeliharaan sanitasi/kebersihan di ruang peracikan.

57 Juru Resep Juru resep bertugas membantu AA dalam menyiapkan obat dan perbekalan farmasi lainnya di bawah pengawasan AA. Tugas juru resep adalah sebagai berikut: a. Membantu AA dalam penyiapan obat, pengerjaan obat-obatan racikan yang telah disiapkan oleh AA sesuai dengan sediaan yang diminta. b. Pembuatan obat-obat racikan standar di bawah pengawasan AA. c. Menjaga kebersihan ruangan apotek. 4.5 Kegiatan Apotek Kegiatan utama yang dilakukan apotek Kimia Farma No.143 meliputi kegiatan teknis kefarmasian maupun kegiatan non teknis kefarmasian Kegiatan Teknis Kefarmasian Kegiatan teknis kefarmasian yang dilakukan di apotek meliputi pengadaan, penyimpanan, peracikan, penjualan obat dan perbekalan farmasi lainnya serta pengelolaan narkotika dan psikotropika. a. Pengadaan barang Pengadaan barang di apotek dilakukan melalui BM dengan sistem Distribution Center (DCs) melalui sistem online. Dengan sistem DC ini, kita dapat mengetahui kebutuhan tiap-tiap apotek pelayanan yang berada dalam satu wilayah BM, sehingga pengiriman barang berdasarkan kebutuhan masingmasing apotek. Supervisor pengadaan melakukan pemesanan barang kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang resmi dengan menerbitkan Surat Pesanan Barang / SPB secara online. Barang yang dipesan akan dikirim ke gudang pusat dan selanjutnya akan didistribusikan ke masing-masing apotek beserta dokumen droping (Lampiran 1) dan formulir serah terima barang DCs (Lampiran 2) melalui jasa ekpedisi. Apotek pelayanan dapat melakukan permintaan mendesak (by pass) jika obat atau perbekalan farmasi lainnya dibutuhkan segera tetapi tidak ada persediaan, permintaan dilakukan menggunakan Bon Pemesanan Barang Apotek/ BPBA (Lampiran 3) yang ditujukan kepada PBF. Khusus untuk pengadaan narkotika dan psikotropika,

58 44 pengadaan dilakukan oleh masing-masing apotek pelayanan melalui Surat Pesanan (SP) khusus Narkotika dan Psikotropika dan diantar langsung ke apotek pelayanan. Pembelian obat dan perbekalan farmasi lainnya tidak saja berasal dari PBF Kimia Farma tetapi juga dari PBF atau distributor resmi/ berizin lainnya. Adapun dasar pemilihan PBF atau distributor adalah sebagai berikut: 1. Ketersediaan barang 2. Kualitas barang yang dikirim dapat dipertanggungjawabkan 3. Besarnya potongan harga (diskon) yang diberikan 4. Kecepatan pengiriman barang yang tepat waktu 5. Cara pembayaran. b. Penyimpanan barang Apotek memiliki ruang/tempat penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya pada sarana swalayan farmasi dan ruang peracikan. Swalayan farmasi menyediakan tempat untuk men-display obat bebas dan obat bebas terbatas serta informasi bagi pasien berupa brosur/ leaflet. Di dalam ruang peracikan, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya disimpan di dalam rak-rak/lemari yang memudahkan pengisian dan pengeluaran barang. Di tempat ini terdapat serangkaian kegiatan yang meliputi: penerimaan, pengawasan, pengendalian persediaan, dan pengeluaran obat. Penyimpanan sediaan farmasi disusun berdasarkan kelas terapi (sifat farmakologis), keamanan, bentuk sediaan, suhu stabilitas, dan disusun secara alfabetis. Lemari penyimpanan sediaan farmasi di ruang peracikan terdiri dari: 1. Lemari penyimpanan obat ethical/ prescription drugs berdasarkan kelas terapi dan obat yang sering diresepkan dokter. 2. Lemari penyimpanan obat narkotika yang terkunci. 3. Lemari penyimpanan obat generik. 4. Lemari penyimpanan obat YKKBI. 5. Lemari penyimpanan obat Askes / BPJS. 6. Lemari penyimpanan obat psikotropika yang terkunci.

59 45 7. Lemari penyimpanan sediaan sirup atau suspensi. 8. Lemari penyimpanan sediaan obat tetes/drops dan lotion. 9. Lemari penyimpanan sediaan salep dan tetes mata. 10. Lemari penyimpanan sediaan injeksi dan infus. 11. Lemari pendingin untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti: suppositoria, serum, vaksin, insulin, dan tetes mata tertentu. Setiap AA bertanggung jawab terhadap lemari penyimpanan obat yang telah ditetapkan, meliputi kerapihan, kebersihan, dan kelengkapan/stok obat yang ada di lemarinya. Setiap pemasukan dan penggunaan obat/barang harus selalu diinput ke dalam komputer dan dicatat pada kartu/ buku stok (Lampiran 4), meliputi tanggal pengisian/ pengambilan, nomor dokumen, jumlah barang yang diisi/ diambil, sisa barang, dan paraf petugas yang melakukan pengisian/ pengambilan barang. Kartu stok harus selalu diisi dengan lengkap dan rapi serta diletakkan di masing-masing kotak obat/ barang. c. Penjualan Penjualan yang dilakukan oleh Apotek KF No.143 meliputi penjualan tunai dan kredit obat dengan resep dokter, serta pelayanan upaya pengobatan diri sendiri (UPDS). Penjualan tunai obat dengan resep dilakukan terhadap pelanggan yang langsung datang ke apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan dan dibayar secara tunai. Penjualan tunai obat dengan resep dokter mengikuti alur sebagai berikut (Lampiran 5): 1. AA pada bagian penerimaan resep menerima resep dari pasien, lalu dilakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep tersebut. 2. Ada tidaknya obat pada persediaan akan diperiksa oleh AA. Bila obat yang dibutuhkan tersedia, kemudian dilakukan pemberian harga dan pemberitahuan kepada pasien. 3. Setelah disetujui oleh pasien, segera dilakukan pembayaran atas obat dan dibuatkan struk pembayaran obat tersebut yang disatukan dengan resep aslinya. Pasien menerima struk pembayaran dan diminta untuk menunggu. Informasi pasien akan dicatat di Catatan Pengobatan Pasien/ Patient

60 46 Medication Records. Bila obat hanya diambil sebagian maka petugas membuat salinan resep/ copy resep (Lampiran 6) untuk pengambilan sisanya. Bagi pasien yang memerlukan kuitansi dapat pula dibuatkan kuitansi dan salinan resep di belakang kuitansi tersebut. 4. Obat disiapkan. 5. Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket (Lampiran 7) dan label (Lampiran 8) bila perlu dan dikemas dengan kemasan (Lampiran 9). 6. Pemeriksaan kembali dilakukan sebelum obat diberikan yang meliputi nomo resep, nama pasien, kebenaran obat, jumlah dan etiketnya, serta dilakukan juga pemeriksaan salinan resep sesuai resep aslinya serta kebenaran kuitansi. 7. Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep yang disertai dengan informasi tentang cara pemakaian obat dan informasi lain yang diperlukan pasien. Konseling dapat dilakukan bersamaan pada saat pemberian informasi obat atas permintaan pasien. 8. Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal resep dan disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun. Penjualan dengan cara kredit obat dengan resep dokter adalah penjualan obat dengan resep berdasarkan perjanjian kerjasama yang telah disepakati oleh suatu perusahaan/instansi dengan apotek yang pembayarannya dilakukan secara kredit melalui penagihan kepada perusahaan secara berkala. Prosedur pelayanan resep kredit pada dasarnya sama dengan pelayanan resep tunai, hanya saja pada pelayanan resep kredit terdapat beberapa perbedaan seperti: 1. Setelah resep dokter diterima dan diperiksa kelengkapannya maka dilakukan penetapan harga namun tidak dilakukan pembayaran oleh pasien tetapi langsung dikerjakan oleh petugas apotek. 2. Harga resep kredit ditetapkan berdasarkan perjanjian kerjasama oleh intansi/perusahaan dengan Apotek Kimia Farma, sehingga harganya berbeda dengan pembelian resep tunai.

61 47 3. Penomoran resep dokter yang dibeli secara kredit dibedakan dengan resep yang dibeli secara tunai. 4. Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep yang dibeli secara tunai kemudian dikumpulkan dan dijumlahkan nilai rupiahnya berdasarkan masing-masing instansi atau perusahaan untuk dilakukan penagihan pada saat jatuh tempo pembayaran yang telah disepakati bersama. Pelayanan UPDS adalah penjualan obat bebas atau perbekalan farmasi yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti OTC (over the counter) baik obat bebas dan obat bebas terbatas. Pelayanan UPDS mengikuti alur sebagai berikut: 1. Petugas menerima permintaan barang dari pasien dan langsung menginformasikan ketersediaan obat. 2. Setelah disetujui oleh pembeli, pembeli langsung membayar ke kasir. 3. Bagian kasir menerima uang pembayaran dan membuat bukti penyerahan nota penjualan bebas. 4. Barang beserta bukti pembayaran penjualan bebas diserahkan kepada pasien Kegiatan Non Teknis Kefarmasian Kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No.143 berupa administrasi harian dalam bentuk pembuatan Laporan Ikhtisar Penerimaan Harian (LIPH) baik tunai maupun kredit, serta memasukkan data resep tunai dan resep kredit. 4.6 Pengelolaan Narkotik Pengelolaan narkotika diatur secara khusus mulai dari pengadaan sampai pemusnahan untuk menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengelolaan narkotika di Apotek Kimia Farma No.143 meliputi:

62 48 a. Pemesanan narkotika Pemesanan sediaan narkotika dilakukan secara tertulis sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Surat pesanan khusus narkotika (Lampiran 10) yang sudah ditandatangani oleh APA dikirim ke DCs. Pemesanan dilakukan ke PBF KF selaku distributor tunggal dengan membuat surat pesanan khusus narkotika model N.9 yang dibuat rangkap empat, yang masing-masing diserahkan kepada PBF yang bersangkutan (SP asli dan 2 lembar copy SP), dan satu lembar sebagai arsip di apotek. Setiap lembar SP hanya berlaku untuk satu item narkotika. b. Penerimaan narkotika Penerimaan narkotika dari PBF harus diterima oleh APA. APA akan menandatangani faktur tersebut setelah melihat kesesuaian dengan surat pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan. c. Penyimpanan narkotika Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek Kimia Farma No.143 disimpan dalam lemari khusus yang terkunci. d. Pelayanan narkotika Apotek Kimia Farma No.143 hanya melayani resep narkotika dari resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma No.143 sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat narkotika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain. Resep yang berisi narkotika dipisahkan dan digarisbawahi dengan tinta merah serta mencantumkan alamat atau nomor telepon pasien. e. Pelaporan narkotika Pelaporan penggunaan narkotika di Apotek Kimia Farma No.143 dibuat setiap bulan melalui program SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) Kemenkes RI (Lampiran 11) yang meliputi laporan penggunaan sediaan jadi narkotika dan laporan khusus penggunaan morfin, petidin, dan derivatnya. Laporan dibuat rangkap lima dan ditandatangani oleh APA dengan

63 49 mencantumkan nama jelas, alamat apotek, dan stempel apotek yang kemudian dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, dengan tembusan kepada Kepala Balai Besar POM Propinsi Jawa Barat, Unit Logistik Sentral PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Unit Pelayanan Penanggung Jawab Narkotika, Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, dan Arsip apotek. f. Pemusnahan narkotika. Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut : 1. APA membuat dan menandatangani surat permohonan untuk pemusnahan narkotika yang berisi antara lain jenis dan jumlah narkotika yang rusak dan atau tidak memenuhi syarat. 2. Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA dikirimkan ke Balai POM Jawa Barat. Balai POM akan menetapkan waktu dan tempat pemusnahan. 3. Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari APA, AA, Petugas Balai POM, dan Kepala Kantor Dinkes Kota Bogor. 4. Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara Pemusnahan yang berisi: hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat dilakukannya pemusnahan; Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan; Cara pemusnahan; Petugas yang melakukan pemusnahan; nama dan tanda tangan APA. Berita acara tersebut dikirimkan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM), Kepala dinas kesehatan Propinsi, dan Arsip apotek. 4.7 Pengelolaan Psikotropika Pengelolaan psikotropika di Apotek Kimia Farma No.143 meliputi : a. Pemesanan Psikotropika Pemesanan obat psikotropika dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika (Lampiran 12) yang boleh berisi lebih dari satu jenis psikotropika. Surat pemesanan dibuat rangkap 2, yang masing-masing diserahkan ke PBF yang bersangkutan (asli) dan 1 lembar sebagai arsip di apotek.

64 50 b. Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan obat psikotropika dilakukan di lemari khusus yang terpisah dari sediaan yang lain, terkunci, dan anak kunci dikuasakan kepada AA penanggung jawab psikotropik. c. Pelayanan Psikotropika Apotek KF No.143 hanya melayani resep psikotropika dari resep dokter. Pengulangan resep atau copy resep yang berisi psikotropika dapat dilayani dengan memeriksa terlebih dahulu kelengkapan serta kerasionalan resep oleh apoteker. d. Pelaporan Psikotropika Prosedur pelaporan penggunaan psikotropika sama dengan pelaporan penggunaan narkotika melalui program SIPNAP Kemenkes RI. e. Pemusnahan Psikotropika Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan narkotika. Dalam pelaksanaannya, pemusnahan Psikotropika dapat dilakukan bersamaan dengan pemusnahan narkotika.

65 BAB 5 PEMBAHASAN Apotek Kimia Farma No.143 dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang bertugas mengelola seluruh kegiatan di apotek meliputi operasional apotek dan SDM, memastikan pencapaian target penjualan, laba, dan pembiayaan biaya operasional sesuai yang telah ditetapkan. Selain menjadi sarana dalam melakukan pelayanan kefarmasian, Apotek juga merupakan unit bisnis retail yang melakukan pengelolaan perbekalan farmasi dan menjalankan standar pelayanan farmasi. Oleh karena itu, diperlukan sistem manajerial yang baik agar bisnis berjalan dengan lancar. Namun, pengelolaan apotek juga tidak lepas dari pelayanan farmasi yang berorientasi kepada pasien (patient oriented). Konsep pengelolaan bisnis dan pelayanan farmasi ini harus berjalan beriringan agar apotek dapat mendatangkan keuntungan dan menyediakan pelayanan farmasi yang memuaskan bagi pelanggan Lokasi dan Tata ruang Apotek Lokasi Apotek Kimia Farma No. 143 berada di Jalan Margonda Raya No. 154 A, Depok yang letaknya strategis. Apotek ini terletak di pusat kota Depok yang terdapat penduduk yang cukup padat dan beroperasi selama mulai pukul WIB dan 7 hari dalam seminggu. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk menunjukkan dedikasi yang besar dalam memberikan pelayanan yang optimal kepada pelanggan. Apotek ini ditunjang dengan sarana dan prasarana yang baik serta terdapat tempat praktek dokter yang cukup memadai untuk melayani kebutuhan pengobatan pelanggan dengan harapan masyarakat menaruh kepercayaan yang tinggi. Penataan apotek cukup sederhana karena terdiri dari 2 lantai dan ruangan yang tidak terlalu luas dalam melakukan kegiatan kefarmasian. Bangunan apotek ini memilki ciri khusus yaitu adanya logo Kimia Farma apotek di depan apotek. Keberadaan logo Kimia Farma ini membuat apotek mudah dikenali sehingga 51

66 52 dapat menarik pelanggan, terutama yang telah mengenal reputasi Kimia Farma. Bagian depan apotek Kimia Farma No.143 berupa kaca tembus pandang sehingga dapat terlihat dari luar. Tata ruang apotek terdiri dari ruang tunggu, swalayan farmasi, tempat penerimaan resep dan kasir, ruang penyimpanan obat, dan ruang peracikan. Ruang tunggu apotek dirasa cukup nyaman karena dilengkapi dengan pendingin ruangan dan adanya televisi. Apotek juga telah dilengkapi dengan sarana penunjang seperti toilet yang dapat digunakan oleh pelanggan apotek. Penataan swalayan farmasi sudah baik dan tertata rapi. Swalayan farmasi menyediakan berbagai kebutuhan kesehatan yang terdiri atas obat bebas yang dapat dibeli tanpa resep dokter, alat kesehatan, alat laboratorium, alat kedokteran, obat tradisional, kosmetik perawatan tubuh sehari-hari dan makanan serta minuman ringan. Swalayan farmasi di Apotek Kimia Farma No.143 sudah cukup lengkap dengan penataan obat dan barang diletakkan berdasarkan jenisnya seperti baby and child care, paper product, milk and nutrition, oral care, haircare, medicine, dan vitamin. Akan tetapi, beberapa kali pelanggan merasa kesulitan dalam memperoleh informasi terkait harga barang-barang swalayan karena tidak dicantumkan. Oleh karena itu, perlu adanya penambahan label harga di masing masing kotak barang atau obat yang di display di swalayan. Di ruang racik, obatobat dipisahkan berdasarkan bentuk sediaan dan disusun di rak penyimpanan menurut efek farmakologisnya. Semua obat sediaan padat dan cair yang tidak memerlukan kondisi penyimpanan khusus diletakkan di tempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung. Obat-obat yang memerlukan kondisi penyimpanan khusus seperti suppositoria disimpan dalam lemari pendingin. Setiap obat diletakkan dalam kotak disertai label nama obat, kekuatannya (jika obat tersebut tersedia dalam dua kekuatan atau lebih) dan logo kimia farma. Penyimpanan dua (2) macam obat dalam satu kotak atau dua (2) obat sejenis dengan kekuatan yang berbeda memiliki kelemahan, dimana dapat terjadi salah pengambilan obat sehingga dapat merugikan pasien dan juga apotek. Hal yang harus diperhatikan adalah beberapa posisi lemari obat yang tidak ergonomis, sehingga agak menyulitkan pengambilan obat yang dilakukan oleh personil yang bekerja. Selain

67 53 itu, terdapat penyimpanan obat di kotak obat dilakukan dengan mengeluarkannya dari dus aslinya. Penyimpanan seperti ini memang akan memperindah penyimpanan karena obat terlihat rapi. Namun ada hal yang harus diperhatikan terkait hal ini, yakni terkait bagaimana pengelolaan obat yang kadaluarsa, khususnya obat yang harusnya dapat dikembalikan kepada distributor dengan dus aslinya. Untuk memudahkan penelusuran, kotak-kotak disusun berdasarkan abjad nama obat. Setiap kotak penyimpanan obat dilengkapi dengan kartu stok. Obatobat juga dikelompokkan lagi menjadi obat generik, injeksi, obat Askes/BPJS, obat YKKBI, obat HV, tetes mata, tetes telinga, salep, krim, sirup, emulsi, dan drops. Penyusunan obat berdasarkan efek farmakologis dinilai baik karena memudahkan asisten apoteker dan tenaga kefarmasian lainnya untuk mengetahui obat-obat yang termasuk ke dalam efek farmakologis tertentu seperti mengetahui obat-obat apa saja yang memiliki efek farmakologis pada kardiovaskular. Selain itu, hal tersebut juga memudahkan tenaga kefarmasian untuk menginformasikan kepada pasien tentang obat tersebut. Alangkah baiknya jika untuk obat generik juga disusun berdasarkan efek farmakologisnya. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika disimpan terpisah dari obat-obat lain di dalam lemari khusus yang terdapat pada dinding di apotek. Lemari khusus tersebut dilengkapi dengan kunci. Penyimpanan narkotika belum memenuhi ketentuan yang berlaku karena lemari narkotika belum sepenuhnya dikunci oleh Apoteker ataupun Asisten Apoteker setiap selesai digunakan. Hal tersebut disebabkan oleh salah satu faktor yaitu adanya kesulitan petugas untuk mengunci dan menutup lemari saat harus menyiapkan resep ketika pasien ramai dan karena letak lemari berada jauh dari jangkauan petugas sehingga butuh waktu untuk mengambil obat tersebut. Selain itu, lemari narkotika yang sudah ada masih bercampur dengan lemari psikotropika, seharusnya lemari psikotropika tidak menyatu dengan lemari narkotika. Hal lain yang sebaiknya dilakukan adalah, selain menggunakan kartu stok dalam pencatatan pemasukan dan pengeluaran obat, minimal ada pula catatan harian seperti yang disarankan oleh BPOM untuk mempermudah penelusuran dengan lebih baik. Tempat penerimaan resep baik resep umum, resep Askes/BPJS, maupun resep YKKBI, kasir (pembayaran), dan

68 54 penyerahan obat berada pada satu tempat berupa meja setinggi pinggang orang dewasa. Sistem ini ada kekurangannya yaitu dapat menyebabkan pasien menumpuk ketika pasien sangat ramai. Area peracikan merupakan ruangan penyiapan obat jadi dan peracikan obat menjadi sediaan tertentu sesuai yang diresepkan dokter, seperti puyer, kapsul, salep, krim, cairan dan lain-lain. Ruang peracikan dilengkapi dengan meja peracikan yang terdapat alat-alat (neraca, mortir, stamper, tablet crusher, gelas ukur, kertas perkamen, alat laminating puyer dan lain-lain) dan bahan-bahan (bahan obat, aquades, alkohol dan lain-lain) untuk meracik sediaan obat. Pada area peracikan juga terdapat tempat cuci untuk mencuci peralatan yang digunakan saat peracikan Personalia Personalia merupakan salah satu sumber daya yang sangat menunjang pelayanan di apotek. Apotek merupakan suatu usaha yang menawarkan produk barang dan juga produk jasa. Pelayanan yang baik mampu meningkatkan omset apotek, oleh karena itu tiap personil yang bekerja di apotek selain diwajibkan memiliki pengetahuan dan keterampilan juga harus dibekali dengan kemampuan berkomunikasi dan melayani yang baik. APA Apotek Kimia Farma No.143 dibantu oleh Petugas Teknis Kefarmasian, tanpa adanya Apoteker Pendamping. Apotek ini menggunakan sistem kerja 2 shift. Masing-masing shift selama 7 jam kerja. Apoteker pendamping dibagi menjadi 2 shift yang juga bekerja selama 8 jam. Dalam melaksanakan sistem pengelolaan apotek, petugas AA merangkap sebagai petugas kasir dan administrasi. Setiap AA mendapatkan tanggung jawab dalam menjalankan tugas administrasi seperti laporan narkotika, laporan psikotropika, laporan barang rusak dan kadaluarsa, laporan penjualan bebas, dan rekapitulasi tagihan resep kredit ke beberapa instansi. Pelayanan kasir sudah cukup ramah dalam melayani pelanggan. Selain petugas apotek, terdapat 2 orang Sales Promotion Girl (SPG) yang ditugaskan di Apotek Kimia Farma No Selain meningkatkan penjualan produk, SPG juga membantu petugas apotek dalam

69 55 menyusun produk-produk di area swalayan farmasi dan mengambilkan produkproduk yang ditempatkan di area swalayan farmasi. Hal ini sangat membantu petugas apoteker untuk memberikan pelayanan yang cepat. 5.3 Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di Apotek Apoteker Pengelola Apotek (APA) dibantu oleh Asisten apoteker mengatur dan melaksanakan semua kegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya di apotek Kimia Farma 143. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya ini dilakukan menurut prosedur yang telah ditetapkan, yang terdiri dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan penjualan. Pelaksanaan pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan dengan memperhatikan sifat sediaan farmasi tersebut, yaitu slow moving atau fast moving. Pelaksanaan penyimpanan dan penyaluran sediaan farmasi dilakukan dengan menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan sistem FEFO (First Expired First Out). Administrasi yang ada di apotek Kimia Farma 143 meliputi administrasi pembeliaan, administrasi penjualan, administrasi pencatatan psikotropika dan administrasi pencatatan narkotika. Pelayanan yang diberikan di apotek Kimia Farma 143 berupa pelayanan resep, pelayanan obat bebas, pelayanan sediaan farmasi lainnya, dan pelayanan perbekalan kesehatan. Apoteker Pengelola Apotek berperanan penting dalam setiap pelayanan ini, terutama dalam pemberian informasi mengenai obat yang diperlukan oleh pasien yang bertujuan untuk mewujudkan penggunaan obat yang tepat, aman, dan rasional, sehingga dapat meningkatkan kesehatan pasien Pengadaan Obat Di Apotek Kimia Farma 143 sistem perencanaan barang dilakukan berdasarkan buku defekta dengan memperhatikan arus perjalanan obat (fast moving atau slow moving), permintaan pasar dan epidemiologi untuk kemudian dilakukan pengadaan barang. Pertimbangan dalam pengadaan barang di Apotek Kimia Farma 143 berdasarkan kepada jumlah stok barang yang masih tersedia, pemakaian obat di lingkungan setempat dan perkiraan perputaran sediaan.

70 56 Pengadaan obat diapotek Kimia Farma 143 tidak dilakukan melalui surat pesanan kepada PBF, namun dilakukan melalui 2 sistem yaitu sistem DC (Distribution Centre)BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek) dan sistem DC (Distribution Centre). Pada Sistem DCs, BM secara otomatis akan memonitoring stok barang pada setiap apotek yang berada di wilayahnya. BM akan mengetahui jumlah barang yang tejual dan sisa barang yang tersedia disetiap apotek. Setiap minggu BM gudang akan mengirimkan barang sesuai dengan jenis jumlah barang yang terjual. Dalam sistem ini apotek tidak perlu melakukan pemesanan barang terhadap gudang karena pihak gudang otomatis sudah mengetahui kekurangan barang apotek. Pengiriman barang yang berkurang dilakukan 2 kali dalam seminggu yaitu pada hari selasa dan jumat. Sistem ini digunakan untuk barang-barang yang terjual oleh apotek setiap bulannya. Kelebihan dari sistem ini adalah sebgai berikut: a. pihak gudang akan memesan barang kepada PBF dalam jumlah besar sehingga diskon yang akan didapatkan juga semakin besar. b. Dengan sistem ini pula tanggung jawab petugas apotek untuk menuliskan surat pesanan barang berkurang, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan apotek. c. dapat mencegah terjadinya barang sisa, menghindari terjadinya barang kadaluarsa dan mempercepat proses pengadaan sehingga kasus penolakan resep dapat diperkecil. Selain kelebihan sistem ini juga mempunyai kekurangan, yaitu sebagai berikut: a. Perencanaan pengadaan barang dilakukan berdasarkan history penjualan bulan lalu sehingga tidak bisa secara otomatis mengganti jumlah dan jenis barang yang dibutuhkan apabila terdapat penggunaan barang yang melonjak pada bulan tertentu. b. Waktu yang dibutuhkan untuk penyediaan barang di apotek pelayanan relative lebih lama (lead time tinggi) karena barang-barang tersebut terpusat atau terkumpul di gudang BM dan membutuhkan waktu untuk menyeleksi barangbarang tersebut sebelum dikirim ke masing-masing apotek pelayanan.

71 57 c. Memerlukan biaya operasional yaitu kendaraan untuk mendistribusikan barang dari gudang BM ke masing-masing apotek pelayanan, terutama untuk apotek pelayanan yang letaknya jauh dari BM. d. Diperlukan penanggung jawab yang khusus menangani persediaan agar tidak terjadi pemesanan yang berulang dan tidak ada stok yang menumpuk. Sistem BPBA digunakan untuk memesan barang yang tidak pernah dijual sebelumnya. Dalam sistem BPBA, apotek akan menuliskan barang yang dipesan berdasarkan nama, jumlah dan jenis item pada BPBA dan BPBA tersebut dikirim ke gudang secara online. Apabila Barang yang diminta dalam BPBA tersedia di gudang BM maka barang akan langsung dikirim ke apotek. Namun apabila tidak tersedia, gudang akan memesan barang kepada distributor atau Pedagang Besar Farmasi (PBF) untuk dikirimkan ke gudang BM dan gudang BM akan langsung mengirimkan ke apotek pelayanan yang memesan barang. Pemesanan barang oleh BM gudang dilakukan kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah dipercaya. Pemilihan distributor yang akan memasok persediaan obat-obatan dilakukan berdasarkan kepercayaan dalam hal kualitas barang yang dikirim, serta dapat memberikan waktu jatuh tempo pembayaran lebih lama, ketepatan waktu pengiriman atau disesuaikan dengan adanya obatobatan tertentu yang hanya disalurkan oleh PBF tertentu. Pembelian obat dilakukan ke PBF yang resmi untuk menjamin bahwa obat yang dijual oleh apotek adalah obat asli dan bukan obat palsu. Pemesanan untuk obat golongan narkotika dan psikotropikan juga ditangani oleh pihak gudang BM. Disini apoteker Apotek Kimia Farma cukup mengirimkan Surat Pesanan yang ditandatangani oleh APA kepada BM gudang kemudian BM gudang akan melakukan pemesanan kepada PBF Kimia Farma khusus untuk obat narkotik. Blanko surat pesanan untuk narkotik terdiri dari dari 3 rangkap yaitu putih untuk PBF kimia farma, merah sebagai tembusan kepada dinas kesehatan dan kuning sebagai arsip apotek dimana 1 surat pesanan khusus untuk 1 item obat, sedangkan blanko surat pesanan untuk obat psikotropik terdiri dari 2 rangkap yaitu berwarna putih untuk PBF dan berwarna merah sebagai arsip apotek dimana 1 surat pesanan dapat digunakan untuk lebih dari satu item obat

72 58 psikotropik. Surat pesanan obat perlu diarsipkan untuk menyocokkan barang yang dipesan apotek dengan barang yang diterima dari distributor agar apotek tidak menerima barang yang tidak dipesan. Apabila apotek menerima barang yang sebenarnya tidak dipesan dapat dilakukan pengembalian barang ke PBF. Pengembalian barang kepada distributor atau retur dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati, setiap distributor memiliki ketentuan retur yang berbeda satu dan lainnya. Retur barang dapat berupa penggantian barang, penggantian uang atau pemotongan tagihan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dengan setiap distributor. Sistem pembayaran kepada distributor dilakukan secara tunai dan kredit. Untuk sediaan narkotika sistem pembayaran dilakukan secara tunai. Sedangkan untuk sediaan selain narkotika dilakukan secara kredit dengan terlebih dahulu mengumpulkan faktur-faktur setiap distributor. Sebelum pembayaran dilakukan distributor diharuskan menukar faktur terlebih dahulu Penerimaan Barang Pada saat penerimaan barang oleh BM gudang dari distributor, Petugas gudang melakukan verifikasi penerimaan/penolakan dengan memeriksa kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, expired date, waktu penyerahan, dan harga yang tertera dalam kontrak/pesanan. Sedangkan penerimaan barang oleh apotek kimia farma 143, setiap barang yang datang terlebih dahulu dilakukan pengecekan apakah sama barang yang datang dengan faktur. pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik yaitu dilihat kondisi kemasan obat, jumlah barang, expired date. Apabila ditemukan ketidaksesuaian, maka petugas apotek dapat langsung mengkonfirmasikan kepada petugas DC Penyimpanan Obat Penyimpanan Obat di Ruang Peracikan Penataan obat ethical di ruang racik sudah cukup baik. Setiap obat dimasukkan dalam sebuah kotak dan disusun secara alfabetis dalam rak

73 59 penyimpanan obat. Rak penyimpanan obat dikelompokkan berdasarkan efek farmakologi, bentuk sediaan seperti sediaan padat (tablet dan kapsul), sediaan setengah padat (salep, krim dan gel), sediaan cair (sirup, larutan, suspensi), sediaan tetes mata/telinga/hidung, salep mata, inhaler/spray dan sediaan injeksi serta berdasarkan kelompok obat tertentu seperti obat generik, paten, antibiotika, obat narkotika dan psikotropika. Selain itu terdapat pula lemari es dengan suhu 2-8 o C untuk menyimpan obat-obat seperti suppositoria, ovula dan insulin. Penyimpanan obat golongan narkotik di apotek Kimia Farma 143 juga sudah baaik. Obat narkotika ditempatkan dalam kotak obat dan disusun secara alfabetis, disimpan di lemari yang tidak terlihat oleh umum, terbuat dari kayu dan dibagi menjadi dua bagian. Kunci lemari narkotika di pegang oleh asisten apoteker yang diberi wewenang. Tiap kotak obat diberi identitas berupa nama obat, dosis, bentuk sediaan, juga dilengkapi dengan kartu stok masing masing obat untuk mencatat keluar masuknya barang. Namun pengisisan kartu stok ini sangat jarang dilakukan oleh petugas apotek dikarenakan apotek Kimia Farma 143 sudah menggunakan sistem computer untuk setiap pemasukan dan pengeluaran obat/barang. Setiap pengeluaran dan pemasukan obat akan terdokumentasi secara komputerisasi sehingga jumlah keluar dan masuknya obat yang keluar untuk penjualan resep atau bebas akan berkurang jumlahnya secara otomatis di dalam computer. Dengan dilakukannya sistem komputerisasi ini dapat lebih mempermudah dan mempercepat kegiatan pengelolaan obat di apotek sehingga akan selalu terkontrol dengan baik. Meskipun demikian kartu stok untuk tiap obat tetap harus diisi untuk menyocokkan stok obat yang ada pada computer dengan stok obat yang sebenarnya. Pada setiap kotak penyimpanan obat juga diberi penandaan dalam bentuk stiker berwarna untuk mengetahui waktu kadaluarsa obat. Stiker berwarna merah menyatakan bahwa waktu kadaluarsa obat tersebut terjadi pada tahun ini. Stiker berwarna kuning menyatakan bahwa waktu kadaluarsa obat tersebut terjadi pada tahun depan. Stiker berwarna hijau menyatakan bahwa waktu kadaluarsa obat tersebut terjadi pada 2 tahun yang akan datang.

74 60 Penempatan obat di apotek menggunakan sistem FEFO (First Expire First Out) dimana obat-obat yang mempunyai waktu kadaluarsa lebih singkat disimpan paling depan yang memungkinkan diambil terlebih dahulu dan sistem FIFO (First In First Out), yaitu barang yang pertama kali masuk akan keluar terlebih dahulu. Apotek Kimia Farma 143 tidak memiliki gudang penyimpanan obat karena stok untuk selurh apotek kimia farma disimpan di BM gudang. Stok obat yang dimiliki oleh apotek kimia farma adalah stok untuk kurang dari 1 minggu sehingga tidak terlalu memerlukan gudang untuk penyimpanan stok obat. Stok obat untuk 1 minggu tersebut selain disimpan di kotak penyimpanan obat sisanya disimpan di dalam lemari penyimpanan yang berada di bawah rak penyimpanan sehingga memudahkan dalam pengambilan.. Penyimpanan yang diterapkan oleh apotek kimia farma 143 sangat memudahkan petugas apotek dalam mencari obat dan dapat membantu meminimalisasi kesalahan penyerahan obat dan juga memudahkan apoteker untuk memberikan alternatif obat pengganti yang mengandung zat aktif yang sama Penyimpanan Obat di Swalayan Farmasi Obat/barang yang disimpan di swalayan farmasi adalah obat/barang yang dapat dibeli secara bebas. Produk-produk yang ada di swalayan farmasi ditempatkan berdasarkan kelompok tertentu misalnya hair care, skin care, baby care sedangkan untuk obat-obatan diletakkan secara alfabetis berdasarkan efek farmakologi dan bentuk sediaan. Penataan obat-obat Over The Counter (OTC), alat kesehatan, produk suplemen dan obat-obatan herbal di etalase depan sudah cukup rapi dan menarik dan penyusunannya pun dilakukan berdasarkan jenis sediaan dan farmakologi sehinggga memudahkan pelanggan untuk memilih barang yang akan dibelinya serta memudahkan petugas apotek untuk mencari barang yang dibutuhkan pelanggan. Kekurangan dalam obat swalayan pada apotek Kimia Farma 143 adalah pada obat tidak terdapat label harga sehingga pasien tidak dapat secara langsung memilih obat berdasarkan harga.

75 Pelayanan Apotek Kimia Farma 143 Bogor sudah menerapkan konsep GPP dalam rangka mejamin kualitas, keamanan dan khasiat obat. Pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma 143 yang terdiri dari pelayanan obat resep dan non resep sudah berjalan cukup baik. Pelayanan di Apotek Kimia Farma 143 meliputi pelayanan resep dokter, pelayanan swamedikasi dengan melalui penjualan penjualan obat OWA (Obat Wajib Apotek) yang dikenal sebagai pelayanan UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri), obat bebas dan bebas terbatas/otc (Over the Counter) dan perbekalan farmasi lainnya yang dikenal sebagai pelayanan HV (Hand Verkoop). Dalam melakukan penjualan obat, apotek Kimia Farma 143 juga memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai penggunaan obat. Selain itu Apotek Kimia Farma juga memberikan pelayanan Konseling, Monitoring Penggunaan Obat dan Pelayanan Residensial Pelayanan Resep Apotek Kimia Farma 143 melayani pembelian obat dengan resep secara tunai dan kredit. Untuk pelayanan resep kredit, Apotek Kimia Farma 143 bekerjasama dengan beberapa instansi diantaranya ASKES, BPJS, BI, INHEALTH dan lain-lain. Alur pelayanan resep adalah sama baik untuk resep kredit maupun resep tunai. Hal pertama yang harus diperhatikan dalam pelayanan resep adalah kelegalan resep. khusus untuk resep kredit, pasien harus membawa dokumen tertentu sebagai syarat pelayanan resep kredit. Jika pasien tidak melengkapi syarat tersebut maka resep tersebut tidak dapat dilayani. Apabila ditemukan resep yang dianggap tidak legal dan mengandung obat keras non OWA, psikotropik, atau narkotik, maka resep tersebut tidak dilayani. Apotek Kimia Farma juga tidak melayani copy resep obat narkotik yang berasal dari apotek lain Penolakan terhadap resep tersebut dilakukan oleh pegawai apotek dengan cara yang sopan yaitu dengan menginformasikan kepada pasien bahwa obat tersebut sedang habis. Hal ini dilakukan untuk menghormati pasien dan agar pelanggan apotek tidak berpindah ke apotek lain.

76 62 Apabila resep sudah dianggap legal, selanjutnya pegawai apotek melakukan pengecekan terhadap ketersediaan obat. Jika obat tersedia maka pegawai apotek akan menginformasikan harga resep. Penyiapan obat dilakukan apabila pasien setuju dengan harga obat. Apabila obat yang tercantum di dalam resep tidak tersedia, petugas apotek menyarankan pasien untuk mengganti obat tersebut dengan merek dagang lain yang kandungan zat aktif dan dosisnya sama, termasuk penggantian obat generik menjadi obat dengan merek dagang, namun penggantian obat tersebut dilakukan atas persetujuan pasien. Copy resep diberikan apabila pasien hanya mengambil sebagian dari jumlah obat. Tahap selanjutnya adalah penyiapan obat. Dalam melakukan kegiatan penyiapan obat, salah satu hal yang sebaiknya diterapkan saat peracikan adalah penggunaan alat pelindung diri (APD) untuk petugas yang meracik obat baik kapsul, puyer, salep, atau sediaan lainnya. APD yang dapat digunakan adalah tutup kepala, sarung tangan, masker dan jas lab. Perlengkapan seperti jas lab, masker dan sarung tangan sebenarnya sudah tersedia di apotek, namun terkadang ada petugas yang tidak menggunakan APD secara lengkap. Selain itu pada saat peracikan obat dengan menggunakan blender, terkadang petugas tidak memperhatikan bowl dan pisau yang digunakan khusus untuk antibiotik penisilin atau tidak, padahal sudah terdapat label pada masing-masing bowl dan pisau yang digunakan untuk meracik antibiotik penisilin dan obat-obatan non penisilin. Hal ini sebaiknya dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi produk obat dari lingkungan dan juga melindungi petugas dari paparan obat. Setelah tahap penyiapan obat, kemudian obat dikemas dalam wadah yang sesuai. Untuk sediaan padat, apotek Kimia Farma mggunakan plastik klip yang sudah dilengkapi dengan etiket sehingga dapat mengrangi penggunaan kertas, sediaan cair dikemas di dalam botol, sediaan semi padat dikemas di dalam pot salep. Informasi yang tercantum di dalam etiket antara lain nomor resep, tanggal pelayanan resep, nama pasien, aturan pakai obat dan nama obat. Khusus untuk obat antibiotik, Apotek Kimia Farma 143 mempunyai label khusus yang menginformasikan bahwa obat tersebut harus dihabiskan. Dalam hal ini penulisan nama obat penting dilakukan untuk mencegah tertukarnya obat yang satu dengan

77 63 obat yang lain, sebab cara penggunaan setiap obat berbeda-beda sehingga dengan menuliskan nama obat pada etiket diharapkan dapat mengurangi kesalahan penggunaan obat. Dalam penulisan etiket, terkadang dokter tidak menulis waktu pemakaian obat (sebelum/ sesudah makan, pagi/ siang/ sore/ malam), sehingga apoteker tidak mencantumkannya dalam etiket. Namun, sebaiknya apoteker dapat mengetahui dan memberikan informasi waktu pemakaian obat yang lebih efektif dan menuliskannya di etiket. Sebaiknya dibuat daftar waktu pemakaian obat atau penggunaan obat secara khusus, sehingga mempermudah apoteker dalam mencari hal tersebut. Langkah selanjutnya adalah penyerahan obat yang disertai dengan pemberian informasi obat. Dalam melakukan pelayanan informasi obat, Apotek Kimia Farma telah menerapkan Three prime Question agar informasi yang diberikan sesuai dengan informasi yang diterima oleh pasien dari dokter. Three prime Question tersebut adalah 1) informasi apa yang telah diterima pasien dari dokter mengenai obat yang diresepkan, 2) cara penggunaan obat yang diresepkan 3) harapan pasien setelah mengkonsumsi obat yang diresepkan. Setelah memperoleh informasi tersebut dari pasien kemudian apoteker memberikan informasi mengenai obat dengan menyesuaikan dengan informasi yang telah di terima pasien. Informasi yang diberikan antara lain obat dan indikasi, cara pakai, aturan pakai, waktu minum obat, dan informasi penting lainnya seperti yang tertera pada label untuk antibiotik, yaitu obat harus dihabiskan, dan lain-lain Pelayanan Obat Non Resep Dalam pelayanan non resep, baik obat OTC dan UPDS, pelayanan yang diberikan berupa rekomendasi obat yang tepat untuk pasien. Konsep yang dijalankan adalah konsep WWHAM (Who, What, How, Action, Medicine). Konsep tersebut dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat harus dipastikan obat yang akan dibeli untuk siapa, gejala apa yang dirasakan dan sudah berapa lama berlangsung, pengobatan apa yang sudah diberikan untuk mengobati penyakit, dan obat-obat lain yang sedang dikonsumsi. Dalam pelayanan UPDS, apotek menjual obat-obat yang telah diizinkan

78 64 oleh pemerintah untuk digunakan pasien tanpa resep dokter, yaitu obat yang telah masuk dalam DOWA (Daftar Obat Wajib Apotek). Dalam proses pelayanan, petugas akan menanyakan pasien mengenai tujuan penggunaan obat yang akan dibeli dan apakah pasien telah serring menggunakan obat tersebut. Apabila pasien belum pernah mendapatkan obat sebelumnya, dan obat tersebut tidak terdapat di daftar OWA, pasien akan direkomendasikan untuk memeriksakan diri ke dokter terlebih dahulu Pelayanan Konseling Apotek Kimia Farma juga telah menjalankan pelayanan konseling meskipun konseling yang dilakukan tidak secara tertutup. Konseling biasa dilakukan di meja pelayanan dimana pasien mengeluhkan masalah penyakit ataupun pengobatannya kepada apoteker. Dalam hal ini apoteker memberikan solusi sesuai dengan kapasitasnya sebagai aapoteker. Jika pasien dianggap memerlukan obat, apoteker akan menyarankan obat tertentu yang dapat diserahkan tanpa resep dokter. Jika pasien dianggap memerlukan obat tertentu dengan resep dokter, apoteker akan menyarankan pasien melakukan konsultasi ke dokter. Jika pasien dianggap tidak memerlukan pengobatan secara farmakologi, maka apoteker akan menyarankan pasien untuk melakukan terapi nonfarmakologi sesuai dengan keluhannya Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) KIE yang dijalankan oleh Apotek Kimia Farma 143 dilakukan melalui poster dan leaflet yang terdapat di ruangan apotek. Poster dan leaflet yang terdapat di apotek Kimia Farma 143 berisi informasi mengenai penyakit dan pengobatan penyakit yang umum diderita oleh masyarakat misalnya diare dan maag. Penyediaan poster dan leaflet ini sudah cukup baik, namun pihak apotek Kimia Farma tidak cukup aktif dalam menyerahkan leaflet tersebut, sehingga leaflet yang tersedia terkesan kurang berguna. Alangkah lebih baiknya jika leaflet tersebut dibagikan kepada setiap pasien yang dating ke apotek. Selain itu apotek Kimia Farma juga mempunyai program penyuluhan ke masyarakat yang dikenal

79 65 dengan program CSR. Program ini dilakukan setiap bulan dengan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai penyakit tertentu, pencegahannya, pengobatan yang dapat dilakukan sendiri dan lain sebagainya Patient Medication Record (PMR) PMR yang dilakukan oleh apotek Kimia Farma dilakukan secara komputerisai. Setiap pembelian obat oleh pasien, komputer akan mendokumentasikan nama dan obat yang dibeli sehingga apabila dikemudian hari pasien ingin membeli obat yang sama tanpa resep dokter, dapat langsung dilayani. Namun pembelian obat seperti ini hanya diperbolehkan untuk obat OWA, obat bebas danobat bebas terbatas Pelayanan Residensial Pelayanan residensial juga sudah diterapkan oleh apotek Kimia Farma 143. Pelayanan residensial dilakukan terhadap pasien tertentu yang dianggap memerlukan monitoring penggunaan obat di rumah. Dalam melakukan pelayanan residensial, apoteker Kimia Farma 143 menekankan pada kedisiplinan pasien dalam mengkonsumsi obat. Pelayanan residensial ini rutin dilakukan setiap bulan meskipun belum berjalan optimal, misalnya pelayanan ini hanya dilakukan pada pasien tertentu saja yang dianggap pelanggan tetap apotek. Bentuk pelayanan lain yang disediakan oleh Apotek Kimia Farma ini adalah fasilitas antar jemput resep/obat ke daerah perumahan dan perusahaanperusahaan. Pelayanan ini sangat memudahkan pasien yang tidak sempat atau berhalangan untuk dating langsung keapotek. Pelayanan ini merupakan salah satu strategi Apotek Kimia Farma 143 untuk mempertahankan dan menambah pelanggan. Secara umum, petugas yang bekerja di bagian pelayanan/penjualan telah melayani dengan ramah, biasanya dimulai dengan sapaan dan tawaran bantuan serta diakhiri dengan ucapan terima kasih sebagai penutup. Petugas juga bersikap santun dan informatif dengan selalu berbicara dengan bahasa yang baik. Petugas

80 66 selalu tanggap dan cepat menangani keluhan serta membantu mengatasi kesulitan konsumen. Misalnya, jika konsumen tidak mampu menebus obat maka dicarikan obat dengan zat aktif atau khasiat sama dengan harga yang lebih terjangkau atau ditebus sebagian dulu. Keadaan tersebut perlu terus dipertahankan dan sedapat mungkin ditingkatkan karena keramahan petugas merupakan salah satu unsur pendorong untuk menimbulkan minat pelanggan sehingga melakukan pembelian. 5.4 Kegiatan Pengarsipan dan Pelaporan Pengelolaan resep di Apotek Kimia Farma No.143 sudah berjalan baik. Resep asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan sesuai nomor resep kecuali resep dengan pembayaran kredit. Resep yang berisi narkotika dan psikotropika dipisahkan dengan resep lainnya. Namun nama obat narkotika pada resep tidak digaris bawahi dengan tinta merah, sehingga hal ini tidak sesuai dengan peraturan. Resep dibendel sesuai dengan kelompoknya. Bendel resep ditulis keterangan kelompok resep, tanggal, bulan, dan tahun yang mudah dibaca dan disimpan ditempat yang telah ditentukan. Penyimpanan bendel resep yang dilakukan secara berurutan dan teratur dimaksudkan untuk memudahkan petugas jika sewaktu-waktu diperlukan penelusuran resep. Resep narkotika dan psikotropika sebaiknya disimpan terpisah untuk memudahkan penyususnan laporan ke Dinas Kesehatan wilayah setempat. Penyimpanan disatukan bersama dengan arsip laporan bulanan narkotika dan psikotropika. Semua resep disimpan selama 3 tahun sebelum dimusnahkan. Pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika dilakukan sebulan sekali dengan menyerahkan Laporan Penggunaan Sediaan jadi Narkotika dan Laporan Penggunaan Sediaan Jadi Psikotropika ke Kepala Dinas Kesehatan Bogor dan arsip untuk apotek. Penyusunan laporan dilakukan oleh asisten apoteker yang diberikan tanggung jawab oleh APA. Sedangkan laporan untuk barang rusak dan kadaluarsa dilakukan 3 bulan sekali. Pada laporan tersebut dirinci nama obat, jumlah, dan tanggal kadaluarsa.

81 Kegiatan Administrasi dan Keuangan Untuk mempermudah pengelolaan kegiatan administrasi dan keuangan di Kimia Farma, dipakailah Sistem Informasi Manajemen dan Keuangan Apotek (SIMKA) untuk seluruh Apotek Kimia Farma yang ada di Indonesia. Dengan adanya SIMKA maka kegiatan yang berhubungan dengan administrasi apotek dapat dilakukan dengan cepat dan terkontrol. Fungsi keuangan dalam masingmasing apotek sendiri, diselenggarakan oleh kasir besar yang bertanggung jawab langsung kepada Bisnis Manajer. Petugas kasir di apotek dapat menyetorkan uang hasil penjualan setiap shift dengan menyertakan bukti setoran kasir. Bukti setoran kasir akan dicocokkan terlebih dahulu jumlahnya dengan Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH). Jumlah fisik uang dengan jumlah penjualan yang ada di LIPH harus sama, jika terjadi ketidakcocokan maka harus dicari penyebabnya apakah ada transaksi yang belum dimasukkan atau ada penyebab lainnya, untuk menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan uang, kasir di apotek tidak bisa membuka LIPH. LIPH hanya dapat dibuka oleh petugas-petugas tertentu seperti supervisor dan petugas administrasi kas bank sehingga mekanisme pengontrolan uang dapat dilakukan dengan baik untuk mencegah kehilangan uang. Secara umum, fungsi keuangan di apotek ini telah berjalan dengan baik sesuai dengan standar prosedur operasional yang ditetapkan. Apotek Kimia Farma No.143 juga melakukan kerjasama dengan universitas dalam menyediakan apoteknya menjadi tempat kerja praktek dengan tujuan meningkatkan keahlian calon apoteker dalam pelayanan kefarmasian terutama di apotek. Dalam pelaksanaannya, sebaiknya siswa dan mahasiswa diberi sedikit bekal ilmu mengenai kegiatan apotek dan peraturan dalam pelayanan obat kepada mahasiswa sebelum memulai praktek kerja, sehingga pelaksanaannya, mahasiswa lebih mengertii mengenai standar prosedur operasional di Apotek Kimia Farma serta dapat menghindari kesalahan-kesalahan karena tidak mengetahui bagaimana peraturan atau prosedur kerja yang benar. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya perhatian yang lebih dari seluruh pegawai terhadap siswa dan mahasiswa yang sedang melakukan kerja praktek di Kimia Farma No.143 mengenai pekerjaan yang dapat dilakukan oleh mahasiswa.

82 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma 143 Depok dari tanggal 6 31 Oktober 2014, dapat disimpulkan bahwa: a. Peran, fungsi, dan tugas apoteker di apotek adalah sebagai retailer, manager, dan professional dalam menentukan kebijakan pengelolaan apotek serta melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian semua komponen yang ada di apotek. b. Peran dan fungsi apoteker dalam aspek manajerial adalah melakukan pengawasan seluruh aspek pelayanan kefarmasian, pengelolaan perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan dimulai dari pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pengelolaan dan penyaluran sediaan farmasi di apotek. Selain itu, apoteker juga melakukan pengelolaan dan administrasi mengenai keuangan apotek. c. Peran utama apoteker dalam bidang pelayanan kefarmasian harus berorientasi kepada pasien sesuai dengan profesinya yakni pelayanan resep, swamedikasi, pelayanan informasi obat serta konseling kepada pasien. d. Seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) harus mampu menerapkan pengetahuan dan keahlian dalam bidang teknis kefarmasian maupun bidang non teknis kefarmasian. Dimana pelaksanaanya memerlukan kerja sama antara APA dengan semua personel apotek. 6.2 Saran a. Adanya ruangan konseling yang memenuhi salah satu aspek Standar Pelayanan Kefarmasian sehingga kegiatan konseling bisa dilakukan dan diterapkan dengan baik sesuai dengan Standar Pelayanan Kefarmasian. 68

83 69 b. Perlu ada peningkatan kedisiplinan karyawan apotek dalam proses penerimaan, penyimpanan, dan distribusi barang apotek. c. Pembekalan terhadap mahasiswa program profesi apoteker sebaiknya dilakukan lebih banyak, sehingga mahasiswa menjadi lebih paham mengenai pengelolaan apotek, terutama di apotek tempat dilakukan praktek kerja.

84 DAFTAR ACUAN Anief, M. (2000). Prinsip dan Dasar Manajemen Pemasaran Umum dan Farmasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan No.28/MenKes/PER/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 Tentang Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1981). Keputusan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 1981 Tentang Penyimpanan dan Pemusnahan Resep. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 918/Menkes/Per/X/1993 Tentang Pedagang Besar Farmasi (PBF). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/Menkes/Per/X/1993 Tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 924/Menkes/PER/IX/1993 Tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 2. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1999). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 70

85 71 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 992/Menkes/PER/X/1993 Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027 Tahun 2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Umar, Muhammad. (2009). Manajemen Apotek Praktis cetakan ketiga. Jakarta: Wira Putra Kencana. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta.

86 Lampiran 1. Form droping barang dari gudang (DCs) ke apotek 72

87 73 Lampiran 2. Formulir Serah Terima Barang DCs

88 74 Lampiran 3. Bon Permintaan Barang Apotek

89 75 Lampiran 4. Kartu / Buku Stok

90 76 Lampiran 5. Alur Pelayanan Resep

91 77 Lampiran 6. Salinan resep / Copy Resep

92 78 Lampiran 7. Etiket Obat

93 79 Lampiran 8. Label Obat

94 80 Lampiran 9. Kemasan Obat

95 81 Lampiran 10. Surat Pesanan Khusus Narkotika

96 82 Lampiran 11. SIPNAP

97 83 Lampiran 12. Surat Pesanan Psikotropika

98 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN APOTEK KIMIA FARMA NOMOR OUTLET 96, 143 DAN 389 TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 143 JL.MARGONDA RAYA NO. 154 A, DEPOK PERIODE 2 31 OKTOBER 2014 FAMELLA YULISTIA PRAMITA, S.Farm ANGKATAN LXXIX FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK DESEMBER 2014 ii

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. SULTAN HASANUDDIN NO.42 KEBAYORAN BARU, BLOK M PERIODE 3 APRIL 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI-2 JULI 2011 DAN 1 13 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET JAKARTA SELATAN PERIODE 16 JANUARI - 25 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: WAHID BEKTI FITRIANTO K 100 040 146 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa: I.PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tempat dilakukannya praktik kefarmasian

Lebih terperinci

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 11: PERBEKALAN FARMASI Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB XI PERBEKALAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DESY INDRIWINARNI, S.Farm. 1106046780

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK NINE-EIGHTEEN COMMERCIAL AREA G-02 LOBBY TOWER 1 APARTEMENT CASABLANCA PERIODE 4 AGUSTUS 2014 30 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68, JAKARTA SELATAN PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PURWINDA HERIN

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NOMOR 143 JALAN MARGONDA RAYA NOMOR 154 A DEPOK PERIODE 4-29 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER FADILATUL

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET JAKARTA SELATAN PERIODE 2 JULI 10 AGUSTUS 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UTAMI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA KELAPA GADING JL. BOULEVARD GADING TIMUR KAV 6 KOMP SPBU 34 KELAPA GADING, JAKARTA UTARA PERIODE 1 APRIL 4 MEI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 5 JL. CIKINI RAYA NO. 121 JAKARTA PUSAT PERIODE 3 SEPTEMBER 6 OKTOBER 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA KELAPA GADING JAKARTA UTARA JL. BOULEVARD GADING TIMUR RAYA KAV. 6 PERIODE 8 APRIL 11 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Pelayanan kefarmasian di apotek saat ini telah mempunyai standar dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA KELAPA GADING JL. BOULEVARD GADING TIMUR RAYA KAV.6 KELAPA GADING, JAKARTA UTARA PERIODE 8 APRIL 11 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: ASRI MUHTAR WIJIYANTI K 100 040 150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengawasan dan pemantauan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL...

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL... PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL... A. PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tenpat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker (PP no. 51 tahun 2009) Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 180 JL. PAHLAWAN NO. 10 SIDOARJO 22 JULI AGUSTUS 2015

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 180 JL. PAHLAWAN NO. 10 SIDOARJO 22 JULI AGUSTUS 2015 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 180 JL. PAHLAWAN NO. 10 SIDOARJO 22 JULI 2015 24 AGUSTUS 2015 PERIODE XLV DISUSUN OLEH: JEFRI PRASETYO, S.Farm. 2448715123 PROGRAM STUDI PROFESI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 24 JL. DHARMAWANGSA NO. 24 SURABAYA 16 JANUARI FEBRUARI 2017

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 24 JL. DHARMAWANGSA NO. 24 SURABAYA 16 JANUARI FEBRUARI 2017 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 24 JL. DHARMAWANGSA NO. 24 SURABAYA 16 JANUARI 2017 17 FEBRUARI 2017 PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH : CYNTHIA ZAIN DERMAYATI, S.Farm. NPM. 2448716018

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

HEALTH & BEAUTY. Oleh Aftiyani. Guardian, The One You Trust

HEALTH & BEAUTY. Oleh Aftiyani. Guardian, The One You Trust HEALTH & BEAUTY Guardian, The One You Trust Guardian adalah salah satu unit bisnis bagian dari Hero Group yang bergerak pada apotek modern berupa toko kesehatan dan kecantikan. Guardian memulai bisnisnya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NITA KARTIKA, S. Farm. 1206313425 ANGKATAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RIZA MARLYNE,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA KALIBOKOR JL. NGAGEL JAYA No.1 SURABAYA 10 OKTOBER NOVEMBER 2016 PERIODE XLVII

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA KALIBOKOR JL. NGAGEL JAYA No.1 SURABAYA 10 OKTOBER NOVEMBER 2016 PERIODE XLVII LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA KALIBOKOR JL. NGAGEL JAYA No.1 SURABAYA 10 OKTOBER 2016 12 NOVEMBER 2016 PERIODE XLVII DISUSUN OLEH : SILVIA SUMBOGO, S.Farm. NPM. 2448715346

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NISA YULIANTI SUPRAHMAN 1206313412 ANGKATAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 175 JALAN KARANGMENJANGAN NO. 9 SURABAYA 10 OKTOBER 12 NOVEMBER 2016

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 175 JALAN KARANGMENJANGAN NO. 9 SURABAYA 10 OKTOBER 12 NOVEMBER 2016 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 175 JALAN KARANGMENJANGAN NO. 9 SURABAYA 10 OKTOBER 12 NOVEMBER 2016 PERIODE XLVII DISUSUN OLEH: ANGELA VIOLITA, S.Farm. NPM. 2448715303 PROGRAM

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. ERLIMAS LUCKY WIJAYA, S. Farm.

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. ERLIMAS LUCKY WIJAYA, S. Farm. UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTAA TIMUR PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto Kabupaten Bone Bolango. Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan,

Lebih terperinci

FARMASI PERAPOTIKAN. syofyan

FARMASI PERAPOTIKAN. syofyan FARMASI PERAPOTIKAN syofyan Kronologis Pengaturan apotik telah dilakukan sejak zaman kolonial Belanda berdasarkan Het Reglement op de Dienst der Volksgezoindheid disingkat Reglement DVG (Stbld. 1882 No.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 166 JALAN AHMAD YANI NO. 228 SURABAYA 10 OKTOBER NOVEMBER 2016

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 166 JALAN AHMAD YANI NO. 228 SURABAYA 10 OKTOBER NOVEMBER 2016 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 166 JALAN AHMAD YANI NO. 228 SURABAYA 10 OKTOBER 2016 12 NOVEMBER 2016 PERIODE XLVII DISUSUN OLEH : REVONANDIA IRWANTO, S.Farm. NPM. 2448715340

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG a. PENDAHULUAN Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas

Lebih terperinci

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt PEDAGANG BESAR FARMASI OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt Obat / Bahan Obat Ketersediaan Keterjangkauan Konsumen Aman Mutu Berkhasiat PBF LAIN PBF: Obat BBF INDUSTRI FARMASI 2 DASAR HUKUM Undangundang UU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan setiap umat manusia karena aktivitasnya dapat terhambat apabila kondisi kesehatan tidak baik.

Lebih terperinci

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia adalah kesehatan. Berdasarkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 1 JL. GARUDA NO. 47 KEMAYORAN JAKARTA PUSAT PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DYAH AYUWATI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari pelayanan obat (drug oriented) menjadi pelayanan pasien (patient

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia memiliki hak asasi yang diatur dalam perundang-undangan, salah satunya yaitu hak mengenai kesehatan, sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 bahwa kesehatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK PRO-THA FARMA JALAN IMAM BONJOL NO. 13 GELURAN SIDOARJO 17 OKTOBER NOVEMBER 2016

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK PRO-THA FARMA JALAN IMAM BONJOL NO. 13 GELURAN SIDOARJO 17 OKTOBER NOVEMBER 2016 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK PRO-THA FARMA JALAN IMAM BONJOL NO. 13 GELURAN SIDOARJO 17 OKTOBER 2016 18 NOVEMBER 2016 PERIODE XLVII DISUSUN OLEH : SEPTIN PUTRI ABRIYANTI, S.Farm. NPM.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JALAN PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU, JAKARTA SELATAN PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI KOMUNITAS APOTEK KITA FARMA BINJAI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI KOMUNITAS APOTEK KITA FARMA BINJAI LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI KOMUNITAS DI APOTEK KITA FARMA BINJAI Disusun Oleh: Juliyanti, S. Farm NIM 073202046 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Lembar Pengesahan LAPORAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Pada penelitian sebelumnya dengan judul pengaruh keberadaan apoteker terhadap mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas wilayah Kabupaten Banyumas berdasarkan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap mahluk hidup didunia memiliki hak untuk hidup sehat. Kesehatan merupakan suatu keadaan dimana tubuh dan jiwa yang tiap orang miliki mampu melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Menurut Undang-undang Republik

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan Tonggak sejarah. asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan Tonggak sejarah. asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Profesi Kefarmasian Secara historis perubahan mendasar dalam profesi kefarmasian dapat dibagi dalam beberapa periode. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu tujuan dari pembangunan suatu bangsa. Kesehatan sendiri adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci