UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER OKTA FESTI AMANDA, S.Farm ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014 i

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker OKTA FESTI AMANDA, S.Farm ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014 ii

3 iii

4 iv

5 v

6 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis uncapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan kasih sayang-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek SamMarie Basra yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 Jakarta Timur pada tanggal Maret dan 21 April Mei Laporan ini merupakan hasil Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi. Setelah mengikuti kegiatan PKPA ini, diharapkan apoteker yang lulus nantinya dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kepada masyarakat pada saat memasuki dunia kerja. Kegiatan PKPA ini dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak T. Nebrisa Z., S.Farm., Apt., MARS selaku pembimbing I, yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, pengarahan, serta nasehat kepada penulis selama kegiatan PKPA di Apotek SamMarie Basra. 2. Ibu Widia, S.Si., Apt., selaku Apoteker Pengelola Apotek dan pembimbing lapangan yang telah memberikan pengarahan dan penjelasan kepada penulis selama kegiatan PKPA di Apotek SamMarie Basra. 3. Bapak Dr. Hayun, M.Si., Apt. selaku Pembimbing II dan Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi yang telah memberikan arahan kepada penulis selama penulisan laporan PKPA. 4. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan kesempatan menempuh pendidikan profesi apoteker di Fakultas Farmasi. 5. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku pembimbing akademis atas segala bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan profesi apoteker di Fakultas Farmasi. vi

7 6. Keluarga atas dukungan, perhatian, dan doa yang diberikan kepada penulis dalam melaksanakan kegiatan di Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi. 7. Karyawan dan Karyawati Apotek SamMarie Basra atas perhatian dan kerjasama selama penulis melaksanakan PKPA. 8. Seluruh staf pengajar dan sekretariat Fakultas Farmasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bantuan selama pendidikan program studi profesi apoteker di Fakultas Farmasi. 9. Rekan-rekan Program Profesi Apoteker angkatan LXXVIII yang selalu mendukung, menyemangati, dan memberikan rasa kebersamaan selama satu tahun ini. 10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan laporan ini. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani PKPA ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan. Penulis 2014 vii

8 iii

9 ABSTRAK Nama : Okta Festi Amanda NPM : Program Studi : Profesi Apoteker Judul : Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek SamMarie Basra Jalan Basuki Rachmat No. 31 Jakarta Timur Periode Maret 2014 dan 21 April 12 Mei 2014 Praktik Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di Apotek SamMari Basra Jalan Basuki Rachmat No. 31, Jakarta Timur. Kegiatan PKPA ini bertujuan agar mahasiswa profesi apoteker dapat memahami tugas pokok, peran dan fungsi apoteker di apotek serta memberikan kesempatan bagi mahasiswa calon apoteker untuk beradaptasi langsung pada lingkungan kerja kefarmasian yang sebenarnya di apotek. Tugas khusus yang diberikan berjudul pembuatan daftar dan pengkajian terhadap penyimpanan obat Look Alike Sound Alike (LASA) dan high alert di apotek Sammarie Basra. Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui jenis obatobatan yang dapat dikategorikan sebagai LASA dan high alert di apotek SamMarie Basra serta mengetahui apakah penyimpanan obat-obatan sudah sesuai dengan ketentuan yang disarankan oleh Institute for Safe Medication Practices (ISMP). Kata Kunci : Apotek, Look Alike Sound Alike, High Alert, SamMarie Basra Tugas Umum : xv + 54 halaman, 20 lampiran Tugas Khusus : ii + 24 halaman, 8 lampiran Daftar Acuan Tugas Umum : 21 ( ) Daftar Acuan Tugas Khusus : 7 ( ) ix

10 x ABSTRACT Name : Okta Festi Amanda NPM : Study Program : Apothecary Profession Title : Report of Apothecary Profession Internship at Apotek SamMarie Basra, Basuki Rachmat Street Number 31, East Jakarta on March 10 th 29 th and April 21 st May 12 th 2014 Pharmacist Professional Practice was implemented in Apotek SamMarie Basra, Basuki Rachmat Street Number 31, East Jakarta. PKPA activity was intended that students can understand the basic tasks, roles, and functions of pharmacist in pharmacy. Besides that, the aim of this activity was also to give chance for the students to adapt in the reality of pharmacist work environment at pharmacy. A special task was given as making list of and reviewing the storage of Look Alike Sound Alike (LASA) and High Alert drugs in Apotek SamMarie Basra. It was aimed to know LASA and high alert drugs that exist in this pharmacy. Also, to determine whether the storage of medicines is in conformity with the provisions suggested by the Institute for Safe Medication Practices (ISMP). Keywords : Pharmacy; Look Alike Sound Alike; High Alert; SamMarie Basra General Assignment : xv + 54 pages; 20 appendices Spesific Assignment : ii + 24 pages; 8 appendices Bibliography of General Assignment : 21 ( ) Bibliography of Spesific Assignment : 7 ( ) x

11 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... iv HALAMAN PENGESAHAN... v KATA PENGANTAR... vi HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... viii ABSTRAK... ix ABTRACT... x DAFTAR ISI... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2. TINJAUAN UMUM Pengertian Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Persyaratan Pendirian Apotek Kelengkapan Apotek Perbekalan Farmasi Tata Cara Pemberian Izin Apotek Personalia Apotek Pelanggaran Apotek Pencabutan Surat Izin Apotek Pengelolaan Apotek Pelayanan Apotek Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek Pelayanan Informasi Obat BAB 3. TINJAUAN KHUSUS APOTEK SAMMARIE BASRA Sejarah Singkat Lokasi, Bangunan, dan Tata Ruang Apotek Struktur Organisasi Kegiatan di Apotek Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika BAB 4. PEMBAHASAN xi

12 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN LAMPIRAN xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Penandaan obat bebas... 8 Gambar 2.2. Penandaan obat bebas terbatas... 8 Gambar 2.3. Tanda peringatan pada obat bebas terbatas... 9 Gambar 2.4. Penandaan obat keras Gambar 2.5. Penandaan narkotika xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Denah lokasi Apotek SamMarie Basra Lampiran 2. Desain ruang depan Apotek SamMarie Basra Lampiran 3. Desain ruang racik Apotek SamMarie Basra Lampiran 4. Denah ruangan Apotek SamMarie Basra Lampiran 5. Lemari khusus penyimpanan narkotika dan psiktropika Lampiran 6. Form resep Lampiran 7. Salinan resep Lampiran 8. Etiket obat Lampiran 9. Plastik pembungkus obat Lampiran 10. Struktur organisasi Apotek SamMarie Basra Lampiran 11. Alur pemesanan dan penerimaan obat Lampiran 12. Surat pesanan Lampiran 13. Faktur pembelian Lampiran 14. Kartu stok barang Lampiran 15. Surat pesanan narkotika Lampiran 16. Surat pesanan psikotropika Lampiran 17. Laporan penggunaan narkotika Lampiran 18. Laporan penggunaan psikotropika xiv

15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan (Presiden RI, 2009c). Apotek menjadi salah satu sarana pelayanan kesehatan untuk mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional (Presiden RI, 2009a). Pelayanan obat atas resep dokter dan pelayanan informasi obat merupakan pelayanan kefarmasian yang menjadi salah satu sarana pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di apotek. Di dalam Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian disebutkan bahwa apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Presiden RI, 2009a). Kegiatan pelayanan kefarmasian pada awalnya hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi. Saat ini, pelayanan kefarmasian yang dilakukan di apotek telah mengalami pergeseran orientasi dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari pasien (Menteri Kesehatan RI, 2004). 1

16 2 Pelayanan kefarmasian tersebut merupakan suatu tugas dan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek dalam melaksanakan pengelolaan baik secara teknis farmasi maupun non teknis farmasi di apotek. Seorang apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kesalahan pengobatan seorang apoteker harus melakukan praktiknya sesuai dengan standar yang ada serta penerapan ilmu yang dimilikinya dengan sebaik-baiknya. Selain itu, kemampuan lain yang harus dimiliki oleh seorang apoteker adalah kemampuan berkomunikasi dengan baik kepada tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional (Menteri Kesehatan RI, 2004). Untuk dapat mempersiapkan pelaksanaan kegiatan pelayanan kefarmasian tersebut maka perlu bagi para calon apoteker untuk melakukan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di apotek. Selain sebagai tempat yang memberikan perbekalan bagi para calon apoteker untuk dapat menjadi apoteker profesional, PKPA di apotek dapat digunakan sebagai tempat untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama masa kuliah serta membandingkan teori dengan praktiknya di lapangan. Oleh karena itu, Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi melakukan kerjasama dengan Apotek SamMarie Basra untuk melaksanakan PKPA pada tanggal Maret dan 21 April-12 Mei Tujuan Tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek SamMarie Basra yang diselenggarakan oleh Fakultas Farmasi Universitas Indonesia adalah : a. Memahami tugas pokok, peran dan fungsi apoteker di apotek; dan b. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa calon apoteker untuk beradaptasi langsung pada lingkungan kerja kefarmasian yang sebenarnya di apotek dan memahami sistem manajemen dan administrasi di Apotek SamMarie Basra, serta memahami dan melaksanakan kegiatan di apotek baik secara teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian.

17 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Pengertian Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan maka dalam pelayanannya harus mengutamakan kepentingan masyarakat yaitu menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sementara menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, dalam ketentuan umum dijelaskan bahwa apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker dan apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah perbuatan meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. 2.2 Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam: a. Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan; b. Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika; 3

18 4 c. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika; d. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1965 tentang Apotek; e. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 184/Menkes/Per/II/1995; f. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian; g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 695/Menkes/Per/VI/2007 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 184 tahun 1995 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Izin kerja Apoteker; h. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek; i. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek; dan j. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MenKes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 pasal 2, tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut: a. Tempat praktik profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan; b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat; c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

19 5 2.4 Persyaratan Pendirian Apotek Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 yang telah diperbarui melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002, persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek adalah sebagai berikut: a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain; b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi; dan c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi; Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004, disebutkan bahwa: a. Sarana apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat; b. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. c. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat; d. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko kesalahan penyerahan; e. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling; f. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, bebas dari hewan pengerat, serangga; dan g. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin.

20 6 2.5 Kelengkapan Apotek Untuk mendapatkan izin apotek, seorang apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan, harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Beberapa kelengkapan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah tempat atau lokasi, bangunan, perlengkapan apotek, tenaga kerja apotek, dan perbekalan farmasi (Said, 2012) Lokasi Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Persyaratan jarak minimum antar apotek tidak dipermasalahkan lagi, tetapi ketentuan ini dapat berbeda, sesuai dengan kebijakan atau peraturan daerah masing-masing. Lokasi apotek dapat dipilih dengan mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, jumlah praktik dokter, sarana dan pelayanan kesehatan lain, sanitasi dan faktor-faktor lainnya (Said, 2012) Bangunan Suatu apotek sebaiknya mempunyai luas bangunan yang cukup sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek. Bangunan apotek yang baik hendaknya memiliki ruang tunggu pasien, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi, ruang kerja apoteker, tempat pencucian alat, dan kamar kecil. Bangunan apotek sebaiknya juga memiliki sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, sumber penerangan yang dapat memberikan penerangan yang memadai, alat pemadam kebakaran, serta ventilasi dan sanitasi yang baik. Papan nama apotek dipasang di depan bangunan dengan ketentuan memenuhi ukuran minimal panjang 60 cm, lebar 40 cm dengan tulisan hitam di atas dasar putih, tinggi huruf minimal 5 cm, umumnya terbuat dari papan seng yang pada bagian mukanya memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat apotek, dan nomor telepon (Said, 2012).

21 Peralatan Apotek Suatu apotek baru yang ingin beroperasi harus memiliki peralatan apotek yang memadai agar dapat mendukung pelayanan kefarmasiannya. Peralatan apotek yang harus dimiliki antara lain (Said, 2012): a. Peralatan pembuatan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, lumpang, alu,gelas ukur, dan lain-lain; b. Peralatan dan tempat penyimpanan alat perbekalan farmasi seperti lemari obat, lemari pendingin (kulkas), dan lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika. Lemari narkotik harus memenuhi persyaratan yang ada dalam Undang-Undang Narkotika Nomor 35 tahun 2009; c. Wadah pengemas dan pembungkus; d. Perlengkapan administrasi seperti blanko pesanan, salinan resep, buku catatan penjualan, buku catatan pembelian, kartu stok obat, kuitansi; dan e. Buku-buku dan literatur standar yang diwajibkan, serta kumpulan perundangundangan yang berhubungan dengan kegiatan apotek. 2.6 Perbekalan Farmasi Pemerintah menetapkan beberapa peraturan mengenai tanda untuk membedakan jenis-jenis obat yang beredar di wilayah Republik Indonesia agar pengelolaan obat menjadi mudah. Beberapa peraturan tersebut antara lain yaitu: a. Undang-Undang RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika; b. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus Obat Bebas dan Obat BebasTerbatas; c. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2396/A/SK/VIII/86 tentang Tanda Khusus Obat Keras Daftar G; d. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/Menkes/SK/VIII/90 tentang Obat Wajib Apotek; dan e. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.688/Menkes/Per/VII/1997 tentang Peredaran Psikotropika.

22 8 Berdasarkan ketentuan peraturan tersebut, maka obat dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu (Said, 2012; Presiden RI, 1997b): 1. Obat Bebas Obat bebas adalah obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Tanda khusus untuk obat bebas adalah lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Menteri Kesehatan RI, 1983). Contoh obat bebas adalah Panadol, Promag, dan Diatab. Gambar 2.1. Penandaan obat bebas 2. Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat dengan peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Tanda khusus untuk obat bebas terbatas adalah lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam (Menteri Kesehatan RI, 1983). Gambar 2.2. Penandaan obat bebas terbatas Komposisi obat bebas terbatas merupakan obat keras sehingga dalam wadah atau kemasan perlu dicantumkan tanda peringatan (P1-P6). Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (disesuaikan dengan warna kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya dengan huruf berwarna putih.

23 9 Tanda-tanda peringatan ini sesuai dengan golongan obatnya, yaitu sebagai berikut (Menteri Kesehatan RI, 1983): a. P No 1: Awas! Obat keras. Baca aturan memakainya. Contoh: Decolgen, Ultraflu, dan Fatigon. b. P No 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan. Contoh: Betadine gargle dan Minosep. c. P No 3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. Contoh: Fosen enema d. P No 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar. e. P No 5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. f. P No 6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh: Anusol Suppositoria. P. No. 1 Awas! Obat Keras Baca aturan memakainya P. No. 2 Awas! Obat Keras Hanya untuk kumur, Jangan ditelan P. No. 3 Awas! Obat Keras Hanya untuk bagian luar dari badan P. No. 4 Awas! Obat Keras Hanya untuk dibakar P. No. 5 Awas! Obat Keras Tidak boleh ditelan P. No. 6 Awas! Obat Keras Obat wasir, jangan ditelan Gambar 2.3. Tanda peringatan pada obat bebas terbatas 3. Obat Keras Daftar G Obat-obat yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, mendesinfeksi, dan lain-lain, pada tubuh manusia, baik dalam bungkusan atau tidak yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan disebut obat keras. Tanda khusus untuk obat keras adalah lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dan huruf K di dalamnya yang menyentuh garis tepi (Menteri Kesehatan RI, 1986). Pada etiket dan bungkus luar obat jadi yang tergolong obat keras harus dicantumkan secara jelas tanda khusus untuk obat keras. Tanda khusus dapat tidak dicantumkan

24 10 pada blister, strip aluminium/selofan, vial, ampul, tube atau bentuk wadah lain, apabil wadah tersebut dikemas dalam bungkus luar (Menteri Kesehatan RI, 1986). Gambar 2.4. Penandaan obat keras Obat keras merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter dan dapat diulang tanpa resep baru bila dokter menyatakan pada resepnya boleh diulang. Obat-obat golongan ini antara lain obat jantung, obat diabetes, hormon, antibiotika, beberapa obat ulkus lambung, semua obat suntik, dan psikotropika. 4. Psikotropika Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku disbut psikotropika. Penggolongan dari psikotropika adalah (Presiden RI, 1997a): a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: etisiklidina, tenosiklidina, metilendioksi metilamfetamin (MDMA); b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin, fensiklidin; c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amobarbital, pentobarbital, siklobarbital; dan d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: diazepam, estazolam, etilamfetamin, alprazolam.

25 11 5. Narkotika Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, disebut narkotika (Presiden RI, 2009b). Gambar 2.5. Penandaan obat narkotika Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Presiden RI, 2009b): a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: kokain, opium, heroin, ganja; b. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: morfin, petidin, normetadona, metadona; dan c. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: kodein, norkodeina, etilmorfina. 2.7 Tata Cara Pemberian Izin Apotek Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) untuk membuka apotek di tempat tertentu. Izin apotek diberikan oleh Menteri yang melimpahkan wewenangnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan

26 12 pencabutan izin dilaporkan setahun sekali oleh Kepala Dinas Kesehatan kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 7 dan pasal 9 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 mengenai Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut: a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan formulir APT-1; b. Dengan menggunakan formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan; c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3; d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (b) dan (c) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan contoh formulir APT-4; e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau pernyataan ayat (d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh formulir APT-5; f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir APT-6; g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (f), apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat

27 13 Penundaan; h. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan pemilik sarana; i. Pemilik sarana yang dimaksud (poin h) harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat penyataan yang bersangkutan; dan j. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan APA dan atau persyaratan apotek atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya (12) dua belas hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT Personalia Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 pasal 1, tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan operasional apotek terdiri dari: a. Satu orang Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA); b. Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek; c. Apoteker Pengganti, yaitu apoteker yang menggantikan Apoteker Pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak berada di tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Izin Praktik Apoteker dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain; dan d. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundangundangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.

28 14 Tenaga-tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri dari: a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten Apoteker; b. Kasir adalah petugas yang bertugas menerima uang dan mencatat pemasukan serta pengeluaran uang; dan c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 menjelaskan apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Sebelum melaksanakan kegiatannya, seorang APA wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Seorang APA bertanggung jawab akan kelangsungan hidup apotek yang dipimpinnya, dan juga bertanggung jawab kepada pemilik modal apabila bekerja sama dengan pemilik sarana apotek (PSA). Apoteker yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut (Presiden RI, 2009a): a. Memiliki keahlian dan kewenangan; b. Menerapkan Standar Profesi; c. Didasarkan pada Standar Kefarmasian dan Standar Operasional; d. Memiliki sertifikat kompetensi profesi; e. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA); f. Wajib memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) bagi Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan Apoteker Pendamping di Apotek; dan g. Apoteker Pengelola Apotek (APA) hanya dapat melaksanakan praktik di satu apotek sedangkan Apoteker Pendamping hanya dapat melaksanakan praktik paling banyak di tiga Apotek. Surat Tanda Registrasi (STRA) merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi (Menteri Kesehatan RI, 2011). STRA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu

29 15 lima tahun selama masih memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan (Presiden RI, 2009a): a. Memiliki ijazah Apoteker; b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi; c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker; d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktik; dan e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker dan Apoteker Pendamping untuk dapat melaksanakan praktik pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian, yaitu Apotek atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) (Menteri Kesehatan RI, 2011). SIPA dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. SIPA dapat dibatalkan demi hukum apabila pekerjaan kefarmasian dilakukan pada tempat yang tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin. Untuk mendapatkan SIPA, apoteker harus memiliki (Presiden RI, 2009a): a. Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA); b. Tempat atau ada tempat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian atau fasilitas kesehatan yang memiliki izin; dan c. Rekomendasi dari organisasi profesi. Tugas dan kewajiban apoteker di apotek adalah sebagai berikut: a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku; b. Mengatur, melaksanakan, dan mengawasi administrasi; c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset, mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin; dan d. Melakukan pengembangan usaha apotek. Wewenang dan tanggung jawab APA meliputi (Said, 2012): a. Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan; b. Menentukan sistem (peraturan) terhadap seluruh kegiatan;

30 16 c. Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan; dan d. Bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai. 2.9 Pelanggaran Apotek Kegiatan yang termasuk dalam pelanggaran berat apotek, yaitu sebagai berikut: a. Melakukan kegiatan tanpa ada tenaga teknis farmasi; b. Terlibat dalam penyaluran atau penyimpanan obat palsu atau gelap; c. Pindah alamat apotek tanpa izin; d. Menjual narkotika tanpa resep dokter; e. Kerja sama dengan PBF dalam menyalurkan obat kepada pihak yang tidak berhak dalam jumlah besar; dan f. Tidak menunjuk Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti pada waktu APA keluar daerah selama tiga bulan berturut-turut. Kegiatan yang termasuk dalam pelanggaran ringan apotek, yaitu sebagai berikut: a. Tidak menunjuk Apoteker Pendamping pada waktu APA tidak dapat hadir pada jam buka apotek; b. Mengubah denah apotek tanpa izin; c. Menjual obat daftar G kepada yang tidak berhak; d. Melayani resep yang tidak jelas dokternya; e. Menyimpan obat rusak, tidak mempunyai penandaan atau belum dimusnahkan; f. Obat dalam kartu stok tidak sesuai dengan jumlah yang ada; g. Salinan resep yang tidak ditanda tangani oleh apoteker; h. Melayani salinan resep narkotika dari apotek lain; i. Lemari narkotika tidak memenuhi syarat; j. Resep narkotika tidak dipisahkan; k. Buku harian narkotika tidak diisi atau tidak bisa dilihat atau diperiksa; dan l. Tidak mempunyai atau tidak mengisi kartu stok hingga tidak dapat diketahui dengan jelas asal-usul obat tersebut.

31 17 Sanksi pidana berupa denda maupun hukuman penjara diberikan bila terdapat pelanggaran terhadap: a. Undang-Undang Obat Keras (St No. 541); b. Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009; c. Undang-Undang Narkotika No. 35 tahun 2009; dan e. Undang-Undang Psikotropika No. 5 tahun Pencabutan Surat Izin Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/MENKES/SK/X/2002 pasal 25 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat wajib melaporkan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek dalam jangka waktu setahun sekali kepada Menteri Kesehatan dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut surat izin apotek apabila: a. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. Sediaan farmasi yang sudah dikatakan tidak bermutu baik atau karena sesuatu hal tidak dapat dan dilarang untuk digunakan, seharusnya dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri; b. Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus; c. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang No. 9 tahun 1976 tentang Narkotika yang telah direvisi menjadi Undang-undang No. 35 tahun 2009, Undang-Undang Obat Keras No. St No. 541, Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan yang telah direvisi menjadi Undang-undang No. 36 tahun d. Surat Izin Praktik Apoteker Pengelola Apotek dicabut; e. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat; dan

32 18 f. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan harus berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan setelah dikeluarkan: a. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan dengan menggunakan contoh Formulir APT-12; dan b. Pembekuan izin Apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan contoh Formulir APT-13. Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam poin (b) di atas, dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini dengan menggunakan contoh formulir APT-14. Pencairan Izin Apotek dimaksud di atas dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti tata cara sebagai berikut: a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek; b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci; dan c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam poin (a).

33 Pengelolaan Apotek Seluruh upaya dan kegiatan apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek disebut pengelolaan apotek. Pengelolaan apotek dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: a. Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, penyerahan obat atau bahan obat, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada masyarakat, pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1993c); dan b. Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, personalia, pelayanan komoditas selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1993c). Secara garis besar pengelolaan apotek dapat dijabarkan sebagai berikut: Pengelolaan Perbekalan Farmasi a. Perencanaan Kegiatan yang termasuk dalam proses perencanaan adalah pemilihan jenis, jumlah, dan harga dalam rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, serta menghindari kekosongan obat. Dalam perencanaan pengadaan sediaan farmasi seperti obat-obatan dan alat kesehatan, maka perlu dilakukan pengumpulan data obat-obatan yang akan dipesan. Data obat-obatan tersebut biasanya ditulis dalam buku defekta, yaitu jika barang habis atau persediaan menipis berdasarkan jumlah barang yang tersedia pada bulanbulan sebelumnya. Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan APA di dalam melaksanakan perencanaan pemesanan barang, yaitu memilih Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang memberikan keuntungan dari segala segi, misalnya harga yang ditawarkan sesuai, ketepatan waktu pengiriman, diskon dan bonus yang diberikan

34 20 sesuai, jangka waktu kredit yang cukup, serta kemudahan dalam pengembalian obat-obatan yang hampir kadaluarsa. Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek maka dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu memperhatikan: 1) Pola penyakit, maksudnya adalah perlu memperhatikan dan mencermati pola penyakit yang timbul di sekitar masyarakat sehingga apotek dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tentang obat-obat untuk penyakit tersebut; 2) Tingkat perekonomian masyarakat di sekitar apotek juga akan mempengaruhi daya beli terhadap obat-obatan; dan 3) Budaya masyarakat dimana pandangan masyarakat terhadap obat, pabrik obat, bahkan iklan obat dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan obat-obatan khususnya obat-obatan tanpa resep. Demikian juga dengan budaya masyarakat yang lebih senang berobat ke dokter, maka apotek perlu memperhatikan obatobat yang sering diresepkan oleh dokter tersebut. b. Pengadaan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 918/Menkes/Per/X/1993 tentang Pedagang Besar Farmasi (PBF), menyebutkan bahwa pabrik farmasi dapat menyalurkan produksinya langsung ke PBF, apotek, toko obat, apotek rumah sakit, dan sarana kesehatan lain. Pengadaan barang di apotek meliputi pemesanan dan pembelian. Pembelian barang dapat dilakukan secara langsung ke produsen atau melalui PBF. Proses pengadaan barang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: 1) Tahap persiapan, dilakukan dengan cara mengumpulkan data barang-barang yang akan dipesan dari buku defekta, termasuk obat baru yang ditawarkan pemasok; dan 2) Pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP), minimal dibuat 2 lembar (untuk pemasok dan arsip apotek) dan ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIPA. Pengadaan atau pembelian barang di apotek dapat dilakukan dengan cara antara lain (Anief, 2001):

35 21 1) Pembelian dalam jumlah terbatas yaitu pembelian dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam waktu pendek, misalnya satu minggu. Pembelian ini dilakukan bila modal terbatas dan PBF berada dalam jarak tidak jauh dari apotek, misalnya satu kota dan selalu siap untuk segera mengirimkan obat yang dipesan; 2) Pembelian berencana dimana metode ini erat hubungannya dengan pengendalian persediaan barang. Pengawasan stok obat atau barang dagangan penting sekali, untuk mengetahui obat yang fast moving atau slow moving, hal ini dapat dilihat pada kartu stok. Selanjutnya dilakukan perencanaan pembelian sesuai dengan kebutuhan; dan 3) Pembelian secara spekulasi merupakan pembelian dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan, dengan harapan akan ada kenaikan harga dalam waktu dekat atau karena ada diskon atau bonus. Pola ini dilakukan pada waktu-waktu tertentu jika diperkirakan akan terjadi peningkatan permintaan. Meskipun apabila spekulasinya benar akan mendapat keuntungan besar, tetapi cara ini mengandung resiko obat akan rusak atau kadaluarsa. c. Penyimpanan Obat dengan bentuk sediaan padat, sediaan cair, atau setengah padat disimpan secara terpisah. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari zat-zat yang bersifat higroskopis. Serum, vaksin, dan obat-obat yang mudah rusak atau meleleh pada suhu kamar disimpan dalam lemari pendingin. Penyusunan obat dapat dilakukan secara alfabetis untuk mempermudah dan mempercepat pengambilan obat saat diperlukan. Pengaturan pemakaian barang di apotek sebaiknya menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out) sehingga obat-obat yang mempunyai waktu kadaluarsa lebih singkat disimpan paling depan dan memungkinkan diambil terlebih dahulu.

36 Pengelolaan Keuangan Laporan keuangan yang biasa dibuat di apotek adalah: a. Laporan Rugi-Laba Laporan yang menyajikan informasi tentang pendapatan, biaya, laba atau rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu disebut laporan laba-rugi. Laporan rugi-laba biasanya berisi hasil penjualan, HPP (persediaan awal + pembelian - persediaan akhir), laba kotor, biaya operasional, laba bersih usaha, laba bersih sebelum pajak, laba bersih setelah pajak, pendapatan non usaha, dan pajak. b. Neraca Laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada waktu tertentu disebut laporan neraca. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban yang disebut pasiva, atau dengan kata lain aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut. Oleh karena itu, dapat dilihat dalam neraca bahwa jumlah aktiva akan sama besar dengan pasiva. Aktiva dikelompokkan dalam aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar berisi kas, surat-surat berharga, piutang, dan persediaan. Aktiva tetap dapat berupa gedung atau tanah, sedangkan pasiva dapat berupa hutang dan modal. c. Laporan Hutang-Piutang Laporan yang berisi utang yang dimiliki apotek pada periode tertentu dalam satu tahun disebut laporan hutang, sedangkan laporan piutang berisikan piutang yang ditimbulkan karena transaksi yang belum lunas dari pihak lain kepada pihak apotek Administrasi Kegiatan yang biasa dilakukan dalam proses administrasi apotek meliputi: a. Administrasi umum, kegiatannya meliputi, membuat agenda atau mengarsipkan surat masuk dan surat keluar, pembuatan laporan-laporan seperti, laporan narkotika dan psikotropika, pelayanan resep dengan harganya, pendapatan, alat dan obat KB, obat generik, dan lain-lain; b. Pembukuan meliputi pencatatan keluar dan masuknya uang disertai bukti-bukti pengeluaran dan pemasukan;

37 23 c. Administrasi penjualan meliputi pencatatan pelayanan obat resep, obat bebas, dan pembayaran secara tunai atau kredit; d. Administrasi pergudangan meliputi, pencatatan penerimaan barang, masingmasing barang diberi kartu stok, dan membuat defekta; e. Administrasi pembelian meliputi pencatatan pembelian harian secara tunai atau kredit dan asal pembelian, mengumpulkan faktur secara teratur. Selain itu dicatat kepada siapa berhutang dan masing-masing dihitung besarnya hutang apotek; f. Administrasi piutang, meliputi pencatatan penjualan kredit, pelunasan piutang, dan penagihan sisa piutang; dan g. Administrasi kepegawaian dilakukan dengan mengadakan absensi karyawan, mencatat kepangkatan, gaji, dan pendapatan lainnya dari karyawan Pelayanan Apotek Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 yang telah diperbarui dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/MENKES/SK/X/2002 yang meliputi: a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek, sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat; b. Apotek wajib menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan yang bermutu baik dan absah; c. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten. Namun resep dengan obat paten boleh diganti dengan obat generik; d. Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat mengikuti ketentuan yang berlaku, dengan membuat berita acara. Pemusnahan ini dilakukan dengan cara dibakar atau dengan ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Balai Besar POM; e. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih

38 24 tepat; f. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat; g. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau membubuhkan tandatangan yang lazim di atas resep; h. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker; i. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu 3 tahun; j. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku; dan k. Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Pelayanan Resep Menurut Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan SK No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 (Departemen Kesehatan RI, 2008), pelayanan resep meliputi: a. Skrining Resep Apoteker melakukan kegiatan skrining resep yang meliputi: 1) Memeriksa kelengkapan persyaratan administrasi: nama dokter, nomor SIP, alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, nama pasien, alamat pasien, umur pasien, jenis kelamin pasien, dan berat badan pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian yang jelas dan informasi lainnya; 2) Memeriksa kesesuaian farmasetik seperti bentuk sediaan, dosis, inkompatibilitas, stabilitas, cara, lama pemberian; dan

39 25 3) Melakukan pertimbangan klinis seperti adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan. b. Penyiapan Obat Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas, dan memberikan etiket pada wadah. Suatu prosedur tetap harus dibuat untuk melaksanakan peracikan obat, dengan memperhatikan dosis, jenis, dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Etiket harus jelas dan dapat dibaca.obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep harus dilakukan sebelum obat diserahkan kepada pasien. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien. c. Informasi Obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini, informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, jangka waktu pengobatan, cara penyimpanan obat, aktifitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. d. Konseling Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan. e. Monitoring Penggunaan Obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya.

40 26 Menurut Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan SK No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 (Departemen Kesehatan RI, 2008), penyimpanan dan pemusnahan resep meliputi:: a. APA mengatur resep yang telah dikerjakan menurut urutan tanggal dan nomor urut penerimaan resep dan harus disimpan sekurang-kurangnya selama tiga tahun; b. Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya; c. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu penyimpanan, dapat dimusnahkan; d. Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai oleh APA bersama-sama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotek; dan e. Pada pemusnahan resep, harus dibuat berita acara pemusnahan sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dan dibuat rangkap empat serta ditandatangani oleh APA dan petugas apotek Promosi dan Edukasi Apoteker harus memberikan edukasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan, dengan memilihkan obat yang sesuai. Apoteker juga harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi antara lain dengan penyebaran leaflet atau brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lain Pelayanan Residensial (Home Care) Apoteker sebagai pemberi pelayanan (care giver) diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lanjut usia (lansia) dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).

41 Pelayanan Swamedikasi Pengobatan sendiri (swamedikasi) adalah tindakan mengobati diri sendiri dengan obat tanpa resep (golongan obat bebas dan bebas terbatas) yang dilakukan secara tepat guna dan bertanggung jawab. Hal ini mengandung makna bahwa walaupun digunakan untuk diri sendiri, pengobatan sendiri harus dilakukan secara rasional. Ini berarti bahwa tindakan pemilihan dan penggunaan produk bersangkutan sepenuhnya merupakan tanggung jawab bagi para penggunanya. Penggunaan obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek (OWA) dalam pengobatan sendiri (swamedikasi) harus mengikuti prinsip penggunaan obat secara aman dan rasional. Pelaksanaan swamedikasi yang bertanggung jawab membutuhkan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat, dan kualitasnya, serta membutuhkan pemilihan obat yang tepat sesuai dengan indikasi penyakit dan kondisi pasien. Apoteker mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan bantuan, nasehat dan petunjuk kepada masyarakat yang ingin melakukan swamedikasi, agar dapat masyarakat dapat melakukan swamedikasi secara bertanggung jawab. Apoteker harus dapat menekankan kepada pasien, bahwa walaupun dapat diperoleh tanpa resep dokter, namun penggunaan obat bebas, obat bebas terbatas, dan OWA tetap dapat menimbulkan bahaya dan efek samping yang tidak dikehendaki jika dipergunakan secara tidak semestinya. Dalam pelaksanaan swamedikasi, apoteker memiliki dua peran yang sangat penting, yaitu menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya serta memberikan informasi yang dibutuhkan atau memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya agar obat digunakan secara aman, tepat dan rasional. Pemberian informasi dilakukan terutama dalam mempertimbangkan: a. Ketepatan penentuan indikasi atau penyakit. b. Ketepatan pemilihan obat yang efektif, aman, dan ekonomis. c. Ketepatan dosis dan cara penggunaan obat. Satu hal yang sangat penting dalam informasi swamedikasi adalah meyakinkan agar produk yang digunakan tidak berinteraksi negatif dengan produkproduk yang sedang digunakan pasien. Selain itu, apoteker juga diharapkan dapat memberikan petunjuk kepada pasien bagaimana memonitor penyakitnya dan kapan

42 28 harus menghentikan pengobatannya atau kapan harus berkonsultasi kepada dokter. Informasi yang perlu disampaikan oleh apoteker pada masyarakat dalam pelaksanaan swamedikasi antara lain: a. Khasiat obat Apoteker perlu menerangkan dengan jelas khasiat obat yang bersangkutan, sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan kesehatan yang dialami pasien. b. Kontraindikasi Pasien perlu diberi tahu dengan jelas kontraindikasi dari obat yang diberikan,agar tidak menggunakannya jika memiliki kontraindikasi dimaksud. c. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada) Pasien juga perlu diberi informasi tentang efek samping yang mungkin muncul dan apa yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya. d. Cara pemakaian Cara pemakaian harus disampaikan secara jelas kepada pasien untuk menghindari salah pemakaian, apakah ditelan, dihirup, dioleskan, dimasukkan melalui anus, atau cara lain. e. Dosis Dosis harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan pasien. Apoteker dapat menyarankan dosis sesuai dengan yang disarankan oleh produsen (sebagaimana petunjuk pemakaian yang tertera di etiket) atau dapat menyarankan dosis lain sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. f. Waktu pemakaian Waktu pemakaian juga harus diinformasikan dengan jelas kepada pasien, misalnya sebelum atau sesudah makan atau saat akan tidur. g. Lama penggunaan Lama penggunaan obat juga harus diinformasikan kepada pasien, agar pasien tidak menggunakan obat secara berkepanjangan karena penyakitnya belum hilang atau sudah memerlukan pertolongan dokter. h. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu bersamaan. i. Hal apa yang harus dilakukan jika lupa meminum obat.

43 29 j. Cara penyimpanan obat yang baik. k. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa. l. Cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak. Selain itu, apoteker juga perlu memberi informasi kepada pasien tentang obat generik yang memiliki khasiat sebagaimana yang dibutuhkan, serta keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan obat generik. Hal ini penting dalam pemilihan obat yang selayaknya harus selalu memperhatikan aspek farmakoekonomi dan hak pasien. Selain konseling dalam farmakoterapi, apoteker juga memiliki tanggung jawab lain yang lebih luas dalam swamedikasi. Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh IPF (International Pharmaceutical Federation) dan WMI (World Self-Medication Industry) tentang swamedikasi yang bertanggung jawab (Responsible Self-Medication) dinyatakan sebagai berikut: a. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan nasehat dan informasi yang benar, cukup dan objektif tentang swamedikasi dan semua produk yang tersedia untuk swamedikasi. b. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk merekomendasikan kepada pasien agar segera mencari nasehat medis yang diperlukan, apabila dipertimbangkan swamedikasi tidak mencukupi. c. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan laporan kepada lembaga pemerintah yang berwenang, dan untuk menginformasikan kepada produsen obat yang bersangkutan, mengenai efek yang tidak dikehendaki (adverse reaction) yang terjadi pada pasien yang menggunakan obat tersebut dalam swamedikasi. d. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk mendorong anggota masyarakat agar memperlakukan obat sebagai produk khusus yang harus dipergunakan dan disimpan secara hati-hati, dan tidak boleh dipergunakan tanpa indikasi yang jelas Pelayanan Obat Wajib Apotek (OWA) Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/MENKES/PER/X/1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

44 30 a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orangtua di atas 65 tahun; b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit; c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan; d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia; dan e. Obat dimaksud memiliki resiko khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Obat Wajib Apotek (OWA) yaitu obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter (Menteri Kesehatan RI, 1990). Apoteker di apotek dalam melayani pasien yang memerlukan obat, wajib: a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien sesuai dengan yang disebutkan dalam daftar obat wajib apotek; b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan; dan c. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping, dan hal-hal lain yang perlu diperhatikan oleh pasien. Obat yang termasuk dalam OWA ditetapkan oleh Menteri Kesehatan (Menteri Kesehatan RI, 1990; Menteri Kesehatan RI, 1993d; Menteri Kesehatan RI, 1993e). Obat-obat yang termasuk ke dalam daftar obat wajib apotek no. 1 antara lain (Menteri Kesehatan RI, 1990): a. Obat kontrasepsi oral, baik tunggal maupun kombinasi. b. Obat saluran cerna, yang terdiri dari : 1) Antasida + sedativ/spasmodik 2) Anti spasmodik 3) Spasmodik+analgesik 4) antimual 5) Laksan c. Obat mulut dan tenggorokan d. Obat saluran napas

45 31 e. Obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular, yang terdiri dari : 1) Analgetik 2) Antihistamin f. Antiparasit yang terdiri dari obat cacing. g. Obat topikal untuk kulit yang terdiri dari : 1) Semua salep/krim antibiotik 2) Semua salep/krim kortikosteroid 3) Semua salep/krim/gel antiinflamasi nonsteroid (AINS) 4) Antijamur 5) Antiseptik lokal 6) Enzim antiradang topikal 7) Pemutih kulit Sedangkan untuk obat-obat yang termasuk ke dalam daftar obat wajib apotek no. 2 dapat dilihat pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 924/Menkes/PER/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 2 dan untuk obatobat yang termasuk ke dalam daftar obat wajib apotek no. 3 dapat dilihat pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1176/Menkes/PER/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek Pengelolaan Narkotika Narkotika merupakan bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, namun menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama. Pengendalian dan pengawasan narkotika, di Indonesia merupakan wewenang Badan POM. Untuk mempermudah pengendalian dan pengawasan narkotika maka pemerintah Indonesia hanya memberikan izin kepada PT Kimia Farma (Persero) Tbk. untuk mengimpor bahan baku, memproduksi sediaan dan mendistribusikan narkotika di seluruh Indonesia. Hal tersebut dilakukan mengingat narkotika adalah bahan berbahaya yang penggunaannya dapat disalahgunakan. Secara garis besar pengelolaan narkotika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan dan pemusnahan (Said, 2012).

46 32 1. Pemesanan Narkotika Untuk memudahkan pengawasan maka apotek hanya dapat memesan narkotika ke PBF PT. Kimia Farma dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) khusus narkotika, yang ditandatangani oleh APA, dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIPA dan SIA. Surat pesanan terdiri dari empat rangkap. Surat pesanan narkotika dilengkapi dengan nama dan tanda tangan APA, nomor Surat Izin Apotek (SIA), tanggal dan nomor surat, alamat lengkap dan stempel apotek. Satu surat pesanan hanya untuk satu jenis narkotika. 2. Penyimpanan Narkotika Apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika dan harus dikunci dengan baik. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Menteri Kesehatan RI, 1978): a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat; b. Harus mempunyai kunci yang kuat; c. Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan: bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika, sedangkan bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika yang dipakai sehari-hari; d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm maka lemari tersebut harus dibaut melekat pada tembok atau lantai; e. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan; f. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang dikuasakan; dan g. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum. 3. Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika Prosedur tetap pelayanan resep yang mengandung narkotika, yaitu sebagai berikut (Departemen Kesehatan RI, 2008): a. Skrining resep 1) Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi;

47 33 2) Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmaseutik yaitu: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian; 3) Mengkaji pertimbangan klinis yaitu : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain); 4) Narkotik hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli rumah sakit, puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter. Salinan resep narkotika dalam tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali; 5) Salinan resep narkotik yang baru dilayani sebagian atau yang belum dilayani sama sekali hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli; dan 6) Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan. b. Penyiapan Resep 1) Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep; 2) Untuk obat racikan apoteker menyiapkan obat jadi yang mengandung narkotika atau menimbang bahan baku narkotika; 3) Menutup dan mengembalikan wadah obat pada tempatnya; 4) Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai dengan permintaan dalam resep; dan 5) Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali jenis dan jumlah obat sesuai permintaan dalam resep. c. Penyerahan Obat 1) Melakukan pemeriksaan akhir kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep sebelum dilakukan penyerahan; 2) Memanggil nama dan nomor tunggu pasien; 3) Mengecek identitas dan alamat pasien yang berhak menerima; 4) Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat; 5) Menanyakan dan menuliskan alamat / nomor telepon pasien dibalik resep; dan 6) Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikannya.

48 34 Hal yang harus diperhatikan dalam pelayanan resep yang mengandung narkotika antara lain: a. Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan atau ilmu pengetahuan; b. Narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter; c. Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar salinan resep dokter; d. Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika, walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali; e. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli; dan f. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Dengan demikian dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resepresep yang mengandung narkotika. 4. Pelaporan Narkotika Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan bahwa apotek wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Pelaporan penggunaan narkotika telah dikembangkan dalam bentuk perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2006 oleh Kementerian Kesehatan. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan (Puskesmas, Rumah Sakit dan Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotadengan menggunakan pelaporan elektronik selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke tingkat yang lebih tinggi (Dinkes Provinsi dan Dit jen Binfar dan Alkes) melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet. Namun, penerapan undang-undang ini belum dilaksanakan secara menyeluruh di Indonesia.

49 35 5. Pemusnahan Narkotika APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan. Apoteker Pengelola Apotek dan dokter yang memusnahkan narkotika harus membuat Berita Acara Pemusnahan Narkotika yang sekurang-kurangnya memuat (Menteri Kesehatan RI, 1978): a. Nama, jenis, sifat, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan; b. Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukan pemusnahan; c. Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang menyaksikan pemusnahan; dan d. Cara pemusnahan dibuat Berita Acara Pemusnahan Narkotika dikirim kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Balai POM. Pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penyimpanan dan pelaporan narkotika dapat dikenai sanksi administratif oleh Menteri Kesehatan yang berupa: teguran, peringatan, denda administratif, penghentian sementara kegiatan atau pencabutan izin Pengelolaan Psikotropika Ruang lingkup pengaturan psikotropika adalah segala hal yang berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika yaitu: a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan. b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika. c. Memberantas peredaran gelap psikotropika. Secara garis besar pengelolaan psikotropika meliputi: a. Pemesanan Psikotropika Kegiatan ini memerlukan surat pesanan (SP), dimana satu SP bisa digunakan untuk beberapa jenis obat. Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan pasien dengan resep dokter. Tata cara pemesanan adalah dengan menggunakan SP yang ditandatangani oleh APA dilengkapi dengan nama

50 36 jelas, stempel apotek, nomor SIPA dan SIA. Surat pesanan dibuat rangkap 3, dua lembar untuk PBF dan 1 lembar untuk arsip apotek. Satu SP untuk beberapa jenis obat psikotropika. b. Penyimpanan Psikotropika Kegiatan ini belum diatur oleh perundang-undangan, namun karena kecenderungan penyalahgunaan psikotropika, maka disarankan untuk obat golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus. c. Pelaporan Psikotropika Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan pemakaiannya setiap bulan. Laporan ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Balai Besar POM setempat, Dinas Kesehatan Provinsi setempat, dan 1 salinan untuk arsip. d. Pemusnahan Psikotropika Kegiatan ini dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika wajib dibuat Berita Acara dan dikirim kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Balai POM Pelayanan Informasi Obat Pekerjaan kefarmasian di apotek tidak hanya pada pembuatan, pengolahan, pengadaan, dan penyimpanan perbekalan farmasi, tetapi juga pada pelayanan informasi obat (PIO). Tujuan diselenggarakannya PIO di apotek adalah demi tercapainya penggunaan obat yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen (dosis, cara, waktu, dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada efek samping. Dalam memberikan informasi obat, hendaknya seorang apoteker mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Mandiri, artinya bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak lain yang

51 37 dapat mengakibatkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektif; b. Objektif, artinya memberikan informasi dengan sejelas-jelasnya mengenai suatu produk obat tanpa dipengaruhi oleh berbagai kepentingan; c. Seimbang, artinya informasi diberikan setelah melihat dari berbagai sudut pandang yang mungkin berlawanan; d. Ilmiah, artinya informasi berdasarkan sumber data atv-au referensi yang dapat dipercaya; dan e. Berorientasi pada pasien, maksudnya informasi tidak hanya mencakup informasi produk seperti ketersediaan, kesetaraan generik, tetapi juga harus mencakup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien. Peran apoteker di apotek dalam pemberian informasi obat kepada pasien, dokter, maupun tenaga medis lainnya sangat penting, mengingat apotek sebagai sarana kesehatan masyarakat yang melayani masyarakat dengan cara memberikan obat sesuai dengan kebutuhan pasien atau resepnya. Pelaksanaan pelayanan informasi obat di apotek bertujuan agar obat dapat digunakan pasien secara rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen, tepat obat, serta waspada terhadap efek samping obat. Oleh karena itu, dibutuhkan peran aktif apoteker di apotek untuk memberikan informasi obat kepada pasien, dokter serta tenaga medis lain yang terlibat di apotek.

52 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK SAMMARIE BASRA 3.1 Sejarah Singkat Apotek SamMarie Basra berdiri pada tanggal 7 Desember 2005, berdasarkan atas akta notaris Herawati, SH., No. 7 tahun Apotek SamMarie Basra di bawah naungan SamMarie Healthcare Group. 3.2 Lokasi, Bangunan, dan Tata Ruang Apotek Apotek SamMarie Basra ini awalnya berlokasi di lantai 1 Gedung Samudra, dan saat ini berlokasi di lantai dasar gedung Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) SamMarie Basra Jalan Basuki Rachmat No. 31 Jakarta Timur. Apotek berada di pinggir jalan dua arah, yang dilalui oleh kendaraan umum, sehingga mudah dijangkau oleh pasien dengan kendaraan umum serta memiliki halaman parkir yang cukup luas untuk kendaraan pribadi. Lokasi apotek dapat dilihat pada Lampiran 1. Bangunan Apotek memilik satu lantai yang terdiri dari ruang tunggu, tempat penerimaan resep dan penjualan obat, ruang peracikan, penyimpanan obat, alkes dan arsip, serta wastafel. Loket kasir, tempat istirahat pegawai dan toilet digunakan bersama dengan RSIA SamMarie Basra. Desain apotek dapat dilihat pada Lampiran 2. dan Lampiran 3., sedangkan denah apotek dapat dilihat pada Lampiran 4. Apotek memiliki ruang peracikan yang terpisah dengan ruang tunggu sehingga terhindar dari pandangan langsung konsumen. Ruang peracikan cukup luas sehingga karyawan dapat leluasa bergerak. Ruang tunggu apotek tidak terlalu besar karena biasanya pasien menunggu di ruangan tunggu RSIA. 3.3 Struktur Organisasi Pemilik Sarana Apotek (PSA) ini adalah PT. SamMarie Primafiat yang dikelola oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan di Apotek. Agar manajemen apotek 38

53 39 dapat berlangsung dengan baik dan mendapatkan hasil yang maksimal, suatu apotek harus mempunyai struktur organisasi serta pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas. Apotek mempunyai beberapa orang karyawan dengan rincian sebagai berikut (dapat dilihat pada Lampiran 10.). Tenaga Teknis Farmasi yang terdapat di dalam Apotek SamMarie Basra yaitu terdiri dari : a. Apoteker Pengelola Apotek : 1 orang b. Asisten Apoteker : 5 orang Tenaga kerja di Apotek SamMarie Basra secara bergantian bekerja berdasarkan shift-shift yang telah dibagi, yaitu shift utama: shift pagi (pukul s.d WIB); shift siang (pukul s.d WIB); shift malam (pukul s.d WIB) dan shift tambahan: shift middle (pukul s.d WIB) dan shift sore (pukul s.d WIB). Adapun tugas dan fungsi tiap karyawan yang ada di apotek SamMarie Basra adalah sebagai berikut: a. APA (Apoteker Pengelola Apotek) Tugas dan tanggung jawab APA sebagai berikut: 1) Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan fungsinya (apotek sebagai tempat pengabdian profesi) dan memenuhi segala keperluan perundang-undangan di bidang perapotekan yang berlaku. 2) Memimpin seluruh kegiatan manajerial apotek termasuk mengkoordinasikan dan mengawasi dinas kerja Asisten Apoteker (AA) antara lain mengatur daftar giliran kerja, menetapkan pembagian beban kerja, dan tanggung jawab masingmasing karyawan. 3) Bertanggung jawab terhadap kelancaran administrasi dan penyimpanan dokumen penting. 4) Memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien untuk mendukung penggunaan obat yang rasional. 5) Melaksanakan pelayanan swamedikasi. 6) Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan.

54 40 b. Asisten Apoteker Tugas dan fungsi AA sebagai berikut: 1) Mendata keperluan barang. 2) Mengatur, mengawasi, dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat di ruang peracikan. 3) Memberi harga-harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa kelengkapan resep. 4) Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan menyerahkan obat. 5) Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan. 6) Mencatat keluar masuk barang. 7) Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai kadaluarsa. 8) Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang masuk setiap harinya. 9) Membuat salinan resep bila diperlukan. 3.4 Kegiatan di Apotek Pengadaan atau pembelian perbekalan farmasi, penyimpanan barang, pembuatan obat racikan, dan penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan di apotek Pengadaan/Pembelian Perbekalan Farmasi Apoteker Pengelola Apotek dan AA membuat surat pesanan (SP) untuk melakukan pengadaan perbekalan farmasi yang dilaksanakan melalui pembelian secara kredit dan dibayar satu kali setiap bulan, yaitu 30 hari setelah pemesanan. Sebelum dilakukan pengadaan obat, terlebih dahulu dilakukan perencanaan pengadaan obat berdasarkan kebutuhan dan berdasarkan buku defecta. SamMarie Healthcare Group memiliki unit usaha berupa Pedagang Besar Farmasi (PBF),

55 41 yaitu PT. SamMarie Tramedifa. Barang-barang yang dipesan, kemudian diantar dan disertai dengan faktur sebagai tanda bukti penyerahan barang. Untuk pemesanan cito disampaikan melalui telepon dimana SP menyusul ketika barang diantar. Barang yang diterima, diperiksa keadaan fisiknya, tanggal kadaluarsa, jenis, dan jumlah barang sesuai dengan yang tertera pada faktur dan SP. Asisten Apoteker atau APA akan menandatangani faktur barang yang diterima apabila barang yang diterima sesuai dengan pesanan. Faktur asli diberikan kepada distributor dan lembar kopinya disimpan. Bila sudah cocok dengan faktur maka barang yang diterima dimasukkan datanya ke komputer dan kartu stok. Alur pemesanan obat di Apotek SamMarie Basra dapat dilihat di Lampiran 11. Adapun contoh surat pesanan dan faktur pembelian dapat dilihat pada Lampiran 12. dan Lampiran Penyimpanan dan Pengeluaran Barang Barang diterima disimpan berdasarkan bentuk sediaan dan alfabetis dengan sistem FIFO (First in First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Setiap jenis obat yang disimpan disertai dengan kartu stok (contoh kartu stok dapat dilihat pada Lampiran 14.). Obat bebas, obat bebas terbatas, suplemen makanan, Over the Counter (OTC), dan beberapa alat kesehatan diletakkan di etalase. Obat keras (generik dan paten) diletakkan pada lemari dalam, sedangkan narkotika dan psikotropika disimpan di lemari khusus. Obat yang membutuhkan penyimpanan khusus pada suhu rendah, disimpan dalam lemari pendingin Penjualan Kegiatan penjualan yang dilakukan meliputi pelayanan resep, penjualan obat bebas dan alat kesehatan. Pelayanan resep dokter terdiri dari resep yang dibayar tunai dan resep yang dibayar kredit melalui kasir RSIA. a. Penjualan Resep yang dibayar tunai. Permintaaan obat tertulis dari dokter untuk pasien dan dibayar secara tunai disebut sebagai penjualan resep yang dibayar tunai. b. Penjualan Resep yang dibayar kredit. Permintaaan obat tertulis dari dokter untuk pasien dan dibayar tidak secara tunai disebut sebagai penjualan resep yang dibayar kredit.

56 42 Pasien melakukan pembayaran melalui jasa perusahaan asuransi yang pembayarannya secara berjangka, berdasarkan perjanjian yang telah disetujui bersama. Tagihan dibebankan kepada perusahaan yang bersangkutan. Apotek mengadakan kerja sama dengan empat belas perusahaan asuransi di antaranya Admedika, Gami medilum, Medika Plaza, PT. Interpay Kalindo, dan lain-lain. c. Penjualan OTC. Barang yang dijual tanpa resep dokter disebut penjualan OTC, dan meliputi obat bebas dan obat bebas terbatas,obat tradisional, kosmetika, perlengkapan bayi, dan alat kesehatan. 3.5 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika Pengelolaan obat golongan narkotika dan psikotropika memerlukan pengawasan yang khusus. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya penyalahgunaan yang dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya, tidak saja bagi pengguna tetapi juga bagi masyarakat lainnya. Pengelolaan terhadap narkotika dan psikotropika meliputi : Pengadaan Narkotika dan Psikotropika Pembelian narkotika pada Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma sebagai distributor tunggal, pembelian tersebut dilakukan dengan menggunakan surat pesanan narkotika rangkap 4 dimana satu surat pesanan hanya berlaku untuk 1 jenis narkotika dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIPA, nomor SIA, jabatan, alamat rumah, nama apotek serta stempel apotek. Pada pesanan psikotropika dapat dilakukan pada Pedagang Besar Farmasi resmi khususnya untuk penyaluran psikotropika rangkap 3 dengan menggunakan surat pesanan psikotropika. Contoh Surat Pesanan Narkotika dan Psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 15. dan Lampiran 16.

57 Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika Tempat untuk menyimpan narkotika dan psikotropika berupa lemari khusus yang saling terpisah satu sama lain dengan kunci yang berbeda. Baik lemari khusus untuk menyimpan narkotika maupun lemari khusus untuk menyimpan psikotropika, masing-masing lemari khusus tersebut terbuat dari kayu yang ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum dengan kunci yang kuat yang disimpan khusus dalam lemari obat oleh APA. Lemari khusus penyimpanan narkotika maupun lemari khusus penyimpanan psikotropika, tidak digunakan untuk menyimpan obat atau barang lain selain narkotika dan psikotropika. Lemari khusus penyimpanan narkotika dan psikotropika dapat dilihat pada Lampiran Pelayanan Resep Narkotika dan Psikotropika Apotek hanya melayani resep yang mengandung narkotika dari resep asli atau salinan resep yang berasal dari apotek SamMarie Basra yang belum dilayani. Narkotika yang dikeluarkan dicatat dalam software pemakaian narkotika untuk laporan penggunaan narkotika. Untuk psikotropika yang dipakai juga dicatat dalam software pemakaian psikotropika Laporan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika Setiap bulan, apotek wajib membuat laporan narkotika berdasarkan pemasukan dan pengeluaran narkotika yang tercatat di buku harian penggunaan narkotika. Data pemasukan dan pengeluaran narkotika serta psikotropika di masukkan ke dalam sebuah software khusus. Hasil data laporan dikirim ke Seksi Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Jakarta Timur dalam bentuk softcopy dengan tembusan ke Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan dalam bentuk hardcopy. Contoh laporan penggunaan narkotik dan psikotropik dapat dilihat pada Lampiran 17. dan Lampiran 18.

58 BAB 4 PEMBAHASAN Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya praktik kefarmasian oleh apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (Presiden RI, 2009a). Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu bagian dari sistem pelayanan kesehatan untuk membantu mewujudkan tercapainya kesehatan yang paripurna pada seluruh masyarakat Indonesia. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula berorientasi pada pengelolaan obat sebagai komoditas (drug oriented) telah berubah orientasi menjadi pelayanan komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (patient oriented) pasien (Menteri Kesehatan RI, 2004). Sebagai salah satu sarana pelayanan kefarmasian maka apotek juga harus melakukan segala kegiatannya dengan orientasi terhadap pasien. Namun, sebagai suatu badan usaha, sebuah apotek juga harus berusaha untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal agar kelangsungan operasional apotek dapat berjalan. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa apotek memiliki dua fungsi, yaitu fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Pada dasarnya, komoditas bisnis apotek adalah sediaan farmasi yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia (konsumen) sehingga pemerintah mewajibkan bahwa penanggung jawab di apotek haruslah seorang apoteker yang telah memperoleh Surat Izin Apotek (SIA). Hal ini bertujuan agar pengelolaan sediaan farmasi tersebut dapat dilakukan sesuai ilmu kefarmasian yang telah dimiliki oleh apoteker tersebut dan mencegah terjadinya cedera pada pasien karena pengelolaan sediaan yang tidak benar. Apoteker Pengelola Apotek (APA) bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan apotek, baik teknis maupun non teknis. Kegiatan teknis di apotek terdiri dari kegiatan profesional dan manajerial. Kegiatan profesional meliputi kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan farmasi di apotek, mulai dari memeriksa keabsahan resep, peracikan, pengemasan dan penulisan etiket, pemberian informasi obat, hingga melakukan monitoring terhadap pasien ataupun memberikan pelayanan swamedikasi pada pasien. Sementara itu, yang termasuk dalam kegiatan 44

59 45 manajerial meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat (konsumen). Seorang apoteker juga harus membina hubungan yang baik dengan karyawan serta konsumennya agar hubungan yang harmonis dapat menciptakan suasana kerja yang nyaman sehingga segala kegiatan dia apotek dapat berjalan dengan lancar. Kemampuan berkomunikasi yang efektif juga penting, termasuk terhadap rekan sejawat seperti dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lainnya agar apotek dapat terus mengalami kemajuan dan mendapat citra yang baik. Pada PKPA kali ini, penulis berkesempatan untuk melakukan PKPA di Apotek SamMarie Basra yang berlokasi di Jalan Basuki Rachamat No. 31 Jakarta Timur. Lokasi ini merupakan lokasi yang padat penduduk dan ramai dilalui kendaraan bermotor. Adanya fly over di depan lokasi apotek ini membuat apotek menjadi tidak terlalu terlihat dari sisi jalan. Namun, karena apotek ini berada satu bangunan dengan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) SamMarie Basra dimana pada rumah sakit ini banyak praktik dokter dilaksanakan, membuat apotek ini tetap ramai dikunjungi. Karena RSIA SamMarie Basra ditargetkan untuk konsumen dengan kelas menengah ke atas maka target konsumen dari apotek ini pun demikian karena jumlah resep yang masuk ke apotek ini sebagian besar dari RSIA tersebut. Bangunan apotek SamMarie Basra dibagi menjadi 2 ruangan, yaitu ruangan bagian depan dan ruangan bagian dalam. Ruangan bagian depan apotek digunakan sebagai counter untuk penerimaan resep dan penghitungan nilai resep (kasir), penyerahan obat, dan ruang tunggu. Pada bagian depan apotek juga terdapat etalase kaca untuk menyimpan produk OTC (Over the Counter) yang digolongkan berdasarkan alfabetis sehingga jenis obat di apotek tersebut dapat terlihat langsung oleh konsumen, dan menarik perhatian konsumen untuk membeli. Ruang tunggu apotek dilengkapi dengan kursi, pendingin ruangan, dan televisi sehingga pasien dapat merasa nyaman selama menunggu penyiapan/peracikan obat. Pada bagian depan Apotek SamMarie Basra terdapat papan nama penunjuk keberadaan apotek yang dilengkapi dengan nama APA, No. SIPA (Surat Izin Praktik Apoteker), No. SIA (Surat Izin Apotek), dan alamat apotek. Ruang tunggu juga selalu dijaga agar tetap bersih agar menambah kenyamanan pelanggan. Halaman parkir pada apotek

60 46 ini juga cukup luas karena juga merupakan halaman parkir untuk rumah sakit dan sebagian besar pasien menggunakan kendaraan pribadi. Ruang bagian dalam apotek dibagi menjadi dua, yaitu ruang racik dan ruang penyimpanan alat-alat kesehatan. Pada ruang racik terdapat lemari tempat menyimpan obat ethical dan obat generik, serta meja untuk melakukan peracikan dan penyiapan obat. Terdapat dua meja untuk penyiapan obat, satu meja yang dilengkapi dengan lemari kecil di bawahnya digunakan untuk meracik obat dimana pada meja tersebut telah tertata mortir dan alu serta alat pembungkus puyer dan pada lemari bawahnya tersedia gelas ukur dan zat aktif obat yang biasanya digunakan untuk meracik sediaan krim atau salep. Meja lainnya diletakkan di samping meja racik yang biasa digunakan sebagai meja kerja. Meja kerja tersebut merupakan tempat meletakkan etiket, plastik obat, kertas perkamen serta timbangan dan merupakan tempat untuk menulis etiket serta pemeriksaan kembali obat sebelum diserahkan pada konsumen. Kedua meja tersebut diletakkan di sudut kanan ruang racik. Pada ruang racik juga dilengkapi dengan wastafel untuk mencuci peralatan racik. Di belakang ruang racik, terdapat satu ruangan lagi yang merupakan ruang penyimpanan alat-alat kesehatan yang diperlukan untuk kebutuhan rawat inap rumah sakit. Apoteker sebagai penanggung jawab kegiatan manajerial di apotek harus melakukan pengelolaan terhadap sediaan farmasi di apotek dengan baik. Sistem manajemen dan administrasi di apotek harus diatur seefektif mungkin sehingga kegiatan apotek dapat berlangsung dengan baik dan lancar serta meminimalisasi kesalahan. Pada Apotek SamMarie Basra, sistem manajemen dan administrasi sudah terlaksana cukup baik. Struktur organisasi cukup sederhana dengan SDM yang terdiri dari PSA, APA, dan Asisten Apoteker (AA) dengan pembagian shift, yaitu shift utama: shift pagi (pukul s.d WIB); shift siang (pukul s.d WIB); shift malam (pukul s.d WIB) dan shift tambahan: shift middle (pukul s.d WIB) dan shift sore (pukul s.d WIB). Pada apotek ini tidak terdapat Apoteker Pendamping sehingga jika APA tidak berada di tempat pelayanan dilakukan oleh AA. Salah satu kegiatan rutin di apotek yaitu pengadaan obat-obatan dan barang yang dilakukan sesuai kebutuhan apotek dengan cara mencatat obat-obatan yang

61 47 telah mencapai level stock minimum ke dalam buku permintaan (defecta). Pengadaan dilakukan dengan memperhatikan arus barang, fast moving atau slow moving. Pemesanan obat dan perbekalan kesehatan dilakukan setiap hari karena pemesanan hanya dilakukan pada satu PBF, yaitu PT. SamMarie Tramedifa dan lokasi PBF tersebut dekat dengan apotek. Biasanya PT. SamMarie Tramedifa mengantarkan obat ke Apotek SamMarie Basra pada siang atau sore hari. Pemesanan obat dengan sistem CITO (segera) dapat dilakukan jika tiba-tiba terdapat obat yang stoknya sedang kosong atau permintaan obat tersebut meningkat dengan menelepon langsung PBF tersebut untuk minta diantarkan segera atau menjemput sendiri obat ke PT. SamMarie Tramedia tersebut oleh kurir apotek. Obat dan perbekalan kesehatan yang diterima oleh apotek dari PT. SamMarie Tramedifa diperiksa terlebih dahulu sesuai surat pesanan barang, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Setelah pemeriksaan selesai, faktur ditandatangi oleh asisten apoteker atau apoteker yang memeriksa dan diberi cap apotek. Faktur disimpan dan kemudian dicatat dalam kartu stok dan sistem inventori obat. Faktur asli akan diserahkan ke apotek dan PT. SamMarie Tramedifa menerima tanda tukar faktur. Bila faktur akan jatuh tempo, maka pembayaran dilakukan secara tunai kepada PT. SamMarie Tramedifa oleh bagian keuangan RSIA SamMarie Basra. Apotek SamMarie Basra melakukan pembayaran setiap hari Jumat. Pengadaan untuk narkotika dan psikotropika dilakukan melalui mekanisme yang berbeda. Pemesanan obat-obatan golongan narkotika dan psikotropika dilakukan menggunakan surat pesanan khusus yang diisi dan ditandatangani oleh APA. Surat pesanan ditujukan kepada PT. Kimia Farma Tbk. sebagai distributor tunggal narkotika di Indonesia, dan pembayaran atas pesanan narkotika dilakukan secara COD (Cash on Delivery). Sementara itu, untuk obat-obat psikotropika dapat dilakukan melalui PBF yang menyediakan obat tersebut. Surat pesanan narkotika terdiri dari empat rangkap, yaitu untuk PBF (PT Kimia Farma Tbk.), Balai POM, pabrik obat (PT Kimia Farma Tbk.), dan arsip apotek. Dalam satu surat pesanan hanya boleh digunakan untuk satu jenis narkotika dengan mencantumkan pula jumlah sisa stok yang masih tersedia di apotek. Sedangkan untuk psikotropika, SP dibuat tiga rangkap yang akan diserahkan pada

62 48 PBF, Balai POM, dan arsip. Dalam satu SP psikotropika dapat digunakan untuk beberapa jenis obat untuk PBF yang sama dan tidak perlu mencantumkan sisa stok di apotek. Untuk pemesanan narkotika, SP harus diserahkan terlebih dahulu pada distributor sebelum barang diantarkan. Penerimaan obat golongan narkotika dan psikotropika dilakukan oleh APA atau AA. Penyimpanan obat di apotek SamMarie Basra dilakukan secara alfabetis berdasarkan bentuk sediaan (padat, cair, semi padat, dan injeksi) serta dibedakan antara obat generik dan nama dagang. Obat disusun berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out), dimana obat dengan tanggal kadaluarsa yang lebih cepat diletakkan paling luar atau paling atas agar dapat keluar lebih dahulu. Obat disimpan pada lemari kaca sehingga memudahkan untuk pengambilan obat saat diperlukan serta menghindari obat dari debu, kelembapan, dan cahaya yang berlebihan. Ruang racik, ruang penyimpanan obat, dan lemari pendingin selalu diatur kondisi temperaturnya. Untuk ruang racik dan ruang penyimpanan obat diatur kondisi temperaturnya, yaitu di bawah 25 o C, sementara untuk lemari pendingin juga diatur kondisi temperaturnya, yaitu di bawah 10 o C. Pengecekan kondisi temperatur ruang racik, ruang penyimpanan obat, dan lemari pendingin selalu dilakukan tiga kali sehari, yaitu pada jam WIB, WIB, dan WIB. Pemantauan temperatur pada tempat penyimpanan ini penting untuk dapat menjaga kestabilan obat sehingga obat yang diterima konsumen tetap terjaga mutunya. Obat-obat yang memerlukan penyimpanan khusus dengan temperatur dingin, seperti suppossitoria dan vaksin disimpan pada lemari pendingin dimana di Apotek SamMarie Basra ini terdapat dua lemari pendingin. Penyimpanan narkotika dan bahan baku narkotika serta obat keras tertentu disimpan dalam lemari khusus terkunci yang terpisah dari lemari obat ethical lain, dan letaknya tersembunyi dari penglihatan umum. Penyimpanan dan penggunaannya harus diperhatikan untuk menghindari risiko kehilangan atau penyalahgunaan obat. Kunci lemari narkotika berada dalam tanggung jawab APA, tetapi dapat dibuka dengan seizin APA oleh AA yang bertugas pada shift dimana apoteker sedang bertugas.

63 49 Pelayanan yang dilakukan di Apotek SamMarie Basra meliputi dua hal, yaitu pelayanan resep dan swamedikasi. Pelayanan swamedikasi dilakukan berdasarkan permintaan pasien tanpa resep dokter terhadap obat bebas, bebas terbatas, maupun obat wajib apotek. Pelayanan swamedikasi tidak terlalu sering dilakukan pada apotek ini. Pelayanan resep merupakan pelayanan utama di apotek ini karena apotek ini berada di dalam rumah sakit. Sebagian besar resep yang dilayani berasal dari dokter yang praktik di RSIA SamMarie Basra. Resep yang diberikan oleh pasien akan diperiksa kelengkapannya dan dihargai oleh apoteker atau asisten apoteker yang sedang bertugas. Pasien mempunyai hak penuh untuk menentukan jumlah obat yang akan diambil, apakah langsung tebus seluruhnya atau setengahnya dahulu. Kecuali untuk obat-obat yang harus diambil semua, maka apoteker atau asisten apoteker akan menjelaskan obat mana yang sebaiknya ditebus terlebih dahulu. Jika pasien menginginkan obat diganti dengan harga yang lebih rendah, maka apoteker dapat menghubungi dokter yang bersangkutan terlebih dahulu. Setelah pasien setuju, pasien akan membayar resep tersebut di kasir rumah sakit, sementara itu resep disiapkan di apotek, dikemas, diberi etiket dan obat siap diserahkan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dinyatakan bahwa sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian obat dengan resep. Setelah kesesuaian obat dengan resep dikonfirmasi maka dapat dilakukan penyerahan obat kepada pasien disertai pemberian informasi obat yang perlu bagi pasien oleh APA atau AA. Saat pengambilan obat, pasien menyerahkan bukti pembayaran yang diperoleh dari kasir untuk disimpan sebagai arsip di apotek. Obat golongan narkotika hanya diberikan kepada pasien yang membawa resep asli dari dokter. Resep yang mengandung narkotika tidak boleh diulang dan jika tidak ditebus semua maka sisa obat yang belum diambil hanya bisa dibeli pada apotek yang sama (apotek asal yang menyimpan resep asli). Resep yang mengandung narkotika diberi garis merah dan disimpan terpisah dari resep obat non-narkotika. Untuk obat golongan psikotropika dapat diberikan berdasarkan resep asli dokter atau salinan resep. Resep ini dapat diulang jika perlu.

64 50 Apotek SamMarie Basra melakukan pelaporan penggunaan obat golongan narkotika dan psikotropika kepada Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Timur setiap periode, yatu setiap bulan untuk obat golongan narkotika dan tiga bulan sekali untuk psikotropika. Untuk obat-bat golongan ini yang rusak atau sudah kadaluarsa, harus dilakukan pemusnahan yang disaksikan oleh APA, AA, dan petugas dinas kesehatan serta dibuat berita acara pemusnahannya. Pengelolaan resep di Apotek SamMarie Basra sudah cukup baik. Semua resep yang sudah dilayani disimpan setiap harinya dan dipisahkan setiap bulan. Resep-resep tersebut masih disimpan hingga saat ini dan belum dilakukan pemusnahan resep. Dari segi kewirausahaan, Apotek SamMarie Basra selalu berusaha meningkatkan penjualan dan pelayanan kepada masyarakat. Stok obat diusahakan sebisa mungkin untuk tidak pernah kosong ataupun over stock. Namun, terkadang stok obat kosong masih sering terjadi di apotek ini sehingga pemesanan CITO perlu dilakukan dan mengakibatkan pasien harus menunggu lebih lama dari waktu yang seharusnya. Dari segi pelayanan kefarmasian di apotek ini dapat dikatakan cukup baik. Hal ini terlihat dari pelayanan resep yang diusahakan cepat dan tepat serta didukung pemberian informasi obat yang sejelas mungkin pada pasien. Namun, konseling penggunaan obat di apotek ini masih jarang dilakukan. Fungsi promosi dan edukasi juga belum terlalu terlihat pada apotek ini karena pada bagian depan apotek tidak terdapat penyebaran leaflet, brosur, ataupun poster mengenai penggunaan obat. Selain itu, kegiatan monitoring penggunaan obat dan efek penggunaan obat yang tidak diinginkan pada apotek ini juga belum terlaksana. Kedua kegiatan tersebut sebenarnya merupakan salah satu pekerjaan kefarmasian yang perlu dilakukan apoteker di apotek secara profesional dalam melakukan pelayanan kesehatan guna meningkatkan kualitas hidup pasien. Untuk ke depannya diharapkan pada apotek ini, proses konseling dan monitoring penggunaan obat serta efek obat yang tidak diinginkan dapat terlaksana. Selain itu, diharapkan fungsi promosi dan edukasi dari apotek ini dapat lebih dijalankan lagi.

65 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang telah dilakukan di Apotek SamMarie Basra dapat disimpulkan bahwa: Apoteker Pengelola Apotek (APA) memiliki peran dan fungsi sebagai penanggung jawab dalam pelaksana kegiatan kefarmasian di apotek baik kegiatan teknis maupun non teknis, meliputi pengelolaan sumber daya manusia, pengelolaan sarana dan prasarana apotek, pengelolaan sediaan farmasi (perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran), administrasi, pelayanan resep (skrining resep, penyiapan obat, penyerahan obat, pemberian informasi obat), dan pelayanan swamedikasi Pada pelaksanaan PKPA di Apotek SamMarie Basra, mahasiswa calon apoteker diberi kesempatan untuk melakukan praktik kefarmasian seperti penerimaan resep, penyiapan obat (peracikan, penulisan etiket, pengemasan obat, penyerahan obat beserta pemberian informasi obat), melakukan penyimpanan obat dan pengecekan suhu ruang penyimpanan serta pengisian kartu stok berdasarkan faktur. Mahasiswa juga diberi penjelasan mengenai sistem administrasi dan manajemen di Apotek SamMarie Basra sehingga mahasiswa mendapat pembekalan yang cukup tentang kegiatan yang berlangsung di apotek. 5.2 Saran Apotek SamMarie Basra perlu meningkatkan penerapan pelayanan kefarmasian dalam hal komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada para pelanggannya sebagai wujud peran apoteker dalam menjalankan praktik kefarmasian. Fungsi KIE dapat ditingkatkan dengan penyediaan brosur, leaflet, poster atau majalah kesehatan yang berisi informasi guna meningkatkan 51

66 52 pengetahuan dan perilaku pasien mengenai penggunaan obat. Kegiatan konseling di Apotek SamMarie Basra serta monitoring penggunaan obat dan efek penggunaan obat yang tidak diinginkan perlu dilaksanakan Perlu dilakukan pengkajian kembali dalam hal perencanaan pengadaan obat harian untuk menghindari kekosongan stok obat karena pada saat ini kekosongan stok obat masih terjadi Perlu seorang Apoteker Pendamping yang selalu ada di apotek agar pelayanan kefarmasian dapat berjalan setiap saat dan pengendalian obat narkotika dan psikotropika lebih terkontrol.

67 DAFTAR ACUAN Anief, M. (2001). Manajemen Farmasi. (Cetakan ke-3). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (SK Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004). Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28/Menkes/Per/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1983). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus untuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1986). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nmor. 2396/A/SK/VIII/86 tentang Tanda Khusus Obat Keras Daftar G. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993a). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 918/Menkes/Per/X/1993 tentang Pedagang Besar Farmasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993b). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 919/MENKES/PER/X/1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993c). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993d). Peraturan Menteri Kesehatan No. 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotik No.2. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 53

68 54 Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993e). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1176/Menkes/SK/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotik No. 3. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Menteri Kesehatan Repbulik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/ Menkes/SK/X/2002 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PerV/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 tentang Apotik. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (1997a). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (1997b). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009a). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009b). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009c). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia. Said, M. U. (2012). Manajemen Apotek Praktis. (Cetakan ke-4 Ed. rev). Jakarta: PD Wira Putra Kencana.

69 54 LAMPIRAN

70 55 Lampiran 1. Denah lokasi Apotek SamMarie Basra

71 56 Lampiran 2. Desain ruang depan Apotek SamMarie Basra

72 57 Lampiran 3. Desain ruang racik Apotek SamMarie Basra (a) Meja racik obat (b) Lemari penyimpanan obat (c) Lemari penyimpanan alat kesehatan

73 58 Lampiran 4. Denah ruangan Apotek SamMarie Basra

74 59 Lampiran 5. Lemari khusus penyimpanan narkotika dan psikotropika A B A B A B Keterangan: A. Lemari khusus penyimpanan narkotika; B. Lemari khusus penyimpanan Psikotropika

75 60 Lampiran 6. Form resep

76 61 Lampiran 7. Salinan resep

77 62 Lampiran 8. Etiket obat

78 63 Lampiran 9. Plastik pembungkus obat

79 64 Lampiran 10. Struktur organisasi Apotek SamMarie Basra Pemilik Sarana Apotek Apoteker Pengelola Apotek Asisten Apoteker Asisten Apoteker Asisten Apoteker Asisten Apoteker Asisten Apoteker

80 65 Lampiran 11. Alur pemesanan dan penerimaan obat Petugas mencatat barang yang ingin dipesan Pemesanan barang ke PBF melalui telepon Barang dikirim ke apotek pada hari yang sama setelah pemesanan Cek kesesuaian barang (nama, jumlah, jenis) dengan faktur Cek kondisi fisik barang Setelah sesuai, faktur ditandatangani dan diberi cap apotek oleh petugas Catat barang yang datang sistem komputerisasi dan kartu stok

81 66 Lampiran 12. Surat pesanan

82 67 Lampiran 13. Faktur pembelian

83 68 Lampiran 14. Kartu stok barang

84 69 Lampiran 15. Surat pesanan narkotika

85 70 Lampiran 16. Surat pesanan psikotropika

86 71 Lampiran 17. Laporan penggunaan narkotika

87 72 Lampiran 18. Laporan penggunaan psikotropika

88 73 (lanjutan)

89 UNIVERSITAS INDONESIA PEMBUATAN DAFTAR DAN PENGKAJIAN TERHADAP PENYIMPANAN OBAT LOOK ALIKE SOUND ALIKE (LASA) DAN HIGH ALERT DI APOTEK SAMMARIE BASRA TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER OKTA FESTI AMANDA, S. Farm ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014

90 UNIVERSITAS INDONESIA PEMBUATAN DAFTAR DAN PENGKAJIAN TERHADAP PENYIMPANAN OBAT LOOK ALIKE SOUND ALIKE (LASA) DAN HIGH ALERT DI APOTEK SAMMARIE BASRA TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker OKTA FESTI AMANDA, S. Farm ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI ii

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 19 JUNI 12 JULI 2013 DAN 29 JULI 19 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 11 AGUSTUS 06 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 5 JL. CIKINI RAYA NO. 121 JAKARTA PUSAT PERIODE 3 SEPTEMBER 6 OKTOBER 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER IMELDA PRIANA, S.Farm. 1206329713

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AISYAH, S.Far. 1206329316 ANGKATAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA RUKO SUKMAJAYA JALAN TOLE ISKANDAR NOMOR 4-5 DEPOK PERIODE 10 29 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SITI

Lebih terperinci

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 11: PERBEKALAN FARMASI Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB XI PERBEKALAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 20 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. SULTAN HASANUDDIN NO.42 KEBAYORAN BARU, BLOK M PERIODE 3 APRIL 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RIZA MARLYNE,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengawasan dan pemantauan

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI-2 JULI 2011 DAN 1 13 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET JAKARTA SELATAN PERIODE 16 JANUARI - 25 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DESY INDRIWINARNI, S.Farm. 1106046780

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT

KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT Pengadaan Perbekalan Farmasi Apotek anak sehat memperoleh obat atau perbekalan farmasi berasal dari Pedagang Besar Farmasi(PBF) atau dari apotek lain. Pedagang

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI-16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO.34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 8 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RITA ZAHARA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JALAN BALAI PUSTAKA TIMUR NO.11 RAWAMANGUN PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 23 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. ERLIMAS LUCKY WIJAYA, S. Farm.

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. ERLIMAS LUCKY WIJAYA, S. Farm. UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTAA TIMUR PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Draft 07 Januari 2016 RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET JAKARTA SELATAN PERIODE 2 JULI 10 AGUSTUS 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UTAMI

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 20 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68, JAKARTA SELATAN PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PURWINDA HERIN

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA KELAPA GADING JL. BOULEVARD GADING TIMUR KAV 6 KOMP SPBU 34 KELAPA GADING, JAKARTA UTARA PERIODE 1 APRIL 4 MEI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Tri Setiawan, S.Farm. 1006754075 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 1 JL. GARUDA NO. 47 KEMAYORAN JAKARTA PUSAT PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DYAH AYUWATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANNISA RAHMA HENDARSULA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO. 50 JAKARTA BARAT PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER VETHREEANY SIMAMORA, S.Farm 1206330223 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA KELAPA GADING JAKARTA UTARA JL. BOULEVARD GADING TIMUR RAYA KAV. 6 PERIODE 8 APRIL 11 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci