PERENCANAAN RUTE ANGKUTAN UMUM DI KOTA SIBOLGA. Nama Mahasiswa : Olga Kristama. S NRP :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN RUTE ANGKUTAN UMUM DI KOTA SIBOLGA. Nama Mahasiswa : Olga Kristama. S NRP :"

Transkripsi

1 PERENCANAAN RUE ANGKUAN UMUM DI KOA SIBOLGA Absrak Nama Mahasswa : Olga Krsama. S NRP : Jurusan : eknk Spl Dosen Pembmbng I : Caur Arf Prasyano, S.MSc Koa Sbolga aalah salah sau koa Sumaera Uara yang erleak pana bara sumaera Uara engan poss sebaga kawasan srbus barang an jasa. Koa Sbolga memlk luas Ha an memlk jumlah penuuk jwa. Perencanaan n berujuan unuk mengeahu jumlah penumpang yang membuuhkan angkuan umum, perencanaan rue, pemlhan moa an heaway,menganalsa loa facor an perhungan jumlah armaa Analsa regres lnear gunakan alam memperkrakan perambahan penuuk yang berbanng lurus engan perumbuhan perjalanan masyaraka. Forecasng rp paa ahun rencana menggunakan Furness Moel. Perencanaan rue lakukan engan melha pembebanan ruas jalan yang apa. Pemlhan moa asarkan paa eman angkuan koa. Perhungan jumlah armaa lakukan engan memperhakan waku empuh,panjang rue an heaway. Moa angkuan koa yang gunakan aalah mkrole engan kapasas sau kenaraan 12 orang.

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LAAR BELAKANG ransporas ara saa n mash merupakan sarana ransporas yang palng omnan an palng berperan alam menunjang laju pembangunan Inonesa, karena ransporas ara apa menjangkau hampr semua aerah yang mungkn ak apa capa oleh sarana ransporas yang lan. Selan u ransporas ara mempunya peranan an pengaruh yang besar bag perkembangn kehupan bangsa an masyaraka. Hampr seap sekor kehupan akan erasa langsung peranan an pengaruhnya, eruama paa pekembangan ekonom, sosal, buaya, an keamanan. Sebab ransporas merupakan sarana mulak bag perpnahan penumpang an barang. Unuk u perlukan ssem ransporas yang bak an sesua engan kons yang harapkan, yau aman, nyaman, lancar, eraur, an ekonoms. Salah sau ssem ransporas ersebu aalah ssem ransporas angkuan umum. Dengan semakn pesanya pembangunan Inonesa merupakan konsekuens logs jka ransporaspun akan berkembang peranan an pengaruhnya. Sejalan engan u makn erlha pula perkembangan ar permasalahan yang mbulkan. Permasalahan ersebu semakn erlha jelas paa koa - koa yang berkembang Inonesa ermasuk alamnya koa Sbolga. Serng engan menngkanya moblas an nensas gerak penuuk Sbolga maka sarana ransporaspun harus mengalam penngkaan ar ahun ke ahun. Karena aerah n memlk aya ark bang lapangan kerja yang bervaras. Pergerakan penuuk aerah n lakukan engan menggunakan kenaraan prba an angkuan umum. Angkuan umum melayan aerah n aalah kenaraan non bus, yang mempunya kapasas kecl sera karakersk operas yang menyebabkan kemacean lalu lnas sehngga membuuhkan pengauran yang opmal. D ss lan masyaraka yang beraa luar pusa koa (aerah pengembangan koa) sanga membuuhkan sarana angkuan umum yang memaa unuk melakukan akfas sehar har. Hal n sebabkan belum sesuanya penyeaan sarana angkuan umum engan jumlah penuuk yamg perlu layan, sehngga banyak masyaraka yang menggunakan kenaraan prba. Dengan melha permasalahan aas, maka perlu pkrkan alernave pemecahan masalah aas yau engan mengaakan perencanaan mengena sysem roue an moa angkuan umum yang Sbolga. Kebuuhan angkuan umum yang pelukan masyaraka yang menggunakan jasa ransporas umum sbolga, sesua engan prnsp- prnsp asar ransporas yau aman, lancar, eraur, an ekonoms PERMASALAHAN Kons aryek angkuan umum koa Sbolga ar ahum ke ahun ak banyak mengalam perubahan yang bak, sehngga roue angkuan umum lebh banyak menumpuk pusa koa saja an jalurnya ar ulu ak banyak mengalam perubahan seangkan laju perumbuhan penuuk menyebar keluar pusa koa. Mengnga perkembangan koa yang begu pesa paa suau saa bla masalah rayek n ak perhakan aau ak rencanakan engan bak ak musahl akan mbul kemacean an kesemrawuan mana mana. Permasalahan yang mbul sehubungan engan perencanaan rue an moa angkuan umum n aalah : 1. Daerah mana saja yang menghaslkan bangkan an arkan erbesar? 2. Berapa jumlah penumpang yang membuuhkan angkuan umum paa aerah ersebu yang belum keahu, bak paa masa kn maupun masa menaang? 3. Apakah jens moa yang sesua pergunakan unuk melayan eman penumpang ersebu? 4. Berapa armaa yang buuhkan unuk melayan eman penumpang ersebu? 1.3. UJUAN Dengan emkan ujuannya aalah unuk mengkakan pelayanan bag para pemaka jasa ransporas an arus lalu lnas menja eraur seluruh bagan koa guna menunjang kegaan berbaga bang engan memecahkan masalah - masalah yang sebukan aas yau : 1. Merencanakan rue engan bak sesua asal-ujuan penumpang. 2. Mengeahu jumlah penumpang yang membuuhkan angkuan umum paa aerah ersebu, bak paa masa kn maupun paa masa yang akan aang. 3. Menenukan jens moa yang sesua unuk pergunakan. 4. Menghung jumlah armaa yang buuhkan 1.4. LOKASI SUDI Daerah su ar pelaksanaan ugas Akhr n aalah aerah Koa Sbolga.

3 Gambar 1.1. lokas suy koa Sbolga 1.5. BAASAN MASALAH Unuk membaas masalah yang mbul, sekalgus unuk mengarahkan pembahasan yang akan lakukan, maka penulsan n baas sebaga berku : 1. Daerah yang su aalah koa Sbolga 2. Analsa hanya lakukan paa aspek perencanaan an aspek operasonal angkuan koa. 3. ak lakukan analsa baya yang berhubungan engan keberaaan angkuan koa n. BAB II INJAUAN PUSAKA 2.1 ANGKUAN UMUM Pengeran Ala angkuan umum aalah kenaraan ak bermoor an kenaraan bermoor, yang berfungs unuk memnahkan aau mengangku orang an barang ar suau empa ke empa lan. Kenaraan ak bermoor msalnya becak, sepea, an lan-lan. Seangkan kenaraan bermoor seper bs, ax, mobl prba, mobl penumpang,sepea moor an lan-lan. Selan unuk melayan kelompok capve, angkuan umum juga harus apa menark sebagan kelompok choce unuk ak menggunakan kenaraan prba yang mlknya. Kelompok choce aalah orang aau kelompok orang yang mempunya plhan unuk menggunakan angkuan umum aau kenaraan prba alam melakukan suau perjalanan. Seangkan kelompok capve aalah orang aau kelompok orang yang hanya erganung paa angkuan umum sebaga sarana unuk melakukan perjalanan. Angkuan umum harus memperhakan keselamaan, keamanan, kenyamanan, kecepaan, an kemuahan bag pengguna angkuan umum u senr an bag pengguna jalan yang lan. Angkuan umum harus apa melayan seluruh kebuuhan penuuk alam melakukan perjalanan secara efekf an efsen anpa menmbulkan masalah Klasfkas Angkuan Umum Paa asarnya angkuan umum apa klasfkaskan alam beberapa hal. Berasarkan kapasasnya, angkuan umum apa klasfkaskan sebaga berku: 1. Low Performance ranspor Angkuan umum yang memlk kapasas renah an beroperas sebaga pararans. Yang ermasuk alam kelompok n msalnya mkrole, kenaraan anar jempu (subscon bus), ravel (al-a-re). 2. Meum Performance ranspor Angkuan umum yang memlk kapasas cukup besar engan kecepaan operas renah an beroperas sebaga rans (rue eap, jawal an arf ernformas engan jelas). Yang ermasuk kelompok n msalnya bs koa, rem. 3. Hgh Performance ranspor Angkuan umum yang memlk kapasas besar an beroperas sebaga rans. Hgh performance ranspor beakan menja ua, yau: Hgh Performance Hgh Performance ranspor engan kecepaan operas seang. Conohnya bs yang operaskan paa buslane aau busway (Sem Rap Bus) an Ral Rap rans. Very Hgh Performance Hgh Performance ranspor engan kecepaan operas ngg. Conohnya mero an subway (Ral Rap rans) an Regonal rans Karakersk Kenaraan Paa perencanaan ssem ransporas paa perkoaan aa ua jens moa ransporas yang apa erapkan, yau moa angkuan masal berbass jalan raya an moa ransporas masal berbass rel. Paa ugas akhr n rencanakan moa angkuan masal berbass jalan raya. pe-pe angkuan masal yang banyak gunakan paa perencanaan ransporas koa anara lan: 1. Mkrole Kenaraan pe n beroperas sebaga pararans. Mkrole berkapasas 11 sampa 13 empa uuk anpa aa empa berr. Mkrole mempunya rue perjalanan jarak eka aaupun jarak jauh an mempunya rue yang agak fleksbel. Paa umumnya pengoperasan mkrole ak mempunya jawal yang eap, sehngga ak jarang paa jam-jam erenu sul emu. Akbanya mkrole mempunya knerja yang renah. 2. Bus Mn Bs mn berkapasas 12 sampa 20 empa uuk engan kapasas penumpang anara 20 sampa 35 penumpang. Kenaraan jens n mempunya ua as engan jumlah ban 4 aau 6. Bs mn basa gunakan unuk melayan aerah enagn populas renah pnggran koa engan volume penumpang sek. Bs mn juga gunakan paa koa besar unuk sarana angkuan anara koa besar engan koa-koa kecl sekarnya. 3. Bs Sanar Bs sanar merupakan kenaraan berbaan unggal engan ua as engan jumlah ban 6 buah. Kenaraan n berkapasas maksmum 53 empa uuk engan kapasas penumpang anara 50

4 sampa 80 orang. Menuru sanar Amerka, bs sanar bermens 2,44 sampa 2,59 m lebar engan 10,1 sampa 12,2 m panjang. Seangkan sanar Eropa, bs sanar bermens 2,50 m lebar engan 10 sampa 12 m panjang. 4. Bs empel Bs empel (Arculae Bus) mempunya kenggan yang sama engan bs sanar, namun mempunya panjang ua kal bs sanar karena bs empel mempunya ua baan yang hubungkan engan sambungan khusus. Kenaraan n berkapasas anara 40 sampa 66 empa uuk engan kapasas penumpang anara 100 sampa 125 orang. Karena ukurannya, bs empel mempunya kelemahan alam melakukan manuvernya bla beraa paa volume lalu lnas an graen yang besar. Selan kelemahan, bs empel juga mempunya beberapa kelebhan. Berasarkan kapasasnya kenaraan, bs empel apa mengangku lebh banyak penumpang. Berasarkan lama berhen hale, bs empel lebh bak ar bs sanar karena mempunya pnu yang lebh banyak. 5. Bs ngka Bs ngka (Double Dekker Bus) mempunya panjang yang sama engan bs saanar namun mempunya ngg hampr ua kal bs sanar karena bs ngka mempunya ua lana. Kenaraan n mempunya kapasas penumpang anara 65 sampa 110 orang. Kelebhan ar bs ngka n aalah mempunya kapasas yang lebh besar ar bs sanar Cr Pelayanan Angkuan Umum 1. rayek uama yang selenggarakan engan cr- cr pelayanan : Mempunya jawal eap. Melayan angkuan anar kawasan uama. Dlayan oleh mobl bus umum. Pelayanan cepa an lamba. Jarak penek. Melalu empa-empa yang eapkan hanya unuk menakkan an menurunkan penumpang. 2. rayek cabang yang selenggarakan engan cr-cr pelayanan : Mempunya jawal eap. Melayan angkuan anar kawasan penukung, anar kawasan penukung an kawasan pemukman. Dlayan engan mobl bus umum. Pelayanan cepa aau lamba. Jarak penek. Melalu empa-empa yang elah eapkan unuk menakkan an menurunkan penumpang. 3. rayek ranng yang selenggarakan engan cr-cr pelayanan : Melayan angkuan alam kawasan pemukman. Dlayan engan mobl an bus umum an aau mobl penumpang umum Pelayanan lamba. Jarak penek. Melalu empa-empa yang elah eapkan unuk menakkan an menurunkan. 4 rayek langsung selenggarakan engan cr-cr pelayanan : Mempunya jawal eap. Melayan angkuan anar kawasan secara eap yang bersfa massal an langsung. Dlayan oleh mobl bus umum. Pelayanan cepa. Jarak penek. Melalu empa-empa yang eapkan hanya unuk menakkan an menurunkan penumpang. (Abubakar,1995) 2.2 KAPASIAS Pengerannya aalah kemampuan ssem angkuan umum unuk memnahkan sejumlah penumpang paa suau jalur (lne) angkuan umum paa kons erenu. Kapasas merupakan karakersk ar ssem angkuan umum. (Vuchc, 1981) Karakersk knerja angkuan umum unjukan oleh : 1. Kecepaan 2. ngka kepercayaan erganung paa raso 3. Kenyamanan an volume kapasas Aa Elemen yang Berpengaruh erhaap Kapasas Kenaraan 1. Dmens kenaraan Melpu panjang, lebar an jumlah lana mana elemen ersebu menenukan luaus lana koor kenaraan (Ag) 2. Ruang kenaraan yang berguna Luas bersh kenaraan bermoor (An) yang paka oleh penumpang, yau luas koor kurang nng ebal kenaraan, boy paa ujung unuk clearance kungan an area yang ak paka penumpang (empa pengemu, empa mesn). 3. Sanar Kenyamanan Dunjukan secara langsung oleh alokas luasan oleh seap empa uuk yang bervaras anara 0.3-0,5

5 m/empa uuk. Unuk luasan berr, sanarnya ak apa rencanakan, erganung fakor kepaaan penumpang. 4. Perbanngan Jumlah empa Duuk Berpengaruh langsung erhaap kapasas oal kenaraan. Karena luas lana per-sea 1,5-3 kal lebh besar ar luas lana per-sanee, maka semakn ngg raso n kapasas kenaraan urun. (Vuchc, 1981) Kapasas Kenaraan Kapasas kenaraan aalah maksmum jumlah ruang unuk penumpang yang apa akomor sebuah kenaraan. Kapasas kenaraan apa rumuskan engan: C v m m...(2. mana : 1) Cv = kapasas kenaraan (ruang penumpang/ kenaraan) m = jumlah empa uuk m = jumlah empa berr oal Kapasas (Cv) Aalah yang err ar jumlah empa uuk an empa berr (Vuchc 1981). Dengan rumus: An m Cv m...(2.2) σ Dmana: Cv = kapasas kenaraaan (pnp) m = jumlah empa uuk (space/vehcle) An = luas lana bersh (m 2 /vehcle) ρ = luas ruang unuk sau empa uuk (m 2 /space) σ = luas ruang unuk sau empa berr (m 2 /space) Kapasas empa Duuk (m) Kapasas empa uuk (m) berasar paa jumlah empa uuk yang ersea. Dmana kapasas oal an seang kapasas n pengaruh oleh fakor : (Vuchc, 1981). a. Vehcle mensons, yang err ar panjang, lebar an banyak lana aau yang sebu engan gross vehcle area. b. Luas bersh lana kenaraan (An), mana yang ak ku hung aalah ebal nng kenaraan an area yang ak paka (mssal : kabn an empa mesn). Dengan rumus: An mρ m'σ...(2.3) Dmana : m = jumlah empa uuk(space/vehcle) m = Jumlah empa berr (space/ vehcle) ρ = luas ruang unuk sau empa uuk (m 2 /space) σ = luas ruang unuk sau empa berr (m 2 /space) c. Sanar kenyamanan, yau fakor alam menenukan kapasas kenaraan. Yang err ar Kenyamanan per empa uuk. A m...(2.4) r Dmana : r = Sanar kenyamanan (0,3-0,55 m 2 /space) A = Luas empa uuk oal (m 2 ) m = Jumlah empa uuk (space) Kenyamanan empa berr. Ab m'...(2.5) σ Dmana : σ = Sanar kenyamanan (0,15-0,25 m 2 /space) Ab = Luas empa berr oal (m 2 ) m = Jumlah ruang berr (space) Raso, yau perbanngan anara jumlah empa uuk engan empa berr. Dengan rumus : jumlah empa uuk Raso...(2.6) jumlah empa berr Loa Fakor (LF) Loa Fakor (LF) aalah perbanngan anara jumlah penumpang yang erangku engan kapasas empa uuk yang seakan, nyaakan alam persenase. (Vuchc, 1981). jumlah penumpang erangku LF...(2. kapasas empa uuk 7) Hubungan Kapasas Jalur (Co) an Loa Fakor (LF) Loa Fakor maksmum aalah perbanngan anara jumlah penumpang paa ruas erenu yang palng maksmum banngkan engan kapasas ersea :...(2.8)

6 )...( (2.10) Dmana : Co = Kapasas jalur (pnp/jam) Cv = Kapasas kenaraan (pnp) h = Heaway (ek) F = Frekuens (men) 2.3 JUMLAH ARMADA Jumlah armaa opmal aalah jumlah armaa yang beroperas sesua engan kebuuhan penumpang yang aa, mana penenuan jumlah armaa opmal akan mengunungkan semua phak (penumpang, operaor, an pemernah). Hal n sebabkan jumlah armaa angkuan umum yang melayan rue erenu mempengaruh ngka pelayanan paa rue ersebu. Penyeaan jumlah armaa yang relaf basa besar ar kebuuhan akan mengunungkan bag penumpang. (Vuchc, 1981). LR 60...(2.11) N x v h Dmana : N = Jumlah armaa LR = Panjang rue pulang perg (km) v = Kecepaan empuh rencana (km/jam) h = Heaway (men) 2.4 INERVAL WAKU Heaway (H) aalah selang waku anara ua kenaraan beruruan yang melalu sau k pengamaan. Selang waku ersebu hung mula aangnya kenaraan perama paa suau k pengamaan sampa engan aangnya kenaraan keua paa k pengamaan yang sama. (Vuchc, 1981) Heaway apa rmuskan engan: 60 h (men)...(2.12) f aau 3600 h (ek)...(2.13) f Unuk menapakan frekuans maksmum, heaway kenaraan harus mnmum an apa nyaakan engan: F max 3600 H mn Basanya h s yang lebh menenukan, sehngga kapasas: C = Cv.N.3600 / h s m...(2.14) Penenuan h smn berasarkan suas sasun aau hale (pemberhenan) ersbuk (erkrs). Paa pemberhenan ersbuk hubungan anara jarak an waku aalah sebaga berku: H s mn = s + a + + r + b...(2.15) Dmana : s = Waku berhen = Waku ambahan unuk safey = Waku akseleras = Waku ambahan akba perbeaan reaks = Waku pengereman Frekuens kenaraan (F) aalah jumlah kenaraan yang melewa suau k alam suau jam. Frekuens apa ar jumlah eman maksmum bag engan kapasas sau kenaraan alam sau jam. Frekuens apa nyaakan engan: a r b Deman Max kapasas kenaraan F...(2.16) 2.5 WAKU EMPUH Salah sau fakor penng alam perencanaan ransporas penumpang umum aalah waku perjalanan. Waku perjalanan yang efsen akan menngkakan muu pelayanan angkuan umum. Waku empuh apa apa pengaruh oleh kecepaan perjalanan, panjang rue perjalanan, waku nak urun penumpang an waku unggu ermnal. maka apa rumuskan. Waku yang paka aalah hasl surve yang lakukan lapangan berasarkan peak hour an saa off peak hour. (Morlok 2000) C=LO1 +LO2 + L/V + B/A.(2.17) Dmana : LO= Waku empuh unuk mencapa pemberhenan (jam) L = Panjang rue (km) v = Kecepaan empuh (km/jam) B/A = Waku unuk menark an menurunkan penumpang (boarng/arvng)(jam) C = Waku empuh (jam) 2.6 EORI ANALISA UNUK DEMAND DAN SUPPLYNYA Dgunakan unuk mempreks jumlah kenakan penumpang angkuan umum 5 ahun ke epan sera bagamana penyean sarana an prasarananya. Apakah alam 5 ahun ke epan erja kenakan jumlah calon penumpang angkuan umum, aau erja penurunan jumlah penumpang akba berkurang mna calon penumpang karena beralh ke moa yang lan. Jka erja kenakan jumlah penumpang apakah penyebabnya an bagamana penyean sarana an prasaranya. Sebalknya jka erja penurunan jumlah (mna) calon penumpang hal apa saja yang menja penyebabnya. (amn 2000) Mark Asal ujuan Pola sebaran gambarkan engan Mark Asal ujuan (MA), yang kemuan gunakan unuk pemoelan kebuuhan an perancangan ransporas. MA merupakan mark bermens ua yang bers nformas mengena besar pergerakan anarzona alam aerah erenu. Bars menyaakan zona asal an kolom menyaakan zona ujuan, sehngga sel marknya

7 menunjukkan besarnya arus ar zona asal ke zona ujuan. Benuk umum MA apa lha abel 2.1 bawah n : abel 2.1 Benuk Umum MA Zona N O N O N O N O N N1 N2 N3 NN ON D D1 D2 D3 DN Sumber amn O D O D Dmana : = Jumlah pergerakan ar zona asal ke zona ujuan O = Jumlah pergerakan yang berasal ar zona asal D = Jumlah pergerakan yang menuju ke zona ujuan = oal Marx Paa MA apa keahu secara epa arus pergerakan anar zona, eap ak keahu gambaran arah aau orenas pergerakannya. Hal n aas engan banuan gars kengnan yang apa menunjukkan gambaran pergerakan yang erja, meskpun kelemahannya berupa ak epanya nformas arus pergerakan (besar arus nyaakan engan ebal gars kengnan) Unuk menapakan MA gunakan meoe langsung an ak langsung : Meoe langsung Penekaan yang erganung paa hasl pengumpulan aa an survey lapangan. Meoe ak langsung Meoe engan penekaan meemas bag menja meoe analog an meoe sness. 2.7 PEMODELAN RANSPORASI Moel aalah mea yang apa gunakan unuk menyeerhanakan suau reala yang wujukan alam angka an sajkan secara maemak sehngga jelas hubungan anara komponen-komponen yang erlba alamnya. Pemoelan ransporas berujuan unuk membanu menger cara kerja ssem, yau anara aa guna lahan, pergerakan masyaraka an ssem ransporas yang aa, sera perubahan yang erja paa semua komponen rasnporas. Secara konvensonal perencanaan ransporas koa laksanakan alam 4 ahap (sebu four sage plannng) yakn: 1. Pembangkan Perjalanan (rp Generaon) Perjalanan yang bangkkan aalah jumlah perjalanan yang bangkkan oleh suau zona aau suau pusa kegaan. Bangkan perjalanan apa bag menja ua yau : Perjalanan yang mennggalkan lokas (rp Proucon) Perjalanan yang menuju ke lokas (rp Aracon) rp proucon an rp aracon apa gambarkan seper Gambar 2.1 a) rp orgnang from zone I (b) rp esne o zone j Gambar 2.1 Perjalanan mennggalkan an menuju suau zone 2. Dsrbus Perjalanan (rp Dsrbuon) ujuan pemoelan srbus perjalanan aalah unuk mengkalbras persamaan-persamaan yang akan menghaslkan hasl observas lapangan pola pergerakan asal ujuan perjalanan yang seakura mungkn Keunungan an Kerugan Meoa Fakor Perumbuhan Keunungan : muah menger an aplkaskan aa yang buuhkan hanya aa asal - ujuan, an fakor perumbuhan - buuhkan eras kompuer unuk menapakan kesembangan perjalanan alam marks (hasl moel an observas) Kerugan : srbus perjalanan hanya erganung paa pola perjalanan saa n an perkraan perumbuhan. ak bsa memperhungkan perubahan/ambahan faslas barn masa aang. ak sesua unuk aerah engan perumbuhan yang pesa ak sesua unuk,preks waku yang panjang. 3. Pemlhan Moa (Moal Spl)

8 Moel pemlhan moa berujuan unuk mengeahu propors perjalanan yang akan menggunakan moa ransporas, msalnya kenaraan prba an moa lan msalnya kenaraan umum. Proses n lakukan engan maksu mengkalbras moel pemlhan moa paa ahun asar. Dengan mengeahu varabel-varabel yang berpengaruh apa gunakan unuk menapakan preks pemlhan moa engan menggunakan nla varabel unuk masa menaang. 4. Moel Pelmpahan Rue ( rp Assgnmen ) Pelmpahan rue aalah suau proses mana pergerakan anara 2 zona unuk suau moa erenu bebankan aau lmpahkan kesuau rue yang err ar ruas-ruas jalan erenu. Analss pelmpahan rue err ar ar 2 bagan uama : alasan pemaka jalan memlh rue erenu pengembangan moel yang menggabungkan ssem ransporas engan alasan pemlhan rue. Permoelan yang lakukan alam pengerjaan ugas akhr n melpu Analsa Regres Lner, furness Moel, Pemlhan Moa ransporas an Penenuan Rue Meoe Analog (Growh Facor Moel) Nla ngka perumbuhan gunakan paa pergerakan saa sekarang unuk menapakan masa menaang. Rumus umum yang gunakan alam meoe analog aalah : (amn 2000).E = pergerakan paa masa menaang ar zona asal ke zona ujuan = pergerakan paa masa sekarang ar zona asal ke zona ujuan E = ngka perumbuhan Pergerakan yang akan erja paa suau zona akan menngka serng engan penngkaan perumbuhan aerah ersebu. Macam moel alam Growh Facor Moel aalah : a. Meoe Seragam. Meoe n menggunakan perumbuhan unggal unuk seluruh luas aerah yang menja wlayah su, mana nannya akan gunakan unuk memperkrakan jumlah pergerakan paa masa menaang. Dkaakan seragam karena seluruh zona alam wlayah kajan hanya 1 (sau) nla ngka perumbuhan yang gunakan unuk mengalhkan semua pergerakan paa masa menaang karenakan seluruh zona memlk ngka besaran perumbuhan yang sama. Hal n erlalu eors karena alam reala, ak akan mungkn erja perumbuhan yang sama anara sau zona engan zona lannya. Secara maemas apa jelaskan sebaga berku. (amn 2000).E Fakor perumbuhan apa engan persamaan E Dmana : E = Fakor perumbuhan = oal pergerakan paa ahun rencana = oal pergerakan paa ahun sekarang = Jumlah pergerakan anar zona an zona j paa ahun rencana = jumlah pergerakan anar zona an zona j paa ahun sekarang Asums asar yang gunakan paa meoe n aalah ngka perumbuhan seluruh aerah kajan (ngka perumbuhan global) berpengaruh sama paa perumbuhan lalu lnasnya. b. Meoe Raa Raa (Average Moel) E E E an E 1 Dmana : E, E =Fakor perumbuhan zona an zona, =oalpergerakan anarazona an zona paa ahun rencana, =oal pergerakan anara zona I an zona paa ahun sekarang Proses eras meoe n cukup panjang, sehngga ngka keepannya akan semakn berkurang. Oleh karena u meoe

9 n sekarang suah jarang gunakan.(amn 2000) c. Meoe Fraar Meoe n secara umum memperhakan perkraan jumlah pergerakan yang haslkan ar aau erark ke suau zona an proses sebaran pergerakan masa menaang ar seap zona yang berbanng lurus engan pergerakan paa masa sekarang mofkas engan ngka perumbuhan zona ujuan pergerakan secara maemas meoe fraar nyaakan sebaga berku: (amn 2000) (L..E.E 2 L N k k N E. k k k an L N k k N E. k k k L ) Ieras n lakukan hngga apakan E paa eras ke k suah mencapa konvergen. Proses pengungalangan meoe n cukup rum an membuuhkan proses perhungan yang panjang.. Meoe Dero Meoe n memlk asums walaupun jumlah pergerakan ar zona menngka sesua engan ngka perumbuhan E, pergerakan n juga sebarkan ke zona sebanng engan E bag engan ngka perumbuhan global (E) yang secara umum apa nyaakan sebaga: (amn 2000) E.E. E e. Meoe Furness Meoe n kembangkan paa ahun 1965 yang sekarang serng gunakan alam perencanaan rasporas. Meoenya sanga seerhana an muah gunakan. Paa meoe n sebaran pergerakan paa saa sekarang ulang ke oal pergerakan paa saa sekarang ulang ke oal pergerakan pasa masa yang akan aang secara berganan anara oal penjumlahan pergerakan (bars an kolom). Secara maemas Meoe Furness apa nyaakan ebaga berku. (amn 2000).E Paa meoe n, pergerakan awal (masa sekarang) perama kal kalkan engan ngka perumbuhan zona asal secara berganan sampa oal sel marks asal ujuan unuk seap arah kra kra sama engan oal sel marks asal ujuan yang ngnkan. Evans (1970) menunjukkan bahwa meoe Furness selalu mempunya sau solus akhr an erbuk lebh efsen banngkan engan meoe analog lannya Pemlhan Moa ransporas Pemlhan moa apa kaakan sebaga ahap erpenng alam perencanaan ransporas, karena hal n menyangku efsens pergerakan aerah perkoaan, ruang yang harus seakan koa unuk jakan prasarana ransporas, an banyaknya plhan moa ransporas yang apa plh penuuk. Moel pemlhan moa berujuan unuk mengeahu propors orang yang akan menggunakan seap moa. Fakor-fakor yang mempengaruh pemlhan moa apa kelompokkan menja empa, yau: 1. Cr pengguna jalan: Pemlkan kenaraan, pemlkan SIM, srukur rumah angga, penapaan. 2. Cr pergerakan: ujuan pergerakan, waku erjanya pergerakan, jarak perjalanan. 3 Cr faslas moa ransporas: Waku perjalanan, baya ransporas, keerseaan ruang an arf parkr. 4 Cr koa aau zona: Jarak ar pusa koa an kepaaan penuuk. ahapan n maksukan unuk mengeahu moa apa yang banyak gunakan oleh masyaraka sera mengeahu apakah angkuan koa yang rencanakan bsa menja salah sau alernaf ar sarana angkuan yang bsa erapkan koa Sbolga. Moa ransporas yang jakan permbangan sebaga angkuan umum paa perencanaan rue n aalah: Mkrole Bs Mn Bs Sanar Bs empel

10 Bs ngka Penenuan Rue Paa ssem jarngan ransporas angkuan umum, penumpang berusaha mencar rue yang memnmumkan baya perjalanan yang err ar baya kemacean, waku unggu an berjalan kak, sera waku beraa aas kenaraan (angkuan umum). Berbaga benuk eal jarngan ransporas apa enukan sebaga berku (lha gambar bawah n ) : a) Jarngan jalan gr Jarngan jalan n aalah jarngan jalan yang palng umum aerah meropolan, yang merupakan benuk jarngan jalan yang elah rencanakan. Banyak koa-koa Amerka memlk jarngan jens n. ( lha Gambar (a) ) e) Jarngan heksagonal Jarngan jalan yang jarang paka yang mempunya keunungan engan aanya persmpanganpersmpangan jalan yang berpencar an mengumpul eap anpa melnas sau sama lannya secara langsung. ( lha Gambar (e) ) f) Jarngan jalan ela Jarngan jalan n hampr sama engan jarngan jalan heksagonal engan perbeaan paa benuknya. ( lha Gambar (f )) b) Jarngan jalan raal Jarngan jalan yang berujuan unuk memfokuskan kepaa aerah n erenu, msalnya pusa peragangan (Cenral Bussnes Dsrc, CBD). Koakoa Eropa banyak menggunakan jens n. ( lha Gambar (b) ) c) Jarngan jalan ccn raal Jarngan jalan raal yang gabung engan ks-ks plan-plan ekspress yang menunjukkan penngnya CBD banngkan engan berbaga pusa kegaan lannya ( lha Gambar (c) ) ) Jarngan jalan Jarngan n serng erapa paa jarngan ransporas anar koa paa banyak koror perkoaan yang elah berkembang pesa. ( lha Gambar () ) Melha keaaan koa Sbolga sebaga koa kecl, benuk rue yang memungknkan unuk erapkan aalah benuk gr. Benuk gr berar jarngan ransporas angkuan umum memanfaakan jarngan jalan yang suah aa. Rue yang rencanakan harus memperhakan kebuuhan penumpang an keaaan lalu lnas. Rue harus merupakan rue erpenek engan memnmumkan perganan moa an jalur bag pengguna angkuan koa. Dalam menenukan rue perlu perhakan juga kons ruas jalan (jumlah lajur an lebar lajur) an kons lan use yang lewa oleh rue angkuan koa. BAB III MEODOLOGI 3.1 PENGUMPULAN DAA Pengumpulan aa yang lakukan engan beberapa cara yau : a. Daa prmer Daa yang akan gunakan alam Daa prmer yang gunakan alam perencanaan rue laksanakan engan cara mengs kusoner yang elah seakan. Survey jens n basa sebu engan Home Quzoner Survey. b. Daa Sekuner Daa sekuner yang perlukan alam pengerjaan ugas Akhr n peroleh ar BPS berupa aa jumlah penuuk an luas masng-

11 DAA PRIMER Survey MA masng zona, sera pea wlayah su engan baas kecamaan an jarngan jalan yang erapa alam aerah su yang peroleh ar Kanor Koamaya Sbolga 3.2 FORECASING VARIABLE 3.3 KOMPILASI DAA yang melpu : Mark asal ujuan Mark ravel me (waku empuh perjalanan) 3.4 PEMODELAN RIP DISRIBUSI Furness Moel :.E 3.5 ANALISA PERENCANAAN RUE 3.6 PENENUAN MODA DAN HEADWAY 3.7 ANALISA LOAD FACOR : Deman. Panjang ruas LFraa raa Capacy. Panjang Ruas 3.8 PERHIUNGAN JUMLAH ARMADA FORECASING VARIABEL Jumlah Penuuk h 2010 Fakor Perumbuhan KOMPILASI DAA DAA MARIK RAVEL IME DAA MARIK ASAL UJUAN ANALISA BANGKIAN PERJALANAN DENGAN REGRESI LINEAR ANALISA DISRIBUSI PERJALANAN DENGAN FURNESS MODEL ANALISA PERENCANAAN RUE SKENARIO RENCANA DAA SEKUNDER BPS Jumlah Penuuk Daa jarngan jalan jalan BAB IV DAA PERENCANAAN 4.1 DAA KEPENDUDUKAN KOAMADYA SIBOLGA Daa-aa kepenuukan ersebu ar Baan Pusa Sask Koamaya Sbolga. Aapun aa-aa ersebu apa lha paa abel 4.1 bawah n : abel 4.1 Daa Jumlah Penuuk menuru zone paa ahun Zone No Wlayah KEC. Sbolga Uara Kel.Sbolga Ilr Kel.Angn Naul Kel.Smare-mare Kel.Hua onga-onga Kel.Hua Barangan B KEC. Sbolga Koa Kel. Koa Barngn Kel.Pancuran Gerobak Kel. Pasar Baru Kel. Pasar Belakang C KEC. Sbolga Selaan Kel. Pancuran Kerambl Kel. Pancuran Bambu Kel. Pancuran Pnang Kel. Pancuran Dewa D KEC.Sbolga Sambas Kel. Aek Mans Kel. Aek Habl Kel. Aek Parobunan Kel. Aek Muara Pnang Sumber BPS k II Koamaya Sbolga 4.2 GEOMERIK JALAN Aapun aa geomerk jalan peroleh ar kanor PU Koa Sbolga. Daa-aa ersebu melpu : pe jalan Lebar bahu Lebar perkerasan Mengena aa-aa ersebu apa lha paa abel 3.2 bawah n : PENENUAN MODA DAN HEADWAY ANALISIS JENIS MODA ANALISIS HEADWAY ANALISA LOAD FACOR PERHIUNGAN JUMLAH ARMADA Gambar 3.1 Meoolog Perencanaan

12 abel 4.2 Daa Geomerk Jalan Sumber Dnas aa Koa Sbolga NO. Nama jalan Lebar bahu (M) Lebar Perkerasan (M) Lebar bahu (M) Lebar jalan oal (M) 1 Zona Zona Zona 3 1,5 8 1, Zona 4 1,5 8 1, Zona Zona 6 1,5 8 1, Zona Zona Zona Zona Zona Zona Zona Zona Zona Zona Zona BAB V ANALISA DEMAND PENUMPANG 5.1 ANALISA DEMAND PENUMPANG Unuk meramal jumlah aa sosal ekonom paa ahun menaang, gunakan meoe regres lner aau kenal engan meoe selsh kuara mnmum karena paa meoe n gars penympangannya rekam sekecl mungkn. Hubungan yang erja alam perumusan regeres ersebu nyaakan alam benuk persamaan maemas yang menyaakan hubungan fungsonal anara varabelvarabelnya. Dalam benuk persamaan maemas apa uls sebaga berku : Conoh Perhungan : Jumlah penuuk an fakor perumbuhan zona 1 Persamaan Regres Y = 90.5x Jumlah Penuuk 2009 = 90.5 x = 6578 Jumlah Penuuk 2014 = 90.5 x = Fakor Perumbuhan 6578 = 1,0678 Unuk lebh jelasnya lha abel 5.2. bawah n abel 5.2 Fakor Perumbuhan an Proyeks Jumlah Penuuk Paa ahun Menaang zona fakor Perumbuhan Y = A + BX mana :Y = varabel ak bebas an X = varabel bebas A = N Σ XY ΣX ΣY Σ Y B Σ X B = N Σ X 2 (Y) 2 N Σ XY ΣX ΣY R = [ N ΣX 2 (ΣX 2 )] [ N ΣY 2 (Y) 2 ] mana : A an B = koefsen regres N = jumlah aa R = kefsen korelas

13 aek muara pnang hua onga aek parombunan aek habl aek mans pancuran ewa pancuran pnang pancuran bamboo pancuran keramb pasar belakang pasar baru pancuran gerobak koa berngn - onga huabarangan smare - mare angn naul sbolga lr abel 5.4 Daa Marks asal ujuan hasl qsoner abel 5.5 fakor pengal 5.2 ANALISA DEMAND PENUMPANG DENGAN FURNESS MODEL Meoe n sanga serng gunakan alam perencanaan ransporas,meoe nya sanga seerhana an muah. Paa meoe n sebaran pergerakan paa masa menaang apakan engan mengalkan sebaran paa saa sekarang engan ngka perumbuhan zona asal ujuan yang lakukan secara berganan engan rumus yang recanum paa BAB 2 epan. Daa MA awal yang akan eras engan menggunakan furness moel apa lha paa abel 5.8 abel 5.8 MA yang akan eraskan 5.2 ANALISA DEMAND PENUMPANG PADA AHUN RENCANA DENGAN KALIBRASI POPULASI Daa unuk analsa n peroleh engan melakukan home qusoner. Seelah u lakukan pengsan mark asal ujuan (MA) lha paa abel 5.4. Seelah apakan MA, maka perhungan selanjunya engan mengalbras aa hasl surve aau yang basa sebu sebaga fakor pengal agar hasl lapangan sesua engan sebenarnya Fakor n aalah angka unuk menapakan penekaan kebenaran ar jumlah penumpang sesungguhnya alam sauan waku (per jam). Cara unuk menapakan fakor pengal aalah engan cara membag jumlah populas ap ap kelurahan bag jumlah sample ap kelurahan sehngga apa lha paa lampran abel KEBUUHAN (DEMAND ) Besar pembebanan paa ruas jalan aalah oal rp yang melewa ruas jalan ersebu. Pembeban ruas jalan gunakan unuk merencanakan rue angkuan umum. Unuk mengeahu ruas jalan yang memerlukan angkuan umum, aa yang apa ar abel 5.14 paaplokan paa jarngan jalan.ruei an abel 5.15 paa rue II

14 abel 5.14 Pembebanan Ruas Jalan Paa Rue I Paa Saa Perg Pemlhan rue harus melewa ruas-ruas jalan yang penumpangnya banyak. Rue angkuan umum yang rencanakan harus merupakan rue erpenek engan memnmumkan perganan moa an jalur bag pengguna angkuan umum. alam menenukan rue perlu perhakan juga kons ruas jalan ( jumlah lajur an lebar jalur) an kons lan use yang lewa oleh rue angkuan umum. Perencanaan rue an gambar rue rencana apa lha paa abel 6.2 an gambar 6.1 abel.6.2 Perencanaan Rue Rue Zona Nama jalan Paa Saa Pulang Jl.Horas Jl.R.Suprapo Jl.Pur Runuk Jl.S.Parman Jl.Zanal Arfn Jl.Ae Irma Suryan Jl.Sswomharjo Jl.Pauan Angg Jl.Ssngamangaraja abel 5.15 Pembebanan Ruas Jalan Paa Rue II Paa Saa Perg Jl.Oswal Sahaan Jl.Suomo Jl.Kaamso Jl.Junjungan Lubs Jl. R.Suprapo Jl.enggr Jl.Pauan Angg Jl.Sbolga Baru Jl.Jempol Jl.Horas Jl.Cenrawash Jl.Merpa Jl.Ms.Sanur Jl.Kaer Mank Jl.Ahma Dahlan Jl.Horas Jl.Jempol Jl.Sbolga Baru Jl.Pauan Angg Jl.enggr Jl.R.Suprapo Jl.Junjungan Lubs Jl.Kaamso Jl.Suomo Jl.Oswal Sahaan Paa Saa Pulang BAB VI ANALISA PERENCANAAN RUE DAN MODA ANGKUAN UMUM 6.1 ANALISA PEMILIHAN RUE PERJALANAN D alam penenuan rue perjalanan banyak aspek yang harus perhakan yau : Deman anar zona ngg layan alam sau rue anpa harus bergan angkuan umum lan (oper). Deman renah boleh layan engan bergan angkuan umum yang lan (oper). 6.2 PENENUAN MODA DAN HEADWAY ANGKUAN UMUM Paa pembebanan awal rencanakan menggunakan moa mkrole engan kapasas 12 penumpang engan angka kenyamanan 0,3 m 2. Berasarkan ruas jalan perencanaan rue paa abel 6.1 apa hung besarnya frekuens an heaway angkuan umum yang melayan masng masng zona. Sebaga conoh alam perhungan mencar frekuens an heaway paa rue 1ar berangka yau : Kebuuhan penumpang maksmum = 386pnp/jam Heaway maksmum (h maks) = (Cv x 3600) / P = (12 x 3600) /386 = 111,8106 ek Heaway rencana (h) = 110 ek Kapasas jalur (C) = (CVx3600)/h = ( 12x3600)/110 = 392 penumpang Frekuens (F) = (1/h) x 3600 = ( 1/ 111,8 ) x 3600 = 32 (kenaraan/jam) Check : P / C < / 392 < 1 0,9 < 1..OK.

15 6.3 ANALISA LOAD FAKOR BERDASARKAN KAPASIAS YANG DISEDIAKAN Seelah analsa angkuan umum ahun 2014 alam peak hour engan rue an moa yang rencanakan an sua memenuh syara, maka langkah selanjunya aalah menganalsa loa facor paa ap ap ruas jalan yang lalu angkuan umum, mana loa facor raa raa harus lebh kecl ar 1 ( α < 1) Conoh perhungan paa rue I : Jumlah Peumpang = 206 penumpang/jam Kapasas oal ( Cv ) = 12 penumpang Frekwens = 32 kenaraan/jam Heaway = 110 ek Kapasas jalur ( Co ) = Cv x frekuens =392 pnp/jam Maka paa zona 1 ke zona 4 aalah : LF jumlah penumpang Co ,52 Zona aalah zona 7 engan aa guna lahan err ar perkanoran, pasar, mn mall an sekolah. 2. Dalam memenuh kebuuhan angkuan umum koa Sbolga rencanakan 2 macam rue rayek yang melewa zona-zona sebaga berku : Nama jalan Jl.Horas Jl.R.Suprapo Jl.Pur Runuk Jl.S.Parman Jl.Zanal Arfn Jl.Ae Irma Suryan Jl.Sswomharjo Jl.Pauan Angg Jl.Ssngamangaraja Jl.Oswal Sahaan Jl.Suomo Jl.Kaamso Jl.Junjungan Lubs Jl. R.Suprapo Jl.enggr Jl.Pauan Angg Jl.Sbolga Baru Jl.Jempol Jl.Horas Jl.Cenrawash Jl.Merpa Jl.Ms.Sanur Jl.Kaer Mank Jl.Ahma Dahlan Jl.Horas Jl.Jempol Jl.Sbolga Baru Jl.Pauan Angg Jl.enggr Jl.R.Suprapo Jl.Junjungan Lubs Jl.Kaamso Jl.Suomo Jl.Oswal Sahaan 6.3 PERENCANAAN JUMLAH ARMADA ANGKUAN UMUM. Unuk mengesmas jumlah armaa angkuan umum yang rencanakan paa aerah su perlu memperhakan : Panjang rue yang akan lalu oleh angkuan umum Kecepaan raa-raa angkuan umum yang rencanakan Heaway rencana Jumlah armaa apa hung ar pembagan anar waku empuh engan heaway Conoh perhungan jumlah armaa paa rue I : Jarak empuh = 26 km Kecepaan 40 km/jam Heaway = 110 ek (26 / 40) Jumlah armaa x = 21 kenaraan BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 3. Moa rasporaas yang gunakan aalah mokrole engan kapasas 12 orang engan heaway raa raa 110 ek paa peak hour unuk rue 1an 70 ek paa rue II. 4. Jumlah armaa yang perlukan unuk masng masng rayek berbea engan sesua engan besarnya eman. Jumlah armaa yang perlukan paa rue I aalah 21 kenaraan paa saa peak hour an paa rue II aalah 19 kenaraan paa paa saa peak hour. 5. SARAN 1. Dberahukan kepaa pemlk angkuan umum, unuk menjaga kualas an kenyamanan penumpang. 2. Jawal keberangkaan angkuan umum sebaknya erbkan sesua engan heaway perencanaan. 3. Perlunya lakukan perganan crew angkuan umum, yau paa saa peak hour 4. Apabla suah erealsas perlu aakan koornas engan paguyuban pengemu becak agar ak erja perselshan yang berkepanjangan KESIMPULAN Barasarkan analsa aa unuk perencanaan Barasarkan analsa aa unuk perencanaan angkuan umum ahun apa smpulkan bahwa : 1. Pola pergerakan perjalanana masyaraka Sbolga yang peroleh ar survey home qusoner menunjukkan bahwa pergerakan yang omnan lakukan aalah keaerah perkanoran, pasar, sekolah an faslas umum lannya. Daerah yang menghaslkan bangkan an arkan erbesar

16 DAFAR PUSAKA DAFAR PUSAKA Kepuusan Drekur Jeneral Perhubungan Dara Nomor.274/HK.105/DRJD/96, Peoman ekns Penyelenggaraan Angkuan Penumpang Umum D Wlayah Perkoaan amn, O.Z. (2000) Perencanaan an Permoelan ransporas. IB, Banung. amn, O.Z. (2003) Perencanaan an Permoelan ransporas. IB, Banung. Morlok, Ewar K, Penganar eknk an Perencanaan ransporas, Jakara, Penerb Erlangga, Munawar, Ahma, Dasar-asar eknk ransporas, Jogjakara, Penerb Bea offse, Vuchc, Vukan R. Urban Publc ransporaon Sysem an echnology. Unversy of Pensylvana.

17 UGAS AKHIR-PS 1380 PERENCANAAN RUE ANGKUAN UMUM DI KOA SIBOLGA OLGA KRISAMA NRP Dosen Pembmbng: Caur Aref Prasyano, S., MEng. JURUSAN EKNIK SIPIL Fakulas eknk Spl an Perencanaan Insu eknolog Sepuluh Nopember Surabaya 2010

Kresnanto NC. Model Sebaran Pergerakan

Kresnanto NC. Model Sebaran Pergerakan Kresnano C Moel Sebaran Pergerakan Kresnano C Tujuan Uama: Mengeahu pola pergerakan alam ssem ransporas serng jelaskan alam benuk arus pergerakan (kenaraan, penumpang, an barang) yang bergerak ar zona

Lebih terperinci

PERECANAAN RUTE ANGKUTAN UMUM DI KOTA SIBOLGA. Oleh : Olga kristama Silalahi ( )

PERECANAAN RUTE ANGKUTAN UMUM DI KOTA SIBOLGA. Oleh : Olga kristama Silalahi ( ) PERECANAAN RUTE ANGKUTAN UMUM DI KOTA SIBOLGA Oleh : Olga kristama Silalahi (3104.100.024) DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III METODOLOGI BAB IV DATA PERENCANAAN BAB V ANALISA

Lebih terperinci

BAB IV METODA RUNGE-KUTTA ORDE 4 PADA MODEL ALIRAN FLUIDA YANG TERGANGGU

BAB IV METODA RUNGE-KUTTA ORDE 4 PADA MODEL ALIRAN FLUIDA YANG TERGANGGU BAB IV METODA RUNGE-KUTTA ORDE 4 PADA MODEL ALIRAN FLUIDA YANG TERGANGGU Pada bab III, ka elah melakukan penguan erhadap meoda Runge-Kua orde 4 pada persamaan panas. Haslnya, solus analk persamaan panas

Lebih terperinci

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) Creaed by Smpo PDF Creaor Pro (unregsered verson) hp://www.smpopdf.com Sask Bsns : BAB 8 VIII. ANALISIS DATA DERET BERKALA (TIME SERIES) 8.1 Pendahuluan Daa Berkala (Daa Dere waku) adalah daa yang dkumpulkan

Lebih terperinci

' PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 4 TAHUN 2012 PEMBERIAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESIN BAGI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN PACITAN

' PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 4 TAHUN 2012 PEMBERIAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESIN BAGI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN PACITAN j BUPAT PACTAN ' PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESN BAG NDUSTR KECL DAN MENENGAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 8 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

BAB 8 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Maa kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB 8 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Persamaan dferensal dapa dbedakan menjad dua macam erganung pada jumlah varabel bebas. Apabla persamaan ersebu mengandung hana sau varabel

Lebih terperinci

! BUPATI PACriAN j PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 18 TAHUN 2013

! BUPATI PACriAN j PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 18 TAHUN 2013 ! BUPAT PACrAN j PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN DEWAN PENGAWAS BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA RUMAH SAKT UMUM DAERAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN FASILKOM-UDINUS T.SUTOJO RANGKAIAN LISTRIK HAL 1

BAB I PENDAHULUAN FASILKOM-UDINUS T.SUTOJO RANGKAIAN LISTRIK HAL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Defns Rangkaan Lsrk Rangkaan Lsrk adalah sambungan dar beberapa elemen lsrk ( ressor, kapasor, ndukor, sumber arus, sumber egangan) yang membenuk mnmal sau lnasan eruup yang dapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB II PENYEARAH TERKENDALI. fasa thyristor. Tegangan keluaran penyearah terkendali dapat divariasikan dengan

BAB II PENYEARAH TERKENDALI. fasa thyristor. Tegangan keluaran penyearah terkendali dapat divariasikan dengan BAB PENYEAAH TEKENDA Unuk menghalkan egangan keluaran yang erkenal gunakan pengenal faa hyror. Tegangan keluaran penyearah erkenal apa varakan engan mengonrol aau mengaur uu penyalaan hyror. Thyror nyalakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR. Latar belakang Metode Numerik Ilustrasi masalah numerik Angka signifikan Akurasi dan Presisi Pendekatan dan Kesalahan

KONSEP DASAR. Latar belakang Metode Numerik Ilustrasi masalah numerik Angka signifikan Akurasi dan Presisi Pendekatan dan Kesalahan KONSEP DASAR Laar belakang Meode Numerk Ilusras masalah numerk Angka sgnfkan Akuras dan Press Pendekaan dan Kesalahan Laar Belakang Meode Numerk Tdak semua permasalahan maemas dapa dselesakan dengan mudah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

\ DANA ALOKASI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

\ DANA ALOKASI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA y BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN : NOMOR 55" TAHUN 20 ; TENTANG \ DANA ALOKAS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN, Menmbang : a. bahwa dalam rangka penngkaan penyelenggaraan pemernahan,

Lebih terperinci

SISTEM REKOMENDASI NILAI MATA KULIAH MENGGUNAKAN METODE CONTENT-BASED FILTERING

SISTEM REKOMENDASI NILAI MATA KULIAH MENGGUNAKAN METODE CONTENT-BASED FILTERING Semnar Nasonal Informaka 00 (semnasif 00) ISSN: 979-38 UPN Veeran Yogyakara, Me 00 SISTEM REKOMENDASI NILAI MATA KULIAH MENGGUNAKAN METODE CONTENT-BASED FILTERING Puspanngyas Sanjoyo A ) ) Teknk Informaka,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Gorontalo pada tahun ajaran 2012/2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Gorontalo pada tahun ajaran 2012/2013 3. Lokas dan Waku Penelan 3.. Lokas Penelan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelan n dlaksanakan d SMP Neger 7 Goronalo pada ahun ajaran 0/03 3.. Waku Penelan Penelan n d laksanakan pada semeser genap ahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN : NOMOR 18 TAHUN 2001

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN : NOMOR 18 TAHUN 2001 I I PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN : NOMOR 18 TAHUN 2001 \ TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TAHUN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 65 BAB IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Penyaan Data Hasl Peneltan Data-ata hasl peneltan yang gunakan alam pengolahan ata aalah sebaga berkut: a. ata waktu kera karyawan b. ata umlah permntaan konsumen c. ata

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

V. DISTRIBUSI PERJALANAN

V. DISTRIBUSI PERJALANAN V. DISTRIBUSI PERJALANAN 5.. PENDAHULUAN Trp strbuton aalah suatu tahapan yang menstrbuskan berapa jumlah pergerakan yang menuju an berasal ar suatu zona. Paa tahapan n yang perhtungkan aalah :. Sstem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 5 ENTROPI PADA MATRIKS EMISI MODEL MARKOV TERSEMBUNYI

BAB 5 ENTROPI PADA MATRIKS EMISI MODEL MARKOV TERSEMBUNYI BAB ETROPI PADA MATRIKS EMISI MODEL MARKOV TERSEMBUYI Model Markov Tersembuny (Hdden Markov Model, MMT) elah banyak daplkaskan dalam berbaga bdang seper pelafalan bahasa (speeh reognon) dan klasfkas (luserng).

Lebih terperinci

Jumlah kasus penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Surabaya tahun

Jumlah kasus penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Surabaya tahun Baasan Masalah Jumlah kasus pendera penyak Demam Berdarah Dengue (DBD d Koa Surabaya ahun - Varabel Explanaory (Varabel penjelas yang dgunakan dalam penelan adalah varabel Iklm (Curah hujan, Suhu, Kelembaban

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIS UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI MINUMAN MARIMAS

PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIS UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI MINUMAN MARIMAS PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIS UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI MINUMAN MARIMAS Mra Puspasar, Snggh Sapad, Dana Puspasar Absraks PT Ulam Tba Halm merupakan salah sau ndusr mnuman serbuk d Indonesa, dmana

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

PENENTUAN UKURAN SAMPEL UNTUK SURVEY PILKADA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BAYES

PENENTUAN UKURAN SAMPEL UNTUK SURVEY PILKADA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BAYES Prosng Semnar Nasonal Matematka an Penkan Matematka (SESIOMADIKA) 017 ISBN: 978-60-60550-1-9 Statstka, hal. 14-18 PENENTUAN UKURAN SAMPEL UNTUK SURVEY PILKADA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BAYES NENENG SUNENGSIH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Analisis Jalur / Path Analysis

Analisis Jalur / Path Analysis Analss Jalur / Pah Analyss Analss jalur adalah salah sau benuk model SEM yang dak mengandung varable laen. Tenu saja model n lebh sederhana dbandngkan dengan model SEM lengka. Analss jalur sebenarnya meruakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

BUPAH PAOTAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYESUAIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BUPAH PAOTAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYESUAIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH r BUPAH PAOTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYESUAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA! BUPAT PACTAN, Menglnga a. bahwa guna kelancaran

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN 1 NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN 1 NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG BERTA DAERAH KABUPATEN PACTAN TAHUN 200 NOMOR 7 PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 6 TAHUN 200 TENTANG PERUBAHAN KETGA ATAS PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 28 TAUN 2009 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

Line Transmisi. Oleh: Aris Heri Andriawan ( )

Line Transmisi. Oleh: Aris Heri Andriawan ( ) ANALISIS APLIKASI PENJADWALAN UNIT-UNIT PEMBANGKIT PADA SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI DENGAN MENGGUNAKAN UNIT COMMITMENT, UNIT DECOMMITMENT DAN MODIFIED UNIT DECOMMITMENT Oleh: Ars Her Andrawan (07000)

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

STUDI DEMAND PENUMPANG TRANSPORTASI UDARA MENUJU DAN KELUAR KABUPATEN FAKFAK ABSTRAK

STUDI DEMAND PENUMPANG TRANSPORTASI UDARA MENUJU DAN KELUAR KABUPATEN FAKFAK ABSTRAK STUDI DEMAND PENUMPANG TRANSPORTASI UDARA MENUJU DAN KELUAR KABUPATEN FAKFAK Wjayanto Mahasswa Magster Bang Keahlan Manajemen Dan Rekayasa Transportas Fakultas Teknk Spl an Perencanaan Insttut Teknolog

Lebih terperinci

( ) STUDI KASUS. ò (, ) ( ) ( ) Rataan posteriornya adalah = Rataan posteriornya adalah (32)

( ) STUDI KASUS. ò (, ) ( ) ( ) Rataan posteriornya adalah = Rataan posteriornya adalah (32) 8 Raaan poserornya adalah E m x ò (, ) f ( x) m f x m f f m ddm (32) Dalam obseras basanya dgunakan banyak daa klam. Msalkan saja erdr dar grup daa klam dengan masng-masng grup ke unuk seap, 2,..., yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

ESTIMASI PELUANG KEMUNCULAN KLAIM PADA PERUSAHAAN ASURANSI KECELAKAAN MELALUI PEMODELAN POINT PROCESS

ESTIMASI PELUANG KEMUNCULAN KLAIM PADA PERUSAHAAN ASURANSI KECELAKAAN MELALUI PEMODELAN POINT PROCESS Prosng Semnar Nasonal Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 ESTIMASI PELUANG KEMUNCULAN KLAIM PADA PERUSAHAAN ASURANSI KECELAKAAN MELALUI PEMODELAN POINT PROCESS Irmayan 1, Nur Asm Rahmawa 2 Unversas Cokroamnoo

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. I PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMOR ;i6tahun 2010

BUPATI PACITAN. I PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMOR ;i6tahun 2010 3 1 BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN \ NOMOR ;6TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SSTEM PENGENDALAN NTERN PEMERNTA D LNGKUNGAN PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN,

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

Di bidang ekonomi tidak semua informasi dapat diukur secara kuantitatif. Peubah dummy digunakan untuk memperoleh informasi yang bersifat kualitatif

Di bidang ekonomi tidak semua informasi dapat diukur secara kuantitatif. Peubah dummy digunakan untuk memperoleh informasi yang bersifat kualitatif Regres Dummy D bdang ekonom dak semua nformas dapa dukur secara kuanaf Peubah dummy dgunakan unuk memperoleh nformas yang bersfa kualaf Conoh pada daa cross secon: Gender: sebaga penenu jumlah pendapaan

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

PENDUGAAN STATISTIK AREA KECIL DENGAN METODE EMPIRICAL CONSTRAINED BAYES 1

PENDUGAAN STATISTIK AREA KECIL DENGAN METODE EMPIRICAL CONSTRAINED BAYES 1 PENDUGAAN SAISIK AREA KECIL DENGAN MEODE EMPIRICAL CONSRAINED AYES Ksmann Jurusan Penddkan Maemaka FMIPA Unversas Neger Yogyakara Absrak Meode emprcal ayes (E merupakan meode yang lebh aplkaf pada pendugaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor Tiap Jenis di Wilayah Surabaya dan Blitar dengan Model ARIMA Box-Jenkins dan Vector Autoregressive (VAR)

Peramalan Penjualan Sepeda Motor Tiap Jenis di Wilayah Surabaya dan Blitar dengan Model ARIMA Box-Jenkins dan Vector Autoregressive (VAR) JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No., (04) 337-350 (30-98X Prn) D-36 Peramalan Penjualan eda Moor Tap Jens d Wlayah Surabaya dan Blar dengan Model ARIMA Box-Jenkns dan Vecor Auoregressve (VAR) Ade

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

APLIKASI STRUKTUR GRUP YANG TERKAIT DENGAN KOMPOSISI TRANSFORMASI PADA BANGUN GEOMETRI. Mujiasih a

APLIKASI STRUKTUR GRUP YANG TERKAIT DENGAN KOMPOSISI TRANSFORMASI PADA BANGUN GEOMETRI. Mujiasih a APLIKASI STRUKTUR GRUP ANG TERKAIT DENGAN KOMPOSISI TRANSFORMASI PADA BANGUN GEOMETRI Mujash a a Program Sud Maemaka Jurusan Tadrs Fakulas Tarbah IAIN Walsongo Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngalan Semarang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 5" TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PACITAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN ; NOMOR 5" TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERA KABUPATEN PACTAN NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAAN PERUSAHAAN DAERAH AR MNUM j KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

ANALISIS DEMAND BUS RAPID TRANSIT PADA MERR SURABAYA

ANALISIS DEMAND BUS RAPID TRANSIT PADA MERR SURABAYA 1 ANALISIS DEMAND BUS RAPID TRANSIT PADA MERR SURABAYA Rizki Amalia Kusuma Wardhani Jurusan Teknik Sipil, FTSP-ITS email: rizzzkiamalia89@gmail.com ABSTRAK Surabaya merupakan salah satu kota metropolitan

Lebih terperinci

BAB III THREE STAGE LEAST SQUARE. Sebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya, salah satu metode

BAB III THREE STAGE LEAST SQUARE. Sebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya, salah satu metode BAB III THREE STAGE LEAST SQUARE Sebagamana elah dsnggung pada bab sebelumnya, salah sau meode penaksran parameer pada persamaan smulan yau meode Three Sage Leas Square (3SLS. Sebelum djelaskan lebh lanju

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERSEDIAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PABRIK PRODUK BETON PT WIJAYA KARYA BETON, BOGOR

PERENCANAAN PERSEDIAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PABRIK PRODUK BETON PT WIJAYA KARYA BETON, BOGOR B-5-1 PERENCANAAN PERSEDIAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PABRIK PRODUK BETON PT WIJAYA KARYA BETON, BOGOR Wsnu Bud Sunaryo, Haryono ITS Surabaya ABSTRAK Dalam duna konsruks saa n pemakaan produk beon

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUAT TATITIK 3.. ejarah ingka BP (Badan Pusa aisik) A. Masa Pemerinahan Hindia Belanda Pada bulan Februari 920, Kanor aisik perama kali didirikan oleh Direkur peranian, Kerajinan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.. KERANGKA ANALISIS Kerangka analss merupakan urutan dar tahapan pekerjaan sebaga acuan untuk mendapatkan hasl yang dharapkan sesua tujuan akhr dar kajan n, berkut kerangka

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Persamaan Dferensal Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dar suau persamaan dferensal orde sau adalah:

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Solusi Eksak Persamaan Boltzman dengan Nilai Awal Bobylev Misalkan dipilih nilai awal Bobylev berikut:

PEMBAHASAN. Solusi Eksak Persamaan Boltzman dengan Nilai Awal Bobylev Misalkan dipilih nilai awal Bobylev berikut: PEMBAHASAN Paa karya ilmiah ini persamaan Bolzmann yang akan icari solusinya aalah persamaan Bolzmann spasial homogen yaiu persamaan Bolzmann engan x bernilai nol iuliskan: S cos [ ] e. g θ 4 uas kiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BUPATl PACITAN. I PERATURAN BUPATl PACITAN \ NOMOR IS TAIIUN 2008 TENTANG

BUPATl PACITAN. I PERATURAN BUPATl PACITAN \ NOMOR IS TAIIUN 2008 TENTANG BUPATl PACTAN PERATURAN BUPATl PACTAN \ NOMOR S TAUN 2008 TENTANG STRUKTUR ORGANSAS DAN TATA KERJA SEKRE l ARAT DEWAN PENGURUS KABUPATEN KORPS PEGAWA REPUBMK NDONESA KABUPATEN PACTAN BUPATl PACTAN Menmbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Masalah Knerja pembangunan ekonom Indonesa bsa dkaakan sanga membanggakan dengan ngka perumbuhan ekonom selama beberapa dekade erakhr n sangalah ngg, walaupun mengalam

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci