BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA"

Transkripsi

1 60 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah : 1. Data Kapasitas Produksi Adapun kapasitas produksi reguler perhari untuk satu lini produksi di PT. Marino Pelita Indonesia adalah 35 pasang sepatu. Perusahaan memiliki 5 lini sehingga dalam sehari dapat menghasilkan 175 pasang sepatu. Sedangkan kapasitas produksi lembur perhari untuk satu lini produksi adalah 20 pasang sepatu sehingga total adalah 100 pasang sepatu untuk 5 lini. 2. Data Permintaan Tabel 4.1 Data permintaan sepatu PDL dan PDH Jumlah Bulan Permintaan Juli 5500 Agustus 5500 September 4325 Oktober 4675 November 6050 Desember 3023 Sumber : PT. Marino Pelita Indonesia Jenis Produk PDL PDH

2 61 N o 3. Data Biaya Produksi (Lembur dan Reguler) Tabel 4.2 Biaya Produksi PDH (lembur dan Reguler) Satua n Harga Satuan (Rp) Pemakaia n Jumlah Harga (Rp) Nama Bahan Kulit Full Grain Cetak Jeruk Ft Kulit Voering Ft Kain Drill Ft Mata Ayam Pcs Kain Keras Bagian Jari Mtr Kain Keras Bagian Tumit Mtr Leather Coat Ft Lem Molding Ltr Paku Open Dus Lem Open Liter Hak Kayu Pcs Karet Compound Kg Kulit Tatakan Ft Semir Klg Dus Sepatu Pcs Tali Sepatu Psg Finishing Agent Ltr Jarum Jahit Pcs Kantong Plastik Lbr Lain-Lain Ongkos Tenaga Kerja Biaya Umum Biaya Lost Opportunity 2500 Jumlah Sumber : PT. Marino Pelita Indonesia

3 62 N o Tabel 4.3 Biaya Produksi PDL (lembur dan Reguler) Satua n Harga Satuan (Rp) Pemakaia n Jumlah Harga (Rp) Nama Bahan Kulit Full Grain Cetak Jeruk Ft Kulit Voering Ft Kain Drill Ft Mata Ayam Pcs Kain Keras Bagian Jari Mtr Kain Keras Bagian Tumit Mtr Leather Coat Ft Lem Molding Ltr Paku Open Dus Lem Open Liter Hak Kayu Pcs Karet Compound Kg Kulit Tatakan Ft Semir Klg Dus Sepatu Pcs Tali Sepatu Psg Finishing Agent Ltr Jarum Jahit Pcs Kantong Plastik Lbr Lain-Lain Ongkos Tenaga Kerja Biaya Umum Biaya Lost Opportunity 3000 Jumlah Sumber : PT. Marino Pelita Indonesia

4 63 4. Data Komponen dan Lot Size Tabel 4.4 Data Komponen dan Lot Size No Nama Bahan Baku Lot Size Satuan 1 Tali Sepatu 30 Psg 2 Kayu 10 Pcs 3 Karet 50 Kg 4 Leather Coat 30 Lbr 5 Kulit Alas 30 Ft 6 Kain Keras Bagian Tumit 20 Mtr 7 Kain Keras Bagian Jari 20 Mtr 8 Mata Ayam 10 Pcs 9 Kulit Jenis 1 50 Ft 10 Kulit Jenis 2 50 Ft 11 Kain Drill 20 Ft Sumber : PT. Marino Pelita Indonesia 5. Data Lead Time Karena pemesanan bahan baku dilaksanakan sebelum sesi produksi dimulai, maka lead time yang digunakan untuk perhitungan MRP adalah 0 (nol) untuk semua jenis komponen. 4.2 Pengolahan Data Perencanaan Agregat Dengan Metode Transportasi Input data yang diperlukan untuk membuat perencanaan agregat dengan metode transportasi adalah jumlah persediaan awal, permintaan total, dan Kapasitas Produksi Terpasang (KPT). Sebelum melakukan perhitungan

5 64 metode transportasi terlebih dahulu akan dilakukan perhitungan jumlah KPT untuk kondisi regular dan lembur. 1. Perhitungan KPT dan agregat untuk produk PDL - KPT KPT Reg Periode 1 = Kapasitas Re gulerharianperlini JumlahLini JumlahHariKerja = 35 pasang 5lini 20hari = 3500 pasang KPT Lembur Per 1 = KapasitasL emburharianperlini JumlahLini JumlahHariKerja = 20 pasang 5lini 20hari = 2000 pasang KPT Reg Periode 2 = Kapasitas Re gulerharianperlini JumlahLini JumlahHariKerja = 35 pasang 5lini 20hari = 3500 pasang KPT Lembur Per 2 = KapasitasL emburharianperlini JumlahLini JumlahHariKerja = 20 pasang 5lini 20hari = 2000 pasang

6 65 KPT Reg Periode 3 = Kapasitas Re gulerharianperlini JumlahLini JumlahHariKerja = 35 pasang 5lini 21hari = 3675 pasang KPT Lembur Per 3 = KapasitasL emburharianperlini JumlahLini JumlahHariKerja = 20 pasang 5lini 21hari = 2100 pasang - Perencanaan Agregat 1. Metode Least Cost (Solusi Awal) Tabel 4.5 Rencana Produksi Agregat Produk PDL Metode Least Cost Pasokan Dari Persediaan Awal Periode 3 Periode 2 Periode 1 Reguler Lembur Reguler Lembur Reguler Lembur Permintaan Total Permintaan Untuk Kapasitas Tak Kapasitas Total Periode 1 Periode 2 Periode 3 Terpakai (Dummy) yang Tersedia Ket : Besarnya biaya diambil dari tabel 4.3

7 66 ( ) + ( ) + ( ) + ( )+ TotalBiaya = 1600 = ( ) + ( ) + ( ) + ( ) TotalBiaya= = TotalBiaya = Metode Least Cost (Solusi Akhir) Variabel masuk : Iterasi pertama Variabel dasar U1=0 X 11 : U1+ V1 = C V1 = C11 v1 = 0 X 21 : U 2 + V1 = C21 U = U 2 = X 33 : U3 + V 3 = C33 U = U3 = X 34 : U 3 + V 4 = C V 4 = 0 V 4 = X 41 : U 4 + V1 = C41 U = U 4 = X 42 : U 4 + V 2 = C V 2 = V 2 = 0 X 52 : U5 + V 2 = C52 U5 + 0 = U5 = X 53 : U 5 + V 3 = C V 3 = V 3 = 4500 X 62 : U 6 + V 2 = C62 U = U 6 = X 73 : U 7 + V 3 = C73 U = U 7 = Var Non Dasar : X12 : U1+ V 2 C12 = = 7500 X13 : U1+ V 3 C13 = = X14 : U1+ V 4 C14 = 0 + ( ) 0 = X 22 : U 2 + V 2 C22 = = 7500 X 23 : U 2 + V 3 C 23 = = X 24 : U 2 + V 4 C24 = ( ) 0 = X 31 : U3 + V1 C31 = = 7500 X 32 : U 3 + V 2 C32 = = 0 X 43 : U 4 + V 3 C43 = = 3000 X 44 : U 4 + V 4 C44 = ( ) 0 = 10500

8 67 X 51 : U5 + V1 C51 = = 0 X 54 : U5 + V 4 C54 = ( ) 0 = 7500 X 61 : U 6 + V1 C61 = = 0 X 63 : U 6 + V 3 C63 = = 4500 X 64 : U 6 + V 4 C64 = ( ) 0 = X 71: U 7 + V1 C71 = = 4000 X 72 : U 7 + V 2 C72 = = 4500 X 74 : U 7 + V 4 C74 = ( ) 0 = Variabel Keluar : Tabel 4.6 Rencana Produksi Agregat Produk PDL Metode Stepping Stone Periode 1 Periode 2 Periode 3 Pasokan Dari Persediaan Awal 100 Reguler Lembur Reguler Lembur Reguler Lembur Permintaan Total Permintaan Untuk Periode 1 Periode 2 Periode Kapasitas Tak Terpakai (Dummy) Kapasitas Total yang Tersedia

9 68 Tabel Baru : Tabel 4.7 Rencana Produksi Agregat Produk PDL Setelah menggunakan Metode Stepping Stone Pasokan Dari Permintaan Untuk Periode 1 Periode 2 Periode 3 Persediaan Awal 100 Reguler Lembur Reguler Lembur Reguler Lembur Permintaan Total Periode 1 Periode 2 Periode 3 Kapasitas Tak Terpakai (Dummy) Kapasitas Total yang Tersedia ( ) + ( ) + ( 100 0) + ( ) + ( ) + ( ) + ( ) + ( ) + ( )+ TotalBiaya = = 2000 = ( ) TotalBiaya= = TotalBiaya = Rp

10 69 Iterasi Kedua Var dasar U1 = 0 X11 : U1+ V1 = C V1 = C11 v1 = 0 X 21 : U 2 + V1 = C21 U = U 2 = X 31 : U3 + V1 = C31 U3 + 0 = U 3 = X 33 : U3 + V 3 = C V 3 = V 3 = X 34 : U 3 + V 4 = C V 4 = 0 V 4 = X 41 : U 4 + V1 = C41 U = U 4 = X 42 : U 4 + V 2 = C V 2 = V 2 = 0 X 53 : U5 + V 3 = C53 U = U5 = X 62 : U 6 + V 2 = C62 U = U 6 = X 73 : U 7 + V 3 = C73 U = U 7 = Var Non Dasar X12 : U1+ V 2 C12 = = 7500 X13 : U1+ V 3 C13 = = 3000 X14 : U1+ V 4 C14 = 0 + ( ) 0 = X 22 : U 2 + V 2 C22 = = 7500 X 23 : U 2 + V 3 C 23 = = 3000 X 24 : U 2 + V 4 C24 = = 3000 X 32 : U3 + V 2 C32 = = 7500 X 43 : U 4 + V 3 C43 = = 7500 X 44 : U 4 + V 4 C44 = ( ) 0 = 3000 X 51: U5 + V1 C51 = = 7500 X 52 : U5 + V 2 C52 = = 7500 X 54 : U5 + V 4 C54 = ( ) 0 = 7500 X 61 : U 6 + V1 C61 = = 0 X 63 : U 6 + V 3 C63 = = 0 X 64 : U 6 + V 4 C64 = ( ) 0 = 3000 X 71: U 7 + V1 C71 = = X 72 : U 7 + V 2 C72 = = X 74 : U 7 + V 4 C74 = ( ) 0 = Ket : Variabel Keluarnya tidak dibuat karena pada waktu nilai variabel masuk dihitung semua nilainya negatif dan nol.

11 70 2. Perhitungan KPT dan agregat untuk produk PDH - KPT KPT Reg Periode 1 = Kapasitas Re gulerharianperlini JumlahLini JumlahHariKerja = = 2975 KPT Lembur Per 1 = KapasitasL emburharianperlini JumlahLini JumlahHariKerja = = 1700 KPT Reg Periode 2 = Kapasitas Re gulerharianperlini JumlahLini JumlahHariKerja = = 3850 KPT Lembur Per 2 = KapasitasL emburharianperlini JumlahLini JumlahHariKerja = = 2200

12 71 KPT Reg Periode 3 = Kapasitas Re gulerharianperlini JumlahLini JumlahHariKerja = = 3500 KPT Lembur Per 3 = KapasitasL emburharianperlini JumlahLini JumlahHariKerja = = Perencanaan Agregat 1. Metode Vogel Approximation Method (Solusi Awal) Tabel 4.8 Rencana Produksi Agregat Produk PDH Metode Vogel Pasokan Dari Permintaan Untuk Kapasitas Tak Kapasitas Total Periode 1 Periode 2 Periode 3 Terpakai (Dummy) yang Tersedia Persediaan Awal Reguler Lembur Reguler Lembur Periode 1 Periode 2 Reguler Lembur Permintaan Total Periode 3 Ket : Besarnya biaya diambil dari tabel 4.2

13 72 ( ) + ( ) + ( ) + ( )+ TotalBiaya = 477 = ( ) + ( ) TotalBiaya = TotalBiaya = Metode Vogel Approximation Method (Solusi Akhir) Variabel Masuk Variabel Dasar : U1 = 0 X 11 : U1+ V1 = C V1 = 0 V1 = 0 X 21 : U 2 + V1 = C21 U = U 2 = X 31 : U3 + V1 = C31 U3 + 0 = U3 = X 34 : U 3 + V 4 = C V 4 = 0 V 4 = X 42 : U 4 + V 2 = C42 U = U5 = X 54 : U 5 + V 4 = C54 U = 0 U 5 = X 62 : U 6 + V 2 = C62 U = U 6 = X 63 : U 6 + V 3 = C V 3 = V 3 = 0 X 72 : U 7 + V 2 = C V 2 = V 2 = 0 X 74 : U 7 + V 4 = C74 U = 0 U 7 = ( ) ( ) Variabel non dasar : X 12 : U1+ V 2 C12 = = 7500 X 13 : U1+ V 3 C13 = = X 14 : U1+ V 4 C14 = 0 + ( 97745) 0 = X 22 : U 2 + V 2 C22 = = 7500 X 23 : U 2 + V 3 C23 = = X 24 : U 2 + V 4 C24 = = X 32 : U 3 + V 2 C32 = = 7500 X 33 : U 3 + V 3 C33 = = X 41 : U 4 + V1 C41 = = 0 X 43 : U 4 + V 3 C43 = = 7500 X 44 : U 4 + V 4 C44 = = X 51 : U 5 + V1 C51 = = 0 X 52 : U 5 + V 2 C52 = = 0 X 53 : U 5 + V 3 C53 = = 7500 ( ) 5000 ( ) 5000

14 73 X 61 : U 6 + V1 C61 = = 0 X 64 : U 6 + V 4 C64 = = X 71 : U 7 + V1 C71 = = 0 X 73 : U 7 + V 3 C73 = = 0 ( ) 5000 Ket : Variabel Keluarnya tidak dibuat karena pada waktu nilai variabel masuk dihitung semua nilainya negative dan nol Tabel Konversi Sebelum melaksanakan pembuatan MPS dan MRP, angka-angka yang terdapat pada tabel transportasi harus diubah dulu satuan waktunya dari bulanan ke mingguan. Perubahan itu dilakukan melalui pembuatan tabel konversi seperti pada tabel 4.9.

15 74 Tabel 4.9 Konversi PDL Minggu Hari / Hari / Agregasi / Konversi Kapasitas / Konversi Minggu Bulan bulan MS bulan KPT

16 75 Tabel 4.10 Konversi PDH Agregasi Kapasitas Minggu Hari / Hari / / Konversi / Konversi Minggu Bulan bulan MS bulan KPT Contoh Perhitungan : Minggu 1 : Agregasi/bulan = diambil dari tabel transportasi dengan metode terbaik pada kolom kapasitas total yang tersedia. Agregasi/bulan = 2975

17 76 Hari / Minggu KonversiMS = Agregasi / Bulan Hari / Bulan 5 KonversiMS = KonversiMS = 875 Kapasitas/bulan = diambil dari tabel transportasi dengan metode terbaik pada Kapasitas/bulan = 4675 kolom permintaan total. KonversiKPT KonversiKPT KonversiKPT Hari / Minggu = Kapasitas / Bulan Hari / Bulan 5 = = Struktur Produk Sebelum membuat MPS terlebih dahulu dibuat struktur produk untuk menunjukkan rangkaian struktur semua komponen yang digunakan untuk memproduksi sepatu militer jenis PDL dan PDH. Struktur produk ini merupakan suatu jaringan untuk menggambarkan hubungan induk (parent product) hingga ke komponen penyusunnya. Struktur produk didefinisikan sebagai cara komponen-komponen itu bergabung ke dalam suatu produk selama proses manufakturing.

18 77 Struktur produk tipikal akan menunjukkan bahan baku yang dikonversi ke dalam komponen-komponen fabrikasi, kemudian komponenkomponen itu bergabung bersama untuk membuat subassemblies, kemudian subassemblies bergabung bersama membuat assemblies, dan seterusnya sampai produk akhir. Struktur produk sering ditampilkan dalam bentuk gambar. (Gaspersz, 2001, p148). Gambar 4.1 Struktur Produk PDL

19 78 Gambar 4.2 Struktur Produk PDH Bill Of Material (BOM) Dalam struktur produk di atas nama-nama komponen penyusun hanya dinyatakan dalam kode huruf. Metode BOM ini akan mengijinkan perencana untuk memenuhi tujuan-tujuan opersional maupun non operasional yang lain. Biasanya pendekatan BOM akan efektif apabila terdapat perubahan proses yang meningkat dan lingkungan yang kompetitif serta dinamik. BOM didefinisikan sebagai suatu pengelompokkan artificial dari item-item dan/atau kejadian-kejadian dalam format BOM. Itu dipergunakan untuk memudahkan penjadwalan produksi induk (MPS) atau

20 79 perencanaan kebutuhan material (MRP) (Gaspersz, 2001, p148). Untuk memperjelas arti kode tersebut maka dibuat BOM seperti pada tabel berikut. Tabel 4.11 BOM PDL No Komponen Level Deskripsi Kode Jumlah BOM UOM 1 1 Assembly 7 A7 1 Each 2.2 Assembly 5 A5 1 Each 3..3 Assembly 3 A3 1 Each 4 4 Assembly 2 A2 1 Each 5.5 Assembly 1 A1 1 Each 6..6 Kulit Jenis 1 K1 4.2 Ft 7..6 Kulit Jenis 2 K2 1.6 Ft 8..6 Kain Drill KD 4.2 Ft 9.5 Mata Ayam MA 16 Pcs 10 4 Kain Keras Bagian Jari KKBJ Mtr 11 4 Kain Keras Bagian Tumit KKBT Mtr Assembly 4 A4 1 Each 13 4 Kulit Bagian Alas KBA 0.6 Ft 14 4 Leather Coat LC Ft 15.2 Assembly 6 A6 1 Each Karet KRT 1 Kg Kayu KY 2 Pcs 18 1 Tali Sepatu TS 1 Psg Tabel 4.12 BOM PDH No Komponen Level Deskripsi Kode Jumlah BOM UOM 1 1 Assembly 7 A7 1 Each 2.2 Assembly 5 A5 1 Each 3..3 Assembly 3 A3 1 Each 4 4 Assembly 2 A2 1 Each 5.5 Assembly 1 A1 1 Each 6..6 Kulit Jenis 1 K1 2.5 Ft 7..6 Kulit Jenis 2 K2 1.5 Ft 8..6 Kain Drill KD 2.5 Ft 9.5 Mata Ayam MA 10 Pcs 10 4 Kain Keras Bagian Jari KKBJ Mtr 11 4 Kain Keras Bagian Tumit KKBT Mtr Assembly 4 A4 1 Each 13 4 Kulit Bagian Alas KBA 0.6 Ft 14 4 Leather Coat LC Ft 15.2 Assembly 6 A6 1 Each Karet KRT 0.8 Kg Kayu KY 2 Pcs 18 1 Tali Sepatu TS 1 Psg

21 Master Production Schedule (MPS) Dari perencanaan agregat yang telah dilakukan di atas selanjutnya akan dilakukan disagregasi menjadi MPS yang merupakan suatu perencanaan terpisah untuk masing-masing item individu. MPS berguna untuk mengevaluasi jadwal-jadwal alternatif dalam hal kebutuhan kapasitas, menyediakan input untuk sistem MRP dan membantu manajer produksi untuk menghasilkan prioritas-prioritas untuk penjadwalan produksi. MPS untuk produk perusahaan dapat dilihat seperti di bawah ini. Tabel 4.13 MPS PDL Item No : - Description : Sepatu PDL Lead Time : - Safety Stock : 0 Demand Time Fences : - Planning Time Fences : - Period Past Due Forecast Actual Order Project Available Balance Available To Promise Master Schedule Kapasitas Produksi Terpasang (KPT) Tabel 4.13 MPS Revisi PDL Item No : - Description : Sepatu PDL Lead Time : - Safety Stock : 0 Demand Time Fences : - Planning Time Fences : - Period Past Due Forecast Actual Order Project Available Balance Available To Promise Master Schedule Kapasitas Produksi Terpasang (KPT)

22 81 Tabel 4.14 MPS PDH Item No : - Description : Sepatu PDH Lead Time : - Safety Stock : 0 Demand Time Fences : - Planning Time Fences : - Period Past Due Forecast Actual Order Project Available Balance Available To Promise Master Schedule Kapasitas Produksi Terpasang (KPT) Contoh Perhitungan : Untuk Periode 1 : Forecast = 0 Actual Order = Dari data yang diberikan oleh Perusahaan = 850 PAB = (PAB t-1 +MS t ) Actual Order t PAB = ( ) 850 PAB = 25 ATP = (ATP t-1 +MS t ) Actual Order t ATP = ( ) 850 ATP = 25 Master Schedule = dari tabel konversi kolom konversi MS = 875

23 82 KPT = dari tabel konversi kolom konversi KPT = Material Requirement Planning (MRP) PT. Marino Pelita Indonesia masih menggunakan cara-cara tradisional untuk menentukan jumlah kebutuhan bahan baku untuk memproduksi sepatu. Teknik tradisional ini jika dipakai untuk menghitung jumlah kebutuhan tiap item akan memakan banyak waktu dan hasilnya kemungkinan besar tidak optimal karena kebutuhan bahan baku aktual adalah saling bergantung satu sama lain. Untuk itu dalam Tugas Akhir ini diusulkan suatu sistem MRP untuk memperbaiki metode perencanaan kebutuhan bahan baku dengan memperhatikan kondisi saling ketergantungan dari item-item tersebut sehingga asumsi-asumsi yang tidak realistis dalam model perencanaan bahan baku secara tradisional dapat dihilangkan.

24 83 - MRP PDL Tabel 4.15 Tabel MRP Sepatu PDL Part No : - Description : Sepatu PDL Lot Size : 1 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB Tabel 4.16 Tabel MRP Tali Sepatu Part No : 20 Description : Tali Sepatu Lot Size : 30 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB

25 84 Tabel 4.17 Tabel MRP Assembly 7 Part No : 1 Description : Assembly 7 Lot Size : 1 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB Tabel 4.18 Tabel MRP Assembly 5 Part No : 17 Description : Assembly 5 Lot Size : 1 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB

26 85 Tabel 4.19 Tabel MRP Assembly 6 Part No : 2 Description : Assembly 6 Lot Size : 1 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB Tabel 4.20 Tabel MRP Kayu Part No : 8 Description : Kayu Lot Size : 10 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB

27 86 Tabel 4.21 Tabel MRP Karet Part No : 3 Description : Karet Lot Size : 50 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB Tabel 4.22 Tabel MRP Assembly 4 Part No : 19 Description : Assembly 4 Lot Size : 1 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB

28 87 Tabel 4.23 Tabel MRP Leather Coat Part No : 18 Description : Leather Coat Lot Size : 30 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB Tabel 4.24 Tabel MRP Kulit Alas Part No : 16 Description : Kulit Alas Lot Size : 30 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB

29 88 Tabel 4.25 Tabel MRP Assembly 3 Part No : 9 Description : Assembly 3 Lot Size : 1 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB Tabel 4.26 Tabel MRP Kain Keras Bagian Tumit Part No : 7 Description : Kain Keras Bagian Tumit Lot Size : 20 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB

30 89 Tabel 4.27 Tabel MRP Kain Keras Bagian Jari Part No : 4 Description : Kain Keras Bagian Jari Lot Size : 20 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB Tabel 4.28 Tabel MRP Assembly 2 Part No : 15 Description :Assembly 2 Lot Size : 1 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB

31 90 Tabel 4.29 Tabel MRP Assembly 1 Part No : 10 Description :Assembly 1 Lot Size : 1 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB Tabel 4.30 Tabel MRP Mata Ayam Part No : 6 Description : Mata Ayam Lot Size : 10 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB

32 91 Tabel 4.31 Tabel MRP Kulit Jenis 1 Part No : 4 Description : Kulit Jenis 1 Lot Size : 50 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB Tabel 4.32 Tabel MRP Kulit Jenis 2 Part No : 14 Description :Kulit Jenis 2 Lot Size : 50 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB

33 92 Tabel 4.33 Tabel MRP Kain Drill Part No : 11 Description :Kain Drill Lot Size : 20 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB

34 93 - MRP PDH Tabel 4.34 Tabel MRP Sepatu PDH Part No : - BOM UOM : Psg Description : Sepatu PDH Lot Size : 1 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB Tabel 4.35 Tabel MRP Tali Sepatu Part No : 20 BOM UOM : Psg Description : Tali Sepatu Lot Size : 30 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB

35 94 Tabel 4.36 Tabel MRP Assembly 7 Part No : 1 Description : Assembly 7 Lot Size : 1 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB Tabel 4.37 Tabel MRP Assembly 5 Part No : 17 Description : Assembly 5 Lot Size : 1 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB

36 95 Tabel 4.38 Tabel MRP Assembly 6 Part No : 2 Description : Assembly 6 Lot Size : 1 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB Tabel 4.39 Tabel MRP Kayu Part No : 8 BOM UOM : Pcs Description : Kayu Lot Size : 10 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB

37 96 Tabel 4.40 Tabel MRP Karet Part No : 3 BOM UOM : Kg Description : Karet Lot Size : 50 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB Tabel 4.41 Tabel MRP Assembly 4 Part No : 19 Description : Assembly 4 Lot Size : 1 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB

38 97 Tabel 4.42 Tabel MRP Leather Coat Part No : 18 BOM UOM : Lbr Description : Leather Coat Lot Size : 30 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB Tabel 4.43 Tabel MRP Kulit Alas Part No : 16 BOM UOM : Ft Description : Kulit Alas Lot Size : 30 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB

39 98 Tabel 4.44 Tabel MRP Assembly 3 Part No : 9 Description : Assembly 3 Lot Size : 1 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB Tabel 4.45 Tabel MRP Kain Keras Bagian Tumit Part No : 7 BOM UOM : Mtr Description : Kain Keras Bagian Tumit Lot Size : 20 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB

40 99 Tabel 4.46 Tabel MRP Kain Keras Bagian Jari Part No : 4 BOM UOM : Mtr Description : Kain Keras Bagian Jari Lot Size : 20 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB Tabel 4.47 Tabel MRP Assembly 2 Part No : 15 Description :Assembly 2 Lot Size : 1 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB

41 100 Tabel 4.48 Tabel MRP Assembly 1 Part No : 10 Description :Assembly 1 Lot Size : 1 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB Tabel 4.49 Tabel MRP Mata Ayam Part No : 6 BOM UOM : Pcs Description : Mata Ayam Lot Size : 10 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB

42 101 Tabel 4.50 Tabel MRP Kulit Jenis 1 Part No : 4 Description : Kulit Jenis 1 Lot Size : 50 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB Tabel 4.51 Tabel MRP Kulit Jenis 2 Part No : 14 Description :Kulit Jenis 2 Lot Size : 50 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB

43 102 Tabel 4.52 Tabel MRP Kain Drill Part No : 11 Description :Kain Drill Lot Size : 20 Period Past Due Gross Requirement PAB Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB

44 103 Contoh Perhitungan tabel 4.54 periode 1 : Gross Requirement = Planned Order Release Assembly 1 x 2,5 = 875 x 2,5 = = 0 PAB 1 = PAB2 t-1 Gross Requirement t = = Net Requirement = ABS (PAB1 t ) + PAB2 t-1 = ABS (2187.5) + 0 = Planned Order Receipts = Nilai Net Requirement kelipatan 20 = 2200 Planned Order Release = Planned Order Receipts = 2200 PAB2 = PAB1 t + Planned Order Release = = 12.5

45 Analisa Analisa Perencanaan Agregat Dengan Solusi Awal Dan Akhir Perencanaan agregat untuk produk PDL menggunakan metode Least Cost, sedangkan untuk produk PDH menggunakan metode Vogel. Adanya perbedaan metode ini disebabkan karena pada dasarnya metode-metode tersebut merupakan metode optimasi yang bertujuan untuk memperoleh hasil optimal sehingga apapun metode yang digunakan tidak menjadi masalah karena pada akhirnya akan menghasilkan satu solusi optimal. Sebelum melakukan perhitungan dengan menggunakan metode yang telah dipilih di atas, terlebih dulu menghitung Kapasitas Produksi Total yang tersedia (KPT) baik untuk regular maupun untuk lembur. Setelah mengetahui nilai KPT regular dan lembur, maka lakukan perhitungan dengan menggunakan ketiga metode yang di atas, kemudian hitung total Cost (TC). Perencanaan Agregat hanya melibatkan unsur produksi reguler dan lembur karena perusahaan tidak melakukan back order dan subkontrak. Adapun jumlah produksi reguler perhari untuk 1 lini adalah 35 pasang sepatu dan untuk lembur adalah 20 pasang sepatu. Sebelum masuk kesesi produksi yang sesungguhnya perusahaan terlebih dahulu telah melakukan percobaan produksi dalam jumlah terbatas yakni sebanyak 100 pasang sepatu jenis PDL dimana jumlah ini menjadi persediaan awal dalam perencanaan agregat. Percobaan produksi ini dilakukan karena adanya

46 105 pengawasan mutu dari tim Wasdal (Pengawasan dan Pengendalian) ABRI yang mengambil sampel produk untuk diperiksa apakah sepatu tersebut telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh ABRI. Disamping itu hasil masa percobaan ini dapat menghemat waktu produksi yang sesungguhnya. Dalam perencanaan agregat ini terjadi perbedaan antara jumlah permintaan total dengan KPT. Untuk produk PDL, jumlah permintaan totalnya adalah pasang sepatu sedangkan jumlah KPT adalah pasang sepatu, sehingga terdapat kapasitas tak terpakai (dummy) sebanyak 1550 pasang sepatu. Untuk produk PDH, jumlah permintaan totalnya adalah pasang sepatu, sedangkan jumlah KPT adalah pasang sepatu, sehingga terdapat kapasitas tak terpakai (dummy) sebanyak 4027 pasang sepatu. Karena perusahaan melakukan produksi secara berurutan untuk masingmasing jenis sepatu (produksi PDH dilakukan setelah menyelesaikan produksi PDL) maka tabel perencanaan agregat untuk PDH merupakan kelanjutan dari perencanaan agregat untuk PDL. Oleh karena itu, kapasitas tak terpakai dari PDL menjadi persediaan awal bagi PDH yaitu sebanyak 1550 pasang sepatu. Untuk produk PDL total cost yang didapatkan setelah perhitungan solusi awal adalah sebesar Biaya ini akan dicoba diperkecil pada solusi akhir dengan menggunakan metode stepping stone. Setelah iterasi

47 106 pertama diperoleh biaya sebesar Untuk mengetahui apakah biaya ini sudah optimal atau belum maka dilakukan iterasi kedua dimana semua variabel masuk non dasar telah bernilai negatif dan nol sehingga iterasi berhenti sampai disini dan biaya tersebut adalah optimal. Untuk produk PDH total cost yang didapatkan setelah perhitungan solusi awal adalah sebesar Biaya ini akan dicoba diperkecil pada solusi akhir dengan menggunakan metode stepping stone. Iterasi pertama menghasilkan semua variabel masuk non dasar yang bernilai negatif dan nol sehingga iterasi berhenti sampai disini dan biaya tersebut adalah optimal Analisa Tabel Konversi Hasil perencanaan agregat dari metode yang sudah dipilih harus diubah terlebih dahulu kedalam satuan waktu yang lebih kecil untuk mempermudah dalam melakukan perencanaan kebutuhan bahan baku selanjutnya serta untuk memperoleh hasil perencanaan yang lebih detil. Perubahaan satuan waktu dilakukan dari bulan ke minggu dengan asumsi dalam 1 minggu ada 5 hari kerja (senin-jumat) tidak termasuk hari libur nasional. Adapun unsurunsur dari perencanaan agregat yang harus diubah kedalam tabel konversi adalah agregasi perbulan yang diubah menjadi Master Schedule (MS), serta Kapasitas Produksi Terpasang (KPT) dari bulanan menjadi mingguan. Apabila pembuatan tabel konversi telah selesai dilakukan selanjutnya dapat mulai dibuat MPS dan MRP.

48 Analisa MPS Untuk kedua produk PDL dan PDH semuanya mempunyai jumlah on hand sebanyak nol karena sisa produksi periode sebelumnya tidak dapat digunakan lagi pada periode produksi yang sekarang. Perusahaan juga tidak menyediakan safety stock karena sisa dari produksi sekarang juga tidak dapat digunakan untuk produksi yang akan datang. Demand Time Fences (DTF) dan Planning Time Fences (PTF) tidak berlaku karena pihak pemesan hanya dapat satu kali menentukan berapa jumlah produk yang akan dipesan. Perusahaan tidak menerima adanya perubahan jumlah pesanan. Pada kasus di PT.Marino Pelita Indonesia, forecast tidak diperlukan karena perusahaan menganut sistem produksi Make To Order (MTO) sehingga jumlah pesanan langsung ditentukan dari actual order. Dari perhitungan yang telah dilakukan untuk MPS diperoleh nilai untuk Available To Promise (ATP) produk PDL adalah negatif sehingga harus direvisi. Revisi tersebut memungkinkan untuk dilakukan karena KPT lebih besar daripada MS sehingga MS dapat ditambah untuk memenuhi Actual Order dengan demikian ATP dapat diubah menjadi positif. Sedangkan untuk produk PDH nilai ATP sudah positif untuk semua periode sehingga tidak perlu dilakukan revisi karena berarti perusahaan telah mampu memenuhi jumlah pesanan dengan jumlah MS mula-mula.

49 Analisa Perhitungan MRP Produk sepatu yang diproduksi perusahaan terdiri dari bermacam-macam komponen sehingga satuan untuk masing-masing komponen berbeda-beda tergantung jenisnya. Sebagai contoh, satuan untuk kulit adalah ft, karet adalah kg, dan sebagainya. Semua komponen tersebut hanya dipesan sekali dari supplier yaitu sebelum sesi produksi dimulai sehingga lead time untuk semua komponen adalah nol. Dengan demikian saat produksi akan dilakukan perusahaan tidak perlu menunggu waktu kedatangan komponen. Seperti juga halnya produk jadi, semua komponen tidak memiliki safety stock apalagi untuk komponen kulit dan karet yang memiliki masa kadaluarsa cukup pendek sehingga tidak dapat lagi digunakan untuk produksi yang akan datang. Jenis komponen yang lain juga demikian. Hal tersebut mengakibatkan jumlah on hand adalah nol karena tidak adanya sisa dari masa produksi sebelumnya. Dalam skripsi ini cara pemesanan yang dipakai adalah lot-for-lot karena meneruskan dari kondisi nyata diperusahaan yang juga menerapkan cara pemesanan ini. Lot size untuk masing-masing komponen ditentukan oleh supplier. Oleh sebab itu ada beberapa komponen yang jumlah lot sizenya berbeda satu sama lain. Daftar lot size selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4. Kebutuhan kotor untuk produk akhir diambil dari master schedule produk tersebut, sedangkan untuk komponen jumlah kebutuhan kotor

50 109 diturunkan dari planned order release induknya. Dalam hal ini jumlah MS untuk PDL lebih besar dari PDH. Karena pemesanan bahan baku dari supplier hanya dilakukan sekali sebelum masa produksi dimulai maka tidak pernah terjadi schedule receipt untuk semua komponen bagi kedua produk. Dari perhitungan selanjutnya akan diperoleh jumlah kebutuhan bersih untuk masing-masing komponen. Dari situ dapat ditentukan jumlah planned order receipt dengan mempertimbangkan besarnya lot size. Untuk item rakitan (assembly dan subassembly) jumlah lot size adalah satu karena dihasilkan sendiri oleh lini fabrikasi perusahaan. Dengan demikian jumlah kebutuhan bersih akan dipenuhi tepat sejumlah itu juga (tidak ada kelebihan jumlah). Sedangkan untuk komponen yang melibatkan supplier dalam pengadaannya, penentuan planned order receipt harus sejumlah kelipatan lot sizenya sehingga tidak jarang dijumpai adanya kelebihan jumlah komponen dibandingkan jumlah kebutuhan bersih yang seharusnya. Kelebihan ini dapat digunakan perusahaan sebagai cadangan apabila ada produk defect yang diterima dari supplier dan harus diretur. Karena lead time untuk semua komponen adalah nol maka planned order release terjadi pada periode saat itu juga. Selanjutnya dapat dihitung kuantitas material sebagai sisa pada akhir periode produksi dimana diharapkan jumlah tersebut adalah seminimal mungkin setelah perusahaan menerapkan sistem MRP untuk perencanaan kebutuhan bahan baku karena sisa tersebut tidak dapat digunakan lagi pada sesi produksi selanjutnya

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan digunakan untuk mendukung pengolahan data yang dilakukan ataupun sebagai input dari setiap metode-metode

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PRODUKSI SEPATU MILITER DI PT. MARINO PELITA INDONESIA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PRODUKSI SEPATU MILITER DI PT. MARINO PELITA INDONESIA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 USULAN PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PRODUKSI SEPATU MILITER DI PT. MARINO PELITA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Dibawah ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkahlangkah dalam melakukan penelitian di PT. Dankos Laboratorioes

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Material Requirement Planning (MRP) Menurut Heryanto (1997, p193), persediaan adalah bahan baku atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 69 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan tahap pendahuluan sebelum memasuki bagian pengolahan data. Data yang dibutuhkan untuk pengolahan terlebih dahulu didokumentasikan.

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Langkah-langkah dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam membuat sistem untuk menghasilkan suatu perencanaan

Lebih terperinci

BAB 4 HAS IL D AN PEMBAHAS AN

BAB 4 HAS IL D AN PEMBAHAS AN BAB 4 HAS IL D AN PEMBAHAS AN 4.1 Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data yang dilakukan pada perusahaan bertujuan untuk melakukan proses pengolahan data dan memecahkan masalah di perusahaan. Proses pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Yang Dihasilkan PT. Harapan Widyatama Pertiwi adalah perusahaan yang memproduksi pipa berdasarkan pesanan (make to order), tetapi ada pula beberapa produk yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 22 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Menurut Teguh Baroto (2002, p14), perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) adalah aktivitas bagaimana mengelola proses produksi tersebut. PPC merupakan tindakan

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk merencanakan pembuatan/pembelian komponen/bahan baku yang diperlukan untuk melaksanakan MPS. MRP ini merupakan hal

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Data penjualan grout tipe Fix pada PT.Graha Citra Mandiri mulai dari Januari 2004 sampai dengan Oktober 2006 ditunjukkan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jadi, yang dimana persediaan ini tentu saja sangatlah perlu untuk selalu. kapasitas produksi yang ditetapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. jadi, yang dimana persediaan ini tentu saja sangatlah perlu untuk selalu. kapasitas produksi yang ditetapkan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum, persediaan adalah segala sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan konsumen pada suatu perusahaan. Persediaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Untuk memecahkan masalah yang diuraikan pada sub bab 1.2 diperlukan beberapa terori pendukung yang relevan. 2.1 Inventory Control Pengawasan persediaan digunakan untuk mengatur tersedianya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Arti dan Peran Persediaan Persediaan sesungguhnya memiliki arti yang penting bagi perusahaan, baik yang berorintasi perdagangan, industri jasa maupun industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) ABC Amber Text Converter Trial version, http://www.processtext.com/abctxt.html MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Oleh: Mega Inayati Rif ah, S.T., M.Sc. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28, Komplek Balapan, Yogyakarta PART 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perencanaan produksi yang tepat dalam sebuah industri manufaktur

BAB 1 PENDAHULUAN. Perencanaan produksi yang tepat dalam sebuah industri manufaktur 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perencanaan produksi yang tepat dalam sebuah industri manufaktur merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan apabila perusahaan ingin menerapkan proses produksi secara

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1 Landasan Teori Perencanaan kebutuhan material (material requirements planning) merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventori untuk item-item

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN MASALAH DAN ANALISA

BAB 4 PEMBAHASAN MASALAH DAN ANALISA BAB 4 PEMBAHASAN MASALAH DAN ANALISA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Komponen PT. Marino Pelita Indonesia memproduksi sepatu militer dalam 2 jenis yaitu jenis PDL (Pakaian Dinas Lapangan) dan PDH (Pakaian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Pemecahan 62 3.2 Penjelasan Flow Chart Metodologi Pemecahan Masalah Dari flow chart metodologi pemcahan

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan)

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) Peramalan merupakan upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan digunakan untuk melihat atau memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Permintaan mengalami penurunan pada periode tertentu dan kenaikan pada periode setelahnya sehingga pola yang dimiliki selalu berubah-ubah (lumpy)

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero

Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero Rizky Saraswati 1), dan I Wayan Suletra 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Perencanaan Kebutuhan Material Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Pengertian mengenai Production Planning and Inventory control (PPIC) akan dikemukakan berdasarkan konsep sistem. Produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi yang dipakai dalam pemecahan masalah merupakan penerapan dari metode perbaikan proses berkesinambungan (Continuous Prosess Improvement)

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Menara Cemerlang, suatu perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan karung plastik. Pada saat ini perusahaan sedang mengalami penjualan yang pesat dan mengalami

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE)

RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE) RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE) Pokok Bahasan: I. MPS II. Hubungan Production Plan dengan MPS III. Contoh MPS IV. Available to Promise (ATP) V. Perubahan MPS & Time Fences VI. Projected

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 69 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Pipa PVC Pada bab ini ditampilkan data-data penjualan pipa PVC yang diambil pada saat pengamatan dilakukan. Data yang ditampilkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam operasi bisnis. Dalam pabrik (manufacturing), persediaan dapat terdiri dari: persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Definisi Dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sumberdaya menganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut

Lebih terperinci

UAS Manajemen Operasi - 12 Juni ,5 jam Closed book, boleh menggunakan kalkulator

UAS Manajemen Operasi - 12 Juni ,5 jam Closed book, boleh menggunakan kalkulator Manajemen Operasi Exercise UAS 2013 UAS Manajemen Operasi - 12 Juni 2013 2,5 jam Closed book, boleh menggunakan kalkulator Petunjuk: Setiap soal memiliki bobot yang sama Tulisan harus terbaca jelas tidak

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Dari hasil pengumpulan data yang didapat dari divisi produksi PT. Indotek Jaya, maka data tersebut diperlukan untuk membuat rancangan MRP (Material

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi MRP didasarkan pada permintaan dependen.

Lebih terperinci

Perencanaan Produksi dengan Mempertimbangkan Kapasitas Produksi pada CV. X

Perencanaan Produksi dengan Mempertimbangkan Kapasitas Produksi pada CV. X Perencanaan Produksi dengan Mempertimbangkan Kapasitas Produksi pada CV. X Daniel Kurniawan 1, Tanti Octavia 2 Abstract: Production planning, capacity determination and objective value on CV. X only refers

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Persediaan 2.1.1.1 Definisi serta Tujuan Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Persediaan (inventory) didefinisikan sebagai sumber daya yang di simpan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan BAB 3 METODOLOGI Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan beberapa metode yang masuk dalam kategori praktek terbaik untuk melakukan pengurangan jumlah persediaan barang

Lebih terperinci

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Penentuan Objek Penelitian PT REKABAJA MANDIRI memproduksi ratusan item produk yang berasal dari puluhan group produk. Mengingat begitu

Lebih terperinci

Material Requirements Planning (MRP)

Material Requirements Planning (MRP) Material Requirements Planning (MRP) Pokok Bahasan: I. Tujuan MRP II. Input & Output MRP III. Contoh Logika MRP & Struktur Produk IV. Contoh MRP Kereta Dorong V. Sistem Informasi MR Kuliah ke-4: Rabu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Matrikstama Andalan Mitra, sebuah perusahaan perdagangan, yang beralamatkan di Jl. Daan Mogot KM.12 No.9 Jakarta

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Hasil pengumpulan data yang didapat dari departemen PPIC (Production Planning and Inventory Control) PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) adalah

Lebih terperinci

PERENCANAAN MATERIAL YANG DIBUTUHKAN (MATERIAL REQUIREMENT PLANNING)

PERENCANAAN MATERIAL YANG DIBUTUHKAN (MATERIAL REQUIREMENT PLANNING) BAB PERENCANAAN MATERIAL YANG DIBUTUHKAN (MATERIAL REQUIREMENT PLANNING) TUJUAN: Setelah memahami materi ini Mahasiswa diharapkan dapat:. Memahami perencanaan terhadap dependent demand.. Mengetahui manfaat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi Menurut Teguh Baroto (2002, p13), produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi. Sedangkan sistem produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Robbins dan Coulter (2012:36) manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP MODUL 11 MRP adalah suatu teknik yang menggunakan BOM (bill of materials), inventory dan master schedule untuk mengetahui kebutuhan suatu part pada suatu waktu. Struktur MRP MRP membutuhkan data dari Bill

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan PT Belfoods Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di sektor pangan khususnya di bidang industri daging olahan dan makanan beku.

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Data 5.1.1 Pembuatan Daftar Pemesan Rutin ke Perusahaan Berdasarkan data yang diterima dari perusahaan, terdapat total delapan perusahaan yang secara rutin per

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. melaksanakan kegiatan utama suatu perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI. melaksanakan kegiatan utama suatu perusahaan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Sistem informasi merupakan suatu sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan pengolah transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI 4.1 Landasan Teori Jadwal induk produksi (master production schedule, MPS) merupakan gambaran atas periode perencanaan dari suatu permintaan, termasuk peramalan, backlog, rencana

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah Perusahaan CV. Mitra Abadi Teknik merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perancangan dan manufaktur untuk peralatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 MEODOLOGI PENELIIAN Pada bab ini, materi yang dijelaskan berupa tahapan penelitian, alat dan bahan yang digunakan selama penelitian dan cara pengumpulan dan analisis data. Dalam melakukan penelitian

Lebih terperinci

Jurnal Distribution Requirement Planning (DRP)

Jurnal Distribution Requirement Planning (DRP) PERENCANAAN DAN PENJADWALAN AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL PERIKANAN DENGAN MENGGUNAKAN DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (Studi Kasus Di UD. Retro Gemilang Internasional Sidoarjo) 2009 Adib Fahrozi

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Perusahaan Plastik X adalah perusahaan penghasil plastik injection process dengan orientasi pasar lokal, sehingga harus dapat mempertahankan dan meningkatkan produktivitasnya agar dapat memenangkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 24 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan mengunakan alat-alat yang telah disiapkan. Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

CAPACITY PLANNING. Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT., Dr. / Euis Nina S. Y., ST, MT

CAPACITY PLANNING. Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT., Dr. / Euis Nina S. Y., ST, MT CAPACITY PLANNING Modul ke: Definisi Kapasitas, Manajemen Kapasitas, Capacity Planning Factors, Bill of Capacity, dan Capacity Requirement Planning. Fakultas Pascasarjana Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT.,

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL OLEH WAHYU PURWANTO

SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL OLEH WAHYU PURWANTO SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ Fakultas FEB Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Proses dalam MRP Bill of material (BOM)

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) adalah aktivitas dimana mengelola proses produksi tersebut. PPC merupakan tindakan manajemen

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Pendahuluan Sistem produksi merupakan suatu mata kuliah yang menggambarkan mengenai aktivitas-aktivitas dalam perencanaan produksi dan suatu ilmu khusus yang ada dalam jurusan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PPIC AIR MINERAL DI PT. X

PERANCANGAN SISTEM PPIC AIR MINERAL DI PT. X Widya, et al. / Perancangan Sistem PPIC Air Mineral di PT. X / Jurnal Titra, Vol. 5, No. 1, Januari 217, pp. 79-86 PERANCANGAN SISTEM PPIC AIR MINERAL DI PT. X Ferdian Rama Widya 1, Tanti Octavia 2 Abstract:

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi Menurut Baroto (2002, p13), proses produksi adalah aktivitas bagaimana membuat produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, kondisi persaingan yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan konsumen

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN. Oleh : Arinda Yudhit Bandripta

TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN. Oleh : Arinda Yudhit Bandripta TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN Oleh : Arinda Yudhit Bandripta 3107.100.551 Dosen Pembimbing : Ir. Retno Indryani, Ms LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sejarah manajemen menurut William (2008:44) sebagai bidang studi manajemen mungkin berusia 125 tahun, tetapi ide-ide dan praktek manajemen benarbenar

Lebih terperinci

MODUL 7 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI

MODUL 7 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI 2013 MODUL 7 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI TI 3002 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II Laboratorium Sistem Produksi Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi Bandung TI 3002 Praktikum

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG I Made Aryantha dan Nita Anggraeni Program Studi Teknik Industri, Universitas Komputer Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi 32 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi Menurut Vincent Gaspersz (1998, p3) produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, yang mencakup aktifitas yang bertanggung

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN MANUFACTURING RESOURCE PLANNING (MRP II) DI PT KSP

USULAN PENERAPAN MANUFACTURING RESOURCE PLANNING (MRP II) DI PT KSP USULAN PENERAPAN MANUFACTURING RESOURCE PLANNING (MRP II) DI PT KSP Anggara Hayun 1 ; Johanda 2 1 Peneliti BPPT, Cibinong Science Center LIPI, Jln. Raya Bogor KM 46, Cibinong PO BOX 422, Bogor 43253 2

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk Laporan Tugas Akhir BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suati pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disepakati dengan pelanggan dan akan berakibat menurunnya customer

BAB I PENDAHULUAN. disepakati dengan pelanggan dan akan berakibat menurunnya customer BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perencanaan, pengendalian, dan pemeliharaan persediaan barang-barang fisik merupakan suatu masalah yang lazim di semua perusahaan. Untuk kebanyakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Manajemen Permintaan Pada dasarnya manajemen permintaan (demand management) didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk untuk menjamin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Produksi Menurut Gaspertz (2001), produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan BAB V ANALISA HASIL Bab ini berisikan mengenai analisa hasil dari pengolahan data dalam perhitungan MRP Dolly pada satu tahun yang akan datang yang telah dibahas pada bab sebelumnya. 5.1 Analisa Peramalan

Lebih terperinci

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Olahan Mangga Menggunakan Metode Material Requirement Planning (MRP) ABSTRAK

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Olahan Mangga Menggunakan Metode Material Requirement Planning (MRP) ABSTRAK Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Olahan Mangga Menggunakan Metode Material Requirement Planning (MRP) Ardaneswari DPC *) *) Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kata efisien tidak dapat dilepaskan dengan dunia industri. Dalam konteks umum,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kata efisien tidak dapat dilepaskan dengan dunia industri. Dalam konteks umum, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata efisien tidak dapat dilepaskan dengan dunia industri. Dalam konteks umum, efisien berarti dapat melaksanakan tugas dengan baik dan menghasilkan sesuatu sesuai

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan.

Bab 1. Pendahuluan. Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Sampai saat ini perekonomian Indonesia belum bisa pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang ada pada perusahaan ini. Pembahasan pada bagian ini dimulai dari landasan

BAB II LANDASAN TEORI. yang ada pada perusahaan ini. Pembahasan pada bagian ini dimulai dari landasan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini digunakan landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada pada perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Sebuah perusahaan manufaktur yang melakukan proses produksi merupakan bagian yang sangat penting, maka setiap perusahaan harus bisa memproduksi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada

ABSTRAK. Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada ABSTRAK Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada sangat menentukan keberhasilan suatu perusahaan. Pada saat perusahaan semakin besar dan berkembang, kemampuan manajemen untuk

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN DALAM PEMESANAN BAHAN BAKU KERIPIK KENTANG DI INDUSTRI KECIL MENENGAH BENCOK 26

IMPLEMENTASI METODE PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN DALAM PEMESANAN BAHAN BAKU KERIPIK KENTANG DI INDUSTRI KECIL MENENGAH BENCOK 26 IMPLEMENTASI METODE PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN DALAM PEMESANAN BAHAN BAKU KERIPIK KENTANG DI INDUSTRI KECIL MENENGAH BENCOK 26 Disusun Oleh: Charlos Lalack Pembimbing: Ir. Asep Mohamad Noor, MT. Latar

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, maka penulis menggunakan metode penyelesaian masalah yang dapat digambarkan sebagai berikut: Penelitian Pendahuluan Identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dunia industri menyebabkan terjadinya persaingan yang cukup ketat antar perusahaan. Kualitas merupakan faktor dasar konsumen terhadap

Lebih terperinci

Journal Knowledge Industrial Engineering (JKIE)

Journal Knowledge Industrial Engineering (JKIE) Available online at http://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/jkie Journal Knowledge Industrial Engineering (JKIE) PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PADA

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dengan Validasi Capacity Requirement Planning (CRP) Pada Perusahaan Rokok Sigaret Keretek Mesin (SKM)

Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dengan Validasi Capacity Requirement Planning (CRP) Pada Perusahaan Rokok Sigaret Keretek Mesin (SKM) Petunjuk Sitasi: Eunike, A., Herdianto, B., & Setyanto, N. W. (2017). Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dengan Validasi Capacity Requirement Planning (CRP) Pada Perusahaan Rokok Sigaret Keretek Mesin (SKM).

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah Adapun kerangka pemikiran pemecahan masalah dalam bentuk diagram, adalah sebagai berikut: Gambar 3.1 Flow Diagram Kerangka Pikir Pemecahan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis . Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 13 Pokok Bahasan Dosen : Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

PENERAPAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU CARDED FIBER PADA PT. HILON INDONESIA- BALI.

PENERAPAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU CARDED FIBER PADA PT. HILON INDONESIA- BALI. PENERAPAN TERIAL REQUIREMENTS PLANNING DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU CARDED FIBER PADA PT. HILON INDONESIA- BALI I Made Dwi Budiana Penindra (1), I Dewa Made Krishna Muku (2), Hadi Santosa (3)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional 2.1.1 Pengertian Manajemen Definisi dasar dari Manajemen Menurut buku Management Robbins & Coulter (2012:22), Manajemen juga meliputi koordinasi dan mengawasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM. produksi dan prosedur persediaan bahan baku pada Perusahaan Roti Morning

BAB III ANALISIS SISTEM. produksi dan prosedur persediaan bahan baku pada Perusahaan Roti Morning 42 BAB III ANALISIS SISTEM Bab ini akan menjelaskan tentang deskripsi permasalahan sistem, proses produksi dan prosedur persediaan bahan baku pada Perusahaan Roti Morning Bakery, analisis kebutuhan sistem,

Lebih terperinci