HIDDEN MARKOV MODEL. Proses Stokastik dapat dipandang sebagai suatu barisan peubah acak dengan T adalah parameter indeks dan X

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HIDDEN MARKOV MODEL. Proses Stokastik dapat dipandang sebagai suatu barisan peubah acak dengan T adalah parameter indeks dan X"

Transkripsi

1 BAB II HIDDE MARKOV MODEL.. Pendahuluan Proses Sokasik dapa dipandang sebagai suau barisan peubah acak { X, } dengan adalah parameer indeks dan X menyaakan keadaan pada saa. Himpunan dari semua nilai sae X yang mungkin dinamakan ruang keadaan dan biasa diulis Ω X. Pada umumnya adalah bilangan bula, di mana pada nilai negaif adlah pengamaan yang lalu. Di sini akan diambil adalah himpunan bilangan bula non negaif, karena kasus daa yang diamai bukan berdasarkan waku api lokasi. Selanunya, proses sokasik { X, } disebu suau proses Markov ika unuk berlaku + + P( X X i, X i, K, X i ) P( X X i ) (.), dengan i, i, K, i, i, Ω dan P( X+ X i) menyaakan peluang bersyara X suau keadaan X + ika diberikan keadaan X, arinya peluang suau proses berada di keadaan pada waku + hanya berganung pada proses yang berada di keadaan i pada waku. Proses Markov secara umum sudah dipaparkan dengan elas oleh Karlin dan aylor (975), Gillespie (99), dan Rogers dan William (994). Ranai Markov adalah suau proses Markov dengan ruang keadaan yang bernilai diskri. Ranai markov dengan parameer diskri adalah proses markov yang memiliki ruang keadaan diskri dengan parameer (,, K, n). eori lebih dalam enang ranai Markov bisa dipelaari pada Ross (996) Dalam prakek, realisasi dari ranai Markov umumnya idak dapa diobservasi secara langsung, karena iu disebu model Markov ersembunyi. Sae pada model ini erbagi menadi, yaiu observasi sae dan sae ersembunyi, sehingga model ini disebu uga model bivaria. Conoh dalam bioinformaika, ika diberikan barisan DA, ACCAAGGAAGAC..., maka barisan DA ersebu merupakan observasi sae, dan hidden saenya bisa bermacam-macam, erganung dari informasi apa yang ingin diperoleh. Seperi pada kasus Hongki (4), unsur penaaran DA bisa dimasukkan dengan menganggap cocok (mach), sisipan (inserion), dan hapusan (deleion) sebagai keadaan yang ersembunyi dengan maksud apakah barisan DA

2 yang erobservasi ersebu berasal dari keadaan yang cocok, sisipan, aau hapusan. Conoh lain dalam bioinformaika yang bisa diadikan sebagai keadaan yang ersembunyi adalah {inron, ekson, UR} dan {coding region, non-coding region} unuk MM orde-. Unuk analisis srukur orde-, yang ersembunyi adalah {CpGisland, non-island} dan {α-helix, β-shee, loop}... Definisi MM Model MM merupakan 5-uple (5 pasangan di mana masing-masing anggoa bisa berupa himpunan aau ukuran) sebagai beriku: ) Banyaknya elemen sae yang idak erobservasi (ersembunyi) pada model,. Dianggap X sebagai keadaan yang eradi pada saa. Sebagai conoh, perhaikan kasus di aas. Di sini, karena erdapa keadaan cocok, sisipan, dan hapusan. Unuk kasus ini bisa diulis X i, i (cocok), (sisipan), dan (hapusan). dapa berupa konsana aaupun variabel acak. Hal ini sanga berganung pada si pengama. Dalam pembahasan di sini adalah suau konsana. ) Marikas peluang ransisi A { a i } dimana a i adalah elemen dari A yang merupakan peluang bersyara dari keadaan pada saa +, ika dikeahui keadaan X pada saa, aau ai P( X+ X i) ; i,. Karena iu A berukuran x. Perlu diinga bahwa ai unuk seiap i, dan ai unuk seiap i, arinya umlah elemen seiap baris adalah. Unuk kasus barisan DA dengan keadaan seperi pada ), akan ada mariks ransisi A ukuran x, a a a A a a a a a a. ) Banyaknya elemen keadaan yang erobservasi, M. M umumnya eap, dienukan si pengama, eapi M uga bisa dimisalkan variabel acak. Misalkan variabel acak unuk keadaan ini adalah K, k,,...,m. Unuk kasus barisan DA, banyaknya elemen hanya 4, masing-masing A, C, G, dan, sehingga k,,,4. Yang menadi permasalahan di sini adalah realisasi dari 4 elemen ersebu sepanang

3 4) Disribusi peluang observasi pada saa berada pada sae i (disebu uga peluang emisi), dan dinoasikan B {b i (k)}, dimana k b b( k) P( O k X i), i, k M, dan K adalah observasi pada i i waku ke- berada (bernilai) k. adi B berukuran xm, dan seperi di mariks ransisi A, umlah elemen seiap baris adalah. Secara eoriis, realisasi O biasa diulis O v k, v M. Hal ini dikarenakan unuk masing-masing k, v k mempunyai nilai realisasi yang berbeda. k 5) Sae awal π { π ( i)} dimana π () i P( X i), i. Unuk kasus di aas, π () mach, π () inserion, dan π () deleion. Isilah uple di aas berkaian dengan himpunan dan ukuran. Di sini himpunannya diwakili oleh variabel acak. Dari definisi di aas, cukup elas bahwa dari nilai 5-uple (, M, A, B, dan π ), erdapa komponen adalah ukuran (probabilias), yaiu A, B, dan π. Akibanya MM lebih dikenal dengan noasi λ ( AB,, π ) dengan A berukuran x dan B berukuran Mx. Beriku adalah ilusrasi gambar unuk model MM O O O O X X X X Gambar Ilusrasi model Markov ersembunyi.. Masalah Uama dalam MM Secara garis besar ada masalah uama yang harus diselesaikan keika seorang penelii menerapkan MM di dunia nyaa. eapi sebelumnya, perlu dipahami dengan baik isilah, yaiu:. Orde dari suau ranai Markov, misal ranai Markov orde-. Di sini, pada waku sembarang, peluang keadian pada sau waku berikunya hanya berganung pada waku sekarang. Liha penelasan unuk

4 persamaan (.). Sedangkan dalam ranai Markov orde-, keadaan yang ersembunyi memiliki syara di dua waku sebelumnya.. Independensi/Kebebasan,,..., pada Disribusi peluang dari suau barisan observasi O { O O O },,..., suau waku hanya berganung pada barisan keadaan X { X X X } pada waku yang sama. Dari asumsi ini, dapa didefinisikan bahwa: Buki: POX (, AB,, π POX (, PO ( X, (.) P( O o, KO o X x, K, X x, P( O o, X x, K, X x, P( O o, KO o X x, K, X x, P( O o, X x, K, X x, P( O o X x, K, X x, (, K, K,, P O o O o X x X x L (,, K,, K (, X x, K, X x, (,, K (,, P O o X x X x P O o P O o X x P O o X x P( O X, ( erbuki) Persamaan (.) sanga berguna dalam MM, karena semua algorima yang digunakan unuk membangun MM memakai sifa ini. Hal ini dikarenakan di dalam persamaan ersebu kia menghiung peluang barisan observasi dikeahui model, dan karena dalam MM melibakan keadaan ersembunyi, maka penenuan peluangnya uga bersyara erhadap keadaan ersembunyi ersebu. Selanunya, beriku ini adalah iga masalah uama yang harus diselesaikan dalam membangun MM, yaiu:. Diberikan barisan observasi O oo K o dan model λ ( AB,, π ). Bagaimana menghiung P ( O, yaiu peluang observasi ika diberikan model. Peranyaan ini sanga berguna ika kia bermaksud unuk memilih salah sau yang erbaik yang sesuai dengan barisan observasinya di anara beberapa model yang ada. 4

5 . Diberikan barisan observasi O oo K o dan model λ ( AB,, π ). Bagaimana menenukan barisan sae X xxk x yang opimal. Kesuliannya adalah bagaimana krieria barisan sae dikaakan barisan yang opimal.. Bagaimana menyesuaikan model parameer λ ( AB,, π ) unuk memaksimalkan ( O P. Dengan kaa lain, bagaimana mengesimasi parameer λ ( AB,, π ). Dengan meliha kasus pada barisan DA, misal erdapa barisan proein ACAAG, maka masalah yang perama adalah menghiung peluang eradinya sususan barisan DA erobservasi, bersyara λ dieapkan/dikeahui aau P( ACAAG. Masalah yang kedua adalah mencari barisan keadaan ersembunyi yang opimal yang elemen barisannya erdiri aas cocok, sisipan, dan hapusan dari barisan observasi yang diberikan. Masalah perama dapa diselesaikan dengan menggunakan algorima mau mundur dan masalah yang kedua dapa diselesaikan dengan menggunakan algorima Vierbi. Sedangkan unuk masalah yang erakhir, algorima Baum-Welch dapa digunakan unuk mencari solusinya..4. Algorima Mau Mundur Algorima ini adalah proses ierasi yang didasarkan pada perhiungan peluang bersyara melalui sifa-sifa pada peluang. Dengan menggunakan definisi peluang bersyara, sudah bisa dihiung P ( O, eapi operasi perhiungan yang dibuuhkan akan berambah banyak, naik secara eksponensial, seiring dengan berambah panangnya barisan observasinya. Unuk menghiung ( O operasi, dengan P diperlukan. kali adalah kemungkinan keadaan ersembunyi yang eradi, ika barisan observasi adalah sepanang dan sae sebanyak. Ambil kasus dan M, dimana keadaan ersembunyinya adalah cocok (), sisipan (), dan hapusan () dan barisan DA berukuran, yaiu observasi AG. Unuk kemudahan penulisan, misalkan A dan G dan ambil,.7.. A B, , dan π

6 Berdasarkan barisan observasi dan keadaan ersembunyi di aas, erliha bahwa erdapa 9 kemungkinan yang eradi unuk menghiung PO (, O : ) P( O, O dan X, X P( O, X O, X,. P( O, X, PO ( X,. PX ( X,. P O X, λ. PX (, (.). (.7). (.6). (.5). ) P( O, O dan X, X P( O, X O, X,. P( O, X, PO ( X,. PX ( X,. P O X, λ. PX (, (.). (.). (.6). (.5).9 ) P( O, O dan X, X (.5). (.). (.6). (.5). 4) P( O, O dan X, X (.). (.6). (.). (.).6 5) P( O, O dan X, X (.). (.). (.). (.).54 6) P( O, O dan X, X (.5). (.). (.). (.). 7) P( O, O dan X, X (.). (.4). (.). (.).8 8) P( O, O dan X, X (.). (.). (.). (.). 9) P( O, O dan X, X (.5). (.4). (.). (.).4 Berdasarkan 9 nilai di aas, bisa dihiung saa ini dan besok sesuai bersyara λ aau PO (, O dengan cara menumlahkan 9 nilai di aas, ( PO (, O i, P O, O dan X i, X, i,

7 Perhaikan pada ), 4), 7), 8), dan 9), erliha bahwa peluangnya sanga kecil. Hal ini waar karena peluang emisinya sebesar., lebih kecil dibanding yang lain. Kesimpulannya, ika nilai elemen mariks emisi sanga kecil, maka peluang yang dihasilkan uga kecil. Hal ini uga berlaku unuk mariks ransisi, seperi yang diunukkan oleh ) dan 6), hanya idak sekecil 7) karena di ) dan 6) peluang pada mariks emisi dan peluang awalnya masih cukup besar. Pada dasarnya kia bisa memperluas perumusan ini unuk barisan observasi dengan mengambil umlah dari peluang masing-masing kemungkinan yang eradi. Unuk lebih elasnya liha persamaan (.) di bawah ini: PO ( POX (, (.) X ( X,..., X ) Pada kasus di aas bisa erliha bahwa kia buuh seidaknya... 6 kali operasi. Hal ini bisa diliha dari ke-9 nilai, unuk seiap keadian yang mungkin membuuhkan 4 kali operasi. erliha meode di aas idak efisien, adi diperlukan suau meode baru yang dapa mereduksi operasi perhiungan P ( O. Kemudian diperkenalkan algorima mau dan mundur. Algorima ini menyimpan nilai yang erhiung pada ierasi yang sebelumya, sehingga paling banyak buuh operasi. Perbedaannya mungkin idak akan erlalu berbeda secara signifikan dengan meode sebelumnya unuk kasus di aas, karena panang barisan observasinya hanya. Akan eapi algorima ini akan sanga berguna dan efisien keika panang barisan observasinya cukup besar. Umumnya, auh lebih besar dari, adi pengurangan ini sanga membanu pemakai MM. Di bawah ini dapa dipelaari algorima mau. Definisikan α ( i) sebagai variabel mau dimana ( α () i P OO K O, X i (.4) dengan kaa lain, α ( i) menyaakan oal peluang observasi berakhir di sae X i pada saa dimana,,..., ika diberikan barisan observasi OO... O. Secara umum, algorima mau ini memua kegiaan (Rabiner 989): 7

8 . Inisialisasi α () i π ( i) b ( O ) unuk i, K, (.5) i. Induksi α + ( ) α ( i) ai b ( O+ ) unuk, K, dan, K, (.6) i. erminasi P ( O ) α λ (.7) i i Pada ahap inisialisasi (), peluang berada di sae ke i idak lain adalah peluang awalnya, π () i, sehingga berdasarkan (.4) dengan diperoleh (.5), unuk i,, K, ( i α () i P O, X x ( i, ( i, ( ipo ) ( X xi, ), karena ( i) PO ( X xi, ) () i b ( O ) PO X x PX x π λ π λ π i Pada ahap induksi, akan dihiung nilai α pada saa >, pembukiannya dilakukan dengan memanfakan asumsi MM, α ( ) P( O, O,..., O, O, X ( ( POO ( O X λ ) b O POO,,..., OO, + X+, PX ( + P O, O,..., O X+, λ P( O+ X+, P( X+ P O, O,..., O, X+ P( O+ X+,,,...,, + ( + ) P( O, O,..., O, X i, X+ b( O+ ) i P( O, O,..., O, X i PX ( + OO,,..., O, X iλ, ) b( O+ ) i P( O, O,..., O, X i PX ( + X iλ, ) b( O+ ) i α( ia ) i b( O+ ) i dengan, K, dan, K, 8

9 Sebagai conoh, misalkan hanya ada observasi (), maka unuk menghiung α ( ), bisa diliha langkah-langkahnya sebagai beriku: α( ) P( OO, X (,, (,, P( OO, X, X P OO X X + P OO X X + K + i (,, ) P OO X i X λ i (,, (,, P OO X i X P X i X i (,, (, (, P OO X i X P X X i P X i i () i a P( OO X i, X, π π i i α i () i a b ( O ) b ( O ) i i () i a b ( O ) i b i ( O ) ( i) α a i Jadi dengan indukif dapa diulis secara umum sebagai beriku α + α i ai b ( O + ) unuk, K, dan, K, (.8) i Maka P ( O ) α ( i) λ (.9) i Maksud dari (.9) adalah menumlahkan semua peluang gabungan dari observasi dan keadaan ersembunyi bersyara model sehingga diperoleh peluang marinal dari observasi ersebu. Sebagai ilusrasi dari algorima mau, perhaikan gambar beriku, 9

10 () α a b O, a b O, α () α + α α α + α ( ) α α + Gambar. Ilusrasi Algorima mau Sebagai conoh, ambil kasus pada meode sebelumnya (9 nilai peluang) yang hasilnya selanunya dibandingkan. Akan dihiung PO (, O dari suau barisan observasi AG. Perhaikan kembali mariks mariks ransisi, mariks emisi, dan nilai awal pada hal. 5, Pada ahap inisialisasi, enu ada buah α, masing-masing unuk cocok, sisipan, dan hapusan, α α α () π () b () (.5). (.6). π b (.). (.).6 π b (.). (.). Selanunya, pada ahap induksi akan dihiung α () α () i a b ( O ) i i α dengan. {(.). (.7) + (.6). (.6) + (.). (.4)}. (.).54 α α () i a b ( O ) i i {(.). (.) + (.6). (.) + (.). (.)}. (.).56

11 α α () i a b ( O ) i i {(.). (.) + (.6). (.) + (.). (.4)}. (.5).7 erakhir adalah ahap erminasi dengan cara menghiung PO (, O dengan menumlahkan α dengan, PO (, O α () i i Berdasarkan conoh ini, erliha dua meode memiliki hasil yang sama, namun banyaknya operasi perhiungan idak sama. erliha bahwa algorima mau lebih efisien daripada meode definisi peluang bersyara. Selanunya, akan dibahas meode mundur besera conohnya di kasus yang sama. Hal ini dilakukan unuk mengeahui apakah meode mau dan mundur menghasilkan peluang yang sama. Di bawah ini adalah meode mundur. Algorima ini langkahnya serupa dengan algorima mau. Di sini inisialisasi didasarkan pada seluruh observasi yang ada, adi algorima ini menggani OO K O pada persamaan (.4) dengan O+ O+ K O. Di sini pemakai berpikir seperi akan menaksir ke depan. Pandang variabel mundur, ( i) P( O O O X i ) β + + K,λ (.) Algorima mundur selengkapnya dapa diliha di bawah ini:. Inisialisasi. Induksi ( i) β, unuk i, K, (.) β () i b( O+ ) β+ ( ) ai. erminasi, unuk,, K,, i, K, (.)

12 P O b() ( i) i ( π β (.) i i Pada ahap inisialisasi, diambil ( i) β karena i adalah sae final, dan bernilai nol unuk i yang lain. Unuk ahap induksi, pembukiannya mirip dengan algorima mau. Unuk lebih elasnya, langkah-langkah pembukiannya bisa diliha di bawah ini: β () i P( O +, O +,..., O X i, P( O+, O+,..., O, X+ X i, ( + +,...,, +,, ( +,...,, +, P O O O X X i P O O X X i P( O+ X+, P( O+,..., O X+, X i, P( X+ X i, ( + +, ( +,..., +, ( +, P O X P O O X P X X i ( + +, λβ ) + ( +, P O X P X X i b ( O ) β ( ) a + + i unuk,, K,, i, K, Sebagai conoh, kia ambil kasus yang sama dengan kasus pada algorima mau unuk menghiung PO (, O. Pada ahap inisialisasi, β () i unuk i,,. Selanunya, di ahap induksi akan dihiung β ( i) dengan i,,, β () β a b () β ( ) (.7). (.). + (.). (.). + (.). (.5).. a b () β ( ) (.6). (.). + (.). (.). + (.). (.5)..

13 β a b () β ( ) (.4). (.). + (.). (.). + (.4). (.5).. Unuk memulai induksi, dibandingkan dengan algorima mau di mana proporsi α didominasi oleh keadaan cocok dan hapusan, di sini proporsi β unuk masing-masing keadaan hampir sama. Jadi pada λ yang sama idak ada keerkaian nilai awal α dan β. Pada ahap erminasi, akan dihiung PO (, O dengan PO (, O i b() πβ( i) i i (.6). (.5). (.) + (.). (.). (.) + (.). (.). (.) Berdasarkan conoh kasus di aas, erliha bahwa perhiungan melalui algorima mau dan mundur akan menghasilkan nilai peluang yang sama. api kesimpulan ini idak selalu benar. Jika elemen-elemen peluang ransisi dan emisi berupa bilangan rasional, seperi conoh di aas, maka algorima mau dan mundur akan memberikan hasil yang sama. Sebaliknya, ika mariks ersebu mengandung sau aau lebih bilangan irasional, maka meode mau dan mundur akan memberikan hasil yang berbeda. Dengan kaa lain, ika peluang ransisi dan emisi diaksir dari frekuensi relaif, meode mau dan mundur yang dihasilkan sering kali berbeda. Variabel mundur bisa uga dikombinasikan dengan variabel mau unuk menghiung P( O seperi yang ampak di bawah ini: (,...,, ) ( P O O X i λ P O,...,, (, ) O X i P X i λ ( ) ( + ) P O,..., O X i, λ P O,..., O X i, λ P( X i, P ( O,..., O, X i P( O+,..., O X i,

14 α () i β () i (.4) i P O λ α () i β () i (.5).5. Algorima Vierbi Seelah mempelaari algorima mau dan mundur unuk menghiung P( O, akan dilanukan unuk menyelesaikan masalah kedua dalam membangun MM, yaiu ika diberikan barisan observasi O oo o K dan model λ ( A,B,π ), bagaimana menenukan barisan hidden sae X xxk x yang opimal. Salah sau meode yang sering digunakan adalah dengan algorima Vierbi. Definisikan, δ () i max P( OO O, XX X, X i X, X, K, X K L (.6) Beriku ini adalah algorima lengkap unuk Vierbi:. Inisialisasi δ () i π () i b i ( O ) () i, i (.7) ψ (.8). Induksi δ( ) b( O)max { aiδ ( i) }, dan (.9) i ψ( ) arg max { aiδ ( i) }, dan (.) i. erminasi P * q 4. Penaagan Mundur Pada ahap inisialisasi ( ), * max i { δ ( i) } arg max i * * q + q + { δ () i } (.) (.) ψ,,, L, (.) 4

15 Pada ahap induksi, () i P( X i, O ) δ ( ) P O X i P X i bi O π () i δ ( ) max P( OKO, XL X, X X, X, K, X max P( O OKO, XLX, X, P( OKO, XL X, X, { },, K, X X X max P( O X, P( O KO, X L X, X, { },, K, X X X P( O X, max max { P( OKO, XL X, X i, X, } X, X, K, X i { } b ( O ) max max P( X X i) P( O KO, X L X, X i, X, X, K, X i { K } b ( O )max P( X X i) max P( O KO, X L X, X i, i X, X,, X b( O)max { P( X X i) δ ( i) } i b( O)max { aiδ ( i) } i Sebagai conoh, ambil kasus unuk barisan proein dengan observasi AG sama seperi pada kasus-kasus sebelumnya. Berdasarkan algorima Vierbi, diperoleh:. Inisialisasi δ () () b() δ () b() π (.5). (.6). π (.). (.).6 δ () b(). Induksi () π (.). (.). δ b() max { a δ ( i) } ψ () i i (.). max{(.7). (.),(.6). (.6),(.4). (.)} (.). (.7). (.). 5

16 δ b () max { a δ ( i) } () ψ () () i i (.). max{(.). (.),(.). (.6),(.). (.)} (.). (.). (.).9 δ b () max { a δ ( i) } ψ (). erminasi i i (.5). max{(.). (.),(.). (.6),(.4). (.)} (.5). (.). (.). * P max δ () i i { } { δ δ δ } max (), ( ), max{.,.9,.}. * q arg max{ δ () i } i 4. Penaagan Mundur * * q ( q) ψ ψ Berdasarkan hasil algorima Vierbi di aas, dapa disimpulkan bahwa barisan hidden sae yang opimal adalah x cocok dan x hapusan..6. Algorima Baum-Welch Unuk mengaasi masalah keiga dalam MM, biasanya digunakan algorima Baum-Welch. Algorima Baum-Welch digunakan unuk mengesimasi parameer MM sehingga erbenuk model baru ˆ λ( AB ˆ, ˆ, ˆ π ) di mana PO ( ˆ PO (. Prosedur ini diulang erus menerus sampai proses konvergen. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana menenukan nilai awal π agar barisan aksiran ersebu konvergen dengan cepa, sehingga ierasi yang dilakukan efisien. Pemilihan nilai awal 6

17 ini perlu dilakukan dengan hai-hai, karena hasil dari aksiran parameer MM sanga dipengaruhi oleh nilai awal ini. Algorima Baum-Welch merupakan kasus khusus dari algorima EM (Ekspekasi Maksimum). Algorima EM merupakan algorima yang dipakai unuk mempelaari model-model probabilisik dalam suau kasus yang melibakan keadaan yang ersembunyi (Rabiner 989). Lebih khusus, algorima ini merupakan prosedur ieraif unuk menghiung penaksir Maksimum-likelihood, L (, yang dierapkan pada daa idak lengkap. Algorima EM memiliki prosedur beruruan yang dilakukan secara berulang secara erpadu. prosedur ersebu adalah:. E-sep : menenukan ekspekasi bersyara E [ log P( O, X ]. M-sep : memaksimumkan ekspekasi bersyara ersebu erhadap λ Dalam kasus MM, daa lengkap adalah informasi mengenai keadaan X sama baiknya dengan observasi O unuk seiap. Jadi daa idak lengkapnya adalah hanya observasi O iu sendiri. Fungsi likelihood dari daa ak lengkap adalah ( O fungsi likelihood dari daa lengkap adalah P ( O, X P dan. Pada E-sep, daa yang hilang/ersembunyi diaksir melalui daa yang erobservasi dan esimasi parameer model. Peluangnya di-log-kan unuk mempermudah perhiungan (G. F. Larrahondo, S. Bridges, Eric A. H., 5). Unuk peluang yang sanga kecil, kekonvergenan akan lebih cepa ercapai dan membuuhkan baas ambang yang uga sanga kecil. Unuk menghindari hal-hal ini, maka peluang perlu di-log-kan. Dengan kaa lain, dalam algorima EM, yang akan diesimasi adalah [ log P( O, X ] E (.4) Berdasarkan definisi ekspekasi, persamaan (.4) dapa diulis sebagai beriku, P( X O, λ ) log P( O, x (.5) x dengan λ merupakan aksiran awal dari parameer λ. Berdasarkan asumsi kebebasan bersyara, maka diperoleh x x x (.6) (, ) P OX λ π a b O dengan menyaakan banyaknya observasi (panang observasi). Kemudian dengan mensubsiusikan persamaan (.6) ke persamaan (.5), diperoleh 7

18 Q( λλ, ) P( O, x log π P( O, x loga + x x x x + P( O, x λ ) logbx ( O ) x Selanunya perhaikan bagian perama pada persamaan (.7), (.7) P( Ox, log π POX (, i log π( i) (.8) x i dengan menggunakan muliplier Langrange dengan syara bahwa π () i, diperoleh i maka POX (, i log π( i) + η π( i) π () i i i π () i (, i P O X π () i (, i POX + η (.9) η POX π () i η i i (, i sedangkan, P O i P O, X η i ( i P( O, X i (.) η i (, X i P( O, X i P( X i, i P ( O dari persamaan (.9) dan (.) maka diperoleh, (, (, η P( O P O X i P O X i π () i (.) Berikunya adalah unuk bagian kedua dari persamaan (.7) adalah x P ( O x ) log a, λ x x (.) Dengan menggunakan muliplier Langrange dengan syara a, i 8

19 maka P( O, x λ ) logax x η a + i a i x P( O, X i, X logax x + η a i a i i log apox i (, ix, + η ai a i i (,, P O X i X a i + η aau (,, P O X i X ai η, erliha bahwa a i masih bergaung pada η, unuk iu dicari nilai η dengan menumlahkan a i unuk semua, diperoleh (,, POX ix ai aau η (,, η P O X i X, menginga (,, (,, (, P O X i X P O X i X P X, maka P( O, X i X, ) P( X, ) aau η λ λ (, i η P O X Selanunya η disubiusi ke a i di aas, sehingga diperoleh a P i ( O, X i, X P ( O, X i Selanunya, perhaikan bagian keiga pada persamaan (.7), yaiu ( O, x (.) P logb x x o Dengan cara yang sama dengan sebelumnya, menggunakan muliplier Langrange K dengan syara b i ( ), didapa 9

20 aau K P( O, X i λ ) logbi( o) + η bi( ) bi ( ) i K log bi( ) P( O, X i λ ) δ + η bi( ) bi ( ) i dengan, o δ, lainnya Seelah diurunkan diperoleh, i (, i P O X b i ( ) δ + η aau b i K ( ) i K bi ( ) (, i P O X i η δ (, i P O X η δ (.4) K (, ) (, ) η P O X i λ δ P O X i λ i i dengan mensubsiusikan η pada persamaan (.4), diperoleh, b i ( ) P ( O, X i i i P ( O, X i δ (, X i P O P ( O, X i δ (.5) Algorima Baum-Welch uga dikenal sebagai algorima Mau-Mundur dengan variabel mau dan mundur adalah sebagai beriku: ( K α() i P OO O, X i β + + () i P( O O KO, X i Kemudian didefinisikan variabel baru ( + (.6) ξ (, i ) P X i, X O, (.7) Dengan menggunakan definisi peluang bersyara dan auran Bayes, maka persamaan (.7) berubah menadi

21 ξ (, i ) P( X i, X+ O, (, +, P( O P X i X O ( K, ( + ) ( + + ) ( + K, + P( O P OO O X i P X X i P O X P O O X α() iab i ( O+ ) β+ ( ) POλ (.8) dengan P( O α() i β() i i α() iab i ( O+ ) β+ ( ). i Dari ξ ( i, ) yang dikeahui, bisa dihiung peluang berada di sae i pada saa, γ ( i), dengan menumlahkan aas, γ ( i) ξ (, i ) (.9) Dihiung ekspekasi banyaknya ransisi dari sae i ke sae, sebu saa dengan τ (, i ), dengan menumlahkan aas, τ(, i ) ξ (, i ) (.4) Kemudian dihiung ekspekasi banyaknya yang berpindah dari sae i, ulis dengan τ () i, dengan menumlahkan aas dari sampai, (.4) τ() i γ () i ξ (, i ) Dengan menghubungkan anara persamaan (.) dengan (.9), maka ˆi π bisa berbenuk: P O X ˆ π () i (, i P( O P( X i O, P( X i, X O,

22 ξ (, i ) γ () i (.4) Kemudian Aˆ a bisa uga diubah dalam benuk lain dengan menghubungkan ˆi persamaan (.), (.4), dan (.4): a ˆi (,, POX ix (, i POX (,, POX ix + (, i P O X ( P X i, X O, P( O + ( P X i O, P( O erakhir, (,, P X i X O τ (, i ) τ () i + ( i O, P X (.4) Bˆ bˆ ( ) bisa diulis dalam benuk yang lebih sederhana dengan meliha i persamaan (.5), (.9), dan (.4): bˆ i ( ) (, i ) POX (, i P O X λ δ ( i O, ) P X ( i O, P X λ δ

23 , O γ ( ) γ ( ) (.44) Sebagai conoh, kia inau kembali kasus barisan proein AG yang pernah dibahas pada bagian-bagian sebelumnya, ˆ α ξ (,) () ab () β() PO ( (.). (.7). (.). () ˆ α ξ (, ) () ab() β() PO ( (.). (.). (.). ().78.5 ˆ α ξ (, ) () ab() β() PO ( (.). (.). (.5). () ˆ α ξ (,) () ab() β() PO ( (.6). (.6). (.). () sama seperi di aas, dan beruru-uru diperoleh ˆ ξ (,).69, ˆ ξ (,).9, ˆ ξ (,)., ˆ ξ (,).5, dan ˆ ξ (,).5. ˆ γ () ˆ γ () ˆ γ () ˆ ξ (, ) ˆ ξ (, ) ˆ ξ (, ) Karena hanya ada observasi, maka ˆ ˆ.769, τ ˆ γ ˆ() τ γ () γ () ˆ() ().54, dan ˆ() τ ˆ γ ().77. ilai ˆ( τ i, ) ˆ ξ (, i ) unuk i,. Dari hasil perhiungan di aas, dapa kia esimasi parameer MM, ˆ γ().769 ˆ ˆ π( i) γ().54 ˆ γ ().77

24 ˆ a i ˆ τ(,) ˆ τ(, ) ˆ τ(,) ˆ() ˆ() ˆ τ τ τ() ˆ τ(,) ˆ τ(, ) ˆ τ(,) ˆ τ() ˆ τ() ˆ τ() ˆ τ(,) ˆ τ(, ) ˆ τ(,)..5.5 ˆ τ() ˆ τ() ˆ τ() b ˆi ˆ γ() ˆ γ() ˆ γ() ˆ γ(), O, O, O, O 4 ˆ γ ˆ ˆ () γ() γ() ˆ γ() ˆ γ ˆ ˆ () γ() γ() ˆ γ(), O, O, O, O 4 ˆ γ ˆ ˆ () γ() γ() ˆ γ() ˆ γ ˆ () γ() ˆ γ ˆ () γ(), O, O, O, O 4 ˆ γ() ˆ γ ˆ ˆ () γ() γ() benuk Dari esimaor yang dihasilkan, maka diperoleh model ˆ λ( AB ˆ, ˆ, ˆ π ). Dengan Bˆ bˆ i seperi di aas, maka sudah bisa dipasikan bahwa ˆ auh lebih besar dibandingkan dengan P( O.78. P O λ dan ini Conoh di aas merupakan conoh yang idak bagus, karena hanya melibakan dua obervasi, akibanya esimaor yang dihasilkan, eruama mariks peluang emisi, akan memiliki elemen mariks yang isinya dan. Dengan demikian maka nilai peluang observasinya akan bernilai, sehingga idak perlu ada ierasi lagi. 4

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON *

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON * PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV HAMILON * BERLIAN SEIAWAY, YANA ADHARINI DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus IPB

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET 8 III EMODELAN HARGA ENGGUNAAN INTERNET 3 Asumsi dan Model ada peneliian ini diperhaikan beberapa asumsi yaiu sebagai beriku: Waku anarkedaangan menyebar eksponensial dengan raaan λ - (laju kedaangan adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 robabilias 2.1.1 Definisi robabilias adalah kemungkinan yang daa erjadi dalam suau erisiwa erenu. Definisi robabilias daa diliha dari iga macam endekaan, yaiu endekaan klasik,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 11 Laar Belakang Seiap orang mendambakan berheni bekerja di suau masa dalam siklus kehidupannya dan menikmai masa uanya dengan enram Terjaminnya kesejaheraan di masa ua akan mencipakan

Lebih terperinci

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun BAB III ARFIMA-FIGARCH 3. Time Series Memori Jangka Panjang Proses ARMA sering dinyaakan sebagai proses memori jangka pendek (shor memory) karena fungsi auokorelasi anara dan urun cepa secara eksponensial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

Estimasi Parameter. Modul 1 PENDAHULUAN

Estimasi Parameter. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Esimasi Parameer Dr. Suawanir Darwis P PENDAHULUAN roses sokasik S,,, S adalah koleksi peubah acak S dengan menyaakan indeks waku,. Kumpulan semua nilai S yang mungkin, dinamakan sae space. Suau

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi Bab II Maeri Penunjang BAB II MATERI PENUNJANG.1 Keuangan.1.1 Opsi Sebuah opsi keuangan memberikan hak (bukan kewajiban) unuk membeli aau menjual sebuah asse di waku yang akan daang dengan harga yang disepakai.

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI PEDAHULUA Laar Belakang Menduga dan meramal sae yang idak bisa diamai secara langsung dari suau kejadian ekonomi adalah ening Pemerinah melalui bank senral dan ara regulaor daa menggunakan informasi enang

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

Metode Regresi Linier

Metode Regresi Linier Modul 1 Meode Regresi Linier Prof. DR. Maman Djauhari A PENDAHULUAN nalisis regresi linier, baik yang sederhana maupun yang ganda, elah Anda pelajari dalam maa kuliah Meode Saisika II. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral Maeri XII Tujuan :. Mahasiswa dapa memahami menyelesiakan persamaan inegral yang lebih kompleks. Mahasiswa mampunyelesiakan persamaan yang lebih rumi 3. Mahasiswa mengimplemenasikan konsep inegral pada

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP US DOLLAR MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA DIMAS HARI SANTOSO

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP US DOLLAR MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA DIMAS HARI SANTOSO PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP US DOLLAR MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA DIMAS HARI SANOSO DEPAREMEN MAEMAIKA FAKULAS MAEMAIKA DAN ILMU PENGEAHUAN ALAM INSIU PERANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI I. PENDAHULUAN. Laar Belakang Menuru Sharpe e al (993), invesasi adalah mengorbankan ase yang dimiliki sekarang guna mendapakan ase pada masa mendaang yang enu saja dengan jumlah yang lebih besar. Invesasi

Lebih terperinci

SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galatia Ballangan)

SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galatia Ballangan) SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galaia Ballangan) SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Saionary Disribuion of Swiss Bonus-Malus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawaan (Mainenance) Mainenance adalah akivias agar komponen aau sisem yang rusak akan dikembalikan aau diperbaiki dalam suau kondisi erenu pada periode waku erenu (Ebeling,

Lebih terperinci

SIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK

SIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK Jurnal Maemaika Murni dan Terapan εpsilon Vol.9 No.2 (215) Hal. 15-24 SIMULASI PEGEAKAN TINGKAT BUNGA BEDASAKAN MODEL VASICEK Shanika Marha, Dadan Kusnandar, Naomi N. Debaaraja Fakulas MIPA Universias

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar Kumpulan Makalah Seminar Semiraa 013 Fakulas MIPA Universias Lampung Penduga Daa Pada Rancangan Bujur Sangkar Lain Dasar Idhia Sriliana Jurusan Maemaika FMIPA UNIB E-mail: aha_muflih@yahoo.co.id Absrak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham Analisis angkaian Lisrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik () BAB 3 Fungsi Jargan Pembahasan fungsi jargan akan membua kia memahami makna fungsi jargan, fungsi

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV EMPAT WAKTU SEBELUMNYA ARDY KRESNA CRENATA G

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV EMPAT WAKTU SEBELUMNYA ARDY KRESNA CRENATA G PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP DOLLAR AMERIKA MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV EMPA WAKU SEBELUMNYA ARDY KRESNA CRENAA G540546 DEPAREMEN MAEMAIKA FAKULAS MAEMAIKA DAN ILMU PENGEAHUAN ALAM INSIU

Lebih terperinci

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR MUHG/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN 8 VEKTOR DAN NILAI EIGEN /5/7 9.9 Beberapa Aplikasi Ruang Eigen Uji Kesabilan dalam sisem dinamik Opimasi dengan SVD pada pengolahan Cira Sisem Transmisi dan lain-lain.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 9 TKE 35 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a (bagian 2) Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 29 2.4. Isyara Periodik

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer Silabus : Aljabar Linear Elemener MA SKS Bab I Mariks dan Operasinya Bab II Deerminan Mariks Bab III Sisem Persamaan Linear Bab IV Vekor di Bidang dan di Ruang Bab V Ruang Vekor Bab VI Ruang Hasil Kali

Lebih terperinci

Fungsi Bernilai Vektor

Fungsi Bernilai Vektor Fungsi Bernilai Vekor 1 Deinisi Fungsi bernilai vekor adalah suau auran yang memadankan seiap F R R dengan epa sau vekor Noasi : : R R F i j, 1 1 F i j k 1 dengan 1,, ungsi bernilai real Conoh : 1. 1 F

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas dasar-dasar teori yang akan digunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas dasar-dasar teori yang akan digunakan BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar-dasar eori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini, yaiu model regresi dua level, meode penaksiran maximum likelihood, mariks parisi, kronecker

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

Bab III Studi Kasus Model Double Decrement

Bab III Studi Kasus Model Double Decrement Bab III Sudi Kasus Mode Doube Decremen Pada bab ini, akan dieaskan erebih dahuu mengenai beberapa definisi daam eori Doube Decremen. Seanunya akan dibahas benuk kuanifikasi dependensi daam kasus Doube

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN JMP : Volume 4 omor, Juni 22, hal. 35-46 KAJIA PEMODELA DERET WAKTU: METODE VARIASI KALEDER YAG DIPEGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURA Winda Triyani Universias Jenderal Soedirman winda.riyani@gmail.com Rina

Lebih terperinci

BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Nilai Eigen dan Vekor Eigen. Diagonalisasi. Diagonalisasi secara Orogonal 7. NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Definisi

Lebih terperinci

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT 2 Relasi LOGIK FUNGSI ND, FUNGSI OR, DN FUNGSI NOT Tujuan : Seelah mempelajari Relasi Logik diharapkan dapa,. Memahami auran-auran relasi logik unuk fungsi-fungsi dasar ND, OR dan fungsi dasar NOT 2. Memahami

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES Universias Muhammadiyah Purwokero malim.muhammad@gmail.com Absrak Pada persamaan regresi linier sederhana dimana variabel dependen dan variabel independen

Lebih terperinci

Muhammad Firdaus, Ph.D

Muhammad Firdaus, Ph.D Muhammad Firdaus, Ph.D DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FEM-IPB 010 PENGERTIAN GARIS REGRESI Garis regresi adalah garis yang memplokan hubungan variabel dependen (respon, idak bebas, yang dipengaruhi) dengan variabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP US DOLLAR MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV MODEL HAMILTON HIRASAWA G

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP US DOLLAR MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV MODEL HAMILTON HIRASAWA G PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP US DOLLAR MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV MODEL HAMILON HIRASAWA G5403030 DEPAREMEN MAEMAIKA FAKULAS MAEMAIKA DAN ILMU PENGEAHUAN ALAM INSIU PERANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci