... Gtakanlah : "Samakah orang-orang yang berpengetahuan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "... Gtakanlah : "Samakah orang-orang yang berpengetahuan"

Transkripsi

1 Bismillaahirrahmamirrahiim.... Gtakanlah : "Samakah orang-orang yang berpengetahuan dengan orang-orang yang tidak berpengetahuan?ir Sesangguh- nya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Q.S. AZ ZUMAR : 9)... Dan Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui apa yangdksmu kerjakan. (Q.S. AL MLJJAADILAH : 11) Xupersenbahkan untuk Ayah dan Ibunda ter- cinta, serta kakak dan adik-adikku tersayang. '

2 MODEL SOAPS1 ISOTERWll PANILI BATANI; DENGAN CAAA DESORPSI Oleh VIVA SATRIANA F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAI* INSTITUT PERTANIAN BOGOR B O G O R

3 Viva Satriana. F Model sorpsi isotermi panili batang dengan cara desorpsi. Dibawah bimbingan Hadi K. Purwadaria, Ervan Adi Nugroho dan Darmawan Subekti. RINGKASAN Buah panili merupakan bagian dari tanaman panili yang bernilai ekonomis tinggi. Buah ini memiliki aroma yang khas dan dipergunakan untuk memberi aroma pada makanan, minuman, es krim dan lain-lain. Sebelum diperjual-belikan, buah panili mengalami proses pengolahan yangmeliputi pelayuan, pemeraman, pengeringan, penganginan, sortasi dan pengepakan. Buah panili hasil pengolahan ini disebut juga panili batang. Untuk mendapatkan hasil pengeringan yang baik serta kemantapan bahan pangan selama penyimpanan diperlukan pengetahuan mengenai kadar air keseimbangan bahan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah 1) menentukan kadar air keseimbangan panili batang, 2) mengembangkan model persamaan sorpsi isotermi panili dan 3) menpelajari pengaruh potongan panili batang clan.-cara pengolahan panili terhadap kurva sorpsi isotermi panili. Kadar air keseimbangan panili didapat dengan menggunakan metoda statik, yaitu dengan menggunakan desikator dan pengaturan kelembaban relatip menggunakzn larutan garam-garam je- nuh. Penentuan kadar air, keseimbangan panili dilakukan pada

4 berbeda, yaitu pengolahan UT Marisi dengan menggunakan peti pemeraman, pengolahan UT Maris i tan pa menggunakan pe ti pemeraman dan pengolahan Eaarry Widodo (1988). Kadar air keseimbangan panili batang yang bersesuaian dengan kelembaban relatip dan suhu ruang penyimpanan lebih rendah dibandingkan dengan standar mutu panili Indonesia. Menurut standar mutu panili Indonesia, mutu I harus berkadar air persen basus basah (% BB) atau sekitar persen basis kering (% BK), sedangkan kadar air keseimbangan panili hanya sekitar 14 % BB (16 % BK) untuk keadaan ruang payimpanan dengan kelembaban relatip 70 persen dan suhu 25'~. Perbedaan ukuran potongan panili tidak menyebabkan perbedaan kadar air keseimbangannya, tetapi menyebabkan perbe- daan waktu untuk mencapai keseimbangan. Panili dengan ukuran 4 cm lebih lama mencapai keadaan keseimbangan dari pada panili dengan ukuran potongan 4 mm, yaitu masing-masing 34 hari dan 25 hari pada suhu 25'~ dan kelembaban relatip 50.2 persen. Perbedaan cara pengolahan menyebabkan perbedaan kadar air keseimbangan panili. Pada kelembaban relatip 71.4 persen dan suhu 30'6, panili hasil pengolahan UT Marisi deng2.n menggunakan peti pemeraman dan potongan panili 4 mm berkadar air keseimbangan sekitar BK (13.15 % BB), sedangkan panili hasil pengolahan UT Marisi tanpa menggunakan peti pemeraman berkadar air keseimbangan sebesar % BK (12.18 % BB) dan panili hasil pengotahan Harry Widodo berkadar air keseimbangan sebesar % BK (14.03 % BB) pada kondisi yang sama. Model Henderson dianggap cocok untuk mewakili sorpsi is0- termi dari ketiga jenis panili yang diteliti yang ditunjukkan

5 dengan nilai modulus deviasi kurang dari lima. Panili hasil pengolahan UT Marisi yang diolah dengan menggunakan peti pe- meraman memiliki modulus deviasi sebesar , sedangkan yang diolah tanpa menggunakan peti pemeraman memiliki modulus deviasi sabesar Panili hasil pengolahan Harry Widodo memiliki modulus deviasi sebesar Dengan menggunakan model sorpsi isotermi Henderson dapat diduga kadar air keseimbangan panili bila berada pada suatu tempat dengan suhu dan kelembaban relatip tertentu. Untuk daerah Bogor dengan suhu rata-rata 25'~ dan kelembaban rela- tip 85 persen, panili hasil pengolahan Harry X'idodo yang di- tempatkan pada daerah tersebut akan memiliki kadar air kese- imbangan sebesar 26.6 % BK (21.0 % BB). Untuk mempertahankan kadar air sama dengan standar mutu plnili Indonesia (35'% BB) panili hasil pengolahan Harry Widodo harus ditempatkan pada ruangan dengan suhu 25'~ dan kelembaban relatip 97.7 persen. Nilai ini didapat dengan menggunakan model Henderson. Kurva sorpsi isotermi dipengaruhi oleh suhu. Pada kelem- baban relatip yang konstan, kenaikan suhu akan mengalribatkan penurunan kadar air keseimbangan. Penurunan ini akan semakin besar pada.kelembaban relatip yang semakin tinggi. Dengan ke- naikan suhu dari 25'~ menjadi 30 c, pada kelembaban relatip 50.2 persen ter jadi penurunan kadar air keseimbangan sebesar 0.45 % BK untuk panili hasil pengolahan UT Marisi dengan menggunalran peti pemeraman, sedangkan pada kelembaban reletip 79.9 persen, ter-jadi penurunan kadar air keseirnbangan sebesar 2.13 FA BK.

6 MODEL SORPSI ISOTERMI PANILI BATANG DENGAN CARA DESORPSI Oleh VIVA SATRIANA F 21.I226 sm IPS I Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEXNOMGI PERTANIAN pada JURUSAN MEKANISAS I PERTANIAN, Pakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor 1989 FAWLTAS TERNOrnGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BO GOR

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90

91

92

93

94

95

... Gtakanlah : "Samakah orang-orang yang berpengetahuan

... Gtakanlah : Samakah orang-orang yang berpengetahuan Bismillaahirrahmamirrahiim.... Gtakanlah : "Samakah orang-orang yang berpengetahuan dengan orang-orang yang tidak berpengetahuan?ir Sesangguh- nya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima

Lebih terperinci

DARl KELAPA KMINA-1, KHINA-2 DAN KHINA-3

DARl KELAPA KMINA-1, KHINA-2 DAN KHINA-3 PENENTUAN SORPSI IISOTERM1 r* J " I r KELAPA PARUT KERlHG (DESICCATED COCONUT] DARl KELAPA KMINA-1, KHINA-2 DAN KHINA-3 Oleh MARllNA RISWATI SIRAIT F 23 1174 1992 FAKULTAS f EKNOLOGl PERTANlAN lnstltut

Lebih terperinci

PEWDUGAAN PERUBAHAN RADAR AIR TEPUNG KEDELAI SELAMA PENYIMPAM AN DALAM KEMASAN PLASTLK POLiETilEN

PEWDUGAAN PERUBAHAN RADAR AIR TEPUNG KEDELAI SELAMA PENYIMPAM AN DALAM KEMASAN PLASTLK POLiETilEN PEWDUGAAN PERUBAHAN RADAR AIR TEPUNG KEDELAI SELAMA PENYIMPAM AN DALAM KEMASAN PLASTLK POLiETilEN Oieh DADDY HENDRASAPUTRA F 27.1602 1945 IAKULTAS TEKNOLOCI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN EOCOR BOGOR Daddy

Lebih terperinci

KADAR AIR KESETIMBANGAN (Equilibrium Moisture Content) BUBUK KOPI ROBUSTA PADA PROSES ADSORPSI DAN DESORPSI

KADAR AIR KESETIMBANGAN (Equilibrium Moisture Content) BUBUK KOPI ROBUSTA PADA PROSES ADSORPSI DAN DESORPSI KADAR AIR KESETIMBANGAN (Equilibrium Moisture Content) BUBUK KOPI ROBUSTA PADA PROSES ADSORPSI DAN DESORPSI SKRIPSI oleh Rakhma Daniar NIM 061710201042 JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

FEN OMENA HISTERESIS ISOTERMI SORPSI AIR P ADA AMILOSA, AMILOPEKTlN, PROTEIN, DAN SELULOSA

FEN OMENA HISTERESIS ISOTERMI SORPSI AIR P ADA AMILOSA, AMILOPEKTlN, PROTEIN, DAN SELULOSA SKRIPSI FEN OMENA HISTERESIS ISOTERMI SORPSI AIR P ADA AMILOSA, AMILOPEKTlN, PROTEIN, DAN SELULOSA Oleh NUR WULANDARI F 30.0142 1997 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR Nur Wulandari.

Lebih terperinci

FEN OMENA HISTERESIS ISOTERMI SORPSI AIR P ADA AMILOSA, AMILOPEKTlN, PROTEIN, DAN SELULOSA

FEN OMENA HISTERESIS ISOTERMI SORPSI AIR P ADA AMILOSA, AMILOPEKTlN, PROTEIN, DAN SELULOSA SKRIPSI FEN OMENA HISTERESIS ISOTERMI SORPSI AIR P ADA AMILOSA, AMILOPEKTlN, PROTEIN, DAN SELULOSA Oleh NUR WULANDARI F 30.0142 1997 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR Nur Wulandari.

Lebih terperinci

?=ITK f. MIE KERING INSTAN YANG DlSlMPAN PADA BERBAGAI. KONDlSl PENYIMPANAN. Oleh SRI HARYATI FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

?=ITK f. MIE KERING INSTAN YANG DlSlMPAN PADA BERBAGAI. KONDlSl PENYIMPANAN. Oleh SRI HARYATI FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ?=ITK f 1 7, 9 MEMPELAJARI SORPSI ISOTERMI DAN KERAPUHAN MIE KERING INSTAN YANG DlSlMPAN PADA BERBAGAI KONDlSl PENYIMPANAN Oleh SRI HARYATI F 29.0091 1997 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

pads Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi

pads Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi aku mcari man, m k u dalam ragu apakah uang, apakah aku, apakah lagu, apakah mati kubuat jaring untuk Hlenyaring tak bisa ku tangkap seperti kupu-kupu atau ku genggam seperti batu bukan seperti angin kecuali

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Buah Mahkota Dewa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Buah Mahkota Dewa IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Buah Mahkota Dewa 1. Perubahan Kadar Air terhadap Waktu Pengeringan buah mahkota dewa dimulai dari kadar air awal bahan sampai mendekati

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan untuk menduga umur simpan dari sampel. Kondisi akselerasi dilakukan dengan mengondisikan sampel pada RH yang tinggi sehingga kadar air kritis lebih cepat

Lebih terperinci

Kemampuan yang ingin dicapai:

Kemampuan yang ingin dicapai: Kemampuan yang ingin dicapai: Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik hidratasi pada bahan pangan serta hubungannya dengan pengolahan dan mutu pangan. A. PENGERTIAN Karakteristik hidratasi : karakteristik

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN PUPUK KOMPOS DENGAN BANTUAN EM-4

TEKNIK PEMBUATAN PUPUK KOMPOS DENGAN BANTUAN EM-4 TEKNIK PEMBUATAN PUPUK KOMPOS DENGAN BANTUAN EM-4 SKRIPSI Oleh: Rahman Agus Hermawan NIM 061710201082 JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2012 TEKNIK PEMBUATAN PUPUK

Lebih terperinci

Temu Putih. Penyortiran Basah. Pencucian. Pengupasan. Timbang, ± 200 g. Pengeringan sesuai perlakuan

Temu Putih. Penyortiran Basah. Pencucian. Pengupasan. Timbang, ± 200 g. Pengeringan sesuai perlakuan Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian Temu Putih Penyortiran Basah Pencucian Pengupasan Tiriskan Simpan dalam lemari pendingin (5-10 o C) hingga digunakan Pengirisan, 3-5 mm Timbang, ± 200 g Pengukuran Kadar

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2011 hingga Agustus 2011 di Laboratorium Energi dan Listrik Pertanian serta Laboratorium Pindah Panas dan

Lebih terperinci

DENGAN VARIASI SUDUT BATANG DIAGONAL

DENGAN VARIASI SUDUT BATANG DIAGONAL HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERILAKU BALOK BADAN TERBUKA DENGAN VARIASI SUDUT BATANG DIAGONAL N a m a : M. Yudha Anrofa No. Mhs: 96 310 054 NIRM : 960051013114120047 N a m a : M. Busron Hanafi No. Mhs:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan Maret hingga Mei 2011, bertempat di Laboratorium Pilot Plant PAU dan Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini adalah merancang suatu instrumen pendeteksi kadar

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini adalah merancang suatu instrumen pendeteksi kadar 44 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil penelitian Hasil dari penelitian ini adalah merancang suatu instrumen pendeteksi kadar air rumput laut berbasis mikrokontroler, dengan penampil data informasi sistem

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium silvikultur Institut Pertanian Bogor serta laboratorium Balai Penelitian Teknologi

Lebih terperinci

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

LAMPIRAN II PERHITUNGAN 2.1 Perhitungan Putaran LAMPIRAN II PERHITUNGAN Perhitungan kecepatan untuk mengetahui berapa kemampuan kecepatan alat yang dihasilkan pada proses chips ubi ungu. dibandingkan secara teori dan praktik,

Lebih terperinci

SKRIPSI ISOTERMI SORPSI AIR DAN KERENYAHAN KERUPUK GORENG DENGAN "PENGGORENGAN" OVEN GELOMBANG MIKRO

SKRIPSI ISOTERMI SORPSI AIR DAN KERENYAHAN KERUPUK GORENG DENGAN PENGGORENGAN OVEN GELOMBANG MIKRO SKRIPSI ' ISOTERMI SORPSI AIR DAN KERENYAHAN KERUPUK GORENG DENGAN "PENGGORENGAN" OVEN GELOMBANG MIKRO 1998 FAKULTAS TEICNOLOGI PERTANlAN INSTITUT PERTANMN BOGOR BOGOR Rini Prastyanty. F.30.0609. Isotermi

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN NATRIUM METABISULFIT DAN SUHU BLANSIR TERHADAP MUTU PRODUK KERING JAMUR MERANG (Volval'ieZZa volvaceae)

KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN NATRIUM METABISULFIT DAN SUHU BLANSIR TERHADAP MUTU PRODUK KERING JAMUR MERANG (Volval'ieZZa volvaceae) .:::/ KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN NATRIUM METABISULFIT DAN SUHU BLANSIR TERHADAP MUTU PRODUK KERING JAMUR MERANG (Volval'ieZZa volvaceae) Oleh RACHMA WATI RAHAYU F 29.0133 1997 FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Oleh : IRAWAN ADI PUTRANTO F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Oleh : IRAWAN ADI PUTRANTO F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGARUH BAHAN KEMASAN DAN METODA PENYIMPANAN TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK MUTU FISIK BUNGA KRISAN (CHRYSANTHEMUM sp) POTONG VARIETAS FIJI YELLOW SELAMA PENYIMPANAN Oleh : IRAWAN ADI PUTRANTO F14103072

Lebih terperinci

ANALISIS ASPEK ERGONOMI PEKERJA BAGIAN SORTASI AKHIR PADA PENGOLAHAN KOPI ROBUSTA SECARA SEMI BASAH

ANALISIS ASPEK ERGONOMI PEKERJA BAGIAN SORTASI AKHIR PADA PENGOLAHAN KOPI ROBUSTA SECARA SEMI BASAH ANALISIS ASPEK ERGONOMI PEKERJA BAGIAN SORTASI AKHIR PADA PENGOLAHAN KOPI ROBUSTA SECARA SEMI BASAH (Studi Kasus PT. J. A. Wattie Perkebunan Durjo Jember) SKRIPSI oleh Isman Hadi S NIM 071710101059 JURUSAN

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KARAKTERISTIK PENCERINGAN BUAH NENAS (Anartns conzoslrs L. Merr) VARIETAS QUEEN

MEMPELAJARI KARAKTERISTIK PENCERINGAN BUAH NENAS (Anartns conzoslrs L. Merr) VARIETAS QUEEN -3.* < ;.*,.,., :,. L, MEMPELAJARI KARAKTERISTIK PENCERINGAN BUAH NENAS (Anartns conzoslrs L. Merr) VARIETAS QUEEN ASEP IMAN INDRA PERMANA F 28.1673 1995 FAKLJLTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi talas segar yang dibeli di Bogor (Pasar Gunung Batu, Jalan Perumahan Taman Yasmin, Pasar

Lebih terperinci

segala kerajaan, dan Dia Haha atas segala sesuatu ".(QS A1 Hulk :1) Kupersemhahkan sebagai baktiku kepada Ayahanda tercinta telah jauh di alam sana,

segala kerajaan, dan Dia Haha atas segala sesuatu .(QS A1 Hulk :1) Kupersemhahkan sebagai baktiku kepada Ayahanda tercinta telah jauh di alam sana, '' Haha Suei Allah Yang di tangan-nyalah segala kerajaan, dan Dia Haha Kuasa atas segala sesuatu ".(QS A1 Hulk :1) Kupersemhahkan sebagai baktiku - kepada Ayahanda tercinta yang telah jauh di alam sana,

Lebih terperinci

segala kerajaan, dan Dia Haha atas segala sesuatu ".(QS A1 Hulk :1) Kupersemhahkan sebagai baktiku kepada Ayahanda tercinta telah jauh di alam sana,

segala kerajaan, dan Dia Haha atas segala sesuatu .(QS A1 Hulk :1) Kupersemhahkan sebagai baktiku kepada Ayahanda tercinta telah jauh di alam sana, '' Haha Suei Allah Yang di tangan-nyalah segala kerajaan, dan Dia Haha Kuasa atas segala sesuatu ".(QS A1 Hulk :1) Kupersemhahkan sebagai baktiku - kepada Ayahanda tercinta yang telah jauh di alam sana,

Lebih terperinci

ASAH SITRAT DAN BAHAN PENGISI TERHADAP MUTU TEPUNG KONSENTRAT PISANG. Oleh SAYID AGUNG WARDOYO

ASAH SITRAT DAN BAHAN PENGISI TERHADAP MUTU TEPUNG KONSENTRAT PISANG. Oleh SAYID AGUNG WARDOYO ASAH SITRAT DAN BAHAN PENGISI TERHADAP MUTU TEPUNG KONSENTRAT PISANG Oleh SAYID AGUNG WARDOYO SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Jurusan TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Edible film. Analisis terhadap sifat-sifat fisik, mekanik dan biologis edible filmini meliputi:

Lampiran 1. Analisis Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Edible film. Analisis terhadap sifat-sifat fisik, mekanik dan biologis edible filmini meliputi: 55 Lampiran 1. Analisis Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Edible film Analisis terhadap sifat-sifat fisik, mekanik dan biologis edible filmini meliputi: a. Pengukuran Ketebalan Film (McHugh dan Krochta, 1994).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen dibidang Ilmu Teknologi Pangan tentang Pengaruh Konsentrasi Tawas Pembaluran dan Perendaman Terhadap

Lebih terperinci

CCTTO : raoanya. Tidal; selarnanya terkabalnya sebuah keinginan dan ixpian nlerripakan suatu Kebahagizan. (curie suradi )

CCTTO : raoanya. Tidal; selarnanya terkabalnya sebuah keinginan dan ixpian nlerripakan suatu Kebahagizan. (curie suradi ) CCTTO : raoanya. Biarlr?h engkan tetap rj.ui;a, rccskinan serr!uz ~insxcicl rnenuri jnkkan kebsncian. Riarlah hubuncsn dizi~itnra akd dnn diantara engkzu tetap raclai clan gembir?., meakipun hubunganku

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PROTOZOA PADA BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KOLAM MILIK PETANI IKAN DESA PATIMUAN KECAMATAN PATIMUAN KABUPATEN CILACAP

IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PROTOZOA PADA BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KOLAM MILIK PETANI IKAN DESA PATIMUAN KECAMATAN PATIMUAN KABUPATEN CILACAP IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PROTOZOA PADA BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KOLAM MILIK PETANI IKAN DESA PATIMUAN KECAMATAN PATIMUAN KABUPATEN CILACAP SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN

I. METODOLOGI PENELITIAN I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mutu Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Aagrobisnis Perkebunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di koridor samping Laboratorium Kekuatan Bahan dan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Penelitian. Waktu

Lebih terperinci

Kupersembahkan kepada. ayah bunda tercinta

Kupersembahkan kepada. ayah bunda tercinta Kupersembahkan kepada ayah bunda tercinta WAMCANGRN DAN UJi TEMNIS RUANG PENGEWlMG GABAH TBPf 5Alb VERTigAL PADA MAT PENGEWlMG GABAH BENGAN S PAWAS SEKAM DAN KIPAS PENGH oleh EDDY KUSIFdlAbViJAYA F. 15

Lebih terperinci

Kupersembahkan kepada. ayah bunda tercinta

Kupersembahkan kepada. ayah bunda tercinta Kupersembahkan kepada ayah bunda tercinta WAMCANGRN DAN UJi TEMNIS RUANG PENGEWlMG GABAH TBPf 5Alb VERTigAL PADA MAT PENGEWlMG GABAH BENGAN S PAWAS SEKAM DAN KIPAS PENGH oleh EDDY KUSIFdlAbViJAYA F. 15

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PUCUK DAUN TEH Kadar Air 74-77% Bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. yang optimum untuk gum arabika dan tapioka yang kemudian umur simpannya akan

HASIL DAN PEMBAHASAN. yang optimum untuk gum arabika dan tapioka yang kemudian umur simpannya akan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Enkapsulasi Minyak Cengkeh Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan perbandingan konsentrasi yang optimum untuk gum arabika dan tapioka yang kemudian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PE ELITIA

III. METODOLOGI PE ELITIA 10 III. METODOLOGI PE ELITIA 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal IUPHHK PT. DRT, Riau. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Jenis kayu yang dipakai dalam penelitian ini adalah kayu rambung dengan ukuran sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu

Lebih terperinci

PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN PENDAHULUAN

PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN PENDAHULUAN PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN PENDAHULUAN Kegunaan Penyimpangan Persediaan Gangguan Masa kritis / peceklik Panen melimpah Daya tahan Benih Pengendali Masalah Teknologi Susut Kerusakan Kondisi Tindakan Fasilitas

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN DAN PENYEBARAN PERONTOK KEDELAI MEKANIS PADA TINGKAT KELOMPOK TAN1 Dl KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA

ANALISIS PEMILIHAN DAN PENYEBARAN PERONTOK KEDELAI MEKANIS PADA TINGKAT KELOMPOK TAN1 Dl KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA Pb ANALISIS PEMILIHAN DAN PENYEBARAN PERONTOK KEDELAI MEKANIS PADA TINGKAT KELOMPOK TAN1 Dl KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA Oleh S U H E R M A N F 21. 0539 1989 FAKULTAS TEKWOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN 2407-4624 PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW *RIZKI AMALIA 1, HAMDAN AULI

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN ACBAllSiS KIHIA, 086iANOhEPTIK KUE KER1)(16 ( 600K1ES DARi CAMPUBAN SAGU DAN BEPUN6 lkan CUCUT

PEMBUATAN DAN ACBAllSiS KIHIA, 086iANOhEPTIK KUE KER1)(16 ( 600K1ES DARi CAMPUBAN SAGU DAN BEPUN6 lkan CUCUT [ z /' 8la * / PEMBUATAN DAN ACBAllSiS KIHIA, 086iANOhEPTIK KUE KER1)(16 ( 600K1ES DARi CAMPUBAN SAGU DAN BEPUN6 lkan CUCUT O l e h ANOVA LUSKA F 22. 0403 1989 JURUSAN TEKNOEOGI PANGAN DAN GPZI FAKULTAS

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN ACBAllSiS KIHIA, 086iANOhEPTIK KUE KER1)(16 ( 600K1ES DARi CAMPUBAN SAGU DAN BEPUN6 lkan CUCUT

PEMBUATAN DAN ACBAllSiS KIHIA, 086iANOhEPTIK KUE KER1)(16 ( 600K1ES DARi CAMPUBAN SAGU DAN BEPUN6 lkan CUCUT [ z /' 8la * / PEMBUATAN DAN ACBAllSiS KIHIA, 086iANOhEPTIK KUE KER1)(16 ( 600K1ES DARi CAMPUBAN SAGU DAN BEPUN6 lkan CUCUT O l e h ANOVA LUSKA F 22. 0403 1989 JURUSAN TEKNOEOGI PANGAN DAN GPZI FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan dari bulan April 2012 hingga September 2012 di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Labaratorium Analisis

Lebih terperinci

POL~A PERUaAHA IKAN LAiS (Cryptop PERLAKUAN MENGALAMI. Oleh. ISNAlMl YETI

POL~A PERUaAHA IKAN LAiS (Cryptop PERLAKUAN MENGALAMI. Oleh. ISNAlMl YETI POL~A PERUaAHA IKAN LAiS (Cryptop PERLAKUAN MENGALAMI Oleh ISNAlMl YETI C 22.0947 JURUSAN PENGOLAHAM HASlL PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1990 RINGKASAN ISNAINI YETI. LC 22 0947.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Teknologi 29 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung serta di Laboratorium

Lebih terperinci

i supayz mentaat i kesabaren

i supayz mentaat i kesabaren A 7 7ah t idak membeban i seseorang me 7a inkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. 2 : 286) Sesungguhnya sesudah kesu7itan itu ada kemudahan. Maka apabi7a kamu te7ah se7esai ldari sesuatu urusan), kerjakan

Lebih terperinci

i supayz mentaat i kesabaren

i supayz mentaat i kesabaren A 7 7ah t idak membeban i seseorang me 7a inkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. 2 : 286) Sesungguhnya sesudah kesu7itan itu ada kemudahan. Maka apabi7a kamu te7ah se7esai ldari sesuatu urusan), kerjakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat 20 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di areal KPH Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

Skripsi PENYIMPANAN POTONGAN SAWO SEGAR DALAM KEMASAN ATMOSFIR TERMODIFIKASI. Oleh : DEDY AGUSPRIANDONO SUPRAPTO F

Skripsi PENYIMPANAN POTONGAN SAWO SEGAR DALAM KEMASAN ATMOSFIR TERMODIFIKASI. Oleh : DEDY AGUSPRIANDONO SUPRAPTO F Skripsi PENYIMPANAN POTONGAN SAWO SEGAR DALAM KEMASAN ATMOSFIR TERMODIFIKASI Oleh : DEDY AGUSPRIANDONO SUPRAPTO F 14103093 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan 14 METODE PENELITIAN Penelitian ini dibagi menjadi dua percobaan yaitu 1) Percobaan mengenai evaluasi kualitas nutrisi ransum komplit yang mengandung limbah taoge kacang hijau pada ternak domba dan 2)

Lebih terperinci

Pengeringan Untuk Pengawetan

Pengeringan Untuk Pengawetan TBM ke-6 Pengeringan Untuk Pengawetan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan

Lebih terperinci

SNI. Metode penguji berat jenis batang kayu dan kayu struktur bangunan SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standarisasi Nasional BSN

SNI. Metode penguji berat jenis batang kayu dan kayu struktur bangunan SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standarisasi Nasional BSN SNI Standar Nasional Indonesia SNI 03-6848-2002 Metode penguji berat jenis batang kayu dan kayu struktur bangunan ICS 79.040 Badan Standarisasi Nasional BSN Daftar isi 1 Deskripsi... 1 1.1 Ruang Lingkup...

Lebih terperinci

RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PROTOTIPE ALAT PEMANAS UDARA PENGERING CENGKEH

RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PROTOTIPE ALAT PEMANAS UDARA PENGERING CENGKEH RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PROTOTIPE ALAT PEMANAS UDARA PENGERING CENGKEH OJeh BAMBANG OWl ARGO F 17. 0721 1984 FAKUL TAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOG 0 R Bambang Dlli Argo. F 17.0721.

Lebih terperinci

RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PROTOTIPE ALAT PEMANAS UDARA PENGERING CENGKEH

RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PROTOTIPE ALAT PEMANAS UDARA PENGERING CENGKEH RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PROTOTIPE ALAT PEMANAS UDARA PENGERING CENGKEH OJeh BAMBANG OWl ARGO F 17. 0721 1984 FAKUL TAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOG 0 R Bambang Dlli Argo. F 17.0721.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Peta lokasi pengambilan sampel biomassa jenis nyirih di hutan mangrove Batu Ampar, Kalimantan Barat.

BAB III METODOLOGI. Peta lokasi pengambilan sampel biomassa jenis nyirih di hutan mangrove Batu Ampar, Kalimantan Barat. BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan hutan mangrove di hutan alam Batu Ampar Kalimantan Barat. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan dari bulan Januari

Lebih terperinci

KAJIAN PENGOLAHAN CUMI-CUMI (Loligo sp.) SIAP SAJI

KAJIAN PENGOLAHAN CUMI-CUMI (Loligo sp.) SIAP SAJI KAJIAN PENGOLAHAN CUMI-CUMI (Loligo sp.) SIAP SAJI oleh KURNIA MEIRINA F34102031 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR KAJIAN PENGOLAHAN CUMI-CUMI (Loligo sp.) SIAP SAJI Sebagai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENYIMPANAN KOPI Penyimpanan kopi dilakukan selama 36 hari. Penyimpanan ini digunakan sebagai verifikasi dari model program simulasi pendugaan kadar air biji kopi selama penyimpanan

Lebih terperinci

CARA MELAKUKAN KALIBRASI ALAT PENGUKUR KADAR AIR BENIH (OVEN MEMMERT TIPE UNB 400 )

CARA MELAKUKAN KALIBRASI ALAT PENGUKUR KADAR AIR BENIH (OVEN MEMMERT TIPE UNB 400 ) CARA MELAKUKAN KALIBRASI ALAT PENGUKUR KADAR AIR BENIH (OVEN MEMMERT TIPE UNB 400 ) Zaki Ismail Fahmi (PBT Ahli Muda) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. PENDAHULUAN SNI

Lebih terperinci

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK (Studi Kasus: Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) Oleh : TANTRI MAHARANI A14104624 PROGAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA

RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA Ole h IMAM ROSYADI F 24. 1455 1991 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Proses penggorengan keripik durian dengan mesin penggorengan vakum dilakukan di UKM Mekar Sari di Dusun Boleleu No. 18 Desa Sido Makmur Kecamatan Sipora Utara

Lebih terperinci

Perlakuan ph yang semakin tinggi memberikan nilai kadar air yang semakin tinggi. Kadar abu semakin tinggi dengan semakin tingginya ph.

Perlakuan ph yang semakin tinggi memberikan nilai kadar air yang semakin tinggi. Kadar abu semakin tinggi dengan semakin tingginya ph. ENDAH TRIHASTUTI DEWAYANTI. F 27.1008. Pengaruh ph dan ~ombinasi Jenis Bahan Pengisi dalam Pembuatan Bubuk bawang Putih (Allium sativum L.) dengan Pengering Drum. Di bawah bimbingan C. Hanny Wijaya....

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS GROBOGAN DAN ANJASMORO DI LAHAN BEKAS SAWAH DESA SUMBEREJO SUMATERA UTARA

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS GROBOGAN DAN ANJASMORO DI LAHAN BEKAS SAWAH DESA SUMBEREJO SUMATERA UTARA PERBANDINGAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS GROBOGAN DAN ANJASMORO DI LAHAN BEKAS SAWAH DESA SUMBEREJO SUMATERA UTARA LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh: SAPRIANI NBP. 1201321008 PROGRAM

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilakukan di Desa Sido Makmur, Kec. Sipora Utara, Kab. Kep.Mentawai untuk proses penggorengan keripik ikan lemuru. Dan dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian pembuatan berondong beras dan berondong ketan dilakukan di Industri Rumah Tangga Berondong Beras, Sumedang. Penelitian selanjutnya, yaitu pembuatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN TIPIS SINGKONG 4.1.1. Perubahan Kadar Air Terhadap Waktu Proses pengeringan lapisan tipis irisan singkong dilakukan mulai dari kisaran kadar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2008 di petak 37 f RPH Maribaya, BKPH Parungpanjang, KPH Bogor. Dan selanjutnya pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

HISTERESIS PADA PROSES ADSORPSI DAN DESORPSI LENGAS KAKAO BUBUK SKRIPSI

HISTERESIS PADA PROSES ADSORPSI DAN DESORPSI LENGAS KAKAO BUBUK SKRIPSI HISTERESIS PADA PROSES ADSORPSI DAN DESORPSI LENGAS KAKAO BUBUK SKRIPSI oleh LILIK ERMA SARASWATI NIM. 061710201043 JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2010 HISTERESIS

Lebih terperinci

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et. PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et. B) DI PERSEMAIAN Balai Besar Penelitian Dipterokarpa RINGKASAN Kendala

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN TIPIS Menurut Brooker et al. (1974) terdapat beberapa kombinasi waktu dan suhu udara pengering dimana komoditas hasil pertanian dengan kadar

Lebih terperinci

'Pulisan ini kupersembahkan untuk: Bapak dan Ibuku terhormat, Adik-adiku tersayang serta kau...

'Pulisan ini kupersembahkan untuk: Bapak dan Ibuku terhormat, Adik-adiku tersayang serta kau... "Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (Surat Al-Insyirah, ayat. 6-7)". 'Pulisan ini

Lebih terperinci

hu 20 OC adalah 12 % sampai 98 % pad& su- Alat-alat terpenting antara lain; desikator kecil B. Alat-Alat Penelitian

hu 20 OC adalah 12 % sampai 98 % pad& su- Alat-alat terpenting antara lain; desikator kecil B. Alat-Alat Penelitian 111. BAHAN ALAT DAN METODA PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Ikan Tongkol Ikan Yongkol (~uthgnnus sp.) yang dipergunc.kai1 dalam penelitian ini diperoleh dari Pasas Bogor. Pemindangan di1akuka.n di. laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Sifat-sifat Dasar dan Laboratorium Terpadu, Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENGARUH BENTUK BUTIRAN AGREGAT BATU PECAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON DENGAN BENTUK AGREGAT BULAT DAN PIPIH

TUGAS AKHIR PENGARUH BENTUK BUTIRAN AGREGAT BATU PECAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON DENGAN BENTUK AGREGAT BULAT DAN PIPIH TUGAS AKHIR PENGARUH BENTUK BUTIRAN AGREGAT BATU PECAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON DENGAN BENTUK AGREGAT BULAT DAN PIPIH ( Proporsi : 100%:0%, 90%:10%, 80%:20%, 70%:30%, 60%:40%, 50%:50%) Diajukan Guna Memenuhi

Lebih terperinci

RinGkasan MaTeri. 1 balok ubin dinyatakan dalam persen (%) = 100% 1 1 balok ubin dibagi 4 menjadi 4 ubin kecil yang senilai dengan 4

RinGkasan MaTeri. 1 balok ubin dinyatakan dalam persen (%) = 100% 1 1 balok ubin dibagi 4 menjadi 4 ubin kecil yang senilai dengan 4 RinGkasan MaTeri Persen adalah perseratus atau sebuah pecahan yang penyebutnya 00, misal Menyatakan dalam persen (%) 7 % = 7 00 balok ubin dinyatakan dalam persen (%) = 00% balok ubin dibagi 4 menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari hingga Juni 2009 dengan rincian waktu penelitian terdapat pada Lampiran 3. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 1.1 Lokasi dan Waktu. 1.2 Alat dan Bahan Alat Bahan

BAB III METODOLOGI. 1.1 Lokasi dan Waktu. 1.2 Alat dan Bahan Alat Bahan BAB III METODOLOGI 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan pada bulan April Juni 2011 di laboratorium Pindah Panas dan Massa dan laboratorium Surya, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Pengeringan (drying)/ Dehidrasi (dehydration)

Pengeringan (drying)/ Dehidrasi (dehydration) Pengeringan (drying)/ Dehidrasi (dehydration) Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fateta, IPB Director of Southeast Asian Food & Agricultural Science & Technology (SEAFAST) Center, Bogor Agricultural

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan September - November 2012 di Laboratorium

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan September - November 2012 di Laboratorium 19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan September - November 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan alam tropika di areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama

Lebih terperinci

KAJIAN PEMBUATAN KENTANG TUMBUK INSTAN (MASHED POTATO INSTANT) DAN STABILITASNYA SELAMA PENYIMPANAN OLEH : DIAN HISTIFARINA

KAJIAN PEMBUATAN KENTANG TUMBUK INSTAN (MASHED POTATO INSTANT) DAN STABILITASNYA SELAMA PENYIMPANAN OLEH : DIAN HISTIFARINA KAJIAN PEMBUATAN KENTANG TUMBUK INSTAN (MASHED POTATO INSTANT) DAN STABILITASNYA SELAMA PENYIMPANAN OLEH : DIAN HISTIFARINA PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 ABSTRAK DIAN HISTIFARINA.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging kelinci, daging

BAB III MATERI DAN METODE. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging kelinci, daging 1 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2011 di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang. 3.1. Materi Materi yang digunakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu Tegi Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di Green House Laboratorium Lapangan Terpadu dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Air

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses Jurusan Teknik Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium

Lebih terperinci

UJI BERAT ISI DAN KADAR AIR TANAH ASTM C-29 DAN ASTM D

UJI BERAT ISI DAN KADAR AIR TANAH ASTM C-29 DAN ASTM D UJI BERAT ISI DAN KADAR AIR TANAH ASTM C-29 DAN ASTM D-2216-98 1. LINGKUP Kontainer atau wadah kecil Percobaan ini dilakukan untuk mengukur berat isi dengan menggunakan uji ring gamma dan kadar air alami

Lebih terperinci

Karakteristik Isotermi Sorpsi Air Benih Cabai Merah. (Sorption Characteristics of Red Chilli Seed)

Karakteristik Isotermi Sorpsi Air Benih Cabai Merah. (Sorption Characteristics of Red Chilli Seed) Karakteristik Isotermi Sorpsi Air Benih Cabai Merah (Sorption Characteristics of Red Chilli Seed) Elisa Julianti, Soewarno T. Soekarto, Purwiyatno Hariyadi, Atjeng M. Syarief Abstract This research was

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN 11 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan September 2011 yang bertempat di laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dari bulan Mei sampai Juli 2011 bertempat di Laboratorium Biokomposit, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan,

Lebih terperinci

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN Paper Pendugaan Umur Simpan Produk Kopi Instan Formula Merk-Z Dengan Metode Arrhenius, kami ambil dari hasil karya tulis Christamam Herry Wijaya yang merupakan tugas

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah jagung pipil kering varietas pioner kuning (P-21). Jagung pipil ini diolah menjadi tepung pati jagung

Lebih terperinci