PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MODEL PENETAPAN GAJI KARYAWAN BERDASARKAN EVALUASI KINERJA MENGGUNAKAN FUZZY LINEAR PROGRAMMING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MODEL PENETAPAN GAJI KARYAWAN BERDASARKAN EVALUASI KINERJA MENGGUNAKAN FUZZY LINEAR PROGRAMMING"

Transkripsi

1 MODEL PENETAPAN GAJI KARYAWAN BERDASARKAN EVALUASI KINERJA MENGGUNAKAN FUZZY LINEAR PROGRAMMING SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika Oleh Ferdinand Pascanata Driyarkara NIM PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016

2 SALARY DETERMINATION MODEL BASED ON PERFORMANCE EVALUATION USING FUZZY LINEAR PROGRAMMING A THESIS Presented as Partial Fullfillment of The Requirements To Obtain Sarjana Komputer Degree In Informatics Engineering Department by Ferdinand Pascanata Driyarkara Student Number INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF INFORMATICS ENGINEERING FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2016 ii

3 iii

4 iv

5 v

6 vi

7 ABSTRAK Suatu perusahaan dianggap baik jika karyawan-karyawan yang bekerja di dalamnya memiliki kinerja yang baik. Kinerja karyawan sangat menentukan seberapa tinggi prestasi sebuah perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mencari agar karyawannya dapat bekerja dengan semaksimal mungkin. Salah satu cara perusahaan memaksimalkan kinerja karyawannya adalah dengan melakukan suatu pengukuran kinerja berupa suatu proses penilaian atau evaluasi. Evaluasi ini tentunya harus dilakukan dengan baik dan tepat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penilaian. Hasil evaluasi tersebut kemudian akan digunakan sebagai acuan penetapan gaji. Akan tetapi, banyak perusahaan yang menilai karyawannya berdasarkan kriteria-kriteria yang bersifat kabur. Pada umumnya, kekaburan tersebut diatasi dengan pengelompokkan nilai tertentu pada himpunan tegas. Himpunan tegas dirasa kurang adil dan kurang tepat. Model penetapan gaji yang dibuat dalam penelitian ini menggunakan himpunan kabur, dimana suatu nilai dapat masuk pada lebih dari satu kategori nilai. Himpunan kabur dirasa lebih adil dan lebih tepat. Model penilaian kinerja bersifat linear sehingga evaluasi kinerja dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Program Linear Kabur. Penyelesaian program linearnya menggunakan metode Simplex Dual Phase. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tiga (3) faktor penilaian, yakni Kuantitas, Kualitas, dan Waktu. vii

8 ABSTRACT A company is considered on a good performance when their employees are performing good at work because employees performance will determine on the company s achievement. Therefore, the companies need to seek a mean so their employees can perform best at work. One of the means for the company to maximize their employees performance is to conduct a measurement in the form of an assessment or evaluation. This evaluation process must be done properly and appropriately so there will be no error on the judgement. This evaluation result will then be used as a reference that will determine their salaries. However, many companies are eassessing their employees based on blurred criterias. On general, that haziness is overcomed by grouping certain values to a firmly set. The firmly set seems less fair and less appropriate. Therefore, the salary determination model that used on this research is using a fuzzy set, where the certain values can be entered in more than one categories. Fuzzy set seems fairer and more appropriate. The performance assessment model is linear so the performance evaluation on this research use the linear fuzzy program method. The finishing of the linear program is using the Simple Dual Phase method. Evaluation uses three (3) assessing factors, that are Quantity, Quality, and Time Period. viii

9 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Model Penetapan Gaji Karyawan Berdasarkan Evaluasi Kinerja Menggunakan Fuzzy Linear Programming. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma. Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung turut mengambil peran dalam terselesaikannya tulisan ini. Secara khusus, terima kasih sebesar-besarnya ditujukan untuk pihakpihak berikut. 1) Bapak Eko Hari Parmadi, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktunya, di sela-sela kesibukannya, untuk membimbing penulis dari awal pemilihan topik ini sampai terselesaikannya tulisan ini. 2) Bapak Kanisius Barung dan Ibu Maria Sukristiningsih, selaku orang tua penulis, yang dengan sabar memberikan doa dan dorongan yang besar dalam penyelesaian tulisan ini. 3) Sisil Natasha, yang dengan setia menemani penulis dari awal proses berjalannya penelitian ini sampai dengan terselesaikannya tulisan ini. ix

10 4) Simeon, Enda, Vina, Dhiah, teman-temanku seperjuangan yang dengan caranya masing-masing selalu memberikan hiburan dan dorongan. 5) Para pejuang skripsi yang selalu bersama-sama berjuang menyelesaikan tulisan ini, Bee, Priska, Dwi, Dio. 6) Teman-teman Teknik Informatika Angkatan 2011, atas dukungannya sampai dengan terselesaikannya tulisan ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi semua pihak. Yogyakarta, Februari 2016 Penulis x

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN JUDUL (Bahasa Inggris)... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL... xiv BAB I - PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Manfaat Sistematika Penulisan... 6 BAB II - LANDASAN TEORI Evaluasi Kinerja Pengertian Evaluasi Kinerja Fungsi Evaluasi Kinerja Keuntungan dan Kerugian Menggunakan Sistem Evaluasi Kinerja Standar Kinerja Kriteria Umum untuk Mengukur Kinerja Logika Kabur Kekaburan (Fuzzy) Himpunan Tegas (Crisp) Himpunan Kabur (Fuzzy) Pemrograman Linear Penyelesaian Program Linear dengan Metode Simpleks xi

12 2.5 Fuzzy Linear Programming (FLP) Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (SPPK) Evaluasi Kinerja pada Lingkungan Fuzzy BAB III - PERANCANGAN SISTEM Pemodelan Masalah Evaluasi Kinerja Ke Dalam FLP Pengumpulan Data, Kriteria Penilaian, dan Benchmark Pemodelan Batasan Fuzzy Linear Programming Penyelesaian FLP Menggunakan Metode Simpleks Flow Chart BAB IV - IMPLEMENTASI SISTEM Desain Tampilan Sistem Penjelasan Beberapa Source Code Utama Aplikasi Class: EkstrakSimplex.cs Deklarasi Variabel Lakukan Perhitungan Simplex Class: KelolaHasil.cs Hitung Gaji Karyawan Berdasarkan Hasil Perhitungan FLP Simpan Hasil Perhitungan Gaji ke File PDF Uji Coba Aplikasi Real Gaji BAB V - PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA xii

13 DAFTAR GAMBAR 2.1 Proses Penyusunan Standar Kinerja Hubungan Kinerja, Standar Kinerja, dan Evaluasi Kinerja Himpunan Tegas (Crisp) Himpunan Kabur (Fuzzy) Fungsi Keanggotaan µ r (Z r ), fungsi yang tidak pernah turun Fungsi Keanggotaan µ r (Z r ), fungsi yang tidak pernah naik Contoh Model Diagram Benchmark Flowchart Aplikasi Real Gaji Tampilan Sistem Penetapan Aturan Tampilan Sistem Kelola Hasil Perhitungan xiii

14 DAFTAR TABEL 3.1 Level-level dalam Tiap Faktor Contoh Tetapan Tabel Benchmark Model Tabel Nilai yang Terbentuk Dari Perhitungan Nilai Level Untuk Setiap Faktor xiv

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah perusahaan disebut sukses ketika berhasil mencapai cita-cita dan tujuan utama perusahaan. Hal tersebut sangat bergantung pada orang-orang yang bekerja di dalamnya. Ketika para pekerja dalam perusahaan itu bekerja dengan sebaik-baiknya atau seoptimal mungkin maka perusahaan tersebut dapat memperoleh banyak keuntungan. Perusahaan harus mampu merespons dengan cepat akan adanya tuntutan perkembangan dalam berbagai hal sehingga perusahaan tersebut dapat memiliki keunggulan dalam persaingan yang terjadi dengan perusahaan lain. Adanya pengukuran kinerja ini sangat penting dalam evaluasi perusahaan, penyusunan rencana perusahaan dan tentunya pengelolaan sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan tersebut. Perusahaan tentunya perlu melakukan proses penilaian (evaluasi) untuk karyawan-karyawannya. Setiap perusahaan mempunyai cara yang berbeda dalam melakukan penilaian terhadap kinerja karyawan-karyawannya. Penilaian ini bergantung pada kebijakan perusahaan dengan suatu prosedur tertentu. Evaluasi kinerja karyawan harus dilakukan dengan metode yang baik dan tepat sehingga tidak terjadi kesalahan penilaian kinerja sesuai dengan posisi yang ada di perusahaan tersebut. Evaluasi kinerja ini dapat digunakan untuk penentuan penentuan promosi jabatan tertentu yang lebih tinggi, pembagian gaji yang 1

16 2 bergantung pada keoptimalam kinerjanya, pemberian bonus, mutasi karyawan, dan lain sebagainya. Penilaian atau evaluasi yang biasanya digunakan perusahaan adalah penilaian secara tegas. Ketegasan dalam penilaian ini maksudnya nilai kinerja karyawan berada pada nilai tetap. Pengukuran kinerja karyawan biasanya hanya diukur dengan memperhatikan faktor-faktor yang bersifat tegas saja, misalnya tingkat pendidikannya, waktu bekerjanya, pengalaman bekerjanya, dan sebagainya. Permasalahan yang terjadi oleh karena model penilaian ini adalah penilaian pada faktor-faktor lain yang bersifat tidak tegas atau lebih dikenal dengan istilah bersifat kabur (fuzzy) sering diabaikan. Pengabaian nilai-nilai fuzzy ini salah satu akibatnya, misalnya, berpengaruh pada penetapan bonus. Pada suatu batasan nilai crisp, seorang karyawan tetap tidak akan memperoleh gaji walaupun nilai yang diperolehnya hampir atau bahkan nyaris mencapai standar (benchmark). Sedangkan, jika penilaiannya sudah dibuat secara fuzzy, karyawan tersebut masih akan tetap memperoleh bonus, walaupun disesuaikan dengan porsi nilainya (seberapa jauh atau dekat dengan standar). Faktor-faktor yang bersifat fuzzy ternyata memiliki peran yang sangat penting juga dalam penilaian atau evaluasi seorang karyawan. Dengan memperhatikan adanya nilai kabur ini, nilai yang diberikan terhadap karyawan akan berbeda dengan hal yang sebenarnya terjadi. Faktor-faktor yang dimaksud misalnya tanggung jawab akan pekerjaan, tingkat kerumitan dalam pekerjaannya, risiko-risiko yang mungkin dihadapi dalam pekerjaannya, dan lain-lain. Faktorfakor ini tidak memiliki nilai yang pasti atau tetap atau tegas, sehingga kadang

17 3 diabaikan dalam penilaian, tidak masuk dalam kriteria dalam evaluasi kinerja karyawan yang dilakukan perusahaan tersebut. Adanya faktor-faktor yang tidak memiliki nilai tegas atau dalam kata lain bersifat kabur tentu akan mempengaruhi suatu penilaian terhadap kinerja karyawan. Oleh karena itu, digunakanlah Logika Fuzzy untuk mengikutsertakan faktor-faktor yang bernilai kabur sebagai bagian dari kriteria penilaian. Dengan pemenuhan kriteria-kriteria penilaian ini maka diharapkan hasil evaluasi pun akan lebih baik dan tepat. Adanya hasil penilaian yang lebih baik dan tepat ini tentunya sangat berguna bagi kemajuan dan kesuksesan perusahaan. Parmadi (2010) menjelaskan bahwa program linear adalah suatu teknik riset operasi untuk memecahkan masalah optimasi (memaksimumkan atau meminimumkan) dengan menggunakan persamaan atau pertidaksamaan linear dalam mencari pemecahan yang optimum dengan memperhatikan batasan-batasan yang ada. Dalam penelitiannya, Parmadi (2010) menggunakan fuzzy linear programming untuk optimasi produksi gerabah. Pada umumnya, linear programming baik untuk himpunan tegas maupun himpunan kabur, dapat digunakan untuk berbagai masalah optimasi. Model evaluasi kinerja yang digunakan berbentuk linear yang berarti memiliki arah yang lurus. Model tersebut maksudnya untuk tiap faktor, hasil evaluasi merupakan hasil penjumlahan nilai-nilai kinerja seorang karyawan. Misalnya, untuk tiga faktor penilaian, kuantitas (x), kualitas (y), dan ketepatan waktu (z), dengan nilai untuk tiap faktor masing-masing disimbolkan dengan a, b, dan c, maka model evaluasi kinerja dapat dirumuskan ke dalam bentuk ax + by +

18 4 cz; dimana bentuk tersebut merupakan bentuk linear. Oleh karena bentuknya yang linear maka evaluasi kinerja dapat diselesaikan dengan menggunakan metode Linear Programming. Penyelesaian model ini dilakukan dengan metode simpleks. Dalam penelitian ini, metode penyelesaian yang digunakan secara spesifik adalah metode Simplex Dual Phase. Pada perusahaan Jogja Konveksi, belum pernah dibuat suatu sistem yang dapat menilai kinerja karyawannya. Model penetapan gaji yang dilakukan selama ini juga tidak mempertimbangkan penilaian kinerja tersebut. Dengan melihat tingkat kepentingan akan adanya kinerja karyawan yang baik dalam kesuksesan sebuah perusahaan, dan berbagai faktor penilaian yang sering diabaikan karena tidak memiliki nilai tegas maka penulis mencari pilihan metode yang dapat menyelesaikan permasalahan ini. Dari berbagai macam metode, dalam penelitian ini penulis memilih metode Fuzzy Linear Programming sebagai metode penilaian atau evaluasi kinerja karyawan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat judul Model Penetapan Gaji Karyawan Berdasarkan Evaluasi Kerja Menggunakan Fuzzy Linear Programming. 1.2 Rumusan Masalah Secara umum berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis merumuskan inti permasalahan dari tulisan ini ke dalam pertanyaan, bagaimana menentukan gaji karyawan berdasarkan evaluasi terhadap kinerja karyawan didasari oleh faktor-faktor yang bersifat fuzzy (tidak ada ukuran pasti).

19 5 1.3 Batasan Masalah Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah-masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini, yakni sebagai berikut. 1) Penilaian atau evaluasi dilakukan dengan berdasarkan faktor-faktor tertentu yang diperoleh dari berbagai sumber. 2) Faktor-faktor evaluasi pada sistem yang dibuat dalam penelitian ini hanya terdiri dari tiga (3) faktor, yakni Kuantitas (seberapa banyak produk yang dihasilkan), Kualitas (seberapa baik produk yang dihasilkan), dan Waktu (ketepatan waktu penyelesaian produksi). 3) Standar gaji yang digunakan hanya satu, yang mengindikasikan bahwa semua karyawan pada awalnya memperoleh jumlah gaji yang sama. 4) Proses penilaian evaluasi kinerja karyawan menggunakan metode Fuzzy Linear Programming. 5) Keluaran program evaluasi dibuat berbasis desktop dengan Visual C# 2010 dengan bahasa pemrograman C#. 1.4 Tujuan Tujuan dari dibuatnya tugas akhir ini adalah untuk membuat suatu perangkat lunak yang dapat menentukan gaji berdasarkan hasil evaluasi kinerja karyawan. Penilaian kinerja karyawan mempertimbangkan tiga faktor antara lain kuantitas, kualitas, dan kecepatan waktu dalam produksi yang bernilai kabur (fuzzy).

20 6 1.5 Manfaat Adapun manfaat dari penelitian ini, yakni untuk memberikan keadilan dalam pemerolehan gaji karyawan. Keadilan yang dimaksudkan adalah karyawan mendapatkan gaji yang sesuai dengan kinerjanya di perusahaan. Karyawan yang bekerja dengan lebih baik tentunya dapat memperoleh gaji yang lebih besar daripada karyawan yang kinerjanya kurang baik. Manfaat lain yang dirasakan secara tidak langsung adalah hasil dari penelitian ini diharapkan mendorong peningkatan kinerja karyawan dengan lebih maksimal. 1.6 Sistematika Penulisan Tulisan ini disusun dalam tiga bab utama, yakni pendahuluan, landasan teori, serta analisis dan desain. 1) BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang pemilihan judul, rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian, tujuan, dan manfaat penelitian. 2) BAB II Landasan Teori, berisi teori-teori dasar yang berkaitan dengan pembuatan tulisan ini tentang evaluasi kinerja karyawan dan metode yang digunakan untuk melakukan penilaian (Fuzzy Linear Programming). 3) BAB III Perancangan Sistem, berisi pemodelan masalah, penetapan nilai, analisis model, dan proses perhitungan secara manual. 4) BAB IV Implementasi Sistem, berisi penerapan proses perhitungan pada sistem, perancangan sistem, dan uji coba. 5) BAB V Penutup, berisi rangkuman dan kesimpulan dari keseluruhan penelitian ini disertai dengan saran-saran pengembangan sistem.

21 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Evaluasi Kinerja Pengertian Evaluasi Kinerja Wirawan (2009) menjelaskan bahwa evaluasi adalah suatu proses pengumpulan informasi mengenai objek evaluasi dan menilai objek evaluasi dengan membandingkannya dengan standar evaluasi. Kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja yang padanannya dalam bahasa Inggris adalah performance dan diindonesiakan sebagai performa. Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Kinerja merupakan fungsi dari kompetensi, sikap, dan tindakan. Evaluasi kinerja menurutnya dapat didefinisikan sebagai proses penilai pejabat yang melakukan penilaian (appraiser) mengumpulkan informasi mengenai kinerja ternilai pegawai yang dinilai (appraise) yang didokumentasikan secara formal untuk menilai kinerja ternilai dengan membandingkannya dengan standar kinerjanya secara periodik untuk membantu pengambilan keputusan manajemen sumber daya manusia. Para ahli Manajemen Personalia memberikan beragam definisi tentang evaluasi pekerjaan. Berikut adalah rangkuman dari definisi-definisi tersebut yang dirangkum oleh Ranupandojo (1985). 7

22 8 a) Suatu usaha untuk menentukan dan membandingkan nilai suatu pekerjaan tertentu dengan nilai pekerjaan lain yang terdapat dalam suatu organisasi. b) Suatu proses analisa dan penilaian pekerjaan tertentu untuk menentukan besarnya balas jasa yang wajar sehingga tersusun struktur upah yang adil. c) Suatu metode yang digunakan untuk menyusun peringkat (ranking) pekerjaan secara keseluruhan guna dijadikan dasar penentuan balas jasa. d) Penilaian pekerjaan guna menentukan pekerjaan tertentu dalam suatu hirarki pekerjaan. e) Menentukan nilai relatif pekerjaan-pekerjaan yang ada dalam suatu organisasi, dengan cara yang logis dan disepakati bersama. f) Suatu metode untuk membandingkan berbagai pekerjaan dengan menggunakan prosedur-prosedur formal dan sistematis untuk menentukan suatu urutan tingkat pekerjaan tertentu, dan dengan demikian memberikan dasar untuk suatu sistem balas jasa yang adil. Dari definisi-definisi di atas dapat dirumuskan bahwa evaluasi pekerjaan adalah usaha menentukan peringkat pekerjaan secara sistematis dan melalui prosedurprosedur tertentu. Usaha menentukan peringkat pekerjaan ini dimaksudkan untuk dapat menyusun tingkat balas jasa yang dirasa adil sesuai dengan bobot pekerjaan yang dilakukan oleh seorang karyawan (Ranupandojo, 1985) Fungsi Evaluasi Kinerja Hasil evaluasi kerja berupa informasi mengenai kinerja ternilai. Informasi tersebut berupa kekuatan dan kelemahan kinerja ternilai dalam kaitannya dengan

23 9 standar kinerjanya. Informasi mengenai kinerja ternilai digunakan sebagai alat manajemen kinerja karyawan dan pengambilan keputusan manajemen SDM organisasi. Fungsi evaluasi kinerja antara lain sebagai berikut (Wirawan, 2009). 1. Memberikan balikan kepada pegawai ternilai mengenai kinerjanya. 2. Alat promosi dan demosi. 3. Alat memotivasi ternilai. 4. Sebagai alat pemutusan hubungan kerja dan merampingkan organisasi. 5. Menyediakan alasan hukum untuk pengambilan keputusan personalia. 6. Penentuan dan pengukuran tujuan kinerja. 7. Konseling kinerja buruk. 8. Mendukung perencanaan sumber daya manusia. 9. Menentukan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia. 10. Merencanakan dan memvalidasi perekrutan tenaga baru. 11. Alat manajemen kinerja organisasi. 12. Pemberdayaan pegawai. 13. Menghukum anggota. 14. Penelitian Keuntungan dan Kerugian Menggunakan Sistem Evaluasi Kinerja Mangkunegara (2007) mengemukakan bahwa terdapat keuntungan dan kerugian dalam menggunakan sistem evaluasi kinerja. Keuntungan menggunakan sistem evaluasi kinerja, yakni sebagai berikut. a) Mempermudah hubungan antara tujuan perorangan dan tujuan unit kerja.

24 10 b) Mengurangi kemungkinan terjadinya ketidaksepakatan selama pertemuan evaluasi berjalan sesuai proses perencanaan kinerja. c) Lebih memungkinkan menempatkan manajer dan karyawan di pihak yang sama, tidak seperti sistem penilaian maupun peringkat. d) Merupakan pendekatan terhadap evaluasi kinerja yang paling mudah dibela secara hukum. Adapun kerugian dari penggunaan sistem evaluasi kinerja, yakni sebagai berikut. a) Memakan waktu yang relatif banyak, karena perlunya menginvestigasikan waktu di muka untuk melakukan perencanaan kinerja. b) Meminta manajer dan pegawai mengembangkan keahlian dalam menuliskan tujuan serta standar yang penting dan dapat diukur. c) Dapat menimbulkan lebih banyak pekerjaan administrasi ketimbang sistem penilaian maupun sistem peringkat. d) Dapat disalahgunakan atau digunakan sambil lalu saja oleh para manajer Standar Kinerja Dalam evaluasi kinerja, terdapat standar yang disebut sebagai standar kinerja. Evaluasi kinerja tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik tanpa standar kinerja. Secara umum, evaluasi kinerja membandingkan kinerja ternilai dengan suatu standar kinerjanya. Jika evaluasi kinerja dilaksanakan tanpa standar kinerja, hasilnya tidak mempunyai nilai. Menurut Wirawan (2009), standar kinerja adalah tolok ukur minimal kinerja yang harus dicapai karyawan secara individual

25 11 atau kelompok pada semua indikator kinerjanya. Berikut disajikan diagram proses penyusunan standar kinerja. Deskripsi Pekerjaan Survei mengenai keluaran pelaksanaan pekerjaanpekerjaan yang sama Hasil Analisis Pekerjaan Untuk menyusun dimensi dan indikator pekerjaan Hasilnya digunakan untuk menyusun standar kinerja dan indikator pekerjaan Analisis Pekerjaan Alat, biaya, dan resiko untuk melaksanakan pekerjaan Gambar 2.1 Proses Penyusunan Standar Kinerja Fungsi utama standar kinerja adalah sebagai tolok ukur (benchmark) untuk menentukan keberhasilan dan ketidakberhasilan kinerja ternilai dalam melaksanakan pekerjaannya. Standar kinerja merupakan target, sasaran, atau tujuan upaya kerja karyawan dalam kurun waktu tertentu. Di bawah ini disajikan diagram hubungan antara pelaksanaan pekerjaan, kinerja karyawan, evaluasi kinerja, dan standar kinerja karyawan. Kinerja karyawan Evaluasi kinerja Hasil evaluasi kinerja Karyawan melaksanakan pekerjaannya Standar Kinerja Instrumen Kinerja Keputusan SDM Rekaman kinerja karyawan Gambar 2.2 Hubungan Kinerja, Standar Kinerja, dan Evaluasi Kinerja

26 Kriteria Umum untuk Mengukur Kinerja Menurut Wirawan (2009), setiap indikator kinerja diukur berdasarkan kriteria standar tertentu. Dalam mengukur kinerja, terdapat kriteria atau ukuran. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut. 1) Kuantitatif (seberapa banyak). Ukuran kuantitatif merupakan ukuran paling mudah untuk disusun dan diukurnya, yaitu hanya dengan menghitung seberapa banyak unit keluaran kinerja harus dicapai dalam kurun waktu tertentu. 2) Kualitatif (seberapa baik). Melukiskan seberapa baik atau seberapa lengkap hasil harus dicapai. Kriteria ini antara lain mengemukakan akurasi, presisi, penampilan, kemanfaatan, atau efektivitas. Standar kualitas dapat diekspresikan sebagai tingkat kesalahan seperti jumlah atau presentase kesalahan yang diperbolehkan per unit hasil kerja. 3) Ketepatan waktu pelaksanaan tugas atau penyelesaian produk. Kriteria yang menentukan keterbatasan waktu untuk memproduksi suatu produk, membuat sesuatu atau melayani sesuatu. Kriteria ini menjawab pertanyaan seperti kapan, berapa cepat, atau dalam periode apa. 4) Efektivitas penggunaan sumber organisasi. Efektivitas penggunaan sumber dijadikan indikator jika syarat untuk mengerjakan suatu pekerjaan yakni menggunakan jumlah sumber tertentu, seperti uang dan bahan baku. 5) Cara melakukan pekerjaan. Digunakan sebagai standar kinerja jika kontak personal, sikap personal, atau perilaku karyawan merupakan faktor penentu keberhasilan melaksanakan pekerjaan.

27 13 6) Efek atas suatu upaya. Pengukuran yang diekspresikan akibat akhir yang diharapkan akan diperoleh dengan bekerja. Standar jenis ini menggunakan kata-kata sehingga dan agar supaya yang digunakan jika hasilnya tidak dapat dikualifikasikan. 7) Metode melaksanakan tugas. Standar yang digunakan jika ada undangundang, kebijakan, prosedur standar, metode, dan peraturan untuk menyelesaikan tugas atau jika cara pengecualian ditentukan tidak dapat diterima. 8) Standar sejarah. Standar yang menyatakan hubungan antara standar masa lalu dengan standar sekarang. Standar masa sekarang dinyatakan lebih tinggi atau lebih rendah daripada standar masa lalu dalam pengertian kuantitas dan kualitas. 9) Standar nol atau absolut. Standar yang menyatakan tidak akan terjadi sesuatu. Standar ini dipakai jika tidak ada alternatif lainnya. 2.2 Logika Kabur Kekaburan (Fuzzy) Istilah kabur digunakan sebagai terjemahan dari kata bahasa Inggris fuzzy. Kekaburan yang dimaksud di sini dibatasi pada kekaburan semantik. Menurut Susilo (2006), suatu kata/istilah dikatakan kabur (fuzzy, vague) secara semantik apabila kata/istilah tersebut tidak dapat didefinisikan secara tegas, dalam arti tidak dapat ditentukan dengan tegas (benar atau salah) apakah suatu obyek tertentu memiliki ciri/sifat yang diungkapkan oleh kata/istilah itu atau tidak.

28 14 Susilo (2006) juga menjelaskan tentang gejala kekaburan dengan suatu contoh, yakni dalam suatu kelas, seorang guru bertanya kepada muridnya (1) berapa orang yang memiliki sepeda di kelas ini, dan (2) berapa orang yang pandai di kelas ini. Dari contoh tersebut, pada pertanyaan pertama, diketahui bahwa guru menanyakan jumlah siswa yang memiliki sepeda. Hal tersebut dapat langsung diketahui jawabannya karena jumlah siswa yang memiliki sepeda itu pasti atau tegas. Dikatakan tegas karena siswa tinggal berpikir, kalau dia memiliki sepeda, maka dia akan mengangkat tangannya. Sebaliknya, jika tidak memiliki sepeda, maka dia tidak akan mengangkat tangannya. Dengan demikian dapat secara langsung diketahui jawabannya. Berbeda halnya dengan pertanyaan kedua. Pada pertanyaan kedua, guru menanyakan jumlah siswa yang pandai. Sedangkan, tidak ada suatu kejelasan mengenai definisi pandai itu seperti apa; kapan seorang siswa dikatakan pandai atau tidak. Siswa akan menjadi bingung, apakah dia akan mengangkat tangan atau tidak. Hal ini menyebabkan suatu kekaburan makna dari pandai. Setiap siswa pasti memiliki pandangan yang berbeda tentang definisi dari faktor tersebut. Ketidaktegasan atau kekaburan makna inilah yang disebut sebagai nilai kabur. Ada banyak solusi untuk memecahkan masalah kekaburan ini. Salah satunya, yang paling sederhana adalah dengan menentukan nilai batas. Misalnya untuk contoh di atas, seorang siswa dikatan pandai jika nilai ulangannya di atas 80. Dengan adanya batas ini, maka jelas bahwa siswa dengan nilai ulangan di atas 80 masuk dalam kategori pandai. Sebaliknya, siswa dengan nilai di bawah 80 masuk dalam kategori tidak pandai. Kelemahan dari metode ini adalah ketika nilai

29 15 ulangan siswa dekat dengan 80, misalnya nilainya 78, 79, 80, 81, atau 82. Tentunya agak tidak adil ketika guru menyatakan bahwa siswa dengan nilai 81 masuk kategori pandai, sedangkan siswa dengan nilai 80 masuk kategori tidak pandai Himpunan Tegas (Crisp) Pada himpunan tegas (Kusumadewi dan Purnomo, 2004), nilai keanggotaan suatu item x dalam suatu himpunan A, yang sering ditulis dengan µ A [x], memiliki dua kemungkinan, yaitu: satu (1) - suatu item menjadi anggota dalam suatu himpunan, atau nol (0) - suatu item tidak menjadi anggota dalam suatu himpunan. Misalnya, ketika variabel umur dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: MUDA umur < 35 tahun PAROBAYA 35 < umur < 55 tahun TUA umur > 55 tahun 1 MUDA 1 PAROBAYA 1 TUA Gambar 2.3 Himpunan Tegas (Crisp) Misalnya, seseorang yang sudah berusia 34 tahun, jika masuk dalam himpunan tegas seperti pada gambar di atas, ia masih berada pada kategori Muda. Padahal sebenarnya dengan umur tersebut, orang tersebut sudah hampir masuk kategori Parobaya. Dari gambar himpunan di atas dapat dikatakan bahwa pemakaian himpunan crisp untuk menyatakan umur sangat tidak adil, adanya

30 16 perubahan kecil saja pada suatu nilai mengakibatkan perbedaan kategori yang cukup signifikan Himpunan Kabur (Fuzzy) Himpunan Fuzzy digunakan untuk mengantisipasi kelemahan pada himpunan crisp. Seseorang dapat masuk dalam dua himpunan yang berbeda, MUDA dan PAROBAYA, PAROBAYA dan TUA, dan sebagainya. Dari contoh sebelumnya, misalnya, seseorang yang berusia 34 tahun, jika masuk dalam himpunan kabur seperti pada diagram di bawah ini, maka ia tidak sepenuhnya masuk dalam kategori Muda melainkan hanya memperoleh bobot di antara 0 sampai 1 untuk kategori tersebut sesuai dengan penetapan aturannya. µ[x] MUDA PAROBAYA TUA 0,5 0, Gambar 2.4 Himpunan Kabur (Fuzzy) 2.3 Pemrograman Linear Susilo (2006) menyatakan bahwa pemrograman linear adalah suatu cara untuk menentukan nilai optimum (maksimum atau minimum) dari suatu fungsi linear di bawah kendala-kendala tertentu yang dinyatakan dalam bentuk persamaan atau pertidaksamaan linear. Fungsi linear yang dicari nilai optimumnya itu disebut fungsi objektif atau fungsi tujuan. Bentuk umum masalah pemrograman linear dapat dirumuskan sebagai berikut.

31 17 Maksimumkan (minimumkan) z = cx dengan kendala Ax b, x (1) di mana x = (x 1, x 2,..., x n ) T adalah vektor variabel, c = (c 1, c 2,..., c n ) adalah vektor biaya, A = (a ij ) adalah matriks kendala berukuran m x n, dan b = (b 1, b 2,..., b m ) T adalah vektor ruas-kanan. Himpunan semua vektor x ϵ R n yang memenuhi semua kendala disebut himpunan layak. Bentuk umum tersebut juga dapat disajikan dalam bentuk sebag ai berikut. Maksimumkan (minimumkan) z = c j x j j=1 n dengan kendala A ij x j b i (i = 1,2,, m) j=1 x j 0 (j = 1,2,, n) (2) n Dalam banyak aplikasi, fungsi objektif maupun kendala-kendalanya seringkali tidak dapat dinyatakan dengan formula yang tegas. Oleh karena itu, pemrograman linear (tegas) dikembangkan menjadi pemrograman linear kabur dengan bentuk yang paling utama adalah sebagai berikut. Maksimumkan (minimumkan) z = c jx j n n j=1 dengan kendala A ij x j b i (i = 1,2,, m) j=1 x j 0 (j = 1,2,, n) (3) di mana a ij, b i, c j, dan 0 adalah bilangan-bilangan kabur, dan x j adalah variabel dengan nilai bilangan kabur.

32 Penyelesaian Program Linear dengan Metode Simpleks Menurut Aminudin (2005), sebelum menggunakan metode simpleks dalam memecahkan persoalan program linear, bentuk dari program linear tersebut perlu diubah menjadi bentuk standarnya. Bentuk standar ini digunakan dalam metode simpleks yaitu pada langkah pertama sebelum persoalan diringkas dalam tabel simpleks. Beberapa aturan bentuk program linear baku atau standar yakni sebagai berikut. 1. Semua batasan/kendala adalah persamaan (dengan sisi kanan non-negatif). 2. Semua variabel keputusan adalah non-negatif. 3. Fungsi tujuan dapat berupa maksimasi dan minimasi. Bentuk standar program linear dapat dirumuskan sebagai berikut. n Maks atau Min Z = c j x j dengan batasan: n j=1 a ij x j = b i untuk i = 1, 2,, m j=1 x j 0 untuk j = 1, 2,, m (4) Semua kendala harus berbentuk persamaan. Oleh karena itu, jika ada kendala yang berbentuk pertidaksamaan harus dikonversikan menjadi persamaan dengan memasukkan variabel semu slack atau surplus. Persoalan program linear dapat diselesaikan melalui langkah-langkah yakni sebagai berikut. 1. Formulasikan dan standarisasikan modelnya.

33 19 2. Bentuk tabel awal simpleks berdasarkan informasi model di atas. 3. Tentukan kolom kunci di antara kolom-kolom variabel yang ada, yaitu kolom yang mengandung nilai (c j Z j ) paling positif untuk kasus maksimasi dan atau mengandung nilai (c j Z j ) paling negatif untuk kasus minimasi. 4. Tentukan baris kunci di antara baris-baris variabel yang ada, yaitu baris yang memiliki rasio kuantitas dengan nilai positif terkecil. Rasio kuantitas ke i = b i unsur kolom kunci yang positif 5. Bentuk tabel berikutnya dengan memasukkan variabel pendatang ke kolom variabel dasar dan mengeluarkan variabel perantau dari kolom tersebut, serta lakukan transformasi baris-baris variabel. Dengan menggunakan rumus transformasi sebagai berikut. baris baru selain baris kunci = (baris lama (rasio kunci x baris kunci lama)) baris kunci baru = (baris kunci lama / angka kunci) rasio kunci = (unsur kolom kunci / angka kunci) 6. Lakukan uji optimalitas. Dengan kriteria jika semua koefisien pada baris (c j Z j ) sudah tidak ada lagi yang bernilai positif (untuk kasus maksimasi) atau sudah tidak ada lagi yang bernilai negatif (untuk kasus minimasi), berarti tabel sudah optimal. Jika kriteria di atas belum terpenuhi maka diulangi mulai langkah ke-3 sampai ke-6, hingga terpenuhi kriteria tersebut.

34 Fuzzy Linear Programming (FLP) Pada umumnya, model linear programming klasik berupa sebuah kasus maksimasi atau minimasi terhadap suatu fungsi tertentu dengan ditetapkannya batasan-batasan. Jika diasumsikan bahwa keputusan linear programming akan dibuat pada lingkungan fuzzy, maka model tersebut akan mengalami sedikit perubahan, yakni sebagai berikut. 1) Bentuk imperatif (suatu bentuk perintah yang menyatakan larangan atau keharusan) pada fungsi obyektif tidak lagi benar-benar maksimum atau minimum, karena adanya beberapa hal yang perlu mendapat pertimbangan dalam suatu sistem. 2) Tanda (pada kasus maksimasi) dan tanda (pada kasus minimasi) dalam batasan tidak lagi bermakna crisp (tegas) secara matematis, namun sedikit mengalami pelanggaran makna. Hal ini juga disebabkan karena adanya beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam sistem yang mengakibatkan batasan tidak dapat didekati secara tegas. Menurut Klir & Yuan (1995), permasalahan fuzzy linear programming dapat dinyatakan dengan rumusan sebagai berikut. n Max c j x j j=1 dengan batasan n A ij x j B i j=1 x j 0 i = 1, 2, 3,, m j = 1, 2, 3,, n

35 21 Dimana x j adalah variabel ke-j, c j adalah koefisien-koefisien fungsi objektif, A ij adalah koefisien-koefisien kendala, dan B ij adalah koefisien nilai ruas kanan. Masalah program linear fuzzy dapat diubah menjadi masalah program linear tegas yang ekuivalen dengan masalah semula. Hasil akhir dari masalah program linear fuzzy adalah suatu nilai optimum (maksimum atau minimum) bernilai real yang menggambarkan hasil optimum dan toleransi dari berbagai kendala atau batasan yang ada. 2.6 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (SPPK) Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (SPPK) atau Decision Support System (DSS), menurut Alter (2002), berupa sebuah sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi pemodelan dan pemanipulasian data. Sistem tersebut digunakan untuk membantu mengambil keputusan dalam situasi yang semiterstruktur dan situasi yang tidak terstruktur. SPPK biasanya dibangun untuk mendukung solusi atas suatu masalah atau mengevaluasi suatu peluang. Sistem ini tidak dapat mengotomatisasikan pengambilan keputusan melainkan memberikan kemungkinan-kemungkinan kepada sang pengambil keputusan untuk melakukan berbagai analisis menggunakan model-model yang tersedia. Persoalan pengambilan keputusan pada dasarnya adalah bentuk pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilih melalui mekanisme tertentu dengan harapan akan menghasilkan sebuah keputusan yang terbaik. Pada umumnya, dalam membuat sebuah keputusan, terdapat langkahlangkah, yakni (1) identifikasi masalah, (2) pemilihan metode pemecahan

36 22 masalah, (3) pengumpulan data yang dibutuhkan untuk melaksanakan model keputusan tersebut, (4) mengimplementasikan model tersebut, (5) mengevaluasi sisi positif dari setiap alternatif yang ada, dan (6) melaksanakan solusi terpilih. Ada banyak metode pengambilan keputusan, salah satunya yakni seperti yang penulis gunakan dalam penelitian ini, dengan menggunakan metode Linear Programming khususnya Fuzzy Linear Programming. 2.7 Evaluasi Kinerja pada Lingkungan Fuzzy Penilaian kinerja karyawan dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang harus dilakukan secara berkala. Penilaian ini dilakukan untuk bermacammacam hal, di antaranya untuk mendorong peningkatan kinerja karyawan, pemilihan karyawan dalam berbagai hal menjadi lebih selektif, dan untuk pembuatan keputusan administratif yang berkaitan dengan promosi, pemberhentian, pemutusan hubungan kerja, dan peningkatan upah karyawan. Model evaluasi yang masih banyak digunakan sampai saat ini adalah evaluasi terhadap faktor-faktor yang bersifat tegas saja, seperti masa kerja, golongan, tingkat pendidikan, dan sebagainya. Sedangkan faktor-faktor yang bersifat fuzzy terkadang dipaksakan untuk menjadi tegas atau justru diabaikan. Selain faktor-faktor yang bersifat tegas, faktor-faktor fuzzy ini juga mempengaruhi berat ringannya pekerjaan atau tanggung jawab yang harus dipikul oleh seorang karyawan dalam menjalankan pekerjaannya. Pada tulisan ini, evaluasi terhadap kinerja karyawan dilakukan terhadap berbagai faktor yang bersifat tegas maupun fuzzy. Sebelum melakukan evaluasi,

37 23 perusahaan harus memenuhi persyaratan berikut untuk mendapatkan ukuran atau kriteria penilaian suatu pekerjaan (Kusumadewi dan Purnomo, 2004). 1) Memiliki kumpulan daftar pekerjaan yang akan digunakan sebagai basis untuk mengevaluasi suatu pekerjaan. Kumpulan pekerjaan yang telah diseleksi tersebut dikenal dengan nama benchmark. 2) Menetapkan faktor-faktor kompensasi yang akan menentukan harga relatif dari suatu pekerjaan. Faktor kompensasi ini hendaknya bervariasi antara satu pekerjaan dengan pekerjaan yang lainnya. 3) Menetapkan level untuk tiap-tiap faktor dalam tiap-tiap pekerjaan. Nilai level dalam suatu faktor hendaknya juga berbeda. 4) Menetapkan batas bawah (level terendah) dan batas atas (level tertinggi). 5) Menetapkan batas bawah selisih antar level dalam setiap faktor. Dalam penelitian ini, diasumsikan bahwa terdapat m faktor yang berpengaruh dengan tiap-tiap faktornya terdiri dari n level. Sehingga faktor ke-i dan level ke-j dapat ditulis sebagai x ij. Diasumsikan juga bahwa level yang lebih tinggi pada suatu faktor (nilai j naik) menunjukkan bahwa kompleksitas pekerjaannya lebih tinggi. Benchmark atau tetapan (standar) kinerja dengan pengupahannya adalah Z(X). Jumlah skor pada level terendah harus ditetapkan lebih dari atau sama dengan suatu nilai tertentu (c i ), sedangkan jumlah skor pada level tertinggi juga harus ditetapkan kurang dari atau sama dengan suatu nilai tertentu (w i ). x i1 c i x in w i (5) (6) dengan i = 1, 2,... m

38 24 Perlu diperhatikan bahwa dalam suatu faktor harga suatu level harus lebih tinggi dibanding dengan level sebelumnya. Selisih yang diperbolehkan untuk kedua level dalam faktor ke-i tersebut minimal harus sama dengan e i. x ij x ij 1 e i dengan i = 1, 2,..., m dan j = 1, 2,..., n (7) Dari beberapa model di atas (Persamaan 5, 6 dan 7), dapat disusun suatu model: Tentukan: X = x ij dengan batasan: Z r (X) d r x i1 c i x in w i x ij x ij 1 e i x ij 0; (8) (i = 1, 2,..., m; dan j = 1, 2,..., n) Kesamaan fuzzy tersebut dapat direpresentasikan sebagai kombinasi antara dua ketidaksamaan fuzzy berikut. Z r (X) d r dan Z r (X) d r (9) Misalkan Z min dan Z max masing-masing adalah nilai benchmark minimum dan nilai benchmark maksimum, maka fungsi keanggotaan untuk kesamaan fuzzy dapat didefinisikan sebagai berikut.

39 25 1) Fungsi keanggotaan µ r (Z r ) adalah fungsi yang tidak pernah turun. Jika diasumsikan bahwa nilai 0 akan terjadi pada daerah Z r Z min, dan fungsi akan naik secara monoton pada Z min < Z r d r, maka dapat ditulis: 0; jika Z r Z min Z r Z min μ r [Z r ] = ; jika Z d r Z min < Z r d r (10) min { 1; jika Z r > d r 1 Z r µ r [Z r ] 0 Z min d r + p i d r Gambar Fungsi keanggotaan µ r (Z r ); fungsi yang tidak pernah turun 2) Fungsi keanggotaan µ r (Z r ) adalah fungsi yang tidak pernah naik. Jika diasumsikan bahwa nilai 0 akan terjadi pada daerah Z r Z max, dan fungsi akan turun secara monoton pada d r < Z r Z max, maka dapat ditulis: 1; jika Z r d r Z max Z r μ r [Z r ] = ; jika d Z max d r < Z r Z max (11) r { 0; jika Z r > Z max 1 Z r µ r [Z r ] 0 d r d r + p i Z max Gambar Fungsi keanggotaan µr(zr); fungsi yang tidak pernah naik

40 26 Dari kedua persamaan tersebut, dengan operator min(λ), maka diperoleh: Z r (d r Z min )λ + Z min Z r (Z max d r )λ + Z max Dengan demikian, model persamaan fuzzy sebelumnya dapat diturunkan menjadi bentuk linear programming yang lebih sederhana, yakni sebagai berikut. Max λ dengan batasan Z r (d r Z min )λ Z min Z r + (Z max d r )λ Z max x i1 c i x in w i x ij x ij 1 e i x ij 0;... (Persamaan 12) (i = 1, 2,..., m; j = 1, 2,..., n; w i > c i )

41 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pemodelan Masalah Evaluasi Kinerja Ke Dalam FLP Pengumpulan Data, Kriteria Penilaian, dan Benchmark Dalam proses evaluasi terhadap suatu pekerjaan dibutuhkan adanya indikator kinerja yang sesuai. Indikator kinerja tersebut diukur berdasarkan kriteria standar tertentu. Indikator-indikator kinerja yang dimaksud adalah faktorfaktor seorang karyawan yang akan dinilai dan dibandingkan dengan standar kinerja yang ada. Pada suatu perusahaan, indikator-indikator yang digunakan misalnya tentang, (1) kuantitatif, seberapa banyak produksi yang dihasilkan, (2) kualitatif, seberapa baik hasil produksinya, (3) waktu penyelesaian produksi, (4) efektivitas penggunaan sumber daya, (5) cara melakukan pekerjaan, dan sebagainya. Dalam sistem ini, penulis hanya menerapkan tiga faktor, yakni kuantitas, kualitas, dan kecepatan waktu produksi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data hasil penilaian kinerja karyawan dari perusahaan Jogja Konveksi yang berlokasi di Jl. Godean KM 6,5 Gg. Merpati 32, RT 01, RW 10, Nglarang Lor, Sidoarum, Godean, Sleman Yogyakarta. Perusahaan ini bergerak dalam bidang konveksi berbagai jenis pakaian. Jogja Konveksi sudah memiliki nama yang cukup dikenal baik secara lokal (kawasan Yogyakarta) maupun luar daerah. Perusahaan ini memiliki 20 27

42 28 orang karyawan yang dibagi ke beberapa divisi, yakni Divisi Penjahit, Divisi Sablon, Divisi Tukang Potong dan Pola, serta Divisi Finishing dan Packing. Beban tugas yang sama membuat tingkat gaji yang diberikan pun sama. Tingkatan gaji ini dalam sistem ini disebut dengan benchmark. Dalam perusahaan ini, telah dilakukan suatu penilaian kinerja terhadap beberapa macam faktor (Lembar Penilaian Terlampir). Namun sesuai dengan batasan masalah yang telah penulis uraikan pada BAB I, sistem ini hanya akan melakukan penilaian terhadap tiga faktor utama penilaian, dimana sudah ada persetujuan antara penulis dengan pemilik Jogja Konveksi. Ketiga faktor yang dipilih, yakni sebagai berikut. Faktor-1 : Kuantitatif (seberapa banyak). Ukuran kuantitatif mudah untuk disusun dan diukurnya, yaitu hanya dengan menghitung unit keluaran kinerja harus dicapai dalam kurun waktu tertentu. Faktor-2 : Kualitatif (seberapa baik). Melukiskan seberapa baik atau seberapa lengkap hasil harus dicapai. Kriteria ini antara lain mengemukakan akurasi, presisi, penampilan (kecantikan dan ketampanan), kemanfaatan atau efektivitas. Standar kualitas dapat diekspresikan sebagai tingkat kesalahan seperti jumlah atau persentase kesalahan yang diperbolehkan per unit hasil kerja. Faktor-3 : Ketepatan waktu. Kriteria yang menentukan keterbatasan waktu untuk memproduksi suatu produk, membuat sesuatu atau melayani sesuatu. Kriteria menjawab pertanyaan, seperti kapan, berapa cepat, atau dalam periode apa.

43 29 Manajer perusahaan Jogja Konveksi secara rutin melakukan evaluasi kinerja untuk karyawan-karyawannya. Penilaiannya dibuat dalam format penilaian sebagai berikut. JOGJA KONVEKSI Nama : Posisi : Faktor Penilaian Kurang Cukup Baik Kuantitatif (seberapa banyak produk yang dihasilkan) Kualitatif (seberapa baik produk yang dihasilkan) Ketepatan waktu pelaksanaan tugas atau penyelesaian produk NB: Beri tanda centang pada penilaian yang sesuai Misalkan, dalam proses evaluasi kinerja, manajer Jogja Konveksi menetapkan suatu standar kinerja bahwa untuk semua faktor penilaian, setiap karyawannya harus mampu mencapai level penilaian tertinggi (baik). Karyawan yang berhasil mencapai tetapan standar kinerja (benchmark) ini diberi nilai berkisar 90. Diberikan toleransi nilai untuk benchmark ini yakni 10 poin ke bawah (90 10 = 80) dan 5 poin ke atas ( = 95). Selain itu juga ditetapkan nilai minimal 60 dan nilai maksimal 100. Tetapan benchmark ini dapat dilihat pada diagram berikut. 1=λ Z Gambar 3.1 Contoh Model Diagram Benchmark Karyawan yang mampu mencapai standar kinerja (benchmark) ini akan memperoleh standar gaji yang ditetapkan oleh manajer perusahaan. Karyawan

44 30 yang memperoleh nilai kinerja di bawah nilai standar kinerja, 90, akan memperoleh gaji yang lebih rendah daripada standar gajinya. Untuk tetapan benchmark ini, standar gaji yang diberikan adalah senilai Rp ,00. Setiap faktor evaluasi terdiri atas tiga level (tingkatan) penilaian. Tiap-tiap faktor tersebut terbagi menjadi tiga level dalam tabel berikut. Tabel 3.1 Level-level dalam tiap faktor Faktor Level Variabel Keterangan Penjelasan Faktor-1: Kuantitatif 1 1 x 11 Sedikit Produk yang dihasilkan tidak banyak 1 2 x 12 Sedang Karyawan menghasilkan cukup produk 1 3 x 13 Banyak Karyawan mampu menghasilkan banyak produk Faktor-2: Kualitatif 2 1 x 21 Buruk Produk yang dihasilkan tidak baik 2 2 x 22 Sedang Produk yang dihasilkan lumayan baik 2 3 x 23 Baik Produk yang dihasilkan berkualitas baik Faktor-3: Ketepatan Waktu 3 1 x 31 Lama Penyelesaian produksi lebih lama dari deadline 3 2 x 32 Sedang Penyelesaian produksi sesuai deadline 3 3 x 33 Cepat Penyelesaian produksi lebih cepat dari deadline Besarnya gaji yang diterima oleh karyawan ditetapkan sesuai persyaratan. Persyaratan tersebut ditetapkan oleh Manajer yang merupakan pengguna dari aplikasi ini. Penyesuaian besaran gaji tersebut dimasukkan ke dalam benchmark seperti yang telah ditetapkan sebelumnya, yakni karyawan yang tingkat kuantitas produknya Banyak, dengan kualitas yang Baik, dan diselesaikan dengan tingkat waktu Cepat. Karyawan yang memenuhi kriteria ini mendapatkan nilai 90. Tetapan benchmark ini ditetapkan dalam fungsi berikut.

45 31 Z(x) = x 13 + x 23 + x 33 = (13) Toleransi yang ditetapkan untuk benchmark tersebut yakni sebagai berikut. Tabel 3.2 Contoh Tetapan Tabel Benchmark Benchmark Nilai Tegas Toleransi Batas atas bawah atas Bawah Toleransi atas = Z max nilai tegas dari benchmark Toleransi bawah = nilai tegas dari benchmark - Z min Batas atas = Z max Batas bawah = Z min Nilai Tegas = d r Adapun level terendah dan tertinggi ditetapkan memiliki batasan sebagai berikut. x i1 60; x i3 100;... dengan i=1,2,3 Antara satu level dengan level sebelumnya dalam setiap faktor memiliki selisih nilai minimum 5. Syarat ini dimodelkan sebagai berikut. x ij x ij dengan i=1,2,3 dan j=1,2, Pemodelan Batasan Fuzzy Linear Programming Berdasarkan uraian mengenai kriteria penilaian di atas, berdasarkan pada Persamaan 12, permasalahan linear ini dapat dirangkum dalam suatu pemodelan Fuzzy Linear Programming, yakni sebagai berikut. Fungsi tujuan: Maksimumkan λ, dimana semakin tinggi nilai λ (mendekati atau sama dengan 1), semakin baik hasil yang diperoleh. Pada kasus ini, seperti telah dijelaskan pada subbab sebelumnya, level yang ditetapkan untuk benchmark adalah x1 = 3, x2 = 3, dan x3 = 3, dengan nilai 90 pada rentang 80 sampai 95, atau dapat ditulis:

46 32 Z r (x) = x 13 + x 23 + x 33 = (14) Pembentukan fungsi batasan untuk tetapan benchmark (Z r ) Z r + (Z max d r )λ Z max menjadi x 13 + x 23 + x 33 + (95 90)λ 95 x 13 + x 23 + x λ (15) Z r (d r Z min )λ Z min menjadi x 13 + x 23 + x 33 (90 80)λ 80 x 13 + x 23 + x 33 10λ (16) Pembentukan fungsi batasan untuk nilai maksimum dan minimum x i1 c i dengan i = 1, 2, 3 i = faktor penilaian; 1 = level terendah menjadi x 11 + x 21 + x (17) x in w i dengan i = 1, 2, 3 dan n = 3 i = faktor penilaian; n = level tertinggi menjadi x 13 + x 23 + x (18) Pembentukan fungsi batasan untuk jarak antar level x ij x ij 1 e i dimana i = 1, 2, 3 dan j = 1, 2, 3 menjadi x 12 x 11 5 x 13 x 12 5

47 33 x 22 x x 22 5 x 32 x 31 5 x 33 x (19) Pembentukan persyaratan bahwa semua variabel keputusan x ij harus bernilai 0 atau positif (tidak boleh negatif). x ij 0 dimana i = 1, 2, 3 dan j = 1, 2, (20) Dari beberapa contoh di atas, maka pembentukan model Fuzzy Linear Programming di atas dapat ditulis sebagai Rumusan Program Linear berikut. Maksimumkan λ dengan batasan: x 13 + x 23 + x λ 95 x 13 + x 23 + x 33 10λ 80 x 11 + x 21 + x x 13 + x 23 + x x 12 x 11 5 x 13 x 12 5 x 22 x 21 5 x 23 x 22 5 x 32 x 31 5 x 33 x 32 5 x ij (21) dimana i = 1, 2, 3 dan j = 1, 2, Penyelesaian FLP Menggunakan Metode Simpleks Perusahaan sasaran Posisi yang dinilai Faktor-faktor penilaian : Jogja Konveksi : Semua posisi : x1 Kuantitatif, x2 Kualitatif, x3 Ketepatan Waktu

48 34 Level penilaian Standar / Benchmark : 1 Kurang, 2 Cukup, 3 Baik : x1 = Baik, x2 = Baik, x3 = Baik Nilai Benchmark : 90 (pada rentang 80 sampai 95) Level Max-Min : 60 x 100 Selisih antar level : x ij x ij-1 5 Pemodelan linear : Maksimumkan L x13 + x23 + x33 + 5L + s1 <= 95; s1 = slack x13 + x23 + x33-10l s2 + a2 >= 80; s2 = surplus, a2 = artificial x13 + x23 + x33 + s3 <= 100; s3 = slack x11 + x21 + x31 s4 + a4 >= 60; s4 = surplus, a4 = artificial x12 - x11 s5 + a5 >= 5; s5 = surplus, a5 = artificial x13 - x12 s6 + a6 >= 5; s6 = surplus, a6 = artificial x22 - x21 s7 + a7 >= 5; s7 = surplus, a7 = artificial x23 - x22 s8 + a8 >= 5; s8 = surplus, a8 = artificial x32 - x31 s9 + a9 >= 5; s9 = surplus, a9 = artificial x33 - x32 s10 + a10 >= 5; s10 = surplus, a10 = artificial xij >= 0 Catatan Penting dalam Penyelesaian Simplex Untuk kasus maksimasi dan minimasi, jika batasan (constraint) menggunakan tanda, maka digunakan slack (+s). Sebaliknya, jika digunakan tanda, maka digunakan surplus (-s). Jika dalam batasan-batasan kedua tanda digunakan bersamaan, maka diperlukan artificial (+a) untuk ditambahkan pada surplus.

49 35 Pembentukan tabel Model Fuzzy Linear Programming Tabel simplex di atas adalah tabel model dari model permasalahan program linear yang sudah ditetapkan sebelumnya. Tabel ini memiliki 10 batasan (benchmark, maksimum-minimum, dan jarak antar level) pada tiap barisnya dan 10 variabel (x11, x12, x13, x21, x22, x23, x31, x32, x33, dan λ yang disimbolkan dengan huruf L ) pada tiap kolomnya.

50 36 Pembentukan tabel iterasi pertama perhitungan simplex Tabel iterasi pertama ini adalah tabel yang paling penting dalam proses perhitungan dengan simplex. Pada tabel ini semua variabel slack, surplus, dan artificial yang dibutuhkan sudah mulai digunakan dan ditulis pada kolom-kolom baru. Setelah semua nilai ditetapkan dan ditempatkan pada kolomnya masing-masing, proses perhitungan dimulai dengan menghitung nilai Zj. Nilai Zj untuk suatu kolom diperoleh dengan menjumlahkan semua hasil perkalian nilai pada kolom tersebut dengan semua nilai pada kolom nilai tujuan. Pada contoh di atas, misalnya, perhitungan nilai Zj pada beberapa kolom adalah: Zj pada kolom q = (0 x 95) + (-1 x 80) + (0 x 100) (-1 x 5) = -170 Zj pada kolom x11 = (0 x 0) + (-1 x 0) + (0 x 0) (-1 x 0) = 0

51 37... Zj pada kolom a10 = (0 x 0) + (-1 x 0) + (0 x 0) (-1 x 1) = -1 Setelah diperoleh nilai Zj, cari nilai cj-zj dengan melakukan pengurangan pada cj terhadap Zj. Pilih kolom dengan nilai cj-zj yang paling positif. Pada tabel di atas, terdapat beberapa kolom yang nilai cj-zj-nya paling positif, yakni kolom x13, x23, dan x33 dengan nilai cj-zj = 2; maka pilih salah satu nilai (dalam contoh ini dipilih kolom x13). Kolom terpilih ini kemudian disebut dengan kolom kunci. Setelah memperoleh kolom kunci, cari nilai rasio. Nilai Rasio diperolah dengan melakukan pembagian pada kolom q (nilai batasan) terhadap kolom kunci (x13). Pada contoh di atas, misalnya, perhitungan nilai rasio pada beberapa baris adalah: 95 / 1 = / 1 = / 0 = nilai kosong (pembagian dengan 0) Kemudian, dari nilai-nilai rasio yang sudah diperoleh, pilihlah baris yang rasionya positif terkecil (di atas 0 yang terkecil). Dari tabel tersebut terlihat bahwa nilai positif terkecilnya adalah 5 pada baris a6. Baris inilah yang kemudian disebut dengan baris kunci. Nilai

52 38 yang terletak pada perpotongan kolom kunci dengan baris kunci kemudian disebut dengan angka kunci. Pada contoh di atas, misalnya, angka kunci terletak pada perpotongan kolom kunci x13 dan baris kunci a6, dengan nilai 1. Pada akhir proses di iterasi pertama ini, variabel dasar a6 pada baris kunci keluar, kemudian digantikan oleh variabel kolom kunci yakni x13. Dengan pergantian ini, maka nilai variabel dasar pada baris tersebut adalah x13. Pembentukan tabel iterasi kedua

53 39 Pada awal proses pembentukan tabel iterasi kedua, kosongkan semua nilai untuk kemudian diisi dengan nilai baru. Pastikan bahwa variabel dasar a6 pada iterasi pertama tadi telah diganti dengan masuknya variabel x13 dari kolom kunci iterasi 1. Kemudian, lakukan penetapan nilai pada setiap kolom yang telah dikosongkan tadi dengan nilai baru. Berikut ini adalah penetapan nilai barunya. baris kunci baru = baris kunci lama / angka kunci Baris kunci baru yang dimaksud adalah baris pada iterasi kedua yang terletak pada baris yang disebut baris kunci pada iterasi sebelumnya, yakni pada baris yang variabel dasarnya telah berubah menjadi x13. Nilai pada baris ini adalah hasil pembagian nilai pada baris kunci dengan angka kunci iterasi sebelumnya. baris baru selain baris kunci = baris lama (rasio kunci x baris kunci lama) rasio kunci = unsur kolom kunci / angka kunci Baris baru yang lain nilainnya adalah nilai pada baris lama dikurangi hasil perkalian rasio kunci dengan baris kunci iterasi sebelumnya. Dimana rasio kunci tersebut bernilai unsur kolom kunci dibagi angka kunci. Catatan Penting: Proses pembentukkan tabel iterasi kedua ini diulangi untuk iterasi berikutnya sampai nilai cj-zj tidak ada yang bernilai positif.

54 40 Pembentukkan tabel iterasi ketiga Dari iterasi ketiga ini, diperoleh nilai cj-zj yang paling positif adalah 2, dan kolom kunci yang dipilih adalah kolom x11. Dari kolom kunci ini, dapat dihitung nilai rasionya. Nilai rasio yang positif terkecil adalah 60, yang terletak pada baris s4. Dengan demikian, angka kunci yang diperoleh adalah 1, yakni perpotongan antara kolom x11 dengan baris s4. Kemudian, variabel s4 tersebut keluar untuk digantikan dengan variabel x11. Dilihat dari nilai cj-zj yang muncul, masih terdapat nilai yang positif. Maka, masih diperlukan penambahan iterasi keempat.

55 41 Pembentukkan tabel iterasi keempat Dari iterasi keempat ini, diperoleh nilai cj-zj yang paling positif adalah 2, dan kolom kunci yang dipilih adalah kolom x23. Dari kolom kunci ini, dapat dihitung nilai rasionya. Nilai rasio yang positif terkecil adalah 5, yang terletak pada baris s8. Dengan demikian, angka kunci yang diperoleh adalah 1, yakni perpotongan antara kolom x23 dengan baris s8. Kemudian, variabel s8 tersebut keluar untuk digantikan dengan variabel x23. Dilihat dari nilai cj-zj yang muncul, masih terdapat nilai yang positif. Maka, masih diperlukan penambahan iterasi kelima.

56 42 Pembentukkan tabel iterasi kelima Dari iterasi kelima ini, diperoleh nilai cj-zj yang paling positif adalah 2, dan kolom kunci yang dipilih adalah kolom x22. Dari kolom kunci ini, dapat dihitung nilai rasionya. Nilai rasio yang positif terkecil adalah 5, yang terletak pada baris s7. Dengan demikian, angka kunci yang diperoleh adalah 1, yakni perpotongan antara kolom x22 dengan baris s7. Kemudian, variabel s7 tersebut keluar untuk digantikan dengan variabel x22. Dilihat dari nilai cj-zj yang muncul, masih terdapat nilai yang positif. Maka, masih diperlukan penambahan iterasi keenam.

57 43 Pembentukkan tabel iterasi keenam Dari iterasi keenam ini, diperoleh nilai cj-zj yang paling positif adalah 2, dan kolom kunci yang dipilih adalah kolom x33. Dari kolom kunci ini, dapat dihitung nilai rasionya. Nilai rasio yang positif terkecil adalah 0, yang terletak pada baris s2. Dengan demikian, angka kunci yang diperoleh adalah 1, yakni perpotongan antara kolom x33 dengan baris s2. Kemudian, variabel s2 tersebut keluar untuk digantikan dengan variabel x33. Dilihat dari nilai cj-zj yang muncul, masih terdapat nilai yang positif. Maka, masih diperlukan penambahan iterasi ketujuh.

58 44 Pembentukkan tabel iterasi ketujuh Dari iterasi ketujuh ini, diperoleh nilai cj-zj yang paling positif adalah 10, dan kolom kunci yang dipilih adalah kolom L. Dari kolom kunci ini, dapat dihitung nilai rasionya. Nilai rasio yang positif terkecil adalah 0,5, yang terletak pada baris s10. Dengan demikian, angka kunci yang diperoleh adalah 10, yakni perpotongan antara kolom L dengan baris s10. Kemudian, variabel s10 tersebut keluar untuk digantikan dengan variabel L. Dilihat dari nilai cj-zj yang muncul, masih terdapat nilai yang positif. Maka, masih diperlukan penambahan iterasi kedelapan.

59 45 Pembentukkan tabel iterasi kedelapan Dari iterasi kedelapan ini, diperoleh nilai cj-zj yang paling positif adalah 1, dan kolom kunci yang dipilih adalah kolom x32. Dari kolom kunci ini, dapat dihitung nilai rasionya. Nilai rasio yang positif terkecil adalah 5, yang terletak pada baris s9. Dengan demikian, angka kunci yang diperoleh adalah 1, yakni perpotongan antara kolom x32 dengan baris s9. Kemudian, variabel s9 tersebut keluar untuk digantikan dengan variabel x32. Dilihat dari nilai cj-zj yang muncul, masih terdapat nilai yang positif. Maka, masih diperlukan penambahan iterasi kesembilan.

60 46 Pembentukkan tabel iterasi kesembilan Pada iterasi kesembilan ini sudah tidak ditemukan cj-zj yang bernilai positif. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa tabel ini sudah optimal. Setelah sudah optimal, maka proses berikutnya adalah melakukan proses perhitungan untuk masuk Phase II.

61 47 Pembentukan iterasi pertama (Fase-2) Pada iterasi pertama (Fase-2) ini tidak digunakan variabel artificial yang membuat jumlah kolomnya berkurang. Nilai-nilai pada tabel ini mengacu pada nilai-nilai pada tabel iterasi kesembilan pada fase-1. Proses yang dilakukan sama, yakni menghitung nilai Zj, kemudian mencari kolom dengan nilai cj-zj paling positif, dan menghitung nilai rasionya. Setelah dilakukan perhitungan, ditemukan angka kunci, yakni 1,5, yang merupakan hasil perpotongan kolom kunci s4 dengan baris kunci s1. Kemudian, variabel s1 keluar dan digantikan dengan variabel s4. Dilihat dari nilai cj-zj yang muncul, masih terdapat nilai yang positif, sehingga perlu dilakukan perhitungan untuk pembentukan tabel iterasi kedua (Fase-2).

62 48 Pembentukan iterasi kedua (Fase-2) Setelah tabel iterasi kedua terbentuk, ternyata dapat dilihat bahwa tidak ada lagi nilai cj-zj yang bernilai positif. Kondisi ini dianggap sudah optimal. Dengan demikian, hasil akhir perhitungan simplex yang diperoleh adalah s4=0, x33=10, s3=10, x11=60, x12=65, x13=70, x22=5, x23=10, x32=5, dan L=1. Dilihat dari hasil tersebut, tidak terdapat variabel x21 dan x31, sehingga kedua variabel ini dapat secara langsung diberikan nilai 0. Selain itu, hasil yang diperolah, nilai λ atau L = 1. Nilai ini menunjukkan bahwa keputusan yang diambil untuk menggunakan benchmark ini 100% baik atau dapat dinyatakan bahwa hasil yang diperoleh adalah hasil yang paling optimum.

63 49 Hasil perhitungan dengan metode simpleks tersebut kemudian dibentuk menjadi tabel nilai dengan model berikut. Tabel 3.3 Model tabel nilai yang terbentuk dari perhitungan Faktor Level Kuantitas x 11 x 12 x 13 2 Kualitas x 21 x 22 x 23 3 Ketepatan waktu x 31 x 32 x 33 Berdasarkan model tersebut, dari hasil perhitungan Fuzzy Linear Programming dengan metode simpleks dual fase di atas, telah diperoleh hasil-hasil untuk tiap variabelnya yang dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut. Tabel 3.4 Nilai level untuk setiap faktor Faktor Level Kuantitas Kualitas Ketepatan waktu Dari hasil skor yang diperoleh untuk setiap level pada setiap faktor ini, dapat ditentukan nilai untuk setiap faktor berdasarkan benchmark yang telah ditentukan. Berdasarkan perhitungan sebelumnya, dari tetapan benchmark x 13 + x 23 + x 33 = 90, diperoleh nilai untuk tiap variabel x 13 = 70, x 23 = 10, dan x 33 = 10. Hasil perhitungan tersebut yang akan digunakan untuk menghitung tetapan gaji seorang karyawan yang memiliki suatu hasil evaluasi kinerja tertentu.

64 50 Untuk setiap faktor, nilai untuk setiap levelnya yang diperoleh dari hasil perhitungan disajikan pada tabel-tabel berikut. Faktor Sedikit Sedang Banyak Kuantitas Faktor Buruk Sedang Baik Kualitas Faktor Lama Sedang Cepat Kecepatan Misalnya, pada perusahaan Jogja Konveksi gaji untuk karyawan yang memenuhi standar kinerja (benchmark) ditetapkan sebesar Rp ,00 per bulan. Dengan perhitungan sebelumnya, maka, jika terdapat karyawan yang nilai kuantitasnya banyak (x13), kualitasnya baik (x23), tapi kecepatan produksinya sedang (x32), maka gajinya akan dihitung sebagai berikut. Total skor: x13 + x23 + x32 = = 85 Perhitungan gaji untuk karyawan tersebut dalam sebulan adalah: 85 Rp ,00 = Rp ,00 90 Oleh karena karyawan tersebut memiliki faktor tertentu yang kurang dari standar, yakni dalam hal ketepatan waktunya, maka gajinya juga tidak dapat mencapai standar, dimana ia hanya memperoleh gaji sebesar Rp ,00.

65 Flow Chart Aplikasi Penetapan Gaji Berdasarkan Evaluasi Kinerja dengan Fuzzy Linear Programming, yang selanjutnya diberi nama (disebut dengan) Real Gaji, berupa sebuah aplikasi sederhana berbasis desktop yang dibuat dengan bahasa C#. Gambaran umum proses kerja sistem ini dapat dijelaskan melalui diagram alur (flow chart) berikut.

66 52 Gambar 3.2 Flow Chart Aplikasi Real Gaji

67 BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM 4.1 Desain Tampilan Sistem Gambar 4.1 Tampilan Sistem Penetapan Aturan Ketika Real Gaji pertama dibuka, aplikasi ini akan menampilkan sebuah kotak dialog. Pada awal tampilan ini, pengguna diminta untuk memasukkan tetapan nilai benchmark. Tetapan yang dimaksud adalah nilai level yang dipilih sebagai standar kinerja untuk faktor-faktor yang ada. Setelah itu, untuk standar tersebut, pengguna diminta untuk menetapkan nilai tertentu sebagai nilai untuk standar tersebut. Nilai yang diinputkan tersebut berupa nilai yang berada di antara suatu rentang nilai 53

68 54 tertentu yang harus diinputkan juga oleh penggunanya. Misalnya, untuk suatu benchmark, diberikan nilai 90; nilai 90 ini adalah nilai yang berada pada rentang 80 sampai 95; dengan catatan bahwa untuk suatu nilai, makin mendekati 90 maka bobotnya semakin besar; sebaliknnya jika makin menjauhi 90 dan masih berada pada rentang yang ditetapkan, maka bobotnya semakin kecil; untuk nilai yang berada di luar rentang tersebut, bobotnya bernilai 0. Setelah menetapkan nilai benchmark, tetapkan juga nilai minimal dan maksimal serta jarak antar levelnya. Tombol Simpan Tetapan Benchmark berfungsi untuk menyimpan tetapan benchmark dan secara otomatis membentuk model program linearnya. Pemodelan program linear yang terbentuk akan ditampilkan pada kotak berwarna merah, kuning, dan hijau, yang terletak di sebelah kanan kotak tetapan benchmark. Setelah model sudah terbentuk, tombol Lakukan Perhitungan akan menjadi aktif dan dapat diklik. Setelah diklik, sistem akan melakukan perhitungan; pengguna diharapkan menunggu sampai progress bar (akan muncul di tengah) penuh. Setelah mencapai 100%, tombol Kelola Hasil Perhitungan akan menjadi aktif dan kotak di bagian terbawah akan menampilkan iterasi demi iterasi perhitungan. Ketika tombol Kelola Hasil Perhitungan diklik, sistem akan menampilkan kotak dialog baru sebagai halaman kelola hasil perhitungan.

69 55 Gambar 4.2 Tampilan Sistem Kelola Hasil Perhitungan Halaman ini akan muncul ketika tombol Kelola Hasil Perhitungan diklik, yang menyatakan bahwa telah dilakukan proses perhitungan terhadap model program linear yang terbentuk. Pada halaman ini, hal pertama yang perlu dilakukan adalah menetapkan nilai tetapan gaji standar untuk karyawan, misalnya ditetapkan gaji sebesar Rp ,00 untuk sebulan. Setelah tetapan gaji sudah ditetapkan, pengguna dapat mulai menambah karyawan yang akan dihitung gajinya berdasarkan hasil evaluasi kinerjanya. Karyawan yang telah ditambahkan akan tampil pada kotak di sebelah kanan disertai dengan perhitungan pemerolehan gajinya. Daftar karyawan beserta dengan gaji yang telah ditambahkan dapat disimpan ke file PDF yang tersimpan di direktori aplikasi.

70 Penjelasan Beberapa Source Code Utama Aplikasi Class: EkstrakSimplex.cs Deklarasi Variabel /* Variabel integer untuk menyimpan nilai * jumlah faktor, level, jarak antar level, benchmark, * jumlah variabel yang akan terbentuk pada tabel iterasi, * jumlah iterasi yang akan dibuat, cj-zj dan rasio yang terpilih, * panjang baris dan kolom tabel iterasi */ int jmlfaktor, jmllevel, jaraklv, jmlbenchmark, utkbenchmark, utkmaxmin, utkjaraklevel, ssa, varkep, iterasi, jmliterasi, baris, kolom, patokanssa, ITR, cjminz_terpilih, rasio_terpilih; /* array 3 dimensi untuk menyimpan tiap nilai pada tabel iterasi * dimana dimensi pertama sebagai index iterasi, * dimensi kedua sebagai index baris, * dimensi ketiga sebagai index kolom */ double[,,] X; /* array 1 dimensi double untuk menyimpan nilai * cj, Z, cj-zj, dan rasio pada tiap tabel iterasi */ double[] cj, Z, cjminz, rasio; /* array 1 dimensi string untuk menyimpan nilai * variabel dasar (kiri) dan variabel atas */ string[] varatas, varkiri; /* variabel bertipe double untuk menyimpan nilai angka kunci * untuk sekali iterasi */ double angkakunci; /* array 1 dimensi integer untuk menyimpan * index dari cj-zj dan rasio yang terpilih, * yang nantinya akan dipilih sebagai baris dan kolom kunci */ int[] indexrasioyangterpilih, indexcjminzjyangterpilih; /* variabel bertipe boolean untuk mengaktifkan tombol di GUI */ bool bukakunci = false; /* variabel bertipe static double untuk menyimpan nilai * hasil perhitungan untuk tiap variabel keputusan */ public static double x11 = 0, x12 = 0, x13 = 0, x21 = 0, x22 = 0, x23 = 0, x31 = 0, x32 = 0, x33 = 0; /* variabel bertipe static string dan double untuk menyimpan nilai * benchmark dan nilainya yang ditetapkan */ public static string bench1 = "", bench2 = "", bench3 = ""; public static double nbenc1 = 0, nbenc2 = 0, nbenc3 = 0;

71 Lakukan Perhitungan Simplex Pada awal proses, setelah aplikasi dijalankan, pengguna diminta untuk memasukkan / menginputkan beberapa nilai sebagai tetapan benchmark. Setelah memastikan bahwa semua inputan telah terisi, pengguna melakukan klik pada tombol Simpan Tetapan Benchmark. Ketika tombol tersebut diklik, maka program akan menjalankan method btnsimpan_click() yang akan menyimpan semua inputan tadi berupa model pemrograman linear pada kotak berwarna merah, kuning, dan hijau di samping kotak input tetapan batasan. Setelah model terbentuk, maka tombol Lakukan Perhitungan akan menjadi aktif. Pengguna melakukan klik pada tombol tersebut dan program akan memanggil method btnsimplex_click(). Method inilah yang merupakan inti dari proses perhitungan simplex. /* method isinilaiawal() berfungsi untuk membentuk * tabel iterasi pertama sesuai dengan inputan dari pengguna * berupa array 3 dimensi besar yang ditetapkan per bagian */ isinilaiawal(); gbu.text = gbu.text + " F A S E 1 \n"; /* set iterasi pertama = 0 */ ITR = 0; /* ambil nilai-nilai variabel keputusan seperti * x11 sampai x33 dan L serta nilai tetapan max-min */ tangkapnilaivarkep(); /* berdasar model program linear yang terbentuk * method cetakssa() menghitung nilai variabel tambahan seperti * slack, surplus, dan artificial yang diperlukan * untuk setiap batasan benchmark, maxmin, dan jarak antar level */ cetakssa(); /* method ini mencetak 'nilai' dari tiap batasan dan tujuan*/ cetaknilaibatasan(); cetaknilaitujuan(); /* mencetak satu tabel iterasi sesuai kondisi array 3 dimensi */ cetakmatrix();

72 58 /* menghitung setiap nilai cj, Zj, cj-zj, dan rasio * kemudian menetapkan baris dan kolom kunci yang terpilih * dan menetapkan angka kunci untuk satu iterasi */ hitung_cjminzj_rasio(); /* lakukan perulangan iterasi selama masih ada * nilai cj-zj yang bernilai positif (>0) */ while (cjminz.max() > 0) { /* lakukan penambahan iterasi */ ITR++; /* proses pembentukan iterasi baru dengan perhitungan * berdasarkan baris, kolom, dan angka kunci */ buatiterasibaru(); cetakmatrix(); } /* sama seperti iterasi sebelumnya, tabel baru * akan menghitung nilai cj, Zj, cj-zj, dan rasio * untuk kemudian diperiksa lagi sampai * cj-zj tidak ada lagi yang bernilai positif */ hitung_cjminzj_rasio(); gbu.text = gbu.text + " F A S E 2 \n"; for (int a = 0; a < varkiri.length; a++) { gbu.text = gbu.text + varkiri[a] + " - "; if (varkiri[a] == "0.9.10") { X[ITR, baris - 1, 0] = 1; } } //X[ITR, baris - 1, 0] = 1; cj[10] = 1; //ganti nilai L /* pembentukan iterasi baru untuk fase-2 * yakni dengan proses yang sama seperti iterasi sebelumnya */ cetakmatrix(); hitung_cjminzj_rasio(); ITR++; buatiterasibaru(); cetakmatrix(); hitung_cjminzj_rasio();

73 59 /* sampai pada tahap ini telah diperoleh hasil akhir */ for (int a = 0; a < varkiri.length; a++) { if (varkiri[a] == "0.9.1") { x11 = X[ITR, a, kolom - 1]; } else if (varkiri[a] == "0.9.2") { x12 = X[ITR, a, kolom - 1]; } else if (varkiri[a] == "0.9.3") { x13 = X[ITR, a, kolom - 1]; } else if (varkiri[a] == "0.9.4") { x21 = X[ITR, a, kolom - 1]; } else if (varkiri[a] == "0.9.5") { x22 = X[ITR, a, kolom - 1]; } else if (varkiri[a] == "0.9.6") { x23 = X[ITR, a, kolom - 1]; } else if (varkiri[a] == "0.9.7") { x31 = X[ITR, a, kolom - 1]; } else if (varkiri[a] == "0.9.8") { x32 = X[ITR, a, kolom - 1]; } else if (varkiri[a] == "0.9.9") { x33 = X[ITR, a, kolom - 1]; } if (varkiri[a] == "0.9.10" && X[ITR, a, kolom - 1] <= 1) { L = X[ITR, a, kolom - 1]; } } if (bench1 == "x11") { nbenc1 = x11; } else if (bench1 == "x12") { nbenc1 = x12; } else if (bench1 == "x13") { nbenc1 = x13; } if (bench2 == "x21") { nbenc2 = x21; } else if (bench2 == "x22") { nbenc2 = x22; } else if (bench2 == "x23") { nbenc2 = x23; } if (bench3 == "x31") { nbenc3 = x31; } else if (bench3 == "x32") { nbenc3 = x32; } else if (bench3 == "x33") { nbenc3 = x33; } MessageBox.Show("Lambda (L) = " + L); Class: KelolaHasil.cs Hitung Gaji Karyawan Berdasarkan Hasil Perhitungan FLP Variabel-variabel keputusan yang telah dihitung pada kelas sebelumnya akan digunakan pada kelas ini sebagai bahan perhitungan gaji. Pada waktu kotak dialog Kelola Hasil ini di-load, pengguna perlu menetapkan standar gaji terlebih dahulu. Tetapan gaji ini adalah tetapan gaji untuk karyawan yang kinerjanya sesuai dengan benchmark (standar) yang sudah ditetapkan. Setelah standar gaji ditetapkan, pengguna dapat mulai menginputkan karyawan beserta dengan hasil evaluasi kinerjanya. Karyawan yang ditambahkan akan langsung dihitung pemerolehan gajinya dengan perhitungan terhadap nilai-nilai variabel keputusan yang dipanggil dari form class sebelumnya.

74 60 /* Tetapan nilai variabel faktor untuk inputan */ double nilaikar = 0; /* Tangkap nilai tetapan benchmark */ double nbench = ekstraksimplex.nbenc1 + ekstraksimplex.nbenc2 + ekstraksimplex.nbenc3; /* Siapkan file data karyawan untuk menyimpan hasil perhitungan gajinya */ if (File.Exists(f1)) { /* untuk setiap data karyawan yang diinputkan * periksa nilai hasil evaluasi kinerjanya * kemudian ambil nilai dari kelas ekstraksimplex * sebagai nilai pembaginya dengan nilai benchmark */ if (cbx1.selecteditem.tostring() == "Sedikit") { cx1 = "Sedikit"; nilaikar += ekstraksimplex.x11; } else if (cbx1.selecteditem.tostring() == "Sedang") { cx1 = "Sedang"; nilaikar += ekstraksimplex.x12; } else if (cbx1.selecteditem.tostring() == "Banyak") { cx1 = "Banyak"; nilaikar += ekstraksimplex.x13; } else { cx1 = " - "; nilaikar += 0; } if (cbx2.selecteditem.tostring() == "Buruk") { cx2 = "Buruk"; nilaikar += ekstraksimplex.x21; } else if (cbx2.selecteditem.tostring() == "Sedang") { cx2 = "Sedang"; nilaikar += ekstraksimplex.x22; } else if (cbx2.selecteditem.tostring() == "Baik") { cx2 = "Baik"; nilaikar += ekstraksimplex.x23; } else { cx2 = " - "; nilaikar += 0; } if (cbx3.selecteditem.tostring() == "Lama") { cx3 = "Lama"; nilaikar += ekstraksimplex.x31; } else if (cbx3.selecteditem.tostring() == "Sedang") { cx3 = "Sedang"; nilaikar += ekstraksimplex.x32; } else if (cbx3.selecteditem.tostring() == "Cepat") { cx3 = "Cepat"; nilaikar += ekstraksimplex.x33; } else { cx3 = " - "; nilaikar += 0; } using (StreamWriter wr = new StreamWriter(f1, true)) { /* terlebih dahulu baca nilai gaji standarnya */ StreamReader baca = new StreamReader(f2); string gajistd = baca.readline(); baca.close(); /* kemudian hitung nilai gajinya dengan rumus * nilai kinerja karyawan dibagi nilai kinerja standar * dikalikan dengan gaji standar */ double sarangaji = (nilaikar / nbench) * Double.Parse(gajiStd); string sarangaji2 = sarangaji + ""; wr.writeline(txnama.text + "#" + cx1 + "#" + cx2 + "#" + cx3 + "#" + sarangaji2);

75 61 wr.close(); baca.close(); } } /* kosongkan datagridview; * tampilkan file data karyawan */ dgv.rows.clear(); refreshtampilan(); MessageBox.Show("Sukses!"); Simpan Hasil Perhitungan Gaji ke File PDF /* Untuk menyimpan hasil perhitungan gaji ke file PDF * digunakan library PdfPTable */ PdfPTable pdftable = new PdfPTable(dgv.ColumnCount); pdftable.defaultcell.padding = 3; pdftable.widthpercentage = 100; pdftable.horizontalalignment = Element.ALIGN_LEFT; /* atur lebar kolom untuk PdfPTable yang dibuat */ float[] widths = new float[] { 20f, 50f, 50f, 50f, 50f, 50f }; pdftable.setwidths(widths); /* Menambahkan header kolom */ foreach (DataGridViewColumn column in dgv.columns) { PdfPCell cell = new PdfPCell(new Phrase(column.HeaderText)); cell.backgroundcolor = BaseColor.LIGHT_GRAY; cell.fixedheight = 30f; pdftable.addcell(cell); } /* Menambahkan data-data nilai pada tabel * dari data grid view */ foreach (DataGridViewRow row in dgv.rows) { foreach (DataGridViewCell cell in row.cells) { pdftable.addcell(cell.value.tostring()); } }

76 62 /* Lakukan proses ekspor ke file PDF dan * simpan di path yang telah ditentukan */ string folderpath = "Hasil Perhitungan\\"; if (!Directory.Exists(folderPath)) { Directory.CreateDirectory(folderPath); } using (FileStream stream = new FileStream(folderPath + "Hasil Perhitungan.pdf", FileMode.Create)) { Document pdfdoc = new Document(PageSize.A4, 10f, 10f, 10f, 0f); PdfWriter.GetInstance(pdfDoc, stream); pdfdoc.open(); pdfdoc.add(pdftable); pdfdoc.close(); stream.close(); } MessageBox.Show("Hasil perhitungan gaji telah berhasil disimpan di direktori aplikasi ini");

77 Uji Coba Aplikasi Real Gaji Untuk mengetahui berbagai keluaran yang dihasilkan dari aplikasi ini, maka penulis membuat beberapa pengujian untuk melihat beberapa perubahan yang dihasilkan sesuai dengan inputannya. Adapun percobaan-percobaan yang akan dilakukan pada sub-bab ini antara lain sebagai berikut. 1) [Percobaan-1] Inputan Normal 2) [Percobaan-2] Input data kinerja karyawan Jogja Konveksi 3) [Percobaan-3] Input data kombinasi atau kemungkinan perolehan nilai 4) [Percobaan-4] Uji pelebaran rentang nilai; geser batas toleransi bawah (1) 5) [Percobaan-5] Uji pelebaran rentang nilai; geser batas toleransi bawah (2) 6) [Percobaan-6] Uji pelebaran rentang nilai; geser batas toleransi bawah (3) 7) [Percobaan-7] Uji pelebaran rentang nilai; geser batas toleransi bawah (4) 8) [Percobaan-8] Geser batas toleransi bawah dan minimal nilai (1) 9) [Percobaan-9] Geser batas toleransi bawah dan minimal nilai (2) 10) [Percobaan-10] Ganti tetapan benchmark 11) [Percobaan-11] Uji coba pengaruh tetapan benchmark terhadap λ

78 64 Daftar percobaan di atas akan dijelaskan sebagai berikut. 1) [Percobaan-1] Inputan Normal (sesuai dengan inputan pada proses perhitungan manual di Bab III untuk menyesuaikan hasil akhir). Input tetapan benchmark Klik Simpan Tetapan Benchmark

79 65 Klik Lakukan Perhitungan Hasil yang keluar adalah: ====================================================================================== F A S E 1 ====================================================================================== Nilai cj Matrix iterasi ke Zj cj - Zj Rasio cjminz terpilih = 2 (index ke-3) Rasio terpilih = 5 (index ke-5) Angka kunci = 1 (index 3, 5) ======================================================================================

80 66 Nilai cj Matrix iterasi ke Zj cj - Zj Rasio cjminz terpilih = 2 (index ke-2) Rasio terpilih = 5 (index ke-4) Angka kunci = 1 (index 2, 4) ====================================================================================== Nilai cj Matrix iterasi ke Zj cj - Zj Rasio cjminz terpilih = 2 (index ke-1) Rasio terpilih = 60 (index ke-3) Angka kunci = 1 (index 1, 3) ====================================================================================== Nilai cj Matrix iterasi ke

81 67 Zj cj - Zj Rasio cjminz terpilih = 2 (index ke-6) Rasio terpilih = 5 (index ke-7) Angka kunci = 1 (index 6, 7) ====================================================================================== Nilai cj Matrix iterasi ke Zj cj - Zj Rasio cjminz terpilih = 2 (index ke-5) Rasio terpilih = 5 (index ke-6) Angka kunci = 1 (index 5, 6) ====================================================================================== Nilai cj Matrix iterasi ke Zj cj - Zj Rasio cjminz terpilih = 2 (index ke-9) Rasio terpilih = 0 (index ke-1) Angka kunci = 1 (index 9, 1) ======================================================================================

82 68 Nilai cj Matrix iterasi ke Zj cj - Zj Rasio ,5 cjminz terpilih = 10 (index ke-10) Rasio terpilih = 0,5 (index ke-9) Angka kunci = 10 (index 10, 9) ====================================================================================== Nilai cj Matrix iterasi ke ,5 1, ,5 0,5 0 1,5-1,5 1,5-1,5 1,5-1,5 1,5-1,5 1,5-1, ,5-1,5 7, ,1-0, ,1-0,1 0-0,1 0,1-0,1 0,1-0,1 0,1-0,1 0,1-0,1 0, ,1 0,1 0,5 Zj cj - Zj Rasio cjminz terpilih = 1 (index ke-8) Rasio terpilih = 5 (index ke-8) Angka kunci = 1 (index 8, 8) ====================================================================================== Nilai cj Matrix iterasi ke ,5 0,5 0 1,5-1,5 1,5-1,5 1,5-1,5 1,5-1,5 1,5-1,5 1,5-1,5 1,5-1,

83 ,1-0,1 0-0,1 0,1-0,1 0,1-0,1 0,1-0,1 0,1-0,1 0,1-0,1 0,1-0,1 0,1 1 Zj cj - Zj Rasio cjminz terpilih = 0 (index ke-0) Rasio terpilih = -1 (index ke-0) Angka kunci = 0 (index 0, 0) ====================================================================================== ====================================================================================== F A S E 2 ====================================================================================== Nilai cj Matrix iterasi ke ,5 0,5 0 1,5-1,5 1,5-1,5 1,5-1,5 1,5-1,5 1,5-1,5 1,5-1,5 1,5-1, ,1-0,1 0-0,1 0,1-0,1 0,1-0,1 0,1-0,1 0,1-0,1 0,1-0,1 0,1-0,1 0,1 1 Zj ,1 # 0 # 0,1 # 0,1 # 0,1 # 0,1 # 0,1 # 0,1 # 0,1 1 cj - Zj # # 0 0,1-1,1 0,1-1,1 0,1-1,1 0,1-1,1 0,1-1,1 0,1-1,1 0,1-1,1 0 Rasio cjminz terpilih = 0,1 (index ke-15) Rasio terpilih = 0 (index ke-0) Angka kunci = 1,5 (index 15, 0) ====================================================================================== Nilai cj Matrix iterasi ke , , , , , , , , , , , , , , ,

84 , , , Zj , , # cj - Zj # # # Rasio cjminz terpilih = 0 (index ke-0) Rasio terpilih = 1 (index ke-9) Angka kunci = 1 (index 0, 9) ====================================================================================== v : 0 v0.9.9 : 10 v0.2 : 10 v0.9.1 : 60 v0.9.2 : 65 v0.9.3 : 70 v0.9.5 : 5 v0.9.6 : 10 v0.9.8 : 5 v0.9.0 : 1 x11 = 60 x12 = 65 x13 = 70 x21 = 0 x22 = 5 x23 = 10 x31 = 0 x32 = 5 x33 = 10 Setelah memperoleh hasil tersebut, pengguna melakukan klik pada Kelola Hasil Perhitungan

85 71 Tetapkan standar gaji dan mulai; seperti pada contoh yang sudah dihitung secara manual pada Bab III, standar gaji ditetapkan sebesar Rp ,00. Kemudian, diinputkan karyawan dengan kinerja Kuantitasnya Banyak, Kualitasnya Baik, dan Ketepatan waktunya Sedang ; diperoleh hasil perhitungan gaji untuk karyawan tersebut, yakni sebesar Rp ,00, dimana hasil tersebut sama dengan hasil perhitungan manual. 2) [Percobaan-2] Input beberapa jenis hasil kinerja karyawan di Perusahaan Jogja Konveksi dengan tetapan benchmark yang sama dengan Percobaan-1.

86 72 Dari perhitungan tersebut, terlihat bahwa karyawan yang kinerjanya mencapai benchmark dapat memperoleh gaji standar. Sedangkan, karyawan yang kinerjanya jauh dari benchmark (kuantitas Sedikit, kualitas Buruk, kecepatan Lama ) akan memperoleh gaji yang jauh di bawah standar. Dari gambar di atas terlihat bahwa karyawan dengan kinerja paling rendah yakni Bayu dan Bagus yang kuantitasnya Sedikit, kualitasnya Sedang, dan kecepatannya Lama ; mereka memperoleh gaji hanya sebesar Rp ,00. Jika dikaji lebih jauh, perhitungan nilai yang diperoleh oleh kedua karyawan ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Kuantitas Sedikit + Kualitas Sedang + Kecepatan Lama x11 + x22 + x31 = = 65 Ternyata, dari nilai tetapan benchmark 90, karyawan dengan kinerja terendah tersebut hanya memperoleh nilai sebesar 65. Dengan demikian, perhitungan gaji yang diperolehnya, yakni sebesar (65/90)* = ) [Percobaan-3] Input variasi hasil kinerja untuk uji tingkat pemerolehan gaji. Benchmark yang digunakan dalam percobaan ini sama dengan benchmark pada percobaan sebelumnya. Berikut ini disajikan berbagai kemungkinan pemerolehan nilai kinerja karyawan (semua kombinasi faktor dan level).

87 73

88 74 Dari keseluruhan faktor dan level yang telah ditetapkan, terdapat 27 kombinasi penilaian. Berbagai kombinasi penilaian tersebut beserta dengan perhitungan pemerolehan gaji untuk karyawan dikelompokkan berdasarkan pemerolehan nilainya, yakni sebagai berikut. Nilai kinerja Rp ,00 = Rp , Jumlah gaji tersebut diperoleh karyawan dengan kinerja: Kuantitas = sedikit (x 11 ) : 60 Kualitas = buruk (x 21 ) : 0 Kecepatan = lama (x 31 ) : 0 Nilai kinerja Rp ,00 = Rp , Jumlah gaji tersebut diperoleh karyawan dengan kinerja: Kuantitas = sedikit (x 11 ) : 60 Kualitas = buruk (x 21 ) : 0 Kecepatan = sedang (x 32 ) : 5 Kuantitas = sedikit (x 11 ) : 60 Kualitas = sedang (x 22 ) : 5 Kecepatan = lama (x 31 ) : 0 Kuantitas = sedang (x 12 ) : 65 Kualitas = buruk (x 21 ) : 0 Kecepatan = lama (x 31 ) : 0

89 75 Nilai kinerja Rp ,00 = Rp , Jumlah gaji tersebut diperoleh karyawan dengan kinerja: Kuantitas = sedikit (x 11 ) : 60 Kualitas = buruk (x 21 ) : 0 Kecepatan = cepat (x 33 ) : 10 Kuantitas = sedikit (x 11 ) : 60 Kualitas = sedang (x 22 ) : 5 Kecepatan = sedang (x 32 ) : 5 Kuantitas = sedikit (x 11 ) : 60 Kualitas = baik (x 23 ) : 10 Kecepatan = lama (x 31 ) : 0 Kuantitas = sedang (x 12 ) : 65 Kualitas = buruk (x 21 ) : 0 Kecepatan = sedang (x 32 ) : 5 Kuantitas = sedang (x 12 ) : 65 Kualitas = sedang (x 22 ) : 5 Kecepatan = lama (x 31 ) : 0 Kuantitas = banyak (x 13 ) : 70 Kualitas = buruk (x 21 ) : 0 Kecepatan = lama (x 31 ) : 0 Nilai kinerja Rp ,00 = Rp , Jumlah gaji tersebut diperoleh karyawan dengan kinerja: Kuantitas = sedikit (x 11 ) : 60 Kualitas = sedang (x 22 ) : 5 Kecepatan = cepat (x 33 ) : 10 Kuantitas = sedikit (x 11 ) : 60 Kualitas = baik (x 23 ) : 10 Kecepatan = sedang (x 32 ) : 5

90 76 Kuantitas = sedang (x 12 ) : 65 Kualitas = buruk (x 21 ) : 0 Kecepatan = cepat (x 33 ) : 10 Kuantitas = sedang (x 12 ) : 65 Kualitas = sedang (x 22 ) : 5 Kecepatan = sedang (x 32 ) : 5 Kuantitas = sedang (x 12 ) : 65 Kualitas = baik (x 23 ) : 10 Kecepatan = lama (x 31 ) : 0 Kuantitas = banyak (x 13 ) : 70 Kualitas = buruk (x 21 ) : 0 Kecepatan = sedang (x 32 ) : 5 Kuantitas = banyak (x 13 ) : 70 Kualitas = sedang (x 22 ) : 5 Kecepatan = lama (x 31 ) : 0 Nilai kinerja Rp ,00 = Rp , Jumlah gaji tersebut diperoleh karyawan dengan kinerja: Kuantitas = sedikit (x 11 ) : 60 Kualitas = baik (x 23 ) : 10 Kecepatan = cepat (x 33 ) : 10 Kuantitas = sedang (x 12 ) : 65 Kualitas = sedang (x 22 ) : 5 Kecepatan = cepat (x 33 ) : 10 Kuantitas = sedang (x 12 ) : 65 Kualitas = baik (x 23 ) : 10 Kecepatan = sedang (x 32 ) : 5 Kuantitas = banyak (x 13 ) : 70 Kualitas = buruk (x 21 ) : 0 Kecepatan = cepat (x 33 ) : 10

91 77 Kuantitas = banyak (x 13 ) : 70 Kualitas = sedang (x 22 ) : 5 Kecepatan = sedang (x 32 ) : 5 Kuantitas = banyak (x 13 ) : 70 Kualitas = baik (x 23 ) : 10 Kecepatan = lama (x 31 ) : 0 Nilai kinerja Rp ,00 = Rp , Jumlah gaji tersebut diperoleh karyawan dengan kinerja: Kuantitas = sedang (x 12 ) : 65 Kualitas = baik (x 23 ) : 10 Kecepatan = cepat (x 33 ) : 10 Kuantitas = banyak (x 13 ) : 70 Kualitas = sedang (x 22 ) : 5 Kecepatan = cepat (x 33 ) : 10 Kuantitas = banyak (x 13 ) : 70 Kualitas = baik (x 23 ) : 10 Kecepatan = sedang (x 32 ) : 5 Nilai kinerja Rp ,00 = Rp , Jumlah gaji tersebut diperoleh karyawan dengan kinerja: Kuantitas = banyak (x 13 ) : 70 Kualitas = baik (x 23 ) : 10 Kecepatan = cepat (x 33 ) : 10

92 Pemerolehan Gaji PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78 Tingkatan pemerolehan gaji berdasarkan nilai kinerja yang diperoleh tersebut dapat dilihat pada grafik berikut Nilai Kinerja Dari grafik tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai kinerja yang diperoleh seorang karyawan maka semakin tinggi juga gaji yang dapat diperolehnya. 4) [Percobaan-4] Pelebaran rentang; geser batas kiri benchmark Tetapan benchmark sama, yakni: kuantitas kualitas waktu : Banyak : Baik : Cepat dengan skor 90. Pada percobaan sebelumnya, skor untuk benchmark ditetapkan pada rentang 80 sampai 95. Batas kiri untuk benchmark pada percobaan ini digeser lebih ke kiri menjadi 70 sampai 95. Pergeseran batas kiri ini juga diikuti oleh pergeseran tetapan minimal nilai, dari sebelumnya 60 sampai 100 menjadi 30 sampai 100 (akan digunakan juga untuk beberapa percobaan berikutnya).

93 79 1=λ Z Dari perhitungan yang telah dilakukan, seperti pada gambar di atas, nilai-nilai yang diperoleh untuk setiap variabel keputusan setiap level bernilai sama dengan nilai yang diperoleh pada percobaan sebelumnya, yakni x 11 =60, x 12 =65, x 13 =70, x 21 =0, x 22 =5, x 23 =10, x 31 =0, x 32 =5, dan x 33 =10. Pemerolehan nilai yang sama ini kemudian berdampak pada perhitungan yang sama juga pada berbagai kombinasi evaluasi kinerja karyawan. 5) [Percobaan-5] Penambahan pelebaran rentang; geser batas kiri benchmark Tetapan benchmark sama, yakni: kuantitas kualitas waktu : Banyak : Baik : Cepat

94 80 dengan skor 90. Pada percobaan sebelumnya, skor untuk benchmark ditetapkan pada rentang 70 sampai 95. Batas kiri untuk benchmark pada percobaan ini digeser lebih ke kiri menjadi 60 sampai 95. 1=λ Z Dari perhitungan di atas, nilai-nilai yang diperoleh untuk setiap variabel keputusan setiap level masih tetap bernilai sama dengan nilai yang diperoleh pada percobaan sebelumnya, yakni x 11 =60, x 12 =65, x 13 =70, x 21 =0, x 22 =5, x 23 =10, x 31 =0, x 32 =5, dan x 33 =10. Pemerolehan nilai yang sama ini tentunya memberikan dampak yang sama pada perhitungan berbagai kombinasi evaluasi kinerja karyawan.

95 81 6) [Percobaan-6] Penambahan pelebaran rentang; geser batas kiri benchmark Tetapan benchmark sama, yakni: kuantitas kualitas waktu : Banyak : Baik : Cepat dengan skor 90. Batas kiri untuk benchmark pada percobaan ini digeser lebih ke kiri menjadi 50 sampai 95. 1=λ Z Dari perhitungan di atas, nilai-nilai yang diperoleh untuk setiap variabel keputusan setiap level masih tetap bernilai sama dengan nilai yang diperoleh pada percobaan sebelumnya, yakni x 11 =60, x 12 =65, x 13 =70, x 21 =0, x 22 =5, x 23 =10, x 31 =0, x 32 =5, dan x 33 =10. Pemerolehan nilai yang sama ini tentunya

96 82 memberikan dampak yang sama pada perhitungan berbagai kombinasi evaluasi kinerja karyawan. 7) [Percobaan-7] Penambahan pelebaran rentang; geser batas kiri benchmark Tetapan benchmark sama, yakni: kuantitas kualitas waktu : Banyak : Baik : Cepat dengan skor 90. Batas kiri untuk benchmark pada percobaan ini digeser lebih ke kiri menjadi 40 sampai 95. 1=λ Z

97 83 Nilai-nilai yang diperoleh untuk setiap variabel keputusan setiap level, yakni x 11 =0, x 12 =5, x 13 =10, x 21 =0, x 22 =5, x 23 =10, x 31 =30, x 32 =35, dan x 33 =40. Kesimpulan 1: Dari percobaan 4, 5, 6, dan 7 di atas (tentang pergeseran nilai batas toleransi bawah), dapat diperoleh kesimpulan bahwa perubahan nilai toleransi bawah pada benchmark ternyata mempengaruhi nilai kinerja karyawan, yang merupakan hasil penjumlahan nilai untuk tiap faktor penilaian (kuantitas, kualitas, dan waktu). 8) [Percobaan-8] Perubahan nilai toleransi dan batas min-max nilai. Pada percobaan 1, 2, dan 3, digunakan skor 90 untuk kuantitas banyak, kualitas baik, dan waktu cepat. Nilai tersebut berada pada rentang 80 sampai 95 untuk nilai minimal 60 sampai maksimal 100. Dalam percobaan ini, penulis mencoba memberi perubahan nilai tersebut, yakni pada rentang 60 sampai 95 untuk nilai minimal 50 sampai maksimal 100. Jarak antar level yang digunakan tetap sama, yakni 5. Untuk percobaan ini, terjadi perubahan untuk nilai kinerja karyawan, yakni x 11 =0, x 12 =5, x 13 =10, x 21 =0, x 22 =5, x 23 =10, x 31 =50, x 32 =55, dan x 33 =60. 9) [Percobaan-9] Untuk menguji percobaan 8 di atas, maka diberikan lagi perubahan untuk rentang nilai menjadi 50 sampai 95, dan nilai minimal 40 serta maksimal 100. Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh hasil yang mengalami perubahan, yakni x 11 =0, x 12 =5, x 13 =10, x 21 =0, x 22 =5, x 23 =10, x 31 =40, x 32 =45, dan x 33 =50.

98 84 Kesimpulan 2: Dari percobaan 8 dan 9, dapat disimpulkan bahwa pergeseran nilai batas bawah toleransi dan minimal nilai, mempengaruhi nilai kinerja karyawan, yang merupakan hasil penjumlahan nilai untuk tiap faktor penilaian (kuantitas, kualitas, dan waktu). 10) [Percobaan-10] Setelah melakukan percobaan berupa penggantian nilai-nilai, dalam percobaan ini penulis mencoba melakukan penggantian pada tetapan benchmark, yakni kuantitas sedang, kualitas sedang, dan waktu sedang. Nilai-nilai lain yang diperlukan disamakan dengan percobaan awal. Dari percobaan tersebut, ditemukan adanya perubahan nilai kinerja karyawan, yakni x 11 =70, x 12 =75, x 13 =80, x 21 =0, x 22 =5, x 23 =10, x 31 =0, x 32 =5, dan x 33 =10. Kesimpulan 3: Percobaan 10 membuktikan bahwa perubahan pada tetapan benchmark juga mempengaruhi nilai kinerja karyawan.

99 85 11) [Percobaan-11] Pengaruh Tetapan Benchmark Terhadap Nilai λ Pada bab sebelumnya, telah dijelaskan tentang tetapan aturan dan standar penilaian kinerja karyawan, yakni untuk semua kriteria, karyawan harus memperoleh level tertinggi (kuantitas banyak, kualitas baik, dan waktu cepat). Tetapan tersebut diberi nilai 90 dengan toleransi 10 poin ke bawah (80) dan 5 poin ke atas (95). Ditetapkan juga nilai minimal 60 dan nilai maksimal 100 serta jarak antar level 5. Tetapan ini dapat disajikan dengan model diagram tetapan benchmark berikut. 1=λ Z

100 86 Dengan tetapan benchmark di atas, diperoleh λ bernilai 1 yang berarti keputusan yang diambil dengan menggunakan benchmark ini 100% baik atau dapat dinyatakan bahwa hasil yang diperoleh adalah hasil yang paling optimum. Dengan tetapan standar kinerja yang sama, percobaan yang perlu dilakukan untuk mengetahui terjadinya perubahan nilai pada λ adalah dengan menggeser nilai tetapan benchmark dari 90 ke nilai-nilai di bawahnya dan di atasnya. Nilai benchmark 88 Dengan tetapan aturan yang sama, perubahan nilai benchmark menjadi 88 menyebabkan perubahan pada nilai λ menjadi 0,71 yang dapat diartikan bahwa keputusan yang dihasilkan 71% baik.

101 87 Nilai benchmark 86 Dengan tetapan aturan yang sama, perubahan nilai benchmark menjadi 86 menyebabkan perubahan pada nilai λ menjadi 0,56 yang dapat diartikan bahwa keputusan yang dihasilkan 56% baik. Nilai benchmark 84 Dengan tetapan aturan yang sama, perubahan nilai benchmark menjadi 84 menyebabkan perubahan pada nilai λ menjadi 0,45 yang dapat diartikan bahwa keputusan yang dihasilkan 45% baik.

102 88 Nilai benchmark 82 Dengan tetapan aturan yang sama, perubahan nilai benchmark menjadi 82 menyebabkan perubahan pada nilai λ menjadi 0,38 yang dapat diartikan bahwa keputusan yang dihasilkan 38% baik. Nilai benchmark 92 Dengan tetapan aturan yang sama, perubahan nilai benchmark menjadi 92 tidak menyebabkan perubahan pada nilai λ, yakni 1 yang dapat diartikan bahwa keputusan yang dihasilkan 100% baik.

103 89 Nilai benchmark 94 Dengan tetapan aturan yang sama, perubahan nilai benchmark menjadi 94 tidak menyebabkan perubahan pada nilai λ, yakni 1 yang dapat diartikan bahwa keputusan yang dihasilkan 100% baik. Tetapan-tetapan nilai benchmark berikut berada pada rentang toleransi yang sama, yakni dari 80 sampai 95. Ketika nilai benchmark diganti menjadi 82 maka toleransi ke bawahnya (dari 80 sampai 82) hanya 2 poin; ketika diganti menjadi 86 maka toleransi kebawahnya (dari 80 sampai 86) menjadi 6 poin; ketika diganti 88 menjadi 8 poin; kenaikan nilai benchmark ini juga menyebabkan kenaikan nilai toleransi. Pengaruh perubahan nilai benchmark terhadap λ yang mempengaruhi keputusan yang dihasilkan dapat disajikan dalam bentuk diagram berikut.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Menurut Nash dan Sofer (1996), optimasi adalah sarana untuk mengekspresikan model matematika yang bertujuan memecahkan masalah dengan cara terbaik. Untuk tujuan bisnis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program

BAB II KAJIAN TEORI. Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program linear, metode simpleks, dan program linear fuzzy untuk membahas penyelesaian masalah menggunakan metode fuzzy

Lebih terperinci

FUZZY LINIER PROGRAMMING UNTUK PEMILIHAN JENIS KENDARAAN DALAM MENGANTISIPASI KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA MEDAN

FUZZY LINIER PROGRAMMING UNTUK PEMILIHAN JENIS KENDARAAN DALAM MENGANTISIPASI KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA MEDAN FUZZY LINIER PROGRAMMING UNTUK PEMILIHAN JENIS KENDARAAN DALAM MENGANTISIPASI KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA MEDAN Zulfikar Sembiring 1* 1 Fakultas Teknik, Universitas Medan Area * Email : zoelsembiring@gmail.com

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori himpunan fuzzy banyak diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu seperti teori kontrol dan manajemen sains, pemodelan matematika dan berbagai aplikasi dalam bidang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Program linier (Linier Programming) Pemrograman linier merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep program linier (linear programming) ditemukan dan diperkenalkan seorang ahli matematika bangsa Amerika, Dr.George Dantzig yaitu dengan dikembangkannya metode

Lebih terperinci

PENERAPAN LOGIKA FUZZY PADA PROGRAM LINEAR

PENERAPAN LOGIKA FUZZY PADA PROGRAM LINEAR PENERAPAN LOGIKA FUZZY PADA PROGRAM LINEAR T-11 RIVELSON PURBA 1 1 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE etong_extreme@yahoo.com ABSTRAK Purba, Rivelson. 01. Penerapan Logika

Lebih terperinci

BAB II MAKALAH Makalah 1 :

BAB II MAKALAH Makalah 1 : BAB II MAKALAH Makalah 1 : Analisis penilaian kinerja karyawan menggunakan Fuzzy Linear Programming (FLP). Dipresentasikan dalam Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA 2013 yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. masalah fuzzy linear programming untuk optimasi hasil produksi pada bab

BAB II KAJIAN TEORI. masalah fuzzy linear programming untuk optimasi hasil produksi pada bab BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan landasan teori mengenai program linear, konsep himpunan fuzzy, program linear fuzzy dan metode Mehar untuk membahas penyelesaian masalah fuzzy linear programming untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep program linier ditemukan dan diperkenalkan pertamakali oleh George Dantzig yang berupa metode mencari solusi masalah program linier dengan banyak variabel keputusan.

Lebih terperinci

Fungsi kendala tidak hanya dibentuk oleh pertidaksamaan tetapi juga oleh pertidaksamaan dan/atau persamaan =. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan

Fungsi kendala tidak hanya dibentuk oleh pertidaksamaan tetapi juga oleh pertidaksamaan dan/atau persamaan =. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan Fungsi kendala tidak hanya dibentuk oleh pertidaksamaan tetapi juga oleh pertidaksamaan dan/atau persamaan =. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan mempunyai variabel surplus, tidak ada variabel slack.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Fuzzy Logika fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input kedalam suatu ruang output. Titik awal dari konsep modern

Lebih terperinci

MENENTUKAN JUMLAH PRODUKSI BATIK DENGAN MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN METODE LINEAR PROGRAMMING PADA BATIK HANA

MENENTUKAN JUMLAH PRODUKSI BATIK DENGAN MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN METODE LINEAR PROGRAMMING PADA BATIK HANA MENENTUKAN JUMLAH PRODUKSI BATIK DENGAN MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN METODE LINEAR PROGRAMMING PADA BATIK HANA Indrayanti, S.T, M.Kom 1 Program Studi Manajemen Informatika,STMIK Widya Pratama Jl.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Teknik Informatika - Matematika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI SOLUSI LINEAR PROGRAMMING DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Dalam setiap perusahaan berusaha untuk menghasilkan nilai yang optimal dengan biaya tertentu yang dikeluarkannya. Proses penciptaan nilai yang optimal dapat

Lebih terperinci

Metode Simpleks M U H L I S T A H I R

Metode Simpleks M U H L I S T A H I R Metode Simpleks M U H L I S T A H I R PENDAHULUAN Metode Simpleks adalah metode penentuan solusi optimal menggunakan simpleks didasarkan pada teknik eliminasi Gauss Jordan. Penentuan solusi optimal dilakukan

Lebih terperinci

FUZZY LINEAR PROGRAMMING DENGAN FUNGSI KEANGGOTAAN KURVA-S UNTUK PENILAIAN KINERJA KARYAWAN

FUZZY LINEAR PROGRAMMING DENGAN FUNGSI KEANGGOTAAN KURVA-S UNTUK PENILAIAN KINERJA KARYAWAN FUZZY LINEAR PROGRAMMING DENGAN FUNGSI KEANGGOTAAN KURVA-S UNTUK PENILAIAN KINERJA KARYAWAN Astuti Irma Suryani ), Lilik Linawati 2) dan Hanna A. Parhusip 2) ) Mahasiswa Program Studi Matematika FSM UKSW

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk BAB II LANDASAN TEORI A. Pemrograman Linear Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk memecahkan persoalan optimasi (maksimum atau minimum) dengan menggunakan persamaan dan

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II TEORI PENUNJANG BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 LOGIKA FUZZY Titik awal dari konsep modern mengenai ketidakpastian adalah paper yang dibuat oleh Lofti A Zadeh, dimana Zadeh memperkenalkan teori yang memiliki obyek-obyek dari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, pembelian didefinisikan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, pembelian didefinisikan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi 2.1.1 Pembelian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, pembelian didefinisikan sebagai proses, pembuatan, atau cara membeli. Sedangkan Philip Kotler (2000,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Efektivitas Efektivitas berasal dari kata efektif, yang merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu effective yang artinya berhasil. Menurut kamus ilmiah popular, efektivitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear

BAB II LANDASAN TEORI. A. Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear 5 BAB II LANDASAN TEORI A Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear Persamaan linear adalah bentuk kalimat terbuka yang memuat variabel dengan derajat tertinggi adalah satu Sedangkan sistem

Lebih terperinci

Metode Simpleks (Simplex Method) Materi Bahasan

Metode Simpleks (Simplex Method) Materi Bahasan Metode Simpleks (Simplex Method) Kuliah 03 TI2231 Penelitian Operasional I 1 Materi Bahasan 1 Rumusan Pemrograman linier dalam bentuk baku 2 Pemecahan sistem persamaan linier 3 Prinsip-prinsip metode simpleks

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa definisi dan teori yang akan

BAB II KAJIAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa definisi dan teori yang akan BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa definisi dan teori yang akan digunakan pada pembahasan berdasarkan literatur yang relevan. A. Program Linear Model Program Linear (MPL) merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Teori Himpunan Fuzzy Pada himpunan tegas (crisp), nilai keanggotaan suatu item x dalam himpunan A, yang sering ditulis dengan memiliki dua kemungkinan, yaitu: 1 Nol (0), yang berarti

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Model Matematika Model matematika adalah suatu rumusan matematika (dapat berbentuk persamaan, pertidaksamaan, atau fungsi) yang diperoleh dari hasil penafsiran seseorang ketika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemrograman Non Linier Pemrograman Non linier merupakan pemrograman dengan fungsi tujuannya saja atau bersama dengan fungsi kendala berbentuk non linier yaitu pangkat dari variabelnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Menurut Aminudin (2005), program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Program Linear Program Linear adalah suatu cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah optimasi suatu model linear dengan berbagai kendala yang dihadapinya. Masalah program

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas di antara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan cara

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIVITAS MASALAH TRANSPORTASI DAN PENERAPANNYA PADA PENDISTRIBUSIAN PRODUK OTENTIK COFFEE YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SKRIPSI

ANALISIS SENSITIVITAS MASALAH TRANSPORTASI DAN PENERAPANNYA PADA PENDISTRIBUSIAN PRODUK OTENTIK COFFEE YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SKRIPSI ANALISIS SENSITIVITAS MASALAH TRANSPORTASI DAN PENERAPANNYA PADA PENDISTRIBUSIAN PRODUK OTENTIK COFFEE YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI MENGGUNAKAN MODEL LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus : Usaha Kecil Menengah Kue Semprong)

OPTIMALISASI PRODUKSI MENGGUNAKAN MODEL LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus : Usaha Kecil Menengah Kue Semprong) OPTIMALISASI PRODUKSI MENGGUNAKAN MODEL LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus : Usaha Kecil Menengah Kue Semprong) Ai Nurhayati 1, Sri Setyaningsih 2,dan Embay Rohaeti 2. Program Studi Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Jurnal TIMES, Vol. IV No 2 : 24-30, 2015 ISSN : Harold Situmorang

Jurnal TIMES, Vol. IV No 2 : 24-30, 2015 ISSN : Harold Situmorang Jurnal TIMES, Vol. IV No 2 : 24-30, 205 ISSN : 2337-360 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN LANGKAT PADA MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 2 TANJUNG PURA DENGANMENGGUNAKAN

Lebih terperinci

Aplikasi Fuzzy Goal Programming (Studi Kasus: UD. Sinar Sakti Manado) Application Of Fuzzy Goal Programming (Case Study: UD. Sinar Sakti Manado)

Aplikasi Fuzzy Goal Programming (Studi Kasus: UD. Sinar Sakti Manado) Application Of Fuzzy Goal Programming (Case Study: UD. Sinar Sakti Manado) Aplikasi Fuzzy Goal Programming (Studi Kasus: UD. Sinar Sakti Manado) Felliks F. Tampinongkol 1, Altien J. Rindengan 2, Luther A. Latumakulita 3 1 Program Studi Matematika, FMIPA, UNSRAT Manado, fftampinongkol09@gmail.com

Lebih terperinci

Manajemen Sains. Eko Prasetyo. Teknik Informatika UMG Modul 3 PEMROGRAMAN LINIER METODE SIMPLEKS

Manajemen Sains. Eko Prasetyo. Teknik Informatika UMG Modul 3 PEMROGRAMAN LINIER METODE SIMPLEKS Modul 3 PEMROGRAMAN LINIER METODE SIMPLEKS Dalam menggunakan metode simpleks, hal yang perlu diperhatikan adalah mengonversi constraint yang masih dalam bentuk pertidaksamaan menjadi persamaan menggunakan

Lebih terperinci

METODE BIG M. Metode Simpleks, oleh Hotniar Siringoringo, 1

METODE BIG M. Metode Simpleks, oleh Hotniar Siringoringo, 1 METODE BIG M Sering kita menemukan bahwa fungsi kendala tidak hanya dibentuk oleh pertidaksamaan tapi juga oleh pertidakasamaan dan/atau persamaan (=). Fungsi kendala dengan pertidaksamaan mempunyai surplus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program linier merupakan metode matematika dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan, seperti memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu teknik penyelesaian optimal atas suatu problema keputusan dengan cara menentukan terlebih dahulu fungsi tujuan (memaksimalkan atau meminimalkan)

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMOTONGAN BALOK KAYU DENGAN POLA PEMOTONGAN SATU DIMENSI MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKIT KOLOM (COLUMN GENERATION TECHNIQUE) SKRIPSI

OPTIMASI PEMOTONGAN BALOK KAYU DENGAN POLA PEMOTONGAN SATU DIMENSI MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKIT KOLOM (COLUMN GENERATION TECHNIQUE) SKRIPSI OPTIMASI PEMOTONGAN BALOK KAYU DENGAN POLA PEMOTONGAN SATU DIMENSI MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKIT KOLOM (COLUMN GENERATION TECHNIQUE) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAMA LINIER : DUALITAS DAN ANALISIS SENSITIVITAS

BAB VI PROGRAMA LINIER : DUALITAS DAN ANALISIS SENSITIVITAS BAB VI PROGRAMA LINIER : DUALITAS DAN ANALISIS SENSITIVITAS 6.1 Teori Dualitas Teori dualitas merupakan salah satu konsep programa linier yang penting dan menarik ditinjau dari segi teori dan praktisnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan diberikan kajian teori mengenai matriks dan operasi matriks, program linear, penyelesaian program linear dengan metode simpleks, masalah transportasi, hubungan masalah

Lebih terperinci

Optimalisasi Produksi Di Industri Garment Dengan Menggunakan Metode Simpleks

Optimalisasi Produksi Di Industri Garment Dengan Menggunakan Metode Simpleks JURNAL INFORMATIKA, Vol.4 No.1 April 2017, pp. 12~20 ISSN: 2355-6579 E-ISSN: 2528-2247 12 Optimalisasi Produksi Di Industri Garment Dengan Menggunakan Metode Simpleks Rizal Rachman STMIK Nusa Mandiri Jakarta

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-3. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

METODE SIMPLEKS MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-3. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia METODE SIMPLEKS MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-3 Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan (1) Metode simpleks merupakan sebuah prosedur matematis

Lebih terperinci

Manajemen Sains. Pemrograman Linier (Metode Simpleks) Eko Prasetyo Teknik Informatika Univ. Muhammadiyah Gresik 2011

Manajemen Sains. Pemrograman Linier (Metode Simpleks) Eko Prasetyo Teknik Informatika Univ. Muhammadiyah Gresik 2011 Manajemen Sains Pemrograman Linier (Metode Simpleks) Eko Prasetyo Teknik Informatika Univ. Muhammadiyah Gresik 2011 Komponen dasar Variabel keputusan yang kita cari untuk ditentukan Objective (tujuan)

Lebih terperinci

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING BAB 3 LINEAR PROGRAMMING Teori-teori yang dijelaskan pada bab ini sebagai landasan berpikir untuk melakukan penelitian ini dan mempermudah pembahasan hasil utama pada bab selanjutnya. 3.1 Linear Programming

Lebih terperinci

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING Media Informatika, Vol. 3 No. 1, Juni 2005, 25-38 ISSN: 0854-4743 FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING Sri Kusumadewi, Idham Guswaludin Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasi yang mampu menyelesaikan masalah optimasi sejak diperkenalkan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasi yang mampu menyelesaikan masalah optimasi sejak diperkenalkan di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemrograman Linier (Linear Programming) Pemrograman linier (linear programming) merupakan salah satu teknik riset operasi yang mampu menyelesaikan masalah optimasi sejak diperkenalkan

Lebih terperinci

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi Lecture 4: (B) Supaya terdapat penyelesaian basis awal yang fisibel, pada kendala berbentuk = dan perlu ditambahkan variabel semu (artificial variable) pada ruas kiri bentuk standarnya, untuk siap ke tabel

Lebih terperinci

SKRIPSI SOLUSI INTEGER UNTUK MASALAH PEMROGRAMAN LINEAR BILEVEL. Jessica Christella NPM:

SKRIPSI SOLUSI INTEGER UNTUK MASALAH PEMROGRAMAN LINEAR BILEVEL. Jessica Christella NPM: SKRIPSI SOLUSI INTEGER UNTUK MASALAH PEMROGRAMAN LINEAR BILEVEL Jessica Christella NPM: 2013710013 PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN SAINS UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN 2017 FINAL

Lebih terperinci

Teknik Riset Operasi. Oleh : A. AfrinaRamadhani H. Teknik Riset Operasi

Teknik Riset Operasi. Oleh : A. AfrinaRamadhani H. Teknik Riset Operasi Oleh : A. AfrinaRamadhani H. 1 PERTEMUAN 7 2 METODE BIG M Sering kita menemukan bahwa fungsi kendala tidak hanya dibentuk oleh pertidaksamaan tapi juga oleh pertidakasamaan dan/atau persamaan (=). Fungsi

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW)

ANALISIS PEMILIHAN CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) ANALISIS PEMILIHAN CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) Dini MH. Hutagalung Program Studi Sistem Informasi Universitas Sari Mutiara Indonesia mhdini@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori mengenai Sistem Pendukung Keputusan, penelitan lain yang berhubungan dengan sistem pendukung keputusan, Simple Additve Weighting (SAW), dan Weighted

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produk Menurut Daryanto (2011:49) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan atau dikonsumsi dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sebuah aplikasi berupa Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System) mulai dikembangkan pada tahun 1970. Decision Support Sistem (DSS) dengan

Lebih terperinci

METODE dan TABEL SIMPLEX

METODE dan TABEL SIMPLEX METODE dan TABEL SIMPLEX Mengubah bentuk baku model LP ke dalam bentuk tabel akan memudahkan proses perhitungan simplex. Langkah-langkah perhitungan dalam algoritma simplex adalah :. Berdasarkan bentuk

Lebih terperinci

Perhatikan model matematika berikut ini. dapat dibuat tabel

Perhatikan model matematika berikut ini. dapat dibuat tabel 4. Metode Simpleks Maks/min : h.m Perhatikan model matematika berikut ini. simpleksnya yaitu. dapat dibuat tabel Cb VDB Q M M Penilai an Z Keterangan: = variabel ke-j (termasuk variabel slack dan surplus)..

Lebih terperinci

PENERAPAN PROGRAM LINIER DALAM OPTIMASI BIAYA PAKAN IKAN DENGAN METODE SIMPLEKS (STUDI KASUS PT. INDOJAYA AGRINUSA MEDAN)

PENERAPAN PROGRAM LINIER DALAM OPTIMASI BIAYA PAKAN IKAN DENGAN METODE SIMPLEKS (STUDI KASUS PT. INDOJAYA AGRINUSA MEDAN) PENERAPAN PROGRAM LINIER DALAM OPTIMASI BIAYA PAKAN IKAN DENGAN METODE SIMPLEKS (STUDI KASUS PT. INDOJAYA AGRINUSA MEDAN) Beby Sundary (1011297) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK Budi Darma

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka pada bab ini akan membahas tentang pengertian dan penjelasan yang berkaitan dengan fungsi, turunan parsial, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, fungsi konveks

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini dibahas beberapa definisi dan konsep-konsep yang

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini dibahas beberapa definisi dan konsep-konsep yang BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini dibahas beberapa definisi dan konsep-konsep yang digunakan untuk membahas aplikasi PLFTG untuk investasi portofolio saham. A. Pemrograman Linear Pemrograman matematis

Lebih terperinci

ALGORITMA METODE SIMPLEKS (PRIMAL)

ALGORITMA METODE SIMPLEKS (PRIMAL) ALGORITMA METODE SIMPLEKS (PRIMAL) Artificial Variable Algoritma Simpleks Metode M (Method of penalty) Metode dua fase Tabel Simpleks dalam bentuk matriks Artificial Variable (AV) Apabila terdapat satu

Lebih terperinci

Ada beberapa kasus khusus dalam simpleks. Kadangkala kita akan menemukan bahwa iterasi tidak berhenti, karena syarat optimalitas atau syarat

Ada beberapa kasus khusus dalam simpleks. Kadangkala kita akan menemukan bahwa iterasi tidak berhenti, karena syarat optimalitas atau syarat Muhlis Tahir Ada beberapa kasus khusus dalam simpleks. Kadangkala kita akan menemukan bahwa iterasi tidak berhenti, karena syarat optimalitas atau syarat kelayakan tidak pernah dapat terpenuhi. Adakalanya

Lebih terperinci

Oleh : Tutut Maitanti*, Ema Utami**, Emha Taufiq Luthfi**

Oleh : Tutut Maitanti*, Ema Utami**, Emha Taufiq Luthfi** PENERAPAN TOPSIS FUZZY MADM DALAM MEMBANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMAAN BEASISWA Oleh : Tutut Maitanti*, Ema Utami**, Emha Taufiq Luthfi** STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Berikut ini merupakan pembahasan kajian-kajian tersebut.

BAB II KAJIAN TEORI. Berikut ini merupakan pembahasan kajian-kajian tersebut. BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai kajian teori yang digunakan sebagai dasar penulisan tugas akhir ini berdasarkan literatur yang relevan. Berikut ini merupakan pembahasan kajian-kajian

Lebih terperinci

Metode Simpleks dalam Bentuk Tabel (Simplex Method in Tabular Form) Materi Bahasan

Metode Simpleks dalam Bentuk Tabel (Simplex Method in Tabular Form) Materi Bahasan Metode Simpleks dalam Bentuk Tabel (Simplex Method in Tabular Form) Kuliah 04 TI2231 Penelitian Operasional I 1 Materi Bahasan 1 Metode simpleks dalam bentuk tabel 2 Pemecahan untuk masalah minimisasi

Lebih terperinci

ANALISIS EVALUASI KINERJA PEJABAT STRUKTURAL DENGAN METODE LINEAR PROGRAMMING

ANALISIS EVALUASI KINERJA PEJABAT STRUKTURAL DENGAN METODE LINEAR PROGRAMMING ANALISIS EVALUASI KINERJA PEJABAT STRUKTURAL DENGAN METODE LINEAR PROGRAMMING Maria Adelvin Londa 1, Yudi Dwiandiyanta 2 Ernawati 3 1,2 Program Studi Magister Teknik Informatika, Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

OPTIMALISALI KASUS PEMROGRAMAN LINEAR DENGAN METODE GRAFIK DAN SIMPLEKS

OPTIMALISALI KASUS PEMROGRAMAN LINEAR DENGAN METODE GRAFIK DAN SIMPLEKS OPTIMALISALI KASUS PEMROGRAMAN LINEAR DENGAN METODE GRAFIK DAN SIMPLEKS RISNAWATI IBNAS Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UINAM risnawati988@gmail.com Info: Jurnal MSA Vol. 2 No. 1 Edisi:

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik Bab 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan penjelasan singkat mengenai pengantar proses stokastik dan rantai Markov, yang akan digunakan untuk analisis pada bab-bab selanjutnya. 2.1 Pengantar Proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Matriks 2.1.1 Pengertian Matriks Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan bilangan. Bilanganbilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks (Anton,

Lebih terperinci

Bentuk Standar. max. min

Bentuk Standar. max. min Teori Dualitas 2 Konsep Dualitas Setiap permasalahan LP mempunyai hubungan dengan permasalahan LP lain Masalah dual adalah sebuah masalah LP yang diturunkan secara matematis dari satu model LP primal 3

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING Jurnal Manajemen Informatika dan Teknik Komputer Volume, Nomor, Oktober 05 PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode-metode ilmiah dari teori-teori yang digunakan dalam penyelesaian persoalan untuk menentukan model program linier dalam produksi.. 2.1 Teori

Lebih terperinci

MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN DENGAN PENDEKATAN METODE SIMPLEKS Kasus pada Pabrik Sosis SM

MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN DENGAN PENDEKATAN METODE SIMPLEKS Kasus pada Pabrik Sosis SM Jurnal Liquidity Vol., No., Januari-Juni 3, hlm. 59-65 MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN DENGAN PENDEKATAN METODE SIMPLEKS Kasus pada Pabrik Sosis SM Yanti Budiasih STIE Ahmad Dahlan Jakarta Jl. Ciputat Raya No.

Lebih terperinci

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Metode simpleks merupakan sebuah prosedur matematis berulang untuk menemukan penyelesaian optimal soal programa

Lebih terperinci

MODEL PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN MOTOR BEKAS MENGGUNAKAN BASIS DATA FUZZY MODEL TAHANI DAN ATURAN MAX-MIN

MODEL PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN MOTOR BEKAS MENGGUNAKAN BASIS DATA FUZZY MODEL TAHANI DAN ATURAN MAX-MIN MODEL PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN MOTOR BEKAS MENGGUNAKAN BASIS DATA FUZZY MODEL TAHANI DAN ATURAN MAX-MIN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) UNTUK PENENTUAN STATUS PENGANGKATAN KARYAWAN

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) UNTUK PENENTUAN STATUS PENGANGKATAN KARYAWAN PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) UNTUK PENENTUAN STATUS PENGANGKATAN KARYAWAN Titin Prihatin Program Studi Teknik Informatika, STMIK Nusa Mandiri Jakarta Jl Kramat Raya no.18 Jakarta Pusat

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Sistem Produksi Secara umum produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era golobalisasi saat ini modernisasi terjadi pada segala aspek kehidupan, demikian pula juga halnya dengan teknologi yang berkembang begitu pesat. dengan perkembangan

Lebih terperinci

Pengubahan Model Ketidaksamaan Persamaan

Pengubahan Model Ketidaksamaan Persamaan METODA SIMPLEKS Metoda Simpleks Suatu metoda yang menggunakan prosedur aljabar untuk menyelesaikan programa linier. Proses penyelesaiannya dengan melakukan iterasi dari fungsi pembatasnya untuk mencapai

Lebih terperinci

bi = vektor berkaitan dengan tingkat aspirasi goal pada objektif yang ke i fi(x) = fungsi kendala dan goal

bi = vektor berkaitan dengan tingkat aspirasi goal pada objektif yang ke i fi(x) = fungsi kendala dan goal PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DENGAN MODEL FUZZY GOAL PROGRAMMING PADA INDUSTRI ALAT MUSIK Suriadi AS Program Studi Teknik dan Manajemen Industri, STMI Jakarta suriadiasalam@yahoo.co.id ABSTRAK Perencanaan

Lebih terperinci

ANALISIS OPTIMASI PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINEAR PROGRAMMING DAN FUZZY LINEAR PROGRAMMING (STUDI KASUS PADA PT LUMBUNG PANGAN)

ANALISIS OPTIMASI PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINEAR PROGRAMMING DAN FUZZY LINEAR PROGRAMMING (STUDI KASUS PADA PT LUMBUNG PANGAN) TUGAS AKHIR ANALISIS OPTIMASI PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINEAR PROGRAMMING DAN FUZZY LINEAR PROGRAMMING (STUDI KASUS PADA PT LUMBUNG PANGAN) Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratam akademik

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pemotongan kayu sering dialami oleh industri yang memproduksi batangan-batangan kayu menjadi persediaan kayu dalam potonganpotongan yang lebih

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER Dian Wirdasari Abstrak Metode simpleks merupakan salah satu teknik penyelesaian dalam program linier yang digunakan sebagai teknik pengambilan keputusan dalam permasalahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB LANDASAN TEORI Efisiensi Menurut Vincent Gaspersz (998, hal 4), efisiensi adalah ukuran yang menunjukan bagaimana baiknya sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output Efisiensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan landasan teori tentang optimasi, fungsi, turunan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan landasan teori tentang optimasi, fungsi, turunan, BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan landasan teori tentang optimasi, fungsi, turunan, pemrograman linear, metode simpleks, teorema dualitas, pemrograman nonlinear, persyaratan karush kuhn

Lebih terperinci

PEMERINGKATAN PENERIMA BEASISWA BANTUAN BELAJAR MAHASISWA DI FAKULTAS MIPA UNS MENGGUNAKAN FUZZY SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

PEMERINGKATAN PENERIMA BEASISWA BANTUAN BELAJAR MAHASISWA DI FAKULTAS MIPA UNS MENGGUNAKAN FUZZY SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING PEMERINGKATAN PENERIMA BEASISWA BANTUAN BELAJAR MAHASISWA DI FAKULTAS MIPA UNS MENGGUNAKAN FUZZY SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING Oleh NUR INDAH NIM. M0109055 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier merupakan model matematik untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber organisasi. Kata sifat linier digunakan untuk menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bagian ini diberikan beberapa konsep dasar yang menjadi landasan berpikir dalam penelitian ini, seperti pengertian persediaan, metode program linier. 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Logika Fuzzy Fuzzy secara bahasa diartikan sebagai kabur atau samar yang artinya suatu nilai dapat bernilai benar atau salah secara bersamaan. Dalam fuzzy dikenal derajat keanggotan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PERNYATAAN. ABSTRAK KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMAKASIH. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI. LEMBAR PERNYATAAN. ABSTRAK KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMAKASIH. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN. ABSTRAK KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMAKASIH. DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v vi ix x xi BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang..... 1.2 Rumusan

Lebih terperinci

Optimalisasi Produksi Di Industri Garment Dengan Menggunakan Metode Simpleks

Optimalisasi Produksi Di Industri Garment Dengan Menggunakan Metode Simpleks INFORMATIKA, Vol.3 September 2016, pp. 12~20 ISSN: 2355-6579 E-ISSN: 2528-2247 12 Optimalisasi Produksi Di Industri Garment Dengan Menggunakan Metode Simpleks Rizal Rachman STMIK Nusa Mandiri Jakarta e-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan mampu membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. besar dan mampu membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi globalisasi dunia saat ini mendorong persaingan diantara para pelaku bisnis yang semakin ketat. Di Indonesia sebagai negara berkembang, pembangunan

Lebih terperinci

Riset Operasional LINEAR PROGRAMMING

Riset Operasional LINEAR PROGRAMMING Bahan Kuliah Riset Operasional LINEAR PROGRAMMING Oleh: Darmansyah Tjitradi, MT. PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL UNLAM 25 1 ANALISA SISTEM Agar lebih mendekati langkah-langkah operasional, Hall & Dracup

Lebih terperinci

1) Formulasikan dan standarisasikan modelnya 2) Bentuk tabel awal simpleks berdasarkan informasi model di atas 3) Tentukan kolom kunci di antara

1) Formulasikan dan standarisasikan modelnya 2) Bentuk tabel awal simpleks berdasarkan informasi model di atas 3) Tentukan kolom kunci di antara 1) Formulasikan dan standarisasikan modelnya 2) Bentuk tabel awal simpleks berdasarkan informasi model di atas 3) Tentukan kolom kunci di antara kolom-kolom variabel yang ada, yaitu kolom yang mengandung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti Riset Operasi Ada beberapa pengertian Riset Operasi menurut para ahli, di antaranya: Secara Global Riset operasi adalah penerapan metode-metode ilmiah terhadap masalah-masalah

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI TELEVISI MERK X MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI TELEVISI MERK X MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI TELEVISI MERK X MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI Ahmad Mufid Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telpon

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMROGRAMAN LINEAR PADA APLIKASI PENENTUAN NILAI OPTIMAL DENGAN VARIABEL DAN KONSTRAIN YANG DINAMIS

PENERAPAN PEMROGRAMAN LINEAR PADA APLIKASI PENENTUAN NILAI OPTIMAL DENGAN VARIABEL DAN KONSTRAIN YANG DINAMIS PENERAPAN PEMROGRAMAN LINEAR PADA APLIKASI PENENTUAN NILAI OPTIMAL DENGAN VARIABEL DAN KONSTRAIN YANG DINAMIS SKRIPSI Oleh : ARIEFIANI RACHMALINA NINGSIH 0734010058 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

Dual Pada Masalah Maksimum Baku

Dual Pada Masalah Maksimum Baku Dual Pada Masalah Maksimum aku Setiap masalah program linear terkait dengan masalah dualnya. Kita mulai dengan motivasi masalah ekonomi terhadap dual masalah maksimum baku. Sebuah industri rumah tangga

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-5

METODE SIMPLEKS MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-5 METODE SIMPLEKS MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-5 Riani Lubis JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan (1) Metode simpleks merupakan sebuah prosedur matematis berulang

Lebih terperinci

PROGRAM FRAKSIONAL LINIER DENGAN KOEFISIEN INTERVAL. Annisa Ratna Sari 1, Sunarsih 2, Suryoto 3. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang

PROGRAM FRAKSIONAL LINIER DENGAN KOEFISIEN INTERVAL. Annisa Ratna Sari 1, Sunarsih 2, Suryoto 3. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang PROGRAM FRAKSIONAL LINIER DENGAN KOEFISIEN INTERVAL Annisa Ratna Sari 1, Sunarsih 2, Suryoto 3 1,2,3 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang Abstract.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang akan digunakan untuk menunjang dalam proses pembuatan tugas akhir ini.

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang akan digunakan untuk menunjang dalam proses pembuatan tugas akhir ini. BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang akan digunakan untuk menunjang dalam proses pembuatan tugas akhir ini. 2.1 CLUSTERING Clustering adalah proses pengelompokkan suatu

Lebih terperinci