BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA"

Transkripsi

1 29 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan Elemen Penyusun Peta VSM Uji Keseragaman dan Kecukupan Data VAT dan NVAT Untuk menghitung waktu siklus yang akurat diperlukan banyak data yang akan mendukung tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian pada suatu hasil pengukuran. Oleh karena itu dalam setiap kelompok data harus diadakan uji keseragaman data maupun uji kecukupan data untuk menentukan seberapa jumlah data yang digunakan pada perhitungan selanjutnya dalam rangka penentuan waktu baku. Apabila data tidak seragam, maka dilakukan pengurangan data yang ekstrim. Sedangkan apabila data yang ada tidak mencukupi maka dilakukan penambahan data hingga nilai N < N. Setiap kelompok data harus memenuhi uji keseragaman data dan uji kecukupan data. Contoh perhitungan uji keseragaman data proses loading pada stasiun LPDC 1. Data pengukuran waktu tersebut adalah sebagai berikut:

2 30 No Xi Xi- (Xi- ) 2 No Xi Xi- (Xi- ) Tabel 4.1 Data pengukuran waktu Loading operator LPDC Xi = X = = detik 30

3 31 Standar deviasi n 1 σ = ( x ( n 1) i= 1 _ i x ) 2 = = 3 x 1.64 = 4.92 UCL = _ x + 3 = = LCL = _ x 3 = = Karena tidak terdapat data yang ada di luar batas kendali, maka dapat disimpulkan bahwa data yang ada telah seragam. Adapun UCL, CL dan LCL ini dapat diilustrasikan dalam bentuk grafik sebagai berikut : Grafik 4.1. Grafik keseragaman data loading operator LPDC

4 30 Sedangkan berikut ini adalah contoh perhitungan uji kecukupan data loading pada LPDC 1. Data pengukuran waktu tersebut sebagai berikut : No Xi Xi 2 No Xi Xi Tabel 4.2. Perhitungan kuadrat data

5 31 xi = xi 2 = Uji kecukupan data untuk tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5%.adalah sebagai berikut : 40 N ' = N Xi 2 ( Xi Xi) 2 2 = = ( ) ( ) = 0.91 Karena N < N (0.91 < 30) maka data yang ada dikatakan telah mencukupi Analisis Tiap Stasiun Kerja Stasiun kerja pada proses produksi Blank Cylinder Head. meliputi stasiun kerja Melting, LPDC, Chipping, Cutting, Trimming, Treatment, Blasting, dan Final Inspection. Masing-masing stasiun kerja menempati area yang berbeda, sehingga pemindahan bahan dari stasiun kerja satu ke stasiun kerja yang lain memerlukan alat pemindah, seperti Forklift, Kereta dorong. Berikut akan diulas mengenai detail dari

6 32 masing-masing stasiun kerja pada produksi Blank Cylinder Head hingga elemen pekerjaan yang dilakukan oleh operatornya berdasarkan kondisi realita di pabrik. 1) Stasiun Melting Stasiun kerja Melting merupakan Stasiun pertama pada proses pembuatan Blank Cylinder Head. Proses ini dapat dikatakan dapurnya proses pembuatan Blank Cylinder Head karena proses produksinya adalah melebur Alumunium AC4B menjadi alumunium cair atau Molten. Stasiun ini memiliki dua orang operator. Awal kerja dimulai dengan salah seorang dari dua operator di Stasiun ini mengambil Ingot atau Alumium batang dari tempat Stock kemudian di bawa dengan Forklift dan diletakkan disamping pintu Tungku Melting. Jumlah Ingot yang dibawa tergantung dengan kebutuhan berapa banyak Ingot yang akan dilebur tergantung dengan rencana produksi dan kapasitas yang tersisa di Tungku Melting. Proses selanjutnya adalah; Charging, yaitu proses melempar Alumunium Ingot ke dalam Tungku Melting. Proses ini dilakukan manual menggunakan tenaga manusia. Maka untuk meringankan beban berat Alumunium batangan tersebut, proses charging ini dilakukan secara bersamaan dua orang. Fluxing, Proses ini dilakukan kira-kira dua Jam setelah proses Melting. Proses ini adalah proses menaburkan Bubuk Fluxing yang bertujuan agar Bubuk Fluxing tersebut bereaksi dengan kotoran Molten di dalam Tungku dan

7 33 mengangkatnya ke permukaan. Setelah Bubuk Fluxing di taburkan dalam tungku, kemudian di tunggu selama lima belas menit untuk memberikan waktu kapada Bubuk Fluxing untuk bereaksi dengan kotoran Ingot. Waktu ini di sebut dengan Killing Time. Sluging, proses ini dilakukan setelah Killing Time, proses ini adalah mengangkat kotoran yang ada di permukaan hasil dari reaksi Bubuk Fluxing dengan kotoran. Kotoran yang Nampak pada permukaan tungku di tarik keluar dengan menggunakan Sluging Rod, yaitu alat yang Nampak seperti sekop pasir tetapi sangat panjang. Proses ini dilakukan oleh dua orang operator Melting. Karena proses ini memang cukup memiliki beban yang berat. Tapping, Proses mengeluarkan cairan Molten dari Tungku Melting kedalam wadah yang di sebut Ladle Transport yang nantinya akan dikirim ke mesin LPDC. GBF (Gas Buble Flocation), yaitu proses mengangkat gas Hidrogen yang ada di dalam Molten dalam Leadle Transport. Ladle Transport yang berisi Molten di letakkan di bawah mesin GBF, kemudian Rotor dari mesin GBF masuk ke Molten dan mengeluarkan Gas Argon agar bereaksi dengan gas Hidrogen. Proses ini di biarkan selama delapan menit.

8 34 Gambar 4.1 Mesin GBF Setelah proses-proses tersebut barulah Molten dalam Ladle Transport dikirim ke mesin LPDC dengan menggunakan Forklift. Rata-rata proses tansport Molten membutuhkan waktu sekitar lima sampai sepuluh menit per mesin. Proses ini tidak di ikutkan dalam penghitungan Process Cycle Efficiency dalam kasus ini. Hal ini dikarenakan proses produksinya yang tidak tergantung dengan proses selanjutnya. Mesin Melting mempunyai kapasitas 2000 Kg, artinya apabila suatu hari hanya membutuhkan 750 Kg, maka mesin Melting bisa saja tidak melakukan peleburan, karena untuk kebutuhan esok harinya masih sisa 1250 Kg. Artinya tidak ada ketetapan waktu kapan harus dilakukan peleburan. Dari sisi 2 orang operatornya juga tidak dapat di hitung PCE-nya. Memang seolah-olah dua orang operatornya ada sisa waktu sekitar dua jam per sekali lebur. Namun pada actual dilapangannya, waktu tersebut mereka lakukan untuk menangani part reject dan memang itu Job mereka.

9 35 2) Stasiun LPDC Stasiun LPDC (Low Preassure Die Casting) adalah proses pembentukan dimensi Blank Cylinder Head. Molten dari Stasiun Melting di masukkan ke dalam Holding Mesin. Molten yang ada di dalam Holding diberi tekanan sebesar 0.25 Kg/cm 2 ke dalam Dies yang berada di Mesin LPDC. Stasiun LPDC terdiri dari 4 mesin LPDC. Pada proses ini, ada beberapa material pendukung dalam pembentukkan dimensi Blank Cylinder Head. Material-meterial tersebut adalah Jacket Core, Tappet Core, Chain Core, Port Core In, dan Port Core Ex. Semua material pendukung tersebut terbuat dari pasir Resin. Jacket Core Port Core Jacket Core Tappet Core Gambar 4.2 Insert Core Awal proses kerja pada saat Dies masih membuka, operator memasang Jacket Core dan Tappet Core ke dalam Dies, sambil melihat adakah kotoran atau alumunium sisa proses sebelumnya. Apabila ada kotoran atau alumunium sisa proses

10 36 sebelumnya maka harus di bersihkan terlebih dahulu sehingga membutuhkan waktu yang mengurangi kapasitas produksi. Setelah operator memasukkan Jacket Core dan Tappet Core. Dies akan menutup setengah, kemudian operator memasukkan Tappet Core dan Port Core. Setelah itu baru Dies Menutup dan proses LPDC berjalan. Proses LPDC ini memakan waktu selama 197 detik. Selama Proses LPDC ini Berjalan, operator melakukan Trimming atau pembersihan pada Blank Cylinder Head hasil proses sebelumnya. Selain trimming operator juga melakukan visual inspection pada Blank Cylinder Head tersebut. Setelah selesai di Trimming dan di cek visual, Blank Cylinder Head ditempatkan pada kereta yang tersedia dekat operator. Blank yang kualitasnya baik ditempatkan pada kereta warna biru muda, sedangkan Blank yang Reject di masukkan ke dalam kereta Merah. Trimmin Gambar 4.3 Blank hasil proses LPDC dan bagian yang akan di Trimming Kereta LPDC berkapasitas 100 buah Blank Cylinder Head. Setelah kereta penuh, maka kereta dipindahkan menggunakan Craine ke area stock LPDC. Di sini

11 37 Blank Cylinder Head di lakukan Treatmen dengan pendinginan menggunakan kipas angin. Proses ini sangat sensitif terhadap perubahan suhu, adanya kotoran dan campuran Gas Hidrogen, serta tekanan mesin. Sehingga menyebabkan proses ini menghasilkan tidak sedikit Blank reject. Setiap harinya bisa sampai 8% - 10%. Reject yang terbesar adalah Blank yang bocor, Blank Keropos, dan Blank Misrun Sirip. Berikut ini adalah Pengujian keseragaman data dan kecukupan data dalam satuan waktu yang di ambil pada stasiun LPDC terhadap Loading, Man Power Time, dan Handling Material;

12 38 Element Kerja Stasiun Rata-rata Max Min UCL LCL N' LPDC Loading LPDC LPDC LPDC LPDC MP Time LPDC LPDC LPDC LPDC Handling LPDC LPDC LPDC Tabel 4.3 Data Loading, MP Time, dan Handling LPDC Data-data di atas menunjukkan bahwa data yang diambil seragam dan telah memenuhi syarat kecukupan data. Maka data dapat digunakan untuk penghitungan Proses Cycle Efficiensy. Selanjutnya berikut ini adalah data yang diambil dari laporan produksi;

13 39 Stasiun Inventory Down time/hari(menit) Set up time/hari (menit) Change over/day (menit) Reject/hari (PCS) LPDC LPDC LPDC LPDC Tabel 4.4 Data dari laporan produksi LPDC 3) Stasiun Chipping Stasiun Chipping memiliki 2 Mesin Chipping. Stasiun ini adalah merontokkan Jacket Core, Tappet Core, Chain Core, dan Port Core. Sebelum di rontokkan dalam mesin Chipping, terlebih dahulu operator melunakkan Core tersebut secara manual dengan alat yang dinamakan Alloy. Alat tersebut prinsip penggunaannya juga dengan cara Penggetaran batang Alloy-nya menggunakan energi listrik. Proses perontokkan secara manual ini bertujuan untuk mengurangi beban mesin Chipping dan mempercepat proses perontokkan pasir.

14 40 Gambar 4.4 Part di dalam mesin Chipping Setelah memperkirakan bahwa Core sudah cukup digetarkan secara manual, maka Blank Cylinder head dimasukkan ke dalam mesin untuk digetarkan dengan menggunakan Batang besi yang disebut Hammer. Mesin Chipping ini tidak mempunyai katetapan waktu proses, karena untuk menghidupkan dan mematikan mesin pada proses perontokkan dilakukan secara manual oleh operator. Lama pengerjaan mesin tergantung dengan lama operator dalam merontokkan Core secara manual. Memang pada saat observasi di lapangan kecepatan perontokkan Core dengan mesin lebih cepat dari perontokkan secara Manual. Berikut ini adalah pengujian data dalam satuan detik dari data pengukuran lama operator dalam perontokkan Core secara manual yang menjadi Cycle Time stasiun Chipping;

15 41 Element Kerja Loading Stasiun Rata-rata Max Min UCL LCL N' Chipping Chipping Tabel 4.5 Data Loading, MP Time, dan Handling Chipping Data-data di atas menunjukkan bahwa data yang diambil seragam dan telah memenuhi syarat kecukupan data. Maka data dapat digunakan untuk penghitungan Proses Cycle Efficiensy. Selanjutnya berikut ini adalah data yang diambil dari laporan produksi; Stasiun Inv Down time /hari(menit) Reject/hari (PCS) Chipping Chipping Tabel 4.6 Data dari laporan produksi LPDC 4) Stasiun Cutting Setelah Core dirontokkan di mesin Chipping, maka proses selanjutnya adalah proses Cutting. Yaitu memotong Gate yang terbentuk pada proses LPDC. Gate merupakan pintu antara Holding mesin dan Dies. Sehingga pada saat pembentukkan dimensi pada proses LPDC, maka terbentuk pula dimensi Gate.

16 42 Gambar 4.5 Blank dan Gate yang akan di potong Operator mengambil part dari konveyor, antara proses Chipping dan Cutting dihubungkan dengan Konveyor. Dua buah Blank Cylinder Head diletakkan di mesin, kemudian mesin di jalankan setelah itu pisau bergerak secara otomatis kebawah memotong Gate. Selama proses pemotongan Gate, operator memisahkan Gate yang sudah terpotong untuk ditempatkan ditempatnya. Gate yang sudah terpotong dapat di lebur kembali menjadi Alumunium cair atau molten dan dapat digunakan kembali untuk menjadi Blank Cylinder Head. Setelah memisahkan Gate, operator mengambil kembali 2 buah Blank Cylinder Head dan kemudian mematikan mesin untuk melepaskan Blank Cylinder Head yang sudah selesai proses pengerjaannya untuk di gantikan dengan Blank Cylinder Head yang baru. Sama seperti proses Chipping. Mesin Cutting ini tidak mempunyai katetapan waktu proses, karena untuk menghidupkan dan mematikan mesin pada proses Cutting dilakukan secara manual oleh operator. Lama pengerjaan mesin tergantung dengan

17 43 lama operator memisahkan Gate dan mengambil Blank yang baru. Berikut ini adalah pengujian data dalam satuan detik dari data pengukuran lama operator pada saat memisahkan Gate dan mengambil Blank CHY yang baru; Element Kerja Stasiun Rata-rata Max Min UCL LCL N' Loading MP Time Cutting Un Loading Tabel 4.7 Data Loading, MP Time dan Unloading stasiun Cutting Data-data di atas menunjukkan bahwa data yang diambil seragam dan telah memenuhi syarat kecukupan data. Maka data dapat digunakan untuk penghitungan Proses Cycle Efficiensy. Selanjutnya berikut ini adalah data yang diambil dari laporan produksi; Stasiun Inv Down time /hari(menit) Reject/hari (PCS) Cutting Tabel 4.8 Data laoran Produksi stasiun Cutting 5) Stasiun Trimming Proses Trimming adalah proses penghilangan chip atau scrap yang menempel pada part. Proses trimming ini dilakukan oleh 4 orang operator dengan operatoran yang berbeda-beda.

18 44 Gambar 4.6 Stasiun Trimming Operator pertama mengambil Blank di konveyor setelah proses Cutting. Operator pertama tugasnya mengetok-ketok Scrap atau Chip yang menempel pada Blank Cylinder Head. Setelah selesai Blank dikirim ke operator kedua melalui konveyor. Operator kedua bertugas menggerinda untuk menghaluskan Scrap atau Chip yang sudah di ketok oleh operator pertama. Setelah selesai Blank dikirim lagi ke operator ketiga melalui konveyor. Operator ketiga bertugas merapikan Blank Cylinder Head dengan menggunakan alat yang dinamakan Alloy, pada prinsipnya sama yaitu menghilangkan Scrap atau Chip yang menempel pada Blank Cylinder Head. Setelah selesai Blank dikirim ke operator keempat melalui konveyor. Operator keempat bertugas merapikan semua bagian dimensi Blank Cylinder Head sekaligus melakukan Check Visual terhadap Blank Cylinder Head. Blank yang sudah selesai di masukkan kedalam keranjang untuk proses Heat Treatment dengan kapasitas sebanyak 100 buah Blank Cylinder Head

19 45 Waktu proses Trimming ini ditentukan berdasarkan kecepatan dari setiap operator. Berikut ini adalah pengujian data dalam satuan detik dari data pengukuran lama operator pada saat melakukan proses Trimming; Stasiun Rata-rata Max Min UCL LCL N' Trimming Trimming Trimming Trimming Tabel 4.9 Data MP Time stasiun Trimming Data-data di atas menunjukkan bahwa data yang diambil seragam dan telah memenuhi syarat kecukupan data. Maka data dapat digunakan untuk penghitungan Proses Cycle Efficiensy. Selanjutnya berikut ini adalah data yang diambil dari laporan produksi; Stasiun Inv Reject/hari (PCS) Trimming Trimming Trimming Trimming Tabel 4.10 Data laporan produksi stasiun Trimming

20 46 6) Stasiun Heat Treatment Proses Heat Treatment adalah proses pemanasan pada Blank Cylinder Head dan kemudian part di Quenching (pendinginan secara cepat) dengan menggunakan air. Proses ini bertujuan untuk mendapatkan tingkat kekerasan Blank Cylinder Head sebesar HRB sesuai dengan tuntutan Standard kekerasan Blank Cylinder Head. Blank yang sudah selesai proses trimming di dalam keranjang yang sudah penuh sebanyak 100 buah Blank Cylinder Head di kirim dengan menggunakan Craine dan ditempatkan di area Heat Treatment. Keranjang tersebut di kumpulkan sebanyak 3 keranjang kemudian dilakukan proses Heat Treatment. Tiga buah keranjang ditumpuk pada sebuah batang besi panjang kemudian ketiga keranjang tersebut di masukkan kedalam tungku heat Treatment menggunakan Craine. Proses pemanasan dilakukan selama dua Jam. Setelah selesai ketiga keranjang tersebut dimasukkan kedalam air dan ditahan selama lima menit. Setelah itu Keranjang ditiriskan dan setelah kering ketiga keranjang yang berisi Blank Cylinder Head tersebut di tempatkan di area Stock Heat Treatment.

21 47 Tungku Stock Area Gambar 4.7 Stasiun Heat Treatment Sama seperti stasiun Melting, stasiun Heat Treatment tidak dapat di hitung Proses Cycle Efficiensy. Hal ini karena stasiun ini tidak tergantung dengan stasiun sebelum dan atau sesudahnya. Proses Heat Treatment dilakukan berdasarkan ada atau tidaknya Blank Cylinder Head dalam keranjang setelah proses Trimming dan Stock heat Treatment dengan waktu yang tidak tetap. Stasiun ini juga tidak memiliki operator tetap. Proses Heat Treatment di lakukan oleh operator Indirect yang sedang tidak ada Job. 7) Stasiun Blasting Proses Blasting adalah proses penembakkan Blank Cylinder head dengan menggunakan Steel Ball berukuran kecil dengan jumlah banyak sekali. Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan tampilan baik pada Part Cylinder Head nantinya. Blank yang sudah diproses Heat Treatment di kirim oleh operator Indirect dan diserahkan kepada operator stasiun Blasting. Operator Blasting mengambil 12 Blank

22 48 Cylinder Head dari keranjang, kemudian Blank-Blank tersebut di masukkan dan digantungkan di dalam mesin Blasting. Kemudian operator menyalakan mesin. Mesin ini memiliki 2 ruang Blasting. Maksudnya adalah ketika part dimasukkan kedalam Mesin dan mesin dijalankan. Ruang blasting itu akan berputar dan di ruang yang satu mengarah ke operator dan menampakkan 12 Blank Cylinder Head yang sudah selesai, sambil menunggu proses Blasting oleh mesin, operator membersihkan 12 Blank Cylinder Head yang sudah diproses Blasting sebelumnya. Setelah proses pembersihan dengan menggunakan Spray Gun selesai, operator melepaskan. Part yang sudah selesai Blasting dikirim ke stasiun Final Inspection melalui Konveyor. Gambar 4.8 Posisi Blank dalam Mesin Blasting Sama seperti stasiun Chipping dan Cutting Sama. Mesin Cutting ini tidak mempunyai katetapan waktu proses, karena untuk menghidupkan dan mematikan mesin pada proses Blasting dilakukan secara manual oleh operator. Lama pengerjaan mesin tergantung dengan lama operator dalam membersihkan Blank setelah proses

23 49 Blasting. Berikut ini adalah pengujian data dalam satuan detik dari data pengukuran lama operator pada saat melakukan proses pembersihan Blank; Stasiun Rata-rata Max Min UCL LCL N' Blasting Tabel 4.11 Data MP Time stasiun Blasting Data-data di atas menunjukkan bahwa data yang diambil seragam dan telah memenuhi syarat kecukupan data. Maka data dapat digunakan untuk penghitungan Proses Cycle Efficiensy. Selanjutnya berdasarkan laporan produksi dinyatakan bahwa Mesin Blasting memiliki Down Time rata-rata harian sebesar 7.27 Menit. 8) Stasiun Final Ispection Tahap terakhir dalam proses produksi adalah Final Inspection. Yaitu proses Inspeksi atau pemeriksaan kualitas keseluruhan Blank Cylinder Head. Blank yang dikirim dari proses Blasting melalui Konveyor diambil oleh operator Final Inspection dan di periksa semua sisi kualitas dari Blank Cylinder Head. Baik bagian luar maupun dalam. Setelah diperiksa kualitasnya dan dinyatakan bahwa Blank bagus, maka Blank diberi marking atau tanda sebagai jaminan kualitas untuk seksi berikutnya yang menjadi Costumer LPDC. Seksi tersebut adalah seksi Machining Cylinder Head. Setelah selesai di Marking Blank ditempatkan di kereta Finish Good sesuai dengan nomor Diesnya. Kegiatan ini disebut dengan Handling Blank Cylinder Head

24 50 Berikut ini adalah pengujian data dalam satuan detik dari data pengukuran lama operator pada saat melakukan proses Final Inspection dan Handling Cylinder Head; Element Kerja Stasiun Rata-rata Max Min UCL LCL N' MP Time Final Handling Inspection Tabel 4.12 Data MP Time stasiun Final Inspection Data-data di atas menunjukkan bahwa data yang diambil seragam dan telah memenuhi syarat kecukupan data. Maka data dapat digunakan untuk penghitungan Proses Cycle Efficiensy. Selanjutnya berikut ini adalah data yang diambil dari laporan produksi; Pembuatan peta Value Stream Mapping Peta SIPOC Peta SIPOC merupakan rangkaian alur bahan mulai dari bahan masuk hingga bahan keluar. Peta SIPOC proses produksi kering bisa diartikan sebagai pemetaan alur bahan yang masuk ke proses pembuatan Blank CHY (seksi LPDC) hingga bahan itu keluar. Pemetaan SIPOC chart proses produksi kering dapat ditunjukkan pada gambar 4.15.

25 51 Gambar 4.9. Peta SIPOC chart proses produksi Blank Cylinder Head Supplier seksi LPDC adalah PT BLM yang mengirimkan Alumunuim AC4B dalam bentuk batangan. Kemudian AC4B yang menjadi input-an masuk ke produksi pembuatan Blank CHY dalam seksi LPDC. Setelah menjadi Blank CHY yang baik memenuhi standar sebagai Output dari seksi LPDC. Maka Blank CHY tersebut dikirim ke Customer seksi LPDC yaitu Machining Cylinder Head.

26 Top Down Chart Gambar 4.10 Bagan Top Down Chart obyek penelitian 4.2 Pengolahan Data Menghitung PCE Value Added Time Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Bahwa Value Added Time merupakan waktu dari komponen kerja yang memberikan nilai tambah pada kegiatan produksi produk. Sehingga untuk mengetahui besarnya Value added Time adalah dengan menjumlahkan elemen kerja yang memberikan nilai tambah. Pada kasus pembuatan Blank Cylinder Head ini ada tiga elemen yang merupakan nilai tambah, yaitu Loading, MP Time, dan Un Loading Loading merupakan kegiatan menyiapkan material untuk proses permesinan sampai dengan material masuk ke dalam mesin

27 53 MP Time (Man Power Time) merupakan kegiatan operator yang bernilai tambah saat mesin sedang bekerja. Un Loading merupakan kegiatan melepas produk dari mesin dan siap untuk dikirim ke proses selanjutnya. Dari elemen-elemen tersebut maka Value Added Time pada proses pembuatan Blank Cylinder Head di setiap stasiun adalah; Stasiun Loading MP Time Un Loading VAT LPDC LPDC LPDC LPDC Chipping Chipping Cutting Trimming Trimming Trimming Trimming Blasting Finishing Tabel 4.13 Data VAT stasiun-stasiun di seksi LPDC

28 Non Value Added Time Sedangkan Non Added Time merupakan besarnya waktu yang dikeluarkan terhadap hal-hal dari elemen kerja yang tidak menambah nilai suatu produk. Sehingga untuk mengetahui besarnya Non Value Added Time adalah dengan menjumlahkan elemen kerja yang tidak memberikan nilai tambah. Pada kasus pembuatan Blank Cylinder Head ini ada enam elemen kerja yang tidak memberikan nilai tambah, yaitu Waiting Time, Set Up mesin, Chane over Dies, dan Rejection Blank. Dari elemen-elemen tersebut didapat Value Added Time pada proses pembuatan Blank Cylinder Head di setiap Stasiun adalah;

29 55 Stasiun Waiting Time Handling Down time /hari(menit) Set up time /hari (menit) Change over /day (menit) Reject/hari (PCS) NVAT LPDC LPDC LPDC LPDC Chipping Chipping Cutting Trimming Trimming Trimming Trimming Blasting Finishing Tabel 4.14 Data Non Value Added Time

30 Process Cycle Efficiency 1). PCE tiap stasiun kerja Stasiun C/T VAT NVAT Lead Time PCE LPDC 1 LPDC 2 LPDC LPDC 4 Chipping 1 Chipping Cutting Trimming 1 Trimming 2 Trimming Trimming 4 Blasting Finishing Tabel 4.15 PCE tiap stasiun kerja 2). PCE lini PLT = VAT total + NVAT total + LT total = ( ) detik = detik

31 57 PCE = VAT total PLT = x 100% = 1.18 % Dari nilai PCE di atas berarti menunjukkan bahwa seksi LPDC masih berada di bawah Typical Cycle Efficiency yang seharusnya memiliki nilai 10 % untuk kategori Fabrication. 4.3 Analisis Data Lembar Peta VSM Peta VSM yang dituangkan dalam satu lembar peta permasalahan ini dapat digunakan untuk menentukan high level stasiun kerja pada proses produksi Blank Cylinder Head. Artinya VSM berfungsi untuk menentukan stasiun kerja dengan prioritas utama dalam pemecahan masalahnya. Hal ini seolah-olah memberikan ilustrasi tentang biaya produksi yang pada dasarnya bersedia dan rela dibayar oleh pelanggan. Menurut Premysis (2008), pelanggan tidak bersedia membayar biaya produksi yang dibebankan kepadanya dalam bentuk harga apabila mengetahui perusahaan barang yang bersangkutan melakukan aktivitas yang berwujud pemborosan. Terlebih lagi, aktivitas tersebut meningkatkan biaya produksi yang pada akhirnya dibebankan pada harga produk akhir.

32 58 Rasio antara value added time dengan keseluruhan waktu yang diperlukan dari bahan baku menjadi produk jadi merupakan indikator dari kinerja proses pada perusahaan. Semakin besar rasio, maka semakin besar pula prosentase nilai guna yang diterima pelanggan sesuai dengan harga biaya produksi yang dibayarnya. Rasio pada pembahasan kali inilah yang sering disebut sebagai nilai Process Cycle Efficiency.

33

34 60 Dari lembar VSM di atas kita dapat mengetahui di stasiun mana terdapat nilai ketidak efisienan yang besar yang ditunjukkan dengan nilai NVAT dan Lead Time yang tinggi. Dari lembar VSM diatas pula sehingga kita mengetahui bahwa masalah paling besar adalah masalah tingginnya nilai Lead Time yang diakibatkan karena tingginya jumlah inventory pada beberapa stasiun Current State Value Stream Mapping (CSVSM) Untuk memudahkan menemukan permasalahan pada pembuatan Blank Cylinder Head dengan Value Stream Mapping. Kita juga dapat menggunakan Current State Value Stream Mapping (CSVSM) Blank Cylinder Head dari pemetaan VSM yang telah kita laksanakan. CSVSM ini memetakan dengan pemberian tanda dimana letak-letaknya suatu ketidak efisienan yang menjadi suatu masalah untuk dilakukan improvement.

35

36 62 Dari pemetaan Current State Value Stream Mapping (CSVSM) diatas kita dapat mengetahui permasalahan terhadap pemborosan-pemborosan atau ketidak efisienan pada Proses pembuatan Blank Cylinder Head. Yaitu 1. Inventory yang masih tinggi Pada proses pembuatan Blank Cylinder Head di Seksi LPDC. Kita melihat masih banyaknya Inventory yang cukup banyak. Inventory menumpuk baik pada area Finish Good maupun di area antar stasiun. Hal inilah yang kalau kita lihat kembali ke lembar VSM merupakan penyebab terbesar yang menyebabkan nilai PCE di seksi LPDC sangat kecil. Banyaknya Inventory ini yang menyebabkan pemborosan dan ketidak efisiensian proses produksi 2. Permasalahan Down Time pada stasiun LPDC Pada stasiun LPDC yang terdiri dari 4 buah mesin terlihat masih tingginya Down Time yang terjadi. Kalau di rata-rata per mesin menjadi sebesar menit permesin. Tentu saja dengan adanya Down Time yang tinggi ini menyebabkan pemborosan atau ketidak efisienan. Dengan Down Time yang tinggi ini berarti mengurangi jumlah produksi dari suatu mesin. 3. Waiting Time pada stasiun LPDC Waiting Time atau waktu tunggu juga merupakan ketidak efisienan dalam proses Produksi. Karena Waiting time ini tidak produktif atau tidak menambah nilai terhadap produk yang dihasilkan. Pada stasiun LPDC ini

37 63 rata-rata operator menunggu mesin selama detik per proses. Sedangkan waktu siklus per proses adalah detik. Sehingga dapat dikatakan % pada setiap proses LPDC sudah menimbulkan ketidak efisienan. 4. Set Up Time mesin LPDC Terjadinya Set Up Time yang tinggi pada mesin LPDC diakibatkan karena pemanasan atau Warming Up mesin agar suhu holding mesin mencapai C. Untuk mencapai suhu ini, biasanya memekan waktu sekitar 15 menit, padahal waktu yang diberikan adalah 10 menit pada tiap shift kerja. Penyebab kedua adalah pada saat Set Up pergantian Dies. Set Up Dies dilakukan secara Trial and Error, sehingga pada Set UP Dies ini terkadang memekan waktu lama, namun terkadang memakan waktu sedikit. Belum ada ketetapan untuk Set Up Dies.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1, Objek Penelitian Objek penelitian untuk tugas akhir ini adalah Process Cycle Efficiency pada proses produksi Blank Cilynder Head Type KPH di PT. X melalui pemetaan produk

Lebih terperinci

IMPLEMENTING VALUE STREAM MAPPING (VSM) ON PRODUCTION PROCESS OF BLANK CYLINDER HEAD AT PT X

IMPLEMENTING VALUE STREAM MAPPING (VSM) ON PRODUCTION PROCESS OF BLANK CYLINDER HEAD AT PT X IMPLEMENTING VALUE STREAM MAPPING (VSM) ON PRODUCTION PROCESS OF BLANK CYLINDER HEAD AT PT X Gunawarman Hartono 1 ; Dendi Prajadhiana 2 ; Syarif Nurhidayat 3 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN KEPALA SILINDER MOTOR PADA PT. ASTRA HONDA MOTOR

PROSES PEMBUATAN KEPALA SILINDER MOTOR PADA PT. ASTRA HONDA MOTOR PROSES PEMBUATAN KEPALA SILINDER MOTOR PADA PT. ASTRA HONDA MOTOR NAMA : RD.M.GINANJAR MW NPM : 25412844 JURUSAN : TEKNIK MESIN PEMBIMBING: DODDI YUNIARDI, ST., MT. Latar Belakang Masalah Kepala silinder

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Fishbone & FMEA Hub Front Brake Tipe KCJS G a m b a r 4 Gambar 4-1 Fishbone hub front brake tipe KCJS Dari fishbone diatas dapat diketahui bahwa harus ada perbaikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Waktu siklus Pengukuran waktu adalah kegiatan mengamati pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja atau oleh operator serta mencatat waktu-waktu kerjanya baik waktu setiap elemen maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem dimana faktor-faktor semacam tenaga kerja dan modal/kapital (mesin,

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem dimana faktor-faktor semacam tenaga kerja dan modal/kapital (mesin, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Produktivitas pada dasarnya berkaitan erat dengan sistem produksi, yaitu sistem dimana faktor-faktor semacam tenaga kerja dan modal/kapital (mesin, peralatan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03 PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER NAMA : BUDI RIYONO NPM : 21410473 KELAS : 4ic03 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini perkembangan dunia otomotif sangat berkembang dengan pesat, begitu juga halnya dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kondisi ekonomi yang sulit sekarang ini karena dampak krisis ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kondisi ekonomi yang sulit sekarang ini karena dampak krisis ekonomi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan kondisi ekonomi yang sulit sekarang ini karena dampak krisis ekonomi Global. Membuat beberapa harga barang-barang, termasuk barang-barang industri menjadi meningkat.

Lebih terperinci

PENULISAN ILMIAH LUKMAN HAKIM NAIM PEMBIMBING: ROSSI SEPTY WAHYUNI ST., MT.

PENULISAN ILMIAH LUKMAN HAKIM NAIM PEMBIMBING: ROSSI SEPTY WAHYUNI ST., MT. PENULISAN ILMIAH MEMPELAJARI PENGUKURAN KINERJA OPERATORPROSES TRIMMING BLANK CYLINDER HEAD SUPRA X 125 MENGGUNAKAN METODE PENGUKURAN WAKTU JAM HENTI PADA SEKSI LPDC DI PT. ASTRA HONDA MOTOR LUKMAN HAKIM

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Postur Kerja Berdasarkan Metode REBA. area Die Casting dapat dijelaskan sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Postur Kerja Berdasarkan Metode REBA. area Die Casting dapat dijelaskan sebagai berikut: BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Postur Kerja Berdasarkan Metode REBA Berdasarkan hasil penilaian postur kerja berdasarkan metode REBA di area Die Casting dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Station Melting

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian. 32 3.2 Peralatan dan Bahan 3.2.1 Peralatan Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.

Lebih terperinci

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu rangkaian kerangka pemecahan masalah yang dibuat secara sistematis dalam pemecahan masalah yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

BAB III PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR. Penelitian

BAB III PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR. Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian 24 3.2. PERALATAN DAN BAHAN 3.2.1. Peralatan Adapun penelitian ini menggunakan peralatan: 1. Dapur peleburan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Ingot AC8H Proses peleburan Proses GBF (Gas Bubbling Floatation) Spektrometer NG Proses pengecoran OK Solution Treatment Piston As Cast Quenching

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. XYZ adalah perusahaan komponen otomotif yang memproduksi velg mobil yang terbuat dari bahan dasar aluminium. PT XYZ didirikan di

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4%

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4% BAB V ANALISA 5.1 Analisa Current State Value Stream Mapping (CVSM) Value stream mapping merupakan sebuah tools untuk memetakan jalur produksi dari sebuah produk yang didalamnya termasuk material dan informasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Jurnal dan referensi diperlukan untuk menunjang penelitian dalam pemahaman konsep penelitian. Jurnal dan referensi yang diacu tidak hanya dalam negeri namun juga

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi proses penerimaan order sampai dengan proses packing dengan mengeliminasi non-value added activities (aktivitas yang tidak bernilai

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Peleburan AC4B GBF. Holding Furnace LPDC. Inject: 0 jam 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam. Chipping Cutting Blasting

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Peleburan AC4B GBF. Holding Furnace LPDC. Inject: 0 jam 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam. Chipping Cutting Blasting 32 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Peleburan AC4B GBF Penambahan AlTiB Rod - 0.05 wt. % Ti - 0.08 wt. % Ti - 0.1 wt. % Ti Holding Furnace LPDC Uji Komposisi Uji K-mold Uji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1 Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai suatu konsep

Lebih terperinci

PROSES MACHINING PEMBUATAN ZINC CAN BATTERY TYPE UM-1 DI PT. PANASONIC GOBEL ENERGI INDONESIA

PROSES MACHINING PEMBUATAN ZINC CAN BATTERY TYPE UM-1 DI PT. PANASONIC GOBEL ENERGI INDONESIA PROSES MACHINING PEMBUATAN ZINC CAN BATTERY TYPE UM-1 DI PT. PANASONIC GOBEL ENERGI INDONESIA Nama : Eirene Marten S. NPM : 22411340 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Ir. Arifuddin, MM. MSC Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 28 28 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Mulai Penambahan Al- 5Ti-1B dengan 0.081 dan 0.115 wt. % Ti Peleburan AC4B GBF Holding Furnace Uji Komposisi LPDC Sampel Tarik: Uji Tarik Inject:

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK MEKANIS DAN KOMPOSISI KIMIA ALUMUNIUM HASIL PEMANFAATAN RETURN SCRAP

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK MEKANIS DAN KOMPOSISI KIMIA ALUMUNIUM HASIL PEMANFAATAN RETURN SCRAP PERBANDINGAN KARAKTERISTIK MEKANIS DAN KOMPOSISI KIMIA ALUMUNIUM HASIL PEMANFAATAN RETURN SCRAP Koos Sardjono, Eri Diniardi, Piki Noviadi Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Dalam

Lebih terperinci

Penerapan Lean Manufacturing dalam Proses Produksi Common Rail 4D56

Penerapan Lean Manufacturing dalam Proses Produksi Common Rail 4D56 Petunjuk Sitasi: Patrisina, R., & Ramadhan, K. M. (2017). Penerapan Lean Manufacturing dalam Proses Produksi Common Rail 4D56. prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. C131-135). Malang: Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS) VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL. penerimaan pegawai Secara keseluruhan, berdasarkan hasil wawancara dan mekanisme

BAB V ANALISIS HASIL. penerimaan pegawai Secara keseluruhan, berdasarkan hasil wawancara dan mekanisme BAB V ANALISIS HASIL Bedasarkan Data yang telah diolah pada Bab sebelumnya maka peneliti melakukan analisis hasil yang akan dijelaskan dibawah ini. 5.1 Analisa current state mapping Value stream mapping

Lebih terperinci

PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING PADAINDUSTRI PART DAN KOMPONEN AUTOMOTIVE

PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING PADAINDUSTRI PART DAN KOMPONEN AUTOMOTIVE PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING PADAINDUSTRI PART DAN KOMPONEN AUTOMOTIVE Hernadewita 1, Euis Nina Saparina Yuliani 2, dan Dewi A. Marizka 3 1 Magister Teknik Industri, Universitas Mercu Buana 2 Prodi Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR Gambar 3.1. Diagram alir proses penelitian 23 3.2 PERALATAN DAN BAHAN 3.2.1 Peralatan Adapun penelitian ini menggunakan peralatan: 1. Dapur reverberatory

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN CONUS 6 DENGAN FORGING PRESS DI PT. BAKRIE AUTOPARTS BALARAJA

PROSES PEMBUATAN CONUS 6 DENGAN FORGING PRESS DI PT. BAKRIE AUTOPARTS BALARAJA PROSES PEMBUATAN CONUS 6 DENGAN FORGING PRESS DI PT. BAKRIE AUTOPARTS BALARAJA Disusun Oleh : Eki Imam Sudrajat 22411368 4IC05 Dosen Pembimbing : Iwan Setyawan, ST., MT. PENDAHULUAN Latar Belakang Latar

Lebih terperinci

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 44 BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat PT. TMMIN Casting Plant dalam Memproduksi Camshaft Casting plant merupakan pabrik pengecoran logam untuk memproduksi komponen-komponen mobil Toyota.

Lebih terperinci

Avissa Bonita, Rispianda Gita Permata Liansari. Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung.

Avissa Bonita, Rispianda Gita Permata Liansari. Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung. Reka Integra ISSN 2338 508 Jurusan Teknik Industri Itenas No. 2 Vol. 03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 205 USULAN PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI UNTUK MENGURANGI PEMBOROSAN PADA LANTAI PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Temuan Utama dan Hasil Pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa temuan utama dalam penelitian ini adalah terjadinya pemborosan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 42 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Hasil Observasi Lapangan 4.1.1 Diagram Supplier-Input-Process-Output-Customer (SIPOC) Sebelum melakukan analisa aliran material internal dengan Value

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang sangat berperan dalam memberikan input yang signifikan terhadap perusahaan adalah bagian produksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam usaha peningkatan produktivitas, perusahaan harus mengetahui kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan jasa)

Lebih terperinci

Proses Pengecoran Hingga Proses Heat Treatment Piston Di PT. Federal Izumi Manufacturing NAMA : MUHAMMAD FAISAL NPM : KELAS : 4IC04

Proses Pengecoran Hingga Proses Heat Treatment Piston Di PT. Federal Izumi Manufacturing NAMA : MUHAMMAD FAISAL NPM : KELAS : 4IC04 Proses Pengecoran Hingga Proses Heat Treatment Piston Di PT. Federal Izumi Manufacturing NAMA : MUHAMMAD FAISAL NPM : 24410682 KELAS : 4IC04 ABSTRAKSI Muhammad Faisal. 24410682 PROSES PELEBURAN HINGGA

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan data 4.1.1 Produk Gutter Complete R/L Perusahaan PT. Inti Pantja Press Industri dipercayakan untuk memproduksi sebagian produk kendaraan

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Agronesia Divisi Industri Teknik Karet (INKABA) adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai jenis produk teknik berbahan baku utama karet, salah satunya adalah produk karet damper.

Lebih terperinci

BAB 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data

BAB 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data BAB 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data Bab ini akan membahas mengenai pengumpulan dan pengolahan data, dimulai dari identifikasi dan analisis kerusakan boom top casting, proses improvement dan hasil dari

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Menentukan Waktu Siklus Tiap Proses. 4.1.1 Proses Pemasangan Komponen (Setting Part) 4.1.1.1 Elemen operasi pada proses ini adalah : 1. Setting holder magnet ke rotor dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LEAN PRODUCTION SYSTEM DENGAN PENDEKATAN COST INTEGRATED VALUE STREAM MAPPING PADA DIVISI KAPAL NIAGA STUDI KASUS PT PAL INDONESIA

PERANCANGAN LEAN PRODUCTION SYSTEM DENGAN PENDEKATAN COST INTEGRATED VALUE STREAM MAPPING PADA DIVISI KAPAL NIAGA STUDI KASUS PT PAL INDONESIA PERANCANGAN LEAN PRODUCTION SYSTEM DENGAN PENDEKATAN COST INTEGRATED VALUE STREAM MAPPING PADA DIVISI KAPAL NIAGA STUDI KASUS PT PAL INDONESIA Farich Firmansyah 1) dan Moses L Singgih 2) 1) Program Studi

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari pembobotan yang dilakukan terhadap pemborosan (waste)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, tantangan utama bagi setiap perusahaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, tantangan utama bagi setiap perusahaan adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangannya, tantangan utama bagi setiap perusahaan adalah menyediakan produk sesuai dengan ekspektasi customer. Maka, sangat penting bagi perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan terus tumbuh. Segmen yang menjanjikan yaitu pasar minuman ringan. Pasar minuman ringan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi jasa atau barang. Manufacturing adalah proses produksi untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi jasa atau barang. Manufacturing adalah proses produksi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi merupakan proses yang berkenaan dengan pengubahan input menjadi jasa atau barang. Manufacturing adalah proses produksi untuk menghasilkan produk-produk fisik.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA DAN INTERPRETASI HASIL. menjelaskan arti dari hasil pengolahan yang telah dilakukan dan melakukan

BAB V ANALISA DATA DAN INTERPRETASI HASIL. menjelaskan arti dari hasil pengolahan yang telah dilakukan dan melakukan BAB V ANALISA DATA DAN INTERPRETASI HASIL 5.1 Analisa Data Bab ini akan menganalisa hasil pengolahan data dengan menguraikan serta menjelaskan arti dari hasil pengolahan yang telah dilakukan dan melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Proses peleburan paduan aluminium AC4B Proses Pengecoran Penambahan penghalus butir 0 wt % Ti, 0.019 wt % Ti dan 0.029 wt % Ti - Sampel Cylinder

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 35 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data PT.Inti Pantja Press Industri memiliki flow process dalam penangan produk ( press part ) yang berlaku untuk semua produk sebelum dikirim

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

III Control chart for variables. Pengendalian Kualitas TIN-212

III Control chart for variables. Pengendalian Kualitas TIN-212 III Control chart for variables Pengendalian Kualitas TIN-212 Common dan Assignable causes of variation Variabilitas dapat dibagi ke dalam dua kategori: 1. Common causes of variation. Variasi ini merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Deskripsi Wheel Wheel / Ban menjadi suatu komponen utama dalam suatu keseluruhan motor. Wheel / Ban menjadi alas pergerakan setiap motor yang di produksi. Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Dalam penyusunan skripsi ini data - data yang dibutuhkan sebagai berikut : 4.1.1 Data Kapasitas Produksi Part Crank Case L Tipe KVL PT. AHM memproduksi

Lebih terperinci

OPTIMALISASI BEBAN KERJA DAN STANDARISASI ELEMEN KERJA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PROSES FINISHING PART OUTER DOOR DI PT TMMIN

OPTIMALISASI BEBAN KERJA DAN STANDARISASI ELEMEN KERJA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PROSES FINISHING PART OUTER DOOR DI PT TMMIN OPTIMALISASI BEBAN KERJA DAN STANDARISASI ELEMEN KERJA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PROSES FINISHING PART OUTER DOOR DI PT TMMIN Iswahyudi Dwi Nurcahyo; Gunawarman Hartono Industrial Engineering Department,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR Penambahan penghalus butir titanium Karakterisasi: Uji komposisi Uji kekerasan Karakterisasi: Uji kekerasan Mikrostruktur (OM) Penuaan (T4 dan T6) T = 28

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fashion. Mulai dari bakal kain, tas batik, daster, dress, rompi, dan kemeja

BAB I PENDAHULUAN. fashion. Mulai dari bakal kain, tas batik, daster, dress, rompi, dan kemeja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik Gres Tenan milik Bp. Sardjono Atmomardoyo yang ada di Kampung Batik Laweyan turut andil dalam persaingan dalam hal industri fashion. Mulai dari bakal kain, tas

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1 Jenis Cacat Dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka diambil 3 jenis cacat terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : a. Bocor (35,8%) Jenis cacat bocor

Lebih terperinci

Qolli Kusuma, 2 Pratya Poeri Suryadhini, 3 Mira Rahayu 1, 2, 3

Qolli Kusuma, 2 Pratya Poeri Suryadhini, 3 Mira Rahayu 1, 2, 3 RANCANGAN USULAN PERBAIKAN UNTUK MEMINIMASI WAITING TIME PADA PROSES PRODUKSI RUBBER STEP ASPIRA BELAKANG DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING (STUDI KASUS: PT AGRONESIA DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET) 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya industri manufaktur di Indonesia, maka akan semakin ketat persaingan antara perusahaan manufaktur satu dan lainnya. Hal ini memicu perusahaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Observasi Lapangan Identifikasi Masalah Studi Kepustakaan Pengambilan Data Waktu Siklus Pengujian Waktu Siklus : 1. Uji Keseragaman Data 2. Uji Kenormalan

Lebih terperinci

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08 Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur 1 Why Statistik Kecepatan Produksi sangat cepat, pengecekan 100% sulit dilakukan karena tidak efisien Cycle time produksi motor di AHM : 1,7 menit Cycle time

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian ini, yaitu seperti pada Gambar 3.1 merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, perkembangan dunia usaha mengalami persaingan yang begitu ketat. Agar dapat memenangkan persaingan tersebut perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data di dalam tulisan ini yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan di pengolahan dan analisis data terdiri dari : 1. Data Total

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dijelaskan dalam Bab V, bisa disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Kinerja mesin high pressure die casting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sun (2011) mengatakan bahwa lean manufacturing merupakan cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sun (2011) mengatakan bahwa lean manufacturing merupakan cara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern sekarang ini industri manufaktur mengalami situasi persaingan yang sangat ketat. Alex, Lokesh dan Ravikumar (2010) mengemukakan bahwa karakter

Lebih terperinci

SPC Copyright Sentral Sistem March09 - For Trisakti University. Aplikasi Statistik pada Industri Manufaktur

SPC Copyright Sentral Sistem March09 - For Trisakti University. Aplikasi Statistik pada Industri Manufaktur Aplikasi Statistik pada Industri Manufaktur Why Statistic? Kecepatan Produksi sangat cepat, pengecekan 00% sulit dilakukan karena tidak efisien Cycle time produksi motor di AHM : 9 detik Cycle time produksi

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM 3.1.Peralatan dan Perlengkapan dalam Pengecoran Tahap yang paling utama dalam pengecoran logam kita harus mengetahui dan memahami peralatan dan perlengkapannya. Dalam Sand

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Dari data produktifitas seksi PCF berdasarkan project yang diperoleh pada project pembuatan die Pakistan, Yaris, dan D38A dapat dituangkan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Ukuran Kinerja Di bawah ini akan digambarkan mengenai bagaimana teknik maupun urut-urutan pemecahan masalah yang dipergunakan. Pada gambar flowchart di bawah ini

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Tiga Bawang merupakan sebuah industri kecil menengah yang bergerak dibidang pembuatan keripik dengan bahan baku ubi kayu. UD. Tiga Bawang adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif yang cukup kuat, sekalipun terjadi gejolak atau krisis ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. produktif yang cukup kuat, sekalipun terjadi gejolak atau krisis ekonomi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri mikro, kecil, dan menengah merupakan usaha ekonomi produktif yang cukup kuat, sekalipun terjadi gejolak atau krisis ekonomi. Perkembangan industri mikro,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan PT.Palingda Nasional adalah perusahaan yang memproduksi VELG untuk kendaraan kategory 2-3 atau biasa digunakan oleh Truk & Bus. Velg

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI.

BAB III METODOLOGI. BAB III METODOLOGI 3.1. Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel penelitian kuantitatif, jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian deskriptif yaitu salah satu jenis

Lebih terperinci

5 BAB V ANALISA DAN HASIL

5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Analisa 5.1.1 Analisa Kanban Banyaknya kartu kanban yang diperlukan dihitung dengan rumus (Arnaldo Hernandez, 1989): Banyaknya Kanban = Permintaan Harian X Faktor Pengamanan

Lebih terperinci

aluminium dari kebanyakan bahan itu masih belum ekonomis.

aluminium dari kebanyakan bahan itu masih belum ekonomis. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Alumunium adalah logam yang terbanyak didunia. Logam ini merupakan bagian dari pada kerak bumi. Namun proses untuk mendapatkan aluminium dari kebanyakan bahan itu

Lebih terperinci

MEMPELAJARI JADWAL INDUK PRODUKSI PADA PRODUK CARRIER CAMSHAFT DI PT PROGRESS DIECAST

MEMPELAJARI JADWAL INDUK PRODUKSI PADA PRODUK CARRIER CAMSHAFT DI PT PROGRESS DIECAST MEMPELAJARI JADWAL INDUK PRODUKSI PADA PRODUK CARRIER CAMSHAFT DI PT PROGRESS DIECAST NAMA : DURNIYANTI NPM : 32413648 JURUSAN : TEKNIK INDUSTRI PEMBIMBING : Dr. Ir. Asep Mohamad Noor, MT. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL. material dalam sistem secara keseluruhan. Value stream mapping yang

BAB V ANALISIS HASIL. material dalam sistem secara keseluruhan. Value stream mapping yang BAB V ANALISIS HASIL Bedasarkan Data yang telah diolah pada Bab sebelumnya maka analisis hasil yang akan dijelaskan dibawah ini. 5.1 Analisa Current State Mapping Value stream mapping merupakan awal untuk

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 1.1 ALUR PROSES ZINC CAN Zinc Ingot Zinc Furnace Proses Peleburan Zinc Proses Casting Proses Rolling Proses Drawing Proses Cutting Proses Coil Aging Zinc Slug Proses

Lebih terperinci

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT. PT. Barata Indonesia merupakan perusahaan manufaktur dengan salah satu proyek dengan tipe job order, yaitu pembuatan High Pressure Heater (HPH) dengan pengerjaan pada minggu ke 35 yang seharusnya sudah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definsi dan Penyebab Masalah BAB 2 LANDASAN TEORI Gaspersz, V (2011, p.12) menyatakan bahwa masalah adalah kesenjangan atau gap yang terjadi antara hasil aktual dengan target kinerja yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif kualitatif yaitu metode untuk menyelidiki objek yang dapat diukur dengan angka-angka

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan PT. SRI adalah perusahaan joint venture dengan PMA (Pemilik Modal Asing) didirikan untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal dan

Lebih terperinci

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut Gaspersz (2011, p.92), Lean Six sigma merupakan suatu filosofi bisnis, pendekatan sistemik dan sistematik dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lemlit USAKTI 01 (01), 2016

Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lemlit USAKTI 01 (01), 2016 PENERAPAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI DENGAN CARA MENGURANGI MANUFACTURING LEAD TIME STUDI KASUS: PT ORIENTAL MANUFACTURING INDONESIA Sumiharni Batubara, Raden Abdurrahman

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1. Sejarah Perusahaan Berdiri dengan nama PT. Indoaluminium Intikarsa Industri atau sering disebut dengan PT. 3I, pada tanggal 17 April 1990 dalam rangka Penanaman Modal Dalam

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai analisa produktivitas yang berlangsung di PT. Schott Igar Glass (SIG), mulai dari menganalisa perbedaan-perbedaan yang ada antara mesin

Lebih terperinci

B A B I I LANDASAN TEORI

B A B I I LANDASAN TEORI B A B I I LANDASAN TEORI 2.1 Proses Manufaktur Manufaktur merupakan suatu aktivitas manusia yang mencakup semua fase dalam kehidupan. Computer Aided Manufacturing International (CAM-I) mendefinisikan manufaktur

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini akan dilakukan pembahasan data yang sudah diperoleh untuk menganalisa pembuatan Value Stream Mapping di line Fr. Frame X. Pembahasan dan hasil analisa berdasarkan data

Lebih terperinci

PROSES SURFACE FINISHING PADA MACHINING LEVER RIGHT STRING HANDLE TYPE KVYG DI PT. PARTINDO KARYAGUNA SEJAHTERA

PROSES SURFACE FINISHING PADA MACHINING LEVER RIGHT STRING HANDLE TYPE KVYG DI PT. PARTINDO KARYAGUNA SEJAHTERA PROSES SURFACE FINISHING PADA MACHINING LEVER RIGHT STRING HANDLE TYPE KVYG DI PT. PARTINDO KARYAGUNA SEJAHTERA NAMA : RISAL HERMAN NPM : 26412450 JURUSAN : TEKNIK MESIN PEMBIMBING : Dr. Ir. Tri Mulyanto,

Lebih terperinci

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas Jurnal Teknik Industri, Vol., No., Juni 03, pp.-8 ISSN 30-495X Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 0J Untuk Meningkatkan Produktivitas Ridwan Mawardi, Lely Herlina, Evi Febianti 3,,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Pembebanan (loading) dapat diartikan pekerjaan yang diberikan kepada mesin atau operator. Pembebanan menyangkut jadwal waktu kerja operator dalam kurun waktu satu hari

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai sigma untuk data atribut produk wajan super ukuran 20 sebesar 3,53. 5.1.1 Menganalisis CTQ (Critical to Quality)

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektur, sipil,

Lebih terperinci

USULAN MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PRODUKSI DENGAN KONSEP LEAN MANUFACTURING DI CV.X*

USULAN MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PRODUKSI DENGAN KONSEP LEAN MANUFACTURING DI CV.X* Reka Integra ISSN: 2338-508 Jurusan Teknik Industri Itenas No.2 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 205 USULAN MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PRODUKSI DENGAN KONSEP LEAN MANUFACTURING

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Sejarah Perusahaan IGP Group dimulai dengan berdirinya PT.GKD pada tahun 1980 dengan Frame Chassis dan Press Part sebagai bisnis utamanya. Menjawab

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Pemecahan Masalah Flow Chart Pemecahan Masalah adalah sebagai berikut : Gambar 3.1 Flowchart Pemecahan Masalah Penjelasan langkah-langkah flow diagram

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi penelitian bertujuan untuk memberikan kerangka penelitian yang sistematis sehingga dapat memberikan kesesuaian antara tujuan penelitian dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh profit yang besar. Profit yang besar akan diperoleh jika perusahaan dapat menekan pengeluaran sekecil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR BAB III METODOLOGI PENELITIAN STUDI LITERATUR ALUMINIUM AC8H PROSES PELEBURAN PROSES GBF PENGUJIAN KOMPOSISI KIMIA PENAMBAHAN Sr (LADLE TREATMENT) PENAMBAHAN PHOSPOR (LADLE TREATMENT)

Lebih terperinci