BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA"

Transkripsi

1 42 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Hasil Observasi Lapangan Diagram Supplier-Input-Process-Output-Customer (SIPOC) Sebelum melakukan analisa aliran material internal dengan Value Stream Mapping (VSM), kita harus memahami terlebih dahulu tahapan - tahapan yang dilalui material dari supplier hingga sampai ke customer secara umum. Bagian Supply Chain Management (SCM) PT. XYZ meramalkan permintaan pelanggan per tahun berdasarkan data historis penjualan. Peramalan tersebut digunakan sebagai acuan bagian PPC dalam melakukan perencanaan produksi tahunan. Berdasarkan rencana produksi, bagian Direct Input Material (DIM) Planning akan membuat perencanaan kebutuhan material secara mingguan. Material yang diterima akan disimpan di DIM Warehouse (DIM WH), dan dikirim ke buffer setiap shift sesuai process order yang berlangsung di lantai produksi. Material diproses di sepanjang value stream dalam proses produksi yang kontinu, kemudian dikirim ke warehouse dengan conveyor dan disimpan di finished goods warehouse. Finished goods akan dikirim ke pelanggan melalui pusat distribusi dengan aturan First Expired First Out (FEFO).

2 43 Tahapan-tahapan yang dilalui material secara umum digambarkan dalam diagram SIPOC berikut ini. Proses produksi akan dijelaskan lebih lanjut pada subbab berikutnya. Diagram SIPOC Supplier Input Process Output Customer SCM Data Historis Penjualan Forecasting Target Produksi PPC PPC Target Produksi Penjadwalan Produksi Jadwal Induk Produksi DIM Planning DIM Planning Jadwal Induk Produksi Perencanaan Kebutuhan Material Jadwal Penerimaan Material Warehouse Warehouse Rencana Penerimaan Material & Rencana Produksi Memeriksa & Mengirimkan Material Material Siap Pakai Produksi Produksi Material Siap Pakai Filter Making Finished Goods Warehouse Cigarette Making Cigarette Packing Case Packing Warehouse Permintaan Pelanggan Mengatur Pengiriman Finished Goods Customer Gambar 4.1 Diagram SIPOC PT.XYZ

3 Proses Produksi Proses produksi pada PT. XYZ bersifat continuous flow, dengan perpindahan Work-In-Process (WIP) serta produk antar proses dilakukan secara otomatis oleh mesin. Lantai produksi terdiri dari 6 lini yang masing masing meliputi proses filter making, cigarette making, cigarette packing, dan case packing. Tiga proses terakhir dilakukan dengan 3 mesin yang terintegrasi dan disebut sebagai link-up (1.1, 2.2, 3.3, 4.4, 5.5, 6.6). Selain itu, terdapat proses filter making yang memproduksi filter untuk dikirim ke proses cigarette making. Berikut akan diuraikan tahapan proses yang dilalui dalam lantai produksi : 1. Filter Making Proses ini dilakukan untuk membuat filter, dengan material yang terdiri dari acetate tow dan plug wrap. Filter yang dihasilkan akan dipindahkan dari tray ke kardus untuk beberapa lama sebagai buffer jika mesin filter making mengalami jam. Filter dalam kardus akan dikirim ke mesin Cigarette Maker dengan menuangkannya ke filter shooter. Pemindahan filter dari tray ke kardus dan kardus ke filter shooter dilakukan oleh 1 orang helper yang dialokasikan untuk tiap 1 mesin filter.

4 45 2. Cigarette Making Cutfiller (tembakau yang telah diproses) dikirim dengan feeder yang terhubung ke tiap-tiap mesin cigarette maker. Pada mesin, cutfiller dibungkus dengan cigarette paper dan direkatkan dengan cigarette seam adhesive. Bagian ini akan digabungkan dengan filter yang dikirim oleh filter shooter dan dilapisi dengan tipping paper, kemudian direkatkan dengan tipping adhesive. Rokok yang dihasilkan proses ini langsung mengalir menuju mesin cigarette packer. Saat mesin tersebut bermasalah, mesin cigarette maker akan tetap berproduksi. Rokok yang dihasilkan akan mengalir ke bagian belakang mesin dan dikirimkan ke mesin cigarette packer secara manual oleh seorang helper. 3. Cigarette Packing Proses ini dilakukan dengan mesin yang terintegrasi dengan Cigarette Maker. Batang batang rokok mengalir ke cigarette packer untuk dikemas menjadi satu pack. Pack terdiri dari material blank yang diproses oleh mesin, serta lapisan di dalamnya yang terdiri dari inner frame dan alufoil. Pack tersebut kemudian dilabeli dengan tax stamp, dan dibungkus dengan OPP pack dan tear tape pack. Sepuluh pack yang telah diproses dikemas ke dalam satu slof dengan film slof dan tear

5 46 tape slof. Slof ini kemudian mengalir menuju mesin case packer. 4. Case Packing Slof dikemas ke dalam satu case dengan mesin case packer. Satu kardus yang telah memuat 50 slof kemudian disegel dengan case sealing tape dan dilabeli dengan case barcode label. Kardus yang telah selesai diproses kemudian dikirim melalui conveyor yang langsung menuju area warehouse. 4.2 Pengumpulan dan Pengolahan Data Data Current State VSM Current State VSM dibuat dengan menentukan terlebih dahulu produk yang ditelusuri, berdasarkan kesamaan proses produksi. Karena seragamnya proses yang dilalui masing-masing brand pada PT. XYZ, produk yang dijadikan sebagai model line untuk pemetaan dan perbaikan adalah brand dengan tingkat penjualan tertinggi, yaitu brand X. Observasi dilakukan mulai dari aktivitas loading material hingga aktivitas unloading produk jadi ke truk. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan untuk melengkapi data transportasi material, inventory level, cycle time, loading-unloading material, serta data-data yang diperlukan dalam process box.

6 Average Inventory Level Pendataan average inventory level dilakukan dengan memetakan persediaan Direct Input Material (DIM) di lantai produksi. Persediaan yang dicatat berdasarkan pengamatan kemudian dikonversikan ke dalam average inventory level dalam shift, dalam artian tingkat persediaan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan berapa shift. DIM yang digunakan dalam proses produksi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu fast moving dan slow moving. Klasifikasi tersebut dijelaskan dalam tabel berikut ini. Tabel 4.1 Klasifikasi Material Proses Material Klasifikasi Cigarette Making Cigarette Paper Fast Moving Tipping Paper Fast Moving Cigarette Packing Alufoil Fast Moving Inner Frame Fast Moving Film Pack Fast Moving Film Slof Fast Moving Blank Fast Moving Tear Tape Pack Slow Moving Tear Tape Slof Slow Moving Blank Label Slow Moving Ribbon Slow Moving Case Packing Shipping Case Fast Moving Case Sealing Tape Slow Moving Material slow moving adalah material dengan tingkat konsumsi di bawah 1 buah/shift, dan rendah nilainya sehingga tidak menjadi prioritas dalam penelitian ini.

7 48 Tabel 4.2 Average Inventory Level Cigarette Paper di Link-Up 1.1 Material Kode UoM (Unit of Measurement) Tanggal Shift Pukul Stock Qty Konsumsi Uptime Material Masuk (%) Cigarette Roll 24-Mei 1B Paper C D Mei 1B C D Total Average 9 31,6 32,4 62,6 Average inventory level (dalam shift) 0,278

8 49 Tabel 4.3 Average Inventory Level Cigarette Paper di Link-Up 3.3 Material Kode UoM Tanggal Shift Pukul Stock Qty Konsumsi Uptime Material Masuk (%) Cigarette Roll 24-Mei 1B Paper C D Mei 1B C D Total Average 21,83 28,6 26,4 51,4 Average inventory level (dalam shift) 0,827

9 50 Tabel 4.4 Average Inventory Level Cigarette Paper di Link-Up 4.4 Material Kode UoM Tanggal Shift Pukul Stock Qty Konsumsi Uptime Material Masuk (%) Cigarette Roll 24-Mei 1B Paper C D Mei 1B C D Total Average 14,00 32,20 30,00 84,20 Average inventory level (dalam shift) 0,467

10 51 Average inventory level cigarette paper link-up 1.1 (dalam shift) = = = 0,278 shift Average inventory level cigarette paper link-up 3.3 (dalam shift) = = = 0,827 shift Average inventory level cigarette paper link-up 4.4 (dalam shift) = = = 0,467 shift Average inventory level cigarette paper brand X (dalam shift) = = = 0,606 shift

11 52 Tabel pengamatan dan pengolahan data average inventory level lebih rinci untuk material lainnya dapat dilihat dalam lampiran. Berikut rekapitulasi hasil perhitungan yang dilakukan. Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Average Inventory Level (dalam shift) Material Link-Up Average Inventory Level Rank Plug Wrap KDF 3 0, Acetate Tow KDF 3 0, Filter Staging Filter 0,627 - Cigarette Staging Maker 0, Cigarette Paper 0,278 0,827 0,467 0, Tipping Paper 0,506 0,784 1,003 0, Alufoil 0,497 1,196 0,728 0, Inner Frame 1,125 1,815 0,579 1,346 7 Blank 0,810 1,286 0,984 1,203 8 Film Pack 1,014 1,717 1,068 1,475 6 TT Pack 2,083 5,000 2,083 3,667 5 Film Slof 0,909 1,296 0,583 1,100 9 TT Slof 5,000 2,500 3,000 3,750 4 Blank Label 2,778 3,500 3,452 3,889 3 Ribbon 7,381 4,792 7,222 8,059 2 Case Sealing Tape 0 2,500 15,000 10,500 1 Shipping Case 0,378 0,693 0,411 0, Kolom rank menampilkan urutan peringkat average inventory level dalam shift, mulai dari yang tertinggi. Berdasarkan harga dan tingkat konsumsinya, material yang diklasifikasikan sebagai material utama oleh PT. XYZ adalah plug wrap dan acetate tow (filter making); cigarette paper dan tipping paper (proses cigarette making); alufoil, inner frame, film pack, film slof, dan blank (proses cigarette packing); dan

12 53 shipping case (proses case packing). Maka, data yang akan digunakan dalam perhitungan process lead time adalah material dengan shift of supply tertinggi di antara material-material tersebut untuk tiap-tiap prosesnya Transportasi Uji Keseragaman Data Uji ini dilakukan pada data transportasi, loading dan unloading yang telah dikumpulkan. Perhitungan uji keseragaman data pada data tiap-tiap aktivitas adalah sebagai berikut : Tabel 4.6 Hasil Uji Keseragaman Data Waktu Unloading material ke WH NO. X Std Deviasi BKA BKB 1 81,97 83,988 2, , , ,41 83,988 2, , , ,03 83,988 2, , , ,41 83,988 2, , , ,59 83,988 2, , , ,05 83,988 2, , , ,91 83,988 2, , , ,01 83,988 2, , , ,10 83,988 2, , , ,40 83,988 2, , ,72627 σ = =

13 54 BKA = = ( ) = BKB = = ( ) = Melalui uji kecukupan data, diperoleh hasil bahwa semua data unloading masuk dalam batas kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa data telah seragam. Gambar 4.2 Peta Kontrol Keseragaman Data Waktu Unloading Material ke WH Setelah uji keseragaman dilakukan pada semua data waktu transportasi, diperoleh hasil bahwa semua data telah masuk dalam wilayah kontrol, sehingga data dapat disimpulkan telah seragam.

14 55 Tabel 4.7 Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Waktu Transportasi NO Aktivitas Hasil 1 Unload material Ke WH Seragam 2 Transportasi dari WH ke buffer material Seragam 3 Transportasi dari Filter Maker ke buffer Filter Seragam 4 Transportasi dari buffer filter ke Filter Shooter Seragam 5 Transportasi dari Cigarette Maker ke Cigarette Packer Seragam 6 Transportasi dari Cigarette Packer ke Case Packer Seragam 7 Transportasi dari Case Packer ke conveyor Seragam 8 Palletizing Seragam 9 Transportasi dari Palletizing ke finished goods WH (FG WH) Seragam 10 Transportasi dari FG WH ke truk Seragam 11 Transportasi dari buffer material ke KDF 3 Seragam 12 Transportasi dari buffer material ke Cigarette Maker Seragam 13 Transportasi dari buffer material ke Case Packer Seragam 14 Transportasi dari buffer material ke Case Packer Seragam Uji Kecukupan data Sebelum data diolah lebih lanjut, diperlukan uji kecukupan data. Pengujian ini menggunakan tingkat ketelitian sebesar 5% dan tingkat keyakinan sebesar 95 % Tabel 4.8 Perhitungan Uji kecukupan Data Unload Material Ke WH x X 2 81, ,08 80, ,76 85, ,10 83, ,22 82, ,10 86, ,60 83, ,88 88, ,76 84, ,81 84, ,36

15 56 N = = = 0,9269 N = 0,9269 N < N, maka dapat disimpulkan bahwa data cukup Dengan cara yang sama, dilakukan uji kecukupan data pada data lainnya. Perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran. Tabel 4.9 Rekapitulasi uji kecukupan data Waktu Transportasi NO Aktivitas Hasil 1 Unload Material Ke WH Data cukup 2 Transportasi dari WH ke Buffer Data cukup 3 Transportasi dari Filter Maker ke buffer Filter Data cukup 4 Transportasi dari buffer Filter ke Filter Shooter Data cukup 5 Transportasi dari Cigarette Maker ke Cigarette Packer Data cukup 6 Transportasi dari Cigarette Packer ke Case Packer Data cukup 7 Transportasi dari Case Packer ke conveyor Data cukup 8 Palletizing Data cukup 9 Transportasi dari Palletizing ke WH (Finish Good) Data cukup 10 transportasi dari WH ke truck (Finish good) Data cukup 11 Transportasi dari buffer material ke KDF 3 Data cukup 12 Transportasi dari buffer material ke Cigarette Maker Data cukup 13 Transportasi dari buffer material ke Case Packer Data cukup 14 Transportasi dari buffer material ke Case Packer Data cukup

16 57 Berdasarkan uji kecukupan data yang dilakukan, semua data menunjukkan bahwa N < N, sehingga data dapat dikategorikan cukup Process Box Untuk process box, data yang dikumpulkan adalah data jumlah operator, cycle time dan uptime. Jumlah Operator Jumlah operator pada setiap proses sepanjang value stream sebagai berikut : Filter Making Cigarette Making Cigarette Packing = 1 orang = 1 orang/link-up = 1 orang/link-up Case Packing = - Palettizing = 1 orang Cycle Time (CT) Data CT untuk produksi 1 juta stick adalah sebagai berikut : Tabel 4.10 Data CT untuk 1 Juta Stick (dalam menit) Proses Cycle Time Brand X CigaretteMaker 100,00 100,00 142,86 37,04 Cigarette Packer 100,00 100,00 142,86 37,04 Case Packer 0, , , ,98 Filter KDF 3 42

17 58 Uptime Filter Making : 75 % Cigarette Making : 66,06 % Cigarette Packing : 65,33 % Case Packing : 65,33 % Contoh perhitungan uptime untuk proses filter making : Uptime = = = Value Added (VA) dan Non Value Added (NVA) Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan, Berikut jumlah waktu VA dan NVA dalam produksi brand X.

18 59 Tabel 4.11 Data VA dan NVA Value Added Waktu CT Filter Maker 42 menit CT Cigarette Maker 37,04 menit CT Cigarette Packer 37,04 menit CT Case Packer 37,98 menit Total 154 menit Non Value Added ( Necessary ) Waktu Unloading Material ke WH 1,84 menit Transportasi dari WH ke buffer 0,75 menit Transportasi dari Filter Maker ke Staging Filter 4,78 menit Transportasi dari Staging Filter ke Shooter 4,98 menit Transportasi dari Maker Ke Packer 21,43 menit Transportasi dari Packer ke Case Packer 1342,42 menit Transportasi dari Case Packer Ke conveyor 55,37 menit Palletizing 10,92 menit Transportasi dari Palletizing ke warehouse ( FG ) 4,83 menit Transportasi dari warehouse ( FG ) ke truk 6,04 menit Total 1453,36 menit Non Value Added ( Not Necessary ) Waktu Inventory level Filter 300,96 menit Inventory level Staging Filter 358,08 menit Inventory level Maker 438,24 menit Inventory level staging maker 36,00 menit Inventory level packer 708,00 menit Inventory level Packer 275,52 menit Total 2116,8 menit

19 60 Value Added VA = CT = ,04 +37, ,98 = 154,06 menit Total waktu yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan di sepanjang value stream brand X yaitu sebesar 154,06 menit. Non Value Added NVA = Non Value Added ( Necessary ) + Non Value Added ( Not Necessary ) = 1453, ,8 = 3570,16 menit Total waktu yang tidak memberikan nilai tambah bagi pelanggan di sepanjang value stream brand X yaitu sebesar 3570,16 menit Process Lead Time PLT = VA + NVA = 154, ,16 = 3724, 22 menit Process Cycle Efficiency PCE = PCE = PCE = 4,1 %

20 61 Angka PCE ini menunjukkan persentase waktu yang dipergunakan untuk menambahkan nilai pada produk, dibandingkan total waktu yang dipergunakan produk selama proses untuk satu juta stick dalam satuan waktu.

21 Current State Map VSM Tabel 4.12 Data Current State VSM Keterangan Waktu UOM Konversi ke 1 juta stick Konversi ke menit Unload Material ke WH 83,988 sec per Pallet 110,679 1,84 Transportasi dari WH ke buffer 33,935 sec per Pallet 44,72 0,75 Inventory level filter 0,627 shift 1 juta 0, ,96 CT filter maker 42 min 1 juta 42 42,00 Transportasi dari filter maker ke staging filter 7,577 sec per box 287 4,78 Inventory level staging filter 0,746 shift 1 juta 0, ,08 Transportasi dari staging filter ke shooter 7,881 sec per box 298,5 4,98 Inventory level maker 0,913 shift 1 juta 0, ,24 CT cigarette maker 37,04 min 1 juta 37,04 37,04 Inventory level staging maker 0,075 shift 1 juta 0,075 36,00 Transportasi dari maker ke packer 5,658 sec per tray 1285,9 21,43 Inventory level packer 1,475 shift 1 juta 1, ,00 CT cigarette packer 37,04 min 1 juta 37,04 37,04 Transportasi dari packer ke case packer 16,109 sec per slof ,42 Inventory level case packer 0,574 shift 1 juta 0, ,52 CT case packer 37,98 min 1 juta 37,98 37,98 Transportasi dari case packer ke conveyor 33,219 sec per box 3321,9 55,37 Palletizing 131,092 sec per Pallet 655,46 10,92 Transportasi dari Palletizing ke WH ( FG ) 57,963 sec per Pallet 289,815 4,83 Transportasi dari WH ( FG ) ke truck 72,492 sec per Pallet 362,46 6,04 Setelah semua data yang diperlukan telah didapat, maka current state VSM dapat diselesaikan.

22 63 PPC DIM Planning SCM Supplier Customer Unloading Station Truck Unloading Station Forklift Material Buffer Area Loading Station Motorized Forklift Finished Goods Warehouse Filter Maker Cigarette Maker Cigarette Packer Case Packer Paletizing Forklift Inv.Filter Operator = 1 orang Inv.Maker Operator = 1 orang/link-up Inv. Packer Operator = 1 orang/link-up Inv.Case Packer Operator = 0 Operator = 1orang/link-up C/T = 42 min Uptime = 75 % Staging Area Filter C/T = Min Uptime = % Inv. staging maker C/T = min uptime = % C/T = Uptime = % VA = Min Core Product and Material Flow sec sec shift 42 Min 287 sec shift sec shift Min shift sec shift Min sec shift Min sec sec sec sec NVA = Min Sec PLT = Min 80 sec 79.3 Sec PCE= 4.3 % Sec Waktu untuk Unload material dari truck ke WH = sec/pallet Untuk 1 mio = sec Transportasi dari WH ke Buffer = sec/pallet Untuk 1 mio = sec Transportasi dari Buffer ke Filter Maker =58.9 sec Untuk 1 mio = Sec Inventory level Filter Maker Ac.tow = shift Plug wrap = shift CT Filter Maker KDF 3 = 42 Min Transportasi dari Filter maker ke Staging Area Filter = Sec Untuk 1 mio = 287 Sec Inventory Level Staging area filter = shift Transportasi dari Staging Area Filter ke Shooter = Sec Untuk 1 mio = Sec Inventory Level Cigarette Maker Cig.Paper = 0.61shift Tip.Paper = 0.91shift Transportasi dari Buffer ke Cigarette Maker =60.7 sec Untuk 1 mio = 80 Sec CT Cigarette Maker Link-up 1.1 = 100 Min Link-up 3.3 = 100 Min Link-up 4.4 = Min Untuk 1mio Total 3 LU = Min Inventory Level Staging maker Cigarette on tray = shift Transportasi dari Buffer ke Cigarette Packer =60.2 sec Untuk 1 mio = 79.3 Sec Transportasi dari Cig.Maker ke Cig packer =5.65 Sec Untuk 1 mio = sec Inventory Level Cigarette Packer Alufoil = Shift Inner Frame = 1.35 shift Blank = shift Film pack = shift Tear Tape Pack = shift Film slof = 1.10 shift Tear Tape Slof = 3.75 shift Blank Label = 3.88 shift Ribbon = 8.06 shift Transportasi dari Buffer ke Case Packer = sec Untuk 1 mio = Sec Transportasi dari Packer ke Case Packer 1 slof = sec 1 mio = Sec Inventory Level Case Packer Case Sealing Tape = 10.5 shift Shipping Case = shift CT Case Packer Link-up 1.1 = Link-up 3.3 = Link-up 4.4 = Untuk 1 mio Total 3 LU = 100/ =37.98 Min Transportasi Case Packer ke Conveyor = Sec Untuk 1 mio = Sec Paletizing = Sec Untuk 1 Mio = sec Transportasi = sec Transportasi Dari Paletizing Ke WH finsih good = 57.9 sec Untuk 1 mio = Sec Transportasi dari WH finish good ke Truck = sec Untuk 1 mio = CT Cigarette Packer Link-up 1.1 = 100 Min Link-up 3.3 = 100 Min Link-up 4.4 = Min Untuk 1mio Total 3 LU = Min Gambar 4.3 Current State VSM

23 Analisa Current State VSM Analisa VA dan NVA Aktivitas value added yang teridentifikasi adalah data CT filter maker, CT cigarette maker, CT cigarette packer dan data CT case packer. Hasilnya yaitu sebesar 154,06 menit. Sedangkan untuk non value added, waste yang teridentifikasi adalah unloading material dari truk ke warehouse (WH); transportasi dari WH ke buffer; inventory level material filter maker; transportasi dari filter maker ke buffer filter; inventory level pada buffer filter rods; transportasi dari buffer filter ke filter shooter; inventory level material cigarette maker; inventory level cigarette; Transportasi dari cigarette maker ke cigarette packer; inventory level material cigarette packer; transportasi dari cigarette packer ke case packer; inventory level material case packer; transportasi dari case packer ke conveyor; aktivitas palletizing; transportasi dari palletizing ke finished goods WH; dan transportasi dari finished goods WH ke truk. Nilai value added ratio yang didapatkan dari hasil current state VSM adalah sebesar 4,1 %. Untuk meningkatkan nilai ini, dilakukan rencana perbaikan guna menurunkan waktu dari kegiatan non value added. Selain itu, dilakukan identifikasi waste berdasarkan pengamatan proses dari awal hingga akhir.

24 65 Identifikasi waste Berikut identifikasi waste yang terdapat dalam setiap aktivitas yang dilalui material brand X. Gambar 4.4 Identifikasi waste Setelah dilakukan pengamatan, dapat diidentifikasi waste yang terdapat dalam setiap aktivitas. Waste yang teridentifikasi adalah excess inventory level waste dan motion waste. Excess inventory level waste menunjukkan tingkat persediaan yang berlebihan di lantai produksi. Hal ini dikarenakan sistem pengiriman material oleh operating support (O/S) yang masih dilakukan dengan pendekatan push. Oleh karena itu, perlu dilakukan perencanaan pengiriman material yang lebih baik dengan pendekatan pull. Motion waste terjadi ketika OS melakukan aktivitas pengiriman material ke lantai produksi. Aktivitas yang dilakukan OS adalah loading

25 66 material, transportasi ke lantai produksi, dan unloading material ke trolley. Operator mesin akan mengambil material dari trolley dan memasukkan material tersebut kedalam mesin. Yang menjadi motion waste dalam rangkaian aktivitas tersebut adalah gerakan unloading material yang dilakukan. Gerakan ini diidentifikasikan sebagai waste, karena sebenarnya ketika gerakan itu dilakukan selain dari sisi waktu akan menjadi lebih lama juga akan mengakibatkan terjadinya double handling antara OS dengan operator mesin. Pada current state map, diperoleh hasil bahwa non-value added inventory sebesar 2116,8 menit. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat dianalisa bahwa aktivitas non-value added yang ada saat ini sebagian besar dipengaruhi persediaan material yang menumpuk di lantai produksi. Maka, akan disusun rencana perbaikan terhadap aktivitas pengiriman material dari warehouse dengan pendekatan konsep pull. Sesuai dengan karakteristik sistem traceability dan pull secara elektronik yang akan diimplementasikan, maka akan ditentukan komposisi material pada setiap pengiriman Pallet. Untuk pemesanan material oleh operator mesin ke O/S, perlu dilakukan penghitungan reorder point. Sedangkan untuk mengatasi waste motion, akan dilakukan penggantian trolley dengan pallet. Rencana ini bertujuan mengeliminasi gerakan unloading material yang dilakukan,

26 67 sehingga O/S hanya perlu melakukan kegiatan loading material dan transportasi ke lantai produksi.

27 Data Untuk Mendukung Perencanaan Perbaikan Komposisi Pengiriman Material Untuk menentukan komposisi pengiriman material yang tepat, maka dilakukan pengumpulan data dimensi material dan Pallet. Berikut pengumpulan data yang dilakukan dengan pengukuran. Dimensi Material Tabel 4.13 Dimensi Material Material Kode Material Panjang (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm) Diameter (cm) Unit / Pallet Unit / box Maksimum tumpukan (unit / Pallet) Cigarette Paper N/A N/A 2, N/A 35 Tipping Paper 32.R078 N/A N/A N/A 16 Alufoil N/A N/A 8, N/A 11 Inner Frame N/A N/A 9,45 36,8 40 N/A 10 Blank 40.W732C ,5 N/A N/A N/A Film Pack 46.B634 N/A N/A 12, N/A 8 Tear Tape Pack , N/A N/A 1 N/A Film Slof 46.B338 N/A N/A 35,2 26,9 36 N/A 3 Tear Tape Slof ,4 30,5 N/A N/A 12 N/A Blank Label ,5 29,5 33,6 N/A N/A 4 N/A Ribbon ,5 17 N/A N/A 12 N/A

28 69 Tabel 4.13 Dimensi Material (Lanjutan) Material Kode Material Panjang (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm) Diameter (cm) Unit / Pallet Unit / box Maksimum tumpukan (unit / Pallet) Case Sealing Tape N/A N/A 6 N/A Shipping Case 70.G ,5 97,5 N/A 14 N/A N/A Plug Wrap N/A N/A 2,625 53,2 N/A N/A 35 Cigarette Paper N/A N/A 2,65 52,5 140 N/A 35 Tipping Paper 32.R035 N/A N/A 6,4 41 N/A N/A 15 Alufoil N/A N/A 11, N/A 8 Blank Label N/A N/A N/A N/A N/A

29 70 Ukuran Pallet Ukuran pallet yang akan digunakan untuk mengirimkan material dari material buffer ke lantai produksi adalah sebagai berikut: Tabel 4.14 Jenis dan Ukuran Pallet Jenis Pallet Panjang (cm) Lebar (cm) Pallet BMJ Pallet Inner Frame MWV (X) Pallet Inner Frame BPI (Y) Pallet Blank Pallet Shipping Case Gambar 4.5 Pallet yang Digunakan Untuk Pengiriman Material Komposisi Material Pada Pallet Berdasarkan perhitungan kebutuhan material per shift dengan uptime 70%, dilakukan pengaturan komposisi material pada pallet. Pallet ditentukan berdasarkan prinsip pemindahan material, yaitu meletakkan material di dekat tempat penggunaannya. Jadi, material akan disusun ke pallet berdasarkan mesin yang menggunakannya. Material blank dan shipping case tetap sesuai dengan komposisi dari supplier, dengan mempertimbangkan luas permukaan

30 71 dan tumpukan pallet yang sudah penuh. Komposisi link-up 1.1, 3.3, dan 4.4 adalah material untuk produksi brand X yang merupakan objek penelitian ini. Sedangkan komposisi link-up 2.2 dan 6.6 adalah material brand Y, yang merupakan brand kedua terbesar berdasarkan jumlah produksi. Tabel 4.15 Kebutuhan Material Material Komposisi Link-up 1.1 Komposisi Link-up 2.2 Komposisi Link-up 3.3 Komposisi Link-up 4.4 Komposisi Link-up 6.6 Cigarette Paper Tipping Paper Alufoil Inner Frame Film Pack Film Slof Blank Shipping Case roll 2 roll 14 roll 11 roll 9 roll 11 roll 3 roll 8 roll 3 roll 2 roll pcs 70 pcs 70 pcs Gambar 4.6 Komposisi Material Link-Up 1.1

31 72 33 roll 14 roll 11 roll 9 roll 11 roll 3 roll 8 roll pcs 70 pcs 70 pcs 3 roll 2 roll Gambar 4.7 Komposisi Material Link-Up roll 2 roll 14 roll 11 roll 9 roll 11 roll 3 roll 8 roll 3 roll 2 roll pcs 70 pcs 70 pcs Gambar 4.8 Komposisi Material Link-Up roll 10 roll 11 roll 7 roll 3 roll 3 roll 8 roll pcs 70 pcs 70 pcs Gambar 4.9 Komposisi Material Link-Up roll 10 roll 11 roll 7 roll 8 roll 8 roll pcs 70 pcs 70 pcs 3 roll Gambar 4.10 Komposisi Material Link-Up 6.6

32 73 Waktu Unloading Material Gambar 4.11 Keterangan Material Dilakukan pengamatan untuk mengukur waktu unloading material dari pallet ke trolley yang dilakukan oleh O/S ketika mengirimkan material. Berikut ini adalah contoh pengukuran waktu yang diperlukan untuk unloading cigarette paper berikut dengan uji keseragaman data dan kecukupan data. Tabel 4.16 Hasil Uji Keseragaman Data Waktu Unloading Cigarette Paper Cigarette Paper Xbar Std Deviasi BKA BKB 8,73 9,10 0,540 10,178 8,017 8,39 9,10 0,540 10,178 8,017 9,64 9,10 0,540 10,178 8,017 9,86 9,10 0,540 10,178 8,017 9,39 9,10 0,540 10,178 8,017 8,66 9,10 0,540 10,178 8,017 8,7 9,10 0,540 10,178 8,017 9,41 9,10 0,540 10,178 8,017

33 74 Gambar 4.12 Peta Kontrol Keseragaman Data Waktu Unloading Cigarette Paper Tabel 4.17 Uji Kecukupan Data Waktu Unloading Cigarette Paper No. X X^2 1. 8,73 76, ,39 70, ,64 92, ,86 97, ,39 88, ,66 74, ,7 75, ,41 88,548 Total 72,78 664,160

34 75 Tabel 4.18 Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Waktu Unloading Material Material Cigarette Paper Tipping Paper Alufoil Inner Frame Blank Film Pack Film slof Shipping case Uji Keseragaman Data Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Uji kecukupan data Tabel 4.19 Uji Kecukupan Data Waktu Unloading Cigarette Paper No. X X^2 1. 8,73 76, ,39 70, ,64 92, ,86 97, ,39 88, ,66 74, ,7 75, ,41 88,548 Total 72,78 664,160 N = = N < N = Data cukup

35 76 Tabel 4.20 Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Waktu Unloading Material Material Ac.Tow Plug Wrap Cigarette Paper Tipping Paper Alufoil Inner Frame Blank Film Pack Film slof Shipping case Uji Kecukupan Data Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Setelah dilakukan pengukuran waktu unloading material, dilakukan uji keseragaman dan kecukupan data. Maka, data yang diperoleh dapat digunakan untuk menghitung rata-rata. Hasil dari perhitungan tersebut akan digunakan untuk menunjukkan jumlah waktu kegiatan unloading yang akan dieliminasi. Berikut ini hasil perhitungan waktu unloading tersebut. Tabel 4.21 Rekapitulasi Waktu Unloading Material Material cigarette paper tipping paper Alufoil Inner Frame Opp pack OPP slof Qty per unloading waktu unloading (detik) Qty unloading Frekuensi unloading TOTAL sec

36 77 Qty unloading pada cigarette paper sebesar 462 roll adalah adalah jumlah cigarette paper yang dikirim untuk 5 shift di link-up 1.1, 3.3 dan 4.4. Frekuensi unloading adalah hasil perhitungan berapa kali unloading yang diperlukan untuk 462 roll tersebut. Langkah yang sama dilakukan juga untuk menghitung waktu unloading material lainnya. Maka, total waktu unloading yang akan dieliminasi sebesar 6297 detik atau 1259,4 detik/shift Rencana Pengiriman Material Waktu Loading Material Untuk melakukan rencana pengiriman material, diperlukan waktu loading material untuk memperhitungkan lead time aktivitas pengiriman material. Berikut ini adalah data pengamatan waktu loading material, beserta uji keseragaman dan uji kecukupan data yang dilakukan. Tabel 4.22 Hasil Uji Keseragaman Data Waktu Loading Cigarette Paper Cigarette Paper Xbar Std Deviasi BKA BKB 4,4 4,44 0,289 5,019 3,865 4,05 4,44 0,289 5,019 3,865 4,07 4,44 0,289 5,019 3,865 4,26 4,44 0,289 5,019 3,865 4,67 4,44 0,289 5,019 3,865 4,41 4,44 0,289 5,019 3,865 4,28 4,44 0,289 5,019 3,865 4,78 4,44 0,289 5,019 3,865 4,61 4,44 0,289 5,019 3,865 4,89 4,44 0,289 5,019 3,865

37 78 = Gambar 4.13 Peta Kontrol Keseragaman Data Waktu Loading Cigarette Paper = 4,44 σ = = BKA = = 5,01 BKB = = 3.865

38 79 Tabel 4.23 Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Waktu Loading Material Material Ac.Tow Plug Wrap Cigarette Paper Tipping Paper Alufoil Inner Frame Blank Film Pack Film slof Shipping case Uji Keseragaman Data Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Tabel 4.24 Uji Kecukupan Data Waktu Loading Cigarette Paper No. X X^2 1. 4,4 19, ,05 16, ,07 16, ,26 18, ,67 21, ,41 19, ,28 18, ,78 22, ,61 21, ,89 23,9121 Total 44,42 198,063

39 80 Tabel 4.25 Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Waktu Loading Material Material Ac.Tow Plug Wrap Cigarette Paper Tipping Paper Alufoil Inner Frame Blank Film Pack Film slof Shipping case Uji Kecukupan Data Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Berdasarkan uji kecukupan data pada waktu loading material dengan memakai tingkat ketelitian sebesar 5% dan tingkat keyakinan sebesar 95 %, diperoleh hasil N < N sehingga dapat disimpulkan bahwa data cukup. Lead time Pengiriman Material ke Lantai Produksi Data lead time berikut adalah waktu yang diperlukan oleh Operating Support (OS) untuk loading material ke pallet dan transportasi dari DIM buffer ke lantai produksi.

40 81 Tabel 4.26 Perhitungan Lead Time Material Link-up 1.1 (dalam detik) Pallet 1 Pallet 2 Pallet 3 Pallet 4 Material Cigarette Paper Tipping Paper Alufoil Inner Frame OPP Pack OPP Slof Blank Shipping case Qty per loading Waktu per Loading 4,44 10,99 6,02 7,67 13,92 18,87 18,31 12,73 Transportasi 64,25 64,25 62,37 62,37 62,37 62,37 62,37 63,75 Order Qty Frekuensi loading lead time 176, ,648 80,83 76,480 Tabel 4.27 Perhitungan Lead Time Material link-up 3.3 (dalam detik) Pallet 5 Pallet 6 Pallet 7 Pallet 8 Material Cigarette Paper Tipping Paper Alufoil Inner Frame OPP Pack OPP Slof Blank Shipping case Qty per loading Waktu per Loading 4,44 10,99 6,02 7,67 13,92 18,87 18,31 12,73 Transportasi 61,65 61,65 61,99 61,99 61,99 61,99 61,99 48,26 Order Qty Frekuensi loading lead time 174, ,264 80,299 60,992

41 82 Tabel 4.28 Perhitungan Lead Time Material link-up 4.4 (dalam detik) Pallet 9 Pallet 10 Pallet 11 Pallet 12 Material Cigarette Paper Tipping Paper Alufoil Inner Frame OPP Pack OPP Slof Blank Shipping case Qty per loading Waktu per loading 4,44 10,99 6,02 7,67 13,92 18,87 18,31 12,73 Transportasi 56,22 56,22 56,29 56,29 56,29 56,29 56,29 55,18 Order Qty Frekuensi loading lead time 140, ,202 74,599 67,908 Tabel 4.29 Perhitungan Lead Time Material Link-up 2.2 (dalam detik) Pallet 13 Pallet 14 Pallet 15 Pallet 16 Material Cigarette Paper Tipping Paper Alufoil Inner Frame OPP Pack OPP Slof Blank Shipping case Qty per loading Waktu per loading 4,44 10,99 6,02 7,67 13,92 18,87 18,31 12,73 Transportasi 60,71 60,71 60, ,21 60,21 60,21 55,73 Order Qty Frekuensi loading lead time 164, ,492 78,527 68,460

42 83 Tabel 4.30 Perhitungan Lead Time Material link-up 6.6 (dalam detik) Pallet 17 Pallet 18 Pallet 19 Pallet 20 Material Acetate Tow Plug Wrap Cigarette Paper Tipping Paper Alufoil Inner Frame OPP Pack OPP Slof Blank Shipping case Qty sekali loading Waktu per Loading 47,20 7,75 4,44 10,99 6,02 7,67 13,92 18,87 18,31 12,73 Transportasi 58,94 58,94 60,71 60,71 60,21 60,21 60,21 60,21 60,21 55,73 Order Qty Frekuensi loading lead time 106,140 97, , ,208 78,527 68,460 Selanjutnya, penyebutan Pallet akan disederhanakan sesuai nomor Pallet pada tabel lead time (Pallet 1 Pallet 20) Contoh perhitungan lead time : Lead time Pallet 17 = ( Frekuensi Loading x Waktu per Loading ) + Transportasi = (4,44 x 8) + (10,99 x 4) + 60,71 = 140,196

43 84 Safety Stock dan Reorder Point (ROP) Safety stock Untuk menghitung besarnya safety stock yang diperlukan, ada dua metode yang dapat digunakan, yaitu : Metode Statistika Tabel 4.31 Konsumsi Tipping Paper Link-Up 1.1 Konsumsi Tipping Paper Link-up 1.1 5,30 11,42 12,95 6,68 11,43 13,00 7,44 11,45 13,01 8,03 11,57 13,07 8,18 11,60 13,11 8,32 11,71 13,17 8,39 11,77 13,27 8,86 11,77 13,30 9,02 11,84 13,33 9,81 11,85 13,34 10,06 11,86 13,40 10,33 12,09 13,71 10,43 12,10 13,73 10,60 12,18 13,77 10,68 12,21 13,82 10,71 12,27 13,84 10,74 12,32 13,84 10,92 12,37 13,85 10,95 12,50 13,88

44 85 Tabel 4.31 Konsumsi Tipping Paper Link-Up 1.1 (Lanjutan) Konsumsi Tipping Paper Link-up ,02 12,53 13,91 11,04 12,61 14,12 11,06 12,67 14,26 11,11 12,74 14,44 11,17 12,79 14,52 11,23 12,87 14,82 11,26 12,91 15,14 11,36 12,93 16,21 11,38 12,94 16,85 Probability Plot of Konsumsi Tipping Paper Normal Percent 99, Mean 11,99 StDev 2,003 N 84 KS 0,094 P-Value 0, ,1 5,0 7,5 10,0 12,5 15,0 Konsumsi Tipping Paper 17,5 20,0 Gambar 4.14 Grafik Distribusi Konsumsi Tipping Paper di Link-Up 1.1 Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa data tersebut memiliki nilai p-value sebesar 0,064 atau p-value <0,15. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

45 86 data tidak mengikuti distribusi normal. Maka rumus safety stock = tidak dapat digunakan. 2. Metode perbedaan pemakaian maksimum dan rata-rata Tabel 4.32 Perhitungan Safety Stock di Link-Up 1.1 Lead time (shift) Reorder Point (visual) Material UoM Rata - Safety Reorder rata Maksimum Stock Point Cigarette Paper roll 36,20 51,71 0,0061 0,10 0,32 1 Tipping Paper roll 13,10 18,72 0,0061 0,03 0,11 1 Alufoil roll 24,83 35,47 0,0166 0,18 0,59 1 Inner Frame roll 8,20 11,71 0,0166 0,06 0,19 1 Film Pack roll 9,46 13,51 0,0166 0,07 0,22 1 Film Slof roll 2,44 3,48 0,0166 0,02 0,06 1 Blank ribu pc 169,18 241,68 0,0028 0,20 0,68 1 Shipping Case pc 337,01 481,44 0,0027 0,38 1,28 2 Perhitungan safety stock dilakukan dengan metode perbedaan antara konsumsi maksimum (konsumsi material untuk uptime 100%), dengan konsumsi rata-rata (konsumsi material untuk uptime 70%) berdasarkan BOM. Berikut ini perhitungan safety stock cigarette paper link-up 1.1 :

46 87 Safety stock = (Pemakaian Maksimum Pemakaian Rata-Rata) x Lead time = (51, ) x 0,0061 = 0,10 unit Reorder Point (ROP) Perhitungan reorder point cigarette paper link-up 1.1 Reorder Point = (LD x AU) + SS = (0,0061 x 32,98) + 0,12 = 0,32 unit Berdasarkan hasil perhitungan, didapat bahwa reorder point untuk material berbentuk roll tidak berupa bilangan bulat. Maka, nilai ini harus dibulatkan dengan mempertimbangkan faktor best practice. Sedangkan reorder point material blank, yang berupa bundle lembaran kertas tipis (500 piece per bundle) harus disesuaikan ke kelipatan 500 di atasnya. Demikian pula shipping case, yang berupa bundle 10 pc harus disesuaikan ke kelipatan 10 di atasnya Simulasi Pengiriman Material Berdasarkan perhitungan reorder point serta komposisi material pada pallet yang akan diusulkan, dilakukan simulasi order dan pengiriman material berdasarkan uptime mesin selama 30 shift pada tanggal 1-10 Mei. Untuk simulasi ini, kita perlu mempertimbangkan pula pengiriman material untuk produksi brand lain sesuai tanggung jawab OS. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah OS dapat memenuhi semua order tepat waktu.

47 88 Order untuk tiap-tiap pallet berdasarkan material yang lebih dahulu mencapai titik reorder point. Tabel 4.33 Simulasi Pengiriman Material Pallet 1 Shift Uptime Stock Awal Konsumsi Status Qty Masuk Order Interval 1 68,31 14,00 12,79 No Order ,00 1,21 11,04 Re Order 14 9, ,61 4,17 12,09 Re Order , ,06 6,08 11,06 Re Order , ,46 9,02 14,12 Re Order , ,21 8,90 10,71 Re Order , ,81 12,19 8,39 No Order ,04 3,80 13,30 Re Order , ,54 4,50 11,71 Re Order , ,96 6,80 11,60 Re Order , ,15 9,20 11,45 Re Order , ,94 11,75 12,53 Re Order , ,21 13,23 13,33 Re Order , ,40 13,90 10,74 No Order ,75 3,15 7,44 Re Order , ,99 9,71 11,42 Re Order , ,42 12,30 9,81 No Order ,83 2,49 11,57 Re Order 14 61, ,90 4,91 11,77 Re Order , ,08 7,14 12,18 Re Order , ,35 8,96 8,86 Re Order , ,15 14,09 14,44 Re Order , ,06 13,65 11,43 No Order ,00 2,22 0,00 No Order ,83 2,22 13,82 Re Order 14 42, ,10 2,40 12,37 Re Order 14 54, ,96 4,03 13,84 Re Order ,05

48 89 Tabel 4.33 Simulasi Pengiriman Material Pallet 1 (Lanjutan) Shift Uptime Stock Awal Konsumsi Status Qty Masuk Order Interval 28 60,00 4,19 11,23 Re Order , ,73 6,96 10,43 Re Order , ,33 10,52 13,91 Re Order ,57 Dalam simulasi yang dilakukan, besar stock awal shift 1 sesuai komposisi yang ditetapkan pada pallet. Langkah-langkah perhitungan pada shift n yaitu sebagai berikut : konsumsi n = konsumsi 1% uptime x uptime n Jika : konsumsi n stock awal n reorder point, maka dilakukan reorder konsumsi n stock awal n reorder point, maka tidak ada order Saat terjadi reorder pallet, maka akan ada material yang masuk sesuai dengan komposisi pada pallet. Jika pada shift tersebut telah terjadi reorder, maka jika : konsumsi n stock awal n + qty masuk n - reorder point, dilakukan reorder konsumsi n stock awal n + qty masuk n - reorder point, tidak ada reorder Order interval adalah selang order dalam menit, terhitung dari awal shift. Nilai order interval didapat dengan perhitungan sebagai berikut : 480 menit Stock awal untuk shift selanjutnya dihitung dengan formula berikut : Stock awal n+1 = stock awal n + qty masuk n konsumsi n Setelah simulasi order semua Pallet selama 30 shift selesai, order akan diurutkan untuk tiap tiap shift.

49 90 Analisa Keterlambatan Pengiriman Berdasarkan simulasi pengiriman material semua Pallet untuk 30 shift, order untuk semua Pallet diurutkan berdasarkan shift, dimulai dari order dengan order interval terkecil. Waktu order ditambahkan dengan lead time yang telah diolah sebelumnya, ditampilkan pada kolom Terkirim. Waktu ini ditambahkan dengan transportasi kembalinya OS ke warehouse, ditampilkan pada kolom Selesai. Waktu pada kolom ini dibandingkan dengan waktu order selanjutnya, untuk menentukan apakah OS akan terlambat dalam melayani order. Tabel 4.34 Simulasi Pengiriman Shift 1 Waktu Order Pallet Lead time Terkirim Selesai Status Keterlambatan ,27 201,32 202, ,14 247,04 248,09 Terlayani 0, ,13 253,01 254,06 Terlayani 0, ,14 371,46 372,51 Terlayani 0, ,27 416,75 417,80 Terlayani 0, ,02 421,38 422,43 Terlayani 0, ,34 433,89 434,94 Terlayani 0, ,34 458,08 459,13 Terlayani 0, ,74 470,36 471,41 Terlayani 0, ,04 483,87 484,92 Terlayani 0,00

50 91 Tabel 4.35 Simulasi Pengiriman Shift 13 Waktu Order Pallet Lead time Terkirim Selesai Status Keterlambatan ,24 1,36 2, ,14 9,44 10,49 Terlayani 0, ,34 61,98 63,03 Terlayani 0, ,13 113,62 114,67 Terlayani 0, ,31 121,79 122,84 Terlayani 0, ,14 134,68 135,73 Terlayani 0, ,60 145,81 146,86 Terlayani 0, ,27 177,21 178,26 Terlayani 0, ,26 218,37 219,42 Terlayani 0, ,04 226,55 227,60 Terlayani 0, ,34 256,19 257,24 Terlayani 0, ,14 341,12 342,17 Terlayani 0, ,14 345,37 346,42 Terlayani 0, ,34 348,06 349,11 Terlayani 0, ,74 360,37 361,42 Terlayani 0, ,13 362,55 363,60 Terlambat 3, ,27 364,87 365,92 Terlambat 5, ,96 432,99 434,04 Terlayani 0, ,91 436,95 438,00 Terlambat 8, ,31 439,30 440,35 Terlambat 7, ,95 443,30 444,35 Terlambat 0,09 Berdasarkan simulasi yang dilakukan, diperoleh data keterlambatan maksimum yang terjadi dalam memenuhi suatu pesanan pallet yaitu selama 8,29 menit. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyesuaian terhadap safety stock dan reorder point yang telah dihitung sebelumnya untuk mengantisipasi keterlambatan. Penyesuaian ini diperlukan untuk mencegah terjadinya stock-out akibat keterlambatan pengiriman material.

51 92 Tabel 4.36 Penyesuaian Reorder Point 1.1 Material Ratarata Maksimum Lead Time Maksimum Safety Stock Reorder Point Reorder Point (visual) Cigarette Paper 36,20 51,71 0,0234 0,36 1,21 2 Tipping Paper 13,10 18,72 0,0234 0,13 0,44 1 Alufoil 24,83 35,47 0,0339 0,36 1,20 2 Inner Frame 8,20 11,71 0,0339 0,12 0,40 1 Film Pack 9,46 13,51 0,0339 0,14 0,46 1 Film Slof 2,44 3,48 0,0339 0,04 0,12 1 Blank 169,18 241,68 0,0201 1,46 4,85 5 Shipping Case 337,01 481,44 0,0199 2,88 9, Material Ratarata Maksimum Lead Time Maksimum Safety Stock Reorder Point Reorder Point (visual) Cigarette Paper 36,20 51,71 0,0233 0,36 1,21 2 Tipping Paper 13,10 18,72 0,0233 0,13 0,44 1 Alufoil 24,83 35,47 0,0338 0,36 1,20 2 Inner Frame 8,20 11,71 0,0338 0,12 0,40 1 Film Pack 9,46 13,51 0,0338 0,14 0,46 1 Film Slof 2,44 3,48 0,0338 0,04 0,12 1 Blank 169,18 241,68 0,0201 1,45 4,85 5 Shipping Case 337,01 481,44 0,0194 2,80 9,33 10

52 Material Rata - rata Maksimum Lead Time Maksimum Safety Stock Reorder Point Reorder Point (visual) Cigarette Paper 25,34 36,20 0,0221 0,24 0,80 1 Tipping Paper 9,17 13,10 0,0221 0,09 0,29 1 Alufoil 12,22 17,46 0,0298 0,16 0,52 1 Inner Frame 5,74 8,20 0,0298 0,07 0,24 1 Film Pack 6,62 9,46 0,0298 0,08 0,28 1 Film Slof 1,71 2,44 0,0298 0,02 0,07 1 Blank 118,42 169,18 0,0199 1,01 3,36 3,5 Shipping Case 235,91 337,01 0,0196 1,98 6,62 10 Safety stock dan reorder point penyesuaian dihitung dengan menambahkan lead time dengan keterlambatan maksimum yang dapat terjadi. Berdasarkan perhitungan di atas, dan dengan mempertimbangkan best practice reorder point secara visual, maka dapat ditentukan reorder point untuk masing-masing material brand X. Rekapitulasi hasil akhir reorder point dan hasil perhitungan average inventory yang dihitung dengan rumus untuk metode Q ditampilkan dalam tabel berikut ini. Average inventory level tertinggi untuk masingmasing proses pada tiap link-up di-highlight pada tabel.

53 94 Tabel 4.37 Average Inventory Level Future State Link-Up 1.1 Material UOM Safety Stock Average Inventory Level Average Inventory Level (dalam shift) Cigarette Paper roll 0,36 18,86 0,521 Tipping Paper roll 0,13 7,13 0,544 Alufoil roll 0,36 12,86 0,518 Inner Frame roll 0,12 4,62 0,563 Film Pack roll 0,14 5,14 0,543 Film Slof roll 0,04 1,54 0,630 Blank ribu pcs 1,46 76,46 0,452 Shipping Case pcs 2,88 72,88 0,216 Tabel 4.38 Average Inventory Level Future State Link-Up 3.3 Material UOM Safety Stock Average Inventory Level Average Inventory Level (dalam shift) Cigarette Paper roll 0,36 18,86 0,521 Tipping Paper roll 0,13 7,13 0,544 Alufoil roll 0,36 12,86 0,518 Inner Frame roll 0,12 4,62 0,563 Film Pack roll 0,14 5,14 0,543 Film Slof roll 0,04 1,54 0,630 Blank ribu pcs 1,45 76,45 0,452 Shipping Case pcs 2,80 72,80 0,216

54 95 Tabel 4.39 Average Inventory Level Future State Link-Up 4.4 Average Material UOM Safety Stock Average Inventory Level Inventory Level (dalam shift) Cigarette Paper roll 0,24 13,24 0,523 Tipping Paper roll 0,09 5,09 0,555 Alufoil roll 0,16 7,16 0,586 Inner Frame roll 0,07 3,57 0,623 Film Pack roll 0,08 4,08 0,617 Film Slof roll 0,02 1,52 0,892 Blank ribu pcs 1,01 76,01 0,642 Shipping Case pcs 1,98 71,98 0,305 Perhitungan average inventory level future state material cigarette paper link-up 1.1 I = [ SS + (Q ½ ) ] = [ 0,36 + (37 ½ ) ] = 18,86 Perhitungan average inventory level (dalam shift) future state cigarette paper link-up 1.1 Average inventory level (dalam shift) = = = 0,521

55 96 Tabel 4.40 Average Inventory Level Brand X Average Inventory Level Material (dalam shift) Cigarette Paper 0,517 Tipping Paper 0,542 Alufoil 0,524 Inner Frame 0,572 Film Pack 0,555 Film Slof 0,691 Blank 0,497 Shipping Case 0,235 Average inventory level untuk masing-masing proses brand X secara keseluruhan dihighlight pada tabel.

56 Future State VSM Gambar 4.15 Future State VSM

57 Analisis Hasil Pengolahan Data Analisa Future State VSM Pada pemetaan future state VSM, digambarkan bahwa adanya penurunan nilai inventory level pada proses cigarette maker dari 0,913 shift menjadi 0,542 shift, cigarette packer dari 1,475 shift menjadi 0,691 shift, dan case packer dari 0,574 shift menjadi 0,235 shift. Penurunan nilai inventory level ini mengakibatkan nilai non value added pun menjadi lebih kecil, sehingga akan menaikkan nilai process cycle efficiency Analisa Perbandingan Current State dengan Future State Setelah dilakukan pemetaan terhadap current state dan future state VSM, maka kita dapat membandingkan hasil yang diproyeksikan dari rencana perbaikan yang dilakukan. Dari current state VSM, diperoleh hasil process lead time sebesar 3724,22 menit dan process cycle efficiency sebesar 4.1 %, setelah dilakukan rencana perbaikan hasil dari process lead time berkurang menjadi 3007,10 dan process cycle efficiency meningkat menjadi 5.1 %.

ANALISIS WASTE DALAM ALIRAN MATERIAL INTERNAL DENGAN VALUE STREAM MAPPING PADA PT XYZ

ANALISIS WASTE DALAM ALIRAN MATERIAL INTERNAL DENGAN VALUE STREAM MAPPING PADA PT XYZ ANALISIS WASTE DALAM ALIRAN MATERIAL INTERNAL DENGAN VALUE STREAM MAPPING PADA PT XYZ Gita Ayu; Jeffry Hanggara; David Kurniawan; Gunawan Department of Industrial Engineering, Faculty of Engineering, Binus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, tantangan utama bagi setiap perusahaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, tantangan utama bagi setiap perusahaan adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangannya, tantangan utama bagi setiap perusahaan adalah menyediakan produk sesuai dengan ekspektasi customer. Maka, sangat penting bagi perusahaan untuk

Lebih terperinci

Value Stream Mapping sebagai Alat Identifikasi Waste pada PT. X untuk Departemen A

Value Stream Mapping sebagai Alat Identifikasi Waste pada PT. X untuk Departemen A Value Stream Mapping sebagai Alat Identifikasi Waste pada PT. X untuk Departemen A Joko Yulianto 1, Tanti Octavia 2 Abstract: PT. X is one of company that concerns with continuous improvement. PT. X attempts

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1, Objek Penelitian Objek penelitian untuk tugas akhir ini adalah Process Cycle Efficiency pada proses produksi Blank Cilynder Head Type KPH di PT. X melalui pemetaan produk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lean Manufacturing Ohno (1997) seperti yang dikutip oleh Abdullah (2003) menjelaskan bahwa ide dasar di balik sistem lean manufacturing, yang telah dipraktekkan selama

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Temuan Utama dan Hasil Pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa temuan utama dalam penelitian ini adalah terjadinya pemborosan

Lebih terperinci

Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study

Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study Maria Natalia 1, Nyoman Sutapa 2 Abstract: The thesis discusses the value added and non-value added of the

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Jurnal dan referensi diperlukan untuk menunjang penelitian dalam pemahaman konsep penelitian. Jurnal dan referensi yang diacu tidak hanya dalam negeri namun juga

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi proses penerimaan order sampai dengan proses packing dengan mengeliminasi non-value added activities (aktivitas yang tidak bernilai

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL. material dalam sistem secara keseluruhan. Value stream mapping yang

BAB V ANALISIS HASIL. material dalam sistem secara keseluruhan. Value stream mapping yang BAB V ANALISIS HASIL Bedasarkan Data yang telah diolah pada Bab sebelumnya maka analisis hasil yang akan dijelaskan dibawah ini. 5.1 Analisa Current State Mapping Value stream mapping merupakan awal untuk

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif kualitatif yaitu metode untuk menyelidiki objek yang dapat diukur dengan angka-angka

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian berisi penjelasan tahap-tahap yang dilalui penulis dalam menyusun penelitian. Tahap-tahap tersebut adalah tahap awal penelitian, tahap pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi jasa atau barang. Manufacturing adalah proses produksi untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi jasa atau barang. Manufacturing adalah proses produksi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi merupakan proses yang berkenaan dengan pengubahan input menjadi jasa atau barang. Manufacturing adalah proses produksi untuk menghasilkan produk-produk fisik.

Lebih terperinci

Avissa Bonita, Rispianda Gita Permata Liansari. Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung.

Avissa Bonita, Rispianda Gita Permata Liansari. Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung. Reka Integra ISSN 2338 508 Jurusan Teknik Industri Itenas No. 2 Vol. 03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 205 USULAN PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI UNTUK MENGURANGI PEMBOROSAN PADA LANTAI PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data di dalam tulisan ini yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan di pengolahan dan analisis data terdiri dari : 1. Data Total

Lebih terperinci

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas Jurnal Teknik Industri, Vol., No., Juni 03, pp.-8 ISSN 30-495X Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 0J Untuk Meningkatkan Produktivitas Ridwan Mawardi, Lely Herlina, Evi Febianti 3,,

Lebih terperinci

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu rangkaian kerangka pemecahan masalah yang dibuat secara sistematis dalam pemecahan masalah yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

Analisis Pemborosan Proses Loading dan Unloading Pupuk dengan Pendekatan Lean Supply Chain

Analisis Pemborosan Proses Loading dan Unloading Pupuk dengan Pendekatan Lean Supply Chain Jurnal Teknik Industri, Vol.1, No.1, Maret 2013, pp.35-40 ISSN 2302-495X Analisis Pemborosan Proses Loading dan Unloading Pupuk dengan Pendekatan Lean Supply Chain Tubagus Ardi Ferdiansyah 1, Asep Ridwan

Lebih terperinci

Analisis Waste dalam Produksi Pasta Gigi Menggunakan Lean Thinking

Analisis Waste dalam Produksi Pasta Gigi Menggunakan Lean Thinking 1 Analisis Waste dalam Produksi Pasta Gigi Menggunakan Lean Thinking Hans Roberto Widiasmoro, dan Moses L. Singgih Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Identifikasi Waste dengan Menggunakan Value Stream Mapping di Gudang PT. XYZ

Identifikasi Waste dengan Menggunakan Value Stream Mapping di Gudang PT. XYZ Prayogo., et al. / dentifikasi Waste Menggunakan VSM di Gudang PT. XYZ / Jurnal Titra, Vol., No., Juli 0, pp. dentifikasi Waste dengan Menggunakan Value Stream Mapping di Gudang PT. XYZ Thomas Prayogo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan terus tumbuh. Segmen yang menjanjikan yaitu pasar minuman ringan. Pasar minuman ringan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya industri manufaktur di Indonesia, maka akan semakin ketat persaingan antara perusahaan manufaktur satu dan lainnya. Hal ini memicu perusahaan

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Waktu siklus Pengukuran waktu adalah kegiatan mengamati pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja atau oleh operator serta mencatat waktu-waktu kerjanya baik waktu setiap elemen maupun

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Agronesia Divisi Industri Teknik Karet (INKABA) adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai jenis produk teknik berbahan baku utama karet, salah satunya adalah produk karet damper.

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari pembobotan yang dilakukan terhadap pemborosan (waste)

Lebih terperinci

SIMULASI PROSES BONGKAR MUAT DAN PENGIRIMAN CARGO COAL DI PT.XYZ DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING

SIMULASI PROSES BONGKAR MUAT DAN PENGIRIMAN CARGO COAL DI PT.XYZ DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING SIMULASI PROSES BONGKAR MUAT DAN PENGIRIMAN CARGO COAL DI PT.XYZ DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING Lely Herlina 1*, Teresia Febriarti 2, Bobby Kurniawan 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM. PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE) DAN LEAN SIX SIGMA DI PT. XYZ TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 29 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Pengumpulan Elemen Penyusun Peta VSM 4.1.1.1 Uji Keseragaman dan Kecukupan Data VAT dan NVAT Untuk menghitung waktu siklus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, perkembangan dunia usaha mengalami persaingan yang begitu ketat. Agar dapat memenangkan persaingan tersebut perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam usaha peningkatan produktivitas, perusahaan harus mengetahui kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan jasa)

Lebih terperinci

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT. PT. Barata Indonesia merupakan perusahaan manufaktur dengan salah satu proyek dengan tipe job order, yaitu pembuatan High Pressure Heater (HPH) dengan pengerjaan pada minggu ke 35 yang seharusnya sudah

Lebih terperinci

Penerapan Value Stream Mapping untuk Allocation Planning di PT. X

Penerapan Value Stream Mapping untuk Allocation Planning di PT. X Penerapan Value Stream Mapping untuk Allocation Planning di PT. X Felicia Tedja Widjaja 1, Siana Halim 1 Abstract: PT. X is one of the cigarette manufacturing leaders in Indonesia. Products from PT. X

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Sejarah Perusahaan IGP Group dimulai dengan berdirinya PT.GKD pada tahun 1980 dengan Frame Chassis dan Press Part sebagai bisnis utamanya. Menjawab

Lebih terperinci

Penerapan Lean Manufacturing dalam Proses Produksi Common Rail 4D56

Penerapan Lean Manufacturing dalam Proses Produksi Common Rail 4D56 Petunjuk Sitasi: Patrisina, R., & Ramadhan, K. M. (2017). Penerapan Lean Manufacturing dalam Proses Produksi Common Rail 4D56. prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. C131-135). Malang: Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 USULAN APLIKASI SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN UNTUK OPERATIONAL EXCELLENCE

Lebih terperinci

Standarisasi Aliran Proses dan Informasi Pada Departemen Transport di PT A

Standarisasi Aliran Proses dan Informasi Pada Departemen Transport di PT A Standarisasi Aliran Proses dan Informasi Pada Departemen Transport di PT A Fendy Aurino 1, Liem Yenny Bendatu 2 Abstract: PT A is a manufacturing company which produces consumer goods. Transportation Department

Lebih terperinci

5 BAB V ANALISA DAN HASIL

5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Analisa 5.1.1 Analisa Kanban Banyaknya kartu kanban yang diperlukan dihitung dengan rumus (Arnaldo Hernandez, 1989): Banyaknya Kanban = Permintaan Harian X Faktor Pengamanan

Lebih terperinci

Qolli Kusuma, 2 Pratya Poeri Suryadhini, 3 Mira Rahayu 1, 2, 3

Qolli Kusuma, 2 Pratya Poeri Suryadhini, 3 Mira Rahayu 1, 2, 3 RANCANGAN USULAN PERBAIKAN UNTUK MEMINIMASI WAITING TIME PADA PROSES PRODUKSI RUBBER STEP ASPIRA BELAKANG DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING (STUDI KASUS: PT AGRONESIA DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET) 1

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace, IAe) merupakan perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang industri pesawat terbang. PT. Dirgantara Indonesia

Lebih terperinci

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan Petunjuk Sitasi: Eddy, & Aswin, E. (2017). Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. C27-32). Malang: Jurusan Teknik

Lebih terperinci

USULAN MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PRODUKSI DENGAN KONSEP LEAN MANUFACTURING DI CV.X*

USULAN MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PRODUKSI DENGAN KONSEP LEAN MANUFACTURING DI CV.X* Reka Integra ISSN: 2338-508 Jurusan Teknik Industri Itenas No.2 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 205 USULAN MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PRODUKSI DENGAN KONSEP LEAN MANUFACTURING

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Kajian Pendahuluan. Identifikasi & Perumusan masalah. Penetapan Tujuan & batasan penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Kajian Pendahuluan. Identifikasi & Perumusan masalah. Penetapan Tujuan & batasan penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dirancang untuk mengetahui aliran supply chain management pada sereh wangi desa Cimungkal Kabupaten Sumedang. Penelitian ini bersifat kualitatif sehingga hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pertumbuhan industri di era globalisasi ini mengharuskan perusahaan menerapkan go green untuk menghemat energi serta harus mampu meningkatkan kinerja

Lebih terperinci

BAB 4 DATA. Primatama Konstruksi departemen PPIC (production planning and inventory

BAB 4 DATA. Primatama Konstruksi departemen PPIC (production planning and inventory BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Pengumpulan Data Untuk EOQ Dalam melakukan penelitian untuk memecahkan permasalahan di PT. Primatama Konstruksi departemen PPIC

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL Indri Hapsari, Dermanto Ang Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, 60293, Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: (Dokumentasi CV. ASJ)

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: (Dokumentasi CV. ASJ) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang CV. ASJ merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang industri sandal, berlokasi di kota Bandung, Jawa Barat. CV. ASJ memproduksi sandal pria dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1 Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai suatu konsep

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERBAIKAN SISTEM SUPPLY CHAIN DENGAN LEAN MANUFACTURING PADA PT. CAKRA COMPACT ALUMINIUM INDUSTRIAL TUGAS SARJANA.

PERANCANGAN PERBAIKAN SISTEM SUPPLY CHAIN DENGAN LEAN MANUFACTURING PADA PT. CAKRA COMPACT ALUMINIUM INDUSTRIAL TUGAS SARJANA. PERANCANGAN PERBAIKAN SISTEM SUPPLY CHAIN DENGAN LEAN MANUFACTURING PADA PT. CAKRA COMPACT ALUMINIUM INDUSTRIAL TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENERAPAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEREDUKSI WASTE PADA PROSES VULKANISIR BAN DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI

PENERAPAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEREDUKSI WASTE PADA PROSES VULKANISIR BAN DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI PENERAPAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEREDUKSI WASTE PADA PROSES VULKANISIR BAN DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

OPTIMASI LINI PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN VALUE STREAM ANALYSIS TOOLS

OPTIMASI LINI PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN VALUE STREAM ANALYSIS TOOLS OPTIMASI LINI PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN VALUE STREAM ANALYSIS TOOLS Yosua Caesar Fernando 1 dan Sunday Noya 2 Abstract: Meminimalkan pemborosan dalam proses produksi adalah salah satu tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian ini, yaitu seperti pada Gambar 3.1 merupakan

Lebih terperinci

Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Jessica Juventia, Lusia P.S Hartanti Program Studi Teknik Industri Universitas Pelita Harapan Surabaya, Indonesia Jessicajuventia28@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sudut pandang konsumen oleh karena itu perlu dieliminasi. Didalam lean

BAB I PENDAHULUAN. dari sudut pandang konsumen oleh karena itu perlu dieliminasi. Didalam lean BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pemborosan merupakan segala sesuatu yang menambah waktu dan biaya pembuatan sebuah produk namun tidak menambah nilai pada produk yang dilihat dari sudut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... SURAT KETERANGAN PENELITIAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... SURAT KETERANGAN PENELITIAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... SURAT KETERANGAN PENELITIAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK.....

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Minimasi waste merupakan hal yang penting untuk mendapatkan value stream yang baik. Produktivitas yang meningkat mengarah pada operasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4%

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4% BAB V ANALISA 5.1 Analisa Current State Value Stream Mapping (CVSM) Value stream mapping merupakan sebuah tools untuk memetakan jalur produksi dari sebuah produk yang didalamnya termasuk material dan informasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN HASIL

BAB V ANALISIS DATA DAN HASIL BAB V ANALISIS DATA DAN HASIL 5.1 Analisis Data Penentuan Kapasitas Gudang Finished Goods yang Optimal Dari data jumlah pallet yang dibutuhkan untuk stock akhir bulan dan kapasitas gudang sebelum penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT Pindad (Persero) merupakan perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak dibidang Alutsista (Alat Utama Sistem Persenjataan) dan produk komersial. Salah

Lebih terperinci

Identifikasi Waste dengan Menggunakan Value Stream Mapping dan Upaya Perbaikan Kinerja di Gudang PT. Y

Identifikasi Waste dengan Menggunakan Value Stream Mapping dan Upaya Perbaikan Kinerja di Gudang PT. Y Identifikasi Waste dengan Menggunakan Value Stream Mapping dan Upaya Perbaikan Kinerja di Gudang PT. Y Monica Purdiani Purnomo 1, Indriati Bisono 2 Abstract: PT. Y is one of the leading cigarette manufacturers

Lebih terperinci

REDUCING WASTE DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING

REDUCING WASTE DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING REDUCING WASTE DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING Akhmad Jakfar, Wahyu Eko Setiawan, Ilyas Masudin Jurusan Magister Manajemen, Universitas Muhammadiyah Malang akhmad.jakfar89@gmail.com ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal

Lebih terperinci

Designing Work Standards to Reduce Lead Time Delivery using Value Stream Mapping Method: A Case Study

Designing Work Standards to Reduce Lead Time Delivery using Value Stream Mapping Method: A Case Study JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULY AGUSTUS SEPTEM OKTOBER NOVEM DESEMB Wijaya. / Designing Work Standards using VSM Method: A Case Study/ Jurnal Titra, Vol. 4, No.2, Juli 2016, pp.21-28 Designing

Lebih terperinci

PENGURANGAN WASTE MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING

PENGURANGAN WASTE MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING PENGURANGAN WASTE MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING Akhmad Jakfar 1, Wahyu Eko Setiawan 2 dan Ilyas Masudin 3 Abstract: PT. XYZ is one of some cigarette companies in Indonesia. In producing cigarette,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data yang didapat dari bulan Mei 2007 sampai bulan Juli 2007 yaitu berupa data-data yang berkaitan dengan perencanaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Dalam bab ini akan dikemukakan hasil dari pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan pada bab IV dan kaitannya dengan teori yang menjadi landasan dalam pengolahan data tersebut.

Lebih terperinci

Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan

Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan Persediaan merupakan faktor yang penting dalam mencapai tujuan perusahaan, karena kekurangan/kelebihan persediaan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri makanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

PERANCANGAN VALUE STREAM MAPPING PROSES PRODUKSI MAINAN KAYU PADA CV. MK

PERANCANGAN VALUE STREAM MAPPING PROSES PRODUKSI MAINAN KAYU PADA CV. MK PERANCANGAN VALUE STREAM MAPPING PROSES PRODUKSI MAINAN KAYU PADA CV. MK Azizah Mutiasari 1*, Ahmad Juang Pratama 2 1 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT...ii AYAT AL-QUR AN... iii PERUNTUKKAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

Wita Anggraita P, 2 Widia Juliani, 3 Pratya Poeri Suryadhini 1,2,3. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

Wita Anggraita P, 2 Widia Juliani, 3 Pratya Poeri Suryadhini 1,2,3. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University Usulan Perbaikan Sistem Untuk Mengurangi Penumpukan Work In Process dan Lead Time Produksi Pada Lantai Produksi Bagian Medium Prismatic Machines Di PT. Dirgantara Indonesia 1 Wita Anggraita P, 2 Widia

Lebih terperinci

Perbaikan Sistem Pergudangan di PT. X

Perbaikan Sistem Pergudangan di PT. X Perbaikan Sistem Pergudangan di PT. X Otto Pratama 1, I Gede Agus Widyadana 2 ABSTRACT: This paper anlayze PT X warehouse system since some problems that are faced by the company such as full capacity

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. order picking packing shipping. Gambar I. 1 Aktivitas Outbond Gudang PT.XYZ

BAB I PENDAHULUAN. order picking packing shipping. Gambar I. 1 Aktivitas Outbond Gudang PT.XYZ BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di dalam industri produksi, Supply Chain Manaegement memiliki peranan yang sangat penting. Supply Chain Management merupakan koordinasi sistem strategis seluruh fungsi-fungsi

Lebih terperinci

Persediaan. Ruang Lingkup. Definisi. Menetapkan Persediaan. Keuntungan & Kerugian Persediaan

Persediaan. Ruang Lingkup. Definisi. Menetapkan Persediaan. Keuntungan & Kerugian Persediaan EMA402 - Manajemen Rantai Pasokan EMA-402 Manajemen Rantai Pasokan Materi #11 Manajemen Persediaan Definisi Persediaan Sekumpulan produk fisik pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah

Lebih terperinci

Penerapan Lean Supply Chain Dengan Usulan Perbaikan Menggunakan Metode DMAIC

Penerapan Lean Supply Chain Dengan Usulan Perbaikan Menggunakan Metode DMAIC Jurnal Teknik Industri, Vol.1, No.1, Maret 2013, pp.48-53 ISSN 2302-495X Penerapan Lean Supply Chain Dengan Usulan Perbaikan Menggunakan Metode DMAIC Erry Riyadi Prabowo 1, Asep Ridwan 2, Achmad Bahauddin

Lebih terperinci

RANCANGAN PROSES PRODUKSI UNTUK MENGURANGI PEMBOROSAN DENGAN PENGGUNAAN KONSEP LEAN MANUFACTURING DI PT. MIZAN GRAFIKA SARANA*

RANCANGAN PROSES PRODUKSI UNTUK MENGURANGI PEMBOROSAN DENGAN PENGGUNAAN KONSEP LEAN MANUFACTURING DI PT. MIZAN GRAFIKA SARANA* Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.01 Vol. 03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2015 RANCANGAN PROSES PRODUKSI UNTUK MENGURANGI PEMBOROSAN DENGAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

Analisis Aliran Proses Produksi Dengan Menggunakan Pendekatan Lean Manufacturing Di PT. Charoen Pokphand Indonesia

Analisis Aliran Proses Produksi Dengan Menggunakan Pendekatan Lean Manufacturing Di PT. Charoen Pokphand Indonesia Analisis Aliran Proses Produksi Dengan Menggunakan Pendekatan Lean Manufacturing Di PT. Charoen Pokphand Indonesia TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING DALAM MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PRODUKSI STRINGING UPRIGHT PIANO PERUSAHAAN PERAKITAN ALAT MUSIK

PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING DALAM MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PRODUKSI STRINGING UPRIGHT PIANO PERUSAHAAN PERAKITAN ALAT MUSIK Seminar Nasional Teknik Industri [SNTI2017] PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING DALAM MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PRODUKSI STRINGING UPRIGHT PIANO PERUSAHAAN PERAKITAN ALAT MUSIK Hernadewita 1 danlien Herliani

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh profit yang besar. Profit yang besar akan diperoleh jika perusahaan dapat menekan pengeluaran sekecil

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini membahas tentang analisis dan interpretasi hasil perancangan dalam penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Tujuan bab ini adalah memberikan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan DOCKING INBOUND INPUT DATA PRODUK. Gambar I. 1 Proses Inbound

Bab I Pendahuluan DOCKING INBOUND INPUT DATA PRODUK. Gambar I. 1 Proses Inbound Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Dalam Supply Chain, gudang memiliki peranan yang penting untuk meningkatkan keberhasilan bisnis dalam tingkat biaya dan pelayanan pelanggan. Pergudangan adalah salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menyelesaikan produk sesuai due date merupakan hal yang penting untuk dipenuhi dalam suatu industri. Hal tersebut berpengaruh terhadap kepuasan dan kepercayaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

PERANCANGAN LEAN PRODUCTION SYSTEM DENGAN PENDEKATAN COST INTEGRATED VALUE STREAM MAPPING PADA DIVISI KAPAL NIAGA STUDI KASUS PT PAL INDONESIA

PERANCANGAN LEAN PRODUCTION SYSTEM DENGAN PENDEKATAN COST INTEGRATED VALUE STREAM MAPPING PADA DIVISI KAPAL NIAGA STUDI KASUS PT PAL INDONESIA PERANCANGAN LEAN PRODUCTION SYSTEM DENGAN PENDEKATAN COST INTEGRATED VALUE STREAM MAPPING PADA DIVISI KAPAL NIAGA STUDI KASUS PT PAL INDONESIA Farich Firmansyah 1) dan Moses L Singgih 2) 1) Program Studi

Lebih terperinci

RANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES PADA PROSES PRODUKSI DI PT. CENTRAL WINDU SEJATI

RANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES PADA PROSES PRODUKSI DI PT. CENTRAL WINDU SEJATI RANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES PADA PROSES PRODUKSI DI PT. CENTRAL WINDU SEJATI TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Profil Perusahaan PTPN V (Persero) PT Perkebunan Nusantara V (Persero ) merupakan BUMN Perkebunan yang didirikan tanggal 11 Maret 1996

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL. penerimaan pegawai Secara keseluruhan, berdasarkan hasil wawancara dan mekanisme

BAB V ANALISIS HASIL. penerimaan pegawai Secara keseluruhan, berdasarkan hasil wawancara dan mekanisme BAB V ANALISIS HASIL Bedasarkan Data yang telah diolah pada Bab sebelumnya maka peneliti melakukan analisis hasil yang akan dijelaskan dibawah ini. 5.1 Analisa current state mapping Value stream mapping

Lebih terperinci

Tabel I. 1 Data Pengiriman CV.ASJ kepada PT.A. Tanggal Keterlambatan Pengiriman

Tabel I. 1 Data Pengiriman CV.ASJ kepada PT.A. Tanggal Keterlambatan Pengiriman BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang CV. ASJ merupakan perusahaan yang bergerak dibindang industri sandal khusus laki-laki yang terletak di daerah Bandung, Indonesia yang dapat memproduksi berbagai jenis

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878 Usulan Perbaikan Sistem Untuk Mengurangi Penumpukan Work In Process dan Lead Time Produksi Pada Lantai Produksi Bagian Medium

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tahun ke tahun, perkembangan dunia bisnis mengalami peningkatan yang mengakibatkan perusahaan terus bersaing untuk menawarkan produk berkualitas sesuai keinginan konsumen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sun (2011) mengatakan bahwa lean manufacturing merupakan cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sun (2011) mengatakan bahwa lean manufacturing merupakan cara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern sekarang ini industri manufaktur mengalami situasi persaingan yang sangat ketat. Alex, Lokesh dan Ravikumar (2010) mengemukakan bahwa karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT Dirgantara Indonesia (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri kedirgantaraan terutama dalam proses perancangan dan pembuatan komponen pesawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai penghasil nilai (value creator), baik industri manufaktur maupun

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai penghasil nilai (value creator), baik industri manufaktur maupun I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Era globalisasi menyebabkan tingkat persaingan di dunia usaha semakin tinggi. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan yang

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

MINIMASI WASTE PADA PT. PETROKIMIA KAYAKU MENGGUNAKAN ANALISIS LEAN MANUFACTURING

MINIMASI WASTE PADA PT. PETROKIMIA KAYAKU MENGGUNAKAN ANALISIS LEAN MANUFACTURING MINIMASI WASTE PADA PT. PETROKIMIA KAYAKU MENGGUNAKAN ANALISIS LEAN MANUFACTURING TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Teknik Industri STEFANUS ANJASMORO PRIHANTOKO

Lebih terperinci