aluminium dari kebanyakan bahan itu masih belum ekonomis.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "aluminium dari kebanyakan bahan itu masih belum ekonomis."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Alumunium adalah logam yang terbanyak didunia. Logam ini merupakan bagian dari pada kerak bumi. Namun proses untuk mendapatkan aluminium dari kebanyakan bahan itu masih belum ekonomis. PT. Inalum adalah salah satu perusahaan penghasil aluminium batangan (ingot), yang merupakan sebuah perusahaan patungan antara pemerintah Republik Indonesia dan beberapa perusahaan asing jepang yang tergabung dalam Nippon Asahan Aluminium Co. Ltd, atau disingkat NAA. PT Inalum memakai proses elektrolisa Hall Heroult dengan tungku reduksi jenis PAF (Prebaced Anode Furnace) dalam 510 pot. Kapasitas terpasang sekitar ton aluminium dapat dicapai pada operasi dengan kuat arus A pada tegangan 4,25 Volt DC. PT. Inalum hanya menghasilkan ingot standart (Aluminium primer) seberat 22,7 ± 1.5 lb., yang mengacu pada JIS (Japan Industrial Standart) yang tingkat kemurniannya sangat tinggi, karena hal itulah, maka PT. Inalum melakukan treatment yang berfungsi untuk menjaga kemurnian dan kualitas akhir dari produknya. Treatment yang dilakukan dikenal dengan flux treatment (pengolahan aluminium cair dengan menggunakan flux). Salah satu proses yang terdapat dalam treatment adalah proses holding time yaitu waktu proses dimana flux bereaksi mengikat pengotor-pengotor yang terdapat dalam aluminium cair.

2 Holding time dilakukan selama 2,5-3 jam. Selama proses tersebut terjadi transfer panas dari dalam furnace keluar furnace melalui dinding-dinding furnace sehingga di dalam furnace terjadi kehilngan panas yang menyebabkan penurunan temperatur aluminium cair.(chansaksong,s.2006) Temperatur aluminium cair diharapkan diatas 730 o C maka aluminium cair akan dinaikkan temperaturnya dengan dipanaskan oleh heater yang terdapat didalam furnace. Oleh sdebab itu kemampuan dapur dalam menahan panas sangat mempengaruhi efesiensi penggunaan energi panas, semakin sedikit panas yang hilang maka semakin sedikit pula energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperature aluminium cair. Setelah proses Treatment flux kemudian dilakukan stirring atau pengadukan selama 2 menit dengan menggunakan Scrapper agar flux dapat bercampur dengan aluminium cair dan dilanjutkan dengan proses Holding Time atau proses penahanan selama 2,5 jam, agar flux yang diberikan sebelumnya dapat bereaksi dengan sempurna sehingga kotoran atau dross dapat mengapung secara maksimal di permukaan aluminium cair. Leburan aluminium cair ini mudah mengalami oksidasi sehingga dapat membentuk senyawa oksida di permukaan leburan logam, senyawa oksida dipermukaan leburan logam ini akan membentuk lapisan dari film dikarenakan senyawa oksida ini memiliki berat jenis yang hampir sama dengan aluminium cair maka sulit untuk dipisahkan dengan oksida-oksida tersebut, selain itu temperatur operasi di dalam pot reduksi berkisar antara o C hal ini

3 menyebabkan aluminium cair yang dibawa dari seksi casting mengandung gas H 2. Adanya gas H 2 dan induksi tersebut mengakibatkan cacat pada produk akhir seperti berwarna kusam, adanya lubang-lubang pada aluminium batang atau ingot. Untuk menghindari sifat produk aluminium yang tidak baik atau untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam menghasilkan aluminium cair yang berkualitas maka dilakukan pemberian flux atau Treatment Flux, dimana komponen utama dari flux yaitu khlorida dan flourida yang akan bereaksi dengan metal dan mendekomposisikan serta memperbaiki sifat produk aluminium yang tidak baik. Setelah proses penahanan selesai maka dilanjutkan dengan proses skimming off yaitu proses pengambilan dross yang mengapung dipermukaan aluminium cair akibat dari pemberian fluks dengan menggunakan dross scratcher, kemudian ditampung di cawan atau crucible. Untuk menjamin tercapainya suatu grade yang telah direncanakan atau sesuai dengan jadwal operasi harian, maka perlu dilakukan pengambilan sampel atau Test Product Metal (TPM) dari dapur dan selanjutnya dikirim ke bagian SQA (Seksi Quality Ansurance) untuk analisa. Dross yang tertampung di dalam crucible kemudian diberi flux yang disebut dengan Dross Treatment Fluks 711 HS dan 821 HS dengan komposisi di dalamnya NaCl 45%, KCl 30%, NaF 15%, (Na) 2 SiF 6 10%, NaNO 3 60%. Adapun tujuan dari pemberian dross treatment flux adalah untuk mempertahankan atau menaikkan temperatur dross tersebut sehingga molten yang terikut di dalam dross tetap cair. Perbandingan antara flux setiap ton dross yang dihasilkan.

4 Kemudian dilanjutkan proses pengolahan dross di DPE (Dross Processing Equipment), lalu dross dibawa ke dross coling room. Didalam dross coling room ini, dross disebarkan yang bertujuan untuk mendinginkan dross dan mengambil kembali metal yang masih tersisa dan memungkinkan untuk diambil secara manual yang disebut dengan pick up scrap. Sama halnya dengan recovery metal, scrap juga dilebur kembali bersama-sama dengan molten didalam furnace. Proses pencetakan aluminium (casting) ini dilakukan dengan memiringkan furnace hingga 45 o kearah casting machine, Selanjutnya ingot ditumpuk dengan menggunakan servo arm ke stock conveyor. Ingot yang telah ditumpukkan tersebut di bawa ketempat pendingin ingot (ingot coling yard) selama lebih kurang 16 jam. Ingot yang telah didinginkan diberi identifikasi sesuai dengan grade ataupun pesananya, sehingga sekarang PT.INALUM hanya memproduksi aluminium dengan S1-B dan G1 saja.(pt.inalum,2003) Pada treatment flux dalam teori selalu dilakukan tetapi didalam laporan apabila suhunya masih tinggi boleh tidak dipakai flux, pada teori nilai /kg flux yang dimasukkan 0,05 x /Ton. Hasil dari teartment flux hasil dari dross kirakira kg metal dari 200 kg dross. Pada proses skimming off dapat dimasukkan flux kedalam metal adalah 0,6 x 36 Ton. Sekarang di PT.INALUM memakai perhitungan ini agar lebih efisiensi, pada proses holding time tergantung pada suhu molten dari SRC / Pot, kalau tidak memungkinkan melakukan holding maka molten setelah Carghing langsung di Casting, tetapi apabila suhu masih tinggi maka proses holding akan dilakukan kira-kira 2,5 jam dari hasil yang telah di casting lebih bagus ingot yang

5 dilakukan Holding karena lebih bagus kualitasnya. Sehingga berdasarkan hal diatas maka penulis mengambil judul karya ilmiah ini adalah : PERBANDINGAN (STUDY BANDING) HOLDING TIME (WAKTU PENDINGINAN) DENGAN TANPA HOLDING TIME PADA PROSES FLUXING DI PT INALUM KUALA TANJUNG Permasalahan Mengetahui perbandingan dross (zat pengotor) yang dihasilkan dari proses holding yang dilakukan pada waktu holding yang berbeda dengan menggunakan dross treatment flux Tujuan - Untuk mengetahui hasil dross (zat pengotor) dari proses holding time dan tanpa holding time di dalam furnace. 1.4.Manfaat Untuk menambah pengetahuan penulis tentang proses pencetakan aluminium cair menjadi aluminium batangan serta mengetahui tentang perbandingan dross yang dihasilkan setelah proses holding time.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang lama adalah daya pengikatnya yang besar untuk elemen-elemen tertentu.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang lama adalah daya pengikatnya yang besar untuk elemen-elemen tertentu. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Aluminium Logam aluminium pertama kali dibuat pada tahun 1825, tetapi baru dalam jumlah sedikit sebagai logam yang berharga. Kesulitan yang belum teratasi sampai waktu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aluminium meliputi pemanfaatan energi bebas yang terus menerus untuk membentuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aluminium meliputi pemanfaatan energi bebas yang terus menerus untuk membentuk BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aluminium Aluminium merupakan salah satu bahan baku dalam bidang industri metalurgi. Aluminium diproduksi sebagai produk dengan kemurnian yang tinggi. Produksi aluminium meliputi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sedikit sebagai logam berharga. Kesulitan yang belum teratasi sampai waktu yang lama

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sedikit sebagai logam berharga. Kesulitan yang belum teratasi sampai waktu yang lama BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Umum Aluminium Logam aluminium pertama kali ditemukan pada tahun 1825, tetapi baru dalam jumlah sedikit sebagai logam berharga. Kesulitan yang belum teratasi sampai waktu

Lebih terperinci

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03 PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER NAMA : BUDI RIYONO NPM : 21410473 KELAS : 4ic03 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini perkembangan dunia otomotif sangat berkembang dengan pesat, begitu juga halnya dengan

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN DROSS (ZAT PENGOTOR) SETELAH SKIMMING OFF DI PT.INALUM KUALA TANJUNG KARYA ILMIAH EVITRIWULAN

PROSES PENGOLAHAN DROSS (ZAT PENGOTOR) SETELAH SKIMMING OFF DI PT.INALUM KUALA TANJUNG KARYA ILMIAH EVITRIWULAN 1 PROSES PENGOLAHAN DROSS (ZAT PENGOTOR) SETELAH SKIMMING OFF DI PT.INALUM KUALA TANJUNG KARYA ILMIAH EVITRIWULAN 06240908 DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA INDUSTRI FAKULTAS MATEMATIKAN DAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Profil PT INALUM Gagasan untuk mengolah tenaga air sungai Asahan sebagai pembangkit listrik telah dimulai sejak tahun 1908. Pada tahun 1919 pemerintah Hindia Belanda

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Mendayagunakan Sungai Asahan sudah dilakukan pada masa pemerintahan Hindia Belanda dengan cara pembangunan pembangkit listrik di aliran sungai Asahan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) Gagasan untuk mengolah tenaga kerja air sungai Asahan sebagai pembangkit listrik telah dimulai sejak tahun 1908. Pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat

KATA PENGANTAR. Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat kuasa dan kehendak-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku Karya Akhir ini dengan baik. Karya

Lebih terperinci

PENJADWALAN MESIN DENGAN METODE CDS (CAMPBELL, DUDEK & SMITH)DAN METODE PALMER PADA BAGIAN CASTING SHOP DI PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (INALUM)

PENJADWALAN MESIN DENGAN METODE CDS (CAMPBELL, DUDEK & SMITH)DAN METODE PALMER PADA BAGIAN CASTING SHOP DI PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (INALUM) PENJADWALAN MESIN DENGAN METODE CDS (CAMPBELL, DUDEK & SMITH)DAN METODE PALMER PADA BAGIAN CASTING SHOP DI PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (INALUM) KARYA AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB II TURNTABLE VIBRATING COMPACTOR

BAB II TURNTABLE VIBRATING COMPACTOR BAB II TURNTABLE VIBRATING COMPACTOR 2.1. Alur Produksi PT. Inalum (persero) Listrik yang dihasilkan melalui PLTA Sigurgura dan Tangga PT. INALUM (Persero) disalurkan ke Pabrik Peleburan Aluminium di Kuala

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN PERTANYAAN WAWANCARA Digunakan untuk membuat cause effect diagram dan untuk memperoleh faktor-faktor dan nilai level faktor yang akan digunakan pada penelitian dengan menggunakan metode Taguchi.

Lebih terperinci

ABSTRAK Mengetahui dan menjelaskan proses perlakuan logam aluminium cair siap cetak khususnya waktu penahanan aluminium cair pada proses pencetakan aluminium cair menjadi aluminium batangan, mendapatkan

Lebih terperinci

Proses Pengecoran Hingga Proses Heat Treatment Piston Di PT. Federal Izumi Manufacturing NAMA : MUHAMMAD FAISAL NPM : KELAS : 4IC04

Proses Pengecoran Hingga Proses Heat Treatment Piston Di PT. Federal Izumi Manufacturing NAMA : MUHAMMAD FAISAL NPM : KELAS : 4IC04 Proses Pengecoran Hingga Proses Heat Treatment Piston Di PT. Federal Izumi Manufacturing NAMA : MUHAMMAD FAISAL NPM : 24410682 KELAS : 4IC04 ABSTRAKSI Muhammad Faisal. 24410682 PROSES PELEBURAN HINGGA

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM 3.1.Peralatan dan Perlengkapan dalam Pengecoran Tahap yang paling utama dalam pengecoran logam kita harus mengetahui dan memahami peralatan dan perlengkapannya. Dalam Sand

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerak bumi. Boleh dikatakan setiap negara mempunyai persediaan bahan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerak bumi. Boleh dikatakan setiap negara mempunyai persediaan bahan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah aluminium Aluminium adalah logam yang terbanyak di dunia. Logam 8 % dari bagian pada kerak bumi. Boleh dikatakan setiap negara mempunyai persediaan bahan yang mengandung

Lebih terperinci

Metode Evaluasi dan Penilaian. Audio/Video. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor: 0-100(PAN)

Metode Evaluasi dan Penilaian. Audio/Video. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor: 0-100(PAN) Media Ajar Pertemuan ke Tujuan Ajar/Keluaran/Indikator Topik (pokok, sub pokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Gambar Audio/Video Soal-Tugas Web Metode Evaluasi dan Penilaian Metode Ajar (STAR)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Aluminium merupakan unsur kimia golongan IIIA dalam sistim periodik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Aluminium merupakan unsur kimia golongan IIIA dalam sistim periodik BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alumina dan Aluminium 2.1.1 Aluminium Aluminium adalah logam yang ringan dan cukup penting dalam kehidupan manusia. Aluminium merupakan unsur kimia golongan IIIA dalam sistim

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam yang banyak digunakan dalam komponen

I. PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam yang banyak digunakan dalam komponen 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Aluminium merupakan logam yang banyak digunakan dalam komponen otomotif, kemasan makanan, minuman, pesawat, dll. Sifat tahan korosi dari Aluminium diperoleh karena terbentuknya

Lebih terperinci

PENGARUH Fe, Si DAN Cu DIDALAM DAPUR PENAMPUNG TERHADAP MUTU ALUMINIUM DI PT. INALUM KUALA TANJUNG TUGAS AKHIR RIO KARNAWAN S.

PENGARUH Fe, Si DAN Cu DIDALAM DAPUR PENAMPUNG TERHADAP MUTU ALUMINIUM DI PT. INALUM KUALA TANJUNG TUGAS AKHIR RIO KARNAWAN S. PENGARUH Fe, Si DAN Cu DIDALAM DAPUR PENAMPUNG TERHADAP MUTU ALUMINIUM DI PT. INALUM KUALA TANJUNG TUGAS AKHIR RIO KARNAWAN S. 082409033 PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Ingot AC8H Proses peleburan Proses GBF (Gas Bubbling Floatation) Spektrometer NG Proses pengecoran OK Solution Treatment Piston As Cast Quenching

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1. Sejarah Perusahaan Berdiri dengan nama PT. Indoaluminium Intikarsa Industri atau sering disebut dengan PT. 3I, pada tanggal 17 April 1990 dalam rangka Penanaman Modal Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA Alumina Alumina (Al O 3 ) merupakan material keramik nonsilikat yang paling penting. Material ini meleleh pada suhu 051 o C dan mempertahankan kekuatannya bahkan pada suhu 1500 sampai

Lebih terperinci

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan II - 1 BAB II PENGELASAN SECARA UMUM 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Pengelasan Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan menjadi dua, pertama las cair (fussion welding) yaitu pengelasan

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR DAN MASSA FLUXING TERHADAP PENURUNAN KADAR PENGOTOR PADA PROSES PEMURNIAN ALUMINIUM DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH KALENG MINUMAN

PENGARUH TEMPERATUR DAN MASSA FLUXING TERHADAP PENURUNAN KADAR PENGOTOR PADA PROSES PEMURNIAN ALUMINIUM DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH KALENG MINUMAN PENGARUH TEMPERATUR DAN MASSA FLUXING TERHADAP PENURUNAN KADAR PENGOTOR PADA PROSES PEMURNIAN ALUMINIUM DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH KALENG MINUMAN Nova Dwi Prihadi 1,a, Andinnie Juniarsih, ST., MT. 1 dan

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian ditunjukkan pada Gambar 3.1: Mulai Mempersiapkan Alat Dan Bahan Proses Pengecoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) telah menjadi isu global yang berpengaruh terhadap perdagangan dan arus barang antar Negara. Isu kesehatan dan

Lebih terperinci

PENGARUH SILIKON DAN FOSFOR DISEKITAR EUTEKTIK POINT ALUMUNIUM TERHADAP PENYUSUTAN

PENGARUH SILIKON DAN FOSFOR DISEKITAR EUTEKTIK POINT ALUMUNIUM TERHADAP PENYUSUTAN PENGARUH SILIKON DAN FOSFOR DISEKITAR EUTEKTIK POINT ALUMUNIUM TERHADAP PENYUSUTAN Angga Kurnia Darma 1, Muhammad Fitrullah 2, Koswara 3 1) Mahasiswa Teknik Metalurgi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK MEKANIS DAN KOMPOSISI KIMIA ALUMUNIUM HASIL PEMANFAATAN RETURN SCRAP

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK MEKANIS DAN KOMPOSISI KIMIA ALUMUNIUM HASIL PEMANFAATAN RETURN SCRAP PERBANDINGAN KARAKTERISTIK MEKANIS DAN KOMPOSISI KIMIA ALUMUNIUM HASIL PEMANFAATAN RETURN SCRAP Koos Sardjono, Eri Diniardi, Piki Noviadi Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnesium klorida Salah satu kegunaan yang paling penting dari MgCl 2, selain dalam pembuatan logam magnesium, adalah pembuatan semen magnesium oksiklorida, dimana dibuat melalui

Lebih terperinci

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK Bambang Suharnadi Program Diploma Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM suharnadi@ugm.ac.id Nugroho Santoso Program

Lebih terperinci

3) Para anggota Direksi diangkat dari calon-calon yang diusulkan oleh. yang diusulkan oleh Pemegang Saham pihak Indonesia.

3) Para anggota Direksi diangkat dari calon-calon yang diusulkan oleh. yang diusulkan oleh Pemegang Saham pihak Indonesia. 3) Para anggota Direksi diangkat dari calon-calon yang diusulkan oleh para Pemegang Saham pihak Indonesia sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pihak dengan ketentuan sekurang-kurangnya

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM

ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM SUHADA AMIR MUKMININ 123030037 Pembimbing : IR. BUKTI TARIGAN.MT IR. ENDANG ACHDI.MT Latar Belakang CACAT CACAT PENGECORAN Mempelajari

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Peleburan AC4B GBF. Holding Furnace LPDC. Inject: 0 jam 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam. Chipping Cutting Blasting

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Peleburan AC4B GBF. Holding Furnace LPDC. Inject: 0 jam 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam. Chipping Cutting Blasting 32 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Peleburan AC4B GBF Penambahan AlTiB Rod - 0.05 wt. % Ti - 0.08 wt. % Ti - 0.1 wt. % Ti Holding Furnace LPDC Uji Komposisi Uji K-mold Uji

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian Permasalahan industri Kandungan unsur Pb yang tinggi dalam tembaga blister Studi literatur Perilaku unsur timbal dalam tanur anoda Perilaku

Lebih terperinci

BAB IV PROSES CASTING OUTER TUBE. Pendahuluan. (dies) dan dibiarkan membeku hingga terbentuknya sebuah benda kerja baru.

BAB IV PROSES CASTING OUTER TUBE. Pendahuluan. (dies) dan dibiarkan membeku hingga terbentuknya sebuah benda kerja baru. BAB IV PROSES CASTING OUTER TUBE Pendahuluan Casting adalah sebuah proses produksi dimana benda kerja dibentuk melalui proses pencairan logam. Cairan logam tersebut dituang ke dalam sebuah cetakan (dies)

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN PADUAN AL-SI (SERI 4032) TERHADAP HASIL PENGECORAN Ir. Drs Budiyanto Dosen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAK Proses produksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Untuk menentukan distribusi As dalam tanur anoda, dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap komposisi kimia dari tembaga hasil proses

Lebih terperinci

BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA

BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA Aluminium adalah salah satu logam ringan (light metal) dan mempunyai sifat-sifat fisis dan mekanis yang baik, misal kekuatan tarik cukup tinggi, ringan, tahan korosi, formability

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 1.1 ALUR PROSES ZINC CAN Zinc Ingot Zinc Furnace Proses Peleburan Zinc Proses Casting Proses Rolling Proses Drawing Proses Cutting Proses Coil Aging Zinc Slug Proses

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TUNGKU PELEBURAN LOGAM DENGAN PEMANFAATAN OLI BEKAS SEBAGAI BAHAN BAKAR

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TUNGKU PELEBURAN LOGAM DENGAN PEMANFAATAN OLI BEKAS SEBAGAI BAHAN BAKAR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TUNGKU PELEBURAN LOGAM DENGAN PEMANFAATAN OLI BEKAS SEBAGAI BAHAN BAKAR Akhyar1 akhyarhasan@yahoo.com Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Jalan Syech

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEKNIK PENGECORAN KODE / SKS : KK / 2 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEKNIK PENGECORAN KODE / SKS : KK / 2 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar Minggu Pokok Bahasan 1 I. Pendahuluan sejarah dari teknologi pengecoran, teknik pembuatan coran, bahanbahan yang biasa digunakan untuk produk coran di tiap industri, serta mengetahui pentingnya teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin suksesnya industrialisasi tersebut dituntut tingkat efisiensi yang tinggi terhadap penggunaaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. mengadakan studi kelayakan proyek, dan tahun 1939 perusahaan Belanda, MEWA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. mengadakan studi kelayakan proyek, dan tahun 1939 perusahaan Belanda, MEWA BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Sungai Asahan merupakan satu-satunya sungai yang mengalir dari Danau Toba dan memiliki potensi yang besar sebagai penghasil listrik tenaga air. Gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kapasitas produksi yang antara lain bisa dilakuakan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kapasitas produksi yang antara lain bisa dilakuakan dengan cara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam proses manufaktur sebuah proses dituntut tidak hanya menghasilkan sebuah produk yang sesuai dengan kualitas standar dari kustumer,tetapi juga harus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Aluminium ditemukan kira kira sekitar 160 tahun yang lalu dan dimulai produksi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Aluminium ditemukan kira kira sekitar 160 tahun yang lalu dan dimulai produksi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Aluminium Aluminium ditemukan kira kira sekitar 160 tahun yang lalu dan dimulai produksi skala industri sekitar 90 tahun yang lalu. Berikut sejarah perkembangan tentang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Alumina dan aluminium 2.1.1 Aluminium Aluminium adalah logam yang ringan dan cukup penting dalam kehidupan manusia. Aluminium merupakan unsur kimia golongan IIIA dalam sistim

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENGADUK KO-KNEADER

BAB II MESIN PENGADUK KO-KNEADER BAB II MESIN PENGADUK KO-KNEADER 2.1 Proses Produksi Aluminium. Listrik yang dihasilkan melalui PLTA PT. INALUM (Persero), yang terletak di Sungai Asahan, disalurkan ke Pabrik Peleburan Aluminium di Kuala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. Hal ini karena alumina memiliki sifat fisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara yang memproduksi aluminium batangan terletak di Desa Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai Mempersiapkan Alat Dan Bahan Proses Pengecoran Pencampuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 bulan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Airlangga, Laboratorium Dasar Bersama

Lebih terperinci

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri. Persaingan industri yang semangkin ketat menuntut perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. industri. Persaingan industri yang semangkin ketat menuntut perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia dan internasional dalam dunia persaingan terbuka pada era globalisasi menetapkan standar kerja yang harus dipenuhi pada setiap perusahaan industri.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Aluminium Orang pertama yang telah berhasil memisahkan aluminium adalah H.Davy yaitu pada tahun 1808. Pada tahun 1825 Oersted dapat menghasilkan aluminium yang lebih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini akan dilakukan percobaan untuk menganalisa produk oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan SEM/EDS (Scaning

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari alumina dengan cara elektrolisa dari garam yang terfusi. Penggunaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari alumina dengan cara elektrolisa dari garam yang terfusi. Penggunaan 2.1 Aluminium BAB II TINJAUAN PUSTAKA Aluminium pertama kali ditemukan oleh Sir Humphrey Davy pada tahun 1809 sebagai suatu unsur dan pertama kali direduksi sebagai logam oleh H. C. Oersted pada tahun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Temperatur Temperatur adalah suatu penunjukan nilai panas atau nilai dingin yang dapat diperoleh/diketahui dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan termometer. Termometer

Lebih terperinci

Nabila Dyah Anggraini (11/312797/TK/37649) 1 Devi Swasti Prabasiwi (11/319052/TK/38187)

Nabila Dyah Anggraini (11/312797/TK/37649) 1 Devi Swasti Prabasiwi (11/319052/TK/38187) BAB I PENGANTAR I.1. Latar Belakang Aluminium merupakan salah satu elemen logam yang paling melimpah keberadaannya. Secara kuantitas, aluminium menduduki urutan ketiga elemen terbanyak di bumi, di bawah

Lebih terperinci

Rancang Bangun dan Pengujian Tungku Peleburan Aluminium Berbahan Bakar Minyak Bekas

Rancang Bangun dan Pengujian Tungku Peleburan Aluminium Berbahan Bakar Minyak Bekas 10 Rancang Bangun dan Pengujian Tungku Peleburan Aluminium Berbahan Bakar Minyak Bekas Budi Istana, Japri Lukman Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Riau E-mail : budiistana@umri.ac.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian. 32 3.2 Peralatan dan Bahan 3.2.1 Peralatan Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Bahan baku perlu mendapat perhatian ekstra dari perusahaan, karena bahan baku sangat menentukan mutu produk aluminium itu sendiri. Sebaik apapun proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Pengecoran casting adalah salah satu teknik pembuatan produk dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian dituangkan kedalam rongga cetakan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK BAHAN Tabel 4.1 Perbandingan karakteristik bahan. BAHAN FASA BENTUK PARTIKEL UKURAN GAMBAR SEM Tembaga padat dendritic

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. periodik unsur. Aluminium memiliki nomor atom 13 dan berat atom 26,9815 sma.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. periodik unsur. Aluminium memiliki nomor atom 13 dan berat atom 26,9815 sma. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aluminium Aluminium adalah logam ringan yang cukup penting peranannya dalam kehidupan manusia. Aluminium merupakan unsur kimia golongan IIIA dalam sistem periodik unsur. Aluminium

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007) BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan

Lebih terperinci

I. Tujuan. Dasar Teori

I. Tujuan. Dasar Teori I. Tujuan 1. Merangkai rangkaian listrik yang digunakan dalam proses pewarnaan alumunium dalam proses anodizing dengan benar. 2. Dapat menghitung konsentrasi asam sulfat yang digunakan dalam proses pewarnaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAPUR PELEBURAN ALUMUNIUM BAHAN BAKAR GAS RINGKASAN

RANCANG BANGUN DAPUR PELEBURAN ALUMUNIUM BAHAN BAKAR GAS RINGKASAN JURNAL AUSTENIT VOLUME 3, NOMOR 1, APRIL 2011 RANCANG BANGUN DAPUR PELEBURAN ALUMUNIUM BAHAN BAKAR GAS Ella Sundari Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya Jl.Srijaya Negara Bukit Besar Palembang

Lebih terperinci

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI PRINSIP : Analat direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga terbentuk senyawa yang mengendap; endapan murni ditimbang dan dari berat endapan didapat

Lebih terperinci

KARYA AKHIR. Disusun Oleh : FEBRY ARNO SM. SITOHANG

KARYA AKHIR. Disusun Oleh : FEBRY ARNO SM. SITOHANG KARYA AKHIR PENGGUNAAN DROSS PRESS MACHINE SEBAGAI PEMISAH KOTORAN DARI ALUMINIUM DI UNIT BILLET PLANT APLIKASI PT. CAKRA COMPACT ALUMINIUM INDUSTRIES TANJUNG MORAWA Disusun Oleh : FEBRY ARNO SM. SITOHANG

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

BAB III PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR. Penelitian

BAB III PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR. Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian 24 3.2. PERALATAN DAN BAHAN 3.2.1. Peralatan Adapun penelitian ini menggunakan peralatan: 1. Dapur peleburan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL CACAT CORAN PADA BAHAN BESI COR DAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG SISTEM CETAKAN PASIR

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL CACAT CORAN PADA BAHAN BESI COR DAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG SISTEM CETAKAN PASIR INDUSTRI INOVATIF Vol. 6, No., Maret 06: 38-44 ANALISIS PERBANDINGAN MODEL CACAT CORAN PADA BAHAN BESI COR DAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG SISTEM CETAKAN PASIR ) Aladin Eko Purkuncoro, )

Lebih terperinci

TEKNIK PENGECORAN Halaman 1 dari 6

TEKNIK PENGECORAN Halaman 1 dari 6 KOMPETENSI : Operasi peleburan KODE : M4.1A DURASI PEMELAJARAN : 100 Jam @ 45 menit LEVEL KOMPETENSI KUNCI A B C D E F G 2 1 2 3 1 2 1 KONDISI KINERJA Meliputi tunggal atau ganda, kokas, minyak, gas atau

Lebih terperinci

yang mengandung 50 % sampai 60 % Al 2 O 3 : 1 % sampai 20 % Fe 2 O 3 : 1 % dilarutkan dalam natrium hidroksida

yang mengandung 50 % sampai 60 % Al 2 O 3 : 1 % sampai 20 % Fe 2 O 3 : 1 % dilarutkan dalam natrium hidroksida xvii BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alumina dan Aluminium Aluiminium adalah unsur melimpah ketiga terbanyak dalam kerak bumi (sesudah oksigen dan silikon), mencapai 8,2 % dari massa total. Keberadaannya umumnya

Lebih terperinci

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesa Garam Magnesium Klorida Garam magnesium klorida dipersiapkan melalui dua bahan awal berbeda yaitu bubuk magnesium oksida (MgO) puritas tinggi dan bubuk

Lebih terperinci

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal ISSN , e-issn

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal ISSN , e-issn Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal. 41-48 ISSN 0216-7395, e-issn 2406-9329 ANALISIS PENGARUH VARIASI TEKANAN PADA PENGECORAN SQUEEZE TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PRODUK SEPATU KAMPAS REM

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. XYZ adalah perusahaan komponen otomotif yang memproduksi velg mobil yang terbuat dari bahan dasar aluminium. PT XYZ didirikan di

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2012 di Laboratorium Material Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung. Karakaterisasi

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining BAB II PEMBAHASAN II.1. Electrorefining Electrorefining adalah proses pemurnian secara elektrolisis dimana logam yangingin ditingkatkan kadarnya (logam yang masih cukup banyak mengandung pengotor)digunakan

Lebih terperinci

DATA PENGAMATAN HASIL PENELITIAN

DATA PENGAMATAN HASIL PENELITIAN LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN HASIL PENELITIAN L1.1 DATA PENGAMATAN NILAI KALOR Ukuran Partikel (Mesh) 10 42 60 Tabel L1.1 Data Pengamatan Nilai Kalor Perbandingan Nilai kalor Eceng Gondok : Tempurung Kelapa

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Perancangan Tungku Pengecoran Alumunium dilakukan mulai dari. samping, rangka burner, rangka tungku, dan instrument.

BAB V PENUTUP Perancangan Tungku Pengecoran Alumunium dilakukan mulai dari. samping, rangka burner, rangka tungku, dan instrument. BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Perancangan Tungku Pengecoran Alumunium dilakukan mulai dari proses perancangan sampai pembuatan gambar kerja terdiri dari inti tungku, tutup tungku atas, saluran pembuangan,

Lebih terperinci

KALORIMETER PF. 8 A. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan panas jenis berbagai logam B.

KALORIMETER PF. 8 A. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan panas jenis berbagai logam B. KALORIMETER PF. 8 A. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan panas jenis berbagai logam B. Alat dan Bahan 1. Kalorimeter 2. Termometer 3. Gelas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR Gambar 3.1. Diagram alir proses penelitian 23 3.2 PERALATAN DAN BAHAN 3.2.1 Peralatan Adapun penelitian ini menggunakan peralatan: 1. Dapur reverberatory

Lebih terperinci

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2015

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2015 MODIFIKASI ALAT DISTRIBUSI ALUMINA MENGGUNAKAN PIPA UNTUK MENGANTISIPASI CLAMB ANODA OVERHEAT PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) DRAFT TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

Las busur listrik atau las listrik : Proses penyambungan logam dengan menggunakan tegangan listrik sebagai sumber panas.

Las busur listrik atau las listrik : Proses penyambungan logam dengan menggunakan tegangan listrik sebagai sumber panas. PENGELASAN TIM PERBENGKELAN FTP UB Las busur listrik Las busur listrik atau las listrik : Proses penyambungan logam dengan menggunakan tegangan listrik sebagai sumber panas. Prinsip : 1) menyambung logam

Lebih terperinci

MODUL 8 9 DI KLAT PRODUKTI F MULOK I I BAHAN KERJA

MODUL 8 9 DI KLAT PRODUKTI F MULOK I I BAHAN KERJA MODUL 8 9 DI KLAT PRODUKTI F MULOK I I BAHAN KERJA ( ) TINGKAT : XII PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 8-9 Logam Murni Logam murni

Lebih terperinci

LOGAM BUKAN BESI (NONOFERROUS)

LOGAM BUKAN BESI (NONOFERROUS) LOGAM BUKAN BESI (NONOFERROUS) LOGAM BUKAN - BESI ( NONFERROUS ) Kurang lebih 20% dari logam yang diolah menjadi produk industri merupakan logam bukan besi. Indonesia merupakan negara penghasil bukan besi

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

4.1. TERMODINAMIKA ARSEN DALAM LELEHAN TEMBAGA DAN TERAK

4.1. TERMODINAMIKA ARSEN DALAM LELEHAN TEMBAGA DAN TERAK BAB IV PEMBAHASAN Dalam pemurnian anoda, unsur-unsur pengotor dihilangkan dengan cara memisahkan mereka ke dalam terak melalui proses pemurnian oksidasi. Untuk mengetahui seberapa baik proses pemisahan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Fluor terdapat secara meluas, misalnya sebagai fluorspar, CaF 2, Na 3 AlF 6,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Fluor terdapat secara meluas, misalnya sebagai fluorspar, CaF 2, Na 3 AlF 6, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. Kelarutan hidrogen fluorida Fluor terdapat secara meluas, misalnya sebagai fluorspar, CaF 2, Na 3 AlF 6, fluorapatit, 3Ca 3 (PO 4 )Ca(F,Cl) 2, ia lebih melimpah dari klor. Fluor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aluminium ini terdiri dari 3 unit. Unit pertama yaitu Carbon Plant untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. aluminium ini terdiri dari 3 unit. Unit pertama yaitu Carbon Plant untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di alam ini sedikit sekali ditemukan unsur aluminium (Al) dalam barangbarang tambang, akan tetapi dalam bentuk senyawa banyak ditemukan yaitu senyawa alumina (Al 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Industri besi baja merupakan basic industry yang merupakan penopang pembangunan suatu bangsa. Dari tahun ke tahun tingkat produksi baja dunia terus mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Silikon dioksida (SiO 2 ) merupakan komponen utama di dalam pasir kuarsa yang terdiri dari unsur silikon dan oksigen, biasanya di temukan di alam pada pasir kuarsa,

Lebih terperinci

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN Momentum, Vol. 0, No., Oktober 04, Hal. 55-6 ISSN 06-795 ANALISA PENGARUH VARIASI TEMPERATUR CETAKAN PADA SEPATU KAMPAS REM BERBAHAN PADUAN ALUMINIUM SILIKON (Al-Si) DAUR ULANG DENGAN PENAMBAHAN UNSUR

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Umum Perusahaan Provinsi Sumatera Utara memiliki potensi untuk menghasilkan tenaga listrik dengan memanfaatkan Sungai Asahan yang mengalir dari Danau Toba,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR Penambahan penghalus butir titanium Karakterisasi: Uji komposisi Uji kekerasan Karakterisasi: Uji kekerasan Mikrostruktur (OM) Penuaan (T4 dan T6) T = 28

Lebih terperinci