Model sisttm penunjang keputusan dalaln raiigka mendulcung program. Ipteltda direncang dalarn bentuk program Sistein Penulijang Keputusan (Decision

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Model sisttm penunjang keputusan dalaln raiigka mendulcung program. Ipteltda direncang dalarn bentuk program Sistein Penulijang Keputusan (Decision"

Transkripsi

1 IV. REKAYASA MODEL 4.1 Konfigurasi Model Model sisttm penunjang keputusan dalaln raiigka mendulcung program Ipteltda direncang dalarn bentuk program Sistein Penulijang Keputusan (Decision Szryyort Syslel~z atau DSS) dengzn nama Sisten~ Penunjang Keputusan Agroteicda disingkat "DSS-SIAGA" menggunakan perangkat lunak Visual Basic 6.0 dm Matlab versi 5.3. SIAGA direkayasa untuk digunakan oleh pihak yang berkepentingan dalam pengembangan program iptekda, antara lain: Pengelola Program Iptekda, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan pihak-pihak yang membutulikan. Paket program DSS-SIAGA terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: Sistem Mailaje~nen Dialog, Sistem Manajeinen Basis DataIPengetahuan dan Sistem Mailajemen Basis Model. Konfigurasi model DSS-SIAGA dilihat pada Gambar Rancang Bangun Model Sistem Manajemen Dialog Sisteln Mal~ajernell Dialog merupakan koniponen yang dirancang untuk mengatur dan mempermudah interaksi antara model (program komputer) dan pengguna (user) inenggunakan masukan dari basis pengetahuantdata langsung inaupun data file. Masukan dari pengguna berupa parameter, pengetahuan dan pilihan skenario. Sedangkan keluaran yang diberikan berupa informasi dalani bentuk grafik

2 I Sistem Manajemen Basis Data I Sistem Manajemen Basis Model Dara Komodiias, Di\enifikasi Produk (DAKOMPI) 1 Data Krctcria I'cmilihan I I Model Kesesualan TeLnolog~ Data Peraoialan I Data Nilai Taliibah I I Teknologi (MODBOTEK) Model Peralnalan (MODPEKA) (DAFIN) Model Nilai Tambali Teknolog~ Sistem Manajemen Basis Model F~nans~al Usaha (I'ELAUS) Model Pred~ks~ Kclayahan Usaha (h<odprelaus) b I, 1 Siste~n Pengolahan 4 Pusat \, Sistem Manajemen Dialog Pengguna Ga~nbar 14. Konfigurasi Model DSS-SIAGA I

3 Sistem Manajemen Basis Pengetahuan (Data) Sisten~ Ma~lajemell Basis DatdPe~igetahuan berfungsi untuk menyediakan dall mengatur datdpengetahuan dan skenario yang diperlukan dalh proses analisis model. Fasilitas yang disediakan untuk pemeliharaan datdpengetahuan dilakukan melalui menu, yaitu: Menginput, Menampilkan dan ~en~hahs Data serta melllengltapi datdpengetahuan. Sistem Manajemen Basis DatdPecgetahuan pada paket program DSS-SIAGA tersusun dari berbagai datdpengetahuan yang bersumber dari pakar dan informasi yang berhubungan dengan program iptekda, yaitu: 1. Data komoditas unggulan, lokasi komoditas, dan diversifikasi produk (DAKOMDI). Data ini digunakan untuk identifikasi dan kesesuaian kebutuhan dan kesediaan teknologi terhadap komoditaslproduk daerah. 2. Data kriteria pemilihan komoditas (DAMIKOM). Data kriteria pemilihan komoditas adalah luas areal, pangsa pasar, jumlah produksi, bahan baku, tenaga kerja, dan devisa. Data ini digunakan untuk pemilihan komoditas unggulan dengan menggunakan metode perbandingan eksponensial (MPE) metode komparasi berpasangan. 3. Data teknologi (DATEK). Data ini diambil dari penilaian pakar (pembuat keputusan) berdasarkan kriteria: kemudahan teknologi, kebutuhan SDM, keluasan penggunaan teknologi (fleksibilitas), pengembangan teknologi, ibiaya. Data ini digunakan untuk menentukan nilaihobot teknologi pada suatu komoditas dengan menggunakan adalah metode semi numerik preferensi fuzzy (SNPF).

4 68 4. Data peramalan (DAPER). Data perzmalan adalah jumlah produksi atau pernlintaan pasar terhadap produk. Data ini digunakan untuk inenganalisis peramalan jumlah produksi atau perlnintaan produk dengan mengunakan neto ode peramalan, yaitu: rata-rata linear bergerak dan permulusan eksponensial. 5. Data nilai tambah teknologi (DANITAMTEK). Data nilai tambah teknologi adalah llarga produk akhir, harga bahan baku dan biaya operasional. Data ini digunakan untuk mengllitung berapa besar nilai tambah suatu teknologilperalatan produk dengan menggunakan aspek nilai tambah. 6. Data finansial (DAFIN). Data finansial adalah usaha agroindustri berupa kas masuk, kas keluar, kas bersih dan cash flow Data ini digunakan untuk menganalisa kelayakan usaha dengan menggunakan aspek finansial. 7. Pengetahuan kelayakan usaha (PELAUS). Pengetahuan kelayakan usaha adalah hasil dari daper, danitamtek, dan dafin yang dikelompokan dalam himpunan fuzzy. Pengetahuan ini digunakan untuk menghitung prediksi kelayakan usaha agroindustri dengan menggunakan metode jaringan syaraf tiruan (JST) Sistem Manajemen Basis Model Sistem Manajemen Basis Model terdiri dari tujuh model, yaitu: Model Kesesuaian Teknologi (MODSUTEK). hlodel Pemilihan Komoditas (MODMIKOM), Model Pembobotan Teknologi (MODBOTEK), Model Peramalan (MODPER), Model Nilai Tambah Teknologi (MODNITAMTEK), Model Finansial (MODFIN), dan Model Prediksi Kelayakan Usaha (MODPRELAUS). Untuk lebih jelasnya model tersebut di atas diuraikan sebagai berikut:

5 69 1. Model Kesesuaian Teknologi (Modsutek) Model Modsutek disusun untuk kesesuaian teknologi berdasarkan dua kriteria hasil iderltifikasi teknolog~, yaitu: kebutuhan teknologi dari setiap komoditas daerah dan kesediaarl teknologi hasil kajian BPPT maupun lembaga penelitian dan rekayasa (litbangyasa) lainnya, sehiugga dihasilkan kebutuban dan kesediaan teknologi. Diagram alir dan keluaran dar~ model kesesuaian teknologi seperti pada Garnbar 15 dail Tabel 6 di bawah iini. Input: Komoditas unggulan Diversifikasi produk Teknologi dibutuhkan Teknologi disediakan Mensesuaikan kebutuhan dan kesediaan teknoloai Output: Komoditas unggulan Diversifikasi produk Kebutuhan dan kesediaan Teknologi Garnbar 15. Diagram Alir Model Kesesuaian Teknologi Tabel 6. Keluaran Model Kesesuaian Kebutuhan dan Kesediaan Teknologi

6 2. Model Pemilihan Komoditas (Modmikom) Model Modlniko~n disusun untuk memilih prioritas komoditas unggulan dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) berdasarkan kriteria teknologi yang dipanggil dari file kriteria teknologi, yaitu 1) luas areal (ha), 2) jumlah produksi (tcn), 3) banyak kepemilikan (KK), 4) jumlah tenaga kerja (or?), 5) harga bahan baku (RpIKg), 6) pangsa pasar (ton), dan 7) devisa (000. US$) dengan data kuantitas kriteria dips~~ggil dari DAKRITKOM. Sedangksn bobot tingka: kepentingan kriteria menggunakan metode Komparasi Berpasangan. Hasil model ini berupa total skor dan urutan prioritas komoditas. Diagram alir dan keluaran dari model pemilihan komoditas seperti pada Gambar 16 dan Tabel 7 di bawah ini. Input: Data Kriteria komoditas Luas areal Jumlah produksi * Banyak Kepemilikan Harga Jumlah tenaga kerja Pangsa pasar 0 Devisa Edit bobot setiap kriteria komoditas unggulan dengan.mpe dan Komparasi Output: Urutan prioritas komoaitss unggulan Gambar 16. Diagram Alir Model Pemilihan Koinoditas

7 Tabel 7. Keluaran Model Peinilihan Konloditas 3. Model Pembobotan Teknologi (Modbotek) Model Modbotek disusun untuk pembobotan teknologi dengan menggunakan metode semi numerik preferensi fuzzy (SNPF) berdasarkan penilaian ketiga pakar dari pengisian kuesioner dengan kriteria teknologi dipanggil dari file Kriteria Teknologi, yaitu kemudahan teknologi, kebutuhan SDM, keluasan penggunaan teknologi (fleksibilitas), pengembangan teknologi, biaya dihasilkan satu bobot.teknologi komoditas yang tertinggi. Diagram alir dan keluaran dari model pembobotan teknologi sepei-ti pada Gambar 17 dan Tabel 8 dibawah ini.

8 * Hasil penilaian pakar Kriteria teknologi koixodi tas C Penentuan bobot teknologi komoditas dengan metode SNPF Output: Nilai nonnumerik teknologi komoditas Gambar 17. Diagram Alir Model Pembobotan Teknologi 4. Model Peramalan (Modper) Model Modper disusun untuk mendapat nilai ramalan produk agroindustri dengall menggunakan metode peramalan, yaitu rata-rata linear bergerak atau eksponensial tergantung dari pola datanya berdasarkan data perkembangan jumlah produksi akan datang, sehingga menghasilkan ramalan jumlah produksi tahun berikutnya. Diagram alir dan kelumn dari model peramalan produk agroindustri seperti terlihat pada Gambar 18 dan Tabel 9 di bawah ini.

9 9 Pola data Jumlah produksi peranalan Nilai MSE produk agroindustri Nilai MAPE Statistik-U Gambar 18. Diagram Alir Model Peramalan Tabel 9. Keluaran Model Peramalan Produk Agroindustri No Tahun ke-n Aktual Ramalan n. N+l Tahun ke- 1 Tahun ke-2... Tahun ke-n I I, Tahun ke-n+l MSE MAPE Statistik-U 5. Model Nilai Tambah Teknologi (Modnitamtek) Model Modnitamtek disusun untuk mendapat nilai tambah suatu teknologi pada produk berdasarkan harga produk akhir, harga bahan baku dan biaya operasional produk, sehingga dihasilkan nilai tambah suatu teknologi. Diagram alir dari model

10 nilai tambah teknologi seperti terlihat pada Cjambar 19 dan keluaran model ini adalah nilai tambah teknologi. 74 i Input: Nilai produksi (Np) Nilai bahan baku (Nb) Operasional pengolahan (Op) ' Penentuan nilai tambah teknologi teknologi Gambar 19. Diagram Alir Model Nilai Tambah Teknologi 6. Model Finansial (Modfin) Model Modfin disusun untuk mendapat nilai kelayakan usaha agroindustri berdasarkan data kas masuk, kas keluar, kas bersih dan cash flow, sehingga dihasilkan kelayakan investasi agroindustri. Diagram alir dari model finansial seperti terlihat pada Gambar 20 dan Keluaran model ini berupa nilai NPV, IRR, Net BIC dan ( PBP Output: Penentuan Nilai kelayakan usaha kelayakan Input: dengannvp, IRR, usaha NPV, inflow, outflow. cashflow + Net BIC, PBIJ IRR, Net BIC, pbp Gambar 20. Diagram Alir Model Finansial

11 7. Model Prediksi Icelayakan Usaha (Iblodprelaus) Model Modprelaus disusun untuk menentukan prediksi kelayakan usaha berdasarkan hasil modper, modnitamtek, dan modfin yang diklasifikasi ke dalanl himpunan nilai fuzzy. Klasifikasi himpunan nilai fuzzy terdiri dari 3 aspek: 1) pasar dan pemasarsn yang merupakan Modper terdiri dari 3 nilai fuzzy, 2) teknologi yang merupakan Modnitaintek terd~ri dari 2 nilai fuzzy, dan 3) finanslal yang meiupakan modfiil ierdiri 4 parameter, yaitu: NPV, liir, Net B/C, dan PBP, dimana setiap parameter terdiri dari 2 nilai fuzzy, sedangkan untuk IRR ada 3 nilai fuzzy, dikarenakan pada usaha kecil IRR rata-rata diatas 50 %. Untuk lebih jelasnya klasifikasi himpunan nilai fuzzy seperti terlihat pada Tabel 10 dibawah ini. Tabel 10. Klasifikasi Himpunan Nilai Fuzzy No Aspek Bobot Pasar dan Pelnasaran -Perarnalan XI Fuzzy U<1 U= 1 U> 1 Baik Sedang Rendah Nilai Teknologis x2 - -Nilai Tambah NTi=NT2 Buruk NTI<NT2 Baik - EP adalah urnur ekonomis proyek (rnesin). X,, X1, dan X, adalah nilai bobot berdasarkan proses JST

12 Proses pengambilan keputusan untuk parameter fuzzy menggunakan ANFIS (Adative Neuvo Fuzzy Inference System) didapatkan dari kombinasi nilai fuzzy, yaitu (Baik - Sedang - Rendah), (Buruk - Baik) dan (Baik - Buruk) maka didapat 12 rulelkaidah seperti terlihat pada Tabel 11 dibawah ini. Tabel 1 1. Proses ANFIS Prediksi Kelayakan Usaha I NO. / Proses ANFIS 1 1. If O\ir is Baik) and (U is Baik) and (fin is baik) then (KU is sangat layak) 2. If (NT is Baik) and(~ is Baik) and (fin is buruk) then (KU is tidak layak) I 3. 1 If (NT is Baik) and (U is sedang) and (fin is baik) then (KU is cukup layak) 4. 1 If (NT is Baik) and (U is sedang) and (fin is buruk) then (KU is tidak layak) I 5. 1 If (NT is Baik) and (U is rendah) and (fin is baik) then (KU is cukup layak) If (NT is kurang) and (U is sedang) and (fin is baik) then (KU is cukup layak) I If (NT is kurang) and (U is sedang) and (fin is buruk) then (KU is tidak layak) If (NT is Baik) and (U is rendah) and (fin is buruk) then (KU is tidak layak) If (NT is kurang) and (U is Baik) and (fin is baik) then (KU is cukup layak) If (NT is kurang) and (U is Baik) and (fin is buruk) then (KU is tidak layak) If (NT is kurang)) and (U is rendah) and (fin is baik) then (KU is tidak layak) If (NT is kurang) and (U is rendah) and (fin is buruk) then (KU is tidak layak) Model ini disusun untuk menghasilkan prediksi kelayakan usaha agroindustri dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan (JST). Diagram alir model prediksi kelayakan usaha pada Gambar 21 dan keluaran model ini adalah sangat layak, cukup layak, atau tidak layak seperti terlihat pada Tabel 12 di bawah ini.

13 Pene~tuan prediksi Input: kelayakan usaha Klasifilcasi himpunan fuzzy dengall JST kelayakan Gambar 21. Diagram Alir Model Prediksi Kelayaltan Usaha Tabel 12. Keluaran Model Prediksi Kelrjakan Usaha /-~rediksi Selang Skor

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS Formatted: Swedish (Sweden) Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 menunjukkan bahwa sistem kemitraan setara usaha agroindustri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 61 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem manajemen ahli model SPK agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit terdiri dari tiga komponen utama yaitu sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,

Lebih terperinci

VI. IMPLEMENTASI MODEL

VI. IMPLEMENTASI MODEL 45 VI. IMPLEMENTASI MODEL Pengembangan model investasi fuzzy memerlukan perangkat keras dan mendukung perangkat lunak yang digunakan sehingga sistem ini dapat berjalan sesuai dengan fungsinya. Perangkat

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL VI. PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dirancang dan dikembangkan dalam suatu paket perangkat lunak ng diberi nama mangosteen

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 IV. PEMODELAN SISTEM A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 Sistem penunjang keputusan pengarah kebijakan strategi pemasaran dirancang dalam suatu perangkat lunak yang dinamakan EssDSS 01 (Sistem Penunjang Keputusan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM. Konfigurasi Model. Data Pengetahuan Model. Perumusan Strategi Bauran Pemasaran MEKANISME INFERENSI SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT

PEMODELAN SISTEM. Konfigurasi Model. Data Pengetahuan Model. Perumusan Strategi Bauran Pemasaran MEKANISME INFERENSI SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rancang bangun model pengembangan industri kecil jamu dirancang dalam bentuk paket program komputer sistem manajemen ahli yang terdiri dari komponen : sistem manajemen

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Basis Data

Sistem Manajemen Basis Data 85 KONFIGURASI MODEL Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pengembangan Agrokakao bersifat kompleks, dinamis, dan probabilistik. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya pelaku yang terlibat dalam

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Lidah buaya adalah tanaman yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh maupun perawatan kulit manusia. Tanaman ini juga memiliki kecocokan hidup dan dapat

Lebih terperinci

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 83 BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 5.1. Konfigurasi Model Analisis sistem pada Bab IV memperlihatkan bahwa pengembangan agroindustri sutera melibatkan berbagai komponen dengan kebutuhan yang beragam,

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK

III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK Teknik heuristik adalah suatu cara mendekati permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan-hubungan dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi 23 III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan

Lebih terperinci

REKAYASA MODEL SISTEM PERENCANAAN TANI DAN AGROLNDUSW WORT

REKAYASA MODEL SISTEM PERENCANAAN TANI DAN AGROLNDUSW WORT REKAYASA MODEL SISTEM PERENCANAAN US TANI DAN AGROLNDUSW WORT Oleh DI AH F 28.1388 DANI 1995 FAKULTAS TELNOLOGI PERT-ANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR D M HMAN DAM. F 28.1388. Rekayasa Model Perencanaan

Lebih terperinci

V. IMPLEMENTASI EssDSS 01

V. IMPLEMENTASI EssDSS 01 V. IMPLEMENTASI EssDSS 01 A. Program Utama EssDSS 01 Paket program EssDss 01 merupakan paket dari sistem program yang mengintegrasikan beberapa model yang berkaitan di dalamnya. Model-model ini membantu

Lebih terperinci

IV. KONFIGURASI MODEL

IV. KONFIGURASI MODEL IV. KONFIGURASI MODEL A. DIAGRAM ALIRAN DATA (DATA FLOW DIAGRAM/DFD) Metode yang digunakan dalam memodelkan program aplikasi Sidi- Kuu adalah menggunakan diagram aliran data. Diagram aliran data memperlihatkan

Lebih terperinci

7 REKAYASA SISTEM. Intelijensi Mesin inferensi Penalaran /Inference. Pengendalian/Control. Supervisor. Penghubung bahasa natural.

7 REKAYASA SISTEM. Intelijensi Mesin inferensi Penalaran /Inference. Pengendalian/Control. Supervisor. Penghubung bahasa natural. 7 REKAYASA SISTEM 7.1 Konfigurasi Sistem Sistem Pendukung Keputusan Intelijen untuk pengembangan agropolitan berbasis agroindustri dirancang dalam bentuk perangkat lunak komputer Visual Basic versi 6.0

Lebih terperinci

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala 50 III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3.1.1 Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala a. Penentuan Kriteria dan Alternatif : Diperlukan data primer berupa kriteria yang digunakan dalam pemilihan

Lebih terperinci

MODEL SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN DALAM FUNGKA MENDUKUNG PROGRAM IPTEIDA OLEH : ABDUL HAKIM

MODEL SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN DALAM FUNGKA MENDUKUNG PROGRAM IPTEIDA OLEH : ABDUL HAKIM MODEL SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN DALAM FUNGKA MENDUKUNG PROGRAM IPTEIDA OLEH : ABDUL HAKIM PROGRAM STUD1 TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 ABSTRACT ABDUL

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Pada pembiayaan investasi pola musyarakah, hasil laba operasional usaha dibagi antar investor dengan menggunakan nisbah tertentu. Ketidakpastian tingkat hasil laba

Lebih terperinci

PEMODELAN. Model adalah abstraksi dari sesuatu, yang mewakili beberapa fenomena berbentuk objek atau aktivitas.

PEMODELAN. Model adalah abstraksi dari sesuatu, yang mewakili beberapa fenomena berbentuk objek atau aktivitas. PEMODELAN DEFINISI Model adalah abstraksi dari sesuatu, yang mewakili beberapa fenomena berbentuk objek atau aktivitas. Fenomena dapat berupa entity, jika fenomena itu berupa instansi maka instansi sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian pendirian agroindustri berbasis ikan dilaksanakan di Kabupaten Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan

Lebih terperinci

Pertemuan 3 PEMODELAN

Pertemuan 3 PEMODELAN Pertemuan 3 PEMODELAN DEFINISI Model adalah abstraksi dari sesuatu, yang mewakili beberapa fenomena berbentuk objek atau aktivitas. Fenomena dapat berupa entity, jika fenomena itu berupa instansi maka

Lebih terperinci

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN VII. HASIL DAN PEMBAHASAN 7.1 PROGRAM UTAMA mangosteen 1.0 Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dirancang dalam sebuah paket program bernaman mangosteen 1.0. Model mangosteen

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN AHLI

SISTEM MANAJEMEN AHLI 201 SISTEM MANAJEMEN AHLI Konfigurasi model Pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem berbasis pengetahuan dikenal dengan istilah sistem manajemen ahli. (Eriyatno, 2009). Didalam sistem manajemen

Lebih terperinci

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren.

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren. 44 V. PEMODELAN SISTEM Dalam analisis sistem perencanaan pengembangan agroindustri aren di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa terdapat berbagai pihak yang terlibat dan berperan didalam sistem tersebut. Pihak-pihak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam rencana melakukan investasi usaha baru, investor toko Salim Jaya perlu melakukan peninjauan terlebih dahulu dengan memperhitungkan dan menganalisis rencana investasinya. Hasil peninjauan

Lebih terperinci

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN 94 SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN Konfigurasi Model Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri bersifat kompleks, dinamis, dan

Lebih terperinci

3.2 METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL

3.2 METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL III. LANDASAN TEORI 3.1 TEKNIK HEURISTIK Teknik heuristik adalah suatu cara mendekati suatu permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan-hubungan

Lebih terperinci

RANCANGAN IMPLEMENTASI

RANCANGAN IMPLEMENTASI RNCNGN IMPLEMENTSI Kelebihan dan Keterbatasan Model Perekayasaan suatu model tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan. Model Ekpama-Syariah memiliki kelebihan dalam implementasi sebagai berikut: 1. Model

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ii iii iv v vi vii

DAFTAR ISI. ii iii iv v vi vii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI DAFTAR TABEL..... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI_DAN_EVALUASI. Implementasi bertujuan untuk menerapkan sistem yang dibangun untuk

BAB IV IMPLEMENTASI_DAN_EVALUASI. Implementasi bertujuan untuk menerapkan sistem yang dibangun untuk BAB IV IMPLEMENTASI_DAN_EVALUASI 4.1 Kebutuhan Aplikasi Implementasi bertujuan untuk menerapkan sistem yang dibangun untuk mengatasi permasalahan yang diangkat pada penelitian ini.tahap-tahap yang dilakukan

Lebih terperinci

REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH. Konfigurasi Model

REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH. Konfigurasi Model 97 REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH Konfigurasi Model Model untuk sistem penunjang manajemen produksi bersih agroindustri karet remah dirancang dalam satu paket

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Perancangan sistem pada tugas akhir rancang bangun sistem analisis investasi perbankan bagi usaha kecil ini mencakup beberapa tahapan proses, antara lain meliputi : 3.1 Analisis

Lebih terperinci

METODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

METODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian IV. METODA PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Komoditi sapi potong merupakan sumber daya lokal yang sangat potensial dikembangkan di Sumatera Barat. Pengembangan sapi potong di Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. budidaya perikanan, hasil tangkapan, hingga hasil tambaknya (Anonim, 2012).

I. PENDAHULUAN. budidaya perikanan, hasil tangkapan, hingga hasil tambaknya (Anonim, 2012). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah potensial penghasil perikanan dan telah menyokong produksi perikanan nasional sebanyak 40 persen, mulai dari budidaya

Lebih terperinci

Analisis Preferensi Investor Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process

Analisis Preferensi Investor Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process 53 Analisis Preferensi Investor Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process Hesti Istiqlaliyah Teknik Mesin Universitas Nusantara PGRI Kediri Jalan K.H.Ahmad Dahlan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin bertambah tahun, semua peralatan konvensional semakin tergantikan dengan adanya peralatan elektronik. Di setiap sisi kehidupan pada saat ini menggunakan peralatan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

3.1. Kerangka Pemikiran

3.1. Kerangka Pemikiran 27 III. METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Penggunaan medote fuzzy pada penghitungan cash flow dimulai oleh Ward (1985) yang menggambarkan fuzzy dengan fungsi keanggotaan trapezium untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

Pemilihan Teknologi. Pemilihan Lokasi

Pemilihan Teknologi. Pemilihan Lokasi 1 Pemilihan Teknologi Dalam pemilihan teknologi terdapat beberapa hal yang perlu dinilai dan dievaluasi: kesesuaian teknologi yang digunakan untuk menghasilkan produk dengan kebutuhan pasar produk proses

Lebih terperinci

ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISA DAN PEMBAHASAN Tabel. Peramalan Dengan Metode Rata-Rata Bergerak Tahun Rata-Rata Periode Okupansi Waktu 2001 45,3 1 2002 46,78 2 46,04 2003 51,53 3 49,155 47,5975 50,7125 3,115 2004 46,8 4 49,165 49,16 49,17 0,01 53,8275

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

Ada 5 GUI tools yang dapat dipergunakan untuk membangun, mengedit, dan mengobservasi sistem penalaran, yaitu :

Ada 5 GUI tools yang dapat dipergunakan untuk membangun, mengedit, dan mengobservasi sistem penalaran, yaitu : BAB V FUZZY LOGIC MATLAB TOOLBOX Agar dapat mengunakan fungsi-fungsi logika fuzzy yang ada paad Matlab, maka harus diinstallkan terlebih dahulu TOOLBOX FUZZY. Toolbox. Fuzzy Logic Toolbox adalah fasilitas

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM

IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM Sistem Penunjang Keputusan Rantai Pasok Sutera Alam berbasis Web dirancang sebagai alat bantu yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan rantai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KERANGKA TEORI 2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii ABSTRAK Penelitian ini membahas mengenai perusahaan yang bergerak di bidang makloon konveksi. Karena kapasitas produksi yang tidak mencukupi, maka perusahaan bermaksud untuk melakukan ekspansi berupa penambahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Metodologi penelitian digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian agar hasil yang dicapai tidak menyimpang dari tujuan. Tahapan penelitian

Lebih terperinci

TAKARIR. = Pipa Selubung. = Pipa Produksi

TAKARIR. = Pipa Selubung. = Pipa Produksi TAKARIR Break Event Point Cost Recovery Casing Declining Balance Dry Gas First Tranche Petroleum Flow Line Gross Revenue Higher Rate of Income Tax Net Present Value Off Shore On Shore Packer Payback Period

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pegawai negeri pada instansi pemerintahan, seperti digambarkan sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. pegawai negeri pada instansi pemerintahan, seperti digambarkan sebagai 30 BAB III METODE PENELITIAN Tugas akhir ini berupa proyek (pengembangan), di mana sistem yang ada dapat memberikan suatu penyelesaian dari permasalahan mengenai analisa tingkat resiko yang akan dihadapi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Umur investasi 6 tahun ( ): Payback Period. > 5 tahun. < 1 tahun. Net Present Value. Rp ,- - Rp 978.

ABSTRAK. Umur investasi 6 tahun ( ): Payback Period. > 5 tahun. < 1 tahun. Net Present Value. Rp ,- - Rp 978. ABSTRAK Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan investasi perluasan usaha yang telah berjalan pada PT DUTANIAGA KHATULISTIWA cabang Bandung hingga akhir periode

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Citra Jaya Putra Utama merupakan salah satu perusahaan jasa yang bergerak di bidang distribusi farmasi. Perusahaan saat ini ingin melakukan investasi modal dalam bentuk cabang baru di Surabaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

Prediksi Jumlah Permintaan Gas Cair Menggunakan Fuzzy Inference Model pada PT Air Products Gresik Oleh : Lailatul Khikmiyah

Prediksi Jumlah Permintaan Gas Cair Menggunakan Fuzzy Inference Model pada PT Air Products Gresik Oleh : Lailatul Khikmiyah Prediksi Jumlah Permintaan Gas Cair Menggunakan Fuzzy Inference Model pada PT Air Products Gresik Oleh : Lailatul Khikmiyah - 5208100093 Latar Belakang PT Air Products Gresik adalah sebuah perusahaan penghasil

Lebih terperinci

i - - - ii iii iv v vi vii No. Asumsi A B C Aspek Pasar 1. Untuk prediksi ke depan, permintaan produk dianggap tidak mengalami penurunan dalam jangka waktu 10 tahun yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan di Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

Tabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara. Tabel 2. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Riau

Tabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara. Tabel 2. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Riau Lampiran 3. Luas areal perkebunan kelapa sawit tahun 2009. Tabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara Kabupaten Luas Areal (Ha) Labuhan Batu 85527 Tapanuli Selatan 57144 Simalungun

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: town house, pasar, teknis, NPV, BCR, IRR, PBP

ABSTRAK. Kata kunci: town house, pasar, teknis, NPV, BCR, IRR, PBP ABSTRAK Town house merupakan salah satu investasi yang diminati dengan membidik pasar wisatawan asing yang berkunjung ke Bali. Town house adalah kompleks perumahan dengan unit terbatas disertai fasilitas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

F/ T/P-/ /qy ", MODEL SISTEM MAHAJEMEH AHLl UNTUK PEREHGAHAAN PERTAN IAN BUAH- BUAHAII Dl JAWA BARAT 04-L 0. Oleh. CHAlRlL NURlZKl TJAJA F 28.

F/ T/P-/ /qy , MODEL SISTEM MAHAJEMEH AHLl UNTUK PEREHGAHAAN PERTAN IAN BUAH- BUAHAII Dl JAWA BARAT 04-L 0. Oleh. CHAlRlL NURlZKl TJAJA F 28. F/ T/P-/ /qy ", -R F? 04-L 0 u MODEL SISTEM MAHAJEMEH AHLl UNTUK PEREHGAHAAN PERTAN IAN BUAH- BUAHAII Dl JAWA BARAT Oleh CHAlRlL NURlZKl TJAJA F 28. 0856 199 5 FAKULTAS TEI

Lebih terperinci

F/ T/P-/ /qy ", MODEL SISTEM MAHAJEMEH AHLl UNTUK PEREHGAHAAN PERTAN IAN BUAH- BUAHAII Dl JAWA BARAT 04-L 0. Oleh. CHAlRlL NURlZKl TJAJA F 28.

F/ T/P-/ /qy , MODEL SISTEM MAHAJEMEH AHLl UNTUK PEREHGAHAAN PERTAN IAN BUAH- BUAHAII Dl JAWA BARAT 04-L 0. Oleh. CHAlRlL NURlZKl TJAJA F 28. F/ T/P-/ /qy ", -R F? 04-L 0 u MODEL SISTEM MAHAJEMEH AHLl UNTUK PEREHGAHAAN PERTAN IAN BUAH- BUAHAII Dl JAWA BARAT Oleh CHAlRlL NURlZKl TJAJA F 28. 0856 199 5 FAKULTAS TEI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga listrik merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari. Peralatan rumah tangga maupun industri hampir semuanya

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN tersembunyi berkisar dari sampai dengan 4 neuron. 5. Pemilihan laju pembelajaran dan momentum Pemilihan laju pembelajaran dan momentum mempunyai peranan yang penting untuk struktur jaringan yang akan dibangun.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK Karaoke merupakan salah satu sarana hiburan yang sedang berkembang dan diminati masyarakat saat ini, untuk mendirikan sarana hiburan karaoke keluarga di Galeri Ciumbuleuit Apartemen, penulis melakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Sangkuriang Jaya yang terletak di Desa Babakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor berkeinginan untuk melakukan pengembangan usaha untuk meraup

Lebih terperinci

Muhammad Yudin Ritonga ( )

Muhammad Yudin Ritonga ( ) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRODUKSI MAKANAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DENGAN METODE TSUKAMOTO (STUDI KASUS : PT. INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR MEDAN) Muhammad Yudin Ritonga (0911555) Mahasiswa Program

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus

AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus 2013 103 PENENTUAN LOKASI INDUSTRI PALA PAPUA BERDASARKAN PROSES HIERARKI ANALITIK (ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ) DAN APLIKASI SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN (SPK) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem adalah himpunan dari bagian-bagian yang saling berhubungan yang secara bersama mencapai tujuan tujuan yang sama. Sebuah sistem harus mempunyai organisasi,

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Sistem Manajemen Basis Pengetahuan Evaluasi resiko usaha

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Sistem Manajemen Basis Pengetahuan Evaluasi resiko usaha PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Model evaluasi kelayakan pembiayaan agroindustri minyak atsiri dengan pola syariah dirancang dalam suatu perangkat lunak komputer sistem manajemen ahli (SMA), dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL 32 IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL 4.1. Identifikasi Indikator Kelayakan Finansial Pada umumnya ada enam indikator yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian kelayakan finansial dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah melakukan produksi dan distribusi guna

Lebih terperinci

BAB 5 RANCANG BANGUN MODEL

BAB 5 RANCANG BANGUN MODEL 71 BAB 5 RANCANG BANGUN MODEL 5.1 Konfigurasi Model Rancang bangun model peningkatan kinerja agroindustri kelapa sawit PBUMN dibangun dalam bentuk perangkat lunak dengan nama Pin-KK dengan tiga komponen

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dengan rancangan atau desain sistem yang telah dibuat. Aplikasi yang dibuat akan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dengan rancangan atau desain sistem yang telah dibuat. Aplikasi yang dibuat akan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Sistem Tahap ini merupakan pembuatan perangkat lunak yang disesuaikan dengan rancangan atau desain sistem yang telah dibuat. Aplikasi yang dibuat akan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Pembahasan pada bab ini menjelaskan gambaran umum nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar amerika, metode penelitian, perancangan program aplikasi, rancangan perangkat lunak

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI UPS MUTU ELOK. Proyek UPS Mutu Elok diawali pada tahun 2005 dan memulai produksi

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI UPS MUTU ELOK. Proyek UPS Mutu Elok diawali pada tahun 2005 dan memulai produksi BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI UPS MUTU ELOK Proyek UPS Mutu Elok diawali pada tahun 2005 dan memulai produksi serta penjualan pada tahun 2006. Umur proyek UPS Mutu Elok diasumsikan 20 tahun yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return.

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return. ABSTRAK Dalam memasuki era globalisasi, Indonesia dituntut untuk mempersiapkan dirinya agar dapat bersaing khususnya dalam bidang ekonomi. Perekonomian Indonesia sekarang dapat dikatakan sudah mulai meningkat

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Disarikan Gitman dan Sumber lain yang relevan Pendahuluan Investasi merupakan penanaman kembali dana yang dimiliki oleh perusahaan ke dalam suatu aset dengan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Menurut Surakhmad, (1994: ), metode deskriptif analisis, yaitu metode

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Menurut Surakhmad, (1994: ), metode deskriptif analisis, yaitu metode BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metodelogi Penelitian Menurut Surakhmad, (1994:140-143), metode deskriptif analisis, yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di lokasi penanaman JUN Unit Usaha Bagi Hasil- Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN) Kabupaten Bogor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

MODEL SISTEM MANAJEMEN AHLI PERENCANAAN INVESTASI PRODUK AGROINDUSTRI KOMODITAS UMBI-UMBIAN

MODEL SISTEM MANAJEMEN AHLI PERENCANAAN INVESTASI PRODUK AGROINDUSTRI KOMODITAS UMBI-UMBIAN MODEL SISTEM MANAJEMEN AHLI PERENCANAAN INVESTASI PRODUK AGROINDUSTRI KOMODITAS UMBI-UMBIAN Marimin dan Arfan Sutiyono Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tujuan perusahaan adalah untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat, perusahaan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITXAN

IV. METODOLOGI PENELITXAN IV. METODOLOGI PENELITXAN 4.1. Kerangka Pernikiran Kajian kemitraan usaha pola modifikasi BOT (8uilMperate and Trensfer) ini didasari tujuan ganda yaru peningkatan pendapatan pekebun, peningkatan kesempatan

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan iklim persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan iklim persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat dewasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan iklim persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat dewasa ini, setiap perusahaan dituntut untuk dapat mengambil tindakan-tindakan yang tepat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari sistem pendukung keputusan penentuan tempat penyimpanan produksi pada PT. Unibis dengan sistem yang dibangun

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

VI. IMPLEMENTASI SISTEM

VI. IMPLEMENTASI SISTEM VI. IMPLEMENTASI SISTEM Implementasi sistem merupakan tahap akhir dalam pengembangan suatu perangkat lunak yang mengimplementasikan hasil rancangan arsitektur sistem dan desain antarmuka pnegguna ke dalam

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka. IV. METODOLOGI 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sukahaji merupakan salah satu

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Analisis kelayakan pendirian industri bioinsektisda Bta di Bogor merupakan analisis yang dilakukan sebagai bagian dari tahap pra invetasi pada proyek pembangunan industri

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 32 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas tentang analisis sistem melalui pendekatan secara terstruktur dan perancangan yang akan dibangun dengan tujuan menghasilkan model atau representasi

Lebih terperinci