7 REKAYASA SISTEM. Intelijensi Mesin inferensi Penalaran /Inference. Pengendalian/Control. Supervisor. Penghubung bahasa natural.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "7 REKAYASA SISTEM. Intelijensi Mesin inferensi Penalaran /Inference. Pengendalian/Control. Supervisor. Penghubung bahasa natural."

Transkripsi

1 7 REKAYASA SISTEM 7.1 Konfigurasi Sistem Sistem Pendukung Keputusan Intelijen untuk pengembangan agropolitan berbasis agroindustri dirancang dalam bentuk perangkat lunak komputer Visual Basic versi 6.0 (Microsoft USA, 1998) dan diberi nama SPK INTELIJEN AGROPOLITAN. Paket program SPK Intelijen Agropolitan terdiri dari lima komponen utama, yaitu: sub sistem manajemen basis data, sub sistem manajemen basis model, sub sistem akuisisi pengetahuan, mesin inferensi, dan sub sistem dialog (modifikasi dari Turban 1990). Konfigurasi umumnya disajikan pada Gambar 18. Basis data Sistem Manajemen Basis Data Data sosial-demografi dan perekonomian Data produksi pertanian Data industri Data permintaan/ perdagangan Data sarana prasarana Subsistem Akuisisi Pengetahuan Fakta Aturan Perekayasa pengetahuan Basis pengetahuan Intelijensi Mesin inferensi Penalaran /Inference Pengendalian/Control Supervisor Penghubung bahasa natural Pengguna Subsistem dialog Basis model Sistem Manajemen Basis Model Komoditi unggulan Pusat agropolitan Agroindustri prospektif Sarana dan prasarana Pola kelembagaan Pusat pengelola intelijen Gambar 18 Konfigurasi model pengembangan kawasan agropolitan berbasis agroindustri Model SPK Intelijen Agropolitan diaplikasikan dalam bentuk sistem berbasis komputer yang dirancang agar pengguna dapat berinteraksi langsung dalam formulasi pemrograman suatu SPK Intelijen dimana memungkinkan untuk mengakuisisi pengetahuan pakar ke dalam sistem.

2 Desain Sistem Sistem Manajemen Dialog Sistem manajemen dialog merupakan komponen yang dirancang untuk mengatur dan mempermudah interaksi antara model (program komputer) dan pengguna (user) menggunakan masukan dari basis data langsung maupun data file. Masukan dari pengguna berupa parameter, pengetahuan dan pilihan skenario, sedangkan keluaran yang diberikan berupa informasi dalam bentuk tabel dan pernyataan yang mudah dipahami Sistem Manajemen Basis Data Sistem Manajemen basis data digunakan untuk memberikan fasilitas pengelolaan data seperti pemasukan data, menampilkan data, memperbaiki data, menghapus data, dan mengeksekusi data. Jenis-jenis data yang dikelola pada SPK Intelijen Agropolitan adalah sebagai berikut: Basis data seleksi komoditi tanaman pangan dan hortikultura unggulan. Data kriteria (faktor) penentu komoditi tanaman pangan dan hortikultura unggulan meliputi 1) tingkat pendapatan dari usaha komoditi, 2) kontribusi produksi terhadap perekonomian, 3) laju pertumbuhan produksi yang menunjukkan bahwa komoditi tersebut diterima dan berkembang di masyarakat atau secara sosial dapat diterima oleh masyarakat, 4) kemampuan bersaing komoditi, 5) kemampuan komoditi menyediakan kesempatan kerja, 6) pemenuhan kebutuhan domestik, sedangkan untuk menentukan wilayah sentra produksinya, kriteria yang digunakan adalah 1) tingkat kesesuaian agroekologi, 2) ketersediaan areal setempat, 3) kemampuan pengembangan areal, 4) kondisi dan ketersediaan sarana prasarana, 5) jarak dengan pusat agropolitan, 6) kondisi dan ketersediaan tenaga kerja Basis data penentuan pusat agropolitan. Data kriteria (faktor) penentu pusat agropolitan meliputi tingkat perkembangan dan kinerja perekonomian dan non ekonomi wilayah (kecamatan),

3 77 tingkat ketimpangan distribusi pendapatan, transformasi struktural, potensi sumberdaya (alam, manusia, buatan, dan sosial), dan pemusatan ekonomi wilayah Basis data seleksi agroindustri dengan produk prospektif. Data kriteria (faktor) penentu agroindustri prospektif meliputi peluang pasar, kemampuan teknologi, nilai tambah produk, dampak sosial ekonomi masyarakat dan kelayakan keuangan/finansial Basis data penentuan pola kerjasama dan kelembagaan. Data kriteria (faktor) penentu pola kerjasama dan kelembagaan meliputi budaya masyarakat, kebutuhan masyarakat, dan biaya transformasi ekonomi. Menurut Pranadji (2003), Kebutuhan masyarakat dikaitkan dengan kebutuhan terhadap pengembangan dan adopsi teknologi, kebutuhan terhadap kegiatan ekonomi, kegiatan sosial (pengurangan kesenjangan lapangan kerja, peluang berusaha, dan pemerataan pendapatan), kebutuhan akan kegiatan hukum dan politik, serta kebutuhan akan ekolosistem dan sumberdaya. Menurut Haris (2006), biaya transformasi ekonomi terdiri dari biaya informasi, biaya negoisasi dan biaya penegakan aturan Basis data penyediaan sarana dan prasarana. Data kriteria (faktor) penentu penyediaan sarana dan prasarana meliputi topografi (bukit, lembah, gunung), geologi tanah dan batuan, sistem drainase (persawahan dan pemukiman), meteorologi atau iklim, potensi material (batuan dan pasir), lingkungan hidup dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Data dilengkapi dengan peta jaringan jalan dan sungai, peta land use, dan peta tanah sub wilayah pengembangan Kabupaten Sistem Akuisisi Pengetahuan Akuisisi pengetahuan merupakan suatu objek utama analisis dari pengembangan paket program SPK Intelijen Agropolitan yang keberadaannya didukung oleh sistem pengetahuan dasar yang berupa pendefinisian unsur (modelisasi masalah) dan struktur dasar (formalisasi penyajian) untuk

4 78 menginterpretasikan data (masukan informasi dari pemakai) dan memecahkan masalah (penyajian informasi ke pemakai) menurut tingkat kompleksitasnya. Sistem akuisisi pengetahuan dalam SPK Intelijen Agropolitan digunakan untuk menentukan mekanisme perencanaan tata ruang dan wilayah agropolitan dan mekanisme penerimaan kinerja agopolitan. Pengetahuan diperoleh melalui wawancara terhadap para pakar. Daftar pakar dapat dilihat pada Lampiran Teknik wawancara berupa observasi, diskusi masalah, diskripsi masalah, analisis permasalahan, tatacara perbaikan, tata cara pengujian, dan tata cara validasi. Dari akuisisi pengetahuan maka diperoleh kriteria dan bobotnya dalam setiap model pada SPK Intelijen Agropolitan Mesin inferensi Mesin inferensi adalah bagian yang memanipulasi dan mengarahkan pengetahuan, model dan fakta yang disimpan pada basis pengetahuan dalam rangka mencapai solusi atau kesimpulan. Tugas utama dari mesin inferensi adalah menguji fakta dan kaidah serta menambah fakta baru jika memungkinkan serta memutuskan perintah sesuai dengan hasil penalaran yang telah dilaksanakan. Terdapat dua strategi dalam mesin inferensi, yaitu strategi penalaran dan strategi pengendalian. 7.3 Sistem Manajemen Basis Model Sistem Manajemen Basis Model terdiri dari lima model yaitu: 1) model seleksi komoditi tanaman pangan dan hortikultura unggulan, 2) model penentuan pusat agropolitan, 3) model seleksi agroindustri prospektif, 4) model penentuan pola kerjasama dan kelembagaan, dan 5) model penentuan sarana dan prasarana Model Seleksi Komoditi Unggulan. Seleksi komoditi unggulan dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sehingga dihasilkan komoditi tanaman pangan dan hortikultura yang diunggulkan dan selanjutnya ditentukan wilayah sentra produksinya. Metode yang digunakan untuk pembobotan kriteria dan pembobotan prioritas komoditi adalah

5 79 ME-MCDM. Diagram alir yang menggambarkan model ini dapat dilihat pada Gambar 19. Tingkat pendapatan produksi komoditi Kontribusi produksi Laju pertumbuhan produksi komoditi Kemampuan bersaing Kemampuan komoditi menyediakan kesempatan kerja Pemenuhan kebutuhan domestik Penentuan prioritas kriteria pemilihan komoditi unggulan dengan IPE peubah tunggal Alternatif komoditi unggulan Bobot masing-masing kriteria Skor relatif setiap alternatif komoditi unggulan pada setiap kriteria Penentuan prioritas komoditi unggulan Urutan prioritas komoditi unggulan Gambar 19. Diagram alir model seleksi komoditi unggulan Model Penentuan Pusat Agropolitan. Clustering Analysis digunakan untuk mengelompokkan wilayah-wilayah berdasarkan data tingkat perkembangan dan kinerja perekonomian dan non perekonomian wilayah, tingkat ketimpangan distribusi pendapatan, transformasi struktur, dan potensi sumberdaya wilayah. Analisis mengenai karakteristik setiap kluster dilakukan untuk mendukung sistem pakar. Sistem pakar digunakan untuk mengetahui mekanisme perencanaan wilayah agropolitan dalam menentukan pusat agropolitan beserta wilayah pendukung sebagai sentra-sentra produksinya. Diagram model penentuan pusat agropolitan secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 20, sedangkan prosedur umum yang digunakan untuk analisis adalah seperti yang diuraikan di bawah ini.

6 80 Total Shift,Specialization Index, Ratio Gini, % TK, Rasio perkembangan kependudukan, pendidikan & kesehatan, Location Quotient, Skalogram, Indeks fasilitas, Jarak dengan pasar, Jarak sentra produksi Akuisisi pengetahuan pakar Representasi Pengetahuan Analisis potensi SD manusia Analisis potensi SD buatan & sosial i Analisis potensi industri Analisis potensi SD Pertanian Analisis kesesuaian agroekologi & lahan Mekanisme penentuan pusat agropolitan & wilayah pendukung Pengklasteran wilayah Pusat agropolitan dan wilayah pendukungnya (sentra produksi) Gambar 20 Diagram alir model penentuan pusat agropolitan Prosedur umum analisis klaster yang digunakan dalam model ini adalah sebagai berikut (Anderberg, 1973): 1. Berawal dengan N klaster yang memiliki satu permasalahan(klaster 1 hingga klaster N). 2. Diketahui yang paling serupa adalah klater p dan q (p>q). Dimana kesesuaian dinotasikan S pq. Jika ukuran ketidaksesuaian digunakan, nilai yang tinggi menunjukkan ketidaksesuaian. Jika sebuah ukuran kesesuaian digunakan, nilai yang kecil menunjukkan ketidaksesuaian. 3. Hilangkan satu per satu anggota klaster dengan menggabungkan klaster p dan q. Namakan klaster yang baru r (=q) dan perbaharui matriks kesesuaian (dengan metode yang dipilih) untuk menunjukkan perbaikan kesesuaian atau ketidaksesuaian antara klaster t dan semua klaster lainnya. Hilangkan baris dan kolom dari S yang berhubungan dengan klaster p. 4. Ulangi kedua langkah sebelumnya hingga semua anggota berada pada satu klaster

7 81 5. Untuk setiap metode, kesesuaian dan ketidaksesuaian matiks S diperbaharui untuk menunjukkan perbaikan kesesuaian dan ketidaksesuaian (S pq ) antara klaster baru Metode yang digunakan untuk memilih anggota klaster dalam model ini adalah Average Linkage Between Groups (Anderberg, 1973). Langkah-langkah perhitungan dalam metode ini adalah sebagai berikut: Sebelum penggabungan awal, jika N i =1 dimana i=1 sampai N Perbaharui Str dengan: S tr =S pr +S Perbaharui Nt dengan: N t =N p +N Kemudian tentukan hubungan yang paling sesuai dengan: Sij/(N i N j ) qr q Sub Model Tingkat Perkembangan Aspek Non Ekonomi. Pada model ini dihitung perkembangan aspek demografi, pendidikan dan kesehatan. Dalam aspek demografi, analisis dilakukan terhadap data jumlah, dan pertumbuhan penduduk, kepadatan, angka kelahiran kematian, dan rasio ketergantungan. Dalam aspek pendidikan beberapa hal yang akan dicermati meliputi angka melek huruf, angka partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan, rasio murid-guru, rasio murid-sekolah, persentase jumlah pendududk dengan penduduk dengan pendidikan tinggi, dan persentase penduduk lulus SD dengan tidak lulus SD. Aspek kesehatan meliputi tingkat kematian bayi, jumlah penduduk-puskesmas, dan rasio balita-posyandu Sub Model Pemusatan Ekonomi Wilayah. Pemusatan aktivitas pertanian dilakukan dengan analisis Location Quotient (LQ) terhadap produksi beberapa komoditi tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Probolinggo. Interpretasi hasil analisis LQ adalah sebagai berikut: a. Apabila nilai LQ ij >1, hal ini menunjukkan bahwa terjadi konsentrasi suatu aktivitas atau pemusatan di sub wilayah ke-i (kecamatan) secara relatif dibandingkan dengan total wilayah (kabupaten) b. Apabila nilai LQij=1, hal ini menunjukkan bahwa wilayah ke-i (kecamatan) mempunyai pangsa aktivitas setara dengan pangsa total c. Apabilai nilai LQij<1, hal ini menunjukkan sub wilayah tersebut mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas yang secara umum ditemukan di seluruh wilayah.

8 82 Nilai LQ diketahui dengan rumus sebagai berikut (Budiharsono, 1995): LQ ij = X ij X. j X i. X.. Dimana: LQ = Nilai LQ untuk aktivitas ke-j di wilayah ke-i Xij = Derajat aktivitas ke-j pada wilayah ke-i Xi. = Derajat aktivitas total pada wilayah ke-i X.. = Derajat aktivitas total wilayah X.j = Derajat aktivitas ke-j pada total wilayah i = Wilayah/kecamatan yang diteliti j = Aktivitas ekonomi yang dilakukan Sub Model Potensi Sumberdaya Wilayah. Peringkat kecamatan disusun urutannya berdasarkan jumlah total fasilitas yang dimiliki baik dari jumlah jenis maupun jumlah unit fasilitas pada masingmasing wilayah tersebut. Nilai yang digunakan dalam analisis komponen utama dari variabel sumberdaya buatan ini adalah nilai indeks fasilitas yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Budiharsono 1995): IF j = m i= 1 F b ij j a i N Dimana: IFj = Indeks fasilitas pada wilayah ke-j Fij = Jumlah fasilitas ke-i pada wilayah ke-j bj = Jumlah total fasilitas di wilayah ke-j ai = Jumlah lkecamatan yang memiliki fasilitas m = Jenis fasilitas yang ada N = Jumlah kecamatan secara keseluruhan Model Seleksi Agroindustri Prospektif. Seleksi produk tanaman pangan dan hortikultura prospektif dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sehingga dihasilkan agroindustri tanaman pangan dan hortikultura yang prospektif. Metode yang digunakan untuk

9 83 pembobotan kriteria dan pembobotan prioritas agroindustri tanaman pangan dan hortikultura adalah ANP. Diagram alir model ini dapat dilihat pada Gambar 21. Peluang pasar (prediksi permintaan, tingkat persaingan, distribusi) Teknologi (tingkat penguasaan teknologi, investasi teknologi, kemampuan teknologi menghasilkan produk berkualitas) Nilai tambah produk Dampak sosial ekonomi masyarakat (penyediaan lapangan kerja, pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat) Penentuan prioritas kriteria produk prospektif dengan ANP Alternatif produk prospektif Bobot masing-masing kriteria Skor relatif utk setiap produk prospektif utk setiap kriteria Penentuan prioritas produk prospektif dengan ANP Urutan prioritas produk prospektif Perancangan agroindustri Prediksi permintaan Kapasitas dan teknologi agroindustri Struktur biaya agroindustri dan prediksi cash flow Penentuan kelayakan finansial dengan NPV, IRR, B/C Layak? Ya Predikat kelayakan usaha agroindustri Gambar 21 Diagram alir model penentuan agroindustri prospektif Setelah diketahui agroindustri prospektif, maka dilakukan perancangan kapasitas agroindustri berdasarkan prediksi pasar dan kemudian dilakukan analisis kelayakan finansial. Metode NPV, B/C, dan IRR digunakan untuk menganalisis kelayakan finansial Sub Model Prediksi Permintaan Berdasarkan data permintaan masa lalu, maka dilakukan peramalan permintaan di masa datang. Metode peramalan yang digunakan adalah Metode Simulasi Monte Carlo dengan distribusi normal, eksponensial dan empiris, dan Metode Time Series yang terdiri dari rata-rata bergerak tunggal, rata-rata bergerak ganda, pemulusan eksponensial, regresi pangkat tiga, regresi pangkat dua (kuadratik) dan regesi linear.

10 Sub Model Kelayakan Finansial. Analisis kelayakan usaha ditinjau dari aspek finansial dapat menggunakan tiga metode yang akan dipertimbangkan dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi, yaitu metode Net Present Value (Nilai Sekarang Bersih), Internal Rate of Return (Analisis Laju Pengembalian) dan Benefit Cost Ratio (Rasio Manfaat Biaya). a) Net Present Value (NPV) Net Present Value atau Nilai Sekarang Bersih adalah selisih antara Present Value (PV) atau nilai sekarang dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan. Rumus yang digunakan untuk menentukan nilai NPV adalah sebagai berikut: NPV = PV Penerimaan PV Biaya Dimana : NPV = Net Present Value atau nilai sekarang bersih PV = Present Value atau nilai sekarang Kriteria Penilaian : Jika NPV > 0, investasi dinyatakan layak Jika NPV < 0, investasi dinyatakan tidak layak b) Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) atau Laju Pengembalian, dari suatu investasi dapat didefinisikan sebagai tingkat suku bunga yang akan menyebabkan nilai ekivalen biaya/investasi sama dengan nilai ekivalen penerimaan. Menghitung IRR pada dasarnya adalah menentukan i sedemikian rupa sehingga persamaan berikut berlaku: 1. Net Present Value = 0 2. PV Penerimaan PV Biaya = 0 PV Penerimaan 3. = 1 PV Biaya Nilai IRR dapat dicari dengan cara coba-coba dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Umar, 1997):

11 NPV IRR r + ( r r ) x + NPV NPV = Dimana : IRR = tingkat bunga yang dicari harganya (%) r - = Tingkat bunga yang membuat NPV negatif (%) + r = Tingkat bunga yang membuat NPV positif (%) + NPV = Net Present Value positif (Rp.) - NPV = Net Present Value negatif (Rp.) Kriteria Penilaian : Jika IRR > bunga bank yang ditentukan maka investasi dinyatakan layak dan bila sebaliknya dinyatakan tidak layak. c) Benefit Cost Ratio (B/C) Benefit Cost Ratio (B/C) atau Rasio Manfaat Biaya merupakan perbandingan antara nilai ekivalen manfaat dengan nilai ekivalen biaya yang dirumuskan sebagai berikut: B / C = Nilai Sekarang Manfaat Nilai Sekarang Biaya Kriteria untuk menerima atau menolak suatu proyek adalah sebagai berikut : proyek dinyatakan layak bila B/C > 1 dan ditolak bila sebaliknya Model Penentuan Pola Kerjasama dan Kelembagaan. Penentuan pola kerjasama dan kelembagaan dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sehingga dihasilkan pola kerjasama dan konsep kerjasama yang dapat mendukung pengembangan agropolitan. Metode yang digunakan untuk pembobotan kriteria dan pembobotan prioritas pola kerjasama dan kelembagaan adalah ANP. Diagram alir model penentuan pola kerjasama dan kelembagaan dapat dilihat pada Gambar 22.

12 86 Budaya dan Potensi masyarakat (potensi SDM, potensi budaya) Kebutuhan masyarakat (teknologi, ekonomi, sosial, hukum & politik, ekologi & sumberdaya alam) Biaya Kelembagaan (biaya transformasi ekonomi. biaya informasi, biaya negoisasi dan biaya penegakan aturan). Penentuan prioritas kriteria pemilihan pola kerjasama dan kelembagaan Alternatif kelembagaan Bobot masing-masing kriteria Skor relatif setiap alternatif kelembagaan pada setiap kriteria Penentuan prioritas pola kerjasama dan kelembagaan Urutan prioritas pengembangan kelembagaan Gambar 22 Diagram alir model pola kerjasama dan kelembagaan Model Penentuan Penyediaan Sarana dan Prasarana. Penentuan penyediaan sarana dan prasarana dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sehingga dihasilkan prasarana dan sarana apa dan dimana yang harus disediakan. Metode yang digunakan untuk pembobotan kriteria dan pembobotan prioritas penyediaan sarana dan prasarana adalah ME-MCDM. Diagram alir model penentuan sarana dan prasarana dapat dilihat pada Gambar Migrasi dan Keterbatasan Model Berdasarkan lokasi / tempat implementasi model yang dibangun, variabel model yang dibangun terdiri dari variabel umum dan variabel khusus, sedangkan interaksi antar variabel bersifat umum. Variabel umum adalah variabel yang tidak dipengaruhi tempat implementasi, sedangkan variabel khusus adalah variabel yang dipengaruhi oleh tempat implementasi. Variabel umum pada model seleksi komoditi unggulan adalah kriteria pemilihan, sedangkan variabel khususnya adalah alternatif komoditi. Pada model penentuan pusat agropolitan, kriteria adalah variabel umum sedangkan alternatif

13 87 (nama kecamatan) adalah variabel khusus. Model seleksi agroindustri prospektif memiliki variabel khusus dalam alternatif produk agroindustri, sedangkan kriteria termasuk variabel umum. Model pola umum kerjasama dan kelembagaan semua variabelnya adalah variabel umum yang dapat diimplementasikan pada tempat mana pun. Model penyediaan sarana prasarana memiliki variabel khusus pada alternatif sarana prasarana, sedangkan kriteria merupakan variabel umum. Kriteria Keuntungan: - Aksesibilitas terhadap Pasar - Aksesibilitas terhadap pusat agropolitan - Aksesibilitas terhadap sentra-sentra produksi - Perbaikan perekonomian masyarakat sekitar - Perbaikan sosial budaya masyarakat sekitar - Peningkatan produktivitas pertanian - Peningkatan kualitas pemukiman Kriteria Biaya: - Keseimbangan ekologi dan lingkungan hidup - Biaya pengadaan sarana prasaana Penentuan prioritas kriteria pengembangan prasarana dengan IPE dua peubah Alternatif pengembangan sarana prasarana Bobot masing-masing kriteria Skor relatif setiap alternatif pd setiap kriteria Penentuan prioritas pengemb prasarana Urutan prioritas pengadaan sarana prasarana Gambar 23 Diagram alir model penyediaan sarana prasarana Beberapa keterbatasan dalam model diantaranya adalah sebagai berikut: a) Model seleksi komoditi unggulan Alternatif yang digunakan adalah komoditi tanaman pangan dan hortikultura yang memiliki produksi delapan tertinggi diantara komoditi lainnya dan termasuk komoditi unggulan yang ditetapkan Propinsi Jawa Timur maupun Kabupaten Probolinggo (BPS Kab Probolinggo 2009).

14 88 b) Model penentuan pusat agropolitan - Jumlah klaster dalam analisis klaster sumberdaya adalah lima. Jumlah klaster tersebut valid sesuai dengan analisis varian pada Lampiran Node yang digunakan dalam perencanaan adalah wilayah kecamatan. - Tata ruang yang dihasilkan adalah struktur ruang yang terdiri dari pusat agropolitan dan kawasan pendukung, sedangkan pola ruang tidak ditentukan dengan model ini, hanya menggunakan pola ruang yang telah ada dalam RTRW Kabupaten Probolinggo (BAPPEDA Kab Probolinggo 2000). c) Model seleksi agroindustri prospektif, Asumsi yang digunakan dalam desain agropolitan diantaranya adalah: harga jagung Rp ,- per kg, harga etanol Rp per liter, suku bunga bank 14 % per tahun. Asumsi yang lain dapat dilihat pada hal 125. Untuk mengetahui pengaruh input tidak terkendali digunakan analisis sensitivitas yang dapat mengetahui pengaruh perubahan harga dan tingkat suku bunga. d) Model penentuan sarana dan prasarana. Alternatifnya ditentukan berdasarkan daftar usulan kegiatan pembangunan bidang fisik dan prasarana Kabupaten Probolinggo yang memiliki empat biaya terbesar (BAPPEDA Kab Probolinggo 2007).

6 METODE PENELITIAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENGEMBANGAN AGROPOLITAN KONSEP PENGEMBANGAN AGROPOLITAN BERBASIS AGROINDUSTRI

6 METODE PENELITIAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENGEMBANGAN AGROPOLITAN KONSEP PENGEMBANGAN AGROPOLITAN BERBASIS AGROINDUSTRI 6 METODE PENELITIAN 6.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Model pengembangan agropolitan yang dibangun adalah agropolitan yang dapat diterapkan dan terjaga keberlangsungannya. Kajian dimulai dengan

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 IV. PEMODELAN SISTEM A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 Sistem penunjang keputusan pengarah kebijakan strategi pemasaran dirancang dalam suatu perangkat lunak yang dinamakan EssDSS 01 (Sistem Penunjang Keputusan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 61 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem manajemen ahli model SPK agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit terdiri dari tiga komponen utama yaitu sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian METODE PENELITIAN 36 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : Peta-peta tematik (curah hujan, tanah, peta penggunaan lahan, lereng, administrasi dan RTRW), data-data

Lebih terperinci

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 83 BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 5.1. Konfigurasi Model Analisis sistem pada Bab IV memperlihatkan bahwa pengembangan agroindustri sutera melibatkan berbagai komponen dengan kebutuhan yang beragam,

Lebih terperinci

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS Formatted: Swedish (Sweden) Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 menunjukkan bahwa sistem kemitraan setara usaha agroindustri

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL VI. PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dirancang dan dikembangkan dalam suatu paket perangkat lunak ng diberi nama mangosteen

Lebih terperinci

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren.

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren. 44 V. PEMODELAN SISTEM Dalam analisis sistem perencanaan pengembangan agroindustri aren di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa terdapat berbagai pihak yang terlibat dan berperan didalam sistem tersebut. Pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KERANGKA TEORI 2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN AKASIA RESIDENCE

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN AKASIA RESIDENCE ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN AKASIA RESIDENCE TUGAS AKHIR OLEH : NI PUTU FITRI MAHA INDRAWATI ( 1004105083) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015 UCAPAN

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi 23 III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: town house, pasar, teknis, NPV, BCR, IRR, PBP

ABSTRAK. Kata kunci: town house, pasar, teknis, NPV, BCR, IRR, PBP ABSTRAK Town house merupakan salah satu investasi yang diminati dengan membidik pasar wisatawan asing yang berkunjung ke Bali. Town house adalah kompleks perumahan dengan unit terbatas disertai fasilitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Basis Data

Sistem Manajemen Basis Data 85 KONFIGURASI MODEL Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pengembangan Agrokakao bersifat kompleks, dinamis, dan probabilistik. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya pelaku yang terlibat dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. lebih dari satu tahun. Hal yang penting dalam capital budgeting adalah

BAB II LANDASAN TEORI. lebih dari satu tahun. Hal yang penting dalam capital budgeting adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Estimasi Aliran Kas (Cash Flow) Capital budgeting adalah suatu proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran modal, dimana manfaatnya berjangka waktu lebih

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI

PERBANDINGAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI PERBANDINGAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI MATERI KULIAH 4 PERTEMUAN 6 FTIP - UNPAD METODE MEMBANDINGKAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI Ekivalensi Nilai dari Suatu Alternatif Investasi Untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran 62 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Agroindustri sutera alam merupakan industri pengolahan yang mentransformasikan bahan baku kokon (hasil pemeliharaan ulat sutera) menjadi benang, kain sutera,

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK

III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK Teknik heuristik adalah suatu cara mendekati permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan-hubungan dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN NECIS LAUNDRY

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN NECIS LAUNDRY STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA NECIS LAUNDRY LATAR BELAKANG Saat ini perubahan ekonomi mempengaruhi gerak laju kegiatan kegiatan perekonomian yang berlangsung. Persaingan yang ketat, perkembangan ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode-metode Penilaian Investasi 3.1.1. Metode net present value (NPV) Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Analisis kelayakan pendirian industri bioinsektisda Bta di Bogor merupakan analisis yang dilakukan sebagai bagian dari tahap pra invetasi pada proyek pembangunan industri

Lebih terperinci

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL 32 IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL 4.1. Identifikasi Indikator Kelayakan Finansial Pada umumnya ada enam indikator yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian kelayakan finansial dari

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Sedangkan perumahan merupakan kumpulan atau kelompok rumah yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Studi literatur merupakan merupakan tahapan penyusunan landasan teori yang mendukung penelitian yang dilakukan serta penelitian dari pihak lain yang

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENGADAAN BATU PECAH DI KABUPATEN KAPUAS DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL

ALTERNATIF PENGADAAN BATU PECAH DI KABUPATEN KAPUAS DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL ALTERNATIF PENGADAAN BATU PECAH DI KABUPATEN KAPUAS DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL Teras, R. Sutjipto Tantyonimpuno Laboratorium Manajemen Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Telp 031-5939925, fax

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam pada sektor pertanian terutama subsektor tanaman pangan.

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN AHLI

SISTEM MANAJEMEN AHLI 201 SISTEM MANAJEMEN AHLI Konfigurasi model Pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem berbasis pengetahuan dikenal dengan istilah sistem manajemen ahli. (Eriyatno, 2009). Didalam sistem manajemen

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI Chandra Indrawanto Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Minyak seraiwangi merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Sekitar 40% produksi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. ASPEK KEUANGAN Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. PENDAHULUAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kabupaten Pacitan merupakan salah satu daerah tertinggal dari delapan kabupaten di Jawa Timur. Daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang masyarakat serta

Lebih terperinci

KETERANGAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR... III LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING...

KETERANGAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR... III LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... xi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR... ii SURAT KETERANGAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR... III LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... iv LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI...

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN.. ix INTISARI... x ABSTRACK... xi I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN ii iii iv PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 4 Tujuan Penelitian... 9 Pengertian dan Ruang Lingkup Penelitian... 9 Manfaat

Lebih terperinci

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM. Konfigurasi Model. Data Pengetahuan Model. Perumusan Strategi Bauran Pemasaran MEKANISME INFERENSI SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT

PEMODELAN SISTEM. Konfigurasi Model. Data Pengetahuan Model. Perumusan Strategi Bauran Pemasaran MEKANISME INFERENSI SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rancang bangun model pengembangan industri kecil jamu dirancang dalam bentuk paket program komputer sistem manajemen ahli yang terdiri dari komponen : sistem manajemen

Lebih terperinci

METODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

METODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian IV. METODA PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Komoditi sapi potong merupakan sumber daya lokal yang sangat potensial dikembangkan di Sumatera Barat. Pengembangan sapi potong di Sumatera

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di lokasi penanaman JUN Unit Usaha Bagi Hasil- Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN) Kabupaten Bogor

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN 94 SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN Konfigurasi Model Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri bersifat kompleks, dinamis, dan

Lebih terperinci

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi* A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah 150.000.000 2 Bangunan 150.000.000 3 Peralatan Produksi 1.916.100.000 4 Biaya Praoperasi* 35.700.000 B Jumlah Modal Kerja 1 Biaya bahan baku 7.194.196.807 2 Biaya

Lebih terperinci

layak atau tidak maka digunakan beberapa metode dengan harapan mendapatkan

layak atau tidak maka digunakan beberapa metode dengan harapan mendapatkan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Umum Analisis kelayakan investasi proyek jalan tol pada dasaraya adalah mencoba mengkaji ulang suatu rencana penanaman sejumlah uang dengan memperhatikan manfaat yang dinikmati oleh

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO Ukuran Kelayakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah net present value (NPV) dan net benevit cost ratio (net

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 36 36 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Budidaya pembesaran ikan kerapu bebek (Chromileptes altivelis) dengan sistem KJA dan budidaya rumput laut (Eucheuma cottonii) dengan sistem Long

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. A. Kerangka Pemikiran. B. Pendekatan Studi Kelayakan

III. METODOLOGI. A. Kerangka Pemikiran. B. Pendekatan Studi Kelayakan III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Pengembangan industri tepung dan biskuit dari tepung kepala ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu analisis pasar dan pemasaran,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

3.1. Kerangka Pemikiran

3.1. Kerangka Pemikiran 27 III. METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Penggunaan medote fuzzy pada penghitungan cash flow dimulai oleh Ward (1985) yang menggambarkan fuzzy dengan fungsi keanggotaan trapezium untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

3.1 GARIS BESAR LANGKAH KERJA

3.1 GARIS BESAR LANGKAH KERJA BAB III METODOLOGI 3.1 GARIS BESAR LANGKAH KERJA Tahap kegiatan ini adalah sebelum kita memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus segera dilakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii ABSTRAK Penelitian ini membahas mengenai perusahaan yang bergerak di bidang makloon konveksi. Karena kapasitas produksi yang tidak mencukupi, maka perusahaan bermaksud untuk melakukan ekspansi berupa penambahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan.

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang membutuhkan investasi besar, teknologi yang memadai serta beresiko tinggi terutama pada tahap eksplorasi. Untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk

Lebih terperinci

IV. KONFIGURASI MODEL

IV. KONFIGURASI MODEL IV. KONFIGURASI MODEL A. DIAGRAM ALIRAN DATA (DATA FLOW DIAGRAM/DFD) Metode yang digunakan dalam memodelkan program aplikasi Sidi- Kuu adalah menggunakan diagram aliran data. Diagram aliran data memperlihatkan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumber daya yang sangat mendukung untuk sektor usaha pertanian. Iklim tropis yang ada di Indonesia mendukung berkembangnya sektor pertanian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan tidak dapat bersaing, maka perusahaan tersebut dapat kalah dalam persaingan dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan industri pertambangan batu andesit penting sekali di sektor konstruksi,

BAB I PENDAHULUAN. Peranan industri pertambangan batu andesit penting sekali di sektor konstruksi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk yang semakin pesat berdampak pada pembangunan. Peranan industri pertambangan batu andesit penting sekali di sektor konstruksi, terutama dalam pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG

ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG Lulu Widia Roswita NRP : 9721055 Pembimbing : V. Hartanto, Ir., M. Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. 24 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap studi pustaka, pembuatan proposal, pengumpulan

Lebih terperinci

18/09/2013. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 2

18/09/2013. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 2 ANALISIS PROYEK/INVESTASI Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1 PROYEK ADALAH SUATU RANGKAIAN KEGIATAN YANG MENGGUNAKAN SEJUMLAH SUMBER DAYA UNTU MEMPEROLEH SUATU MANFAAT (BENEFIT). MEMERLUKAN BIAYA (COST),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

EVALUASI BENEFIT COST RATIO (BCR) PADA PENGEMBANGAN PERUMAHAN PERUM PERUMNAS DI BUMI PARAHYANGAN KENCANA SOREANG

EVALUASI BENEFIT COST RATIO (BCR) PADA PENGEMBANGAN PERUMAHAN PERUM PERUMNAS DI BUMI PARAHYANGAN KENCANA SOREANG EVALUASI BENEFIT COST RATIO (BCR) PADA PENGEMBANGAN PERUMAHAN PERUM PERUMNAS DI BUMI PARAHYANGAN KENCANA SOREANG Rishma Kania Wijaya NRP : 0121023 Pembimbing : Ir. V Hartanto, M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian pendirian agroindustri berbasis ikan dilaksanakan di Kabupaten Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan

Lebih terperinci