TUGAS AKHIR. Analisa Rancangan Sistem Kanban Pada Proses Perakitan Bearing Type 608 Di PT. NSK Bearing Manufacturing Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUGAS AKHIR. Analisa Rancangan Sistem Kanban Pada Proses Perakitan Bearing Type 608 Di PT. NSK Bearing Manufacturing Indonesia"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR Analisa Rancangan Sistem Kanban Pada Proses Perakitan Bearing Type 608 Di PT. NSK Bearing Manufacturing Indonesia Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Srata Satu ( S1 ) Disusun Oleh : Nama : Supardi Kasmi an N I M : Jurusan : Teknik Industri PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVESITAS MERCUBUANA JAKARTA 2007

2 LEMBAR PENGESAHAN Analisa Rancangan Sistem Kanban Pada Proses Perakitan Bearing Type 608 Di PT. NSK Bearing Manufacturing Indonesia Disusun Oleh : Nama : Supardi Kasmi an N I M : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing Mengetahui Koordinator TA / KaProdi ( Ir. Herry Agung P., Msc ) ( Ir. Muhammad Kholil, Mt )

3 ABSTRACT Perkembangan dunia industri pada era globalisasi sekarang ini persaingan ketat terlihat dengan jelas dalam berbagai ruang lingkup kehidupan. Industri merupakan salah satu ruang lingkup kehidupan yang memiliki tingkat persaingan yang tinggi. Industri manufacturing merupakan industri yang berkembang di negara Indonesia. Salah satu komponen industri yang banyak dipakai pada peralatan automotif dan elektronik adalah Bearing, hal ini jelas terlihat dari makin tingginya permintaan akan komponen tersebut diatas. Permintaan ini menjadi pendorong utama bagi perusahaan untuk meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan (customer), baik masalah quality, on time delivery dan servise yang bisa memuaskan pelanggan. Sistem Kanban adalah salah satu alternatif methoda yang digunakan pada dunia industri untuk mencapai Customer Satisfaction (Kepuasan Pelanggan). Kanban adalah suatu alat yang digunakan untuk mencapai Just In Time (JIT) pada dunia industri khususnya industri manufacturing. Dengan menerapkan sistem Kanban secara benar dan konsisten diharapkan perusahaan tersebut bisa mengendalikan persediaan material dengan baik, sistem produksi yang cepat dan effisien, delivery time yang tepat guna baik pada supplier ke perusahaan maupun dari perusahaan ke customer, sehingga pada akhirnya perusahaan tersebut akan memperoleh beberapa keuntungan dalam segi Cost, Delivery, Quality dan Moral dari karyawannya. PT. NSK Bearing Manufacturing Indonesia yang merupakan Global Company yang produknya berupa Bearing telah dipasok dipenjuru dunia (Sekitar 95 % di Export). Dengan penerapan sistem Kanban di PT. NSK Bearing Manufacuring Indonesia diharapkan dapat membantu mengurangi Work In Process dan sekaligus cost produksi bisa lebih effisien. Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa dengan penerapan sistem kanban akan diperoleh penurunan WIP rata rata sebesar 25,85 %. Jumlah kartu kanban (P-Kanban) sebanyak 68 kartu, sedangkan (C-Kanban) sebesar 68 kartu juga. i

4 ABSTRACT Industry is one aspect which has a tight competition, manufacturing sector is on of the industri in Indonesia. In globalization era recently, Industrial as one of scope in the human life which has the highest development and competition. One of industry that still grows in Indonesia is Manufacture Industry. Bearing is one of component which is most used in the automotive and electronic industry. It is can be seen that the demand of this component increase. The demand is the support base of manufacture industry to improve service to the customer, quality, on-time delivery, and the service that satisfy customer. Kanban system is an alternative method that used in Industrial world to achieve customer satisfaction. Kanban is a tool used in Just In Time (JIT) system especially manufacture industry. The appropriate and consistency of Kanban system implementation expects a company could control its material stock and supply, faster and more efficient production system, on-time delivery from supplier to the manufacture plant and manufacture plant to customer. So that, the company can earn more benefit in cost, delivery, quality, and employee s moral. PT NSK Bearings Manufacturing Indonesia is one of the Global Company that produce bearing and already supply the product around the world (± 95% for export product). Kanban system implementation in PT NSK Bearings Manufacturing Indonesia is expected to be more helpful to reduce both of Work In Process and Production Cost Efficiency. In this case, we can summarize that by implementing the Kanban system, NSK can decrease the WIP until 25.85% approximately. The quantity of Kanban Card (P- Kanban) is 68 cards and (C-Kanban) is also 68 cards. ii

5 DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN ABSTRACT i KATA PENGANTAR..iii DAFTAR ISI.. v DAFTAR TABEL.ix DAFTAR GAMBAR..x DAFTAR LAMPIRAN xi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Tujuan Penelitian Metode Penelitian Sistematika Penulisan...7 BAB II LANDASAN TEORI Pengendalian Persediaan Secara Umum Sistem Produksi Tepat Waktu (Just In Time) Pengertian Just In Time Prinsip Just In Time Sistem Pengendalian Produksi Sistem Produksi Dorong Sistem Produksi Tarik Prasyarat Pelaksanaan Sistem Tarik Perbedaan Sistem Tarik dan SistemDorong Ukuran Kontainer Sistem Kanban Pengertian Kanban 24 v

6 2.4.2 Tujuan Sistem Kanban Peraturan Kanban Tipe tipe Kanban Kanban Pengambilan (C-Kanban) Kanban Perintah Produksi (P-Kanban) Jenis jenis Kanban Lain.. 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Studi Pendahuluan Perumusan Permasalahan Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data Pengolahan Data Merancang Format Kanban di Lini Perakitan Merancang Aliran Kanban di Lini Perakitan Menghitung Jumlah Permintaan & Kapasitasnya Menghitung Jumlah Kanban Yang Dibutuhkan Menghitung Jumlah WIP Menghitung Presentase Penurunan Jumlah WIP Analisa Hasil Kesimpulan dan Saran...37 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Sejarah PT. NSK Secara Umum Struktur Organisasi Kebijakan Pabrik (Plant Policy) Hasil Produk Dari PT. NSK Applikasi Penggunaan Komponen Bearing Komponen / Part Untuk Bearing Beberapa Jenis Material Dari Supplier Data Produksi 45 vi

7 4.3.1 Proses Perakitan Bearing Data Hasil Produksi Data Hasil Sales (Penjualan) Data Produk Bulan Januari Pemilihan Sample Untuk Penelitian Kondisi Siklus Terhadap Komponen Pengolahan Data Rancangan Format Kanban Kanban Perintah Produksi (P-Kanban) Kanban Pengambilan (C-Kanban) Rancangan Aliran Kanban Aliran Kanban Perintah Produksi Aliran Kanban Pengambilan Jumlah Permintaan Dan Kapasitas Kontainer Perhitungan Jumlah Kartu Kanban Perhitungan Jumlah P-Kanban Perhitungan Jumlah C-Kanban Perhitungan Jumlah WIP Persentase Penurunan WIP Simulasi C-Kanban & P-Kanban Manual Simulasi Menentukan Lead Time Kartu Kanban Flow Chart Simulasi Kartu Kanban..70 BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Analisa Terhadap Rancangan Format Kanban Analisa Aliran Kanban Di Lini Perakitan Analisa Kapasitas Kontainer Yang Digunakan Analisa Perhitungan Kanban Analisa Perhitungan Jumlah WIP Analisa Persentase Penurunan Jumlah WIP Analisa Penerapan Kanban (Simulasi)..74 vii

8 5.8 Antisipasi dan Pencegahan Terhadap Abnormality..76 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran...79 DAFTAR PUSTAKA.. 80 LAMPIRAN viii

9 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Perbedaan MRP dan Kanban 23 Tabel 4.1 Struktur Organisasi...40 Tabel 4.2 Hasil Produksi Pada Januari Tabel 4.3 Cycle Time Pada Mesin Yang Dipakai 51 Tabel 4.4 WIP Awal Per Hari.52 Tabel 4.5 Format P-Kanban Yang Akan Diusulkan 54 Tabel 4.6 Format C-Kanban Yang Akan Diusulkan 55 Tabel 4.7 Aliran P-Kanban Perintah Produksi 57 Tabel 4.8 Kebutuhan Komponen Per Hari..59 Tabel 4.9 P-Kanban Pada Setiap Stasiun Kerja 61 Tabel 4.10 C-Kanban Pada Setiap Stasiun Kerja 62 Tabel 4.11 WIP Usulan Pada Setiap Komponen...63 Tabel 4.12 Perbandingan WIP Awal dan WIP Usulan.64 Tabel 4.13 Rata Rata Prosentase Penurunan. 65 Tabel 4.14 Lead Time Dari Setiap Kartu Kanban 67 Tabel 4.15 Simulasi P-Kanban Dalam 24 Jam..68 Tabel 4.16 Simulasi C-Kanban Dalam 24 Jam.69 ix

10 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Proses Produksi Dan Pengendalian Persediaan...12 Gambar 2.2 Sistem Dorong Yang Biasa Diterapkan..18 Gambar 2.3 Aliran Material Dan Signal Dalam Sistem Tarik.19 Gambar 4.1 Pabrik PT. NSK Bearing Manufacturing Indonesia 39 Gambar 4.2 Contoh Produk PT. NSK Bearing Mfg Indonesia 41 Gambar 4.3 Komponen Untuk Bearing 42 Gambar 4.4 Contoh Komponen Dari Bearing.44 Gambar 4.5 Grafik Hasik Produksi.47 Gambar 4.6 Grafik Hasil Sales 48 Gambar 4.7 Type Bearing Pada Bulan Januari Gambar 4.8 Distribusi Material Dari Gudang Bahan BakU 58 Gambar 4.9 Simulasi C-Kanban & P-Kanban.70 x

11 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 01 NSK Global Company 1 Lampiran 02 Lokasi PT. NSK Bearing 1 Lampiran 03 Pengenalan NSK.2 Lampiran 04 The NSK Automomotive Way 2 Lampiran 05 Fungsi Dari Bearing...3 Lampiran 06 Flow Chart Proses Produksi..3 Lampiran 07 Bagian dari Bearing 4 Lampiran 08 Detail Komponen Bearing...4 Lampiran 09 Bearing Dimention.5 Lampiran 10 Aplikasi Dari Bearing.5 Lampiran 11 Contoh Pemakaian Bearing 6 Lampiran 12 Aplikasi HDD Di Elektronik.6 Lampiran 13 Aplikasi Untuk Perumahan 1..7 Lampiran 14 Aplikasi Untuk Perumahan 2..7 Lampiran 15 Aplikasi Untuk Perumahan 3..8 Lampiran 16 Aplikasi Untuk Perumahan 4. 8 Lampiran 17 Aplikasi Untuk Perumahan 5..9 Lampiran 18 Aplikasi Untuk Perumahan 6..9 Lampiran 19 Aplikasi Untuk Perkantoran 10 Lampiran 20 Aplikasi Untuk Automotif.10 Lampiran 21 Data Hasil Produksi Selama 3 Bulan 11 xi

12 Lampiran 22 Data Hasil Sales Selama 3 Bulan..11 Lampiran 23 Data Hasil Produksi Pada Bulan Januari Lampiran 24 Kondisi Siklus Pada Setiap Stasiun Kerja.12 Lampiran 25 WIP Awal Pada Setiap Komponen..13 Lampiran 26 Kartu P-Kanban Yang Akan Diusulkan 13 Lampiran 27 Kartu C-Kanban Yang Akan Diusulkan 14 Lampiran 28 Kebutuhan Komponen Per Hari 14 Lampiran 29 Kartu P-Kanban Pada Setiap Komponen (KP).15 Lampiran 30 Kartu C-Kanban Pada Setiap Komponen (KC) 15 Lampiran 31 WIP Usulan Pada Setiap Komponen 16 Lampiran 32 Perbandingan WIP Awal & WIP Usulan...16 Lampiran 33 Prosentase Penurunan WIP Tiap Komponen 17 Lampiran 34 Lead Time Dari Setiap Kartu Kanban 17 Lampiran 35 Simulasi P-Kanban Dalam 24 Jam.18 Lampiran 36 Simulasi C-Kanban Dalam 24 Jam 18 Lampiran 37 Simulasi Kartu Kanban Pada Proses Produksi..19 Lampiran 38 Packing Code.20 Lampiran 39 Production Schedule...21 Lampiran 40 Bill Of Material..22 Lampiran 41 Daftar Ball & Grease Per Item 1 23 Lampiran 42 Daftar Ball & Grease Per Item 2 24 xii

13 xiii Analisa Rancangan Sistem Kanban

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia industri pada era globalisasi sekarang ini persaingan ketat terlihat dengan jelas dalam berbagai ruang lingkup kehidupan. Industri merupakan salah satu ruang lingkup kehidupan yang memiliki tingkat persaingan yang tinggi. Industri manufacturing merupakan industri yang berkembang di negara Indonesia. Salah satu komponen industri yang banyak dipakai pada peralatan automotif dan elektronik adalah Bearing, hal ini jelas terlihat dari makin tingginya permintaan akan komponen tersebut diatas. Permintaan ini menjadi pendorong utama bagi perusahaan untuk meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan (customer), baik masalah quality, on time delivery dan servise yang bisa memuaskan pelanggan. PT. NSK Bearings Manufacturing Indonesia adalah salah satu perusasahaan PMA Jepang yang memproduksi Bearing untuk automotif dan elektronik. Adapun untuk mengetahui secara detail mengenai PT.NSK Bearing akan dijelaskan pada BAB IV, tentang gambaran umum PT.NSK Bearings Manufacturing Indonesia. Dalam perusahaan manufaktur, unsur input (masukan) yang paling penting adalah unsur material yang akan diproses oleh suatu sistem teknologi menjadi barang jadi. Agar barang jadi yang direncanakan dapat terpenuhi, maka harus pula didukung dengan kebutuhan material yang efektif. Lingkup penelitian ini pada Seksi Material Planning PT.NSK Bearings Manufacturing Indonesia. Dimana PT. NSK Bearings Manufacturing Indonesia bergerak dalam bidang manufaktur yang selalu berusaha untuk memperbaiki perencanaan dan pengendaliaan persediaan. Sampai saat ini 1 PadaProses Perakitan Bearing Type 608 Di PT. NSK

15 perencanaan dan pengendaliaan dirasakan masih kurang mendukung rencana produksi yang efektif, sebagaimana yang diharapkan perusahaan. Dalam usaha memenuhi kebutuhan pelanggan perusahaan tersebut harus lebih memperhatikan masalah kwalitas dan ketepatan waktu. Untuk upaya ini perusahaan harus memperhatikan dan merumuskan suatu strategi sehingga perencanaan produksi dan pengendalian inventori dapat berjalan dengan seimbang. Oleh karena produksi yang dilaksanakan kuantitasnya sangat besar dan berfluktuasi juga berdasarkan pesanan, maka alternatif pendekatan yang akan digunakan untuk memperbaiki perencanaan dan pengendalian persediaan tersebut dengan mengunakan sistem Just In Time. Sistem Just In Time yang diterapkan adalah sistem Kanban. Pada sistem Kanban ini menerapkan suatu sistem informasi yang mengendalikan produksi dan membantu mengurangi biaya produksi serta mengurangi work in process (WIP). Sisten Kanban juga membantu membatasi jumlah material dalam proses yang disimpan diantara stasiun stasiun kerja untuk mengimbangi tingkat produksi dan tingkat permintaan. Perencanaan dan pengendaliaan persediaan menggunakan informasi yang diproses melalui berbagai bagian sistem. Dengan demikian informasi tersebut dapat dijadikan alat pendukung keputusan yang dapat digunakan pihak manajemen. Bila informasi akurat dan tepat waktu, pihak manajemen dapat menggunakan informasi tersebut untuk pengambilan keputusan. Oleh karena sistem Kanban adalah suatu konsep yang sederhana dan logis serta mengunakan aplikasi komputer, maka memungkinkan sistem Kanban ini digunakan untuk perusahaan yang berskala kecil, menengah atau besar. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh PT.NSK Bearings Manufacturing Indonesian untuk mencapai tujuan perusahaan direalisasikan dengan perbaikan 2 PadaProses Perakitan Bearing Type 608 Di PT. NSK

16 program-program, baik yang bersifat teknis maupun strategis. Perbaikan program yang bersifat stragis bertujuan untuk menghadapi perkiraan lingkungan usaha masa depan. Berbagai bidang usaha dilakukan perbaikan, seperti bidang produksi, bidang pengadaan material, dan bidang sumber daya manusia, guna mencapai tujuan secara berhasil guna, berdayaguna dan ekonomis. Salah satu yang mendapat perhatian dalam penelitian ini adalah perbaikan bidang pengadaan material. Dimana kapasitas bearing yang dihasilkan bisa mencapai juta bearing per bulan. Sehingga program yang telah dilakukan dalam manajemen material belum dapat menjawab kendala atau masalah yang dihadapi. Adapun masalah yang muncul antara lain meliputi : 1. Kebutuhan beberapa jumlah material untuk keperluaan produksi belum tercapai, sehingga terjadi kekurangan salah satu bagian material mengakibatkan proses produksi terganggu dan waktu penyerahaan produk tidak tepat waktu. 2. Masih banyak material yang diimport dari Japan dan type part yang sangat banyak jenisnya. 3. Waktu kedatangan material tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan, sehingga terjadi penumpukan material atau kekurangan material pada satuan waktu tertentu. Untuk mencari alternatif solusi dalam menangani manajemen material merupakan usaha yang terus menerus dilakukan oleh perusahaan. Pada akhirnya diharapkan dapat ditemukan suatu pendekatan yang sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharapkan perusahaan. PadaProses Perakitan Bearing Type 608 Di PT. NSK 3

17 1.2 PERUMUSAN MASALAH Untuk menghindari terjadinya kemacetan dalam produksi akibat habisnya bahan baku atau keterlambatan datangnya bahan baku dari pemasok, maka perusahaan dapat saja menimbun bahan baku lebih dari yang dibutuhkan. Tetapi hal tersebut bukanlah pemecahan masalah yang baik, karena kemungkinan terjadinya kerusakan sebelum bahan tersebut digunakan, atau modal perusahaan yang menganggur, dan mungkin masalah baru akan timbul. Dalam perencanaan dan pengendaliaan persediaan yang efektif merupakan permasalahan pokok yang dihadapi oleh PT.NSK Bearings Manufacturing Indonesia. Selama ini pengadaan material kurang mempertimbangkan kelayakan jadwal dan volume produksi, akibatnya pengadaan material berlebihan. Penyerahan produk jadi yang telah selesai diproduksi tidak sesuai dengan perencanaan. Oleh karena itu, adanya perencanaan material yang baik, akan memberikan informasi tentang waktu dan jumlah kebutuhan material secara tepat. Atas informasi tersebut akan dijadikan pegangan untuk melakukan pembelian material dan proses produksi. Sehingga perencanaan penyerahan produk jadi dapat tepat waktu. Dengan pengendaliaan material yang baik akan dapat menjaga nilai persediaan pada tingkat minimal dengan jaminan bahwa bahan baku tersedia jika diperlukan. Sehinnga biaya persediaan yang ada dapat diminimumkan untuk menigkatkan keuntungan perusahaan. Maka masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana meminimkan WIP (Work In Process) pada perakitan Bearing. 2. Bagaimana penerapan sistem Kanban dalam proses perakitan Bearing. 3. Berapa banyak jumlah kartu Kanban dan berapa jumlah WIP (Work In Proces), setelah penerapan sistem Kanban pada prose perakitan Bearing. 4 PadaProses Perakitan Bearing Type 608 Di PT. NSK

18 1.3 PEMBATASAN MASALAH Permasalahan yang dihadapi oleh PT.NSK Bearings Manufacturing Indonesia banyak sekali dan beraneka ragam. Untuk menganalisa dan pemecahan masalah yang terarah dan sistematis dalam pengadaan material, diperlukan pembatasan masalah yang meliputi : 1. Hanya membahas material yang dibutuhkan untuk proses Assymbly saja. 2. Pokok bahasan utama adalah perencanaan dan pengendaliaan persediaan untuk mendukung jadwal produksi yang telah menjadi kebijaksanaan perusahaan. 3. Kondisi fasilitas produksi dianggap normal, artinya dapat beroperasi sesuai kebutuhan 4. Tidak membahas masalah aspek personal, pemasaran dan lingkungan kerja perusahaan. 1.4 TUJUAN PENELITIAN Dari uraian dan pemaparan diatas maka penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuan sebagai berikut : 1. Menjelaskan upaya yang dilakukan untuk meminimkan WIP (Work In Process) dengan menggunakan sistem Kanban pada proses perakitan Bearing. 2. Menganalisa penerapan sistem Kanban dalam proses perakitan Bearing. 3. Menghitung jumlah kartu Kanban dan jumlah WIP (Work In Process) setelah penerapan sistem Kanban pada proses perakitan Bearing. PadaProses Perakitan Bearing Type 608 Di PT. NSK 5

19 1.5 METODE PENELITIAN Penelitian akan dilakukan dengan metode kajiaan pustaka dan metode kajian data lapangan dalam mementukan variable yang dapat disimulasikan untuk alternatif solusi sebagai sistem pendukung keputusan Adapun cara yang digunakan dengan : 1. Penelusuran pustaka, mencari buku acuan dan jurnal dalam rangka mendapatkan teori dan mengetahui perkembangan penerapan sistem Kanban. 2. Mengumpulkan catatan laporan perusahaan, baik yang berupa catatan laporan tahun lalu maupun catatan rencana jangka panjang yang telah disusun untuk kurun waktu lima tahun mendatang. 3. Wawancara dari berbagai sumber untuk mendapatkan data riil sebagai pembanding dari catatan laporan yang ada. 4. Pengamatan di lapangan, terutama pada proses produksi untuk mengetahui waktu proses pada setiap bagian material. 5. Mengenali dan membagi dalam berbagai jenis data, baik yang berupa data primer atau data skunder. 6. Menyusun dan mengumpulkan data permintaan, jadwal produksi, status persediaan, jam kerja efektif dan data lain yang diperlukan. 7. Menghitung dengan rumus yang digunakan sebagai acuan bagi data yang berupa kuantitatif untuk menghasilkan nilai-nilai dari hasil penelitian. 8. membuat perhitungan dengan sistem Kanban yang diusulkan untuk masa mendatang. 9. Menyajikan data olahan yang siap untuk dianalisa, dan disimpulkan. 6 PadaProses Perakitan Bearing Type 608 Di PT. NSK

20 1.6 SISTEMATIKA PENULISAN Untuk memudahkan dalam pemahaman dan pembahasan mengenai tugas akhir ini, maka perlu disusun sitimatika penulisan yang terdiri dari enam bab. Gambaran secara garis besarnya mengenai isi dari masing-masing bab sebagau berikut : 1. BAB I PENDAHULUAN Berisi uraian mengenai latar belakang, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sitimatika penulisan. 2. BAB II LANDASAN TEORI Berisi teori teori pendukung, yang merupakan hasil dari studi pustaka yang berguna untuk menyelesaikan permasalahan yang ada, yaitu penerapan Just In Time melalui sistem Kanban. 3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Berisi tentang langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian ini, yang meliputi identifikasi masalah, tujuan penelitian, studi pustaka, pengumpulan dan pengolahan data, analisa hasil dan pengambilan kesimpulan serta memberikan saran saran. 4. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Berisi pengumpulan data data yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah, baik data umum perusahaan maupun data produksi. Selain itu berisi pengolahan data yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditentukan. PadaProses Perakitan Bearing Type 608 Di PT. NSK 7

21 5. BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Berisi analisa yang menjelaskan hasil pengolahan data yang dilakukan sehingga dapat menjawab tujuan penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. 6. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Berisi mengenai beberapa kesimpulan yang dapat dihasilkan dari semua pembahasan tentang tugas akhir ini dan beberapa saran yang diperlikan sesuai dengan hasil penelitian. PadaProses Perakitan Bearing Type 608 Di PT. NSK 8

22 BAB II LANDASAN TEORI Pengendalian Persediaan (Inventory Control) Secara Umum Persediaan (Inventory) merupakan penyimpanan / timbunan barang, yang dimaksud barang disini adalah : 1. Bahan Baku (Raw Material) 2. Komponen (Spare Part) 3. Produk Setengah Jadi (Work In Process) 4. Produk Akhir (Finished Goods) Dari semuanya barang diatas yang secara sengaja disimpan sebagai cadangan (safety atau buffer stock) untuk menghadapi kelangkaan pada saat proses produksi sedang berlangsung. Dengan persediaan yang cukup maka kelancaran proses produksi akan bisa dijaga, demikian juga antisipasi kebutuhan yang senantiasa berfluktuasi dan tidak pasti, maupun ramalan permintaan yang tidak menjamin ketelitiannya yang semuanya akan bisa diatasi. Persediaan barang akan berkaitan erat dengan permintaan / kebutuhan (demand) dan kapasitas produksi yang terpasang. Persediaan (Inventory) akan memiliki fungsi dan arti penting untuk menjaga proses produksi bisa berlangsung lancar dan terkendali dengan baik. Adapun fungsi fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Fungsi Pipe-line (Transit) Inventories Berfungsi sebagai penghubung antara produsen barang dengan pemasok ataupun konsumen yang dipisahkan oleh geografis yang berjarak jauh dan memerlukan waktu lama untuk masa penyerahan barang. Faktor jarak dan 9

23 waktu akan membuat pesanan ataupun permintaan barang tidak bisa seketika diberikan, sehingga untuk mengatasi hal tersebut diperlukan adanya extra stock agar bisa memenuhi pesanan setiap waktu. 2. Fungsi Economic Order Quantities Masalah persediaan adalah menetapkan berapa jumlah pesanan produk yang harus dibuat setiap kali pesanan akan dilakukan. Kuantitas produk yang dipesan diharapkan mampu memberi keseimbangan dalam hal biaya penyimpanan barang dalam jumlah besar dan pesanan dalam jumlah kecil dengan frekwensi pemesanan yang jarang. 3. Fungsi Safety / Buffer Stock Merupakan antisipasi terhadap kondisi acak, fluktuasi, ketidakpastian, dan diluar kendali sistem industri yang berkaitan dengan tingkat kebutuhan / permintaan, laju produksi, waktu yang dibutuhkan untuk penggantian, dan hal yang lainnya. Extra stock barang harus selalu disiapkan untuk mengantisipasi segala macam kondisi yang tak terduga. 4. Fungsi Decoupling Inventories Seringkali disebut juga sebagai in-process inventory dimana persediaan dibuat agar setiap tahapan produksi bisa lebih bebas tidak saling tergantung dengan proses yang lainnya. Adanya breakdown dari satu mesin tidak akan mengganggu aktifitas yang lain. Langkah ini terutama diaplikasikan untuk sistem produksi yang lintasan prosesnya sulit untuk dibuat seimbang. Langkah decoupling bisa diterapkan juga untuk aktivitas yang menghubungkan antara pemasok barang dengan produsen, atau antara produsen dengan konsumen. 10

24 5. Fungsi Seasonal Inventories Persediaan dibuat untuk mengantispasi fluktuasi permintaan produk / barang pada musim yang berbeda. Dalam hal ini dilakukan pemanfaatan kapasitas produksi seoptimal mungkin pada musim tertentu dan dijadikan sebagai bentuk persediaan untuk mengantisipasi melonjaknya permintaan pada musim yang lain. Kendala operasional yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan sistem persediaan dalam hal ini adalah luas area (space) yang harus diberikan untuk gudang (warehouse) penyimpanan. Dana pemasok dalam memenuhi pemesanan dalam jumlah serta waktu yang tepat pada saat diperlukan (Just In Time). Kinerja dari perencanaan persediaan akan sangat ditentukan oleh keputusan yang berorientasi pada struktur biaya persediaan (Total Cost, atau Total Inventory Cost yang paling minimal). Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, maka permasalahan persediaan yang dalam hal ini dapat ditunjukkan melalui sistematika aktivitas sebagai berikut : Fungsi dari perencanaan produksi (agregat) adalah salah satunya untuk merubah kebutuhan / permintaan barang jadi (demand output) menjadi kebutuhan material (bahan baku), komponen, dan masukan (input) lainnya. Disini diperlukan perencanaan dan pengendalian persediaan (inventory planning and control) untuk menjaga agar proses produksi bisa berjalan dengan lancar. Permasalahan persediaan yang perlu diformulasikan dalam perencanaan adalah seberapa banyak (how much) dan kapan (when) persediaan barang tersebut harus disipkan agar tidak terjadi kelangkaan (stock out). 11

25 Parts & Tools PROSES Others Raw PRODUKSI Finishing Material (Fabrikasi, Perakitan, Good Storage Finishing, Packaging) Storage Supplier / Distributor / Vendor 1.Raw Material 2.Komponen 3.Barang S-Jadi Konsumen Finished Goods Product 4.Barang Jadi 5.Tools, Equip. Work In Process Storage PERSEDIAAN (INVENTORY) Gambar Proses Produksi dan Pengendalian Persediaan Optimasi jumlah persediaan akan ditentukan berdasarkan biaya yang terkecil yang dalam hal ini akan tergantung pada keputusan yang akan diambil. Dari sini timbul adanya ide baru untuk meminimkan stock yang ada digudang dengan melakukan 12

26 methode Just In Time (JIT) dan menerapkan konsep dari sistem Kanban Sistem Produksi Tepat Waktu (Just In Time / JIT) Pengertian Just In Time Dalam penerapan Just In Time (JIT) pada sistem kanban adalah untuk memastikan bahwa output produksi sesuai dengan permintaan. Secara ideal, pengendalian produksi memastikan bahwa produk-produk dibuat sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan (required quntities), pada waktu yang tepat (right times), dengan kualitas terbaik (highest quality). Dengan perbaikan yang terus menerus secara berkesinambungan (Continous Improvement) maka penerapan JIT dengan sistem kanban ini akan berjalan dengan baik, dalam hal ini dengan mengaplikasikan persyaratan yang telah digariskan pada konsep Just In Time (JIT). JIT pada awalnya merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengontrol produksi dan mengurangi persediaan JIT kemudian berkembang mencakup teknikteknik untuk setup, perawatan, partisipasi pekerja, hubungan hubungan supplier, dan sebagainya. Ketika JIT dikenalkan pada seluruh dunia pada tahun 1970-an, JIT adalah teknik manufaktur yang berpusat disekitar metode kanban dan sistem produksi tarik. JIT kemudian berkembang menjadi filosofi manajemen dan terfokuskan pada waste reduction dan continuous improvemen. Organisasi-organisasi yang menggunakan JIT terlihat mengalami perkembangan yang sama. Mereka mulai menggunakan metode-metode JIT untuk memeperbaiki penegendalian shop-floor, lalu mereka menggunakan prinsip-prinsip yang lebih luas dari filosofi JIT untuk seluruh manajemen organisasi. Pengertian JIT secara luas adalah suatu sistem 13

27 sederhanan untuk penjadwalan produksi yang menyebabkan tingkat work in process (WIP) dan persediaan yang rendah Prinsip Just In Time Berdasarkan manajemen JIT sumber pemborosan diidentifikasi dan dieliminasi melalui beberapa prinsip JIT. Prinsip-prinsip ini akan menuntun perusahaan dalam product and process improvement untuk meningkatkan daya saing. 1. Simplication ( Penyederhanaan ) Merupakan eliminasi dari hal-hal yang tidk perlu. Dapat berupa penyederhanaan produk, proses maupun prosedur yang akan menghasilkan suatu pengurangan dalam jumlah waste. Usaha penyederhanaan ini merujuk pada upaya pencapaian hasil yang sama dengan cara yang lebih sederhana, cara yang lebih mendasar atau dengan menggunakan lebih sedikit input. Selain itu, simplikasi juga berarti membuang fitur-fitur yang tidak memberikan nilai tambah bagi produk. 2. Cleanliness and Organisation ( Kebersihan dan Keteraturan ) Fasilitas di didalam banyak organisasi biasanya kotor dan tidak teratur. Hal ini akan mengakibatkan lebih sulit untuk melakukan pekerjaan, dan sering berakibat pada kualitas kerja yang buruk. Oleh karena itu, perbaikan proses yang kontinu harus dimulai dengan membersihkan dan mengatur fasilitas tersebut. Keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya kebersihan dan keteraturan yaitu : - Memudahkan pekerja untuk melihat adanya kerusakan, kehilangan peralatan. - Mengurangi kemungkinan terkontaminasinya sutu produk. - Meningkatkan keselamatan kerja dan mengurangi kemungkinan terjadinya. 14

28 kecelakaan kerja. - Memudahkan pekerja untuk melihat adanya produk cacat. 3. Visibility ( Kejelasan ) Kejelasan berarti mengetahui apa yang telah terjadi, yang harus dilakukan serta yang seharusnya dilakukan dengan melihatnya. Suatu bentuk komunikasi yang baik adalah dengan mengirimkannya secara langsung antara pengirim dan penerima dengan proses yang minimum sehingga kemungkinan berubahnya informasi itu menjadi sangat kecil. Inti dari kejelasan itu adalah untuk menyambung kembali atau mendefinisikan kembali informasi sehingga dapat terlihat oleh pekerja di lantai produksi dengan secepatnya, kapanpun mereka butuhkan. Hal ini dapat dilaksanakan, sebagai contoh dengan memasang papan informasi yang berisi standart produksi, instruksi kerja, target produksi dan lain sebagainya. Dengan menyediakan informasi yang mudah terlihat seperti diatas, maka para pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan lebih baik, mengeliminasi bentuk pekerjaan yang tidak perlu dan tidak efektif, serta melakukan aktivitas kontrol. 4. Cycle Timing ( Waktu siklus ) Waktu siklus adalh interval waktu diantara terjadinya sesuatu. Konsep waktu siklus merupakan suatu yang fundamental bagi JIT, terutama dengan menghilangkan pemborosan dari waktu siklus kerja yang sudah diperpendek dan mereduksi variasi kerja. Waktu siklus yang sudah diperpendek akan meningkatkan kapasitas produksi. Seiring dengan perbaikan aktifitas kerja, bukan hanya waktu siklus dapat diperpendek, tetapi juga keseluruhan lead time, 15

29 yang memiliki kontribusi bagi prinsip JIT yang lain, yakni agility ( kemampuan merespon ). 5. Agility ( Kemampuan Merespon ) Agile manufacturer adalah suatu bentuk produksi yang mampu bereaksi cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, merencanakan sesuatu untuk mengatasinya dan mampu memberikan respon meskipun tanpa rencana. Contoh agile manufacturing yang diterapkan dalam konsep JIT adalah mengurangi waktu set up dan produksi dalam ukuran batch yang kecil. Untuk mampu berpindah dari satu produksi ke produksi lainnya diperlukan kecepatan yang artinya harus ada pengurangan dalam waktu set up, serta ukuran batch yang kecil. 6. Variability Reduction ( Pengurangan Variasi ) Variasi mewakili adanya penyimpangan jumlah dari nilai nominal yang telah ditentukan (target, standar) yang menunjuk pada adanya waste dan kualitas yang buruk. Reduksi variasi merupakan salah satu jalan ke arah perbaikan, dengan asumsi bahwa standar adalah benar, maka variasi nol sama dengan tidak adanya waste dan zero defects. Dalam JIT, usaha mereduksi variasi ini diaplikasikan dalam beberapa hal seperti standarisasi kerja, prosedur perawatan mesin, dan skedul produksi yang merata. 7. Measurement ( Pengukuran ) Suatu pengukuran dibutuhkan untuk mengetahui dengan pasti tahapan-tahapan yang telah dilalui, sedang maupun yang akan dilalui. Bentuk pengukuran yang dilakukan dalam lingkungan JIT meliputi pengumpulan data untuk membantu kelompok maupun individual untuk mengetahui adanya permasalahan, 16

30 mencari solusi, menganalisa kemajuan kerja. Pekerja yang terlibat itu sendiri yang akan memutuskan apa yang harus diukur, bagaimana cara pengukurannya dan sebanyak mungkin mereka akan mengumpulkan datanya sendiri. Akhirnya pengukuran itu merupakan cara untuk membangun prioritas dan memusatkan perhatian pada area yang sangat membutuhkan perbaikan Sistem Pengendalian Produksi Pengendalian pada bagian produksi bertujuan untuk memastikan bahwa output produksi sesuai dengan permintaan. Secara ideal, pengendalian produksi memastikan bahwa produk-produk dibuat sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan (required quntities), pada waktu yang tepat (right times), dengan kualitas terbaik (highest quality) Sistem Produksi Dorong (Push Production System) Pengertian dari sistem produksi dorong adalah dimana jadwal dibuat ketika order diharapkan akan datang pada suatu operasi, ditambah dengan waktu ketika operasi diharapkan sudah menyelesaikan pekerjaan sebelumnya dan siap untuk digunakan. Biasanya, jadwal tersebut dibuat oleh staf pusat yang bertanggung jawab untuk penjadwalan semua operasi untuk semua order pekerjaan. Pengendalian proses yang tradisional tersebut sangat mahal dan tidak berguna. Mengingat waktu dan usaha yang dibutuhkan untuk menciptakan jadwal-jadwal untuk setiap operasi dan order pekerjaan, mengecek order dilantai produksi sehingga tidak ada yang salah tempat atau terlupakan, mengawasi dan memperbaharui jadwal, dan menukar prioritas ketika pekerjaan tertinggal. Banyak dari kesulitan-kesulitan 17

31 yang berhubungan dengan sistem produksi dorong timbul dari mencoba penjadwalan setiap operasi untuk suatu pekerjaan yang akan datang dan dari mengandalkan staf pusat untuk memperbaharui jadwal-jadwal agar sesuai dengan kondisi lantai produksi yang sekarang. Dalam sistem dorong, material-material diproses dalam batch sesuai dengan jadwal untuk setiap stasiun kerja, kemudian dipindahkan (didorong) ke stasiun berikutnya ( downstream ), dimana mereka diproses sesuai dengan jadwal lain. Material-material biasanya harus menunggu sampai stasiun kerja tersebut menyelesaikan tugas sebelumnya, berganti, dan siap untuk memproses mereka. Dalam suatu perusahaan yang memproduksi berbagai produk dengan urutan proses dan tingkat permintaan yang berbeda, waktu menunggu ini tidak dapat di prediksi. Akibatnya jadwal-jadwal ditambah untuk mengimbangi ketidakpastian waktu menunggu dan menyebabkan kekurangan material, kerusakan mesin, dan sebagainya. Ketidakpastian ini dan penambahan jadwal akan menyebabkan lead time yang lama, tingginya variabilitas lead time, dan persediaan dalam proses yang besar. Operation Next Operation Job Waiting Gambar Sistem dorong yang biasa diterapkan Sistem Produksi Tarik ( Pull Production System ) Adapun pengertian sistem produksi tarik adalah jadwal produksi yang detail 18

32 untuk setiap operasi dihilangkan, dan keputusan segera mengenai jumlah dan waktu untuk produksi ditentukan oleh pekerja dengan menggunakan sebuah sistem signal sederhana yang menghubungkan operasi-operasi di keseluruhan proses. Dalam sistem produksi tarik, persediaan di stock point dibuat seminimal mungkin, biasanya dengan membawa persediaan dalam kontainer berukuran standar dan dengan membatasi jumlah kontainer. Daya tarik dari sistem tarik adalah keefektifan dan kesederhanaannya. Dengan sedikit persediaan (secara relatif) dan kebutuhan informasi yang minimal, sistem ini membuat material dapat mengalir untuk memenuhi permintaan. Bila fluktuasi permintaan tidak tinggi, jumlah yang disimpan di stock point cukup untuk memenuhi permintaan dalam bentuk sederhana dari sistem tarik, produsen mengetahui kapan membuat atau menyiapkan lebih dengan hanya melihat persediaan sekarang di stock point. Jumlah persediaan adalah satu dari beberapa informasi yang dibutuhkan untuk mengatur sistem tersebut. Berikut adalah gambaran dari aliran material dan signal didalam sistem produksi tarik. Dalam keseluruhan proses, material ditarik dari proses ke operasi. Upstream Downstream Supplier (RawMaterial) Customer (Finished Product) = Material Flow, = In Process Buffer, = Operation Gambar Aliran Material dan Signal Dalam Sistem Tarik 19

33 Yang dimaksudkan dengan buffer adalah sejumlah kecil material dalam proses yang disimpan diantara stasiun-stasiun kerja untuk mengimbangi ketidakseimbangan kecil antara mereka sehubungan dengan tingkat produksi dan tingkat permintaan. Setiap buffer terdiri dari sejumlah kontainer berukuran standar yang menyimpan material. Sistem produksi tarik kadang disebut sebagai produksi tanpa stock (stockless production) karena tujuannya adalah menghilangkan persediaan dalam proses. Yaitu dengan menjalankan persediaan nol (zero inventory) di buffer antar operasi. Sistem produksi tarik juga disebut produksi JIT karena ia juga menginginkan setiap tingkat dalam proses memproduksi dan mengantarkan material ke proses berikutnya (downstream) dalam jumlah yang tepat dan waktu yang tepat. Walaupun mungkin untuk beroperasi dengan sangat sedikit persediaan dalam proses dengan sistem produksi tarik, dan dengan yakin, untuk kebanyakan perusahaan, untuk mengurangi jumlah persediaan dalam proses secara besar-besaran, adalah tidak mungkin untuk memproduksi just in time dengan tidak ada persediaan dalam proses. Persediaan harus tetap ada di buffer. Dengan adanya persediaan di setiap buffer, maka tidak ada operasi yang harus menunggu. Setiap operasi dapat memulai produksi langsung ketika menerima autorisasi. Setiap operasi akan bekerja menggunakan material dari buffer stasiun sebelumnya (upstream) untuk memproduksi material untuk menggantikan buffer stasiun sesudahnya (downstream). Hal yang berlawanan asas adalah untuk mencapai produksi tanpa stock (stockless production), kita harus mempunyai stok. Aliran yang lancar (smooth) dalam sistem tarik membutuhkan diantara tingkat-tingkat, untuk masing-masing komponen yang digunakan dalam produksi. Sistem tarik tidak memakan biaya atau berguna dibandingkan dengan sistem 20

34 dorong berorientasi batch melalui jumlah keseluruhan persediaan yang terdapat dalam buffer. Jika buffer tersebut terdiri dari kontainer berukuran standar, jumlah kontainer dan ukurannya ditentukan sedemikian sehingga hanya jumlah material minimum yang dibutuhkan yang disimpan. Intinya, walaupun sistem tarik mungkin membutuhkan sejumlah buffer, namun setiap buffer tersebut dikendalikan secara ketat dan disimpan pada tingkat minimal yang dibutuhkan bagi sistem tersebut untuk beroperasi dengan lancar. Akibatnya, walaupun dengan semua buffer-buffer, persediaan dalam proses dan bahan baku secara keseluruhan dalam sistem tarik lebih sedikit jika dibandingkan dengan sistem dorong yang membuat produk sama Prasyarat Pelaksanaan Sistem Tarik Prasarat untuk menerapkan sistem produksi tarik dalam lingkungan produksi ini akan membutuhkan beberapa kondisi utama untuk dapat mencapai perbaikan, adapun syarat syarat yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut : 1. Perlunya supervisor maupun suatu regu kerja untuk mendapat tanggung jawab dalam beberapa perencanaan dan pengendalian (bukan hanya staff saja). 2. Penekanan pada hal berproduksi untuk memenuhi permintaan saja sehingga tidak ada over produksi. 3. Adanya motivasi yang besar dan kuat untuk bersama-sama mengurangi persediaan dan memindahkan persediaan yang tidak diperlukan. 4. Sistem pencegahan dan perawatan mesin yang memadai untuk mengurangi breakdown. 5. Adanya Quality Assurance untuk mencegah terjadinya kecacatan produksi. 6. Mengurangi waktu set up dan berproduksi dalam ukuran batch yang kecil. 21

35 7. Tata letak pabrik harus mampu menghubungi keseluruhan operasi (tata ruang proses) sehingga tercipta aliran material yang tersinkronisasi. 8. Perencanaan dan jadwal produksi harus dibuat seragam, jika terdapat variasi yang besar dan adanya pola-pola tetentu dalam permintaan maka permintaan tersebut harus di level kan terlebih dahulu. 9. Membangun lingkungan kerja yang kooperatif dan kerjasama tim kerja yang solid karena banyaknya keputusan yang pengambilannya dilakukan oleh regu kerja dilantai produksi tersebut. Dengan demikian, pihak manajer perlu memberikan kesempatan bagi para pekerjanya untuk berkembang dan pihak manajerpun harus mampu menghormati keputusan-keputusan yang dibuat oleh pekerja dilantai produksi Perbedaan Sistem Tarik (Kanban) dan Sistem Dorong (MRP) Perbedaan sistem tarik (kanban) dan sistem dorong ( MRP ) menurut Pike dan Cohen. Dimana perbedaannya ditinjau dari berbagai kondisi, antara lain : 1. Timing 2. Batch Size 3. Priorities 4. Interference Untuk lebih jelasnya maka akan dibuat tabel seperti dibawah ini, dimana dari kondisi seperti diatas yaitu Timing, Batch Size, Prioritas, Interference maka akan terlihat jelas pokok perbedaannya antara sistem tarik (Kanban) dan sisten dorong (MRP). Sehingga kelebihan dan kekurangan dari masing masing dapat dinilai dari persepekti masing masing pula. Setiap perusahaan mempunyai hak untuk 22

36 memilih pilihannya antara sistem tarik (Kanban) dan sistem dorong (MRP). Dimana penggunaanya disesuaikan dengan kondisi dari perusahaan tersebut. Tabel Perbedaan MRP (Sistem Dorong) dan KANBAN (Sistem Tarik) K O N D I S I M R P K A N B A N TIMING Waktu saat produksi atau batch disignal Jadwal produksi menggunakan lead time dan informasi global dari jadwal induk (master schedule) Order hanya dikeluarkan jika jumlah persediaan pada stasiun berikutnya mencapai level tertentu BATCH SIZE PRIORITIES INTERFERENSE Ukuran bach produksi dan order pengiriman Dasar prioritas order jika terdapat banyak order produksi maupun pengiriman Proseduruntuk mengatasi order yang tidak dapat diantisipasi yang membutuhkan perhatian secepatnya Ditentukan sebelumnya oleh staf perencanaan sentral menggunakan aturan lot sizing dan kebutuhan dari jadwal induk Berdasarkan aturan-aturan seperti Earliest Due Date, Shortest Processing Time. Namu keputusan akhir sering dibuat di area produksi tergantung pada status pekerjaaan disetiap stasiun kerja, hal ini seperti pada stasiun tarik Dalam MRP, keputusan untuk mengatasi pesanan yang tidak diantisipasi dilaksanakan dengan membuat jadwal dan prioritas baru, dan tergantung pada informasi pabrik yang ada Ditentukan di area produksi sesuai dengan permintaan dan kebutuhan penggantian dari buffer downstream Berdasarkan pada urutan pada papan kanban yang memiliki daerah prioritas namun demikian ketika beberapa pesanan jatuh pada kategor yang sama semua, maka penentuan prioritas dapat diserahkan kepada supervisor yang bersangkutan Sebenarnya teknik kanban telah menggunakan suatu jadwal produksi yang stabil dengan melevelkan terlebih dahulu jumlah pesanan, namun jika ada pesanan mendadak maka sama seperti MRP, ada beberapa kebijakan dan prioritas yang harus dikeluarkan Ukuran Kontainer Dengan menerapkan sistem produksi tarik ukuran buffer dibuat kecil dengan menggunakan kontainer yang kecil. Alasan lain untuk kontainer berukuran kecil 23

37 adalah supaya mudah dipindahkan dan material didalamnya mudah diakses. Ini membuat biaya material handling dan juga pemborosan waktu dan gerakan akibat pengambilan dan penempatan komponen menjadi minimum. Kontainer berukuran kecil membutuhkan lebih sedikit tempat, yang berarti lebih banyak ruang dalam gang, lokasi yang lebih dekat dengan stasiun kerja, dan ini perakitan yang lebih pendek Sistem Kanban Pengertian Kanban Kanban adalah suatu kartu yang digunakan untuk mencapai produksi JIT. Kanban berupa suatu kartu yang biasanya ditaruh dalam amplop vinil berbentuk empat persegi panjang. Kartu-kartu ini digunakan untuk pengendalian produksi work in process dan aliran persediaan. Sistem Kanban mengijinkan suatu perusahaan dapat menggunakan produksi just in time dan sistem order yang mengakibatkan mereka dapat meminimasi persediaan dengan tetap memenuhi kebutuhan pelanggan Tujuan Sistem Kanban Penerapan sistem kanban yang dikembangkan oleh Taichi Ohno, seorang vice president Toyota, untuk mencapai tujuan-tujuan yang mencakup: 1. Mereduksi biaya dengan menghilangkan pemborosan (waste / scrap) 2. Mencoba untuk menciptakan tempat kerja yang dapat merespon secara cepat terhadap adanya perubahan 3. Mendukung metode-metode untuk mencapai dan memastikan pengendalian kualitas 24

38 4. Merancang tempat kerja berdasarkan rasa kemanusiaan, kepercayaan dan dukungan, dan membiarkan para pekerja mencapai potensi maksimalnya Peraturan Kanban Beberapa peraturan yang digunakan untuk mencapai sasaran JIT kanban, ada beberapa peraturan yang perlu diperhatikan antara lain : 1. Proses berikutnya harus mengambil produk yang diperlukan dari proses terdahulu dalam jumlah yang diperlukan pada saat yang diperlukan. 2. Proses terdahulu harus menghasilkan produk sesuai dengan jumlah yang diambil oleh proses berikutnya. 3. Produk cacat tak boleh diserahkan pada proses berikutnya. 4. Jumlah kanban harus sesedikit mungkin karena jumlah kanban menyatakan suatu sediaan maksimum material. 5. Kanban harus digunakan untuk menyesuaikan diri terhadap fluktuasi kecil dalam permintaan Tipe-Tipe Kanban Ada beberapa jenis kanban utama yang perlu diketahui, antara lain : 1. Kanban Pengambilan ( conveyance kanban / C-kanban ) 2. Kanban Perintah produksi ( Production-kanban / P-kanban ) 3. Kanban Pemasok ( Kanban Subkontraktor ) 25

39 Untuk melaksanakan pengambilan dari penjualan ( Pemasok suku cadang atau bahan ) 4. Kanban Pemberi Tanda Untuk menetapkan spesifikasi produksi lot dalam pengecoran cetakan, pelubang tekan, atau proses tempaan. Kanban ini ditempelkan pada suatu kotak dalam lot. Kalau pengambilan mencapai kotak yag ditempeli kanban ini, instruksi produksi harus digerakan. Dua jenis kanban pemberi tanda ini adalah : - Kanban segitiga, terbuat dari lembaran logam dan cukup berat. - Kanban peminta bahan, berbentuk segi empat Kanban Pengambilan (C-Kanban) Pengertian kanban pengambilan sering disebut conveyance kanban atau withdrawal kanban adalah suatu otorisasi untuk memindahkan suatu kontainer dari outbound buffer stasiun upstream (sebelumnya) ke inbound buffer stasiun downstream (berikuntnya). Tidak ada kontainer yang dapat diambil dari outbound buffer kecuali kartu C-kanban. Prosedur yang digunakan dalam sistem kanban satu kartu dengan hanya menggunakan C-kanban adalah sebagai berikut : - Tahap 1: Bila operator stasiun downstrem melakukan akses terhadap full container, maka C-kanban dilepas dan diletakan pada pos kanban. - Tahap 2: Material handler membaca C-kanban dan membawanya ke stasiun upstream. 26

40 - Tahap 3: Material handler meletakan C-kanban ke full container berada (yang berada di outbound buffer) dan membawanya ke stasiun downstream kembali. - Tahap 4: Setiap kali stasiun downstream mengosongkan kontainer, maka material handler akan mengambil empty container ke stasiun upstream. (sering kali tahap 2 & 4 digabungkan hanya dalam 1 kali perjalanan). Untuk menghitung jumlah kartu C-kanban digunakan rumus : KC = D / Q Dimana : KC : Jumlah C-kanban D : Permintaan / hari ( unit ) Q : Kapasitas kontainer ( unit ) Kanban Perintah Produksi (P-Kanban) Adapun pengertian kanban perintah produksi atau produksi kanban digunakan sebagai otorisasi untuk memproduksi komponen-komponen atau rakitan-rakitan. Dalam sistem yang menggunakan kartu ini, tidak ada produksi yang diijinkan tanpa adanya P-kanban. Suatu sistem yang menggunakan C-kanban maupun P-kanban disebut sebagai sistem tarik 2 kartu ( two-card pull system ). Prosedur dari sistem tarik 2 kartu ini adalah sebagai berikut : 27

41 - Tahap 1 : Bila operator pada stasiun downstream melakukan akses terhadap full container, maka C-kanban dilepas dan diletakan pada pos kanban. - Tahap 2 : Material Handler mengambil C-kanban dan empty container ke stasiun upstream. - Tahap 3 : Material Handler melepaskan P-kanban dari full container pada stasiun upstream dan meletakannya pada pos kanban, lalu menempelkan C-kanban pada full container. - Tahap 4 : Material Handler meninggalkan empty container pada stasiun upstream dan mengambil full container untuk dibawa ke stasiun downstrean. - Tahap 5 : P-kanban dalam pos kanban merupakan otorisasi pada stasiun upstream untuk memproduksi material. Operator mengambil P-kanban dari pos kanban dan menempelkannya pada empty container. - Tahap 6 : Stasiun Upstream memproduksi material sesuai dengan kapasitas satu container. Dari kedua sistem kanban yang telah dibahas diatas memberikan pengendalian yang ketat terhadap persediaan. Tidak ada kontainer yang dapat dipindahkan atau diisi tanpa adanya C-kanban atau P-kanban, yaitu tanpa adanya otorisasi. Karena kontainer berukuran standar digunakan disetiap buffer, maka ukuran dari batch yang dipindahkan dan diproduksi sesuai dengan kapasitas kontainer (Q). 28

42 Seperti pada jumlah kartu C-kanban membatasi jumlah maksimum full container di inbound buffer, jumlah kartu P-kanban membatasi jumlah maksimum full container di outbound buffer. Jumlah kartu P-kanban dihitung dengan menggunakan rumus : KP = D / Q Dimana: KP : Jumlah P-Kanban D : Permintaan / hari ( unit ) Q : Kapasitas Kontainer ( unit ) Jenis-jenis Kanban Lain Ada beberapa jenis kanban lain yang juga bisa diterapkan ditempat kerja, namun jenis kanban ini membutuhkan kondisi tertentu untuk bisa diterapkan. Dari keterangan diatas dapat dijelaskan bahwa penerapan sistem kanban harus disesuaikan dengan kondisi dari tempat kerja yang akan diterapkan dengan sistem kanban. Adapun jenis jenis kanban yang lainnya antara lain : 1. Kanban Ekspres Kanban ini hanya dikeluarkan bila terjadi kekurangan suku cadang dan pada kondisi yang luar biasa dan harus dikumpulkan segera setelah digunakan. 2. Kanban Darurat Kanban ini dikeluarkan untuk sementara waktu bila beberapa persediaan diperlukan untuk memperbaiki unit yang cacat, kerusakan mesin sisipan atau tambahan mendadak dalam operasi 29

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Tepat Waktu (Just In Time) 2.1.1 Pengertian Just In Time JIT pada awalnya merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengontrol produksi dan mengurangi persedian.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Toyota. Sistem produksi Toyota dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor dari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Toyota. Sistem produksi Toyota dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor dari krisis

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM Konsep Just In Time (JIT) adalah sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaanperusahaan terbaik yang ada

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP MODUL 11 MRP adalah suatu teknik yang menggunakan BOM (bill of materials), inventory dan master schedule untuk mengetahui kebutuhan suatu part pada suatu waktu. Struktur MRP MRP membutuhkan data dari Bill

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) II YULIATI, SE, MM PRINSIP DASAR JUST IN TIME ( JIT ) 3. Mengurangi pemborosan (Eliminate Waste) Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap

Lebih terperinci

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA Fajar Riyadi PT AT-Indonesia Email: fajarriyadisuyadinata@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME (JIT) PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA 1. Pengertian Metode Just In Time (JIT) Manufaktur JIT adalah suatu sistem berdasarkan tarikan permintaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh

Lebih terperinci

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus PENERAPAN JUST IN TIME PADA INDUSTRI FASHION SEBAGAI PENJAMINAN KUALITAS (QUALITY ASSURANCE) ABSTRAKSI Sistem Just in Time telah menjadi satu pendekatan umum dalam pengelolaan bahan baku/persediaan. Semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In Time atau Kanban karena keberhasilan

Lebih terperinci

Wita Anggraita P, 2 Widia Juliani, 3 Pratya Poeri Suryadhini 1,2,3. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

Wita Anggraita P, 2 Widia Juliani, 3 Pratya Poeri Suryadhini 1,2,3. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University Usulan Perbaikan Sistem Untuk Mengurangi Penumpukan Work In Process dan Lead Time Produksi Pada Lantai Produksi Bagian Medium Prismatic Machines Di PT. Dirgantara Indonesia 1 Wita Anggraita P, 2 Widia

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JUST IN TIME DALAM MENINGKATKATKAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI

IMPLEMENTASI JUST IN TIME DALAM MENINGKATKATKAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI IMPLEMENTASI JUST IN TIME DALAM MENINGKATKATKAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI Luqman Hakim Fakultas Teknik Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo E-mail: hqm_az@yahoo.com Abstrak Tujuan Just

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keseimbangan Lini (Line Balancing) Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan 2.1.1 Uji Kenormalan Liliefors Perumusan ilmu statistika juga berguna dalam pengendalian persediaan dan biasanya digunakan untuk mengetahui pola distribusi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878 Usulan Perbaikan Sistem Untuk Mengurangi Penumpukan Work In Process dan Lead Time Produksi Pada Lantai Produksi Bagian Medium

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ir. Rini Anggraini

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace, IAe) merupakan perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang industri pesawat terbang. PT. Dirgantara Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat

Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat Secara Istilah sistem produksi Sistem pemasokan komponen atau material secara kontinu sehingga pekerja mendapatkan apa yang dibutuhkan, ditempatyang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB 3 LEAN PRODUCTION SYSTEM

BAB 3 LEAN PRODUCTION SYSTEM BAB 3 LEAN PRODUCTION SYSTEM By Ir. B. INDRAYADI,MT JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1 2 1 3 PRODUCTION INFORMATION SYSTEM FORECASTING MASTER PRODUCTION SCHEDULE PRODUCT STRUCTURE

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Sistem Informasi, teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi dan meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Cara

BAB I PENDAHULUAN. strategi dan meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era global dalam dunia industri telah menyebabkan bertambahnya jumlah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, baik perusahaan yang berskala kecil maupun besar.

Lebih terperinci

Tesis MM 2403 PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT)

Tesis MM 2403 PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) Nama mahasiswa : Henny Wunas NRP : 9106 201 408 Pembimbing : Prof. Ir. I Nyoman Pujawan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

Bahan Ajar SISPRO MAHOP :) 2012/2013

Bahan Ajar SISPRO MAHOP :) 2012/2013 PENJADWALAN Penjadwalan adalah aspek yang penting dalam pengendalian operasi baik dalam industri manufaktur maupun jasa. Dengan meningkatkan titik berat kepada pasar dan volume produksi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era yang sudah maju pada saat ini manusia sangat memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era yang sudah maju pada saat ini manusia sangat memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era yang sudah maju pada saat ini manusia sangat memerlukan Teknologi dalam kehidupannya. Semakin pesatnya pertumbuhan teknologi, maka saat ini tercipta banyak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak CV Belief Shoes merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur sepatu. Sepatu yang diproduksi terdiri dari 2 jenis, yaitu sepatu sandal dan sepatu pantofel. Dalam penelitian ini penulis

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Di era perdagangan bebas saat ini menyebabkan iklim kompetisi yang tinggi di

Bab I PENDAHULUAN. Di era perdagangan bebas saat ini menyebabkan iklim kompetisi yang tinggi di Bab I Pendahuluan 1 Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era perdagangan bebas saat ini menyebabkan iklim kompetisi yang tinggi di segala bidang. Kondisi tersebut memaksa perusahaan harus dapat bekerja

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Darsini Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Jl.

Lebih terperinci

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Perencanaan Persediaan Input data yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan jumlah dan periode siklus waktu antar pemesanan/ pembuatan adalah: Total

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Pengantar Sistem Produksi Lanjut BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Definisi Sistem Sekelompok entitas atau komponen yang terintegrasi dan berinteraksi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Semakin meningkatnya permintaan pelanggan akan suatu barang membuat perusahaan berusaha untuk memenuhi permintaan tersebut. Untuk memperlancar pemenuhan permintaan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM KANBAN PADA PROSES PRODUKSI MESIN THRESHER UNTUK MEMINIMASI PERSEDIAAN WORK IN PROCESS (WIP) DAN BAHAN BAKU

IMPLEMENTASI SISTEM KANBAN PADA PROSES PRODUKSI MESIN THRESHER UNTUK MEMINIMASI PERSEDIAAN WORK IN PROCESS (WIP) DAN BAHAN BAKU IMPLEMENTASI SISTEM KANBAN PADA PROSES PRODUKSI MESIN THRESHER UNTUK MEMINIMASI PERSEDIAAN WORK IN PROCESS (WIP) DAN BAHAN BAKU Lestari Setiawati Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

ANALISA DAN USULAN PERENCANAAN PRODUKSI PLANT 1 UNTUK MENGATASI STOP LINE ASSEMBLY PLANT DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA

ANALISA DAN USULAN PERENCANAAN PRODUKSI PLANT 1 UNTUK MENGATASI STOP LINE ASSEMBLY PLANT DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA ANALISA DAN USULAN PERENCANAAN PRODUKSI PLANT 1 UNTUK MENGATASI STOP LINE ASSEMBLY PLANT DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA Hendry Arestyanata; Bambang Sugiharto hendry.arestyanata@live.com ABSTRACT Shortage

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan Menurut Pardede (2005), persediaan (inventory) adalah sejumlah barang atau bahan yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu di masa yang akan datang. Sediaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 1 3.1 PERSEDIAAN BAB III TINJAUAN PUSTAKA Maryani, dkk (2012) yang dikutip oleh Yudhistira (2015), menyatakan bahwa persediaan barang merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Persediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada Perusahaan Roti Roterdam Malang. Berdasarkan hasil analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada Perusahaan Roti Roterdam Malang. Berdasarkan hasil analisis 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian Indah (2004) dengan judul penelitian yaitu: Efisiensi perencanaan bahan baku dalam usaha untuk mencapai efisiensi tingkat

Lebih terperinci

AKTIFITAS GUDANG & PENANGANAN BAHAN

AKTIFITAS GUDANG & PENANGANAN BAHAN AKTIFITAS GUDANG & PENANGANAN BAHAN. Aktifitas Pergudangan : Penerimaan & Penanganan Penyimpanan Pengeluaran Pengendalian / Pengontrolan Perawatan Aktifitas gudang dijalankan dengan baik akan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) A. Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses

Lebih terperinci

BAB XII JUST IN TIME

BAB XII JUST IN TIME Just In Time 167 BAB XII JUST IN TIME 12.1. Defenisi dan Konsep Dasar Just In Time. Just In Time (JIT) merupakan integrasi dari serangkaian aktivitas desain untuk mencapai produksi volume tinggi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia industri semakin maju, hal itu terbukti dengan banyaknya bermunculan industri-industri baru yang memproduksi berbagai macam

Lebih terperinci

Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi

Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi TI4002-Manajemen Rekayasa Industri Teknik Industri, FTI ITB Hasil Pembelajaran Setelah menyelesaikan perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu: Menjelaskan pengertian

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Penelitian Ravishankar (2011) Penelitian yang dilakukan Ravishankar (2011) bertujuan untuk menganalisa pengurangan aktivitas tidak bernilai tambah

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DALAM KERANGKA KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DALAM KERANGKA KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 3, NO. 2, DESEMBER 2001: 80-86 SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DALAM KERANGKA KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Bernardo Nugroho Yahya Dosen Fakultas Teknologi Industri, Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA

PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di PT. Astra Otoparts Divisi Adiwira Plastik Plant 2, Bogor. Produk yang diteliti oleh penulis adalah produk KVRA Black & KTMY Black. Perusahaan ini menerapkan prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal,

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal, tetapi mencakup kawasan regional dan global. Oleh karena itu, setiap perusahaan

Lebih terperinci

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS) VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA 4.1 Rencana Implementasi Agar model linear programming yang telah dibuat dapat digunakan dengan baik oleh YMMI, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT ADM (Astra Daihatsu Motor) sebagai ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) terus berupaya

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Modul ke: Just In Time And Backflushing 07FEB. Fakultas. Angela Dirman, SE., M.Ak. Program Studi Manajemen

Akuntansi Biaya. Modul ke: Just In Time And Backflushing 07FEB. Fakultas. Angela Dirman, SE., M.Ak. Program Studi Manajemen Akuntansi Biaya Modul ke: Just In Time And Backflushing Fakultas 07FEB Angela Dirman, SE., M.Ak Program Studi Manajemen Content Just in time, Backflushing Competence Mahasiswa mampu mendeskripsikan system

Lebih terperinci

BAB 13 MANAJEMEN SEDIAAN

BAB 13 MANAJEMEN SEDIAAN BAB 13 MANAJEMEN SEDIAAN 1 Biaya Sediaan Manajemen sediaan merupakan hal yang mendasar dalam membangun keunggulan kompetitif perusahaan dalam jangka panjang. Kualitas, rekayasa produk, harga, kelebihan

Lebih terperinci

RANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES PADA PROSES PRODUKSI DI PT. CENTRAL WINDU SEJATI

RANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES PADA PROSES PRODUKSI DI PT. CENTRAL WINDU SEJATI RANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES PADA PROSES PRODUKSI DI PT. CENTRAL WINDU SEJATI TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian dan Tujuan Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan perdagangan ataupun pabrik selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan,

Lebih terperinci

Perancangan dan Penerapan Kanban di PT. X

Perancangan dan Penerapan Kanban di PT. X Perancangan dan Penerapan Kanban di PT. X Claudio Giano Tombeg 1 Abstract: PT. X is a circuit breaker manufacturing company. The main problem at segment XYZ is production delayed, that is caused by less

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU Universitas Esa Unggul Jakarta PENGERTIAN BAHAN BAKU Adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku dapat diperoleh dari pembelian

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Merencanakan Kebutuhan Barang Persediaan dengan Economic Order Quantity Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen PERSEDIAAN Pengertian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi 1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi roti dan bermacam jenis kue basah. Bahan baku utama yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI KOMPETENSI MATA KULIAH Setelah mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu: Memahami pengembangan sistem pengendalian produksi dan umpan balik informasi perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, tantangan utama bagi setiap perusahaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, tantangan utama bagi setiap perusahaan adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangannya, tantangan utama bagi setiap perusahaan adalah menyediakan produk sesuai dengan ekspektasi customer. Maka, sangat penting bagi perusahaan untuk

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME

SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME A. Pendahuluan Dalam Laboratorium Sistem Produksi, dipelajari beberapa modul praktikum antara lain : Fisika Dasar, Elektronika Industri, serta Perencanaan dan Pengendalian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang di dunia industri persaingan antar perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang di dunia industri persaingan antar perusahaan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang di dunia industri persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Hanya perusahaan yang mampu menekan biaya produksi seminimal mungkin

Lebih terperinci

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu rangkaian kerangka pemecahan masalah yang dibuat secara sistematis dalam pemecahan masalah yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Produksi 1.1.1 Pengertian Proses Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota Bab 5 Ringkasan Perubahan dalam dunia industri di Jepang terjadi setelah berakhirnya Perang Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota atau disebut juga dengan Sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Logistik Menurut Bowersox (2000: 13), manajemen logistik dapat didefinisikan sebagai proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis di era globalisasi yang semakin ketat mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis di era globalisasi yang semakin ketat mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis di era globalisasi yang semakin ketat mendorong perusahaan berpacu menarik minat pelanggan dengan menjual produk yang memuaskan. Hal yang dapat memuaskan

Lebih terperinci

TAKARIR. : Waktu Tunggu Proses. : Pemborosan : Ketidakaturan : Berlebihan. : Sisa/ Pemborosan

TAKARIR. : Waktu Tunggu Proses. : Pemborosan : Ketidakaturan : Berlebihan. : Sisa/ Pemborosan TAKARIR Junbiki Kanaban Just In Time Inventori Sub Kontrak Supplier Tack time Cycle Time Man Power Cost Reduction Delivery Order Heijunka Pattern Lead Time One-Piece-Flow Muda Mura Muri Work In Process

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laju perekonomian yang semakin meningkat dan tingkat persaingan yang semakin tajam, suatu perusahaan harus lebih giat dalam mencapai tujuan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

Ratih Wulandari, ST., MT

Ratih Wulandari, ST., MT 10/7/2015 Teknik IndustriIndustri-UG Ratih Wulandari, ST., MT Perencanaan dan pengendalian produksi yaitu merencanakan kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

MANAJEMEN PERSEDIAAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 MANAJEMEN PERSEDIAAN HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Biaya Persediaan Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam membangun keunggulan kompetitif perusahaan dalam jangka panjang.

Lebih terperinci