PENERAPAN SISTEM KANBAN PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PROSES PRODUKSI PADA PT X
|
|
- Djaja Oesman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENERAPAN SISTEM KANBAN PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PROSES PRODUKSI PADA PT X Amri Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh Abstrak: Perkembangan ilmu pengetahuan pada era globalisasi semakin berkembang dengan pesatnya sehingga perusahaan dalam menjalankan bisnis harus bersaing dengan perusahaan sejenis. Untuk dapat harus dapat mengendalikan penyediaan material untuk kelancaran proses produksi. Perusahaan PT X yang bergerak dalam bidang perakitan bola lampu pijar. Produksi jadi yang dihasilkan antara lain tipe lampu: E50, A60, E60, A80, T45, P45, A55, NR63, NR80, BW35 sampai B35. Perencanaan dan pengendalian produksi yang digunakan sekarang menyebabkan terjadinya penumpukan material di lini produksi dan waktu proses yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi WIP (work in process) di lini produksi dan waktu proses. Pendekatan yang digunakan dalam melakukan minimasi inventori dan waktu proses adalah dengan menggunakan kanban. yang digunakan adalah kanban pengambilan dan kanban perintah produksi pada unit perakitan dan pengemasan lampu. Hasil analisis yang diperoleh dengan menerapkan sistem kanban adalah terjadi penurunan WIP (work in process) di lini produksi. Perbandingan antara sistem nyata dengan sistem kanban adalah sebesar 45% untuk bulb dan 25% untuk duplex, dan perbandingan antara MRP dan Just in Time terjadi penurunan sebesar 28% untuk bulb dan 25% untum duplex. Secara garis besar sistem kanban yang diusulkan mempunyai aliran informasi produksi yang berjalan dari gudang bahan jadi, pengemasan, perakitan, gudang bahan baku dengan menggunakan kaban pengambilan. Sedangkan proses produksi di dalam work station diatur oleh kanban perintah produksi. Kata kunci: Just in Time,, Lamp, Inventori 1. PENDAHULUAN Dunia industri sekarang ini mengalami kemajuan pesat, kemajuan ini menciptakan persaingan bisnis yang semakin kompetitif. Untuk dapat terus survive (bertahan) dalam persaingan tersebut maka salah satu cara adalah dengan mengembangkan sistem produksi yang lebih efisien dan produktif. Dalam hal ini kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing dengan harga yang lebih kompetitif, salah satu diperoleh melalui pengurangan biaya produksi. Pengurangan biaya tersebut dapat dicapai dengan penerapan Just in Time (JIT). Beberapa masalah yang biasa dihadapi oleh sebagian perusahaan di Indonesia antara lain sistem produksi yang terpusat, karena semua rencana proses produksi dibuat oleh manajemen puncak, dan kemudian baru diserahkan kepada stasiun kerja masing-masing, yang diakibatkan oleh penerapan sistem push. Kelemahan dari sistem ini bila manajemen tidak mengontrol kerja bawahan maka akan terjadi kelambatan produksi. Akibat lain yang ditimbulkan terjadi keterlambatan pengiriman barang, dari gudang raw material ke proses produksi sehingga menghambat kerja proses berikutnya banyak produk yang cacat sehingga diperlukan pengerjaan ulang dan kadang harus membuang bahan karena kesalahan proses atau perhitungan dan ini semua akan menambah biaya produksi. Permasalahan di atas juga dialami oleh perusahaan yang memproduksi bola lampu dengan berbagai jenis. Produksi yang dilakukan berdasarkan permintaan yang masuk. Produk yang dihasilkan antara lain adalah TL, dan bola lampu General Lighting Service (GLS) dengan tipe bulb, A60, E50, E60, A80, T45, P45, T55, A55, NR63, NR80, E80, BW35, sampai B35. Permasalahan yang terjadi di perusahaan adalah terlalu besarnya inventori, kurang koordinasi atau kerjasama sesama karyawan, lambatnya kerja operator tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan kurangnya kesadaran pekerja dalam melakukan tugas. Dari permasalahan yang terjadi pada perusahaan tersebut di atas maka dibuat sebuah usulan untuk menerapkan sistem kanban, dalam setiap proses produksi yang akan dikembangkan untuk mengendalikan jumlah produksi dalam setiap tahap proses produksi. Dengan adanya kanban yang merupakan suatu alat untuk mencapai proses Just in Time, diharapkan dapat menekan kelemahan-kelemahan yang terjadi pada sistem produksi dengan membuat sistem kontrol kanban mulai dari penyediaan bahan baku, pengurangan inventori, persediaan yang tidak perlu dihilangkan, sehingga dapat menghilangkan ongkos persediaan. Selain itu juga melakukan produksi seperlunya dengan mengurangi kegiatan yang tidak perlu atau pemborosan adalah suatu kartu yang berfungsi sebagai alat kontrol produksi Just in Time. Penerapan sistem kanban produksi adalah dengan membuat kartu kanban yang diperlukan menghitung jumlah kanban merencanakan aliran kanban yang efisien dan sarana pendukung sistem kanban. Perencanaan sistem kanban perlu digunakan secara optimal untuk dapat mengendalikan persediaan dan proses produksi ini dapat dicapai bila 11
2 Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 4 Oktober 2006 perusahaan akan memproduksi produk yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan pada saat dibutuhkan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut, yaitu: Bagaimana merancang sistem kanban Bagaimana merancang sistem kanban penyediaan material untuk produksi bola lampu yang optimal Bagaimana mengukur tingkat performansi sistem produksi bola lampu Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan tersebut antara lain: Merancang sistem kanban penyediaan material pada proses produksi sehingga dapat mengurangi inventori, Work in Process (WIP) pada tiap proses produksi Menganalisis sistem kanban penyediaan dengan melihat pengaruh yang terjadi pada proses produksi Mengukur performansi sistem kanban pada proses produksi Dalam penelitian ini digunakan beberapa batasan untuk membatasi ruang lingkup penelitian, adapun batasan yang digunakan adalah: Tidak membahas analisis jumlah kebutuhan tenaga kerja dan mesin Tidak membahas pemasukan barang dari supplier Tidak membahas proses distribusi produksi dari pabrik ke konsumen Pembahasan dilakukan pada produksi bola lampu GLS (General Lighting Service) Perhitungan jumlah kanban dilakukan pada material bulb dan duplex. Penelitian ini juga menggunakan beberapa asumsi antara lain: Lay out site departemen yang masih berada pada kondisi saat ini Seluruh permintaan dianggap dapat dipenuhi Kondisi mesin dianggap dalam keadaan normal 2. METODOLOGI PENELITIAN Didalam penelitian ini dibagi menjadi 4 tahap penelitian, yaitu: 2.1 Tahap Identifikasi dan Penelitian Awal Pada tahap ini dilakukan identifikasi permasalahan dan tujuan penelitian, dilanjutkan dengan melakukan studi literatur yang meliputi sumber buku dan penelitian sebelumnya. Selanjutnya dilakukan penentuan metode yang digunakan yaitu kanban sebagi alat pengontrol just in time. Penelitian pendahuluan dilakuakn dengan wawancara pihak manajemen dan karyawan, kemudian mengambil data di lapangan seusia dengan tahapan yang diperlukan dalam menentukan jumlah kanban. 2.2 Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada tahap ini dilakukan pencatatan data yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan pendekatan sistem kanban antara lain data produksi, komponen, kedatangan barang, permintaan tahunan, dan saldo minimal di lini produksi dengan pendekatan JIT. Kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data yang dimulai dengan perhitungan jumlah kanban yaitu, jumlah kartu untuk tiap part, kapasitas kontainer atau palet. Perhitungan dilakukan pada unit perakitan dan pengemasan di lini produksi pada unit perakitan dan pengemasan 1 sampai Tahap Perencanaan Sistem Studi mengenai sistem kanban dengan pendekatan Just in Time untuk diterapkan pada semua proses produksi, membuat usulan produksi dengan pendekatan Just in Time mulai dari penyediaan material sampai menjadi barang jadi. Sistem nyata yang ada sekarang ini akan dicoba membuat model sistem produksi Just in Time yaitu dengan mengganti sistem aliran informasi sistem yang nyata dengan sistem kanban. Secara garis besar aliran yang akan dilakukan adalah membuat Master Production Schedule pada work station akhir yaitu produk jadi, bukan pada masing-masing work station. Dari work station produk jadi akan memberikan barang sesuai dengan jadwal rencana produksi, bila ternyata barang yang diinginkan tidak ada maka akan diminta pada work station sebelumnya dengan menggunakan kanban pengambilan, kemudian work station tersebut akan memberikan barang pada work station berikutnya, jika barang yang diinginkan oleh work station sebelumnya tidak dapat dipenuhi maka work station tersebut akan mengambil pada work station sebelumnya lagi dengan kanban pengambilan, demikian seterusnya. Sedangkan pada proses dan pekerja perlu sedikit perbaikan, pada proses yang tidak diperlukan sehingga membawa efisiensi kerja. 2.4 Tahap Analisis Data hasil penelitian yang digunakan untuk mengestimasi suatu kriteria performansi sistem yang diteliti. Hasil estimasi ini kemudian digunakan untuk menjawab tujuan studi yang telah ditentukan adalah dengan perbaikan sistem, produksi sehingga tidak terjadi kegiatan yang tidak efisien. Maka perlu dianalisis sehingga didapat gambaran keberhasilan penerapan system kanban secara kualitatif dan kuantitatif. Kemudian diambil kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang ada di perusahaan dan saran sebagai tindak lanjut yang sebaiknya dilakukan bila ingin menerapkan sistem kanban. 3. DESKRIPSI MODEL Model yang akan dijadikan studi adalah model sistem produksi yang terdiri dari beberapa tahap proses. Proses produksi perakitan lampu terdiri dari 13 unit mesin, dan proses pengemasan lampu terdiri dari 13 unit mesin. Kedua proses dalam penelitian ini akan dibuat sistem kanban mulai dari kedatangan 12
3 Penerapan Sistem Penyediaan Material untuk Proses Produksi pada PT X Amri produk ke unit produksi sampai selesai. Produk yang dibuat berupa bola lampu berbagai jenis dan tipe mulai tipe A60, E50, E60, A80, T45, P45, T55, A55, NR63, NR80, E80, BW35 sampai B35. Kartu kanban yang akan digunakan adalah kanban pengambilan dan kanban perintah produksi. pengambilan digunakan pada pengembalian barang di gudang bahan baku. Pabrik pembuatan komponen lampu Lamp Component Factory (LCF) dalam penelitian ini dianggap sebagai pemasok bahan baku gelas ke pabrik perakitan lampu. perintah produksi digunakan pada perakitan lampu dan pengemasan lampu ke 13 unit produksi. Aktivitas yang akan dibahas pada penelitian ini adalah mulai dari peng-input-an data komponen ke komputer, pengambilan barang di rak masing-masing kemudian dikumpulkan di area penampungan sementara sebelum dibawa ke unit produksi masingmasing. Setelah komponen disiapkan kemudian dihitung ulang apakah sudah selesai denga permintaan, dan di angkut ke unit produksi dan juga ke penampungan sementara yang dilakukan dengan hand forklift electric dan hand forklift. 4. PERMODELAN SISTEM NYATA Proses order material dilakukan oleh perusahaan PT X dengan pihak supplier di mana barang yang dipesan sesuai dengan permintaan yang masuk. Kemudian baru membuat Master Production Schedule untuk masing-masing work station mulai dari gudang bahan baku, perakitan bulb dan pengemasan. Persiapan material dilakukan di gudang bahan baku mulai dari pengecekan material apakah tersedia atau tidak, berapa jumlahnya dan berapa yang diambil. Setelah selesai operator bagian gudang bahan baku menyiapkan material dan komponen dikumpulkan di area sementara sebelum dibawa ke unit produksi. Informasi yang diperlukan untuk memodelkan sistem produksi nyata perusahaan adalah meliputi Master Production Schedule dan rencana produksi yang diberikan kepada tiap work station. Secara garis besar aliran informasi ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Setiap proses pada sistem push secara langsung dikontrol dan dikendalikan oleh Master Production Schedule. Setiap work station diberikan daftar jadwal pekerjaan yang harus dilaksanakan dan transportasi yang dilakukan pada semua work station. Gudang Bahan Baku Sequence Master Production Schedule Push Trans Push Trans Push Trans Assembly Packing Produk Jadi Sequence Aliran Informasi Aliran Material Sequence Gambar 1. Master Prodution Schedule 5. PERMODELAN SISTEM KANBAN Sequence 5.1 Aliran Material Aliran material usulan sistem produksi dengan menggunakan kanban merupakan sistem pull (tarik) yaitu proses produksi yang berjalan dari belakang (proses tarik) menuju ke proses sebelumnya. Di sini akan dijelaskan aliran peredaran kanban dalam proses produksi. Ada sedikit perubahan di mana penampungan sementara yang ada dihilangkan. Jadi produk dibawa langsung ke unit proses masingmasing. yang digunakan dalam usulan sistem ini ada 2 yaitu kanban perintah produksi dan kanban pengambilan. 5.2 di Gudang Produk Jadi Pada gudang produk jadi lampu tidak menggunakan kanban perintah produksi, karena mengingat tidak ada proses yang dilakukan di gudang produk jadi. Sehingga diperkirakan jika menggunakan kanban perintah produksi malah akan memakan waktu yang lama. Penyelesaian pekerjaan menjadi tidak efisien dan membuat biaya produksi lebih tinggi akibat penggunaan kanban yang tidak diperlukan. Proses perhitungan jumlah yang terjadi pada sistem nyata dihilangkan, karena dianggap pemborosan kerja, sedangkan pada sistem usulan pull hanya menerima sejumlah produk yang dikirim oleh pengemas dengan jumlah yang sudah tertulis pada kanban. tidak perlu dilakukan perhitungan lagi, urutan aliran peredaran kanban yang ada di gudang setelah dihitung jumlahnya adalah: pengambilan diletakkan pada produk jadi dan telah disimpan digudang setelah dihitung jumlahnya Jika ada permintaan dari konsumen, maka produk yang diinginkan di gudang produk jadi dicek kebenarannya, dan jika produk tersebut ada maka kanban pengambilan diletakkan pada pos kanban pengambilan beserta tanda terima order yang telah dikirimkan 13
4 Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 4 Oktober 2006 Jika produk yang dinginkan tidak ada maka pihak gudang produk jadi akan meminta produk tersebut kepada bagian pengemasan dengan menggunakan kanban pengambilan yang terletak di pos kanban pengambilan di gudang produk jadi diangkut dengan forklift. Gambar aliran kanban di lini gudang produk jadi dapat dilihat di bawah ini: Bila produk yang harus dikemas ternyata tidak ada di bagian pengemasan maka pihak pengemasan harus mengambil kanban pengambilan yang diletakkan pada pos kanban pengambilan untuk proses sebelumnya yaitu, pengisian besarta dengan forklift sebagai alat angkut produk. Gambar aliran kanban di lini pengemasan lampu dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Barang Jadi Gudang Produk Jadi Proses Pengemasan perintah produksi Perakitan Storage Pengemasan Pos penerimaan kanban Pos Perintah Produksi Order Konsumen Produk Pos pengambilan Produk Produk Jadi produk jadi Konsumen Pos Gambar 2. di Gudang Produk Jadi 5.3 di Lini Pengemasan Pada daerah pengemasan digunakan kanban pengambilan antar proses dan kanban perintah produksi (pengepakan lampu jadi). Pada proses yang dianggap tidak efisien dan hanya memperlambat pekerjaan yaitu proses pengangkutan material ke unit penampungan sementara dihilangkan, jadi komponen yang diambil di gudang langsung dibawa ke unit masing-masing. Bagian pengemasan menerima kanban pengambilan dari bagian produk jadi jika produk yang diinginkan oleh gudang dapat dipenuhi oleh bagian pengemasan, maka kanban perintah produksi yang melekat pada produk tersebut diletakkan di pos penerimaan kanban, dan diganti oleh kanban pengambilan. beserta produk tersebut akan dibawa ke gudang produk jadi. Jika produk yang diinginkan oleh pihak gudang produk jadi tidak dapat dipenuhi oleh pihak pengemas, maka pihak pengemasan akan memproduksi produk tersebut dan disertai oleh kanban perintah produksi yang diambil dari pos kanban pengambilan produksi. ini harus melekat pada produk selama: berada dalam proses sampai proses pengemasan tersebut selesai. produksi ini gunanya untuk mengetahui jumlah produk yang dibuat dan jumlah permintaan terhadap produk tersebut yang diambil oleh bagian gudang produk jadi pengemasan dalam penelitian ini adalah bulb. Gambar aliran kanban di lini perakitan lampu dapat dilihat pada gambar di bawah ini Gambar 3. di Lini Pengemasan 5.4 di Lini Perakitan Lampu di area perakitan lampu yang digunakan adalah kanban antar proses, kanban pengambilan dan kanban produksi. produksi dilakukan oleh operator pergi ke tempat buffer stock untuk proses produksi, kemudian kanban yang melekat pada palet atau body dilepas ditempatkan pada pos kanban yang telah disediakan. Petugas bagian gudang mengambil kanban beserta palet dibawa ke gudang untuk pengisian kembali. Petugas bagian Quality Control mengisi kembali komponen ke palet yang telah kosong sesuai kebutuhan serta kanban ditempelkan pada badan palet. Apabila komponen yang tidak tersedia untuk proses tersebut maka ia akan mengambil pada proses sebelumnya sesuai jumlah yang dibutuhkan. Komponen yang diambil pada proses pengemasan dalam penelitian ini adalah bulb. Gambar aliran kanban di lini perakitan lampu dapat dilihat pada gambar 4: Pos Pengemasan Proses Perakitan Pos penerimaan kanban Produk perintah produksi Pos Perintah Produksi Pos pengambilan Gudang Bahan Baku Gambar 4. di Lini Perakitan Lampu Produk 14
5 Penerapan Sistem Penyediaan Material untuk Proses Produksi pada PT X Amri 5.5 Proses Pemesanan Kembali Di gudang bahan baku pengambilan bahan baku di rak dengan forklift proses yang dilakukan adalah: Jika ada permintaan dari ruang perakitan dengan menggunakan kanban pengambilan, maka bahan yang diinginkan diambil dengan forklift. Kemudian kanban perintah produksi yang melekat pada produk dilepas dan diletakkan pada pos penerimaan kanban, setelah itu bahan baku dibawa dari gudang dengan menggunakan forklift ke tempat pengolahan General Lighting Service lampu beserta kanban pengambilan. perintah produksi 5.6 Aliran Informasi Aliran informasi bergerak dari Master Production Schedule yang diberikan hanya kepada bagian akhir (produk jadi yang ada di gudang produk jadi) kemudian dari bagian akhir ini bergerak ke depan yaitu pada proses sebelumnya dengan menggunakan kanban, dan dari proses sebelumnya tersebut diberikan ke proses sebelumnya lagi demikian seterusnya, sedangkan aliran material tetap bergerak mulai dari proses awal menuju ke proses berikutnya sampai ke produk jadi. Adapun bagan aliran kanban adalah sebagai berikut: pengambilan dari area perakitan Storage Master Production schedule Pos penerimaan kanban Pos Perintah Produksi Square Square Square Square Storage Bukti Pembelian Bahan Baku Gudang Gudang Gudang Gudang Pos Perakitan Produk Sistem pemesanan kembali Pull Transp Pull Transp Pull Transp Daftar Bahan Aliran Informasi Aliran Material Gambar 5. Proses Pemesanan Kembali Bila permintaan daripada perakitan lampu tidak dapat dipenuhi maka bagian gudang bahan baku membuat sistem pemesanan kembali dengan jumlah pesanan tetap dan membuat titik pesan ulang (reorder point), sehingga dapat diketahui pada titik berapa bahan baku harus dipesan kembali ke supplier bahan baku. Sistem pemesanan kembali sudah dibuat dalam sistem nyata. Setelah bahan yang diinginkan dikirim oleh supplier bahan baku ke gudang bahan baku akan diletakkan kanban perintah produksi pada bahan baku yang diperlukan, selanjutnya kanban ini diletakkan di pos pengambilan kanban dan digati dengan kanban pengambilan yang digunakan untuk mengambil bahan baku tersebut. Gambar aliran kaban gudang bahan baku dapat dilihat pada gambar 5. Gambar 6. Aliran Informasi dan aliran Material 6. ANALISIS HASIL 6.1 Analisis Perbandingan Tingkat Persediaan Work in Process (WIP) antara Sistem dengan Aktual di Pabrik Tingkat persediaan material di lini produksi Work in Process (WIP) adalah salah satu parameter utama yang diestimasikan dalam penelitian ini. Pada tahapan ini dianalisis tingkat persediaan Work In Process (WIP) dengan sistem yang ada saat ini dan persediaan Work in Process (WIP) dengan sistem informasi kanban yang dirancang. Data yang diamati dalam penelitian ini merupakan kuantitas bahan baku yang tersedia pada storage area dan dijumlahkan dengan kuantitas Work in Process (WIP) pada lini produksi. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel 1. 15
6 Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 4 Oktober 2006 Tabel 1. Perbandingan antara Stock Actual dengan Stock System untuk Bulb No. Jenis Bulb Rata-rata stock Actual per hari Kapasitas palet Stock Maximum % Penurunan stock awal 1 E A NR/R NR/R B BW P T T E A P A Rata-rata Tabel 2. Perbandingan antara Stock Actual dengan Stock System untuk Duplex No. Jenis Duplek Rata-rata stock Actual per hari Kapasitas palet Stock Maximum % Penurunan stock awal 1 E A NR/R NR/R B BW P T T E A P A Rata-rata Data tersebut di atas merupakan jumlah sisa komponen dari produksi sehari sebelumnya, dibandingkan dengan jumlah maksimum tingkat persediaan sistem kanban rancangan sebagai stock level Work in Process. Stock maksimum sistem kanban adalah jumlah kanban yang beredar untuk part tersebut dikalikan dengan kapasitas paletnya. Dari hasil tersebut dapat dilihat nilai stok yang ada berbeda jumlahnya dengan yang ada di pabrik. Penurunan rata-rata stok di Work in Process (WIP)untuk semua komponen bulb dan duplex adalah mencapai 45.25% dan 25.01%. jika diperhatikan tabel di atas pada 1 nilai negatif yang berarti terjadi penambahan jumlah stok. Kondisi ini dimungkinkan karena data aktual adalah kondisi stok yang ada di Work In Process (WIP) di pagi hari saat mulai operasi, belum mendapat pasokan dari gudang utama. Secara grafik dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar Aktual Grafik Perbandingan Stock Actual dan Karban Aktual Kaban Gambar 8. Grafik Perbandingan Stock Actual dan Karban 16
7 Penerapan Sistem Penyediaan Material untuk Proses Produksi pada PT X Amri 6.2 Analisis Tingkat Persediaan Material Requirement Planning (MRP) dan Just In Time/ Selanjutnya dari perhitungan berikut ini akan diestimasi tingkat persediaan maksimum antara system Material Requirement Planning dan Just in Time/. Perbandingan tingkat persediaan antara Material Requirement Planning dan Just in Time/ dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3 Perbandingan Tingkat Persediaan MRP dan Just in Time/ untuk Bulb No. Jenis Bulb Mak Min Range Max Inventori MRP (unti) Kapasitas Palet Stock Max % Penurunan Stock Awal 1 E A NR/R NR/R B BW P T T E A P A Rata-rata Tabel 4 Perbandingan Tingkat Persediaan MRP dan JIT/ untuk Duplek N o Jenis Duplek Mak Min Range Max Inventori MRP (unti) Kapasitas Palet Stock Max % Penurunan Stock Awal 1 E A NR/R NR/R B BW P T T E A P A Rata-rata Dari hasil tabel di atas diperoleh: Nilai maksimum adalah merupakan nilai konsumsi material harian tertinggi dari konsumen material per hari dalam produksi Nilai minimum adalah nilai konsumsi material harian terendah dari data pengamatan Range adalah selisih antara nilai maksimum dan minimum, yang merupakan tingkat persediaan dari sistem Material Requirement Planning (MRP) Maksimum inventori kanban adalah jumlah kartu kanban tiap komponen dikalikan jumlah palet material tersebut (jumlah maksimum material dalam lini produksi sama dengan jumlah kartu kanban yang beredar dalam lini produksi) Dapat diestimasikan secara teoretis bahwa persediaan maksimum sistem kanban lebih rendah dari persediaan maksimum sistem Material Requirement Planning (MRP) Penurunan persediaan material Work In Process rata-rata untuk bulb dan duplex 27.69% dan 24.60% per hari. Jika diperhatikan tabel di atas ada 2 nilai negatif yang berarti terjadi penambahan jumlah stok Kondisi ini terjadi karena data aktual adalah kondisi stok yang ada di Work In Process di pagi hari saat mulai operasi, belum mendapat pasokan 17
8 Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 4 Oktober 2006 dari gudang utama. Dapat dilihat dengan grafik di bawah ini: MRP JIT/ Gambar 9. Grafik Perbandingan Tingkat Persediaan MRP dan Just In Time/ MRP JIT/ Gambar 10. Grafik Perbandingan Tingkat Persediaan Material Requirement Planning dan Just In Time/kaban 6.3 Analisis Performansi Sistem Dalam melakukan analisis performansi sistem didasarkan pada kriteria utama adalah: 1. Analisis aktivitas pengisian kembali (replacement), dan 2. Analisis inventori Analisis dilakukan pada material bulb dan duplex baik pengantian kembali material maupun inventori. 1. Analisis Aktivitas Pengisian Kembali (Replacement) Kedua sistem yang lama dan yang baru semuanya digunakan untuk menyediakan bahan baku untuk mesin dengan kapasitas yang sama, yang berbeda adalah replacement cycle. Pada sistem yang lama, replacement cycle dilakukan 8 jam sekali, sedangkan pada sistem yang baru replacement dilakukan 3.5 jam sekali untuk bulb. Sedangkan untuk duplex replacement cycle dilakukan 3.9 jam sekali. Sehingga replacement cycle dari bulb dan duplex dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Replacement Cycle dari Bulb dan Duplex Replacement Cycle Jumlah Persediaan Aktivitas Lama Baru Lama Baru Bulb 8 jam 3.54 jam unit 7611 unit Duplex 8 jam 3.49 jam unit 7504 unit Adapun aktivitas yang dilakukan adalah: Siklus kanban untuk bulb adalah 1.7. Hal ini berarti barang di sampaikan dalam satu hari 7 kali dan part yang dipesan akan datang jam berikutnya. Untuk menjaga kontinuitas produksi pada waktu tersebut, maka stock level produksi ditetapkan sebesar 2 jam. Sedangkan untuk duplex 1.4.2, hal ini berarti barang disampaikan dalam satu hari 4 kali dan part yang dipesan akan datang 2 jam berikutnya. Untuk menjaga kontinuitas produksi pada waktu tersebut, maka stock level produksi ditetapkan sebesar 2 jam. Aktivitas gudang utama dan pengangkutan forklift masing-masing sebesar1 jam untuk bulb dan duplex Waktu yang dibutuhkan untuk seluruh aktivitas yang dilakukan dengan sistem kanban untuk bulb adalah sebesar 54 menit dan untuk duplex adalah 49 menit. 2. Analisis Inventori Perbandingan tingkat persediaan Work In Process antara sistem kanba dengan aktual di pabrik (lini produksi). a. Stok di lini produksi untuk bulb, dari hasil perhitungan antara Work In Process di lini produksi sistem nyata dengan sistem kanban, terjadi penurunan persediaan sebesar 45.25%. b. Stok di lini produksi untuk duplex, dari hasil perhitungan antara Work In Process di lini produksi sistem nyata dengan sistem kanban terjadi penurunan persediaan sebesar 25.01%. Perbandingan tingkat persediaan sistem MRP dan sistem kanban 1. Stok di lini produksi untuk bulb, dari hasil perhitungan antara MRP dengan sistem kanban menjadi penurunan pesediaan sebesar 27.69% per hari. 2. Stok di lini produksi untuk duplex, dari hasil perhitungan antara sistem kanban terjadi penurunan persediaan sebesar 24.60%. 6.4 Kelemahan dan Kelebihan Sistem Lama dan Sistem Baru Adapun kelemahan dan kelebihan dari masingmasing sistem dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Kelemahan dan Kelebihan Masing- Masing Sistem Sistem Lama Sistem Baru Kelemahan Kelebihan Kelemahan Kelebihan Koordinasi antara unit kurang Penjadwalan tidak selalu sering (bulanan) Harus dilakukan penjadwalan sering (mingguan/harian) Inventori minimum Material menumpuk pada lini produksi Service level lebih bagus Pengangkutan material lebih sering Material tidak menumpuk. Koordinasi lebih bagus 18
9 Penerapan Sistem Penyediaan Material untuk Proses Produksi pada PT X Amri 6.5 Kesulitan yang Muncul dengan Adanya Sistem Just In Time/ 1. Sumber daya manusia yang telah biasa dengan sistem lama, sehingga apabila Just In Time/ diterpakan di perusahaan ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melatih para pekerja. Memberikan tanggung jawab penuh pada karyawan, karena dalam Just In Time/ sangat dibutuhkan pekerja penuh tanggung jawab tanpa harus menunggu perintah dari atasan seperti pada saat ini 2. Kesulitan menerapkan sumber daya yang fleksibel seperti pada Just In Time yang telah dilaksanakan Toyota, artinya adanya pengambilan tenaga kerja ekstra apabila order meningkat dan merumahkan tenaga kerja tersebut. Prinsip ini tidak dapat dilakukan, karena semua tenaga kerja berstatus tenaga kerja tetap, hal ini malah merugikan perusahaan yaitu membuat gaji pegawai yang tidak bekerja. 6.6 Hal-hal yang Perlu Dilakukan dalam Pelaksanaannya Adalah 1. Membuat team proyek yang terdiri dari manajemen pabrik, kepala bagian tiap work station yang harus dibentuk dan dilatih terlebih dahulu dalam membuat pola pikir Just In Time/ sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran antara sistem nyata dengan sistem pull 2. Membuat produk percontohan, maksudnya karena penerapan Just In Time/ membutuhkan perubahan revolusioner maka sebaiknya dimulai dari perubahan dalam skala kecil, misalnya penerapan sistem kanban pada permintaan produk akhir ke bagian pengemasan, dari sini akan dievaluasi bila hasilnya bagus maka akan dilanjutkan ke bagian pengolahan dan seterusnya. Bila hasil evaluasi kurang memuaskan maka harus dicari faktor penyebabnya 7. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Melalui serangkaian tahapan penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Siklus kanban untuk bulb adalah 1 :7 :2 artinya barang ini harus disampaikan tujuh kali sehari dan suku cadang harus disampaikan tiga kali setelah kanban dibawa ke pemasok. Siklus kanban untuk duplex 1 :4 :2 artinya barang ini harus disampaikan empat kali sehari dan suku cadang harus disampaikan dua kali setelah kanban dibawa ke pemasok 2. Jumlah keseluruhan kanban di lini produksi untuk bulb adalah 12, titik pesan ulang (kanban segi tiga) 8, dan kanban supplier (Lamp Component Factory) 4. Jumlah kanban di lini produksi untuk duplex adalah 7, titik pesan ulang (kanban segi tiga) 4, dan kanban supplier (gudang bahan baku) 3. Dalam kebutuhan material bahan baku, sediaan dalam proses, terutama dalam kuantitasnya pada lini produksi, rancangan informasi sistem kanban memberikan tingkat persediaan yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan sistem MRP yang ada sekarang 4. Sistem informasi kanban bekerja lebih baik dalam perencanaan kebutuhan bahan baku material dan minimasi tingkat persediaan serta cycle time 5. Frekuensi kedatangan part yang lebih besar dengan kuantitas part terkirim lebih kecil dalam sistem informasi kanban menghasilkan tingkat persediaan Work In Process yang lebih rendah 7.1 Saran Saran yang diajukan di bawah ini merupakan rekomendasi yang diberikan penulis, baik terhadap sistem yang diamati maupun untuk penelitian selanjutnya. 1. Penerapan metode just in time dengan sistem kanban sangat membantu integrasi dari seluruh pihak dalam perusahaan mulai dari pihak manajemen hingga operator produksi. Persiapan dalam hal sumber daya manusia hendaknya lebih dahulu diperhatikan dalam sistem yang menuntut kedisiplinan. Tinggi dalam bekerja 2. Penyebarluasan pemahaman dan penelitian sistem produksi Just In Time sebaiknya dilakukan dengan kerjasama antara perguruan tinggi dengan kalangan industri. 3. Sistem kanban relatif sederhana sehingga mudah dimengerti karena itu hendaknya pemahaman diberikan secara menyeluruh pada semua tingkat dalam perusahaan sehingga sistem kanban berjalan dengan baik 8. DAFTAR PUSTAKA Gaspersz, Vincent., 1998, Manajemen Produksi Total, Strategi Peningkatan Produktivitas Bisnis Global, Gramedia ustaka Umum, Jakarta Jimmy, Browne, John Harnen, James Shivnan., 1988, Production Management System, Addison Weslwy Publishing Company Law,A.M and Kelton, W.D., Simulation Modelinh and Analysis, 2th edition., New York, McGraw-Hill, Inc Monden, Yasuhiro Sistem Produksi Toyota Suatu Ancangan Terpadu Untuk Penerapan Just In Time, 1.II jilid, terjemahan Dr.Edi Nugroho, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta Mudjahidin, Pembuatan dan Simulasi Sistem Produksi Just In Time untuk Multi Produk da Multi Proses., Program Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya 19
10 Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 4 Oktober 2006 Ohno, Taiichi. Just In Time Dlam Sistem Produksi Toyota,. Terjemahan Dr.Edi Nugroho, Pustaka Binaman Pressindo Jakarta Fogarty, D.W., J.Blakestone.JR., and T.R Hoffman., Production and Inventory Management 2ed. Cicinnati, OH: South-Western Peblishing, 1991 Schniederjans, Marc J., Topics In Just- In-Time Management: Allyn & Bacon, Boston Schonberger, Richard J. Teknik-teknik Manufaktur epang. Terjemahan Dr.Edi Nugrohio, Pustaka Binaman Pressindo, 1995, Jakarta. 20
USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA
USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA Fajar Riyadi PT AT-Indonesia Email: fajarriyadisuyadinata@gmail.com
Lebih terperinciWita Anggraita P, 2 Widia Juliani, 3 Pratya Poeri Suryadhini 1,2,3. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University
Usulan Perbaikan Sistem Untuk Mengurangi Penumpukan Work In Process dan Lead Time Produksi Pada Lantai Produksi Bagian Medium Prismatic Machines Di PT. Dirgantara Indonesia 1 Wita Anggraita P, 2 Widia
Lebih terperinciIMPLEMENTASI JUST IN TIME DALAM MENINGKATKATKAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI
IMPLEMENTASI JUST IN TIME DALAM MENINGKATKATKAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI Luqman Hakim Fakultas Teknik Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo E-mail: hqm_az@yahoo.com Abstrak Tujuan Just
Lebih terperinciAPLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA
APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME (JIT) PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA 1. Pengertian Metode Just In Time (JIT) Manufaktur JIT adalah suatu sistem berdasarkan tarikan permintaan
Lebih terperinciISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878 Usulan Perbaikan Sistem Untuk Mengurangi Penumpukan Work In Process dan Lead Time Produksi Pada Lantai Produksi Bagian Medium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategi dan meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Cara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era global dalam dunia industri telah menyebabkan bertambahnya jumlah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, baik perusahaan yang berskala kecil maupun besar.
Lebih terperinciPENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL PADA CV. X
PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL PADA CV. X Diana Khairani Sofyan 1* 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh-NAD *E-mail: hatikue@yahoo.com ABSTRAK CV. X merupakan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Toyota. Sistem produksi Toyota dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor dari krisis
Lebih terperinciVI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)
VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK PELANCARAN PRODUKSI DAN MEREDUKSI KETERLAMBATAN
PERANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK PELANCARAN PRODUKSI DAN MEREDUKSI KETERLAMBATAN Sri Hartini, Indah Rizkiya Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Prof Sudarto Tembalang, Semarang, Telp. 024-746002
Lebih terperinciMRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP
MODUL 11 MRP adalah suatu teknik yang menggunakan BOM (bill of materials), inventory dan master schedule untuk mengetahui kebutuhan suatu part pada suatu waktu. Struktur MRP MRP membutuhkan data dari Bill
Lebih terperinciIMPLEMENTASI SISTEM KANBAN PADA PROSES PRODUKSI MESIN THRESHER UNTUK MEMINIMASI PERSEDIAAN WORK IN PROCESS (WIP) DAN BAHAN BAKU
IMPLEMENTASI SISTEM KANBAN PADA PROSES PRODUKSI MESIN THRESHER UNTUK MEMINIMASI PERSEDIAAN WORK IN PROCESS (WIP) DAN BAHAN BAKU Lestari Setiawati Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas
Lebih terperinciAkuntansi Biaya. Modul ke: Just In Time And Backflushing 07FEB. Fakultas. Angela Dirman, SE., M.Ak. Program Studi Manajemen
Akuntansi Biaya Modul ke: Just In Time And Backflushing Fakultas 07FEB Angela Dirman, SE., M.Ak Program Studi Manajemen Content Just in time, Backflushing Competence Mahasiswa mampu mendeskripsikan system
Lebih terperinciBAB XII JUST IN TIME
Just In Time 167 BAB XII JUST IN TIME 12.1. Defenisi dan Konsep Dasar Just In Time. Just In Time (JIT) merupakan integrasi dari serangkaian aktivitas desain untuk mencapai produksi volume tinggi dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal
Lebih terperinciTesis MM 2403 PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT)
PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) Nama mahasiswa : Henny Wunas NRP : 9106 201 408 Pembimbing : Prof. Ir. I Nyoman Pujawan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In Time atau Kanban karena keberhasilan
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI OLEH : KHAMALUDIN, S.T., M.T.
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI OLEH : KHAMALUDIN, S.T., M.T. PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota
Bab 5 Ringkasan Perubahan dalam dunia industri di Jepang terjadi setelah berakhirnya Perang Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota atau disebut juga dengan Sistem
Lebih terperinciMenghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus
PENERAPAN JUST IN TIME PADA INDUSTRI FASHION SEBAGAI PENJAMINAN KUALITAS (QUALITY ASSURANCE) ABSTRAKSI Sistem Just in Time telah menjadi satu pendekatan umum dalam pengelolaan bahan baku/persediaan. Semakin
Lebih terperinciLean Thinking dan Lean Manufacturing
Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai
Lebih terperinciMetode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O
Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Perencanaan Persediaan Input data yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan jumlah dan periode siklus waktu antar pemesanan/ pembuatan adalah: Total
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace, IAe) merupakan perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang industri pesawat terbang. PT. Dirgantara Indonesia
Lebih terperinciPENERAPAN SISTEM KANBAN SEBAGAI PENDUKUNG SISTEM JUST IN TIME DI PT WONOJATI WIJOYO KEDIRI
PENERAPAN SISTEM KANBAN SEBAGAI PENDUKUNG SISTEM JUST IN TIME DI PT WONOJATI WIJOYO KEDIRI Nurfa Anisa Abstract : Nowdays, the increase of furniture industry caused competition between furniture company.
Lebih terperinciSISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)
SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh
Lebih terperinciKEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI
Modul ke: 05 KEWIRAUSAHAAN III Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III Fakultas SISTIM INFORMASI Endang Duparman Program Studi INFORMATIKA www.mercubuana.a.cid EVALUASI RENCANA PRODUKSI
Lebih terperinciSISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM
SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM Konsep Just In Time (JIT) adalah sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaanperusahaan terbaik yang ada
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya
Lebih terperinciSISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME
SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME A. Pendahuluan Dalam Laboratorium Sistem Produksi, dipelajari beberapa modul praktikum antara lain : Fisika Dasar, Elektronika Industri, serta Perencanaan dan Pengendalian
Lebih terperinciHaryo Santosa, Sri Hartini *), Meilisa Karima R **)
DESAIN LOADING DOCK DAN PENENTUAN LEVEL STOCK UNTUK MEREDUKSI JUMLAH ANTRIAN DAN PERSEDIAAN PADA AREA PENERIMAAN BARANG (Studi Kasus : Perusahaan Otomotif Internasional)) Haryo Santosa, Sri Hartini *),
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai
Lebih terperinciSISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM
SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) II YULIATI, SE, MM PRINSIP DASAR JUST IN TIME ( JIT ) 3. Mengurangi pemborosan (Eliminate Waste) Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era yang sudah maju pada saat ini manusia sangat memerlukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era yang sudah maju pada saat ini manusia sangat memerlukan Teknologi dalam kehidupannya. Semakin pesatnya pertumbuhan teknologi, maka saat ini tercipta banyak
Lebih terperinciSecara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat
Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat Secara Istilah sistem produksi Sistem pemasokan komponen atau material secara kontinu sehingga pekerja mendapatkan apa yang dibutuhkan, ditempatyang
Lebih terperinciV. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan
V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned
Lebih terperinciBerupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier
Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan
Lebih terperinciAnalisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D
Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D Adi Kristianto Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sarjanawiyata
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk
Lebih terperinciKonsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk
Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Darsini Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Jl.
Lebih terperinciPerbaikan Sistem Pergudangan di PT. X
Perbaikan Sistem Pergudangan di PT. X Otto Pratama 1, I Gede Agus Widyadana 2 ABSTRACT: This paper anlayze PT X warehouse system since some problems that are faced by the company such as full capacity
Lebih terperinciB A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1
B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian terbesar dalam penggunaan modal perusahaan serta pengaruhnya terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bagi banyak perusahaan manufaktur, salah satu sumber yang memerlukan perencanaan yang seksama adalah persediaan. Hal ini dikarenakan pada umumnya persediaan
Lebih terperinciPengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah
Pengantar Sistem Produksi Lanjut BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Definisi Sistem Sekelompok entitas atau komponen yang terintegrasi dan berinteraksi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu
Lebih terperinciBAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)
BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) A. Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Pemecahan 62 3.2 Penjelasan Flow Chart Metodologi Pemecahan Masalah Dari flow chart metodologi pemcahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketersediaan bahan baku (Bhattacharyya, 2011). target penjualan (made to stock) dan pesanan pelanggan (made to order) untuk
BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang UD Eka adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi kebutuhan alas kaki, produk yang dihasilkan antara lain sandal, sol dan sepatu. Perusahaan yang berdiri sejak tahun
Lebih terperinciPERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) ABSTRAK
PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) Oleh : Henny Wunas, I Nyoman Pujawan Wunas_henny@yahoo.com, pujawan@ie.its.ac.id ABSTRAK
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.
Lebih terperinciPENGARUH LINE STOP TERHADAP LINE PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KANBAN DI PT AKASHI WAHANA INDONESIA
Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PENGARUH LINE STOP TERHADAP LINE PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KANBAN DI PT AKASHI WAHANA INDONESIA THE EFFECT OF LINE STOP ON THE LINE PRODUCTION USING KANBAN METHOD IN PT
Lebih terperinci5 BAB V ANALISA DAN HASIL
5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Analisa 5.1.1 Analisa Kanban Banyaknya kartu kanban yang diperlukan dihitung dengan rumus (Arnaldo Hernandez, 1989): Banyaknya Kanban = Permintaan Harian X Faktor Pengamanan
Lebih terperinciANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN DI DIVISI GROCERY PT. HERO SUPERMARKET Tbk. CABANG HERO SOLO SQUARE
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN DI DIVISI GROCERY PT. HERO SUPERMARKET Tbk. CABANG HERO SOLO SQUARE MIFTAKHUL ARFAH HADIANI Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta ABSTRAK PT. Hero
Lebih terperinciSIKLUS PRODUKSI. A. Definisi Siklus Produksi
SIKLUS PRODUKSI A. Definisi Produksi produksi adalah serangkaian aktivitas bisnis dan kegiatan pengolahan data yang berkaitan dengan proses pembuatan produk dan terjadi secara terus-menerus. Keberadaan
Lebih terperinciBAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN
BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan
Lebih terperinciPerhitungan Waktu Siklus Perhitungan Waktu Normal Perhitungan Waktu Baku Tingkat Efisiensi...
ABSTRAK Perusahaan Biskuit X merupakan perusahaan swasta yang berdiri pada tahun 1995 dan memproduksi biskuit marie yang dipasarkan ke beberapa kota di Pulau Jawa. Permasalahan yang terjadi saat ini adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting
Lebih terperinciBAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga
BAB II A. Manajemen Operasi Manajemen Operasi membahas bagaimana membangun dan mengelola operasi suatu organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga pengendalian sistim
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI MANUFAKTUR
SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DEFINISI SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR Manufaktur, dalam arti yang paling luas, adalah proses merubah bahan baku menjadi produk. Proses ini meliputi:perancangan produk, pemilihan
Lebih terperinciMANAJEMEN PERSEDIAAN
Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Merencanakan Kebutuhan Barang Persediaan dengan Economic Order Quantity Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen PERSEDIAAN Pengertian
Lebih terperinciINTEGRASI PERENCANAAN PRIORITAS DAN KAPASITAS SISTEM MRP II DENGAN SISTEM KANBAN MENGGUNAKAN PROMODEL
INTEGRASI PERENCANAAN PRIORITAS DAN KAPASITAS SISTEM MRP II DENGAN SISTEM KANBAN MENGGUNAKAN PROMODEL Budi Aribowo 1 ; Natasari 2 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Al Azhar Indonesia
Lebih terperinciBAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA
BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA 4.1 Rencana Implementasi Agar model linear programming yang telah dibuat dapat digunakan dengan baik oleh YMMI, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Barang persediaan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia, baik dalam kegiatan sehari-hari maupun dalam kegiatan yang kompleks seperti kegiatan industri. Dalam dunia
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Sistem Informasi, teori
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang produksi kapal beserta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT PAL Indonesia Persero adalah perusahaan manufaktur Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang produksi kapal beserta komponen-komponen pendukung
Lebih terperinciAddr : : Contact No :
email Addr : heriyanto.lucky@gmail.com : dewa_emas@yahoo.com Contact No : 081318170013 SISTEM INDUSTRI MANUFAKTUR Industri manufaktur didefinisikan sebagai industri yang membuat produk dari bahan mentah
Lebih terperinciEvaluasi Pengendalian Persediaan di PT XYZ
Evaluasi Pengendalian Persediaan di PT XYZ Maulida Nurfajrianti 1, Yusuf Widharto 2 Program Studi Teknik Industri,Universitas Diponegoro 1 Program Studi Teknik Industri,Universitas Diponegoro 2 yudidito@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun mancanegara. Perusahaan ini berada di JL. Raya Moh Toha Km 5/23
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT KYODA MAS MULIA adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan spare part yang memiliki pasar sasaran baik untuk domestik maupun mancanegara. Perusahaan
Lebih terperinciPerbaikan Rencana Produksi untuk Meminimasi Ongkos Overtime pada Proses Perakitan (Studi Kasus : PT. X)
Prosiding Teknik Industri ISSN: 2460-6502 Perbaikan Rencana Produksi untuk Meminimasi Ongkos Overtime pada Proses Perakitan (Studi Kasus : PT. X) 1 Santi Wiandani, 2 Chaznin R. Muhammad, 3 Reni Amaranti
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram untuk pemecahan masalah yang terdapat pada PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) dapat dilihat dalam diagram 3.1 di bawah ini. Mulai Identifikasi Masalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada Perusahaan Roti Roterdam Malang. Berdasarkan hasil analisis
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian Indah (2004) dengan judul penelitian yaitu: Efisiensi perencanaan bahan baku dalam usaha untuk mencapai efisiensi tingkat
Lebih terperinciPENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di PT. Astra Otoparts Divisi Adiwira Plastik Plant 2, Bogor. Produk yang diteliti oleh penulis adalah produk KVRA Black & KTMY Black. Perusahaan ini menerapkan prinsip
Lebih terperinciPERBAIKAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN JUST IN TIME KOMPONEN PRODUK MAIN FLOOR SIDE LH PADA PT GAYA MOTOR
PERBAIKAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN JUST IN TIME KOMPONEN PRODUK MAIN FLOOR SIDE LH PADA PT GAYA MOTOR Bella Suciana Istiqomah 1, Iveline Anne Marie 2 Abstract: PT. Gaya Motor is a manufacturing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan usaha pada sektor manufaktur saat ini telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan usaha pada sektor manufaktur saat ini telah menunjukkan kemajuan cepat dan pesat dengan adanya pertumbuhan industri. Persaingan yang ketat antar
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI AKUNTANSI
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI Magister Akuntansi UNS BANDI 7/21/2017 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1 Siklus Produksi Materi 10 7/21/2017 bandi.staff.fe.uns.ac.id 2 PENDAHULUAN Produksi merupakan proses bisnis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN ANALISIS
BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Temuan Utama dan Hasil Pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa temuan utama dalam penelitian ini adalah terjadinya pemborosan
Lebih terperinciBAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis
. Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 13 Pokok Bahasan Dosen : Perencanaan Kebutuhan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan
Lebih terperinciBAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen.
BAB III Metode Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pt. Anugraha Wening Caranadwaya, diperusahaan Manufacturing yang bergerak di bidang Garment (pakaian, celana, rompi,
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
1 3.1 PERSEDIAAN BAB III TINJAUAN PUSTAKA Maryani, dkk (2012) yang dikutip oleh Yudhistira (2015), menyatakan bahwa persediaan barang merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Persediaan
Lebih terperinciMANAJEMEN PENGADAAN BAHAN BANGUNAN DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (Studi Kasus: Pembangunan Gedung Fakultas Hukum Tahap I)
MANAJEMEN PENGADAAN BAHAN BANGUNAN DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (Studi Kasus: Pembangunan Gedung Fakultas Hukum Tahap I) Ester Oktavia Mumu Alumni Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam
Lebih terperinciMEMPRODUKSI BARANG DAN JASA (PRODUCING GOODS AND SERVICES) Gambar 11.1 Proses Transformasi Sumber Daya
MEMPRODUKSI BARANG DAN JASA (PRODUCING GOODS AND SERVICES) A. MANAJEMEN OPERASI/PRODUKSI Manajemen Operasi (atau produksi) adalah pengarahan dan pengendalian suatu proses secara sistematis untuk mengubah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat suatu tuntutan dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat suatu tuntutan dalam kebutuhan hidup manusia. Hal ini juga membawa suatu kompetisi khususnya di dunia manufaktur.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Logistik Menurut Bowersox (2000: 13), manajemen logistik dapat didefinisikan sebagai proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan semakin maju dan berkembangnya perekonomian kota Malang membuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecenderungan semakin maju dan berkembangnya perekonomian kota Malang membuat persaingan semakin ketat di seluruh sector industry dan masing-masing perusahaan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi ini suatu perusahaan dituntut untuk bisa menjalankan bisnisnya dengan terus lebih baik. Apalagi permintaan konsumen yang semakin tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun pendistribusian barang dalam hal ini adalah distributor.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya era pasar bebas mengakibatkan tingkat persaingan yang ketat dalam dunia industri baik yang bergerak dalam produksi barang maupun pendistribusian barang
Lebih terperinciJURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PERENCANAAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PENOLONG ROKOK SIGARET KRETEK MESIN DENGAN PENDEKATAN JUST IN TIME (Studi Kasus Cakra Guna Cipta Malang) SECONDARY RAW MATERIAL INVENTORY MANAGEMENT PLANNING
Lebih terperinciPerencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dengan Validasi Capacity Requirement Planning (CRP) Pada Perusahaan Rokok Sigaret Keretek Mesin (SKM)
Petunjuk Sitasi: Eunike, A., Herdianto, B., & Setyanto, N. W. (2017). Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dengan Validasi Capacity Requirement Planning (CRP) Pada Perusahaan Rokok Sigaret Keretek Mesin (SKM).
Lebih terperinciBAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA
BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data yang didapat dari bulan Mei 2007 sampai bulan Juli 2007 yaitu berupa data-data yang berkaitan dengan perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang, sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memasuki perkembangan dunia ekonomi yang semakin luas saat ini, setiap perusahaan yang tumbuh dan berkembang memerlukan suatu pengendalian intern persediaan
Lebih terperinciIntroduction to. Chapter 9. Production Management. MultiMedia by Stephen M. Peters South-Western College Publishing
Introduction to Chapter 9 Production Management Sasaran Pembelajaran Identifikasi sumber daya kunci yang digunakan untuk produksi. Identifikasi faktor yang mempengaruhi keputusan lokasi pabrik. Uraikan
Lebih terperinciPerancangan dan Penerapan Kanban di PT. X
Perancangan dan Penerapan Kanban di PT. X Claudio Giano Tombeg 1 Abstract: PT. X is a circuit breaker manufacturing company. The main problem at segment XYZ is production delayed, that is caused by less
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured
Lebih terperinciMATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)
MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep
Lebih terperinciPeningkatan Efisiensi Kerja Di Line 3 Blackpoly Take Pada PT. X
Peningkatan Efisiensi Kerja Di Line 3 Blackpoly Take Pada PT. X Nur Yulianti Hidayah 1, Agus Zainudin 2 Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam jadwal produksi induk. Contoh dari depended inventory adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Banyak operasi manufaktur terutama pada tingkat kecil dan menengah dimanajemeni secara kacau, persediaan menumpuk, suku cadang/persediaan dipercepat/diperbanyak
Lebih terperinciManajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis
Manajemen Persediaan Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Perencanaan Kebutuhan Material Perencanaan Kebutuhan
Lebih terperinci