BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. Data-data yang diperlukan dalam perancangan alat asah elektroda cup tip ø 16

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. Data-data yang diperlukan dalam perancangan alat asah elektroda cup tip ø 16"

Transkripsi

1 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam perancangan alat asah elektroda cup tip ø 16 mm yang dibahas di dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Layout pertukaran elektroda cup tip ø 16 mm antara cup tip yang akan di asah dan yang sudah diasah pada jalur perakitan pintu Xenia / Avanza di PT. Astra Daihatsu Motor 2. Metode kerja alat asah elektroda cup tip ø 16 mm sebelum modifikasi 3. Kebutuhan elektroda cup tip ø 16 mm per shift 4. Waktu siklus asah elektroda cup tip ø 16 mm sebelum modifikasi 5. Jumlah siklus asah elektroda cup tip ø 16 mm sebelum dan setelah modifikasi 6. Pengeluaran biaya dalam proses pengasahan elektroda cup tip ø 16 mm Layout pertukaran elektroda cup tip ø 16 mm antara cup tip yang akan di asah dan yang sudah diasah pada jalur perakitan pintu Xenia / Avanza di PT. Astra Daihatsu Motor Data ini merupakan layout pertukaran elektroda cup tip ø 16 mm pada jalur perakitan pintu saat ini. Dari data ini dapat dilihat area proses welding yang menggunakan elektroda cup tip ø 16 mm dan area pengasahan elektroda cup tip ø 16

2 88 mm. Kedua area tersebut menjadi area pengamatan penulis dalam menemukan masalah yang ada dijalur welding perakitan pintu Xenia / Avanza di PT. Astra Daihatsu Motor. Untuk melihat lebih lanjut area tersebut adalah sebagai berikut : Gambar Layout proses welding perakitan Pintu di PT. Astra Daihatsu Motor Spot Proses (Welding line) Letakkan electroda cup tip NG Box Okamochi (Penempatan cup tip NG) Kirim electroda cup tip NG untuk di asah Asah Cup Tip Cup Tip OK Gambar Flow proses pengasahan elektroda cup tip ø 16 mm

3 Metode kerja alat asah elektroda cup tip ø 16 mm sebelum modifikasi. Untuk melakukan proses pengasahan elektroda cup tip Ø 16 mm pada mesin asah dilakukan 3 tahapan proses yang utama, yaitu sebagai berikut : 1 Memasang elektroda cup tip Ø 16 mm. 2 Mengasah elektroda cup tip Ø 16 mm. 3 Melepas elektroda cup tip Ø 16 mm. Sistem yang digunakan pada kedua proses tersebut masih dengan cara manual. Untuk secara rinci penjabaran proses tersebut dapat dilihat sebagai berikut : Pemasangan Elektroda Cup Tip Ø 16 mm Pada pemasangan elektroda cup tip Ø 16 mm pada meja putar mesin asah dilakukan secara keseluruhan di awal proses dan pada akhir proses pengasahan. Pada akhir proses pengasahan, elektroda cup tip Ø 16 mm dipasang menunggu selesainya proses pelepasan elektroda cup tip Ø 16 mm, pada proses ini membutuhkan waktu 30 detik untuk memasang 12 pcs elektroda cup tip Ø 16 mm. Gambar Pemasangan Elektroda Cup Tip Ø 16 mm 12 pcs

4 Pengasahan Elektroda Cup Tip Ø 16 Pada proses pengasahan elektroda cup tip Ø 16 mm dilakukan dengan menggunakan handle alat asah yang masih menggunakan sistem konvensional dan meja yang digunakan sebagai tempat cup tip yang akan diasah. Berikut ini adalah komponen yang digunakan dalam proses pengasahan yang masih menggunakan sistem konvensional atau masih menggunakan tangan operator secara manual : 1. Handle (tuas) masih manual, dimana pada saat spindle diturunkan untuk melakukan pengasahan pada cup tip masih harus digerakkan dengan menggunakan tangan operator secara manual sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama sampai elektroda cup tip terasah sempurna. Gambar Handle Manual Mesin Dresser 2. Meja Kerja masih manual, artinya setiap penggantian antar elektroda cup tip yang akan diasah selanjutnya masih diputar secara manual oleh operator sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menempatkan antar elektroda cup tip dengan spindel lebih lama.

5 91 Gambar Meja Kerja alat asah cup tip masih Manual Pelepasan Elektroda Cup Tip Ø 16 Pada proses pelepasan elektroda cup tip Ø 16 mm masih menggunakan sistem manual, dimana setiap selesai pengasahaan, elektrode cup tip dilepas dengan menggunakan tangan, dengan mengungkit cup tip secara manual oleh operator sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk melepasnya. Gambar Proses pelepasan masih Manual Faktor Manusia Untuk proses pengasahan elektroda cup tip ini membutuhkan 1 operator, dimana seorang operator itu bertugas untuk mengasah elektroda cup tip untuk

6 92 menghasilkan produk berupa elektroda cup tip yang telah terasah dan siap untuk digunakan. Pergerakan spindle turun hingga mengenai elektroda cup tip yang terpasang dan sampai elektroda cup tip itu terasah dilakukan oleh operator secara manual. Pada saat proses tersebut, operator melakukan secara beulang ulang. Namun, gerakan yang dilakukan ternyata mengakibatkan pemborosan pergerakan (muda gerak) sehingga mudah menyebabkan kelelahan pada operator dalam proses pengasahan elektroda cup tip tersebut. Pengaruh yang dihasilkan dari operator yang lelah karena pengasahan tersebut menyebabkan tidak konstannya pergerakan dari operator itu sendiri sehingga kualitas yang dihasilkan dari pengasahan itu berbeda beda dan bahkan terjadi ketidak rataan pengasahan yang dihasilkan, artinya kemungkinan yang tinggi dalam penyimpangan kualitas atau kualitas tidak sesuai dengan standar Faktor Lingkungan dan material Faktor lingkungan yang dihasilkan dari kondisi seperti ini adalah masih banyaknya scrap yang berserakan akibat dari material berupa sisa-sisa pengasahan elektroda cup tip. Hal itu terjadi karena tidak adanya wadah scrap hasil asah elektroda cup tip, sehingga menggangu dan mencemarkan lingkungan kerja, dengan membuat area tempat bekerja menjadi kotor.

7 93 Gambar Meja kerja tidak terdapat Cover Kebutuhan Elektroda Cup Tip Ø 16 mm Konsumsi elektroda cup tip Ø 16 mm di jalur perakitan pintu untuk produk Xenia/Avanza mencapai 400 pcs setiap shift. Dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel Konsumsi Elektroda Cup Tip Ø 16 mm di Jalur Xenia/Avanza NO LINE C/T Welding D83T WAKTU PAKAI CUP TIP JUMLAH PROCESS PENGGANTIAN PER SHIFT JUMLAH CUP TIP KONSUMSI CUP TIP PER SHIFT 1 BACK DOOR 0.8 Menit 16 Menit 20 pcs 27 kali 2 ENGINE HOOD 0.8 Menit 24 Menit 30 pcs 18 kali 3 REAR DOOR R/L 0.8 Menit 32 Menit 40 pcs 13.5 kali 4 FRONT DOOR R/L 0.8 Menit 32 Menit 40 pcs 13.5 kali TOTAL Dengan Effisiensi Mesin 95% Sumber : Data Produksi Mei 2011

8 Data Waktu Siklus Pengasahan Elektroda Cup Tip Ø 16 mm sebelum modifikasi Untuk mengahasilkan elektroda cup tip Ø 16 mm dari elektroda cup tip yang aus sampai elektroda cup tip yang siap oleh produksi, maka dilakukan proses pengasahan elektroda cup tip Ø 16 mm, dengan proses pengasahan melalui 5 tahapan yaitu : 1. Mengambil elektroda cup tip dari jalur welding. 2. Memasang elektroda cup tip 12 pcs. 3. Mengasah elektroda cup tip 12 pcs. 4. Melepas elektroda cup tip 12 pcs. 5. Meletakkan kembali elektroda cup tip ke jalur welding. Sehingga waktu keseluruhan yang dibutuhkan untuk mengasah elektroda cup tip Ø 16 mm sebanyak 12 pcs dalam satu kali pengasahan adalah 416 detik, waktu tersebut diperoleh dengan menggunakan sistem yang lama. Dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel Waktu Pengasahan Elektroda Cup Tip Ø 16 mm 12 pcs sebelum perancangan sistem yang baru.

9 95 NO WORKING NAME DETIK TIME AMBIL CUP TIP DARI JALUR WELDING PASANG CUP TIP QTY 12 Pcs 30 3 ASAH CUP TIP QTY 12 Pcs MANUAL LEPAS CUP TIP QTY 12 Pcs MANUAL 33 5 TARUH CUP TIP DI JALUR WELDING 128 TOTAL "( 3.05') 416" Data jumlah siklus asah elektroda cup tip Ø 16 mm sebelum modifikasi Besarnya pemakanan material electroda cup tip akibat dari pengasahan yang dilakukan memperngaruhi banyaknya jumlah siklus asah elecktroda cup tip tersebut. Elektroda cup tip memiliki standard maksimal pengasahan, sehingga jumlah siklus asah dapat diukur. Untuk mengukur jumlah siklus pengasahan dapat dilakukan secara manual, dimana operator menghitung banyaknya pengasahan yang dilakukan terhadap cup tip tersebut. Contohnya dapat dimisalkan cup tip A akan dilakukan pengasahan, kemudian setelah cup tip tersebut selesai diasah digunakan kembali untuk proses spot welding hingga selanjutnya diasah kembali, kemudian setelah dilakukan beberapa kali asah, cup tip tersebut mencapai batas maksimal dalam standard layak pakai, jika sudah mecapai batas tersebut cup tip A sudah tidak dapat diasah atau dipergunakan kembali dan harus diganti. Berikut ini adalah pengambilan data jumlah asah electroda cup tip pada jalur Xenia / Avanza :

10 96 Tabel Frekuensi Pengasahan Elektroda Cup Tip Ø 16 mm 12 pcs STANDARD CUP TIP ASAH KONDISI ACTUAL CUP TIP Sistem Lama CUP TIP BARU OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK NG NG NG NG 11 mm 23 mm Data biaya proses pengasahan elektroda cup tip ø 16 mm. 1. Data Man Hour Cost (Direct Labour) Biaya yang dikeluarkan berdasarkan dari sumber data PT. ADM dan penghitungan tersebut dihitung dari gaji pokok pada tahun 2011, maka perhitungan tersebut adalah sebagai berikut : Gaji pokok operator (karyawan kontrak) : Rp.! Uang Makan perbulan : Rp x 22 Hari Kerja : Rp

11 97 Uang Transportasi perbulan : Rp x 22 Hari kerja : Rp Sehingga Total Biaya yang didapat adalah sebesar : Rp Total biaya / 173 (Hour/month) : Rp / Rp. 173 = Rp / hour 2. Biaya Material tidak langsung (Indirect Material) Sesuai dengan penawaran harga yang diberikan maker untuk elektroda cup tip Ø 16 mm adalah Rp per cup tip. 3. Biaya Utility & Energi Untuk electric biaya per KWH meter adalah sebesar Rp. 878 Berikut ini tabel untuk Biaya yang dikeluarkan dalam proses pengasahan elektroda cup tip Ø 16 mm Tabel biaya selama proses pengasahan elektroda cup tip Ø 16 mm NO ELEMENT BIAYA BIAYA REMARKS 1 DIRECT LABOUR (MAN HOUR COST) Rp 13,243 PER JAM 2 INDIRECT MATERIAL (CUP TIP / PCS) Rp 9,928 PER CUP TIP 3 UTILITY & ENERGY >> ELECTRIC Rp 878 PER KWH Sumber data: PT. ADM, Jakarta Biaya operasi yang berjalan saat ini mencakup berbagai jenis pengeluaran yang berulang sehubungan dengan proses pengasahan elektroda cup tip Ø 16 mm pada saat ini yang masih konvensional. Pengeluaran tersebut meliputi biaya proses mesin, biaya metode kerja, biaya direct man power, dan biaya environment (biaya penunjang proses produksi seperti scrap hasil asah yang harus dibersihkan).

12 Pengolahan Data Proses desain alat asah elektroda cup tip ø 16 mm Proses desain teknik dalam bentuknya yang paling sederhana adalah proses pemecahan masalah. Tujuan merekomendasi pemakaian suatu proses desain formal adalah untuk mendukung perancang dengan menyediakan suatu kerangka kerja atau metodologi (Ken Hurst, 2006:8). Suatu pendekatan yang sistematis memungkinkan dokumentasi yang jelas dan logis atas perkembangan desain. Hal ini akan berguna jika produk tersebut akan dikembankan lebih lanjut dan didesain ulang di kemudian hari Spesifikasi alat asah elektroda cup tip ø 16 mm dalam perancangan sistem baru Suatu desain benda kerja akan memiliki kaitan erat dengan proses manufacturing yang harus berlangsung untuk merealisir benda kerja tersebut, sehingga cukup beralasan pada saat merancang suatu benda kerja harus pula dipikirkan untuk mencari cara yang termudah dan termurah didalam proses manufakturingnya. Dalam hal ini penulis membuat suatu rancangan design alat asah dengan merubah sistem kerja alat asah dari konvensional menjadi auto, dimana cara kerja alat asah tersebut menggunakan pneumatic system sebagai control kerjanya dan

13 99 menggunakan rangkaian electric pengatur waktu (timer controller) yang digunakan untuk menentukan lamanya waktu pemotongan atau pemakanan material elektroda cup tip ø 16 mm. Berikut adalah spesifikasi perancangan alat asah electroda cup tip yang akan dimodifikasi : Gambar Rancangan Modifikasi alat asah elektroda cup tip ø 16 mm Gambar diatas merupakan spesifikasi sheet yang digunakan untuk memodifikasi Handle benda kerja, Meja Kerja dan proses pelepasan elektroda cup tip ø 16 mm dengan menggunakan ejector. Adapun detail spesifikasi sheet tersebut adalah sebagai berikut :

14 Merubah handle alat asah electroda cup tip yang awalnya masih menggunakan tuas pengungkit dirubah menggunakan air cylinder, dimana operator pada saat melakukan dressing hanya menekan push button untuk menggerakkan air cylinder tersebut, dan air cylinder akan menarik gear sproket dengan perantara rantai. 2. Merubah meja kerja elektroda cup tip ø 16 mm yang sebelumnya berputar dengan menggunakan tangan operator untuk memutar meja kerja, kemudian dirubah menjadi automatic dengan menambahkan air cylinder, sehingga meja kerja tersebut berputar dengan didorong rod air cylinder. 3. Setelah electroda cup tip selesai diasah, untuk pelepasan elektroda cup tip ø 16 mm yang semula menggunakan tenaga manusia dirubah menjadi menggunakan tenaga tuas air cylinder, dimana air cylinder yang sudah ditambahkan tuas tersebut akan mendorong cup tip saat operator menekan push button Bill of Quantity Bill of Quantity adalah salah satu tools yang digunakan pada saat akan melakukan tender ke beberapa kontraktor terhadap project yang akan dijalankan, tools ini sebagai referensi kontraktor untuk meyakinkan jumlah barang yang diorder sesuai dengan permintaan user. Jika terdapat quantity yang tidak sama dengan kondisi actual pada saat pengerjaan installasi, maka kontraktor harus merubah penawaran order tersebut.

15 101 Setelah dilakukan selesai proses negosiasi dengan pihak Purchasing, dan kondisi aktual juga tidak sama dengan tools tersebut, maka kontraktor harus bertanggung jawab dan penambahan pekerjaan atau penambahan order equipment dianggap gratis (free charge). Berikut ini adalah contoh Bill of Quantity yang digunakan untuk pekerjaan modifikasi alat asah elektroda cup tip ø 16 mm. Tabel Bill of Quantity untuk modifikasi alat asah elektroda cup tip ø 16 mm

16 Konsep desain alat asah elektroda cup tip ø 16 mm dalam perancangan sistem baru Setelah mendefinisikan spesifikasi, tahap berikutnya adalah merumuskan alternatif konsep konsep setelah brainstorming dan pertimbangan berbagai konsep. Adapun konsep konsep tersebut dapat berupa ide perbaikan dengan melihat beberapa faktor yaitu mesin, metode, manusia dan lingkungan. Ide perbaikan tersebut adalah sebagai berikut : Tabel Ide ide perbaikan untuk alat asah elektroda cup tip ø 16 mm NO FAKTOR MASALAH PENYEBAB AKIBAT RENCANA PENANGGULANGAN 1 PENARIKAN HANDLE BERULANG-ULANG PENARIKAN HANDLE MASIH MANUAL PENGASAHAN CUPTIP LAMA MEMBUAT SYSTEM AUTO UNTUK PENARIKAN HANDLE DENGAN PULLY,SOLENOID & AIR CILYNDER I MACHINE 2 PROSES ROTARY DENGAN HAND VALVE PROCESS ROTARY HARUS MENBUKA & MENUTUP VALVE PROSES ROTARY DATUM LAMA AKAN DIBUAT SYSTEM AUTO ROTARY DATUM DENGAN SOLENOID 3 PELEPASAN CUP TIP DENGAN HAND VALVE PELEPASAN CUPTIP HARUS MEMBUKA & MENUTUP VALVE PELEPASAN CUPTIP LAMA AKAN DI BUATKAN SYSTEM AUTO PELEPASAN CUPTIP ( SOL & CR+TMR ) 4 PEMASANGAN CUP TIP MENUNGGU PROCESS SELESAI PASANG & LEPAS CUP TIP SATU PER SATU PEMASANGAN CUPTIP LAMA AKAN DI BUATKAN SYSTEM AUTO ANTARA WAKTU PENGASAHAN& ROTARY II METHODE 5 WAKTU & ALAT PENGECHECKAN TDK KONSTAN WAKTU & ALAT PENGECHEKAN MASIH MANUAL HASIL ASAH VARIASI DI BUATKAN ALAT PENGECHEKAN HASIL ASAH & PISAU ASAH ( COUNTER LAMP ) 6 PENGOPERASIAN MESIN KRG DI PAHAMI SOP YANG ADA KURANG JELAS PENGASAHAN LAMA & VARIASI DI BUATKAN SOP YANG BARU III MAN 7 OPERATOR CEPAT LELAH 8 WAKTU PENGASAHAN MENGGUNAKAN INSTINC MANUSIA PROCESS MENGASAH DITEKAN BERULANG ULANG PROCESS ASAH TIDAK KONSTAN OPERATOR CEPAT LELAH HASIL ASAH VARIASI DI BUATKAN SYSTEM PENGASAHAN AUTO DENGAN TENAGA PNEUMATIC DI BUATKAN RANGKAIAN AUTO UNTUK WAKTU ASAH IV ENVIROMENTAL 9 SCRAP ASAH BERSERAKAN COVER SCRAP KURANG TINGGI OPERATOR HRS MEMBERSIHKAN SCRAP DIBUATKAN SHUTTER SCRAP YANG LEBIH TINGGI

17 Detail desain rangkaian sistem kerja alat asah elektroda cup tip ø 16 mm yang baru Pneumatic system Sistem pneumatik merupakan rangkaian sistem kerja yang digunakan untuk melakukan modifikasi terhadap alat asah elektroda cup tip ø 16 mm, selain cara kerja sistem sederhana, biaya yang digunakan juga lebih murah. Dalam perancangan ini penulis membuat suatu rangkaian sistem kerja pneumatic yang menggunakan tenaga air cylinder, dimana air cylinder tersebut akan menggerakkan benda kerja sesuai kebutuhan operator. Kontrol proses pneumatik juga berhubungan dengan pengurutan (sequencing), yaitu melaksanakan kerja sederhana yang mengikuti satu dengan yang lain dalam urutan yang serderhana atau dengan urutan yang ditentukan oleh sensor. Sirkuit ekuivalen elektrik dibentuk dengan relai-relai, logik zat padat atau pengontrol yang dapat diprogram. Berikut ini adalah rangkaian pneumatic system yang digunakan dalam perancangan sistem baru pada alat asah elektroda cup tip ø 16 mm.

18 104 Gambar Wiring Pneumatic Diagram alat asah elektroda cup tip ø 16 mm Cara kerja wiring pneumatic tersebut adalah sebagai berikut : 1. Angin yang masuk melalui Reservoir Tank akan di teruskan ke setiap solenoid valve, melalui saluran selang A, B dan C. 2. Kemudian angin yang telah tersedia disetiap solenoid valve tersebut akan diteruskan ke setiap speed control sesuai dengan input yang diberikan

19 105 operator melalui push button yang terdapat disetiap saluran selang A, B atau C. Speed control tersebut berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan angin yang masuk, yang mempengaruhi besarnya tekanan air cylinder. 3. Besarnya angin yang telah diatur oleh speed control sesuai kebutuhan tersebut akan diteruskan ke setiap air cylinder, air cylinder tersebut digunakan untuk proses pemakanan electroda cup tip, untuk proses ejector digunakan untuk memutarkan meja kerja. Angin yang masuk ke dalam air cylinder sesuai dengan kebutuhan operator melalui push button. 4. Untuk mencegah terjadinya pemakanan electroda cup tip (proses dresser) yang tidak sesuai standard yang diakibatkan dari kurangnya supply angin ke air cylinder dresser, maka rangkaian tersebut ditambahkan pressure switch, dimana tujuan pemasangan pressure switch tersebut adalah untuk mengetahui besarnya tekanan angin yang masuk ke dalam rangkaian air cylinder dan sebagai kontrol apabila terjadi penurunan tekanan pada rangkaian tersebut Elektrik system Setelah menentukan rangkaian pneumatic yang digunakan untuk memodifikasi alat asah elektroda cup tip ø 16 mm, kemudian kita membuat rangkaian elektrik yang digunakan untuk menggerakkan sistem pneumatic tersebut, rangkaian elektrik ini juga digunakan untuk mengontrol proses dressing saat terjadi pemakanan material cup tip.

20 106 Untuk memulai pembuatan rangkaian elektronika tentunya kita harus mengetahui bentuk dan wujud nyata dari komponen yang akan dipasang. rangkaian pneumatic system yang digunakan dalam perancangan sistem baru pada alat asah elektroda cup tip ø 16 mm. LEGEND : PB Start : Push Button Start PB Rotari PB Dressing Emg Stop MC PBL Auto : Push Button untuk Meja Rotari : Push Button untuk Dresser : Emergency Stop : Magnetic Contactor : Push Button dengan Lampu CR1 : Contact Rellay 1 CR2 : Contact Rellay 2 T1 : Timer 1 T2 : Timer 2 M : Motor Dresser PLR Ready : Pilot Lamp Red PLG Auto : Pilot Lamp Green Sol V 1 : Solenoid valve 1 Sol V 2 : Solenoid valve 2 Sol V 3 : Solenoid valve 3 Gambar Wiring Electric Diagram alat asah elektroda cup tip ø 16 mm Power electric yang digunakan pada rangkaian tersebut adalah 220 volt sesuai dengan spesifikasi alat asah yang dimodifikasi.

21 Pabrikasi rancangan design sistem kerja alat asah elektroda cup tip ø 16 mm yang baru. Segera setelah tahap desain detail tersebut selesai, fase konstruksi dapat dimulai. Fase ini dapat disamakan dengan pabrikasi prototipe sebelum produksi massal suatu produk. Adapun langkah langkah yang dilakukan dalam pabrikasi adalah sebagai berikut : 1. Penggantian handle Alat asah dari tuas menjadi menggunakan gear sprocket dan rantai Gambar Modifikasi Handle alat asah 2. Pemasangan Air Cylinder dan rangkaian pneumatic Pemasangan air cylinder Gambar Pemasangan air cylinder

22 Pemasangan Komponen electric sesuai dengan wiring diagram electric Komponen elektrik Gambar Pemasangan komponen elektrik 4. Uji coba dan pengecekan alat asah berfungsi dengan normal dan sesuai standard Hasil yang diperoleh dari perancangan desain Metode Pengasahan Elektroda Cup Tip Ø 16 mm setelah perancangan sistem baru. Untuk proses pengasahan elektroda cup tip Ø 16 mm setelah modifikasi mesin asah dilakukan 3 tahapan proses utama juga, yaitu sebagai berikut : 1. Memasang elektroda cup tip Ø 16 mm. 2. Mengasah elektroda cup tip Ø 16 mm. 3. Melepas elektroda cup tip Ø 16 mm.

23 109 Sistem yang digunakan pada kedua proses tersebut sudah menggunakan sistem secara automatic. Untuk secara rinci penjabaran proses tersebut dapat dilihat sebagai berikut : Pemasangan Elektroda Cup Tip Ø 16 mm Pada pemasangan elektroda cup tip Ø 16 mm pada meja putar mesin asah dilakukan secara keseluruhan di awal proses dan pada akhir proses pengasahan. Pada akhir proses pengasahan, elektroda cup tip Ø 16 mm dipasang tanpa menunggu selesainya proses pelepasan elektroda cup tip Ø 16 mm, setelah cup tip yang sudah diasah dilepas secara otomatis maka cup tip selanjutnya yang akan diasah dapat dipasang pada meja putar, pada proses ini hanya membutuhkan waktu 8 detik untuk memasang 12 pcs elektroda cup tip Ø 16 mm. Gambar Pemasangan Elektroda Cup Tip Ø 16 mm 12 pcs Pengasahan Elektroda Cup Tip Ø 16 mm Handle (tuas) sebelum modifkasi masih menggunakan cara manual dalam penurunan spindle. Tetapi setelah modifikasi untuk penurunan spindle adalah dengan sistem otomasi yang membutuhkan tambahan alat berupa sproket yang dipasang

24 110 sebagai pengganti tuas pada mesin yang dihubungkan dengan rantai dan ditarik ke bawah dengan menggunakan air cylinder sehingga turunnya spindle tidak dilakukan secara manual seperti sebelumnya. Gambar Handle Diganti Dengan Sproket Meja kerja alat asah elektroda cup tip Ø 16 mm yang sebelumnya masih manual, setelah modifikasi dilakukan dengan sistem otomasi yaitu dengan menambahkan komponen pneumatic seperti air cylinder. Fungsi air cylinder di sini adalah untuk mendorong meja putar sehingga meja berputar dengan bantuan dorongan dari air cylinder dan dapat siap melakukan pengasahan untuk elektroda cup tip berikutnya secara automatic. Gambar Air Cylinder Untuk Mendorong Rotary Table

25 111 Gambar Diagram Alir Silinder Untuk Mendorong Rotary Table Pelepasan Elektroda Cup Tip Ø 16 mm Untuk metode dalam pelepasan elektroda cup tip, setelah modifikasi dilakukan dengan cara menambahkan komponen pneumatic juga yaitu air cylinder, dimana pada ujung air cylinder disambungkan dengan besi pejal Ø 5 mm dan panjang 800 mm untuk mendorong elektroda cup tip yang sudah terasah. Dengan adanya pelepasan elektroda cup tip secara automatic maka untuk komponen berupa holder (dudukan elektrode cup tip) yang semula berbentuk pejal diganti juga dengan holder yang berlubang, agar besi pejal Ø 5 mm dan panjang 800 mm dari air cylinder dapat mendorong elektroda cup tip terlepas dari holder. Waktu pada proses pelepasan ini bersamaan dengan waktu turunnya spindle, hal tersebut dimaksudkan untuk menghilangkan lamanya waktu pelepasan elektroda cup tip dari holder, sehingga waktu pelepasan elektroda cup tip secara keseluruhan dapat lebih cepat dari kondisi sebelumnya. Dengan adanya metode ini maka tidak diperlukan lagi waktu untuk pelepasan elektroda cup tip yang telah diasah, sehingga waktu proses pengasahan dapat lebih cepat dari metode sebelumnya yaitu dari waktu pelepasan elektroda cup tip selama 33 detik per 12 pcs menjadi 1 detik.

26 112 Gambar Ejector Auto Gambar Diagram Alir Silinder Untuk Ejector dan Menarik Spindle

27 113 Simulasi Proses Terisi Elektroda Pendorong Tidak Terisi Elektroda Ejector Sebelum Meja Berputar Setelah Meja Berputar Gambar Simulasi pelepasan electroda cup tip Ø 16 mm Faktor Manusia Dengan dipercepatnya waktu asah yang telah dihasilkan dari perbaikkan yang telah dilakukan maka dapat mempengaruhi faktor manusia (operator). Pergerakan spindle turun hingga mengenai elektroda cup tip yang terpasang dan sampai elektroda cup tip itu terasah dilakukan secara auto. Dimana saat proses tersebut berlangsung, operator tidak perlu lagi melakukannya secara berulang dalam menurunkan spindle, karena sudah terdapat timer yang mengukur lamanya waktu pengasahan, sehingga sistem baru ini tidak menyebabkan kelelahan pada operator dalam proses pengasahan elektroda cup tip tersebut dan menghasilkan kualitas asah yang konstan dan sesuai dengan standard.

28 114 Melihat dari sisi waktu kerja alat asah yang lebih optimal seperti gambar grafik dibawah ini : EVALUASI HASIL ASAH PER 12 CUP TIP detik 70.5% 150 Waktu Sebelum 54 detik Sesudah Grafik Evaluasi Hasil Asah 12 pcs Elektoda Cup Tip Grafik Evaluasi Hasil Asah 12 pcs Elektoda Cup Tip Bahwa terjadi penurunan waktu proses dari 183 detik menjadi 54 detik, artinya effisiensi kerja alat asah tersebut meningkat sebesar 70.5% dan hal ini memungkinkan terjadinya pengurangan jumlah tenaga manusia yang bertugas untuk mengasah elektroda cup tip sebesar 30% atau penurunan tenaga manusia dari 1 tenaga manusia menjadi 1/3 tenaga manusia yang dibutuhkan. 1/3 tenaga manusia itu dapat diperoleh dari seorang operator yang bertugas sebagai dolly man atau orang yang tugasnya sebagai delivery part ditambahkan tugasnya untuk melakukan pengasahan elektroda cup tip tersebut Faktor Lingkungan dan Material dalam Pengasahan Elektroda Cup Tip Ø 16 mm setelah perancangan sistem baru. Dengan dibuatnya cover tambahan, maka scrap dari sisa sisa pengasahan dapat dikontrol oleh cover tersebut, dan sisa sisa pengasahan tersebut dapat

29 115 dilokasikan ke penampungan tempat pembuangan scrap, sehingga sisa sisa pengasahan tersebut tidak membuat lingkungan menjadi kotor akibat scrap dari hasil pengasahan. Gambar Modifikasi Cover Perhitungan Waktu Baku proses dressing dengan menggunakan alat asah elektroda cup tip ø 16 mm setelah dilakukan perancangan sistem baru Uji Validitas Untuk mengetahui apakah data-data yang didapat dari hasil pengukuran tersebut sudah mewakili populasi yang ada, maka perlu dilakukan uji validitas data. Uji validitas ini meliputi uji keseragaman data, dan uji kecukupan data Uji Keseragaman Data Uji keseragaman data dilakukan untuk menentukan batas kontrol, baik itu batas kontrol atas (BKA) maupun batas control bawah (BKB) dari sampel yang diambil. Sebanyak 30 sampel data yang diambil dikelompokkan kedalam enam sub grup yang masing-masing sub grup terdiri dari lima data. Setiap rata-rata sub grup akan diuji apakah masuk kedalam batas kontrol atas dan batas kontrol bawah. Jika rata-rata sub

30 116 grup tersebut masuk kedalam batas tadi maka data-data sub grup tersebut telah seragam. Hasil uji keseragaman data dapat dilihat di bawah ini Tabel Hasil uji keseragaman data waktu siklus pengasahan elektroda cup tip ø 16 mm. Sub grup Waktu Siklus X-bar BKA BKB Kesimpulan Data seragam Data seragam Data seragam Data seragam Data seragam Data seragam Uji Kecukupan Data Uji kecukupan data dilakukan dengan membandingkan jumlah pengamatan yang telah dilakukan (N) dengan penentuan jumlah pengukuran yang dilakukan (N ) berdasarkan hitungan. Jika hasil N lebih besar dari N, maka data sampel yang telah diambil memenuhi tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang telah ditentukan. Hasil uji kecukupan data adalah sebagai berikut: Tabel Hasil uji kecukupan data waktu siklus pengasahan elektroda cup tip ø 16 mm. No PROCESS N N' Kesimpulan 1 ALAT ASAH NEW SISTEM 30 0,31 Data cukup

31 Penentuan Faktor Penyesuain dan Faktor Kelonggaran Data waktu siklus yang telah diuji tersebut di atas merupakan data hasil pengamatan dari uji coba proses pengasahan elektroda cup tip ø 16 mm menggunakan mesin yang lama, akan tetapi belum diperhatikan kewajaran kerja yang diperlihatkan oleh operator. Sedangkan waktu baku yang dicari adalah waktu baku yang dibutuhkan oleh operator dalam menyelesaikan pekerjaanya dalam kondisi wajar. Karena itu, untuk mendapatkan nilai kewajaran dari suatu data waktu siklus digunakan faktor penyesuain dengan metode Schumard Penentuan Waktu Baku Waktu baku didapat dengan menyesuaikan data waktu siklus menjadi waktu normal (Wn) dan kemudian diberi factor kelonggaran dan hasilnya menjadi waktu baku (Wb). Adapun waktu baku untuk pengasahan elektroda cup tip ø 16 mm adalah sebagai berikut: Tabel Waktu baku proses pengasahan elektroda cup tip ø 16 mm. No PROCESS Ws (det) P Wn (det) a Wb (det) 1 ALAT ASAH NEW SISTEM 53,67 Good - 1,08 58,14 0,03 59,88

32 Data Waktu Siklus Pengasahan Elektroda Cup Tip Ø 16 mm setelah perancangan sistem baru. Untuk waktu keseluruhan pengasahan elektroda cup tip Ø 16 mm sebanyak 12 pcs yang diperoleh setelah modifikasi alat asah dengan menggunakan sistem baru adalah 287 detik, waktu siklus ini lebih cepat sebesar 129 detik dari kondisi mesin sebelumnya. Untuk melihat lebih jelasnya waktu siklus yang diperoleh dengan menggunakan sistem baru adalah sebagai berikut : Tabel Waktu Pengasahan Elektroda Cup Tip Ø 16 mm 12 pcs setelah perancangan sistem yang baru. NO WORKING NAME DETIK TIME AMBIL CUP TIP DARI JALUR WELDING PASANG CUP TIP QTY 12 Pcs 8 3 ASAH CUP TIP QTY 12 Pcs AUTO 45 4 LEPAS CUP TIP QTY 12 Pcs AUTO 1 5 TARUH CUP TIP DI JALUR WELDING 128 TOTAL "( 0,9') 287" Data perbandingan siklus asah elektroda cup tip Ø 16 mm antara sistem lama dan sistem baru. Tabel Frekuensi Pengasahan Elektroda Cup Tip Ø 16 mm 12 pcs

33 119 STANDARD CUP TIP ASAH KONDISI ACTUAL CUP TIP Sistem Lama Sistem Baru CUP TIP BARU OK OK OK OK OK OK 11 mm 23 mm OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK CUP TIP BATAS MAX OK OK OK OK OK OK OK OK 11 mm 17 mm NG OK NG OK NG OK NG NG Dari data diatas dapat diketahui bahwa jumlah pengasahan elektroda cup tip Ø 16 mm dengan menggunakan sistem lama adalah 12 kali pengasahan yang masih dalam kategory layak pakai atau OK, tetapi setelah menggunakan sistem baru jumlah pengasahan elektroda cup tip Ø 16 mm naik menjadi 15 kali pengasahan yang masih dalam kategory layak pakai atau OK, itu artinya pengasahan dengan menggunakan sistem baru lebih hemat 3 kali asah atau sebesar 25% dari sistem lama.

34 Analisis Data Aspek Teknis erbandingan antara proses pengasahan elektroda cup tip ø 16 mm sebelum dan setelah dilakukan modifikasi dari konvensional menjadi automatic dilihat dari dua aspek teknik antara lain: 1. Tingkat Efisiensi 2. Kapasitas Produksi Tingkat Efisiensi Untuk menentukan tingkat efisiensi dari suatu mesin produksi dibutuhkan data waktu baku untuk mesin yang bersangkutan. Ada beberapa proses yang dilakukan untuk pengasahan elektroda cup tip ø 16 mm dengan menggunakan mesin ini. Adapun waktu proses pengasahan elektroda cup tip ø 16 mm adalah sebagai berikut: Tabel Waktu proses pengasahan elektroda cup tip ø 16 mm sebelum dan setelah perancangan sistem baru Langkah Waktu Proses asah (sebelum) Waktu Proses asah (sesudah) Pasang Cup Tip Qty 12 pcs (manual) Asah Cup Tip Qty 12 pcs (manual) Lepas Cup Tip Qty 12 pcs (manual)

35 121 TOTAL Dari waktu tersebut didapatkan waktu siklus proses pengasahan sebesar 183 detik. Hal ini dimaksudkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk 1 kali pengasahan per 12 cup tip dengan menggunakan sistem lama (konvensional) adalah 183 detik, sehingga proses tersebut berjalan secara berkesinambungan paling cepat adalah 183 detik tersebut. Sedangkan dari table waktu siklus pengasahan elektroda cup tip ø 16 mm setelah menggunakan sistem baru, didapat waktu siklus pengasahan elektroda cup tip ø 16 mm tersebut menjadi 54 detik, dan waktu bakunya adalah sebesar detik. Sehingga apabila dilakukan perhitungan efisiensi pengasahan elektroda cup tip ø 16 mm dengan sistem baru adalah sebagai berikut: 1. Efisiensi Mesin = ((Standard Time - Actual Time) / Actual Time) x 100% = (Waktu yang dihemat / Actual Time) x 100% = ((59.88 detik - 54 detik) / 54 detik) x 100% = 10.9 % Artinya terjadi peningkatan effisiensi dari waktu standard sebesar 10.9 %. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka dapat diketahui bahwa tingkat efisiensi alat asah elektroda cup tip ø 16 mm setelah menggunakan sistem baru lebih baik dibandingkan dengan efisiensi alat asah elektroda cup tip ø 16 mm dengan menggunakan sistem lama, dilihat dari efisiensi mesin.

36 Perbandingan Kapasitas Produksi Alat asah elektroda cup tip ø 16 mm antara sistem lama dan baru Proses produksi pada PT Astra Daihatsu Motor terdapat dua shift, yaitu shift pagi dan shift malam. Masing-masing shift bekerja selama delapan jam untuk setiap harinya. Sehingga, waktu kerja normalnya adalah sebagai berikut: Waktu kerja perhari= 1 x 8 jam = 8 jam (untuk satu shift) = detik x effisiensi 95% = detik Waktu asah per cup tip : Pengasahan dengan sistem lama = 416 / 12pcs = 34.7 detik Pengasahan dengan sistem baru = 287 / 12pcs = 23.9 detik Kapasitas produksi alat asah elektroda cup tip ø 16 mm dengan sistem lama adalah = Waktu kerja / cycle time dengan sistem lama = / 34.7 = 789 pcs / shift Kapasitas produksi alat asah elektroda cup tip ø 16 mm dengan sistem baru adalah = Waktu kerja / cycle time dengan sistem baru = / 23.9 = pcs / shift Berdasarkan hasil perhitungan di atas, terlihat bahwa kapasitas produksi alat asah elektroda cup tip ø 16 mm dengan sistem baru naik 31% yaitu naik 355 pcs/shift. Dan dengan target produksi dengan cycle time 48 detik yaitu 810 pcs/shift, maka

37 123 kapasitas produksi alat asah elektroda cup tip ø 16 mm dengan sistem baru telah memenuhi target kebutuhan cup tip tersebut. Adapun pencapaian produktivitas tersebut dapat dilihat pada grafik berikut : 1,200 Productivity Achievement 1,144 90% Quantity (pcs) % 30% Achievement (%) 200 Sebelum Sesudah 0% Condition Grafik Pencapaian produktivitas sesudah perancangan sistem baru Aspek Biaya Dalam aspek biaya ini, akan dibahas menganai : 1. Perbandingan Biaya Man Hour (Direct Labour) antara perancangan sistem alat asah yang lama dan yang baru. 2. Effisiensi Biaya Material (Indirect Material) electroda cup tip sesudah dilakukan perancangan sistem yang baru. 3. Effisiensi Biaya Utility proses pengasahan electroda cup tip sesudah dilakukan perancangan sistem yang baru. Catatan : Jumlah kebutuhan electroda cup tip = 810 pcs / shift

38 124 Waktu siklus sistem lama =183 detik / 12 cup tip = 3,05 menit / 12 cup tip = 0,25 menit / cup tip Waktu siklus sistem baru = 54 detik / 12 cup tip = 0,9 menit / 12 cup tip = 0,075 menit / cup tip Jam kerja per shift = 8 jam = detik (dengan effisiensi 95%) Hari kerja rata-rata perbulan = 22 hari kerja efektif Harga Cup Tip per pcs = Rp Biaya Tenaga Kerja Langsung (Man Hour Cost) Biaya tenaga kerja langsung pada proses pengasahan sebelum perancangan dengan sistem yang baru adalah : 0,25 detik x 810pcs = menit /shift = 3,4 jam/shift x Rp / jam = Rp / shift sedangkan biaya tenaga kerja langsung proses pengasahan setelah menggunakan sistem yang baru adalah : 0,075 detik x 810pcs = 60,75 menit /shift = 1,01 jam/shift x Rp / jam = Rp / shift Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa biaya tenaga kerja langsung (man hour cost) dapat lebih hemat sebesar : Rp /shift - Rp /shift = Rp /shift = Rp /hari

39 125 = Rp /bulan = Rp /tahun Biaya Indirect Material Untuk Biaya material yang diperoleh setelah menggunakan system asah yang baru adalah sebagaii berikut : Sistem lama Frekwensi asah 1 Cup tip = 12 X Asah Sistem baru Frekwensi asah 1 Cup tip = 15 X Asah Jadi Effisiensi pengasahan per cup tip adalah : 3 / 12 x 100% = 25% EFF Cost untuk penggunaan per cup tip : 25% X Rp = Rp EFF penggunaan cup tip Per shift = 810 Pcs X Rp = Rp EFF penggunaan cup tip Per hari = Rp x 2shift = Rp EFF penggunaan cup tip Per bulan = Rp x 22hari = Rp EFF penggunaan cup tip Per tahun = Rp x 12 bulan = Rp /tahun Biaya Utility Biaya utility ditinjau dari konsumsi electric yang digunakan untuk proses pengasahan electroda cup tip sebelum dan sesudah perncangan system yang baru adalah sebagai berikut :

40 126 Catatan : Biaya listrik = Rp. 878 / KWh Konsumsi Electric = 1.7 KW Waktu Siklus mesin dengan sistem lama = 15,3 detik / cup tip Waktu Siklus mesin dengan sistem lama = 4,5 detik / cup tip Maka perhitungan konsumsi electric yang dibutuhkan : Sistem Lama = 1.7 x (( 810 x 15,3 ) / 360) = 57 KWH Sistem Lama = 1.7 x (( 810 x 4,5 ) / 360) = 17 KWH Untuk Biaya yang dikeluarkan antara sistem lama dan sistem baru adalah : Sistem Lama = 57 KWH x Rp. 878 = Rp / shift = Rp / hari = Rp / bulan = Rp / tahun Sistem Baru = 17 KWH x Rp. 878 = Rp / shift = Rp / hari = Rp / bulan = Rp / tahun Jadi Saving Cost untuk konsumsi electric dalam 1 tahun adalah sebesar : Rp /tahun

41 Saving Cost Setelah dilakukan beberapa analisa tersebut diatas maka dapat diperoleh perhitungan saving cost setelah menggunakan perancangan sistem alat asah yang baru, adapun saving cost tersebut adalah sebagai berikut : Tabel Saving Cost setelah perancangan sistem baru. NO Elemen Biaya Saving Cost / tahun 1 Direct Labour Rp Indirect material Rp Utility (electric consumption) Rp TOTAL Rp

ABSTRACT. Key words: new working methods, ergonomics, standard time, efficiency and productivity.

ABSTRACT. Key words: new working methods, ergonomics, standard time, efficiency and productivity. PENERAPAN KAIZEN UNTUK MENGURANGI WAKTU ASAH ELEKTRODA CUP TIP DIAMETER 16MM DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS MESIN DRESSER DI PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR ABSTRACT At the door assembly line, the author

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. lebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas sehingga

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. lebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas sehingga BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan penelitian yang harus ditetapkan lebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas sehingga penelitian dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Meningkatnya pasar otomotif nasional dalam hal mobil compact, membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. Meningkatnya pasar otomotif nasional dalam hal mobil compact, membuat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya pasar otomotif nasional dalam hal mobil compact, membuat PT. Astra Daihatsu Motor meningkatkan kapasitas produksi di beberapa jalur produksinya, diantaranya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI

BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI 4.1 Identifikasi dan Perumusan Masalah Telah dirumuskan di Bab 1.2 yaitu : Dengan melihat keadan line produksi sekarang dan data waktu (kosu) produksi saat

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Berdiri PT. Inti Pantja Press Industri merupakan salah satu perusahaan yang tergabung dalam group Astra Motor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri manufaktur saat ini saling berkompetisi untuk menjadi industri yang terbaik dari segala segi. Baik kualitas maupun kuantitas dari produk

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data di dalam tulisan ini yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan di pengolahan dan analisis data terdiri dari : 1. Data Total

Lebih terperinci

MONITORING MESIN PRESS INDUSTRI KAROSERI MENGGUNAKAN PLC

MONITORING MESIN PRESS INDUSTRI KAROSERI MENGGUNAKAN PLC MONITORING MESIN PRESS INDUSTRI KAROSERI MENGGUNAKAN PLC N A M A : A D I T Y O Y U D I S T I R A N A M A : F A H M I H I D A Y A H N R P : 2 2 0 8 0 3 0 0 1 9 N R P : 2 2 0 8 0 3 0 0 7 8 D O S E N P E

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan data 4.1.1 Produk Gutter Complete R/L Perusahaan PT. Inti Pantja Press Industri dipercayakan untuk memproduksi sebagian produk kendaraan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULATOR SISTEM PENGEPAKAN PRODUK BERBASIS PROGRAMMABLE LOGIC CONTROL

RANCANG BANGUN SIMULATOR SISTEM PENGEPAKAN PRODUK BERBASIS PROGRAMMABLE LOGIC CONTROL 28 RANCANG BANGUN SIMULATOR SISTEM PENGEPAKAN PRODUK BERBASIS PROGRAMMABLE LOGIC CONTROL D. L. Zariatin *, E. H. O. Tambunan, A. Suwandi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Pancasila * Email:

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 4.1. Pendahuluan Sebelum digunakan untuk produksi, rancangan prototype robot auto spray ini harus diuji terlebih dahulu. Pengujian ini berfungsi untuk: Mengetahui kondisi

Lebih terperinci

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS) VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

Lebih terperinci

BAB III REALISASI DAN PERANCANGAN

BAB III REALISASI DAN PERANCANGAN BAB III REALISASI DAN PERANCANGAN 3.. Pendahuluan Rancangan yang baik dan matang dari sebuah sistem amat sangat diperlukan. Sebelum melakukan pembuatan alat, maka langkah awal adalah membuat suatu rancangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab IV - Pengumpulan dan Pengolahan Data BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Umum PT STI PT STI adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pembuatan spare part, machinery, engineering,

Lebih terperinci

BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR

BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR 3.1 Mesin Perakit Radiator Mesin perakit radiator adalah mesin yang di gunakan untuk merakit radiator, yang terdiri dari tube, fin, end plate, dan side plate.

Lebih terperinci

Abstrak. Sakijo 1, Abdullah Merjani 2

Abstrak. Sakijo 1, Abdullah Merjani 2 Peningkatan Produktivitas dengan Peubahan Lay Out Line di Departemen Step Motor PT.Japan Servo Batam Sakijo 1, Abdullah Merjani 2 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau Kepulauan Batam 2, Staf

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT DAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT DAN SISTEM BAB III PERANCANGAN PERANGKAT DAN SISTEM Dalam bab ini berisi tentang bagaimana alat dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menjadi suatu rangkaian yang dapat difungsikan. Selain itu juga membahas tentang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Flow Process PT. ADM divisi Stamping Plant Start Press Line IRM 2A Line Single Part 3B Line Logistik PPC 4A Line Press Inspection Door Assy Inspection Dies Maintenance

Lebih terperinci

PROJECT TEST BIDANG LOMBA INDUSTRIAL CONTROL KESELAMATAN DAN KESEHATAN

PROJECT TEST BIDANG LOMBA INDUSTRIAL CONTROL KESELAMATAN DAN KESEHATAN PROJECT TEST BIDANG LOMBA INDUSTRIAL CONTROL KESELAMATAN DAN KESEHATAN 1. Setiap kompetitor bertanggung jawab atas keselamatan dirinya 2. Setiap ckmpetitor wajib menjaga agar area kerjanya bebas dari kotoran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Deskripsi Wheel Wheel / Ban menjadi suatu komponen utama dalam suatu keseluruhan motor. Wheel / Ban menjadi alas pergerakan setiap motor yang di produksi. Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan (Sumber: Company Profil PT.IGP) Gambar 4.1 Layout IGP Group IGP Group dimulai dengan berdirinya PT.GKD pada tahun 1980 dengan frame

Lebih terperinci

Lamp n (menit) x/n

Lamp n (menit) x/n BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Data Hasil Pengukuran Waktu Dibawah ini merupakan hasil pengukuran langsung (menggunakan stopwatch) waktu rakit panel. Box n (menit) x/n 1 2 3 4 5 1 11.9 12.5

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Pengertian Filter Secara umum filter adalah alat yang digunakan untuk memisahkan kotoran dari oli. Kotoran yang disaring dalam filter timbul akibat debu yang masuk dari lubang

Lebih terperinci

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja (Studi Waktu / Time Study) Perbaikan postur Perbaikan proses Perbaikan tata letak Perbaikan metode /cara kerja Data harus baik, representasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN LENGAN ROBOT MENGGUNAKAN MOTOR STEPPER BERBASIS PLC (Programmable Logic Controller) Di PT FDK INDONESIA

PERANCANGAN LENGAN ROBOT MENGGUNAKAN MOTOR STEPPER BERBASIS PLC (Programmable Logic Controller) Di PT FDK INDONESIA PERANCANGAN LENGAN ROBOT MENGGUNAKAN MOTOR STEPPER BERBASIS PLC (Programmable Logic Controller) Di PT FDK INDONESIA Disusun Oleh : Nama : Riwan Satria NIM : 41405110026 Program Studi : Teknik Elektro Pembimbing

Lebih terperinci

MODIFIKASI MESIN PRESS SOL SEPATU. Rahmat Hadi Sukarno ( ) Ir. Hari Subiyanto, MSc. DENGAN SISTEM PNEUMATIK

MODIFIKASI MESIN PRESS SOL SEPATU. Rahmat Hadi Sukarno ( ) Ir. Hari Subiyanto, MSc. DENGAN SISTEM PNEUMATIK BIDANG STUDI TEKNIK PRODUKSI MODIFIKASI MESIN PRESS SOL SEPATU DENGAN SISTEM PNEUMATIK Oleh : Rahmat Hadi Sukarno ( 2106.030.048 ) Dosen Pembimbing : Ir. Hari Subiyanto, MSc. PROGRAM STUDI D III TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Multikarya Sinardinamika berdiri pada Desember 1990 dan mulai beroperasi pada Januari 1991. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 44 BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat PT. TMMIN Casting Plant dalam Memproduksi Camshaft Casting plant merupakan pabrik pengecoran logam untuk memproduksi komponen-komponen mobil Toyota.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi massal, dimana dalam proses produksinya harus dibagikan pada seluruh operator sehingga beban kerja

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PRODUKSI Dalam perkitan hydraulic power unit ada beberapa proses dari mulai sampai selesai, dan berikut adalah alur dari proses produksi Gambar 4.1

Lebih terperinci

Gambar 2.32 Full pneumatik element

Gambar 2.32 Full pneumatik element 2. Two control valve Katup dua tekanan mempunyaidua saluran masuk X dan Y satu saluran keluar A. udara kempaan dapat mengalir melaluinya jika sinyal masukan ke X dan Y alirannya akan tertutup. Jika sinyal

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Standard Operational Procedure Flow chart proses honing tersebut disajikan pada gambar dibawah ini : Gambar 4.1. Flow Chart SOP Proses Honing Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB lll METODOLOGI PENELITIAN

BAB lll METODOLOGI PENELITIAN BAB lll METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perancangan Pembuatan Alat Dalam penyusunan bab ini penulis akan menjelaskan bagaimana merancang alat tersebut beserta rangkaiannya, perancangan dengan menentukan spesifikasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 62 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan dari pembuatan alat ini telah telaksana dengan baik atau tidak, maka perlu dilakukan pengujian dan analisa terhadap alat yang dibuat.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Dalam pelaksanaan penelitian, serta untuk mempermudah menyelesaikan. yang diperlukan dalam suatu penelitian.

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Dalam pelaksanaan penelitian, serta untuk mempermudah menyelesaikan. yang diperlukan dalam suatu penelitian. BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Definisi Dalam pelaksanaan penelitian, serta untuk mempermudah menyelesaikan persoalan yang dihadapi, maka perlu diuraikan terlebih dahulu langkah-langkah yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada perancangan modifikasi sistem kontrol panel mesin boiler ini, selain menggunakan metodologi studi pustaka dan eksperimen, metodologi penelitian yang dominan digunakan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PROTOTIPE MESIN CETAK INJEKSI DENGAN MENGGUNAKAN ELEKTRO-PNEUMATIK

RANCANG BANGUN PROTOTIPE MESIN CETAK INJEKSI DENGAN MENGGUNAKAN ELEKTRO-PNEUMATIK RANCANG BANGUN PROTOTIPE MESIN CETAK INJEKSI DENGAN MENGGUNAKAN ELEKTRO-PNEUMATIK Anthon de Fretes 1, Riccy Kurniawan 1 1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Unika Atma Jaya, Jakarta Jalan Jenderal Sudirman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri Otomotif merupakan salah satu jenis bisnis yang berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri Otomotif merupakan salah satu jenis bisnis yang berkembang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Balakang Industri Otomotif merupakan salah satu jenis bisnis yang berkembang pesat di Indonesia. Laju perkembangan industri Otomotif masyarakat Indonesia saat ini relatif

Lebih terperinci

Mesin bor otomatis multiguna untuk produksi sangkar burung

Mesin bor otomatis multiguna untuk produksi sangkar burung Mesin bor otomatis multiguna untuk produksi sangkar burung By: F & H start ABSTRAK Mesin bor otomatis multiguna untuk produksi sangkar burung merupakan sebuah mesin yang digunakan untuk melakukan pengeboran

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT BAB IV PENGUJIAN ALAT Dalam uji coba ini penulis akan melakukan simulasi alat dari kerja rangkaian sistem pengeruk sampah secara otomatis ini. Pengujian ini dilakukan untuk menguji sekaligus membuktikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan pada mesin boiler satu burner dengan dua bahan bakar natural gas dan solar bekapasitas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Perusahaan PT. Gemala Kempa Daya berdiri pada tahun 1980 dengan Frame Chassis dan Press Parts sebagai bisnis utamanya. Menjawab tantangan pasar PT. GKD melengkapi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Sorting process ( proses manual ) Proses kerja sortir di area finishing-sortir sudah ada sejak awal berdirinya perusahaan dan tidak dapat dihindari sebagai salah satu dari

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai analisa produktivitas yang berlangsung di PT. Schott Igar Glass (SIG), mulai dari menganalisa perbedaan-perbedaan yang ada antara mesin

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair.

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair. BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Diagram Proses Pembuatan Frame Body Comp Marking Front Frame Rear Frame General Assy Stay Body Cover Permanent 1 Permanent 2 Permanent 3 Permanent

Lebih terperinci

BAB IV BAGIAN PENTING MODIFIKASI

BAB IV BAGIAN PENTING MODIFIKASI 75 BAB IV BAGIAN PENTING MODIFIKASI Pada bab IV ada beberapa hal penting yang akan disampaikan terkait dengan perancangan modifikasi sistem kontrol panel mesin boiler ini, terutama mengenai penggantian,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Selain teori-teori yang telah dijabarkan sebelumnya, maka pada bab ini akan pula dijabarkan tentang metodologi dari penelitian yang dilakukan. Untuk mencapai penelitian yang

Lebih terperinci

OTOMASI WORK STATION (FMS) BERBASIS PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER Purnawan

OTOMASI WORK STATION (FMS) BERBASIS PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER Purnawan OTOMASI WORK STATI (FMS) BERBASIS PROGRAMMABLE LOGIC CTROLLER Purnawan A. PENGANTAR Sebagian besar proses di industri menghendaki strategi pengontrolan atau pengendalian sekuensial. Pengendalian sekuensial

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Keseimbangan Lintasan Keseimbangan lintasan adalah lintasan produksi dimana material berpindah secara kontinyu dengan laju rata-rata yang sama melalui sejumlah stasiun kerja,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses. Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses. Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat dijelaskan sebagai berikut: Garis berwarna hijau adalah Mean (rata-rata

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 51 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Bab ini berisi mengenai hasil pengujian mesin Auto Loading menggunakan Robo Cylinder pada mesin Power Press PP 60. Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengaturan Jam Kerja Berikut adalah kebijakan jam kerja di PT. XX Tabel 4.1 Jam Kerja Reguler Reguler Hari Jam Kerja Istirahat Total Waktu Kerja Senin - Kamis

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keseimbangan Lini (Line Balancing) Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Sejarah Perusahaan IGP Group dimulai dengan berdirinya PT.GKD pada tahun 1980 dengan Frame Chassis dan Press Part sebagai bisnis utamanya. Menjawab

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Interaksi Manusia dan Mesin Dalam bukunya, Wignjosoebroto (2003: 58) menjelaskan bahwa kata Mesin dapat diartikan lebih luas yaitu menyangkut semua obyek fisik berupa peralatan,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Menentukan Waktu Siklus Tiap Proses. 4.1.1 Proses Pemasangan Komponen (Setting Part) 4.1.1.1 Elemen operasi pada proses ini adalah : 1. Setting holder magnet ke rotor dan

Lebih terperinci

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis 4 BAB V ANALISIS 4.1 Analisa Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis melakukan analisa dan hasil dari laporan skripsi, dan menguraikan tentang data-data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan dalam pengontrolan dan kemudahan dalam pengoperasian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini terpusat di departemen produksi 2 tempat berlangsungnya proses polishing. Dalam departemen produksi 2 terdapat empat line yaitu

Lebih terperinci

PERANCANGAN SILINDER PELEPAS BENDA KERJA PADA STAMPING EQUIPMENT

PERANCANGAN SILINDER PELEPAS BENDA KERJA PADA STAMPING EQUIPMENT PERANCANGAN SILINDER PELEPAS BENDA KERJA PADA STAMPING EQUIPMENT PROYEK AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Oleh: RIFKI MA ARIF MUNANDAR NIM. I8610029 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

Oleh : Endiarto Satriyo Laksono Maryanto Sasmito

Oleh : Endiarto Satriyo Laksono Maryanto Sasmito Oleh : Endiarto Satriyo Laksono 2108039006 Maryanto Sasmito 2108039014 Dosen Pembimbing : Ir. Syamsul Hadi, MT Instruktur Pembimbing Menot Suharsono, S.Pd ABSTRAK Dalam industri rumah untuk membuat peralatan

Lebih terperinci

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT)

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) 1.1. TUJUAN PRAKTIKUM Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN RANCANGAN. Pengujian rancangan ini adalah dimaksudkan untuk mengetahui apakah sistem

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN RANCANGAN. Pengujian rancangan ini adalah dimaksudkan untuk mengetahui apakah sistem BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN RANCANGAN 4.1 Pengujian Rancangan Pengujian rancangan ini adalah dimaksudkan untuk mengetahui apakah sistem tersebut telah bekerja sesuai dengan yang diharapkan atau tidak,

Lebih terperinci

SIMULASI TIMER DAN COUNTER PLC OMRON TYPE ZEN SEBAGAI PENGGANTI SENSOR BERAT PADA JUNK BOX PAPER MILL CONTROL SYSTEM

SIMULASI TIMER DAN COUNTER PLC OMRON TYPE ZEN SEBAGAI PENGGANTI SENSOR BERAT PADA JUNK BOX PAPER MILL CONTROL SYSTEM Simulasi Timer dan Counter PLC Omron Type ZEN sebagai (David A. Kurniawan dan Subchan Mauludin) SIMULASI TIMER DAN COUNTER PLC OMRON TYPE ZEN SEBAGAI PENGGANTI SENSOR BERAT PADA JUNK BOX PAPER MILL CONTROL

Lebih terperinci

PEMBUATAN SISTEM KONTROL MESIN CAULKING ROD GUIDE OTOMATIS MENGGUNAKAN PLC OMRON CPM1A

PEMBUATAN SISTEM KONTROL MESIN CAULKING ROD GUIDE OTOMATIS MENGGUNAKAN PLC OMRON CPM1A ISSN: 1410-233 PEMBUATAN SISTEM KONTROL MESIN CAULKING ROD GUIDE OTOMATIS MENGGUNAKAN PLC OMRON CPM1A Syahril Ardi, Heru Suprapto, Hendrik Program Studi Teknik Produksi & Proses Manufaktur (Mekatronika)

Lebih terperinci

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB III

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB III BAB III PERANCANGAN MESIN PENGANGKUT PRODUK BERTENAGA LISTRIK (ELECTRIC LOW LOADER) PT. BAKRIE BUILDING INDUSTRIES 3.1 Latar Belakang Perancangan Mesin Dalam rangka menunjang peningkatan efisiensi produksi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 Sketsa mesin automatic mixing.

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 Sketsa mesin automatic mixing. BAB IV PEMBAHASAN 4.1. SISTEM KONTROL MESIN SILO PADA AUTOMATIC MIXING Setiap mesin yang menggunakan pengontrolan PLC, membutuhkan sistem kontrol yang sesuai dengan karakteristik mesin tersebut. Sama halnya

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Diagram Metodologi Gambar 4.1 Metodologi Penelitian 47 Gambar 4.2 Metodologi Penelitian (lanjutan) 48 4.2 Penelitian Pendahuluan Penelitian dilakukan di PT. Refconindo

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan PT. SRI adalah perusahaan joint venture dengan PMA (Pemilik Modal Asing) didirikan untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Pembebanan (loading) dapat diartikan pekerjaan yang diberikan kepada mesin atau operator. Pembebanan menyangkut jadwal waktu kerja operator dalam kurun waktu satu hari

Lebih terperinci

RETROFIT MESIN BUBUT KONVENSIONAL MENGGUNAKAN KENDALI CNC GSK 928 TE II. Cokorda Prapti Mahandari 1 Gustaman 2. Abstrak

RETROFIT MESIN BUBUT KONVENSIONAL MENGGUNAKAN KENDALI CNC GSK 928 TE II. Cokorda Prapti Mahandari 1 Gustaman 2. Abstrak RETROFIT MESIN BUBUT KONVENSIONAL MENGGUNAKAN KENDALI CNC GSK 928 TE II Cokorda Prapti Mahandari 1 Gustaman 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma 1 coki@staff.gunadarma.ac.id,

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP)

Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP) Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP) Umi marfuah 1), Cholis Nur Alfiat 2) Teknik Industri Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat. Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat. Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara langsung dan mendapatkan data lengkap. Kemudian penulis melakukan analisa masalah

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1. Spesifikasi Sistem Sebelum merancang blok diagram dan rangkaian terlebih dahulu membuat spesifikasi awal rangkaian untuk mempermudah proses pembacaan, spesifikasi

Lebih terperinci

ANALISA PENURUNAN WAKTU PROSES BARITORI CAMSHAFT DENGAN METODE 6 STEP STANDARDIZED WORK DI PT.TMMIN

ANALISA PENURUNAN WAKTU PROSES BARITORI CAMSHAFT DENGAN METODE 6 STEP STANDARDIZED WORK DI PT.TMMIN ANALISA PENURUNAN WAKTU PROSES BARITORI CAMSHAFT DENGAN METODE 6 STEP STANDARDIZED WORK DI PT.TMMIN Anak Agung Gede Ngurah Arika Dwiyana Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia Abstrak PT. Toyota

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Pembagian dan Tugas Tanggung Jawab.

LAMPIRAN 1. Pembagian dan Tugas Tanggung Jawab. LAMPIRAN 1. Pembagian dan Tugas Tanggung Jawab. 1. Plant Manager Plant Manager sebagai pimpinan tertinggi dalam perusahaan mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Tugas Manager bertugas

Lebih terperinci

Timer : teori dan aplikasi. Handy Wicaksono Jurusan Teknik Elektro Universitas Kristen Petra

Timer : teori dan aplikasi. Handy Wicaksono Jurusan Teknik Elektro Universitas Kristen Petra Timer : teori dan aplikasi Handy Wicaksono Jurusan Teknik Elektro Universitas Kristen Petra Materi Cara kerja timer Macam macam timer Aplikasi Timer pada sistem Macam macam sequence (urutan) sistem 1.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4%

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4% BAB V ANALISA 5.1 Analisa Current State Value Stream Mapping (CVSM) Value stream mapping merupakan sebuah tools untuk memetakan jalur produksi dari sebuah produk yang didalamnya termasuk material dan informasi

Lebih terperinci

Komponen Sistem Pneumatik

Komponen Sistem Pneumatik Komponen Sistem Pneumatik Komponen Sistem Pneumatik System pneumatik terdiri dari beberapa tingkatan yang mencerminkan perangkat keras dan aliran sinyal. Beberapa tingkatan membentuk lintasan kontrol untuk

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Aspek Perancangan Dalam Modifikasi Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan perencanaan, pemasangan dan pengujian. Dalam hal tersebut timbul

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH 5.1. Perhitungan Dengan Menggunakan Scoring REBA Berdasarkan data REBA hasil pengumpulan data, kemudian di olah dengan menggunakan scoring yang di tuangkan pada gambar

Lebih terperinci

STIKOM SURABAYA BAB IV PEMBAHASAN 4.1. PROSES MESIN AUTOMATIC MIXING

STIKOM SURABAYA BAB IV PEMBAHASAN 4.1. PROSES MESIN AUTOMATIC MIXING BAB IV PEMBAHASAN 4.1. PROSES MESIN AUTOMATIC MIXING Mesin automatic mixing adalah suatu sistem yang memproses bahan mentah seperti biji plastik menjadi bahan yang stengah jadi untuk dicetak atau di bentuk

Lebih terperinci

BAB II OPC, APC, STRUKTUR PRODUK, DAN BOM

BAB II OPC, APC, STRUKTUR PRODUK, DAN BOM II-13 BAB II OPC, APC, STRUKTUR PRODUK, DAN BOM 2.1 Landasan Teori Peta proses operasi adalah peta kerja yang yang mencoba menggambarkan urutan kerja dengan jalan membagi pekerjaan tersebut menjadi elemen-elemen

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Skema Alur Kerja Pembuatan - Skema proses pembuatan alat pneumatik transfer station adalah alur kerja proses pembuatan alat pneumatik transfer station

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN EFISIENSI PROSES ANTI KARAT DI PT INTI PANTJA PRESS INDUSTRI

ANALISIS PERBAIKAN EFISIENSI PROSES ANTI KARAT DI PT INTI PANTJA PRESS INDUSTRI ANALISIS PERBAIKAN EFISIENSI PROSES ANTI KARAT DI PT INTI PANTJA PRESS INDUSTRI Oki Septavian Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia Abstrak Rendahnya tingkat pelayanan merupakan masalah utama

Lebih terperinci

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric Abstrak Heru Saptono 1),Alif Wardani 2) JurusanTeknikMesin,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. aktivitas produksi akan diselenggarakan, sedangkan aktivitas produksi bisa

BAB 2 LANDASAN TEORI. aktivitas produksi akan diselenggarakan, sedangkan aktivitas produksi bisa BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Disiplin Teknik Industri 2.1.1 Definisi tentang Industri Secara definitif industri bisa diartikan sebagai suatu lokasi / tempat dimana aktivitas produksi akan diselenggarakan,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan dan keberterimaan dari portable PLC trainer kit. Penelitian dimulai melalui tahap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMBUATAN MESIN ECM SINGLE AXIS. Alat-alat utama yang digunakan pada pembutan mesin ECM ini diantara lain :

BAB III METODOLOGI PEMBUATAN MESIN ECM SINGLE AXIS. Alat-alat utama yang digunakan pada pembutan mesin ECM ini diantara lain : BAB III METODOLOGI PEMBUATAN MESIN ECM SINGLE AXIS Dalam bab ini akan membahas tentang segala sesuatu yang berkaitan langsung dengan pembuatan Mesin ECM single axis seperti alat dan bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN APLIKASI KONTROL MESIN PEMISAH BARANG

BAB III PERANCANGAN DAN APLIKASI KONTROL MESIN PEMISAH BARANG 24 BAB III PERANCANGAN DAN APLIKASI KONTROL MESIN PEMISAH BARANG Bab ini membahas mengenai perancangan trainer yang berupa input dan output device PLC OMRON CP1L, rangkaian sensor optocoupler, Instalasi

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Adapun urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Adapun urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Adapun urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Penentuan Tujuan Penelitian Pengumpulan Data

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 41 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Tujuan Perancangan Dalam pembuatan suatu sistem kontrol atau kendali, perancangan merupakan tahapan yang sangat penting untuk dilalui atau dilakukan. Perancangan adalah

Lebih terperinci

DISAIN OTOMATISASI PROSES BVC (BASE VALVE COMPLETE) ASSEMBLY PRESS BERBASIS KENDALI PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER

DISAIN OTOMATISASI PROSES BVC (BASE VALVE COMPLETE) ASSEMBLY PRESS BERBASIS KENDALI PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER ISSN: 1410-2331 DISAIN OTOMATISASI PROSES BVC (BASE VALVE COMPLETE) ASSEMBLY PRESS BERBASIS KENDALI PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER Syahril Ardi, Rika Kusuma Program Studi Teknik Produksi & Proses Manufaktur,

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 12 Pneumatik (2)

Mekatronika Modul 12 Pneumatik (2) Mekatronika Modul 12 Pneumatik (2) Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari komponen Pneumatik Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai karakteristik dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk Laporan Tugas Akhir BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suati pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perancangan sistem pemanasan air menggunakan SCADA software dengan Wonderware InTouch yang terdiri dari perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci