MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 61/PUU-IX/2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 61/PUU-IX/2011"

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 61/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA MENDENGARKAN KETERANGAN PEMERINTAH, DPR, DAN SAKSI/AHLI DARI PEMOHON DAN PEMERINTAH (III) J A K A R T A RABU, 22 NOVEMBER 2011

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 61/PUU-IX/2011 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan PEMOHON 1) Letjen TNI (Purn) Rais Abin 2) Letjen TNI (Purn) Soekotjo Tjokroatmodjo ACARA Mendengarkan Keterangan Pemerintah, DPR, dan Saksi/Ahli dari Pemohon dan Pemerintah (III) Selasa, 22 November 2011, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Moh. Mahfud MD (Ketua) 2) Achmad Sodiki (Anggota) 3) Harjono (Anggota) 4) Maria Farida Indrati (Anggota) 5) Muhammad Alim (Anggota) 6) M. Akil Mochtar (Anggota) 7) Ahmad Fadlil Sumadi (Anggota) 8) Anwar Usman (Anggota) 9) Hamdan Zoelva (Anggota) Yunita Rhamadani Panitera Pengganti 1

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1) Soekotjo Tjokroatmodjo B. Saksi dari Pemohon: 1) Sayidiman Suryohadiprojo 2) Nasrun Sahrun 3) Purbo Subianto Suwondo C. Pemerintah: 1) Heni Susila Wardaya (Kementerian Hukum dan HAM) 2) Hartati Solehan (Kementerian Sosial) 3) Bambang Soetaryo (Sekretariat Militer) 4) Nurhazizah (Kementerian Pertahanan) 5) Bakti Nusantoro (Kepala Pusat Kajian Hukum) 6) Rusli Wahid (Kementerian Sosial) 7) Bambang Suwarto (Kementerian Pertahanan) 2

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: MOH. MAHFUD MD Sidang Mahamah Konstitusi untuk mendengar keterangan Pemerintah dan mendengarkan keterangan dari Saksi atau Ahli yang diajukan oleh Pemohon maupun Pemerintah, dalam Perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 61 /PUU-IX/2011, dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Pemohon, silakan perkenalkan diri dulu. Silakan Pak, Perkenalkan diri dulu, Bapak sebagai Pemohon. 2. PEMOHON: SOEKOTJO TJOKROATMODJO Saya Pemohon, nama saya Soekotjo Tjokroatmodjo, Mayor Jenderal TNI Purnawirawan. 3. KETUA: MOH. MAHFUD MD Pemerintah? 4. PEMERINTAH: HENI SUSILA WARDAYA Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr.wb. Sesuai dengan Surat Kuasa Khusus Presiden yang menunjuk kepada 3 kementerian. Kementerian Pertahanan, Kementerian Hukum dan HAM, dan Kementerian Sosial, bersama ini kami perkenalkan satu per satu yang hadir, Yang Mulia. Yang pertama, saya sendiri, Heni Susila Wardaya dari Kementerian Hukum dan HAM. kemudian berikutnya, Ibu Hartati Solehan Direktur Pahlawan Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial, Kementerian Sosial, kemudian Brigjen TNI Marinir Bambang Soetaryo, Kepala Biro Gelar Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan Sekretariat Militer, Kemudian Brigjen TNI Nurhazizah, Kepala Biro Kementerian Pertahanan, kemudian, Bapak Bakti Nusantoro, Kepala Pusat Kajian Hukum, dan berikutnya, Bapak Rusli Wahid, Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Sosial, berikutnya, Laksamana Muda TNI Bambang Suwarto, beliau adalah Dirjen Kekuatan Pertahanan Kementerian Pertahanan dan sekaligus akan membacakan opening statement Pemerintah. Di belakang, tim dari Kementerian Pertahanan, Kementerian Hukum dan HAM, dan Kementerian Sosial serta Sekretariat Militer. Demikian, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb. 3

5 5. KETUA: MOH. MAHFUD MD Baik. Dari pemerintah juga mengajukan saksi? Belum ya, hari ini ya? Baik. Ini pe... dari Pemohon mengajukan Saksi. Satu, Prof. Sayidiman Suryo... eh... Bapak Sayidiman Suryohadiprojo. Kemudian yang kedua, Nasrun Sahrun. Kemudian yang ketiga, Purbo Subianto Suwondo yang kesemuanya purnawirawan TNI kecuali Pak Nasrun Sahrun. Baik. Untuk itu, sebelum mendengar opening statement dari pemerintah, dimohon kepada Bapak Letjen Purnawirawan Sayidiman Suryohadiprojo untuk maju mengambil sumpah, kemudian Bapak Nasrun juga dimohon maju untuk mengambil sumpah, kemudian Bapak Purbo Sugiarto untuk mengambil sumpah. Kami cek dulu agama Bapak Sayidiman, Islam. Kemudian Bapak Nasrun, Islam, kemudian Bapak Purbo Sugiarto, Islam. Baik, akan disumpah dalam agama Islam oleh Pak Fadlil. 6. HAKIM ANGGOTA: AHMAD FADLIL SUMADI Bapak dimohon untuk mengikuti kata sumpahnya sebagai Saksi, ya. Dimulai, Bapak. Bismillaahirrahmaanirrahiim. Demi Allah saya bersumpah, sebagai Saksi, akan memberikan keterangan yang sebenarnya, tidak lain dari yang sebenarnya. Cukup Bapak. Silakan kembali ke tempat. 7. SAKSI MENGUCAPKAN LAFAL SUMPAH Bismillaahirrahmaanirrahiim. Demi Allah saya bersumpah, sebagai Saksi, akan memberikan keterangan yang sebenarnya, tidak lain dari yang sebenarnya. 8. KETUA: MOH. MAHFUD MD Kembali ke tempat dulu, Bapak. Untuk duduk, silakan. Baik kepada Pemerintah, silakan untuk membacakan opening statement sebagai keterangan atas permohonan pengujian yang sudah disidangkan 2 kali di dalam sidang Panel dan naskahnya sudah disampaikan kepada Bapak beberapa waktu yang lalu Silakan. 9. PEMERINTAH: BAMBANG SUWARTO Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. Sehubungan dengan Permohonan Pengujian Konstitusional review Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dimohonkan oleh Letnan Jenderal Purnawirawan Rais Abin selaku Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat 4

6 Legiun Veteran RI dan Mayor Jenderan Purnawirawan Soekotjo Tjokroatmodjo selaku Wakil Ketua Umum III Dewan Pimpinan Pusat Legiun RI untuk selanjutnya disebut sebagai para Pemohon sesuai dengan register di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Nomor 61/PUU- IX/2011 tanggal 14 September 2011 dengan perbaikan permohonan tanggal 14 Oktober Selanjutnya, perkenankanlah Pemerintah menyampaikan penjelasan singkat atau opening statement sebagai berikut. Pokok permohonan para Pemohon. a. Menurut para Pemohon ketentuan dalam Pasal 4 ayat (1) Undang- Undang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan yang tidak mencantumkan gelar kehormatan veteran Republik Indonesia telah menghilangkan pengakuan, jaminan dan kepastian hukum yang adil atas hak konstitusional para Pemohon, sehingga bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) dan Pasal 28I ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun b. Bahwa ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Gelar Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan telah tidak mengakui tidak memberikan jaminan dan kepastian yang adil atas kedudukan Bintang Gerilya yang mengakibatkan hak konstitusional para Pemohon yang dilindungi Pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah dilanggar. c. Bahwa menurut para Pemohon ketentuan dalam Pasal 33 ayat (6) Undang-Undang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan yang tidak memberikan hak bagi penerima Bintang Gerilya untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama telah bersifat diskriminatif dan mengecilkan penghargaan yang diberikan negara, dan hal ini telah menghilangkan pengakuan, jaminan, dan kepastian hukum yang adil atas hak konstitusional para Pemohon, sehingga bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) dan Pasal 28I ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun d. Bahwa ketentuan Pasal 43 ayat (7) Undang-Undang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan yang mencabut dan menyatakan tidak berlaku Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1959 tentang Bintang Gerilya merupakan pengaburan bagi sejarah perjuangan Bangsa Indonesia dan telah bersifat diskriminatif, sehingga bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) dan Pasal 28I ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun e. Singkatnya, menurut para Pemohon, ketentuan Pasal 4 ayat (1), Pasal 7 ayat (1), Pasal 33 ayat (6), dan Pasal 43 ayat (7) Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan telah bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1), dan Pasal 28I ayat (2), dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Tentang kedudukan hukum atau legal standing para Pemohon. Uraian tentang kedudukan hukum atau legal standing dari para Pemohon akan dijelaskan secara lebih rinci dalam keterangan 5

7 Pemerintah secara lengkap yang akan disampaikan pada persidangan berikutnya atau melalui Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. Selanjutnya Pemerintah melalui Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi memohon kiranya para Pemohon dapat membuktikan terlebih dahulu apakah benar sebagai para pihak yang menganggap hak konstitusionalnya dirugikan atas berlakunya ketentuan Pasal 4 ayat (1), Pasal 7 ayat (1), Pasal 33 ayat (6), dan Pasal 43 ayat (7) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Menurut Pemerintah, para Pemohon dalam permohonannya mengatasnamakan Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) selaku Ketua dan Wakil Ketua dan bukan sebagai warga negara pemegang Bintang Gerilya yang hak konstitusionalnya dirugikan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Namun demikian, Pemerintah menyerahkan sepenuhnya kepada Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Konstitusi untuk mempertimbangkan dan menilainya, apakah para Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) atau tidak, sebagaimana yang ditentukan oleh Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, maupun berdasarkan putusan-putusan Mahkamah Konstitusi terdahulu vide Putusan Nomor 006/PUU-III/2005 dan Putusan Nomor 11/PUU-V/2007. Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. Lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan menurut Pemerintah tidaklah menghilangkan hak-hak dari para Pemohon untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional. Karena pada kenyataannya, sangat ini penerima Bintang Gerikya dan Bintang Sakti masih dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata. Karena Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata belum dijadikan sebagai taman makam pahlawan nasional utama atau dengan kata lain, sampai saat ini belum ada taman makam pahlawan nasional utama yang berada di ibu kota negara. Menurut Pemerintah, ketentuan Pasal 4 ayat (1), Pasal 7 ayat (1), Pasal 33 ayat (6), dan Pasal 43 ayat (7) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 yang dimohonkan untuk diuji, tidak bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1), Pasal 28I ayat (2), ayat (3) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan penjelasan sebagai berikut. 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan yang menyatakan, "Gelar berupa Pahlawan Nasional, selanjutnya dalam penjelasan Pasal 4 ayat (1) yang dimaksud dengan Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan oleh negara yang mencakup semua jenis gelar yang pernah diberikan sebelumnya, yaitu Pahlawan Perintis Kemerdekaan, Pahlawan Kemerdekaan Nasional, Pahlawan Proklamator, Pahlawan Kebangkitan Nasional, Pahlawan Revolusi, dan Pahlawan Ampera." Dalam ketentuan ini, tidak termasuk gelar 6

8 kehormatan Veteran Republik Indonesia. Dalam ketentuan ini, Bintang Gerilya tidak termasuk dalam kategori pahlawan, sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Pasal 4 ayat (1) Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Karena menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1964 tentang penggantian peraturan tentang Bintang Gerilya sebagai termaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1949 menjadi undang-undang menyatakan, "Kepada setiap warga Negara Indonesia yang berjuang dan berbakti kepada tanah air dan bangsa selama Agresi Belanda I dan ke-ii dengan menunjukkan keberanian, kebijaksanaan, dan kesetiaan yang luar biasa dengan tidak mengingat golongan, pangkat, jabatan, dan kedudukan, diberikan anugerah tanda jasa bintang kehormatan bernama Bintang Gerilya." Walaupun dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1964 di dalam Bintang Gerilya dilukiskan adanya tulisan Pahlawan Gerilya. Karena pada saat itu untuk bisa menjadi pahlawan harus mengikuti persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan dalam Undang- Undang Nomor 3 PRPS Tahun 1964 tentang Penetapan Penghargaan dan Pembinaan terhadap pahlawan yang telah dicabut oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Pada saat penyusunan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, diakui adanya tanda jasa bintang kehormatan yang bernama Bintang Gerilya. Namun, berdasarkan hasil kajian dari Tim Pembentuk Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan tidak terdapat adanya Pahlawan Gerilya, sehingga tidak dimasukkan dalam penjelasan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan sebagai salah satu kategori pahlawan yang masih diakui keberadaannya dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Berdasarkan penjelasan di atas, Pemerintah berpendapat bahwa ketentuan Pasal 4 ayat (1) beserta penjelasannya tidaklah melanggar Pasal 28D ayat (1) dan Pasal 28I ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan yang berbunyi, "Tanda kehormatan bintang, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a terdiri atas Bintang Sipil dan Bintang Militer." Dalam ketentuan Pasal 7 ayat (1) tersebut di atas tidaklah mengaburkan sejarah berdirinya Negara Indonesia dan menghapuskan status para penerima Bintang Gerilya. Hal tersebut hanyalah semata-mata penggolongan bintang bagi warga sipil ataupun anggota militer. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009, tanda kehormatan bintang digolongkan atas sipil dan militer sesuai dengan kondisi atau kenyataan yang ada. Pembentuk Undang-Undang 7

9 mengategorikan Bintang Gerilya masuk dalam Bintang Militer karena diasumsikan dalam melakukan perang gerilya menggunakan sistem dan taktik militer. Sehingga menurut Pemerintah, tidak ada kerugian konstitusional para Pemohon dengan adanya ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan karena hak konstitusional para Pemohon sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 28B ayat (2) dan Pasal 28I ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tetap diakui dan dilindungi, serta tidak dilanggar oleh Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. 3. Pasal 33 ayat (6) Undang Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan berbunyi, "Hak pemakaman di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama hanya untuk penerima gelar tanda kehormatan Bintang Republik Indonesia dan Bintang Mahaputra. Bahwa ketentuan tersebut di atas, tidaklah bersifat diskriminatif karena bobot derajat atau tingkat bintang sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 9 Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, derajat atau tingkat bintang, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a adalah sebagai berikut. a. Bintang Republik Indonesia Adi Purna. b. Bintang Republik Indonesia Adi Pradana. c. Bintang Republik Indonesia Utama. d. Bintang Republik Indonesia Pratama. e. Bintang Republik Indonesia Narareya. f. Bintang Mahaputra Adi Purna. g. Bintang Mahaputra Adi Pradana. h. Bintang Mahaputera Utama. i. Bintang Mahaputra Pratama. j. Bintang Mahaputera Narareya. k. Bintang Jasa Utama, Bintang Kemanusiaan, Bintang Penegak Demokrasi Utama, Bintang Budaya Paramadharma, Bintang Gerilya, Bintang Sakti, dan Bintang Dharma. l. Bintang Jasa Pratama dan Bintang Penegak Demokrasi Pratama. m. Bintang Jasa Narareya dan Bintang Penegak Demokrasi Narareya. n. Bintang Yudha Dharma Utama. o. Bintang Bhayangkara Utama, Bintang Kartika Eka Paksi Utama, Bintang Jalasena Utama, dan Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama. p. Bintang Yudha Dharma Pratama. q. Bintang Bayangkara Pratama, Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, Bintang Jalasena Pratama, dan Bintang Swa Bhuwana Paksa Pratama. r. Bintang Yudha Dharma Nanareya. 8

10 s. Bintang Bhayangkara Narareya, Bintang Kartika Eka Paksi Narareya,Bintang Jalasena Narareya dan Bintang Swa Bhuwana Paksa Narareya. Dengan derajat atau tingkat bintang sebagaimana tersebut di atas, maka sangatlah beralasan dan wajar apabila pemakaman di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama (TMPN Utama) hanya diperuntukkan bagi penerima Bintang Republik Indonesia dan Bintang Mahaputra dengan pertimbangan bahwa Bintang Republik Indonesia dan Bintang Mahaputra merupakan dua bintang dengan derajat tertinggi yang para penerimanya pastilah berjasa luar biasa besar bagi bangsa dan negara. Pembentuk Undang-Undang beranggapan karena penerima Bintang Gerilya tersebar di seluruh wilayah Indonesia, maka pemakaman terhadap pemegang bintang tersebut tidak harus di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama yang berlokasi di ibu kota negara. Akan tetapi dapat dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional di daerah sesuai dengan domisili atau tempat tinggal pemegang Bintang Gerilya. 4. Terhadap anggapan bahwa ketentuan Pasal 43 ayat (7) Undang- Undang a quo harus dicabut karena pemberian Bintang Gerilya meskipun sifatnya eenmalig adalah dokumen sejarah yang harus dilestarikan sebagai kelengkapan nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia, maka Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1959 yang berkaitan dengan Bintang Gerilya tidak perlu dicabut oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Penghar... dan Tanda Kehormatan, Pemerintah dapat memberikan penjelasan sebagai berikut. Bahwa sebelum berlakunya Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, pemberian gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan dinaungi oleh beberapa undang-undang yang tersebar, antara lain untuk pemberian gelar pahlawan, mengacu pada Undang-Undang Nomor 33 PRPS Tahun 1964 tentang Penetapan Penghargaan dan Pembinaan Terhadap Pahlawan dan tentang Pemberian Bintang Gerilya yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1998 tentang Penggantian Peraturan tentang Bintang Gerilya sebagai termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1949 sebagai undang-undang. Sedangkan pemberian gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan berlandaskan pada pertimbangan dalam Pasal 1 ayat (1) dan (2), Pasal 8 ayat (1) dan (2), dan Pasal 10 ayat (3) Undang-Undang DR... saya ulangi, Undang-Undang DRT Nomor 4 Tahun 1959 tentang Ketentuan Umum Mengenai Tanda-Tanda Kehormatan. Dalam praktiknya, pemberian gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan tersebut sering tumpang tindih sebab pengertian dan ruang lingkup tentang tanda jasa, gelar, dan lain-lain tanda kehormatan tidak sama. Lebih lanjut dalam praktiknya pemberian gelar, tanda jasa, 9

11 dan tanda kehormatan diberikan berdasarkan kehendak politik atau political will dan sandaran peraturan perundang-undangan yang berbeda-beda. Karenanya dengan adanya keinginan membuat undang-undang yang baru mengenai gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan, maka dipandang perlu adanya pemahaman baru yang secara tepat dapat mengatur ruang lingkup gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan yang berhak diberikan oleh Presiden. Untuk kebutuhan di masa mendatang, maka sudah selayaknya dibentuk Undang-Undang baru tentang pemberian Gelar, Tanda Jasa, dan lain-lain Tanda Kehormatan untuk menggantikan Undang- Undang DRT Nomor 4 Tahun 1959, dan Undang-Undang Nomor 33 PRPS Tahun 1964, maupun Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1959 tentang Penetapan Darurat Nomor 7 Tahun 1958 tentang Penggantian Pengaturan tentang Bintang gerilya sebagai termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1949 sebagai undangundang, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Pemberian gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan diharapkan mampu memperbaiki mekanisme pemberian gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan secara efektif, efisien, transparan, dan objektif. Di samping itu, undang-undang ini juga diharapkan menjadi payung hukum bagi peraturan perundang-undangan yang sudah ada sebelumnya, sekaligus menjadi kodifikasi atau unifikasi utama dalam hal pemberian gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan. Selain itu, dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1964 dijelaskan bahwa kepada setiap warga Negara Indonesia yang berjuang dan berbakti kepada tanah air dan bangsa selama Agresi Belanda ke-i dan ke-ii dengan menunjukkan keberanian, kebijaksanaan,, dan kesetiaan yang luar biasa dengan tidak mengingat golongan, pangkat, jabatan, dan kedudukan diberikan anugerah tanda jasa Bintang kehormatan bernama Bintang Gerilya. Dalam pasal tersebut, dinyatakan bahwa Bintang Gerilya diberikan kepada warga negara yang berjuang pada masa Agresi Militer Belanda ke-i dan ke-ii, sehingga pembentuk undang-undang beranggapan tidak akan ada lagi penerima Bintang Gerilya di masa yang akan datang. Berdasarkan hal tersebut di atas, dengan dicabutnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1958 tentang Penggantian Peraturan tentang Bintang Gerilya sebagai termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1949, atau dalam Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 154 sebagai undang-undang (memori penjelasan dalam tambahan Lembaran Negara Nomor 1.807), sebagaimana diberlakukan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1964 dalam Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 1 tentang Perubahan dan Tambahan Undang- Undang Nomor 21 Tahun 1959 dalam Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 65 tentang Penetapan menjadi Undang-Undang. 10

12 Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1958 dalam Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 154 tentang Penggantian Peraturan tentang Bintang Gerilya sebagai termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1949 menjadi undang-undang, Penjelasan dalam tambahan Lembaran Negara Nomor Pemerintah berpandangan, tetap adanya pengakuan, kepastian hukum yang adil, dan perlakuan yang sama di hadapan hukum, tanpa adanya diskriminasi, serta tidak adanya pengapuran sejarah perjuangan Bangsa Indonesia, sebagaimana diamanatkan di dalam Pasal 28D ayat (1), Pasal 28I ayat (2), dan Pasal 28I ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dikarenakan berdasarkan Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan dinyatakan bahwa setiap gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan yang telah diberikan sebelum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan tetap berlaku. Dengan kata lain, Bintang Gerilya tetap diakui keberadaannya dan tidak dihapuskan. Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, Berdasarkan penjelasan di atas, Pemerintah memohon kepada Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi yang memeriksa, memutus, dan mengadili Permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat memberikan putusan sebagai berikut. 1. Menolak permohonan pengujian para Pemohon seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan permohonan pengujian para Pemohon tidak dapat diterima. 2. Menerima keterangan Pemerintah secara keseluruhan. 3. Menyatakan ketentuan Pasal 4 ayat (1), Pasal 7 ayat (1), Pasal 33 ayat (6), dan Pasal 43 ayat (7) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, tidak bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1), dan Pasal 28I ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Atas perhatian Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, kami ucapkan terima kasih. Jakarta, 22 November Kuasa Hukum Presiden Republik Indonesia. Menteri Hukum dan HAM, tertanda Menteri Pertahanan, dan Menteri Sosial. Sekian, terima kasih. 10. KETUA: MOH. MAHFUD MD Baik, demikian keterangan dari Pemerintah dalam bentuk opening statement dan berikutnya kita akan dengarkan keterangan dari saksi-saksi. Kita akan dengarkan keterangan dari saksi yaitu Letnan Jenderal Purnawirawan Purbo Suwondo, Letnan Jenderal Purnawirawan Sayidiman Suryohadiprojo, dan Mayor Jenderal 11

13 Purnawirawan Nasrun Syahrun, S.H. Untuk itu, dimohon Bapak Letjen Purnawirayan Purbosuwondo di tempat duduk saja, Bapak. Silakan Pemohon, Pak... Ini... untuk Pak Soekotjo. Beliau ini diminta menerangkan apa kepada kita? Silakan dipandu, Bapak. Silakan langsung saja ya. Mau langsung atau mau dipandu dengan pertanyaan oleh Bapak? Silakan. 11. PEMOHON: SOEKOTJO TJOKROATMODJO Pak Purbo, saya minta memberikan penjelasan soal status Bintang Gerilya dan apa yang berhubungan dengan pemakaman warga pemegang Bintang Gerilya, silakan. 12. SAKSI DARI PEMOHON: PURBO SUGIARTO SUWONDO Yang Mulia Bapak Ketua Mahkamah Konstitusi dengan segenap Staf, para Pejabat Pemerintah, dan DPR yang kami hormati, segenap hadirin yang saya muliakan. Assalamualaikum w. wb. Kami ditunjuk oleh Pemohon untuk menjadi Saksi di sidang yang terhormat ini. Karena usia sudah lewat 80 tahun, kemungkinan besar para pengambil keputusan yang hadir sekarang ini tergolong generasi penerus dari generasi 1928 dan generasi 1945 dan belum mengenal diri saya pribadi. Nama saya adalah Purbo Sugiarto Suwondo, dan tercatat sebagai pelaku Pejuang Kemerdekaan yang dianugerahi Bintang Gerilya pada Tahun 1956, maka sesuai dengan tanggung jawab sebagai Saksi, kami mohon diperkenankan mengajukan pendapat kesaksian sebagai berikut. Ada dalam 3 pokok persoalan. 1. Kami telah mendengar penjelasan dari Pemerintah dan kami mohon penjelasan latar belakang filsafat, filosofi schronslagen dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 dengan sudut pandang kepejuangan kemerdekaan, etika, nilai-nilai budaya, moril, dan moral Bangsa Indonesia, kesetiakawanan sosial, HAM, sehingga Taman Makam Pahlawan Kalibata tertutup bagi pemakaman jenazah sisa-sisa Pejuang Kemerdekaan 1945 yang telah dianugerahi Bintang Gerilya dan diakui sebagai Pahlawan Gerilya pada waktu itu. Menurut undang-undang pada waktu itu, untuk bergabung dengan teman-teman seperjuangannya yang telah dimakamkan terlebih dahulu di TMP Kalibata 64 tahun kemudian pada tahun 2009 karena ada perubahan tafsiran bobot. 2. Keputusan tersebut mengundang banyak pertanyaan kami yang masih diberi berkah umur lebih panjang, dan pasti juga dari mereka penghuni TMP Kalibata yang sekarang apabila mereka masih hidup dan dapat berbicara. Apakah kesalahan kami sehingga ditolak untuk dimakamkan di TMP Kalibata? Bila kami yang meninggal sesudah 2006 akan dianggap melanggar undang-undang bila dimakamkan di TMP Kalibata, apakah hak posisi juga dianggap bagi mereka yang sekarang sudah berada di Taman Makam Pahlawan 12

14 Kalibata itu akan melanggar hukum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1920? Apakah karena mereka melanggar hukum Undang- Undang Nomor 20 akan dikeluarkan dari Taman Makam Pahlawan Kalibata untuk memberikan tempat kepada yang lebih berhak sesuai dengan bobotnya? 3. Perlu dicatat sekali lagi dan diingatkan kami kembali tentang Bintang Gerilya dikaitkan dengan Proklamasi Republik Indonesia 17 Agustus 1945 hanya sekali dilakukan proklamasi itu. Jelas tidak akan ada lagi Proklamasi Kemerdekaan Baru dan tidak akan ada Pejuang Kemerdekaan hanya terjadi Bintang Gerilya hanya diberikan eenmalig kepada yang berhak diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai tanda penghargaan, pengabdian mereka berupa bintang yang pertama dan dengan ukiran Pahlawan Gerilya. Apa pun kemudian bobot pahlawan itu yang ditafsirkan dengan nilai-nilai keperjuangan yang baru. Bintang Gerilya telah diberikan kepada orang sipil dan militer. Dalam hal ini apakah Bintang Gerilya kepada orang-orang sipil yang telah diberikan karena itu merupakan suatu perang rakyat semesta yang telah dilakukan harus dicabut dan dikembalikan kepada Pemerintah, atau bagaimana tindakannya?. Bila kami yang meninggal sesudah tahun 2006 akan dianggap melanggar Undang-Undang Nomor 20 itu bila dimakamkan di TMP Kalibata, apakah hak posisi juga dianggap yang sama bagi mereka yang sudah terlanjur sebelum tahun 2006 dimakamkan di sana dianggap melanggar hukum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1920?. Demikianlah secara singkat ingin kami sampaikan isi hati, pertanyaan-pertanyaan yang timbul kemudian daripada seorang Pejuang Kemerdekaan dan saya rasa pasti apa... akan sama semuasemua teman persejuangan yang pernah melakukan hal ini dan terutama mereka yang mendapat anugerah juga untuk mendapatkan Bintang Gerilya atas pengabdian mereka. Sekian, terima kasih. Atas perhatian Bapak-Bapak segenap sidang, dan wassalamualaikum wr. wb. 13. KETUA: MOH. MAHFUD MD Baik, itu berupa keterangan yang didahului dengan pertanyaan harap dicatat, nanti dijawab karena kami juga ingin tahu jawabnya tentang filosofi yang ditanyakan tadi. Berikutnya silakan, Bapak Letjen. Purnawirawan Sai... Sayidiman Suryohadiprojo. 14. SAKSI DARI PEMOHON: SAYIDIMAN SURYOHADIPROJO Bismillahirrahmaanirrahiim. Assalamualaikum wr. wb. Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, saya bernama Sayidiman Suryohadiprojo, berpangkat letnan jenderal purnawirawan, Pemegang bintang gerilya atas dasar perjuangan saya dalam gerilya yang telah dilakukan oleh Pasukan Siliwangi di Jawa Barat, telah 13

15 ditetapkan oleh Pemohon untuk menjadi seorang saksi dalam sidang ini. Sebelum saya menyatakan kesaksian saya, terlebih dahulu saya harapkan, saya mohon agar supaya di dalam mempertimbangkan dan melihat masalah ini diutamakan rasa keadilan yang menjadi dasar terwujudnya kebangsaan Indonesia, terwujudnya kemerdekaan Indonesia, terwujudnya Pancasila dan Negara Republik Indonesia. Memang pada hari ini, sering kali rasa keadilan ini banyak terganggu, banyak tersentuh. Oleh sebab itu, saya mohon dengan sangat agar supaya segala pertimbangan didasarkan pada rasa keadilan ini. Yang terhormat Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. Pertama, ingin saya sebagai saksi menyatakan bahwa tidak ada negara kesatuan Republik Indonesia tanpa perjuangan gerilya TNI bersama rakyat. Mari kita menengok dalam sejarah bagaimana pihak Belanda didesak oleh pihak Amerika Serikat untuk bersedia mengadakan Konferensi Meja Bundar di Den Hag, negeri Belanda pada tahun 1949 karena Amerika Serikat melihat betapa pihak Belanda terus terpojokkan, terus tersudut, dan Belanda sebagai sekutu Amerika Serikat di dalam perang dingin tidak dalam posisi untuk melihat Belanda itu kalah secara militer di dalam perjuangan itu. Ini semua adalah hasil dan akibat dari perjuangan gerilya TNI bersama rakyat, khususnya di Pulau Jawa dan Sumatera. Kita semua ingat, dengar, tentang serangan 1 Maret ke Yogya yang menghidupkan seluruh dunia untuk menerima bahwa Republik... bahwa bangsa Indonesia masih ada, bahwa Republik Indonesia masih ada, dan perjuangan terus berjalan. Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. Memang di dalam Konferensi Meja Bundar yang dihasilkan adalah suatu negara Republik Indonesia Serikat. Akan tetapi, dalam bulanbulan kemudian, dalam tahun 1950, adalah juga berkat perjuangan mereka yang melakukan perjuangan gerilya yaitu TNI bersama rakyat, sehingga dapat terwujud para wakil-wakil dalam parlemen-parlemen negara bagian Republik Indonesia Serikat setuju untuk semua bergabung pada Republik Indonesia. Sehingga pada bulan Agustus 1950 sudah tidak ada lagi Republik Indonesia Serikat, melainkan tegaklah Republik Indonesia sebagai negara kesatuan. Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. Ini berarti bahwa segala ketentuan, segala peraturan, segala kegiatan yang kemudian terwujud di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk pemberian bintang-bintang mahaputra, bintang Indonesia, dan sebagainya, itu adalah hasil dan akibat ter... bentuk terwujudnya tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tanpa ada Negara Kesatuan Republik Indonesia, tidak ada semua bintangbintang itu. Maka karena itu, perlulah kita senan... semua menyadari dan mengakui bahwa perjuangan para TNI dan rakyat di dalam gerilya itu merupakan sebab, ya kalau tidak utama, sebab yang amat penting di dalam tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh sebab itu, sebagai seorang warga negara Republik Indonesia saya tidak bisa mengerti bagaimana Pemerintah tadi menyatakan bahwa klasi... 14

16 kategorisasi dari Bintang Gerilya, itu jauh di bawah Bintang Republik Indonesia, Bintang Mahaputra, dan bintang lainnya. Sangat tidak masuk akal. Oleh kaerena tidak mungkin ada Bintang Republik Indonesia, Bintang Maha Putra, dan bintang lainnya andai kata tidak ada perjuangan gerilya TNI bersama rakyat yang menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh sebab itu, Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, hendaknya inilah perlu dipertimbangkan secara matang. Hal yang kedua adalah pernyataan Pemerintah bahwa Bintang Gerilya adalah bintang militer. Bagaimana kawan-kawan saya seperjuangan banyak pula yang jadi korban, desanya dibakar oleh Belanda, rakyatnya dibunuh, ditembak, bagaimana buat kami pejuang kemerdekaan harus menyatakan, harus mendengar, harus menyampaikan pada turunannya bahwa dia sebagai seorang sipil tidak punya hak atas Bintang Gerilya, tidak masuk akal. Jadi oleh karena itu, memang bintang gerilya adalah bintang yang diberikan untuk segala kegiatan perjuangan TNI bersama rakyat yang diberikan secara ikhlas dengan segala pengorbanannya. Berhubung dengan itu, Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, adalah sangat menyentuh rasa keadilan saya dan banyak kawan-kawan, buk... sekalipun bukan pemegang Bintang Gerilya, ketika membaca terbitnya Undang-Undang Nomor 20 yang kemudian tidak memungkinkan pemegang Bintang Gerilya dimakamkan di Kalibata, padahal Kalibata sejak semula adalah makam yang kita bangun untuk kawan-kawan yang gugur di dalam perjuangan, sekarang tidak boleh lagi. Kalau tadi dikatakan bahwa sampai sekarang masih ada dimakamkan di Kalibata, itu bukan karena undang-undang, itu karena kebijaksanaan Panglima Kodam Jaya yang tidak sampai hati sekarang sudang menutup. Jadi oleh karena itu, perlulah hal ini dipertimbangkan secara matang bahwa undang-undang yang nanti sah itu benar-benar menghasilkan, mewujudkan rasa keadilan. Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, hanya itulah yang ingin saya sampaikan sebagai saksi. Oleh karena selama ada larangan ini, maka selama itu rasa keadilan yang a... suatu faktor yang amat penting di dalam kehidupan bangsa Indonesia, di dalam Pancasila sebagai dasar negara kita, di dalam kehidupan Negara Kesatuan Republik Indonesia, rasa keadilan itu adalah suatu faktor yang sangat menentukan. Sekian, terima kasih. Wassalamualaikum wr. wb. 15. KETUA: MOH. MAHFUD MD Baik. Terima kasih, Bapak Letnan Jenderal Sayidiman Suryohadiprojo yang telah memberikan keterangannya sebagai saksi pelaku sejarah di dalam masalah ini, masalah yang diperkarakan ini. Berikutnya, Profesor... Bapak Mayjen. TNI Purnawirawan Nasrun Syahrun, S.H. Silakan, Pak. 15

17 16. SAKSI DARI PEMOHON: NASRUN SYAHRUN Assalamualaikum wr. wb. Yang Mulia Bapak Ketua Mahkamah Konstitusi beserta anggota-anggota Majelis lainnya, yang terhormat wakil pemerintah, serta hadirin yang lainnya semuanya. Saya ditunjuk sebagai saksi karena juga pelaku dari sejarah perjuangan kemerdekaan. Saya adalah seorang Perwira TNI yang dulu bertugas di Sumatera Barat dan Riau, berperang dalam perang gerilya di daerah itu. Jadi saya mengetahui, menghayati benar-benar pentingnya perang gerilya itu. Walaupun di daerah waktu itu sudah diduduki Belanda hampir semua kota, tetapi daerah itu tidak terlepas dari negara Republik Indonesia. Hasil-hasil yang pengalaman saya di daerah bahwa perang gerilya itu: Pertama, mendukung dan mengamankan rombongan pejabat sementara Presiden Republik Indonesia Mr. Syafruddin Prawiranegara yang menyelenggarakan pemerintahan Republik Indonesia selama kemerdekaan... Perang kemerdekaan tahap terakhir. Kedua, menggagalkan usaha Belanda membentuk negara Minangkabau. Tiga, melindungi Sultan Siak Sri Indrapura dari pengaruh dan bujukan pihak Belanda, sehingga tetap pro Republik Indonesia. Keempat, menggagalkan usaha Belanda membentuk negara Riau seperti yang terjadi di wilayah lainnya. Saya ingin mengemukakan pentingnya sejarah dan fakta-fakta yang berperan dalam menentukan kedudukan Bintang Gerilya. Memang para penjajah Belanda sejak abad ke-16 memanfaatkan kebijaksanaan adu domba terhadap para raja dan pemimpin masyarakat di kepulauan Asia Tenggara, sehingga berhasil menguasai kerajaan-kerajaan dan masyarakat sebagian besar dari pulau-pulau di wilayah yang kemudian diberi nama Hindia Belanda. Penjajahan menyebabkan kemiskinan dan kesengsaraan bagi masyarakat, serta menangkat... meningkatkan rasa kebencian dan perlawanan terhadap penjajah. Tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai golongan dan aliran merasa perlu penjajahan dihapus. Untuk itu perlu dibentuk persatuan dan disusun kekuatan yang mampu melawan penjajah, mulailah pula dikembangkan gagasan kemerdekaan dan sebutan nama Indonesia bagi negara yang dicita-citakan. Pendudukan Hindia Belanda oleh pasukan Jepang semula diperkirakan akan membuka jalan menuju kemerdekaan Indonesia, ternyata menutup kemungkinan tersebut. Jepang menggunakan kekayaan bumi dan masyarakat untuk membantu perang Jepang melawan Sekutu. Walaupun begitu, tokoh-tokoh masyarakat masih dapat memanfaatkan usaha perang Jepang untuk kepentingan pencapaian kemerdekaan dengan menyetujui Jepang membentuk kesatuan-kesatuan tempur dari pemuda-pemuda pribumi. Ternyata pemuda-pemuda itu akhirnya menjadi gerilyawan Indonesia selama perang kemerdekaan Indonesia. Setelah Jepang menyerah kalah kepada Sekutu, Belanda dengan bantuan pasukan Sekutu berusaha menguasai Indonesia kembali. Tokoh-tokoh Indonesia menghimbau 16

18 seluruh anggota masyarakat tua dan muda untuk menentang kembalinya bekas penjajah. Pada tanggal 17 Agustus 1945, dua tokoh termuka Soekarno dan Moh. Hatta memproklamirkan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya segera dibentuk Pemerintah Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat, tentara, dan polisi. Para anggota masyarakat dengan dipelopori bekas PETA, (suara tidak terdengar jelas), dan HEIHO terjun menyusun kesatuan-kesatuan beserta tentara dan laskar. Maka mulailah perang kemerdekaan Republik Indonesia. Oleh karena... Ini kenyataan, Belanda dibantu tentara Sekutu, sedangkan persenjataan tentara Indonesia terbatas, Belanda berhasil menduduki sebagian besar kota-kota di seluruh Indonesia, namun pemerintah dan tentara Indonesia tidak mau menyerah dan memilih melanjutkan perjuangan di bawah pimpinan Jenderal Sudirman dengan bergerilya sampai tercapainya pengakuan kemerdekaan oleh negaranegara dunia, termasuk oleh negara Belanda. Perang kemerdekaan Republik Indonesia tidak mungkin berhasil mencapai tujuannya tanpa adanya perjuangan gerilya. Setelah kemerdekaan, pemerintah Indonesia menetapkan tiga pahlawan, pahlawan perintis kemerdekaan, pahlawan proklamator, pahlawan gerilya, dengan disertai penganugerahan Bintang Gerilya bagi yang berhak. Selanjutnya, Pemerintah telah banyak mengeluarkan ke... Menyerahkan tanda-tanda penghargaan. Oleh karena itu, pemerintah merasa perlu diatur supaya lebih tertib maka dibuatlah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun Ternyata, kedudukan tanda penghargaan dari pejuang selama perang kemerdekaan tidak mendapat tempat sebagaimana mestinya. Karena kurangnya pengakuan dan penghayatan terhadap sejarah, semangat perjuangan, sikap pahlawan dan bobot perjuangan. Oleh karena itu, menurut beberapa pasal dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009, perlu diubah sebagai berikut. Pasal 2 gelar tanda jasa dan tanda kehormatan harus diberikan dengan mengutamakan asasasas. Tetapi pemerintah lupa menyebut asas sejarah. Mestinya, pertama sejarah, baru kebangsaan, kemanusiaan dan sebagainya. Pasal 4, harus mengutamakan pahlawan gerilya. Pasal 7 harus diubah menjadi bintang gerilya, bintang sipil, dan bintang militer. Bintang gerilya perlu diatur sendiri karena meliputi sipil dan militer. Jadi, kalau tadinya Pasal 7 hanya mengatur bintang sipil dan bintang militer, harus ditambah bintang gerilya, bintang sipil dan militer. Pasal 8, Pasal 9, Pasal 13, Pasal 28, Pasal 33, harus mengutamakan bintang gerilya. Pasal 10, bintang gerilya harus dihapus dari dalam pasal ini karena dalam Pasal 10 ini, semua presiden otomatis mendapat bintang gerilya. Juga kalau dalam Undang-Undang 20 itu ada bagan-bagan mengenai gambar tanda penghargaan. Saya sebagai saksi telah menyusun bagan yang baru, antara lain yang berubah adalah mengenai bintang. Bintang terdiri dari bintang gerilya, bintang sipil, dan bintang militer. 17

19 Demikian, hal-hal yang perlu saya sampaikan sebagai saksi. Atas perhatiannya, saya mengucapkan banyak terima kasih. Wassalamualaikum wr. wb. 17. KETUA: MOH. MAHFUD MD Baik, demikian keterangan dari saksi yang diajukan oleh Pemohon. Apakah Pemohon mau memperdalam lagi atau langsung kami serahkan ke Pemerintah untuk memberikan jawaban terhadap hal-hal yang kami juga mempertanyakan? 18. PEMOHON: SOEKOTJO TJOKROATMODJO Saya kira sudah cukup. 19. KETUA: MOH. MAHFUD MD Baik. Pemerintah, silakan. Tadi ada beberapa pertanyaan. Pertama, menyangkut filosofi. Lalu, ada definisi perang apa... gerilya, bintang gerilya. Padahal yang dikatakan gerilya itu berhenti di tahun 1949 atau sekitar itu. Mengapa setiap presiden lalu mendapat bintang gerilya padahal misalnya tidak setiap presiden itu ikut gerilya, gitu. Kan ada filosofinya. Silakan. 20. PEMERINTAH: HENI SUSILA WARDAYA Terima kasih, Yang Mulia. Pemerintah sangat mencermati apa yang disampaikan oleh Bapak-Bapak Ahli. Namun demikian, Pemerintah bersepakat bahwa jawaban akan disampaikan secara tertulis agar lebih komprehensif tampaknya karena apa yang disampaikan tadi sangat banyak demikian, sehingga berusaha untuk semaksimal mungkin dan setelahnya akan kami akan berkoordinasi untuk menyusun jawaban tersebut. Terima kasih, Yang Mulia. 21. KETUA: MOH. MAHFUD MD Baik, kalau begitu, sidang akan ditunda... Oh ya, silakan, Hakim Hamdan. 22. HAKIM ANGGOTA: HAMDAN ZOELVA Pada Pemerintah, saya minta di... Berapa jumlah pemegang bintang gerilya yang masih hidup sekarang ini? Tolong dikasih nanti datanya. Terima kasih. 18

20 23. KETUA: MOH. MAHFUD MD Ya. Pada sidang berikutnya, ya, Pemegang bintang gerilya yang sekarang masih hidup berdasar data yang ada. Dan sidang hari ini ditutup untuk dibuka kembali nanti pada hari Rabu, tanggal 14 Desember tahun 2011, pukul untuk mendengar jawaban dari pemerintah, mendengar keterangan saksi dan ahli yang diajukan oleh Pemerintah maupun mau diajukan tambahan oleh Pemohon. Dipersilakan kalau masih ada lagi yang mau diajukan ke dalam Majelis Hakim, ke dalam majelis persidangan ini. Untuk itu, sidang hari ini dinyatakan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 22 November 2011 Kepala Sub Bagian Pelayanan Risalah, t.t.d. Paiyo NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 19

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 61/PUU-IX/2011

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 61/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 61/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 61/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 61/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA 1 PUTUSAN Nomor 61/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 70/PUU-IX/2011

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 70/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 70/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 71/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 71/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 71/PUU-X/2012 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 61/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 61/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 61/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA DAN TANDA KEHORMATAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

I. PEMOHON Kasmono Hadi, S.H, sebagai Pemohon.

I. PEMOHON Kasmono Hadi, S.H, sebagai Pemohon. RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 37/PUU-XII/2014 Maksud Frasa Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan Bagi Pahlawan Nasional dan Veteran Republik Indonesia I. PEMOHON Kasmono Hadi, S.H, sebagai Pemohon.

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 56/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 56/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 56/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara [Pasal 119 dan Pasal

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 56/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 56/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 56/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 62/PUU-VIII/2010

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 62/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 62/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-X/2012 PERKARA NOMOR 48/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-X/2012 PERKARA NOMOR 48/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-X/2012 PERKARA NOMOR 48/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 37/PUU-IX/2011

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 37/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 37/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 107/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 107/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 107/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-VIII/2010

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG PENSIUN PEGAWAI DAN PENSIUN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DESA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-X/2012 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN LAMPIRAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAHAKAM

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden [Pasal

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-IX/2011 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 58/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 58/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 58/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 40/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 40/PUU-IX/2011 10. MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 40/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 74/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 74/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 74/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi [Pasal 55] terhadap Undang-Undang

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-VIII/2010

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GELAR TANDA JASA DAN TANDA KEHORMATAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 58/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 58/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 58/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAKAMAH KONSTITUSI SEBAGAIMANA DIUBAH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 123/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 123/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 123/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika [Pasal 111 ayat ( 2), Pasal 112 ayat

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 51/PUU-IX/2011

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 51/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 51/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden [Pasal

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 79/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 79/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 79/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 128/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 128/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 128/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris [Pasal 66 ayat ( 1)] terhadap

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 40/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 40/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 40/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 82/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 82/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 82/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan sosial terhadap

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/SKLN-IX/2011 PERIHAL

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/SKLN-IX/2011 PERIHAL MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/SKLN-IX/2011 PERIHAL SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA ANTARA GERAKAN NASIONAL PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP

Lebih terperinci

ACARA PEMERIKSAAN PERBAIKAN PERMOHONAN (II)

ACARA PEMERIKSAAN PERBAIKAN PERMOHONAN (II) MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 10/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN, UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua [Pasal

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 51/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 51/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 51/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN NASIONAL TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan [Pasal 170 ayat (3), Pasal 171 ayat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana [Pasal 77 huruf a] terhadap

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan [Pasal 59 ayat (7), Pasal 65

Lebih terperinci

KETETAPAN Nomor 10/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA,

KETETAPAN Nomor 10/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA, KETETAPAN 10/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Mahkamah Konstitusi telah mencatat dalam Buku Registrasi Perkara

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 15/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 15/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 15/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NO. 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG- UNDANG NO.2 TAHUN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 84/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 84/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 84/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 88/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 88/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 88/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum [Pasal 1 ayat (1), ayat (3), ayat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 8/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 8/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 8/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi [Pasal 41

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAHAKAM ULU DI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.487, 2012 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Tata Cara. Pengajuan Hak. Penghormatan. Penerima Gelar. Tanda Jasa. Tanda Kehormatan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Kitab Undang-Undang Hukum Pidana [Pasal 231 ayat (3)] Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 81/PUU-IX/2011

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 81/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 81/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 81/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 81/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 81/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 78/PUU-VIII/2010

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 78/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 78/PUU-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 56/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 56/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 56/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara [Pasal 119 dan Pasal

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 130/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 130/PUU-VII/2009 Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 12/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 12/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 12/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 129/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 129/PUU-VII/2009 Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 45/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 45/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 45/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-VIII/2010

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XIV/2016 PERKARA NOMOR 91/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG-

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan [Pasal 30 ayat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 109/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 109/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 109/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat [Pasal 4 ayat (1) dan ayat (3)] terhadap

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah [Pasal 58 huruf c] terhadap

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 44/PUU-IX/2011

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 44/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 44/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH, UNDANG UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 45/PUU-VIII/2010

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 45/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 45/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 34/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 34/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 34/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 103/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 103/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 103/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi [Pasal 65, Pasal 73, Pasal

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 10/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 79/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 79/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 79/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan [Pasal 3 beserta Penjelasannya]

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Sebagaimana

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Lebih terperinci