MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah TA 2012 [Pasal 19] dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah TA 2012 [Pasal 18] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Suharto 2. H. Tjukk Kasturi Sukiadi 3. Ali Azhar Akbar ACARA Mendengarkan Keterangan Pemerintah, DPR, dan Saksi/Ahli dari Pemohon dan Pemerintah (III) Selasa, 24 Juli 2012, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Moh. Mahfud MD. (Ketua) 2) Achmad Sodiki (Anggota) 3) Ahmad Fadlil Sumadi (Anggota) 4) Anwar Usman (Anggota) 5) Hamdan Zoelva (Anggota) 6) M. Akil Mochtar (Anggota) 7) Maria Farida Indrati (Anggota) 8) Muhammad Alim (Anggota) Fadzlun Budi SN Panitera Pengganti

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Suharto B. Kuasa Hukum Pemohon: 1. M. Taufik Budiman 2. Waluyo Rahayu 3. Hamzah Fansuri 4. Harry Agus Saputra C. Pemerintah: 1. Mualimin Abdi 2. Hana SJ Kartika 3. Herry Purnomo 4. Ari Wahyuni 5. Parluhutan Hutahaean

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: MOH. MAHFUD MD Sidang Mahkamah Konstitusi untuk mendengar keterangan pemerintah dalam perkara judicial review Nomor 53/PUU-X/2012, dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. Pemohon, silakan perkenalkan diri! 2. KUASA HUKUM PEMOHON: M. TAUFIK BUDIMAN Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb. Dari Pemohon, yang hadir adalah Bapak Letjen. Purnawirawan Marinir Suharto, di sebelah kanan saya. Kami Tim Kuasa Hukum, saya M. Taufik Budiman. Sebelah kiri saya, Hamzah Fansuri. Di sebelah kirinya lagi Saudari Waluyo Rahayu. Di sebelah kanan paling ujung, Saudara Hari Saputra. Terima kasih, Yang Mulia. 3. PEMERINTAH: HANA SJ KARTIKA Terima kasih, Yang Mulia. Dari Pemerintah, telah hadir beberapa pejabat yang bisa kami perkenalkan, yaitu dari ujung paling kiri adalah Ibu Ari Wahyuni, beliau adalah Sekretaris Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan. Di sebelah kanan Ibu Ari yaitu Bapak Parluhutan Hutahaean, beliau adalah Direktur Anggaran I Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan. Kemudian, di sebelah kanannya adalah Bapak Herry Purnomo, beliau adalah Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan. Dan saya sendiri, Hana SJ Kartika dari Biro Bantuan Hukum Kementerian Keuangan. Di sebelah kanan saya adalah Bapak Mualimin Abdi, beliau adalah Direktur Litigasi Kementerian Hukum dan HAM. Dan di barisan belakang, ada Ibu Linda Andayani, Bapak Anggiat Sitanggang, Bapak Budiono, dan yang lain-lain, kesemuanya adalah dari Kementerian Keuangan dan Kementerian Hukum dan HAM. Terima kasih, Yang Mulia. 4. KETUA: MOH. MAHFUD MD KETUK PALU 3X Baik. Hari ini sebenarnya acaranya ingin mendengarkan keterangan Pemerintah, DPR, dan saksi atau ahli, tapi yang hadir hari ini yang siap didengarkan hanya Pemerintah. DPR tidak hadir, kemudian Pemohon belum juga mengajukan daftar saksi maupun ahli yang akan dihadirkan di persidangan ini.

5 Oleh sebab itu, dipersilakan kepada Pemerintah untuk menyampaikan keterangannya! 5. PEMERINTAH: HERRY PURNOMO Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Konstitusi Yang Saya Hormati, Para Pemohon pengujian, assalamualaikum wr. wb., selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Konstitusi, izinkanlah kami membacakan keterangan Pemerintah atas permohonan pengujian Pasal 18 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 dan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai berikut. Sehubungan dengan permohonan pengujian atau constitutional review atas Pasal 18 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012, selanjutnya disebut Undang-Undang APBNP 2012 dan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012, selanjutnya disebut UU APBN 2012, terhadap Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, selanjutnya disebut UUD 1945, yang dimohonkan oleh Letnan Jenderal Purnawirawan Marinir Suharto, dkk. untuk selanjutnya disebut Para Pemohon, sesuai registrasi di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi No.53/PUU-X/2012, perkenankan Pemerintah menyampaikan keterangan Pemerintah Republik Indonesia baik lisan maupun tertulis yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan yang akan disampaikan kemudian. Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Konstitusi, sebagaimana permohonannya, ketentuan yang diajukan pengujian oleh Para Pemohon adalah ketentuan Pasal 18 UU APBNP 2012 dan Pasal 19 UU APBN Adapun alasan pengujian yang dikemukakan oleh Para Pemohon adalah dengan menganggap bahwa penggunaan dana APBN untuk penanggulangan lumpur Sidoarjo serta penyelamatan perekonomian dan kehidupan sosial kemasyarakatan di sekitar tanggul lumpur Sidoarjo sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 18 UU APBNP 2012 dan Pasal 19 UU APBN 2012 bertentangan dengan Pasal 23 ayat (1) UUD Menurut Para Pemohon, dana APBN tersebut hanya digunakan bagi pihak tertentu saja yaitu Lapindo Brantas Inc., sehingga tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 23 ayat (1) UUD 1945 yang mengamanatkan bahwa APBN dilaksanakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Yang Mulia Majelis Hakim Konstitusi, sebelum Pemerintah menyampaikan keterangan dan penjelasan lebih lanjut atas ketentuan Pasal 18 Undang-Undang APBN-P 2012, dan Pasal 19 Undang-Undang APBN 2012

6 yang dimohonkan pengujian a quo. Pemerintah berpendapat bahwa perlu kiranya bagi Pemerintah untuk menanggapi kedudukan hukum ( legal standing) Para Pemohon terlebih dahulu. Atas kedudukan hukum ( legal standing) Para Pemohon, Pemerintah berpendapat bahwa Para Pemohon tidak memenuhi persyaratan kedudukan hukum ( legal standing) sebagaimana yang telah ditentukan di dalam ketentuan Pasal 51 Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, selanjutnya disebut Undang-Undang Mahkamah Konstitusi. Dan syarat kerugian konstitusional sebagaimana pendirian Mahkamah Konstitusi, sejak Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 006/PUU-III/2005 tanggal 31 Mei 2005 dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/PUU-V/2007 tanggal 20 Sepetember Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 51 Undang-Undang Mahkamah Konstitusi dan yurisprudensi tetap Mahkamah Konstitusi sejak Putusan Nomor 006/PUU-III/2005 dan Putusan Nomor 11/PUU-V/2007 dimaksud, memohon pengujian undang-undang diwajibkan untuk menguraikan dengan jelas dalam permohonannya tentang hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya yang dirugikan. Namun sebagaimana dapat dicermati dalam permohonannya, Para Pemohon tidak menguraikan atau pun menyebutkan secara jelas dan tegas hak konstitusionalnya yang terdapat di dalam UUD 1945 yang dirugikan. Oleh karena itu, Pemerintah berpendapat bahwa Para Pemohon tidak memenuhi persyaratan kedudukan hukum ( legal standing) sebagaimana disyaratkan dalam ketentuan Pasal 51 Undang-Undang Mahkamah Konstitusi dan yurisprudensi tetap Mahkamah Konstitusi mengenai kedudukan hukum ( legal standing) Pemohon di dalam pengujian undangundang. Selain itu, sebagaimana disyaratkan dalam ketentuan Pasal 51 Undang-Undang Mahkamah Konstitusi dan yurisprudensi tetap Mahkamah Konstitusi mengenai kedudukan hukum ( legal standing) Pemohon dalam pengujian undang-undang, maka kerugian atas hak konstitusional harus spesifik dan khusus dan memiliki ada hubungan sebab akibat atau causal verband dengan undang-undang yang dimohonkan pengujian. Berdasarkan pada permohonan Para Pemohon, Pemerintah berpendapat bahwa kerugian hak konstitusional yang didalilkan oleh Para Pemohon tidak bersifat spesifik atau khusus, dan tidak memiliki hubungan sebab akibat atau causal verband dengan undang-undang yang dimohonkan pengujian. Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Konstitusi, dapat dicermati di dalam permohonannya bahwa Para Pemohon hanya menyebutkan hak konstitusionalnya yang terdapat di dalam Pasal 23 ayat (1), Undang - Undang Dasar 1945 tanpa penguraian yang jelas dan spesifik mengenai kerugian hak konstitusionalnya dimaksud. Atas hak konstitusional yang didalilkan Para Pemohon tersebut, Pemerintah berpendapat bahwa Pasal

7 ayat (1), Undang -Undang Dasar 1945 pada hakikatnya tidak memberikan atau pun mengatur mengenai hak konstitusional Para Pemohon. Namun hanya mengatur mengenai kewajiban sekaligus sebagai pembuat maaf, sekaligus kewenangan bagi pembuat undang-undang untuk menetapkan APBN setiap tahunnya yang dilaksanakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, Pemerintah berpendapat berharap bahwa Para Pemohon tidak memiliki hak konstitusional di dalam Pasal 23 ayat (1), Undang -Undang Dasar 1945 dimaksud. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Pemerintah berpendapat bahwa Para Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan pengujian ini. Oleh karenanya, Pemerintah memohon agar Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Konstitusi secara bijaksana menyatakan permohonan Para Pemohon tidak dapat diterima. Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, meskipun Pemerintah berpendapat bahwa permohonan Para Pemohon seharusnya tidak dapat diterima karena Para Pemohon tidak memenuhi persyaratan hukum (legal standing), namun Pemerintah akan tetap memberikan penjelasan dan keterangan mengenai materi pengujian yang dimohonkan. Oleh karena itu, bersama ini Pemerintah akan menyampaikan keterangan atas ketentuan Pasal 18 Undang-Undang APBN-P 2012 dan Pasal 19 Undang-Undang APBN 2012 dimaksud. Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Konstitusi, sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945, maka Pemerintah Negara Republik Indonesia bertanggung jawab untuk melindungi segenap bangsa Indonesia, dan seluruh tumpah darah Indonesia, yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan sejahtera dengan memperhatikan hak atas penghidupan dan perlindungan bagi setiap warga negaranya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 juga mengamanatkan bahwa anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sesuai dengan amanat konstitusi tersebut, maka untuk tahun 2012 Pemerintah bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat telah membentuk Undang- Undang APBN 2012 dan Undang-Undang APBNP 2012 sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara yang dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, termasuk di dalamnya ketentuan Pasal 18 Undang-Undang APBNP Tahun 2012 dan Pasal 19 Undang-Undang APBN Tahun 2012 yang menetapkan alokasi dana untuk penanggulangan lumpur Sidoarjo serta penyelematan perekonomian dan kehidupan sosial kemasyarakatan di sekitar tanggul lumpur Sidoarjo. Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Konstitusi, dapat Pemerintah sampaikan bahwa semburan dan luapan lumpur di Sidoarjo sebagai suatu bencana telah berdampak demikian luasnya terhadap sendi-sendi

8 kehidupan masyarakat di sekitarnya yang juga telah menimbulkan dampak sosial kemasyarakatan, sehingga pemerintah memandang perlu untuk melakukan penanggulangan semburan lumpur dan penanganan luapan lumpur serta penanganan masalah sosial kemasyarakatan yang timbul dengan langkah-langlah penyelamatan penduduk di sekitar daerah bencana, menjaga infrastruktur dasar, dan penyelesaian masalah semburan lumpur dengan memperhitungkan resiko lingkungan terkecil serta memberikan bantuan kepada masyarakat yang kehilangan tempat tinggal. Oleh karena itu, terlepas dari apa yang menjadi penyebab terjadinya bencana semburan dan luapan lumpur Sidoarjo tersebut. Pemerintah berpendapat bahwa sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan Pasal 23 ayat (1) Undang -Undang Dasar Tahun 1945, negara bertanggung jawab atas keselamatan, kesejahteraan, dan penghidupan yang layak bagi masyarakat yang terkena dampak dari semburan dan luapan lumpur Sidoarjo tersebut. Di samping itu dapat pemerintah sampaikan bahwa berdasarkan berbagai penelitian dan dua putusan pengadilan yang berkuatan hukum tetap telah dinyatakan pula bahwa penyebab dari semburan dan luapan lumpur Sidoarjo tidak terlepas dari adanya faktor fenomena alam. Berdasarkan hal-hal tersebut, pemerintah berkeyakinan bahwa pengalokasian dana dalam APBN untuk penanggulangan lumpur Sidoarjo serta penyelematan perekonomian dan kehidupan sosial kemasyarakatan di sekitar tanggul lumpur Sidoarjo sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 18 Undang-Undang APBNP Tahun 2012 dan Pasal 19 Undang-Undang APBN Tahun 2012 telah sejalan dengan pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Konstitusi, selanjutnya bahwa Pasal 28I ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 juga telah mengamanatkan bahwa perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah. Berdasarkan amanat Pasal 28I ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 tersebut, maka jelas bahwa negara terutama pemerintah mempunyai kewajiban untuk berusaha secara sungguh-sungguh dan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya untuk menjamin dan menyelenggarakan keselamatan, kesejahteraan, dan penghidupan yang layak bagi masyarakat yang terkena dampak bencana semburan dan luapan lumpur di Sidoarjo tersebut. Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Konstitusi, sejalan dengan penjelasan pemerintah tersebut di atas, maka pemerintah berpendapat bahwa alasan pengujian yang dikemukakan oleh para Pemohon yang menyatakan bahwa penggunaan dana APBN sebagaimana yang ditetapkan dalam ketentuan Pasal 18 Undang-Undang APBNP Tahun 2012 dan Pasal 19 Undang-Undang APBN Tahun 2012 tidak digunakan untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat adalah tidak benar.

9 Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Konstitusi, dapat pemerintah sampaikan bahwa badan penanggulangan lumpur Sidoarjo, selanjutnya disebut BPLS. Merupakan badan yang dibentuk oleh pemerintah yang bertugas untuk menangani upaya penanggulangan semburan lumpur, menangani luapan lumpur, serta menangani masalah sosial dan infrastruktur akibat luapan lumpur di Sidoarjo dengan memperhatikan resiko lingkungan yang terkecil. Untuk melaksanakan tugasnya tersebut, BPLS dibiayai dari APBN. Di mana untuk tahun anggaran tahun 2012 ditetapkan sebesar Rp1,5 triliun. Sejalan dengan tujuan dibentuknya BPLS tersebut, maka untuk kelancaran upaya penanggulangan lumpur Sidoarjo di dalam ketentuan Pasal 8 Undang-Undang APBNP Tahun 2012 ditetapkan bahwa alokasi dana pada BPLS tahun anggaran 2012 dapat digunakan untuk pelunasan pembayaran pembelian tanah dan bangunan di luar peta area terdampak pada tiga desa, yaitu Desa Besuki, Desa Kedungcangkring, dan Desa Jarakan. Bantuan kontrak, bantuan tunjangan hidup, biaya evakuasi dan pelunasan pembayaran pembelian tanah dan bangunan di luar peta area terdampak pada sembilan rukun tetangga di tiga kelurahan, yaitu Kelurahan Siring, Kelurahan Jatirejo, dan Kelurahan Mindi. Serta bantuan kontrak, bantuan tunjangan hidup, biaya evakuasi dan pembayaran pembelian tanah dan bangungan pada wilayah di luar area terdampak lainnya. Demikian halnya bahwa dalam rangka penyelamatan perekonomian dan kehidupan sosial kemasyarakatan di sekitar tanggul lumpur Sidoarjo, maka di dalam ketentuan Pasal 19 Undang-Undang APBN Tahun 2012 ditetapkan bahwa anggaran belanja yang dialokasikan pada BPLS Tahun Anggaran 2012 dapat digunakan untuk kegiatan mitigasi penanggulangan semburan lumpur termasuk di dalamnya penanganan tanggul utama sampai kali Porong yaitu antara lain mengalirkan lupur dari tanggul utama ke kali Porong. Berdasarkan hal-hal tersebut, telah jelas bahwa norma yang terkandung di dalam ketentuan Pasal 18 Undang-Undang APBNP Tahun 2012 dan Pasal 19 Undang-Undang APBN Tahun 2012 yang menetapkan pengalokasian dana APBN pada BPLS untuk hal-hal sebagaimana tersebut di atas tidak bertentangan sama sekali dengan Undang Undang Dasar Oleh karena itu, pemerintah berpendapat bahwa alasan pengujian yang dikemukakan oleh para Pemohon yang menyatakan bahwa dana APBN yang ditetapkan atau dialokasikan dalam Pasal 18 Undang-Undang APBNP Tahun 2012 dan Pasal 19 Undang-Undang APBN 2012 tersebut bertentangan dengan Pasal 23 ayat (1) karena tidak digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat adalah tidak benar. Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Konstitusi, terkait dengan alasan pengujian yang dikemukakan oleh para Pemohon yang menyatakan bahwa perusahaan Lapindo Brantas Inc. tidak dimintai pertanggungjawaban, hal tersebut adalah tidak benar. Dapat pemerintah sampaikan bahwa Lapindo

10 Brantas Inc. telah diminta untuk turut bertanggung jawab atas masalah sosial kemasyarakatan akibat semburan dan luapan lumpur di Sidoarjo. Lapindo Brantas Inc.-pun diharuskan untuk menyelesaikan semua kewajiban dan tanggung jawabnya tersebut hingga tuntas, dalam hal ini pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mendesak Lapindo Brantas Inc. agar menyelesaikan semua kewajiiban dan tanggung jawab yang dimaksud. Adapun yang menjadi tanggung jawab dan kewajiban dari Lapindo Brantas Inc. adalah penanganan masalah sosial kemasyarakatan dengan membeli tanah dan bangunan masyarakat yang terkena luapan lumpur Sidoarjo pada wilayah peta area terdampak atau PAT tanggal 22 Maret Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Konstitusi, selain hal-hal tersebut di atas, pemerintah berpendapat bahwa pembentukan Pasal 18 Undang- Undang APBNP Tahun 2012 dan Pasal 19 Undang-Undang APBN Tahun 2012 a quo merupakan suatu pilihan kebijakan yang bebas atau terbuka atau open legal policy yang diberikan Undang Undang Dasar 1945 kepada pembentuk undang-undang sebagaimana diamanatkan Pasal 23 ayat (1) Undang Undang Dasar Sebagaimana telah pemerintah sampaikan di atas, Pasal 18 Undang-Undang APBNP Tahun 2012 dan Pasal 19 Undang- Undang APBN Tahun 2012 dimaksud ditujukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dan tidak bertentangan sama sekali dengan Undang Undang Dasar Oleh karena itu, pemerintah berpendapat bahwa pilihan kebijakan pembuat undang-undang yang tidak bertentangan dengan Undang Undang Dasar 1945 yang dimaksud, sudah sepatutnya tidak dapat dilakukan pengujian material dan ataupun dinyatakan bertentangan dengan Undang Undang Dasar Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Konstitusi, berdasarkan seluruh uraian tersebut di atas, pemerintah tegaskan bahwa ketentuan Pasal 18 Undang-Undang APBNP Tahun 2012 dan Pasal 19 Undang-Undang APBN Tahun 2012 tidak bertentangan dengan Undang Undang Dasar Oleh karena itu, pemerintah mohon agar Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi yang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan pengujian Pasal 18 Undang-Undang APBNP Tahun 2012 dan Pasal 19 Undang-Undang APBN Tahun 2012 a quo untuk menyatakan permohonan para Pemohon ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima. Atas perhatian Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, kami mengucapkan terima kasih. Wassalamualaikum wr.wb 6. KETUA: MOH. MAHFUD MD Baik. Terima kasih kepada pemerintah yang telah menyampaikan keterangannya. Apakah dari Majelis tanya? Oke. Ada pertanyaan dari Majelis Hakim, silakan Pak Hamdan!

11 7. HAKIM ANGGOTA: HAMDAN ZOELVA Pada pemerintah, mencermati penjelasan pemerintah, ada satu pertanyaan saya yang seperti juga yang diajukan Pemohon ini, kenapa harus pemerintah atau negara ikut menanggulangi biaya itu? Di luar area terdampak itu? Bagaimana pembagian tanggung jawab dengan perusahaan dan atas dasar rasio apa sehingga pemerintah juga ikut membiayai ini disamping tadi disampaikan oleh PT Lapindo Brantas? Terima kasih. 8. KETUA: MOH. MAHFUD MD Hakim Akil! 9. HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR Kepada pemerintah juga. Apakah pengalokasian dana untuk apa namanya masyarakat korban Lapindo ini yang di luar area peta terdampak itu baru dialokasikan tahun 2012 ini? Maksud pertanyaannya apakah sejak kapan gitu lho pernah dimasukkan dalam APBN ini? Apakah baru tahun 2012 ini saja atau sebelumnya sudah pernah? Itu saja, Pak. Terima kasih. 10. KETUA: MOH. MAHFUD MD Silakan, Pemerintah. 11. PEMERINTAH: MUALIMIN ABDI Terima kasih, Yang Mulia, setelah kamirundingkan, kita sepakat nanti kita akan bahas secara komprehensif, secara tertulis, Yang Mulia karena ada data-data yang perlu kami cek. Seperti misalnya, pertanyaan Yang Mulia Hakim Akil Mochtar sejak kapan itu dialokasikan di APBN. Kemudian Yang Mulia Hakim Hamdan Zoelva juga nanti perlu ada data yang karena ini terkait dengan masalah pembiayaan dan bagaimana tanggung jawab dari PT Lapindo Brantas itu, nanti kita akan tuangkan secara tertulis, Yang Mulia. Terima kasih. 12. KETUA: MOH. MAHFUD MD Ya, sekaligus dilengkapi ya dengan pertanyaan saya. Itu ada perubahan angka di APBNP, ya yang terakhir ribut-ribut bersama undangundang tentang apa namanya migas itu yang subsidi BBM. Kan Pasal 18 ini tiba-tiba angkanya berubah tanpa prosedur yang terbuka, tahu-tahu diundangkan apa subsidi BBM disepakati dengan cara tertentu, tapi pada saat yang sama Pasal 18 tiba-tiba muncul angkanya berubah tanpa proses

12 pembahasan yang terbuka kepada publik, gitu. Itu apa yang terjadi sebenarnya di situ? Atau apakah itu benar-benar terjadi atau tidak, gitu? Karena itu yang muncul di berbagai media massa, gitu ya. Pemohon apakah ada pertanyaan? 13. KUASA HUKUM PEMOHON: M. TAUFIK BUDIMAN Terima kasih, Yang Mulia, ada satu pertanyaan dari kami. Apa yang menjadi dasar dari pemerintah untuk membagi tanggung jawab pembayaran, penanganan penanggulangan kasus lumpur Lapindo. Terima kasih, Yang Mulia. 14. KETUA: MOH. MAHFUD MD Ya, Pemerintah saya kira pertanyaannya sama, jawabannya nanti satu paket ya, itu sama dengan pertanyaannya Pak Hamdan tadi. Kenapa pemerintah lalu ikut bertanggung jawab atas musibah itu. Cukup, ya? Sidang akan dibuka kembali hari Selasa, tanggal 7 Agustus 2012, jam WIB untuk kalau DPR ya, kalau Pemohon tidak mengajukan saksi atau Ahli berarti sidang ini sudah selesai sebenarnya, sehingga jawaban-jawaban tadi bisa diberikan tertulis saja sebenarnya. Apakah Saudara mau mengajukan saksi atau Ahli untuk sidang perlu perlu dibuka sidang lagi atau tidak? 15. KUASA HUKUM PEMOHON: M. TAUFIK BUDIMAN Terima kasih, Yang Mulia. Kami akan mengajukan Ahli pada persidangan yang berikutnya, Yang Mulia.

13 16. KETUA: MOH. MAHFUD MD Oke. Baik. Kalau begitu sidang akan dibuka tanggal 7 Agustus, jam jam WIB untuk mendengar keterangan saksi atau Ahli, baik yang mau diajukan oleh Pemohon maupun Pemerintah, sekaligus kalau DPR barangkali akan hadir untuk menggunakan haknya menyampaikan keterangan. Dengan demikian sidang hari ini ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 24 Juli 2012 Kepala Sub Bagian Pelayanan Risalah, t.t.d Paiyo NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.