BAB IV. Bab ini akan menjelaskan hasil dan pembahasan field project yang telah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV. Bab ini akan menjelaskan hasil dan pembahasan field project yang telah"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan hasil dan pembahasan field project yang telah dilaksanakan. Agar lebih sistematis, bab ini akan dibagi ke dalam dua sub-bab. Sub-bab pertama adalah analisis problem mapping of talent management system. Pada bagian pertama sub-bab ini akan ditampilkan hasil dan pembahasan mengenai permasalahan pada talent management system. Kemudian pada bagian kedua akan dibuat problem mapping berdasarkan pembahasan yang ada. Sedangkan yang terakhir, akan dibuat critical problem mapping berdasarkan problem mapping yang ada. Selanjutnya, sub-bab kedua adalah pembahasan strategi untuk talent management system yang akan diterapkan di masa mendatang. Pada bagian pertama sub-bab ini akan dibahas dan dirumuskan konsep strategi untuk talent management system di masa yang akan datang. Sedangkan pada bagian kedua adalah detail masing-masing konsep strategi tersebut. 4.1 Hasil dan Pembahasan Problem Mapping of Talent Management System Agar dapat dihasilkan analisis problem mapping yang lebih baik, selain wawancara, pengumpulan data-data sekunder, dan pengamatan di lapangan, pada 66

2 67 bulan Januari 2011 telah dilakukan survei kuesioner terhadap 84 orang karyawan tingkat manajerial dan dan profesional di luar unit Human Capital di PT. GMF AeroAsia. Tujuan dari diadakannya survei kuesioner ini adalah untuk mengetahui pandangan mereka terhadap permasalahan-permasalahan dalam talent management system dan perbaikan yang perlu dilakukan di masa yang akan datang. Hasil analisis kuesioner disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk memudahkan pembacaan. Sedangkan pembahasan merupakan hasil analisis terhadap kuesioner, pengamatan di lapangan, wawancara, dan data-data sekunder yang didapatkan Module Planning Tabel 4.1 Persentase Masing-masing Aspek pada Module Planning Module Planning Aspek Nomor Pernyataan Score Ideal Score Percentage Logic 1, ,05% Measurement ,33% Analytics ,90% Process 5, ,38%

3 68 Grafik 4.1 Persentase Masing-masing Aspek pada Module Planning Dari aspek logic Seperti dapat kita lihat pada grafik di atas, logic memiliki persentase paling tinggi dibandingkan aspek-aspek lainnya. Hal ini berarti strategi perencanaan yang dijalankan saat ini sudah cukup baik. Hasil ini sesuai dengan data interview dan observasi di lapangan. Dalam perencanaan kebutuhan sumber daya manusia, PT. GMF AeroAsia telah menerapkan strategi kebijakan perhitungan Man Power Plan tiap 3 bulan sekali. Perhitungan Man Power Plan ini merupakan hasil kombinasi perhitungan unit terkait dengan perhitungan pihak management, dimana perhitungan unit dibuat berdasarkan target operation / production sedangkan perhitungan pihak management didasari oleh target revenue. Namun demikian, masih diperlukan perbaikan dalam aspek ini. Pelaksanaan perhitungan Man Power Plan baru dilaksanakan di unit-unit operation. Sedangkan untuk unit-unit support perencanaan belum dibuat berdasarkan perhitungan atau

4 69 adanya aktivitas job evaluation dan workload analysis melainkan hanya melalui judgement-judgement. Selain itu, berdasarkan feedback yang ada, Man Power Plan di unit-unit operation yang saat ini sudah berjalan pun pelu lebih diperbaiki. Pihak management perlu berkoordinasi dengan lebih baik agar dapat memahami kebutuhan unit-unit terkait. Dari aspek measurement Jika kita lihat persentase aspek measurement dapat kita lihat bahwa hasilnya di bawah persentase aspek logic, yaitu 58,33%. Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran/perhitungan perencanaan kebutuhan sumber daya manusia yang digunakan oleh masing-masing unit baik unit operasional itu sendiri maupun pihak management masih kurang sesuai. Bisa jadi deployment target revenue tahunan menjadi perencanaan kebutuhan sumber daya manusia harus diperbaiki lagi. Penyebab lainnya dapat dikarenakan know how unit-unit operation dalam penghitungan kebutuhan sumber daya manusia masih kurang. Dari aspek analytics Selanjutnya jika kita lihat persentase aspek analytics dapat kita lihat bahwa hasilnya juga berada di bawah persentase aspek logic, yaitu 56, 90 %. Hal ini menunjukkan bahwa analisis hasil pengukuran yang dilakukan masih memerlukan banyak perbaikan. Penurunan hasil pengukuran menjadi HC Sourcing, Policy & Program perlu diperbaiki.

5 70 Berdasarkan hasil interview dan pengamatan di lapangan, sebenarnya sudah terdapat dasar pemikiran yang digunakan sudah cukup baik, yaitu bahwa pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia dapat melalui dua cara yaitu : 1. make (baik melalui perekrutan baru yang kemudian dilakukan pengembangan maupun pengembangan dari yang sudah ada) dan 2. buy (melalui perekrutan dari luar). Gambar 4.1 GMF AeroAsia - MPP basic thinking Sumber : Database PT. GMF AeroAsia (2010) Pelaku-pelaku dalam perencanaan sumber daya manusia perlu mempelajari lebih dalam tingkat urgency dan tingkat competency yang dibutuhkan. Sehingga dapat dipetakan program-program dengan lebih baik. Di masa yang akan datang, baik jika dibuat sebuah standard policy dan program dalam perencanaan kebutuhan sumber daya manusia. Selain basic thinking

6 71 di atas, pelaku-pelaku dalam perencanaan sumber daya manusia juga perlu mempelajari dan membedakan kebutuhan untuk core process dan support process. Dari aspek process Pada tabel di atas dapat kita lihat bahwa persentase aspek process sebesar 52,38%. Persentase aspek process paling rendah dibandingkan aspek-aspek lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa implementasi perencanaan kebutuhan sumber daya manusia sangat penting untuk diperbaiki. Diperlukan mapping dan review proses secara rutin untuk mengetahui titik permasalahannya. Apakah penyebab utama adalah pada know how unit mengenai perencanaan yang masih kurang, apakah karena proses yang berbelit-belit, ataukah karena belum adanya teknologi informasi yang kurang mendukung. Jika memang permasalahan lebih pada pelaksanaan, maka mungkin diperlukan seorang PIC yang dapat memonitoring pelaksanaan perencanaan kebutuhan sumber daya manusia Module Recruitment & Selection Tabel 4.2 Persentase Masing-masing Aspek pada Module Recruitment & Selection Module Recruitment & Selection Aspek Nomor Pernyataan Score Ideal Score Percentage Logic 7, ,14% Measurement ,90% Analytics ,67% Process 11, ,98%

7 72 Grafik 4.2 Persentase Masing-masing Aspek pada Module Recruitment & Selection Dari aspek logic Persentase aspek logic pada module recruitment selection ini adalah 57,14 %. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya strategi recruitment & selection yang dijalankan saat ini masih kurang sesuai dan perlu dilakukan banyak perubahan. Pelaksanaan recruitment & selection di PT. GMF AeroAsia saat ini adalah sebagai berikut : Gambar 4.2 GMF AeroAsia Recruitment & Selection Process Sumber : Database PT. GMF AeroAsia (2010) Strategi terpenting yang harus diperbaiki adalah kesesuaian kandidat dengan corporate plan. Dari hasil pengamatan di lapangan dapat kita lihat bahwa karyawan yang direkrut seringkali kurang sesuai dengan requirement perusahaan. Oleh karena

8 73 itu, sangatlah penting untuk membuat dengan lebih jelas dan detail profile talent yang dibutuhkan dalam setiap recruitment plan yang ada. Terlebih penting lagi profile setiap talent yang akan direkrut harus diturunkan dari man power plan yang sudah ada, update organization structure dan job description terkait. Dari aspek measurement Dapat kita lihat pada tabel di atas bahwa persentase aspek measurement adalah 61,90 %. Persentase ini paling tinggi dibandingkan persentase aspek-aspek lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kriteria seleksi yang diterapkan dalam recruitment and selection sudah cukup sesuai. Namun masih tetap diperlukan perbaikan agar didapatkan talent yang lebih baik lagi. Mungkin perlu dibuat perbedaan antara calon pegawai dengan latar belakang pendidikan D3, S1, maupun S2. Posisi yang akan diduduki apakah entry level maupun senior level juga perlu dimasukkan sebagai pembedaan dalam kriteria seleksi. Selain itu,berdasarkan feedback yang ada, banyak unit yang mengeluh karena karyawan baru yang masuk kadang tidak sesuai dengan standard yang diinginkan. kriteria seleksi secara umum perlu ditingkatkan agar didapat kandidat-kandidat yang lebih berkualitas. Fairness perlu lebih ditingkatkan.

9 74 Dari aspek analytics Persentase aspek analytics adalah 61,67 %, hampir sama dengan persentase aspek measurement. Jadi dapat kita lihat bahwa pada module recruitment and selection ini, kriteria pengukuran dan analisis hasil pengukuran sudah cukup baik. Perbaikan yang dapat dilakukan selanjutnya adalah adanya ditingkatkannya know how pelaku-pelaku internal untuk dapat menganalisis behavior calon pegawai untuk melihat kecocokannya dengan posisi yang akan diduduki. Tujuannya adalah agar behavior pegawai baru semakin sesuai dengan corporate value. Dari aspek process Persentase aspek process adalah 52,98 %. Persentase aspek ini paling rendah dibandingkan persentase aspek-aspek lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa implementasi proses recruitment and selection ini masih belum baik. Ketepatan waktu pencarian talent harus lebih diperhatikan. Selain itu diperlukan process review secara rutin agar diketahui dengan jelas letak bottle neck-nya. Pelaku juga perlu mengetahui rangkaian proses yang berjalan.

10 Module People Development Tabel 4.3 Persentase Masing-masing Aspek pada Module People Development Module People Development Aspek Nomor Pernyataan Score Ideal Score Percentage Logic 13,14,15,17,18, ,21% Measurement 16, ,12% Analytics 21,22, ,68% Process 24, ,86% Grafik 4.3 Persentase Masing-masing Aspek pada Module People Development Dari aspek logic Persentase aspek logic pada module people development ini adalah sebesar 69,21 %. Persentase ini paling tinggi dibandingkan persentase aspek-aspek lainnya. Hal ini berarti strategi pengembangan karyawan yang dijalankan saat ini sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari sudah adanya pengembangan yang terarah terutama bagi

11 76 karyawan-karyawan baru. Adapun strategi development yang diterapkan di PT. GMF AeroAsia adalah sebagai berikut : Gambar 4.3 New Employee Development Program for Graduated (D3/S1/S2) Sumber : Database PT. GMF AeroAsia (2010) Sedangkan model pengembangan untuk karyawan yang sudah di atas 2 tahun masih dikembangkan lebih lanjut oleh PT. GMF AeroAsia. Standard training sedang disusun dan siap diimplementasikan dalam waktu dekat. Namun masih belum terdapat standard pengembangan yang spesifik bagi masing-masing unit dan jabatan tertentu. Perkembangan dan perubahan kebutuhan pengembangan yang silih berganti menyulitkan pembuatan standard pengembangan. Know how atasan dalam membuat rencana pengembangan juga masih kurang. Sehingga penyusunan rencana pengembangan seringkali masih on the spot dan by judgement masing-masing atasan di unit terkait.

12 77 Dari aspek measurement Pada tabel di atas dapat kita lihat bahwa persentase aspek measurement adalah sebesar 65,12 %. Melalui angka ini kita dapat melihat bahwa kriteria judgement dalam competency evaluation atas hasil pengembangan (development) yang sudah dilakukan sudah cukup baik. Namun yang perlu dikembangkan selanjutnya adalah know how atasan di masing-masing unit untuk dapat mengetahui prinsip penilaian kompetensi sehingga dapat mengevaluasi kriteria competency evaluation agar semakin sesuai dengan corporate value. Dari aspek analytics Persentase aspek analytics pada module people development ini adalah sebesar 64,68 %. Persentase ini sudah cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa analisis hasil pengukuran competency yang kemudian digunakan untuk proses penyusunan Individual Development Plan (IDP) selanjutnya sudah cukup baik. Namun yang perlu dikembangkan selanjutnya adalah know how atasan di masing-masing unit dalam coaching dan mentoring agar dapat membantu percepatan pertumbuhan dan perbaikan kompetensi karyawan. Dari aspek process Aspek process memiliki persentase paling rendah dibandingkan ketiga aspek lainnya. 57,86 %. Hal ini menunjukkan bahwa masih diperlukan banyak perbaikan terhadap pelaksanaan proses people development ini.

13 78 Dari hasil interview dan pengamatan di lapangan dapat diketahui bahwa hambatan dalam pelaksanaan people development terutama dikarenakan sering kurang adanya koordinasi dengan unit-unit terkait Module Talent Development Tabel 4.4 Persentase Masing-masing Aspek pada Module Talent Development Module Talent Development Aspek Nomor Pernyataan Score Ideal Score Percentage Logic 26,27,28,29,30,31,32,33,34, ,57% Measurement 36, ,52% Analytics 38, ,67% Process 40,41,42, ,32% Grafik 4.4 Persentase Masing-masing Aspek pada Module Talent Development

14 79 Dari aspek logic Persentase aspek logic pada module talent development 65,57 %. Hal ini menunjukkan bahwa strategi yang digunakan untuk mengembangan talent sudah cukup baik. Hal ini didukung dengan pengamatan yang telah dilakukan di lapangan bahwa sudah terdapat succession plan dan career development khusus untuk talent. Selain itu, pengembangan talent juga sudah dituangkan secara jelas dalam Individual Development Acceleration Plan (IDAP). Namun demikian, masih ada hal-hal yang perlu diperbaiki. Seperti yang dapat kita lihat bahwa di PT. GMF AeroAsia belum terdapat program pengembangan talent secara khusus yang konsisten. Padahal baik jika terdapat standard program khusus untuk talent yang jelas dan terarah. Dari aspek measurement Hasil persentase aspek measurement adalah sebesar 59,52 %. Lebih rendah daripada persentase aspek logic. Hal ini menunjukkan bahwa masih perlu dilakukan perbaikan terhadap kriteria judgement untuk penetapan talent. Selain itu, hal ini juga sesuai dengan feedback yang diterima bahwa standard kriteria penetapan talent perlu diperbaiki agar terasa lebih fair dan lebih transparan. Seperti yang telah kita ketahui, HAV Mapping merupakan hasil dari penilaian performance dan penilaian competency. Masih sering terdapat permasalahan dalam kedua penilaian tersebut, terutama dalam penilaian performance. Hal ini disebabkan karena know how unit dalam penilaian performance masih kurang. Sehingga seringkali sebagai akibatnya hasil HAV Mapping dapat menjadi bias.

15 80 Dari aspek analytics Hasil persentase aspek analytics adalah sebesar 61,67 %. Sedikit lebih tinggi daripada persentase aspek measurement namun lebih rendah dari aspek logic. Hal ini menunjukkan bahwa analisis hasil penilaian talent sebenarnya sudah cukup baik, namun masih perlu ditingkatkan lagi. Dalam HAV mapping terdapat 9 macam kelompok karyawan. Sedangkan yang ditetapkan sebagai talent adalah karyawan dengan hasil performance dan competency tertinggi. Karyawan yang hasilnya berada pada kotal competent kurang diperhatikan. Padahal karyawan juga memiliki banyak peluang ke depannya. Seharusnya karyawan yang terdapat dalam kotak competence juga ikut diperhatikan dan mendapatkan pengembangan yang sesuai. Peninjauan juga perlu dilakukan pada saat menganalisis hasil HAV Mapping melalui adanya people review. Analisis hasil HAV Mapping harus dilakukan dengan fair dan terbuka. Selain itu, penyusunan RTC dan Succession Plan harus mempertimbangkan juga talent antar unit karena kecenderungan yang ada saat ini, talent dalam suatu unit kurang fleksible jika dibutuhkan di unit lain. Dari aspek process Berbeda dengan tiga module yang sudah dibahas sebelumnya, hasil persentase aspek process pada module talent development ini cukup tinggi yaitu 62,32 %. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan talent development di PT. GMF AeroAsia sudah berjalan cukup baik.

16 81 Namun berdasarkan hasil pengamatan dan feedback yang ada, dikatakan bahwa proses coaching and mentoring seringkali tidak berjalan dengan lancar. Peran THD dalam pelaksanaan pengembangan talent pun dinilai masih kurang Module Performance & Reward Management Tabel 4.5 Persentase Masing-masing Aspek pada Module Performance & Reward Management Module Performance & Reward Management Aspek Nomor Pernyataan Score Ideal Score Percentage Logic 44,45,46,47,48,49,50,51,52, ,21% Measurement 54, ,33% Analytics ,00% Process 57, ,55% Grafik 4.5 Persentase Masing-masing Aspek pada Module Performance & Reward Management

17 82 Dari aspek logic Persentase aspek logic pada module performance & reward management ini adalah sebesar 65,21 %. Hal ini menunjukkan bahwa strategi yang digunakan dalam performance & reward management sudah cukup baik. Berdasarkan hasil observasi kita dapat mengetahui bahwa strategi penyusunan performance plan diturunkan dari corporate vision. Corporate vision tersebut kemudian diturunkan menjadi strategic map dan KPI corporate berbasiskan balance scorecard. Selanjutnya barulah disusun performance plan dari KPI corporate yang sudah ada. Hal yang perlu lebih diperhatikan mungkin adalah bahwa penyusunan performance plan harus lebih mempertimbangkan hasil dari competency evaluation dan job description masing-masing orang. Sedangkan dalam rewarding policy, berdasarkan feedback yang ada perlu dilakukan banyak perubahan. Masih ada sebagian orang yang kurang puas dengan policy pemberian reward yang berjalan. Reward untuk talent dan potential people selain dalam bentuk bonus juga dapat diberikan dalam lain, misalnya dalam bentuk training ke luar negeri. Dari aspek measurement Pada tabel di atas dapat kita lihat bahwa persentase aspek measurement adalah sebesar 63,33 %. Hal ini menunjukkan bahwa kriteria pengukuran yang digunakan untuk mengukur pencapaian performance baik dalam performance tracking maupun dalam performance review sudah cukup baik.

18 83 Pengukuran pencapaian kinerja / performance dibagi menjadi 3 bagian yaitu tidak mencapai, mencapai, dan melebihi. Selain itu, effort dalam pencapaian kinerja juga ikut dipertimbangkan untuk mendapatkan nilai yang lebih fair. Hal yang perlu lebih diperhatikan adalah know-how unit-unit dalam penyusunan performance plan dan penyusunan kriteria pencapaian. Dari aspek analytics Hasil persentase aspek analytics adalah 70,00 %. Hal ini menunjukkan bahwa analisis yang dilakukan terhadap hasil penilaian performance sudah cukup baik. Dari hasil interview yang telah dilakukan pun dapat dilihat bahwa hasil penilaian performance telah digunakan sebagai dasar dalam pemberian reward dan penyusunan development plan dengan baik. Namun hal yang perlu diperbaiki ke depannya adalah peningkatan know-how unit-unit dalam memantau (tracking), me-review, dan menilai pencapaian performance tim/karyawan yang ada di bawahnya. Dari aspek process Persentase aspek process pada module performance & reward management ini adalah 61,55 %. Persentase tersebut paling rendah dibandingkan ketiga aspek lainnya. Hasil ini sesuai dengan kondisi di lapangan. Berdasarkan hasil pengamatan dan interview dapat diketahui bahwa memang kendala terbesar dalam performance & reward management adalah dalam proses pelaksanaannya. Beberapa contoh kendala yang terjadi adalah sebagai berikut :

19 84 Kesesuaian pemahaman dalam pembuatan Individual Performance Plan (IPP) Ketepatan waktu dalam pembuatan IPP Disiplin dalam pelaksanaan Individual Performance Tracking (IPT) dan Individual Performance Review (IPR). Kurangnya pemahaman unit-unit dalam pelaksanaan IPT dan IPR dll Analisis Dominansi Permasalahan pada Talent Management System Setelah melihat analisis permasalahan masing-masing module sekarang akan dilihat dominansi permasalahan pada talent management system. Dominansi permasalahan tersebut dipandang dari dua sisi, yaitu dari aspek pendekatan yang digunakan dan dari keseluruhan module yang ada Dominansi Permasalahan dari Aspek Pendekatan yang Digunakan Tabel 4.6 Persentase Masing-masing Aspek Secara Keseluruhan Module All Module Aspek Score Ideal Score Percentage Logic ,56% Measurement ,02% Analytics ,24% Process ,23%

20 85 Grafik 4.6 Persentase Masing-masing Aspek Secara Keseluruhan Module Setelah melihat permasalahan di masing-masing module. Maka kali ini kita akan melihat aspek mana yang paling penting untuk diperbaiki dilihat dari seluruh rangkaian module. Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa aspek memiliki persentase paling rendah adalah aspek process. Kegagalan bukan pada strategi atau pengukuran yang digunakan, namun lebih pada pelaksanaannya. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan strategi talent management system yang digunakan sudah baik. Begitu pula dengan pengukuran dan analisis hasil pengukuran yang dilakukan. Sesuai dengan kenyataan di lapangan bahwa memang kendala terbesar adalah pada implementasi kebijakan yang sudah dicanangkan.

21 Dominansi Permasalahan dari Masing-masing Module dalam Talent Management System Tabel 4.7 Hasil Persentase Masing-masing Module dalam Talent Management System Module Percentage Module Percentage Planning 58,02% Recruitment & Selection 57,30% People Development 65,79% Talent Development 63,74% Performance & Reward Management 64,79% Grafik 4.7 Persentase Masing-masing Module dalam Talent Management System Dari grafik dan tabel di atas dapat kita lihat bahwa module planning dan module recruitment merupakan dua module dengan persentase terendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya salah satu akar permasalahan dari kurang optimalnya strategi talent management system yang dijalankan saat ini lebih dikarenakan karena masih kurang baiknya perencanaan dan pemilihan talent.

22 87 Future talent needs belum dipetakan dengan baik. Hal ini sangat masuk akal melihat bahwa kenyataan di lapangan memang PT.GMF AeroAsia belum memiliki Departemen Organizational Development, walaupun sebenarnya beberapa fungsinya sudah dijalankan seperti contohnya pembuatan Man Power Plan. Padahal peran Organizational Development sebagai salah satu fungsi unit Human Capital sangatlah penting. Apalagi salah satu role unit Human Capital di PT.GMF AeroAsia adalah sebagai business partner. Organizational Development adalah bidang yang mengkoordinir dua peran besar, yaitu : 1. Proses membangun kemampuan melakukan pemecahan masalah dan pembaharuan organisasi melalui diagnosa yang efektif dan pengelolaan budaya korporasi untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan bisnis dan terciptanya sinergi dengan komitmen, keterlibatan dan keteladanan pimpinan. 2. Proses pemenuhan kebutuhan SDM sesuai dengan Man Power Plan. Selama ini pembuatan Man Power Plan kurang terintegrasi dengan strategi perusahaan. Padahal Man Power Plan merupakan kunci pertama untuk dapat melihat future talent needs dengan baik. Dasar konsep agar Man Power Plan dapat terintegrasi dengan strategi dan rencana perusahaan adalah dengan menggunakan framework sebagai berikut :

23 88 Corporate Strategic Plan / Change Organization Structure Change Job Analysis KPI Job Description Competence Model Man Power Planning (MPP) Kurang terintegrasinya Man Power Plan dengan strategi perusahaan dapat dilihat bahwa memang ada beberapa proses yang terlewati atau ada sebagian yang kurang berjalan, seperti proses review organisasi oleh tim Human Capital, proses job analysis, pembuatan KPI dan Job Description, dan yang terpenting adalah pembuatan competence model terkait dengan corporate strategic plan, organization structure, dan job description yang ada. Ke depannya perlu di review ulang mengenai pentingnya keberadaan bidang organizational development dengan serangkaian role dan responsibilities yang harus dipegangnya. Hal ini sangat penting mengingat bahwa salah satu role dari unit Human Capital PT.GMF AeroAsia adalah sebagai Business Partner.

24 Problem Mapping of Talent Management System Setelah mengetahui permasalahan-permasalahan dalam talent management system dan juga dominansi permasalahan dipandang dari dua sisi, maka akan dibuat Problem Mapping agar dapat dilihat dengan lebih jelas keseluruhan permasalahan yang ada dalam talent management system. Problem Mapping ini akan disajikan dalam bentuk tabel sehingga mempermudah pembacaan. Pada masing-masing permasalahan suatu aspek diberikan critical score sesuai dengan tinggi rendahnya hasil persentase aspek tersebut. Makin tinggi score aspek, makin rendah tingkat critical point. Sebaliknya, makin rendah score aspek, makin tinggi critical point. Rentang point adalah 1-4. Point disesuaikan dengan peringkat persentase aspek dibandingkan dengan aspek lainnya. Pemberian critical score ini digunakan sebagai salah satu dasar dalam merumuskan critical problem pada talent management system. Tabel 4.8 Problem Mapping Talent Management System Aspek Problem Penyebab Critical Point* 1. Module Planning Logic Perhitungan MPP unit support Belum ada perhitungan MPP unit support 1 masih dilakukan by judgement Strategi MPP unit operation Koordinasi dengan unit masih kurang 1 Measurem ent Analytics masih kurang tepat Perhitungan perencanaan kebutuhan SDM yang digunakan oleh unit operasional maupun pihak manajemen masih kurang sesuai. Penurunan hasil pengukuran menjadi HC Sourcing, Policy & Program masih kurang sesuai Process Implementasi perencanaan kebutuhan SDM kurang baik. Deployment target revenue tahunan menjadi perencanaan 2 kebutuhan sdm kurang sesuai Know how unit-unit operation dalam penghitungan kebutuhan sdm masih kurang. 2 Know-how tentang tingkat urgency dan tingkat competency masih kurang. Know-how tentang core process dan support process masih kurang Belum ada standard policy dan program dalam perencanaan kebutuhan SDM Know how unit mengenai perencanaan yang masih kurang. 3 4

25 90 Proses yang berbelit-belit Koordinasi dan komunikasi dua arah dalam penyusunan man power plan masih kurang 2. Module Recruitment & Selection Logic Karyawan baru seringkali kurang sesuai dengan requirement perusahaan. Measurem ent Analytics Process Standard pengukuran yang digunakan masih kurang sesuai kebutuhan unit Behavior karyawan baru yang didapat kadang kurang sesuai dengan corporate value / kebutuhan unit Pelaksanaan proses recruitment and selection masih kurang baik. Recruitment readiness perlu ditingkatkan Profile talent belum benar-benar diturunkan dari MPP yang ada, update organization structure dan job description. Koordinasi unit dengan pihak manajemen mengenai kebutuhan karyawan masih kurang Belum adanya perbedaan kriteria seleksi calon pegawai dengan latar belakang pendidikan D3, S1, maupun S2. Juga perbedaan kriteria jika posisi yang akan diduduki entry level maupun senior level Standard kriteria seleksi karyawan Kurangnya fairness dalam proses perekrutan. Belum adanya analisis behavior dalam seleksi Know how pelaku-pelaku internal untuk dapat menganalisis behavior calon pegawai masih kurang. Know-how mengenai proses dan konsep masih kurang Tidak adanya process review untuk memetakan ketepatan waktu proses perekrutan Aspek Problem Penyebab Critical Point* 3. Module People Development Logic Measurem ent Analytics Process Belum terdapat standard policy dan prinsip pengembangan yang spesifik untuk unit dan jabatan tertentu yang sudah di atas 2 tahun Belum adanya evaluasi rutin kesesuaian kriteria competency evaluation agar semakin sesuai dengan corporate value. Masih kurang terarahnya proses coaching and mentoring karyawan di unit Masih banyak terdapat hambatan dalam pelaksanaan people development Kebutuhan pengembangan yang seringkali berubah dengan cepat. Kurangnya know how atasan dalam membuat rencana pengembangan. Know how atasan di unit mengenai penilaian kompetensi masih kurang Know how atasan masing-masing unit dalam coaching and mentoring masih kurang. Kurang adanya koordinasi dengan unit-unit terkait Aspek Problem Penyebab Critical Point* 4. Module Talent Development Logic Pengembangan talent masih kurang konsisten dan terkoordinir Measurem ent Analytics Hasil HAV Mapping dapat menjadi bias Unit belum mengetahui konsep Talent management. Pengembangan untuk karyawan non star people kurang diperhatikan Penyusunan RTC dan Succession Plan masih kurang mempertimbangkan talent antar Belum terdapat standard program pengembangan talent secara khusus yang jelas dan terarah Know how unit dalam penilaian performance dan compency masih kurang Koordinasi dan sosialisasi mengenai talent management masih kurang Masih kurangnya kesadaran akan pentingnya pengelolaan karyawan yang competence Sulitnya pengembangan kompetensi talent antar unit-unit yang berbeda

26 91 unit. Process Coaching and mentoring tidak berjalan dengan lancar dan kurang konsisten. Peran THD dalam pelaksanaan pengembangan talent. Kurangnya know-how para coacher dan mentor di unit. Belum adanya standard competency khusus bagi para coacher dan mentor di unit. Sulitnya pemantauan talent di lapangan Module Performance & Reward Management Logic Measurem ent Penyusunan performance plan masih kurang mempertimbangkanl dari competency evaluation dan job description. Sebagian orang masih kurang puas terhadap kebijakan pemberian reward. Kriteria pencapaian yang digunakan dalam penyusunan performance plan seringkali kurang sesuai. Kurangnya know-how unit mengenai performance plan. Kurangnya know-how unit mengenai dasar pertimbangan dan strategi pemberian reward. Hal yang perlu lebih diperhatikan adalah know-how unitunit dalam penyusunan performance plan dan penyusunan kriteria pencapaian. 2 3 Analytics Analisis superior dalam melakukan IPT dan IPR di unit masih kurang Kurangnya know-how unit-unit dalam memantau (tracking), mereview, dan menilai pencapaian performance tim/karyawan yang ada di bawahnya. 1 Process Pelaksanaan IPT dan IPR seringkali kurang tepat waktu. Kurangnya pemahaman unit-unit dalam pelaksanaan IPT dan IPR Kurangnya koordinasi unit dengan tim performance Kurangnya turun tangan tim performance dalam penyusunan IPP, IPT, dan IPR 4 Dari tabel di atas, dapat dilihat permasalahan di setiap aspek pada module yang bersangkutan. Pada module planning, module recruitment & selection, module people development, dan module performance & reward management, permasalahan yang memiliki critical point tertinggi terdapat pada aspek proses, sedangkan pada module talent development permasalahan yang memiliki critical point tertinggi terdapat pada aspek measurement.

27 92 Hal ini menunjukkan bahwa memang dominansi permasalahan terdapat pada aspek proses. Aspek proses perlu mendapat perhatian khusus dalam implementasi talent management system. Tidak ada gunanya pencanangan strategi dan kebijakan yang baik tanpa adanya implementasi proses yang baik Critical Problem Mapping of Talent Management System Penyusunan critical problem mapping ini ditujukan untuk mengetahui permasalahan apakah yang paling kritis dan apakah penyebab permasalahan tersebut sehingga dengan demikian dapat disusun dan dirumuskan rekomendasi strategi yang sesuai. Penyusunan critical problem mapping ini diambil dari dua segi, yaitu dari segi aspek pendekatan yang digunakan dan dari segi module yang ada. Critical problem mapping dari segi aspek pendekatan diambil dari aspek dengan critical point tertinggi dari tiap module. Sedangkan critical problem mapping dari segi module diambil dari module dengan persentase paling rendah Critical Problem Mapping dari Aspek Pendekatan Critical problem dari module planning, module recruitment & selection, module people development, dan module performance & reward management system diambil dari aspek proses, karena diketahui dari pembahasan sebelumnya bahwa pada module-module tersebut permasalahan pada aspek proses memiliki critical point

28 93 paling tinggi. Sedangkan untuk module talent development, critical problem diambil dari aspek measurement, karena diketahui dari pembahasan sebelumnya bahwa pada module tersebut permasalahan pada aspek measurement memiliki critical point paling tinggi. Critical Problem Mapping dari aspek pendekatan dapat dilihat lebih jelas pada tabel di bawah ini. Tabel 4.9 Critical Problem Mapping dari Aspek Pendekatan Module Critical Problem Penyebab Key Planning (aspek : process) Recruitment & Selection (aspek : process) People Development (aspek : process) Talent Development (aspek : measurement) Performance & Reward Management (aspek : process) Implementasi proses perencanaan kebutuhan sdm masih kurang baik. Implementasi proses recruitment and selection masih kurang baik. Recruitment readiness belum memenuhi syarat Implementasi proses people development Penilaian performance dan competency sehingga HAV Mapping masih perlu diperbaiki agar hasilnya tidak bias. Implementasi proses IPT dan IPR seringkali kurang tepat waktu. 1. Know how unit mengenai perencanaan yang masih kurang. 2. Koordinasi dan komunikasi dua arah dalam penyusunan MPP masih kurang 3. Tidak adanya process review untuk memetakan kesesuaian proses planning 1. Know-how proses dan konsep masih kurang 2. Tidak adanya process review untuk memetakan ketepatan waktu proses perekrutan Koordinasi dengan unit-unit terkait masih kurang Know how unit-unit dalam penilaian performance dan compency 1. Know how unit-unit dalam pelaksanaan IPT dan IPR masih kurang 2. Koordinasi unit dengan tim performance masih kurang (Kurangnya turun tangan tim performance dalam penyusunan IPP, IPT, dan IPR) 3. Tidak adanya process review untuk memetakan ketepatan waktu proses pelaksanaan IPT dan IPR Point* Know how ; Koordinasi Process Review Know how Process Review Koordinasi Know how Know how ; Koordinasi Process Review Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa critical problem dari segi aspek adalah adanya implementasi proses yang buruk. Selain itu, juga dilihat key point yang adalah

29 94 inti penyebab dari critical problem yang ada. Pemberian key point ini ditujukan untuk membantu penyusunan dan perumusan rekomendasi strategi pada talent management system yang akan datang agar lebih jelas dan terarah. Jadi, dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat tiga buah key point dari critical problem, yaitu : 1. Kurangnya Know How 2. Kurangnya Koordinasi 3. Belum adanya Process Review Critical Problem Mapping dari Module yang Ada Dari pembahasan dominansi permasalahan dari masing-masing module dalam talent management system di atas (sub-bab ), dapat diketahui bahwa module yang paling critical adalah module planning dan module recruitment & selection. Tabel 4.10 Critical Problem Mapping dari Module yang ada Module Critical Problem Penyebab Key Point* Planning Perencanaan SDM kurang terintegrasi dengan strategi perusahaan (bad sinergizing with corporate plan) Recruitment & Selection Deployment MPP ke program recruitment kurang sesuai (bad sinergizing with HC Plan) Pelaksanaan MPP belum terintegrasi dengan proses-proses lain yang merupakan fungsi Organizational Development Karena belum adanya peran Organizational Development, deployment MPP ke program recruitment kurang didasari job description dan competency model Organizational Development Organizational Development Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa critical problem dari segi module adalah bad sinergizing with Corporate and HC Plan. Sedangkan dari penelusuran keypoint,

30 95 didapat bahwa inti penyebabnya adalah karena tidak adanya fungsi organizational development yang berdiri sendiri dan terintegrasi. 4.2 Strategi untuk Talent Management System Rumusan Strategi Setelah dibahas mengenai permasalahan-permasalahan pada talent management system, dibuat problem mapping, serta critical problem mapping, maka akan disusun dan dirumuskan strategi untuk talent management system di masa yang akan datang. Penyusunan dan perumusan rekomendasi strategi didasari oleh key point pada critical problem yang telah dibahas di atas. Seperti yang telah diketahui dari pembahasan sub-bab sebelumnya mengenai critical problem mapping, didapat empat key point berikut ini, yaitu : 1. Kurangnya Know How 2. Kurangnya Koordinasi 3. Belum adanya Process Review 4. Belum berjalannya fungsi Organizational Development secara utuh dan terpadu. Dari key point-key point di atas, maka disusunlah solusi perbaikan yang sesuai. Solusi tersebut secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

31 96 Tabel 4.11 Key Point Summary and Strategic Recommendation Key Point Summary Arah Perbaikan Strategic Recommendation No Process Review Internal Process Review Activity dan Penyusunan BluePrint Business Process Talent Management System Minus in Know How and Coordination all unit Eksternal Operational Partner Concept No Integrated Organization Development Role Internal Organizational Development Concept Jadi, terdapat tiga buah rekomendasi strategi untuk mengatasi permasalahan dalam talent management system di PT. GMF AeroAsia, yaitu : 1. Penyusunan Konsep Process Review Activity dan Penyusunan BluePrint Business Process Talent Management System 2. Penyusunan Konsep Operational Partner 3. Penyusunan Konsep Organizational Development Detail Konsep Strategi Process Review Activity & Blue Print Business Process Talent Management System Fungsi Process Review Activity Aktivitas process review merupakan salah satu hal yang penting untuk dilakukan oleh pelaku-pelaku internal agar mengetahui bottle neck dari tiap keterlambatan proses.

32 97 Tujuan Process Review Activity Aktivitas process review sebaiknya dilakukan departemen Unit Organization Development secara rutin dua kali setahun. Tujuannya kurang lebih adalah untuk memperdalam know-how pelaku-pelaku internal mengenai proses talent management system sebagai satu kesatuan. Selain itu, process review activity juga harus dilakukan secara rutin dalam keterkaitannya dengan review organisasi dan review job description. Sehingga dapat mendukung pembuatan Man Power Plan yang lebih terintegrasi. Pelaku Process Review Activity Process review activity ini dilakukan oleh bidang Organizational Development dalam kaitannya untuk review organisasi dan review job description. Support Documents Dalam field project ini telah dibuat desain atau blueprint business process untuk talent management system sebagai dasar support dokumen terpenting dalam aktivitas process review. Namun demikian, untuk langkah selanjutnya blueprint ini perlu dikaji kembali dan diperlengkapi dengan konsep dan dokumen dan terkait, terutama struktur organisasi dan job description terkait. Tujuan dari pembuatan business process ini yang pertama adalah untuk memetakan secara jelas proses talent management system yang berjalan saat ini di PT. GMF AeroAsia. Dengan pemetaan secara terperinci ini diharapkan dapat

33 98 diperoleh gambaran secara menyeluruh tentang apa yang dilakukan dan siapakah aktor-aktor yang terlibat di dalamnya. Sedangkan tujuan yang kedua adalah sebagai suatu alat (tools) untuk melakukan review terhadap proses yang berjalan sehingga dapat diketahui dengan lebih jelas bottle neck yang ada, proses-proses apasajakah yang perlu diperbaiki, adakah pengukuran atau konsep yang perlu diperbaiki, dan sebagainya. Dengan demikian penyusunan business process ini dapat bermanfaat dalam membuat rencana perbaikan dan pengembangan dalam talent management system di masa yang akan datang. Konsep penyusunan dan penyempurnaan proses bisnis pada integrated talent management ini Standard Operating Procedure (SOP) yang ada, praktek yang berjalan sehari-hari, dan Undang-undang mengenai ketenagakerjaan. Blueprint business process yang dibahas pada sub-bab ini akan dibatasi hingga level 2. Sedangkan untuk proses lebih detailnya, yaitu business process level 3 dapat dilihat pada Lampiran 2 sampai dengan Lampiran 5 dari thesis ini. Dengan melihat business process yang ada, diharapkan dapat kita dapat menganalisis proses yang ada. Menurut Harrington (1997), audit terhadap tiap proses dan sub proses, dapat ditempuh melalui cara-cara berikut : 1. Identify Improvement Opportunity 2. Eliminate Bureucracy 3. Eliminate Non Value Added 4. Simplify the Process 5. Reduce the Process Time

34 99 6. Standardize 7. Error Proofing Scope of Blueprint Business Process Talent Management System bawah ini. Adapun scope dari business process yang dibuat ini dapat dilihat pada tabel di Tabel 4.12 Scope of Blueprint Business Process Talent Management System Module Process (level 3) Human Capital Management Process (level 0) Human Capital Management Process (level 1) 1. Planning 1.1 Man Power Plan (MPP) MPP from Operation Analysis MPP from Non-Operation Analysis 1.2 Management Review and Controlling 1.3 Sourcing Policy, System, & Program 2. Recruitment & Selection 2.1 Recruitment Plan 2.2 Recuitment & Selection Process Recruitment & Selection Process (1) Recruitment & Selection Process (2) Recruitment & Selection Process (3) 2.3 Hiring & Employment Process 2.4 Out Recruitment 3. Development 3.1 Development Plan 3.2 Implementasi Training 3.3 Development Plan for > 2 years employee 3.4 Talent Development 4. Performance & Reward Management 4.1 Penyusunan Rencana Kerja Dinas 4.2 Penyusunan Rencana Kerja Bidang 4.3 Pembuatan Individual Performance Plan (IPP) 4.4 Pelaksanaan Individual Performance Tracking (IPT) 4.5 Pelaksanaan Individual Performance Review (IPR) Mid Year & End Year 4.6 Performance Score Evaluation & Balancing

35 100 Proses level 0 dan 1 adalah gambaran besar Human Capital Management Process, proses level 2 adalah gambaran besar masing-masing module untuk dapat melihat dengan lebih jelas hubungan antar proses level 3. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing proses tersebut. 1. Human Capital Management Process (Level 0) Secara garis besar, rumusan business proses Human Capital di PT. GMF AeroAsia dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 4.4 Human Capital Management Process (level 0)

36 101 Note : : Module / Departement at PT. GMF AeroAsia : Process Adapun penjelasan dari gambar adalah sebagai berikut : 1. Rangkaian proses Human Capital bermula dari strategi perusahaan yang kemudian diturunkan menjadi Human Capital Strategies dan Organization Structures. 2. Selanjutnya dimulailah proses Perencanaan (Planning), Recruitment & Selection, Development, dan proses Performance & Reward Management. Keempat proses tersebut merupakan proses inti dari Human Capital dan juga sebagai framework dari Talent Management System. 3. Sedangkan fungsi pendukung Human Capital dijalankan oleh Human Capital Personnel Services. 4. Pengukuran keberhasilan proses-proses yang dilakukan diukur menggunakan measurement tools yang ada untuk mengetahui performance dari proses Human Capital yang sedang berjalan. 5. Secara keseluruhan, Human Capital Strategies yang dijalankan dapat mendukung optimalisasi dari pencapaian visi / misi perusahaan sehingga dapat memberikan added value ke shareholder.

37 Human Capital Management Process (Level 1) Setelah kita mengetahui besaran proses Human Capital di PT. GMF AeroAsia, selanjutnya kita dapat menurunkan proses tersebut ke bentuk yang lebih detail lagi. Adapun fokus proses yang dibuat pada level ini adalah pada module planning, recruitment & selection, development, serta performance & reward management. Sedangkan detail proses yang lain seperti personnel services tidak dibahas dalam field project ini. Bentuk lebih detail dari proses Human Capital di PT. GMF AeroAsia dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

38 Gambar 4.5 Human Capital Management Process (Level 1) 103

39 104 Penjelasan dari gambar di atas diuraikan sebagai berikut : a. Proses HC Planning a. Proses HC Planning merupakan proses yang paling awal dari keseluruhan proses Talent Management System. b. Proses ini diawali dengan adanya perhitungan secara rutin kebutuhan sumber daya manusia baik di unit operation maupun di unit non-operation. c. Proses perhitungan kebutuhan sumber daya manusia di unit operation dilakukan melalui analisis dari tim manajemen yang dipadukan dengan analisis dari unit operation terkait itu sendiri. d. Sedangkan proses perhitungan kebutuhan sumber daya manusia di unit operation dilakukan melalui adanya workload analysis. e. Selanjutnya dalam proses review & controlling, hasil analisis yang sudah dilakukan sebelumnya dipadupadankan dengan rencana organisasi /

40 105 perusahaan yang sudah diturunkan dalam bentuk Human Capital Strategies dan Organization Structures. f. Barulah kemudian hasil padu padan tersebut menjadi sebuah Man Power Plan yang disepakati. g. Dari Man Power Plan tersebut dibuatlah rencana pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia, baik melalui make (pemenuhan dari dalam) maupun buy (pemenuhan dari luar). bawah ini. Selanjutnya, proses HC Planning level 2 dapat dilihat pada gambar di

41 Gambar 4.6 Big Pictures of Process HC-Planning (level 2) 106

42 107 b. Proses HC - Recruitment & Selection a. Proses Recruitment & Selection diawali dari adanya rencana pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia dengan melalui perekrutan dari luar. b. Recruitment process dibagi menjadi dua, yaitu baik yang melalui web recruitment maupun melalui manual recruitment. Recruitment process melalui web recruitment memungkinkan applicant untuk memilih dan mengupload data-data secara otomatis melalui web yang terhubung langsung dengan database PT. GMF AeroAsia. Sedangkan manual recruitment dimungkinkan bagi applicant yang memberikan data berupa hardcopy ke tim recruitment. c. Selanjutnya dilakukan proses seleksi terhadap para applicant yang memenuhi syarat. d. Proses hiring & employment akan dilaksanakan bagi applicant yang lolos dalam seleksi.

43 108 Selanjutnya, proses HC Recruitment & Selection level 2 dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 4.7 Big Pictures of Process HC Recruitment & Selection (level 2)

44 109 c. Proses HC Development a. Proses HC Development dimulai dengan disusunnya sebuah development plan sesuai dengan directory / group of employee. b. Selanjutnya di akhir suatu periode waktu, dilakukanlah competency evaluation / asessment untuk mengetahui perkembangan masing-masing karyawan tersebut. c. Hasil competency evaluation / asessment tersebut digunakan sebagai salah satu inputan dalam penyusunan Individual Performance Plan (IPP) dan juga sebagai salah satu inputan dalam Talent Pool Management.

45 110 d. Proses Talent Pool Management itu sendiri dimulai dengan adanya proses identifikasi talent. Bagi karyawan yang teridentifikasi bukan talent, maka karyawan tersebut dikembalikan lagi ke proses development sesuai dengan directory / group of employee. Sedangkan bagi karyawan yang teridentifikasi talent selanjutnya akan dilaksanakan proses asessment yang dikoordinasi oleh asessment centre. Dari hasil asessment tersebut, disusunlah succession plan dan atau career development. Setelah itu, talent tersebut akan mendapat pengembangan sesuai dengan succession plan yang ada. bawah ini. Selanjutnya, proses HC Development level 2 dapat dilihat pada gambar di

46 111 Development &Evaluation management Development Plan Directory / Group of Employee New Employee Employee > 2 years Talent New Employee Development Plan (NE DP) Development Plan for >2 Years Employee Talent Development Plan Implementasi Development Implementasi Training (based on Training Need Analysis (TNA)) Role Model Coaching & Mentoring Competency Evaluation / Asessment Review Development Plan Penilaian competency karyawan berdasarkan database RTC Succesion Plan HC Performance & Reward Management System Identify Talent Talent Pool Management Review & Analisis hasil competency evaluation / asessment Penetapan Talent melalui Komite SDM Not Talent Talent HC Development & Evaluation Management Talent Asessment Succession Plan / Career Development Competency Asessment Individual Competency Profile Review Individual Competency Profile Succession Plan / Career Development Pembuatan IDAP HC Development & Evaluation Management Gambar 4.8 Big Pictures of Process HC Development

47 112 d. Proses HC Performance & Reward Management a. Proses Performance & Reward Management dimulai dengan disusunnya performance plan yang disesuaikan dengan corporate strategic plan, dari competency evaluation / asessment, dan dari job description masing-masing karyawan. b. Selanjutnya dilakukan performance tracking untuk memantau pencapaian masing-masing karyawan tiap bulannya. Proses performance tracking dilakukan melalui coaching / counseling antara atasan dan bawahan masing-masing. c. Performance review merupakan penilaian pencapaian individu yang dilakukan pada tengah tahun (mid-year) dan ahir tahun (end year). Pada review akhir tahun, dilakukan penilaian yang dilanjutkan dengan pemberian penghargaan berdasarkan pencapaian masing-masing individu (rewarding). d. Rewarding merupakan suatu proses penghargaan terhadap pencapaian masing-masing karyawan dengan cara mentransfer pencapaian individu ke dalam sejumlah reward / bonus yang akan diberikan. Selain ditransfer ke dalam bentuk reward / bonus, hasil performance review juga digunakan sebagai inputan dalam penyusunan development plan.

48 113 Selanjutnya, proses HC Performance & Reward Management level 2 dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 4.9 Big Pictures of Process Performance & Reward Management

49 Operational Partner Concept Seperti yang telah kita ketahui, strategi talent management system ke arah eksternal yang dapat dilakukan bertujuan untuk meningkatkan koordinasi dan komunikasi unit-unit yang ada dengan unit Human Capital. Oleh karena itu, dalam field project ini diusulkan adanya Operational Partner Concept. Secara lebih detail operational partner concept yang diusulkan adalah sebagai berikut. a. Fungsi dan Tujuan Fungsi dari adanya Operational Partner Concept ini adalah sebagai berikut : 1. As a partner for unit 2. Acceleration and facilitation HC Plan and Policy 3. Checking and Analyzing unit requirement, especially man power plan and development need Sedangkan tujuan dari adanya Operational Partner Concept ini adalah sebagai berikut : 1. Improve know how unit about HC Plan and Policy 2. Coordination all unit Tugas dan tanggungjawab sebagai Operational Partner dapat diambil sebagai sebuah penugasan khusus yang dimasukkan sebagai salah satu KPI. Mengingat tugas dan tanggungjawabnya yang menuntut know how dan softskill yang tinggi maka

50 115 fungsi operational partner ini dapat menjadi sebuah promosi bagi orang mendapat penugasan ini. b. Kedudukan dalam organisasi Konsep operational partner ini dijabat oleh seorang HC Specialist atau Program Manager. Perbedaan jabatan disesuaikan dengan kompleksitas unit/dinas yang dipegang. Seorang Operational Partner dalam struktur organisasi Human Capital berada di bawah Vice President Human Capital. Diharapkan ke depannya, seiring dengan semakin tertata dan berjalannya aktivitas para operation partner ini, dapat dipertimbangkan adanya Departemen Operation Partner yang berdiri sendiri dan melakukan tugasnya dengan lebih terintegrasi. Selain itu agar pelaku operation partner bisa fokus menjalankan fungsinya sehingga tujuan adanya konsep ini dapat tercapai dengan baik. c. General Roles & Responsibilities Seorang operational partner bertanggungjawab atas seluruh karyawan unit yang dipegangnya. Berikut ini adalah roles dan responsibilities seorang operational partner specialist / operational partner program manager.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan dibahas kesimpulan dari penulisan tesis ini dan juga akan dipaparkan beberapa saran yang berkaitan dengan kesuksesan penerapan field project ini di masa mendatang.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai objek pembahasan dalam field project serta kerangka kerja yang digunakan dalam melakukan field project ini. 3.1 Pengertian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan anak perusahaan PT. Garuda Indonesia, Tbk. Perusahaan ini berdiri pada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan anak perusahaan PT. Garuda Indonesia, Tbk. Perusahaan ini berdiri pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Profil PT. GMF AeroAsia PT. GMF AeroAsia adalah sebuah perusahaan berskala internasional yang merupakan anak perusahaan PT. Garuda Indonesia, Tbk. Perusahaan

Lebih terperinci

Dunamis Human Capital Overview Program. 11 Februari 2016

Dunamis Human Capital Overview Program. 11 Februari 2016 Dunamis Human Capital Overview Program 11 Februari 2016 MENGENAI DUNAMIS HUMAN CAPITAL Investment $ Our Value Preposition Human Capital Solution Provider Dunamis Human Capital offers a technology based

Lebih terperinci

Form Coaching Clinic. Human Capital ARTchitect (HCA)

Form Coaching Clinic. Human Capital ARTchitect (HCA) Form Coaching Clinic Human Capital ARTchitect (HCA) Introduction Hello Human Capital Practitioners! Sinergia consultant mengembangkan satu konsep Merupakan sebuah konsep dan proses pengembangan yang penuh

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1. Siapa kami Visi & Misi Organisasi 3. Core Value 4. Unit Layanan 5. Lokasi 6. Kontak kami

DAFTAR ISI. 1. Siapa kami Visi & Misi Organisasi 3. Core Value 4. Unit Layanan 5. Lokasi 6. Kontak kami DAFTAR ISI 1. Siapa kami... 2. Visi & Misi Organisasi 3. Core Value 4. Unit Layanan 5. Lokasi 6. Kontak kami Dimulai dari kumpulan praktisi praktisi Human Resources yang berdomisili di kawasan EJIP, Kabupaten

Lebih terperinci

Becoming a Learning Organization. Becoming. a Learning Organization. File D:optima/Klien/SIPF/Becoming a Learning Org/PP-H/120214

Becoming a Learning Organization. Becoming. a Learning Organization. File D:optima/Klien/SIPF/Becoming a Learning Org/PP-H/120214 Becoming 1 Becoming A. Transformasi Pengembangan Organisasi B. Dimensi Pokok Pertumbuhan Sistem SDM C. Optima Integrated HR Development Program D. Knowledge Management E. Manfaat dan Kendala Implementasi

Lebih terperinci

Human Capital Readiness to Drive Holding Organization

Human Capital Readiness to Drive Holding Organization MAIN SESSION HC Readiness to Drive Holding Organization Human Capital Readiness to Drive Holding Organization IrsanPurwarisya, LT SPV HR Development Per tamina THE CURRENT SITUATION Manpower Planning (Sustain

Lebih terperinci

AND Learning & Coaching mulai berdiri sejak tahun 1993 dan telah memiliki badan usaha CV. AND Learning & Coaching, hingga saat ini kami telah

AND Learning & Coaching mulai berdiri sejak tahun 1993 dan telah memiliki badan usaha CV. AND Learning & Coaching, hingga saat ini kami telah AND Learning & Coaching mulai berdiri sejak tahun 1993 dan telah memiliki badan usaha CV. AND Learning & Coaching, hingga saat ini kami telah melakukan perubahan management baru yang terus mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Unit HR Partner 5 adalah unit organisasi pelaksana operasional HR Center yang fokus terhadap pemberian dukungan fungsi pengembangan SDM terhadap unit-unit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia) adalah suatu perusahaan yang memberikan layanan di bidang jasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia) adalah suatu perusahaan yang memberikan layanan di bidang jasa BAB I PENDAHULUAN 1.1.Gambaran Umum Objek Penelitian PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (selanjutnya disebut Telkom Indonesia) adalah suatu perusahaan yang memberikan layanan di bidang jasa telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang pesat dewasa ini, maka diperlukan adanya suatu infrastruktur teknologi informasi untuk mendukung proses bisnis

Lebih terperinci

Strategy-Based Performance Management

Strategy-Based Performance Management Strategy-Based Performance Management The Strategizing Session http://l2lgroup.com The Execution renaissanceronin.wordpress.com How to Make It Works thomasgroup.com 5 Rangkaian Visi menuju Result 1 2 3

Lebih terperinci

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA. - The Platinum Path To Be Great -

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA. - The Platinum Path To Be Great - / Career Centre Terkait Production Group Leader : Melakukan fungsi eksekusi design tambang dan kontrol terhadap proses pencapaian produksi tahunan, bulanan, mingguan dan harian. S1 Teknik Tambang, Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai objek pembahasan dalam Group Field Project serta kerangka kerja yang digunakan dalam melakukan Group Field Project ini. 3.1 Objek Pembahasan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Temuan risiko dalam sistem perekrutan PT.Metrodata Electronics,Tbk, yaitu: 1. Prosedur Mengidentifikasi Kebutuhan Rekrut a. Keterlambatan pembuatan MPP dan O-Chart

Lebih terperinci

KUISIONER. Ya Tidak Keterangan

KUISIONER. Ya Tidak Keterangan L1 KUISIONER Berikan tanda () pada jawaban yang dipilih Umum 1. Apakah selama ini dalam pengalaman Bapak/Ibu pernah terjadi pekerjaan yang sudah ditangani Bapak/Ibu ditangani juga oleh orang lain? 2. Apakah

Lebih terperinci

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM Setelah kita mempelajari proses perencanaan, kemudian dilakukan proses rekrutmen, seleksi, selanjutnya yang akan kita bahas adalah tentang pelatihan dan pengembangan karyawan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pendahuluan. Dalam penyusunan Startaegic Planning, diperlukan acuan untuk menuntun

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pendahuluan. Dalam penyusunan Startaegic Planning, diperlukan acuan untuk menuntun 47 BAB III METODOLOGI 3.1 Pendahuluan Dalam penyusunan Startaegic Planning, diperlukan acuan untuk menuntun perencanaan Strategic Planning tahap demi tahap. Metodologi yang digunakan pada tesis ini merupakan

Lebih terperinci

PENGALAMAN KONSULTAN MANAJEMEN MUTU DALAM MENINGKATKAN MUTU SARANA PELAYANAN KESEHATAN

PENGALAMAN KONSULTAN MANAJEMEN MUTU DALAM MENINGKATKAN MUTU SARANA PELAYANAN KESEHATAN PENGALAMAN KONSULTAN MANAJEMEN MUTU DALAM MENINGKATKAN MUTU SARANA PELAYANAN KESEHATAN Outline Bahasan Pendahuluan Akreditasi RS & ISO 9000 Penerapan Continual Improvement Penutup PENDAHULUAN Bagian 1

Lebih terperinci

Katalog InHouse Training 2016

Katalog InHouse Training 2016 Katalog InHouse Training 2016 We are HR specialist 2004-2016 1 2 Basic HR Management Training HRD di level dasar ini sangat dibutuhkan oleh praktisi HR pemula dan siapapun yang ingin mempelajari HR management

Lebih terperinci

TNA & RPI. Bogor, 08 Oktober 2016

TNA & RPI. Bogor, 08 Oktober 2016 TNA & RPI Bogor, 08 Oktober 2016 Program Pengembangan Karyawan BPJS Ketenagakerjaan Sejarah Pengelola Pengembangan Karyawan PT. ASTEK Biro Kepegawaian Biro SDM Divisi Pengelolaan Pengembangan Kompetensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN Bab 1 berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan pembahasan, ruang lingkup, sumber data, sistematika penyajian yang mendasari pembuatan tugas akhir ini. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Suatu perusahaan yang baik adalah perusahaan yang mampu menerapkan strategi yang tepat agar keinginan pelanggan terpenuhi, salah satu faktor untuk menerapkan strategi

Lebih terperinci

Career & Talent Management System PT Perkebunan Nusantara VII (Persero)

Career & Talent Management System PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Career & Talent Management System PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Lembaga Pendidikan Perkebunan Manajemen Agribisnis & Pengembangan 1 SDM 2013 Agenda Workshop 1. Pendahuluan 2. Manfaat Career & Talent

Lebih terperinci

HC Plus Systems That Unleash Performance

HC Plus Systems That Unleash Performance Dunamis Program Overview HC Plus Systems That Unleash Performance 16 Maret 2017 www.dunamishc.co.id MENGENAI DUNAMIS HUMAN CAPITAL Mengenai Dunamis Human Capital 1991 Dunamis Organization Services didirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan adalah sekumpulan kegiatan yang dilaksanakan untuk merancang, membuat, memasarkan, mengantarkan, dan mendukung produknya dimana setiap kegiatan dapat

Lebih terperinci

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA. - The Platinum Path To Be Great -

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA. - The Platinum Path To Be Great - Production Group Leader : Melakukan fungsi eksekusi design tambang dan kontrol terhadap proses pencapaian produksi tahunan, bulanan, mingguan dan harian. S1 Teknik Tambang, Teknik Sipil, Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Group Field Project Group field project kami melakukan riset di International SOS. Di sini kami berperan sebagai konsultan luar bagi Human Resource Department AEA.

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Kinerja (Performance Management System)

Sistem Manajemen Kinerja (Performance Management System) Sistem Manajemen Kinerja (Performance Management System) Human Capital & Legal Division Organization & Performance Management Department Sistem Manajemen Kinerja Sistem yang mengelola kinerja organisasi

Lebih terperinci

PT RADANA BHASKARA FINANCE TBK

PT RADANA BHASKARA FINANCE TBK LEADERSHIP DEVELOPMENT PROGRAM PT RADANA BHASKARA FINANCE TBK By: Muhammad Isarino Waldhemar Head of Learning and Development Department A. Sekilas Radana Finance PT Radana Bhaskara Finance Tbk. (Radana

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kinerja bursa saham secara tidak langsung mempengaruhi kemajuan perekonomian nasional. Pasar modal kini memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara, baik

Lebih terperinci

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Ketujuh: Rancangan Pengembangan SDM

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Ketujuh: Rancangan Pengembangan SDM Penempatan School of Communication Pegawai & Business Ketujuh: Rancangan Pengembangan SDM The Workforce Environtment Competitive Environment Fakultas Komunikasi dan Bisnis Internal Environment Social &

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja dan Kompensasi

Manajemen Kinerja dan Kompensasi Penempatan School of Communication Pegawai & Business Manajemen Kinerja dan Kompensasi Proses Manajemen Kinerja Hari Keempat Bagian 1 Proses dan Rancangan Manajemen Kinerja Materi Kuliah 1. Konseptual

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA FASE TOGAF ADM

BAB IV ANALISA FASE TOGAF ADM BAB IV ANALISA FASE TOGAF ADM 4.1 Analisa Studi Kasus Penerapan sistem informasi dalam fungsi bisnis pada setiap organisasi dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan bahwa untuk menerapkan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi merupakan salah satu teknologi yang sedang berkembang dengan pesat pada saat ini. Dengan kemajuan teknologi informasi, pengaksesan terhadap data

Lebih terperinci

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan The secret of business is to know something that nobody else knows -Aristotle Onassis Rahasia dari bisnis adalah mengetahui apa yang tidak diketahui orang lain -Aristotle

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat menjadi tantangan utama bagi. perusahaan dalam mempertahankan keberadaannya dalam dunia bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat menjadi tantangan utama bagi. perusahaan dalam mempertahankan keberadaannya dalam dunia bisnis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan yang semakin ketat menjadi tantangan utama bagi perusahaan dalam mempertahankan keberadaannya dalam dunia bisnis. Dalam perkembangan dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali, Unit Pelayanan Pemeliharaan Wilayah Timur (PT PJB UPHT) Gresik

BAB I PENDAHULUAN. Bali, Unit Pelayanan Pemeliharaan Wilayah Timur (PT PJB UPHT) Gresik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin cepatnya perkembangan teknologi informasi telah membawa perubahan dari peran efisien ke peran strategi. Perubahan peran tersebut terlihat

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 130 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan kajian terhadap temuan yang didapat, maka berikut adalah beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari tinjuan sistem dan praktek implementasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah yang digunakan untuk penelitian penurunan hasil Fabric Width Utilization adalah dengan menggunakan metode Penyelesaian Masalah Six Sigma,

Lebih terperinci

INTEGRATION OF COMPANY PERFORMANCE MANAGEMENT AND EMPLOYEE PERFORMANCE MANAGEMENT

INTEGRATION OF COMPANY PERFORMANCE MANAGEMENT AND EMPLOYEE PERFORMANCE MANAGEMENT INTEGRATION OF COMPANY PERFORMANCE MANAGEMENT AND EMPLOYEE PERFORMANCE MANAGEMENT EMPLOYEE PERFORMANCE MANAGEMENT CYCLE Performance Planning Employee target setting Employee development planning Performance

Lebih terperinci

Integrated Human Resources System

Integrated Human Resources System Integrated Human Resources System Disiapkan dan dipresentasikan dalam acara Kuliah Umum Filkomti Tubagus Bharata YUSUF Universitas Gunadarma D340 - Kampus Margonda Depok, 6 Januari 2009 0 HR core applications

Lebih terperinci

STRATEGI EKSEKUSI DAN BALANCE SCORE CARD

STRATEGI EKSEKUSI DAN BALANCE SCORE CARD STRATEGI EKSEKUSI DAN BALANCE SCORE CARD Banyak organisasi yang mampu merumuskan rencana strategis dengan baik, namun belum banyak organisasi yang mampu melaksanakan kegiatan operasional bisnisnya berdasarkan

Lebih terperinci

Pemahaman ISO 9001: Sistem Manajemen Mutu. Hotel / Business Center Pkl wib

Pemahaman ISO 9001: Sistem Manajemen Mutu. Hotel / Business Center Pkl wib Pemahaman ISO 9001: Sistem Manajemen Mutu 16-17 Februari 2017, Jakarta Jakarta 19 Desember 2016 Hotel / Business Center Pkl 09.00-17.00 wib 1 Materi Pelatihan ( 2 hari) Prinsip-prinsip Sistem Manajemen

Lebih terperinci

Human Resource Management System

Human Resource Management System Human Resource Management System Latar Belakang Perkembangan bisnis kini tidak hanya bergantung pada strategi bisnis yang baik. Banyak perusahaan dari sektor bisnis yang berbeda-beda terus menerus mengembangkan

Lebih terperinci

Great Leaders Build Great Company

Great Leaders Build Great Company Great Leaders Build Great Company BCA s Experiences Jakarta, 20 Juli 2011 *) As of Dec 2010 BCA Profile at Glance BCA Profile at Glance Employee Profile by Management Levels 17.132 16.519 2.985 3.111 56

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagian keuangan merupakan bagian yang memegang peranan sangat penting dalam suatu perusahaan, bagian ini merupakan suatu garis hidup dari suatu bisnis atau usaha.

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI SDM PADA PT TOYOTA ASTRA FINANCIAL SERVICES

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI SDM PADA PT TOYOTA ASTRA FINANCIAL SERVICES BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI SDM PADA PT TOYOTA ASTRA FINANCIAL SERVICES Ruang lingkup audit operasional atas fungsi SDM pada PT TAFS mencakup penyelenggaraan seluruh fungsi manajemen SDM dan ketaatan

Lebih terperinci

KATALOG PELAYANAN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA RI INTEGRITAS PROFESIONAL INOVATIF PEDULI PUSAT KAJIAN REFORMASI ADMINISTRASI

KATALOG PELAYANAN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA RI INTEGRITAS PROFESIONAL INOVATIF PEDULI PUSAT KAJIAN REFORMASI ADMINISTRASI KATALOG PELAYANAN PUSAT KAJIAN REFORMASI ADMINISTRASI LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA RI PUSAT KAJIAN REFORMASI ADMINISTRASI INTEGRITAS PROFESIONAL INOVATIF PEDULI PENYUSUNAN ROADMAP REFORMASI BIROKRASI 1PENDEKATAN

Lebih terperinci

7 SUMBER DAYA MANUSIA

7 SUMBER DAYA MANUSIA 7 SUMBER DAYA MANUSIA Dalam implementasi manajemen sumber daya manusia, kami menerapkan budaya sharing session sebagai bentuk aktivitas mempertajam nilai organisasi Perseroan. Pencapaian positif dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan alur dari serangkaian kegiatan metode penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan alur dari serangkaian kegiatan metode penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Pada Bab III dalam pelaksanaan tata kelola Teknologi Informasi (TI) akan membahas tentang perencanaan. Pembahasan mencakup semua aktivitas yang dilakukan dari awal kegiatan sampai

Lebih terperinci

HRD Forum Road Show. Surabaya, July 2010

HRD Forum Road Show. Surabaya, July 2010 Informasi & Pendaftaran : Rani / Citra 08788-1000-100 08788-1888-899 0815-1049-0007 021-70692748 Email : Event@HRD-Forum.com 26-27 July 2010 Topik : GREAT Supervisor High Impact Solution Investasi : Rp

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Wijayanto (2012:10) manajemen merupakan ilmu dan seni. Manajemen sebagai ilmu disusun melalui proses pengkajian yang panjang oleh para ilmuwan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pengelolaan Sumber Daya Manusia dapat mempengaruhi kinerja di suatu perusahaan sehingga perlu dilakukan audit operasional atas fungsi SDM yang dilaksanakan secara sistematis

Lebih terperinci

b. Mencakup permintaan dan pemenuhan tenaga kerja terencana di pusat maupun cabang perusahaan.

b. Mencakup permintaan dan pemenuhan tenaga kerja terencana di pusat maupun cabang perusahaan. Halaman : 1 dari 12 Halaman 1. TUJUAN Standard Operation Procedure (SOP) ini bertujuan untuk memberikan pedoman dalam proses perencanaan kebutuhan tenaga kerja, pencarian dan mendapatkan calon karyawan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Model Kompetensi Menurut Schoonover Associates, kompetensi adalah perilaku atau sekumpulan perilaku yang mengambarkan kinerja yang bagus dalam pekerjaan. Sedangkan model

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS KRITERIA PEMILIHAN KANDIDAT PROGRAM MANAGEMENT TRAINEE PADA PT. XYZ DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENENTUAN PRIORITAS KRITERIA PEMILIHAN KANDIDAT PROGRAM MANAGEMENT TRAINEE PADA PT. XYZ DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PENENTUAN PRIORITAS KRITERIA PEMILIHAN KANDIDAT PROGRAM MANAGEMENT TRAINEE PADA PT. XYZ DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Ida Ayu Utari Ananda Putri ), Fida N. Nugraha 2), Litasari W. Suwarsono

Lebih terperinci

2015 Indonesia Human Capital Study 1

2015 Indonesia Human Capital Study 1 2015 Indonesia Human Capital Study 1 EXECUTIVE SUMMARY INDONESIA HUMAN CAPITAL STUDY (IHCS) diselenggarakan pertama kalinya pada tahun 2009 oleh Dunamis Human Capital. IHCS merupakan satu-satunya studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki struktur yang membantu karyawannya agar dapat bekerja untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki struktur yang membantu karyawannya agar dapat bekerja untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Organisasi merupakan suatu pengaturan yang tersusun terhadap sejumlah orang untuk mencapai tujuan tertentu. Seseorang yang bekerja sendirian bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu titik kritis dan strategis dalam pengukuran adalah analisa beban

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu titik kritis dan strategis dalam pengukuran adalah analisa beban 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu titik kritis dan strategis dalam pengukuran adalah analisa beban kerja (workload analysis). Dari sinilah kemudian berkembang berbagai teori dan turunannya

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGUKURAN KINERJA DIVISI SDM DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HUMAN RESOURCE SCORECARD

PERANCANGAN PENGUKURAN KINERJA DIVISI SDM DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HUMAN RESOURCE SCORECARD PERANCANGAN PENGUKURAN KINERJA DIVISI SDM DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HUMAN RESOURCE SCORECARD DESIGN OF PERFORMANCE MEASURMENT DIVISION OF HUMAN RESOURCE SCORECARD AT XYZ COMPANY BY USING

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN 3.1 Proses Pelaksanaan Umum Gambar 9. Service of Logincom Sumber: Arsip Perusahaan 16 3.1.1 Penawaran Projek Penawaran Projek Pada umumnya dari pihak luar atau klien akan diterima

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL MANAGEMENT CERTIFICATION (HCMC)

HUMAN CAPITAL MANAGEMENT CERTIFICATION (HCMC) HUMAN CAPITAL MANAGEMENT CERTIFICATION (HCMC) Menjawab Masalah Apa Program HCMC (Human Capital Management Certification) adalah pelatihan terpadu mengenai Human Capital (HC) yang menggunakan konsep kompetensi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUKURAN DAN EVALUASI IT BALANCED SCORECARD

BAB 4 PENGUKURAN DAN EVALUASI IT BALANCED SCORECARD BAB 4 PENGUKURAN DAN EVALUASI IT BALANCED SCORECARD 4.1 Kerangka Kerja IT Balanced Scorecard Dalam membangun suatu kerangka IT Balanced Scorecard, ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia adalah suatu aset atau modal bagi suatu perusahaan dalam usaha untuk mencapai tujuannya yang biasanya disebut dengan pekerja,tenaga kerja,atau personil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Tahun 1975 merupakan awal perjalanan usaha PT Infomedia Nusantara menjadi perusahaan pertama penyedia layanan informasi telepon di Indonesia. Di bawah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ERP (Enterprise Resource Planning) merupakan sebuah konsep sistem yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ERP (Enterprise Resource Planning) merupakan sebuah konsep sistem yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ERP (Enterprise Resource Planning) merupakan sebuah konsep sistem yang dirancang untuk mengintegrasikan seluruh area fungsi dalam sebuah perusahaan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER

UJIAN AKHIR SEMESTER UJIAN AKHIR SEMESTER ENTREPRENEURSHIP 3 Nama Fasilitator: 1. Xxxxxxxxxxxxxxx 2. xxxxxxxxxxxxxxx [LOGO + NAMA KELOMPOK BISNIS] - colourful Oleh: FAKULTAS ENTREPRENEURSHIP & HUMANIORA UNIVERSITAS CIPUTRA

Lebih terperinci

KERANGKA KENDALI MANAJEMEN (KENDALI UMUM)

KERANGKA KENDALI MANAJEMEN (KENDALI UMUM) KERANGKA KENDALI MANAJEMEN (KENDALI UMUM) N. Tri Suswanto Saptadi POKOK PEMBAHASAN 1.Kendali Manajemen Atas 2.Kendali Manajemen Pengembangan Sistem 3.Kendali Manajemen Pemrograman 4.Kendali Manajemen Sumber

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. kinerja yang baik akan cendrung memiliki budaya asal bapak senang, dan

BAB V KESIMPULAN. kinerja yang baik akan cendrung memiliki budaya asal bapak senang, dan BAB V KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Perusahaan maupun organisasi yang tidak memiliki system pengukuran kinerja yang baik akan cendrung memiliki budaya asal bapak senang, dan penilaian kinerja berdasarkan

Lebih terperinci

Framework Strategic- Opera2onal- Performance Management

Framework Strategic- Opera2onal- Performance Management Framework Strategic- Opera2onal- Performance Strategic (Growth) Panjang (>5 tahun) Breakthrough (0 menjadi 1) Menengah (3-5 tahun) Opera2onal (Profitability) Pendek (1-3 tahun) Improvement (1 menjadi ~)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Ruang lingkup audit operasional atas fungsi Sumber Daya Manusia pada PT.

BAB IV PEMBAHASAN. Ruang lingkup audit operasional atas fungsi Sumber Daya Manusia pada PT. BAB IV PEMBAHASAN Ruang lingkup audit operasional atas fungsi Sumber Daya Manusia pada PT. Danayasa Arthatama Tbk. mencakup pelaksanaan seluruh fungsi manajemen dan ketaatan manajemen terhadap kebijakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SDM. Job Analysis/Analisa Pekerjaan 9/22/2011. Tujuan Instruksional Khusus

PERENCANAAN SDM. Job Analysis/Analisa Pekerjaan 9/22/2011. Tujuan Instruksional Khusus Tujuan Instruksional Khusus PERENCANAAN SDM MSDM M3 Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami pengertian, faktor-faktor, kepentingan dan model perencanaan SDM 3 Faktor Penyebab Perubahan Kebutuhan SDM a.

Lebih terperinci

AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI SDM (STUDI KASUS: PT TOYOTA ASTRA FINANCIAL SERVICES) PERIODE MEI 2006-MARET 2007

AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI SDM (STUDI KASUS: PT TOYOTA ASTRA FINANCIAL SERVICES) PERIODE MEI 2006-MARET 2007 AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI SDM (STUDI KASUS: PT TOYOTA ASTRA FINANCIAL SERVICES) PERIODE MEI 2006-MARET 2007 Abstrak Tujuan dari penelitian yang diadakan pada PT Toyota Astra Financial Services adalah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KRITERIA TALENTA DARI KEY POSITIONS LEVEL KEPALA BAGIAN MENGGUNAKAN METODE HUMAN ASSET VALUE MATRIX DI PT X

IDENTIFIKASI KRITERIA TALENTA DARI KEY POSITIONS LEVEL KEPALA BAGIAN MENGGUNAKAN METODE HUMAN ASSET VALUE MATRIX DI PT X IDENTIFIKASI KRITERIA TALENTA DARI KEY POSITIONS LEVEL KEPALA BAGIAN MENGGUNAKAN METODE HUMAN ASSET VALUE MATRIX DI PT X TALENT CRITERIA IDENTIFICATION FOR KEY POSITIONS OF HEAD OF DEPARTMENT LEVEL USING

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: COBIT 5, APO (Align, Plan, Organise), PT. POS INDONESIA. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: COBIT 5, APO (Align, Plan, Organise), PT. POS INDONESIA. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT POS INDONESIA merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa kurir, logistik dan transaksi keuangan. PT POS INDONESIA sudah menerapkan teknologi informasi sebagai salah

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Kinerja

Sistem Manajemen Kinerja Sistem Manajemen Kinerja (Performance Management System) Human Capital & Legal Division Organization & Performance Management Department Sistem Manajemen Kinerja Sistem yang mengelola kinerja organisasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber

BAB II LANDASAN TEORI. dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Setiap organisasi tentunya mempunyai berbagai tujuan yang hendak dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber dayanya yang

Lebih terperinci

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja Manajemen kinerja adalah sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan perusahaan (Bacal,1999). Sebuah

Lebih terperinci

Implementasi Key Performance Indicators (KPI)

Implementasi Key Performance Indicators (KPI) Sharing Session Implementasi Key Performance Indicators (KPI) Mirza Yunan Rivai November 2017 latar belakang Latar Belakang Apa ukuran keberhasilan suatu perusahaan dibanding perusahaan lain? Listing Company

Lebih terperinci

Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia, Ruang lingkup dan Fungsi MSDM. Rachmasari Pramita W, ST, MM

Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia, Ruang lingkup dan Fungsi MSDM. Rachmasari Pramita W, ST, MM Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia, Ruang lingkup dan Fungsi MSDM. Rachmasari Pramita W, ST, MM Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Secara Makro : Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan keseluruhan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka disimpulkan bahwa: 1. Penerapan manajemen talenta di lingkungan

Lebih terperinci

Human Resource Diagnostic

Human Resource Diagnostic Human Resource Diagnostic Latar Belakang Perkembangan bisnis kini tidak hanya bergantung pada strategi bisnis yang baik. Banyak perusahaan dari sektor bisnis yang berbeda-beda terus menerus mengembangkan

Lebih terperinci

BEHAVIORAL EVENT INTERVIEW. Materi Pelatihan B.E.I. di Jakarta (Peserta: Ir. Benny Waluyo, M.M.)

BEHAVIORAL EVENT INTERVIEW. Materi Pelatihan B.E.I. di Jakarta (Peserta: Ir. Benny Waluyo, M.M.) BEHAVIORAL EVENT INTERVIEW Materi Pelatihan B.E.I. di Jakarta (Peserta: Ir. Benny Waluyo, M.M.) Apa B.E.I? Behavioral Event Interview adalah teknik wawancara dengan cara menggali informasi mengenai perilaku

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kepempinan Transaksional (X1), Kepemimpinan Transformasional (X2) dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kepempinan Transaksional (X1), Kepemimpinan Transformasional (X2) dan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah dilakukan pengolahan data, pengujian dan analisis terhadap variabel Kepempinan Transaksional (X1), Kepemimpinan Transformasional (X2) dan Employee Engagement

Lebih terperinci

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) Disampaikan pada Kongres Nasional IV Assessment Center Bandung, 17 September 2015 Curriculum Vitae Ahmad Gusmar Harahap Tempat/Tgl Lahir : Medan, 26 Agustus 1965

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan merupakan hal yang sangat diinginkan oleh setiap organisasi. Hal inilah yang seringkali membuat organisasi terus menerus melakukan perbaikanperbaikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan dalam aspek sumber daya manusia (SDM) atau Human Capital

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan dalam aspek sumber daya manusia (SDM) atau Human Capital BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan di Indonesia perlu menetapkan tolak ukur dan arah perbaikan dalam aspek sumber daya manusia (SDM) atau Human Capital untuk mendukung perkembangan bisnis

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah Strategic HRM Semester Empat (4) Kode SM412213 Prodi Manajemen Dosen Tim Teaching HRM SKS 3 Capaian Pembelajaran Analisis strategis tentang HRM (1) (2) (3) (4)

Lebih terperinci

ANALISA PROSES BISNIS

ANALISA PROSES BISNIS ANALISA PROSES BISNIS Pertemuan 2: Manajemen Proses Bisnis Credit to. Mahendrawati ER, Ph.D. Outline Materi 1 1. Konsep Proses Bisnis 2. Peningkatan Kinerja 3. Dokumentasi Proses Pikirkan sebuah produk/jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transisi dari zaman industri (abad dua puluh) menuju zaman knowledge economy

BAB I PENDAHULUAN. Transisi dari zaman industri (abad dua puluh) menuju zaman knowledge economy BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transisi dari zaman industri (abad dua puluh) menuju zaman knowledge economy (abad dua satu) membuat perubahan yang sangat signifikan terhadap nilai sebuah perusahaan

Lebih terperinci

BAB II PT. SOUCI INDOPRIMA

BAB II PT. SOUCI INDOPRIMA BAB II PT. SOUCI INDOPRIMA A. Sejarah Ringkas PT. Souci Indoprima adalah sebuah merk dagang yang berdiri pada tanggal 28 Desember 2002 yang disahkan oleh Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik

Lebih terperinci

HARMONISASI SISTEM MANAJEMEN ISO 9001 DAN ISO DI TAHUN 2015

HARMONISASI SISTEM MANAJEMEN ISO 9001 DAN ISO DI TAHUN 2015 Selama bertahun-tahun, ISO menerbitkan banyak standar sistem manajemen dengan bentuk dan struktur yang berbeda. Beberapa standar sistem manajemen dengan struktur yang berbeda terkadang sulit bagi Organisasi

Lebih terperinci

Sistem Informasi Sumber Daya Manusia (SISDM/HRIS)

Sistem Informasi Sumber Daya Manusia (SISDM/HRIS) Sistem Informasi Sumber Daya Manusia (SISDM/HRIS) Setiap organisasi khususnya perusahaan memerlukan data yang bersifat riil dari setiap tingkatan manajemennya. Data tersebut disusun dan dikelola dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perguruan tinggi adalah sebuah lembaga yang menyelenggarakan pendidikan profesional dan akademik dalam lingkup beberapa disiplin ilmu pengetahuan. Tujuan dari perguruan

Lebih terperinci

Grand Design AUK Oleh : Pembantu Rektor II

Grand Design AUK Oleh : Pembantu Rektor II Grand Design AUK 2011-2025 Oleh : Pembantu Rektor II Paradigma AUK 2011-2025 2025 Tetragon AUK Sivitas Senat Eksekutif Dosen Pegawai Mahasiswa Internal Tim Manajemen Mutu BAUK Quality Culture Budaya Mutu

Lebih terperinci

Integrasi Sistem Manajemen. Ihda Taftazani

Integrasi Sistem Manajemen. Ihda Taftazani Integrasi Sistem Manajemen Ihda Taftazani Agenda Sistem Manajemen Perbandingan Aplikasi +/- Sistem Manajemen Contoh Sistem Manajemen SMK3 SMKP OHSAS 18000 ISRS version 7 API Q1 Sistem Manajemen yang dirilis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu. diperhatikan. Komponen-komponen tersebut adalah :

BAB III METODOLOGI. proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu. diperhatikan. Komponen-komponen tersebut adalah : 19 BAB III METODOLOGI 3.1. Komponen Sebuah Perencanaan Penyusunan sebuah perencanaan terdiri atas beberapa komponen. Pada proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan.

Lebih terperinci