2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)
|
|
- Bambang Hermanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sel bahan bakar merupakan salah satu solusi untuk masalah krisis energi. Sampai saat ini, pemakaian sel bahan bakar dalam aktivitas sehari-hari masih sangat jarang karena harganya mahal. Tingginya harga sel bahan bakar disebabkan oleh langkanya bahan baku, khususnya membran untuk sel bahan bakar jenis PEMFC. Pencarian bahan membran alternatif dengan biaya yang rendah menjadi salah satu tantangan untuk para peneliti. Untuk menjawab tantangan tersebut, informasi dan cara kerja sel bahan bakar perlu diketahui. Sel bahan bakar ialah suatu alat yang dapat mengubah energi dari suatu reaksi kimia menjadi energi listrik secara langsung [3]. Struktur dasar sel bahan bakar terdiri dari lapisan elektrolit yang menghubungkan anoda dan katoda berpori. Gambar 2. 1 menunjukkan struktur dan mekanisme kerja sel bahan bakar. Bahan bakar dimasukkan ke anoda sedangkan gas oksidan dimasukkan ke dalam katoda. Reaksi yang terjadi digolongkan ke dalam kelompok reaksi redoks dengan hasil berupa air dan energi. Gambar 2. 1 Struktur sel bahan bakar [3]
2 Berdasarkan jenis elektrolit yang digunakan sel bahan bakar dapat dikelompokkan menjadi: PEMFC ( Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell) AFC (Alkaline Fuel Cell) PAFC (Phosphoric Acid Fuel Cell) MCFC (Molten Carbonate Fuel Cell) SOFC (Solid Oxide Fuel Cell) Dari kelima jenis tersebut, PEMFC merupakan jenis sel bahan bakar yang sedang dikembangkan. PEMFC memberikan banyak keuntungan, seperti dapat beroperasi pada temperatur rendah sehingga waktu warming up relatif singkat, efisiensi kerja tinggi (40 50% nilai voltase teoritis maksimum), ringan dan kompak, serta output-nya bervariasi sesuai dengan kebutuhan energi yang berbeda-beda. Selain itu, material elektrolit yang padat mempermudah penempatan dalam sel bahan bakar sehingga biaya produksi lebih murah dan lebih tahan korosi PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell) Jika dilihat dari sejarahnya, PEMFC telah dikembangkan sejak tahun 1950-an oleh General Electric. Sampai saat ini, PEMFC paling banyak digunakan untuk menggantikan mesin pembakar internal dalam perusahaan otomotif. [4] PEM Fuel Cell dikenal juga dengan istilah polymer electrolyte membrane, solid polymer electrolyte dan polymer electrolyte fuel cell. Bahan bakar yang digunakan untuk sel bahan bakar jenis ini ialah gas hidrogen atau metanol dan gas oksigen yang jumlahnya sangat melimpah di alam. Struktur dari PEMFC dapat dilihat pada Gambar Gambar 2. 2 Struktur dasar PEMFC [5] 5
3 Secara umum, reaksi-reaksi yang terjadi adalah: Anoda : 2 H 2 (g) 4 H e - Katoda : 4 H e - + O 2 (g) 2 H 2 O Total : 2 H 2 (g) + O 2 (g) 2H 2 O + Energi Karena hasil akhir reaksi redoks berupa air dan energi maka sel bahan bakar disebut sebagai sumber energi bersih. Membran yang digunakan dalam PEMFC harus memiliki kemampuan melewatkan proton secara spesifik dan tidak melewatkan elektron. Nafion merupakan salah satu membran komersil yang biasa digunakan pada PEMFC. Nafion merupakan kopolimer dari tetrafluoroetilen dan monomer-monomer yang mengandung gugus-gugus asam sulfonat terperfluorinasi. Adanya atom flor yang elektronegatif menyebabkan keseluruhan membran bermuatan negatif, menolak elektron dan lebih efektif menarik proton. Gugus sulfonat dalam air atau kelembaban tinggi akan terurai menjadi gugus sulfonat (-SO - 3 ) yang juga bermuatan negatif sehingga menambah dorongan terhadap elektron dan tarikan terhadap proton (Gambar 2. 3). Oleh karena itu, konduktansi Nafion menjadi sangat tinggi. Gambar 2. 3 Struktur Nafion Akan tetapi, Nafion memiliki harga yang mahal, permeasi metanol tinggi, dan tidak ramah lingkungan sehingga perlu dilakukan pencarian membran sel bahan bakar alternatif baru yang lebih baik. Kitosan mulai dilirik sebagai material dasar membran baru karena kekuatan mekaniknya tinggi dan mudah dimodifikasi. Kitosan diperoleh dari reaksi deasetilasi kitin yang jumlahnya melimpah di alam, terutama dalam kulit udang. 6
4 2.2 Kitin-Kitosan Polisakarida-polisakarida terdistribusi luas di alam. Struktur molekul dan sifat-sifat polisakarida bervariasi dalam suatu rentang yang luas. Salah satu polisakarida yang paling melimpah di alam adalah selulosa dan kitin. Hasil produksi kedua senyawa organik ini di alam mencapai jumlah ton. Selulosa merupakan material yang menarik, namun kitinkitosan memiliki keunggulan dari segi sifat biologis. Oleh karena itu, penelitian difokuskan pada kitin-kitosan Struktur Struktur kitin hampir serupa dengan struktur selulosa. Perbedaan hanya terletak pada posisi atom karbon nomor dua (C-2). Gambar 2. 4 menunjukkan bahwa gugus asetamida menggantikan gugus hidroksi selulosa pada atom karbon nomor dua. Adanya gugus amino pada kitin memberikan keuntungan untuk menjalani reaksi modifikasi. Oleh karena itu, kitin memiliki potensi yang lebih tinggi dibandingkan selulosa dalam berbagai bidang. [6] Gambar 2. 4 Struktur selulosa, kitin dan kitosan [6] Kitosan (poli-(1 4)-2-amino-2-deoksi-β-D-glukosa) merupakan senyawa turunan kitin. Kitosan dapat diperoleh melalui reaksi deasetilasi kitin. Pada kitosan sebagian besar gugus asetamida kitin akan digantikan oleh gugus amina. Struktur kitin dan kitosan mirip tapi keduanya memiliki sifat yang berbeda. Kitin tidak larut dalam air maupun asam sedangkan 7
5 kitosan sedikit larut dalam air dan larut dalam asam. [7] 2.3 Modifikasi Kitosan Kitosan memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi polimer dengan komponen gugus fungsi yang beragam karena adanya gugus amina dan gugus hidroksi bebas. Atom nitrogen dan oksigen dalam gugus fungsi kitosan memiliki pasangan elektron bebas yang memungkinkan reaksi kompleksasi. [8] Selain itu, kelebihan membran kitosan ialah nilai permeabilitas metanol yang lebih rendah dibandingkan dengan Nafion 117. Permeabilitas metanol 12 M pada suhu 20 0 C untuk membran kitosan adalah (8,0±0,5)x10-7 cm 2 /s. Nilai ini tiga kali lebih rendah bila dibandingkan Nafion 117 yang memiliki permeabilitas (2,3±0,2)x10-6 cm 2 /s. [10] Aplikasi reaksi sulfonasi pada pembuatan membran berbasis kitosan diharapkan menghasilkan membran dengan konduktivitas proton yang lebih baik dari Nafion. Reaksi sulfonasi kitosan telah dilakukan sebelumnya oleh Chen, dkk [9] untuk menentukan sifat fisik dan efek antibakteri N-sulfonated chitosans dan N-sulfobenzoyl dalam bidang pangan. Asam kloro sulfonat digunakan sebagai reagen pada salah satu jalur sintesis (Gambar 2. 5) Gambar 2. 5 Reaksi sulfonasi kitosan [9] 2.4 Sintesis dengan Gelombang Mikro Salah satu metoda sintesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda sintesis dengan gelombang mikro. Keunggulan metoda sintesis ini ialah waktu sintesis yang relatif 8
6 singkat dan jumlah serta kemurnian produk yang tinggi.[11] Gelombang Mikro (microwave) Gelombang mikro merupakan salah satu bentuk energi elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 0,01 hingga 1 meter. Gelombang mikro terletak di antara gelombang inframerah dan gelombang radio (Gambar 2. 6) dan memiliki frekuensi yang berkisar antara 0,3 sampai 30 GHz. Untuk penggunaan dalam laboratorium, frekuensi yang sering dipakai adalah 2,45 GHz. Pada nilai frekuensi ini gelombang mikro memiliki kedalaman penetrasi yang sesuai untuk kondisi reaksi, terutama dengan adanya molekul polar seperti air. Gambar 2. 6 Gelombang elektromagnetik berdasarkan panjang gelombangnya Mekanisme Pemanasan dengan Gelombang Mikro Proses pemanasan dalam sintesis organik dengan gelombang mikro melibatkan agitasi molekul polar atau ion yang bergetar di bawah pengaruh medan magnet atau listrik yang bergetar. Dalam medan yang bergetar, partikel-partikel berusaha untuk mengorientasi diri agar menjadi sefasa. Gerakan partikel-partikel dibatasi oleh gaya dalam partikel yang menghasilkan gerakan acak hingga akhirnya menghasilkan panas. [12] Respon berbagai material terhadap radiasi gelombang mikro beragam dan tidak semua material dapat mengalami pemanasan oleh gelombang mikro, hanya material yang mengabsorpsi radiasi gelombang mikro saja yang sesuai dengan microwave chemistry. Material ini dikelompokan berdasarkan mekanisme pemanasannya: 1. Polarisasi dipolar Polarisasi dipolar merupakan proses menghasilkan panas oleh molekul polar. Gambar 2. 7 menunjukkan bahwa molekul polar yang berada dalam medan elektromagnetik yang 9
7 berosilasi dengan frekuensi yang sesuai berusaha untuk mengikuti medan dan menjajarkan diri agar sefasa dengan medan. Adanya gaya dalam molekul menyebabkan molekul polar tidak dapat mengikuti orientasi medan. Peristiwa tersebut menghasilkan pergerakan partikel acak yang akan menghasilkan panas. Polarisasi dipolar dapat menghasilkan panas dengan salah satu atau dua mekanisme ini: a. interaksi antara molekul pelarut polar, seperti: air, metanol dan etanol b. interaksi antara molekul terlarut polar, seperti: amonia dan asam format Radiasi gelombang mikro memiliki frekuensi yang sesuai (0,3-30 GHz) untuk mengosilasi partikel polar dan bernilai cukup besar untuk interaksi intermolekul. Di samping itu, energi foton gelombang mikro sangat rendah (0,037 kkal/mol) relatif terhadap energi yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan molekul ( kkal/mol). Oleh karena itu, eksitasi molekul dengan gelombang mikro tidak mempengaruhi struktur molekul. Interaksi yang terjadi murni kinetik. 2. Mekanisme konduksi Panas dihasilkan karena adanya resistansi terhadap arus listrik. Medan elektromagnetik yang bergetar menghasilkan getaran elektron atau ion dalam konduktor dan menghasilkan arus listrik. Arus yang masuk ke dalam tahanan internal akan memanaskan konduktor. 3. Polarisasi antarmuka (interfacial polarization) Mekanisme pemanasan jenis ini merupakan gabungan dari mekanisme polarisasi dipolar dan mekanisme konduksi. Gambar 2. 7 Mekanisme pemanasan oleh gelombang mikro [12] 10
8 Keuntungan sintesis dengan gelombang mikro ialah sebagai berikut: a. Laju reaksi meningkat dengan adanya fenomena superboiling. b. Rendemen lebih tinggi, contoh: reaksi klorinasi antrasen. Jika sintesis dilakukan dengan pemanasan secara konvensional, waktu yang dibutuhkan adalah 24 jam dengan rendemen 75% sedangkan sintesis dengan gelombang mikro hanya membutuhkan waktu 2 menit dengan rendemen 97%. [13] c. Pemanasan lebih merata d. Lebih ramah lingkungan e. Pemanasan lebih selektif karena respon tiap molekul pada radiasi gelombang mikro berbeda-beda Sintesis Kitosan Sulfat dengan Bantuan Gelombang Mikro Penelitian mengenai sintesis kitosan sulfat dengan bantuan gelombang mikro telah dilakukan sebelumnya oleh Ronge Xing, dkk. [14] Gelombang mikro digunakan untuk membantu pemasukan gugus N-sulfo dan O-sulfo pada serbuk kitosan. Struktur kitosan sulfat yang didapatkan dengan gelombang mikro tidak berbeda dengan kitosan sulfat yang dihasilkan dari cara konvensional. Karakterisasi menggunakan gelombang infra merah menghasilkan spektrum serapan pada bilangan gelombang 1222 dan 806 cm -1 yang menunjukkan vibrasi ulur ikatan S=O dan C-O-S secara berurutan. (Gambar 2. 8) Selain itu, puncak yang terdapat pada bilangan gelombang 940 cm -1 menunjukkan cincin piranosa dalam polisakarida yang tidak rusak oleh radiasi gelombang mikro. [14] Penelitian ini menginformasikan bahwa sintesis kitosan sulfat dapat dilakukan dengan gelombang mikro tanpa kerusakan pada struktur dasar kitosan. Gambar 2. 8 Spektrum IR kitosan sulfat [14] 11
9 Ronge Xing, dkk memvariasikan waktu dan daya alat penghasil gelombang mikro yang digunakan untuk sintesis kitosan sulfat seperti yang ditunjukkan pada Tabel Semakin lama waktu sintesis dan semakin besar daya alat penghasil gelombang mikro yang digunakan maka massa molekul kitosan sulfat yang diperoleh semakin menurun akibat reaksi degradasi dan desulfurisasi. Hasil karakterisasi NMR menunjukkan terjadinya pergeseran dua puncak kitosan ke arah yang lebih rendah, yaitu 69 dan 58 ppm. Hal tersebut menandakan bahwa kedua gugus hidroksi pada C-6 dan gugus amina pada C-2 telah tersulfonasi sedangkan gugus hidroksi pada C-3 tersulfonasi sebagian karena rintangan sterik yang besar. Tabel 2. 1 Kitosan Sulfat yang Diperoleh dengan Gelombang Mikro pada Variasi Waktu Reaksi dan Daya Alat Penghasil Gelombang Mikro [14] Waktu (s) Daya (W) Hasil (%) Massa Molekul (x10 3 ) Kadar Sulfur (%) ,0 26,6 13, ,9 21,6 14, ,9 10,9 11, ,7 16,8 14, ,9 11,4 14, ,8 9,09 13, ,3 7,69 13, ,3 4,41 12,7 12
4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR
BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR 2.1. Pendahuluan Sel Bahan Bakar adalah alat konversi elektrokimia yang secara kontinyu mengubah energi kimia dari bahan bakar dan oksidan menjadi energi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini bahan bakar fosil telah digunakan di hampir seluruh aktivitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bahan bakar fosil telah digunakan di hampir seluruh aktivitas manusia seperti penggunaan kendaraan bermotor, menjalankan mesin-mesin pabrik, proses memasak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan yang ekstensif pada bahan bakar fosil menyebabkan terjadinya emisi polutan-polutan berbahaya seperti SOx, NOx, CO, dan beberapa partikulat yang bisa mengancam
Lebih terperinci(Fuel cell handbook 7, hal 1.2)
15 hidrogen mengalir melewati katoda, dan memisahkannya menjadi hidrogen positif dan elektron bermuatan negatif. Proton melewati elektrolit (Platinum) menuju anoda tempat oksigen berada. Sementara itu,
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
Bab 4 asil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan dan Kitosan Kulit udang yang digunakan sebagai bahan baku kitosan terdiri atas kepala, badan, dan ekor. Tahapan-tahapan dalam pengolahan kulit udang menjadi kitosan
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap
Lebih terperinciMAKALAH ENERGI TEKNOLOGI FUEL CELL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN BAHAN BAKAR
MAKALAH ENERGI TEKNOLOGI FUEL CELL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN BAHAN BAKAR Oleh : Kelompok 9 Maratus Sholihah (115061100111019) Hairunisa Agnowara (125061100111033) PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peran listrik dalam kehidupan manusia sangatlah penting karena
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman sekarang ini, kebutuhan manusia akan listrik semakin meningkat. Peran listrik dalam kehidupan manusia sangatlah penting karena listrik merupakan sumber energi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik karena listrik merupakan sumber energi utama dalam berbagai bidang kegiatan baik dalam kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini berarti meningkat pula kebutuhan manusia termasuk dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan bertambahnya waktu maka kemajuan teknologi juga semakin bertambah. Pertumbuhan penduduk di dunia pun kian meningkat termasuk di Indonesia. Hal ini berarti meningkat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang berkelanjutan kian mengemuka di ranah global. Krisis energi terjadi di berbagai negara di dunia bahkan di Indonesia. Berdasarkan Indonesia Energy
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis melalui polimerisasi dari monomer (stiren). Polimerisasi ini merupakan polimerisasi radikal, dengan pusat aktif berupa radikal bebas.
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan suatu kebutuhan dasar bagi masyarakat modern. Tanpa energi, masyarakat akan sulit melakukan berbagai kegiatan. Pada era globalisasi seperti sekarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membran elektrolit berbasis polieter-eter keton tersulfonasi untuk direct methanol fuel cell suhu tinggi Sri Handayani (2008)
dengan penurunan konduktivitas proton 300% (3 kali) dibanding dengan tanpa menggunakan aditif. Selain itu membran yang terbentuk agak rapuh sehingga tidak dapat diuji tensil strength. Pemakaian H-Yzeolit
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang
Lebih terperinciSTUDI AB INITIO: STRUKTUR MEMBRAN NATA DE COCO TERSULFONASI
Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 STUDI AB INITIO: STRUKTUR MEMBRAN NATA DE COCO TERSULFONASI Sitti Rahmawati 1, Cynthia Linaya Radiman 2, Muhamad A. Martoprawiro 3 Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi elektronika. Alternatif yang menarik datang dari fuel cell, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsumsi dunia terhadap energi listrik kian meningkat seiring pesatnya teknologi elektronika. Alternatif yang menarik datang dari fuel cell, yang diharapkan
Lebih terperinciUntuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam
Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otot merupakan bagian utama sebagai pembangkit gaya dan gerak pada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Otot merupakan bagian utama sebagai pembangkit gaya dan gerak pada semua aktivitas manusia. Filamen kontraktil dari otot skeletal yang disebut dengan benang otot
Lebih terperinciBAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra
BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk
Lebih terperinci2 Tinjauan Pustaka. Gambar 2. 1 Struktur stiren
2 Tinjauan Pustaka 2.1 Stiren Stiren atau vinyl benzen merupakan senyawa organik yang dapat disintesis dari benzena dan etena. Stiren merupakan monomer yang paling banyak digunakan karena memiliki kestabilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Energi cahaya matahari dapat dikonversi menjadi energi listrik melalui suatu sistem yang disebut sel surya. Peluang dalam memanfaatkan energi matahari masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk kelompok senyawa polisakarida, dimana gugus asetilnya telah hilang sehingga menyisakan gugus amina
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. asil dan Pembahasan 4.1 Analisis asil Sintesis Pada penelitian ini aldehida didintesis dengan metode reduksi asam karboksilat menggunakan reduktor ab 4 / 2 dalam TF. 4.1.1 Sintesis istidinal dan Fenilalaninal
Lebih terperinci3. Metodologi Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong
Lebih terperinciHasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Produksi H 2 Sampai saat ini, bahan bakar minyak masih menjadi sumber energi yang utama. Karena kelangkaan serta harganya yang mahal, saat ini orang-orang berlomba untuk mencari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial dalam berbagai bidang dan industri. Kitin dan kitosan merupakan bahan dasar dalam bidang biokimia,
Lebih terperinciPenghematan Gas H2 Pada Sistem PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell) Sesuai Perubahan Daya Beban
POLI REKAYASA Volume 10, Nomor 2, April 2015 ISSN : 1858-3709 Penghematan Gas H2 Pada Sistem PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell) Sesuai Perubahan Daya Beban Saving Gas System H2 PEMFC (Proton Exchange
Lebih terperinci3. Metodologi Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material, Kelompok Keilmuan Kimia Anorganik dan Fisik, Program Studi Kimia ITB dari bulan
Lebih terperinciTugas Akhir. Oleh: Oki Andrean No. BP Melda Latif, MT NIP
Tugas Akhir Analisa Perancangan Prototipe Microbial Fuel Cell Tipe Seri, Paralel dan Seri- Paralel dengan Pemanfaatan Bakteri Escherichia Coli Sebagai Sumber Energi Terbaharukan Oleh: Oki Andrean No. BP.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap manusia di dunia terutama energi listrik. Dewasa ini kebutuhan energi yang semakin meningkat tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama dengan kitin, terdiri dari rantai molekul yang panjang dan berat molekul yang tinggi. Adapun perbedaan
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis dan Karakterisasi Karboksimetil Kitosan Spektrum FT-IR kitosan yang digunakan untuk mensintesis karboksimetil kitosan (KMK) dapat dilihat pada Gambar 8 dan terlihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan energi dunia semakin meningkat sedangkan bahan bakar fosil dipilih sebagai energi utama pemenuh kebutuhan, namun bahan bakar ini tidak ramah lingkungan
Lebih terperinciTinjauan Pustaka. 2.1 Krisis Energi
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2. Krisis Energi Sejak dimulainya revolusi industri di Eropa, konsumsi energi dunia cenderung bertambah secara konstan. Pada tahun 9, konsumsi energi dunia mencapai,7 TerraWatt (7
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. NaOH dalam metanol dengan waktu refluks 1 jam pada suhu 60 C, diperoleh
37 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sintesis Senyawa Difeniltimah(IV) oksida Hasil sintesis senyawa difeniltimah(iv) oksida [(C 6 H 5 ) 2 SnO] menggunakan senyawa awal difeniltimah(iv) diklorida [(C 6 H 5 )
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)
39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, ketersediaan sumber energi fosil dunia semakin menipis, sumber energi ini semakin langka dan harganya pun semakin melambung tinggi. Hal ini tidak dapat dihindarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fuel cell merupakan sistem elektrokimia yang mengkonversi energi dari pengubahan energi kimia secara langsung menjadi energi listrik. Fuel cell mengembangkan mekanisme
Lebih terperinciGambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi
Bab IV Pembahasan IV.1 Ekstraksi selulosa Kayu berdasarkan struktur kimianya tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa sebagai kerangka, hemiselulosa sebagai matrik, dan lignin sebagai
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PEMANFAATAN LIMBAH STYROFOAM UNTUK MEMBRAN SEL BAHAN BAKAR (FUEL CELL) Nida Mariam, Indah Dewi Puspitasari, Ali Syari ati. Pembimbing: Prof. Dr. I Made Arcana. Institut Teknologi Bandung. 2011 PENDAHULUAN
Lebih terperinciSTRUKTUR KIMIA DAN SIFAT FISIKA
STRUKTUR KIMIA DAN SIFAT FISIKA Objektif: Bab ini akan menguraikan tentang sifatsifat fisika SENYAWA ORGANIK seperti : Titik Leleh dan Titik Didih Gaya antar molekul Kelarutan Spektroskopi dan karakteristik
Lebih terperincikamar, dan didapat persentase hasil sebesar 52,2%. Metode pemanasan bisa dilakukan dengan metode konvensional, yaitu cara refluks dan metode
BAB 1 PEDAULUA Pengembangan suatu senyawa aktif dapat dilakukan dengan memodifikasi struktur suatu senyawa aktif atau memodifikasi senyawa induk dengan dasar pemilihan gugus atau substituen secara rasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti asam karboksilat, karbokamida, hidroksil, amina, imida, dan gugus lainnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Superabsorbent polymer (SAP) merupakan jaringan rantai polimer tiga dimensi dengan ikatan silang ringan yang membawa disosiasi gugus fungsi ionik seperti asam karboksilat,
Lebih terperinci4.1 Isolasi Kitin. 4 Hasil dan Pembahasan
4 asil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin Kitin banyak terdapat pada dinding jamur dan ragi, lapisan kutikula dan exoskeleton hewan invertebrata seperti udang, kepiting dan serangga. Bahan-bahan yang terdapat
Lebih terperincitelah teruji berefek pada sistem saraf pusat juga. Selain efek tersebut, senyawa benzoiltiourea juga mempunyai aktivitas biologis lainnya seperti
BAB 1 PEDAHULUA Sesuai perkembangan ilmu pengetahuan kimia organik saat ini banyak senyawa senyawa obat yang diproduksi melalui jalur sintesis dan dapat digunakan dalam berbagai penyakit, salah satunya
Lebih terperinci4 Hasil dan pembahasan
4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin
Lebih terperinciANALISA KERUGIAN TEGANGAN DAN PENURUNAN TEKANAN PADA RUANG ALIR TERHADAP SEL BAKAR JENIS MEMBRAN ELEKTROLIT POLIMER KAPASITAS 20W
ANALISA KERUGIAN TEGANGAN DAN PENURUNAN TEKANAN PADA RUANG ALIR TERHADAP SEL BAKAR JENIS MEMBRAN ELEKTROLIT POLIMER KAPASITAS 20W William Ryan Wijaya 1, Himsar Ambarita 2 1 Mahasiswa Departemen Teknik
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring meningkatnya kebutuhan dunia akan energi dan munculnya kesadaran mengenai dampak lingkungan dari penggunaan sumber energi yang berasal dari bahan bakar fosil,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. portable tersebut biasanya menggunakan baterai litium yang dapat diisi ulang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, peralatan elektronik yang bersifat portable semakin banyak digunakan oleh masyarakat. Sumber energi peralatan elektronik portable tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fase. Membran memiliki ketebalan yang berbeda- beda, ada yang tebal dan ada juga yang tipis. Ditinjau dari bahannya,
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Surfaktan Gemini 12-2-12 Sintesis surfaktan gemini dilakukan dengan metode konvensional, yaitu dengan metode termal. Reaksi yang terjadi adalah reaksi substitusi bimolekular
Lebih terperinciTinjauan Pustaka. 2.1 Fuel Cell (Sel Bahan Bakar)
Bab Tinjauan Pustaka.1 Fuel Cell (Sel Bahan Bakar) Fuel cell merupakan suatu alat yang dapat mengubah energi kimia menjadi energi listrik seperti halnya baterai. Prinsip pembuatan fuel cell pertama kali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padilah Muslim, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan energi listrik mengalami peningkatan seiring bertambahnya populasi manusia. Di Indonesia, data dari Direktorat Jendral Ketenagalistrikan Kementrian Energi
Lebih terperinciPenentuan struktur senyawa organik
Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan
Lebih terperinciHand out ini merupakan kelengkapan perkuliahan Karakterisasi Material dan merangkum prinsip dasar teknik karakterisasi material padat serta
Hand out ini merupakan kelengkapan perkuliahan Karakterisasi Material dan merangkum prinsip dasar teknik karakterisasi material padat serta dasar-dasar interpretasinya. Tujuan tersebut merupakan bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang sangat berperan dalam berbagai industri. Air pendingin dalam cooling tower system didistribusikan
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas bahan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
digilib.uns.ac.id Pembuatan Kitosan dari Cangkang Keong Mas untuk Adsorben Fe pada Air BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka A.1. Keong mas Keong mas adalah siput sawah yang merupakan salah satu hama
Lebih terperinciBAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra
BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra 6.2 SEL BAHAN BAKAR Pada dasarnya sel bahan bakar (fuel cell) adalah sebuah baterai ukuran besar. Prinsip kerja sel ini berlandaskan reaksi kimia, bahwa
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1 (5 September 2006)
PENDAULUAN Makanan, kebutuhan pokok bagi manusia, dapat mengandung kontaminan kimia yang dapat mengganggu kesehatan. leh karena itu keamanan pangan (food safety) merupakan hal yang sangat penting. Akrilamida
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material dan Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Kimia ITB, serta di Laboratorium Polimer Pusat Penelitian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas
31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai
Lebih terperinci2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan listrik dunia semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Hal ini tentu disebabkan pertumbuhan aktivitas manusia yang semakin padat dan kebutuhan
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Osteoarthritis (OA) 2.2 Glukosamin hidroklorida (GlcN HCl)
3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Osteoarthritis (OA) Osteoarthritis yang juga sebagai penyakit degeneratif pada sendi adalah bentuk penyakit radang sendi yang paling umum dan merupakan sumber utama penyebab rasa
Lebih terperinciPengaruh Waktu Sulfonasi terhadap Karakteristik Polistiren dan Polyblend-nya dengan Kitosan
Pengaruh Waktu Sulfonasi terhadap Karakteristik Polistiren dan Polyblend-nya dengan Kitosan SKRIPSI Lelly Dwi Ambarini NIM 10504018 PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT
Lebih terperinciPengembangan Membran Penukar Proton Berbasis Polisulfon Tersulfonasi untuk aplikasi Direct Methanol fuel cell (DMFC)
MIPA LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING (LANJUTAN) Pengembangan Membran Penukar Proton Berbasis Polisulfon Tersulfonasi untuk aplikasi Direct Methanol fuel cell (DMFC) Oleh: Dr. Bambang Piluharto, SSi,
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidrogel yang terbuat dari polisakarida alami sudah secara luas di teliti dalam bidang farmasi dan kesehatan, seperti rekayasa jaringan, penghantaran obat, imobilisasi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PELAKSANAAN
30 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Baterai seng udara merupakan salah satu bentuk sumber energi secara elektrokimia yang memiliki peluang sangat besar untuk aplikasi sumber energi masa depan.
Lebih terperinciHari Gambar 17. Kurva pertumbuhan Spirulina fusiformis
11 HASIL DAN PEMBAHASAN Kultivasi Spirulina fusiformis Pertumbuhan Spirulina fusiformis berlangsung selama 86 hari. Proses pertumbuhan diketahui dengan mengukur nilai kerapatan optik (Optical Density).
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.I Sintesis dan Karakterisasi Zeolit Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kaolin alam Cicalengka, Jawa Barat, Indonesia. Kaolin tersebut secara fisik berwarna
Lebih terperinci2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC)
2 Tinjauan Pustaka 2.1 Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) merupakan salah satu jenis fuel cell, yaitu sistem penghasil energi listrik, yang bekerja berdasarkan
Lebih terperinciPengaruh Daya Penyinaran Gelombang Mikro Terhadap Karakteristik Pembakaran Droplet Minyak Jarak Pagar
Pengaruh Daya Penyinaran Gelombang Mikro Terhadap Karakteristik Pembakaran Droplet Minyak Jarak Pagar Ray Dewi, ING. Wardana, Nurkholis Hamidi Jurusan Teknik Mesin Program Magister dan Doktor Fakultas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspal adalah material perekat berwarna coklat kehitam hitaman sampai hitam dengan unsur utama bitumen. Aspal merupakan senyawa yang kompleks, bahan utamanya disusun
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan obat saat ini tengah mengalami kemajuan yang cukup pesat dengan semakin banyaknya peneliti yang melakukan penelitian dan menciptakan berbagai macam obat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI
39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada
Lebih terperinciBAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM
BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM 1.1 Teori Atom Perkembangan teori atom merupakan sumbangan pikiran dari banyak ilmuan. Konsep dari suatu atom bukanlah hal yang baru. Ahli-ahli filsafah Yunani pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang kecenderungan pemakaian bahan bakar sangat tinggi sedangkan sumber bahan bakar minyak bumi yang di pakai saat ini semakin menipis. Oleh karena itu,
Lebih terperinciPembangkit Non Konvensional OTEC
Pembangkit Non Konvensional OTEC OTEC Ada yang tahu apa itu OTEC? OTEC OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) atau Konversi Energi Termal Lautan atau dapat juga disebut : Pembangkit listrik tenaga panas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Karakteristik sifat..., Hendro Sat Setijo Tomo, FMIPA UI, 2010.
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Sel bahan bakar adalah sebuah peralatan yang mampu mengkonversi hydrogen dan oksigen secara elektrokimia menjadi energi listrik dan air, tanpa adanya emisi gas buang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan obat mengalami kemajuan yang cukup pesat seiring dengan perkembangan jaman. Banyak penelitian yang dibutuhkan untuk mengatasi penyakit tersebut
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM KELISTRIKAN BATERAI MOBIL LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN FUEL CELL
BAB III PERANCANGAN SISTEM KELISTRIKAN BATERAI MOBIL LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN FUEL CELL Tujuan dari penyusuan tugas akhir ini merancang baterai untuk memenuhi kebutuhan yang dipakai pada mobil listrik
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hingga kini kita tidak bisa terlepas akan pentingnya energi. Energi merupakan hal yang vital bagi kelangsungan hidup manusia. Energi pertama kali dicetuskan oleh
Lebih terperinciSkala ph dan Penggunaan Indikator
Skala ph dan Penggunaan Indikator NAMA : ENDRI BAMBANG SUPRAJA MANURUNG NIM : 4113111011 KELAS PRODI : DIK A : PENDIDIKAN JURUSAN : MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENGARUH SUHU SULFONASI TERHADAP KARAKTERISTIK MEMBRAN ELEKTROLIT POLIETER-ETER KETON TERSULFONASI Karakteristik membran elektrolit polieter-eter keton tersulfonasi (speek)
Lebih terperinci