BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR 2.1. Pendahuluan Sel Bahan Bakar adalah alat konversi elektrokimia yang secara kontinyu mengubah energi kimia dari bahan bakar dan oksidan menjadi energi listrik. Prinsip kerja Sel Bahan Bakar serupa dengan prinsip kerja baterai. Perbedaan antara baterai dan Sel Bahan Bakar adalah letak sumber energi kimianya. Pada baterai, sumber energinya terletak di dalam baterai, sedangkan sumber energi kimia Sel Bahan Bakar dipasok dari luar. Selama selnya dipasok dengan bahan bakar dan oksidan, daya listrik akan dihasilkan. Sumber energi kimia Sel Bahan Bakar adalah segala macam bahan bakar gas dan oksidan yang dapat dioksidasi dan direduksi secara elektrokimia. Namun, pada umumnya bahan bakar digunakan adalah hidrogen, karena memiliki reaktivitas elektrokimia yang tinggi serta dapat dihasilkan dari hidrokarbon, alkohol, atau batubara. Sedangan oksidan yang digunakan adalah oksigen, baik yang murni maupun yang berasal dari udara bebas. Sel Bahan Bakar memiliki prospek yang baik di masa depan. Keunggulan utama yang dimiliki Sel Bahan Bakar adalah segi efisiensi yang tinggi dan rendahnya polutan yang dihasilkan. Hal ini disebabkan konversi energi terjadi secara langsung dari energi kimia menjadi energi listrik, sedangkan pada pembangkit biasa, energi kimia diubah menjadi energi kalor, energi mekanik, dan akhirnya menghasilkan energi listrik. Selain itu, energi listrik pada Sel Bahan Bakar dihasilkan dari reaksi elektrokimia sehingga polutan yang dihasilkan relatif amat rendah (bahkan pada jenis Sel Bahan Bakar Membran Pertukaran Proton tidak ada polusi sama sekali) [1]. 6

2 2.2. Jenis-Jenis Sel Bahan Bakar [1][4] [15] Sel Bahan Bakar memiliki jenis yang beragam dengan tingkat pengembangan dan aplikasi yang berbeda pula. Jenis Sel Bahan Bakar dapat dibedakan berdasarkan beberapa karakteristik, diantaranya adalah jenis elektrolit dan bahan bakar yang digunakan. Pemilihan tipe elektolit mempengaruhi perbedaan temperatur kerja masing-masing Sel Bahan Bakar. Temperatur kerja dari sel tersebut juga akan mempengaruhi tipe material lain yang digunakan seperti elektroda, elektrolit, katalis dan lain-lain. Temperatur kerja juga mempengaruhi tingkat pemrosesan bahan bakar sebelum masuk ke dalam unit cell. Dalam Sel Bahan Bakar bertemperatur rendah, semua bahan bakar harus dikonversikan menjadi hidrogen. Sel Bahan Bakar juga dapat diklasifikasikan berdasarkan proses yang terjadi. Sel Bahan Bakar dibagi menjadi langsung, tidak langsung, dan regeneratif. Sel Bahan Bakar langsung dapat diartikan sebagai Sel Bahan Bakar yang langsung menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar yang akan diproses, sedangkan Sel Bahan Bakar tidak langsung memakai bahan bakar hidrokarbon lain yang terlebih dahulu diubah menjadi hidrogen. Sedangkan Sel Bahan Bakar regeneratif adalah tipe Sel Bahan Bakar yang menggunakan kembali produk yang dihasilkan dalam proses selanjutnya. Klasifikasi Sel Bahan Bakar yang umum berdasarkan tipe elektrolit dan bahan bakar diantaranya : Alkaline Fuel Cell (AFC) / Sel Bahan Bakar Alkali Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC) / Sel Bahan Bakar Asam Fosfat Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC) / Sel Bahan Bakar Karbon Solid Oxide Fuel Cell (SOFC) / Sel Bahan Bakar Oksida Padat Direct Methanol Fuel Cell Sel (DMFC) / Sel Bahan Bakar Metanol Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) / Sel Bahan Bakar Membran Pertukaran Proton 7

3 Sel Bahan Bakar Alkali / Alkaline Fuel Cell (AFC) Sel Bahan Bakar Alkali menggunakan potasium hidroksida sebagai elektrolit. Konsentrasinya berkisar antara 30-45% tergantung pada sistem. Reaksi kimia yang terjadi ialah : Pada Anoda : 2H (g) + 4(OH) (aq) 4H O(l) + 4e Pada Katoda : O (g) + 2H O(l) + 4e 2 2 4(OH) (aq) - - Keseluruhan : 2H 2(g) + O 2(g) 2H2O(l) Gambar 2.1 Skema Sel Bahan Bakar Alkali / Alkaline Fuel Cell (AFC) Pada Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa ion hidroksil (OH - ) ditransfer dari katoda ke anoda melalui elektrolit sedangkan elektron mengalir melalui rangkaian listrik eksternal/beban. Ion hidroksil akan bereaksi dengan hidrogen dan membentuk air serta mengalirkan elektron Sel Bahan Bakar Asam Fosfat / Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC) Sel Bahan Bakar Asam Fosfat menggunakan asam fosfat sebagai elektrolitnya. Sel Bahan Bakar Asam Fosfat ini merupakan jenis yang paling awal dikomersialkan. Kelebihannya adalah dapat mentoleransi ketidakmurnian hidrogen, Sel Bahan Bakar Asam Fosfat dapat mentoleransi adanya Karbon Monoksida (CO) sebesar 1,5% sehingga jenis bahan bakar yang dapat digunakan beragam. Kekurangannya adalah daya yang dihasilkannya lebih rendah dibandingkan jenis yang lain. Skema kerja PAFC ditunjukkan pada Gambar

4 Gambar 2.2 Skema Sel Bahan Bakar Asam Fosfat / Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC) Reaksi yang terjadi adalah : Pada Anoda : Pada Katoda : H (g) 2H (aq) + 2e O (g) + 2H (aq) + 2e H O(l) Keseluruhan : H (g) O (g) H O(l) Sel Bahan Bakar Karbonat / Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC) Sel Bahan Bakar Karbonat menggunakan senyawa sodium/magnesium karbonat bersuhu tinggi sebagai elektrolit. Sel Bahan Bakar ini menggunakan hidrogen, karbon monoksida, gas alam, propana, dan hasil gasifikasi batubara sebagai bahan bakar. Dapat bekerja pada suhu yang tinggi (antara o C) sehingga memungkinkan efisiensi yang tinggi jika kalornya dimanfaatkan serta fleksibilitas dalam menggunakan bahan bakar dan katalis. Namun suhu yang tinggi juga menyebabkan risiko karat dan kerusakan komponen yang tinggi serta tidak cocok untuk penggunaan di perumahan. Skema kerjanya ditunjukkan pada Gambar 2.3: 9

5 Gambar 2.3 Skema Sel Bahan Bakar Karbonat / Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC) Reaksi yang terjadi adalah : Pada Anoda : Pada Katoda : H (g) + CO H O(g) + CO (g) + 2e O (g) + CO (g) + 2e CO Keseluruhan : H (g) O (g) + CO (g) H O(g) + CO (g) Sel Bahan Bakar Oksida Padat / Solid Oxide Fuel Cell (SOFC) Sel Bahan Bakar Oksida Padat menggunakan senyawa keramik seperti Zirkonium Oksida atau Kalsium Oksida sebagai elektrolit. Suhu operasinya bisa mencapai 1000 o C. Sel Bahan Bakar ini sangat cocok untuk pembangkitan daya-daya besar. Suhu operasi yang tinggi menyebabkan efisiensi konversi daya yang tinggi dengan memakai sistem hybrid dimana kalornya dimanfaatkan untuk jenis pembangkit yang lain seperti turbin uap atau turbin gas. Kemampuan ini memungkinkan Sel Bahan Bakar Oksida Padat menghasilkan daya sampai 100MW. Skema kerjanya ditunjukkan pada Gambar 2.4: 10

6 Gambar 2.4 Skema Sel Bahan Bakar Oksida Padat / Solid Oxide Fuel Cell (SOFC) Reaksi yang terjadi adalah : Pada Anoda : Pada Katoda : H (g) + O H O(g) + 2e O (g) + 2e O - 2- Keseluruhan : H (g) O (g) H O(g) Sel Bahan Bakar Metanol / Direct Methanol Fuel Cell (DMFC) Sel Bahan Bakar Metanol menggunakan material elektrolit membran polimer, yang digunakan juga oleh PEMFC. Sel Bahan Bakar ini menggunakan methanol (CH 3 OH) cair sebagai bahan bakar. Methanol dipertimbangkan sebagai bahan bakar yang lebih mudah disimpan dan berpindah tempat sehingga aplikasinya adalah pada peralatan listrik yang portable. Skema kerja Sel Bahan Bakar Metanol ditunjukkan pada Gambar 2.5: 11

7 Gambar 2.5 Skema Sel Bahan Bakar Metanol / Direct Methanol Fuel Cell (DMFC) Reaksi yang terjadi adalah : Pada Anoda : Pada Katoda : CH OH(l) + H O(l) CO (g) + 6H + 2e H + O (g) + 6e 3H O(l) Keseluruhan : CH OH(l) O (g) CO (g) + 2H O(l) Sel Bahan Bakar Membran Pertukaran Proton / Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) Sel Bahan Bakar Membran Pertukaran Proton mempunyai nama lain, yakni Polymer Electrolyte Fuel Cell karena elektrolitnya terbuat dari polimer. Pada Sel Bahan Bakar jenis ini terjadi pertukaran proton yang ditransfer melalui elektrolit yang berada di antara anoda dan katoda. Elektrolit ini terbuat dari material polimer yang bisa melewatkan ion. PEMFC menggunakan hidrogen murni sebagai bahan bakar utama. Membran polimer yang digunakan oleh PEMFC adalah bersifat isolator terhadap elektron namun bersifat konduktor yang sangat baik terhadap ion hidrogen [4].Konstruksi materialnya mengandung fluorocarbon. Membran polimer ini diproduksi oleh DuPont dengan merek Nafion, dan tipe yang banyak digunakan adalah 1135, 115, dan

8 2.3. Perbandingan Karakteristik Jenis-Jenis Sel Bahan Bakar [1],[11] Setiap jenis Sel Bahan Bakar yang telah dijelaskan di atas memiliki karakteristik masing-masing. Perbedaannya terletak pada bahan bakar yang digunakan, oksidan, elektrolit, ion yang ditransfer, dan lain-lain. Pada Tabel 2.1 menunjukkan perbandingan karakteristik masing-masing Sel Bahan Bakar. Bahan bakar Tabel 2.1 Perbandingan Karakteristik Beberapa Jenis Sel Bahan Bakar PEMFC DMFC AFC PAFC SOFC MCFC H 2 Oksidan O 2, udara Elektrolit Membran (Nafion) Methanol (CH 3 OH)+ H 2 O H 2 H 2 H 2 H 2 O 2,udara O 2, O 2, O 2, CO 2, udara udara Udara O 2,udara Membran (Nafion) Potasium Phosporic hidroksidaacid (liquid) Yttria Stabilized Zirconia (YSZ) Lithium/ sodium/ Potasium karbonat Elektroda Polytetra- Polytetra- Ni dan Polytetra- Yttria Polytetraflouroethylenflouroethy-Nilenflouroethylene Stabilized flouroethy- (PTFE) (PTFE) (PTFE) Zirconia (YSZ) lene (PTFE) Ion yg ditransfer H+ H + OH - H + O - 2 CO 2-3 Suhu operasi o C o C o C o C o C o C Dari Tabel 2.1, dapat kita lihat bahwa kebanyakan Sel Bahan Bakar menggunakan H 2 sebagai bahan bakarnya, sedangkan Sel Bahan Bakar Metanol memakai campuran metanol (CH 3 OH) dan air (H 2 O). Sedangkan dari sisi oksidan, oksigen murni maupun udara campuran paling banyak digunakan, sedangkan Sel Bahan Bakar Karbonat menggunakan tambahan CO2 sebagai oksidan. PEMFC dan Metanol merupakan Sel Bahan Bakar yang memiliki suhu operasi yang paling rendah dibanding yang lain, sedangkan Sel Bahan Bakar Oksida Padat merupakan memiliki suhu operasi paling tinggi. 13

9 Perbandingan Aplikasi Sel Bahan Bakar Sel Bahan Bakar memiliki karakteristik tersendiri yang memungkinkan untuk berbagai aplikasi. Desain Sel Bahan Bakar akan sangat berbeda tergantung pada jenis aplikasinya yang memperhitungkan daya keluaran yang dibutuhkan, suhu, efisiensi, ukuran, berat dan suplai bahan bakar. Aplikasi tersebut diantaranya pencatu daya portable, pembangkit daya cadangan, transportasi dan pembangkit daya stasioner. Tabel 2.2 menunjukkan perbandingan aplikasi dan daya Sel Bahan Bakar. Tabel 2.2 Skema Aplikasi Sel Bahan Bakar Jenis Sel Aplikasi Range Power DMFC - Pengganti baterai - Pembangkit listrik portable dibawah 100 Watt sampai 1 kw AFC - Transportasi 500 W sampai 10 kw - Pembangkit listrik cadangan PAFC - Pembangkit listrik stasioner 50 kw sampai 2 MW - transportasi SOFC - Pembangkit listrik stasioner - Transportasi 5 kw sampai lebih dari 10 MW - CHP (Combined Heat Power) MCFC - Pembangkit listrik stasioner - CHP (Combined Heat Power) 200 kw sampai lebih dari 10 MW PEMFC - Transportasi - Pembangkit listrik portable - Pembangkit listrik cadangan Dibawah 100 Watt sampai diatas 1 MW 2.4. Alasan pemilihan PEMFC Setiap jenis Sel Bahan Bakar mempunyai karakteristik yang unik jika dibandingkan satu dengan yang lain. Termasuk jenis PEM, Sel Bahan Bakar jenis ini mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan dibandingkan jenis yang lain. Tabel 2.3 menunjukkan karakteristik keunggulan dan kelemahan PEMFC [11]. 14

10 Tabel 2.3 Keunggulan dan Kelemahan PEMFC Keunggulan PEMFC Kelemahan PEMFC - Tidak menghasilkan polutan - Manajemen air yang lebih kompleks - Suhu operasi lebih rendah - Manajemen suhu yang lebih kompleks - Jenis aplikasi lebih beragam, - Rentan terhadap polutan di sisi reaktan - Cocok untuk tipe pembangkitan backup dan alat transportasi PEMFC memiliki tingkat kepadatan daya (power density) yang tinggi sehingga memungkinkan untuk mengaplikasikannya pada bidang transportasi dan keperluan mobilitas tinggi lainnya. Elektrolit yang digunakan memilik ketahanan yang tinggi, suhu operasi PEMFC berkisar antara o C. Namun PEMFC memiliki kekurangan yakni harus menggunakan hidrogen yang benar-benar murni sebagai bahan bakar sehingga ketidakmurnian sedikit saja akan menurunkan kinerja sangat jauh. Dari uraian perbandingan jenis-jenis Sel Bahan Bakar di atas, dapat dituliskan beberapa kelebihan PEMFC apabila dimodelkan, yaitu : 1. Suhu operasi di bawah 100 o C, sehingga fasa H 2 O yang terlibat hanya dalam bentuk cair 2. Bahan bakar adalah hidrogen murni, sehingga relatif lebih mudah memodelkan reaksinya. 3. PEMFC banyak diaplikasikan dan diproduksi secara komersial, terutama untuk keperluan transportasi Prinsip Kerja PEMFC [1][3] Sebuah PEMFC sederhana terdiri dari beberapa komponen yakni elektroda (anoda dan katoda), elektrolit, katalis, serta tempat mengalir bahan bakar masuk dan keluar juga oksidan yang masuk dan keluar. Anoda adalah bagian elektroda yang bermuatan negatif sedangkan katoda adalah elektroda yang bermuatan positif. Pada elektroda 15

11 akan terjadi reaksi elektrokimia yang ditandai dengan pelepasan/penggabungan ion dari senyawa Gambar 2.6 Skema Sel Bahan Bakar Membran Pertukaran Proton / Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) Pada Gambar 2.6 dapat dilihat senyawa hidrogen membentuk ion hidrogen dan mengalir melalui elektrolit. Elektrolit adalah material yang digunakan untuk mengalirkan ion dari anoda ke katoda. Katalis berada di antara anoda dan elektrolit, juga elektrolit dan katoda. Katalis digunakan untuk membantu mempercepat proses pelepasan/penggabungan ion. Reaksi elektrokimia pada PEMFC melibatkan perpindahan muatan dari satu elektroda ke elektroda yang lain., dan perpindahan muatan tersebut akan disertai dengan perpindahan elektron. Namun dalam proses perpindahannya, ion dan elektron tidak melalui jalur yang sama. Ion H + berpindah dari anoda ke katoda melalui elektrolit/mebran, sedangkan elektron (e - ) berpindah melalui konduktor yang mengalirkan listrik. Pada PEMFC, reaksi yang terjadi adalah : Pada anoda : H 2(g) Pada katoda : O (g) + 2H (aq) + 2e + - 2H (aq) + 2e (2.1) H O(l) (2.2) Keseluruhan : H (g) O (g) H O(l) (2.3)

12 Gambar 2.7 Reaksi elektroda dan aliran muatan Pada Gambar 2.7, dapat dilihat bahwa hidrogen masuk ke dalam sebuah Sel Bahan Bakar melalui saluran khusus yang terhubung ke anoda. Dari anoda hidrogen yang telah menjadi ion H + akan berpindah ke katoda melalui elektrolit dengan bantuan katalis (yang digunakan pada PEMFC biasanya platina). Sementara elektron mengalir melalui rangkaian listrik/beban yang terhubung. Pada katoda akan terjadi reaksi antara H +, elektron dan oksigen dan membentuk air. Energi listrik dihasilkan oleh perpindahan elektron melalui rangkaian listrik eksternal/beban. Penghitungan dan pemodelan energi listrik dan tegangan yang dihasilkan oleh PEMFC membutuhkan pendekatan dari konsep elektrokimia dan termodinamika. Penjelasan mengenai konsep energi listrik yang dihasilkan, tegangan keluaran dan fenomena-fenomena fisik yang mempengaruhinya dari PEMFC akan dibahas di Bab 3 (Perumusan Model Matematis Sel Bahan Bakar Membran Pertukaran Proton). 17

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik karena listrik merupakan sumber energi utama dalam berbagai bidang kegiatan baik dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peran listrik dalam kehidupan manusia sangatlah penting karena

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peran listrik dalam kehidupan manusia sangatlah penting karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman sekarang ini, kebutuhan manusia akan listrik semakin meningkat. Peran listrik dalam kehidupan manusia sangatlah penting karena listrik merupakan sumber energi

Lebih terperinci

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2)

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2) 15 hidrogen mengalir melewati katoda, dan memisahkannya menjadi hidrogen positif dan elektron bermuatan negatif. Proton melewati elektrolit (Platinum) menuju anoda tempat oksigen berada. Sementara itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini berarti meningkat pula kebutuhan manusia termasuk dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini berarti meningkat pula kebutuhan manusia termasuk dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan bertambahnya waktu maka kemajuan teknologi juga semakin bertambah. Pertumbuhan penduduk di dunia pun kian meningkat termasuk di Indonesia. Hal ini berarti meningkat

Lebih terperinci

MAKALAH ENERGI TEKNOLOGI FUEL CELL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN BAHAN BAKAR

MAKALAH ENERGI TEKNOLOGI FUEL CELL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MAKALAH ENERGI TEKNOLOGI FUEL CELL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN BAHAN BAKAR Oleh : Kelompok 9 Maratus Sholihah (115061100111019) Hairunisa Agnowara (125061100111033) PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan suatu kebutuhan dasar bagi masyarakat modern. Tanpa energi, masyarakat akan sulit melakukan berbagai kegiatan. Pada era globalisasi seperti sekarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang berkelanjutan kian mengemuka di ranah global. Krisis energi terjadi di berbagai negara di dunia bahkan di Indonesia. Berdasarkan Indonesia Energy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan yang ekstensif pada bahan bakar fosil menyebabkan terjadinya emisi polutan-polutan berbahaya seperti SOx, NOx, CO, dan beberapa partikulat yang bisa mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bahan bakar fosil telah digunakan di hampir seluruh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bahan bakar fosil telah digunakan di hampir seluruh aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bahan bakar fosil telah digunakan di hampir seluruh aktivitas manusia seperti penggunaan kendaraan bermotor, menjalankan mesin-mesin pabrik, proses memasak

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra 6.2 SEL BAHAN BAKAR Pada dasarnya sel bahan bakar (fuel cell) adalah sebuah baterai ukuran besar. Prinsip kerja sel ini berlandaskan reaksi kimia, bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, ketersediaan sumber energi fosil dunia semakin menipis, sumber energi ini semakin langka dan harganya pun semakin melambung tinggi. Hal ini tidak dapat dihindarkan

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

Penghematan Gas H2 Pada Sistem PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell) Sesuai Perubahan Daya Beban

Penghematan Gas H2 Pada Sistem PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell) Sesuai Perubahan Daya Beban POLI REKAYASA Volume 10, Nomor 2, April 2015 ISSN : 1858-3709 Penghematan Gas H2 Pada Sistem PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell) Sesuai Perubahan Daya Beban Saving Gas System H2 PEMFC (Proton Exchange

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Oleh: Oki Andrean No. BP Melda Latif, MT NIP

Tugas Akhir. Oleh: Oki Andrean No. BP Melda Latif, MT NIP Tugas Akhir Analisa Perancangan Prototipe Microbial Fuel Cell Tipe Seri, Paralel dan Seri- Paralel dengan Pemanfaatan Bakteri Escherichia Coli Sebagai Sumber Energi Terbaharukan Oleh: Oki Andrean No. BP.

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Produksi H 2 Sampai saat ini, bahan bakar minyak masih menjadi sumber energi yang utama. Karena kelangkaan serta harganya yang mahal, saat ini orang-orang berlomba untuk mencari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fuel Cell Fuel cell atau sel bahan bakar merupakan sebuah alat elektrokimia yang dapat mengubah energi kimia menjadi energi listrik secara terus menerus (Handbook Fuel Cell,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. logam dan nonlogam atau unsur logam dan nonlogam padat, gabungan dari unsur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. logam dan nonlogam atau unsur logam dan nonlogam padat, gabungan dari unsur BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keramik Keramik merupakan campuran padatan yang terdiri dari sebuah unsur logam dan nonlogam atau unsur logam dan nonlogam padat, gabungan dari unsur nonlogam dan unsur nonlogam

Lebih terperinci

2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)

2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) 2. Tinjauan Pustaka 2.1 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sel bahan bakar merupakan salah satu solusi untuk masalah krisis energi. Sampai saat ini, pemakaian sel bahan bakar dalam aktivitas sehari-hari masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap manusia di dunia terutama energi listrik. Dewasa ini kebutuhan energi yang semakin meningkat tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan energi dunia semakin meningkat sedangkan bahan bakar fosil dipilih sebagai energi utama pemenuh kebutuhan, namun bahan bakar ini tidak ramah lingkungan

Lebih terperinci

Pemberitahuan : dikumpulkan daftar pustaka yang digunakan dalam penulisan makalah pada waktu ujian

Pemberitahuan : dikumpulkan daftar pustaka yang digunakan dalam penulisan makalah pada waktu ujian Pemberitahuan : dikumpulkan daftar pustaka yang digunakan dalam penulisan makalah pada waktu ujian BAB I PERKEMBANGAN FUELL CELL Fuel cell merupakan sumber tenaga listrik yang menggunakan hidrogen dan

Lebih terperinci

Pembangkit Non Konvensional OTEC

Pembangkit Non Konvensional OTEC Pembangkit Non Konvensional OTEC OTEC Ada yang tahu apa itu OTEC? OTEC OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) atau Konversi Energi Termal Lautan atau dapat juga disebut : Pembangkit listrik tenaga panas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membran elektrolit berbasis polieter-eter keton tersulfonasi untuk direct methanol fuel cell suhu tinggi Sri Handayani (2008)

BAB I PENDAHULUAN. Membran elektrolit berbasis polieter-eter keton tersulfonasi untuk direct methanol fuel cell suhu tinggi Sri Handayani (2008) dengan penurunan konduktivitas proton 300% (3 kali) dibanding dengan tanpa menggunakan aditif. Selain itu membran yang terbentuk agak rapuh sehingga tidak dapat diuji tensil strength. Pemakaian H-Yzeolit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. portable tersebut biasanya menggunakan baterai litium yang dapat diisi ulang.

BAB I PENDAHULUAN. portable tersebut biasanya menggunakan baterai litium yang dapat diisi ulang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, peralatan elektronik yang bersifat portable semakin banyak digunakan oleh masyarakat. Sumber energi peralatan elektronik portable tersebut

Lebih terperinci

ANALISA KERUGIAN TEGANGAN DAN PENURUNAN TEKANAN PADA RUANG ALIR TERHADAP SEL BAKAR JENIS MEMBRAN ELEKTROLIT POLIMER KAPASITAS 20W

ANALISA KERUGIAN TEGANGAN DAN PENURUNAN TEKANAN PADA RUANG ALIR TERHADAP SEL BAKAR JENIS MEMBRAN ELEKTROLIT POLIMER KAPASITAS 20W ANALISA KERUGIAN TEGANGAN DAN PENURUNAN TEKANAN PADA RUANG ALIR TERHADAP SEL BAKAR JENIS MEMBRAN ELEKTROLIT POLIMER KAPASITAS 20W William Ryan Wijaya 1, Himsar Ambarita 2 1 Mahasiswa Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MODEL MATEMATIS SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON

BAB III PERUMUSAN MODEL MATEMATIS SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON BAB III PERUMUSAN MODEL MATEMATIS SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pemodelan matematis Sel Bahan Bakar Membran Pertukaran Proton (Proton Exchange

Lebih terperinci

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA TUMPUKAN SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN ELEKTROLIT POLIMER

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA TUMPUKAN SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN ELEKTROLIT POLIMER SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA TUMPUKAN SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN ELEKTROLIT POLIMER Frans 1, Himsar Ambarita 2 1) Mahasiswa Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kemajuan teknologi yang pesat pada abad 20 dan ditambah dengan pertambahan penduduk yang tinggi seiring dengan konsumsi energi dunia yang semakin besar. Konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fuel cell merupakan sistem elektrokimia yang mengkonversi energi dari pengubahan energi kimia secara langsung menjadi energi listrik. Fuel cell mengembangkan mekanisme

Lebih terperinci

REDOKS dan ELEKTROKIMIA

REDOKS dan ELEKTROKIMIA REDOKS dan ELEKTROKIMIA Overview Konsep termodinamika tidak hanya berhubungan dengan mesin uap, atau transfer energi berupa kalor dan kerja Dalam konteks kehidupan sehari-hari aplikasinya sangat luas mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Karakteristik sifat..., Hendro Sat Setijo Tomo, FMIPA UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Karakteristik sifat..., Hendro Sat Setijo Tomo, FMIPA UI, 2010. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Sel bahan bakar adalah sebuah peralatan yang mampu mengkonversi hydrogen dan oksigen secara elektrokimia menjadi energi listrik dan air, tanpa adanya emisi gas buang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tentang Sel Bahan Bakar Perkembangan teknologi sel bahan bakar di negara-negara industri maju seperti Amerika dan Eropa dewasa ini semakin terpacu dengan semakin digalakkannya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA METODE PENGHEMATAN GAS H 2 PADA SISTEM PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell) DENGAN MENGATUR BUKAAN VALVE SEBANDING PERUBAHAN DAYA BEBAN TESIS HABIBULLAH 0906577892 FAKULTAS

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Kelistrikan Semua yang ada di alam semesta ini terbuat dari benda. Benda bisa diartikan sebagai sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai berat. Benda bisa digolongkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hingga kini kita tidak bisa terlepas akan pentingnya energi. Energi merupakan hal yang vital bagi kelangsungan hidup manusia. Energi pertama kali dicetuskan oleh

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM KELISTRIKAN BATERAI MOBIL LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN FUEL CELL

BAB III PERANCANGAN SISTEM KELISTRIKAN BATERAI MOBIL LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN FUEL CELL BAB III PERANCANGAN SISTEM KELISTRIKAN BATERAI MOBIL LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN FUEL CELL Tujuan dari penyusuan tugas akhir ini merancang baterai untuk memenuhi kebutuhan yang dipakai pada mobil listrik

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra 3.3 KOROSI Korosi dapat didefinisikan sebagai perusakan secara bertahap atau kehancuran atau memburuknya suatu logam yang disebabkan oleh reaksi kimia

Lebih terperinci

Handout. Bahan Ajar Korosi

Handout. Bahan Ajar Korosi Handout Bahan Ajar Korosi PENDAHULUAN Aplikasi lain dari prinsip elektrokimia adalah pemahaman terhadap gejala korosi pada logam dan pengendaliannya. Berdasarkan data potensial reduksi standar, diketahui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gas HHO Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses elektrolisis air. Elektrolisis air akan menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen, dengan

Lebih terperinci

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq)

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq) 3. ELEKTROKIMIA 1. Elektrolisis Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik searah dengan menggunakan dua macam elektroda. Elektroda tersebut adalah katoda (elektroda yang dihubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi elektronika. Alternatif yang menarik datang dari fuel cell, yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi elektronika. Alternatif yang menarik datang dari fuel cell, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsumsi dunia terhadap energi listrik kian meningkat seiring pesatnya teknologi elektronika. Alternatif yang menarik datang dari fuel cell, yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMODELAN DAN SIMULASI SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB/SIMULINK

BAB IV PEMODELAN DAN SIMULASI SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB/SIMULINK BAB IV PEMODELAN DAN SIMULASI SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB/SIMULINK 4.1. Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai pengembangan model dalam software

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. 2.1 Krisis Energi

Tinjauan Pustaka. 2.1 Krisis Energi Bab 2 Tinjauan Pustaka 2. Krisis Energi Sejak dimulainya revolusi industri di Eropa, konsumsi energi dunia cenderung bertambah secara konstan. Pada tahun 9, konsumsi energi dunia mencapai,7 TerraWatt (7

Lebih terperinci

MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA

MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA Muhammad Ilham, Moch. Arif Nurdin,Septia Eka Marsha Putra, Hanani, Robbi Hidayat. 10211078, 10211003, 10211022, 10211051, 10211063. Program Studi Fisika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich Schönbein pada tahun 1838, sel bahan bakar telah berkembang dan menjadi salah

Lebih terperinci

Konversi ini mengambil tempat dalam sel elektrokimia yang bisa berbentuk

Konversi ini mengambil tempat dalam sel elektrokimia yang bisa berbentuk Elektrokimia 2014 Pengantar ELEKTROKIMIA Studi tentang interkonversi antara listrik dan energi kimia Konversi ini mengambil tempat dalam sel elektrokimia yang bisa berbentuk Sel volta (Voltaic Cell) Sel

Lebih terperinci

KIMIA ELEKTROLISIS

KIMIA ELEKTROLISIS KIMIA ELEKTROLISIS A. Tujuan Pembelajaran Mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada reaksi elektrolisis larutan garam tembaga sulfat dan kalium iodida. Menuliskan reaksi reduksi yang terjadi di

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA Potensial Listrik dan Reaksi Redoks

ELEKTROKIMIA Potensial Listrik dan Reaksi Redoks Departemen Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) ELEKTROKIMIA Potensial Listrik dan Reaksi Redoks Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber energi bahan bakar minyak yang berasal dari fosil saat ini diprediksi sudah tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan konsumsi hidup penduduk dunia di masa datang

Lebih terperinci

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif TUGAS 1 ELEKTROKIMIA Di kelas X, anda telah mempelajari bilangan oksidasi dan reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padilah Muslim, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padilah Muslim, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan energi listrik mengalami peningkatan seiring bertambahnya populasi manusia. Di Indonesia, data dari Direktorat Jendral Ketenagalistrikan Kementrian Energi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv v vi viii ix x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH VARIASI VOLUME AIR PADA WATER TANK DAN BEBAN LISTRIK TERHADAP PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC)

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH VARIASI VOLUME AIR PADA WATER TANK DAN BEBAN LISTRIK TERHADAP PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC) SKRIPSI ANALISIS PENGARUH VARIASI VOLUME AIR PADA WATER TANK DAN BEBAN LISTRIK TERHADAP PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC) Oleh : I NYOMAN JULI ADI PUTRA NIM: 0804305006 JURUSAN

Lebih terperinci

Penyusun: Djoko Triyono

Penyusun: Djoko Triyono Penyusun: Djoko Triyono Topik Topik yang akan dibahas Pendahuluan Konsep Kerja Daya Energi, Posisi, dan Gerak Konversi Energi Sumber Energi Energi Alternatif dan Energi Masa Depan Kesimpulan dan Saran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PEMANFAATAN LIMBAH STYROFOAM UNTUK MEMBRAN SEL BAHAN BAKAR (FUEL CELL) Nida Mariam, Indah Dewi Puspitasari, Ali Syari ati. Pembimbing: Prof. Dr. I Made Arcana. Institut Teknologi Bandung. 2011 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah permasalahan besar yang harus dihadapi pada

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah permasalahan besar yang harus dihadapi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara adalah permasalahan besar yang harus dihadapi pada saat ini karena udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan makhluk hidup, terutama manusia.

Lebih terperinci

Aplikasi Teknik Sputtering Untuk Deposisi Katalis Pada Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell

Aplikasi Teknik Sputtering Untuk Deposisi Katalis Pada Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell FUNDAMENTAL DAN APLIKASI TEKNIK KIMIA 28 Surabaya, 5 November 28 Aplikasi Teknik Sputtering Untuk Deposisi Katalis Pada Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell M. Nadrul Jamal, Widodo W. Purwanto, Bono

Lebih terperinci

KAJIAN TEGANGAN YANG DIBANGKITKAN DAN KONSUMSI HIDROGEN PADA SEL BAHAN BAKAR POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE KAPASITAS 20 W

KAJIAN TEGANGAN YANG DIBANGKITKAN DAN KONSUMSI HIDROGEN PADA SEL BAHAN BAKAR POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE KAPASITAS 20 W KAJIAN TEGANGAN YANG DIBANGKITKAN DAN KONSUMSI HIDROGEN PADA SEL BAHAN BAKAR POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE KAPASITAS 20 W Rezky Putra Pratama 1, Tekad Sitepu 2 1) Mahasiswa Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara Untuk mengetahui laju korosi baja karbon dalam lingkungan elektrolit jenuh udara, maka dilakukan uji korosi dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hingga peningkatan efesiensi energi yang digunakan. Namun sayangnya

I. PENDAHULUAN. hingga peningkatan efesiensi energi yang digunakan. Namun sayangnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini energi listrik merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia, mulai dari sektor industri, transportasi, komersial hingga perumahan. Akibatnya manusia mengembangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidrogen [16]. Fuel cell termasuk dalam energi alternatif baru yang memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidrogen [16]. Fuel cell termasuk dalam energi alternatif baru yang memiliki II. TINJAUAN PUSTAKA A. Fuel Cell Fuel cell adalah suatu perangkat elektrokimia yang berfungsi untuk menghasilkan energi listrik melalui reaksi redoks dari suatu bahan bakar hidrogen [16]. Fuel cell termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Proses pengujian panas yang dihasilkan dari pembakaran gas HHO diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori-teori yang berhubungan dengan pengujian yang

Lebih terperinci

BAB V VALIDASI DAN ANALISIS HASIL SIMULASI MODEL SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON

BAB V VALIDASI DAN ANALISIS HASIL SIMULASI MODEL SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON BAB V VALIDASI DAN ANALISIS HASIL SIMULASI MODEL SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON 5.1. Pendahuluan Pada Bab 5 ini akan dibahas mengenai validasi dan analisis dari hasil simulasi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN BAB II : MEKANISME KOROSI dan MICHAELIS MENTEN 4 BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN Di alam bebas, kebanyakan logam ditemukan dalam keadaan tergabung secara kimia dan disebut bijih. Oleh karena keberadaan

Lebih terperinci

SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA GAS DIFFUSION LAYER SEBUAH SEL BAHAN BAKAR POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE KAPASITAS 20 W

SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA GAS DIFFUSION LAYER SEBUAH SEL BAHAN BAKAR POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE KAPASITAS 20 W SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA GAS DIFFUSION LAYER SEBUAH SEL BAHAN BAKAR POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE KAPASITAS 20 W Ismail Rusli 1, Tekad Sitepu 2 1) Mahasiswa Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

D. 4,50 x 10-8 E. 1,35 x 10-8

D. 4,50 x 10-8 E. 1,35 x 10-8 1. Pada suatu suhu tertentu, kelarutan PbI 2 dalam air adalah 1,5 x 10-3 mol/liter. Berdasarkan itu maka Kp PbI 2 adalah... A. 4,50 x 10-9 B. 3,37 x 10-9 C. 6,75 x 10-8 S : PbI 2 = 1,5. 10-3 mol/liter

Lebih terperinci

ANALISA EFISIENSI KIPAS DAN SIMULASI KECEPATAN HIDROGEN DI DALAM MICRO CHANNEL SEL BAHAN BAKAR POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE KAPASITAS 20W

ANALISA EFISIENSI KIPAS DAN SIMULASI KECEPATAN HIDROGEN DI DALAM MICRO CHANNEL SEL BAHAN BAKAR POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE KAPASITAS 20W ANALISA EFISIENSI KIPAS DAN SIMULASI KECEPATAN HIDROGEN DI DALAM MICRO CHANNEL SEL BAHAN BAKAR POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE KAPASITAS 20W Juwirianto 1, Himsar Ambarita 2 1) Mahasiswa Departemen Teknik

Lebih terperinci

kimia KTSP & K-13 TERMOKIMIA I K e l a s A. HUKUM KEKEKALAN ENERGI TUJUAN PEMBELAJARAN

kimia KTSP & K-13 TERMOKIMIA I K e l a s A. HUKUM KEKEKALAN ENERGI TUJUAN PEMBELAJARAN KTSP & K-13 kimia K e l a s XI TERMOKIMIA I TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Menjelaskan hukum kekekalan energi, membedakan sistem dan

Lebih terperinci

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4 APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4 A. DESKRIPSI Anda tentu pernah mengalami kekecewaan, karena barang yang anda miliki rusak karena berkarat. Sepeda,

Lebih terperinci

Dalam 1 golongan dari atas ke bawah energi ionisasi bertambah kecil ionisasi K < ionisasi Na.

Dalam 1 golongan dari atas ke bawah energi ionisasi bertambah kecil ionisasi K < ionisasi Na. 20 Soal + pembahasan. 1. Unsur-unsur golongan alkali disusun dengan meningkatnya nomor atom, yaitu : Li, Na, K, Rb dan Cs. Sifat-sifat golongan alkali yang betul adalah. A. sifat reduktor Na lebih kuat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PENGKONDISI TEGANGAN KONSTAN PADA PROTON EXCHANGE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC) HORIZON H-1000 MENGGUNAKAN BUCK CONVERTER TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA PENGKONDISI TEGANGAN KONSTAN PADA PROTON EXCHANGE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC) HORIZON H-1000 MENGGUNAKAN BUCK CONVERTER TESIS UNIVERSITAS INDONESIA PENGKONDISI TEGANGAN KONSTAN PADA PROTON EXCHANGE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC) HORIZON H-1000 MENGGUNAKAN BUCK CONVERTER TESIS KHALIF AHADI 0906578365 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapasitor Kapasitor banyak digunakan dalam sirkuit elektronik dan mengerjakan berbagai fungsi. Pada dasarnya kapasitor merupakan alat penyimpan muatan listrik yang dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi merupakan faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis industri didirikan guna memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Bambang (2016) dalam perancangan tentang modifikasi sebuah prototipe kalorimeter bahan bakar untuk meningkatkan akurasi pengukuran nilai

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

Elektrokimia. Tim Kimia FTP Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis ini merupakan

Lebih terperinci

PROSPEK PENGGUNAAN DIRECT METHANOL FUEL CELLS (DMFC) DIBANDINGKAN DENGAN HYDROGEN SOLID POLYMER FUEL CELLS (H2 SPFC)

PROSPEK PENGGUNAAN DIRECT METHANOL FUEL CELLS (DMFC) DIBANDINGKAN DENGAN HYDROGEN SOLID POLYMER FUEL CELLS (H2 SPFC) PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 004 ISSN : 1411-416 PROSPEK PENGGUNAAN DIRECT METHANOL FUEL CELLS (DMFC) DIBANDINGKAN DENGAN HYDROGEN SOLID POLYMER FUEL CELLS (H SPFC) Haifa Wahyu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sel Tunam 2.1.1. Definisi Sel tunam ialah perangkat konversi energi elektrokimia yang menghasilkan energi listrik dari pasokan bahan bakar (pada anoda) dan oksidan (pada katoda)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi pada saat ini dan pada masa kedepannya sangatlah besar. Apabila energi yang digunakan ini selalu berasal dari penggunaan bahan bakar fosil tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan potensial/ Potential Reserve. Cadangan Terbukti/ Proven Reserve. Tahun/ Year. Total

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan potensial/ Potential Reserve. Cadangan Terbukti/ Proven Reserve. Tahun/ Year. Total BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan komponen yang selalu dibutuhkan manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya karena hampir semua kegiatan manusia bergantung pada ketersediaan energi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring meningkatnya kebutuhan dunia akan energi dan munculnya kesadaran mengenai dampak lingkungan dari penggunaan sumber energi yang berasal dari bahan bakar fosil,

Lebih terperinci

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4 KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN Sel Volta (Bagian I) Pada sesi 3 sebelumnya, kita telah mempelajari reaksi redoks. Kita telah memahami bahwa reaksi redoks adalah gabungan dari reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketersediaan energi yang berkelanjutan merupakan salah satu isu yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketersediaan energi yang berkelanjutan merupakan salah satu isu yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketersediaan energi yang berkelanjutan merupakan salah satu isu yang cukup penting di setiap negara, tidak terkecuali Indonesia. Hal ini tidak tidak terlepas

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

LAMPIRAN II PERHITUNGAN LAMPIRAN II PERHITUNGAN 1. Menghitung jumlah KOH yang dibutuhkan Konsentrasi KOH Volume Elektrolit Berat Molekul KOH Maka, gram KOH gram KOH : 1.25 M : 12 Liter : 56. 11 gram = M x V x BM (Sumber : Kimia

Lebih terperinci

9/30/2015 ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA. Elektrokimia? Elektrokimia?

9/30/2015 ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA. Elektrokimia? Elektrokimia? Elektrokimia? Elektrokimia? Hukum Faraday : The amount of a substance produced or consumed in an electrolysis reaction is directly proportional to the quantity of electricity that flows through the circuit.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Saat ini hidrogen diproyeksikan sebagai unsur penting untuk memenuhi kebutuhan clean energy di masa depan. Salah satunya adalah fuel cell. Sebagai bahan bakar, jika hidrogen

Lebih terperinci

MASS TRANSFER STUDY ON POLYMER ELECTROLYTE FUEL CELL

MASS TRANSFER STUDY ON POLYMER ELECTROLYTE FUEL CELL MASS TRANSFER STUDY ON POLYMER ELECTROLYTE FUEL CELL Eniya Listiani Dewi Center for Materials Technology (PTM), Deputy for Information, Energy and Materials Technology (TIEM) Badan Pengkajian dan Penerapan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Baterai. Baterai atau akumulator adalah sebuah sel listrik dimana di dalamnya

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Baterai. Baterai atau akumulator adalah sebuah sel listrik dimana di dalamnya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Baterai Baterai atau akumulator adalah sebuah sel listrik dimana di dalamnya berlangsung proses elektrokimia yang reversible (dapat berbalikan) dengan efisiensinya yang tinggi.

Lebih terperinci

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis

Lebih terperinci

BAB 8. ELEKTROKIMIA 8.1 REAKSI REDUKSI OKSIDASI 8.2 SEL ELEKTROKIMIA 8.3 POTENSIAL SEL, ENERGI BEBAS, DAN KESETIMBANGAN 8.4 PERSAMAAN NERNST 8

BAB 8. ELEKTROKIMIA 8.1 REAKSI REDUKSI OKSIDASI 8.2 SEL ELEKTROKIMIA 8.3 POTENSIAL SEL, ENERGI BEBAS, DAN KESETIMBANGAN 8.4 PERSAMAAN NERNST 8 BAB 8 BAB 8. ELEKTROKIMIA 8.1 REAKSI REDUKSI OKSIDASI 8.2 SEL ELEKTROKIMIA 8.3 POTENSIAL SEL, ENERGI BEBAS, DAN KESETIMBANGAN 8.4 PERSAMAAN NERNST 8.5 SEL ACCU DAN BAHAN BAKAR 8.6 KOROSI DAN PENCEGAHANNYA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi fosil seperti batu bara, bensin dan gas secara terusmenerus menyebabkan persediaan bahan bakar fosil menjadi menipis. Kecenderungan ini telah mendorong

Lebih terperinci

Oksidasi dan Reduksi

Oksidasi dan Reduksi Oksidasi dan Reduksi Reaksi kimia dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara antara lain reduksi-oksidasi (redoks) Reaksi : selalu terjadi bersama-sama. Zat yang teroksidasi = reduktor Zat yang tereduksi

Lebih terperinci

Pembuatan Larutan CuSO 4. Widya Kusumaningrum ( ), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati.

Pembuatan Larutan CuSO 4. Widya Kusumaningrum ( ), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati. Pembuatan Larutan CuSO 4 Widya Kusumaningrum (1112016200005), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati. Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

SKRIPSI PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL DENGAN VARIASI JUMLAH SEL FUEL CELL DAN BESAR DAYA INPUT LISTRIK PADA ELEKTROLIZER

SKRIPSI PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL DENGAN VARIASI JUMLAH SEL FUEL CELL DAN BESAR DAYA INPUT LISTRIK PADA ELEKTROLIZER 1 SKRIPSI PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL DENGAN VARIASI JUMLAH SEL FUEL CELL DAN BESAR DAYA INPUT LISTRIK PADA ELEKTROLIZER OLEH RICHARD D. BUTARBUTAR NIM : 08043052 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang telah diperoleh. Dari berbagai gejala yang muncul selama proses analisis,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang telah diperoleh. Dari berbagai gejala yang muncul selama proses analisis, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bagian ini dilakukan analisis dan kajian lebih lanjut terhadap data yang telah diperoleh. Dari berbagai gejala yang muncul selama proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dibagi menjadi dua yaitu mesin pembangkit energi tidak bergerak. (stationer) dan mesin pembangkit energi bergerak (mobile).

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dibagi menjadi dua yaitu mesin pembangkit energi tidak bergerak. (stationer) dan mesin pembangkit energi bergerak (mobile). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) adalah alat pengkonversi energi yang berpotensi sebagai pembangkit energi alternatif di masa depan. Dalam sistem

Lebih terperinci