UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN MODEL KNOWLEDGE MANAGEMENT SSTEM UNTUK MENDUKUNG PROSES KERJA AKREDITASI: STUDI KASUS LEMBAGA AKREDITAS MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN KARA AKHIR RISNA SARI FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI JAKARTA JANUARI 2014

2 UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN MODEL KNOWLEDGE MANAGEMENT SSTEM UNTUK MENDUKUNG PROSES KERJA AKREDITASI: STUDI KASUS LEMBAGA AKREDITAS MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN KARA AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Informasi RISNA SARI FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI JAKARTA JANUARI 2014

3 HALAMAN PERNATAAN ORISINALITAS Karya Akhir ini adalah hasil karya Saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah Saya nyatakan dengan benar. NAMA : Risna Sari NPM : TANDA TANGAN : TANGGAL : 16 Januari 2014 ii

4 HALAMAN PENGESAHAN Karya Akhir ini diajukan Oleh : Nama : Risna Sari NPM : Program Studi : Magister Teknologi Informasi Judul Karya Akhir : Perancangan Model Knowledge Management System Untuk Mendukung Proses Kerja Akreditasi: Studi Kasus Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAMPTKes) Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Informasi pada Program Studi Magister Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Komputer,. DEWAN PENGUJI Pembimbing : Dr. Indra Budi (... ) Penguji 1 : Dana Indra Sensuse, MLIS., Ph.D (...) Penguji 2 : ova Ruldevyani, M.Kom (...) Ditetapkan di : Jakarta Tanggal : 16 Januari 2014 iii

5 KATA PENGANTAR/ UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allh Subhanahu Wata ala, atas rahmat dan karunia-nya, penulisan karya akhir dengan judul Perancangan Model Knowledge Management System Untuk Mendukung Proses Kerja Akreditasi Studi Kasus: Lembaga Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAMPTKes) ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan karya akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Teknologi Informasi pada Program Studi Magister Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Komputer - Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Pembimbing Karya Akhir Dr. Indra Budi, yang telah menyediakan tenaga, waktu, dan pikiran dalam membimbing saya untuk menyelesaikan karya akhir ini. 2. Segenap staf dan pimpinan Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Kesehatan (LAMPTKes) yang telah menyediakan waktu, tempat dan kesempatan bagi saya. Terima kasih telah mengijinkan saya untuk mendapatkan data dan informasi yang bermanfaat sehingga dapat digunakan dalam penelitian karya akhir. 3. Dosen Penguji Karya Akhir Dana Indra Sensuse, MLIS., Ph.D dan Ibu ova Ruldeviyani, M.Kom. Terima kasih telah memberikan masukanmasukan yang membangun untuk perbaikan karya akhir ini. 4. Orangtua dan seluruh keluarga besar, terima kasih atas do a dan dukungannya yang tak pernah henti selama saya menempuh pendidikan MTI dan proses penyusunan karya akhir. 5. Sahabat, teman dan kolega terima kasih atas do a, dukungan semangat dan pengertiannya selama penyusunan karya akhir ini. iv

6 6. Teman-teman MTI2012C terima kasih atas dukungan semangatnya. Tentu saja karya akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran dari pembaca untuk perbaikan. Semoga karya akhir dapat bermanfaat bagi pembaca. Jakarta, Januari 2014 Penulis v

7 HALAMAN PERNATAAN PERSETUJUAN KARA AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik, Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Risna Sari NPM : Program Studi : Magister Teknologi Informasi Fakultas : Ilmu Komputer Jenis Karya : Karya Akhir Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-excluxive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah Saya yang berjudul: Perancangan Model Knowledge Management System Untuk Mendukung Proses Kerja Akreditasi: Studi Kasus Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan. Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database). Merawat, dan mempublikasikan karya akhir saya tanpa ama meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Jakarta Pada tanggal : 16 Januari 2014 ang menyatakan : ( Risna Sari ) vi

8 ABSTRAK Nama : Risna Sari Pogram Studi : Magister Teknologi Informasi Judul : Perancangan Model Knowledge Management System Untuk Mendukung Proses Kerja Akreditasi: Studi Kasus Lembaga Akreditas Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan LAMPTKes (Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan) didirikan dengan berlandaskan pada dasar hukum, sosiologis, filosofis, dan teknis. LAMPTKes merupakan organisasi yang akan melakukan penilaian akreditdasi pendidikan tinggi kesehatan di Indonesia. Proses akreditasi tidak terlepas dari peran berbagai pihak agar dapat menentukan kelayakan sebuah organisasi. Proses akreditasi akan menentukan kualitas dari pendidikan tinggi yang akan berpengaruh langsung pada kulitas keluarannya (sumber daya manusia berkualitas). Organisasi menangkap sebuah peluang dimana proses kerja akreditasi bisa sesuai dengan harapan dengan menggunakan sistem manajemen pengetahuan. Analisis dari penelitian ini menghasilkan kebutuhan proses manajemen pengetahuan pada LAMPTKes. Proses manajemen pengetahuan tersebut adalah exchange, combination, extenalization, internalization, dan socialization for knowledge sharing. Sistem manajemen pengetahuan yang dirancang untuk mendukung proses-proses tersebut adalah sistem yang mempunyai fungsi sebagai lesson learned system, document management, document collaboration, dan groupware untuk CoP (Community of Practice). Kata kunci: sistem manajemen pengetahuan, proses kerja akreditasi, CoP, lesson learned, document management, document collaboration, groupware. X+ 115 halaman; 39 gambar; 19 tabel; 5 lampiran vii

9 ABSTRACT Nama : Risna Sari Pogram Studi : Magister Teknologi Informasi Judul : Design of Knowledge Management System Model to Support Accreditation Process:Case Study Lembaga Akreditas Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan LAMPTKes (Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan) was established based on a legal basis, sociological, philosophical, and technical. The accreditation process is inseparable from the role of various stakeholders in order to determine the feasibility of an organization. The accreditation process will determine the quality of higher education that will impact directly on the quality of their output (qualified human resources). Organizations capture an opportunity which the accreditation process can work in line with expectations by using a knowledge management system. The analysis of this research result is the need of knowledge management processes in LAMPTKes. The knowledge management process is exchange, combination, extenalization, Internalization, and socialization for knowledge sharing. Knowledge management system designed to support these processes is a system which has a function as a lesson learned the system, document management, document collaboration and groupware for CoP ( Community of Practice ). Keywords: knowledge management system, knowledge management, CoP, lesson learned, document management, document collaboration, groupware X+ 115 pages; 39 figures; 19 tables; 5 attachments viii

10 DAFTAR ISI HALAMAN PERNATAAN ORISINALITAS... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR/ UCAPAN TERIMA KASIH... iv HALAMAN PERNATAAN PERSETUJUAN KARA... vi AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv 1. PENDAHULUAN Latar belakang LAMPTKes sebagai Penjamin Mutu Proses Akreditasi LAMPTKes Sumber Daya Manusia LAMPTKes Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Batasan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan TINJAUAN PUSTAKAN Knowledge (pengetahuan) Data, Informasi dan Pengetahuan Jenis Pengetahuan Sumber Pengetahuan Konversi Pengetahuan Knowledge Management (Manajemen Pengetahuan) Knowledge Management Process (Proses Manajemen Pengetahuan) Knowledge Management Systems, Solution & Foundation Knowledge Management Systems Model Pengembangan Knowledge Management System KM Contingency Factor Ten Steps Knowledge Management Road KM Systems Life Cycle Dampak Knowledge Management Teori Perancangan Sistem Model Perancangan Sistem Berorientasi Objek UML Perancangan Basis Data Penelitian Sebelumnya Kerangka Berfikir METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian ix

11 3.2 Metode Pengumpulan Data Studi Dokumen Observasi Wawancara Validitas dan Realibilitas Penelitian Kualitatif PROFIL ORGANISASI Sejarah Organisasi Visi Misi Tujuan dan Nilai LAM-PTKes Indonesia Struktur Organisasi Tugas Organogram LAMPTKes ANALISIS KEBUTUHAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SSTEM Analisis Aktivitas Organisasi Proses Bisnis Analisis Data, Informasi dan Pengetahuan Analisis Faktor Sumber Daya Manusia Analisis Faktor Kontingensi Analisis Karakteristik Tugas Analisis Karakteristik Knowledge Analisis Karakteristik Organisasi Analisis Strategi Bisnis Organisasi Analisis Karakteristik Lingkungan Organisasi Identifikasi & Prioritas Proses Knowledge Management Prioritas Proses Knowledge Management Identifikasi Proses Knowledge Management Saat Ini Identifikasi Kebutuhan Knowledge Management Tambahan Penilaian Infrastruktur Knowledge Management Kultur Organisasi Struktur Organisasi Infrastrukur Teknologi Informasi Infrastruktur Teknologi Informasi Saat ini Arsitektur Aplikasi KMS Infrastruktur Server Pengetahuan Kebutuhan KMS, Mekanisme dan Teknologi PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SSTEM Kebutuhan Fungsional Rancangan Fitur KMS LAMPTKes Fitur Login Download Lesson Search For Lesson Submit Lesson Include Add New Lesson Verify Lesson Edit Lesson Add Document Searching Document Working On Document Download Document Add Member CoP Add Discussion x

12 6.1.2 Rancangan Data Kebutuhan Non Fungsional Kinerja Sistem Infrastruktur Knowledge Management System Simpulan dan Saran Simpulan Saran Daftar Pustaka xi

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Status Akreditasi Perguruan Tinggi Bidang Kesehatan... 2 Gambar 1.2 Posisi SDM Dalam Model Kerja LAMPTKes (LAMPTKes, 2013). 8 Gambar 2.1 Hubungan Data, Informasi dan Knowledge (Awad, et al., 2004) Gambar 2.2 Data, Informasi dan Knowledge (Beccera-Fernandez, et al., 2010). 14 Gambar 2.3 From Procedural to Episodic Knowledge (Tiwana, 2002) Gambar 2.4 Sumber Knowledge (Beccera-Fernandez, et al., 2010) Gambar 2.5 Konversi Knowledge Nonaka & Takeuci Gambar 2.6 Knowledge process (Beccera-Fernandez, et al., 2010) Gambar 2.7 KM Solution (Beccera-Fernandez, et al., 2010) Gambar 2.8 KM Contingency Factor (Beccera-Fernandez, et al., 2010) Gambar 2.9 Dampak Task Characteristics pada Proses KM Gambar 2.10 Dampak karakteristik knowledge pada proses KM Gambar 2.11 The-10 Step Knowledge Management Road Map Gambar 2.12 KMS Life Cycle (Awad, et al., 2004) Gambar 2.13 KM Cycle dan Organisasi (Awad, et al., 2004) Gambar 2.14 Dampak Knowledge Management Pada Organisasi Gambar 2.15 Mapping Model Analisis Perancangan (Pressman, 2008) Gambar 2.16 Kerangka Berfikir Gambar 3.1 Metodologi Penelitian Gambar 3.2 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Gambar 4.1 Organigram LAMPT Gambar 5.1 Value Chain Proses Kerja Akreditasi Gambar 5.2 Infrastruktur Jaringan LAMPTKes Gambar 5.3 Infrastruktur Sistem Manajemen Pengetahuan LAMPTKes Gambar 5.4 Konsep Server Pengetahuan (Tiwana, 2002) Gambar 5.5 Konsep Knowledge Server (Awad, 2004) Gambar 6.1 Use Case KMS LAMPTKes Gambar 6.2 Activity Diagram Login Gambar 6.3 Activity diagram download lesson Gambar 6.4 Activity Diagram Search Lesson Gambar 6.5 Activity Diagram Add Lesson Gambar 6.6 Activity Diagram Verifikasi Lesson Gambar 6.7 Edit Lesson Gambar 6.8 Add Document Gambar 6.9 Searching Document Gambar 6.10 Working On Document Gambar 6.11 Activity Diagram Searching Document Gambar 6.12 Add Member CoP Gambar 6.13 Activity Diagram Add Discussion Gambar 6.14 Entity relationship diagram Gambar 6.15 Infrastruktur TI Untuk Mendukung KMS xii

14 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Sumber Knowledge Menurut Tiwana Tabel 2.2 Integrasi KM Proses dan Mekanisme serta Teknologi Tabel 2.3 Dampak Karakteristik Organisasi dan Lingkungan pada KM Proses Tabel 2.4 Penelitian Sebelumnya Tabel 4.1 Tugas Organogram LAMPTKes Tabel 5.1 Analisis Data, Informasi dan Knowledge Tabel 5.2 Pengelompokan Knowledge Organisasi Tabel 5.3 Kelompok dan Bobot Perubahan Lingkungan Organisasi Tabel 5.4 Ringkasan Identifikasi Faktor Kontingensi Tabel 5.5 Identifikasi Proses Knowledge Management Tabel 5.6 Prioritas Proses Manajemen Pengetahuan Tabel 5.7 Analisis Prioritas Proses Manajemen Pengetahuan Tabel 5.8 Daftar Proses Manajemen Pengetahuan Saat Ini Tabel 5.9 Identifikasi Proses Manajemen Pengetahuan Tambahan Tabel 5.10 Prioritas KM Proses Baru Tabel 5.11 Pemetaan Kebutuhan KM Proses, Mekanisme dan Teknologi Tabel 5.12 Pemetaan Kebutuhan KMS LAMPTKes dan Teknologi KMS Tabel 5.13 Fungsionalitas Sistem KM Tabel 6.1 Kebutuhan Minimun Perangkat Keras dan Lunak xiii

15 DAFTAR LAMPIRAN Transkrip Wawancara Sekretaris Organisasi Transkrip Wawancara (Konfirmasi) Expert Panduan Observasi Proses Kerja Akreditasi LAMPTKes Observasi Rating Scale Hasil Observasi Behaviour Proses Kerja Akreditasi xiv

16 BAB I PENDAHULUAN 1. Pendahuluan Bab satu menjelaskan mengenai pendahuluan penelitian karya akhir. Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, perumusan permasalahan, tujuan, batasan, manfaat dan sistematika penulisan. 1.1 Latar belakang Kualitas kesehatan masyarakat di Indonesia tidak terlepas dari peran penting sertifikasi individual dan akreditasi institusi. Hal tersebut sejalan dengan peraturan pemerintah melalui Undang-Undang (UU) RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen sebagai cerminan sertifikasi individual selain itu, juga dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan terkait dengan akreditasi institusi LAMPTKes sebagai Penjamin Mutu Berdasarkan UU RI No.20 Tahun 2003 Pasal 60 ayat (1) dan (3), akreditasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan berdasarkan kriteria yang bersifat terbuka. Akreditasi merupakan bentuk jaminan mutu eksternal yaitu suatu proses yang digunakan lembaga berwenang dalam memberikan pengakuan formal bahwa suatu institusi mempunyai kemampuan untuk melakukan kegiatan tertentu. BAN-PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi) merupakan badan akreditasi yang diakui pemerintah dan memiliki wewenang untuk melaksanakan sistem akreditasi pada pendidikan tinggi. Dalam PP No. 60 Tahun 1989 disebutkan bahwa BAN-PT merupakan badan independen yang diangkat dan melaporkan tugasnya pada Menteri Pendidikan Nasional. Fungsi utama BAN- PTmenurut UU No. 20 tahun 2003, PP No. 60/1999 dan SK Menteri Pendidikan Nasional No. 118/U/2003 adalah membantu menteri Pendidikan Nasional dalam melaksanakan penilaian mutu perguruan tinggi (Perguruan Tinggi Negeri, 1

17 2 Kedinasan, Keagamaan, dan Swasta). Pada saat ini akreditasi perguruan tinggi bidang kesehatan dilakukan oleh BAN-PT. Tetapi untuk tahun depan akreditasi khusus bidang kesehatan akan dilakukan oleh LAMPTKes. LAMPTKes (Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan) didirikan dengan berlandaskan pada dasar hukum, sosiologis, filosofis, dan teknis. Landasan hukum pertama adalah UU RI No.20 Tahun 2003 pasal 60 ayat (1) tentang sistem pendidikan nasional. Pernyataan UU tersebut membuka peluang didirikannya lembaga akreditasi mandiri yang memiliki keunikan tersendiri. Landasan kedua berasal dari Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan. Pada pasal 86 ayat (1) dan (2), pasal 87 ayat (1) dan (3) dan (5), pasal 88. Sumber Data: HPEQ melalui Gambar 1.1 Status Akreditasi Perguruan Tinggi Bidang Kesehatan Landasan hukum ketiga berasal dari UU RI No. 12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi. Landasan teknis digambarkan pada gambar 1.1. Pada April 2012 terdapat 2219 program studi dari tujuh profesi (Dokter, Dokter Gigi, Perawat, Bidan, Farmasi, Gizi, dan Kesehatan Masyarakat) sebanyak 663 program studi masih belum terakreditasi (gambar 1.1).

18 3 Hal tersebut menjadi penting karena banyaknya jumlah program studi yang belum terakreditasi, menandakan kualitas penyelenggara pendidikan yang menentukan kualitas lulusan tenaga kesehatan, yang akan memberikan pelayanan ke masyarakat belum terjamin. Sistem akreditasi pada LAMPTKes berprinsip pada continous quality cascade, quality cascade, conceptualization, production and usability (CPU), dan trustworthy. Filosofi yang terkandung pada keempat prinsip tersebut mencerminkan adanya social accountability dari institusi pendidikan kesehatan untuk melindungi dan menjamin masyarakat mendapat pelayanan kesehatan dengan kualitas tertinggi Proses Akreditasi LAMPTKes LAMPTKes telah melakukan studi mengenai persepsi tentang nilai tambah akreditasi. Persepsi pertama bahwa setelah sistem pendidikan tingginya sendiri(52% responden), sistem akreditasi pendidikan tinggi kesehatan dianggap paling menentukan mutu tenaga kesehatan oleh 23% responden. Persepsi kedua sebanyak 66% responden menganggap bawa peran akreditasi terhadap peningkatan mutu pendidikan tinggi kesehatan adalah besar ditambah 28% yang menganggap cukup berperan. Proses akreditasi tidak terlepas dari peran berbagai pihak agar dapat menentukan kelayakan sebuah organisasi. Proses akreditasi akan menentukan kualitas dari pendidikan tinggi yang akan berpengaruh langsung pada kulitas keluarannya (sumber daya manusia berkualitas). Mutu SDM (Sumber Daya Manusia) dibangun pertama kali di lembaga pendidikan tinggi. Tantangan terbesar pada dewasa ini adalah bagaimana menghasilkan tenaga kesehatan yang berkualitas, dalam jumlah yang cukup dan tersebar merata, serta relevan dengan kebutuhan masyarakat. Kolaborasi antar SDM yang berada di LAMPTKes akan menentukan kualitas dari lembaga pedidikan tinggi kesehatan di Indonesia. Terdapat enam tahapan proses kerja Akreditasi pada LAMPTKes. Dimulai dari proses pertama yaitu persiapan yang melibatkan prodi beserta kepanitiannya, sekretariat LAMPTKes, dan fasilitator. Selanjutnya proses kedua, dilakukan proses asesmen kecukupan.

19 4 Asesmen kecukupan melibatkan tim asesor dan kesekretariatan LAMPTKes serta fasilitator, dilakukan secara elektronik. Proses ketiga adalah melakukan asesmen lapangan (visitasi) yang melibatkan sekretariat LAMPTKes, prodi beserta kepanitiannya, dan tim asesor yang terdiri dari tiga orang. Proses keempat melakukan validasi yang akan melibatkan validator, sekretariat LAMPTKes, dan divisi. Proses yang kelima adalah keputusan status/peringkat akreditasi yang akan dilakukan melalui proses rapat pleno majelis bersama hasil-hasil dari proses sebelumnya. Proses terakhir adalah proses pengajuan keberatan prodi atas keputusan akreditasi (LAMPTKes, 2013). Tabel 1. 1 Ringkasan Proses Kerja Akreditasi dan Keterlibatan SDM Tahapan Proses No Kerja Akreditasi LAMPTKes 1 Persiapan Pemberitahuan masa berakhir akreditasi Menyiapkan data Fasilitator Menyiapkan Surat Tugas Mengirimkan surat jawaban elektronik Menerima susunan Tim Persiapan Akreditasi Menerima jadwal pendampingan oleh Fasilitator Menerima konfirmasi jadwal Pendampingan Menerima pengajuan akreditasi Menerima berkas akreditasi Memberikan pernyataan kesiapan pendampingan Memberikan pemberitahuan hasil rekomendasi Membuat laporan fasilitasi 2 Asesmen Kecukupan (desk evaluation) Kegiatan SDM Data/Informasi/Knowledge Verifikasi kelengkapan dokumen Menyiapkan daftar tim Asesor A. Bagian Sekretariat B. Fasilitator (jika diperlukan) A. Bagian Sekretariat Surat Elektronik dan Pesan Singkat (SMS) Daftar fasilitator Surat tugas Jawaban/ konfirmasi kepada prodi Hasil rekomendasi pendampingan Laporan Fasilitasi Informasi kelengkapan dan persyaratan Hasil verifikasi dokumen dan

20 5 Tahapan Proses No Kerja Kegiatan SDM Data/Informasi/Knowledge Akreditasi LAMPTKes Mengirimkan file akreditasi dan kelengkaapannya Memeriksa kelengkapan desk evaluasi Melakukan penilaian kecukupan Meminta klarifikasi kepada Fasilitator Mengirimkan hasil penilaian Melaporkan jadwal visitasi Melakukan pertemuan antar asesor yang ditugaskan 3 Asesmen Menginformasikan Lapangan jadwal visitasi (Visitasi) Menerima konfirmasi jadwal visitasi Mengirimkan surat tugas Asesor Mempersiapkan dokumen visitasi Menerima laporan kinerja LAMPTKes Tim Asesor melakukan cross check data, informasi dan bukti Tim Asesor meninjau kegiatan pembelajaran dan fasilitas/ sarana Tim Asesor mewawancarai personil prodi Tim Asesor melakukan pertemuan harian Tim Asesor menyusun rekomendasi Tim Asesor mengisi form penilaian 4 Validasi Memeriksa kelengkapan hasil penilaian lapangan Mengirimkan berkas ke Divisi Melakukan validasi dan melaporkan ke B. Tim Asesor (3 5 Asesor yang ditugaskan) A. Bagian Sekretariat B. Tim Asesor (3 5 Asesor yang ditugaskan) A. Bagian Sekretariat kelengkapannya (sebelum dan sesudah desk evaluation) Tim Asesor Jadwal visitasi Hasil penilaian desk Informasi pendampingan dari Fasilitator Jadwal visitasi Pembagian tugas Tim Asesor & hasil pembahasan (penyamaan persepsi & daftar pertanyaan) Jadwal visitasi Surat tugas Dokumen visitasi Laporan evaluasi kinerja LAMPTKes Surat tugas Informasi persiapan keberangkatan Asesor Rekomendasi Asesor Berita acara dan hasil penilaian secara elektronik Hasil asesmen lapangan B. Validator Laporan validasi hasil asesmen lapangan

21 6 Tahapan Proses No Kerja Kegiatan SDM Data/Informasi/Knowledge Akreditasi LAMPTKes Sekretariat melalui 5 Keputusan Akreditasi 6 Keberatan Prodi surat elektronik Menerima berkas dari sekretariat Mempersiapkan rapat pleno Majelis Mengadakan rapat Memutuskan hasil akreditasi Menerima hasil keputusan akreditasi Membuat dan mengirim SK, sertifikat akreditasi Memantau prodi terhadap rekomendasi tindak lanjut Menerima surat keberatan Mengajukan keberatan pada rapat Majelis Membuat surat penolakan/ penerimaan keberatan hasil rapat Membahas keberatan dalam rapat Memutuskan penolakan/ penerimaan keberatan Prodi C. Divisi/ Pleno Majelis (9 orang) A. Divisi/ Pleno Majelis (9 orang) B. Bagian Sekretariat C. Fasilitator (1 orang) A. Bagian Sekretariat B. Divisi/ Pleno Majelis Berkas asesmen Hasil akreditasi Rekomendasi tindak lanjut SK Sertifikat Akreditasi Informasi rekomendasi tindak lanjut Surat keberatan prodi Surat penolakan/ penerimaan Keputusan dilakukan asesmen ulang atau tidak Tabel 1. 1 menggambarkan kegiatan proses akreditasi pada LAMPTKes berjumlah 6 kegiatan besar. Penulis menghitung secara meyeluruh kegiatan proses akreditasi pada LAMPTKes berjumlah 58 kegiatan selama kurang lebih 18 s.d 12 bulan. Lamanya proses dimulai dari tahap persiapan hingga penentuan status lembaga pendidikan yang diakreditasi. Proses terlama adalah proses persiapan yang dilakukan di prodi terkait. Proses-proses pada keenam tahapan tersebut diwajibkan untuk dilakukan sesuai dengan prosedur dan standar. Proses tersebut melibatkan peran teknologi untuk mempercepat proses dan memperpendek jarak yang memisahkan peran SDM pada masing-masing proses. Amrit tiwana menyebutkan bahwa kesuksesan sebuah organisasi dalam

22 7 mengembangkan kecepatan pengetahuan, dapat membantu mengurangi kelambanan pengetahuan dalam menerapkan apa yang dipelajari untuk proses kritis pada tingkat yang lebih cepat dari pesaing. Konsep tersebut didasari oleh integrasi proses pengetahuan perusahaan dengan proses bisnis untuk secara substansial meningkatkan kinerja proses bisnis. Kualitas dan kecepatan keputusan yang berlabuh langsung ke kemampuan karyawan untuk mengakses informasi (Tiwana, 2002). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada LAMPTKes terdapat proses kolaborasi dalam penyelesaian suatu pekerjaan. Untuk menentukan status akreditasi suatu perguruan tinggi kesehatan setidaknya diperlukan peran tim asesor, sekretariat, fasilitator, validator dan majelis. LAMPTKes mengharapkan bahwa proses kerja mampu selaras dengan strategi dan tata nilai organisasi. Hal tersebut akan menjamin kepuasan pelanggan dan ketaatan pada standar pendidikan tinggi. Sehingga penjaminan mutu dapat dijamin kesesuaiannya yang nantinya akan berdampak kepada mutu tenaga kesehatan Indonesia. Kegiatan penilaian akreditasi yang melibatkan banyak proses serta waktu yang lama, sedangkan respon yang diharapkan dari pelanggan cepat. Hal tersebut diproyeksi akan menghambat kinerja organisasi, mengingat nilai operasional organisasi untuk memberikan nilai tambah bagi pelanggan Sumber Daya Manusia LAMPTKes Saat ini ketersediaan SDM (Sumber Daya Manusia) pada LAMPTKes belum memenuhi kapasitas. Tercatat jumlah asesor saat ini sebanyak 86 Asesor dan 20 anggota Sekretariat. Organogram LAMPTKes bersifat organisasi matriks. Oranisasi matriks memiliki kelemahan yaitu berpotensi menimbulkan konflik dan waktu respon yang kurang baik apabila terjadi suatu permasalahan pada pekerjaan. Pada strategi bisnis, LAMPTKes menempatkan SDM sebagai salah satu modal dalam menjalankan strategi organisasi. Hal tersebut digambarkan pada gambar 1.2.

23 8 Gambar 1.2 Posisi SDM Dalam Model Kerja LAMPTKes (LAMPTKes, 2013) LAMPTKes sebagai lembaga penjamin mutu lembaga perguruan tinggi kesehatan harus mampu menciptakan nilai tambah bagi pelanggannya. Nilai tambah bisa dihasilkan dengan menjalankan proses produksi sesuai dengan strategi organisasi. Proses produksi dijalankan melalui pengelolaan produksi, pengelolaan pelanggan, adanya inovasi dan pengelolaan peraturan serta hubungan sosial. Organogram LAMPTKes terdiri atas pemangku kepentingan dan badan pelaksana. Pemangku kepentingan dan badan pelaksana memiliki masa jabatan tertentu. Jika organogram tidak berhenti karena masa jabatan maka bisa dikarenakan alasan lain. Sehingga perlu adanya suatu sistem dalam pengelolaan pengetahuan dari individu tersebut. Pada LAMPTKes terdapat kompleksitas dan keterbatasan SDM dalam melakukan penilaian akreditasi pada lembaga pendidikan. Kompleksitas tesebut melibatkan proses, SDM, dan dokumen serta norma dan budaya organisasi. Dokumen standar penilaian yang harus selaras dan wajib dijalankan. Keterbatasan SDM dilihat dengan masih sedikitnya jumlah SDM tersedia saat ini. Sistem tata kerja LAMPTKes yang mengharuskan para stakeholder melakukan kolaborasi tetapi belum ada fasilitas untuk memastikan kesesuaian tata kerja dengan standar. Ketataorganisasian LAMPTKes yang memiliki masa jabatan tertentu. Struktur organisasi tersebut dikhawatirkan dapat memutus rantai pengetahuan dalam organisasi.

24 9 Penelitian ini menggunakan metode fakor kontingensi Beccerra-Fernandez untuk mencari solusi sistem manajemen pengetahuan yang cocok pada organisasi. Banyak pendekatan lain yang bisa digunakan dalam menemukan solusi yang cocok untuk sistem manajemen pengetahuan. Penulis menggunakan metodologi Beccerra-Fernandez dikarenakan metode Awad dan Hasan berfokus kepada knowledge capture dan metode Amrit Tiwana berfokus kepada kesesuaian dengan startegi bisnis. Metodologi tersebut cocok digunakan karena obyek penelitian berfokus pada proses kerja akreditasi saja. Proses kerja akreditasi merupakan salah satu bagian dari keseluruhan aktivitas organisasi. Proses kerja akreditasi tidak hanya berfokus pada knowledge capture saja tetapi juga memilki proses manajemen pengetahuan yang lain. 1.2 Rumusan Masalah Hasil pengamatan/ observasi dan wawancara awal di lapangan dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu Bagaimana model knowledge management system untuk mendukung proses kerja akreditasi LAMPTKes? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah melakukan perancangan model knowledge management system untuk mendukung proses kerja akreditasi LAMPTKes. 1.4 Batasan Penelitian Ruang lingkup dalam karya akhir: 1. KMS yang akan dibahas hanya pada sistem yang membantu para pembuat keputusan dalam proses Akreditasi LAMPTKes. 2. Hasil akhir penelitian adalah model knowledge management system (KMS) pada LAMPTKes.

25 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dibagi menjadi tiga yaitu bagi LAMPTKes, Pengembangan Ilmu Pengetahuan, dan Penulis sendiri. Adapun diuraikan menjadi berikut: 1. Bagi LAMPTKes Perancangan model KMS pada LAMPTKes dapat menjadi acuan untuk pengembangan dan pembangun KMS yang akan diterapkan bagi seluruh organisasi. 2. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi penelitian selanjutnya dalam bidang manajemen pengetahuan. 3. Bagi Penulis Sebagai tempat pengaplikasian ilmu yang di dapat selama perkuliahan dan sebagai karya akhir yang merupakan syarat kelulusan Program Magister Teknologi Informasi. 1.6 Sistematika Penulisan Dalam menulis karya akhir, penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut: BAB 1 : Pendahuluan Pada bagian ini berisi mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB 2 : Tinjauan Pustaka Pada bagian ini akan diuraikan mengenai sumber-sumber pustaka yang digunakan dalam penelitian. Sumber pustaka mengenai

26 11 BAB 3 BAB 4 BAB 5 BAB 6 BAB 7 konsep pengetahuan, manajemen pengetahuan, knowledge management system, dan perancangan sistem. : Metodologi Penelitian Bagian ini berisi mengenai metode penelitian yang digunakan penulis mulai dari pengumpulan data baik primer maupun sekunder, analisis data hingga membuat simpulan. : Profil Organisasi Bagian ini berisi gambaran singkat mengenai organisasi LAMPTKes. : Analisis Kebutuhan KMS Tahap analisis akan menguraikan proses identifikasi terhadap kebutuhan manajemen pengetahuan dari setiap pengetahuan yang terlibat didalamnya. Hasil identifikasi digunakan sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi dalam perancangan KMS. : Perancangan Kebutuhan KMS Tahap perancangan dilakukan dengan membuat diagram-diagram menggunakan UML, perancangan inrastruktur TI, perancangan data. : Kesimpulan dan Saran Bagian ini merupakan bagian penutup yang berisi simpulan dan saran atas penelitian yang telah dilakukan.

27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. tinjauan pustaka Pada bagian ini diuraikan mengenai tinjauan pustaka yang menunjang penelitian. Teori yang relevan dengan rumusan permasalahan. Teori-teori tersebut mengenai knowledge (pengetahuan), knowledge management (manajemen pengetahuan), knowledge management process (proses pengelolaan pengetahuan), knowledge management solution, model pendekatan (framework) pengembangan manajemen pengetahuan dan teori perancangan sistem. 2.1 Knowledge (pengetahuan) Pengetahuan didefinisikan sebagai pemahaman yang didapatkan melalui pengalaman atau studi. Merupakan know-how atau kebiasaan dengan bagaimana melakukan sesuatu yang memungkinkan seseorang mampu mengerjakan pekerjaan/tugas tertentu. Hal tersebut mungkin saja berupa kumpulan fakta-fakta, aturan prosedural, atau heuristic (Awad, et al., 2004). Pengetahuan adalah informasi yang ditindaklanjuti. Ditindaklanjuti mengacu pada gagasan yang relevan dan tersedia di tempat yang tepat serta pada waktu yang tepat, dalam konteks yang tepat, dan dengan cara yang benar sehingga siapa pun dapat diarahkan pada keputusan yang dibuat setiap menit. Pengetahuan adalah sumber daya utama dalam pengambilan keputusan yang cerdas, forecasting, perancangan, perencanaan, diagnosis, analisis, evaluasi, dan intuitif penghakiman. Hal itu terbentuk dalam pikiran dan dibagi antara individu dan kolektif. Knowledge tidak tumbuh dari database saja, tetapi berkembang dengan pengalaman, keberhasilan, kegagalan, dan pembelajaran dari waktu ke waktu (Tiwana, 2002). Knowledge didefinisikan sebagai Knowledge is a area as justified beliefs about relationship among concepts relevant to the particular area (Beccera- Fernandez, et al., 2010). Berdasarkan definisi tersebut sumber daya pengetahuan 12

28 13 ada di keseluruhan asset dan proses bisnis perusahaan, atau dengan kata lain pengetahuan adalah perusahaan itu sendiri. Dari ketiga definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pengetahuan adalah pemahaman informasi yang dapat ditindaklanjuti berupa fakta, prosedur, dan heuristic yang relevan dan tersedia pada tempat, waktu, dan konteks yang tepat serta cara yang benar sehingga bisa digunakan untuk mengambil suatu keputusan pada suatu area. Pengetahuan bukan hanya sebuah data, bukan juga sebuah informasi. Pengetahuan berasal dari data dan informasi yang telah ditambahkan pengalaman yang berasal dari pemilik pengalaman tersebut Data, Informasi dan Pengetahuan Data adalah fakta-fakta tidak terorganisasi dan belum diproses serta statis. Informasi merupakan agregasi dari data yang memberikan dampak pada kemudahan dalam pengambilan data. Sedangkan pengetahuan selalu menjadi komponen dasar dari perkembangan semua manusia. Pengetahuan merupakan jangkauan informasi dari manusia, mencakup lingkup yang lebih luas dari informasi. Termasuk persepsi, keterampilan, pelatihan, nalar wajar, dan pengalaman (Awad, et al., 2004). Gambar 2.1 Hubungan Data, Informasi dan Knowledge (Awad, et al., 2004)

29 14 Gambar 2.1 menggambarkan bahwa secara hirarki pengetahuan berada diatas data dan informasi. Data merupakan bahan mentah yang akan diproses/diprogram menggunakan algoritma untuk menghasilkan informasi. Pengetahuan memiliki makna yang lebih kaya dan lebih dalam daripada informasi. Sedangkan wisdom merupakan level tertinggi dari abstraksi, dilengkasi dengan visi, pandangan, dan kemampuan dalam melihat diluar cakrawala. Menurut Tiwana (Tiwana, 2002) data dipandang dari perspektif perusahaan, adalah serangkaian fakta tertentu dan obyektif tentang suatu peristiwa atau catatan hanya terstruktur transaksi. Informasi adalah data yang telah diproses, dengan sederhana memberikan fakta-fakta, jelas, tajam, terstruktur, sederhana, tidak ketergantungan terhadap pemilik, berkembang dari data, mudah diekspresikan dalam bentuk tulisan. Berbeda dengan pengetahuan bahwa pengetahuan adalah informasi yang ditindaklanjuti. Data dan informasi penting, tetapi pengetahuan dapat diterapkan, pengalaman yang masuk pada konteks, dan keterampilan yang digunakan pada saat itu yang membuat perbedaan antara yang baik dan keputusan yang buruk. Perbedaan data, informasi, dan knowledge menurut buku Beccerra-Fernandez terletak pada value, kedalaman dan kekayaan nilai/ konteks. Data terdiri dari fakta-fakta, observasi atau persepsi (mungkin benar, mungkin tidak) direpresentasikan melalui angka mentah atau pernyataan. Data kemungkinan tidak memiliki konteks, makna, atau maksud. Sedangkan informasi adalah subset data, hanya termasuk data yang memiliki konteks relevansi, dan tujuan. Informasi biasanya melibatkan manipulasi data mentah untuk memperoleh gambaran secara lebih bermakna dari tren atau pola dalam data. Gambar 2.2 Data, Informasi dan Knowledge (Beccera Fernandez, et al., 2010)

30 15 Knowledge memiliki level hirarki yang lebih tinggi dari data dan informasi. Pengetahuan mengacu pada informasi yang memungkinkan terjadinya tindakan dan keputusan serta informasi dengan arah. Pada gambar 2.2 digambarkan hubungan antara data, informasi dan pengetahuan menurut Beccera-Fernandez bahwa pengetahuan pada hakikatnya mirip dengan informasi dan data, knowledge berasal dari informasi dan data. Berdasarkan penjelasan tersebut diantara ketiganya, pengetahuan yang paling memiliki value. Dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pengetahuan berasal dari data dan informasi. Pengetahuan memiliki kedalam nilai yang lebih daripada data dan informasi. Pengetahuan didapatkan dari data dan informasi ditambahkan pengalaman-pengalaman sehingga dapat memiliki nilai yang lebih baik dibanding informasi dan data Jenis Pengetahuan Beberapa literatur menjelaskan beberapa pendekatan dalam mengelompokan pengetahuan. Menurut Amrit Tiwana pengetahuan diklasifikasikan menjadi shallow and deep knowledge, knowledge as Know-How, common sense as knowledge, procedural, episodic, semantic, explicit & tacit, human thinking & learning. Gambar 2.3 From Procedural to Episodic Knowledge (Tiwana, 2002)

31 16 Gambar 2.3 menggambarkan bahwa shallow dan deep knowledge dibedakan berdasarkan kedalaman dari pengetahuan itu sendiri. Shallow knowledge berarti dangkal atau mudah diingat (muncul dipermukaan). Sedangkan deep knowledge merupakan sebuah pengetahuan yang sukar untuk diingat/digunakan untuk memutuskan suatu keputusan. Procedural knowledge adalah sebuah pemahaman mengenai bagaimana mengerjakan suatu tugas/pekerjaan atau melaksanakan prosedur. Procedural knowledge merupakan bagian dari shallow knowledge. Tingkatan selanjutnya adalah declarative knowledge adalah informasi yang bisa didiskusikan dengan mudah oleh expert. Setelah itu, ada semantic knowledge merupakan jenis pengetahuan yang lebih dalam daripada declarative knowledge. Episodic knowledge merupakan knowledge yang didasarkan pada informasi pengalaman atau peristiwa. Pengetahuan tersebut termasuk pada deep knowledge. Knowledge jenis ini termasuk konsep-konsep utama, kosakata, fakta-fakta, dan hubungan yang berusia tahunan dan sering digunakan (seperti kebiasaan). Knowledge as know-how merupakan pengalaman praktikal yang diekspresikan sebagai aturan praktis atau heuristik pada basis knowledge sharing dalam organisasi (Awad, et al., 2004). Fernandez membagi knowledge menjadi tiga yitu procedural atau declarative knowledge, tacit atau explicit knowledge, general atau specific knowledge. Procedural knowledge (how-to/ know-how) fokus terhadap kepercayaan atas hubungan urutan langkah atau tindakan untuk menghasilkan (atau tidak menghasilkan) hasil. Sedangkan declarative knowledge (substantive knowledge/ know-what) adalah keyakinan akan hubungan antar variabel. Explicit dan tacit knowledge yang dikemukakan oleh Nonaka dan Takeuchi. Tacit knowledge merupakan pengetahuan yang ditanamkan dalam pikiran manusia melalui pengalaman-pengalaman dan pekerjaan. Berbeda dengan explicit knowledge yang merupakan pengetahuan yang dikodefikasikan dan didigitalkan dalam buku, dokumen, laporan, white papers, spreadsheets, memo, materi pelatihan, dan lain sebagainya. Explicit knowledge dapat dengan mudah ditampilkan dan disebarkan dibandingkankan dengan tacit knowledge.

32 17 Tacit knowledge bersifat pribadi, pengetahuan konteks khusus yang sulit untuk diformalisasikan, direkaman, atau diartikulasikan, tersimpan di pikiran (otak) manusia. Pengetahuan tacit terdiri dari berbagai komponen, seperti intuisi, pengalaman, dasar kebenaran, penilaian, nilai-nilai, asumsi, keyakinan, dan intelegensi. Komponen tersebut dikembangkan melalui proses trial dan error yang ditemui dalam prakteknya. Explicit knowledge adalah komponen pengetahuan yang dapat dikodefikasikan dan dikirimkan dalam bahasa sistematik dan formal seperti dokumen-dokumen, database-database, web-web, surat elektronik, dan lain sebagainya. Penulis menyimpulkan dari klasifikasi jenis pengetahuan yang disebutkan pada literatur bahwa jenis pengetahuan tacit dan explicit, procedural dan declarative adalah jenis pengetahuan yang ada pada kedua literatur yang dibahas. Literatrur Awad menyebutkan beberapa jenis pengetahuan berdasarkan kedalam pengetahuannya yang jarang digunakan yaitu semantic dan episodic Sumber Pengetahuan Sumber Knowledge yang mampu memberikan knowledge pada Knowledge Management System Menurut Tiwana. Tabel 2.1 Sumber Knowledge Menurut Tiwana Source Explicit/Codificable Tacit/ Needs Explication Employee knowledge, skills, and competencies Experiental knowledge (both at an individual and group level) Team based collaborative skills Informal shared knowledge Values Norms Beliefs Task Based knowledge Knowledge embedded in physical systems Human capital Knowledge embedded in external structures Knowledge embedded in internal structures Customer capital Experiences of the employee

33 18 Source Explicit/Codificable Tacit/ Needs Explication Customer relationship management Menurut Fernandez pengetahuan berasal dari beberapa sumber yaitu people (individual atau group), artifacts (termasuk practices, technologies, dan repositories), dan entitas organisasi (unit organisasi, organisasi, dan jaringan interorganisasi) digambarkan pada gambar 2.4. Knowledge Reservoirs People Artifacts Organizations Individuals Groups Practices Technologies Repositories Gambar 2.4 Sumber Knowledge (Beccera Fernandez, et al., 2010) Organizational Units Organizations Interorganizational Networks Pengetahuan yang yang berasal dari individual misalkan pada perusahaan jasa konsultasi, kebanyakan pengetahuan berada dalam pikiran masing-masing individu. Selain itu, terdapat banyak pengetahuan terdapat dalam grup dikarenakan adanya keterhubungan antara individu di dalam organisasi. Hal tersebut biasanya dikarenakan adanya pekerjaan yang sering dilakukan bersama. Pengetahuan yang tersimpan pada practices, organizational routine, atau rangkaian pola interaksi yang berkesinambungan biasanya tertanam pada prosedur, aturan, dan norma-norma yang dibangun melalui pengalaman dari waktu ke waktu dan memandu perilaku di masa depan. Pengetahuan yang tersimpan pada teknologi dan sistem menyimpan data dan hubungan antara knowledge. Pengetahuan repositori bisa berbasiskan kertas seperti buku, dokumen kertas atau elektronik. Pengetahuan yang berasal dari unit organisasi memiliki pengertian bahwa di dalam unit organisasi terdapat hubungan antar anggota unit. Pada sebuah organisasi, tersimpan contextually specific knowledge. Normanorma, nilai-nilai, practices, dan budaya organisasi dalam organisasi atau antar unit organisasi. Pengetahuan yang berada pada jaringan interorganisasi memiliki pengertian bahwa terdapat pengetahuan yang muncul karena ada hubungan dengan pelanggan dan supplier.

34 Konversi Pengetahuan Menurut Nonaka dan Takeuci terdapat empat model konversi knowledge seperti digambarkan pada gambar 2.5. To Tacit Knowledge Explicit Knowledge Tacit Knowledge Socialization Externalization From Explicit Knowledge Internalization Combination Gambar 2.5 Konversi Knowledge Nonaka & Takeuci Dijelaskan bahwa terdapat empat konversi pengetahuan yaitu: 1. Konversi dari Tacit ke Tacit Knowlegde Konversi pengetahuan ini menggunakan proses socialization yaitu berbagi mental model dan keterampilan teknis. Sintesis dari pengetahuan tacit dari seluruh individu, biasanya melalui kegiatan bersama daripada instruksi tertulis atau lisan. 2. Konversi dari Tacit ke Explicit Knowledge Konversi ini menggunakan proses externalization yang merupakan perubahan dari bentuk tacit ke bentuk explicit. Hal ini membantu individu menerjemahkan pengetahuan tacit ke dalam pengetahuan explicit. Sehingga mudah untuk dipahami oleh individu lain. 3. Konversi dari Explicit ke Tacit Knowledge

35 20 Proses internalization digunakan untuk mengkonversi pengetahuan explicit menjadi pengetahuan tacit. Hal ini menggambarkan pengertian dari pembelajaran tradisional. 4. Konversi dari Explicit ke Explicit Knowledge Menggunakan proses combination, pengetahuan explicit baru ditangkap, beberapa bagian dari pengetahuan explicit disintesis untuk membuat yang baru, lebih kompleks dari explicit knowledge. 2.2 Knowledge Management (Manajemen Pengetahuan) Manajemen pengetahuan secara sederhana didefinisikan sebagai mengerjakan apa yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil maksimal dari sumber daya pengetahuan yang diaplikasikan pada individu dan organisasi (Beccera- Fernandez, et al., 2010). Manajemen pengetahuan merupakan bisnis model yang baru tumbuh, lintas disiplin, memiliki pengetahuan dalam kerangka organisasi sebagai fokusnya. Merupakan keunggulan kompetitif utama dari perusahaan melibatkan sumber daya manusia, teknologi, dan proses di bagian-bagian tumpang tindih. Proses tersebut melakukan proses penangkapan dan memanfaatkan keahlian kolektif suatu perusahaan yang bersumber dari mana saja, dalam bisnis, dokumen atau kertas, dan basis data (Awad, et al., 2004). Manajemen pengetahuan adalah pengelolaan pengetahuan organisasi untuk menciptakan nilai bisnis dan menghasilkan sebuah competitive advantage. Manajemen pengetahuan memungkinkan penciptaan, komunikasi dan aplikasi pengetahun dari semua jenis untuk mencapai tujuan bisnis (Tiwana, 2002). Ringkasan dar ketiga literatur menurut penulis bahwa manajemen pengetahuan sebagai proses pengelolaan pengetahuan untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan sehingga mampu menciptakan competitive advantage dari sumber daya pengetahuan yang dimiliki oleh organisasi untuk mendapatkan hasil maksimal.

36 Knowledge Management Process (Proses Manajemen Pengetahuan) Menurut Fernandez terdapat empat proses pada manajemen pengetahuan yaitu discovery, capture, sharing, application digambarkan pada gambar 2.6. Discovery Combination Socialization Sharing Socialization Exchange Application Direction Routines Capture Externalization Internalization Gambar 2.6 Knowledge process (Beccera Fernandez, et al., 2010) Knowledge discovery didefinisikan sebagai development of new tacit or explicit knowledge from data and information or from the synthesis of prior knowledge. Knowledge capture adalah the process of retrieving either explicit or tacit knowledge that resides within people, artifacts, or organizational entities (Beccera-Fernandez, et al., 2010). Knowledge sharing merupakan proses dimana explicit dan/atau tacit knowledge dikomunikasikan ke individu lainnya. Proses ini memiliki tiga kriteria yang harus diperhatikan yaitu: 1) ditransfer secara efektif; 2) penerima pengetahuan bisa mengambil tindakan atas pengetahuan yang dibagi; 3) proses knowledge sharing berlangsung diseluruh individu, grup, departemen, atau organisasi. Proses pada knowledge application bergantung kepada ketersediaan knowledge, dan knowledge itu sendiri bergantung kepada proses discovery, capture, dan sharing. Terdapat empat proses pada knowledge management yang disebut knowledge life cycle (KM Cycle). Empat proses tersebut adalah capturing, organizing, refining, transfer. Proses capturing adalah proses menangkap pengetahuan yang berasal dari semua sumber tersedia. Pada tahap ini KM system yang ideal adalah dengan melakukan pendekatan untuk memunculkan dan mewakili pengetahuan ke dalam bentuk yang tersedia bagi semua pengguna. Proses organizing adalah proses dalam mengelola pengetahuan yang ditangkap agar dapat diambil dan digunakan untuk menghasilkan pengetahuan yang berguna. Setelah organizing terdapat

37 22 proses refine yaitu proses dalam menyaring knowledge menjadi tacit knowledge. Proses yang terakhir adalah proses transfer yaitu proses penyebarluasan knowledge terhadap individu, grup dan entitas organisasi (Awad, et al., 2004). Proses manajemen pengetahuan menurut awad dan beccerra menggunakan dua pendekatan yang berbeda. Beccerra menggunakan pendekatan yang lebih umum berasal dari proses konversi pengetahuan yang diperkenalkan oleh Nonaka dan Takeuchi. Beccerra menjelaskan bahwa pengetahuan tidak hanya capturing saja tetapi mencakup sharing, dicovery, capture, dan application yang merupakan tambahan dari sisi teknologi menurut Beccerra. Awad berfokus pada bagaimana pengetahuan ditangkap, dikelola untuk menghasilkan dan memilih pengetahuan yang bermanfaat, dan penyebarluasan pengetahuan. Lingkup proses manajemen pengetahuan pada Awad hanya berfokus pada pengetahuan yang ditangkap tanpa menjelaskan jenis pengetahuan yang ditangkapnya. Menurut penulis, seharusnya lebih dijelaskan lagi mengenai pengetahuan jenis apa yang ditangkap karena pengetahuan banyak jenis yang diklasifikasikan. 2.3 Knowledge Management Systems, Solution & Foundation Knowledge Management Systems Knowledge management system adalah integrasi dari teknologi dan mekanisme yang dibangun untuk mendukung proses KM. Menurut Irma Bercerra-Fernandez dan Rajiv Sabherwal terdapat empat KMS yang digunakan yaitu knowledge discovery systems, knowledge capture systems, knowledge sharing systems, dan knowledge application systems. Tabel 2.2 Integrasi KM Proses dan Mekanisme serta Teknologi KM Process Discovery KM Subprocess 1) Combination 2) Socialization KM System Knowledge discovery systems Mechanism Combination: Collaborative problem solving Joint decision making Collaborative Technologies Combination: KDD Database Web based access to data lessons learned system

38 23 KM KM Process KM Subprocess Mechanism Technologies System Capture 1) Externalization 2) Internalization Knowledge capture systems creation of documents Socialization: Apprenticeships Employee rotation across area Conferences Brainstorming retreats Cooperative projects across departments Initiation process for new employees Externalization: Lessons learned Internalization: Learning by doing On the job training Learning by observation Face to face meeting Socialization: Video conferencing Electronic support for communities of practice Externalization: Knowledge engineering(require human expertise normally) Expert systems Case based reasoning systems Knowledge capture systems Internalization: Computer based training Communication Technologies Sharing 1) Socialization 2) Exchange Knowledge sharing systems Socialization: Apprenticeships Employee rotation across area Conferences Brainstorming retreats Cooperative projects across departments Initiation process for new employees Exchange: Memos Manuals Progress report Letters presentations Socialization: KDD Database Web based access to data lessons learned system Exchange: Groupware Web based access to data and database Repositories information (incl. Best practice database, lessons learned systems and expert locator) Application 1) Direction 2) Routines Knowledge application Direction: Hierarchical Direction: Experts knowledge

39 24 KM KM Process KM Subprocess Mechanism Technologies System systems relationships in orgnizations Help desks Support centers Routines: Organizational policies Work practices Organizational procedures and standards embedded in expert systems Decision support systems Troubleshooting systems (case based reasoning) Routines: Expert systems Enterprise resource planning systems Traditional management information systems Pada 2.2 diatas terlihat bahwa KM systems merupakan sistem yang mengintegrasikan mekanisme KM pada masing-masing sub proses pada proses KM menggunakan teknologi tertentu. Lebih rinci lagi teori ini menggambarkan mengenai knowledge management solution seperti pada Gambar 2.7 KM Solution (Beccera-Fernandez, et al., 2010). KM Processes Knowledge Discovery Knowledge Capture Knowledge Sharing Knowledge Application Combination Socialization Internalization Externalization Exchange Direction Routine KM Systems Knowledge Discovery System Knowledge Capture System Knowledge Sharing System Knowledge Application System KM Technologies Analogies and metaphors Brainstorming retreats On the job training Face to face meetings Apprenticeships Employee rotation Learning byobservation... Decision support systems Web based discussion groups Repositories of best practices Artificial intelligence systems Case based reasoning Groupware Web pages... KM Mechanism KM Infrastructure Organization Culture Organization Structure IT Infrastructur e Common Knowledge Gambar 2.7 KM Solution (Beccera Fernandez, et al., 2010) Physical Environment

40 25 Gambar 2.7 menjelaskan bahwa solusi untuk manajemen pengetahuan disesuaikan dengan fondasi KM yaitu infrastruktur, mekanisme & teknologi, KMS yang akan mensukseskan proses KM. 2.4 Model Pengembangan Knowledge Management System Model pengembangan sistem manajemen pengetahuan akan dijelaskan dalam tiga jenis pendekatan yang berbeda. Pendekatan pertama menggunakan faktor kontingensi manajemen pengetahuan, kedua menggunakan pendekatan ten steps knowledge management road, dan ketiga menggunakan KMSLC (Knowledge Management System Life Cycle) KM Contingency Factor KM Contengency Factor (Faktor Kontingensi Manajemen Pengetahuan) merupakan pendekatan yang berasal dari contingency theory. Hal itu memiliki pengertian bahwa tidak ada satu pun pendekatan yang terbaik dalam segala keadaan. Gambar 2.8 menjelaskan bahwa kelima faktor contingency memiliki dampak pada setiap tahapan dalam KM solution dan KM foundation. Ketika sudah dapat diidentifikasi proses KM maka KM system dapat langsung diidentifikasikan juga. Proses KM yang dipengaruhi oleh faktor kontingensi maka KM sistem secara tidak langsung akan ikut dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Begitu pun dengan KM mechanism, dan KM infrastructure akan ikut terpengaruh. KM infrastructure mendukung KM mechanism dan technologies, dimana KM sistem mendukung KM process. Secara umum, faktor kontingensi dan infrastruktur KM memberi dampak terhadap kecocokan dari KM proses dalam dua cara yaitu: a) Dengan meningkatkan atau mengurangi kebutuhan untuk mengelola pengetahuan dalam cara tertentu. b) Dengan meningkatkan atau mengurangi kemampuan organisasi untuk mengelola pengetahuan dalam cara tertentu.

41 Contingency Factors 1 KM Infrastructure Organization Culture Organization Structure IT Infrastructure Common Knowledge Physical Environment 4 KM Systems Knowledge Discovery Systems KM Mechanism Knowledge Capture Systems 5 KM Technologies Knowledge Sharing Systems Knowledge Application Systems 6 KM Processes Knowledge Discovery Knowledge Capture Knowledge Sharing Knowledge Application KM Foundations 7 KM Solutions Gambar 2.8 KM Contingency Factor (Beccera Fernandez, et al., 2010) Terdapat empat faktor kontingensi yang dapat mempengaruhi KM seperti pada gambar 2.8. Empat faktor tersebut yaitu karakteristik pekerjaan/tugas, karakteristik organisasi, karakteristik lingkungan, karakteristik pengetahuan. Keempat faktor tersebut memiliki dampak tersendiri bagi proses KM. Dampak tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1) Dampak Karakteristik Pekerjaan/ Tugas Terdapat dua hal yang penting dalam melakukan analisis karakteristik pekerjaan/ tugas. Hal penting tersebut adalah menentukan task uncertainty dan task interdependence. Exchange Combination Socialization Direction Routines Internalization Externalization Direction Routines High Task Interdependence Low Low Exchange Combination Routines Internalization Externalization Routines Task Uncertainty Direction Socialization Direction High Exchange Combination Socialization Internalization Externalization Routines Socialization Direction Gambar 2.9 Dampak Task Characteristics pada Proses KM

42 27 Task uncertainty adalah pekerjaan yang tidak terstruktur secara formal. Task interdependence mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh dari sub unit lain pada capaian suatu sub unit tertentu. Pada gambar 2.9 digambarkan dengan nilai low atau high. Semakin tinggi task uncertainty pada sebuah organisasi akan menyebabkan biaya lebih mahal karena adanya perubahan pada permasalahan dan tugas. Pada kondisi tersebut disarankan menggunakan proses KM direction atau socialization. Sebaliknya jika task uncertainty rendah maka rutinitas dapat dikembangkan untuk mendukung proses pengetahuan. Dalam kondisi ini maka KM proses yang direkomendasikan adalah exchange, combination, socialization, internalization, externalization, dan routines. Task interdependence mengindikasikan bahwa pencapaian suatu sub unit dipengaruhi oleh sub unit lainnya. Jika pada suatu organisasi terdapat task interdependence tinggi maka proses KM yang direkomendasikan adalah exchange, combination, socialization, direction, dan routines. Sebaliknya jika task interdependence rendah maka proses KM yang direkomendasikan adalah internalization, externalization, direction, routines. 2) Dampak Karakteristik Organisasi dan Lingkungan Untuk menganalisa faktor ini menggunakan karakteristik organisasi. Karakteristik organisasi yang digunakan adalah ukuran organisasi, strategi bisnis, dan ketidakpastian lingkungan. Seperti digambarkan pada tabel 2.3. Tabel 2.3 Dampak Karakteristik Organisasi dan Lingkungan pada KM Proses Characteristic Level/type Recommendation KM Process Organization Size Small Knowledge sharing (socialization) Knowledge application (direction) Knowledge discovery (combination, socialization) Knowledge capture (externalization, internalization) Large Knowledge sharing (exchange) Knowledge application (routines) Knowledge discovery (combination) Knowledge capture (externalization, internalization) Business Strategy Low cost Knowledge application (direction, routines) Knowledge sharing (socialization,exchange) Knowledge capture (externalization, internalization) Differentiation Knowledge sharing (socialization, exchange)

43 28 Characteristic Level/type Recommendation KM Process Knowledge discovery (combination, socialization) Knowledge capture (externalization, internalization) Environmental Uncertainty Low Knowledge sharing (socialization,exchange) Knowledge capture (externalization, internalization) High Knowledge application (direction, routines) Knowledge discovery (combination, socialization) 3) Dampak Karakteristik Pengetahuan Pada faktor ini menganalisis jenis dari pengetahuan yang terdapat pada organisasi. Pada teori ini terdapat tiga kelompok pengetahuan yaitu tacit dan explicit, procedural dan declarative, general dan specific. PROCEDURAL or DECLARATIVE PROCEDURAL Discovery Explicit: Combination Tacit: Socialization Sharing Tacit: Socialization Explicit: Exchange Application Tacit/ Explicit: Direction Tacit/ Explicit: Routines Capture Tacit: Externalization Explicit: Internalization Gambar 2.10 Dampak karakteristik knowledge pada proses KM Pada gambar 2.10 proses discovery, sharing, dan capture termasuk pada kelompok pengetahuan procedural atau declarative. Sedangkan application termasuk pada kelompok pengetahuan procedural. Procedural knowledge fokus dalam proses atau pengertian yang harus digunakan untuk menjalankan pekerjaan yang dibutuhkan. Declarative knowledge fokus pada keyakinan adanya hubungan antar variabel. Pendekatan metode faktor kontingensi mengikuti beberapa tahapan. Tahapantahapan tersebut yaitu: 1. Menentukan proses manajemen pengentahuan berdasarkan faktor kontingensi.

44 29 2. Memprioritaskan proses manajemen pengetahuan. 3. Mengidentifikasi proses manajemen berdasarkan proses manajemen pengetahuan saat ini. 4. Menganalisis kesenjangan antara proses manajemen pengetahuan hasil faktor kontingensi dan proses manajemen pengetahuan saat ini 5. Mengidentifikasi infrastruktur manajemen pengetahuan. 6. Menganalisis proses manajemen pengetahuan tambahan. 7. Memetakan kebutuhan proses manajemen pengetahuan dengan mekanisme dan teknologi Ten Steps Knowledge Management Road Amrit Tiwana memberikan sebuah metode dalam mengembangkan manajemen pengetahuan yang disebut The-10 Step Knowledge Management Road Map. Pada teori ini akan diberikan solusi dalam bagaimana mengimplementasikan strategi knowledge management dan knowledge management system. Pada kerangka gambar 2.11 terdapat sepuluh langkah dalam membentuk bisnis yang didorong strategi knowledge management, perancangan, pengembangan, dan implementasi knowledge management system dan dampak perubahan yang dibutuhkan. Pada gambar 2.11 terdapat empat langkah besar yaitu: 1. Evaluasi infrastruktur Pada tahap evaluasi infrastruktur ada beberapa fokus yang menjadi perhatian. Fokus pertama adalah memahami teknologi dan infrastruktur yang digunakan (jaringan, intranet,extranet, KM s tools, server). Fokus kedua adalah menyelaraskan antara KM dan strategi bisnis. Fokus tersebut akan menghasilkan KM strategi yang akan dihubungkan dengan karakteristik perancangan Sistem KM. 2. Analisis, perancangan, dan pengembangan KMS

45 30 Tahap kedua akan berisikan lima fase dalam melakukan analisis, perancangan, dan pengembangan KMS. Fase pertama adalah memilih perancangan arsitektur dan komponennya. Fase kedua melakukan audit dan analisis. Fase ketiga melakukan perancangan tim KM. Fase ke empat membuat KM blueprint dan fase terakhir adalah mengembangkan sistem. Gambar 2.11 The 10 Step Knowledge Management Road Map

46 31 3. Deployment sistem Tahap ini akan melibatkan deployment sistem menggunakan teknik RDI (Result Driven Incremental) dan perubahan budaya, adanya perbaikan struktur reward dan pemilihan CKO (Chief of Knowledge Officer). 4. Evaluasi Pada fase terakhir ini akan dilakukan pengukuran untuk memastikan RoKI (return on knowledge investment). Hal ini harus bisa dihitung untuk melihat dampak secara finansial dan kompetitif dalam bisnis KM Systems Life Cycle Elias M. Awad dan Hassan M. Ghaziri membuat kerangka dalam pengembangan knowlede management system yang terdiri dari delapan langkah yang disebut sebagai KMS Life Cycle (KMSLC) digambarkan pada gambar Gambar 2.12 KMS Life Cycle (Awad, et al., 2004) Pada langkah pertama adalah melakukan evaluasi infrastruktur organisasi saat ini. Infrastruktur yang dimaksud pada saat ini adalah dengan melakukan analisa permasalahan, dan kebenaran serta kelayakan sistem. Dari hasil tahap pertama akan menghasilkan pernyataan tujuan, kriteria kinerja, dan perencanaan strategis.

47 32 Tahap kedua membentuk tim dengan menentukan anggota tim dan fungsinya. Tim ini akan menghasilkan prosedur standar untuk pengembangan sistem. Tahap ketiga adalah knowledge capture. Pada tahap ini ditentukan para expert yang akan ditangkap pengetahuannya dan melakukan kodefikasi pengetahuan-pengetahuan tersebut. Hasil dari tahap ini adalah akuisisi pengetahuan inti. Tahap yang keempat adalah melakukan perancangan KM blueprint. KM blueprint adalah mengenai bagaimana pengetahuan akan digambarkan/ditampilkan. Hasil dari tahap ini adalah perancangan implementasi sistem perangkat lunak dan perangkat keras, test plan, audit, dan prosedur operasional. Tahap kelima adalah melakukan pengujian terhadap KMS untuk mengetahui kehandalan sistem. Hasil dari tahap ini adalah laporan hasil uji. Tahap keenam adalah implementasi KM system bertujuan untuk mengetahui operasi aktual dari KMS dan kemudahan dalam penggunaannya. Selanjutnya tahap ke tujuh adalah pengelolaan perubahan struktur dan reward. Hal ini diperlukan untuk mengetahui apakah KMS yang dibangun merupakan solusi yang dituju. Jika hal ini benar maka akan berdampak pada kepuasan pengguna. Tahap kedelapan atau tahap terakhir adalah melakukan evaluasi sistem agar bisa menghasilkan sistem yang lebih handal dan up-to-date. Menurut Elias M. Awad dan Hassan M. Ghaziri bahwa di dalam KMSLC terdapat peran keyakinan (trust). Keyakinan mendukung proses KM dengan memberikan karyawan kesan yang jelas bahwa timbal balik, bebas bertukar pendapat/data/informasi/pengetahuan, dan mengusulkan bahwa sebuah inovasi akan diakui dan diberikan kompesasi secara adil. Organizational Personnel Management Decision Making KM Life Cycle: Capturing Gather Organize Refine Culture Information Technology Gambar 2.13 KM Cycle dan Organisasi (Awad, et al., 2004)

48 33 Untuk menumbuhkan hal tersebut maka sebuah organisasi harus melakukan upaya terang-terangan untuk menanamkan keyakinan di dalam budaya bisnis. Seperti pada gambar 2.13 bahwa KM cycle harus menanamkan aspek organisasi untuk mengatasi permasalahan. Aspek organisai yang ditanamkan yaitu sumber daya manusia, inisiatif manajemen dan dukungan manajemen puncak dalam pengambilan keputusan, budaya organisasi, serta teknologi informasi untuk menunjukkan pengetahuan karyawan yang dimiliki. Metode faktor kontingensi tidak jelas dalam tahapan analisis infrastruktur teknologi informasi. Penilaian infrastruktur teknologi informasi dijelaskan dengan terperinci pada metodologi pengembangan sistem manajemen pengetahuan menurut teori Awad dan Amrit Tiwana. Teori Awad berfokus pada capturing knowledge sedangkan Amrit Tiwana lebih berfokus mengenai membangun sistem manajemen pengetahuan yang sesuai dengan strategi bisnis organisasi. faktor kontingensi yang diperkenalkan Beccerra fokus pada pengetahuan dan perilaku organisasi dalam menghasilkan dan menggunakan pengetahuan (proses manajemen pengetahuan). 2.5 Dampak Knowledge Management KM akan berdampak pada orang (people), proses (processes), produk (product), kinerja organisasi(organizational performance) (Beccera-Fernandez, et al., 2010). Gambar 2.14 menjelaskan dampak yang mempengaruhi people pada organisasi akan mempengaruhi secara langsung pada produk yang dihasilkan. Begitupun dengan proses yang dipengaruhi oleh KM maka akan berdampak langsung pada kinerja organisasi. PEOPLE PROCESSES PRODUCTS ORGANIZATIONAL PERFORMANCE KNOWLEDGE MANAGEMENT Gambar 2.14 Dampak Knowledge Management Pada Organisasi

49 34 Dampak KM pada people akan mempengaruhi aspek employee learning, employee adaptability, employee job satisfaction. Sedangkan pada proses akan mempengaruhi efektivitas proses, efisiensi proses, dan inovasi. Untuk dampak pada produk akan berakibat pada aspek timbulnya produk yang memiliki nilai tambah dan produk berbasis pengetahuan. Terakhir, pada kinerja organisasi akan memiliki dampak langsung yaitu meningkatnya nilai ROI, menurunnya biaya produksi(economy scale and scope), dan memberikan keunggulan kompetitif. 2.6 Teori Perancangan Sistem Menurut Burch dan Grundnitski (Jogiyanto, 2005) rancangan sistem dapat didefinisikan sebagai penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam suatu kesatuan yang utuh dan berfungsi. Rancangan sistem menentukan bagaimana suatu sistem akan menyelesaikan tahap ini menyangkut konfigurasi dari komponen-komponen software dan hardware dari suatu sistem sehingga setelah instalasi dari sistem akan benar-benar memuaskan rancangan bangun yang telah ditetapkan pada akhir tahap analisis sistem, George M Scott (dalam Jogiyanto, 2005). Rancangan sistem (Verzello dan John Reuter III dalam buku Jogiyanto) adalah tahapan setelah analisis dari siklus pengembangan sistem pendefinisian dari kebutuhankebutuhan fungsional dan persiapan untuk rancangan bangun implementasi menggambarkan bagaimana suatu sistem dibentuk. Perancangan harus mengimplementasikan semua kebutuhan eksplisit yang berisi model analisis, dan harus mengakomodasi semua kebutuhan yang secara implisit diharapkan oleh customer. Perancangan juga harus mudah dibaca, sebagai panduan yang mudah dipahami bagi yang melakukan generate kode program, melakukan pengujian. Perancangan juga harus memberikan gambaran lengkap mengenai perangkat lunak, penempatan data, fungsi, dan domain behaviour dari perspektif implementasi (Pressman, 2008). Pressman menggambarkan bahwa perancangan memiliki empat elemen utama yaitu data, arsitektur, antar muka, dan komponen (gambar 2.15).

50 35 scenario-based elements use-cases - text use-case diagrams activity diagrams swim lane diagrams Analysis Model flow-oriented elements data flow diagrams control-flow diagrams processing narratives Interface Design Com pone nt - Level Design class-based elements class diagrams analysis packages CRC models collaboration diagrams behavioral elements state diagrams sequence diagrams Architectural Design Dat a/ Class Design Design Model Gambar 2.15 Mapping Model Analisis Ke Model Perancangan (Pressman, 2008) Menurut Ian Somerville perancangan melibatkan pengembangan beberapa model pada tingkatan abstraksi yang berbeda. Perancangan merupakan deskripsi struktur perangkat lunak yang akan diimplementasikan, data yang merupakan bagian sistem, antarmuka antar sistem-sistem lain dan kadang-kadang algoritma yang digunakan. Kegiatan proses perancangan terdiri atas perancangan arsitektural, spesifikasi abstrak, perancangan antarmuka, perancangan komponen, perancangan struktur data, dan perancangan algoritma. (Somerville, 2001). Berdasarkan definisi di atas maka rancangan sistem dapat diartikan sebagai berikut : a. Tahapan setelah analisis dari siklus pengembangan sistem. b. Pendefinisian dari kebutuhan-kebutuhan fungsional. c. Persiapan rancang bangun untuk implementasi. d. Menggambarkan bagaimana suatu sistem dibentuk. e. Bisa berupa penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam suatu kesatuan yang utuh dan berfungsi.

51 36 f. Termasuk konfigurasi dari komponen-komponen software dan hardware dari suatu sistem Model Perancangan Sistem Berorientasi Objek Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Roger Pressman dan Ian Sommerville perancangan sistem dapat menggunakan beberapa model konsep. Perancangan sistem berorientasi objek adalah salah satu model yang digunakan karena memiliki beberapa keuntungan UML Sampai dengan 1995, konsep mengenai objek telah populer diimplementasikan ke dalam berbagai cara oleh para pengembang sistem. Setiap pengembang mempunyai metodologi dan notasi masing-masing. Kemudian pada tahun 1995, Rational Software memperkenalkan pendekatan pembangunan sistem berorientasi obyek. Grady Booch, Ivar Jacobson, dan James Rumbaugh bekerja sama menciptakan teknik diagram yang diketahui sebagai Unified Modelling Languange (UML). Tujuan UML adalah untuk menyediakan kosakata umum terminologi orientasi obyek dalam bentuk diagram yang dapat digunakan mulai tahap analisis hingga tahap implementasi (Dennis, Wixom, Tegarden, 2010). 1. Class dan Object Diagram Merupakan salah satu notasi pemodelan data, yang berisikan kelas dan objek (entity), atribut (attribut), dan hubungan (relationship), serta behavior. Kelas dan objek merupakan representasi dari tempat dimana data akan tersimpan dan dapat berupa wujud dari suatu benda. Atribut merupakan potongan informasi yang berhubungan dengan entitas. Relationship merupakan hubungan antar kelas/ objek. Sedangkan behaviour adalah sifat dari kelas/ objek. 2. Use Case Diagram Use case diagram merupakan diagram yang menunjukkan sekumpulan use case, aktor, dan hubungannya. Use case diagram diterapkan dalam rangka pengaturan dan pemodelan perilaku dari sebuah sistem. Use case adalah sebuah urutan perilaku sistem yang menghasilkan nilai output tertentu bagi aktor tertentu.

52 37 Sedangkan aktor adalah orang atau sesuatu diluar sistem yang berinteraksi dengan sistem. 3. Activity Diagram Activity diagram adalah diagram aktifitas yang menjelaskan aliran/alur prosedural dari diagram use case. 4. Interaction Diagram UML memiliki dua jenis diagram untuk kolaborasi yaitu sequence diagram dan collaboration diagram. 5. Implementation Diagram Diagram komponen mendeskripsikan komponen software dan kebergantungannya dengan yang lain. Komponen merupakan unit otonom dalam sistem dapat digunakan untuk mendefinisikan ukuran dan kompleksitas sistem perangkat lunak. komponen diagram UML memungkinkan untuk memodelkan komponen perangkat lunak tingkat tinggi, dan interface untuk komponen tersebut. Komponen dan subsistem dapat digunakan kembali (REUSED) dan ditempatkan kembali (REPLACED). Diagram deployment menggambarkan hubungan secara fisik antara perangkat keras dan perangkat lunak dalam sebuah sistem Perancangan Basis Data Basis data adalah kumpulan data-data yang saling berhubungan (Elmasri, et al., 2005). Basis data menurut literatur lain merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi dari organisasi (Connoly, 2005). Data model menurut connoly merupakan konsep yang terintegrasi menggambarkan data, hubungan antar data dan konstrain pada data dalam organisasi. Pemodelan basis data disebut dengan konseptual data yang digambarkan menurut aturan tertentu. Data model dapat menggunakan pendekatan berorientasi obyek, berbasis rekaman, dan fisikal. Pemodelan data berorientasi obyek terdiri atas entity-relationship, semantic, functional, object-oriented. Pemodelan recordbased terdiri atas relational data model, network data model, hierarchical data model.

53 Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya dianalisis sebanyak empat penelitian sejenis yang terkait perancangan knowledge management. Adapun ringkasannya ditampilkan pada tabel 2.4. Tabel 2.4 Penelitian Sebelumnya Judul & Peneliti Organisasi Permasalahan Perancangan Model Knowledge Management System Pada Badan Penjamin Mutu Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Untuk Mendukung Penjaminan Mutu Fakultas (Wati, 2013) Perancangan Knowledge Management System Studi Kasus Direktorat ABC (Rosi, 2013) Pengembangan Model Knowledge Management System Untuk Mendukung Resource Sharing Dan Kolaborasi Antar Perekayasa: Studi Kasus BPPT (Kunharyanto, 2012) Perancangan Model Knowledge Management Badan Penjamin Mutu Universitas Pembangunan Nasional Veteran Direktorat ABC BPPT Rocksalt PT.LTD Adanya kehilangan knowledge pada saat pergantian/ penambahan personil Badan Penjaminan Mutu (BPM), UPN Veteran Jakarta. Besarnya tingkat turn over karyawan Tidak ada sharing antar perekayasa sehingga tacit knowledge tidak bisa digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan yang setiap harinya bersifat team work. Adanya tingkat turn over karyawan yang Metode Penelitian Faktor contengcy Irma Becerra Fernandez, dan analisa arsitektur KMS dengan menggunakan arsitektur Tiwana. Menggunakan Metodologi Irma Becerra Fernandez. Menggunakan pendekatan faktor kontigensi Irma Becerra Metode fernandez Hasil Penelitian Prototipe pemodelan knowledge management system berbasis intranet untuk memfasilitasi komunikasi dan melakukan pekerjaan knowledge. Prototipe chatting, expert system, forum diskusi, manajemen dokumen, survei elektronik. KMS yang dirancang terintegrasi dengan document management system, mail server dan aplikasi perpustakaan yang di mana merupakan tools manajemen pengetahuan yang ada saat ini. Prototipe KMS Teridentifikasi adanya empat

54 39 Metode Judul & Peneliti Organisasi Permasalahan Hasil Penelitian Penelitian System Pada Helpdesk Support VP ASP di Rocksalt PT.LTD. (Riskinanto, 2013) Perancangan model knowledge management system untuk mendukung proses kerja akreditasi studi kasus: LAMPTKes Organisasi nirlaba: LAMPTKes tinggi. Panjangnya proses kerja dan melibatkan banyak sumber daya untuk membentuk solusi km, pada bagian infrastruktur menggunakan tiwana Metode fernandez untuk membentuk solusi km, pada bagian infrastruktur teknologi informasi menggunakan tiwana dan awad Pada tabel 2.4 terdapat empat penelitian sejenis yang hampir sama dengan yang akan penulis lakukan. Metodologi penelitian yang digunakan menggunakan metodologi faktor kontingensi yang diperkenalkan oleh Beccerra-Fernandez. Terdapat dua penelitian sejenis yang menggunakan perpaduan metodologi Beccerra dan Amrit Tiwana. Metodologi Amrit Tiwana digunakan spesifik hanya untuk melakukan analisis dan pemodelan arsitektur teknologi informasi dari sistem manajemen pengetahuan. proses manajemen pengetahuan yaitu direction, internalization, externalization, dan socialization for knowledge sharing. Empat teknologi manajemennya chatting, forum discussion, document management, online library. - Proses manajemen pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan proses manajemen yang dibutuhkan. - Perancangan sistem manajemen pengetahuan dan perancangan infrastruktur aplikasi dan jaringan. Penulis menggunakan metodologi faktor kontingensi beccerra-fernandez untuk menentukan proses manajemen pengetahuan pada organisasi. Metode analisis untuk menilai infrastruktur teknologi informasi menggunakan dua pendekatan yaitu model awad dan tiwana. Kedua pendekatan tersebut hanya akan menggunakan metode untuk menganalisa dan merancang infrastruktur aplikasi serta jaringan.

55 Kerangka Berfikir Dari hasil analisis tinjauan pustaka penulis menggambarkan kerangka berfikir seperti pada gambar Faktor ang Mempengaruhi KM Faktor Kontingensi (Irma Becerra Fernandez & Rajiv Sabherwal, 2010) Proses KM Model KM Sistem LAMPTKes Infrastruktur Aplikasi (Awad & Hasan, 2004) KM Sistem, Mekanisme, dan Teknologi (Irma Becerra Fernandez & Rajiv Sabherwal, 2010) Use Case Diagram, Activity Diagram Model Basis Data (Connoly, 2005) Infrastruktur KM (Irma Becerra Fernandez & Rajiv Sabherwal, 2010) Infrastruktur Jaringan Sistem Manajemen Pengetahuan (Amrit Tiwana, 2002) Gambar 2.16 Kerangka Berfikir Model sistem manajemen pengetahuan pada LAMPTKes bergantung pada KM sistem, mekanisme, dan teknologi dan evaluasi infrastruktur yang dilakukan. Faktor kontingensi akan menentukan proses manajemen pengetahuan yang ada dan diprioritaskan pada organisasi. Infrastruktur teknologi informasi divaluasi sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Amrit Tiwana. Teori tersebut menjelaskan bahwa infrastruktur teknologi informasi organisasi harus dinilai untuk mengetahui kebutuhan infrastruktur jaringan, perangkat lunak, dan

56 41 perangkat keras untuk memfasilitasi sistem manajemen pengetahuan yang akan dibangun. Hasil analisis akan digambarkan pada rancangan model sistem yang terdiri dari diagram use case dan diagram aktivitas serta model basis data. Diagram use case dan diagram aktivitas menggambarkan fungsionalitas dari sistem manajemen pngetahuan sedangkan model basis data untuk menggambarkan tempat penyimpanan data pada sistem manajemen pengetahuan. Hasil analisis merupakan hasil pemetaan antara proses manajemen pengetahuan dan infrastruktur terhadap mekanisme dan teknologi. Mekanisme dan teknologi dipilih sesuai dengan kebutuhan proses manajemen pengetahuan dan infrastruktur.

57 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. metodologi Metode penelitian akan menjelaskan mengenai metodologi penelitian yang akan digunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang diuraikan pada bab pendahuluan. 3.1 Metode Penelitian Tahapan penelitian terdiri atas beberapa langkah yaitu perumusan masalah, studi literatur, analisa, perancangan, dan kesimpulan serta saran. Input: Hasil Wawancara dan Observasi Input: Pertanyaan Penelitian Input: Hasil Observasi Rating Scale Input: Hasil Observasi Perilaku Input: Hasil Wawancara Input: Karakteristik task, knowledge, lingkungan organisasi dan skala organisasi Input: Proses KM yang dibutuhkan Perumusan Masalah Metode: Analisis Permasalahan Analisis Landasan Teori Metode: Compare, construct, criticsize, synthesize, summrize Analisis Faktor Kontingensi Metode: Beccera Metode: Beccera Metode: Beccera Analisis Proses KM Metode: Beccera Analisis Prioritas Proses KM Metode: Beccera Output: Pertanyaan Penelitian Output: Pertanyaan Penelitian Output: Karakteristik Task Output: Karakteristik Knowledge Output: Karakteristik Lingkungan Organisasi dan Skala Organisasi Output: Proses KM yang dibutuhkan Output: Ranking prioritas KM Input: Hasil Observasi dan Wawancara studi dokumen Proses Kerja Akreditasi Input: proses KM yang dibutuhkan dan proses KM saat ini Input: Kultur Organisasi, Struktur Organisasi, lingkungan Fisik Input: Infrastruktur TI Input: Hasil Wawancara Analisis Proses KM Saat Ini Metode: Beccera Analisis Gap Metode: Beccera Analisis Infrastruktur KM Metode: Beccera Metode: Awad & Hasan Metode: Amrit Tiwana Output: Proses KM saat ini Output: Tambahan/ penghapusan proses KM dan Ranking Prioritas Proses KM Output: Proses KM Output: Infrastruktur Aplikasi KM Output: Teknologi Infrastruktur Jaringan KM Analisis Perancangan Sistem KM Input: Fitur KM Metode: Perancangan Sistem Output: Model Use Case, Activity Diagram, ERD Gambar 3.1 Metodologi Penelitian 42

58 43 Gambar 3.1 menjelaskan mengenai langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan. Berikut langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan: 1. Perumusan Masalah Perumusan masalah dilakukan melalui cara interview awal dengan pimpinan LAMPTKes serta observasi di lingkungan organisasi. 2. Studi Literatur Studi literatur dilakukan dengan melakukan penelitian terhadap buku-buku, jurnal-jurnal, dan karya ilmiah terkait dengan topik. 3. Analisis Faktor KM Analisis faktor kontingensi pada manajemen pengetahuan dilakukan dengan cara menilai empat faktor kontingensi. Faktor-faktor tersebut adalah karakteristik organisasi, karakteristik pengetahuan, pekerjaan dan ketidakpastian lingkungan organisasi. a. Analisis karakteristik organisasi dan ketidakpastian lingkungan organisasi Proses analisis karakteristik organisasi ini terdiri atas analisis terhadap ukuran organisasi, strategi bisnis organisasi dan environmental uncertainty. Masukan bagi langkah ini adalah wawancaram observasi dan literatur terkait karakteristik organisasi. Metode yang dipakai adalah dengan melakukan penilaian faktor kontingensi. Hasil dari langkah ini adalah proses manajemen pengetahuan yang sesuai dengan karakteristik organisasi. b. Analisis karakteristik pengetahuan organisasi Masukan bagi langkah ini adalah hasil wawancara dan literatur terkait karakteristik knowledge organisasi. Metode yang dipakai adalah dengan melakukan wawancara dan membaca tupoksi (tugas pokok dan fungsi pemangku jabatan dan staf). Hasil dari langkah ini adalah karakteristik knowledge organisasi. c. Analisa karakteristik kegiatan organisasi Dilakukan dengan cara melihat tingkat task uncertainty dan task interdependence yang ada pada LAMPTKes yang sudah didapat dari prosesproses sebelumnya. Hasil, karakteristik kegiatan LAMPTKes.

59 44 4. Analisis proses manajemen pengetahuan Analisis ini mendapatkan masukan dari penilaian faktor kontingensi yang dilakukan sebelumnya pada nomor 3. Nilai-nilai faktor kontingensi akan dipetakan menggunakan tabel yang terdapat pada teori Beccerra Fernandez dan akan menghasilkan proses manajemen pengetahuan yang seharusnya ada pada organisasi. 5. Prioritas faktor kontingensi Dilakukan dengan cara menghitung bobot dari semua item yang terkait tadi, yaitu karakteristik organisasi, knowledge dan kegiatan LAMPTKes yang sudah didapat dari proses-proses sebelumnya. Hasil, usulan-usulan prosesproses KM bagi LAMPTKes. 6. Analisis proses KM saat ini Masukan bagi langkah ini adalah hasil wawancara dan observasi kegiatan serta mempelajari dokumen-dokumen proses kerja akreditasi. Metode yang dipakai adalah dengan menggunakan Beccerra Fernandez. Hasil berupa proses KM saat ini, nantinya akan dibandingkan dengan hasil dari analisis faktor kontingensi. 7. Gap Analysis Gap analisis dilakukan dengan cara membandingkan proses KM yang dibutuhkan dengan proses KM pada saat ini. Proses KM yang dibutuhkan dengan proses KM yang ada pada saat ini dibandingkan untuk melihat apakah terdapat proses KM yang harus dihapus. 8. Analisis Evaluasi Infrastruktur Organisasi Proses ini menngunakan tiga metode analisis. Metode tersebut adalah Beccerra Fernandez, Amrit Tiwana serta Awad dan Hasan. Metode Beccera Fernandez menganilis budaya organisasi sebagai enabler untuk proses berbagi pengetahuan, struktur organisasi serta lingkungan fisik organisasi. Metode Amrit tiwana menganalisi infrastruktur jaringan pada organisasi yang nantinya akan digunakan oleh sistem manajemen pengetahuan. Metode Awad dan Hasan akan menganalisis infrastruktur aplikasi sistem manajemen pengetahuan yang akan dibangun.

60 45 9. Perancangan model KMS Langkah selanjutnya adalah melakukan perancangan model KMS bagi LAMPTKes. Masukan bagi proses ini adalah hasil analisis faktor kontingensi dan existing KM process berupa prioritas prose KM yang telah dipetakan dengan mekanisme dan teknologi. Hasil dari langkah ini adalah model knowledge management system untuk LAMPTKes yang berisi diagram use case, diagram activity dan pemodelan data menggunakan diagram hubungan antar entitas (ERD). 3.2 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini dibagi menjadi dua jenis data yaitu data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data untuk data primer terdiri atas observasi dan wawancara. Teknik pengumpulan data sekunder adalah studi dokumen-dokumen yang diperlukan Studi Dokumen Observasi dokumen-dokumen organisasi yang sesuai dengan lingkup penelitian pada LAMPTKes. Selain melakukan observasi dokumen, juga dilakukan studi literatur terkait karya akhir. Studi literatur berasal dari buku, jurnal, artikel, dan karya akhir yang terkait topik Observasi Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi-kondisi dan pengelolaan pengetahuan yang terjadi di LAMPTKes secara langsung terkait tugas pokok dan fungsi masalah-masalah. Terdapat tiga peran yang dapat dipilih oleh observer. Ketiga peran tersebut adalah participant observer, non-participant observer, dan changing-role observer (Herdiansyah, 2013). Peneliti akan berperan sebagai nonparticipant observer. Non participant observer berarti peneliti tidak harus mengambil peran dan terlibat dengan aktvitas subjek penelitian. Dengan mengambil peran ini, Peneliti mendapat keuntungan karena lebih mudah dalam mencatat hasil observasi.

61 46 Model Observasi menggunakan model rating scale. Model rating scale mencatat perilaku sasaran yang dimunculkan oleh observee untuk mengetahui kuantitas dan kualitas dari perilaku yang diteliti. Sesuai dengan literatur dari Herdiansyah, dalam melakukan observasi dengan model ini peneliti akan melakukan langkahlangkah berikut (Herdiansyah, 2013): 1. Menentukan perilaku yang hendak diobservasi 2. Menyusun perilaku tersebut menjadi bentuk item-item pertanyaan 3. Memberikan pilihan jawaban berupa kontinum Model observasi lain yang akan digunakan adalah model observasi perilaku (behavior observation). Model observasi ini akan mengamati proses kerja akreditasi. Observasi model rating scale dan perilaku ini digunakan untuk mengetahui faktor karakteristik pekerjaan/tugas dan karakteristik pengetahuan Wawancara Wawancara dilakukan terhadap pengurus, asesor, validator, dan fasilitator LAMPTKes. Wawancara dilakukan agar dapat menggali lebih dalam mengenai keadaan organisasi, pengetahuan dan permasalahan-permasalahan sekaligus komitmemen manajemen dalam mendukung proses manajemen pengetahuan berikut harapan-harapannya. Wawancara disusun dalam rangakain pertanyaan pertanyaan terbuka Validitas dan Realibilitas Penelitian Kualitatif Realibilitas data dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check (Sugiyono, 2009). Pada penelitian ini untuk melakukan uji realibilitas data menggunakan triangulasi dan member chek. Triangulasi data dilakukan cara triangulasi teknik pengumpulan data. WAWANCARA OBSERVASI DOKUMEN Gambar 3.2 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data

62 47 Triangulasi teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengecekan data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Ketika menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar.

63 BAB IV PROFIL ORGANISASI 4. Profil Pada bab empat akan dijelaskan mengenai profil organisasi. Profil organisasi akan dimulai dengan penjelasan sejarah organisasi, visi, misi, dan tujuan organisasi. Selain itu juga akan dijelaskan mengenai struktur organisasi dan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) dari masing-masing hirarki yang terlibat. 4.1 Sejarah Organisasi Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAMPTKes Indonesia) adalah sebuah lembaga non-profit yang bergerak pada bidang akreditasi. LAM-PTKes Indonesia didirikan pada 22 Desember 2011 di Jakarta oleh Asosiasi Institusi Pendidikan dan Organisasi Profesi Kesehatan. Asosiasi dan organisasi tersebut adalah AIPKI, AFDOKGI, PDGI, AIPNI, PPNI, AIPKIND, IBI, AIPTKMI, IAKMI, APTFI, IAI, AIPGI, DAN PERSAGI. Akreditasi pendidikan tinggi kesehatan nantinya dilakukan oleh LAMPTKes Indonesia. Motivasi pendirian lembaga ini dilatarbelakangi karena meningkatnya jumlah institusi pendidikan kesehatan, untuk menjaga dan mengembangkan mutu sistem pelayanan kesehatan, dan meningkatnya globalisasi dan mobilitas tenaga kesehatan. Hal tersebut meningkatkan kesadaran akan perlunya sistem akreditasi sebagai sarana untuk menjaga dan meningkatkan kualitas. Tujuan akreditasi oleh LAM-PTKes Indonesia bukan hanya untuk memberikan status dan peringkat akreditasi prodi (Program Studi) saja, tetapi utamanya untuk menumbuhkan kesadaran, motivasi, dan langkah-langkah konkret yang akhirmya bermuara pada budaya peningkatan mutu berkelanjutan (culture of continuous quality improvement). Akreditasi program studi profesi kesehatan untuk kedokteran, kedokteran gigi, keperawatan, dan kebidanan biasanya dilakukan oleh BAN-PT. Khusus untuk keperawatan dan kebidanan beberapa diantaranya masih oleh Kementerian Kesehatan melalui Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan (Pusdiknakes). Proses akreditasi yang telah dilaksanakan ditemukan beberapa 48

64 49 permasalahan diantaranya terlalu banyaknya prodi yang harus diakreditasi oleh BAN-PT, keterbatasan dana yang dikeluarkan Pemerintah untuk mendukung pelaksanaan akreditasi maupun BAN-PT, instrumen yang digunakan masih bersifat generik tidak sesuai dengan keunikan dari program profesi, proses akreditasi yang hanya menilai program akdemik dan belum mencakup program profesi dan dokter spesialis, penggunaan teknologi informasi belum secara optmal dilakukan (LAMPTKes, 2013). Kerangka hukum yang mendasari pendirian LAM-PTKes adalah Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 60 ayat(1) ditetapkan bawa program dan satuan pendidikan dilakukan oleh Pemerintah dan/ atau lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik. Selanjutnya peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan akreditasi pada Pasal 86 ditetapkan bahwa Pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan untuk menentukan kelayakan program dan/ atau satuan pendidikan. Permendiknas No. 28 Tahun 2005, pada pasal 13 ditetapkan bahwa 1) Masyarakat dapat melakukan akreditasi perguruan tinggi dengan memberntuk lembaga akreditasi perguruan tinggi yang bersifat mandiri; 2) Lembaga Akreditasi perguruan tinggi berbadan hukum, bersifat nirlaba, meiliki tenaga ahli di bidang evaluasi pendidikan, memperolah izin menteri dapat merintis dan memberdayakan potensinya dalam menggali sumber dana dan sumber daya dari masyarakat secara sah dan tidak mengikat dengan bentuk pertanggungjawaban yang transparan sesuai dengan prinsip akuntabilitas. 4.2 Visi Misi Tujuan dan Nilai LAM-PTKes Indonesia Visi : Terjaminnya pendidikan tinggi kesehatan yang berstandar global. Misi : Terselenggaranya akreditasi nasional pendidikan tinggi kesehatan secara berkelanjutan yang dipercaya oleh semua pemangku kepentingan (sustainable dan credible).

65 50 Tujuan : 1. Tersusunnya kebijakan, standar, instrumen dan prosedur akreditasi pendidikan tinggi kesehatan yang dioperasionalkan oleh LAM-PTKes Indonesia; 2. Terpadunya akreditasi pendidikan akademik, vokasi dan profesi yang saling mendukung peningkatan keterampilan tenaga kesehatan secara keseluruhan; 3. Terwujudnya kemampuan LAM-PTKes Indonesia untuk membiayai kegiatan operasionalnya sendiri atau dengan bantuan pemerintah yang secara bertahap semakin berkurang. 4.3 Struktur Organisasi Struktur organisasi LAMPTKes terdiri atas tenaga fungsional dan struktural. Digambarkan pada gambar 4.1 tenaga fungsional terdiri atas majelis pemangku kepentingan, komisi-komisi, pool asesor, dan pool fasilitator. Tenaga struktural terdiri atas badan pelaksana dan divisi. Gambar 4.1 Organigram LAMPTKes 4.4 Tugas Organogram LAMPTKes Tugas dari masing-masing organogram diuraikan pada dokumen analisis jabatan badan pelaksana LAMPTKes Indonesia. Tugas-tugas tersebut diberikan kepada

66 51 ketua pengurus, sekretaris, kadiv akreditasi, dan kadiv pembinaan & pengembangan (LAMPTKes, Jakarta). Tabel 4.1 Tugas Organogram LAMPTKes Pemangku Jabatan Tugas Ketua Pengurus: 1) Menyusun Rencana Strategis dan Rencana Tahunan 2) Melaksanakan, memantau, evaluasi dan melaporkan pencapaian Renstra dan Rencana Tahunan LAM PTKes pada Rapat Umum Anggota 3) Menetapkan, mengelola dan mengembangkan sumber daya 4) Menetapkan divisi dan majelis 5) Menetapkan asesor, fasilitator, dan validator 6) Mengupayakan pendanaan berkelanjutan 7) Membangun kerja sama Dalam Negeri dan Luar Negeri 8) Menyusun Anggaran Belanja dan Pendapatan 9) Menerbitkan sertifikat akreditasi 10) Membuat dan menetapkan kebijakan operasional akreditasi sesuai 5 Nilai Operasional 11) Menetapkan persyaratan ketua divisi dan anggota majelis 12) Menetapkan proses kerja akreditasi setiap profesi 13) Menetapkan sistem akreditasi pendidikan tinggi kesehatan 14) Melakukan advokasi kebijakan akreditasi oleh LAM PTKes kepada pemangku kepentingan lain 15) Membangun interprofesionalisme tenaga kesehatan dan kerja sama lintas sektor 16) Menunjuk, menetapkan dan menolak kesepakatan/ kontrak kerja dengan pihak lain - Tugas Sekretariat : 1) Menjabarkan renstra menjadi rencana operasional akreditasi tahunan 2) Mengelola administrasi dan dokumen akreditasi 3) Menyiapkan rapat divisi dan majelis untuk membahas hasil akreditasi 4) Mengelola dan melakukan pelatihan asesor, fasilitator, dan validator 5) Melakukan analisis terhadap hasil telaah majelis atas keberatan hasil akreditasi 6) Menyusun draf proses kerja akreditasi umum dan spesifik profesi 7) Menelaah dan memberi umpan balik terhadap hasil kerja majelis 8) Menyeleksi dan mengusulkan asesor, fasilitator, dan validator 9) Memantau kepatuhan prodi terhadap saran untuk perbaikan 10) Memantau pembelajaran yang diharapkan dari prodi setelah menerima umpan balik akreditasi 11) Menyusun laporan akreditasi 12) Menyusun draf renstra 5 tahunan 13) Melaksanakan, memantau, evaluasi dan melaporkan pencapaian Renstra & Rencana Tahunan 14) Menerima dan menelaah nama anggota majelis sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan 15) Mengusulkan nama anggota majelis dan nama anggota majelis pengganti dalam hal perlu dilakukan revisitasi, berdasarkan hasil telaahan 16) Mengusulkan nama anggota divisi kepada ketua LAM PTKes dan nama anggota majelis pengganti dalam hal perlu dilakukan revisitasi, berdasarkan hasil telaahan 17) Menyusun Rencana Anggaran Belanja dan Pendapatan serta

67 52 Pemangku Jabatan - Tugas Divisi dan Majelis : Tugas memantau dan mengevaluasi pencapaiannya 18) Mengelola sumber daya 19) Mengelola administrasi keuangan termasuk melakukan analisis keuangan 20) Mengelola ketenagaan termasuk melakukan analisis jabatan dan pengembangan karir tenaga LAM PTKes 21) Mengelola sarana dan prasarana pendukung operasional 22) Menyusun laporan keuangan dan kepegawaian 23) Menyusun laporan organisasi LAM PTKes 24) Customer Relationship Management 25) Penelitian dan Pengembangan 26) Mengelola Sistem Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management System / KMS) termasuk sistem informasi 27) Mengelola aspek hukum LAM PTKes 28) Melakukan Analisis Pasar 29) Melakukan penelitian dan pengembangan standar, instrumen, dan proses kerja akreditasi profesi yang terkait 30) Manajemen Keuangan yang meliputi :Analisis biaya satuan (unit cost), Mekanisme pendanaan LAM PTKes, Penetapan tarif akreditasi. 31) Melakukan pemantauan, evaluasi, dan mengusulkan perbaikan model kerja LAM PTKes 32) Melakukan analisis kompetensi asesor, fasilitator dan validator sesuai perkembangan standar, instrumen, dan proses kerja 33) Menyusun dan mengusulkan kurikulum pelatihan berdasarkan hasil analisis 34) Melakukan benchmarking akreditasi untuk setiap bidang profesi 35) Melakukan diseminasi hasil kajiannya 36) Menyusun laporan pencapaian pengembangan organisasi LAM PTKes 1) Menyusun rencana tahunan akreditasi profesi yang terkait 2) Menyusun standar akreditasi profesi yang terkait 3) Menyusun instrumen akreditasi profesi yang terkait 4) Menelaah hasil kerja asesor, fasilitator dan validator 5) Melakukan analisis hasil asesmen untuk divalidasi 6) Menetapkan kelayakan program studi untuk divisitasi 7) Menetapkan hasil akreditasi untuk diajukan ke pengurus LAM PTKes 8) Meningkatkan mutu dan jumlah asesor, fasilitator dan validator sesuai kebutuhan 9) Menyeleksi dan mengusulkan tim asesor, fasilitator, dan validator 10) Memberi umpan balik proses akreditasi dan fasilitasi/pendampingan 11) Memantau kepatuhan program studi terhadap saran untuk perbaikan sesuai standar 12) Memantau pembelajaran yang diharapkan dari program studi setelah menerima umpan 13) balik akreditasi 14) Melakukan analisis terhadap keberatan hasil akreditasi 15) Melakukan telaahan dan menyusun tindak lanjut hasil penelitian dan pengembangan 16) atas standar, instrumen dan kompetensi asesor, fasilitator, dan validator 17) Menyusun laporan akreditasi

68 53 Pemangku Jabatan Tugas - Tugas Asesor : 1) Melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap borang akreditasi prodi 2) Melakukan koordinasi informasi dengan fasilitator 3) Membuat hasil pemeriksaan dan penilaian kepada divisi dan majelis melalui surat elektronik paling lambat 3 hari setelah pemeriksaan 4) Memeriksa data, informasi, dan bukti yang telah disiapkan oleh program studi di lapangan 5) Mengobservasi/meninjau kegiatan pembelajaran dan fasilitas/instalasi pendukung, seperti: ruang pimpinan, ruang dosen, ruang administrasi, perpustakaan dan aksesnya, laboratorium yang sesuai, ruang kuliah, fasilitas mahasiswa, fasilitas alumni, dan wahana praktek (rumah sakit, puskesmas, klinik, atau laboratorium lapangan) 6) Mewawancarai dosen akademik dan klinik, mahasiswa, tenaga kependidikan, alumni, pengguna lulusan dan mitra kerja 7) Melakukan diskusi dan kajian terhadap hasil pemeriksaan sebagaimana nomor 4, 5 dan 6 di antara anggota tim asesor 8) Menyusun Berita Acara hasil visitasi untuk disajikan dan ditandatangani oleh tim asesor dan pimpinan program studi 9) Melakukan verifikasi asesor dengan pimpinan program studi, pimpinan unit pengelola program studi, dosen, alumni, mahasiswa, dan pemangku kepentingan 10) Mengisi dokumen format penilaian 11) Menyusun rekomendasi untuk ditindaklanjuti prodi yang merupakan dokumen tidak terpisah dari hasil penilaian 12) Menyampaikan hasil rekomendasi pada acara penutupan asesmen lapangan 13) Menyusun dan mengirim laporan, berita acara, dan seluruh hasil penilaian secara elektronik kepada Sekretariat LAM PTKes, selambatlambatnya satu minggu setelah visitasi - Tugas Fasilitator : 1) Memberikan penjelasan tentang landasan hukum, tujuan, manfaat serta alur proses kerja akreditasi LAM PTKes. 2) Memberikan penjelasan tentang standar dan prosedur akreditasi program studi bidang kesehatan. 3) Memberikan penjelasan tentang evaluasi diri, cara pengisian, dan cara penilaian. 4) Memberikan penjelasan tentang tata cara pengisian borang akreditasi 5) Memberikan penjelasan tentang borang pengelola program studi 6) Memberikan penjelasan kelengkapan borang, dan alur pengiriman borang. 7) Memberikan penjelasan mekanisme visitasi. 8) Meminta penjelasan secara lengkap dari program studi ataupun pengelola tentang kondisi program studi berdasarkan standar yang pengisian borang program studi, borang pengelola, status akreditasi yang lalu dan status perijinan program studi. 9) Menganalisis informasi yang disampaikan oleh program studi berdasarkan standar penilaian borang program studi, borang pengelola, evaluasi diri dan menilai kemampuan program studi dalam mengisi format borang. 10) Membuat resume untuk dijadikan dasar dalam rencana kegiatan pendampingan. 11) Memberikan pendampingan tentang identifikasi bukti pendukung dan proses pengisian borang program studi sesuai standar akreditasi LAM

69 54 Pemangku Jabatan Tugas PTKes. 12) Memberikan pendampingan tentang identifikasi bukti pendukung dan proses pengisian borang pengelola program studi sesuai standar akreditasi LAM PTKes. 13) Memberikan pendampingan tentang cara mendeskripsikan evaluasi diri. 14) Memberikan pendampingan tata cara penyusunan renstra program studi. 15) Memberikan pendampingan tata cara penyusunan rencana operasional tahunan program studi. 16) Menyusun laporan pendampingan. 17) Menjawab pertanyaan asesor bila diperlukan. 18) Menyerahkan laporan pendampingan pada divisi, majelis, dan sekretariat LAM PTKes. - Tugas Validator : 1) Melakukan pemeriksaan kelengkapan setiap borang termasuk tanda tangan asesor 2) Melakukan pemeriksaan kelengkapan Lembar Rekapitulasi Penilaian Dokumen dari setiap asesor 3) Mencermati perbedaan variasi nilai dan melakukan crosscheck komentar setiap butir penilaian apabila terdapat perbedaan nilai total lebih dari 50 poin atau nilai totalnya sama persis 4) Membuat pernyataan layak visitasi maupun tidak layak visitasi sesuai hasil analisis dan disampaikan kepada divisi, majelis, dan sekretariat 5) Mengundang asesor dan/atau program studi untuk memberikan tambahan data/informasi jika data dan informasi dari dokumen hasil asesmen yang digunakan dalam proses validasi belum memadai untuk pengambilan keputusan status/peringkat akreditasi. 6) Mengusulkan untuk dilaksanakan revisitasi dalam hal tambahan data/informasi tidak memberikan pertimbangan yang cukup untuk pengambilan keputusan status/peringkat akreditasi.

70 BAB V ANALISIS KEBUTUHAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SSTEM 5. analisis Analisis kebutuhan knowledge management system (KMS) dilakukan melalui enam langkah analisis. Langkah pertama yaitu melakukan analisis faktor kontingesi, menentukan prioritas proses KM. Langkah kedua menganalisis proses KM yang terjadi saat ini. Langkah ketiga melakukan gap analysis terhadap proses KM yang dibutuhkan dengan proses KM yang ada pada saat ini. Langkah kelima melakukan penilaian terhadap infrastruktur organisasi. Langkah keenam memetakan proses KM dengan mekanisme dan teknologi sistem manajemen pengetahuan. 5.1 Analisis Aktivitas Organisasi Analisis aktivitas organisasi terdiri dari analisa proses bisnis, identifikasi data, informasi dan pengetahuan, serta identifikasi sumber daya manusia yang terlibat pada proses kerja akreditasi Proses Bisnis Tugas/pekerjaan proses kerja akreditasi melibatkan bagian sekretaris dan akreditasi LAMPTKes. Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan penelaahan dokumen proses kerja akreditasi digambarkan pada gambar 5.1. Aktivitas Sekunder TEKNOLOGI INFORMASI (APLIKASI, INTERNET) KEUANGAN SUMBER DAA MANUSIA MUTU PENDIDIKAN TINGGI BERKUALITAS PERSIAPAN DESK EVALUATION ASESMEN LAPANGAN VALIDASI MAJELIS KEBERATAN PRODI Aktivitas Utama Gambar 5.1 Value Chain Proses Kerja Akreditasi 55

71 56 Gambar 5.1 menggambarkan proses kerja akreditasi yang memiliki aliran informasi yang berasal dari persiapan, desk evaluasi, asesmen lapangan, validasi, rapat majelis, dan keberatan prodi. Proses kerja akreditasi bertujuan untuk menghasilkan mutu pendidikan tinggi berkualitas pada bidang kesehatan. Proses bisnis organisasi proses kerja akreditasi melibatkan fasilitator, sekretariat, validator, tim asesor, majelis dan program studi sebagai pihak yang akan diakreditasi. Proses kerja akreditasi yang akan dianalisis dalam perancangan KMS tidak akan melibatkan Program Studi. Hal tersebut dikarenakan KMS yang akan dibangun untuk internal organisasi Analisis Data, Informasi dan Pengetahuan Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diperoleh data, informasi, dan pengetahuan. Data, informasi, pengetahuan sudah ada yang didokumentasikan dan belum didokumentasikan. Uraian data, informasi, dan pengetahuan dijelaskan pada tabel 5.1. Tabel 5.1 Analisis Data, Informasi dan Knowledge No Nama Data/ Informasi/ Knowledge Jenis Terdokumentasi Tidak D I K E Non E Terdokumentasi 1 Data Indentitas Program Studi Kesehatan 2 Data Rekapitulasi Status Akreditasi Program Studi Kesehatan 3 Data identitas Asesor 4 Data identitas Pengurus Organisasi (termasuk tenaga administasi) 5 Data identitas Anggota Majelis 6 Data identitas Anggota Divisi 7 Data strategi bisnis organisasi 8 Data renstra organisasi 9 Data identitas fasilitator 10 Data kompetensi Asesor 11 Data kompetensi fasilitator 12 Data kompetensi validator 13 Data identitas validator 14 Data dosen bidang kesehatan 15 Data kompetensi bidang kesehatan 16 Data mata kuliah bidang kesehatan 17 SOP Validasi 18 Rambu Rambu Wawancara 19 SOP Koordinasi Keberangkatan Asesor 20 SOP Persiapan pemberangkatanasesor 21 SOP Penilaian desk evaluation secara elektronik 22 SOP Majelis

72 57 No Nama Data/ Informasi/ Knowledge Jenis Terdokumentasi Tidak 23 SOP pemeriksaan kelengkapan dokumen desk evaluation secara elektronik 24 SOP Verifikasi kelengkapan dokumen dan persyaratan prodi 25 SOP Fasilitator 26 Pedoman pembentukan dan pelaksanaan Tim Persiapan Akreditasi Prodi 27 Kode Etik Asesor 28 Nilai Borang Program Studi Pada saat Desk Evaluation 29 Nilai Borang Program Studi Pada saat Visitasi 30 Keputusan daftar Asesor yang akan ditugaskan 31 Keputusan fasilitator yang ditugaskan 32 Surat jawaban mengenai fasilitator dan jadwal pendampingan 33 Keputusan kelengkapan dokumen desk evaluation 34 Keputusan kelengkapan dokumen dan persyaratannya 35 Pengalaman identifikasi keabsahan program studi 36 Pengalaman identifikasi keabsahan evaluasi diri 37 Pengalaman identifikasi keabsahan borang program studi 38 Pengalaman identifikasi keabsahan borang pengelola program studi 39 Pengalaman identifikasi keabsahan renstra 40 Pengalaman identifikasi keabsahan rencana operasional 41 Pernyataan keputusan kelayakan program studi untuk divisitasi 42 Laporan fasilitasi 43 Data kinerja Fasilitator 44 Daftar rumusan pertanyaan 45 Pengalaman Penilaian kesesuaian data, informasi dan bukti 56 Pengalaman Penilaian hasil observasi langsung kegiatan pembelajaran 47 Pengalaman Penilaian hasil observasi langsung fasilitas/ instalasi pendukung 48 Isi berita acara visitasi 49 Rekomendasi dan hal hal urgent untuk prodi 50 Standar penilaian akreditasi 51 Informasi kinerja Asesor 52 Informasi kinerja Fasilitator 53 Informasi masa berlaku akreditasi program studi 54 Data rekap hasil asesmen lapangan Keterangan: D=Data; I=Informasi; K=Knowledge; E=Elektronik; Non-E=Non Elektronik Pada tabel 5.1 terdapat pengetahuan yang belum terdokumentasikan. Pengetahuan tersebut merupakan pengalaman-pengalaman pada saat melakukan penilaian dan

73 58 pengetahuan pada saat memutuskan suatu keputusan bagi terselenggaranya proses selanjutnya Analisis Faktor Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia sebagai kunci dalam kegiatan bisnis organisasi adalah sebagai berikut: 1. Kelompok Fasilitator Kelompok ini berperan pada saat proses persiapan proses akreditasi. Kelompok fasilitator berfungsi untuk membantu program studi untuk mempersiapkan kebutuhan penilaian desk evaluasi dan visitasi. 2. Kelompok Asesor Kelompok ini berperan dalam melakukan penilaian desk dan visitasi. Asesor menentukan nilai akreditasi dari sebuah program studi. 3. Kelompok Validator Kelompok ini berperan dalam melakukan validasi atas hasil penilaian asesor. Validasi yang dilakukan validator sebanyak dua kali. Pertama pada saat desk dan kedua pada saat sidang majelis/rapat pleno dalam penentuan peringkat akreditasi 4. Tenaga Pengelola Administrasi Proses Akreditasi Kelompok ini membantu para asesor, validator, dan fasilitator dalam proses kerja akreditasi secara administratif. 5.2 Analisis Faktor Kontingensi Analisis faktor kontingensi berdasarkan Beccerra-Fernandez terbagi menjadi empat faktor yang dapat mempengaruhi knowledge management system. Faktorfaktor tersebut terdiri atas karakteristik tugas, karakteristik pengetahuan,

74 59 karakteristik organisasi, dan lingkungan organisasi. Hasil analisis faktor-faktor kontingensi akan menentukan proses manajemen pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan. Sehingga mampu menentukan teknologi yang sesuai dengan proses manajemen pengetahuan Analisis Karakteristik Tugas Karakteristik tugas dibagi menjadi dua kategori yaitu task uncertainty (ketidakpastiaan tugas/pekerjaan) dan task interpedence (kebergantungan tugas/pekerjaan). Dari hasil observasi sebanyak empat kali dan wawancara diperoleh hasil bahwa task uncertainty bernilai low dan task interpedence bernilai high. Pada proses akreditasi LAMPTKes masing-masing bagian/ personil telah memiliki tugas rutin. Tugas rutin tersebut terdapat pada tugas pokok pada masingmasing bagian. 1. Tugas Rutin Sekretariat/ Administrasi a. Memberitahu program studi untuk meminta diakreditasi melalui surat elektronik yang dikonfirmasi melalui SMS. b. Menyiapkan surat tugas untuk fasilitator. c. Memberikan surat tugas fasilitator. d. Mengirimkan surat jawaban tentang fasilitator/ pendamping serta jadwal pendampingan. e. Melakukan verifikasi kelengkapan dokumen dan persyaratan prodi. f. Menyiapkan surat tugas asesor. g. Mengirimkan file dokumen untuk dinilai dalam desk evaluation kepada Asesor. h. Memeriksa kelengkapan dokumen desk evaluation secara elektronik. i. Mengirimkan informasi mengenai jadwal visitasi pada program studi. j. Mengirimkan surat tugas visitasi asesor. k. Mempersiapkan dokumen yang akan digunakan asesor. l. Memeriksa kelengkapan hasil asesmen lapangan. m. Mengirimkan berkas visitasi ke divisi.

75 60 2. Tugas Rutin Fasilitator a. Melakukan pendampingan program studi dalam rangka persiapan akreditasi. b. Membat laporan fasilitasi untuk diberikan kepada sekretariat. 3. Tugas Rutin Assessor a. Melakukan pemeriksaan dan penilaian borang program studi pada saat desk evaluation secara elektronik. b. Mengirimkan hasil penilaian melalui surat elektronik. c. Membuat kesepakatan mengenai jadwal visitasi. d. Berkoordinasi dengan asesor lain dalam rangka penyamaan persepsi. e. Melakukan pemeriksaan data, informasi, dan bukti pada saat visitasi. f. Melakukan observasi/peninjauan langsung kegiatan pembelajaran dan fasilitas atau instalasi pendukung. g. Mewawancarai stakeholder program studi sesuai borang akreditasi. h. Melakukan pertemuan harian untuk membahas hasil visitasi. i. Menyusun berita acara hasil visitasi. j. Menyusun rekomendasi dan hal-hal urgent untuk program studi. k. Melakukan penilaian borang program studi pada saat visitasi. l. Mengirimkan berita acara dan seluruh hasil penilaian secara elektronik dan dokumen bukti-bukti perjalanan melalui pos. 4. Tugas Rutin Validator a. Melakukan validasi atas penilaian tim asesor pada saat desk evaluation. b. Melakukan validasi atas penilaian tim asesor pada saat visitasi/asesmen lapangan. c. Mengambil keputusan atas hasil penilaian akreditasi program studi. 5. Divisi a. Mengadakan rapat Pleno Majelis

76 61 Pada saat proses Akreditasi tidak terdapat tugas yang sifatnya tidak tentu. Peneliti melakukan observasi lebih lanjut untuk memastikan karakter tugas pada proses kerja akreditasi. Subjek pengamatan terdiri dari 15 orang Asesor dan 10 orang validator, serta bagian sekretariat. Hasil observasi rating scale terhadap tugastugas yang dikerjakan sebanyak 100% adalah tugas-tugas rutin dan pasti. Pada proses kerja akreditasi tidak ada pekerjaan yang bersifat pekerjaan tidak tentu. Pada proses kerja akreditasi semua pekerjaan/tugas-tugas yang diberikan memiliki keterkaitan satu dengan lainnya. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil pengamatan langsung dan dikonfirmasikan lagi melalui wawancara dengan asesor, sekretariat, dan validator. Karakteristik tugas pada LAMPTKes memiliki kategori LOW untuk task uncertainty dan HIGH untuk task interpedence. Sehingga proses knowledge management yang cocok untuk karakteristik tersebut adalah exchange, combination, routines Analisis Karakteristik Knowledge Untuk mengetahui karakteristik pengetahuan pada organisasi khusus pada proses kerja akreditasi dilakukan dengan cara membedakan pengetahuan. Pengetahuan dibedakan menurut kategori declarative, procedural, tacit, explicit. Tabel 5.2 Pengelompokan Knowledge Organisasi Kategori Pengetahuan Procedural Sumber Pengetahuan Dokumen Nama Pengetahuan Tacit Explicit 1. SOP Validasi 2. Rambu Rambu Wawancara 3. SOP Koordinasi Keberangkatan Asesor 4. SOP Persiapan pemberangkatan asesor 5. SOP Penilaian desk evaluation secara elektronik 6. SOP pemeriksaan kelengkapan dokumen desk evaluation secara elektronik 7. SOP Majelis 8. SOP Verifikasi kelengkapan dokumen dan persyaratan prodi

77 62 Kategori Pengetahuan Declarative Sumber Pengetahuan Dokumen Form Penilaian Borang Program Studi Nama Pengetahuan Tacit Explicit 9. SOP Fasilitator 10. Pedoman pembentukan dan pelaksanaan Tim Persiapan Akreditasi Prodi 11. Kode Etik Asesor 1. Nilai Borang Program Studi Pada saat Desk Evaluation 2. Nilai Borang Program Studi Pada saat Visitasi Rapat Majelis 1. Keputusan daftar Asesor yang akan ditugaskan 2. Keputusan fasilitator yang ditugaskan Data Program 1. Masa berakhir akreditasi Studi Program Studi Sekretariat 1. Surat jawaban mengenai fasilitator dan jadwal pendampingan 2. Keputusan kelengkapan dokumen dan persyaratannya 3. Keputusan kelengkapan dokumen desk evaluation Fasilitator 1. Identifikasi keabsahan program studi 2. Identifikasi keabsahan evaluasi diri 3. Identifikasi keabsahan borang program studi 4. Identifikasi keabsahan borang pengelola program studi 5. Identifikasi keabsahan renstra 6. Identifikasi keabsahan rencana operasional 7. Pernyataan keputusan kelayakan program studi untuk divisitasi 8. Laporan fasilitasi Prodi Evaluasi kinerja Fasilitator Asesor 1. Rumusan pertanyaan 2. Penilaian kesesuaian data, informasi dan bukti 3. Penilaian hasil observasi langsung kegiatan pembelajaran 4. Penilaian hasil observasi langsung fasilitas/ instalasi pendukung 5. Isi berita acara visitasi 6. Rekomendasi dan hal hal urgent untuk prodi 7. Pengalaman dalam melakukan penilaian kesesuaian data,

78 63 Kategori Pengetahuan Sumber Pengetahuan Nama Pengetahuan Tacit Explicit informasi dan bukti 8. Pengalaman dalam melakukan penilaian observasi Hasil analisis pada tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa karakteristik pengetahuan memiliki kecenderungan bersifat declarative dan cenderung memiliki knowledge explicit. Dalam hal ini rekomendasi proses knowledge management yang sesuai adalah: 1. Knowledge Discovery (socialization) 2. Knowledge Capture (internalization) 3. Knowledge Sharing (exchange) 4. Knowledge Application (direction & routines) Analisis Karakteristik Organisasi Karakter organisasi dianalisis berdasarkan kategori ukuran organisasi, strategi bisnis. Ukuran organisasi akan mempengaruhi pilihan antara dua proses yang mendukung knowledge application dan knowledge sharing. Karakter organisasi dianalisis berdasarkan ukuran organisasi dan strategi bisnis organisasi. Menurut hasil dari wawancara dan observasi karyawan/ pegawai LAMPTKes terbagi atas dua yaitu fungsional dan struktural. Jumlah pegawai fungsional sebanyak 86 pegawai dan jumlah pegawai struktural sebanyak 20 orang. Jika dilihat dari jumlah pegawai organisasi ini termasuk ke dalam skala kecil. Dalam bukunya beccerra menyebutkan untuk organisasi dengan karakteristik kecil merekomendasikan proses knowledge management sebagai berikut: 1. Knowledge sharing (socialization) 2. Knowlege application (direction) 3. Knowledge discovery (combination, socialization) 4. Knowledge capture (externalization, internalization)

79 Analisis Strategi Bisnis Organisasi Analisis strategi bisnis menggunakan model Michael Porter. Pada model beccerra strategi bisnis porter yang dianalisis hanya dua model bisnis strategi. Model tersebut adalah cost leadership (biaya rendah) dan differentiation (strategi pembedaan produk). Strategi biaya rendah menekankan pada upaya memproduksi produk standar dengan biaya per unit yang sangat rendah. Strategi pembedaan produk mendorong perusahaan untuk sanggup menemukan keunikan tersendiri dalam pasar yang jadi sasarannya. LAMPTKes memiliki model strategi organisasi differentiation. Strategi ini untuk membedakan layanan jasa akreditasi yang diberikan oleh lembaga-lembaga lain yang sejenis. LAMPTKes bukan organisasi berorientasi pada laba, tetapi sudah memiliki arah strategi organisasi yang jelas. Strategi tersebut yang menjadi arah pelaksanaan pengelolaan organisasi. LAMPTKes berusaha untuk menanamkan nilai-nilai operasionalnya pada setiap jasa yang diberikan pada pelanggan (prodi kesehatan) Analisis Karakteristik Lingkungan Organisasi Karakteristik lingkungan organisasi dianalisa melalui ketidakpastian lingkungan organisasi. Ketidakpastian ini didasari oleh adanya ketidakpastian lingkungan politik, ekonomi, teknologi, sosial, dan regulasi yang mempengaruhi keberadaan organisasi. Dengan adanya pengaruh terhadap organisasi maka akan mempengaruhi proses didalamnya. Berdasarkan hasil wawancara ketidakpastian lingkungan yang akan berdampak pada LAMPTKes dikelompokan sebagai berikut: 1. Perubahan peraturan mengenai Akreditasi. LAMPTKes didirikan berdasarkan Undang-Undang, sehingga apabila terjadi perubahan/kemunculan Undang-Undang yang mempengaruhi organisasi maka organisasi akan terkena dampaknya. 2. Adanya perubahan standar penilaian.

80 65 Hal ini mungkin saja terjadi mengingat adanya kebutuhan proses menuju perbaikan terus-menerus. Standar penilaian akan mengikuti standar penilaian yang dikeluarkan BAN-PT dan standar masing-masing bidang kesehatan. 3. Adanya perubahan proses kerja/workflow Perubahan proses kerja hingga saat ini sudah berubah berkali-kali. Sehingga perubahan proses kerja berdampak pada aktivitas kerja di dalam proses kerja tersebut. 4. Faktor Sumber Dana Kekuatan lembaga untuk mendapatkan sumber dana lain selain dari Pemerintah. Hal tersebut dikarenakan lembaga merupakan lembaga independen. 5. Perkembangan Teknologi Adanya perubahan teknologi pada bidang kesehatan yang harus cepat disesuaikan dengan instrumen penilaian. Pada proses kerja akreditasi terdapat beberapa aktivitas yang menggunakan teknologi sebagai media pengantar data, informasi dan knowledge. Dalam memberikan bobot karakteristik ketidakpastian lingkungan organisasi menggunakan nilai LOW dan HIGH pada masing-masing kelompok. Bobot diberikan berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan (lampiran 2 dan 3). Tabel 5.3 Kelompok dan Bobot Perubahan Lingkungan Organisasi Kelompok Perubahan Kecenderungan Terjadi Bobot Regulasi > 2 tahun Low Standar Penilaian > 2 tahun Low Proses Kerja 1 tahun High Sumber Dana >2 tahun Low Teknologi 1 tahun High Kompetisi >2 tahun Low Total Bobot Low Bobot high diberikan kepada kelompok yang memiliki kecenderungan perubahannya cepat (kurang dari dua tahun), sedangkan bobot low untuk kelompok yang memliki kecenderungan berubahnya lama (diatas dua tahun). Total bobot ketidakpastian lingkungan organisasi menjadi low. Hal tersebut disimpulkan dari jumlah kelompok yang memiliki bobot low lebih banyak

81 66 daripada yang memiliki bobot high. Untuk organisasi LAMPTKes level dari ketidakpastian lingkungan organisasi memiliki nilai low. Beccerra merekomendasikan proses knowledge management untuk knowldege discovery (combination, socialization) dan knowledge application (direction, routines). 5.3 Identifikasi & Prioritas Proses Knowledge Management Setelah dilakukan analisis terhadap faktor-faktor kontingensi, maka dapat diidentifikasi proses knowledge management pada organisasi LAMPTKes. Hasil identifikasi diuraikan pada tabel 5.4. Tabel 5.4 Ringkasan Identifikasi Faktor Kontingensi Faktor Kontingensi Nilai Karakteristik Tugas Uncertainty LOW Depedence HIGH Karakteristik pengetahuan Tacit atau Eksplisit EKSPLISIT Procedural atau Declarative DECLARATIVE Karakteristik Organisasi Kecil Strategi bisnis DIFFERENSIASI Karakteristik lingkungan LOW Untuk menentukan proses-proses manajemen pengetahuan yang cocok pada organisasi LAMPTKes diidentifikasi terlebih dahulu nilai faktor kontingensi. Hasil identifikasi digambarkan dalam tabel 5.4. Karakteristik tugas/pekerjaan adalah pekerjaan yang sudah rutin dan memiliki kebergantungan besar terhadap pekerjaan lain (uncertainty=low, depedence=high). Karakteristik pengetahuan bersifat eksplisit dan deklaratif. Strategi bisnis cenderung ke strategi differensiasi. Karakteristik lingkungan cenderung sedikit tidak pasti. Setelah diketahui nilai dari faktor-kontingensi, langkah selanjutnya adalah menentukan proses manajemen pengetahuan yang sesuai dengan faktor kontingensi yang telah diidentifikasi. Identifikasi menggunakan tabel identifikasi pada model beccerra. Cara mengidentifikasi adalah dengan mencari nilai yang sama antara proses manajemen pengetahuan dengan value pada masing-masing faktor kontingensi yang telah diidentifikasi.

82 67 Tabel 5.5 Identifikasi Proses Knowledge Management Proses Manajemen Pengetahuan Faktor Faktor Kontingensi Value Combination Socialization for knowledge discovery Socialization for knowledge sharing Exchange Externalization Internalization Direction routines Task Uncertainty LOW Low High High Low Low Low High Low Task interdepedence HIGH High High High High Low Low High/low High/low Explicit (E) or Tacit (T) Knowledge Procedural (P) or Declarative (D) Knowledge E E T T E T E T/E T/E D P/D P/D P/D P/D P/D P/D P P Organizational Size SMALL Small/ large Small Small Large Small/ large Small/ large Small Large Business Strategy (Low Cost LC; Differentiation D) D D D LC/D LC/D LC/D LC/D LC LC Environmental Uncertainty LOW High High Low Low Low Low High High Keterangan: Low= Nilai rendah High= Nilai Tinggi High/Low= Nilai Rendah atau Tinggi E= Pengetahuan Explicit T= Pengetahuan Tacit T/E: Pengetahuan Tacit atau Eksplisit D=Pengetahuan Declaratif P=Pengetahuan Prosedural P/D= Pengetahuan Prosedural atau Deklaratif Small= Ukuran Organisasi Kecil Large= Ukuran Organisasi Besar Small/ Large= Ukuran organisasi kecil atau besar D= strategi organisasi deferensiasi LC= Strategi organisasi low cost LC/D= Strategi Organisasi Low cost atau Diferensiasi

83 68 Pada tabel 5.5 terlihat pemetaan antara nilai faktor kontingensi dengan proses manajemen pengetahuan. Nilai baris yang diberi warna ungu merupakan prosesproses manajemen pengetahuan yang sesuai dengan nilai faktor kontingensi. 5.4 Prioritas Proses Knowledge Management Proses manajemen pengetahuan yang paling tinggi adalah dengan nilai total =>5, sedang >=3, dan rendah =<3. Pada tabel 5.6 nilai terbesar adalah nilai 5 dan terkecil adalah 2. Pada tabel 5.6 diketahui proses manajemen pengetahuan yang menjadi prioritas adalah combination dan exchange. Tabel 5.6 Prioritas Proses Manajemen Pengetahuan Proses Manajemen Pengetahuan Nilai Kumulatif (Total) Prioritas Tinggi Combination 5 Socialization for knowledge discovery 3.5 Sedang Socialization for knowledge sharing 4 Sedang Exchange 5 Tinggi Externalization 3.5 Sedang Internalization 4.5 Sedang Direction 2 Rendah Routines 2 Rendah Proses knowledge management yang telah diidentifikasi selanjutnya akan diprioritaskan. Penentuan nilai prioritas dilakukan dengan cara memberi bobot nilai pada masing-masing proses manajemen pengetahuan. Bobot nilai yang diberikan adalah es= 1, OK=0.5, dan No= 0. Proses identifikasi digambarkan pada tabel 5.6. Untuk mengetahui proses manajemen pengetahuan mana yang memiliki prioritas paling besar diantara yang lain digambarkan pada tabel 5.7. Sesuai dengan model Beccerra, dilihat yang memiliki total nilai paling besar diantara yang lain.

84 69 Tabel 5.7 Analisis Prioritas Proses Manajemen Pengetahuan Faktor Faktor Kontingensi Value Proses Manajemen Pengetahuan Socialization Socialization Combination for knowledge for knowledge Exchange Externalization Internalization Direction Routines discovery sharing Task Uncertainty LOW es No No es es es No es Task interdepedence HIGH es es es es No No Ok Ok Explicit (E) or Tacit (T) Knowledge E es No No es No es Ok Ok Procedural (P) or Declarative (D) Knowledge D Ok Ok Ok Ok Ok Ok No No Organizational Size SMALL Ok es es No Ok Ok es No Business Strategy (Low Cost LC; Differentiation D) D es es Ok Ok Ok Ok No No Environmental Uncertainty LOW No No es es es es No No Jumlah es Jumlah Ok Total Keterangan: es=1; No=0; Ok=0.

85 Identifikasi Proses Knowledge Management Saat Ini Identifikasi proses manajemen pengetahuan yang saat ini ada pada organisasi dilakukan dengan cara menilai proses manajemen pengetahuan. Penulis menilai dengan cara melakukan observasi pada saat kegiatan proses kerja akreditasi berlangsung. Data identifikasi proses knowledge saat ini, didapatkan melalui wawancara didukung dengan adanya cross-check observasi. Hasil wawancara dan observasi mengemukakan bahwa proses manajemen pengetahuan yang terjadi saat ini didaftarkan pada tabel 5.8. Tabel 5.8 Daftar Proses Manajemen Pengetahuan Saat Ini No. Aktivitas Pengelolaan Pengetahuan Proses KM 1 Membuat SOP Externalization 2 Membuat Pedoman Pedoman Externalization 3 Membuat Daftar Status Akreditasi Program Studi Kesehatan Combination 4 Melakukan verifikasi dokumen dokumen Combination 5 Membuat Laporan Visitasi Combination Externalization 6 Membuat Laporan Fasilitasi Combination Externalization 7 Membuat Surat Tugas Asesor Combination 8 Membuat Surat Tugas Fasilitasi Combination 9 Menyimpan Evaluasi Kinerja Asesor Untuk Dievaluasi 10 Menyimpan Evaluasi Kinerja Fasilitator Untuk Dievaluasi 11 Menyimpan Hasil Penilaian Akreditasi Untuk Dievaluasi 12 Berdiskusi untuk menyamakan persepsi pada saaat akan menjalani asesmen lapangan Internalization Internalization Internalization Socialization For Discovery 13 Membuat rumusan rumusan pertanyaan Combination Externalization 14 Menilai borang pada saat desk evaluation Combination Externalization 15 Mengisi formulir penilaian asesmen lapangan Combination Externalization 16 Membuat rekomendasi rekomendasi untuk program studi 17 Menggali kesesuaian bukti, data dan informasi pada saat asesmen lapangan 18 Melakukan validasi hasil penilaian desk evaluation Socialization For Discovery Externalization Combination Externalization

86 71 No. Aktivitas Pengelolaan Pengetahuan Proses KM 19 Melakukan validasi hasil penilaian asesmen lapangan Combination Externalization 20 Memutuskan hasil akreditasi Combination Externalization 21 Pelatihan Asesor Internalization 22 Mendokumentasikan kegiatan kegiatan rapat LAMPTKesbentuk Video Internalization 23 Membaca SOP/ Pedoman Internalization 24 Mengirimkan Berkas Dokumen Prodi Untuk Keperluan Visitasi Exchange 25 Mengirimkan hasil penilaian desk asesmen Exchange 26 Menginformasikan Surat Tugas Asesor Exchange 27 Menginformasikan Surat Tugas Visitasi Exchange 28 Menginformasikan Pilihan Daftar Asesor Untuk Ditugaskan Exchange 29 Menginformasikan Fasilitator Untuk Ditugaskan Exchange 30 Memutuskan Penugasan Asesor Combination 31 Memutuskan Penugasan Fasilitator Combination Jumlah Socialization Jumlah Combination Jumlah Externalization Jumlah Internalization Jumlah Exchange Jumlah Direction Jumlah Routine 2 (Rendah) 9 (Tinggi) 11 (Tinggi) 6 (Sedang) 6 (Sedang) 0 (Rendah) 0 (Rendah) Dari tabel 5.8 hasil identifikasi menunjukan bahwa aktivitas knowledge management terdari dari socialization, combination, externalization, internalization, externalization, dan exchange. Dari keempat proses pengelolaan pengetahuan proses externalization yang paling banyak digunakan. Dari jumlah banyaknya proses pengelolaan pengetahuan, untuk mengelompokan prioritas, penulisa membagi ke dalam tiga skala. Skala tersebut yaitu Tinggi dengan nilai skala >=8. Skala Sedang dengan nilai >=4 dan skala Rendah dengan nilai >=0.

87 Identifikasi Kebutuhan Knowledge Management Tambahan Proses identifikasi kebutuhan tambahan manajemen pengetahuan dilakukan melalui perbandingan. Perbandingan dilakukan antara proses manajemen pengetahuan yang telah diidentifikasi melalui faktor kontingensi dan manajemen pengetahuan yang ada pada saat ini. Dengan membandingkan hasil tersebut akan ditemukan proses manajemen pengetahuan yang tidak digunakan. Tabel 5.9 Identifikasi Proses Manajemen Pengetahuan Tambahan Proses KM Hasil Faktor Proses KM Proses KM Saat Ini Kontingensi Tambahan/ Dihapuskan Exchange (Tinggi) Externalization (Tinggi) Socialization For Sharing Combination (Tinggi) Combination (Tinggi) (Rendah) Dihapuskan Internalization (Sedang) Internalization (Sedang) Socialization for knowledge Exchange (Sedang) sharing (Sedang) Externalization Socialization For Discovery (Rendah) Direction (Rendah) Routines (Rendah) Sesuai dengan prinsip yang diterapkan Beccerra bahwa jika proses manajemen pengetahuan pada tahap identifikasi menggunakan penilaian faktor kontingensi tidak digunakan pada proses manajemen pengetahuan saat ini, maka harus ditambahkan. Jika yang terjadi sebaliknya, maka dihapuskan. Maka kebutuhan proses manajemen pengentahuan yang baru berada pada tabel 5.10 Tabel 5.10 Prioritas KM Proses Baru Proses KM Prioritas Exchange (Tinggi) 1 Combination (Tinggi) 2 Externalization (Tinggi) 3 Internalization (Sedang) 4 Socialization for knowledge Discovery (Rendah) 5 Prioritas proses manajemen pengetahuan yang baru, proses exchange merupakan prioritas pertama. Kedua adalah combination, ketiga adalah externalization, keempat adalah internalization, dan kelima adalah socialization for knowledge sharing.

88 Penilaian Infrastruktur Knowledge Management Penilaian infrastruktur manajemen pengetahuan akan dilakukan pada kultur organisasi, struktur organisasi, pengetahuan umum dan dukungan teknologi informasi serta lingkungan fisik Kultur Organisasi Informasi mengenai kultur organisasi didapat dari hasil wawancara manajemen. Dukungan untuk pengembangan knowledge management system sudah dilakukan oleh pihak manajemen. Dukungan diberikan karena knowledge management berada pada strategi organisasi. Pada saat ini manajemen pengetahuan belum dilakukan melalui sistem komputer. Organisasi pada setiap kesempatan rapat selalu medokumentasikan proses rapat maupun hasilnya. Prosedur-prosedur (SOP & pedoman) dibuat untuk setiap aktifitas krusial pada organisasi. Dengan adanya SOP dan Pedoman diharapkan proses belajar pegawai menjadi cepat dan bisa mandiri. Keterbatasan teknologi yang digunakan membuat proses knowledge tidak terimplementasi dengan baik. Pihak manajemen menyadari hal tersebut karena banyaknya pegawai yang memiliki jabatan fungsional. Untuk mengakmodasi keterbatasan tersebut digunakan surel dalam mengkomunikasikan dokumen-dokumen dan komunikasi lainnya secara elektronik Struktur Organisasi Strukutur organisasi organisasi yang berperan dalam knowledge management system yaitu struktur hirarki organisasi, community of practice dan peranan tambahan dari knowledge management. Data diambil dari proses observasi langsung dan observasi dokumen. Hirarki organisasi bersifat terpusat. Di dalam hirarki terdapat dua jabatan yaittu jabatan struktural dan fungsional. Hirarki organisasi secara keseluruhan dapat dilihat pada bab empat. Hirarki organisasi akan berpengaruh pada penciptaan dan

89 74 pembagian pengetahuan di dalam organisasi karena dapat mempengaruhi dengan siapa setiap individu di dalam organisasi akan seringnya berkomunikasi. Organisasi berencana untuk menerapkan community of practice (CoP). Hal tersebut diterapkan karena melihat adanya kebutuhan atas komunitas yang secara khusus memiliki pengetahuan atas kompetensinya. Kebutuhan komunitas tersebut adalah dengan adanya kelompok asesor, kelompok fasilitator, kelompok validator Infrastrukur Teknologi Informasi Identifikasi infrastruktur teknologi informasi terbagi atas infrastruktur saat ini, infrastruktur sistem/ aplikasi dan infrastruktur server pengetahuan Infrastruktur Teknologi Informasi Saat ini Infrastruktur yang dimiliki oleh organisasi saat ini adalah jaringan LAN (local area network) dan akses hotspot (wifi). Kebutuhan akses internet pada kantor LAMPTKes disediakan dengan kecepatan dedicated 2 Mbps dan 5 IP Public menggunakan topologi star. Organisasi belum memiliki suatu sistem informasi sehingga infrastruktur hanya tersedia berupa infrastruktur jaringan serta perangkat kerasnya. Pada jaringan ini jaringan internet ISP langsung terhubung dengan satu unit perangkat switch agar dapat membagi jaringan internet dan IP public ke perangkat lain. Pembagian IP untuk perangkat lain dilakukan secara manual disesuaikan dengan IP public yang tersedia. Gambar 5.3 untuk melihat gambaran infrastruktur jaringan.

90 75 INTERNET Pdptkes_only, 4.250/ Switch Server PDPTKes, Server Cloud, SX 7000, LAM, Gambar 5.2 Infrastruktur Jaringan LAMPTKes Arsitektur Aplikasi KMS Dalam membangun knowledge management system diperlukan rancangan arsitektur knowledge management system. Arsitektur knowledge management system terdiri atas interface layer, access and authentication layer, collaborative intelligence and filtering layer, application layer, transport layer, dan repositories layer.

91 76 Interface Layer Web Browser Access & Authentication Layer Single Sign On Login, Authentication, Firewall Collaborative Intelligence & Filtering Layer Search Gateway, Process Indexing Application Layer Aplikasi KMS LAMPTKes Berbasis Web (PHP) Fitur KMS Lesson Learned Fitur KMS Kolaborasi Dokumen Fitur KMS Manajemen Dokumen Fitur KMS Diskusi Grup Transport Layer TCP/IP, FTP, RTP (Real Time Transport Protocol), document exchange Dokumen Repository Video Repository KM Database MySQL Forum Diskusi Data Warehouse Web Server Apache Gambar 5.3 Infrastruktur Sistem Manajemen Pengetahuan LAMPTKes Interface layer akan memindahkan informasi dari dan ke knowledge management system. Layer ini merupakan lapisan tertinggi antara orang dengan sistem knowledge management yang berfungsi menciptakan, menggunakan, menemukan kembali, dan berbagi pengetahuan. Knowledge management system organisasi dirancang untuk diimplementasikan diatas platform web sehingga bisa diakses pengguna dimana saja. Access and authentication layer merupakan lapisan yang mengatur keamanan knowledge management system. Pada KMS akan diberikan hak akses yang terbagi menjadi lima hak akses. Hak akses tersebut adalah untuk kelompok asesor, kelompok fasilitator, kelompok validator, dan kelompok pengurus (Badan Pelaksana). Hak akses tersebut diberikan karena adanya fungsi jabatan fungsional. Jabatan fungsional tidak selalu berada pada lingkungan organisasi, sehingga sistem agar terjagan keamanannya diperlukan layer akses dan autentikasi.

92 77 Collaboration intelligence and filtering layer digunakan untuk meminta data sesuai permintaan, mencari, melakukan index, dan sebagainya. Pada lapisan ini SDM yang terlibat pada proses kerja akreditasi dapat berkolaborasi dalam melakukan penyimpanan, penggunaan, pencarian, serta berdiskusi. Application layer merupakan tempat dimana segala aplikasi yang digunakan untuk mendukung proses pengetahuan berada. Aplikasi yang akan dibangun mendukung seluruh aktivitas proses pengetahuan yang telah teridentifikasi. Transport layer menggunakan protokol TCP/IP dan FTP. Protokol ini merupakan standar jaringan terbuka yang bersifat independen terhadap mekanisme transport jaringan. TCP/IP digunakan untuk menyalurkan berbagai macam paket data yang meliputi file, dokumen, dan database diskusi. Protokol FTP merupakan suatu protokol yang berfungsi untuk melakukan tukar menukar file dalam suatu jaringan yang mendukung protokol TCP/IP. Dua hal penting yang ada dalam FTP adalah FTP server dan FTP client. FTP server menjalankan software yang digunakan untuk penukaran file. FTP client adalah komputer yang memberikan request koneksi ke FTP server untuk tujuan tukar-menukar file. Repositories layer merupakan tempat penyimpanan data, mulai dari data operasional, basis data, arsip forum, dokumen digital, dan lain sebagainya. Database yang dirancang menggunaan teknologi MySQL Infrastruktur Server Pengetahuan Komponen-komponen teknologi KM harus diintegrasikan ke dalam infrastruktur teknologi, sehingga proses penambahan konten baru untuk repositori kemudian dapat seefektif dan seefisien mungkin. Sebuah server pengetahuan dapat menjadi dasar untuk integrasi tersebut. Sebuah server pengetahuan yang baik memungkinkan integrasi yang baik di beberapa perusahaan yang menggunakan server pengetahuan yang sama.

93 78 Gambar 5.4 Konsep Server Pengetahuan (Tiwana, 2002) Gambar 5.4 menggambarkan adanya server pengetahuan yang terhubung dengan file server, exchange server, notes-type discussion database, intranet, situs publik dan information service serta perangkat-perangkat telekomunikasi. Konsep server pengetahuan yang dikemukakan oleh Tiwana dimana terdapat sebuah pusat pengetahuan yang berasal dari berbagai macam basis data. Data dan informasi yang berasal dari basis data tersebut diolah dan diakses oleh adanya dukungan intelligent agent, proses indexing, common search gateway, chace, dan adanya input dari admin/staff. Konsep server tersebut digambarkan pada gambar 5.5. Gambar 5.5 Konsep Knowledge Server (Awad, 2004)

Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ

Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ Dimas Setiawan 1, Dana Indra Sensuse 2 1,2 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Kampus UI Depok Indonesia 1 dimas_setiawan.mailbox@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Pengertian Knowledge Secara umum, terdapat dua jenis pengetahuan yaitu pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan tacit adalah pengetahuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN RENCANA IMPLEMENTASI MANAJEMEN LAYANAN TI BERBASIS STANDAR ISO : STUDI KASUS DI SUATU INSTITUSI PENDIDIKAN NEGERI KARYA AKHIR

PENGEMBANGAN RENCANA IMPLEMENTASI MANAJEMEN LAYANAN TI BERBASIS STANDAR ISO : STUDI KASUS DI SUATU INSTITUSI PENDIDIKAN NEGERI KARYA AKHIR PENGEMBANGAN RENCANA IMPLEMENTASI MANAJEMEN LAYANAN TI BERBASIS STANDAR ISO 20000 : STUDI KASUS DI SUATU INSTITUSI PENDIDIKAN NEGERI KARYA AKHIR MUHAMMAD KASFU HAMMI 0706308231 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 TAHAP-TAHAP PROSES KERJAAKREDITASI

BAB 1 TAHAP-TAHAP PROSES KERJAAKREDITASI BAB 1 TAHAP-TAHAP PROSES KERJAAKREDITASI NO. Waktu TAHAPAN AKREDITASI I. PERSIAPAN 1-18 s/d-12 Dua belas (12) s/d 18 bulan sebelum masa berlaku akreditasi berakhir, Sekretariat LAM-PTKes memberitahu program

Lebih terperinci

Rencana Strategis LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014

Rencana Strategis LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014 Rencana Strategis LAM-PTKes Jakarta, 20-21 Juli 2014 17/07/2014 - sss 1 Tujuan Misi Visi Tujuan (SMART) 1. Tersusunnya kebijakan, standar, instrumen dan prosedur akreditasi pendidikan tinggi kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Jenis Knowledge Terdapat dua jenis knowledge yang terdapat pada perusahaan, yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge. Tacit knowledge adalah knowledge

Lebih terperinci

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, April 2015

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, April 2015 Organisasi LAM-PTKes Jakarta, 24 25 April 2015 22/04/2015 - sss 1 Landasan Hukum LAM-PTKes 1. UU No. 20 / 2003 ttg Sistem Pendidikan Nasional, 2. UU No. 12 / 2012 ttg Pendidikan Tinggi, 3. Peraturan Menteri

Lebih terperinci

5. PROSES KERJA AKREDITASI LAM-PTKes

5. PROSES KERJA AKREDITASI LAM-PTKes 5. PROSES KERJA AKREDITASI LAM-PTKes Proses Kerja Akreditasi LAM-PTKes terdiri atas 6 tahap sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan 2. Tahap Asesmen Kecukupan / Desk Evaluation 3. Tahap Asesmen Lapangan /

Lebih terperinci

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014 Organisasi LAM-PTKes Jakarta, 20-21 Juli 2014 17/07/2014 - sss 1 Badan Hukum Perkumpulan LAM-PTKes LAM-PTKes merupakan badan hukum perkumpulan. Anggotanya saat ini berupa Organisasi Profesi dan Asosiasi

Lebih terperinci

LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN

LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN PROSES AKREDITASI ONLINE (IT BASED). TIM PENILAI TERDIRI ATAS : FASILITATOR, ASESOR, DAN VALIDATOR. TIM FASILITATOR : 1 ORANG UNTUK 1 PRODI TIM ASESOR

Lebih terperinci

Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System

Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System Penulisan bab IV ini ditujukan untuk menjelaskan tahapan perancangan arsitektur KMS melalui studi kasus serta menjelaskan tahapan perumusan strategi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini, dapat diambil beberapa simpulan sesuai dengan permasalahan yang diteliti, sebagai berikut: Dukungan kebijakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN KEKHUSUSAN MANAJEMEN OPERASI JAKARTA JULI 2009

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN KEKHUSUSAN MANAJEMEN OPERASI JAKARTA JULI 2009 ANALISIS INDUSTRI DAN KEUNGGULAN BERSAING MELALUI PENGEMBANGAN RESOURCES DAN CAPABILITIES DALAM PENERAPAN ECONOMIES OF SCALE DAN EXPERIENCE CURVE DI INDUSTRI MANUFAKTUR VELG ALUMINIUM (STUDI KASUS PT.

Lebih terperinci

PERBAIKAN KINERJA MANAJEMEN LAYANAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SISTEM MANAJEMEN MUTU, LEAN SIX SIGMA DAN BALANCED SCORECARD : STUDI KASUS PT.

PERBAIKAN KINERJA MANAJEMEN LAYANAN  DENGAN MENGGUNAKAN METODE SISTEM MANAJEMEN MUTU, LEAN SIX SIGMA DAN BALANCED SCORECARD : STUDI KASUS PT. PERBAIKAN KINERJA MANAJEMEN LAYANAN E-MAIL DENGAN MENGGUNAKAN METODE SISTEM MANAJEMEN MUTU, LEAN SIX SIGMA DAN BALANCED SCORECARD : STUDI KASUS PT.XYZ KARYA AKHIR Nungky Awang Chandra 0706194394 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini memaksa perusahaan untuk terus berinovasi dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pelanggan

Lebih terperinci

PENERAPAN TATA KELOLA TI PADA PERENCANAAN PROYEK-PROYEK / KEGIATAN TI STUDI KASUS: UNIVERSITAS PARAMADINA KARYA AKHIR MEIKHAL FIRMANSYAH

PENERAPAN TATA KELOLA TI PADA PERENCANAAN PROYEK-PROYEK / KEGIATAN TI STUDI KASUS: UNIVERSITAS PARAMADINA KARYA AKHIR MEIKHAL FIRMANSYAH PENERAPAN TATA KELOLA TI PADA PERENCANAAN PROYEK-PROYEK / KEGIATAN TI STUDI KASUS: UNIVERSITAS PARAMADINA KARYA AKHIR MEIKHAL FIRMANSYAH 0706193782 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM

Lebih terperinci

LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN

LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN PROSES AKREDITASI ONLINE (IT BASED). TIM PENILAI TERDIRI ATAS : FASILITATOR, ASESOR, DAN VALIDATOR. TIM FASILITATOR : 1 ORANG UNTUK 1 PRODI TIM ASESOR

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) CDG3F4 TEKNOLOGI MANAJEMEN PENGETAHUAN Disusun oleh: Tim Dosen Teknologi Manajemen Pengetahuan PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS INFORMATIKA TELKOM UNIVERSITY

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM: STUDI KASUS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA KARYA AKHIR

UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM: STUDI KASUS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA KARYA AKHIR UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM: STUDI KASUS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA KARYA AKHIR SUPRIANTO 1206194966 FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPETENSI PEGAWAI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DI MAHKAMAH KONSTITUSI TESIS

ANALISIS KOMPETENSI PEGAWAI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DI MAHKAMAH KONSTITUSI TESIS UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KOMPETENSI PEGAWAI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DI MAHKAMAH KONSTITUSI TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains (M.Si) dalam

Lebih terperinci

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes)

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Akta notaris disahkan, pada 3 Februari 2014 oleh Kemenkumham No. AHU 30.AH.01.07 tahun 2014 Dapat Pengakuan Menteri melalui

Lebih terperinci

SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes

SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes 1 Kompetensi tenaga kesehatan yang belum sesuai dengan kebutuhan individual pasien maupun populasi; Kerja sama antar profesi yang masih rendah; Paradigma yang lebih berorientasi

Lebih terperinci

PENERAPAN CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT PADA PT. MULTISTRADA ARAH SARANA TBK KARYA AKHIR

PENERAPAN CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT PADA PT. MULTISTRADA ARAH SARANA TBK KARYA AKHIR PENERAPAN CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT PADA PT. MULTISTRADA ARAH SARANA TBK KARYA AKHIR IWAN ELI SETIAWAN 0606147522 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA AGUSTUS

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG IMPLEMENTASI RENCANA STRATEGIS SISTEM INFORMASI: KARYA AKHIR

ANALISA FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG IMPLEMENTASI RENCANA STRATEGIS SISTEM INFORMASI: KARYA AKHIR ANALISA FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG IMPLEMENTASI RENCANA STRATEGIS SISTEM INFORMASI: Studi Kasus Sebuah Instansi Pemerintah Bidang Keuangan KARYA AKHIR Rein Nusa Triputra 0706194015 UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

LAMPIRAN 9. (Halaman 1-7)

LAMPIRAN 9. (Halaman 1-7) LAMPIRAN 9 (Halaman 1-7) PROSEDUR PELAKSANAAN AKREDITASI LAM-PTKes DAFTAR ISI I. Prosedur Pelaksanaan Fasilitasi LAM-PTKes... 1 II. Prosedur Pelaksanaan Asesmen Kecukupan Program Studi LAM-PTKes... 2 III.

Lebih terperinci

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes)

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Jalan Sekolah Duta 1 No. 62, RT 003, RW 014, Kelurahan Pondok Pinang, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12310 Phone:

Lebih terperinci

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) People Process Technology 1

Lebih terperinci

21/09/2011. Pertemuan 1

21/09/2011. Pertemuan 1 Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi j p g g (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) 1 People Process Technology

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh :

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh : KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI Disusun sebagai tugas paper MK. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan (TOMP) pada Kelas E35-Bogor. 22-Januari 2011 Oleh : Hary Purnama

Lebih terperinci

Tugas Per Unit Berdasarkan Organogram LAM-PTKes. 21 September 2012 Gedung Dikti lantai 3 Jakarta

Tugas Per Unit Berdasarkan Organogram LAM-PTKes. 21 September 2012 Gedung Dikti lantai 3 Jakarta Tugas Per Unit Berdasarkan Organogram LAM-PTKes 21 September 2012 Gedung Dikti lantai 3 Jakarta Board of Trustees Consist of the representatives from: association of education institution; professional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Knowledge Knowledge bukan hanya pengetahuan, menurut Thomas Davenport dan Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut : "Knowledge merupakan campuran dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Knowledge Pengetahuan dalam Kusumadmo (2013), adalah penggunaan informasi dan data secara penuh yang dilengkapi dengan potensi ketrampilan, kompetensi, ide, intuisi, komitmen,

Lebih terperinci

ANALISIS INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI INFORMASI PADA SUATU PERUSAHAAN LAYANAN BUSINESS CENTER KARYA AKHIR

ANALISIS INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI INFORMASI PADA SUATU PERUSAHAAN LAYANAN BUSINESS CENTER KARYA AKHIR ANALISIS INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI INFORMASI PADA SUATU PERUSAHAAN LAYANAN BUSINESS CENTER KARYA AKHIR ANDIKA MITRA KARUNA 0706194085 FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI JAKARTA

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Penangkapan dan Kodifikasi Pengetahuan. Rani Puspita D, M.Kom

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Penangkapan dan Kodifikasi Pengetahuan. Rani Puspita D, M.Kom KNOWLEDGE MANAGEMENT Penangkapan dan Kodifikasi Pengetahuan Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Memahami konsep dasar mengenai penangkapan dan kodifikasi pengetahuan. Mengetahui teknik-teknik untuk

Lebih terperinci

Sistem E-Learning Berbasis Knowledge Management Pada SMK Generasi Madani Cibinong

Sistem E-Learning Berbasis Knowledge Management Pada SMK Generasi Madani Cibinong Sistem E-Learning Berbasis Knowledge Management Pada SMK Generasi Madani Cibinong Salman Alfarisi Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik Matematika dan IPA Universitas Indraprasta PGRI Email

Lebih terperinci

Analisis Jabatan Badan Pelaksana LAM-PTKes Indonesia

Analisis Jabatan Badan Pelaksana LAM-PTKes Indonesia 1 Analisis Jabatan Badan Pelaksana 1. Atasan Langsung 2. Tanggung Jawab 3A. Hasil Kerja Pokok Majelis Pemangku Kepentingan Ketua Badan pelaksana Ketua Badan pelaksana Ketua Badan pelaksana Pengembangan,

Lebih terperinci

I. PRASYARAT BUSINESS PLAN

I. PRASYARAT BUSINESS PLAN I. PRASYARAT BUSINESS PLAN 1 Business Plan : pernyataan yang memuat tujuan-tujuan dari suatu usaha dan kegiatankegiatan yang ingin dilakukan dalam usaha tersebut untuk mencapai tujuantujuan itu. memberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Universitas Telkom (disingkat Tel-U) merupakan penggabungan dari empat institusi yang berada di bawah badan penyelenggara Telkom Foundation (TF), yaitu Telkom Engineering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas merupakan intuisi akademis yang memiliki karakteristik yang sama dengan organisasi pembelajaran. Dimana dalam organisasi ini banyak subsub kegiatan yang

Lebih terperinci

Kata kunci : Sistem Manajemen Pengetahuan, Prototipe, Kolaborasi.

Kata kunci : Sistem Manajemen Pengetahuan, Prototipe, Kolaborasi. ABSTRAK Ketatnya persaingan bisnis belakangan ini, mendorong perusahaan untuk selalu bekerja keras sebagai usaha dalam menyesuaikan terhadap perubahan bisnis yang ada. Salah satu cara agar dapat bertahan

Lebih terperinci

Tabel 1. Penjabaran Langkah menjadi Kegiatan LAM-PTKes

Tabel 1. Penjabaran Langkah menjadi Kegiatan LAM-PTKes 1 Tabel 1. Penjabaran Langkah menjadi Kegiatan LAM-PTKes LANGKAH-LANGKAH 1. Memilih Majelis Pemangku Kepentingan LAM-PTKes dari 7 Asosiasi Institusi Pendidikan Kesehatan 7 Organisasi Profesi Kesehatan

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI IT STRATEGIC PLAN STUDI KASUS: INSTANSI PENGAWASAN PEMERINTAHAN KARYA AKHIR MUHAMMAD NASRI

ANALISIS IMPLEMENTASI IT STRATEGIC PLAN STUDI KASUS: INSTANSI PENGAWASAN PEMERINTAHAN KARYA AKHIR MUHAMMAD NASRI ANALISIS IMPLEMENTASI IT STRATEGIC PLAN STUDI KASUS: INSTANSI PENGAWASAN PEMERINTAHAN KARYA AKHIR MUHAMMAD NASRI 0706194330 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI

Lebih terperinci

DESAIN PELATIHAN KETAHANAN NASIONAL UNTUK PIMPINAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN PEMUDA (OKP) TESIS

DESAIN PELATIHAN KETAHANAN NASIONAL UNTUK PIMPINAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN PEMUDA (OKP) TESIS DESAIN PELATIHAN KETAHANAN NASIONAL UNTUK PIMPINAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN PEMUDA (OKP) TESIS APRILIANA 0706190830 UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI KAJIAN KETAHANAN NASIONAL JAKARTA

Lebih terperinci

Novi Indriyani

Novi Indriyani UNIVERSITAS INDONESIA Penerapan Metode Pohon Keputusan dengan Algoritma C4.5 pada Sistem Penunjang Keputusan dalam Memprakirakan Cuaca Jangka Pendek SKRIPSI Novi Indriyani 1205000673 FAKULTAS ILMU KOMPUTER

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Data, Informasi Dan Knowledge Management Organisasi harus memiliki sistem pengelolaan pengetahuan yang baik untuk menghasilkan knowledge yang berkualitas dan berguna

Lebih terperinci

PEDOMAN KERJA ASESOR LAM-PTKes

PEDOMAN KERJA ASESOR LAM-PTKes PEDOMAN KERJA ASESOR LAM-PTKes LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN (LAM-PTKes) JAKARTA 2014 i KATA PENGANTAR Penilaian / asesmen yang dilakukan oleh Tim Asesor terhadap dokumen akreditasi

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI. Sistem Informasi Penerimaan Beasiswa di SMA N 1 Jekulo Berbasis WEB

LAPORAN SKRIPSI. Sistem Informasi Penerimaan Beasiswa di SMA N 1 Jekulo Berbasis WEB LAPORAN SKRIPSI Sistem Informasi Penerimaan Beasiswa di SMA N 1 Jekulo Berbasis WEB Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program Studi Sistem Informasi S-1 pada Fakultas

Lebih terperinci

Knowledge Management Tools

Knowledge Management Tools Knowledge Management Tools Ada beberapa faktor yang dapat memotivasi sebuah organisasi untuk membentuk manajemen formal dan pengetahuan sistematis, termasuk keinginan atau kebutuhan untuk : i. mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT United Tractors,Tbk perwakilan Bandung merupakan distributor peralatan berat terbesar dan terkemuka di Indonesia, menyediakan produk-produk dari merek ternama

Lebih terperinci

Gambar 1 : Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan

Gambar 1 : Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan Tata Nilai LAM PTKes terdiri atas : a. Nilai Dasar : Amanah dan Mandiri b. Nilai Operasional Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misinya berlandaskan pada Nilai Dasarnya, LAM- PTKes menganut 5 Prinsip Operasional

Lebih terperinci

Taryana Suryana. M.Kom

Taryana Suryana. M.Kom Knowledge Management Taryana Suryana. M.Kom taryanarx@yahoo.com http://kuliahonline.unikom.ac.id 1 Pendahuluan Knowledege dapat didefinisikan sebagai pemahaman terhadap sesuatu melalui proses atau pengalaman

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKREDITASI DAN UJI KOMPETENSI BIDANG GIZI

KEBIJAKAN AKREDITASI DAN UJI KOMPETENSI BIDANG GIZI KEBIJAKAN AKREDITASI DAN UJI KOMPETENSI BIDANG GIZI Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan RAKERNAS AIPGI, 9 Februari 2015 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 1

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM: STUDI KASUS RSUD PASAR REBO JAKARTA KARYA AKHIR THERESIA PUSPA WIJAYANTI

UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM: STUDI KASUS RSUD PASAR REBO JAKARTA KARYA AKHIR THERESIA PUSPA WIJAYANTI UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM: STUDI KASUS RSUD PASAR REBO JAKARTA KARYA AKHIR THERESIA PUSPA WIJAYANTI 1206338485 FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA KUALITAS PELAYANAN PERPUSTAKAAN HUKUM BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL T E S I S

UNIVERSITAS INDONESIA KUALITAS PELAYANAN PERPUSTAKAAN HUKUM BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL T E S I S UNIVERSITAS INDONESIA KUALITAS PELAYANAN PERPUSTAKAAN HUKUM BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL T E S I S IRA YUSTISIA SMARAYONI 0706186120 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI

Lebih terperinci

01/10/2010. Pertemuan 4

01/10/2010. Pertemuan 4 Pertemuan 4 Tahap pertama dalam siklus KM Terintegrasi Menangkap atau mengekstrak pengetahuan tacit Mengorganisasi atau mengkodekan pengetahuan explicit Perlu dibedakan antara menangkap/identifikasi pengetahuan

Lebih terperinci

Arsitektur Knowledge Management

Arsitektur Knowledge Management Arsitektur Knowledge Management Aloysius Airlangga Bajuadji, S.Kom, M.Eng Tujuan & Definisi Arsitektur KM Tujuan penyusunan arsitektur KM adalah untuk menyediakan kerangka dan landasan bagi pengembangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM: STUDI KASUS DEPUTI BIDANG DUKUNGAN KEBIJAKAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA KARYA AKHIR

UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM: STUDI KASUS DEPUTI BIDANG DUKUNGAN KEBIJAKAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA KARYA AKHIR UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM: STUDI KASUS DEPUTI BIDANG DUKUNGAN KEBIJAKAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA KARYA AKHIR DIAN KARTIKA PUTRI 1206194386 FAKULTAS ILMU KOMPUTER

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara. Jurusan Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2005 / 2006

Universitas Bina Nusantara. Jurusan Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2005 / 2006 Universitas Bina Nusantara Jurusan Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2005 / 2006 PEMBANGUNAN KNOWLEDGE MANAGEMENT UNTUK SISTEM DOKUMENTASI DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA PADA

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PELAYANAN MEMBER PADA COUNTER WIWIK CELL BERBASIS SMS GATEWAY

SISTEM INFORMASI PELAYANAN MEMBER PADA COUNTER WIWIK CELL BERBASIS SMS GATEWAY LAPORAN SKRIPSI SISTEM INFORMASI PELAYANAN MEMBER PADA COUNTER WIWIK CELL BERBASIS SMS GATEWAY Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Sistem Informasi S-1

Lebih terperinci

TESIS MERRY MAGDALENA UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA DESEMBER 2008

TESIS MERRY MAGDALENA UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA DESEMBER 2008 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN INVESTASI AKTIVA TETAP PADA PERUSAHAAN YANG DIKELOMPOKAN DALAM FINANCIALLY CONSTRAINED STUDI KASUS: INDUSTRI MANUFAKTUR TESIS MERRY MAGDALENA 0606145233 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENDEKATAN MODEL BASED AND INTEGRATED PROCESS IMPROVEMENT SEBAGAI SOLUSI PROBLEM PEMASARAN PERUMAHAN DI PT. PROSPEK REALTINDO TESIS

PENDEKATAN MODEL BASED AND INTEGRATED PROCESS IMPROVEMENT SEBAGAI SOLUSI PROBLEM PEMASARAN PERUMAHAN DI PT. PROSPEK REALTINDO TESIS PENDEKATAN MODEL BASED AND INTEGRATED PROCESS IMPROVEMENT SEBAGAI SOLUSI PROBLEM PEMASARAN PERUMAHAN DI PT. PROSPEK REALTINDO TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen

Lebih terperinci

Bab III Analisis Faktor Knowledge Management

Bab III Analisis Faktor Knowledge Management Bab III Analisis Faktor Knowledge Management Bab III menjelaskan tahapan analisis faktor-faktor berpengaruh pada KM, yang ditujukan untuk mengidentifikasi komponen pembangun KMS sebagai landasan berpikir

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN PROSES BISNIS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BUSINESS PROCESS REENGINEERING (STUDI KASUS : PT. X) TUGAS AKHIR

USULAN PERBAIKAN PROSES BISNIS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BUSINESS PROCESS REENGINEERING (STUDI KASUS : PT. X) TUGAS AKHIR USULAN PERBAIKAN PROSES BISNIS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BUSINESS PROCESS REENGINEERING (STUDI KASUS : PT. X) TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik YOSEF

Lebih terperinci

DASAR-DASAR AUDIT SI Pertemuan - 01

DASAR-DASAR AUDIT SI Pertemuan - 01 UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Integrity Professionalism Entrepreneurship DASAR-DASAR AUDIT SI Pertemuan - 01 PENGENALAN KONTROL DAN AUDIT TEKNOLOGI INFORMASI : Mengapa Kontrol Dan Audit Teknologi Informasi

Lebih terperinci

Analisis Jenis Properti Hunian Sebagai Pengembang di Daerah Fatmawati Jakarta Selatan

Analisis Jenis Properti Hunian Sebagai Pengembang di Daerah Fatmawati Jakarta Selatan s UNIVERSITAS INDONESIA Analisis Jenis Properti Hunian Sebagai Pengembang di Daerah Fatmawati Jakarta Selatan TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen Baihaki

Lebih terperinci

USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK

USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2016, pp. 437~445 437 USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK Windi Irmayani Komputerisasi Akuntansi,

Lebih terperinci

ANALISA DAN DESAIN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM KEUANGAN PADA PERWAKILAN BPK RI DI KENDARI

ANALISA DAN DESAIN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM KEUANGAN PADA PERWAKILAN BPK RI DI KENDARI ANALISA DAN DESAIN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM KEUANGAN PADA PERWAKILAN BPK RI DI KENDARI Veronika Dewi Puspitayani dan Aris Tjahyanto Program Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

ABSTRAK. vi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. vi Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Politeknik Pos Indonesia (Poltekpos) adalah lembaga pendidikan tinggi yang bertujuan menjadi sebuah penyelenggara pendidikan terkemuka yang menghasilkan sumber daya manusia profesional berdasarkan

Lebih terperinci

EVALUASI SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DENGAN PENDEKATAN SCOR MODEL VERSI 8.0 (Studi Kasus di PT. XYZ)

EVALUASI SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DENGAN PENDEKATAN SCOR MODEL VERSI 8.0 (Studi Kasus di PT. XYZ) EVALUASI SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DENGAN PENDEKATAN SCOR MODEL VERSI 8.0 (Studi Kasus di PT. XYZ) TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen JULIANA ROULI 0606147541

Lebih terperinci

Dunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer

Dunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer Dunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer Dunamis Organization Services Berdiri sejak tahun 1991, Dunamis merupakan mitra berlisensi dari FranklinCovey - sebuah organisasi global yang

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PENILAIAN KESEHATAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM DI DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, DAN UMKM KABUPATEN KUDUS

SISTEM INFORMASI PENILAIAN KESEHATAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM DI DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, DAN UMKM KABUPATEN KUDUS PROPOSAL SKRIPSI SISTEM INFORMASI PENILAIAN KESEHATAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM DI DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, DAN UMKM KABUPATEN KUDUS Disusun Oleh : Nama : Mustaqim NIM : 2010-53-121 Program Studi

Lebih terperinci

PERUMUSAN KEY PERFORMANCE INDICATOR FUNGSI PENGADAAN KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD TESIS

PERUMUSAN KEY PERFORMANCE INDICATOR FUNGSI PENGADAAN KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD TESIS PERUMUSAN KEY PERFORMANCE INDICATOR FUNGSI PENGADAAN KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD TESIS DINO ANDRIAN 06060161281 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan juga merupakan sumber daya yang strategis untuk semua tipe

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan juga merupakan sumber daya yang strategis untuk semua tipe BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan saat ini diakui sebagai aset penting yang harus dimiliki bersama dengan sumber daya tradisional lainnya seperti uang dan bahan baku [1]. Pengetahuan juga

Lebih terperinci

Penyelenggaraan Pendidikan Profesi berdasarkan Ketentuan Perundang-undangan untuk Menghasilkan Lulusan sesuai KKNI

Penyelenggaraan Pendidikan Profesi berdasarkan Ketentuan Perundang-undangan untuk Menghasilkan Lulusan sesuai KKNI Penyelenggaraan Pendidikan Profesi berdasarkan Ketentuan Perundang-undangan untuk Menghasilkan Lulusan sesuai KKNI Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Workshop Tindak Lanjut Penerbitan SK Izin Penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengetahuan (Knowledge) Dalam konteks teknologi informasi, pengetahuan dibedakan dengan data dan informasi. Data adalah sekumpulan fakta, pengukuran-pengukuran yang kemudian akan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA MODEL KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM DI KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KARYA AKHIR WULAN ASRI MEIDYASARI

UNIVERSITAS INDONESIA MODEL KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM DI KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KARYA AKHIR WULAN ASRI MEIDYASARI UNIVERSITAS INDONESIA MODEL KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM DI KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KARYA AKHIR WULAN ASRI MEIDYASARI 1106122234 FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI

Lebih terperinci

EKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM

EKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM Hal IIB - 355 EKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM Amelia Kurniawati 1, Luciana Andrawina 2, Firmansyah Wahyudiarto 3, Andy Surya Setiawan 4 Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Knowledge Management berkembang sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir sebagai sebuah cara yang spesifik dan terencana untuk menangkap, menstrukturkan

Lebih terperinci

Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan. analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan

Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan. analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan 18 2. Mengadakan sharing vision secara periodik Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Analisis dan Perancangan Knowledge Management System Divisi Research and Development Product pada PT.

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Analisis dan Perancangan Knowledge Management System Divisi Research and Development Product pada PT. UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2005/2006 Analisis dan Perancangan Knowledge Management System Divisi Research and Development Product

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM PADA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN DI BPK RI

KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM PADA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN DI BPK RI 74 KomuniTi, Vol. V, No. 2 September 2013 KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM PADA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN DI BPK RI ABSTRAK Berbudi Bowo Laksono 1, Noor Akhmad Setiawan, Surjono Jurusan Teknik Elektro dan

Lebih terperinci

PERAN PEREKRUTAN DAN SELEKSI SERTA PENILAIAN KINERJA KARYAWAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT X YOGYAKARTA TESIS

PERAN PEREKRUTAN DAN SELEKSI SERTA PENILAIAN KINERJA KARYAWAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT X YOGYAKARTA TESIS PERAN PEREKRUTAN DAN SELEKSI SERTA PENILAIAN KINERJA KARYAWAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT X YOGYAKARTA TESIS Krisantis Roslin Uta, S. Farm., Apt NPM: 8112415017 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagian besar perusahaan termasuk perusahaan konsultan kontruksi bertujuan untuk tumbuh dan sukses dalam bisnis mereka. Pertumbuhan adalah aspek penting

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management

BAB III ANALISIS III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management BAB III ANALISIS Pada bab ini dipaparkan analisis yang dilakukan terhadap pengetahuan dan pemahaman dasar mengenai proses KM. Analisis yang dilakukan adalah terkait dengan pemahaman bahwa KM didasari oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di beberapa tahun terakhir ini Knowledge Management (KM) menjadi salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Di beberapa tahun terakhir ini Knowledge Management (KM) menjadi salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di beberapa tahun terakhir ini Knowledge Management (KM) menjadi salah satu teknik yang banyak diminati perusahaan untuk mengelola asset pengetahuannya. Hal ini terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bermanfaat guna mendukung pengambilan keputusan secara tepat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bermanfaat guna mendukung pengambilan keputusan secara tepat dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi yang pesat khususnya di bidang teknologi komunikasi dan informasi membawa perubahan yang besar di berbagai bidang kehidupan. Dalam kemajuan teknologi,

Lebih terperinci

PENYEMPURNAAN RANCANGAN INFRASTRUKTUR DISASTER RECOVERY CENTER DALAM MENDUKUNG DISASTER RECOVERY PLAN BANK X TESIS GUNAWAN

PENYEMPURNAAN RANCANGAN INFRASTRUKTUR DISASTER RECOVERY CENTER DALAM MENDUKUNG DISASTER RECOVERY PLAN BANK X TESIS GUNAWAN HALAMAN SAMPUL PENYEMPURNAAN RANCANGAN INFRASTRUKTUR DISASTER RECOVERY CENTER DALAM MENDUKUNG DISASTER RECOVERY PLAN BANK X TESIS GUNAWAN 0706193706 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

Pendalaman Kriteria Akreditasi IABEE

Pendalaman Kriteria Akreditasi IABEE Pendalaman Kriteria Akreditasi IABEE Kriteria Akreditasi IABEE Terdiri dari 3 bagian: 1. Kriteria Umum (Common Criteria) 2. Panduan Kriteria (Criteria Guide) 3. Kriteria Disiplin (Discipline Criteria)

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PADA INDUSTRI FREIGHT FORWARDING DENGAN INTEGRASI IPA DAN TAGUCHI TESIS

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PADA INDUSTRI FREIGHT FORWARDING DENGAN INTEGRASI IPA DAN TAGUCHI TESIS PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PADA INDUSTRI FREIGHT FORWARDING DENGAN INTEGRASI IPA DAN TAGUCHI TESIS NAMA : PRIYAMBODO NUR ARDI NUGROHO NPM : 0806 422 662 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM

Lebih terperinci

AKREDITASI PERGURUAN TINGGI TERBUKA JARAK JAUH

AKREDITASI PERGURUAN TINGGI TERBUKA JARAK JAUH Lampiran Peraturan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor 9 Tahun 2017 tentang Instrumen Akreditasi Perguruan Tinggi Terbuka Jarak Jauh BAN-PT AKREDITASI PERGURUAN TINGGI TERBUKA JARAK JAUH BUKU

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN POLIKLINIK BERBASIS REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT MEDIKA PERMATA HIJAU JAKARTA BARAT TAHUN 2009 SKRIPSI

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN POLIKLINIK BERBASIS REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT MEDIKA PERMATA HIJAU JAKARTA BARAT TAHUN 2009 SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN POLIKLINIK BERBASIS REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT MEDIKA PERMATA HIJAU JAKARTA BARAT TAHUN 2009 SKRIPSI FATIMAH HANIYAH 100500070X FAKULTAS KESEHATAN

Lebih terperinci

Oleh Pengurus LAM-PTKes

Oleh Pengurus LAM-PTKes PERKUMPULAN LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN INDONESIA (LAM-PTKes) Oleh Pengurus LAM-PTKes Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) Asosiasi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI) Bogor,

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) LAPORAN SKRIPSI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Model Knowledge Management. Pertemuan 3

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Model Knowledge Management. Pertemuan 3 KNOWLEDGE MANAGEMENT Pertemuan 3 : Model Knowledge Management Pertemuan 3 Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Model KM Memahami kunci utama model teoritis knowledge management yang digunakan saat

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES PADA LINE FLY WHEEL DENGAN METODE LEAN MANUFACTURING DI PT XYZ TUGAS AKHIR. Supriatin

ANALISIS PROSES PADA LINE FLY WHEEL DENGAN METODE LEAN MANUFACTURING DI PT XYZ TUGAS AKHIR. Supriatin ANALISIS PROSES PADA LINE FLY WHEEL DENGAN METODE LEAN MANUFACTURING DI PT XYZ TUGAS AKHIR Supriatin 1128003023 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BAKRIE JAKARTA

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA SOSIALISASI LAM-PTKES UNTUK PROGRAM STUDI BIDANG ILMU KESEHATAN

KERANGKA ACUAN KERJA SOSIALISASI LAM-PTKES UNTUK PROGRAM STUDI BIDANG ILMU KESEHATAN 1 KERANGKA ACUAN KERJA SOSIALISASI LAM-PTKES UNTUK PROGRAM STUDI BIDANG ILMU KESEHATAN 1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, maka Organisasi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MOBILE

PENERAPAN METODE MOBILE PENERAPAN METODE MOBILE GOAL QUESTION METRIC (MGQM) UNTUK PENGUJIAN USABILITY PADA APLIKASI MOBILE SAUNG AYAM MANAGEMENT SYSTEM GUNA MENINGKATKAN USER EXPERIENCE TUGAS AKHIR MUH. ZULKIFLI B 1112001031

Lebih terperinci

Pemanfaatan Teknologi SMS Gateway Pada Sistem Pembayaran SPP dan Tabungan Sekolah di SMA N 1 Nalumsari

Pemanfaatan Teknologi SMS Gateway Pada Sistem Pembayaran SPP dan Tabungan Sekolah di SMA N 1 Nalumsari LAPORAN SKRIPSI Pemanfaatan Teknologi SMS Gateway Pada Sistem Pembayaran SPP dan Tabungan Sekolah di SMA N 1 Nalumsari Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Strategi dan Pengukuran Knowledge Management. Rani Puspita D, M.Kom

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Strategi dan Pengukuran Knowledge Management. Rani Puspita D, M.Kom KNOWLEDGE MANAGEMENT Strategi dan Pengukuran Knowledge Management Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Memahami lebih jelas mengenai strategi knowledge management. Memahami lebih detail dari mulai

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS (STUDI KASUS : RADIOLOGI DIAGNOSTIK PADA PASIEN KANKER) SKRIPSI. Oleh

KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS (STUDI KASUS : RADIOLOGI DIAGNOSTIK PADA PASIEN KANKER) SKRIPSI. Oleh KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS (STUDI KASUS : RADIOLOGI DIAGNOSTIK PADA PASIEN KANKER) SKRIPSI Oleh Agnes Stella Kurniawan 1301032473 Noviany 1301064235 Regi Arizal 1301068965 Universitas

Lebih terperinci