KOMPARASI HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY DI KELAS IV

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOMPARASI HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY DI KELAS IV"

Transkripsi

1 KOMPARASI HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY DI KELAS IV Azura, Budman Tampubolon, Suryan Program Stud Penddkan Guru Sekolah Dasar FKIP UNTAN emal: Abstrak: Peneltan n bertujuan untuk mengetahu perbedaan hasl belajar sswa yang dajar dengan metode ekspostor dan hasl belajar sswa yang dajar dengan model pembelajaran kooperatf teknk two stay two stray pada pembelajaran Matematka d kelas IV Sekolah Dasar Neger 01 Sunga Kakap. Metode peneltan yang dgunakan metode ekspermen dan bentuk peneltan ekspermen semu. Berdasarkan perhtungan statstk dar rata-rata hasl post-test kelas kontrol 63,38 dan rata-rata post-test kelas eksprmen 75,17 dperoleh t htung sebesar 3,34 pada tahap sgnfkan α= 5% dperoleh t tabel 1,845 yang berart t htung > t tabel (3,34>1,845) berart Ha dterma. Jad dapat dsmpulkan bahwa terdapat perbedaan hasl belajar sswa yang dajar dengan metode ekspostor dan sswa yang dajar dengan model kooperatf teknk two stay two stray. Kata Kunc: Komparas, Kooperatf Two Stay Two Stray Abstract: Ths study amed to determne the dfference n learnng outcomes of students who were taught wth expostory method and students taught wth cooperatve learnng model two stay two stray technque n learnng mathematcs n grade IV Publc Elementary School 01 Sunga Kakap. The method used was an expermental method and form of research was a quas-expermental. Based on statstcal calculatons of the average post-test results of the control class n amount of and the average post-test result of expermental class n amount of obtaned t test was 3.34 and t table (α = 5% and dk = 60) was 1,845, t meant t test (3.34) > t table ( 1,684), thereby Ha was accepted. So, t could be concluded that there was dfference n learnng outcome of students who were taught wth expostory method and students taught wth cooperatve learnng model two stay two stray technque Keyword: Comparson, Co-operatve of Two Stay Two Stray S ekolah dasar sebaga lembaga penddkan dasar memlk tugas yang amat berat dalam upaya mempersapkan sswanya dapat melanjutkan ke jenjang yang lebh tngg. Ada beberapa mata pelajaran yang perlu dtempuh sswa d sekolah dasar, yatu penddkan Agama, Penddkan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesa, Sans, IPS, Matematka, dll (Keputusan Mendknas, 2003: 37). Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tmbulnya rasa senang sswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan menngkatkan motvas 1

2 dalam mengerjakan tugas, memberkan kemudahan bag sswa untuk memaham pelajaran sehngga memungknkan sswa mencapa hasl belajar yang lebh bak. Suatu pembelajaran yang bak adalah apabla melbatkan sswa secara aktf dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran hendaknya dplh dan drancang sedemkan sehngga lebh menekankan pada aktvtas sswa yang juga berpengaruh terhadap hasl belajar sswa yang semua guru berharap hasl belajar yang bak untuk sswanya. Perlu dupayakan mendesan suatu pengajaran yang memberkan kesempatan kepada sswa untuk belajar dengan membangun pengetahuannya sendr serta sswa dber kesempatan untuk berdskus dan bernteraks dengan temannya dalam menemukan dan memaham konsep-konsep dalam proses pembelajaran. Berbeda dengan kenyataan yang terjad saat n, dalam pembelajaran matematka serng kal guru menyampakan mater secara monoton dan pembelajaran yang terjad hanya satu arah yatu dar guru ke sswa tanpa menggunakan model pembelajaran yang bervaras. Berdasarkan pengamatan yang dlakukan d Sekolah Dasar Neger 01 Sunga Kakap pada tanggal 3 September 2013, guru tdak menggunakan meda dalam pembelajaran pembagan. Metode guru mengajar pun hanya terjad dar guru ke sswa. Sswa yang belajar saat tu pun menjad kurang bersemangat. Pembelajaran yang terjad kurang menyenangkan. Hasl wawancara dengan guru kelas IV Sekolah Dasar Neger 01 Sunga Kakap terungkap bahwa pembelajaran matematka belum dapat dmengert sswa dengan bak. Masalah tu terjad karena beberapa hal dantaranya adalah guru kurang maksmal mendesan pembelajaran dan sswa yang kurang semangat dalam belajar. Pertanyaan yang dajukan oleh penelt kepada guru kelas IV Sekolah Dasar Neger adalah Bagamana hasl belajar sswa dalam pembelajaran matematka?. Jawaban kedua gurunya adalah hasl belajar sswa tergolong rendah dengan rata-rata 55, dengan standar ketuntasan 60. Oleh karena tu, upaya yang ngn dterapkan dalam mengatas kesultan sswa pada pembelajaran matematka adalah dengan pembelajaran model kooperatf teknk two stay two stray. Berdasarkan paparan yang telah dkemukakan, maka penelt tertark untuk melakukan peneltan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatf teknk two stay two stray pada pembelajaran matematka kelas IV Sekolah Dasar Neger 01 Sunga Kakap. Masalah umum dalam peneltan n adalah Bagamana perbedaan hasl belajar sswa yang dajar dengan metode ekspostor dan yang dajar dengan model pembelajaran kooperatf teknk two stay two stray pada pembelajaran Matematka kelas IV Sekolah Dasar Neger 01 Sunga Kakap?. Dar masalah umum tersebut, maka dapat djabarkan menjad rumusan masalah khusus yang dsajkan sebaga berkut: (1) Bagamanakah hasl belajar sswa dalam pembelajaran Matematka kelas IV Sekolah Dasar Neger 01 Sunga Kakap yang dajar dengan metode ekspostor?, (2) Bagamanakah hasl belajar sswa dalam pembelajaran Matematka kelas IV Sekolah Dasar Neger 01 Sunga Kakap yang dajar dengan metode ekspostor?, (3) Apakah ada perbedaan hasl belajar sswa dalam pembelajaran Matematka d kelas IV Sekolah Dasar Neger 01 Sunga 2

3 Kakap antara sswa yang dajar dengan metode ekspostor dan sswa yang dajar dengan model pembelajaran kooperatf teknk two stay two stray? Tujuan dar peneltan n adalah (1) Untuk menganalss hasl belajar sswa dalam pembelajaran Matematka yang dajar dengan metode ekspostor d kelas IV Sekolah Dasar Neger 01 Sunga Kakap, (2) Untuk menganalss hasl belajar sswa dalam pembelajaran Matematka yang dajar dengan model pembelajaran kooperatf teknk two stay two stray d kelas IV Sekolah Dasar Neger 01 Sunga Kakap, (3) Untuk menganalss perbedaan hasl belajar Matematka sswa yang dajarkan dengan metode ekspostor dengan sswa yang dajar dengan model pembelajaran kooperatf teknk two stay two stray d kelas IV Sekolah Dasar Neger 01 Sunga Kakap. Menurut And Hakm Nasuton (dalam Karso, 2008: 1.39) menyatakan bahwa, Matematka berasal dar bahasa Yunan mathen atau manthanen yang artnya mempelajar, namun dduga kata tu erat pula hubungannya dengan kata sanksekerta medha atau wdya yang artnya kepandaan, ketahuan, atau ntelegens. Menurut Ruseffend (dalam Karso, 2008:1,39) menyatakan bahwa, Matematka tu terorgansaskan dar unsur-unsur yang tdak ddefnskan, defens-defens, aksoma-aksoma, dan dall-dall setelah dbuktkan kebenarannya berlaku secara umum, karena tulah Matematka serng dsebut lmu deduktf. Jad, matematka adalah lmu deduktf yang terbukt kebenarannya dan berlaku secara umum. Fungs pembelajaran matematka (dalam Karso, 2007: 2.6) yatu (1) Sebaga alat, (2) Sebaga pola pkr, (3) Sebaga lmu atau pengetahuan. Menurut Gatot Muhsetyo (2008:1.26) menyatakan bahwa, Pembelajaran Matematka adalah proses pemberan pengalaman belajar kepada peserta ddk melalu serangkaan kegatan yang terencana sehngga peserta ddk memperoleh kompetens tentang bahan matematka yang dpelajar. Menurut Nymas Asyah, dkk (2008: 1.4) menyatakan bahwa, Pembelajaran Matematka adalah proses yang sengaja drancang dengan tujuan untuk mencptakan suasana lngkungan memungknkan seseorang (spelajar) melaksanakan kegatan belajar matematka. Dar kedua pendapat tersebut, dapat dsmpulkan bahwa pembelajaran Matematka dmaksudkan sebaga proses yang sengaja drancang oleh guru, sswa sebaga pelaksana kegatan belajar, dan Matematka sebaga objek yang dpelajar dalam hal n matematka sebaga salah satu bdang stud dalam pembelajaran. Tujuan pembelajaran Matematka sepert yang tercantum dalam Badan Standar Nasonal Penddkan/Kurkulum Tngkat Satuan Penddkan SD/MI (2006: 417) adalah sebaga berkut: (1) Memaham konsep Matematka, menjelaskan keterkatan antar konsep dan mengaplkaskan konsep atau algortma, secara luwes, akurat, efsen, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sfat, melakukan manpulas Matematka dalam membuat generalsas, menyusun bukt, atau menjelaskan gagasan atau pernyataan Matematka, (3) Pemecahan masalah yang melput kemampuan memaham masalah, merancang model Matematka, menyelesakan model dan menafsrkan solus yang dperoleh, (4) Mengomunkaskan gagasan dengan smbol, tabel, dagram, atau meda lan yan memperjelas keadaan atau masalah, (5) Memlk skap mengharga kegunaan Matematka dalam kehdupan, yakn 3

4 memlk rasa ngn tahu, perhatan, dan mnat dalam mempelajar Matematka, serta skap ulet dan percaya dr dalam pemecahan masalah. Ruang lngkup pembelajaran Matematka d Sekolah Dasar menurut Karso (2007: ) menyatakan bahwa, adalah sebaga berkut: (1) Unt Artmatka (Berhtung), (2) Unt Pengantar Aljabar, (3) Unt Geometr, (4) Unt Pengukuran, (5) Unt Kajan Data. Karakterstk pembelajaran matematka d sekolah dasar (dalam Karso, 2007: 2.16) antara lan (1) Pembelajaran matematka adalah berjenjang (bertahap), (2) Pembelajaran matematka mengkut metode spral, (3) Pembelajaran matematka menekankan pola pendekatan nduktf, (4) Pembelajaran matematka menganut kebenaran konsstens. Menurut Joyce (dalam Tranto, 2007: 5) menyatakan bahwa, Model pembelajaran adalah sutu perencanaan atau suatu pola yang dgunakan sebaga pedoman dalam merencanakan pembelajaran d kelas atau pembelajaran dalam tutoral dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk d dalamnya buku-buku, flm, komputer, kurkulum, dan lan-lan. Menurut Soekanto (dalam Tranto, 2007: 5) menyatakan bahwa, Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukskan prosedur yang sstemats dalam mengorgansaskan pengalaman belajar untuk mencapa tujuan belajar tertentu, dan berfungs sebaga pedoman bag para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktvtas belajar mengajar. Dar kedua pendapat tersebut, dapat dtark kesmpulan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang dgunakan sebaga pedoman bag para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan kegatan pembelajaran. Menurut Anta Le (2010: 55-73) menyatakan bahwa, Terdapat beberapa teknk pembelajaran kooperatf yang dgunakan dalam proses belajar mengajar d kelas, yatu: (1) Teknk mencar pasangan; (2) Teknk bertukar pasangan; (3) Teknk berpkr-berpasangan-berempat; (4) Teknk berkrm salam dan soal; (5) Teknk kepala bernomor; (6) Teknk kepala bernomor terstruktur; (7) Teknk dua tnggal dua tamu (two stay two stray); (8) Teknk Kellng kelompok; (9) Teknk kancng gemerncng; (10) Teknk kellng kelas; (11) Teknk Lngkaran kecllngkaran besar; (12) Teknk Tar bambu; dan (13) Teknk Jksaw. Dar beberapa teknk pembelajaran d atas, penelt akan menggunakan teknk two stay two stray dalam pembelajaran matematka. Menurut Spencer Kagan (1992) (dalam Anta Le, 2010: 59) menyatakan bahwa Struktur two stay two stray member kesempatan kepada kelompok untuk membagkan hasl dan nformas dengan kelompok lan. Banyak kegatan belajar yang dwarna dengan kegatan-kegatan ndvdu. Sswa bekerja sendr dan tdak dperbolehkan melhat pekerjaan sswa lan. Padahal dalam kenyataan hdup dluar sekolah, kehdupan dan kerja manusa bergantung satu dengan yang lannya. Anta Le (2010: 62) menyatakan bahwa langkah-langkah atau cara penerapan pembelajaran kooperatf two stay two stray adalah sebaga berkut: (1) sswa bekerja sama dengan kelompok berempat sepert basa, (2) Setelah selesa, dua orang dar masng-masng kelompok akan mennggalkan kelompoknya dan masng-masng bertamu ke kelompok lan, (3) dua orang yang tnggal dalam kelompok bertugas membagkan hasl kerja dan nformas mereka ke tamu 4

5 mereka, (4) tamu mohon dr dan kembal ke kelompok mereka sendr dan melaporkan temuan mereka dar kelompok lan, (5) kelompok mencocokkan dan membahas hasl-hasl kerja mereka. Berdasarkan kamus Bahasa Indonesa (2011: 486) menyatakan bahwa, Hasl adalah sesuatu yang dadakan (dbuat, djadkan, dsb) oleh usaha (pkran, tanam-tanaman, sawah, ladang, hutan, dsb). Menurut Burton (dalam Aunurrahman, 2011: 35) menyatakan bahwa, Pengertan belajar sebaga perubahan tngkah laku pada dr ndvdu berkat adanya nteraks antara ndvdu dengan ndvdu dan ndvdu dengan lngkungannya sehngga mereka mampu bernteraks dengan lngkungannya. Menurut Nana Sudjana (1989: 22) menyatakan bahwa, Hasl belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dmlk sswa setelah a menerma pengalaman belajarnya. Faktor yang mempengaruh hasl belajar menurut Sumad Suryabrata (2004: 233), yatu faktor yang datang dar dalam dr sswa dan faktor yang datang dar luar dr sswa atau faktor lngkungan. METODE PENELITIAN Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Menurut Hadar Nawaw (1985: 82) menyatakan bahwa Metode eksprmen adalah prosedur peneltan yang dlakuakan untuk mengungkapkan hubungan sebab akbat dua varabel atau lebh dengan mengendalkan pengaruh varabel yang lan. Alasan pemlhan metode ekspermen adalah bertujuan untuk memberkan nformas tentang keberhaslan belajar sswa dengan membandngkan hasl belajar sswa dalam pembelajaran sebelum dan sesudah menerapkan model pembelajaran kooperatf teknk two stay two stray pada pembelajaran matematka d kelas IV Sekolah Dasar Neger 01 Sunga Kakap. Dalam peneltan n, penelt menggunakan bentuk peneltan Ekspermen Semu/Berpura-pura (Quasy Experment) karena peneltan n tdak mungkn sepenuhnya dapat mengontrol varabel-varabel luar yang mempengaruh pelaksanaan ekspermen. Sedangkan rancangan ekspermen yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah Nonequvalent Control Group Desgn. Menurut Hadar Nawaw (1985: 141) menyatakan bahwa, Populas adalah keseluruhan objek yang dapat terdr dar manusa, benda-benda, hewan, tumbuhtumbuhan gejala-gejala, nla atau perstwa-perstwa sebaga sumber data yang memlk karakterstk tertentu ddalam suatu peneltan. Populas dalam peneltan n adalah sswa kelas IV Sekolah Dasar Neger 01 Sunga Kakap yang terdr dar 2 kelas yatu kelas IVA dan IVB yang berjumlah 62, yang terdr dar 32 orang sswa kelas IVA dan 30 orang sswa kelas IVB. Menurut Hadar Nawaw (1985: 144), Sampel adalah bagan dar populas yang menjad sumber data sebenarnya dalam suatu peneltan. Teknk pengamblan sampel dalam peneltan n yatu purposve samplng (samplng purposve). menurut Sugyono ( 2009: 118), menyatakan bahwa, Pengamblan bertujuan dlakukan dengan cara pengamblan subjek bukan ddasarkan atas strata, random, atau daerah tetap ddasarkan atas adanya tujuan tertentu. Sehngga sampel yang dgunakan dalam peneltan n adalah sampel populas yatu sswa kelas IV Sekolah Dasar Neger 01 Sunga Kakap. Adapun setelah dlakukan random samplng yang terplh 5

6 sebaga kelas eksprmen adalah kelas IVB dan sebaga kelas kontrol adalah kelas IVA Sekolah Dasar Neger 01 Sunga Kakap. Data yang dkumpulkan dalam peneltan n adalah (1) Data berupa hasl belajar pre-test dan post-test sswa pada pembelajaran Matematka yang menerapkan metode ekspostor, (2) Data berupa hasl belajar pre-test dan posttest sswa pada pembelajaran Matematka dengan menerapkan model pembelajaran kooperatf teknk two stay two stray. Adapun sumber data yang dkumpulkan dalam peneltan n berupa data prmer yatu dar sswa kelas IVB sebaga kelas eksprmen dan sswa kelas IVA sebaga kelas kontrol. Teknk pengumpulan data yang dgunakan adalah teknk pengukuran. Teknk pengukuran adalah cara pengumpulan data yang bersfat kuanttatf untuk mengetahu tngkat atau derajat aspek tertentu dbandngkan dengan norma tertentu pula sebaga satuan ukur yang relevan. Teknk pengukuran yang dgunakan dalam peneltan n adalah menggunakan test hasl belajar yang dtunjukan pada aspek kogntf sswa yang dwujudkan dalam bentuk skor terhadap hasl tes. Suharsm Arkunto (2006: 150) menyatakan bahwa alat pengumpul data adalah alat atau fasltas yang dgunakan dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebh mudah dan haslnya lebh bak, dalam art lebh cermat, lengkap dan sstemats sehngga lebh mudah dolah. Alat pengumpul data yang dgunakan dalam peneltan n adalah tes. Agar alat pengumpul data dapat dgunakan sebaga alat pengumpul data yang objektf dan mampu menguj hpotesa penelt, maka dperlukan analss terhadap alat pengumpul data yatu (1) valdtas, (2) relabltas, (3) tngkat kesukaran, (4) daya pembeda. Untuk menjawab sub masalah pada nomor 1 yatu berapa nla rata-rata hasl belajar sswa dalam pembelajaran Matematka kelas IV Sekolah Dasar Neger 01 Sunga Kakap yang dajar dengan metode ekspostor, maka dgunakan rumus rata-rata htung tes hasl belajar menurut Nana Sudjana (2005: 67) sebaga berkut: f Untuk menjawab sub masalah pada nomor 2 yatu berapa nla rata-rata hasl belajar sswa dalam pembelajaran Matematka kelas IV Sekolah Dasar Neger 01 Sunga Kakap yang dajar dengan model pembelajaran kooperatf teknk two stay two stray, maka dgunakan rumus rata-rata htung tes hasl belajar menurut Nana Sudjana (2005: 67) sebaga berkut: f f f Untuk menjawab sub masalah pada nomor 3 yatu perbedaan hasl belajar sswa dalam pembelajaran Matematka d kelas IV Sekolah Dasar Neger 01 Sunga Kakap antara sswa yang dajar dengan metode ekspostor dan sswa 6

7 yang tdak dajar dengan model kooperatf teknk two stay two stray, maka akan dgunakan rumus t-test dengan dawal dengan menghtung skor hasl belajar sswa pada mater pembelajaran pecahan d kelas IV Sekolah Dasar Neger 01 Sunga Kakap dar setap jawaban pre-test dan post-test pada kelas kontrol dan kelas ekspermen. Kemudan menghtung rata-rata hasl pre-test dan posttest pada kelas ekspermen dan kelas kontrol. f f (Nana Sudjana, 2005: 67) Menghtung Standar Devas (SD) hasl pre-test dan post-test pada kelas ekspermen dan kelas kontrol. SD f n 1 2 (Nana Sudjana, 2005: 67) Menghtung uj normaltas data. Menurut Subana dan Sudrajat (2001: 149), uj Ch-kuadrat dapat dhtung dengan rumus: x 2 = (O.E)2 E Karena data hasl perhtungan uj normaltas pre-test dan post-test sswa berdstrbus normal maka dlanjutkan dengan perhtungan uj homogentas varansnya, yatu dengan rumus: Varans Terbesar F = Varans Terkecl (Sugyono, 2010: 140) Karena data sudah dkatakan berdstrbus normal dan homogen, maka dlanjutkan dengan pengujan t-test (Sugyono, 2009: 273), dengan menggunakan rumus Polled Varans x1 x2 t 2 2 n 1 1 s1 n2 1 s2 1 1 n1 n2 2 n1 n2 Kemudan melakukan pengujan dengan taraf sgnfkan 5%, yatu jka (1) Nla t htung < t tabel maka hpotess alternatf (Ha) dtolak, (2) Nla t htung > t tabel maka hpotess alternatf (Ha) dterma. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasl Peneltan Peneltan n bertujuan untuk menganalsa perbedaan hasl belajar sswa yang dajar dengan metode ekspostor dan yang dajar dengan model 7

8 pembelajaran kooperatf teknk two stay two stray tentang pembelajaran pecahan d kelas IV. Peneltan n dlakukan d kelas IV Sekolah Dasar Neger 01 Sunga Kakap. Jumlah sampel dalam peneltan n adalah 62 orang dengan rncan 32 orang dkelas IVA sebaga kelas kontrol dan 30 orang dkelas IVB sebaga kelas ekspermen. Dar sampel tersebut dperoleh data yang melput hasl pre-test dan post-test sswa yatu melput: (1) Skor hasl tes sswa pada kelas kontrol yatu pembelajaran dengan menggunakan metode ekspostor, (2) Skor hasl tes sswa pada kelas ekspermen yatu pembelajaran dengan menggunakan model kooperatf teknk two stay two stray. Adapun data skor pre-test dan post-test sswa yang telah dolah dapat dlhat pada tabel berkut n: Tabel 1 Hasl Pengolahan Nla Pre-Test dan Post-Test Sswa Keterangan Kelas Kontrol Kelas Ekspermen Pre-test Post-Test Pre-test Post-Test Rata-rata 58,00 63,38 56,36 75,17 Standar Devas 9,3 13,06 11,25 14,70 Uj Normaltas 2,8507 3,6176 5,6591 6,8101 Pre-test Post-test Uj Homogentas 1,46 1,27 Uj Hpotess (t) 0,62 3,34 Pembahasan Dar hasl perhtungan rata-rata dan standar devas dketahu bahwa ratarata nla pre-test kelas control adalah 58,00 dan rata-rata post test adalah 63,375. Selsh nla pre-test dan post-test kelas kontrol adalah 5,375. Rata-rata nla pretest kelas ekspermen adalah 56,36 dan rata-rata post test kelas ekspermen adalah 75,17. Selsh antara nla pre-test dan post-test kelas ekspermen adalah 18,81. dengan demkan hasl belajar sswa yang menggunakan kooperatf teknk two stay two stray lebh tngg dar hasl belajar sswa yang menggunakan metode ekspostor. secara keseluruhan sswa mengalam penngkatan hasl belajar. Untuk mengetahu kemampuan awal sswa pada mater pembelajaran pecahan, dapat dlhat dar rata-rata pre-test masng-masng kelas sedangkan untuk mengetahu hasl belajar pada mater pembelajaran pecahan dapat dlhat dar ratarata post-test yang dperoleh masng-masng kelas. Hasl uj normaltas skor pre-test kelas kontrol dperoleh 2 htung sebesar 2,8507 sedangkan uj normaltas skor pre-test kelas ekspermen dperoleh 2 htung sebesar 5,6591 dengan 2 tabel (α = 5% dan dk = banyaknya kelas 3 = 6 3 = 3) sebesar 7,815. Karena 2 htung (skor pre-test kelas kontrol dan kelas ekspermen) < 2 tabel, maka data hasl pre-test (kelas kontrol dan kelas ekspermen) berdstrbus normal. Karena hasl pre-test kedua kelas berdstrbus normal, maka dlanjutkan dengan menentukan homogentas data pre-test. Dar uj homogentas data pre-test untuk kelas kontrol dan kelas ekspermen dperoleh F htung sebesar 1,46 dan F tabel (α = 5%, dk pemblang = 31, 8

9 dk penyebut = 29) sebesar 1,845. Sehngga dperoleh F htung (1,46) < F tabel (1,845), maka data dnyatakan homogen (tdak berbeda secara sgnfkan). Karena data pre-test tersebut homogen, maka dlanjutkan dengan uj hpotess (uj-t). Berdasarkan perhtungan uj-t menggunakan rumus polled varans, dperoleh t htung sebesar 0,62 dan t tabel (α = 5% dan dk = n 1 + n 2 2 = = 60) sebesar 2,00. Karena t htung (0,62) < t tabel (2,00), dengan demkan maka Ho dterma. Jad, dapat dsmpulkan bahwa tdak terdapat perbedaan hasl pre-test sswa d kelas kontrol dan d kelas ekspermen. Sehngga, antara kelas ekspermen dan kelas kontrol mempunya kemampuan relatf sama. Karena tdak terdapat perbedaan kemampuan awal sswa pada kedua kelas tersebut, maka dberkan perlakuan yang berbeda. Pada kelas kontrol, dlakukan pembelajaran dengan menggunakan metode ekspostor, sedangkan pada kelas ekspermen dlakukan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatf teknk two stay two stray. Dakhr perlakuan, masng-masng kelas dber post-test untuk melhat apakah terdapat perbedaan hasl belajar sswa akbat perlakuan tersebut. Untuk mengetahu kemampuan sswa setelah dber perlakuan pada mater pembelajaran pecahan, maka data hasl rata-rata dan standar devas post-test kedua kelas dapat danalss dengan menggunakan statstk parametrk, yang mana data setap varabel yang akan danalss harus berdstrbus normal. Hasl uj normaltas skor post-test kelas kontrol dperoleh 2 htung sebesar 3,6176 sedangkan uj normaltas skor post-test kelas ekspermen dperoleh 2 htung sebesar 6,8101 dengan 2 tabel (α = 5% dan dk = banyaknya kelas 3 = 6 3 = 3) sebesar 7,815. Karena 2 htung (skor post-test kelas kontrol dan kelas ekspermen) < 2 tabel, maka data hasl post-test berdstrbus normal. Karena hasl post-test kedua kelas berdstrbus normal, maka dlanjutkan dengan menentukan homogentas data post-test. Dar uj homogentas data post-test dperoleh F htung sebesar 1,27 dan F tabel (α = 5%, dk pemblang = 31, dk penyebut = 29) sebesar 1,845. Sehngga dperoleh F htung (1,27) < F tabel (1,845), maka data dnyatakan homogen (tdak berbeda secara sgnfkan). Karena data post-test tersebut homogen, maka dlanjutkan dengan uj hpotess (uj-t). Berdasarkan perhtungan uj-t menggunakan rumus polled varans, dperoleh t htung sebesar 3,34 dan t tabel (α = 5% dan dk = n 1 + n 2 2 = = 60) sebesar 2,00. Karena t htung (3,34) > t tabel (2,00), dengan demkan maka Ha dterma. Jad, dapat dsmpulkan bahwa terdapat perbedaan hasl post-test sswa d kelas kontrol dan d kelas ekspermen. Kelas yang djadkan kelas kontrol dalam peneltan n adalah kelas IVA Sekolah Dasar Neger 01 Sunga Kakap tahun ajaran 2013/2014. Pada kelas kontrol, seluruh sswa djadkan sampel yatu dengan jumlah sswa 32 orang. Proses pembelajaran d kelas kontrol dlakukan sebanyak enam kal pertemuan, setap pertemuan berlangsung selama 3 x 35 ment dengan pembelajaran menggunakan metode ekspostor. Pada pembelajaran mater penjumlahan pecahan berpenyebut sama sswa sepertnya tdak terlalu kesultan. Walaupun saat mengerjakan soal evaluas ada juga sswa yang mash menjumlahkan penyebutnya. Pada pertemuan selanjutnya tepatnya mater penjumlahan pecahan berpenyebut tdak sama sswa kesultan. 9

10 Karena kebanyakan sswa tdak hapal perkalan. Jad penelt memerntahkan sswa untuk menyapkan daftar perkalan dan menyuruh sswa untuk mengngatnya kembal. Dan untuk memotvas sswa penelt membertahukan bahwa nant akan dberkan tes lag. Jka sswa bsa merah nla yang tngg maka penelt akan memberkan hadah kepada 8 orang yang nlanya tngg. Suasana pada pertemuan pertama kelas kontrol sangat rbut, karena guru kelas mereka yang menjad pengamat dalam peneltan n tdak selalu ddalam kelas. Pertemuan selanjutnya, pengamat masuk tetap mash ada sswa yang rbut. Pada saat pembagan kelompok kelas menjad rbut, ada sswa yang tdak mau dkelompokkan dengan s A. Bahkan ada yang tdak mau mengerjakan soal bersama walaupun penelt sudah berusaha memaksa dan memnta pengamat untuk memaksanya. Pada saat pembagan kelompok nlah banyak memakan waktu. Setelah dbag kelompok sswa mash banyak yang berjalan ke kelompok lan. Waktu yang terseda tetap cukup untuk melaksanakan pembelajaran dengan metode ekspostor tanpa mengganggu jam pelajaran lan. Sedangkan kelas yang djadkan kelas ekspermen dalam peneltan n adalah kelas IVB Sekolah Dasar Neger 01 Sunga Kakap tahun ajaran 2013/2014. Proses pembelajaran d kelas ekspermen menggunakan pembelajaran model kooperatf teknk two stay two stray. Pada kelas ekspermen, seluruh sswa djadkan sampel yatu dengan jumlah 30 orang sswa. Proses pembelajaran kelas ekspermen dlakukan sebanyak enam kal pertemuan, setap pertemuan berlangsung selama 3 x 35 ment. Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatf teknk two stay two stray pada mater pembelajaran pecahan merupakan model pembelajaran yang mash baru bag sswa d Sekolah Dasar Neger 01 Sunga Kakap. Sehngga guru harus menjelaskan lebh rnc mengena langkah-langkah pembelajaran kooperatf teknk two stay two stray kepada sswa. Pada pertemuan pertama, untuk mater sswa tdak terlalu kesultan. Tap pada saat masuk ke bagan kerja kelompok khususnya pada saat pembagan kelompok, sswa menjad sangat rbut. Tetap hal tu dapat datas dengan suara pengamat yang bsa mendamkan mereka semua. Karena hal yang baru, maka untuk penerapan two stay two stray mash membngungkan. Sswa dberkan soal masng-masng dapat satu soal, ada juga yang harus mengerjakan soal lebh dar 1. Ada sswa yang tdak tahu mengerjakan soal tersebut, maka penelt menyuruh teman yang mampu untuk membantu menjelaskan, bukan membantu mengerjakan. Dlanjutkan dengan bertamu. Pada saat bertamu sswa sangat antusas. Mereka bertamu dan mencatat hasl kerja temannya, kemudan kembal lag ke kelompoknya. Setelah kembal dar bertamu, sswa mencocokkan kembal hasl temuannya dar kelompok lan. Ketka ada hasl yang lan, sswa menghtungnya lag bersama-sama. Kemudan dlanjutkan dengan persentas kelompok. Dengan penerapan teknk two stay two stray n banyak waktu yang dgunakan. Bahkan penelt harus menggunakan waktu strahat dlanjutkan dengan jam berkutnya. Berdasarkan rata-rata hasl belajar, kelas ekspermen lebh tngg. Selan sswanya yang mudah datur, guru yang dsegan, dan mereka lebh lama mengenal mater yang dpelajar. D kelas ekspermen tdak ada sswa yang tdak mau berkelompok. 10

11 SIMPULAN DAN SARAN Smpulan Berdasarkan hasl analsa data yang dperoleh dar hasl tes sswa, dapat dsmpulkan bahwa. Rata-rata skor hasl belajar sswa kelas IVA Sekolah Dasar Neger 01 Sunga Kakap (kelas kontrol) pada mater pecahan yang dajar dengan menggunakan metode ekspostor adalah 63,38 dar skor total sebesar 2028 dengan standar devas 13,06. Rata-rata skor hasl belajar sswa kelas IVB Sekolah Dasar Neger 01 Sunga Kakap (kelas ekspermen) pada mater pecahan yang dajar dengan menggunakan model kooperatf teknk two stay two stray adalah 75,17 dar skor total 2255 dengan standar devas 14,70. Berdasarkan analss data hasl belajar post-test swa kelas IV pada kelas kontrol dan ekspermen terdapat perbedaan rata-rata post-test sswa sebesar 11,79 dan Berdasarkan perhtungan uj t menggunakan rumus polled varan, dperoleh t htung sebesar 3,34 dan t tabel (dengan dk =60) pada taraf sgnfkas 5% dperoleh 2,00. Karena t htung < t tabel (3,34 >2,00) dengan demkan Ha dterma. Jad dapat dsmpulkan bahwa terdapat perbedaan antara skor rata-rata hasl belajar sswa pada mater pembelajaran pecahan yang dajar dengan metode ekspostor dan yang dajar dengan model kooperatf teknk two stay two stray. Saran Beberapa saran yang dapat dsampakan berdasarkan hasl peneltan n adalah sebaga berkut. Beberapa sswa selama pembelajaran keluar masuk dan berjalan-jalan d dalam kelas sehngga mengganggu konsentras sswa lan yang sedang belajar. Penelt mengharapkan untuk pertemuan selanjutnya dalam pembelajaran matematka guru akan lebh bak mengatur kelas agar tdak ada gangguan dalam proses pembelajaran. (1) Sewaktu proses pembentukan kelompok berlangsung suasana kelas menjad rbut sehngga memerlukan waktu untuk menertbkan sswa. Hal n dsebabkan oleh belajar kelompok yang danggap asng untuk sswa. Apalag Two stay two stray merupakan model pembelajaran yang tdak pernah dterapkan sebelumnya. Rbut sswa d sn dsebabkan karena mereka gembra dengan berkelompok. Penelt menyarankan untuk selanjutnya guru bsa mengkondskan kelas secepatnya agar tdak banyak waktu yang terbuang hanya karena pembentukan kelompok. Karena waktu sangat berharga. (2) Penelt kekurangan waktu untuk menerapkan model pembelajaran kooperatf. Hal n dsebabkan karena langkah teknk two stay two stray ada lma langkah. Penelt mengharapkan untuk selanjutnya apabla guru ngn menerapkan teknk two stay two stray sepatutnya menggunakan waktu seefsen mungkn. DAFTAR RUJUKAN Anta Le. (2010). Cooperatve Learnng. Jakarta: Grameda. Anonm. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesa. Jakarta: PT Grameda Pustaka Utama. 11

12 Asep Jhad dan Abdul Hars. (2008). Evaluas Pembelajaran. Jakarta: Mult Pressndo. Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. BSNP. (2006). Kurkulum Tngkat Satuan Penddkan. Jakarta: Departemen Penddkan Nasonal. Gatot Muhsetyo. (2008). Pembelajaran Matematka SD. Unverstas Terbuka Hadar Nawaw. (2007). Metode Peneltan Bdang Sosal. Yogyakarta: Gajah Mada Unversty Press. Karso, dkk. (2007). Penddkan Matematka 1. Jakrta: Unverstas Terbuka. Nana Sudjana. (1989). Penlaan Hasl Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sr Antah. (2008). Strateg Pembelajaran d SD. Jakarta: Unverstas Terbuka. Sugyono. (2009). Metode Peneltan Penddkan pendekatan Kuanttatf, kualtatf, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugyono. (2010). Statstk Untuk Peneltan. Bandung: Alfabeta. Suharsm Arkunto. (2006). Prosedur Peneltan Suatu Pendekatan Praktk. Jakrta: Rneka Cpta). Suharsm Arkunto. (2012). Dasar-Dasar Evaluas Penddkan. Jakarta: Bum Aksara. Sumad Suryabrata. (2004). Pskolog Penddkan. Jakarta: Rajawal Pers Udn. S. Wnataputra. (2008). Teor Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Unverstas Terbuka. Undang-undang RI No 20 tahun (2003). Sstem Penddkan Nasonal. Jakarta: Ctra Umbara Wna Sanjaya. (2008). Perencanaan dan Desan Sstem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Meda Group. 12

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

PENGARUH KOOPERATIF TEKNIK NHT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 14 PONTIANAK SELATAN

PENGARUH KOOPERATIF TEKNIK NHT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 14 PONTIANAK SELATAN PENGARUH KOOPERATIF TEKNIK NHT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 14 PONTIANAK SELATAN ARTIKEL PENELITIAN Oleh JULIANA NIM. F37008066 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

PENGARUH COOPERATIVE LEARNING TEKNIK STAD TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS IV SDN 01 RASAU JAYA

PENGARUH COOPERATIVE LEARNING TEKNIK STAD TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS IV SDN 01 RASAU JAYA PENGARUH COOPERATIVE LEARNING TEKNIK STAD TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS IV SDN 01 RASAU JAYA ARTIKEL PENELITIAN Oleh SULINDA NIM. F37008001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Tujuan dalm peneltan n adalah mengetahu keefektfan strateg pembelajaran practce-rehearsal pars dengan alat peraga smetr lpat dan smetr putar dalam menngkatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 6 BAB IV HAIL PENELITIAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Untuk mengetahu keefektfan penerapan model pembelajaran cooperatve learnng tpe TAD (tudent Teams-Achevement Dvsons) terhadap hasl belajar matematka

Lebih terperinci

PENGARUH PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS V SDN 35 PONTIANAK SELATAN ARTIKEL PENELITIAN OLEH

PENGARUH PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS V SDN 35 PONTIANAK SELATAN ARTIKEL PENELITIAN OLEH PENGARUH PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS V SDN 35 PONTIANAK SELATAN ARTIKEL PENELITIAN OLEH ERLY HERLIANA F37008033 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukan, guna menjawab persoalanpersoalan yang d hadap. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Menurut Sugyono (013: 6) bahwa: Metode peneltan dapat dartkan sebaga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

PENGARUH KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN 36 PONTIANAK SELATAN

PENGARUH KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN 36 PONTIANAK SELATAN PENGARUH KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN 36 PONTIANAK SELATAN ARTIKEL PENELITIAN Oleh FITRINA NIM. F3700801 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data. BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan harus dsesuakan dengan masalah dan tujuan peneltan, hal n dlakukan untuk kepentngan perolehan dan analss data. Mengena pengertan metode peneltan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan lapangan kuanttatf yang bersfat korelasonal. Peneltan lapangan merupakan suatu peneltan untuk memperoleh data-data yang sebenarnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Adapun tujuan dar peneltan n adalah:. Untuk mengetahu pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learnng pada mater pokok kalor kelas VII d MTs Nurul Itthad

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Peneltan Penuls melaksanakan peneltan terlebh dahulu membuat surat zn peneltan yang dtujukan pada SMK Neger 1 Cmah, dengan waktu pelaksanaan peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko, dkk. Komparas Hasl Belajar Sswa... 99 KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah quasi eksperimen, dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah quasi eksperimen, dimana A. Jens dan Desan Peneltan BAB III METODE PENELITIAN Jens peneltan yang dlaksanakan adalah quas ekspermen, dmana kelompok kontrol tdak dapat berfungs sepenuhnya untuk mengontrol varabel-varabel luar yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. awal dengan pemberian latihan dan pemberikan tes akhir yang kemudian melihat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. awal dengan pemberian latihan dan pemberikan tes akhir yang kemudian melihat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode peneltan Metode peneltan yang dlakukan adalah metode ekspermen melakukan tes awal dengan pemberan lathan dan pemberkan tes akhr yang kemudan melhat penngkatan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk A. Metode dan Desan Peneltan 1. Metode Peneltan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara lmah yang dgunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Dalam art yang lebh luas,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Menurut Arkunto (00:3) peneltan ekspermen adalah suatu peneltan yang selalu dlakukan dengan maksud untuk melhat akbat dar suatu perlakuan. Metode yang penuls

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Sesua dengan permasalahan yang sudah dkemukakan pada bab sebelumnya, peneltan n dlakukan dengan tujuan untuk:. Mengetahu hasl belajar dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada sswa kelas XI d SMA Neger Gorontalo, Kota Gorontalo waktu peneltan dlaksanakan d mula pada bulan Oktober 03 sampa bulan Desember

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Produk model pengembangan pembelajaran mengacu pada proses pembelajaran yang menekankan pada pemberdayaan teman sejawat dan permanan. Pemberdayaan teman

Lebih terperinci

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai 3 BAB III METODELOGIPENELITIAN 3. Lokas dan Waktu Peneltan 3.. Lokas Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger Bonepanta pada kelas X pada semester genap tahun ajaran 0/03. 3.. Waktu Peneltan Peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk memahami suatu objek dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk memahami suatu objek dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Menurut Sugyono (009:6) bahwa: Metode peneltan dapat dartkan sebaga

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Pada peneltan n, metode yang dgunakan adalah metode kuas ekspermen. Metode n dlakukan untuk mengetahu ada atau tdaknya pengaruh pendekatan keteramplan metakogntf

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5 33 III.METODE PENELITIAN A Jens Dan Desan Peneltan. Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan kuanttatf. Peneltan n merupakan peneltan korelas yang bertujuan untuk mengetahu hubungan

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode 34 BAB III METODE PENELITIAN A Metode yang Dgunakan Metode peneltan merupakan suatu pendekatan yang dgunakan untuk mencar jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dbahas Metode peneltan juga dapat

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metodolog adalah salah satu faktor yang sangat pentng dalam sebuah peneltan, juga sedkt banyak tergantung pada ketepatan metode yang dgunakan. A. Jens Peneltan Berdasarkan rumusan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI

PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI Yuwta Srmela 1 Fazr Zuzano 1 Nnwat 1 1 Jurusan Penddkan Matematka dan IPA,

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode adalah suatu cara yang dtempuh untuk mencapa suatu tujuan. Sepert yang dpaparkan oleh Surakhmad (985:3) yatu Metode merupakan cara utama yang dpergunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan serangkaian strategi yang digunakan oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan serangkaian strategi yang digunakan oleh BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode peneltan merupakan serangkaan strateg yang dgunakan oleh penelt dalam mengumpulkan data peneltan yang dperlukan untuk mencapa suatu tujuan peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Defns Operasonal Defns operasonal dperlukan agar tdak terjad salah pengertan dan penafsran terhadap stlah-stlah yang terkandung d dalam judul peneltan n. Istlah-stlah yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti perbandingan hasil belajar

BAB III METODE PENELITIAN. dengan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti perbandingan hasil belajar BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Jens peneltan n adalah peneltan lapangan. Peneltan yang dlakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk menelt perbandngan hasl belajar sswa melalu model

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANFAATAN MEDIA KOMIK MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS V SDN 24 PONTIANAK TENGGARA ARTIKEL PENELITIAN

PENGARUH PEMANFAATAN MEDIA KOMIK MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS V SDN 24 PONTIANAK TENGGARA ARTIKEL PENELITIAN PENGARUH PEMANFAATAN MEDIA KOMIK MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS V SDN 24 PONTIANAK TENGGARA ARTIKEL PENELITIAN Oleh FITRI APRIYANTI NIM. F37008053 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MENENTUKAN SKALA TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS V SEKOLAH DASAR

PENERAPAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MENENTUKAN SKALA TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS V SEKOLAH DASAR PENERAPAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MENENTUKAN SKALA TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS V SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN Oleh YANTO WINARNO NIM. F37006039 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Lokas peneltan adalah d kampus Jurusan Penddkan Teknk Spl FPTK UPI yang beralamat d Jl. Dr. Setabud No. 07 Bandung, 40154. 3. Metode Peneltan Metode peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan prosedur atau cara yang ditempuh dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan prosedur atau cara yang ditempuh dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan prosedur atau cara yang dtempuh dalam mencapa suatu tujuan peneltan. Tujuan peneltan yang akan dlakukan adalah untuk mengetahu perbandngan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:56) menjelaskan metode penelitian deskriptif adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:56) menjelaskan metode penelitian deskriptif adalah: 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Sugyono (008:56) menjelaskan metode peneltan deskrptf adalah: Rumusan masalah deskrptf adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAAN. Jenis penelitiaan ini adalah penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh

BAB III METODE PENELITIAAN. Jenis penelitiaan ini adalah penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh 44 BAB III METODE PENELITIAAN A. Jens Peneltaan Jens peneltaan n adalah peneltan kuanttatf, karena data yang dperoleh berupa data kuanttatf. Dsampng tu jens peneltan n adalah peneltaan ekspermen, karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat, Subek, Waktu dan Jens Peneltan Pada bagan n akan dbahas tentang tempat peneltan, waktu peneltan dar perencanaan sampa penulsan hasl peneltan, serta ens peneltan n.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam melaksanakan penelitian ini dibutuhkan suatu metode penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam melaksanakan penelitian ini dibutuhkan suatu metode penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Dalam melaksanakan peneltan n dbutuhkan suatu metode peneltan untuk mengumpulkan data atau nformas tentang masalah pokok yang akan dtelt, sehngga dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Untuk memperoleh data tentang efektftas penggunaan model Group Investgaton (GI) terhadap Hasl Belajar Sswa Kelas VIII MTs Fatahllah Brngn Ngalyan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci