BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Data yang berhasil dikumpulkan selama kurun waktu dua bulan akan diolah dengan menggunakan metode DMAIC (Define Measure Analyze Improve Control). Metode ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terdapat pada PT. KEMFOOD dan mencari solusi untuk mengendalikan masalah yang berhubungan dengan pengendalian kualitas produk perusahaan. 4.2 Tahap Define Mengidentifikasi Proses Yang Diteliti Pada tahap ini akan dilakukan pengumpulan data yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah yang ada pada perusahaan, berupa jumlah cacat yang ada pada saat proses produksi berjalan. PT. KEMFOOD merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan makanan olahan, produksi utamanya adalah makanan olahan berupa sosis, burger, dan daging asap. Namun produksi terbesar adalah pada bagian sosis. Tahap produksi yang akan diteliti adalah pembuatan sosis sapi, berikut adalah OPC nya:

2 88 NAMA OBJEK : PROSES PEMBUATAN SOSIS DIPETAKAN OLEH : NUR IMAN SJAFEI TGL DIPETAKAN : 12 NOVEMBER 2009 SEKARANG USULAN Daging sapi 2' O-1 Pemotongan Tubermeat 2' O-2 Penyincangan Choppermeat 1' Bumbu dan emulsi O-3 Penimbangan I-1 Meat scale casing 5' O-4 Pengadonan Cutter II 10' O-5 Pengisian filler 120' O-6 Pemasakan Oven 30' O-7 Pencucian Shower 30' O-8 Pengupasan Piller 20' O-9 Pengemasan I-2 Vaccum presser Ringkasan Kegiatan Jumlah Waktu Operasi Operasi+ Inspeksi Storage Total ' 21' 0 190' Gambar 4.1 OPC Dari Sosis

3 89 PT. Kemfood dalam kegiatan operasionalnya memproduksi 3 varian sosis yaitu Beef Sausage, Beef Frank Sausage, dan Chami Berikut adalah data produksi (dalam kilogram) dari ketiga produk tersebut dari bulan September 2009 Oktober Tabel 4.1 Data Produksi September 2009 Oktober 2009 hari Chami Beef Frank Beef Sausage

4 90 Tabel 4.1 Data Produksi Bulan September 2009 Oktober 2009 (lanjutan) hari Chami Beef Frank Beef Sausage Dari data diatas, kemudian dipilih varian produk dengan jumlah produksi terbesar yang dianggap dapat mewakili semua varian dalam proses pengolahan datanya. Dari jumlah produksinya dapat dilihat produk dengan jumlah produksi terbesar adalah varian Chami Sausage atau disebut juga sosis sapi basic, yang dalam kurun waktu penelitian diproduksi sebanyak kilogram. Dari penelitian yang dilakukan pada varian Chami Sausage dalam kurun waktu 2 bulan atau 51 kali pengamatan, diperoleh data cacat perhari sebagai berikut;

5 91 Tabel 4.2 Data Cacat Bulan September Oktober 2009 (dalam Kg) Hari Produksi Cacat Persentase , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

6 92 Tabel 4.2 Data Cacat Bulan September Oktober 2009 (lanjutan) Hari Produksi Cacat Persentase , , , , , , , , , , , Pada proses produksi sosis di PT. KEMFOOD, ditemukan lebih dari satu jenis cacat. Jenis cacat yang terjadi diklasifikasikan ke dalam 3 jenis, yaitu ukuran salah, cacat permukaan, dan cacat kering. Cacat ukuran merupakan cacat yang rata- rata paling banyak ditemukan dalam proses produksi sosis pada PT. KEMFOOD. Apabila sosis terlalu panjang atau terlalu pendek dari rata- rata ukuran sosis yaitu 15 cm, maka sosis tersebut diklasifikasikan sebagai cacat ukuran. Biasanya toleransi yang dipakai dalam proses kontrol ini sebesar 1 cm. Biasanya produk yang teridentifikasi cacat ukuran akan digunakan sebagai bahan konsumsi bagi para buruh dan karyawan. Cacat jenis kedua adalah cacat permukaan. Cacat ini ditunjukan dari penampakan permukaan sosis yang tidak halus dan rata. Ketidak sempurnaan permukaan ini dapat berupa cekungan, kerut, ataupun tonjolan- tonjolan yang diakibatkan terburainnya daging ke luar casing sosis tersebut.

7 93 Jenis terakhir dari cacat pada bagian produksi PT. KEMFOOD adalah cacat kering. Cacat ini sangatlah fatal apabila terjadi, karena dapat merusak rasa dan komposisi sosis sehingga tidak dapat digunakan lagi. Keringnya sosis terjadi pada saat proses pemasakan, yang berakibat casing menjadi sangat menyatu dengan isi dari sosis tersebut. Proporsi variasi cacat sosis pada PT. KEMFOOD ditunjukan pada tabel berikut: Tabel 4.3 Variasi Cacat Sosis Bulan Sepetember 2009 Oktober 2009 Ukuran Permukaan Kering Hari Cacat Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen , , , , , , , , , , ,38 0 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,67

8 94 Tabel 4.3 Variasi Cacat Sosis Bulan Sepetember 2009 Oktober 2009 (Lanjutan) Ukuran Permukaan Kering Hari Defect Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen , ,27 4 9, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00 total , , , Penentuan SIPOC (Supplier Input Process Output Customer) Untuk mengetahui garis besar elemen- elemen apa saja yang terlibat dalam produksi sosis Chami dan menjelaskan elemen- elemen tersebut agar dapat menelusuri

9 95 terjadinya suatu kesalahan prosedur, maka dari data yang telah dikumpulkan dibuatlah diagram alur kerja atau SIPOC (Supplier Input Process Output Customer). Gambar 4.2 SIPOC Proses Sosis Dari gambar SIPOC diatas, dapat diketahui bahwa supplier merupakan penyedia bahan utama, Untuk membuat sosis, perusahaan membutuhkan daging sapi, bumbu dan emulsi. Daging sapi berkualitas didapatkan dari peternakan rekanan perusahaan yang diawasi juga perawatannya oleh perusahaan. Bumbu-bumbu diperoleh dari sebuah perusahaan penyedia bumbu dan rempah, sedangkan bahan-bahan pelengkap berupa emulsi dan pembungkus (casing) dipasok oleh sebuah perusahaan penyedia bahan kimia makanan. Input yang digunakan dalam produksi sosis ini adalah daging sapi, bumbu, emulsi, dan casing. Proses adalah kegiatan mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Proses pada produksi sosis ini terdiri dari :

10 96 1. Pemotongan daging sapi yang berukuran besar menggunakan mesin Tubermeat menjadi bagian-bagian yang lebih kecil agar lebih mudah untuk dicincang. Proses ini memakan waktu 2 menit untuk setiap 30 kg daging 2. Mencincang atau memotong daging menjadi ukuran yang sangat kecil dan menjadi sebuah adonan. Proses ini dilakukan dengan mesin Choppermeat selama 3 menit. 3. Penimbangan adonan untuk mengatur komposisi adonan yang akan diproses. Pada tahap ini juga ditambahkan bumbu-bumbu dan bahan emulsi. 4. Pengadonan, yaitu mencampurkan semua adonan daging dan bahan lainnya agar menjadi sebuah adonan sosis yang siap dimasukan ke dalam casing. Proses ini dilakukan dengan menggunakan mesin cutter selama 8 menit. 5. Pengisian atau pemasukan adonan sosis ke dalam casing pembungkus yang berupa plastik. Proses ini menggunakan mesin shoot filling dan juga dilanjutkan dengan pengikatan oleh operator. Keseluruhan proses ini memakan waktu 10 menit. 6. Pemasakan merupakan proses memasak adonan sosis yang sudah dimasukan ke dalam casing selama 120 menit di dalam pemanggang. Di proses ini lah rawan terjadi cacat kering. 7. Pencucian, dilakukan sesaat setelah sosis selesai melalui proses pemasakan. Proses ini dimaksudkan untuk membersihkan sosis dari emisi-emisi di dalam oven. Keseluruhan proses ini memakan waktu 30 menit. 8. Pengupasan, merupakan proses mengupas casing plastik yang membungkus adonan sosis menggunakan mesin peeling. Untuk mengupas sosis dari 30 kg adonan, waktu yang dibutuhkan proses pengupasan ini adalah selama 10 menit.

11 97 9. Pengepakan atau packing merupakan pembungkusan sosis ke dalam kemasan plastik untuk kemudian siap didistribusikan. Pada tahap ini juga dilakukan proses pengecekan terakhir terhadap sosis-sosis. 10. Penyimpanan dilakukan setelah semua proses selesai dilakukan dan sosis menunggu untuk didistribusikan. Penyimpanan dilakukan di ruang pendingin dengan suhu minus 2 derajat celcius. Output dari proses pembuatan sosis ini adalah berupa sosis sapi dan customer dari output tersebut adalah konsumen rumah tangga dan juga restoran Kebutuhan Pelanggan (Voice of Customer) Sebagai perusahaan penyedia bahan makanan yang cukup besar dan terpercaya kualitasnya, terutama oleh para pelanggan dari kalangan ekspatriat, PT. KEMFOOD berusaha menghasilkan produk yang sempurna dan tanpa cacat bagi para konsumennya. Konsumen tentunya menginginkan produk yang bebas cacat, karena konsumen produk makanan atau konsumsi memiliki sensitifitas yang cukup tinggi dalam hal kualitas. Bila konsumen menemukan cacat pada sosis yang mereka beli, mereka pun akan ragu untuk mengkonsumsi sosis tersebut dan dipastikan tidak akan menjatuhkan pilihan kepada merk dari PT. KEMFOOD lagi pada masa yang akan datang Critical to Quality (CTQ) Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan pihak perusahaan, CTQ dari proses pembuatan sosis ini adalah sebagai berikut: - Variasi ukuran, ukuran panjang sosis harus seragam, yaitu sepanjang 15 cm. Toleransi yang diberikan untuk ukuran ini adalah hanya sebesar 1 cm. Apabila

12 98 melewati batas ukuran, sosis tidak dapat dikemas dengan sempurna karena kemasan sosis memiliki ukuran yang telah disesuaikan dengan klasifikasi awal sosis. - Cacat permukaan, permukaan sosis harus mulus dan tidak boleh terdapat cekungan atau cembungan. Cekungan atau cembungan dapat sangat merusak tampilan sosis, dan membuat seolah sosis tidak layak konsumsi. - Kering, sosis harus memiliki tingkat kelembaban yang tepat dan tidak kering atau lengket. Apabila setelah proses pemasakan, sosis menjadi kering dan lengket, maka casing tidak dapat dikupas dan tentu saja sosis tidak bisa dikonsumsi. 4.3 Tahap Measure Tahap ini akan dilakukan perhitungan akan tingkat kualitas dari proses yang ada menggunakan SPC (Statistical Process Control) yang memperlihatkan kendali pada proses yang berjalan Statistical Process Control Dalam memecahkan masalah tingginya persentase cacat pada PT. KEMFOOD ini akan digunakan SPC untuk mengukur tingkat kualitas dan mengetahui kapabilitas dari proses yang berjalan dengan menggunakan peta kontrol untuk jumlah cacat. Data yang digunakan adalah data historis produksi sosis varian Chami periode bulan September 2009 Oktober Dari pengamatan didapat hasil perhitungan UCL (batas atas), CL (batas tengah), dan LCL (batas bawah) sebagai berikut:

13 99 Tabel 4.4 Data Pengamatan Produksi Hari Produksi Cacat Proporsi , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,230

14 100 Tabel 4.4 Data Pengamatan Produksi (Lanjutan) Hari Produksi Cacat Proporsi , , , , , , , , , , , , , , , , ,221 Total ,212 Data hasil produksi dan cacat di atas menunjukan bahwa produk sosis Chami rata-rata mengalami cacat sebesar 21.2% pada setiap produksi. Dari data pengamatan diatas, dilakukan perhitungan UCL, CL, dan LCL dengan target 3 sigma sehingga menghasilkan data sebagai berikut: Tabel 4.5 Data Perhitungan UCL, CL, dan LCL Hari Produksi Cacat Proporsi UCL XDBAR LCL ,171 39,11 21,23 3, ,210 39,11 21,23 3, ,237 39,11 21,23 3, ,158 39,11 21,23 3, ,237 39,11 21,23 3, ,216 39,11 21,23 3, ,319 39,11 21,23 3, ,172 39,11 21,23 3, ,257 39,11 21,23 3, ,196 39,11 21,23 3,35

15 101 Tabel 4.5 Data Perhitungan UCL, CL, dan LCL (Lanjutan) Hari Produksi Cacat Proporsi UCL (%) XDBAR (%) LCL (%) ,206 39,11 21,23 3, ,213 39,11 21,23 3, ,232 39,11 21,23 3, ,181 39,11 21,23 3, ,171 39,11 21,23 3, ,206 39,11 21,23 3, ,399 39,11 21,23 3, ,163 39,11 21,23 3, ,187 39,11 21,23 3, ,338 39,11 21,23 3, ,152 39,11 21,23 3, ,184 39,11 21,23 3, ,160 39,11 21,23 3, ,227 39,11 21,23 3, ,212 39,11 21,23 3, ,166 39,11 21,23 3, ,364 39,11 21,23 3, ,197 39,11 21,23 3, ,202 39,11 21,23 3, ,167 39,11 21,23 3, ,208 39,11 21,23 3, ,261 39,11 21,23 3, ,204 39,11 21,23 3, ,230 39,11 21,23 3, ,171 39,11 21,23 3, ,255 39,11 21,23 3, ,154 39,11 21,23 3, ,234 39,11 21,23 3, ,152 39,11 21,23 3, ,167 39,11 21,23 3, ,268 39,11 21,23 3, ,200 39,11 21,23 3, ,152 39,11 21,23 3, ,221 39,11 21,23 3, ,234 39,11 21,23 3, ,162 39,11 21,23 3, ,198 39,11 21,23 3, ,245 39,11 21,23 3,35

16 102 Tabel 4.5 Data Perhitungan UCL, CL, dan LCL (Lanjutan) Hari Produksi Cacat Proporsi UCL (%) XDBAR (%) LCL (%) ,166 39,11 21,23 3, ,229 39,11 21,23 3, ,221 39,11 21,23 3,35 total ,212 Data perhitungan ini kemudian dimasukkan dalam minitab sehingga menghasilkan peta kontrol X untuk sosis Chami. Xbar Chart Cacat Sosis Chami 40 1 UCL=39,11 30 Sample Mean 20 _ X=21,23 10 LCL=3, Sample Gambar 4.3 Peta Kontrol Untuk Sosis Chami Dari peta kontrol diatas didapatkan sebuah titik yang berada dalam posisi out of control atau berada di luar batas kendali kualitas. Setelah tahap ini, kemungkinankemungkinan penyebab cacat akan dianalisa di tahap berikutnya.

17 Tahap Analyze Pada tahap ini akan dilakukan analisa dan pembahasan akan kemungkinankemungkinan penyebab adanya cacat pada proses produksi di PT. KEMFOOD, terutama pada proses pengisian, pengupasan, dan pemasakan sosis. Tahapan analisis masalah akan dilakukan dengan menggunakan diagram pareto untuk mengidentifikasi jenis cacat yang seringkali timbul pada proses produksi. Jenis cacat tersebut kemudian akan dianalisa akar penyebab masalahnya menggunakan diagram sebab-akibat (diagram fishbone) Diagram Pareto Dari produk sosis besar gulungan ini diketahui ada 3 jenis cacat yang terjadi, yaitu cacat ukuran, cacat permukaan, dan cacat kering pada sosis. Untuk mengetahui jenis cacat mana yang harus ditangani terlebih dahulu, maka dibuatlah diagram pareto dari data pada Tabel 4.5 dan hasilnya adalah sebagai berikut:

18 104 Gambar 4.4 Pareto Jenis Cacat Dari hasil diagram pareto diatas diketahui bahwa jenis cacat akibat adanya variasi ukuran memiliki persentase terbesar yaitu 45.6%, cacat permukaan sosis memiliki persentase sebesar 29,5%, dan cacat akibat keringnya sosis memiliki persentase sebesar 24,9%. Ketiga jenis cacat yang ditemukan di proses produksi sosis ini selanjutnya akan dianalisa secara lebih merinci untuk mengetahui akar permasalahannya dengan menggunakan diagram sebab akibat Diagram Fishbone (Diagram Sebab Akibat) Setelah mengetahui jenis-jenis cacat dan proporsi serta persentase masingmasing pada proses pembuatan sosis, langkah selanjutnya adalah mencari akar dari munculnya cacat tersebut untuk kemudian akan dianalisa faktor-faktor yang dapat menyebabkan suatu produk sehingga bisa terjadi cacat. Metode ini dilakukan dengan

19 105 cara brainstorming dan pengamatan langsung pada saat proses produksi sosis berlangsung Diagram Fishbone Cacat Ukuran Berikut adalah diagram fishbone untuk penyebab utama cacat produk sosis, yaitu cacat akibat adanya variasi ukuran : Gambar 4.5 Diagram Fishbone Untuk Cacat Akibat Adanya Variasi Ukuran Berdasarkan gambar diagram fishbone diatas, dapat diketahui faktor-faktor yang menyebabkan adanya variasi ukuran pada sosis. Berikut adalah keterangannya:

20 106 a. Man Pengaruh manusia pada pembuatan sosis sangat penting, pekerja harus mengerti standar prosedur kerja, apalagi yang menyangkut kebersihan dalam proses produksi. Misalnya tidak boleh makan saat bekerja, alat kerja harus bersih dan lain sebagainya. Operator juga harus memiliki kontrol yang baik, ia harus rajin memeriksa keadaan proses produksi. Dalam bekerja seorang operator harus fokus pada pekerjaannya dan harus disiplin, terkadang akibat jenuh pekerja menjadi berpikir masa bodoh, hal ini harus ditanggulangi dengan memberi waktu istirahat yang cukup. Operator harus mengerti prosedur standar kerja yang dikeluarkan oleh perusahaan sebelum memulai pekerjaannya. Variasi ukuran terkadang luput dari penglihatan seseorang, maka pekerja harus rajin berkomunikasi dengan pihak QC lapangan tentang hasil akhir sosis, apakah sudah dapat diterima atau belum, mungkin saja pihak QC dapat menemukan kotoran yang tidak terlihat oleh operator mesin. Saat rangkaian sosis keluar dari mesin filling, operator bertugas melakukan pengikatan simpul sebagai ikatan terakhir dari rangkaian sosis. Pengikatan ini haruslah tepat waktu agar ukuran panjang pendek sosis sesuai dengan ukuran yang ditentukan. b. Methods Pengecekan mesin harus dilakukan secara berkala sesuai dengan standar metode dari bagian teknisi. Dan untuk SOP perawatan mesin juga harus dibuat dan dilaksanakan dengan baik. Maka itu untuk bagian teknisi ada baiknya bila diberikan pelatihan dalam perawatan mesin yang digunakan.

21 107 Selain itu, rotasi pengikatan casing sosis pada mesin filling belum cukup untuk menjamin sosis terikat dan terpisah- pisah dengan sempurna. Hal ini tentu saja berakibat langsung pada ukuran dan isi dari masing- masing sosis. c. Materials Variasi ukuran pada sosis juga bisa disebabkan oleh material-nya. Material yang berkaitan langsung dengan penyebab cacat ini adalah casing plastik yang membungkus sosis. Peletakan gulungan casing yang tidak tepat pada silinder pendorong tentu saja dapat menyebabkan tidak sempurnanya proses pengisian sosis yang berimbas juga pada proses pengikatan. Oleh karena itu material casing ini harus dipastikan ditempatkan secara sempurna pada selongsongnya. d. Machine Faktor mesin juga cukup banyak mempengaruhi terjadinya cacat variasi ukuran pada sosis. Roda gigi yang bertugas menggerakan casing mempunyai andil yang sangat besar dalam proses pengisian adonan. Bagian mesin ini haruslah secara presisi mencengkram bagian casing agar dengan presisi pula bagian pengikat dapat mengikat rangkaian sosis. Penyebab roda gigi ini tidak dapat bekerja dengan baik antara lain karena ausnya roda-roda tersebut, ataupn juga karena banyak adonan yang keluar dari klep penyemprot sehingga membanjiri rangkaian roda gigi. Oleh karena itu penting sekali untuk memeriksa keausan roda gigi dan memastikan adonan tidak tercecer ke bagian mesin lain saat melakukan proses pengisian

22 Diagram Fishbone Cacat Permukaan sosis. Berikut adalah diagram fishbone untuk penyebab cacat permukaan pada produk Gambar 4.6 Diagram Fishbone Untuk Cacat Permukaan Berdasarkan gambar diagram fishbone diatas, dapat diketahui faktor-faktor yang menyebabkan adanya kotoran pada sosis. Berikut adalah keterangannya: a. Man Pengaruh manusia pada pembuatan sosis sangat penting, pekerja harus mengerti standar prosedur kerja. Salah satu tahap yang sangat penting adalah proses pengupasan casing plastik pada sosis yang telah melalui proses pemasakan. Pada

23 109 tahap ini rawan sekali terjadi sesuatu yang menyebabkan cacat permukaan, oleh karena itu operator harus sangat berhati- hati dalam menjaankan prosedur ini. Operator juga harus memiliki kontrol yang baik, ia harus dengan cermat menempatkan rangkaian sosis pada mulut mesin pengupas, sehingga mesin dapat dengan tepat mengupas bagian casing yang diinginkan. Selain itu saat sedang mengalami proses pengupasan, rangkaian sosis yang belum masuk harus tetap dipegang oleh operator untuk menjaga rangkaian tetap pada posisi yang benar. Dalam bekerja seorang operator harus fokus pada pekerjaannya dan harus disiplin, terkadang akibat jenuh pekerja menjadi berpikir masa bodoh, hal ini harus ditanggulangi dengan memberi waktu istirahat yang cukup. Operator juga harus dengan seksama mengerti prosedur standar kerja yang dikeluarkan oleh perusahaan sebelum memulai pekerjaannya. Cacat permukaan juga terkadang luput dari penglihatan seseorang, maka pekerja harus rajin berkomunikasi dengan pihak QC lapangan tentang hasil akhir sosis, apakah sudah dapat diterima atau belum, mungkin saja pihak QC dapat menemukan cacat yang tidak terlihat oleh operator mesin. b. Methods Pengecekan mesin harus dilakukan secara berkala sesuai dengan standar metode dari bagian teknisi. Dan untuk SOP perawatan mesin juga harus dibuat dan dilaksanakan dengan baik. Maka itu untuk bagian teknisi ada baiknya bila diberikan pelatihan dalam perawatan mesin yang digunakan. Saat melakukan kalibrasi, bagian teknisi harus mengikuti metode standar perusahaan, bagian cakram pemotong harus dalam posisi yang lurus, stabil, dan juga kecepatan putar yang sama pada masing-masing cakram.

24 110 c. Materials Pengaruh keadaan material berupa casing tentu saja berpengaruh pada proses pengupasan. Apabila casing terlalu tebal atau tipis dan tidak sesuai dengan kalibarasi pada mesin, maka proses pengupasan tentu saja akan mengalami kegagalan dan menyebabkan terjadinya cacat permukaan. Selain itu sosis yang telah melalui proses pemasakan juga berpengaruh, terkadang sosis terlalu kering, lengket, ataupun memiliki kontur (tidak mulus), sehingga tentu saja akan bermasalah pada proses pengupasan. Karena itu harus dipastikan material casing telah memenuhi syarat dan sesuai klasifikasi yang telah ditetapkan dan telah terkalibrasi dengan mesin. d. Machine Proses pengupasan sangat bergantung pada mesin pengupas, terutama bagian cakram pemotong. Cakram pemotong lah yang bertugas melakukan penyayatan tipis pada casing agar casing robek dan dapat terbuka. Oleh karena bila terjadi ketidaksempurnaan pada cakram pemotong seperti kurangnya ketajaman cakram, permukaan pemotong cakram yang berkontur, ataupun letak barisan cakram yang kurang stabil, dapat langsung berimbas pada gagalnya proses pengupasan dan mengakibatkan rusaknya permukaan sosis Diagram Fishbone Cacat Kering merk Chami. Berikut adalah diagram fishbone untuk penyebab cacat kering pada produk sosis

25 111 Gambar 4.7 Diagram Fishbone Untuk Cacat Kering Berdasarkan gambar diagram fishbone diatas, dapat diketahui faktor-faktor yang menyebabkan keringnya sosis. Berikut adalah keterangannya: a. Man Proses pemasakan adonan sosis yang telah dimasukan ke dalam casing merupakan salah satu proses yang vital dan rawan terjadi kegagalan. Dan apabila proses ini mengalami kegagalan, maka maka akan menimbulkan kerugian yang cukup besar karena produk yang telah cacat harus dibuang dan tidak bisa

26 112 dilakukan proses re-work. Faktor pekerja tentu saja memiliki andil besar dalam proses pengontrolan proses ini. Operator harus dengan cermat mengontrol jalannya proses pemasakan dan selalu waspada akan setiap tahapan proses, sesuai dengan prosedur kerja yang telah ditentukan. Penyebab yang paling riskan dari tidak sempurnanya proses pemasakan sosis sehingga berakibat keringnya sosis adalah tidak cermatnya operator dalam mengatur temperatur dan waktu pemasakan. Selain itu adonan yang tidak sesuai dengan spesifikasi dan kalibrasi oven juga dapat menyebabkan terjadinya cacat kering. Karena komposisi yang adonan yang berbeda memiliki teknik pemasakan yang spesifik. b. Methods Selain dari standar operasional produksi yang perlu diperjelas, seperti peletakan rangkaian sosis dalam oven, metode dalam pengkomposisian adonan pun perlu dibenahi. Metode dalam perawatan oven pun banyak yang tidak sesuai standar dari produsen oven tersebut, sehingga oven tidak akan bekerja sesuai harapan. c. Materials Pengaruh material juga sangat nyata pada terjadinya cacat kering dalam proses pemasakan. Kualitas casing yang tidak sesuai kriteria dapat menyebabkan gagalnya proses pemasakan karena karakteristik casing harus benar- benar sesuai dengan standar operasi yang telah ditentukan. Selain casing, kandungan emulsi yang merupakan bahan pelembut sosis sangat berpengaruh pada gagal tidaknya proses pemasakan. Kandungan emulsi yang terlalu sedikit dapat menyebabkan kering dan lengketnya casing pada sosis setelah proses pemasakan. Hal ini disebabkan emulsi secara langsung berguna

27 113 untuk menjaga agar sosis tidak lengket dengan casing, selain fungsi utamanya yaitu sebagai pelembut daging. d. Machine Sebagai sarana utama proses pemasakan, oven memiliki pengaruh besar terhadap gagal tidaknya proses ini. Temperatur dalam oven saat proses pemasakan seringkali tidak sesuai dengan pengaturan operator. Hal ini mungkin disebabkan kondisi oven yang sudah menurun akibat kesalahan perawatan dan umur yang sudah tua. Dalam proses pemasakan pun dibutuhkan bantuan air yang diuapkan untuk menjaga kelembaban dalam oven. Apabila kandungan air dalam ruangan oven kurang, maka sosis yang dimasak akan menjadi terlalu kering. 4.5 Tahap Improve Tahap improve ini dilakukan untuk mengendalikan kinerja proses produksi pada PT. KEMFOOD. Setelah perhitungan diatas diketahui bahwa proses yang sedang berjalan masih belum terkendali. Pada tahap-tahap sebelumnya telah dilakukan analisa terhadap faktor penyebab cacat, dan untuk bisa mengendalikan proses masih diperlukan perbaikan. Perbaikan yang akan dilakukan dapat diketahui dengan membuat FMEA (Failure Mode Effect Analysis) dan untuk menentukan faktor yang paling mempengaruhi cacat dilakukan perhitungan AHP (Analytic Hierarchy Process) AHP (Analytic Hierarchy Process) AHP adalah suatu alat yang dapat membantu dalam menentukan prioritas dari beberapa kriteria dengan melakukan analisa perbandingan berpasangan dari masing-

28 114 masing kriteria, dalam hal ini adalah Man, Method, Material dan Machine. Penilaian didapat dari manajer produksi, supervisor QC dan supervisor produksi Perhitungan AHP Untuk Faktor Penyebab Cacat Variasi Ukuran dibawah ini: Perhitungan AHP untuk faktor penyebab cacat variasi ukuran menghasilkan data Kriteria Menurut Manajer produksi Tabel 4.6 Matrix Perhitungan Kriteria Manajer produksi Untuk Faktor-Faktor Penyebab Cacat Variasi Ukuran Manager Produksi Penyebab Method Machine Man Materials Method Machine Man Materials Column Sum Untuk kriteria method, bila dibandingkan dengan kriteria lainnya, menurut manajer produksi, method memiliki kepentingan yang lebih rendah daripada kriteria lainnya karena dianggap tidak memiliki banyak pengaruh pada terjadinya cacat ukuran. Untuk kriteria mesin, bila dibandingkan dengan method memiliki kepentingan yang lebih besar dua kali lipat. Sedangkan bila dengan manusia dan material, mesin memiliki kepentingan yang lebih rendah. Kriteria manusia, menurut manajer produksi, memiliki tingkat kepentingan tertinggi di antara kriteria yang lain. Terakhir adalah kriteria material yang memiliki tingkat kepentingan yang lebih tinggi dari kriteria lain, terkecuali kriteria manusia.

29 115 Tabel 4.7 Normalized Matrix Perhitungan Kriteria Manajer produksi Untuk Faktor- Faktor Penyebab Variasi Ukuran Manager Produksi Row Penyebab Method Machine Man Materials Total Average Method Machine Man Materials Weighted Sum Vector: = Consistency Vector: = λ = = Consistency Index: λ n CI = = = n CI Consistency Ratio: CR = = = RI 0.90 Dari perhitungan, didapatkan hasil consistency ratio lebih kecil dari Berarti hasil dari pemberian bobot oleh manajer produksi untuk cacat variasi ukuran sudah konsisten.

30 116 Kriteria Menurut Supervisor QC Tabel 4.8 Matrix Perhitungan Kriteria Supervisor QC Untuk Faktor-Faktor Penyebab Cacat Variasi Ukuran Supervisor QC Penyebab Method Machine Man Materials Method Machine Man Materials Column Sum Menurut supervisor QC untuk kriteria method, bila dibandingkan dengan kriteria lainnya, menurut supervisor QC, method memiliki kepentingan yang lebih rendah daripada kriteria lainnya karena dianggap tidak memiliki banyak pengaruh pada terjadinya cacat ukuran. Untuk kriteria mesin, bila dibandingkan dengan method memiliki kepentingan yang lebih besar tiga kali lipat. Sedangkan bila dengan manusia, mesin memiliki kepentingan yang lebih rendah. Kriteria manusia, menurut supervisor QC, memiliki tingkat kepentingan tertinggi di antara kriteria yang lain. Terakhir adalah kriteria material yang juga memiliki tingkat kepentingan yang lebih tinggi dari kriteria lain, terkecuali kriteria manusia.

31 117 Tabel 4.9 Normalized Matrix Perhitungan Kriteria Supervisor QC Untuk Faktor-Faktor Penyebab Cacat Variasi Ukuran Supervisor QC Row Penyebab Method Machine Man Materials Total Average Method Machine Man Materials Weighted Sum Vector: = Consistency Vector: = λ = = Consistency Index: λ n CI = = = n CI Consistency Ratio: CR = = = RI 0.90 Dari perhitungan, didapatkan hasil consistency ratio lebih kecil dari Berarti hasil dari pemberian bobot oleh supervisor QC untuk cacat variasi ukuran sudah konsisten.

32 118 Kriteria Menurut Supervisor Produksi Tabel 4.10 Matrix Perhitungan Kriteria supervisor produksi Untuk Faktor-Faktor Penyebab Cacat Variasi Ukuran Supervisor Produksi Penyebab Method Machine Man Materials Method Machine Man Materials Column Sum Untuk kriteria method, bila dibandingkan dengan kriteria lainnya, menurut supervisor produksi, method memiliki kepentingan yang lebih rendah daripada kriteria lainnya karena dianggap tidak memiliki banyak pengaruh pada terjadinya cacat ukuran. Untuk kriteria mesin, bila dibandingkan dengan method memiliki kepentingan yang lebih besar dua kali lipat. Sedangkan bila dengan manusia dan material, mesin memiliki kepentingan yang lebih rendah. Kriteria manusia, menurut supervisor produksi, memiliki tingkat kepentingan tertinggi di antara kriteria yang lain, apalagi bila dibandingkan dengan kriteria method. Terakhir adalah kriteria material yang memiliki tingkat kepentingan yang lebih tinggi dari kriteria lain, terkecuali kriteria manusia.

33 119 Tabel 4.11 Normalized Matrix Perhitungan Kriteria supervisor produksi Untuk Faktor- Faktor Penyebab Cacat Variasi Ukuran Supervisor Produksi Row Penyebab Method Machine Man Materials Total Average Method Machine Man Materials Weighted Sum Vector: = Consistency Vector: = λ = = Consistency Index: λ n CI = = = n CI Consistency Ratio: CR = = = RI 0.90 Dari perhitungan, didapatkan hasil consistency ratio lebih kecil dari Berarti hasil dari pemberian bobot oleh supervisor produksi untuk cacat variasi ukuran sudah konsisten.

34 120 Kriteria Petugas Inspeksi Tabel 4.12 Matrix Perhitungan Kriteria Petugas Inspeksi Manajer produksi Supervisor QC Supervisor Produksi Kriteria Manajer produksi Supervisor QC Supervisor Produksi Column Sum Tingkat kepentingan para petugas yang berkaitan dengan proses pengendalian kualitas dalam masalah cacat variasi ukuran pun akan dibandingkan satu sama lain oleh petugas inspeksi. Dari ketiga petugas tersebut ternyata yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi adalah manajer produksi. Hal ini karena petugas inspeksi menganggap manajer produksi memiliki pemahaman yang lebih mendalam dan juga memyeluruh pada semua proses yang berkaitan dengan terjadinya cacat, sehingga dapat memberikan perbandingan yang akurat mengenai faktor- faktor penyebab cacat. Tabel 4.13 Normalized Matrix Perhitungan Kriteria Petugas Inspeksi Manajer produksi Supervisor QC Supervisor Produksi Row Average Kriteria Total Manajer produksi Supervisor QC Supervisor Produksi

35 121 Weighted Sum Vector: = Consistency Vector: = λ = = Consistency Index: λ n CI = = = n Consistency Ratio: = Dari perhitungan, didapatkan hasil consistency ratio lebih kecil dari Berarti hasil dari pemberian bobot oleh petugas inspeksi untuk cacat variasi ukuran sudah konsisten. Perkalian Matriks Kriteria Dengan Matriks Penyebab Jenis Cacat Variasi Ukuran Tabel 4.14 Perkalian Matriks Kriteria Dengan Matriks Penyebab Jenis Cacat Variasi Penyeba b Manajer produksi Kriteria Superviso r QC Ukuran. Superviso r Produksi Man Material s Row Kriteria Average Manajer produksi 0.72 Method Machine x Staf QC 0.19 Operator Mesin 0.08

36 122 Tabel 4.15 Hasil Perkalian Matriks Kriteria Dengan Matriks Penyebab Jenis Cacat Ukuran Penyebab Score Ranking Method Machine Man Materials Dari hasil perhitungan bobot setiap penyebab jenis cacat variasi ukuran berdasarkan kriteria yang dinilai oleh ketiga karyawan diatas, diketahui bahwa penyebab yang paling mempengaruhi terjadinya cacat adalah segi manusia sebesar 56%. Hal ini terjadi karena pekerja kurang disiplin dan jenuh dalam melakukan pekerjaannya yang dilakukan selama 8 jam tiap shift. Salah satu cara untuk menanggulangi hal ini adalah memberikan pengarahan tentang standar kerja yang baik saat melakukan proses produksi, lebih teliti dan disiplin dalam melakukan pekerjaan yang bersifat moving object, dan mau bekerja sama dengan rekannya lebih baik agar penemuan-penemuan penyebab cacat manusia dapat diminimalisir bersama. Penyebab selanjutnya adalah dari segi machine sebesar 21%. Biasanya cacat dapat terjadi karena masalah pada roda gigi yang bekerja sebagai penggerak sosis sebelum diikat, contohnya roda gigi yang sudah aus dan posisinya yang tidak stabil. Selanjutnya penyebab ada dari segi material sebesar 11% yang kemungkinan besar karena casing yang kemasan awalnya tidak tergulung sempurna, sehingga menyebabkan tidak lancarnya proses pengisian. Terakhir adalah segi metode sebesar 6%, hal ini dapat terjadi bila pengecekan dan perawatan yang dilakukan tidak sesuai metode standar perusahaan, karena perawatan mesin juga cukup penting mengingat umur mesin sudah

37 123 cukup tua. Selain itu SOP yang kurang jelas menyebabkan operator lebih banyak menggunakan perasaan daripada aturan standard yang ada, seperti pada pekerjaan mengikat simpul Perhitungan AHP Untuk Faktor Penyebab Cacat Permukaan dibawah ini: Perhitungan AHP untuk faktor penyebab cacat permukaan menghasilkan data Kriteria Menurut Manajer produksi Tabel 4.16 Matrix Perhitungan Kriteria Manajer produksi Untuk Faktor-Faktor Penyebab Cacat Permukaan Manager QC Penyebab Method Machine Man Materials Method Machine Man Materials Column Sum Menurut manajer produksi, faktor manusia memiliki andil terbesar dalam terjadinya cacat permukaan pada sosis. Hal ini dapat dilihat dari perbandingannya dengan tiga faktor lainnya, faktor manusia mengungguli semua kriteria lainnya. Manajer produksi menganggap faktor kelalaian pekerja lah yang menjadi penyebab utama terjadinya cacat ini. Disusul oleh faktor material, yang juga memiliki andil besar karena material casing lah yang menjadi objek utama dalam terjadinya cacat permukaan. Selanjutnya adalah faktor mesin dan metode yang sedikit banyak memberi andil dalam

38 124 terjadinya cacat. Namun menurut manajer produksi, kedua faktor ini tidak terlalu berpengaruh besar dalam terjadinya cacat permukaan. Tabel 4.17 Normalized Matrix Perhitungan Kriteria Manajer produksi Untuk Faktor- Faktor Penyebab Cacat Permukaan Manager QC Row Penyebab Method Machine Man Materials Total Average Method Machine Man Materials Weighted Sum Vector: = Consistency Vector: = Consistency Index: CI Consistency Ratio: CR = = = RI 0.90 Dari perhitungan, didapatkan hasil consistency ratio lebih kecil dari Berarti hasil dari pemberian bobot oleh manajer produksi untuk cacat permukaan sudah konsisten.

39 125 Kriteria Menurut Supervisor QC Tabel 4.18 Matrix Perhitungan Kriteria Supervisor QC Untuk Faktor-Faktor Penyebab Cacat Permukaan Supervisor QC Penyebab Method Machine Man Materials Method Machine Man Materials Column Sum Serupa dengan penilaian oleh manajer produksi, menurut supervisor QC, faktor manusia memiliki andil terbesar dalam terjadinya cacat permukaan pada sosis. Hal ini dapat dilihat dari perbandingannya dengan tiga faktor lainnya, faktor manusia mengungguli semua kriteria lainnya. Supervisor QC menganggap faktor kelalaian pekerja lah yang menjadi penyebab utama terjadinya cacat ini. Disusul oleh faktor material, yang juga memiliki andil besar karena material casing lah yang menjadi objek utama dalam terjadinya cacat permukaan. Selanjutnya adalah faktor mesin dan metode yang sedikit banyak memberi andil dalam terjadinya cacat. Tetapi menurut supervisor QC, kedua faktor ini tidak terlalu berpengaruh besar dalam terjadinya cacat permukaan.

40 126 Tabel 4.19 Normalized Matrix Perhitungan Kriteria Supervisor QC Untuk Faktor-Faktor Penyebab Cacat Permukaan Staf QC Row Penyebab Method Machine Man Materials Total Average Method Machine Man Materials Weighted Sum Vector: = Consistency Vector: = λ = = Consistency Index: λ n CI = = = n CI Consistency Ratio: CR = = = RI 0.90 Dari perhitungan, didapatkan hasil consistency ratio lebih kecil dari Berarti hasil dari pemberian bobot oleh supervisor QC untuk cacat permukaan sudah konsisten.

41 127 Kriteria Menurut Supervisor Produksi Tabel 4.20 Matrix Perhitungan Kriteria Supervisor Produksi Untuk Faktor-Faktor Penyebab Cacat Permukaan supervisor produksi Penyebab Method Machine Man Materials Method Machine Man Materials Column Sum Seperti halnya penilaian penilaian oleh manajer produksi dan supervisor QC, menurut supervisor produksi, faktor manusia memiliki andil terbesar dalam terjadinya cacat permukaan pada sosis. Hal ini dapat dilihat dari perbandingannya dengan tiga faktor lainnya, faktor manusia mengungguli semua kriteria lainnya. supervisor produksi menganggap faktor kelalaian pekerja lah yang menjadi penyebab utama terjadinya cacat ini. Disusul oleh faktor material, yang juga memiliki andil besar karena material casing lah yang menjadi objek utama dalam terjadinya cacat permukaan. Selanjutnya adalah faktor mesin dan metode yang sedikit banyak memberi andil dalam terjadinya cacat. Tetapi menurut supervisor produksi, kedua faktor ini tidak terlalu berpengaruh besar dalam terjadinya cacat permukaan.

42 128 Tabel 4.21 Normalized Matrix Perhitungan Kriteria Supervisor Produksi Untuk Faktor- Faktor Penyebab Cacat Permukaan Supervisor Produksi Row Penyebab Method Machine Man Materials Total Average Method Machine Man Materials Weighted Sum Vector: = Consistency Vector: = λ = = Consistency Index: λ n CI = = = n CI Consistency Ratio: CR = = = RI 0.90 Dari perhitungan, didapatkan hasil consistency ratio lebih kecil dari Berarti hasil dari pemberian bobot oleh supervisor produksi untuk cacat permukaan sudah konsisten.

43 129 Kriteria Petugas Inspeksi Tabel 4.22 Matrix Perhitungan Kriteria Petugas Inspeksi Manajer produksi Supervisor QC Supervisor Produksi Kriteria Manajer produksi Supervisor QC Supervisor Produksi Column Sum Tingkat kepentingan para petugas yang berkaitan dengan proses pengendalian kualitas dalam masalah cacat permukaan pun akan dibandingkan satu sama lain oleh petugas inspeksi. Dari ketiga petugas tersebut ternyata yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi adalah manajer produksi. Hal ini karena petugas inspeksi menganggap manajer produksi memiliki pemahaman yang lebih mendalam dan juga memyeluruh pada semua proses yang berkaitan dengan terjadinya cacat, sehingga dapat memberikan perbandingan yang akurat mengenai faktor- faktor penyebab cacat. Tabel 4.23 Normalized Matrix Perhitungan Kriteria Petugas Inspeksi Manajer produksi Supervisor QC Supervisor Produksi Row Average Kriteria Total Manajer produksi Supervisor QC Supervisor Produksi

44 130 Weighted Sum Vector: = Consistency Vector: = λ = = Consistency Index: λ n CI = = = n CI Consistency Ratio: CR = = = RI 0.90 Dari perhitungan, didapatkan hasil consistency ratio lebih kecil dari Berarti hasil dari pemberian bobot oleh petugas inspeksi untuk cacat permukaan sudah konsisten. Perkalian Matriks Kriteria Dengan Matriks Penyebab Jenis Cacat Permukaan Tabel 4.24 Perkalian Matriks Kriteria Dengan Matriks Penyebab Jenis Cacat Permukaan Penyeba b Manajer produksi Kriteria Superviso r QC Supervisor Produksi Method Machine x Man Material s Row Kriteria Average Manajer produksi 0.72 Supervisor QC 0.19 Supervisor Produksi 0.08

45 131 Tabel 4.25 Hasil Perkalian Matriks Kriteria Dengan Matriks Penyebab Jenis Cacat Permukaan Penyebab Score Ranking Method Machine Man Materials Dari hasil perhitungan bobot setiap penyebab jenis cacat permukaan yang berdasarkan kriteria yang dinilai oleh ketiga karyawan diatas, diketahui bahwa penyebab yang paling mempengaruhi terjadinya cacat akibat kotoran adalah segi manusia sebesar 56%. Hal ini karena operator memegang kendali utama dalam proses pengupasan casing pada sosis, sehingga bertanggung jawab penuh apabila terjadi cacat. Dalam hal ini, kurangnya kecermatan dan ketelitian menjadi salah satu penyebab terbesar terjadinya cacat yang disebabkan faktor manusia ini. Salah satu cara untuk menanggulangi hal ini adalah pekerja harus lebih disiplin menjalankan tugasnya sesuai prosedur dan pekerja harus mau bekerja sama dengan rekannya lebih baik agar penemuan-penemuan penyebab cacat manusia dapat diminimalisir bersama. Selain itu pekerja juga harus peduli, cermat, dan teliti dalam menghadapi keadaan proses produksi yang menuntut konsentrasi cukup tinggi. Penyebab selanjutnya adalah dari segi mesin sebesar 18%. Penyebab dari bagian mesin ini terutama bersumber pada masalah pada cakram pemotong yang juga merupakan komponen inti dari mesin pengupas. Beberapa masalah yang menyebabkan tidak sempurnanya kinerja cakram pemotong yaitu ketajamannya yang kurang, mata pisaunya yang tidak mulus atau berkontur, dan posisinya yang tidak stabil. Oleh karena itu diperlukan pengecekan dan perawatan yang berkesinambungan dan rutin pada bagian

46 132 ini, apakah setiap hari atau setiap 2 hari sekali. Selanjutnya penyebab ada dari segi material sebesar 13%. Material pada proses ini yang berupa casing sangat berpengaruh pada terjadinya cacat dalam tahap ini. Apabila Casing terlalu tipis atau tebal ataupun juga tidak muus permukaannya, maka secara otomatis akan terjadi permasalahan pada saat akan dilakukan penyayatan oleh cakram pemotong. Oleh karena itu harus dipastikan casing memiliki spesifikasi yang sesuai dengan standar operasi. Terakhir adalah segi metode sebesar 6%, hal ini dapat terjadi bila pengecekan dan perawatan yang dilakukan tidak sesuai metode standar perusahaan, karena perawatan mesin juga cukup penting mengingat umur mesin sudah cukup tua Perhitungan AHP Untuk Faktor Penyebab Cacat Kering dibawah ini: Perhitungan AHP untuk faktor penyebab cacat kering menghasilkan data Kriteria Menurut Manajer produksi Tabel 4.26 Matrix Perhitungan Kriteria Manajer produksi Untuk Faktor-Faktor Penyebab Cacat Kering Manager Produksi Penyebab Method Machine Man Materials Method Machine Man Materials Column Sum

47 133 Untuk faktor penyebab cacat kering, manajer produksi menetapkan faktor manusia sebagai faktor terpenting yang menyebabkan terjadinya cacat kering pada sosis. Hal ini dikarenakan sebagian besar kontrol pada proses ini dipegang oleh operator, sedangkan metode, mesin, dan material merupakan instrumen yang dijalankan oleh operator sehingga tingkat kepentingannya berada di bawah faktor manusia. Tabel 4.27 Normalized Matrix Perhitungan Kriteria Manajer produksi Untuk Faktor- Faktor Penyebab Cacat kering Manager Produksi Row Penyebab Method Machine Man Materials Total Average Method Machine Man Materials Weighted Sum Vector: = Consistency Vector: =

48 λ = = Consistency Index: λ n CI = = = n CI Consistency Ratio: CR = = = RI 0.90 Dari perhitungan, didapatkan hasil consistency ratio lebih kecil dari Berarti hasil dari pemberian bobot oleh manajer produksi untuk cacat kering sudah konsisten. Kriteria Menurut Supervisor QC Tabel 4.28 Matrix Perhitungan Kriteria Supervisor QC Untuk Faktor-Faktor Penyebab Cacat Kering Supervisor QC Penyebab Method Machine Man Materials Method Machine Man Materials Column Sum Sama halnya dengan penilaian manajer produksi, supervisor QC pun menganggap faktor manusia merupakan penyebab cacat tertinggi dibandingkan ketiga faktor lain. Karena menurut pengamatan supervisor QC, operator memegang kendali yang cukup besar dalam proses pemasakan sosis, mulai dari pengaturan suhu, pemeriksaan air, dan juga pengaturan waktu pemasakan.

49 135 Tabel 4.29 Normalized Matrix Perhitungan Kriteria Supervisor QC Untuk Faktor-Faktor Penyebab Cacat Kering Supervisor QC Row Penyebab Method Machine Man Materials Total Average Method Machine Man Materials Weighted Sum Vector: = Consistency Vector: = λ = = Consistency Index: λ n CI = = = n CI Consistency Ratio: CR = = = RI 0.90 Dari perhitungan, didapatkan hasil consistency ratio lebih kecil dari Berarti hasil dari pemberian bobot oleh supervisor QC untuk cacat kering sudah konsisten.

50 136 Kriteria Menurut Supervisor Produksi Tabel 4.30 Matrix Perhitungan Kriteria supervisor produksi Untuk Faktor-Faktor Penyebab Cacat Kering Supervisor Produksi Penyebab Method Machine Man Materials Method Machine Man Materials Column Sum Supervisor produksi, seperti halnya manajer dan supervisor QC, memberi prioritas tertinggi kepada faktor manusia dalam hal penyebab terjadinya cacat kering. Setelah dilakukan perbandingan antar faktor, penyebab terkecil dari terjadinya cacat kering menurut supervisor produksi adalah faktor metode, disusul faktor mesin, material, dan yang terbesar adalah faktor manusia Tabel 4.31 Normalized Matrix Perhitungan Kriteria supervisor produksi Untuk Faktor- Faktor Penyebab Cacat Kering Operator Mesin Row Penyebab Method Machine Man Materials Total Average Method Machine Man Materials Weighted Sum Vector: =

51 137 Consistency Vector: = λ = = Consistency Index: λ n CI = = = n CI Consistency Ratio: CR = = = RI 0.90 Dari perhitungan, didapatkan hasil consistency ratio lebih kecil dari Berarti hasil dari pemberian bobot oleh supervisor produksi untuk cacat kering sudah konsisten. Kriteria Petugas Inspeksi Tabel 4.32 Matrix Perhitungan Kriteria Petugas Inspeksi Manajer produksi Supervisor QC Supervisor Produksi Kriteria Manajer produksi Supervisor QC Supervisor Produksi Column Sum

52 138 Tabel 4.33 Normalized Matrix Perhitungan Kriteria Petugas Inspeksi Manajer produksi Supervisor QC Supervisor Produksi Row Average Kriteria Total Manajer produksi Supervisor QC Supervisor Produksi Weighted Sum Vector: = Consistency Vector: = λ = = Consistency Index: λ n CI = = = n Consistency Ratio: = Dari perhitungan, didapatkan hasil consistency ratio lebih kecil dari Berarti hasil dari pemberian bobot oleh petugas inspeksi untuk cacat kering sudah konsisten.

53 139 Perkalian Matriks Kriteria Dengan Matriks Penyebab Jenis Cacat Kering Tabel 4.34 Perkalian Matriks Kriteria Dengan Matriks Penyebab Jenis Cacat Kering Penyeba b Manajer produksi Kriteria Superviso r QC Superviso r Produksi Man Material s Row Kriteria Average Manajer produksi 0.72 Method Machine x Staf QC 0.19 Operator Mesin 0.08 Tabel 4.35 Hasil Perkalian Matriks Kriteria Dengan Matriks Penyebab Jenis Cacat Kering Penyebab Score Ranking Method Machine Man Materials Dari hasil perhitungan bobot setiap penyebab jenis cacat kering berdasarkan kriteria yang dinilai oleh ketiga karyawan diatas, diketahui bahwa penyebab yang paling mempengaruhi terjadinya cacat adalah segi manusia sebesar 54%. Hal ini terjadi karena pekerja kurang cermat dan teliti dalam melakukan proses pengkomposisian adonan dan juga pada saat mengontrol oven. Penyebab selanjutnya adalah dari segi machine sebesar 29%. Mesin yang berupa oven sangat rentan sekali menyebabkan cacatnya produk. Ini dikarenakan kalibrasi yang tidak sesuai, sehingga suhu yang dikehendaki tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Selanjutnya penyebab ada dari segi material sebesar 11% yang berasal dari kualitas

54 140 casing yang kurang baik dan kandungan emulsi yang kurang sehingga menyebabkan kering dan lengketnya sosis. Terakhir adalah segi metode sebesar 6%, hal ini dapat terjadi bila pengecekan dan perawatan yang dilakukan tidak sesuai metode standar perusahaan, karena perawatan mesin juga cukup penting mengingat umur mesin sudah cukup tua. Selain itu SOP yang kurang jelas menyebabkan operator lebih banyak menggunakan perasaan daripada aturan standard yang ada, seperti pada pengkomposisian adonan dan pengaturan suhu oven FMEA (Failure Mode Effect Analysis) FMEA merupakan salah satu alat yang dapat menggambarkan proses berjalan. Dengan FMEA dapat diketahui tingkat kegagalan yang ada pada sistem, produk, ataupun proses. Metode ini mengidentifikasi potensi penyimpangan yang mungkin terjadi. Pemberian bobot atau nilai dilakukan melalui diskusi dengan manajer produksi dan staf QC beserta operator mesin sosis dari PT. KEMFOOD. Pemberian bobot occurance, severity dan detectability pada tiap penyebab didasarkan pada tabel Rating Occurence, Rating Severity dan Rating Detectability yang ada pada bab 2. Berikut adalah hasil FMEA untuk cacat yang timbul pada proses pembuatan sosis: 1. FMEA Jenis Cacat Variasi Ukuran Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu staf QC di lapangan tentang penyebab potensial jenis cacat ukuran, akibat potensi yang terjadi dari faktor penyebab tersebut, upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki serta penilaian

55 141 dari pihak QC tentang tingkat resiko yang timbul sesuai severity, occurence dan detectability nya, maka disusunlah ke dalam tabel FMEA berikut: Tabel 4.36 FMEA Variasi Ukuran Pada Sosis Potential Failure Mode & Effect Analysis Komponen : Sosis Varian Chami Tanggal Pembuatan : 3 Januari 2010 Disiapkan Oleh : Sutikno ( Manajer Produksi ) CTQ Potential Failure Mode Potential Effect of Failure Current Control S O D RPN Recommended Action Pekerja kurang disiplin dalam melakukan pengikatan sosis Perbendaan ukuran panjang dalam rangkaian sosis Teguran pada pekerja Pekerja harus dilatih untuk disiplin dalam melakukan proses pengikatan, baik disiplin ketepatan waktu, maupun jumlah ikatan. Variasi Ukuran Roda gigi pendorong casing pada mesin filler sudah banyak yang aus. Proses bergerak casing jadi tidak sempurna sehingga menyebabkan perbedaan ukuran dalam proses pengisian Perawatan dan penggantian roda gigi. Dan juga pemasangan roda gigi yang sempurna Operator mesin kurang cermat dalam melakukan setting dan mengoperasikan mesin filler. Kaliberasi dan konfigurasi mesin tidak tepat dengan prosedur standar dalam pembuatan sosis Mempertegas SOP untuk pengoperasian mesin. Dari tabel FMEA diatas dapat dibuat diagram pareto untuk mengetahui prioritas perbaikan mana yang lebih baik dilakukan terlebih dahulu. Hasilnya adalah sebagai berikut:

56 142 RPN Cacat Variasi Permukaan RPN C1 Kurang disiplin mengikat Kurang Cermat Dalam Setting Roda Gigi Aus Count Percent 42,6 34,1 23,4 Cum % 42,6 76,6 100, Percent Gambar 4.8 Pareto FMEA Cacat Variasi Ukuran Dari hasil pareto diatas dapat diketahui bahwa kedisiplinan pekerja dalam membersihkan penggulung sosis adalah potensi utama penyebab adanya kotoran pada sosis dengan persentase sebesar 42.6%. Untuk itu penanganan akan potensi ini harus dilakukan terlebih dahulu oleh perusahaan.

57 FMEA Jenis Cacat Permukaan Tabel 4.37 FMEA Cacat Permukaan Sosis Potential Failure Mode & Effect Analysis Komponen : Sosis Varian Chami Tanggal Pembuatan : 3 Januari 2010 Disiapkan Oleh : Sutikno ( Manajer Produksi ) CTQ Potential Failure Mode Potential Effect of Failure Current Control S O D RP N Recommended Action Pekerja kurang cermat saat menempatk an sosis pada mesin pengupas. Posisi rangkaian sosis terhadap cakram pemotong tidak pas sehingga tidak tepatnya area pemotongan Melakukan pengawasan dan pembinaan pada pekerja dalam proses penempatan rangkaian sosis pada mesian pemotong Cacat Permukaan Cakram pemotong kurang tajam dan berkontur proses penyayatan casing tidak sempurna dan tidak halus Melakukan penggantian dan perawatan pada cakram pemotong 2 hari sekali Dari tabel FMEA diatas dapat dibuat diagram pareto untuk mengetahui prioritas perbaikan mana yang lebih baik dilakukan terlebih dahulu. Hasilnya adalah sebagai berikut:

58 RPN Cacat Permukaan RPN Percent C1 Kurang Cermat Penempatab Cakram kurang Tajam Count Percent 59,3 40,7 Cum % 59,3 100,0 0 Gambar 4.9 Pareto FMEA Cacat Permukaan Dari hasil pareto diatas dapat diketahui bahwa ketelitian dan keawasan pekerja dalam memperhatikan penempatan sosis pada mesin pengupas adalah penyebab utama cacat permukaan yaitu sebesar 59,3%. Untuk itu penanganan akan potensi ini harus dilakukan terlebih dahulu oleh perusahaan.

59 FMEA Jenis Cacat Kering Tabel 4.38 FMEA Cacat Kering Pada Sosis Potential Failure Mode & Effect Analysis Komponen : Sosis Varian Chami Tanggal Pembuatan : 3 Januari 2010 Disiapkan Oleh : Sutikno ( Manajer Produksi ) CTQ Potential Failure Mode Potential Effect of Failure Current Control S O D RPN Recommended Action Operator kurang cermat dalam pengaturan suhu dan lama pemasakan Hasil pemasakan sosis terlalu kering dan lengket. Teguran pada pekerja Harus dibuat sebuah rancangan modul pemasakan yang terstandarisasi dengan baik. Cacat Kering Kalibrasi temperatur oven yang tidak stabil Temperatur oven yang tidak stabil menyebabkan pemasakan tidak sempurna dan sosis menjadi terlampau kering Pengaturan dan perbaikan ulang pada oven dan juga pengawasan rutin pada oven. Kualitas casing yang buruk dan bahan emulsi yang tidak sesuai standar. Casing dan emulsi yang tidak sesuai standar akan menyebabkan persenyawaan yang tidak normal saat dipanaskan dan menyebabkan keirngnya sosis Melakukan pengawasan ketat terhadap standar casing dan komposisi dari bahan emulsi. Dari tabel FMEA diatas dapat dibuat diagram pareto untuk mengetahui prioritas perbaikan mana yang lebih baik dilakukan terlebih dahulu. Hasilnya adalah sebagai berikut:

60 146 RPN C Kurang Cermat Mengatur Suhu RPN Cacat Kering Kualitas Casing Buruk Kalibrasi Oven Tidak Stabil Count Percent 39,6 35,8 24,6 Cum % 39,6 75,4 100, Percent Gambar 4.10 Pareto FMEA Cacat Kering Dari hasil pareto diatas dapat diketahui bahwa kurang cermatnya pekerja dalam mengatur suhu oven adalah penyebab utama terjadinya cacat yaitu sebesar 39,6%. Untuk itu penanganan akan potensi ini harus dilakukan terlebih dahulu oleh perusahaan. 4.6 Tahap Control Pada tahap ini dilakukan pengendalian terhadap proses yang telah di-improve yang diharapkan dapat mengendalikan proses yang berjalan. Pada tahap ini akan dibuat Standard Operation Procedures (SOP) yang lebih jelas. Beberapa contoh usulan yang dapat dimasukkan ke dalam SOP antara lain: Pekerja diharapkan lebih disiplin dalam melakukan tugasnya, seperti saat melakukan pengadonan, pengikatan sosis, penempatan sosis pada mesin potong,

61 147 dan juga pengaturan mesin- mesin, seperti mesin filler, mesin pengupas, dan juga oven. Untuk meningkatkan kompetensi dan kedisiplinan pekerja, dapat dilakukan dengan pemberian pelatihan, baik teknis maupun pelatihan motivasi. Pengawasan yang ketat pada bahan baku dan terutama material seperti casing dan juga emulsi. Casing dan kandungan emulsi harus sesuai jenis dan ukurannya dengan spesifikasi dalam standar operasi produk yang akan diproduksi. Melakukan pemeriksaan rutin mesin setiap hari, terutama pada komponen roda gigi pada mesin filler dan cakram pemotong pada mesin pengupas. Juga pengecekan kalibrasi suhu dan timer pada oven. Meningkatkan pengawasan lapangan oleh para supervisor lantai produksi dan supervisor QC selama proses produksi berjalan.

62 Analysis Document Perancangan Sistem Informasi Pengendalian Kualitas PT. KEMANG FOOD INDUSTRIES The Task Purpose Sistem informasi yang akan dikembangkan harus dapat membantu pengolahan data laporan produksi dan cacat secara otomatis yang dapat membantu departemen QC untuk mendapatkan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pengendalian kualitas produksi di PT. KEMANG FOOD INDUSTRIES. Sistem diharapkan dapat mempercepat distribusi informasi dan dapat diakses kapan saja secara online System Definition Proses pengendalian kualitas akan dilakukan secara terus menerus oleh PT. KEMANG FOOD INDUSTRIES untuk mendapatkan hasil produk yang sesuai dengan keinginan perusahaan, maka sistem yang dikembangkan harus mampu mendukung proses pengendalian kualitas tersebut. Sistem yang akan dikembangkan ini ditujukan bagi pihak staff QC dan manajer QC. Sistem untuk pihak QC akan dapat digunakan untuk mengentri jumlah produksi dan jumlah cacat yang terjadi setiap hari, dimana dalam satu hari terdapat 2 shift kerja. Data jumlah produksi dan jumlah cacat dan jenis cacat ini akan didapat dari proses produksi sosis dan makanan olahan lainnya di PT. KEMANG FOOD INDUSTRIES. Diharapkan dengan adanya sistem informasi tersebut departemen QC bisa mendapatkan data yang berguna dalam pengambilan keputusan yang efektif dan efisien

63 149 dalam usaha pengendalian kualitas produk di KemFoods (PT. KEMANG FOOD INDUSTRIES). Sistem yang dikembangkan ini juga harus dapat memberikan laporan produksi dan cacat sesuai dengan metode DMAIC untuk membantu manajer dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dalam pengendalian kualitas produk saat diperlukan, misalnya jumlah cacat yang ada, kondisi produksi saat itu dan jenis cacat yang paling sering muncul saat proses produksi sedang berjalan. Berikut ini adalah definisi sistem berdasarkan kriteria FACTOR. Tabel 4.39 FACTOR Criteria Sistem dapat mendukung pengendalian kualitas dalam Functionality pelaksanaan proses produksi makanan olahan sesuai dengan metode DMAIC. Sistem ini akan digunakan oleh pihak yang berkepentingan Application Domain di departemen QC, khususnya staff QC dan manajer QC Sistem ini berupa aplikasi komputer dan penggunanya mampu mengoperasikannya dengan baik sehingga sistem Conditions dapat mendukung pihak perusahaan dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan kualitas produk. Sistem berupa aplikasi yang akan dijalankan pada PC untuk setiap client. Interface aplikasi tersebut akan dibuat menggunakan Delphi 6, dimana database menggunakan Technology SQL Server 2000 dan sistem pelaporan menggunakan Crystal Report 10. Hardware PC yang digunakan berasal dari perusahaan diharapkan mampu menjalankan aplikasi ini sesuai dengan harapan. Objects Master Produk, Master Cacat, Transaksi Produksi,

64 150 Responsibility Transaksi Cacat, Detil Cacat, dan Transaksi FMEA Sistem dapat menyediakan informasi yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pengendalian kualitas secara real time sehingga dapat diakses kapan saja untuk menghasilkan laporan yang akurat Context Analisa Sistem Berjalan Pada saat ini PT. KEMANG FOOD INDUSTRIES, belum memiliki sistem yang dapat membantu mempermudah pihak departemen QC. Setiap hari operator produksi akan membuat laporan tentang produk yang telah diproduksi saat mereka bertugas untuk kemudian diberikan kepada petugas QC lapangan. Petugas QC lapangan yang bertugas untuk menginspeksi cacat pada produk lalu membuat laporan produksi dan cacat harian yang lalu diberikan kepada staff QC. Staff QC kemudian mengarsipkan laporan harian tersebut dan pada saat akhir bulan, staff QC akan mengolah laporan harian tersebut menjadi laporan produksi dan cacat bulanan untuk diberikan kepada manajer produksi sebagai bahan pertimbangan beliau dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan pengendalian kualitas produksi. Sistem ini digambarkan melalui rich picture sistem berjalan berikut ini.

65 151 Gambar 4.10 Rich Picture Sistem Berjalan Keterangan: 1. Operator produksi memberikan laporan produksi harian kepada petugas QC lapangan. 2. Petugas QC yang menginspeksi cacat memberikan laporan produksi harian yang telah diperiksa dan laporan cacat produksi kepada staff QC. 3. Staff QC mengolah data dan memberikan laporan produksi dan cacat bulanan kepada manajer produksi. Kelemahan dari sistem yang ada saat ini adalah belum terotomatisasinya pengolahan data dan pengarsipan yang masih manual, sehingga apabila manajer memerlukan data dari suatu periode tertentu, maka data tersebut akan sulit didapat dalam waktu yang cepat karena harus melalui staff QC dahulu.

66 152 Untuk itu, departemen QC ini memerlukan sebuah sistem yang dapat membantu pengolahan data laporan produksi dan cacat secara otomatis serta dapat diakses kapan saja secara online. Diharapkan dengan adanya sistem informasi tersebut departemen QC bisa mendapatkan data yang berguna dalam pengambilan keputusan yang efektif dan efisien dalam usaha pengendalian kualitas produk di KemFoods (PT. KEMANG FOOD INDUSTRIES) Rich Picture Sistem Usulan Gambar 4.11 Rich Picture Sistem Usulan

67 153 Keterangan: 1. Operator produksi memberikan laporan produksi harian kepada petugas QC lapangan. 2. Petugas QC yang menginspeksi cacat memberikan laporan produksi harian yang telah diperiksa dan laporan cacat produksi kepada staff QC. 3. Staff QC menginput data dari petugas QC yang akan tersimpan ke dalam server berupa database terintegrasi. 4. Manajer dapat melihat hasil data yang telah diolah dalam tampilan layar secara langsung. 5. Apabila diperlukan, manajer dapat mencetak laporan yang diinginkan. Pada rich picture diatas sistem diperuntukkan bagi staff QC dan manajer produksi, dimana staff QC bertugas untuk menginput data produksi, cacat dan jumlah cacat produksi harian pada komputernya yang didapatkan dari petugas QC lapangan. Data tersebut akan tersimpan di dalam server berupa database yang terintegrasi. Manajer produksi dapat mengakses data dan mendapatkan hasil pengolahan data tersebut. Laporan-laporan yang berhubungan dengan pengendalian kualitas proses produksi dapat dilihat berupa tampilan pada komputer manajer dan apabila diperlukan, laporan yang diinginkan dapat di print.

68 Problem Domain Analysis Event Table Untuk mengetahui event-event yang terjadi pada class, maka dibuatlah sebuah event table sebagai berikut: Tabel 4.40 Event Table Class MS_ TR_ MS_ TR_ Cacat_ TR_ Event Produk Produksi Cacat Cacat Detail FMEA Produce Entri data + * + * + * Menghitung RPN * Menghitung p chart * Update + * + * + * Cetak * * * * Hapus * + + * = Kegiatan sekali atau berulang + = Kegiatan Sekali atau zero activity Class Diagram Rangkaian dari class-class akan digambarkan dalam bentuk class diagram pada gambar 4.13 berikut ini. Class diagram ini dibuat untuk mengetahui relasi/hubungan antara class-class tersebut. Ada dua jenis hubungan yang terdapat dalam class diagram ini, yaitu: Asosiasi Hubungan asosiasi ini terjadi pada: - Tr_produksi dengan Tr_cacat - Tr_cacat dengan Detil_cacat - Tr_cacat dengan Tr_FMEA

69 155 Agregasi Hubungan Agregasi terjadi pada: - Ms_produk dengan Tr_produksi - Ms_cacat dengan Tr_cacat Produk -kode_produk : string -desc_produk : string Cacat -kode_cacat : decimal -desc_cacat : string -potential_mode : string -potential_effect : string * 1..* TR_Produksi -kode_produksi : string -kode_produk : string -tgl_produksi : string -shift : string -jumlah_produksi : string 1 1..* 1..* TR_Cacat -kode_produksi : string -kode_cacat : string -jumah_cacat : string TR_FMEA -kode_produk : string -tgl_fmea : string -kode_cacat : string -severity : string -ocurance : string -detection : string 1 * 1 1..* 1 * Detil Produksi -kode_produksi -tgl_produksi -jumlah produksi Cacat_Detail -kode_cacat : string -sebab_cacat : string -faktor_cacat : string -rekomendasi : string Detil FMEA -kode_produk -tgl_fmea -severity -occurence -detection Gambar 4.24 Class Diagram

70 Behavior Berikut adalah Class dan definisinya: 1. Class Produk - Class ini terdiri dari kumpulan data Produk - Atributnya adalah kode_produk, desc_produk. Gambar 4.12 Class Master Produk / dicek / Produce / [ok],[reject] Available Gambar 4.13 Statechart Master Produk Daur hidup dari produk adalah pada saat produk diciptakan sehingga statusnya menjadi aktif. Lalu dalam status aktif tersebut bisa dilakukan pengentrian data dan juga update data. Siklus dari produk akan berhenti saat produk tersebut dihapus.

71 157 Tabel 4.41 Event dan Atribut Class r Produk Produce Dicek Event Atribut Kode_produk, nama_produk, jumlah Kode_produk, nama_produk, jumlah 2. Class TR_Produksi - Class ini terdiri dari kumpulan data produksi yang dijalankan. - Atributnya adalah kode_produksi, tgl_produksi, jumlah_produksi, kode_produk, dan shift Gambar 4.14 Class TR_Produksi Gambar 4.15 Statechart tr_produksi Siklus dari tr_produksi adalah dimulai dari diciptakannya transaksi tersebut. Setelah aktif lalu dapat dilakukan entri data, update data, dan juga dicetak, sampai berakhir saat transaksi produksi tersebut dihapus.

72 158 Tabel 4.42 Event dan Atribut tr_produksi Dibuat Dihitung Dicetak Event Atribut Kd_produk, tgl_produksi Kd_produk, Jumlah Kd_produk 3. Class Detil Produksi - Class ini merupakan detil dari class transaksi produksi - Atributnya adalah kode_produksi, tgl_produksi, jumlah_produksi Gambar 4.16 Class Detil Produksi Siklus dari detil produksi adalah dimulai dari diciptakannya transaksi tersebut. Setelah aktif lalu dapat dilakukan entri data, update data, dan juga dicetak, sampai berakhir saat transaksi produksi tersebut dihapus. Tabel 4.43 Event dan Atribut Class detil produksi Dibuat Dihitung Dicetak Event Atribut Kd_produk, tgl_produksi Kd_produk, Jumlah Kd_produk

73 Class MS_Cacat - Class ini adalah deskripsi dari cacat yang telah diolah dari data transaksi cacat. - Atributnya adalah kode_cacat, desc_cacat, potential_mode, potential_effect Cacat -kode_cacat : decimal -desc_cacat : string -potential_mode : string -potential_effect : string Gambar 4.17 Class MS_Cacat Gambar 4.18 Statechart MS_Cacat Siklus MS_Cacat dimulai saat master dibuat. Saat sudah aktif bisa dilakukan entri dan update data, smapai akhirnya selesai saat master dihapus. Tabel 4.43 Event dan Atribut Class Production MS_Cacat Event Diidentifikasi dianalisa Dilaporkan Atribut Kd_cacat,desc_cacat Potential_mode,potential_effect kd_cacat,desc_cacat 5. Class TR_Cacat - Class ini adalah kumpulan data cacat dari produksi yang dikumpulkan oleh bagian QC

74 160 - Atributnya adalah kode_produksi, kode_cacat,, jumlah_cacat TR_Cacat -kode_produksi : string -kode_cacat : string -jumah_cacat : string Gambar 4.19 Class TR_cacat Gambar 4.20 Statechart tr_cacat Siklus dari TR_cacat dimulai saat cacat terdeteksi. Saat sudak aktif lalu bisa dilakukan berbagai kegiatan seperti entri dan update data, menghitung x chart,dan juga mencetak.. Tabel 4.44 Event dan Atribut tr_cacat Event Diperiksa dihitung Dilaporkan Atribut Kd_cacat,kd_produksi,jumlah jumlah kd_cacat,kd_produksi 6. Class Detil_Cacat - Class ini terdiri dari kumpulan jenis cacat, penyebab, faktor, dan juga solusinya. - Atributnya adalah kode_cacat, sebab_cacat, faktor_cacat, dan tindak_rekomendasi

75 161 Cacat_Detail -kode_cacat : string -sebab_cacat : string -faktor_cacat : string -rekomendasi : string Gambar 4.21 Class Detil_cacat Gambar 4.22 Statechart Detil_cacat Kegiatan dari sebuah cacat dimulai dari pengidentifikasian jenis cacat, setelah teridentifikasi, dianalisa penyebab dari cacat tersebut dan hasilnya dilaporkan. Tabel 4.45 Event dan Atribut Detil_cacat Event Diperiksa dihitung Dilaporkan Atribut Kd_cacat,kd_produksi,jumlah jumlah kd_cacat,kd_produksi 7. Class FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) - Class ini berisi informasi tentang potensi-potensi penyebab, efek dan mode dari suatu cacat. - Atributnya adalah kode_produk, tgl_fmea, kode_cacat, severity, occurence, detection.

76 162 Gambar 4.23 Class FMEA Gambar 4.24 Statechart FMEA Kegiatan dari sebuah FMEA dimulai saat dibuatnya tabel laporan berdasarkan potensi efek dan penyebab cacat, setelah itu dianalisa potensi resikonya serta rekomendasi untuk pemecahan masalahnya, hasilnya akan dilaporkan. Tabel 4.46 Event dan Atribut FMEA Event Dibuat Dianalisa Dilaporkan Atribut kd_produk,kd_cacat Severity,occurance,detection kd_produk,kd_cacat,tgl_fmea 8. Class Detil FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) - Class ini berisi informasi tentang detil potensi-potensi penyebab, efek dan mode dari suatu cacat. - Atributnya adalah kode_produk, tgl_fmea, kode_cacat, severity, occurence, detection.

77 163 Gambar 4.23 Class detil FMEA Gambar 4.24 Statechart detil FMEA Kegiatan dari sebuah detil FMEA dimulai saat dibuatnya tabel laporan berdasarkan potensi efek dan penyebab cacat, setelah itu dianalisa potensi resikonya serta rekomendasi untuk pemecahan masalahnya, hasilnya akan dilaporkan. Tabel 4.46 Event dan Atribut detil FMEA Event Dibuat Dianalisa Dilaporkan Atribut kd_produk,kd_cacat Severity,occurance,detection kd_produk,kd_cacat,tgl_fmea Clusters Setelah diketahui class dan event yang terdapat pada suatu sistem, maka selanjutnya akan dilakukan pendefinisian hubungan struktural antara class dan object yang satu dengan yang lain.

78 164 <<cluster>> Produk MS_Produk 1 1..* TR_Produksi <<cluster>> Solusi TR_FMEA 1 * Detil FMEA 1 * Detil Produksi Gambar 4.25 Clusters Structures Cluster produk terdiri dari Ms_Produk dan juga Tr_produksi. Lalu ada cluster cacat yang berisi Ms_cacat, Tr_cacat, dan juga Cacat_Detail. Dan yang terakhir cluster solusi yang anggotanya hanya berupa Tr_FMEA. <<cluster>> Produk MS_Produk 1 1..* TR_Produksi 1 * Detil Produksi Gambar 4.26 Structure Cluster Produk

79 165 <<cluster>> Cacat MS_Cacat 1 1..* TR_Cacat 1 1..* Cacat_Detail Gambar 4.27 Structure Cluster Cacat Gambar 4.28 Structure Cluster Solution Application Domain Usage Untuk dapat menganalisa Application Domain secara efisien, harus dijaga relevansi dari abstraksi dan memfokuskan kepada pengguna dengan sistem. Dengan menggunakan Use case, relevansi fokus dan level abstraksi dapat dicapai. Untuk itu,

80 166 sebelumnya diperlukan analisa Actor (pengguna sistem) yang akan mengaktivasi fungsifungsi sistem. Berikut adalah Actor Table dari sistem pengendalian kualitas yang dikembangkan untuk PT. KEMANG FOOD INDUSTRIES, tabel ini akan menunjukkan hubungan antara Actors dan use case: Actor Use Cases Manage Hak Akses (User) Manage Master Produk Manage Master Cacat Input Data Produksi Mencetak Laporan Produksi Input Data Cacat Mencetak Laporan Jumlah Cacat Membuat Peta Kontrol Mencetak Laporan Fishbone Mencetak Laporan FMEA Production Staff QC Staff Production Manager Tabel 4.47 Actor Table Actor yang ada pada sistem informasi pengendalian kualitas PT. KEMANG FOOD INDUSTRIES dispesifikasikan sebagai berikut : 1. Actor : Staff QC Purpose: Orang yang bertanggung jawab terhadap pengendalian kualitas produkproduk yang dihasilkan perusahaan. Tugasnya antara lain mengidentifikasi jenis cacat yang terjadi dan penyebabnya, menghitung jumlah cacat produk per hari, mengetahui kestabilan proses produksi, dan memikirkan solusi

81 167 untuk peningkatan kualitas. Terdiri dari beberapa orang supervisor QC yang bertanggung jawab kepada Manajer Produksi. Karakteristik: Dalam sistem ini, QC staff bertugas mengelola master jenis cacat dan penyebab cacat, memasukkan jumlah cacat harian yang dihasilkan ke dalam sistem, menghitung nilai RPN untuk setiap penyebab cacat dan akibatnya untuk melakukan prioritas peningkatan kualitas, dan membuat beerbagai laporan kepada Manajer Produksi. 2. Actor : Production Staff Purpose: Orang yang bertanggung jawab terhadap proses produksi yang dilakukan, misalnya pengaturan tenaga kerja, jumlah produksi, dan artikel yang diproduksi. Terdiri dari beberapa orang supervisor dan pengawas produksi yang bertanggung jawab kepada Manajer Produksi.. Karakteristik: Dalam sistem ini, production staff bertugas memasukkan jumlah produksi harian yang dihasilkan ke dalam sistem dan membuat laporan jumlah produksi kepada Manajer Produksi. 3. Actor : Production Manager Purpose: Orang yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa seluruh proses produksi berjalan dengan seharusnya dengan melihat laporan yang diberikan oleh production staff dan QC staff. Dan bersama-sama dengan

82 168 para staffnya melakukan peninjauan ulang terhadap proses yang telah berjalan dan mengambil langkah perbaikan yang diperlukan. Karakteristik: Dalam sistem ini, production manager bertugas mengelola hak akses, yaitu menentukan siapa saja staff yang berhak mengakses sistem. ia juga bertugas mengelola Master Produk, yaitu suatu database mengenai semua jenis produk yang diproduksi oleh perusahaan Use Case Diagram Dari hasil actor table diatas, akan dibuat diagram use case nya, sebagai berikut:

83 169 Sistem Informasi Pengendalian Kualitas PT. Kemang Food Industries Manage User (Hak Akses) Manage Master Cacat Production Manager Manage Master Product Input Data Cacat Cetak Laporan Jumlah Cacat Input Data Produksi Buat Peta Kontrol QC Staff Production Staff Cetak Laporan Produksi Cetak Laporan Fishbone Cetak Laporan FMEA Gambar 4.29 Use Case Diagram Spesifikasi dari use case yang digambarkan pada diagram use case akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Spesifikasi Use Case Manage User Use case ini digunakan oleh Production Manager untuk memasukkan orangorang yang berwenang untuk mengakses ke dalam sistem. Production Manager pertama-tama mengentri user_id, password dan tipe jabatan orang tersebut. Data tersebut kemudian disimpan dalam database user. Hanya orang-orang yang telah dimasukkan ke dalam database user yang dapat mengakses sistem.

84 170 Objek : User, MS_User Fungsi : Input data user, save data user, delete data user 2. Spesifikasi Use Case Manage Master Produk Use case ini digunakan oleh Production Manager untuk mengelola jenisjenis produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Data produk yang disimpan adalah kode produk, deskripsi produk dan ukuran produk (size). Use case juga dapat menampilkan kembali data jenis-jenis produk yang telah disimpan selama ini, data tersebut kemudian dapat diupdate dan dihapus. Objek : MS_Produk Fungsi : Input data produk, search data produk, save data produk, delete data produk 3. Spesifikasi Use Case Input Data Produksi Use case ini digunakan oleh production staff untuk menyimpan data jumlah produksi harian yang telah diproduksi untuk masing-masing produk. Use case juga dapat menampilkan data jumlah produksi yang telah disimpan selama ini beserta grafik jumlah produksinya, data tersebut kemudian dapat diupdate dan dihapus. Grafik jumlah produksi akan terupdate secara otomatis sesuai dengan jumlah produksi yang diinput. Objek : MS_Produk, TR_Produksi Fungsi : Input data produksi, find data produksi (jumlah dan grafik), save data produksi, delete data produksi

85 Spesifikasi Use Case Cetak Laporan Produksi Use case ini digunakan oleh production staff untuk mencetak laporan produksi berdasarkan data jumlah produksi yang telah disimpan selama ini. Laporan yang dihasilkan berisi kode produk, deskripsi produk, ukuran produk (size), dan jumlah produksi harian sesuai periode laporan yang diinput pada interface Preview Production Report. Objek : MS_Produk, TR_Produksi Fungsi : Select kode produk, input periode laporan, display laporan produksi. 5. Spesifikasi Use Case Manage Master Cacat Use case ini digunakan oleh Quality Control staff untuk mengelola jenisjenis cacat yang terjadi terhadap produk. Data cacat yang disimpan adalah kode cacat, deskripsi cacat, potential failure, potential effect, penyebab cacat dan faktornya, serta tindakan perbaikan yang direkomendasikan. Use case juga dapat menampilkan kembali data jenis-jenis cacat yang telah disimpan selama ini, data tersebut kemudian dapat diupdate dan dihapus.. Objek : MS_Cacat, Cacat_Detail Fungsi : Input data cacat, input sebab cacat, find data cacat, save data cacat, delete data cacat. 6. Spesifikasi Use Case Input Data Cacat Use case ini digunakan oleh Quality Control staff untuk menyimpan data jumlah cacat harian yang terjadi pada masing-masing artikel produk. Use case juga berfungsi menampilkan data jumlah cacat yang telah disimpan

86 172 selama ini beserta grafiknya, data tersebut kemudian dapat diupdate, disave dan dihapus Objek : MS_Produk, TR_Cacat, Cacat_Detail Fungsi : Find data cacat, select sebab cacat, input jumlah cacat, display grafik cacat, save data cacat, delete data cacat. 7. Spesifikasi Use Case Cetak Laporan Jumlah Cacat Use case ini digunakan oleh Quality Control staff untuk mencetak laporan jumlah cacat berdasarkan data jumlah cacat yang telah disimpan selama ini. Laporan yang dihasilkan berisi kode produk, deskripsi produk, penyebab cacat dan jumlah cacat harian yang terjadi berdasarkan masing-masing penyebab yang telah didefiniskan. Objek : MS_Produk, TR_Cacat Fungsi : Hitung UCL, CL, LCL, Create hasil kontrol produksi, Cetak hasil kontrol produksi. 8. Spesifikasi Use Case Buat Peta Kontrol p Use case ini digunakan oleh Quality Control staff untuk membuat peta kontrol. Peta kontrol berguna untuk mengetahui kestabilan proses produksi. Apabila masih terdapat titik pengamatan yang berada di luar batas kendali, berarti proses produksi masih belum stabil dan perlu dilakukan perbaikan proses. Peta kontrol dibuat berdasarkan perbandingan proporsi antara jumlah produksi dan jumlah cacat. Objek : TR_Produksi, TR_Cacat Fungsi Select kode produk, select periode peta kontrol p, display peta kontrol p. 9. Spesifikasi Use Case Cetak Laporan Fishbone

87 173 Use case ini digunakan oleh Quality Control staff untuk mencetak laporan mengenai penyebab terjadinya cacat dan faktornya. Laporan yang dihasilkan berisi tanggal, penyebab cacat dan faktornya serta jumlah cacat dari masingmasing penyebab tersebut yang terjadi pada tanggal tertentu. Objek : TR_Cacat, Cacat_Detail Fungsi : Input tanggal, find data fishbone, display laporan fishbone 10. Spesifikasi Use Case Cetak Laporan FMEA Use case ini digunakan oleh Quality Control staff untuk mencetak laporan FMEA, yaitu laporan yang berisi tanggal, kode dan deskripsi produk, kode dan deskripsi cacat, potential failure, potential effect, penyebab cacat, tindakan yang direkomendasikan, serta nilai RPN. Laporan ini dapat digunakan untuk mengetahui penyebab cacat yang paling berbahaya dan harus diprioritaskan untuk diperbaiki berdasarkan nilai RPN. Laporan ini dapat juga menjadi dokumentasi permasalahan di masa lalu yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan serupa di masa yang akan datang.. Objek : MS_Produk, MS_Cacat, Cacat_Detail Fungsi : Input tanggal, find data FMEA, entri nilai FMEA, hitung nilai RPN, save data FMEA, display laporan FMEA Function List Untuk memfasilitasi model yang berguna, akan dibuat function list yang memperlihatkan keterkaitan antara fungsi sistem dan tingkat kesulitannya (complexity):

88 174 Tabel Function List Functions Complexity Type 1. Manage User (Hak Akses) Entri data user Simple Update Simpan data user Simple Update Hapus data user Simple Update 2. Manage Master Product Entri data produk Simple Update Cari data produk Simple Read Simpan data produk Simple Update Hapus data produk Simple Update 3. Input Data Produksi Entri data produksi Simple Update Cari data dan grafik produksi Medium Read Simpan data produksi Simple Update Hapus data produksi Simple Update 4. Cetak Laporan Produksi Pilih kode produk Simple Read Entri periode laporan Simple Read Display laporan produksi Simple Read 5. Manage Master Cacat Entri data cacat Simple Update Entri sebab cacat Simple Update Cari data cacat Simple Read Simpan data cacat Simple Update Hapus data cacat Simple Update

89 175 Tabel 4.48 Function List (lanjutan) Functions Complexity Type 6. Input Data Cacat Entri data jumlah cacat Simple Update Cari data jumlah cacat Simple Read Display grafik jumlah cacat Medium Read dan signal Simpan data jumlah cacat Simple Update Hapus data jumlah cacat Simple Update 7. Cetak Laporan Jumlah Cacat Pilih kode produk Simple Read Entri periode laporan Simple Read Display laporan jumlah cacat Simple Read dan signal 8. Buat Peta Kontrol p Pilih kode produk Simple Read Entri periode peta kontrol p Simple Read Display peta kontrol p Complex Compute 9. Cetak Laporan Fishbone Cari data fishbone Simple Read Pilih kode produk Simple Read Entri periode laporan Simple Read Display laporan fishbone Simple Read dan signal 10. Cetak laporan FMEA Cari data FMEA Simple Read Entri nilai FMEA Simple Update Hitung nilai RPN Simple Compute Simpan data FMEA Simple Update Entri periode laporan Simple Read Display laporan FMEA Simple Read dan signal Dari tabel function list di atas, terdapat satu function yang memiliki tingkat kompleksitas yang kompleks, yaitu display peta kontrol p. Function yang kompleks tersebut harus diuraikan menjadi lebih sederhana sebagai berikut : 1. Display peta kontrol p Hitung jumlah cacat per bulan

90 176 Hitung jumlah produksi per bulan Hitung nilai CL = total jumlah cacat / total jumlah produksi Hitung nilai UCL = CL + (3 * (akar kuadrat (CL * (1 CL) / jumlah produksi per hari)) Hitung nilai LCL = CL - (3 * (akar kuadrat (CL * (1 CL) / jumlah produksi per hari)) Hitung nilai p : data cacat 1 hari / data produksi 1 hari Tebarkan (plot) hasil perhitungan pada peta kontrol p Tampilkan peta kontrol p Sequence Diagram Selanjutnya untuk menggambarkan interaksi antar objek saat use case dijalankan digunakanlah sequence diagram sebagai berikut:

91 Sequence Diagram Untuk Manage User ( Hak Akses ) Gambar 4.30 Sequence Diagram Untuk Manage User ( Hak Akses )

92 2. Sequence Diagram Untuk Manage Master Product 178

93 179 Staff QC create() UI Product Form create() gridproduct Master Produk loop GetData() entryproductcode result entryproductname clicksave add() add() clickedit selectdata get data entryproductcode entryproductname clickupdate update() selectdata clickdelete delete() delete() clickaddnew onclickexit reset() Gambar 4.31 Sequence Diagram Manage Master Product

94 Sequence Diagram Untuk Input Data Produksi Gambar 4.32 Sequence Diagram Input Data Produksi

95 Sequence Diagram Untuk Cetak laporan Produksi Manager QC create() UI form Produksi Tr_Produksi loop getdata() result entrystartdate entryenddate entryproductcode entryshift clickview create() UI Print Preview loop getdata() print() result clickclose onclickexit Gambar 4.33 Sequence Diagram Cetak Laporan Produksi 5. Sequence Diagram Untuk Manage Master Cacat

96 182 Staff QC create() UI Defect Form Defect create() griddefect loop getdata() entrydefectname result entrydefectcode clicksave add() add() selectdata clickedit entrydefectname entrydefectcode clickupdate update() selectdata clickdelete delete() delete() clickaddnew onclickexit reset() Gambar 4.34 Sequence Diagram Manage Master Cacat 6. Sequence Diagram Untuk Input Data Cacat

97 183 Gambar 4.35 Sequence Diagram Input Data Cacat 7. Sequence Diagram Untuk Cetak Laporan Jumlah Cacat

98 184 Gambar 4.36 Sequence Diagram Cetak Laporan Jumlah Cacat 8. Sequence Diagram Untuk Buat Peta Kontrol

99 185 Manager QC create() UI Control Chart entrystartdate entryenddate entryproductcode clickprocess create() gridcontrolproduct ProductionData loop clickview getdata() create() UI Print Preview result calculatecontrol() loop getdata() result print() clickclose onclickexit Gambar 4.37 Sequence Diagram Buat Peta Kontrol 9. Sequence Diagram Untuk Mencetak Laporan Fishbone

100 186 Manager QC create() UI Fishbone report tr_cacat entrystartdate entryenddate entryproductcode clickview create() UI Print Preview loop getdata() print() result clickclose onclickexit Gambar 4.38 Sequence Diagram Mencetak Laporan Fishbone 10. Sequence Diagram Membuat FMEA

101 Gambar 4.39 Sequence Diagram Mebuat Laporan FMEA 187

102 Sequence Diagram Untuk Mencetak Laporan FMEA Gambar 4.39 Sequence Diagram Mencetak Laporan FMEA

103 User Interface Navigation Diagram Navigation diagram berisi tentang gambar yang telah diperkecil dari setiap window dan arah yang menjelaskan bagaimana tombol dan fungsi-fungsi dari aplikasi bekerja, berikut adalah navigation diagram dari sistem pengendalian kualitas PT. KEMANG FOOD INDUSTRIES yang dibuat sesuai keperluan user: Gambar 4.40 Navigation Diagram

104 Examples Berikut ini melalui contoh, akan dijelaskan secara lebih mendalam tentang masing-masing window dari user interface yang ada pada sistem pengendalian kualitas PT. KemFood. Window Login Gambar 4.41 Window Login Pada saat aplikasi pertama kali dijalankan, maka window yang pertama kali muncul adalah window login, seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.41 diatas. Window ini berlaku bagi semua tipe user, baik admin, staff maupun manajer QC. Pada window ini, user diminta untuk mengisi User Name dan Passwordnya setelah itu

105 191 menekan tombol Log In. Bila ada kesalahan, akan muncul pesan untuk memperbaiki kesalahan, namun bila berhasil user akan masuk ke halaman menu utama. Window Ganti Password Gambar 4.42 Window Change Password Window change password ini dimiliki oleh semua user pada sistem. Window ini digunakan user apabila ingin merubah kata sandi miliknya. User diminta memasukan paswword yang lama, lalu memasukan password yang baru dua kali sebagai konformasi. Bila telah selesai bisa memilih button Ok, atau cancel bila ingin operasi dihentikan.

106 192 Menu Utama Gambar 4.43 Window Menu Utama Setelah mengisi form login, maka user akan langsung masuk ke menu utama. Pada menu utama terdapat MDI button yang berfungsi sebagai opsi- opsi yang akan dipilih sesuai kebutuhan user. Tiap user memiliki hak akses yang berbeda. Staff Produksi hanya bisa mengakses window yang berkaitan dengan bagian produksi, seperti transaksi produksi dan master produk. Staff QC juga hanya bisa mengakses window yang berhubungan dengan bagian QC, seperti transaksi cacat dan master cacat. Sedangkan manajer hanya bisa mengakses window laporan ditambah dengan window master produk.

107 193 Master Produk Gambar 4.44 Window Master Produk Data pertama yang harus diinput pada aplikasi ini adalah master produk. Master produk menunjukan daftar produk yang diproduksi di PT. Kemfood. Untuk melakukan entri jenis produk, dapat menekan tombol tambah, lalu akan keluar window Tambah Produk. Gambar 4.45 Window Tambah Produk

108 194 Master Produk dapat ditambah sesuai keperluan oleh manajer dan staff produksi. Kode Produk diisi sesuai format yang dikehendaki, lalu diisi keterangan atau nama produk tersebut pada kolom deskripsi. User dapat menekan tombol save lanjut untuk pengisian master selanjutnya, atau save untuk menyimpan data dan langsung mengakhiri sesi tersebut. Setelah melakukan pengisian master produk, langkah selanjutny adalah mengisi master cacat yang hanya bisa dilakukan oleh staff QC. Gambar 4.46 Window Master Cacat. Pada Master Cacat, user bisa menambahkan, mengubah, dan menghapus jenis cacat yang ditemukan dan juga detailnya. Untuk menambahkan, user dapat menekan tombol tambah dan akan muncul window Tambah cacat.

109 195 Gambar 4.47 Form Pengisian Jenis Cacat Sama seperti saat akan menambahkan master produk, user dapat mengisi kode cacat sesuai format yang dikehendaki lalu mengisi deskripsi dari cacat tersebut. User dapat menekan tombol save lanjut untuk pengisian master selanjutnya, atau save untuk menyimpan data dan langsung mengakhiri sesi tersebut. Pada menu master cacat, tiap kode atau jenis cacat memiliki detil yang juga harus diisi. Detil- detil tersebut yaitu faktor penyebab (manusia, mesin, material, dan metode), potensial mode, potensial efek, dan rekomendasi tindakan. Setiap kode atau jenis cacat bisa memiliki lebih dari satu detil. Form pengisian detil cacat dapat dilihat pada gambar berikut.

110 196 Gambar 4.48 Form Pengsian Detil Cacat Setelah semua master baik produk maupun cacat sudah tersedia, selanjutnya bagian staff produksi dapat melakukan entri transaksi produksi dari setiap produksi yang dilakukan. Proses entri tersebut dapat dilakukan pada form transaksi produksi, seperti yang ditunjukan pada gambar berikut.

111 197 Gambar 4.49 Form Transasksi Produksi Pada form transasksi produksi, pertama sekali user harus memilih tanggal kapan produksi dilakukan, memilih shift kerja, dan lalu memilih jenis produk yang akan direkam data produksinya. Produk yang dipilih merupakan salah satu produk yang berada pada master produk yang telah diiisi sebelumnya. Setelah memilih kode produk, staff produksi juga harus memasukan jumlah produksinya, baru setelahnya dapat menekan tombol save. Apabila menekan tombol save, data akan otomatis tersimpan dan terpampang pada tabel di bawah, dan field isian akan kembali kosong untuk pengisian selanjutnya. Apabila user telah selesai melakukan pengisian, dapat menekan tombol keluar.

112 198 Setelah dilakukan entri transaksi produksi, lalu petugas QC akan memeriksa barang hasil produksi pada hari tersebut dan menginventarisir cacatnya. Lalu dia akan melakukan entri data pada form transaksi cacat seperti pada gambar berikut. Gambar 4.50 Form Transasksi Cacat Pada pengisian transaksi cacat, staff QC hanya perlu memilih tanggal dan akan muncul produk-produk yang diproduksi pada tanggal tersebut. Lalu user dapat memilih salah satu dari produksi tersebut dan langsung memilih jenis cacat apa yang teridentifikasi serta jumlahnya. Tiap produksi bisa saja memiliki lebih dari satu jenis cacat. Setiap transaksi cacat yang sudah dimasukan, akan langsung ditampilkan pada tabel beserta deskripsi dan jumlahnya.

113 199 Apabila transaksi produksi dan transaksi cacat sudah tercatat, maka rekaman produksi dan cacat yang menyertainya sudah tersimpan dalam database. Selanjutnya user dapat melihat beberapa laporan dari transaksi tersebut. Yang pertama adalah user dapat melihat laporan produksi. Laporan ini memperlihatkan rekaman produksi beserta jumlahnya dalam kurun waktu tertentu. Gambar 4.51 Laporan Produksi

114 200 Durasi penyajian laporan juga dapat ditentukan sendiri, mulai tanggal berapa sampai tanggal hari ini. Tipe laporannya pun dapat dipilih sesuai kebutuhan, yaitu berdasarkan kronologis, grup produk, dan juga kronologi per-produk. Selain itu, manajer juga dapat melihat grafik produksi setiap bulan ataupun selama setahun dari suatu jenis produk, seperti pada gambar berikut. Gambar 4.52 Grafik Produksi Pada window ini laporan produksi perbulan atau pertahun daru suatu produk akan disajikan dalam bentuk bar. Apabila user ingin laporan tahunan, maka periode akan menjadi bulan. Namun apabila user ingin informasi per-bulan, makan periode chart akan berubah menjadi tanggal.

115 201 Selanjutnya, aplikasi ini juga menyediakan laporan grafik quality control yang terdiri atas peta kendali X, dan juga diagram pareto yang berbentuk pie chart. Gambar 4.53 Grafik QC Pada penyajian laporan ini, user dapat memilih laporan ingin disajikan untuk per produk dalam kurun waktu satu bulan atau satu tahun. Selain itu laporan juga dapat disajikan untuk semua produk, baik dalam kurun waktu satu bulan, ataupun satu tahun. Pada grafik peta kendali, akan ditunjukan sebaran data cacat untuk melihat apakah cacatcacat tersebut masih dalam batasan kontrol atau tidak. Apabila data keluar dari batas UCL atau LCL, maka data tersebut masuk dalam kategori out of control. Di samping peta kendali X terdapat sebuah pie chart yang menujukan proporsi dari tiap jenis cacat pada suatu produk atau keseluruhan produk yang disajikan dalam peta kendali di sampingnya.

116 202 Untuk melihat laporan fishbone dari masing-masing jenis cacat, user dapat memilih laporan fishbone pada menu utama. Gambar 4.54 c Bagian terakhir dari aplikasi ini adalah berupa window FMEA atau failure mode effect analysis yang menunjukan tingkat kepentingan dari masing-masing detil cacat. Gambar 4.55 Analisa FMEA. Pada window ini user dapat melakukan analisa FMEA atas sebuah produk pada setiap bulan ataupun keseluruhan selama satu tahun. Setelah user memilih kode produk

117 203 dan periodenya, maka pada akan keluar tabel yang berisi tentang jenis cacat beserta detilnya, yaitu potensial mode, potensial efek, dan rekomendasi tindakannya. Selain itu pada tabel terdapat juga kolom-kolom isian angka severity, occurance, dan detection yang dapat diisi sesuai tingkat kepentingan. Apabila user sudah melakukan pengisian atas tiga kolom tersebut, maka otomatis angka RPN atau Risk Priority Number akan terisi. Angka RPN inilah yang menentukan prioritas dari masing-masing potensial efek, untuk diputuskan mana yang harus diutamakan penyelesaiannya Technical Platform Sistem yang dikembangkan ini akan dijalankan pada PC desktop yang terhubung oleh jaringan LAN dengan menggunakan bahasa pemograman Delphi 7.0 dengan user interface yang digunakan berbasis windows dengan form dari Delphi. Struktur database dibuat menggunakan Microsoft SQL Server. Untuk alat input pengoperasiannya digunakan mouse dan keyboard, sedangkan untuk pencetakan laporan yang diperlukan digunakan printer Recommendation System Usefulness and Feasibility Sistem yang dikembangkan akan dapat membantu perusahaan, departemen QC pada khususnya dalam menyimpan data dan informasi akan data produksi serta data cacat yang ada, mengetahui jumlah cacat terbesar pada suatu periode tertentu, juga mengetahui kondisi keadaan produksi sesuai periode yang diinginkan yang dilengkapi

118 204 dengan kemampuan dalam pengolahan data dan pencetakan informasi dari proses produksi yang sedang berjalan. Diharapkan sistem ini dapat membantu perusahaan dengan mendukung efektifitas dari departemen QC dalam mengendalikan kualitas produk yang diproduksi oleh perusahaan Strategy Untuk dapat menerapkan sistem ini pada perusahaan, maka perlu dipersiapkan beberapa hal. Perusahaan harus mempersiapkan segala macam kebutuhan baik yang berhubungan dengan masalah teknis maupun yang berhubungan dengan informasi dan pelatihan bagi karyawan yang akan menggunakan sistem informasi ini. Pertama, karyawan akan diberikan pelatihan tentang penerapan pengendalian kualitas, lalu tentang penggunaan aplikasi ini juga diberikan petunjuk-petunjuk untuk menanggulangi kejadian yang tidak terduga. Kemudian, sistem ini akan diuji cobakan dahulu pada beberapa client terlebih dahulu untuk adaptasi baru kemudian diterapkan ke bagian lain yang membutuhkan Development Economy Sistem yang dirancang membutuhkan pengembangan dari beberapa orang untuk dapat mengembangkan sistem scara fokus dan detil. Sistem yang dikembangkan direncanakan untuk selesai kurang lebih dalam empat bulan. Berikut ini merupakan rincian dari perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk SDM, biaya perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan jaringan yang dibutuhkan (network):

119 SDM - Project Manager 1 orang Rp ,- per minggu Lama kerja 10 minggu Biaya : 1 x Rp ,- x 10 minggu = Rp ,- - System Analyst: 1 orang Rp ,- per minggu Lama kerja 8 minggu 1 x x 8 minggu = Rp ,- - Programmer 2 orang Rp ,- per minggu Lama kerja 8 minggu 2 x x 8 minggu = Rp ,- - Database administrator 1 orang Rp ,- per minggu Lama kerja 6 minggu 1 x x 6 minggu = Rp ,- Total Biaya SDM = Rp ,-

120 Hardware Client 3 buah PC dengan spec: Processor Pentium IV 2,4 GHz = Rp ,- Hard Disk 80GB. = Rp ,- Motherboard = Rp ,- DVD Rom = Rp ,- Memory DDRAM 512MB. = Rp ,- TOTAL = Rp ,- 3 Buah PC = Rp ,- 2 buah Rp ,- = Rp ,- 3 buah keyboard + Rp ,- = Rp buah Rp ,- = Rp ,- 3 buah Monitor CRT@Rp ,- = Rp ,- + Total Biaya Client = Rp ,- Server Processor Pentium IV 3,0 GHz = Rp ,- Hard Disk 160 G. = Rp ,- Motherboard = Rp ,- DVD RW = Rp ,- Memory DDRAM 2GB = Rp ,- UPS = Rp ,-+ Total Biaya Server = Rp ,- Total Biaya Hardware = Rp ,-

121 Software 3 Windows XP SP Rp ,- = Rp ,- 1 Windows Server Rp , = Rp ,- 1 Microsoft office 2003@ Rp ,- = Rp ,- SQL Rp ,- = Rp ,-+ TOTAL Biaya Software = Rp ,- 4. Network 3 buah Switcher@ Rp ,- = Rp ,- 1 buah Rp ,- = Rp ,- 1 buah ,- = Rp ,- Kabel LAN = Rp ,- Total Biaya Network = Rp ,- Jadi Total Biaya yang harus dikeluarkan untuk SDM, Hardware, Software, dan Network adalah Rp , Design Document Perancangan Sistem Informasi Pengendalian Kualitas PT. KEMANG FOOD INDUSTRIES The Task Purpose Tujuan dari pengembangan sistem ini adalah untuk mendukung kegiatan produksi dari PT. KEMANG FOOD INDUSTRIES, terutama dalam pengendalian

122 208 kualitas produksi. Sistem ini akan membantu dalam penyimpanan data yang berhubungan dengan produksi dan data cacat produksi, dari data ini akan dapat dibuat laporan berupa laporan produksi, laporan pareto yang memperlihatkan jenis cacat yang paling sering muncul, laporan kondisi produksi yang secara periodik serta laporan akan detail jenis cacat yang terjadi Correction To The Analysis Dalam perancangan sistem yang dilakukan tidak ada perubahan analisis dari yang dilakukan sebelumnya. Revised class diagram tidak akan berubah dari gambar class diagram awal, namun kini tiap class sudah dilengkapi dengan atribut dan event Quality Goals Dalam melakukan perancangan sistem informasi pengendalian kualitas ini, sistem harus mampu memenuhi beberapa kriteria. Berikut adalah tabel penentuan prioritas kriteria tersebut: Tabel 4.49 Prioritas Design Criteria Criterion Usable Secure Efficient Correct Reliable Maintainable Testable Flexible Comprehensible Reusable Portable Interoperable Very important Important Less important Irrelevant Easily fulfilled

123 209 Keterangan: 1. Usable, kriteria ini sangat penting karena menyangkut kemampuan sistem untuk dapat diadaptasi dalam suatu perusahaan. Sistem yang baik dapat diadaptasikan dengan mudah dalam berbagai kondisi. 2. Secure, kriteria ini penting karena menyangkut keamanan data di dalam sistem yang hanya dapat diakses oleh orang-orang yang berkepentingan. Sistem juga harus mampu menolak akses dari unauthorized user. 3. Efficient, kriteria ini kurang penting karena pembuatan dan pengembangan sistem bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk perusahaan, sehingga eksploitasi ekonomis dianggap kurang penting. 4. Correct, kriteria ini sangat penting karena sistem yang dikembangkan harus memberikan hasil yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan sehingga dapat membantu perusahaan dalam peningkatan kualitas dan mencapai tujuan sistem. 5. Reliable, kriteria ini sangat penting karena menyangkut pemenuhan sistem terhadap kebutuhan-kebutuhan yang penting dalam pelaksanaan fungsi sistem agar dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan. 6. Maintanable, kriteria ini penting karena kerusakan sistem seharusnya dapat diperbaiki dengan biaya yang cukup murah sehingga perusahaan tidak terlalu dibebani dengan biaya ini. 7. Testable, kriteria ini penting karena biaya pengujian untuk memastikan bahwa sistem yang dibuat dapat berfungsi sesuai sebagaimana mestinya harus serendah mungkin. 8. Flexible, kriteria ini sangat penting karena sistem yang telah dibuat harus dapat diubah atau domodifikasi dengan mudah dan biaya rendah agar dapat selalu menyesuaikan dengan kemungkinan perubahan yang terjadi dalam perusahaan.

124 Comprehensible, kriteria ini sangat penting karena sistem harus dapat dipahami dengan mudah oleh user agar dapat digunakan dengan baik. 10. Reusable, kriteria ini penting, potensi untuk menggunakan bagian dari sistem dalam sistem lain yang berkaitan diperlukan agar sistem dapat digunakan dalam ruang lingkup yang lebih luas. 11. Portable, kriteria ini kurang penting karena sistem akan dioperasikan pada technical platform yang tetap sehingga biaya ini tidak terlalu diperhitungkan. 12. Interoperable, kriteria ini penting karena ada kemungkinan sistem yang dikembangkan ini akan dihubungkan dengan sistem lain sehingga tercapai sistem yang terintegrasi dalam perusahaan. Sehingga biaya untuk menghubungkan sistem dengan sistem lain juga perlu diperhitungkan agar tidak terlalu mahal Technical Platform Equipment Sistem pengendalian kualitas yang dikembangkan ini dirancang untuk dijalankan pada PC standard dengan spesifikasi minimum adalah Processor Intel Pentium IV 2.4 GHz, Memory 256 MB RAM PC 4200, dengan HDD minimal 40 GB, monitor 15", keyboard dan mouse untuk mengoperasikannya. Sedangkan untuk PC server spesifikasi minimum adalah Processor Intel Pentium IV 2.4 GHz, Memory 512 MB RAM PC 4200, dengan HDD minimal 80 GB, monitor 15", serta keyboard dan mouse untuk mengoperasikannya. Sistem akan dihubungkan oleh jaringan LAN dan untuk menghubungkan antara komputer client dan server akan digunakan switcher.

125 211 Gambar 4.56 Jaringan Komputer Pada Departemen QC PT. KEMANG FOOD INDUSTRIES System Software Bahasa pemograman yang akan digunakan adalah Borland Delphi 6.0 dengan dukungan database Microsoft SQL Server 2000 dan fungsi pembuatan laporan menggunakan Crystal Report 10. Sistem operasi minimun yang direkomendasikan adalah Windows XP Profesional yang sudah dilengkapi oleh Microsoft.Net Framework versi System Interface Selain software dan hardware yang dibutuhkan, sistem juga memerlukan sebuah printer untuk keperluan mencetak laporan untuk manajer QC sebagai pendukung kegiatan pengendalian kualitas produksi perusahaan Design Language Perancangan sistem informasi pendukung pengendalian kualitas PT. KEMANG FOOD INDUSTRIES ini menggunakan perancangan sistem berorientasi objek dengan

126 212 notasi UML untuk semua diagram yang digunakan, dari class diagram, statechart diagram, use case diagram, sequence diagram, navigation diagram, component diagram, sampai dengan deployment diagram Architecture Component Architecture Aktivitas selanjutnya adalah perancangan arsitektur komponen dalam sistem yang dikembangkan. Arsitektur yang digunakan ialah client-server architecture karena sistem harus dapat diakses oleh beberapa user dari tempat yang berbeda. Jenis distribusinya adalah centralized data, di mana model atau database hanya terdapat pada server, dan client dapat mengakses database tersebut melalui function yang terdapat pada masing-masing client. Gambar 4.57 Component Diagram

127 Process Architecture Aktivitas selanjutnya adalah perancangan arsitektur proses, di mana hasilnya digambarkan dalam deployment diagram. Aktivitas ini berhubungan dengan struktur fisik sebuah sistem, dalam sistem ini adalah printer. Masing-masing client yang membutuhkan memiliki sebuah printer. Dalam sistem yang dikembangkan ini printer dimiliki oleh production staff dan quality control staff yang digunakan untuk mencetak berbagai macam laporan. Gambar 4.58 Deployment Diagram

128 Standards Rancangan sistem pengendalian kualitas PT. KEMANG FOOD INDUSTRIES ini dibuat dengan desain standard windows yang dapat menampilkan pesan pada window jika ada kesalahan pada waktu menjalankan sistem. Gambar 4.59 Window Ketika User Name Yang Diisi Salah Gambar 4.60 Window Ketika Password Yang Diisi Salah Gambar 4.61 Window Konfirmasi Ketika Akan Log Out

129 215 Gambar 4.62 Window Memberi Tahu Bahwa Data Produksi Telah Disimpan Operation Structure Berikut ini adalah class diagram revise, berdasarkan hasil analisa application domain dari class diagram awal tidak ada perubahan dari atribut maupun event, namun kini class telah ditambahkan dengan atribut dan event yang lengkap.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 69 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian dilakukan dengan mengadakan pengamatan/observasi secara langsung dengan mengunjungi PT.Delident Chemical Indonesia untuk melihat secara

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 39 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan gambaran dari langkahlangkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Melalui pembuatan flowchart penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data yang dilakukan penulis menggunakan data primer dan sekunder yang didapatkan pada Lini 2 bagian produksi Consumer Pack, yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Metode ini digunakan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISA DATA Teknik analisa data yang digunakan adalah aplikasi SPC dengan menggunakan grafik kendali, teknik brainstorming, diagram sebab-akibat dan diagram Pareto. 1. Grafik

Lebih terperinci

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 57 BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian di bawah ini: Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alir penelitian Mulai Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini, penulis akan menjabarkan hasil yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data, serta melakukan analisis terhadap masing-masing hasil tersebut. 5.1. Tahap Define

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec,

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec, BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define Aktivitas proses produksi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Semarang Plant Central java ini dianalisis menggunakan diagram SIPOC (Supplier-Input-Proccess-Output- Customer).

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Kegiatan magang yang dilakukan di PT Kemang Food Industries dimaksudkan untuk mengevaluasi bobot bersih dan membandingkan kesesuaian antara data bobot bersih yang didapat

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

Analisa Pengendalian Kwalitas Produk Untuk Meningkatkan Produkstivitas dan Efesiensi Dengan Menggunakan Metode SPC

Analisa Pengendalian Kwalitas Produk Untuk Meningkatkan Produkstivitas dan Efesiensi Dengan Menggunakan Metode SPC Analisa Pengendalian Kwalitas Produk Untuk Meningkatkan Produkstivitas dan Efesiensi Dengan Menggunakan Metode SPC Erry Rimawan Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana ABSTRAK

Lebih terperinci

TUGAS BESAR III LEAN SIX SIGMA JOURNAL REVIEW SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEDE SUDRAJATTULLOH

TUGAS BESAR III LEAN SIX SIGMA JOURNAL REVIEW SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEDE SUDRAJATTULLOH TUGAS BESAR III LEAN SIX SIGMA JOURNAL REVIEW SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEDE SUDRAJATTULLOH 411110023 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS MA CHUNG MALANG 2013 JOURNAL

Lebih terperinci

ANALISA CACAT PADA KEMASAN GARAM MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL

ANALISA CACAT PADA KEMASAN GARAM MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL ANALISA CACAT PADA KEMASAN GARAM MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL Dwi Hadi Sulistyarini 1) 1) Teknik Industri, Universitas Brawijaya Jl. M.T. Haryono 167 Email : dwihadi@ub.ac.id Abstrak. UD Podo

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 62 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan masalah Metodologi pemecahan masalah merupakan tahapan-tahapan yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia automotive di Indonesia menunjukkan perkembangan yang signifikan. Menurut harian Bisnis Indonesia pada 29 Maret 2012, peningkatan penjualan kendaraan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1)

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1) USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK PENYANGGA AKI MOTOR HONDA VARIO TECHNO PART STAY D ECCU MENGGUNAKAN METODE DMAIC PADA PT. ADHI WIJAYACITRA Nama : Muhammad Robiesa Npm : 30409301 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

Oleh : Miftakhusani

Oleh : Miftakhusani USULAN MINIMASI CACAT PRODUK PERALATAN MAKANAN GARPU ART 401 DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INDOMETAL SEDJATI ENT. LTD. JAKARTA Oleh : Miftakhusani 2010-21-012 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 23 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan Pertama berdirinya PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera di Tangerang adalah melalui tahapan yang begitu kecil. Dalam awal pendiriannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 77 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengolahan Hasil Pengumpulan Data Bagian ini merupakan tahapan dimana semua data-data hasil observasi lapangan di CV. Panca Karya Utama, dengan demikian dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian Metode Penelitian merupakan deskripsi dari seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan selama proses penelitian dilaksanakan yakni

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut : III-1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut : 3.1 Studi Pendahuluan Sebelum melakukan penelitian lebih

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai sigma untuk data atribut produk wajan super ukuran 20 sebesar 3,53. 5.1.1 Menganalisis CTQ (Critical to Quality)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Berdasarkan dari hasil pengamatan dan pemeriksaan yang telah dilakukan pada proses produksi wafer stick selama 3 bulan. Maka diketahui data sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan langkah-langkah sistematis yang berperan penting sebagai pedoman dalam menyelesaikan dan memberikan solusi dari masalah yang timbul

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode dapat diartikan sebagai cara yang tepat. Kemudian, penelitian merupakan kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Langkah langkah

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC Nama : Ilham Maulana NPM : 33412606 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing 1 : Rossi Septy Wahyuni, ST., MT. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang BAB V ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Produk yang dikatakan berkualitas adalah produk yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Maka dari itu setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menghasilkan produk berupa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dengan baik dibutuhkan suatu metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis yang harus dilakukan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil benang jahit. Saat ini perusahaan memiliki permasalahan kualitas benang jahit pada bagian twisting, di mana diketahui terjadi cacat benang.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 40 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan National Garment merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri pembuatan barang fashion seperti kaos,kemeja,celana,jaket

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian menggambarkan proses atau tahap tahap penelitian yang harus ditetapkan dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas sehingga

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Rencana Implementasi Rencana implementasi ditetapkan dari solusi bisnis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Rencana implementasi yang akan dilakukan dibagi menjadi

Lebih terperinci

3.1 Persiapan Penelitian

3.1 Persiapan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam mengerjakan Tugas Akhir ini dilakukan langkah-angkah perancangan yang jelas agar tujuan dari Tugas Akhir ini dapat tercapai. Pada bab ini akan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metode Pemecahan Masalah Flow Chart metodologi pemecahan masalah merupakan diagram alir yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Sejarah Umum Perusahaan PT Tirta Agung Wijaya (TAW) merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pembuatan air minum dalam kemasan (AMDK). Dimulai pada

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 54 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya masalah, data untuk mengukur kinerja saat ini (saat pengamatan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN SIMULASI FAKTOR PENYEBAB CACAT PRODUK BOTOL KONTAINER DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT INDOVASI PLASTIK LESTARI

IDENTIFIKASI DAN SIMULASI FAKTOR PENYEBAB CACAT PRODUK BOTOL KONTAINER DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT INDOVASI PLASTIK LESTARI IDENTIFIKASI DAN SIMULASI FAKTOR PENYEBAB CACAT PRODUK BOTOL KONTAINER DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT INDOVASI PLASTIK LESTARI R. Phenter S. P. 1 ; Faisal Safa 2 ABSTRACT The purpose of quality control

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control. ABSTRAK Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin signifikan, membuat banyak bermunculan industri-industri baru yang sejenis dengan industri yang sudah ada sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis cacat yang terjadi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan adanya desain atau skema langkah penelitian sebagai acuan

Lebih terperinci

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE 41166 PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC Disusun Oleh: Juli Evelina/33412985 Pembimbing: Dr. Ir. Rakhma Oktavina,

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan data Observasi dilakukan pada lantai Produksi dan dikhususkan pada proses pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan buku,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Untuk mencapai kepuasan pelanggan, perusahaan harus mampu untuk menjaga kualitas produk yang diproduksinya. Kualitas dari suatu produk dikatakan baik bila produk tersebut telah sesuai

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan proses pengumpulan data dan pengolahannya diperoleh data dalam bentuk diagram pareto, dari diagram pareto tersebut dapat diketahui bahwa orhanisasi/perusahaan

Lebih terperinci

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma... ABSTRAK Persaingan dunia industri semakin ketat, mendorong para pelaku industri untuk makin giat melakukan berbagai hal untuk tetap bertahan. Salah satu yang terpenting adalah kualitas produk yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. PIMS Indonesia, Jl. Ciputat Raya No. 5, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 12240, Indonesia.

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA Moh. Umar Sidik Daryanto (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma) ABSTRAK PT. Teknik Makmur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Pada tahun 2001 terjadi krisis moneter yang menyebabkan Perusahaan Salim Indoplantation melepaskan sahamnya kepada perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Kinerja Setelah seluruh data yang diperlukan terkumpul, data tersebut akan diolah melalui 5 fase dalam Six Sigma yang disebut Six Sigma Improvement Framework atau

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 30 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Tunamerupakan komoditas komersial tinggi dalam perdagangan internasional. Salah satu bentuk olahan tuna adalah tuna loin, tuna steak, dan tuna saku. Tuna loin merupakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 1.1 Tahap Analyze 1.1.1 Diagram Pareto Pada tahapan Analyse diagram pareto berguna untuk membantu mengurutkan prioritas penyelesaian masalah yang harus dilakukan. Yaitu melakukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 51 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, akan dijelaskan terlebih dahulu bagaimana cara kerja sistem pengendalian kualitas yang dilakukan pada saat paling awal yaitu mulai

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian start Studi Pendahuluan - Survey ke Perusahaan Konsultasi Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka - Literatur - Jurnal - Buku - Website - dll Tujuan

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa hal tertentu yang dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan global pada umumnya setiap perusahaan mengharapakan keberhasilan dalam menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Konsumen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Ganjil 2005/2006 USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN METODE DMAIC UNTUK MENGURANGI CACAT HANGER TIPE TAC 6212 PADA PROSES INJECTION

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Gambar 3.1 Diagram alir 37 3.2 Langkah Langkah Penelitian Dalam metode penelitian ini merupakan tahapan tahapan yang dibuat untuk memudahkan dan mengarahkan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian. Dengan metodologi penelitian, dapat dijelaskan tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1 Tahap Analyze Pada tahap analyze ini dilakukan analisa faktor faktor penyebab kecacatan dengan menggunakan fishbone diagram, diagram pareto dan yang terakhir teknik 5 why analysis.

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO. Putri Endang Fitriany

USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO. Putri Endang Fitriany USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO Putri Endang Fitriany 35412763 LATAR BELAKANG Kualitas Cacat DMAIC PT Pintu Mas Garmindo Celana Pendek Model

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 TAHAP ANALISIS (ANALYSE) Setelah di lakukan pengukuran maka dilakukan analisis permasalahan. Aktivitas utama tahap analisis adalah menentukan faktor penyebab cacat dengan

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh IVAN HERBETH H. SIBURIAN

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh IVAN HERBETH H. SIBURIAN USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FAILURE MODE AND EFFECT (FMEA) PADA PRODUK RIBBED SMOKE SHEET DI PABRIK KARET PTPN. II KEBUN BATANG SERANGAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang)

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Debora Anne Y. A., Desy Gunawan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007

Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK ROTI TAWAR DI PT. ICC DENGAN METODE FMEA DAN FUZZY LOGIC Dwi

Lebih terperinci

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK PT Sahabat Buana adalah perusahaan yang memproduksi bijih-bijih plastik dimana terdapat banyak pesaing, untuk itu perusahaan harus mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya yang semakin

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI ABSTRAK PT Kandakawana Sakti bergerak pada bidang pengecatan yang berspesialisasi pada pengecatan body motor Honda. Penelitian ini diawali dengan masalah tingginya produk cacat yang dihasilkan dan kegagalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam mengelolah suatu perusahaan atau organisasi dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi dapat tercapai. Manajemen

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define 5.2 Tahap Measure Jenis Cacat Jumlah Cacat jumlah

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define 5.2 Tahap Measure Jenis Cacat Jumlah Cacat jumlah 59 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define National Garmen merupakan sebuah industri pembuatan baju kemeja, kaos polo, kaos oblong dan jaket. Sistem produksi pada National Garmen berdasarkan make by order yaitu

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN Seminar Nasional IENACO 204 ISSN 2337-4349 PENGENDALIAN KUALITAS PADA MESIN INJEKSI PLASTIK DENGAN METODE PETA KENDALI PETA P DI DIVISI TOSSA WORKSHOP Much. Djunaidi *, Rachmad Adi Nugroho 2,2 Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian untuk pemecahan masalah dimana setiap pembahasan diuraikan dalam bentuk tahapan terstruktur. Tahapan penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Hasil Penelitian Hasil dari pengolahan data pada metode DMAIC dalam tahap penentuan (Define) dan tahap pengukuran (Measure) adalah terungkapnya faktor-faktor yang menjadi sumber

Lebih terperinci

PERBAIKAN KUALITAS DUDUKAN JOK MOTOR DENGAN METODE ENAM SIGMA

PERBAIKAN KUALITAS DUDUKAN JOK MOTOR DENGAN METODE ENAM SIGMA PERBAIKAN KUALITAS DUDUKAN JOK MOTOR DENGAN METODE ENAM SIGMA Sukma Prayisno qtink_uma_sukma@yahoo.co.id (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma) ABSTRAK Pengendalian

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DATA BAB III PENGUMPULAN DATA 3. FASE PENDEFINISIAN 3.. Sekilas tentang Perusahaan PT Batman Kencana merupakan perusahaan manufaktur nasional yang bergerak di bidang produksi balon dan permen. Jenis produk

Lebih terperinci