VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISA DATA Teknik analisa data yang digunakan adalah aplikasi SPC dengan menggunakan grafik kendali, teknik brainstorming, diagram sebab-akibat dan diagram Pareto. 1. Grafik Kendali Produk sosis Beef Sausage Kemfood adalah produk yang paling banyak diminati oleh konsumen sehingga paling sering diproduksi di PT Kemang Food Industries. Parameter mutu yang diamati dalam proses produksi Beef Sausage Kemfood adalah penampilan produk, dimensi produk, dan analisis kimia serta mikrobiologi. Dalam penelitian ini difokuskan pada pengamatan parameter dimensi produk khususnya bobot bersih produk. Spesifikasi bobot bersih untuk produk Beef Sausage Kemfood yaitu antara 900±20 gram. Data bobot bersih produk Beef Sausage Kemfood diambil sebanyak 38 subgrup dengan pengambilan masing-masing untuk setiap subgrup sebanyak 12 kali. Data bobot bersih Beef Sausage Kemfood yang telah dikumpulkan kemudian digambarkan pada grafik kendali. Tabel yang menunjukkan data bobot bersih produk Beef Sausage Kemfood dapat dilihat pada Lampiran 4. Grafik kendali yang digunakan untuk menganalisis variasi bobot bersih dalam penelitian ini adalah grafik kendali X-bar dan R. Pemilihan grafik kendali ini didasarkan atas proses produksi yang berlangsung di PT Kemang Food Industries, dimana prosesnya berlangsung secara batch. Grafik kendali X-bar menyatakan rata-rata bobot bersih produk Beef Sausage Kemfood yang dihasilkan selama proses produksi berlangsung, sedangkan grafik kendali R menyatakan variasi/rentang (range) bobot bersih produk yang dihasilkan selama proses produksi berlangsung. Berdasarkan program SPSS 20.0, pada grafik kendali X-bar dan R indikator yang dapat diamati untuk menunjukkan bahwa suatu proses dalam keadaan tidak terkontrol melalui kriteria-kriteria berikut ini : 1. Satu titik berada di atas atau di bawah 3 sigma (di luar batas kendali) 2. Dua dari tiga titik berada diatas atau dibawah 2 sigma (pada sisi yang sama) 3. Empat dari lima titik berada diatas atau dibawah 1 sigma (pada sisi yang sama) 4. Delapan titik berurutan berada diatas atau dibawah garis tengah 5. Enam titik yang berurutan memiliki kecenderungan naik atau turun 6. Empat belas titik berurutan berubah naik dan turun Hasil plot data bobot bersih Beef Sausage Kemfood dapat dilihat pada Gambar 6 (grafik kendali X-bar) dan Gambar 7 (grafik kendali R). 37

2 Gambar 6. Grafik kendali X-bar untuk bobot bersih Beef Sausage Kemfood (g) Gambar 7. Grafik kendali R untuk bobot bersih Beef Sausage Kemfood (g) 38

3 Berdasarkan grafik X-bar yang dibuat dengan menggunakan program SPSS 20.0 (Gambar 6), terdapat 30 titik yang melanggar aturan kendali (dapat dilihat pada Lampiran 5), sehingga dari grafik yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa proses dalam keadaan tidak terkendali karena terdapat banyak titik yang melanggar aturan kendali. Berdasarkan grafik R yang dibuat dengan menggunakan program SPSS 20.0 (Gambar 7), terdapat enam titik yang melanggar aturan kendali (dapat dilihat pada Lampiran 6). Dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa proses dalam keadaan tidak terkontrol. Berdasarkan fakta di lapangan, faktor dominan yang menyebabkan data berada di atas Upper Control Limit (di luar batas kendali), antara lain proses setting pada mesin filler yang terkadang berubah secara tidak konsisten sehingga penambahan gramatur sosis menjadi tidak terkendali, chock tidak berputar secara sempurna disebabkan oleh van belt pada mesin filler terputus sehingga uliran antar sosis tidak terpilin dengan baik dan operator mesin filler harus memilinnya secara manual menyebabkan output gramatur sosis yang dihasilkan menjadi tidak terkendali. Data yang berada di bawah Lower Control Limit (di luar batas kendali) kemungkinannya dapat disebabkan oleh menumpuknya adonan di lubang vacuum yang menyebabkan output sosis yang dihasilkan oleh mesin filler akan mengkerut karena terdapat rongga udara di dalamnya dan gramatur sosis juga kurang, linker pita yang terlalu longgar menyebabkan sosis yang dihasilkan menjadi tidak normal dan uliran sosis harus dipilin secara manual oleh Operator mesin filler. Nilai Cp mengindikasikan sejauh mana proses dapat memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Nilai Cp yang diperoleh dari grafik X bar dan R melalui program SPSS 20.0 adalah 0,852. Semakin kecil nilai Cp, kecenderungan proses dalam keadaan tidak terkontrol semakin tinggi. Demikian juga sebaliknya, apabila nilai Cp semakin besar, kecenderungan proses dalam keadaan terkontrol akan semakin besar. Dari nilai Cp yang diperoleh mengindikasikan kecenderungan proses dalam keadaan tidak terkontrol cukup tinggi karena nilainya berada dibawah 1,0 (standar kapabilitas proses yang menunjukkan proses dalam keadaan baik adalah 1,33). 2. Brainstorming Brainstorming yang dilakukan di PT Kemang Food Industries melibatkan penulis, 1 orang kepala produksi, 1 orang kepala QC, dan 1 orang staff QC. Kegiatan brainstorming dilakukan di ruang pertemuan yang berlangsung selama 45 menit. Dari hasil brainstorming tersebut diperoleh berbagai macam pendapat mengenai penyebab terjadinya variasi bobot bersih produk Beef Sausage Kemfood. Pendapat-pendapat tersebut antara lain : 1. Ketrampilan/keahlian pekerja masih belum merata yang disebabkan oleh perbedaan pengelaman kerja dan jumlah pelatihan yang pernah diikuti. 39

4 2. Human error terkadang masih terjadi, yang disebabkan oleh karyawan kurang fokus dan kondisi fisik yang sedang terganggu. 3. Perbedaan tingkat motivasi karyawan dalam bekerja yang dapat disebabkan oleh reward, kejenuhan, atau kenyamanan dalam bekerja. 4. Metode pengambilan sampel masih harus diperbaiki, serta frekuensi sampling dan jumlah sampel masih harus diperbanyak. 5. Timbangan gramatur untuk produk jadi belum di kalibrasi secara konsisten. 6. Adonan terkadang menempel di casing pada saat proses pengupasan casing. 7. Maintenance mesin produksi terkendala oleh pengadaan suku cadang yang harus indent dan proses pelumasan mesin yang belum dilakukan secara reguler serta pengkalibrasian mesin produksi (mesin filler) yang juga belum dikalibrasi secara berkala. 8. Performa mesin smoked house terkendala oleh usia mesin dan suhu yang tidak merata. 9. Proses filling tidak sempurna, yang disebabkan oleh chock tidak berputar sempurna, Linker pita yang terlalu longgar atau ketat, proses setting ulir dan gramatur terkadang berubah dengan sendirinya, dan adonan menumpuk pada lubang vacuum. 10. Pembekalan SDM (Sumber Daya Manusia) belum mencukupi karena pengadaan training dalam mengoperasikan alat masih belum optimal. 11. Meeting produksi harian masih dilakukan secara informal. Berdasarkan teknik brainstorming yang telah dilakukan di PT Kemang Food Industries, maka dihasilkan suatu kesepakatan mengenai penyebab utama terjadinya variasi bobot bersih produk Beef Sausage Kemfood. Hal untuk mengetahui penyebab-penyebab pendukung yang dapat menimbulkan terjadinya variasi bobot bersih produk Beef Sausage Kemfood, maka perlu dilakukan pembuatan diagram sebab-akibat. Penyebab terjadinya variasi ini berhubungan dengan faktor manejemen, metode, manusia dan mesin. 3. Diagram Sebab - Akibat Penyebab variasi bobot bersih produk Beef Sausage Kemfood ditentukan dengan menggunakan teknik brainstorming yang digunakan untuk mengidentifikasi penyebab permasalahan yang hasilnya dapat dipetakan secara sistematis melalui diagram sebabakibat. Pembuatan diagram sebab akibat dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu akibat (effect) yang merupakan kepala ikan pada sisi sebelah kanan kertas. Akibat yang dimaksudkan disini adalah penyebab variasi bobot bersih Beef Sausage Kemfood kemasan 900 gram. Setelah itu, tentukan faktor utama yang menjadi penyebab dari akibat (effect). Faktor utama penyebab variasi bobot bersih dapat digolongkan menjadi empat faktor, yaitu manusia, metode, mesin dan manajemen. Diagram sebab -akibat variasi bobot bersih Beef Sausage Kemfood dapat dilihat pada Gambar 8. 40

5 Manajemen Metode Teknik sampling Pengambilan sampel Pembekalan SDM Masih dilakukan secara Informal Frekuensi sampling dan Pengadaan training jumlah sampel Meeting Produksi harian Usia mesin Sharing pengalaman Kalibrasi antar Operator Pelatihan Timbangan Smoked House Variasi Bobot Bersih Beef Sausage Kemfood Kemasan 900 gram Ketrampilan/ Keahlian Suhu yang tidak merata Pengalaman Kerja Adonan menempel Chock Kenyamanan bekerja di casing tidak berputar Pengupas sempurna Linker Pita Motivasi casing Kurang fokus Filler Reward Kejenuhan kalibrasi Pelumas Human error mesin produksi food grade Menumpuknya proses setting adonan pada ulir dan gramatur Kondisi fisik Maintenance Lubang vacuum Penyediaan Suku cadang Manusia Mesin Gambar 8. Diagram sebab-akibat timbulnya variasi bobot bersih Beef Sausage Kemfoood 41

6 a. Manusia Manusia merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting terhadap berlangsungnya proses produksi serta mutu produk yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan, proses produksi tidak dapat terlepas dari peranan manusia, secanggih apapun mesin yang digunakan, manusia tetap diperlukan untuk mengoperasikan dan mengontrol fungsi mesin agar tetap berjalan dengan normal. Ketrampilan / keahlian, human error dan motivasi bekerja merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh setiap karyawan, termasuk untuk karyawan produksi. Keterampilan atau keahlian seorang pekerja dapat dipengaruhi oleh pengalaman bekerja, sharing antar Operator, pelatihan yang berkesinambungan serta terstruktur. Pengalaman kerja sangat berpengaruh terhadap keterampilan atau keahlian dari karyawan. Semakin banyak pengalaman karyawan, maka kemampuannya dalam mengatasi kondisi yang abnormal pada mesin akan semakin meningkat. Dalam hal kemungkinan terjadinya variasi bobot bersih, maka peluang dan kuantitas terjadinya variasi dapat diminimalisir. Hal ini dikarenakan, karyawan produksi yang sudah berpengalaman, akan lebih mengenal seluk- beluk mesin, sehingga ketika terjadi gangguan pada performa mesin, mereka akan lebih mengerti bagaimana cara untuk mengatasinya. Sharing ilmu antar operator di PT Kemang Food Industries terlihat masih kurang optimal. Sebagai contoh, sharing ilmu dalam mengoperasikan mesin produksi dari Operator senior ke Operator junior, belum terjalin secara efektif. Hal ini terlihat dalam proses produksi sehari hari, Operator senior lebih memegang peranan dalam mengoperasikan mesin, sementara peranan Operator junior hanya sebatas membantu Operator senior. Upaya yang dapat dilakukan untuk membentuk pekerja yang potensial, dapat dilakukan melalui pengadaan pelatihan. Pelatihan dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Pelatihan yang berkesinambungan akan membantu untuk meningkat kemampuan dan pengetahuan karyawan secara bertahap. PT Kemang Food Industries sampai saat ini belum mencanangkan program pelatihan yang berkesinambungan, baik untuk pelatihan internal maupun eksternal. Hal ini dapat menyebabkan kemampuan dan pengetahuan karyawan kurang luas, sehingga ketika terjadi kondisi abnormal pada proses produksi karyawan belum dapat menanganinya secara efektif, sebagai contoh variasi dalam hal bobot bersih produk jadi. Human error merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari seorang pekerja yang bekerja di suatu perusahaan. Fokus dan kondisi fisik sangat berpengaruh terhadap human error. Apabila karyawan bekerja dalam keadaan yang kurang fokus dan kondisi fisik yang kurang baik, besar kemungkinan karyawan akan melakukan kelalaian dalam bekerja, atau ketika terjadi keaadaan abnormal dalam produksi, karyawan tidak dapat 42

7 mengatasinya dengan baik sebagaimana apabila kondisi fisik karyawan dalam keaadaan sehat. Motivasi pekerja sangat dipengaruhi oleh kenyamanan bekerja, kejenuhan dan reward. Kenyamanan dalam bekerja dapat berpengaruh pada pengendalian bobot bersih. Apabila suasana bekerja tidak nyaman, pekerja kurang termotivasi dalam melaksanakan tugasnya, sehingga fokus dalam bekerja menjadi kurang maksimal. Begitupun dengan kejenuhan. Tingkat kejenuhan yang melampui batas pada seorang karyawan, sangat berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan. Apabila karyawan jenuh dalam bekerja, konsentrasinya dalam bekerja akan terganggu, sehingga potensi karyawan membuat kelalaian dalam bekerja akan semakin besar. Reward dapat berupa bonus ataupun komisi. Reward dapat menimbulkan semangat kerja agar dapat bekerja lebih optimal. Reward dapat diberikan kepada individu yang dapat memenuhi target tanpa mengesampingkan mutu produk yang dihasilkan. b. Metode Metode pengukuran bobot bersih meliputi proses sampling dan penimbangan, frekuensi sampling dan jumlah sampel per sampling. Pengukuran bobot bersih sampel di PT Kemang Food Industries masih dilakukan dengan cara menimbang bobot bersih produk beserta kemasannya. Dalam penimbangan bobot bersih, seharusnya sampel ditimbang tanpa kemasan karena apabila kemasan diikutsertakan, bobot kemasan akan berpengaruh terhadap keakuratan bobot bersih produk. Frekuensi sampling produk jadi di PT Kemang Food Industries dilakukan setiap satu kereta masak, dengan masing masing kereta berisi satu setengah batch (± 150 bungkus produk jadi). Sampel sebanyak 2 bungkus produk jadi diambil dari setiap kereta secara acak. Jumlah sampel maksimum yang diambil dalam satu kali produksi adalah 12 bungkus, artinya jumlah sampel hanya mewakili untuk 9 batch (6 kereta) saja. Apabila jumlah produk yang dihasilkan dalam satu hari melebihi 9 batch, batch selebihnya tidak akan terwakili, karena tidak diambil sampelnya. Hal ini dapat berpengaruh juga terhadap keakuratan pengukuran bobot bersih, karena seharusnya sampel juga diambil dari batch ke-10 dan seterusnya sehingga kestabilan bobot bersih produk selama proses produksi dapat diamati. c. Mesin Mesin atau peralatan yang berpengaruh terhadap variasi bobot bersih adalah timbangan, pengupas casing, smoked house dan mesin filler. Timbangan yang digunakan untuk menimbang produk jadi belum dikalibrasi secara berkala, sedangkan timbangan yang digunakan untuk menimbang bumbu dan bahan kimia sudah dikalibrasi secara berkala. Timbangan bumbu dan bahan kimia lebih 43

8 diutamakan untuk dikalibrasi karena keakuratan bobot bumbu dan bahan kimia berhubungan dengan kualitas organoleptik dan keamanan produk jadi yang dihasilkan. Pada saat pengupasan casing kadang-kadang suka lengket, sehingga pada saat dikupas dengan alat peeler bagian adonan sosis menempel di casing dan sosis menjadi cacat serta bobot sosis menjadi berkurang. Hal ini disebabkan, sosis terlalu kering pada saat mengalami treatment di smoked house sehingga adonan sosis menjadi lengket pada casing atau dapat juga disebabkan oleh pisau pengupas casing terlalu kendor sehingga dapat merobek sosis. Pemeliharaan (maintenance) mesin atau peralatan merupakan salah satu faktor yang juga mempengaruhi varisi bobot bersih. Pemeliharaan mencakup penyediaan suku cadang mesin, pengkalibrasian mesin, khususnya mesin filler, dan pemberian pelumas food grade secara berkala. Ada beberapa suku cadang mesin yang penyediaannya terkadang harus menunggu waktu yang cukup lama (indent), jika mesin produksi mengalami kerusakan. Hal ini mengakibatkan proses produksi menjadi terganggu. Pemberian pelumas food grade terhadap mesin yang dilakukan secara berkala sangat penting untuk dilakukan. Jika hal ini tidak dilakukan secara berkala, akan menyebabkan komponen mesin yang saling bergesekan menjadi aus. Pengkalibrasian mesin, khususnya mesin filler masih belum dapat dilakukan secara regular. Hal ini dikarenakan, kesulitan untuk mendatangkan teknisi manufacturer mesin yang berada di luar negeri. Smoked house digunakan untuk pengeringan, pengasapan dan pemasakan sosis. Faktor yang paling mempengaruhi dari mesin smoked house adalah usia mesin dan suhu yang kurang merata pada setiap titik yang terletak di dalam kompartemen mesin. Usia mesin sangat berpengaruh terhadap performa mesin. Semakin tua usia mesin smoked house, maka performa mesin akan semakin menurun, sebagai contoh proses setting terhadap waktu dan suhu mesin. Suhu yang kurang merata pada setiap titik yang terletak di dalam kompartemen mesin menyebabkan tingkat kekeringan sosis menjadi berbedabeda. Filler merupakan suatu alat yang mempertemukan antara casing dengan adonan. Filling merupakan bagian proses yang sangat penting di dalam pembuatan sosis. Hal ini dikarenakan, proses filling sangat menentukan dimensi dan bobot bersih produk sosis. Gangguan yang sering ditimbulkan dari mesin filler, antara lain adalah : chock yang tidak berputar secara sempurna, linker pita yang terlalu ketat atau longgar, menumpuknya adonan di lubang vacuum, dan proses setting ulir serta gramatur yang sulit di pertahankan pada nilai tertentu. Chock yang tidak dapat berputar secara sempurna disebabkan oleh van belt yang berada didalam mesin filler terputus. Hal ini menyebabkan, sosis yang keluar dari mesin filler dalam keadaan tidak terpilin secara sempurna. Fungsi chock adalah untuk memilin atau mengeseal antar sosis. 44

9 Linker pita merupakan bagian dari alat filler yang digunakan untuk menetapkan panjang atau pendeknya dari suatu produk output sosis yang dihasilkan. Linker pita yang terlalu kencang menyebabkan adonan yang berada di dalam casing akan pecah, sedangkan linker pita yang terlalu longgar menyebabkan sosis yang dihasilkan menjadi tidak normal atau sosis keluar tanpa uliran (tidak stabil). Adonan sosis yang encer dapat menyebabkan terjadinya penumpukan adonan pada lubang vacuum mesin filler. Penumpukan adonan pada lubang vacuum dapat menyebabkan indikator bola yang terdapat didalam lubang vacuum naik menutup lubang masuk adonan. Jika hal ini terjadi, sosis yang dihasilkan akan mengkerut karena terdapat rongga udara di dalamnya. Terjadinya penumpukan adonan pada lubang vacuum dapat diamati dari nilai parameter standar lubang vacuum. Nilai standar lubang vacuum pada keaadan normal adalah 96 %. Jika terjadi penumpukan adonan pada lubang vacuum, nilai standar lubang vacuum akan turun menjadi 50 %. Untuk mengatasi hal ini Operator biasanya menaikkan setingan gramatur dan membersihkan adonan yang menumpuk pada lubang vacuum sehingga adonan dapat masuk kembali. Proses setting ulir serta gramatur yang kadang-kadang inconsistent pada mesin filler mengakibatkan uliran dan gramatur sosis yang ke luar dari mesin menjadi tidak terkendali. d. Manajemen Salah satu cara untuk pembekalan Sumber Daya Manusia dapat dilakukan dengan pengadaan training. Kebijakan manajemen untuk mengadakan program training yang berkesinambungan penting untuk dilakukan, sehingga skill karyawan dapat terus ditingkatkan. Pengadaan training untuk karyawan produksi di PT Kemang Food Industries masih belum mencukupi, khususnya di bagian Operator mesin. Hal ini menyebabkan keahlian karyawan yang mengoperasikan mesin (khususnya mesin filler) masih kurang optimal. Meeting produksi harian dilakukan setiap pagi hari sebelum proses produksi dimulai. Fungsi meeting produksi harian adalah untuk mengevaluasi hasil kerja produksi hari kemarin dan untuk memberikan arahan rencana produksi yang akan berjalan hari ini, agar potensi timbulnya masalah dapat dikurangi. Meeting bagian produksi harian seharusnya dihadiri oleh pihak-pihak yang terkait dengan produksi, seperti Bagian QC, Bagian Produksi dan Bagian Planning. Pada kenyataannya meeting produksi harian di PT Kemang Food Industries masih dilakukan secara informal, yaitu hanya dari person to person atau tidak didiskusikan di dalam forum meeting yang resmi. Sebagai contoh, apabila terdapat kendala mesin filler, staff Operator mesin filler hanya melapor dan mendiskusikannya secara langsung ke kepala produksi dan Begitu pula halnya untuk kendala yang lainnya di dalam proses produksi. 45

10 4. Survei Dalam menentukan faktor penyebab yang paling dominan dalam variasi bobot bersih produk Beef Sausage Kemfood, maka perlu dilakukan survei. Prosedur survei dilakukan dengan cara mewawancarai karyawan produksi sebanyak 63 orang secara individu. Hasil survei yang diperoleh dihitung persentasenyaa untuk kemudian digambarkan dalam bentuk pie chart. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 63 karyawan produksi di PT Kemang Food Industries, didapatkan hasil survei sebagai berikut : 25 orang memilih penyebabb yang paling dominan adalah mesin filler, 15 orang memilih mesin smoked house, 10 orang memilih kurangnya pembekalan SDM, 8 orang memilih kesulitan penyediaan suku cadang serta yang memilih penyebab lain-lain sebanyak 5 orang. Hasil survei dapat dirangkum dalam Tabel 9. Tabel 9. Data hasil survei penyebab variasii bobot bersih produk Beef Sausage Kemfood terhadap 63 karyawan produksi di PT Kemang Food Industries No. Faktor penyebab variasi bobot bersih Jumlah pemilih Presentase 1. Mesin Filler 25 39,68 % 2. Mesin Smoked House 15 23,81 % 3. Kurangnya pembekalan SDM 10 15,87 % 4. Kesulitan penyediaan sukuu cadang 8 12,70 % 5. Lain-lain 5 7,94 % Dari tabel diatas, dataa yang diperoleh dapat digambarkan ke dalam pie chart (Gambar 9) 7,94% Mesin Filler 12,70% 15,,87% 39,68% Mesin Smoked House Kurangnya pembekalan SDM Kesulitan penyediaan suku cadang 23,81% Lain-lain Gambar 9. Diagram pie faktor penyebab variasi bobot bersih produk Beef Sausage Kemfood di PT Kemang Food Industries 46

11 Gambar 9 menunjukkan bahwa faktor penyebab yang paling dominan dalam variasi bobot bersih produk Beef Sausage Kemfood adalah mesin filler dengan nilai presentasenya sebesar 39,68 %. Kemudian diikuti oleh mesin smoked house sebesar 23,81 %. Penyebab variasi bobot bersih yang ketiga adalah kurangnya pembekalan SDM dengan nilai presentase 15,87 %, kesulitan penyediaan suku cadang yang harus indent. Memiliki presentase sebesar 12,70 %, serta presentase penyebab lain-lain sebesar 7,94 % Berdasarkan hasil survei, maka dapat ditentukan penyebab yang memiliki kemungkinan paling tinggi sebagai penyebab dominan dalam variasi bobot bersih. Berdasarkan hasil ini, maka tindakan perbaikan dapat dilakukan secara lebih terarah dengan memfokuskan terlebih dahulu untuk mengatasi penyebab dominan. B. PERHITUNGAN NILAI POTENSI KERUGIAN AKIBAT VARIASI BOBOT BERSIH BEEF SAUSAGE KEMFOOD Berdasarkan analisis dari grafik kendali X-bar dan R, maka nilai rata-rata bobot bersih Beef Sausage Kemfood yang diperoleh adalah 902,54 gram. Berdasarkan nilai rata rata yang diperoleh, dapat dilihat bahwa perusahaan mengalami kerugian sebanyak 2,54 gram per bungkus. Harga pokok produk Beef Sausage Kemfood per kemasan 900 gram adalah Rp Potensi kerugian yang harus ditanggung per bungkus oleh poerusahaan adalah sebagai berikut: Potensi kerugian per bungkus= kelebihan bobot bersih per bungkus x harga pokok produk bobot bersih standar (gram), x Rp Rp 70,84/bungkus Satu batch adonan sosis, dapat menghasilkan produk jadi sebanyak 100 bungkus. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama penelitian, dalam satu hari rata rata dapat diproduksi sebanyak 11,42 batch per hari. Nilai 11,42 batch per hari diperoleh dari rata-rata jumlah batch per hari (Lampiran 5). Potensi kerugian yang harus ditanggung per hari oleh perusahaan adalah sebagai berikut: Nilai kerugian per hari = nilai kerugian per bungkus x 1142 bungkus/hari = Rp 70,84/bungkus x 1142 bungkus/hari = Rp ,28/hari Apabila dalam 1 bulan diasumsikan terdiri atas 22 hari kerja, potensi kerugian yang harus ditanggung PT Kemang Food Industries per bulan adalah 47

12 Rp /hari x 22 hari/bulan = Rp ,16/ bulan. Apabila dalam 1 tahun jumlah bulan kerja adalah 12 bulan, potensi kerugian per tahun adalah Rp ,16/bulan x 12 bulan/tahun = Rp ,92/tahun. C. PERANCANGAN TINDAKAN PERBAIKAN Berdasarkan survei yang dilakukan untuk menentukan penyebab dominan dalam variasi bobot bersih produk Beef Sausage Kemfood, diperoleh penyebab yang paling dominan berasal dari mesin filler. Setelah mengetahui hasil tersebut, PT Kemang Food Industries perlu melakukan suatu tindakan, sehingga masalah tersebut dapat diatasi. Langkah-langkah tindakan perbaikan yang harus ditempuh untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara melakukan kalibrasi mesin secara berkala, sehingga performa mesin dapat lebih terjaga kestabilannya. Maintenance mesin filler harus lebih dioptimalkan agar kerusakan mesin dapat diminimalisir. Selain itu, dapat dipertimbangkan untuk membeli mesin filler baru yang spesifikasinya sesuai dengan standar produksi dengan menimbang pula kemudahan ketersediaan suku cadang apabila mesin mengalami kerusakan dan juga training yang mencukupi dalam pengoperasian mesin filler sehingga Operator dapat lebih mengoptimalkan kemampuan mesin. Dari hasil survei, selain mesin filler yang menjadi penyebab variasi bobot bersih, mesin smoked house, kurangnya pembekalan SDM, dan kesulitan penyediaan suku cadang juga menjadi penyebab variasi bobot bersih yang harus diatasi. Apabila hanya mesin filler saja yang diberi tindakan perbaikan, ketiga faktor lainnya akan menjadi permasalahan yang tak terselesaikan dan bukan tidak mungkin akan menjadi permasalahan yang semakin besar. Usia mesin smoked house yang sudah cukup tua, menyebabkan performa mesin ini pun menjadi semakin menurun. Tindakan perbaikan yang dilakukan untuk mesin smoked house, yaitu mesin smoked house yang belum memiliki blower sebaiknya dilengkapi dengan blower agar suhu didalam mesin menjadi lebih merata ke seluruh bagian. Perawatan dan pengkalibrasian mesin juga harus dilakukan dengan lebih intensif. Tindakan perbaikan yang harus ditempuh untuk kurangnya pembekalan SDM yaitu dengan mengadakan training khususnya para karyawan produksi secara berkala baik diadakan secara internal maupun eksternal agar skill karyawan produksi menjadi lebih optimal dalam mengoperasikan alat (khususnya mesin fiiler). Kesulitan penyediaan suku cadang dapat diatasi dengan mencari supplier besar, yang sudah memiliki cabang di Indonesia. Apabila suatu saat diperlukan, tidak perlu menunggu lama untuk mendatangkan suku cadang dari luar negeri. Tindakan perbaikan untuk faktor manusia, dapat dilakukan dengan menumbuhkan komunikasi yang lebih efektif antar karyawan produksi, khususnya antara Operator senior dan junior dengan melakukan sharing ilmu dan pengalaman dalam mengoperasikan alat. Jika sharing ilmu dapat berjalan secara efektif, pengoperasian mesin tidak akan selalu bertumpu pada Operator senior dan nantinya regenerasi Operator akan berlangsung dengan baik. 48

13 Motivasi dapat ditumbuhkan dengan cara memberikan reward kepada karyawan produksi yang dapat memenuhi target tanpa mengesampingkan mutu produk yang dihasilkan, serta menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif. Dengan demikian motivasi para perkerja semakin meningkat. Kejenuhan dan human error juga dapat diperbaiki dengan memberikan penyegaran (refreshing) kepada seluruh karyawan PT Kemang Food Industries, misalnya mengadakan family gathering secara rutin yaitu mengadakan liburan atau rekreasi bersama untuk seluruh karyawan dengan mengajak serta keluarganya. Perbaikan untuk metode dapat dilakukan dengan cara mengambil sampel untuk tiap kereta. Apabila sebelumnya hanya terbatas untuk enam kereta yang diambil sampelnya, untuk perbaikan setiap kereta yang dihasilkan harus tetap diambil sampel, walaupun jumlah kereta yang dihasilkan sudah lebih dari enam. Sebaiknya, jumlah sampelnya yang diambil pun harus diperbanyak, apabila sebelumnya hanya diambil dua bungkus untuk setiap kereta, dapat diperbanyak menjadi empat bungkus atau lebih untuk setiap kereta. Penimbangan bobot bersih sebaiknya dilakukan sebelum dikemas, sehingga bobot dari kemasan tidak akan mempengaruhi bobot bersih. Tindakan perbaikan untuk mesin dapat dilakukan dengan cara timbangan produk jadi harus dikalibrasi secara berkala, dengan demikian keakuratan data yang diperoleh pada saat penimbangan bobot bersih menjadi lebih terpercaya. Pisau alat pengupas casing harus lebih diperhatikan, dimana pisau yang kendor, membuat sosis menjadi cacat. Oleh sebab itu, pisau pada mesin pengupas casing harus dikencangkan secara periodik, disarankan setiap hari kekencangan pisau harus dicek. Pengkalibrasian mesin produksi dan pemberian pelumas food grade pada mesin dilakukan secara berkala dan tepat waktu. Tindakan perbaikan untuk manajemen yaitu meeting produksi harian harus dilakukan setiap hari sebelum jam kerja produksi dimulai dan dilakukan secara bersama-sama di dalam suatu ruangan serta terkoorsinasi dengan baik, biasanya dihadiri oleh personel yang berkepentingan, Bagian QC, Bagian Produksi dan Bagian Planning. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi hasil kerja produksi hari kemarin dan untuk memberikan arahan rencana produksi yang akan berjalan hari ini, agar potensi timbulnya masalah dapat diminimalisir. 49

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Kegiatan magang yang dilakukan di PT Kemang Food Industries dimaksudkan untuk mengevaluasi bobot bersih dan membandingkan kesesuaian antara data bobot bersih yang didapat

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Data yang berhasil dikumpulkan selama kurun waktu dua bulan akan diolah dengan menggunakan metode DMAIC (Define Measure Analyze Improve Control).

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data yang dilakukan penulis menggunakan data primer dan sekunder yang didapatkan pada Lini 2 bagian produksi Consumer Pack, yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process

BAB V ANALISA HASIL. PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process 70 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil control chart PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process Control. Sebagai langkah awal penulis mencoba menganalisa data volume produk

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain talas bentul, gula pasir, gula merah, santan, garam, mentega, tepung ketan putih. Sementara itu, alat yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan evaluasi sistem

BAB IV PEMBAHASAN. Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan evaluasi sistem BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini, audit operasional atas fungsi produksi pada PT Dunia Daging Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Statistical Process Control Sachbudi Abbas Ras abbasras@yahoo.com Lembar 1 Flow Chart (dengan Stratifikasi): Grafik dari tahapan proses yang membedakan data berdasarkan sumbernya. Lembar Pengumpulan Data:

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi Botol Kemasan Sabun Lifebuoy Bahan baku utama untuk pembuatan botol kemasan sabun lifebuoy adalah biji plastik berwarna putih yang sudah memenuhi standar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Produksi merupakan sebuah siklus yang dilakukan oleh perusahaan dalam penyediaan barang atau jasa yang akan ditawarkan kepada pasar demi keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 64 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang telah dilakukan kemudian diolah menjadi informasi untuk mengetahui berapa besar jumlah produksi dan jumlah cacat. Ada berbagai

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 68 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses untuk menjadi informasi yang berguna. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang BAB V ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang digunakan

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA Moh. Umar Sidik Daryanto (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma) ABSTRAK PT. Teknik Makmur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis cacat yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBERDAYA MANUSIA

BAB IV IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBERDAYA MANUSIA BAB IV IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBERDAYA MANUSIA Pada bab ini akan dibahas mengenai rencana implementasi yang telah diperoleh dari analisis solusi bisnis dan kebutuhan mengenai sumber daya manusia

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI Ni Luh Putu Hariastuti putu_hrs@yahoo.com Jurusan Teknik industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhitama

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 69 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian dilakukan dengan mengadakan pengamatan/observasi secara langsung dengan mengunjungi PT.Delident Chemical Indonesia untuk melihat secara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

ANALISA CACAT PADA KEMASAN GARAM MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL

ANALISA CACAT PADA KEMASAN GARAM MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL ANALISA CACAT PADA KEMASAN GARAM MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL Dwi Hadi Sulistyarini 1) 1) Teknik Industri, Universitas Brawijaya Jl. M.T. Haryono 167 Email : dwihadi@ub.ac.id Abstrak. UD Podo

Lebih terperinci

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2016

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2016 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BOTOL SIRUP ABC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ENAM SIGMA DI PT. MULIA GLASS CONTAINER Nama Disusun Oleh : : Frans Surya Hadinata

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan langkah-langkah sistematis yang berperan penting sebagai pedoman dalam menyelesaikan dan memberikan solusi dari masalah yang timbul

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC Nama : Ilham Maulana NPM : 33412606 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing 1 : Rossi Septy Wahyuni, ST., MT. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan pengendalian kualitas produk dalam proses produksinya sampai pengendalian kualitas produk

Lebih terperinci

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena BABV PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define (Pendefinisian) PT. Indonesia Toray Synthetics (PT. ITS) merupakan perusahaan manufaktur dengan sistem produksi make to order, dimana proses produksi dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Kinerja Setelah seluruh data yang diperlukan terkumpul, data tersebut akan diolah melalui 5 fase dalam Six Sigma yang disebut Six Sigma Improvement Framework atau

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 23 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan Pertama berdirinya PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera di Tangerang adalah melalui tahapan yang begitu kecil. Dalam awal pendiriannya

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

V. HASIL DA PEMBAHASA

V. HASIL DA PEMBAHASA V. HASIL DA PEMBAHASA Metode analisis kadar vitamin C pada susu bubuk yang dilakukan pada penelitian ini merupakan metode yang tercantum dalam AOAC 985.33 tentang penentuan kadar vitamin C pada susu formula

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu proses berfikir dari menemukan masalah, mengumpulkan data, baik melalui tinjauan pustaka maupun melalui studi lapangan, melakukan pengolahan

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISA DATA. yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan

BAB 5 ANALISA DATA. yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan 1 BAB 5 ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pengendalian kualitas yang dilakukan pada CV. X bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk dan menjaga agar kepuasan konsumen telah tercapai. Setelah melakukan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 42 BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis cacat yang

Lebih terperinci

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses BAB III METODE CONTROL CHART 3.1 Control Chart Peta kendali atau Control Chart merupakan suatu teknik yang dikenal sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses berada dalam

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. OBSERVASI LAPANG Ruang lingkup observasi di lapangan terfokus pada proses pengolahan chicken nugget. Observasi lapang meliputi kegiatan pengamatan proses pembuatan chicken nugget

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Kadar Air Produk Kerupuk Udang Berbasis SNI Menggunakan Statistical Quality Control Method

Pengendalian Kualitas Kadar Air Produk Kerupuk Udang Berbasis SNI Menggunakan Statistical Quality Control Method Pengendalian Kualitas Kadar Air Produk Kerupuk Udang Berbasis SNI Menggunakan Statistical Quality Control Method Debrina Puspita Andriani *1), Destantri Anggun Rizky 2), Unggul Setiaji 3) 1,2,3) Jurusan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Pengumpulan Data Pengumpulan data primer

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Pengumpulan Data Pengumpulan data primer 46 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data lapang penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010. Tempat penelitian dilakukan di PPP Sadeng, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Untuk mencari akar penyebab masalah maka data harus dianalisa untuk menghasilkan perbaikan yang tepat. Hasil pengolahan data pada bab IV dijadikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB V PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian dengan judul Analisis Pengendalian Dan Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) di PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

STATISTICAL PROCESS CONTROL

STATISTICAL PROCESS CONTROL STATISTICAL PROCESS CONTROL Sejarah Statistical Process Control Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil menghasilkan produk-produk sederhana, seperti

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANCE MESIN PENGUPAS KAYU (ROTARY) PT. HENRISON IRIANA SORONG MENGGUNAKAN METODE INDEKS KAPABILITAS

ANALISA PERFORMANCE MESIN PENGUPAS KAYU (ROTARY) PT. HENRISON IRIANA SORONG MENGGUNAKAN METODE INDEKS KAPABILITAS ANALISA PERFORMANCE MESIN PENGUPAS KAYU (ROTARY) PT. HENRISON IRIANA SORONG MENGGUNAKAN METODE INDEKS KAPABILITAS Ashar 1, Irman Amri 2*, Usran 3 1 Dosen Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB V. Analisa dan Pembahasan Masalah

BAB V. Analisa dan Pembahasan Masalah 67 BAB V Analisa dan Pembahasan Masalah 5.1 Analisa Masalah Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Diagram Pareto, dan Peta Kendali (p-chart) pada bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Ekstraksi Hasil Pengumpulan Data Pengumpulan data di perusahaan PT. Jasa Putra Plastik dilakukan dari bulan Juli 004 sampai bulan Desember 004. Data yang diperoleh dalam

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran, sebagai berikut :

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran, sebagai berikut : BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian yang telah dilakukan serta berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran, sebagai berikut : 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

IV. PROSES PRODUKSI BEEF SAUSAGE KEMFOOD

IV. PROSES PRODUKSI BEEF SAUSAGE KEMFOOD IV. PROSES PRODUKSI BEEF SAUSAGE KEMFOOD PT Kemang Food Industries menghasilkan lima jenis merek produk sosis, yaitu Villa, Kemfood, Yangini, Chami, dan Chief s. Jumlah produksi sosis total PT Kemfood

Lebih terperinci

ANALISA PENGURANGAN DEFECT

ANALISA PENGURANGAN DEFECT ANALISA PENGURANGAN DEFECT PADA PROSES PRODUKSI BATERAI ABC JENIS R6 DENGAN METODE QCC (QUALITY CONTROL CIRCLE) DAN SEVEN TOOLS DI PT. INTERNATIONAL CHEMICAL INDUSTRY PLANT II SURABAYA SKRIPSI Oleh : ILUL

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai sigma untuk data atribut produk wajan super ukuran 20 sebesar 3,53. 5.1.1 Menganalisis CTQ (Critical to Quality)

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis dan Pembahasan Pengendalian Kualitas Statistik Pada PT. X Graphy Semarang mempunyai bagian Quaility Control yang bertugas melakukan pengecekan terhadap hasil produksi.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini, penulis akan menjabarkan hasil yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data, serta melakukan analisis terhadap masing-masing hasil tersebut. 5.1. Tahap Define

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA DATA

BAB V HASIL DAN ANALISA DATA 60 BAB V HASIL DAN ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis reject yang terjadi

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DATA BAB III PENGUMPULAN DATA 3. FASE PENDEFINISIAN 3.. Sekilas tentang Perusahaan PT Batman Kencana merupakan perusahaan manufaktur nasional yang bergerak di bidang produksi balon dan permen. Jenis produk

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 21 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ikan Tuna (Thunnus sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan mampu menembus pasar internasional. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Mutu Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan yang cepat disegala bidang yang menuntut kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi setiap

Lebih terperinci

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL Mila Faila Sufa * 1, Dina Ariningsih 2 1,2 Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.A. Yani Tromol Pos 1 Kartasura

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. atribut dilakukan dengan menggunakan diagram pareto untuk mengetahui CTW. Circumference RTD

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. atribut dilakukan dengan menggunakan diagram pareto untuk mengetahui CTW. Circumference RTD BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Pareto Chart Setelah dilakukan pengumpulan data pengolahan data pada bab sebelumnya, maka selanjutnya dilakukan analisa dan pembahasan. Analisa data atribut dilakukan

Lebih terperinci

Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java

Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java Arkan Addien 1), Pringgo Widyo Laksono 2) 1,2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Dari pengolahan data yang telah dilakukan terhadap 3 batch produksi. Lupromax EA 150 ml, didapatkan hasil adalah sebagai berikut :

BAB V PEMBAHASAN. Dari pengolahan data yang telah dilakukan terhadap 3 batch produksi. Lupromax EA 150 ml, didapatkan hasil adalah sebagai berikut : BAB V PEMBAHASAN Dari pengolahan data yang telah dilakukan terhadap 3 batch produksi Lupromax EA 150 ml, didapatkan hasil adalah sebagai berikut : 1. Pada Batch pertama, yakni produksi pada tanggal 21

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA DAN HASIL

BAB V ANALISA DATA DAN HASIL BAB V ANALISA DATA DAN HASIL 5.1 Analisis Bagan Kendali X-bar dan R Dalam analisis bagan kendali x-bar dan R ditampilkan dalam bentuk grafik dari pengukuran kekilauan pengecatan Spool pipe dan Struktur.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 54 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya masalah, data untuk mengukur kinerja saat ini (saat pengamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

Gambar 4.5 Diagram Alir Penilaian Kinerja Mesin

Gambar 4.5 Diagram Alir Penilaian Kinerja Mesin 112 Mulai Pemilihan indikator penilaian kinerja mesin Pengumpulan data indikator penilaian kinerja mesin 1. Allocated Downtime 2. Accident Lost Time Penentuan bobot dan interval penilaian kinerja mesin

Lebih terperinci

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis 4 BAB V ANALISIS 4.1 Analisa Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis melakukan analisa dan hasil dari laporan skripsi, dan menguraikan tentang data-data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 30 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Tunamerupakan komoditas komersial tinggi dalam perdagangan internasional. Salah satu bentuk olahan tuna adalah tuna loin, tuna steak, dan tuna saku. Tuna loin merupakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE STATISTIK PADA PRODUK KACA LEMBARAN DI PT. MULIA GALSS FLOAT DIVISION

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE STATISTIK PADA PRODUK KACA LEMBARAN DI PT. MULIA GALSS FLOAT DIVISION PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE STATISTIK PADA PRODUK KACA LEMBARAN DI PT. MULIA GALSS FLOAT DIVISION MEDIA ASMAJAYA DAN HARI MOEKTIWIBOWO Program Studi S1 Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dari pengumpulan serta pengolahan data yang sudah dilakukan menggunakan diagram pareto untuk mengetahui cacat terbesar yaitu cacat produk salah ukuran yang

Lebih terperinci

Analisa Pengendalian Kwalitas Produk Untuk Meningkatkan Produkstivitas dan Efesiensi Dengan Menggunakan Metode SPC

Analisa Pengendalian Kwalitas Produk Untuk Meningkatkan Produkstivitas dan Efesiensi Dengan Menggunakan Metode SPC Analisa Pengendalian Kwalitas Produk Untuk Meningkatkan Produkstivitas dan Efesiensi Dengan Menggunakan Metode SPC Erry Rimawan Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Secara umum, penelitian ini bertujuan membantu perusahaan dalam

BAB IV PEMBAHASAN. Secara umum, penelitian ini bertujuan membantu perusahaan dalam BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi Secara umum, penelitian ini bertujuan membantu perusahaan dalam menekan tingkat terjadinya kecacatan produk yang terjadi selama proses produksinya dengan efektif dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas,

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas, BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan tahap-tahap yang harus dilalui terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas, sehingga pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1 Jenis Cacat Dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka diambil 3 jenis cacat terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : a. Bocor (35,8%) Jenis cacat bocor

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. SOSIS Sosis adalah daging olahan yang paling menggugah selera dan paling banyak dikonsumsi. Kata sosis berasal dari berasal dari Bahasa Latin yaitu salsus yang berarti digarami

Lebih terperinci

Disusun Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) JAKARTA 2015

Disusun Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) JAKARTA 2015 USULAN PERBAIKAN KUALITAS PERCETAKAN BUKU YASIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC Nama : Andi Putra Pratama NPM : 30411742 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing 1 : Dr. Ir. Sudaryanto, MSc. Pembimbing 2 :

Lebih terperinci

Perhitungan Downtime Losses Bulan Oktober dan November me Periode. Penyetelan Penyesuaian Kerusakan Mesin

Perhitungan Downtime Losses Bulan Oktober dan November me Periode. Penyetelan Penyesuaian Kerusakan Mesin Lampiran 1 Perhitungan Downtime Losses Bulan Oktober dan November 2015 Waktu (Menit) Downti Jenis me Periode Penyetelan Penyesuaian Kerusakan Mesin (menit) (1) (2) (3) (1+2+3) ACM 745 155 533 1.433 DPM

Lebih terperinci

Prosiding Manajemen ISSN:

Prosiding Manajemen ISSN: Prosiding Manajemen ISSN: 2460-6545 Analisis Pengendalian Kualitas dengan Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC) Produk Kue Astor untuk Meminimumkan Produk Rusak Pada PT. Prima Jaya A.M.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, memacu industri farmasi untuk meningkatkan kualitas produksi obatnya. Tuntutan akan adanya obat-obatan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pesaing lainnya, demikian juga halnya dengan PT Suparma.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pesaing lainnya, demikian juga halnya dengan PT Suparma. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, persaingan dunia usaha terjadi di berbagai bidang, baik di bidang perdagangan maupun jasa. Persaingan yang ada menjadikan sebuah perusahaan harus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Laporann Tugas Akhir BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif, menurut Moh, Nazir dalam Metode Penelitian, cetakan ke-4 (1999;63) yaitu

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Natasya Christy Mukuan 1701344251 LD21 Statistical Process Control Sejarah Statistical Process Control (SPC) Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan adanya desain atau skema langkah penelitian sebagai acuan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Permasalahan yang Terjadi Sebelum improvement, di bagian produksi coklat compound terdapat permasalahan yang belum dapat diketahui. Proses grinding coklat compound

Lebih terperinci

KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL

KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL KOMPETENSI Mahasiswa dapat menyusun peta pengendali kualitas proses statistika untuk data variabel dengan menggunakan software statistika,

Lebih terperinci

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang)

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Debora Anne Y. A., Desy Gunawan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan produksi kemasan makanan dari kertas karton CV. Yogyakartas yang berlokasi di Jl. Nyi Ageng Nis No. 20 B,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec,

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec, BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define Aktivitas proses produksi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Semarang Plant Central java ini dianalisis menggunakan diagram SIPOC (Supplier-Input-Proccess-Output- Customer).

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 80 N < N, (25.69 < 30 ) maka jumlah data dianggap cukup karena jumlah data atau pengamatan yang teoritis sudah dilampaui oleh jumlah data yang sebenarnya atau aktual. BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1.

Lebih terperinci

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016 7 Basic Quality Tools 14 Oktober 2016 Dr. Kaoru Ishikawa (1915 1989) Adalah seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang. As much as 95% of quality related problems in the factory can be solved

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam proses penelitian. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini

Lebih terperinci

Analisis Perbaikan Kualitas pada Mesin Warping terhadap Defect Putus Lusi

Analisis Perbaikan Kualitas pada Mesin Warping terhadap Defect Putus Lusi Petunjuk Sitasi: Ardine, N., Lukodono, R. P., & Ardianwiliandri, R. (217). Analisis Perbaikan Kualitas pada Mesin Warping terhadap Defect Putus Lusi. Prosiding SNTI dan SATELIT 217 (pp. D118-124). Malang:

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH STUDI LAPANGAN. IDENTIFIKASI MASALAH - Penanggulangan cacat machinning yang paling dominan

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH STUDI LAPANGAN. IDENTIFIKASI MASALAH - Penanggulangan cacat machinning yang paling dominan BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH STUDI LAPANGAN IDENTIFIKASI MASALAH - Penanggulangan cacat machinning yang paling dominan PENGUMPULAN DATA - Aliran Proses - Data historik cacat machinning hasil audit

Lebih terperinci