PENERAPAN MODEL GENERALIZED SPACE TIME PADA DATA HARGA GULA PASIR DI PULAU JAWA SUCI DARAPUTRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN MODEL GENERALIZED SPACE TIME PADA DATA HARGA GULA PASIR DI PULAU JAWA SUCI DARAPUTRI"

Transkripsi

1 1 PENERAPAN MODEL GENERALIZED SPACE TIME PADA DATA HARGA GULA PASIR DI PULAU JAWA SUCI DARAPUTRI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2 2

3 3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penerapan Model Generalized Space Time pada Data Harga Gula Pasir di Pulau Jawa adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2015 Suci Daraputri NIM G

4 4 ABSTRAK SUCI DARAPUTRI. Penerapan Model Generalized Space Time pada Data Harga Gula Pasir di Pulau Jawa. Dibimbing oleh MUHAMMAD NUR AIDI dan ITASIA DINA SULVIANTI. Model generalized space time autoregressive (GSTAR) merupakan model dengan data deret waktu yang mempunyai keterkaitan lokasi dan waktu (space time). Model GSTAR merupakan pengembangan dari model space time autoregressive (STAR) dengan asumsi parameter-parameter model berbeda untuk setiap lokasi sehingga model GSTAR cenderung lebih fleksibel dibandingkan model STAR. Tujuan penelitian ini adalah menentukan model ruang waktu yang sesuai pada data harga gula pasir di Pulau Jawa. Data yang digunakan adalah data mingguan harga gula pasir di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten pada Juli 2008 sampai Desember Model ruang waktu yang sesuai untuk data harga gula pasir di Pulau Jawa adalah GSTARI (1,1). Pembobot yang digunakan dalam penelitian ini bobot kebalikan jarak dan bobot contiguity. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa model terbaik adalah pembobotan contiguity yang mempunyai nilai mean absolute percentage error (MAPE) terkecil yaitu sebesar 3.66%. Kata kunci: contiguity, GSTAR, kebalikan jarak, space time ABSTRACT SUCI DARAPUTRI. Application of Generalized Space Time model at Data Price of Sugar in Java. Supervised by MUHAMMAD NUR AIDI and ITASIA DINA SULVIANTI. Generalized space time autoregressive (GSTAR) model is a model that function of location and time (space time). GSTAR is the development model of space time autoregressive (STAR) assuming different model parameters for each location so GSTAR tend to be more flexible than the STAR model. This research aim is determining suitable space time model of sugar price data in Java Island. The data used is the weekly price of sugar in Jakarta, West Java, Central Java, DI Yogyakarta, East Java and Banten in July 2008 until December The suitable space time model for sugar rates data in Java is GSTARI (1.1). The weight used in this research is inversed distance and contiguity. Modeling results show that the best model is weighted contiguity which has the smallest value of mean absolute percentage error (MAPE) about 3.66 %. Key words: contiguity, GSTAR, inversed distance, space time

5 5 PENERAPAN MODEL GENERALIZED SPACE TIME PADA DATA HARGA GULA PASIR DI PULAU JAWA SUCI DARAPUTRI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika pada Departemen Statistika DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

6 6

7 Judul Skripsi: Penerapan Model Generalized Space Time pada Data Harga Gula Pasir di Pulau Jawa Nama : Suci Daraputri NIM : Gl Disetujui oleh Dr Ir Muhammad Nur Aidi, MS Pembimbing I Dra Itasia Dina Sulvianti, MSi Pembimbing II Diketahui o!eh /16 Dr Anang Kumr, MSi Ketua Departemen TanggaJ Lu!us : h..,.. ~ """ u t:u I

8 8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 ini ialah dengan judul Penerapan Model Generalized Space Time pada Data Harga Gula Pasir di Pulau Jawa. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Muhammad Nur Aidi, MS dan Ibu Dra Itasia Dina Sulvianti, MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran, bimbingan, motivasi dan kesabarannya selama penulis menyelesaikan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih untuk kedua orang tua penulis Mama dan Papa yang telah menjadi orang tua terbaik yang selalu memberikan motivasi, nasehat, cinta, perhatian, dan kasih sayang serta doa kepada penulis. Ungkapan terima kasih kepada kedua saudara kandung penulis abang Vino dan Riyan. Keluarga besar penulis yaitu, Mama Ita, Alam, Oji yang selalu memberikan perhatian, semangat dan doa kepada penulis serta seluruh keluarga besar lainnya. Selain itu penulis ucapkan terima kasih kepada mama Novi, bang Eris yang membantu memperlancar skripsi penulis, teman-teman statistika 48 IPB khususnya Indri, Najmi, Zunita, Radita, Wijay dan Jumadi yang selalu menjadi teman dalam senang dan susah, teman pejuang GSTAR Ibu Nurita, Ka Dania, Ka Ferdian yang selalu mengajarkan dengan kesabarannya, teman-teman Limpapeh Rumah Nan Gadang khususnya Ocin, Sastra, Via, teman sebimbingan, temanteman MRCA, teman-teman Fakta Bahasa Jaksel selain itu Kak Ici, Kak Ica, Delin, Rian atas motivasi dan perhatiannya kepada penulis dan semua sahabat yang tak bisa diucapkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca. Bogor, Agustus 2015 Suci Daraputri

9 v DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Deret Waktu Peubah Tunggal 2 Deret Waktu Peubah Ganda 3 Kestasioneran Data Deret Waktu 4 Model Space Time Autoregressive (STAR) 5 Model Generalized Space Time Autoregressive (GSTAR) 6 Pemilihan Bobot Lokasi pada Model GSTAR 6 Kriteria Pemilihan Model Terbaik 7 METODOLOGI 8 Data 8 Prosedur Analisis Data 8 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Deskripsi Data 9 Kestasioneran Data 11 Model GSTAR 13 Pendugaan Parameter Model GSTAR 14 Pengujian Asumsi Sisaan 19 Pemilihan Model Terbaik 19 SIMPULAN 20 DAFTAR PUSTAKA 20 RIWAYAT HIDUP 26

10 vi DAFTAR TABEL 1 Nilai Indeks Moran 9 2 Statistik deskriptif data harga gula pasir 11 3 Perbandingan nilai-p tes ADF pada data harga gula pasir 12 4 Ringkasan nilai AICC dari semua model tentatif 14 5 Jarak antar lokasi menggunakan jarak Euclidian 15 6 Nilai matriks bobot kebalikan jarak 15 7 Nilai dugaan dengan bobot kebalikan jarak 16 8 Penilaian dari setiap lokasi di Pulau Jawa 17 9 Nilai matriks bobot contiguity Nilai dugaan dengan bobot contiguity Nilai MAPE 19 DAFTAR GAMBAR 1 Plot deret waktu harga gula pasir per minggu di Pulau Jawa 10 2 Peta tematik harga gula pasir di Pulau Jawa 11 3 Plot deret waktu data harga gula pasir di Pulau Jawa 12 4 Plot (a) MACF (b) MPACF data harga gula pasir di Pulau Jawa 13 DAFTAR LAMPIRAN 1 Korelasi antar lokasi 21 2 Nilai Indeks Moran 22 3 Hasil nilai Ljung and Box test 23 4 Plot nilai validasi model GSTAR dengan bobot kebalikan jarak 24 5 Plot nilai validasi model GSTAR dengan bobot contiguity 25

11 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gula pasir merupakan salah satu komoditi bahan makanan pokok yang sangat penting karena manfaatnya sebagai sumber kalori, bahan pemanis serta pengawet makanan dan minuman. Selain itu, gula pasir memiliki kontribusi dalam pemenuhan konsumsi bahan pemanis di Indonesia mencapai lebih dari 70 % disusul gula merah dan bahan pemanis lainnya. Tingginya kontribusi gula dan semakin bertambahnya jumlah penduduk sedangkan tidak diikuti dengan produksi gula yang tinggi membuat harga gula akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu (Arifin N 2014). Harga gula di setiap lokasi berbeda-beda karena memiliki perbedaan permintaan dan ketersediaan stok gula. Menurut data Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia (KPPU) pada tahun 2010 Provinsi Jawa Timur adalah salah satu produsen gula dengan jumlah produksi ton, sementara konsumsinya hanya ton. Keadaan ini membuat Provinsi Jawa Timur menjadi lokasi pemasok gula ke lokasi-lokasi yang ada disekitarnya seperti Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Barat (KPPU 2010). Hal ini mengindikasikan terdapatnya keterkaitan antar lokasi di Pulau Jawa pada data harga gula pasir. Perkembangan perubahan harga gula pasir selama beberapa tahun akan mengikuti bentuk data deret waktu dan memiliki keterkaitan antar lokasi. Harga gula pasir selama beberapa tahun dan memiliki keterkaitan antar lokasi menyebabkan peramalan dengan analisis deret waktu seperti autoregressive integrated moving average (ARIMA) tidak dapat digunakan karena ARIMA tidak memperhitungkan pengaruh antar lokasinya. Pemodelan data yang melibatkan ruang dan waktu adalah space time autoregressive integrated moving average (STARIMA) (Pfeifer dan Deutsch 1980). Batasan kajian yang dilakukan pada pemodelan penelitian ini adalah space time autoregressive integrated (STARI) dengan integrated menunjukkan adanya pembedaan jika data tidak stasioner. Apabila data telah stasioner tanpa dilakukan pembedaan maka pemodelannya adalah space time autoregressive (STAR). Model STAR merupakan model yang menekankan efek waktu yang diamati pada beberapa lokasi. Namun, STAR memiliki kelemahan yaitu model ini mengasumsikan parameter ruang waktu bernilai sama pada semua lokasi. Pengembangan model STAR yang dapat mengatasi kondisi tersebut adalah model generalized space time autoregressive (GSTAR) yang diperkenalkan oleh Pfeifer dan Deutsch (1980). Model GSTAR mengasumsikan parameter ruang waktu bernilai berbeda untuk setiap lokasi. Model GSTAR adalah salah satu model yang banyak digunakan untuk memodelkan dan meramalkan data deret waktu dan lokasi. Selain itu, model GSTAR menghasilkan model ruang waktu dengan parameter-parameter yang tidak harus sama untuk faktor waktu ataupun lokasi. Pendekatan dalam model ini dapat dilakukan dengan deret waktu peubah tunggal dan deret waktu peubah ganda. Data deret waktu peubah tunggal dapat dilakukan dengan pendekatan autoregressive (AR) dan data deret waktu peubah ganda dapat dilakukan dengan pendekatan vector autoregressive (VAR). Penelitian ini menggunakan data deret waktu peubah ganda yang mengasumsikan data setiap lokasi pada data ruang

12 2 waktu dijadikan peubah tersendiri yang saling berkorelasi satu dengan lainnya. Kelebihan dengan pendekatan VAR dibandingkan AR adalah pemodelan dilakukan secara serentak dalam menentukan ordo waktu pada model GSTAR. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menentukan model ruang waktu yang sesuai pada data harga gula pasir di Pulau Jawa. TINJAUAN PUSTAKA Deret Waktu Peubah Tunggal Data deret waktu (time series) merupakan proses stokastik { T }, dengan indeks parameter waktu. Unit dari waktu dapat berupa tahun, semester, triwulan, bulan, minggu, hari, jam, menit atau detik. Hal ini bergantung pada penelitian yang dimodelkan. Salah satu tujuan utama dari membangun model data deret waktu adalah dapat meramalkan nilai untuk waktu mendatang (Cryer dan Kung 2008). Data deret waktu dapat dibedakan menjadi dua bagian berdasarkan jumlah peubah yang diteliti, yaitu data deret waktu peubah tunggal (univariate time series) dan data deret waktu peubah ganda (multivariate time series). Data deret waktu peubah tunggal adalah pemodelan deret waktu dengan satu peubah tanpa mempertimbangkan peubah lain. Model autoregressive merupakan model regresi terhadap diri sendiri. Model ini dapat diartikan sebagai korelasi linear deret waktu itu sendiri dengan selisih waktu (time lag) 0,1,2 periode atau lebih. Bentuk umum model autoregressive dengan ordo p atau dapat ditulis dengan AR ( ) mempunyai persamaan umum sebagai berikut: dengan: = nilai parameter autoregressive pada lag waktu ke- = nilai galat pada waktu ke- = nilai deret waktu ke- Identifikasi model data deret waktu peubah tunggal dapat dilakukan berdasarkan plot terhadap data atau struktur autocorrelation function (ACF) dan fungsi partial autocorrelation function (PACF). Autocorrelation Function (ACF) Fungsi autokorelasi adalah korelasi antara nilai-nilai suatu deret waktu yang sama dengan selisih waktu (time lag) 0, 1, 2 periode atau lebih. ACF

13 3 digunakan untuk mengidentifikasi model MA. Persamaan fungsi autokorelasi dapat dirumuskan sebagai berikut: dengan: = nilai dari fungsi autokorelasi (ACF) pada lag waktu ke- = nilai deret waktu ke- = rata-rata data pengamatan = banyaknya data pengamatan Partial Autocorrelation Function (PACF) Fungsi autokorelasi parsial digunakan untuk mengukur derajat asosiasi antara nilai deret waktu ke- ( dengan nilai deret waktu pada waktu sebelum (, ketika efek dari rentang atau jangka waktu (time lag) dihilangkan. PACF digunakan untuk mengidentifikasi model AR. Persamaan fungsi parsial autokorelasi dapat dirumuskan sebagai berikut: dengan: = nilai dari fungsi autokorelasi (ACF) pada lag waktu ke-k = ordo autoregressive = nilai dari fungsi autokorelasi parsial (PACF) pada AR ordo ke- Deret Waktu Peubah Ganda Multivariate time series merupakan deret waktu peubah ganda yang terdiri dari beberapa peubah. Identifikasi pada model deret waktu peubah ganda hampir sama dengan model deret waktu peubah tunggal. Identifikasi tersebut dapat dilakukan dengan melakukan plot terhadap data atau dengan melihat struktur matriks fungsi korelasi diri (matrix autocorrelation function [MACF]) dan matriks fungsi korelasi diri parsial (matrix autocorrelation function [MPACF]). Data deret waktu peubah ganda pada penelitian ini dimodelkan dengan VAR. Model VAR (p) dapat dituliskan sebagai berikut: dengan: = vektor data deret waktu berukuran (n 1) pada waktu ke-t = matriks parameter autoregressive berukuran (n n) pada lag waktu ke-i = vektor sisaan berukuran (n 1) pada waktu ke-t = ordo autoregressive

14 4 Matrix Autocorrelation Function (MACF) Diberikan suatu vektor deret waktu sebanyak pengamatan. Matriks korelasi silang antara vektor ke- dan ke- pada lag waktu ke- ( ( )) dinyatakan sebagai: = dengan: = rata-rata contoh pada vektor deret waktu ke- = rata-rata contoh pada vektor deret waktu ke = banyaknya data pengamatan = lag waktu Fungsi matrix autocorrelation function (MACF) sangat diperlukan dalam model MA, bila matriks korelasinya bernilai nol setelah lag ke-, maka model yang bersesuaian adalah MA ( ). Matrix Partial Autocorrelation Function (MPACF) Fungsi matrix partial autocorrelation function (MPACF) sangat diperlukan dalam model AR. Persamaan matriks fungsi MPACF dirumuskan sebagai berikut (Wei 2006): Wei (2006) mendefinisikan matriks fungsi korelasi parsial pada lag waktu ke-k dinotasikan dengan sebagai koefisien matriks terakhir jika data diterapkan untuk suatu proses vektor autoregressive pada lag waktu ke-, hal ini merupakan pengembangan definisi fungsi parsial contoh untuk deret waktu peubah tunggal yang dikemukakan oleh Box dan Jenkins. Kestasioneran Data Deret Waktu Kestasioneran merupakan syarat utama dalam analisis data deret waktu. Kestasioneran data dibagi menjadi dua, yaitu data yang stasioner dan tidak stasioner. Data deret waktu stasioner adalah data deret waktu yang memiliki sebaran peluang pada setiap observasi sama untuk keseluruhan periode waktu (Montgomery et al. 2008). Kestasioneran menunjukkan kestabilan pada data, sehingga data deret waktu memiliki nilai rataan serta ragam yang konstan. Uji untuk melihat kestasioneran data yang sangat sederhana dengan membuat plot antara nilai observasi dan waktu. Kemudian, dapat terlihat polanya jika diperkirakan nilai tengah dan ragam yang konstan, maka data tersebut stasioner. Selain itu, kestasioneran dapat dilihat dengan menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF) untuk memeriksa kestasioneran terhadap rataan

15 5 dan transformasi Box Cox untuk menstabilkan ragam. Hipotesis yang digunakan pada uji ADF (Sedighi et al. 2000) adalah: Terdapat akar unit, data tidak stasioner Tidak terdapat akar unit, data stasioner Kriteria keputusannya adalah bahwa ditolak apabila nilai statistik dari uji ADF lebih besar daripada nilai kritis MacKinnon sehingga disimpulkan data stasioner. Secara umum, formulasi dari uji ADF adalah sebagai berikut: dengan: = selisih data pengamatan waktu ke- dengan waktu sebelumnya = nilai deret waktu ke- = konstanta = kofisien dari autoregressive = nilai sisaan pada waktu ke- Model Space Time Autoregressive (STAR) Model yang dapat menjelaskan hubungan antara suatu lokasi dan lokasi sekitarnya adalah model spasial. Permasalahan yang sering muncul dalam model spasial adalah pemilihan atau penentuan bobot lokasi. Matriks ketergantungan spasial adalah matriks yang menggambarkan hubungan antar lokasi. Seringkali dalam kehidupan sehari-hari dijumpai data yang tidak hanya mengandung keterkaitan dengan kejadian pada waktu-waktu sebelumnya, tetapi juga mempunyai keterkaitan dengan lokasi. Data ini disebut data deret waktu dan lokasi. Data ini dapat dimodelkan dengan model ruang dan waktu. Model ruang waktu (space time) merupakan salah satu model yang dapat menggabungkan unsur waktu dan lokasi pada suatu data deret waktu. Model ini merupakan pemodelan dari sejumlah pengamatan yang terdapat pada tiap N lokasi dalam suatu ruang ( ) terhadap t periode waktu. Efek waktu dirumuskan sebagai model deret waktu dan efek lokasi dirumuskan sebagai matriks bobot spasial. Model space time autoregressive (STAR) adalah model yang dikategorikan berdasarkan lag yang berpengaruh secara linear baik dalam lokasi maupun waktu (Pfeifer dan Deutsch 1980). Persamaan model STAR ( ) sebagai berikut (Pfeifer dan Deutsch 1980): dengan: = lag waktu = lag spasial

16 6 = parameter STAR pada lag waktu k dan lag spasial = matriks bobot ukuran ( ) pada lag spasial dengan adalah matriks identitas ukuran ( ) = vektor sisaan berukuran ( ) pada waktu ke- = vektor data deret waktu ukuran ( ) pada waktu ke- Model Generalized Space Time Autoregressive (GSTAR) Model generalized space time autoregressive (GSTAR) merupakan perluasan model STAR (Pfeifer dan Deutsch 1980). Model GSTAR merupakan pengembangan dari model STAR dengan asumsi parameter-parameter model berubah untuk setiap lokasi sehingga model GSTAR cenderung lebih fleksibel dibandingkan model STAR. Secara matematis, notasi dari model GSTAR adalah GSTAR( ). Menurut Pfeifer dan Deutsch (1980) persamaan model GSTAR ( ) secara umum sebagai berikut: dengan: = lag waktu = lag spasial = matriks parameter STAR pada lag waktu dan lag spasial = matriks bobot ukuran ( ) pada lag spasial dengan adalah matriks identitas ukuran ( ) = vektor sisaan berukuran ( ) pada waktu ke- = vektor data deret waktu ukuran ( ) pada waktu ke- Pengidentifikasian lag waktu didapatkan dengan pendekatan VAR (p). Model GSTAR salah satu bentuk khusus dari model VAR (Ruchjana 2002). Bobot Kebalikan Jarak Pemilihan Bobot Lokasi pada Model GSTAR Pembobotan dengan metode kebalikan jarak ditentukan berdasarkan jarak sebenarnya antar lokasi. Bobot kebalikan jarak memberikan nilai bobot yang besar untuk jarak yang lebih dekat dan memberikan nilai bobot yang kecil untuk jarak yang lebih jauh (Rahmadani 2011). Penghitungan jarak antar lokasi ini dapat menggunakan koordinat lintang dan bujur dari titik pusat lokasi yang diamati. Ilustrasi dari pembobot kebalikan jarak, misalkan terdapat lokasi sehingga dengan adalah indeks lokasi ke-, dengan dan masing-masing menunjukkan koordinat lintang dan koordinat bujur lokasi tersebut, merupakan jarak antar lokasi ke- terhadap lokasi lainnya misalkan lokasi ke-, dan adalah nilai kebalikan dari, sehingga didapatkan persamaan :

17 7 [ ( )] [ ( )] dan persamaan matematis bobot kebalikan jarak lokasi ke- dan lokasi ke- ( ) dinyatakan sebagai berikut: dengan: = elemen dari baris ke-, kolom ke- pada matriks bobot kebalikan jarak Bobot Contiguity Matriks pembobot contiguity adalah matriks yang menggambarkan hubungan antar lokasi, nilai 1 diberikan jika lokasi ke- berdekatan dengan lokasi ke-, sedangkan nilai 0 diberikan jika lokasi ke- tidak saling berdekatan dengan lokasi ke-. Matriks ini disebut juga dengan binary matrix (Lee dan Wong 2001). Pembobotan contiguity dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh masingmasing tetangga terhadap suatu lokasi. Cara menghitung pembobotan contiguity dengan menghitung rasio antara nilai pada lokasi tertentu dengan jumlah nilai lokasi tetangganya. Persamaan matematis bobot contiguity dinyatakan sebagai berikut: dengan: = nilai baris ke- kolom ke- Nilai = jumlah nilai baris kemenggambarkan pengaruh lokasi ke- pada lokasi ke- Kriteria Pemilihan Model Terbaik Akaike s Information Criterion Corrected (AICC) dan Mean Absolute Percentage Error (MAPE) akan digunakan dalam proses pemilihan model terbaik. Salah satu kriteria pemilihan dalam penentuan model terbaik adalah AICC. Model terbaik adalah model dengan nilai AICC paling kecil. Rumus untuk mendapatkan AICC (Hurvich dan Tsai 1989): dengan: = dugaan ragam dari galat

18 8 n = banyaknya parameter yang diduga = banyaknya data pengamatan Selanjutnya, untuk mendapatkan model yang baik maka harus dilakukan kriteria pemilihan model. Kriteria pemilihan model terbaik adalah memilih nilai MAPE terkecil. Nilai MAPE dihitung dengan menggunakan kesalahan absolut pada tiap periode dibagi dengan nilai observasi yang nyata untuk periode itu. Kemudian, merata-ratakan kesalahan persentase absolut tersebut. Nilai MAPE mengindikasikan seberapa besar kesalahan dalam validasi yang dibandingkan dengan nilai nyata. Rumus untuk mendapatkan MAPE: dengan: = selisih nilai pengamatan dan nilai dugaan pada lokasi ke-, waktu ke- = nilai pengamatan pada lokasi ke-, waktu ke- = banyaknya data pengamatan = waktu METODOLOGI Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapatkan dari Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. Penelitian ini menggunakan data harga gula di Pulau Jawa yang meliputi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten. Data harga gula pasir diambil pada periode minggu pertama Juli 2008 hingga minggu ketiga Desember Prosedur Analisis Data Metode penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu : 1. Pembagian data. Data harga gula pasir dibagi mejadi dua bagian yaitu, 90% dan 10%. Proporsi 90% untuk pendugaan model dan 10% untuk validasi model. 2. Eksplorasi data. i. Penelitian terhadap data gula diawali dengan melihat korelasi antar lokasi. Korelasi antar lokasi dapat diketahui dengan menghitung indeks Moran. ii. Melakukan eksplorasi dengan melihat plot data untuk melihat gambaran secara umum tentang statistik deskriptif data harga gula pasir di setiap provinsi dari tahun

19 9 3. Memeriksa kestasioneran data. Kestasioneran yang harus dipenuhi adalah data harus stasioner dalam rataan dan ragam. Apabila data tidak stasioner maka akan dilakukan pembedaan data sedangkan jika data tidak stasioner dalam ragam maka akan dilakukan transformasi. 4. Pembentukan model GSTAR. i. Mengidentifikasi ordo model GSTAR ( ) dilakukan dengan pendekatan VAR (p). Mengidentifikasi VAR (p) dengan melihat lag MACF dan MPACF yang nyata. Selain itu, penentuan ordo GSTAR dihitung dari nilai AICC dengan nilai AICC yang paling kecil. ii. Pembentukan matriks pembobot kebalikan jarak dan contiguity. Setelah menghitung matriks pembobot tersebut, dapat dilakukan pemodelan GSTAR. iii. Pendugaan parameter model GSTAR. Melakukan pendugaan parameter model GSTAR tiap provinsi di Pulau Jawa untuk bobot kebalikan jarak dan bobot contiguity dengan metode kuadrat terkecil. 5. Pengujian asumsi sisaan. Melakukan uji asumsi sisaan dari model yang diperoleh untuk masingmasing bobot lokasi. Asumsi sisaan yang harus dipenuhi dalam pengujian ini adalah white noise. 6. Validasi model dan kesimpulan. Langkah selanjutnya adalah validasi model. Model terbaik menggunakan nilai MAPE terkecil dari model-model yang dihasilkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Berdasarkan 330 data pengamatan, dari periode minggu ke-1 bulan Juli 2008 hingga minggu ke-4 bulan April 2014 (297 minggu) digunakan untuk pendugaan model. Sedangkan sebanyak 33 minggu terakhir dari minggu ke-5 bulan April hingga minggu ke-3 bulan Desember 2014 digunakan untuk validasi model. Penelitian terhadap data gula diawali dengan melihat ketergantungan antar lokasi dan waktu. Korelasi antar lokasi dapat diketahui dengan menghitung indeks Moran. Indeks Moran digunakan untuk menghitung korelasi spasial antar lokasi. Tabel 1 memperlihatkan hasil nilai- Indeks Moran pada setiap bobot yang digunakan pada penelitian ini kurang dari 0.05 yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi spasial antar lokasi penelitian. Tabel 1 Nilai Indeks Moran Bobot Nilai Indeks Moran Nilai- Kebalikan jarak Contiguity

20 10 Besarnya hubungan satu lokasi terhadap lokasi lain dapat dilihat melalui nilai korelasi antar lokasi dengan waktu sebagai ulangan. Hasil korelasi antar lokasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan hasil tersebut, setiap lokasi yang ada di Pulau Jawa mempunyai nilai korelasi yang besar. Nilai korelasi antar lokasi berada diatas 0.9 dan signifikan pada alpha sebesar Data harga gula pasir dalam penelitian ini adalah data harga gula pasir pada enam provinsi di Pulau Jawa yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten. Deskripsi data secara statistik dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 menyajikan bentuk pola data harga gula pasir di enam provinsi di Pulau Jawa sesuai runtun waktu pada setiap provinsi. Pola data deret waktu pada Gambar 1 menunjukkan pola tren naik pada data harga gula. Bentuk pola tren setiap provinsi pada gambar tersebut mempunyai bentuk yang hampir sama yaitu membentuk pola tren naik. Pola tren tersebut mengindikasikan bahwa data harga gula pasir tidak stasioner. Time Series Plot of data gula di pulau Jawa DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Minggu Gambar 1 Plot deret waktu harga gula pasir per minggu di Pulau Jawa Peranan statistik deskriptif adalah memberikan informasi mengenai gambaran secara umum terhadap data harga gula pasir mingguan di setiap enam provinsi berbeda di Pulau Jawa dari tahun Tabel 2 memberikan informasi hasil deskripsi dari data harga gula pasir yaitu rata-rata, simpangan baku, nilai minimun dan nilai maksimum pada setiap provinsi berbeda. Berdasarkan Tabel 2, rata-rata tertinggi terdapat pada lokasi DKI Jakarta dengan harga Rp yang memiliki harga maksimum sebesar Rp yang terjadi pada minggu ke-3 bulan September 2012 dan harga minimum sebesar Rp yang terjadi pada beberapa minggu di tahun Sedangkan rata-rata tertinggi pada lokasi Jawa Timur dengan harga Rp yang memiliki harga maksimum sebesar Rp dan harga minimum hanya sebesar Rp Harga maksimum terjadi pada minggu ke-4 bulan Juni Harga minimun di Jawa

21 11 Timur terjadi pada minggu ke-1 bulan September 2008 dan harga minimum pada Jawa Timur merupakan harga minimum untuk seluruh provinsi di Pulau Jawa. Tabel 2 Statistik deskriptif data harga gula pasir Peubah Rata-rata Simpangan Baku Minimum Maksimum DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Harga rata-rata gula pasir juga ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar tersebut menunjukkan peta tematik harga gula pasir di Pulau Jawa yang menjelaskan lokasi yang memiliki harga rendah ditandai dengan warna yang lebih muda dibandingkan lokasi yang memiliki harga tinggi. Warna kuning merupakan warna yang paling muda yang mewakili Provinsi Jawa Timur dan warna merah tua merupakan warna yang paling tua yang mewakili Provinsi DKI Jakarta. Peta tersebut memperlihatkan harga murah berasal dari arah timur Pulau Jawa yang kemudian bergerak ke arah barat Pulau Jawa. Tidak Berskala Gambar 2 Peta tematik harga gula pasir di Pulau Jawa Kestasioneran Data Pemeriksaan kestasioneran data harga gula pasir dilakukan setelah mengetahui korelasi antar peubah. Pengujian kestasioneran data merupakan proses yang perlu dilakukan dalam analisis model GSTAR, jika data belum stasioner dalam rataan maka dilakukan pembedaan, sedangkan jika data belum stasioner dalam ragam maka perlu dilakukan transformasi. Berdasarkan Gambar 1, plot data harga gula pasir di Pulau Jawa ternyata tidak stasioner.

22 12 Selain dari plot data, kestasioneran dalam rataan dapat dilihat dengan menggunakan uji akar unit yang sering dikenal Augmented Dickey-Fuller (ADF). Jika nilai-p < alpha (0.05) maka data telah stasioner dalam taraf nyata 5%. Berdasarkan Tabel 3, nilai- pada data awal semua lokasi lebih besar dari alpha (0.05). Hal ini menunjukkan bahwa semua data harga gula semua lokasi tidak stasioner. Ketidakstasioneran data pada setiap lokasi mengharuskan perlunya dilakukan pembedaan. Pembedaan dilakukan sebanyak satu kali pada semua lokasi. Setelah dilakukan pembedaan diperoleh hasil bahwa data harga gula pasir pada semua lokasi menjadi stasioner. Nilai-p setelah dilakukan pembedaan dapat dilihat pada Tabel 3 dan plot data dapat dilihat pada Gambar 3. Nilai-p pada masing-masing lokasi sebesar < , hal ini menunjukkan bahwa data telah stasioner karena semua nilai-p < Plot data pada Gambar 3 juga menunjukkan bahwa data telah stasioner dalam ragam. Setelah dilakukan pembedaan, pembentukan model menjadi generalized space time autoregressive integrated (GSTARI). Tabel 3 Perbandingan nilai-p tes ADF pada data harga gula pasir nilai-p sebelum pembedaan nilai-p setelah pembedaan DKI Jakarta < Jawa Barat < Jawa Tengah < DI Yogyakarta < Jawa Timur < Banten < Plot Time Series Harga Gula Pasir dengan Pembedaan DKI Jakarta 1000 Jawa Barat 2000 Jawa Tengah DI Yogyakarta 2000 Jawa Timur Banten Index 267 Gambar 3 Plot deret waktu data harga gula pasir di Pulau Jawa

23 13 Model GSTAR Ordo spasial dan ordo waktu merupakan ordo yang menentukan ordo pada penelitian ini. Penentuan ordo spasial pada umumnya menggunakan nilai 1, karena untuk ordo yang lebih tinggi akan sulit diinterpretasikan. Selain itu, pembatasan nilai ordo spasial dengan nilai 1 karena lokasi yang digunakan pada penelitian ini cukup sedikit yaitu enam lokasi. Model GSTAR ( ) merupakan model versi terbatas dari model VAR (p). Oleh karena itu, ordo waktu pada model GSTAR dapat diturunkan dari ordo model VAR. Tahapan selanjutnya pada pemodelan VAR (p) adalah menentukan. merupakan ordo waktu yang juga ordo pada pemodelan VAR. Makna ordo model adalah pada saat lag berapa masih terdapat pengaruh yang nyata dari salah satu peubah terhadap peubah lainnya. Pada tahap identifikasi, proses pembentukan model VAR dilakukan melalui identifikasi MACF, MPACF dan nilai AICC pada beberapa ordo model. Schematic Representation of Cross Correlations Variable/Lag DKI Jakarta Bandung Semarang Yogyakarta Surabaya Banten (a) Schematic Representation of Partial Cross Correlations Variable/Lag DKI Jakarta Bandung Semarang Yogyakarta Surabaya Banten (b) Gambar 4 Plot (a) MACF (b) MPACF data harga gula pasir di Pulau Jawa

24 14 Berdasarkan Gambar 4 terdapat tiga simbol yaitu, (+), (-), dan (.). Simbol (+) dan (-) menunjukkan adanya autokorelasi parsial data harga gula pasir di Pulau Jawa. Simbol (.) menunjukkan tidak adanya korelasi yang signifikan. Namun, MACF dan MPACF merupakan dasar identifikasi yang dilihat secara visual sehingga plot ini dianggap subjektif. Sehingga nilai AICC terkecil merupakan pemilihan optimum yang digunakan untuk penentuan ordo model VAR. AICC yang baik menghasilkan model yang memberikan tingkat galat yang kecil. Tabel 4 Ringkasan nilai AICC dari semua model tentatif Lag MA 0 MA 1 MA 2 MA 3 MA 4 MA 5 AR AR AR AR AR AR Tabel 4 merupakan hasil output yang menunjukkan nilai-nilai AICC yang mengkombinasikan semua model autoregressive (AR) dan moving average (MA) sampai lag ke 5. Berdasarkan Tabel 4 model AR merupakan model yang cocok pada data harga gula pasir karena nilai AICC terkecil pada AR (1) yaitu sebesar sehingga model yang terbentuk adalah VAR (1). Ordo yang diperoleh pada data ini yaitu ordo 1 untuk ordo spasial dan ordo 1 untuk ordo waktunya. Ordo untuk model GSTAR yang diperoleh adalah GSTAR (1,1) dengan pembedaan satu kali (integrated) sehingga data harga gula pasir di Pulau Jawa memiliki model GSTARI (1,1). Pendugaan Parameter Model GSTAR Pendugaan Parameter dengan Bobot Kebalikan Jarak Bobot pertama yang diterapkan adalah bobot kebalikan jarak. Bobot ini memperlihatkan keterkaitan antara keenam lokasi (provinsi) berdasarkan jarak antar lokasi sebenarnya. Keenam lokasi mempunyai jarak yang berbeda sehingga bobot kebalikan jarak dapat diterapkan dalam pemodelan. Jarak antar lokasi dapat dilihat pada Tabel 5 yang merupakan hasil konversi batas lintang bujur (derajat) lokasi (provinsi) menggunakan pendekatan jarak Euclidian. Simbol pada Tabel 5 yaitu: Y 1, Y 2, Y 3, Y 4, Y 5, Y 6 disebut sebagai peubah yang akan dipakai pada analisis selanjutnya. Peubah Y 1 adalah harga gula pasir di Provinsi DKI Jakarta, Peubah Y 2 adalah harga gula pasir di Provinsi Jawa Barat, Peubah Y 3 adalah harga gula pasir di Provinsi Jawa Tengah, Peubah Y 4 adalah harga gula pasir di Provinsi DI Yogyakarta, Peubah Y 5 adalah harga gula pasir di Provinsi Jawa Timur, dan Peubah Y 6 adalah harga gula pasir di Provinsi Banten.

25 15 Tabel 5 Jarak antar lokasi menggunakan jarak Euclidian Lokasi Y 1 Y 2 Y 3 Y 4 Y 5 Y 6 Y Y Y Y Y Y Bobot kebalikan jarak memberikan nilai bobot yang besar untuk jarak yang lebih dekat dan memberikan nilai bobot yang kecil untuk jarak yang lebih jauh. Hal ini disebabkan oleh untuk lokasi jarak yang jauh diduga memiliki keterkaitan antar lokasi yang kecil, demikian pula sebaliknya. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka terbentuk matriks pembobot kebalikan jarak yang ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6 Nilai matriks bobot kebalikan jarak Lokasi Y 1 Y 2 Y 3 Y 4 Y 5 Y 6 Y Y Y Y Y Y Model GSTAR (1,1) setiap lokasi dengan menggunakan bobot kebalikan jarak adalah sebagai berikut: = = = = = =

26 16 Langkah selanjutnya setelah mengetahui matriks pembobot kebalikan jarak dan model GSTAR (1,1) dengan bobot kebalikan jarak adalah melakukan pendugaan parameter dengan metode kuadrat terkecil. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Nilai dugaan dengan bobot kebalikan jarak Parameter Nilai Dugaan Tabel 7 menunjukkan dua belas parameter beserta nilai dugaannya dengan menggunakan bobot kebalikan jarak. Misalkan model harga gula pasir pada lokasi 1 (DKI Jakarta) sebagai berikut: = (0.298) (0.298) (0.298) (0.298) (0.298) = Berdasarkan model di atas dapat diinterpretasikan bahwa harga gula pasir pada Provinsi DKI Jakarta merupakan fungsi dari harga gula pasir pada provinsi itu sendiri pada waktu satu minggu sebelumnya, harga gula pasir pada Provinsi Jawa Barat pada waktu satu minggu sebelumnya, harga gula pasir pada Provinsi Jawa Tengah pada waktu satu minggu sebelumnya, harga gula pasir pada Provinsi DI Yogyakarta pada waktu satu minggu sebelumnya, harga gula pasir pada Provinsi Jawa Timur pada waktu satu minggu sebelumnya, harga gula pasir pada Provinsi Banten pada waktu satu minggu sebelumnya.

27 17 Pendugaan Parameter dengan Bobot Contiguity Bobot kedua yang diterapkan adalah bobot contiguity. Bobot contiguity adalah bobot yang memberikan nilai 1 jika lokasi ke- berdekatan dengan lokasi ke-, dan akan memberikan nilai 0 jika lokasi ke- tidak saling berdekatan dengan lokasi ke-. Makna berdekatan pada penelitian ini didasarkan pada langkah ratu pada pion catur. Lokasi yang berhimpit ke arah kanan, kiri, atas, bawah dan diagonal didefinisikan sebagai lokasi yang saling berdekatan. Tabel 8 memperlihatkan nilai dari setiap lokasi yang berada di Pulau Jawa. Tabel 8 Penilaian dari setiap lokasi di Pulau Jawa Lokasi Y 1 Y 2 Y 3 Y 4 Y 5 Y 6 Y Y Y Y Y Y Nilai 0 terdapat pada diagonal Tabel 8, hal tersebut menjelaskan bahwa suatu lokasi tidak saling berdekatan pada lokasi yang lain. Setiap baris pada Tabel 8 menunjukkan bagaimana satu lokasi berhubungan spasial dengan lokasi lain, sehingga jumlah nilai pada baris ke- merupakan jumlah tetangga yang dimiliki oleh lokasi ke-. Lokasi Y 1 (DKI Jakarta) dan Y 6 (Banten) mempunyai dua tetangga yang berdekatan. Y 4 (DI Yogyakarta) dan Y 5 (Jawa Timur) masingmasing hanya memiliki satu tetangga yang berdekatan. Y 2 (Jawa Barat) dan Y 3 (Jawa Tengah) merupakan lokasi yang paling banyak memiliki tetangga yaitu sebanyak tiga tetangga berdekatan. Langkah selanjutnya adalah menghitung matriks pembobot contiguity. Matriks tersebut dapat dihitung dari rasio antara nilai pada lokasi tertentu dengan jumlah nilai lokasi tetangganya. Matriks bobot contiguity yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Nilai matriks bobot contiguity Lokasi Y 1 Y 2 Y 3 Y 4 Y 5 Y 6 Y Y Y Y Y Y

28 18 Model GSTAR (1,1) setiap lokasi dengan menggunakan bobot contiguity adalah sebagai berikut: = = Langkah selanjutnya setelah mengetahui matriks pembobot contiguity dan model GSTAR (1,1) dengan bobot contiguity adalah menduga parameter dengan metode kuadrat terkecil. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Nilai dugaan dengan bobot contiguity Parameter Nilai Dugaan Tabel 10 menunjukkan dua belas parameter beserta nilai dugaannya dengan menggunakan bobot contiguity. Misalkan model harga gula pasir pada lokasi 5 (Jawa Timur) sebagai berikut: = Berdasarkan model di atas dapat diinterpretasikan bahwa harga gula pasir pada Provinsi Jawa Timur merupakan fungsi dari harga gula pasir pada provinsi itu sendiri pada waktu satu minggu sebelumnya, harga gula pasir pada Provinsi Jawa Tengah pada waktu satu minggu sebelumnya.

29 19 Pengujian Asumsi Sisaan Asumsi sisaan yang harus terpenuhi adalah white noise sisaan. Pengujian asumsi white noise sisaan bertujuan mengetahui sisaan dari validasi pada model GSTARI (1,1). Sisaan yang dihasilkan harus bersifat identik dan independen. Pengujian dilakukan terhadap model GSTARI yang telah terbentuk dari bobot kebalikan jarak dan bobot contiguity. Asumsi White Noise Tujuan dari asumsi white noise untuk melihat hasil sisaan yang bersifat bebas satu sama lain (independen). Pemeriksaan white noise pada penelitian ini menggunakan Box Pierce test. Hipotesis yang digunakan adalah sisaan saling bebas dan sisaan tidak bebas. Terima jika nilai- > 0.05 yang menyatakan bahwa sisaan saling bebas. Lampiran 3 menunjukkan bahwa sisaan pada data harga gula pasir saling bebas. Pemilihan Model Terbaik Model terbaik adalah model dengan kesalahan ramalan terkecil. Ramalan dari model GSTARI dengan bobot kebalikan jarak dan contiguity menggunakan semua parameter yang akan dimasukkan ke dalam model. Setiap lokasi memiliki nilai MAPE pada setiap bobot yang digunakan. Perbandingan nilai MAPE hasil ramalan pada setiap model dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Nilai MAPE MAPE dari pembobot MAPE dari pembobot kebalikan jarak contiguity 3.87% 3.66% Secara umum, rata-rata nilai MAPE dengan bobot kebalikan jarak diperoleh sebesar 3.87% dan nilai MAPE dengan bobot contiguity sebesar 3.66%. Nilai MAPE menunjukkan bahwa besar kesalahan dalam meramal harga gula pasir di Pulau Jawa dengan nilai sebenarnya menggunakan bobot kebalikan jarak sebesar 3.87% sedangkan dengan bobot contiguity sebesar 3.66%. Berdasarkan nilai MAPE kedua bobot juga dapat diketahui bahwa tingkat ketepatan ramalan harga gula pasir di Pulau Jawa untuk model GSTARI (1,1) dengan rata-rata MAPE yang terkecil terletak pada bobot contiguity. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model terbaik adalah model GSTARI (1,1) dengan bobot contiguity.

30 20 SIMPULAN Data harga gula pasir di Pulau Jawa dipengaruhi oleh ruang dan waktu. Model yang sesuai untuk data harga gula pasir di Pulau Jawa adalah model ruang waktu dengan lag waktu 1 dan lag ruang 1 (GSTARI(1,1)). Model harga gula pasir di Pulau Jawa adalah = + dengan adalah matriks parameter pada lag waktu 1 dan lag ruang 0 dan adalah matriks parameter pada lag waktu 1 dan lag ruang 1. Bobot yang terbaik digunakan pada data harga gula pasir di Pulau Jawa adalah bobot contiguity. DAFTAR PUSTAKA Arifin N Pertumbuhan industri gula nasional masih lambat [internet] Apr 21 [tempat tidak diketahui]. [diunduh 2015 Mar 11]. Tersedia pada: Cryer JD, Kung-Sik C Time Series Analysis With Applicatin in R. Edisi Kedua. University of Lowa: Departement of Statistics & Actuarial Science. Hurvich C, Tsai C Regression and time series model selection in small simple. Biometrika. Volume 76. Hlm [KPPU] Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia (ID) Position Paper Komisi Pengawas Persaingan Usaha Terhadap Kebijakan Dalam Industri Gula [internet]. [Waktu dan tempat tidak diketahui]. [diunduh 2015 Mar 11]. Tersediapada: %20Position%20Paper%20Industri%20Gula.pdf Lee J, Wong DWS Statistical Analysis ArcView GIS. New York: John Wiley & Sons, Inc. Montgomery, Douglas C, Cheryl L Jennings, Murat Kulahci Introduction to Time Series Analysis and Forecasting. New Jersey (US) : John Wiley & Sons, Inc Pfeifer PE, Deutsch SJ A three-stage iterative procedure for space-time modeling. Technometrics. 22: Rahmadani Kajian Model Regresi Diri Ruang-Waktu Terampat (Kasus : Data Hotspot Kebakaran Hutan di Riau) [tesis]. Bogor (ID): Program Pascasarjana, IPB Ruchjana BN Pemodelan Kurva Produksi Minyak Bumi Menggunakan Model Generalisasi S-TAR. Bogor (ID): Forum Statistika dan Komputasi, Special Edition, IPB Wei W Time series analysis: univariate and multivariate methods. New York (US): Addison-Wesley Publishing Co

31 21 Lampiran 1 Korelasi antar lokasi Korelasi Pearson, N = 297 DKIJakarta Bandung Semarang Yogyakarta Surabaya Banten DKIJakarta Bandung Semarang Yogyakarta Surabaya Banten <.0001 <.0001 <.0001 <.0001 < <.0001 <.0001 <.0001 <.0001 < <.0001 <.0001 <.0001 <.0001 < <.0001 <.0001 <.0001 <.0001 < <.0001 <.0001 <.0001 <.0001 < <.0001 <.0001 <.0001 <.0001 <.0001

32 22 Lampiran 2 Nilai Indeks Moran Bobot Kebalikan Jarak Tes Indeks Moran Standar Deviasi Indeks Moran = , Nilai- = Nilai Indeks Moran Nilai Harapan Ragam Bobot Contiguity Tes Indeks Moran Standar Deviasi Indeks Moran = , Nilai- = Nilai Indeks Moran Nilai Harapan Ragam

33 23 Lampiran 3 Hasil nilai Ljung and Box test Bobot Kebalikan Jarak Model Nilai df Nilai-p Y Y Y Y Y Y Bobot Contiguity Model Nilai df Nilai- Y Y Y Y Y Y

34 24 Lampiran 4 Plot nilai validasi model GSTAR dengan bobot kebalikan jarak Grafik Peramalan Y1 Grafik Peramalan Y Variable RamY1 Y Variable RamY2 Y Harga Harga Waktu Waktu Grafik Peramalan Y3 Grafik Peramalan Y Variable RamY3 Y Variable RamY4 Y Harga Harga Waktu Waktu Grafik Peramalan Y5 Grafik Peramalan Y Variable RamY5 Y Variable RamY6 Y Harga Harga Waktu Waktu

35 25 Lampiran 5 Plot nilai validasi model GSTAR dengan bobot contiguity Grafik Peramalan Y1 Grafik Peramalan Y Variable RamY1 Y Variable RamY2 Y Harga Harga Waktu Waktu Grafik Peramalan Y3 Grafik Peramalan Y Variable RamY3 Y Variable RamY4 Y Harga Harga Waktu Waktu Grafik Peramalan Y5 Grafik Peramalan Y Variable RamY5 Y Variable RamY6 Y Harga Harga Waktu Waktu

36 26 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 07 Oktober 1993 dari pasangan Bapak Syamson Munir dan Ibu Elvi Yenti. Penulis berdarah Minang ini merupakan putri kedua dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 04 Pondok Kopi Jakarta pada tahun 2005 dan menengah pertama di SMP Negeri 252 Jakarta pada tahun Kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di Jakarta juga yaitu di SMA Negeri 61 Jakarta dan selesai pada tahun Selanjutnya pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Statistika FMIPA IPB dengan bidang penunjang Ekonomi Studi Pembangunan melalui jalur SNMPTN tertulis. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam dan luar kampus. Di dalam kampus penulis aktif pada kepengurusan Himpunan Keprofesian Gamma Sigma Beta (GSB) sebagai staf Survey and Research periode Penulis juga aktif terlibat dalam berbagai kepanitiaan seperti kepala divisi acara Masa Perkenalan Departemen (MPD) angkatan 50, staf divisi acara Statistika Ria, dan bendahara Career Development Training (CDT) pada tahun Penulis juga pernah menjadi Asisten Praktikum Ekonomi Umum selama dua tahun. Pada tahun 2013, penulis melaksanakan kegiatan Praktik Lapang selama dua bulan di perusahaan riset Polling Center yang bertempat di Blok M, Jakarta Selatan. Aktifitas di luar kampus adalah aktif pada Merry Riana Campuss Ambasador pada tahun 2014 dan komunitas Fakta Bahasa di Jakarta Selatan dari awal tahun 2015 hingga sekarang.

PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH

PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH Tri Mulyaningsih ), Budi Nurani R ), Soemartini 3) ) Mahasiswa Program Magister Statistika Terapan Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

SKRIPSI JURUSAN STATISTIKA PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN 4 KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR)

SKRIPSI JURUSAN STATISTIKA PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN 4 KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN 4 KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) SKRIPSI Disusun Oleh : LINA IRAWATI NIM : 24010211140072 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Penelitian ini diawali dengan melihat ketergantungan antar lokasi dan waktu. Lokasi-lokasi dalam penelitian ini saling berhubungan, hal ini ditunjukkan dengan nilai

Lebih terperinci

Pemodelan Inflasi di Kota Semarang, Yogyakarta, dan Surakarta dengan pendekatan GSTAR

Pemodelan Inflasi di Kota Semarang, Yogyakarta, dan Surakarta dengan pendekatan GSTAR JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol., No., (0) 7-0 (0-X Prin D-7 Pemodelan Inflasi di Kota Semarang, Yogyakarta, dan Surakarta dengan pendekatan GSTAR Laily Awliatul Faizah dan Setiawan Jurusan Statistika,

Lebih terperinci

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Vol. 9, No., 9-5, Januari 013 Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Fitriani, Erna Tri Herdiani, M. Saleh AF 1 Abstrak Dalam analisis deret waktu

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL ESTIMASI PARAMETER GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) DENGAN VARIABEL EKSOGEN BERTIPE METRIK

PERBANDINGAN HASIL ESTIMASI PARAMETER GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) DENGAN VARIABEL EKSOGEN BERTIPE METRIK PERBANDINGAN HASIL ESTIMASI PARAMETER GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) DENGAN VARIABEL EKSOGEN BERTIPE METRIK Reza Mubarak ) dan Suhartono ) ) Program Pasca Sarjana Jurusan Statistika, Institut

Lebih terperinci

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software  For evaluation only. 20 TINJAUAN PUSTAKA Titik Panas Menurut Brown dan Davis (1973), kebakaran hutan adalah pembakaran yang tidak terkendali dan terjadi dengan tidak sengaja pada areal tertentu yang kemudian menyebar secara

Lebih terperinci

Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 1.

Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 1. MODEL GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE INTEGRATED DENGAN PEMBOBOT NORMALISASI KORELASI SILANG PADA PERKEMBANGAN ASET BPR DI PROVINSI JAWA BARAT, JAWA TENGAH, DAN JAWA TIMUR Susi Susanti ), Sri Sulistijowati

Lebih terperinci

Kurniawati, Sri Sulistijowati Handajani, dan Purnami Widyaningsih Program Studi Matematika FMIPA UNS

Kurniawati, Sri Sulistijowati Handajani, dan Purnami Widyaningsih Program Studi Matematika FMIPA UNS PERBANDINGAN PENERAPAN MODEL GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE DENGAN PEMBOBOT INVERS JARAK DAN NORMALISASI KORELASI SILANG PADA LAJU INFLASI DI KOTA SURAKARTA, YOGYAKARTA, DAN SURABAYA Kurniawati,

Lebih terperinci

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA 1) Nurul Latifa Hadi 2) Artanti Indrasetianingsih 1) S1 Program Statistika, FMIPA, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2)

Lebih terperinci

Model Space Time Autoregressive (STAR) Orde 1 Dan Penerapannya Pada Prediksi Harga Beras Di Kota Manado, Tomohon Dan Kabupaten Minahasa Utara

Model Space Time Autoregressive (STAR) Orde 1 Dan Penerapannya Pada Prediksi Harga Beras Di Kota Manado, Tomohon Dan Kabupaten Minahasa Utara Model Space Time Autoregressive (STAR) Orde 1 Dan Penerapannya Pada Prediksi Harga Beras Di Kota Manado, Tomohon Dan Kabupaten Minahasa Utara 1 Rahmadania Paita, 2 Nelson Nainggolan, 3 Yohanes A.R. Langi

Lebih terperinci

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n SBAB III MODEL VARMAX 3.1. Metode Analisis VARMAX Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n dengan variabel random Z n yang dapat dipandang sebagai variabel random berdistribusi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer

Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer 1 Faridah Yuliani dan 2 Dr. rer pol Heri Kuswanto 1,2 Jurusan Statistika

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) Liana Kusuma Ningrum dan Winita Sulandari, M.Si. Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: laju inflasi, GSTAR, invers jarak, normalisasi korelasi silang. iii

ABSTRAK. Kata kunci: laju inflasi, GSTAR, invers jarak, normalisasi korelasi silang. iii ABSTRAK Kurniawati. 2016. PERBANDINGAN PENERAPAN MODEL GENERA- LIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE DENGAN PEMBOBOT INVERS JARAK DAN NORMALISASI KORELASI SILANG PADA LAJU INFLASI KO- TA SURAKARTA, YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

PERAMALAN OUTFLOW UANG KARTAL DI BANK INDONESIA WILAYAH JAWA TENGAH DENGAN METODE GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR)

PERAMALAN OUTFLOW UANG KARTAL DI BANK INDONESIA WILAYAH JAWA TENGAH DENGAN METODE GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) PERAMALAN OUTFLOW UANG KARTAL DI BANK INDONESIA WILAYAH JAWA TENGAH DENGAN METODE GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) SKRIPSI Disusun Oleh : AUKHAL MAULA FINA NIM. 24010212120014 DEPARTEMEN STATISTIKA

Lebih terperinci

BAB III GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE. Model GSTAR adalah salah satu model yang banyak digunakan untuk

BAB III GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE. Model GSTAR adalah salah satu model yang banyak digunakan untuk BAB III GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE 3.1 Indeks Gini Model GSTAR adalah salah satu model yang banyak digunakan untuk memodelkan dan meramalkan data deret waktu dan lokasi. Model ini merupakan

Lebih terperinci

Model Vector Autoregressive-Generalized Space Time Autoregressive

Model Vector Autoregressive-Generalized Space Time Autoregressive Model Vector Autoregressive-Generalized Space Time Autoregressive Hilma Mutiara Winata 1), Entit Puspita 2), Fitriani Agustina 3) 1), 2), 3) Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI *Surel: hilmamutiarawinata@gmail.com

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian II) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 2016 1 a. Lakukan proses pembedaan (differencing) sebanyak dua kali pada data asal. b. Lakukan pendugaan parameter pada

Lebih terperinci

PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR)

PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) SKRIPSI Oleh : PRISKA RIALITA HARDANI 24010211120020 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO Perbandingan Model ARIMA... (Alia Lestari) PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO Alia Lestari Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data 5 korelasi diri, dan plot korelasi diri parsial serta uji Augmented Dickey- Fuller b. Identifikasi Model dengan metode Box-Jenkins c. Pemutihan deret input d. Pemutihan deret output berdasarkan hasil pemutihan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PEMODELAN DAN PERAMALAN HARGA GULA BERDASARKAN MODEL SPACE TIME ARIMA DAN GENERALIZED SPACE TIME ARIMA DANIA SIREGAR

PERBANDINGAN PEMODELAN DAN PERAMALAN HARGA GULA BERDASARKAN MODEL SPACE TIME ARIMA DAN GENERALIZED SPACE TIME ARIMA DANIA SIREGAR PERBANDINGAN PEMODELAN DAN PERAMALAN HARGA GULA BERDASARKAN MODEL SPACE TIME ARIMA DAN GENERALIZED SPACE TIME ARIMA DANIA SIREGAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya, 21 Oktober 27 PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

PEMODELAN SEASONAL GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE

PEMODELAN SEASONAL GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE PEMODELAN SEASONAL GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (SGSTAR) (Studi Kasus: Produksi Padi di Kabupaten Demak, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Grobogan) SKRIPSI DisusunOleh: AISHA SHALIHA MANSOER

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri,1984). Setiap kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stasioner Analisis ARIMA Autoregressive Integrated Moving Average umumnya mengasumsikan bahwa proses umum dari time series adalah stasioner. Tujuan proses stasioner adalah rata-rata,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Oleh : Agustini Tripena ABSTRACT In this paper, forecasting the consumer price index data and inflation. The method

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA YANG BEKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA YANG BEKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA YANG BEKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER I Ketut Putra Adnyana 1, I Wayan Sumarjaya 2, I Komang Gde Sukarsa 3 1 Jurusan Matematika, Fakultas FMIPA

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC),

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC), BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC), prosedur pembentukan model Vector Error Correction (VEC), dan aplikasi model Vector Error Correction (VEC) pada penutupan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berikut teori-teori yang mendukung penelitian ini, yaitu konsep dasar peramalan, konsep dasar deret waktu, proses stokastik, proses stasioner, fungsi autokovarians (ACVF) dan fungsi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Data Deret Berkala Suatu deret berkala adalah himpunan observasi yang terkumpul atau hasil observasi yang mengalami peningkatan waktu. Data deret berkala adalah serangkaian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang II.. TINJAUAN PUSTAKA Indeks Harga Konsumen (IHK Menurut Monga (977 indeks harga konsumen adalah ukuran statistika dari perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang didapatkan.

Lebih terperinci

PERAMALAN PASANG SURUT AIR LAUT DI PULAU JAWA MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR)

PERAMALAN PASANG SURUT AIR LAUT DI PULAU JAWA MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) PERAMALAN PASANG SURUT AIR LAUT DI PULAU JAWA MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) (Studi Kasus : Ketinggian Pasang Surut Air Laut di Stasiun Pasang Surut Jakarta, Cirebon, Semarang

Lebih terperinci

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP SKRIPSI Disusun oleh : DITA RULIANA SARI NIM. 24010211140084 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

Prediksi Curah Hujan dengan Model Deret Waktu dan Prakiraan Krigging pada 12 Stasiun di Bogor Periode Januari Desember 2014.

Prediksi Curah Hujan dengan Model Deret Waktu dan Prakiraan Krigging pada 12 Stasiun di Bogor Periode Januari Desember 2014. Jur. Ris. & Apl. Mat. Vol. 1 (2017), no. 1, 1-52 Jurnal Riset dan Aplikasi Matematika e-issn: 2581-0154 URL: journal.unesa.ac.id/index.php/jram Prediksi Curah Hujan dengan Model Deret Waktu dan Prakiraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Peramalan merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa mendatang berdasarkan data pada masa lalu, berbasis pada metode ilmiah dan kualitatif yang dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Suhu Udara Rata-rata

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Suhu Udara Rata-rata suhu 18 20 22 24 26 28 30 32 ragam, maka dilakukan transformasi Box-Cox. d. Mengidentifikasi model. Dalam tahap ini akan didapat model-model sementara, dengan melihat plot ACF dan PACF. e. Pendugaan parameter

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Software Eviews Versi 4.1 dan Microsoft Office Excel Gambar 2 Plot IHSG.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Software Eviews Versi 4.1 dan Microsoft Office Excel Gambar 2 Plot IHSG. kointegrasi lebih besar dari nol maka model yang digunakan adalah VECM (Enders, 1995). 4. Analisis model VAR, VARD atau VECM. 5. Interpretasi terhadap model. 6. Uji kelayakan model. 7. Pengkajian fungsi

Lebih terperinci

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 110 117 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Lebih terperinci

APLIKASI GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) PADA PEMODELAN VOLUME KENDARAAN MASUK TOL SEMARANG. Abstract

APLIKASI GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) PADA PEMODELAN VOLUME KENDARAAN MASUK TOL SEMARANG. Abstract Aplikasi Generalized (Dian Anggraeni) APLIKASI GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) PADA PEMODELAN VOLUME KENDARAAN MASUK TOL SEMARANG Dian Anggraeni 1, Alan Prahutama 2, Shofi Andari 3 1 Staf

Lebih terperinci

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA PENDAHULUAN Prediksi data runtut waktu.

Lebih terperinci

Model Generalized Space Time Autoregressive (GSTAR) dengan Analisis Data Menggunakan Software R

Model Generalized Space Time Autoregressive (GSTAR) dengan Analisis Data Menggunakan Software R Model Generalized Space Time Autoregressive (GSTAR) dengan Analisis Data Menggunakan Software R Yulianti Talungke 1, Nelson Nainggolan 2, Djoni Hatidja 3 1 Program Studi Matematika, FMIPA, UNSRAT Manado,

Lebih terperinci

PEMODELAN INFLASI DI KOTA SEMARANG, YOGYAKARTA, DAN SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN GSTAR. Oleh : Laily Awliatul Faizah ( )

PEMODELAN INFLASI DI KOTA SEMARANG, YOGYAKARTA, DAN SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN GSTAR. Oleh : Laily Awliatul Faizah ( ) Seminar Hasil Tugas Akhir PEMODELAN INFLASI DI KOTA SEMARANG, YOGYAKARTA, DAN SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN GSTAR Oleh : Laily Awliatul Faizah (357) Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Setiawan, MS. Jurusan Statistika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI perpustakaanunsacid digilibunsacid BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian pertama bab kedua ini diberikan tinjuan pustaka yang berisi penelitian sebelumnya yang mendasari penelitian ini Pada bagian kedua bab

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, akan dilakukan analisis dan pembahasan terhadap data runtun waktu. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data

Lebih terperinci

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 1 8 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Lebih terperinci

PEMODELAN GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) SEASONAL PADA DATA JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA EMPAT KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH

PEMODELAN GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) SEASONAL PADA DATA JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA EMPAT KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH PEMODELAN GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) SEASONAL PADA DATA JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA EMPAT KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH SKRIPSI Disusun oleh: RONNY GUSNADI 24010211140083 JURUSAN STATISTIKA

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK KORELASI DIRI SISAAN PADA MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KURNIA SEKAR NEGARI

PERBANDINGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK KORELASI DIRI SISAAN PADA MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KURNIA SEKAR NEGARI PERBANDINGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK KORELASI DIRI SISAAN PADA MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KURNIA SEKAR NEGARI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian I) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 016 1 Ada tiga tahapan iterasi dalam pemodelan data deret waktu, yaitu: 1. Penentuan model tentatif (spesifikasi model)

Lebih terperinci

MODEL FUZZY RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORK UNTUK PERAMALAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MODEL FUZZY RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORK UNTUK PERAMALAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MODEL FUZZY RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORK UNTUK PERAMALAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman 593-602 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PEMODELAN SEASONAL GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (SGSTAR)

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Pipa di PT X

Peramalan Penjualan Pipa di PT X Elviani, et al. / Peramalan Penjualan Pipa di PT X / Jurnal Titra, Vol.. 2, No. 2, Juni 2014, pp. 55-60 Peramalan Penjualan Pipa di PT X Cicely Elviani 1, Siana Halim 1 Abstract: In this thesis we modeled

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji 35 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada Bab II akan dibahas konsep-konsep yang menjadi dasar dalam penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji ACF, uji PACF, uji ARCH-LM,

Lebih terperinci

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA)

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA) PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA) Oleh : Nofinda Lestari 1208 100 039 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data yang mempunyai keterkaitan dengan kejadian-kejadian sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN. Data yang mempunyai keterkaitan dengan kejadian-kejadian sebelumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Data yang mempunyai keterkaitan dengan kejadian-kejadian sebelumnya seringkali dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Data semacam ini disebut data runtun waktu

Lebih terperinci

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PEMODELAN NILAI INFLASI KOTA SURABAYA, MALANG DAN KEDIRI BERDASARKAN PENDEKATAN GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE SKRIPSI MUHINDRO ASRIONO PROGRAM STUDI S-1 STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

PERAMALAN DBIT AIR SUNGAI BRANTAS DENGAN METODE GSTAR DAN ARIMA

PERAMALAN DBIT AIR SUNGAI BRANTAS DENGAN METODE GSTAR DAN ARIMA PERAMALAN DBIT AIR SUNGAI BRANTAS DENGAN METODE GSTAR DAN ARIMA HENNY DWI KHOIRUN NISA 1205 100 044 Dosen Pembimbing Dra Nuri Wahyuningsih, MKes Seminar Tugas Ahir Senin, 19 juli 2010 Latar belakang 1.

Lebih terperinci

PEMODELAN TINGKAT INFLASI NASIONAL DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA SUCI UTAMI FIBRIANI

PEMODELAN TINGKAT INFLASI NASIONAL DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA SUCI UTAMI FIBRIANI PEMODELAN TINGKAT INFLASI NASIONAL DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA SUCI UTAMI FIBRIANI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ii

Lebih terperinci

Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA

Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA Jeine Tando 1, Hanny Komalig 2, Nelson Nainggolan 3* 1,2,3 Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PEMODELAN GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) SEASONAL PADA DATA JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA EMPAT KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH

PEMODELAN GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) SEASONAL PADA DATA JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA EMPAT KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 1017-1026 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PEMODELAN GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) SEASONAL

Lebih terperinci

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) Greis S. Lilipaly ), Djoni Hatidja ), John S. Kekenusa ) ) Program Studi Matematika FMIPA UNSRAT Manado

Lebih terperinci

oleh KURNIAWATI M

oleh KURNIAWATI M PERBANDINGAN PENERAPAN MODEL GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE DENGAN PEMBOBOT INVERS JARAK DAN NORMALISASI KORELASI SILANG PADA LAJU INFLASI KOTA SURAKARTA, YOGYAKARTA, DAN SURABAYA oleh KURNIAWATI

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

BAB 3 MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT BAB 3 MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT Model fungsi transfer multivariat merupakan gabungan dari model ARIMA univariat dan analisis regresi berganda, sehingga menjadi suatu model yang mencampurkan pendekatan

Lebih terperinci

PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten Indramayu)

PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten Indramayu) Xplore, 2013, Vol. 1(1):e3(1-7) c 2013 Departemen Statistika FMIPA IPB PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten

Lebih terperinci

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian Bab IV Pembahasan dan Hasil Penelitian IV.1 Statistika Deskriptif Pada bab ini akan dibahas mengenai statistik deskriptif dari variabel yang digunakan yaitu IHSG di BEI selama periode 1 April 2011 sampai

Lebih terperinci

UANG BEREDARR DAN TINGKAT INFLASI FEB RINA HANDAYANI

UANG BEREDARR DAN TINGKAT INFLASI FEB RINA HANDAYANI FUNGSI TRANSFER HUBUNGAN PERUBAHAN JUMLAH UANG BEREDARR DAN TINGKAT INFLASI FEB RINA HANDAYANI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKAA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI LULIK PRESDITA W 1207 100 002 APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI 1 Pembimbing : Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes BAB I PENDAHULUAN 2 LATAR BELAKANG 1. Stabilitas ekonomi dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Iklim Iklim ialah suatu keadaan rata-rata dari cuaca di suatu daerah dalam periode tertentu. Curah hujan ialah suatu jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah pada kurun waktu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 15 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perkembangan ekonomi dan bisnis dewasa ini semakin cepat dan pesat. Bisnis dan usaha yang semakin berkembang ini ditandai dengan semakin banyaknya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

PENDUGAAN DATA PERMINTAAN PRODUK YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI KALENDER (Studi Kasus: Modern Trade di Jakarta) MUHAMAD IQBAL HIDAYAD

PENDUGAAN DATA PERMINTAAN PRODUK YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI KALENDER (Studi Kasus: Modern Trade di Jakarta) MUHAMAD IQBAL HIDAYAD i PENDUGAAN DATA PERMINTAAN PRODUK YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI KALENDER (Studi Kasus: Modern Trade di Jakarta) MUHAMAD IQBAL HIDAYAD DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Model Generalized Space Time Autoregressive

Model Generalized Space Time Autoregressive Model Generalized Space Time Autoregressive (GSTAR) Orde 1 dan Penerapannya pada Prediksi Harga Beras di Kota Bitung, Kabupaten Minahasa dan Kabupaten Minahasa Selatan 1 Youla M. A. Latupeirissa, 2 Nelson

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA DENPASAR MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

PERAMALAN JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA DENPASAR MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT PERAMALAN JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA DENPASAR MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT Novian Endi Gunawan 1, I Wayan Sumarjaya 2, I G.A.M. Srinadi 3 1 Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

PERAMALAN PERMINTAAN PRODUK SARUNG TANGAN GOLF MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) DI PT. ADI SATRIA ABADI ABSTRAK

PERAMALAN PERMINTAAN PRODUK SARUNG TANGAN GOLF MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) DI PT. ADI SATRIA ABADI ABSTRAK PERAMALAN PERMINTAAN PRODUK SARUNG TANGAN GOLF MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) DI PT. ADI SATRIA ABADI Trio Yonathan Teja Kusuma 1, Sandra Praharani Nur Asmoro 2 1,2)

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN PREEMPTIVE GOAL PROGRAMMING (STUDI KASUS: UD. DODOL MADE MERTA TEJAKULA, SINGARAJA)

OPTIMALISASI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN PREEMPTIVE GOAL PROGRAMMING (STUDI KASUS: UD. DODOL MADE MERTA TEJAKULA, SINGARAJA) OPTIMALISASI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN PREEMPTIVE GOAL PROGRAMMING (STUDI KASUS: UD. DODOL MADE MERTA TEJAKULA, SINGARAJA) Ni Putu Deviyanti 1, Ni Ketut Tari Tastrawati 2, I Wayan Sumarjaya 3 1 Jurusan

Lebih terperinci

Pemodelan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Menggunakan ARFIMA

Pemodelan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Menggunakan ARFIMA Seminar Nasional Statistika IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 Pemodelan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Menggunakan ARFIMA 1 Harnum Annisa Prafitia dan 2 Irhamah

Lebih terperinci

MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE

MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE Data yang digunakan adalah data M2Trend.wf1 (buku rujukan pertama, bab-8). Model analisisnya adalah Xt = M2 diregresikan dengan t = waktu. Model yang akan

Lebih terperinci

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari BAB III MODEL STATE-SPACE 3.1 Representasi Model State-Space Representasi state space dari suatu sistem merupakan suatu konsep dasar dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan

Lebih terperinci

PERAMALAN DEBIT AIR SUNGAI BRANTAS DENGAN MODEL GSTAR DAN ARIMA. Abstrak

PERAMALAN DEBIT AIR SUNGAI BRANTAS DENGAN MODEL GSTAR DAN ARIMA. Abstrak PERAMALAN DEBIT AIR SUNGAI BRANTAS DENGAN MODEL GSTAR DAN ARIMA Oleh: Henny Dwi Khoirun Nisa 25 44 Dosen Pembimbing: Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk.

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk. PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. Djoni Hatidja ) ) Program Studi Matematika FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 955 email: dhatidja@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

MODEL ARMA (AUTOREGRESSIVE MOVING AVERAGE) UNTUK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH - INDONESIA. Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia

MODEL ARMA (AUTOREGRESSIVE MOVING AVERAGE) UNTUK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH - INDONESIA. Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia MODEL ARMA (AUTOREGRESSIVE MOVING AVERAGE) UNTUK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH - INDONESIA Adi Nugroho 1, Bistok Hasiholan Simanjuntak 2 1 Staf pengajar di Fakultas Teknologi Informasi

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL VARIMA DAN GSTARIMA UNTUK PERAMALAN INFLASI BULANAN ANDI SETIAWAN

KAJIAN MODEL VARIMA DAN GSTARIMA UNTUK PERAMALAN INFLASI BULANAN ANDI SETIAWAN KAJIAN MODEL VARIMA DAN GSTARIMA UNTUK PERAMALAN INFLASI BULANAN ANDI SETIAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 015 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

Lebih terperinci

Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Eksplorasi data. Identifikasi model ARCH

Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Eksplorasi data. Identifikasi model ARCH 6 Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Eksplorasi data Identifikasi model ARCH Pendugaan parameter dan pemilihan model ARCH/GARCH Uji pengaruh asimetrik

Lebih terperinci

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut. 1. Bobot lokasi yang digunakan dalam membentuk model

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARIMAX PADA DATA PERMINTAAN IKAN PATIN DI RESTORAN KARIMATA BOGOR ARIKMADI TRI WIDODO

PENERAPAN MODEL ARIMAX PADA DATA PERMINTAAN IKAN PATIN DI RESTORAN KARIMATA BOGOR ARIKMADI TRI WIDODO PENERAPAN MODEL ARIMAX PADA DATA PERMINTAAN IKAN PATIN DI RESTORAN KARIMATA BOGOR ARIKMADI TRI WIDODO DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER PKMT-2-13-1 PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER Umi Rosyiidah, Diah Taukhida K, Dwi Sitharini Jurusan Matematika, Universitas Jember, Jember ABSTRAK

Lebih terperinci

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 253 266. PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

Lebih terperinci

PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR)

PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman 101-110 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan atau coumpouding. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan atau coumpouding. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Investasi Menurut Fahmi dan Hadi (2009) investasi merupakan suatu bentuk pengelolaan dana guna memberikan keuntungan dengan cara menempatkan dana tersebut pada alokasi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH)

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH) Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 4 Hal. 80 88 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE

Lebih terperinci

PREDIKSI INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH TAHUN 2014 MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR)

PREDIKSI INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH TAHUN 2014 MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) PREDIKSI INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH TAHUN 2014 MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) SKRIPSI Disusun Oleh : TIKA NUR RESA UTAMI 240 102 111 300 59 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PEMODELAN NILAI EKSPOR DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH) SKRIPSI BAGUS HADI PRASTYA PROGRAM STUDI S-1 STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA MENGGUNAKAN GABUNGAN MODEL VOLATILITAS DAN MARKOV SWITCHING BERDASARKAN INDIKATOR HARGA MINYAK

PENDETEKSIAN KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA MENGGUNAKAN GABUNGAN MODEL VOLATILITAS DAN MARKOV SWITCHING BERDASARKAN INDIKATOR HARGA MINYAK PENDETEKSIAN KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA MENGGUNAKAN GABUNGAN MODEL VOLATILITAS DAN MARKOV SWITCHING BERDASARKAN INDIKATOR HARGA MINYAK oleh APRILIA AYU WIDHIARTI M0111010 SKRIPSI ditulis dan diajukan

Lebih terperinci

Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia. Oleh : Pomi Kartin Yunus

Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia. Oleh : Pomi Kartin Yunus Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia Oleh : Pomi Kartin Yunus 1306030040 Latar Belakang Industri manufaktur yang berkembang pesat

Lebih terperinci

KAJIAN METODE JACKKNIFE DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN PARAMETER ARMA(p,q)

KAJIAN METODE JACKKNIFE DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN PARAMETER ARMA(p,q) UJIAN TUGAS AKHIR KAJIAN METODE JACKKNIFE DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN PARAMETER ARMA(p,q) Disusun oleh : Novan Eko Sudarsono NRP 1206.100.052 Pembimbing: Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes Dra.Laksmi

Lebih terperinci