HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Software Eviews Versi 4.1 dan Microsoft Office Excel Gambar 2 Plot IHSG.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Software Eviews Versi 4.1 dan Microsoft Office Excel Gambar 2 Plot IHSG."

Transkripsi

1 kointegrasi lebih besar dari nol maka model yang digunakan adalah VECM (Enders, 1995). 4. Analisis model VAR, VARD atau VECM. 5. Interpretasi terhadap model. 6. Uji kelayakan model. 7. Pengkajian fungsi respon impuls dan dekomposisi ragam 8. Peramalan. d. Evaluasi peramalan dengan MAPE dan membandingkan hasil peramalan antara model ARIMA dengan model VAR. terjadinya krisis moneter dan penetapan suku bunga yang sangat tinggi sehingga menyebabkan turunnya harga saham. Namun seiring dengan pemulihan ekonomi, IHSG terus meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan plot deret waktu IHSG yang cenderung meningkat pada Gambar 2. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Software Eviews Versi 4.1 dan Microsoft Office Excel HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Eksplorasi data dari masing-masing peubah dilakukan untuk melihat pola data secara umum. Gambar 1 menunjukkan pola deret waktu peubah suku bunga SBI. Terjadi peningkatan suku bunga SBI secara drastis pada permulaan tahun Hal tersebut dikarenakan terjadinya krisis moneter yang melanda Indonesia. Pada saat krisis moneter, Bank Indonesia menetapkan tingkat suku bunga SBI hingga mencapai 70% yang terjadi pada bulan Agustus Namun demikian, tidak lama kemudian suku bunga SBI berangsur turun pada akhir tahun Tingkat suku bunga SBI cenderung turun dan relatif stabil dibawah 18% mulai pertengahan tahun Gambar 2 Plot IHSG. Peubah suku bunga internasional cenderung stabil dari bulan ke bulan sampai Januari Namun setelah itu terjadi penurunan suku bunga internasional hingga penghujung tahun Pada tahun 2002 sampai dengan 2004 suku bunga internasional cenderung stabil yaitu sekitar 4%. Kenaikan tingkat suku bunga internasional terjadi pada awal tahun 2005 hingga akhir tahun Plot deret waktu suku bunga internasional dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Plot suku bunga internasional. Model ARIMA Gambar 1 Plot suku bunga SBI. Pada tahun 1998 IHSG mengalami penurunan yang cukup tajam yaitu pada bulan September Hal ini berkaitan dengan Suku Bunga SBI Langkah awal sebelum mengidentifikasi model ARIMA data suku bunga SBI adalah pemeriksaan kestasioneran data tersebut. Plot deret waktu suku bunga SBI (Gambar 1) menunjukkan pola yang tidak stasioner baik dalam ragam maupun rataan. Untuk menstasionerkan data dalam ragam maka

2 dilakukan transformasi logaritma. Plot ACF dan PACF pada Lampiran 1 menunjukkan ACF turun secara lambat menuju nol sedangkan PACF nyata pada tiga beda kala pertama. Berdasarkan keadaan tersebut dapat disimpulkan bahwa data tersebut tidak stasioner dalam rataan sehingga dibutuhkan pembedaan agar diperoleh deret yang stasioner. Setelah dilakukan pembedaan satu kali terlihat bahwa data sudah stasioner dimana plot ACF tidak lagi turun secara lambat menuju nol (Lampiran 2). Pemeriksaan kestasioneran data deret waktu secara formal dilakukan dengan menggunakan uji Augmented Dickey Fuller (ADF). Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1. Terlihat bahwa peubah suku bunga SBI tidak stasioner saat I(0) (data sebelum pembedaan) karena nilai t-hitung > nilai kritis MacKinnon pada α=5% yang menyatakan bahwa data tidak stasioner. Sedangkan saat I(1) nilai t- hitung < nilai kritis MacKinnon, yang berarti bahwa data telah stasioner. Tabel 1 Uji Augmented Dickey Fuller Peubah I(0) Nilai I(1) Nilai t-hit Kritis t-hit Kritis sbsbi -2,07-3,46-6,36-3,46 IHSG -1,69-3,46-7,95-3,46 sbint -0,03-3,46-5,29-3,46 Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi model-model tentatif berdasarkan plot ACF maupun PACF. Beberapa alternatif model untuk suku bunga SBI dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, ketiga model tersebut signifikan dalam parameter pada α=5% karena memiliki nilai peluang statistik t (nilai-p) < α=5%. Namun dari ketiga model tersebut, model yang terbaik adalah ARIMA (1,1,0) karena tidak terdapat autokorelasi sisaan pada model tersebut (Lampiran 3). Model yang lain tidak layak karena berdasarkan pengujian statistik Q terhadap sisaan (Lampiran 4 dan 5) dengan penetapan α sebesar 5%, terdapat autokorelasi dalam sisaan model-model tersebut (nilai-p < α=5%). IHSG Plot IHSG pada Gambar 2 menunjukkan pola data yang tidak stasioner dalam ragam maupun rataan. Agar data stasioner dalam ragam maka dilakukan transformasi logaritma. Plot ACF data IHSG (Lampiran 6) terlihat turun lambat menuju nol sehingga data tidak stasioner dalam rataan. Untuk itu dilakukan pembedaan 1 kali agar data menjadi stasioner. Plot ACF setelah pembedaan 1 kali menunjukkan ACF tidak lagi turun lambat menuju nol (Lampiran 7). Ini menunjukkan bahwa data sudah stasioner. Melalui uji ADF pada Tabel 1 diperoleh hasil bahwa data IHSG stasioner setelah dilakukan pembedaan 1 kali dimana nilai t-hitung < nilai kritis MacKinnon pada α=5%. Alternatif model untuk IHSG dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 diperoleh model yang terbaik yaitu model ARIMA (2,1,0). Model yang lain tidak dipilih karena model-model tersebut memiliki koefisien parameter yang tidak signifikan pada α=5% (nilai-p < α=5%). Tabel 2 Alternatif model ARIMA untuk suku bunga SBI No. Model Koefisien Nilaip AIC ARIMA 1. (1,1,0) Konstanta 0,733-3,28 AR(1) 0, (0,1,2) Konstanta 0,775-3,37 MA(1) 0,020 MA(2) 0, (1,1,2) Konstanta 0,397-3,77 AR(1) 0,000 MA(1) 0,000 MA(2) 0,000 Tabel 3 Alternatif model ARIMA untuk IHSG No. Model Koefisien Nilaip AIC ARIMA 1. (2,1,0) Konstanta 0,381-3,63 AR(1) 0,031 AR(2) 0, (0,1,2) Konstanta 0,363-5,86 MA(1) 0,061 MA(2) 0, (2,1,2) Konstanta 0,301-5,92 AR(1) 0,230 AR(2) 0,000 MA(1) 0,003 MA(2) 0,000 Pada pengujian statistik Q untuk model ARIMA (2,1,0) (Lampiran 8) diperoleh hasil seluruh nilai-p > α=5% yang artinya tidak terdapat autokorelasi pada sisaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model tersebut layak.

3 Suku Bunga Internasional Plot deret waktu data aktual suku bunga internasional pada Gambar 3 menunjukkan pola data yang tidak stasioner dalam ragam maupun rataan. Sehingga data suku bunga internasional juga ditransformasi dengan transformasi logaritma. Pada Lampiran 9 terlihat bahwa plot ACF data awal turun lambat menuju nol sehingga data tidak stasioner dalam rataan. Untuk itu dilakukan pembedaan 1 kali agar data menjadi stasioner. Setelah pembedaan 1 kali, ACF tidak lagi turun lambat menuju nol (Lampiran 10). Hal tersebut didukung oleh hasil uji ADF pada Tabel 1 yaitu data suku bunga internasional stasioner setelah dilakukan pembedaan 1 kali dimana nilai t-hitung < nilai kritis MacKinnon pada α=5%. Beberapa alternatif model untuk suku bunga internasional seperti terlihat pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4, kedua model menunjukkan nilai koefisien parameter yang signifikan pada α=5%. Tabel 4 Alternatif model ARIMA untuk suku bunga internasional No. Model Koefisien Nilaip AIC ARIMA 1. (1,1,0) Konstanta 0,857-5,94 AR(1) 0, (1,1,1) Konstanta 0,985-5,97 AR(1) 0,000 MA(1) 0,001 Pada pengujian statistik Q untuk kedua model tersebut (Lampiran 11 dan 12), seluruh nilai-p > α=5% yang berarti tidak terdapat autokorelasi pada sisaan. Dengan kata lain, kedua model tersebut layak. Namun, untuk model terbaik dipilih model ARIMA (1,1,1) karena nilai AIC-nya lebih kecil dari nilai AIC model ARIMA (1,1,0). Model VAR Penentuan Panjang Beda Kala atau Ordo VAR Berdasarkan nilai AIC dan SBC pada saat p=2 diperoleh nilai AIC dan SBC terkecil sehingga model VAR yang digunakan adalah model VAR ordo ke-2 atau VAR dengan beda kala 2. Hasil perhitungan AIC dan SBC selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Hasil perhitungan AIC dan SBC Lag AIC SBC 0-3,5930-3, , , ,1373* -13,5296* 3-13, , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,5998 * mengindikasikan ordo / beda kala yang dipilih oleh kriteria informasi AIC dan SBC Uji Kointegrasi Karena data tidak stasioner dalam rataan dan harus dilakukan pembedaan 1 kali terhadap data maka perlu dilakukan uji kointegrasi. Hasil uji ADF sisaan kombinasi linier peubah suku bunga SBI, IHSG, dan suku bunga internasional dapat dilihat pada Tabel 6. Kombinasi linier diperoleh melalui pendugaan metode kuadrat terkecil. Dari uji ADF tersebut diperoleh statistik uji t > nilai kritis MacKinnon pada α=5% sebesar -2,89, sehingga sisaan tidak stasioner. Berdasarkan kondisi tersebut maka tidak terdapat kointegrasi antara deret suku bunga SBI, IHSG, dan suku bunga internasional. Tabel 6 Hasil uji ADF sisaan dari kombinasi linier peubah suku bunga SBI, IHSG, dan suku bunga internasional Peubah Peubah statistik t tak bebas bebas sisaan sbsbi IHSG, sbint -1,54 IHSG sbsbi, sbint -0,97 sbint sbsbi, IHSG -1,39 Hasil uji Johansen pada Tabel 7 memberikan kesimpulan yang sama dengan hasil metode Engle Granger pada Tabel 6. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa H 0 diterima pada saat r=0, dimana nilai λ trace (r) < nilai kritis λ trace. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat kointegrasi antara suku bunga SBI, IHSG, dan suku bunga internasional.

4 Tabel 7 Uji Johansen untuk kointegrasi H 0 H 1 Nilai Kritis λ (r) rank = r rank > r trace λ trace ,48 42, ,97 25, ,92 12,25 Pendugaan Model Dari hasil uji kointegrasi disimpulkan tidak terdapat kointegrasi antara suku bunga SBI, IHSG, dan suku bunga internasional pada α=0.05. Oleh karena itu, model yang digunakan adalah model VAR dengan pembedaan (VARD) sampai ordo d. Karena ketiga peubah ekonomi tersebut stasioner setelah dilakukan pembedaan 1 kali terhadap data, maka model yang digunakan untuk menjelaskan hubungan ketiga peubah tersebut adalah model VAR pembedaan 1 kali. Hasil pendugaan model tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. Untuk peubah endogen d_sbsbi, peubah yang signifikan adalah d_sbsbi, d_ihsg, dan d_sbint satu bulan sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa selisih nilai antar waktu suku bunga SBI dipengaruhi oleh selisih nilai antar waktu suku bunga SBI, IHSG, dan suku bunga internasional satu bulan sebelumnya. Secara umum, hubungan antara d_sbsbi dengan d_ihsg adalah negatif, karena nilai koefisiennya yang negatif. Artinya jika selisih nilai antar waktu IHSG meningkat maka selisih nilai antar waktu suku bunga SBI cenderung turun. Selisih nilai antar waktu IHSG dua bulan sebelumnya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap selisih nilai antar waktu IHSG. Sedangkan untuk peubah d_sbint, peubah yang berpengaruh hanyalah d_sbint satu bulan sebelumnya. Artinya selisih nilai antar waktu suku bunga internasional dipengaruhi oleh selisih antar waktu suku bunga internasional satu bulan sebelumnya. Hasil pendugaan yang diperoleh cenderung tidak konsisten dengan teori ekonomi yang ada. Dari hasil pendugaan diperoleh bahwa peubah d_ihsg mempengaruhi d_sbsbi, bukan sebaliknya. Ketika tingkat suku bunga tinggi, investor akan cenderung memilih penempatan dananya tidak pada saham. Dengan demikian, tingkat suku bunga yang tinggi akan diikuti dengan penurunan harga saham. Sunariyah (2004) menjelaskan bahwa meningkatnya tingkat bunga akan meningkatkan harga kapital sehingga memperbesar biaya perusahaan dan terjadi perpindahan investasi dari saham ke deposito atau fixed investasi lainnya. Apabila faktor-faktor lain dianggap tetap (cateris paribus) profitabilitas perusahaan akan menurun sehingga disimpulkan tingkat bunga yang tinggi adalah signal negatif bagi harga saham. Hasil pendugaan d_sbsbi menunjukkan bahwa d_sbsbi dipengaruhi oleh d_sbint. Hasil ini mendukung pernyataan Rowter (2006) yaitu salah satu faktor yang harus dipertimbangkan BI dalam menurunkan atau menaikkan suku bunga adalah perkembangan suku bunga internasional. Diagnostik Model Pemeriksaan terhadap sisaan dilakukan dengan menggunakan uji Portmanteau Tabel 8 Hasil Pendugaan Model VARD D_sbSBI D_ IHSG D_ sbint D_sbSBI (-1) 0,283726* -0, , [ 3,71906] [-1,91312] [ 0,21534] D_sbSBI (-2) 0, , , [ 1,56768] [-0,08219] [ 0,25068] D_ IHSG (-1) -0,230218* 0,210602* 0, [-2,62527] [ 2,00944] [ 1,73107] D_ IHSG (-2) -0, ,271090* 0, [-0,00840] [-2,50509] [ 1,31129] D_ sbint (-1) 0,655035* 0, ,444137* [ 2,30812] [ 0,23486] [ 4,17882] D_ sbint (-2) -0, , , [-0,97897] [ 0,11951] [ 1,81528] Konstanta -0, , , [-1,08662] [ 0,84710] [-0,35695] * signifikan pada taraf α=0,025

5 (Lampiran 13). Uji sisaan tersebut menunjukkan bahwa sampai lag ke-12 tidak ada komponen autokorelasi yang signifikan pada α=5% (nilai-p > α=5%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa model tersebut layak. Fungsi Respon Impuls Fungsi respon impuls dari seluruh peubah suku bunga SBI, IHSG, dan suku bunga internasional selama 10 periode dapat dilihat pada Lampiran 14, 15 dan 16. Misalkan shock atau guncangan suku bunga SBI pada periode ke-t dinotasikan dengan, guncangan ε sbsbi(t) IHSG pada periode ke-t dengan IHSG(t), dan guncangan suku bunga internasional pada periode ke-t dengan ε sbint(t). Gambar 4(a) menunjukkan bahwa efek guncangan ε sbsbi(1) sebesar 1 unit akan menyebabkan kenaikan 1 unit nilai suku bunga SBI pada periode ke-1. Hingga periode ke-n, sistem menuju kestabilan dimana guncangan ε sbsbi(1) sebesar 1 unit akan menyebabkan nilai peubah suku bunga SBI konvergen menuju nol. Pada Gambar 4(b), guncangan ε IHSG(1) sebesar 1 unit pada suku bunga SBI pengaruhnya hanya terasa pada periode ke-2 dan periode ke-3, yaitu dengan penurunan nilai suku bunga SBI sebesar 0,23 dan 0,08 unit. Pada Gambar ε 4(c), pengaruh guncangan ε sbint(1) sebesar 1 unit menyebabkan kenaikan nilai suku bunga SBI hingga mencapai 0,66 unit pada periode ke-2. Namun nilai kenaikannya cenderung turun mendekati nol untuk periode selanjutnya. Gambar 5 memperlihatkan reaksi IHSG dalam 10 periode terhadap perubahan guncangan IHSG itu sendiri. Dapat dilihat bahwa guncangan ε IHSG(1) sebesar 1 unit menyebabkan kenaikan nilai IHSG sebesar 1 unit pada periode ke-1. Guncangan ε IHSG(1) sebesar 1 unit membuat kenaikan nilai IHSG sebesar 0,2 unit pada periode ke-2. Terlihat bahwa terjadi penurunan kenaikan nilai pada IHSG dari periode ke-1 ke periode ke-2 akibat guncangan yang ditimbulkannya. Untuk periode selanjutnya guncangan ε IHSG(1) tidak berpengaruh terhadap IHSG itu sendiri. Respon suku bunga internasional terhadap guncangannya sendiri dapat dilihat pada Gambar 6. Pada periode ke-1, guncangan ε sbint(1) menyebabkan kenaikan nilai suku bunga internasional sebesar 1 unit. Pada periode selanjutnya, guncangannya menyebabkan kenaikan nilai suku bunga internasional yang cenderung turun. Grafik respon impuls selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17. : SK : SK 4(a) 4(b) : SK 4(c) Gambar 4 Respon suku bunga SBI terhadap guncangan suku bunga SBI 4(a), IHSG 4(b), dan suku bunga internasional 4(c).

6 : SK : SK Gambar 5 Respon IHSG terhadap guncangan IHSG. Dekomposisi Ragam Pada Lampiran 18 terlihat bahwa terhadap peramalan suku bunga SBI, yang dominan adalah suku bunga SBI itu sendiri dimana kontribusinya sekitar 86% hingga 10 periode ke depan. Peramalan suku bunga SBI 10 tahun ke depan sedikit memperoleh kontribusi dari IHSG dan suku bunga internasional. Untuk peramalan IHSG, kontribusi yang dominan berasal dari IHSG sendiri dimana kontribusinya mencapai 94% hingga 10 periode ke depan. Suku bunga SBI memberikan kontribusi sekitar 6% terhadap peramalan IHSG 10 periode ke depan (Lampiran 19). Begitu pula halnya dengan suku bunga internasional dimana peramalannya selama 10 periode ke depan didominasi oleh peubahnya sendiri. Peramalan suku bunga internasional hanya mendapatkan sedikit kontribusi dari suku bunga SBI dan IHSG (Lampiran 20). Grafik dekomposisi ragam untuk seluruh peubah dapat dilihat pada Lampiran 21. Hasil Peramalan Model ARIMA dan VAR Hasil peramalan suku bunga SBI, IHSG, dan suku bunga internasional dengan menggunakan model ARIMA dan VAR dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 7. Hasil peramalan model ARIMA menunjukkan bahwa suku bunga SBI dan IHSG relatif stabil dari Januari 2006 sampai dengan Mei Sedangkan peramalan suku bunga internasional menunjukkan terjadinya kenaikan suku bunga internasional periode Januari 2006 hingga Mei Evaluasi peramalan untuk peubah suku bunga SBI dan suku bunga internasional menghasilkan nilai MAPE yang relatif kecil yaitu sebesar 1,18 dan 1,85. Ini menunjukkan bahwa model ARIMA tersebut efektif digunakan untuk peramalan suku bunga SBI dan suku bunga internasional. Sedangkan evaluasi peramalan Gambar 6 Respon suku bunga internasional terhadap guncangan suku bunga internasional. untuk peubah IHSG menghasilkan nilai MAPE yang relatif lebih besar yaitu sebesar 7,16. Hasil peramalan model VAR menunjukkan bahwa suku bunga SBI dan IHSG relatif stabil dari Januari 2006 sampai dengan Mei Berbeda dengan suku bunga SBI dan IHSG, peramalan suku bunga internasional menunjukkan terjadinya penurunan suku bunga internasional periode Januari 2006 hingga Mei Evaluasi peramalan untuk peubah suku bunga SBI menghasilkan nilai MAPE yang relatif kecil yaitu sebesar 1,37. Ini menunjukkan bahwa model VAR tersebut efektif digunakan untuk peramalan suku bunga SBI. Sedangkan evaluasi peramalan untuk peubah IHSG dan suku bunga internasional menghasilkan nilai MAPE yang relatif lebih besar yaitu sebesar 14,29 dan 10,68. Nilai MAPE tersebut menunjukkan bahwa penyimpangan nilai ramalan terhadap nilai aktual relatif besar. Hal ini diperjelas melalui gambar 7(b) dan 7(c), dimana hasil peramalan IHSG dan suku bunga internasional dangan menggunakan model VAR menyimpang agak jauh terhadap nilai aktualnya. Perbandingan hasil peramalan model ARIMA dengan model VAR dilakukan dengan membandingkan hasil MAPE setiap model untuk masing-masing peubah. Untuk suku bunga SBI, nilai MAPE hasil peramalan dengan model ARIMA adalah 1,18 sedangkan pada model VAR sebesar 1,37. Pada kasus ini, terlihat bahwa nilai MAPE antara kedua model tersebut relatif tidak jauh berbeda. Sedangkan nilai MAPE hasil peramalan model ARIMA dengan model VAR untuk peubah IHSG berbeda relatif besar. Nilai MAPE hasil peramalan model VAR adalah sebesar 14,29, lebih besar dibandingkan model ARIMA yaitu sebesar 7,16. Begitu pula dengan peubah suku bunga internasional,

7 Tabel 9 Hasil peramalan model ARIMA dan VAR 5 periode ke depan Periode Suku Bunga SBI Aktual Peramalan ARIMA Peramalan VAR Jan-06 0,1275 0,129 0,1278 Feb-06 0,1274 0,1291 0,1285 Mar-06 0,1273 0,1287 0,1282 Apr-06 0,1274 0,128 0,1287 Mei-06 0,125 0,1273 0,1299 MAPE 1,18 1,37 Periode IHSG Aktual Peramalan ARIMA Peramalan VAR Jan ,7 1218, ,63 Feb , , ,76 Mar , , ,73 Apr ,4 1213, ,47 Mei , ,2 MAPE 7,16 14,29 Periode Suku Bunga Internasional Aktual Peramalan ARIMA Peramalan VAR Jan-06 0,075 0,0743 0,07 Feb-06 0,075 0,0759 0,069 Mar-06 0,075 0,0773 0,067 Apr-06 0,0775 0,0785 0,067 Mei-06 0,0775 0,0796 0,066 MAPE 1,85 10,68 dimana nilai MAPE hasil peramalan model VAR sebesar 10,68 jauh lebih besar dibandingkan MAPE hasil peramalan model ARIMA yaitu sebesar 1,85. Secara ringkas, perbandingan hasil peramalan antara model ARIMA dan VAR untuk masingmasing peubah yang diamati dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Perbandingan hasil model yang terbaik untuk masing-masing peubah Model Peubah ARIMA VAR sbsbi IHSG X sbint X Memasukkan peubah suku bunga SBI dan suku bunga internasional dalam meramal pergerakan IHSG ternyata tidak meningkatkan ketepatan peramalan IHSG. Sebaliknya, melakukan peramalan IHSG tanpa memasukkan informasi peubah lain memberikan hasil yang lebih akurat. Sehingga untuk peramalan IHSG, peramalan dengan menggunakan ARIMA lebih akurat bila dibandingkan peramalan dengan menggunakan model VAR. Begitu pula halnya dengan peramalan suku bunga internasional, memasukkan informasi suku bunga SBI dan IHSG dalam peramalan suku bunga internasional tidak meningkatkan ketepatan peramalan suku bunga internasional sehingga peramalan dengan menggunakan ARIMA memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan peramalan dengan menggunakan model VAR. Hal ini mungkin dikarenakan peubah-peubah lain yang dimasukkan dalam peramalan IHSG maupun suku bunga internasional kurang tepat dalam meramal pergerakan IHSG maupun suku bunga internasional.

8 Suku Bunga SBI 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0, Aktual peramalan ARIMA peramalan VAR 7(a) IHSG Aktual peramalan ARIMA peramalan VAR 7(b) Suku Bunga Internasional 0,1 0,09 0,08 0,07 0,06 0,05 0,04 0,03 0,02 0, Aktual peramalan ARIMA peramalan VAR Gambar 7 Peramalan suku bunga SBI, IHSG, dan suku bunga internasional 5 periode ke depan (Januari 2006 sd Mei 2006). 7(c) KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Analisis VAR digunakan untuk mengetahui hubungan dinamik antara peubah suku bunga SBI, IHSG, dan suku bunga internasional serta menjelaskan pengaruh dari satu peubah baik terhadap peubah itu sendiri maupun terhadap peubah lain. Model yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara peubah suku bunga SBI, IHSG, dan suku bunga internasional adalah model VAR pembedaan 1 kali. Dengan menggunakan fungsi respon impuls, pengaruh dari adanya guncangan pada salah satu peubah terhadap peubah lain yang ada dalam VAR dapat diketahui. Informasi mengenai tingkat kepentingan atau kontribusi setiap sisaan ( ε t ) dalam mempengaruhi besarnya nilai-nilai peubah dalam VAR dapat diperoleh dengan melakukan dekomposisi ragam. Dengan menggunakan model VAR, dapat diperoleh peramalan jangka pendek dari peubah suku bunga SBI, IHSG, dan suku bunga internasional. Evaluasi peramalan untuk peubah suku bunga SBI menghasilkan nilai MAPE yang kecil yaitu sebesar 1,37. Ini menunjukkan bahwa model VAR yang diperoleh efektif dalam meramalkan suku bunga SBI. Untuk kasus peubah IHSG dan suku bunga internasional, peramalan secara individual (dengan menggunakan model ARIMA) lebih akurat dibandingkan dengan peramalan yang dilakukan secara bersamaan atau peramalan dengan melibatkan peubah lain (dengan menggunakan model VAR). Hal ini mungin dikarenakan peubah-peubah lain yang dimasukkan dalam peramalan IHSG maupun suku bunga internasional kurang tepat dalam meramal pergerakan IHSG maupun suku bunga internasional. Saran Hasil pemodelan VAR menunjukkan bahwa IHSG hanya dipengaruhi oleh beda kala (lag) peubahnya sendiri. Hal ini mungkin disebabkan terlalu lebarnya selang waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dalam selang waktu bulanan. Penulis menyarankan untuk mengkaji kembali hubungan antara suku bunga SBI, IHSG, dan suku bunga internasional dalam selang waktu yang lebih pendek misalnya dalam harian atau mingguan. Tidak signifikannya pengaruh suku bunga SBI dan suku bunga internasional terhadap

ANALISIS HUBUNGAN DINAMIS SUKU BUNGA SBI, IHSG, DAN SUKU BUNGA INTERNASIONAL DENGAN MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE KARINA DIANINGSARI

ANALISIS HUBUNGAN DINAMIS SUKU BUNGA SBI, IHSG, DAN SUKU BUNGA INTERNASIONAL DENGAN MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE KARINA DIANINGSARI ANALISIS HUBUNGAN DINAMIS SUKU BUNGA SBI, IHSG, DAN SUKU BUNGA INTERNASIONAL DENGAN MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE KARINA DIANINGSARI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data 5 korelasi diri, dan plot korelasi diri parsial serta uji Augmented Dickey- Fuller b. Identifikasi Model dengan metode Box-Jenkins c. Pemutihan deret input d. Pemutihan deret output berdasarkan hasil pemutihan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi data Tahap pertama dalam pembentukan model VAR adalah melakukan eksplorasi data untuk melihat perilaku data dari semua peubah yang akan dimasukkan dalam model. Eksplorasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga April 2011. Penelitian dilakukan dengan mengunjungi PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 59 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan pelaksanaan tahapan-tahapan metode VECM yang terbentuk dari variabel-variabel capital gain IHSG (capihsg), yield obligasi 10 tahun (yieldobl10)

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC),

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC), BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC), prosedur pembentukan model Vector Error Correction (VEC), dan aplikasi model Vector Error Correction (VEC) pada penutupan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 18 III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Mengetahui kointegrasi pada setiap produk adalah salah satu permasalahan yang perlu dikaji dan diteliti oleh perusahaan. Dengan melihat kointegrasi produk,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Suhu Udara Rata-rata

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Suhu Udara Rata-rata suhu 18 20 22 24 26 28 30 32 ragam, maka dilakukan transformasi Box-Cox. d. Mengidentifikasi model. Dalam tahap ini akan didapat model-model sementara, dengan melihat plot ACF dan PACF. e. Pendugaan parameter

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan merupakan suatu badan hukum yang memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai salah satunya yaitu mendapatkan keuntungan. Untuk mencapai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2012. Penelitian dilakukan di Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo). Penentuan tempat dilakukan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit 48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Kestasioneritasan Data Uji stasioneritas data dilakukan pada setiap variabel yang digunakan pada model. Langkah ini digunakan untuk menghindari masalah regresi lancung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk menggambarkan bagaimana pengaruh capital gain IHSG dengan pergerakan yield obligasi pemerintah dan pengaruh tingkat suku bunga terhadap IHSG dan

Lebih terperinci

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 110 117 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Lebih terperinci

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI LULIK PRESDITA W 1207 100 002 APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI 1 Pembimbing : Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes BAB I PENDAHULUAN 2 LATAR BELAKANG 1. Stabilitas ekonomi dapat dilihat

Lebih terperinci

PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR)

PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) SKRIPSI Oleh : PRISKA RIALITA HARDANI 24010211120020 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN. Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan.

BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN. Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan. BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan. Sebelum dilakukan proses pembaharuan peramalan, terlebih dahulu dilakukan proses peramalan dan uji kestabilitasan

Lebih terperinci

ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSIVE) UNTUK MEKANISME PEMODELAN PRODUKSI, KONSUMSI, EKSPOR, IMPOR, DAN HARGA MINYAK BUMI AGUS WAHYULI

ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSIVE) UNTUK MEKANISME PEMODELAN PRODUKSI, KONSUMSI, EKSPOR, IMPOR, DAN HARGA MINYAK BUMI AGUS WAHYULI ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSIVE) UNTUK MEKANISME PEMODELAN PRODUKSI, KONSUMSI, EKSPOR, IMPOR, DAN HARGA MINYAK BUMI AGUS WAHYULI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit 32 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Estimasi VAR 4.1.1 Uji Stasioneritas Uji kestasioneran data pada seluruh variabel sangat penting dilakukan untuk data yang bersifat runtut waktu guna mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 nilai tukar kurs euro terhadap rupiah

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 nilai tukar kurs euro terhadap rupiah BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa data berfluktuasi dari waktu ke waktu. Hal ini mengindikasikan bahwa data tidak stasioner baik dalam rata-rata maupun variansi. Gambar

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN ILQ45 DENGAN FAKTOR MAKROEKONOMI MELALUI MODEL VAR DIANTY PUSPITASARI

ANALISIS HUBUNGAN ILQ45 DENGAN FAKTOR MAKROEKONOMI MELALUI MODEL VAR DIANTY PUSPITASARI ANALISIS HUBUNGAN ILQ45 DENGAN FAKTOR MAKROEKONOMI MELALUI MODEL VAR DIANTY PUSPITASARI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 21 ABSTRAK DIANTY

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series 30 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series bulanan periode Mei 2006 sampai dengan Desember 2010. Sumber data di dapat dari Statistik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian dapat dijadikan landasan dalam setiap tahap penelitian. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Obyek/Subyek yang diamati dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Modal Kerja UMKM dengan variabel independen DPK, NPF, Margin, dan Inflasi sebagai variabel

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data 23 III. METODE PENELITIN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember 2009. Data

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra Estimasi 4.1.1. Kestasioneran Data Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini 43 III.METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah pengeluaran riil pemerintah (G t ), PBD riil (Y t ), konsumsi (CC t ), investasi (I t ), Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian Bab IV Pembahasan dan Hasil Penelitian IV.1 Statistika Deskriptif Pada bab ini akan dibahas mengenai statistik deskriptif dari variabel yang digunakan yaitu IHSG di BEI selama periode 1 April 2011 sampai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan dengan cara mengukur variabel yang di lingkari oleh teori atau satu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil dan Pengolahan Data Pada bab ini akan dibahas mengenai proses dan hasil serta pembahasan dari pengolahan data yang akan dilakukan. Data yang telah didapatkan akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Eksplorasi data. Identifikasi model ARCH

Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Eksplorasi data. Identifikasi model ARCH 6 Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Eksplorasi data Identifikasi model ARCH Pendugaan parameter dan pemilihan model ARCH/GARCH Uji pengaruh asimetrik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari

Lebih terperinci

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA 1) Nurul Latifa Hadi 2) Artanti Indrasetianingsih 1) S1 Program Statistika, FMIPA, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini 51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang relevan dengan penelitian. Semua data yang digunakan merupakan data deret

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel ARIMA menggunakan variabel dependen harga saham LQ45 dan variabel independen harga saham LQ45 periode sebelumnya, sedangkan ARCH/GARCH menggunakan variabel dependen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Sumber Data Keselurahan data yang diterima sebelumnya belum mengindikasikan dinamika perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh

Lebih terperinci

panjang antara ukuran perusahaan (SIZE) dengan capital adequacy ratio dan loan to

panjang antara ukuran perusahaan (SIZE) dengan capital adequacy ratio dan loan to BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Uji Stasioneritas Pengujian stasioneritas data yang digunakan terhadap seluruh variabel dalam model kajian didasarkan pada Augmented Dickey Fuller test (ADF test),

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 59 V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 5.1 Pengujian Asumsi Time Series 5.1.1 Uji Stasioneritas Uji Stasioneritas merupakan uji awal untuk setiap data time series yang masuk dalam model dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengalami fluktuasi antar waktu. Data tersebut mengindikasikan adanya

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengalami fluktuasi antar waktu. Data tersebut mengindikasikan adanya 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Volatilitas Harga Minyak 4.1.1 Deskripsi Data Plot data harga minyak pada bulan Januari 2000 hingga bulan Desember 2011 dapat dilihat pada Gambar 4.1. Hal ini menunjukan

Lebih terperinci

UANG BEREDARR DAN TINGKAT INFLASI FEB RINA HANDAYANI

UANG BEREDARR DAN TINGKAT INFLASI FEB RINA HANDAYANI FUNGSI TRANSFER HUBUNGAN PERUBAHAN JUMLAH UANG BEREDARR DAN TINGKAT INFLASI FEB RINA HANDAYANI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKAA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

PENDEKATAN VECTOR ERROR CORRECTION MODEL UNTUK ANALISIS HUBUNGAN INFLASI, BI RATE DAN KURS DOLAR AMERIKA SERIKAT

PENDEKATAN VECTOR ERROR CORRECTION MODEL UNTUK ANALISIS HUBUNGAN INFLASI, BI RATE DAN KURS DOLAR AMERIKA SERIKAT Jurnal Barekeng Vol. 8 No. 2 Hal. 9 18 (2014) PENDEKATAN VECTOR ERROR CORRECTION MODEL UNTUK ANALISIS HUBUNGAN INFLASI, BI RATE DAN KURS DOLAR AMERIKA SERIKAT Vector Error Correction Model Approach to

Lebih terperinci

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 1 8 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) Liana Kusuma Ningrum dan Winita Sulandari, M.Si. Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena menggunakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hujan dan Curah Hujan

TINJAUAN PUSTAKA. Hujan dan Curah Hujan 4 TINJAUAN PUSTAKA Hujan dan Curah Hujan Hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-partikel air dengan diameter 0.5 mm atau lebih. Hujan juga dapat didefinisikan dengan uap yang mengkondensasi

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 23 2.9 Hipotesis Penelitian Berdasarkan tinjauan teoritis dan penelitian-penelitian terdahulu, hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut : 1 Terjadi integrasi antara pasar beras domestik dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang akan dipakai dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Peramalan merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa mendatang berdasarkan data pada masa lalu, berbasis pada metode ilmiah dan kualitatif yang dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSION) UNTUK MEKANISME PEMODELAN HARGA DAGING AYAM EFI RESPATI

ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSION) UNTUK MEKANISME PEMODELAN HARGA DAGING AYAM EFI RESPATI ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSION) UNTUK MEKANISME PEMODELAN HARGA DAGING AYAM EFI RESPATI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005 ABSTRAK EFI RESPATI. Analisis VAR (Vector Autoregression)

Lebih terperinci

PEMODELAN TINGKAT INFLASI NASIONAL DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA SUCI UTAMI FIBRIANI

PEMODELAN TINGKAT INFLASI NASIONAL DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA SUCI UTAMI FIBRIANI PEMODELAN TINGKAT INFLASI NASIONAL DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA SUCI UTAMI FIBRIANI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ii

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 46 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series dari tahun 1986-2010. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

Lebih terperinci

PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH

PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH JIMT Vol. 12 No. 2 Desember 2016 (Hal 149-159) ISSN : 2450 766X PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH 1 Y. Wigati, 2 Rais, 3 I.T.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG BANDARA I GUSTI NGURAH RAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA)

PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG BANDARA I GUSTI NGURAH RAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) M-11 2) PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG BANDARA I GUSTI NGURAH RAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) Naili Farkhatul Jannah 1), Muhammad Bahtiar Isna Fuady 2), Sefri

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang 60 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan didasarkan pada langkahlangkah yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III. Langkah pertama merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan

Lebih terperinci

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Vol. 9, No., 9-5, Januari 013 Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Fitriani, Erna Tri Herdiani, M. Saleh AF 1 Abstrak Dalam analisis deret waktu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengujian Pra Estimasi 5.1.1. Uji Kestasioneran Data Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, untuk melihat ada atau tidaknya unit root

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 15 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perkembangan ekonomi dan bisnis dewasa ini semakin cepat dan pesat. Bisnis dan usaha yang semakin berkembang ini ditandai dengan semakin banyaknya

Lebih terperinci

Contoh Analisis Deret Waktu: BJSales (Revisi)

Contoh Analisis Deret Waktu: BJSales (Revisi) Contoh Analisis Deret Waktu: BJSales (Revisi) Untuk contoh analisis deret waktu ini, kita menggunakan data BJsales. Data ini adalah data tahunan dan dapat dengan mengetikkan BJsales pada konsul R. 1 Plot

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 25 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious 48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) Pengujian akar unit merupakan tahap awal sebelum melakukan estimasi model time series. Pemahaman tentang pengujian akar unit ini mengandung

Lebih terperinci

Jurnal Saintech Vol No.04-Desember 2014 ISSN No

Jurnal Saintech Vol No.04-Desember 2014 ISSN No ANALISIS KOINTEGRASI ANTARA INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG), JUMLAH UANG BEREDAR (JUB), DAN INDEKS HARGA PEDAGANG BESAR (IHPB) DI INDONESIA PERIODE TAHUN 2007-2013 Oleh: Drs. Bonaraja Purba, M.Si*)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah III. METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah nilai tukar rupiah, sedangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia sejak tahun enam puluhan telah diterapkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di Jakarta menjadi suatu direktorat perhubungan udara. Direktorat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan pola data yang sistematis (Makridakis, 1999). Peramalan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri,1984). Setiap kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

BAB III ERROR CORRECTION MODEL (ECM) Suatu analisis yang biasa dipakai dalam ekonometrika adalah analisis

BAB III ERROR CORRECTION MODEL (ECM) Suatu analisis yang biasa dipakai dalam ekonometrika adalah analisis BAB III ERROR CORRECTION MODEL (ECM) 3.1 Teori Error Correction Model (ECM) Suatu analisis yang biasa dipakai dalam ekonometrika adalah analisis regresi yang pada dasarnya adalah studi atas ketergantungan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Data penelitian Penelitian interdependensi pasar saham indonesia dengan pasar saham dunia ini menggunakan data sekunder berupa nilai penutupan harian/daily

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini akan menganalisis kinerja kebijakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock 40 III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen dan independen. Variabel dependen

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilakukan untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing variabel,

Lebih terperinci

Contoh Analisis Deret Waktu: BJSales

Contoh Analisis Deret Waktu: BJSales Contoh Analisis Deret Waktu: BJSales Untuk contoh analisis deret waktu ini, kita menggunakan data BJsales. Data ini adalah data tahunan dan dapat dengan mengetikkan BJsales pada konsul R. 1 Plot Data Plot

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini 27 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini bersumber dari Bank Indonesia (www.bi.go.id), Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id).selain

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan digunakanan sebagai acuan pencegah yang mendasari suatu keputusan untuk yang akan datang dalam upaya meminimalis kendala atau memaksimalkan pengembangan baik

Lebih terperinci

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) Greis S. Lilipaly ), Djoni Hatidja ), John S. Kekenusa ) ) Program Studi Matematika FMIPA UNSRAT Manado

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan merupakan unsur yang penting dalam pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan merupakan unsur yang penting dalam pengambilan keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peramalan merupakan unsur yang penting dalam pengambilan keputusan karena beberapa faktor yang berpengaruh, tidak dapat ditentukan pada saat keputusan diambil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi makro, maka dari itu kondisi ekonomi makro yang stabil dan baik

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi makro, maka dari itu kondisi ekonomi makro yang stabil dan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi pasar modal yang mengalami pasang surut memberikan tanda bahwa kegiatan di pasar modal memiliki hubungan yang erat dengan keadaan ekonomi makro, maka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada variabel dependen utang luar negeri Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Input Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan Foreign Direct Investment ((FDI). Deskripsi tentang satuan pengukuran, jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Sedangkan subjek penelitian menggunakan perbankan syariah di Jawa Tengah diproxykan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek penelitian, maka penelitian ini hanya menganalisis mengenai harga BBM dan nilai tukar

Lebih terperinci

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK. Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 25 32 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan berdasarkan data series bulan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS), diantaranya adalah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pasar Bunga Rawabelong, Jakarta Barat yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Promosi dan Pemasaran Holtikultura

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah data sekunder yang

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah data sekunder yang 30 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Laporan Bank Indonesia, Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia,

Lebih terperinci

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN 43 BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN Analisis data dilakukan melalui serangkaian tahapan pengujian menggunakan analis Vector Auto Regression (VAR). Pada tahap pertama dilakukan pengujian terhadap variabel

Lebih terperinci

PEMODELAN EKSPOR, IMPOR, PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA DAN NILAI TUKAR RUPIAH TAHUN WISNU SAPUTRA

PEMODELAN EKSPOR, IMPOR, PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA DAN NILAI TUKAR RUPIAH TAHUN WISNU SAPUTRA PEMODELAN EKSPOR, IMPOR, PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA DAN NILAI TUKAR RUPIAH TAHUN 2005-2015 WISNU SAPUTRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember Data-data

METODE PENELITIAN. time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember Data-data III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder berupa time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember 2011. Datadata yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, akan dilakukan analisis dan pembahasan terhadap data runtun waktu. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data

Lebih terperinci