PEMODELAN TINGKAT INFLASI NASIONAL DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA SUCI UTAMI FIBRIANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMODELAN TINGKAT INFLASI NASIONAL DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA SUCI UTAMI FIBRIANI"

Transkripsi

1 PEMODELAN TINGKAT INFLASI NASIONAL DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA SUCI UTAMI FIBRIANI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 ii RINGKASAN SUCI UTAMI FIBRIANI. Pemodelan Tingkat Inflasi Nasional dengan Model Fungsi Transfer Input Ganda. Dibimbing oleh ITASIA DINA SULVIANTI dan YENNI ANGRAINI. Inflasi merupakan suatu fenomena ekonomi yang tidak bisa diabaikan karena dapat menimbulkan dampak yang sangat luas. Oleh karena itu pengendalian kestabilan tingkat inflasi penting untuk dilakukan salah satunya dengan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang dianalisis dalam penelitian ini adalah perubahan jumlah uang beredar, tingkat suku bunga BI, dan nilai tukar rupiah terhadap USD. Semua faktor tersebut dimodelkan dengan tingkat inflasi menggunakan model fungsi transfer input ganda. Model fungsi transfer input ganda merupakan suatu pemodelan deret waktu yang menggabungkan beberapa karakteristik model ARIMA satu peubah dengan beberapa karakteristik analisis regresi. Dari model ini diperoleh hasil tingkat inflasi nasional pada waktu ke-t dipengaruhi oleh tingkat inflasi satu bulan, dua belas bulan, dan tiga belas bulan sebelumnya, tingkat suku bunga BI dua sampai lima bulan sebelumnya serta empat belas sampai tujuh bulan sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap USD satu bulan dan dua bulan sebelumnya, serta perubahan jumlah uang beredar tiga belas bulan dan empat belas bulan sebelumnya. Berdasarkan validasi model untuk tahun 2010 diperoleh nilai MAPE sebesar 15.69% dan MAD sebesar Kata kunci : inflasi, suku bunga BI, nilai tukar rupiah, jumlah uang beredar, model fungsi transfer

3 iii PEMODELAN TINGKAT INFLASI NASIONAL DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA SUCI UTAMI FIBRIANI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika pada Departemen Statistika DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

4 iv Judul Skripsi Nama NRP : Pemodelan Tingkat Inflasi Nasional dengan Model Fungsi Transfer Input Ganda : Suci Utami Fibriani : G Menyetujui : Pembimbing I, Pembimbing II, Dra. Itasia Dina Sulvianti, M.Si Yenni Angraini, S.Si, M,Si NIP NIP Mengetahui : Ketua Departemen Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Hari Wijayanto, M.Si NIP Tanggal Lulus :

5 v RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 22 Februari 1988 sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Tuntun Sembada dan Yeti Mulyati. Pada tahun 2000 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Cigombong 01 Kabupaten Bogor, kemudian melanjutkan studi ke sekolah menengah pertama di SLTPN 1 Cijeruk yang sekarang berubah nama menjadi SMPN 1 Cigombong hingga tahun Pada tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Cigombong dan pada tahun yang sama diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Setahun kemudian penulis diterima menjadi mahasiswa mayor Departemen Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Semasa menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan tingkat departemen maupun fakultas. Pada tahun 2009, penulis menjadi anggota Departemen Survey dan Research di himpunan profesi Gamma Sigma Beta (GSB). Penulis melakukan praktek lapang di PT. Global Insight Indonesia (Pixel Research) bulan Juli-Agustus 2010.

6 vi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia- Nya telah memberikan kekuatan dan kemudahan kepada penulis selama menyelesaikan studi hingga tersusunnya karya ilmiah ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Itasia Dina Sulvianti, M.Si dan Ibu Yenni Angraini, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, ilmu dan saran pada penulis selama menyelesaikan karya ilmiah ini. Bapak Dr. Ir. I Made Sumertajaya, M.Si selaku penguji atas saran-sarannya yang sangat berharga. Terima kasih tak terhingga untuk Abah dan Embu, serta adik-adikku atas doa, kasih sayang, dan dukungan yang tidak pernah putus. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada sahabat-sahabat Statistika 43 dan Statistika 44 yang selalu memberikan masukan, koreksi, diskusi serta dukungan kepada penulis. Terakhir, kepada Keluarga Besar Departemen Statistika, dosen, dan seluruh staf, penulis ucapkan terima kasih atas bantuannya. Semoga semua bantuan yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT, dan karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Bogor, September 2011 Suci Utami Fibriani

7 vii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 1 TINJAUAN PUSTAKA Inflasi... 1 Model Deret Waktu Stasioner... 1 Model ARIMA... 2 Model Fungsi Transfer... 2 Kriteria Pemilihan Model... 4 METODOLOGI Bahan... 4 Metode... 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data... 5 Uji Kestasioneran Deret Input dan Deret Output... 6 Identifikasi Model ARIMA... 7 Pemutihan Deret Input dan Deret Output Perhitungan Fungsi Korelasi Silang dan Penentuan Nilai b, s, dan r pada Model Fungsi Transfer Identifikasi Model ARIMA untuk Deret Sisaan (p n,q n ) Pendugaan Akhir Model Fungsi Transfer Pemeriksaan Diagnostik Model Fungsi Transfer Peramalan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 14

8 viii DAFTAR TABEL Halaman 1 Nilai Dugaan Parameter Model-Model Sementara Deret Input Tingkat Suku Bunga BI Hasil Uji Ljung-Box Sisaan pada Pemodelan ARIMA Deret Input Tingkat Suku Bunga BI 7 3 Nilai Dugaan Parameter Model Deret Input Tingkat Suku Bunga BI Nilai Dugaan Parameter Model-Model Sementara Deret Input Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Hasil Uji Ljung-Box Sisaan pada Pemodelan ARIMA Deret Input Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Hasil Uji Kolmogorov- Smirnov Sisaan Model Deret Input Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Nilai AIC dan SBC Kandidat Model ARIMA Deret Input Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Nilai Dugaan Parameter Model-Model Sementara Deret Input Perubahan Jumlah Uang Beredar Hasil Uji Ljung-Box Sisaan pada Pemodelan ARIMA Deret Input Perubahan Jumlah Uang Beredar Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Sisaan Model Deret Input Perubahan Jumlah Uang Beredar Nilai AIC dan SBC Kandidat Model ARIMA Deret Input Perubahan Jumlah Uang Beredar Hasil Identifikasi Awal Korelasi Silang a 1t dan β t Hasil Identifikasi Awal Korelasi Silang a 2t dan β Hasil Identifikasi Awal Korelasi Silang a 3t dan β t Perbandingan Hasil Peramalan Fungsi Transfer dan Data Aktual DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Plot Deret Output Tingkat Inflasi Plot Deret Input Tingkat Suku Bunga BI Plot Deret Input Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Plot Deret Input Perubahan Jumlah Uang Beredar Plot Deret Input Tingkat Suku Bunga BI Setelah Pembedaan Plot Deret Input Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Setelah Pembedaan Plot Deret Input Perubahan Jumlah Uang Beredar Setelah Pembedaan Plot Deret Output Tingkat Inflasi Setelah Pembedaan Plot Bersama Data Aktual dan Model Fungsi Transfer... 12

9 ix DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Plot ACF dan Plot PACF Deret Input Tingkat Suku Bunga BI Hasil Uji Dickey-Fuller Deret Input Tingkat Suku Bunga BI Plot ACF dan Plot PACF Deret Input Tingkat Suku Bunga BI Setelah Pembedaan Hasil Uji Dickey-Fuller Deret Input Tingkat Suku Bunga BI Setelah Pembedaan Plot ACF dan Plot PACF Deret Input Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Hasil Uji Dickey-Fuller Deret Input Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Plot ACF dan Plot PACF Deret Input Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Setelah Pembedaan Hasil Uji Dickey-Fuller Deret Input Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Setelah Pembedaan 18 9 Plot ACF dan Plot PACF Deret Input Perubahan Jumlah Uang Beredar Hasil Uji Dickey-Fuller Deret Input Perubahan Jumlah Uang Beredar Plot ACF dan Plot PACF Deret Input Perubahan Jumlah Uang Beredar Setelah Pembedaan Hasil Uji Dickey-Fuller Deret Input Perubahan Jumlah Uang Beredar Setelah Pembedaan Plot ACF dan Plot PACF Deret Output Tingkat Inflasi Hasil Uji Dickey-Fuller Deret Output Tingkat Inflasi Plot ACF dan Plot PACF Deret Output Tingkat Inflasi Setelah Pembedaan Hasil Uji Dickey-Fuller Deret Output Tingkat Inflasi Setelah Pembedaan Plot ACF Sisaan dan Plot PACF Sisaan Model ARIMA (1,1,0) Deret Input Tingkat Suku Bunga BI Plot Peluang Sisaan Model ARIMA (1,1,0) Deret Input Tingkat Suku Bunga BI Plot ACF Sisaan dan Plot PACF Sisaan Model ARIMA (3,1,0) Deret Input Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Plot ACF Sisaan dan Plot PACF Sisaan Model ARIMA (0,1,1) Deret Input Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Overfitting Model Deret Input Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Plot ACF Sisaan dan Plot PACF Sisaan Model ARIMA (0,1,0)(1,0,0) 12 Deret Input Perubahan Jumlah Uang Beredar Plot ACF Sisaan dan Plot PACF Sisaan Model ARIMA (0,1,0)(0,0,1) 12 Deret Input Perubahan Jumlah Uang Beredar Overfitting Model Deret Input Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Korelasi Silang a 1t dan β t Pendugaan Model Awal Deret Input Tingkat Suku Bunga BI Korelasi Silang a 2t dan β t Pendugaan Model Awal Deret Input Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Korelasi Silang a 3t dan β t Pendugaan Model Awal Deret Input Perubahan Jumlah Uang Beredar Pendugaan Model Awal Fungsi Transfer Plot ACF dan Plot PACF Deret Sisaan Hasil Pendugaan Akhir Fungsi Transfer Diagnostik Model Fungsi Transfer... 32

10 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Inflasi merupakan salah satu indikator penting dalam menganalisis perekonomian suatu negara. Inflasi yang tinggi sangat penting diperhatikan mengingat dampaknya bagi perekonomian yang dapat menimbulkan ketidakstabilan, pertumbuhan ekonomi yang lambat, dan pengangguran yang meningkat. Oleh karena itu perlu adanya pengendalian kestabilan inflasi. Penelitian mengenai pemodelan inflasi telah dilakukan oleh Handayani (2010) namun hanya melibatkan satu peubah yaitu perubahan jumlah uang beredar. Menurut penelitian Sasana (2004), inflasi dapat dipengaruhi oleh peubah lain. Pada penelitian ini akan dikaji hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat suku bunga BI, nilai tukar rupiah terhadap USD, dan perubahan jumlah uang beredar. Pemodelan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemodelan fungsi transfer input ganda. Model fungsi transfer input ganda merupakan suatu model yang mengkombinasikan pendekatan deret waktu dengan pendekatan kasual. Model ini menggambarkan perkiraan nilai yang akan datang dari suatu data deret output berdasarkan satu atau beberapa deret input. Tujuan Menerapkan model fungsi transfer input ganda pada pemodelan hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat suku bunga BI, nilai tukar rupiah terhadap USD, dan perubahan jumlah uang beredar sehingga menghasilkan model peramalan yang baik. TINJAUAN PUSTAKA Inflasi Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus (Putong 2003). Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatannya menurun. Menurut Putong (2003) terdapat tiga teori utama yang menerangkan mengenai inflasi yaitu sebagai berikut: 1. Teori Kuantitas Berdasarkan teori ini persentase kenaikan harga hanya sebanding dengan kenaikan jumlah uang beredar atau sirkulasi uang, tetapi tidak terhadap jumlah produksi nasional. 2. Teori Keynes Teori ini mengatakan bahwa inflasi terjadi karena mesyarakat hidup di luar batas kemampuan ekonominya. 3. Teori Strukturalis atau Teori Inflasi Jangka Panjang Teori ini menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi. Terdapat kenyataan lain bahwa kenaikan harga-harga secara terus menerus yang menyebabkan inflasi dapat juga disebabkan oleh naiknya nilai tukar mata uang luar negeri secara signifikan terhadap mata uang dalam negeri. Model Deret Waktu Stasioner Model deret waktu satu peubah (y t ) yang stasioner dapat dituliskan sebagai berikut: y = a + ψ a + ψ a + (1) dengan a adalah ingar putih (white noise) yaitu barisan peubah acak saling bebas yang memiliki sebaran identik dengan E(a ) = 0, Var(a ) = σ, dan ψ <. Model umum deret waktu tersebut mencakup modelmodel yang lebih khusus, yaitu proses rataan bergerak (Moving Average), proses regresi diri (Autoregressive), serta proses gabungan keduanya (Autoregressive Moving Average) (Cryer 2008). Data deret waktu dikatakan stasioner jika perilaku data tersebut berfluktuasi di sekitar nilai tengah dengan ragam yang relatif konstan pada periode waktu tertentu. Plot data dan perilaku fungsi korelasi diri (Autocorelation Function/ACF) dapat digunakan sebagai dasar penentuan kestasioneran data deret waktu. Selain itu secara formal uji yang dapat digunakan untuk menguji kestasioneran sebuah data deret waktu ialah uji akar unit. Salah satu uji akar unit yang biasa digunakan adalah uji Dickey- Fuller. Pada uji Dickey-Fuller, γ pada persamaan berikut: y = γy + ε (2) dengan γ = b 1 dan b adalah parameter regresi diri diuji menggunakan hipotesis: H 0 : γ = 0 (y tidak stasioner) H 1 : γ < 0 (y stasioner) Uji signifikasi untuk statistik di atas menggunakan uji τ, karena γ berdistribusi τ. Statistik ujinya adalah: τ = ( ) (3)

11 2 Dickey dan Fuller telah menyusun tabel untuk uji ini. Kaidah keputusan yang digunakan adalah tolak H 0 jika τ hitung lebih kecil dari nilai τ pada tabel Dickey Fuller dengan taraf α tertentu (Enders 2004, Cryer 2008). Model ARIMA Model ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) merupakan campuran antara model regresi diri berordo-p (AR (p)) dan model rataan bergerak berordo-q (MA (q)) yang telah distasionerkan dengan melakukan pembedaan sebanyak d kali (Montgomery 1990). Model ARIMA diperkenalkan pertama kali oleh George Edward Pelham Box dan Gwilym Meirion Jenkins pada tahun 1970-an sehingga model ARIMA dikenal sebagai model Box-Jenkins. Model umum ARIMA (p,d,q) ialah: φ (B) Z = θ (B)a (4) dengan: p = ordo regresi diri q = ordo rataan bergerak d = banyaknya pembedaan φ = parameter regresi diri θ = parameter rataan bergerak a = galat acak pada waktu ke-t yang _ diasumsikan menyebar normal bebas stokastik = operator pembedaan dengan derajat pembeda d = 1 B φ (B) = (1 φ B φ B ) θ (B) = (1 θ B θ B ) B = operator backshift B(Z ) = Z B (Z ) = Z Model Fungsi Transfer Tujuan pemodelan fungsi transfer adalah untuk menetapkan model sederhana yang menghubungkan Y t (deret output) dengan X t (deret input) dan N untuk mengetahui pada lag ke berapa peubah X t mulai berpengaruh terhadap Y t serta dapat mengetahui perkiraan nilai pada data deret output jika data deret input berubah. (Makridakis 1983). Model fungsi transfer secara umum adalah sebagai berikut (Wei 2006): z = v(b)w + n (5) dengan z t adalah nilai output (nilai Y t yang telah stasioner), w t adalah nilai input (nilai X t yang telah stasioner), n t adalah gangguan acak, dan v(b) = ( ) ( ) merupakan fungsi transfer w t. Model umum model fungsi transfer juga dapat ditulis sebagai berikut: atau z = ( ) w ( ) + n (6) z = ( ) w ( ) + ( ) a ( ) (7) dengan: r = derajat fungsi δ(b) yang mengidikasikan berapa lama deret output berhubungan dengan nilai terdahulu dari deret output itu sendiri. b = keterlambatan pengaruh deret input yang ditunjukkan dalam w s = derajat fungsi ω(b) yang menunjukkan seberapa lama deret output dipengaruhi deret inputnya. δ (B) 0 φ (B) 0 ω (B) = ω ω B ω B δ (B) = 1 δ B δ B B z w a = keterlambatan efek = nilai Y pada waktu ke-t yang telah stasioner = nilai X pada waktu ke-t yang telah stasioner = gangguan acak pada waktu ke-t Untuk deret input dan deret output tertentu dalam data mentah terdapat lima tahap pembentukan model fungsi transfer, yaitu: 1. Identifikasi Model Fungsi Transfer a. Uji Kestasioneran Deret Input dan Deret Output Deret input dan deret output dilihat kestasionerannya, apabila data tidak stasioner maka deret input dan deret output harus ditransformasikan dengan tepat (untuk mengatasi ragam yang tidak stasioner) atau dibedakan (untuk mengatasi nilai tengah yang tidak stasioner) untuk menyederhanakan model fungsi transfer. Data yang telah sesuai kemudian disebut w t dan z t (Makridakis 1983). b. Pemutihan Deret Input Pemutihan merupakan proses transformasi deret yang berkorelasi menuju perilaku white noise yang tidak berkorelasi (Makridakis 1983). Tujuannya untuk mendapatkan model yang sesuai untuk deret input (w t ) sehingga diperoleh deret input yang sudah white noise.

12 3 Proses pemutihan ini menggunakan model ARIMA untuk deret input. Oleh karena itu sebelum proses pemutihan dibangun terlebih dahulu model ARIMA deret inputnya. Jika diasumsikan bahwa deret input w t mengikuti proses ARIMA, maka pemutihan deret input dapat didefinisikan sebagai berikut: φ (B)w = θ (B)α (8) Deret input w t dapat diubah ke dalam bentuk α t menjadi: α = ( ) ( ) w, θ (B) 0 (9) dengan φ (B) adalah operator regresi diri dengan ordo p, θ (B) adalah operator rataan bergerak dengan ordo q, dan α adalah deret white noise pada waktu ke-t dengan rataan 0 dan ragam σ, serta antara α dan w tidak berkorelasi. c. Pemutihan Deret Output Bila pada pemutihan deret input dihasilkan suatu deret yang white noise, maka pada pemutihan deret output ini belum tentu dihasilkan deret yang white noise. Hal ini dikarenakan deret output dimodelkan secara paksa dengan menggunakan model deret inputnya. Pemutihan pada deret output ini dilakukan dengan cara yang sama sebagaimana pemutihan deret input yaitu: β = ( ) ( ) z, θ (B) 0 (10) 2. Pembentukan Model Awal a. Perhitungan Fungsi Korelasi Silang (Cross-Correlation Function/CCF) Fungsi korelasi silang digunakan untuk mengukur kekuatan dan arah hubungan di antara dua peubah acak. Fungsi kovarian silang antara w dan z (atau dalam bentuk yang telah diputihkan, α dan β ) dapat didefinisikan sebagai berikut: γ (k) = E[(w μ )][(z μ )] (11) dengan k = 0, ±1, ±2, Fungsi korelasi silangnya (CCF) dirumuskan: ρ (k) = ( ) (12) dengan σ dan σ adalah simpangan baku w dan z (Wei 2006). b. Penetapan r, b, dan s untuk Model Fungsi Transfer Setelah memperoleh hasil dari nilai korelasi silang maka dapat ditentukan nilai r, b, dan s sebagai dugaan awal. Berikut ini adalah beberapa aturan yang dapat digunakan untuk menduga nilai r, b, dan s dari suatu fungsi transfer: Nilai b adalah lag dimana korelasi silang berbeda nyata dengan nol pertama kali Nilai s adalah banyaknya lag korelasi silang yang berbeda nyata dengan nol setelah lag ke b Nilai r adalah banyaknya lag korelasi diri output yang berbeda nyata dengan nol setelah lag ke-1 c. Identifikasi Model ARIMA untuk Deret Sisaan (p, q ) Model ARIMA deret sisaan dilakukan dengan melakukan pendugaan dengan model deret waktu satu peubah yaitu: φ (B)n = θ (B)a (13) Dengan diperolehnya model ARIMA untuk deret sisaan maka diperoleh model sementara dari fungsi transfer. Setelah mengidentifikasi model fungsi transfer dalam persamaan, pada tahap selanjutnya akan dihitung dugaan dari parameter model fungsi transfer. 3. Pendugaan Parameter Model Fungsi Transfer Metode pendugaan yang cukup sederhana dengan dugaan yang lebih baik yaitu dengan iterasi menggunakan algoritma Conditional Least Squares Estimation. Hipotesis yang diuji: H 0 : Parameter = 0 H 1 : Parameter 0 Statistik ujinya adalah: t = ( ) (14) Tolak H 0 jika t > t,( ) dengan n adalah banyaknya data, n p adalah banyaknya parameter yang diduga, dan diff adalah pembedaan. 4. Uji Diagnostik Model Fungsi Transfer Pada tahap ini dilakukan pengujian pada model awal yang telah terbentuk memenuhi asumsi atau tidak. Tahap-tahap dalam uji diagnostik model adalah:

13 4 a. Pemeriksaan auotokorelasi untuk sisaan model Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah pemodelan deret sisaan telah sesuai atau tidak. Indikator yang menunjukkan bahwa model yang dipilih telah sesuai adalah ACF sisaan dan PACF sisaan model fungsi transfer tidak menunjukkan pola tertentu. Selain itu juga bisa digunakan statistik uji Box-Pierce. b. Pemeriksaan korelasi silang antara sisaan model dengan deret input yang telah diputihkan Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah deret sisaan dan deret input yang telah diputihkan saling bebas. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menghitung korelasi silang antara sisaan deret sisaan (a t ) dan deret input yang telah diputihkan (α ). Model yang sesuai adalah model yang korelasi silang antara a t dan α tidak menunjukkan pola tertentu dan terletak antara 2(n-k) -1/2. Selain itu bias juga digunakan statistik uji Box-Pierce. 5. Penggunaan Model Fungsi Transfer untuk Peramalan Setelah model fungsi transfer terbaik dihasilkan, selanjutnya dilakukan peramalan. Model Fungsi Transfer Input Ganda Pada model fungsi transfer input ganda terdapat beberapa peubah input dengan bentuk modelnya adalah (Wei 2006): atau dimana z = v (B)w + n (15) z = ( ) ( ) B w + ( ) ( ) a (16) v (B) = ω (B)B δ (B) adalah fungsi transfer untuk deret input ke-j, j = 1, 2,, k. Menurut Olason dan Watt (1986), apabila terdapat korelasi antara peubah input maka membangun model fungsi transfer dapat menggunakan simultaneous reestimation parameter yang akan menghasilkan model yang dapat diterima. Kriteria Pemilihan Model Akaike s Information Criterion (AIC) dan Bayesian Information Criterion (SBC) atau disebut juga Bayesian Information Criterion (BIC) adalah kriteria untuk memilih model yang dapat dihitung menurut: AIC(M) = n ln σ + 2M (17) SBC(M) = n ln σ + M ln n (18) dimana σ adalah penduga maksimum likelihood untuk σ (ragam sisaan model), M adalah banyaknya parameter pada model dan n adalah banyaknya pengamatan efektif yang sebanding dengan banyaknya sisaan yang dapat dihitung dari suatu deret. Model terbaik adalah model dengan nilai AIC dan SBC terkecil (Wei 2006). Setelah melakukan peramalan, ketepatan peramalan dapat dicari dengan menghitung Mean Absolute Percentage Error (MAPE). Nilai MAPE dapat dihitung dengan: MAPE = (19) atau dengan mencari nilai Mean Absolute Deviation (MAD) dengan rumus sebagai berikut: MAD = (20) dengan y t adalah pengamatan pada waktu ke-t dan y adalah ramalan pada waktu ke-t. Semakin kecil nilai MAPE dan MAD menunjukkan data peramalan semakin mendekati nilai aktual (Montgomery 1990). METODOLOGI Bahan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan bulanan Bank Indonesia yang merupakan data bulanan dari Januari 2003 sampai Desember Datanya terdiri dari data tingkat inflasi, perubahan jumlah uang beredar, tingkat suku bunga BI, dan nilai tukar rupiah terhadap USD. Data bulan Januari 2003 sampai dengan Desember 2009 digunakan untuk membangun model fungsi transfer, sedangkan data bulan Januari 2010 sampai dengan Desember 2010 digunakan untuk validasi model. Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Eksplorasi data untuk melihat pola setiap peubah 2. Identifikasi model fungsi transfer, meliputi: a. Uji kestasioneran deret input dan deret output dengan melihat plot data, plot

14 5 korelasi diri, dan plot korelasi diri parsial serta uji Augmented Dickey- Fuller b. Identifikasi Model ARIMA dengan metode Box-Jenkins c. Pemutihan deret input d. Pemutihan deret output berdasarkan hasil pemutihan deret input 3. Pembentukan model fungsi transfer, meliputi: a. Perhitungan fungsi korelasi silang (CCF) masing-masing deret input dengan deret output b. Penetapan (r, s, b) pada masing-masing input c. Identifikasi model awal fungsi transfer input ganda d. Identifikasi model ARIMA untuk deret sisaan dengan melihat plot korelasi diri sisaan dan plot korelasi diri parsial sisaan dari model awal fungsi transfer input ganda 4. Pendugaan parameter model fungsi transfer 5. Pemeriksaan diagnostik model fungsi transfer a. Pemeriksaan autokorelasi untuk sisaan model b. Pemeriksaan korelasi silang antara sisaan deret noise (a t ) dan deret input yang telah diputihkan (α ), i=1, 2, Meramalkan tingkat inflasi Tingkat Inflasi HASIL DAN PEMBAHASAN 8 16 Eksplorasi Data Index Gambar 1 Plot Deret Output Tingkat Inflasi Pada Gambar 1 terlihat data tingkat inflasi menunjukkan pola yang cenderung stabil dari Januari 2003 sampai September Kemudian mengalami kenaikan tajam mencapai 18% pada Oktober Inflasi tertinggi terjadi pada September 2005 yaitu sebesar 18.38%. Tingginya inflasi ini terus terjadi pada tiap periode hingga menurun tajam pada bulan Oktober Mulai November 2006 tingkat inflasi cenderung stabil dan mengalami kenaikan kembali pada pertengahan tahun Namun hal ini tidak berlangsung lama karena tingkat inflasi kembali turun pada awal tahun Tingkat Suku Bunga BI Gambar Index 48 Plot Deret Input Tingkat Suku Bunga BI Tingkat suku bunga BI awalnya mengalami penurunan sampai pertengahan tahun 2004 (Gambar 2). Kemudian mengalami kenaikan sampai dengan April 2006, yang merupakan titik tertinggi. Setelah itu mengalami penurunan dan kenaikan kembali pada tahun 2008 hingga tahun Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD Gambar Index 48 Plot Deret Input Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Gambar 3 memperlihatkan pola data nilai tukar rupiah terhadap USD. Dari awal tahun 2003 sampai dengan pertengahan tahun 2008, terlihat data yang berfluktuasi. Kemudian pada Oktober 2008 mengalami kenaikan tajam hingga mencapai angka Rp per dollar Amerika. Pada November 2008 nilai tukar rupiah terhadap USD mencapai Rp per dollar Amerika. Nilai ini merupakan nilai tertinggi selama 7 tahun sejak tahun 2003 hingga tahun Tingginya nilai tukar ini terus terjadi dan mengalami penurunan pada pertengahan tahun 2009 hingga akhir tahun Perubahan jumlah uang beredar berfluktuasi setiap bulannya (Gambar 4). Memiliki nilai tertinggi pada Maret 2009 dan nilai terendah pada Januari

15 6 Perubahan Jumlah Uang Beredar Index Gambar 4 Plot Deret Input Perubahan Jumlah Uang Beredar Nilai korelasi antara tingkat suku bunga BI dan nilai tukar rupiah terhadap USD adalah sebesar , nilai korelasi tingkat suku bunga BI dengan perubahan jumlah uang beredar sebesar Sedangkan nilai korelasi antara nilai tukar rupiah terhadap USD dengan perubahan jumlah uang beredar sebesar Hal ini menunjukkan adanya korelasi di antara keduanya. Oleh karena itu digunakan simultaneous reestimation parameter. Simultaneous reestimation adalah metode untuk memperoleh model terbaik pada model fungsi transfer input ganda pada saat antar deret inputnya terdapat korelasi. Uji Kestasioneran Deret Input dan Deret Output Data deret waktu memerlukan transformasi dan pembedaan untuk mencapai kestasioneran data. Transformasi diperlukan agar deret waktu stasioner dalam ragam. Sedangkan pembedaan diperlukan agar deret waktu stasioner dalam rataan. Peubah Input Tingkat Suku Bunga BI Dari Gambar 2 terlihat bahwa peubah input tingkat suku bunga BI tidak stasioner dalam rataan. Selain dari plot data, ketidakstasioneran dapat juga terlihat dari plot ACF yang turun secara perlahan-lahan (Lampiran 1). Pengujian Augmented Dickey- Fuller juga dilakukan untuk menguji kestasioneran data. Pada Lampiran 2 terlihat bahwa data tidak stasioner karena pada pengujian dihasilkan nilai-p yang lebih besar dari Untuk mengatasinya dilakukan pembedaan. Gambar 5 memperlihatkan data tingkat suku bunga BI setelah pembedaan lebih stasioner dalam nilai tengah. Dari plot ACF dan plot PACF (Lampiran 3) dan uji Augmented Dickey-Fuller (Lampiran 4) terlihat bahwa data sudah stasioner setelah dilakukan pembedaan Tingkat Suku Bunga BI Setelah Pembedaan Gambar Index 48 Plot Deret Input Tingkat Suku Bunga BI Setelah Pembedaan Peubah Input Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Pada Gambar 3 terlihat input nilai tukar rupiah terhadap USD tidak stasioner. Plot ACF juga memperlihatkan data tidak stasioner karena polanya turun secara perlahan-lahan (Lampiran 5). Demikian juga dari hasil uji Augmented Dickey-Fuller pada Lampiran 6 yang memperlihatkan nilai-p yang lebih besar dari Oleh karena itu dilakukan pembedaan untuk mengatasi ketidakstasioneran. Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD Setelah Pembedaan Gambar Index 48 Plot Deret Input Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Setelah Pembedaan Plot data yang telah melalui pembedaan terlihat pada Gambar 6. Pada gambar tersebut terlihat data telah stasioner, hal ini juga dapat dilihat pada plot ACF dan plot PACF (Lampiran 7) dan hasil uji Augmented Dickey- Fuller pada Lampiran 8 yang memperlihatkan nilai-p yang lebih kecil dari Peubah Input Perubahan Jumlah Uang Beredar Gambar 4 memperlihatkan perubahan jumlah uang beredar memiliki pola yang berfluktuasi pada setiap bulannya, dari plot ACF (Lampiran 9) juga terlihat pola plot yang turun secara perlahan-lahan, hal ini mengindikasikan data tidak stasioner. Hasil uji Augmented Dickey-Fuller (Lampiran 10)

16 7 juga memperlihatkan ketidakstasioneran dengan nilai-p yang lebih besar dari Untuk mengatasi ketidakstasioneran dilakukan pembedaan, Gambar 7 memperlihatkan plot data yang sudah mengalami pembedaan. Plot data terlihat telah stasioner, hal ini juga dapat dilihat dari plot ACF dan plot PACF (Lampiran 11) dan hasil uji Augmented Dickey-Fuller pada Lampiran 12 yang memperlihatkan nilai-p yang lebih kecil dari Perubahan Jumlah Uang Beredar Setelah Pembedaan Index Gambar 7 Plot Deret Input Perubahan Jumlah Uang Beredar Setelah Pembedaan Peubah Output Tingkat Inflasi Dari Gambar 1 terlihat bahwa deret peubah output tingkat inflasi tidak stasioner dalam rataan. Selain dari plot data, ketidakstasioneran dapat juga terlihat dari plot ACF yang turun secara perlahan-lahan (Lampiran 13). Pengujian Augmented Dickey- Fuller juga dilakukan untuk menguji kestasioneran data, hal ini terlihat pada Lampiran 14 dan terlihat bahwa data tidak stasioner karena dihasilkan nilai-p yang lebih besar dari Untuk mengatasi ketidakstasioneran tersebut maka dilakukan pembedaan. Tingkat Inflasi Setelah Pembedaan Index Gambar 8 Plot Deret Output Tingkat Inflasi Setelah Pembedaan Plot data yang telah melalui pembedaan terlihat pada Gambar 8. Plot data terlihat telah stasioner, hal ini juga dapat dilihat dari plot ACF dan plot PACF (Lampiran 15) dan hasil uji Augmented Dickey-Fuller di Lampiran memperlihatkan nilai-p yang lebih kecil dari Identifikasi Model ARIMA Identifikasi model ARIMA dilakukan dengan memperhatikan beberapa nilai awal dari korelasi diri dan korelasi diri parsialnya yang berbeda nyata dengan nol, serta pola dari plot ACF dan plot PACF. Peubah Input Tingkat Suku Bunga BI Pada Lampiran 3 terlihat plot ACF dari deret input tingkat suku bunga BI terlihat nyata sampai lag ke-3 dan plot PACF nyata hanya pada lag pertama. Sehingga model sementaranya adalah ARIMA (1,1,0), ARIMA(0,1,3), dan ARIMA (1,1,3). Tabel 1 Nilai Dugaan Parameter Model- Model Sementara Deret Input Tingkat Suku Bunga BI Model Tipe Koefisien Nilai-p ARIMA AR < (1,1,0) ARIMA (0,1,3) MA 1 MA < ARIMA (1,1,3) MA3 MA 1 MA2 MA 3 AR < < Pada Tabel 1 terlihat bahwa model yang koefisiennya nyata pada taraf 5% adalah ARIMA (1,1,0) dan ARIMA (0,1,3). Modelmodel ini akan diikutsertakan pada proses diagnostik model. Pengecekan diagnostik model dari hasil uji Ljung-Box pada Tabel 2 menunjukkan hanya ARIMA (1,1,0) yang memiliki nilai-nilai tidak signifikan pada taraf 5% untuk lag 6, 12, 18, dan 24. Hal ini berarti hanya ARIMA (1,1,0) yang tidak ada autokorelasi antar sisaan pada model. Tabel 2 Hasil Uji Ljung-Box Sisaan pada Pemodelan ARIMA Deret Input Tingkat Suku Bunga BI Model ARIMA (1,1,0) ARIMA (0,1,3) Nilai-p Ljung-Box (lag) (6) (12) (18) (24) (6) (12) (18) (24) Hasil uji kebebasan Ljung-Box pada sisaan model ARIMA (1,1,0) didukung oleh

17 8 plot ACF sisaan dan plot PACF sisaan yang tidak nyata pada semua lag (Lampiran 17). Hal ini berarti dapat dikatakan bahwa sisaan saling bebas. Pengecekan kenormalan sisaan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov pada Lampiran 18 menunjukkan nilai-p yang lebih kecil dari Hal ini berarti sisaan tidak menyebar normal. Sisaan yang tidak menyebar normal dapat ditoleransi karena mengingat teorema dalil limit pusat yang menyatakan bahwa suatu sebaran dapat didekati dengan sebaran normal ketika ukuran contohnya besar. Pada penelitian ini ukuran contoh yang digunakan sebesar 84, dengan demikian ARIMA (1,1,0) dapat dikatakan memenuhi asumsi sebaran normal. Model ARIMA (1,1,0) selanjutnya akan dilakukan overfitting dengan model ARIMA (2,1,0) dan ARIMA (1,1,1). Hasil pendugaan parameter untuk kedua model tersebut menunjukkan hasil yang tidak nyata pada taraf 5%. Dengan demikian model ARIMA (1,1,0) ditetapkan sebagai model terbaik untuk deret input tingkat suku bunga BI. Hasil pendugaan parameter dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Nilai Dugaan Parameter Model Deret Input Tingkat Suku Bunga BI Model Tipe Koefisien Nilai-p ARIMA (1,1,0) AR < Dengan demikian model ARIMA untuk deret input tingkat suku bunga BI adalah sebagai berikut: ( B) X 1t = a 1t dimana X 1t adalah tingkat suku bunga BI pada waktu ke-t, jika w 1t = X 1t, maka: ( B)w 1t = a 1t Peubah Input Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Pada plot ACF deret nilai tukar rupiah terhadap USD setelah pembedaan (Lampiran 7) nyata pada lag ke dua dan plot PACFnya nyata sampai lag ke tiga. Sehingga model sementara yang diperoleh adalah ARIMA (3,1,0), ARIMA (0,1,2), dan ARIMA (3,1,2). Tabel 4 memperlihatkan bahwa model ARIMA (3,1,0) dan ARIMA (0,1,2) memiliki parameter dugaan yang nyata pada taraf 5%. Pengecekan diagnostik model dari hasil uji Ljung-Box pada Tabel 5 menunjukkan kedua model memiliki nilai-nilai tidak signifikan pada taraf 5% untuk lag ke-6, 12, 18, dan 24. Hal ini berarti bahwa kedua model ini tidak ada autokorelasi antar sisaan pada model. Tabel 4 Nilai Dugaan Parameter Model- Model Sementara Deret Input Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Model Tipe Koefisien Nilai-p ARIMA (3,1,0) AR 1 AR 2 AR ARIMA MA (0,1,2) ARIMA (3,1,2) MA 2 MA 1 MA 2 AR 1 AR 2 AR Tabel 5 Hasil Uji Ljung-Box Sisaan pada Pemodelan ARIMA Deret Input Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Model ARIMA (3,1,0) ARIMA (0,1,2) Nilai-p Ljung-Box (lag) (6) (12) (18) (24) (6) (12) (18) (24) Hasil uji kebebasan Ljung-Box pada sisaan model ARIMA (3,1,0) dan ARIMA (0,1,2) didukung oleh plot ACF sisaan dan plot PACF sisaannya pada Lampiran 19 dan Lampiran 20 tidak nyata pada semua lag. Hal ini berarti sisaan saling bebas. Hasil uji kenormalan sisaan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan sisaan tidak menyebar normal untuk kedua model tersebut (Tabel 6). Ketidaknormalan sisaan ini dapat ditoleransi seperti pada pemodelan tingkat suku bunga BI. Dengan demikian kedua model tersebut dapat dikatakan memenuhi diagnostik model. Tabel 6 Hasil Uji Kolmogorov- Smirnov Sisaan Model Deret Input Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Model Statistik KS Nilai-p ARIMA (3,1,0) <0.010 ARIMA (0,1,2) <0.010 Selanjutnya akan dilakukan overfitting. Hasil pendugaan parameter untuk semua model overfitting pada Lampiran 21 menunjukkan hasil yang tidak nyata pada taraf 5%.

18 9 Tabel 7 Nilai AIC dan SBC Kandidat Model ARIMA Deret Input Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Model AIC SBC ARIMA (0,1,2) ARIMA (3,1,0) Dari model-model yang memenuhi kriteria, model ARIMA (0,1,2) ditetapkan sebagai model terbaik untuk deret input nilai tukar rupiah terhadap USD karena pada Tabel 7 terlihat ARIMA (0,1,2) memilki nilai SBC lebih kecil dibandingkan ARIMA (3,1,0). Dengan demikian model ARIMA untuk deret input nilai tukar rupiah terhadap USD adalah sebagai berikut: X 2t ( B B 2 ) = a 2t dimana X 2t adalah nilai tukar rupiah terhadap USD pada waktu ke-t, jika X = w, maka: w 2t ( B B 2 ) = a 2t Peubah Input Perubahan Jumlah Uang Beredar Pada Lampiran 11 terlihat plot ACF nyata pada lag ke dua belas sama halnya dengan plot PACF nyata pada lag ke dua belas. Sehingga model sementara yang diperoleh adalah ARIMA (0,1,0), ARIMA (0,1,0)(1,0,0) 12, dan ARIMA (0,1,0)(0,0,1) 12. Tabel 8 Nilai Dugaan Parameter Model- Model Sementara Deret Input Perubahan Jumlah Uang Beredar Model Tipe Koefisien Nilai-p ARIMA (0,1,0) ARIMA AR < (0,1,0)(1,0,0) ARIMA (0,1,0)(0,0,1) 12 MA < Terlihat bahwa model ARIMA (0,1,0), ARIMA (0,1,0)(1,0,0) 12 dan ARIMA (0,1,0) (0,0,1) 12 memiliki parameter dugaan yang nyata pada taraf 5% (Tabel 8). Hasil uji Ljung-Box pada Tabel 9 menunjukkan bahwa hanya ARIMA (0,1,0) yang memiliki nilainilai signifikan pada taraf 5%, yaitu untuk lag ke-12, 18, dan 24. Hal ini berarti hanya ARIMA (1,1,0) yang memiliki autokorelasi antar sisaan pada model. Tabel 9 Hasil Uji Ljung-Box Sisaan pada Pemodelan ARIMA Deret Input Perubahan Jumlah Uang Beredar Model ARIMA (0,1,0) Nilai-p Ljung-Box (lag) (6) (12) (18) (24) ARIMA (6) (0,1,0)(1,0,0) (12) (18) (24) ARIMA (6) (0,1,0)(0,0,1) (12) (18) (24) Pengecekan kebebasan sisaan untuk masing-masing model dapat dilihat secara eksploratif pada plot ACF sisaan dan plot PACF sisaannya. Plot ACF dan plot PACF untuk sisaan model ARIMA (0,1,0)(1,0,0) 12 menunjukkan nilai-nilai yang tidak nyata pada semua lag (Lampiran 22). Sedangkan untuk model ARIMA (0,1,0)(0,0,1) 12 terlihat pada korelasi diri parsialnya nyata pada lag ke-5, dan ke-6 (Lampiran 23). Hal ini berarti dapat dikatakan bahwa hanya sisaan model ARIMA (0,1,0)(1,0,0) yang saling bebas. Hasil uji kenormalan sisaan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov pada Tabel 10 menunjukkan sisaan menyebar normal karena memiliki nilai-p yang lebih besar dari Oleh karena itu ARIMA (0,1,0)(1,0,0) dikatakan memenuhi asumsi model. Tabel 10 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Sisaan Model Deret Input Perubahan Jumlah Uang Beredar Model Statistik KS Nilai-p ARIMA (0,1,0)(1,0,0) >0.150 ARIMA 12 (0,1,0)(0,0,1) >0.150 Model ARIMA (0,1,0)(1,0,0) 12 selanjutnya akan dilakukan overfitting dengan model ARIMA (0,1,0)(2,0,0) 12 dan ARIMA (0,1,0) (1,0,1) 12. Hasil overfitting model terlihat pada Lampiran 24. Dari model-model yang memenuhi kriteria, model ARIMA (0,1,0)(2,0,0) 12 terpilih sebagai model terbaik untuk deret input perubahan jumlah uang beredar karena memilki nilai SBC dan AIC lebih kecil dibandigkan ARIMA (0,1,0)(1,0,0) 12 (Tabel 11).

19 10 Tabel 11 Nilai AIC dan SBC Kandidat Model ARIMA Deret Input Perubahan Jumlah Uang Beredar Model AIC SBC ARIMA (0,1,0)(1,0,0) 12 ARIMA (0,1,0)(2,0,0) Model ARIMA untuk deret perubahan jumlah uang beredar adalah sebagai berikut: ( B B ) X = a dimana X 3t adalah perubahan jumlah uang beredar pada waktu ke-t, jika X = w, maka: ( B B )w = a Pemutihan Deret Input dan Deret Output Tahap pemutihan dilakukan berdasarkan model ARIMA pada masing-masing deret input. Dalam tahap ini digunakan unsur white noise model tersebut. Model pemutihan dari deret input tingkat suku bunga BI adalah sebagai berikut: a = ( B)w Dengan cara yang sama, model pemutihan dari deret input nilai tukar rupiah terhadap USD adalah sebagai berikut: w a = ( B B ) Sedangkan untuk deret input perubahan jumlah uang beredar adalah sebagai berikut: a = ( B B )w Pemutihan deret output dilakukan dengan cara yang sama sebagaimana pemutihan deret input. Sehingga pemutihan deret output tingkat inflasi berdasarkan peubah input tingkat suku bunga BI menghasilkan persamaan: β = ( B)z Pemutihan deret output berdasarkan peubah input nilai tukar rupiah terhadap USD didapat model dengan persamaan: z β = ( B B ) Sedangkan pemutihan deret output berdasarkan peubah input perubahan jumlah uang beredar menghasilkan persamaan: β = ( B B )z Perhitungan Fungsi Korelasi Silang dan Penentuan Nilai b, s, dan r pada Model Fungsi Transfer Penentuan nilai b, s dan r untuk menduga model fungsi transfer dilihat dari plot korelasi silang antara deret output dengan deret inputnya yang telah melalui pemutihan yaitu tingkat inflasi (β ) dengan tingkat suku bunga BI (a ), tingkat inflasi (β ) dengan nilai tukar rupiah terhadap USD (a ) dan tingkat inflasi (β ) dengan perubahan jumlah uang beredar (a ). Plot korelasi silang antara a 1t dan β t pada Lampiran 25 menunjukkan nilai yang signifikan pada lag ke-1 yang berarti bahwa nilai b=1. Nilai s dilihat dari banyaknya lag korelasi silang yang berbeda nyata dengan nol setelah lag ke b, dari Lampiran 25 diperoleh s=1 sedangkan nilai r dapat dilihat berdasarkan banyaknya lag korelasi diri output yang berbeda nyata dengan nol setelah nyata yang pertama dan diperoleh r=0. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka dilakukan overfitting model. Hasil dari kandidat model beserta nilai SBC dan AICnya dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Hasil Identifikasi Awal Korelasi Silang a 1t dan β t Konstanta AIC SBC b=1 s=0 r= b=1 s=1 r=0* b=1 s=0 r=1* b=1 s=0 r= b=1 s=0 r=3* b=2 s=0 r= b=2 s=1 r=0* b=2 s=2 r= b=2 s=0 r=1* b=2 s=0 r= b=2 s=1 r= b=3 s=0 r=0* Ket : (*) salah satu parameter tidak nyata Tabel 12 memperlihatkan bahwa model fungsi transfer dengan nilai b=2, s=2 dan r=0 merupakan model terbaik dari peubah input tingkat suku bunga BI karena memiliki nilai statistik AIC dan SBC terkecil. Hasil selengkapnya dari model ini dapat dilihat pada Lampiran 26. Model umum dari model fungsi transfer adalah : (1 δ B δ B )z = (ω ω B ω B )w ( )

20 11 Sehingga model awal untuk tingkat suku bunga BI adalah: z = ( B )w ( ) Identifikasi model awal untuk peubah input nilai tukar rupiah terhadap USD didapatkan dengan cara yang sama dengan peubah input tingkat suku bunga BI. Plot korelasi silang antara a 2t dan β t pada Lampiran 27 menunjukkan nilai yang signifikan pada lag ke-5 yang berarti bahwa nilai b=5, nilai s=0 dan nilai r=0. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dilakukan overfitting. Hasil dari kandidat model yang dicobakan beserta statistik SBC dan AIC dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Hasil Identifikasi Awal Korelasi Silang a 2t dan β t Konstanta AIC SBC b=1 s=0 r=0* b=2 s=0 r=0* b=3 s=0 r=0* b=4 s=0 r=0* b=5 s=0 r=0* b=5 s=1 r=0* b=5 s=2 r=0* b=5 s=0 r=1* b=5 s=0 r= b=5 s=0 r=3* b=5 s=1 r=1* b=5 s=1 r=2* b=5 s=2 r=1* b=5 s=0 r= Ket : (*) salah satu parameter tidak nyata Model awal untuk peubah input nilai tukar rupiah terhadap USD dengan nilai b=5, s=0 dan r=12 adalah model terbaik karena memiliki nilai AIC dan SBC terkecil (Tabel 13). Hasil selengkapnya untuk model ini disajikan pada Lampiran 28. Pendugaan model awal untuk nilai tukar rupiah terhadap USD adalah: ( B )z = w ( ) Untuk plot korelasi silang a 3t dan β t pada Lampiran 29 diperoleh nilai b=1, nilai s=0 dan nilai r=1. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dilakukan overfitting. Hasil dari kandidat model yang dicobakan beserta statistik SBC dan AIC dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 menunjukkan bahwa model awal untuk peubah input perubahan jumlah uang beredar dengan nilai b=1, s=0 dan r=1 adalah model terbaik karena memiliki nilai AIC dan SBC terkecil. Hasil selengkapnya untuk model ini disajikan pada Lampiran 30. Tabel 14 Hasil Identifikasi Awal Korelasi Silang a 3t dan β t Konstanta AIC SBC b=1 s=0 r= b=1 s=1 r=0* b=1 s=0 r= b=1 s=0 r=2* b=1 s=1 r=1* b=2 s=0 r=0* b=2 s=1 r=0* b=2 s=0 r=2* Ket : (*) salah satu parameter tidak nyata Pendugaan model awal untuk perubahan jumlah uang beredar adalah: ( B)z = w ( ) Setelah memperoleh nilai b, r,dan s untuk masing-masing input, langkah selanjutnya adalah menggabungkan model dan reestimate parameter. Parameter δ 31 tidak signifikan pada model yang telah dikombinasikan (Lampiran 31). Model awal dengan semua parameternya nyata diperoleh saat nilai b=2, s=2 dan r=0 untuk peubah tingkat suku bunga BI, b=5, s=0, dan r=12 untuk peubah nilai tukar rupiah terhadap USD, serta b=1, s=0 dan r=0 untuk peubah perubahan jumlah uang beredar. Sehingga diperoleh model awal sebagai berikut: z t = (ω 0.1 ω 2.1 B 2 )w 1(t 2) ω 0.2w 2(t 5) (1 δ 12.2 B 12 ) ω 0.3w 3(t 1) + a t Identifikasi Model ARIMA untuk Deret Sisaan (p n,q n ) Pendugaan model ARIMA untuk deret noise (p n, q n ) dilakukan dengan memeriksa plot ACF sisaan dan plot PACF sisaan fungsi transfer awal. Lampiran 32 memperlihatkan bahwa tidak ada lag yang nyata baik pada ACF maupun PACF sisaan fungsi transfer awal sehingga diperoleh n = a. Pendugaan Akhir Model Fungsi Transfer Model fungsi transfer diperoleh dengan mengkombinasikan model awal dengan model sisaannya. Sehingga diperoleh model sebagai berikut: z t = ( B 2 )w 1(t 2) w 2(t 5) ( B 12 ) w 3(t 1) + a t

21 12 Hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 33 yang memperlihatkan semua parameternya nyata. Pemeriksaan Diagnostik Model Fungsi Transfer Kebebasan sisaan dapat dilihat dari plot ACF dan plot PACF yang tidak berbeda nyata dengan nol dan uji Box-Pierce (Lampiran 34) memperlihatkan nilai-p yang lebih besar dari 0.05 sehingga mengindikasikan sisaan saling bebas pada taraf nyata 5%. Diagnostik model juga dilakukan untuk melihat adanya korelasi silang antara sisaan dengan masing-masing input. Pada Lampiran 34 terlihat bahwa untuk semua input diperoleh nilai-p yang lebih besar dari 0.05 yang menunjukkan bahwa tidak adanya korelasi silang antara sisaan dengan masing-masing input. Berdasarkan hasil analisa bahwa penduga parameter yang nyata, sisaan saling bebas, dan tidak adanya korelasi antara sisaan dengan deret input, maka model tersebut ditetapkan sebagai model akhir fungsi transfer. Peramalan Setelah model fungsi transfer diperoleh, selanjutnya digunakan untuk meramalkan tingkat inflasi berdasarkan model fungsi transfer yang diperoleh. Untuk mendapatkan peramalan model fungsi transfer kita mengatur kembali secara sederhana model yang diperoleh. Karena w 1t = X 1t, w 2t = X 2t, w 3t = X 3t, dan z t = Y t maka model fungsi transfer dapat dituliskan: Y = Y Y Y X ( ) X ( ) X ( ) X ( ) X ( ) X ( ) X ( ) X ( ) X ( ) X ( ) X ( ) X ( ) X ( ) X ( ) + a Model fungsi transfer ini dapat diartikan bahwa tingkat inflasi pada waktu ke-t dipengaruhi oleh (1) tingkat inflasi satu bulan, dua belas bulan, dan tiga belas bulan sebelumnya, (2) tingkat suku bungan BI dua sampai lima bulan sebelumnya serta empat belas sampai tujuh bulan sebelumnya, (3) nilai tukar rupiah terhadap USD satu bulan dan dua bulan sebelumnya, serta (4) perubahan jumlah uang beredar tiga belas bulan dan empat belas bulan sebelumnya. Model yang diperoleh digunakan untuk meramalkan tingkat inflasi tahun 2010 (Tabel 15). Nilai MAPE dan MAD hasil peramalan dengan model fungsi transfer masing-masing sebesar 15.69% dan Sedangkan nilai MAPE dan MAD data keseluruhan dari model fungsi transfer masing-masing sebesar 16.94% dan Selain itu plot bersama antara data aktual dan model fungsi transfer yang terlihat pada Gambar 9 menunjukkan bahwa pola data aktual mirip dengan pola model fungsi transfernya. Tabel 15 Perbandingan Hasil Peramalan Fungsi Transfer dan Data Aktual Bulan Ŷ Y Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember MAPE 15.69% MAD 0.81 Gambar Plot Bersama Data Aktual dan Model Fungsi Transfer Variable Aktual Fungsi Transfer SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Data deret waktu dengan input ganda dapat dimodelkan dengan model fungsi transfer. Model fungsi transfer yang diperoleh dihitung dengan menggabungkan model fungsi transfer untuk input pertama, kedua dan ketiga. Setelah itu dilakukan reestimation parameter karena antar deret inputnya terdapat korelasi. Dari model yang diperoleh dapat disimpulkan tingkat inflasi pada waktu ke-t

22 13 dipengaruhi oleh tingkat inflasi satu bulan, dua belas bulan, dan tiga belas bulan sebelumnya, tingkat suku bungan BI dua sampai lima bulan sebelumnya serta empat belas sampai tujuh bulan sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap USD satu bulan dan dua bulan sebelumnya, serta perubahan jumlah uang beredar tiga belas bulan dan empat belas bulan sebelumnya. Nilai MAPE dan MAD hasil peramalan sebesar 15.69% dan 0.81 menunjukkan model fungsi transfer yang diperoleh cukup baik dalam melakukan peramalan. Sasana H Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia dan Filipina. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, vol 11 no. 2, Wei WWS Time Series Analysis Univariate and Multivariate Methods Second Edition. Boston: Pearson Addison- Wesley. Saran Penulis menyarankan untuk mengkaji lagi hasil yang diperoleh dari penelitian ini dari sudut pandang ekonominya. Selain itu, penulis menyarankan untuk mencoba menggunakan metode deret waktu lainnya seperti metode VAR. Tidak terlepas kemungkinan diperoleh model baru yang lebih baik dan lebih sederhana dibandingkan model fungsi transfer input ganda. DAFTAR PUSTAKA [SAS] SAS Institute Inc SAS/ETS 9.22 User s Guide. Cary, NC: SAS Institute Inc. Cryer JD dan KS Chan Time Series Analysis with Applications in R Second Edition. New York: Springer. Enders W Applied Econometric Time Series Second Edittion. USA: John Wiley and Sons, Inc. Handayani FR Fungsi Transfer Hubungan Perubahan Jumlah Uang Beredar dan Tingkat Inflasi [skripsi]. Bogor : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Makridakis S, SC Wheelwright, VE McGee Metode dan Aplikasi Peramalan Jilid 1 Edisi Kedua. Untung SA, Abdul B, Penerjemah; Jakarta: Penerbit Erlagga. Terjemahan dari : Forecasting, 2 nd Edition. Montgomery DC, LA Johnson, JS Gardiner Forecasting and Time Series Analysis Second Edition. Singapore: McGraw-Hill. Olason T dan WE Watt Multivariate Transfer Function-Noise Model of River Flow for Hydropower Operation. Nordic Hydrology: Putong I Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro Edisi Kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data 5 korelasi diri, dan plot korelasi diri parsial serta uji Augmented Dickey- Fuller b. Identifikasi Model dengan metode Box-Jenkins c. Pemutihan deret input d. Pemutihan deret output berdasarkan hasil pemutihan

Lebih terperinci

UANG BEREDARR DAN TINGKAT INFLASI FEB RINA HANDAYANI

UANG BEREDARR DAN TINGKAT INFLASI FEB RINA HANDAYANI FUNGSI TRANSFER HUBUNGAN PERUBAHAN JUMLAH UANG BEREDARR DAN TINGKAT INFLASI FEB RINA HANDAYANI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKAA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA 1) Nurul Latifa Hadi 2) Artanti Indrasetianingsih 1) S1 Program Statistika, FMIPA, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2)

Lebih terperinci

Peramalan Volume Pemakaian Air di PDAM Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode Time Series

Peramalan Volume Pemakaian Air di PDAM Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode Time Series JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3520 (2301-928X Print) D-157 Peramalan Volume Pemakaian Air di PDAM Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode Time Series Moh Ali Asfihani dan Irhamah

Lebih terperinci

PERAMALAN HARGA PREMIUM NON SUBSIDI DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER NURILMA PASCARIANTI

PERAMALAN HARGA PREMIUM NON SUBSIDI DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER NURILMA PASCARIANTI PERAMALAN HARGA PREMIUM NON SUBSIDI DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER NURILMA PASCARIANTI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK NURILMA

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO Perbandingan Model ARIMA... (Alia Lestari) PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO Alia Lestari Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA)

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA) PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA) Oleh : Nofinda Lestari 1208 100 039 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI TBS KELAPA SAWIT DENGAN MODEL ARIMA DAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA AINDRA BUDIAR

PERAMALAN PRODUKSI TBS KELAPA SAWIT DENGAN MODEL ARIMA DAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA AINDRA BUDIAR PERAMALAN PRODUKSI TBS KELAPA SAWIT DENGAN MODEL ARIMA DAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA AINDRA BUDIAR DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI LULIK PRESDITA W 1207 100 002 APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI 1 Pembimbing : Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes BAB I PENDAHULUAN 2 LATAR BELAKANG 1. Stabilitas ekonomi dapat dilihat

Lebih terperinci

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Vol. 9, No., 9-5, Januari 013 Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Fitriani, Erna Tri Herdiani, M. Saleh AF 1 Abstrak Dalam analisis deret waktu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan datang. Peramalan adalah proses untuk memperkirakan kebutuhan di masa datang

Lebih terperinci

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 110 117 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Lebih terperinci

Oleh : Dwi Listya Nurina Dosen Pembimbing : Dr. Irhamah, S.Si, M.Si

Oleh : Dwi Listya Nurina Dosen Pembimbing : Dr. Irhamah, S.Si, M.Si Oleh : Dwi Listya Nurina 1311105022 Dosen Pembimbing : Dr. Irhamah, S.Si, M.Si Air Bersih BUMN Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Suhu Udara Rata-rata

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Suhu Udara Rata-rata suhu 18 20 22 24 26 28 30 32 ragam, maka dilakukan transformasi Box-Cox. d. Mengidentifikasi model. Dalam tahap ini akan didapat model-model sementara, dengan melihat plot ACF dan PACF. e. Pendugaan parameter

Lebih terperinci

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input Oleh : Defi Rachmawati 1311 105 007 Dosen Pembimbing :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stasioner Analisis ARIMA Autoregressive Integrated Moving Average umumnya mengasumsikan bahwa proses umum dari time series adalah stasioner. Tujuan proses stasioner adalah rata-rata,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Data Deret Berkala Suatu deret berkala adalah himpunan observasi yang terkumpul atau hasil observasi yang mengalami peningkatan waktu. Data deret berkala adalah serangkaian

Lebih terperinci

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 253 266. PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

Lebih terperinci

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH)

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH) Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 4 Hal. 80 88 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE

Lebih terperinci

PEMODELAN CURAH HUJAN DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA YULIANTI HASANAH

PEMODELAN CURAH HUJAN DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA YULIANTI HASANAH PEMODELAN CURAH HUJAN DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA YULIANTI HASANAH DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

BAB 3 MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT BAB 3 MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT Model fungsi transfer multivariat merupakan gabungan dari model ARIMA univariat dan analisis regresi berganda, sehingga menjadi suatu model yang mencampurkan pendekatan

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian II) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 2016 1 a. Lakukan proses pembedaan (differencing) sebanyak dua kali pada data asal. b. Lakukan pendugaan parameter pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan akan terjadi pada

Lebih terperinci

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 1 8 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Lebih terperinci

Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia. Oleh : Pomi Kartin Yunus

Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia. Oleh : Pomi Kartin Yunus Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia Oleh : Pomi Kartin Yunus 1306030040 Latar Belakang Industri manufaktur yang berkembang pesat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya, 21 Oktober 27 PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK KORELASI DIRI SISAAN PADA MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KURNIA SEKAR NEGARI

PERBANDINGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK KORELASI DIRI SISAAN PADA MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KURNIA SEKAR NEGARI PERBANDINGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK KORELASI DIRI SISAAN PADA MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KURNIA SEKAR NEGARI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR)

PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) SKRIPSI Oleh : PRISKA RIALITA HARDANI 24010211120020 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG PESAWAT TERBANG DOMESTIK DI BANDAR UDARA JUANDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUNGSI TRANSFER MULTI INPUT

PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG PESAWAT TERBANG DOMESTIK DI BANDAR UDARA JUANDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUNGSI TRANSFER MULTI INPUT PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG PESAWAT TERBANG LOGO DOMESTIK DI BANDAR UDARA JUANDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUNGSI TRANSFER MULTI INPUT Oleh : Ary Miftakhul Huda (1309 100 061) Dosen Pembimbing : Dr.rer.pol.

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) Liana Kusuma Ningrum dan Winita Sulandari, M.Si. Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP SKRIPSI Disusun oleh : DITA RULIANA SARI NIM. 24010211140084 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n SBAB III MODEL VARMAX 3.1. Metode Analisis VARMAX Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n dengan variabel random Z n yang dapat dipandang sebagai variabel random berdistribusi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang II.. TINJAUAN PUSTAKA Indeks Harga Konsumen (IHK Menurut Monga (977 indeks harga konsumen adalah ukuran statistika dari perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang didapatkan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri,1984). Setiap kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Software Eviews Versi 4.1 dan Microsoft Office Excel Gambar 2 Plot IHSG.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Software Eviews Versi 4.1 dan Microsoft Office Excel Gambar 2 Plot IHSG. kointegrasi lebih besar dari nol maka model yang digunakan adalah VECM (Enders, 1995). 4. Analisis model VAR, VARD atau VECM. 5. Interpretasi terhadap model. 6. Uji kelayakan model. 7. Pengkajian fungsi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Data Runtun Waktu, Indeks Harga Konsumen, ARIMA, Analisis Intervensi, Fungsi Step, Peramalan. I Pendahuluan

ABSTRAK. Kata kunci : Data Runtun Waktu, Indeks Harga Konsumen, ARIMA, Analisis Intervensi, Fungsi Step, Peramalan. I Pendahuluan Analisis Model Intervensi Fungsi Step Terhadap Indeks Harga Konsumen (IHK) Zuhairini Azzahra A 1, Suyono 2, Ria Arafiyah 3 Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

Peramalan Jumlah Penumpang Kereta Api Kelas Bisnis Eksekutif Jurusan Madiun Jakarta di PT. Kereta Api (Persero) DAOP VII Madiun

Peramalan Jumlah Penumpang Kereta Api Kelas Bisnis Eksekutif Jurusan Madiun Jakarta di PT. Kereta Api (Persero) DAOP VII Madiun Peramalan Jumlah Penumpang Kereta Api Kelas Bisnis Eksekutif Jurusan Madiun Jakarta di PT. Kereta Api (Persero) DAOP VII Madiun NAMA : RITA RAHMADHANI NRP : 1306 030 008 PEMBIMBING: DR. BRODJOL SUTIJO

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER MODEL ARMA UNTUK PERAMALAN DEBIT AIR SUNGAI MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING

ESTIMASI PARAMETER MODEL ARMA UNTUK PERAMALAN DEBIT AIR SUNGAI MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING ESTIMASI PARAMETER MODEL ARMA UNTUK PERAMALAN DEBIT AIR SUNGAI MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING Nama : Zahroh Atiqoh NRP : 1205 100 021 Dosen Pembimbing : 1. Dra. Nuri Wahyuningsih, MKes 2. Drs. Sulistiyo,

Lebih terperinci

Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer

Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer 1 Faridah Yuliani dan 2 Dr. rer pol Heri Kuswanto 1,2 Jurusan Statistika

Lebih terperinci

KAJIAN METODE JACKKNIFE DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN PARAMETER ARMA(p,q)

KAJIAN METODE JACKKNIFE DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN PARAMETER ARMA(p,q) UJIAN TUGAS AKHIR KAJIAN METODE JACKKNIFE DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN PARAMETER ARMA(p,q) Disusun oleh : Novan Eko Sudarsono NRP 1206.100.052 Pembimbing: Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes Dra.Laksmi

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA DENPASAR MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

PERAMALAN JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA DENPASAR MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT PERAMALAN JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA DENPASAR MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT Novian Endi Gunawan 1, I Wayan Sumarjaya 2, I G.A.M. Srinadi 3 1 Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 nilai tukar kurs euro terhadap rupiah

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 nilai tukar kurs euro terhadap rupiah BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa data berfluktuasi dari waktu ke waktu. Hal ini mengindikasikan bahwa data tidak stasioner baik dalam rata-rata maupun variansi. Gambar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii. HALAMAN PENGESAHAN...iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii. HALAMAN PENGESAHAN...iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii HALAMAN PENGESAHAN...iv MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv PERNYATAAN...

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA YANG BERKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER KOMPETENSI STATISTIKA SKRIPSI

PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA YANG BERKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER KOMPETENSI STATISTIKA SKRIPSI PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA YANG BERKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER KOMPETENSI STATISTIKA SKRIPSI I KETUT PUTRA ADNYANA 1208405010 LEMBAR JUDUL JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

ANALISIS INTERVENSI KENAIKAN HARGA BBM BERSUBSIDI PADA DATA INFLASI KOTA SEMARANG

ANALISIS INTERVENSI KENAIKAN HARGA BBM BERSUBSIDI PADA DATA INFLASI KOTA SEMARANG ANALISIS INTERVENSI KENAIKAN HARGA BBM BERSUBSIDI PADA DATA INFLASI KOTA SEMARANG SKRIPSI Disusun Oleh : NOVIA DIAN ARIYANI 24010211120016 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

Model Penjualan Plywood PT. Linggarjati Mahardika Mulia

Model Penjualan Plywood PT. Linggarjati Mahardika Mulia Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika dan Nilai Islami) Vol., No., Juli 7, Hal. 52-57 p-issn: 25-4596; e-issn: 25-4X Halaman 52 Model Penjualan Plywood PT. Linggarjati Mahardika Mulia

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARCH/GARCH PADA DATA PERUBAHAN CURAH HUJAN HARIAN DI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT, PERIODE HANIK AULIA

PENERAPAN MODEL ARCH/GARCH PADA DATA PERUBAHAN CURAH HUJAN HARIAN DI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT, PERIODE HANIK AULIA PENERAPAN MODEL ARCH/GARCH PADA DATA PERUBAHAN CURAH HUJAN HARIAN DI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT, PERIODE 010-011 HANIK AULIA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA YANG BEKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA YANG BEKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA YANG BEKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER I Ketut Putra Adnyana 1, I Wayan Sumarjaya 2, I Komang Gde Sukarsa 3 1 Jurusan Matematika, Fakultas FMIPA

Lebih terperinci

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) Greis S. Lilipaly ), Djoni Hatidja ), John S. Kekenusa ) ) Program Studi Matematika FMIPA UNSRAT Manado

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian I) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 016 1 Ada tiga tahapan iterasi dalam pemodelan data deret waktu, yaitu: 1. Penentuan model tentatif (spesifikasi model)

Lebih terperinci

Model Peramalan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Nikkei 225 dengan Pendekatan Fungsi Transfer

Model Peramalan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Nikkei 225 dengan Pendekatan Fungsi Transfer Model Peramalan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Nikkei 225 dengan Pendekatan Fungsi Transfer OLEH : DWI LISTYA NURINI 1311 105 021 DOSEN PEMBIMBING : DR. BRODJOL SUTIJO SU, M.SI Bursa saham atau Pasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Peramalan merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa mendatang berdasarkan data pada masa lalu, berbasis pada metode ilmiah dan kualitatif yang dilakukan

Lebih terperinci

Pemodelan Space Pemasangan Iklan di Surat Kabar Harian X dengan Metode ARIMAX dan Fungsi Transfer

Pemodelan Space Pemasangan Iklan di Surat Kabar Harian X dengan Metode ARIMAX dan Fungsi Transfer TUGAS AKHIR Pemodelan Space Pemasangan Iklan di Surat Kabar Harian X dengan Metode ARIMAX dan Fungsi Transfer Oleh : Fani Felani Farid (1306 100 047) Pembimbing : Drs. Kresnayana Yahya M.Sc Latar Belakang

Lebih terperinci

PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH

PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH Tri Mulyaningsih ), Budi Nurani R ), Soemartini 3) ) Mahasiswa Program Magister Statistika Terapan Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman 323-332 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PEMODELAN FUNGSI TRANSFER DENGAN DETEKSI OUTLIER UNTUK MEMPREDIKSI

Lebih terperinci

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK. Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 25 32 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DAN PRODUKSI KELAPA SAWIT DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER ERWIN INDRA PRASETYO

ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DAN PRODUKSI KELAPA SAWIT DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER ERWIN INDRA PRASETYO ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DAN PRODUKSI KELAPA SAWIT DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER ERWIN INDRA PRASETYO DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan sifatnya peramalan terbagi atas dua yaitu peramalan kualitatif dan peramalan kuantitatif. Metode kuantitatif terbagi atas dua yaitu analisis deret berkala

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan pola data yang sistematis (Makridakis, 1999). Peramalan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA DERET WAKTU DENGAN METODE SEASONAL ARIMA

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA DERET WAKTU DENGAN METODE SEASONAL ARIMA Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 3 Hal. 59 67 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA DERET WAKTU DENGAN METODE SEASONAL ARIMA ANNISA UL UKHRA Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN. Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan.

BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN. Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan. BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan. Sebelum dilakukan proses pembaharuan peramalan, terlebih dahulu dilakukan proses peramalan dan uji kestabilitasan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Langkah-langkah dalam menentukan model EGARCH pada pemodelan data

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Langkah-langkah dalam menentukan model EGARCH pada pemodelan data BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Langkah-langkah dalam menentukan model EGARCH pada pemodelan

Lebih terperinci

ANALISIS INTERVENSI FUNGSI STEP (Studi Kasus Pada Jumlah Pengiriman Benda Pos Ke Semarang Pada Tahun )

ANALISIS INTERVENSI FUNGSI STEP (Studi Kasus Pada Jumlah Pengiriman Benda Pos Ke Semarang Pada Tahun ) ANALISIS INTERVENSI FUNGSI STEP (Studi Kasus Pada Jumlah Pengiriman Benda Pos Ke Semarang Pada Tahun 2006 2011) Amelia Crystine 1, Abdul Hoyyi 2, Diah Safitri 3 1 Mahasiswa Jurusan Statistika FSM UNDIP

Lebih terperinci

Prediksi Curah Hujan dengan Model Deret Waktu dan Prakiraan Krigging pada 12 Stasiun di Bogor Periode Januari Desember 2014.

Prediksi Curah Hujan dengan Model Deret Waktu dan Prakiraan Krigging pada 12 Stasiun di Bogor Periode Januari Desember 2014. Jur. Ris. & Apl. Mat. Vol. 1 (2017), no. 1, 1-52 Jurnal Riset dan Aplikasi Matematika e-issn: 2581-0154 URL: journal.unesa.ac.id/index.php/jram Prediksi Curah Hujan dengan Model Deret Waktu dan Prakiraan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Time series merupakan serangkaian observasi terhadap suatu variabel yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Time series merupakan serangkaian observasi terhadap suatu variabel yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Deret Waktu (time series) Time series merupakan serangkaian observasi terhadap suatu variabel yang diambil secara beruntun berdasarkan interval waktu yang tetap (Wei,

Lebih terperinci

Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan

Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan OLEH: NAMA : MULAZIMATUS SYAFA AH NRP : 13.11.030.021 DOSEN PEmbimbing: Dr.

Lebih terperinci

99.9. Percent maka H 0 diterima, berarti residual normal

99.9. Percent maka H 0 diterima, berarti residual normal Uji residual white noise 2 Lag Q P value 6 3.5 9.49 0.5330 2 6.6 8.3 0.803 8 9.8 26.30 0.9059 24 9.3 33.92 0.6374 K p q Uji residual berdistribusi normal Percent 99.9 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 0 5

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 1 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan metode ARIMA box jenkins untuk meramalkan kebutuhan bahan baku. 2.1. Peramalan Peramalan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK)

PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK) PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK) FITROH AMALIA (1306100073) Dosen Pembimbing: Drs. Haryono, MSIE PENGENDALIAN KUALITAS

Lebih terperinci

Spesifikasi Model. a. ACF

Spesifikasi Model. a. ACF Dept. Statistika IPB, 0 Spesifikasi Model Ada tiga tahapan iterasi dalam pemodelan data deret waktu, yaitu:. Penentuan model tentatif (spesifikasi model) berdasarkan data contoh untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian I) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 2017 1 Ada tiga tahapan iteratif dalam pemodelan data deret waktu yang berbasis model ARIMA, yaitu: 1. Penentuan model

Lebih terperinci

Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Eksplorasi data. Identifikasi model ARCH

Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Eksplorasi data. Identifikasi model ARCH 6 Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Eksplorasi data Identifikasi model ARCH Pendugaan parameter dan pemilihan model ARCH/GARCH Uji pengaruh asimetrik

Lebih terperinci

PERAMALAN DATA NILAI EKSPOR NON MIGAS INDONESIA KE WILAYAH ASEAN MENGGUNAKAN MODEL EGARCH

PERAMALAN DATA NILAI EKSPOR NON MIGAS INDONESIA KE WILAYAH ASEAN MENGGUNAKAN MODEL EGARCH PERAMALAN DATA NILAI EKSPOR NON MIGAS INDONESIA KE WILAYAH ASEAN MENGGUNAKAN MODEL EGARCH, Universitas Negeri Malang E-mail: die_gazeboy24@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian II) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 2017/2018 1 a. Misalkan data asal Y t. Lakukan proses pembedaan (differencing) sebanyak dua kali pada data asal sehingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, akan dilakukan analisis dan pembahasan terhadap data runtun waktu. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) D-300

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) D-300 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (203) 233-20 (230-9X Print) D-300 Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R- dengan Metode Fungsi Transfer

Lebih terperinci

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Oleh : Agustini Tripena ABSTRACT In this paper, forecasting the consumer price index data and inflation. The method

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN KOMBINASI TREND DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA DATA JUMLAH PENUMPANG KERETA API (Studi Kasus : KA Argo Muria)

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN KOMBINASI TREND DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA DATA JUMLAH PENUMPANG KERETA API (Studi Kasus : KA Argo Muria) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman 131-140 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENGGUNAAN METODE PERAMALAN KOMBINASI TREND DETERMINISTIK DAN

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER MODEL AUTOREGRESSIVE PADA DERET WAKTU

PENDUGAAN PARAMETER MODEL AUTOREGRESSIVE PADA DERET WAKTU Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 28 37 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENDUGAAN PARAMETER MODEL AUTOREGRESSIVE PADA DERET WAKTU NELFA SARI Program Studi Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC),

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC), BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC), prosedur pembentukan model Vector Error Correction (VEC), dan aplikasi model Vector Error Correction (VEC) pada penutupan

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR. Peta Kendali Comulative Sum (Cusum) Residual Studi Kasus pada PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik. Rina Wijayanti

SEMINAR TUGAS AKHIR. Peta Kendali Comulative Sum (Cusum) Residual Studi Kasus pada PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik. Rina Wijayanti SEMINAR TUGAS AKHIR Peta Kendali Comulative Sum (Cusum) Residual Studi Kasus pada PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik Rina Wijayanti 1306100044 Pembimbing Drs. Haryono, MSIE Dedi Dwi Prastyo, S.Si., M.Si.

Lebih terperinci

Peramalan Laju Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Menggunakan Model Vector Autoregressive (VAR)

Peramalan Laju Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Menggunakan Model Vector Autoregressive (VAR) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 673-682 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian Peramalan Laju Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar

Lebih terperinci

Peramalan Netflow Uang Kartal dengan Model Variasi Kalender dan Model Autoregressive Distributed Lag (ARDL)

Peramalan Netflow Uang Kartal dengan Model Variasi Kalender dan Model Autoregressive Distributed Lag (ARDL) Peramalan Netflow Uang Kartal dengan Model Variasi Kalender dan Model Autoregressive Distributed Lag (ARDL) Ainil Karomah dan Suhartono Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSIVE) UNTUK MEKANISME PEMODELAN PRODUKSI, KONSUMSI, EKSPOR, IMPOR, DAN HARGA MINYAK BUMI AGUS WAHYULI

ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSIVE) UNTUK MEKANISME PEMODELAN PRODUKSI, KONSUMSI, EKSPOR, IMPOR, DAN HARGA MINYAK BUMI AGUS WAHYULI ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSIVE) UNTUK MEKANISME PEMODELAN PRODUKSI, KONSUMSI, EKSPOR, IMPOR, DAN HARGA MINYAK BUMI AGUS WAHYULI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

Pemodelan Fungsi Transfer Multi Input

Pemodelan Fungsi Transfer Multi Input Jurnal Informatika Mulawarman Vol 4 No. Juli 9 8 Pemodelan Fungsi Transfer Multi Input M. Fathurahman *) Program Studi Statistika, FMIPA Universitas Mulawarman Jl. Barong Tongkok no.5 Kampus Unmul Gn.

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN DI AGROWISATA KUSUMA BATU MENGGUNAKAN METODE ANALISIS SPEKTRAL. Oleh: Niswatul Maghfiroh NRP.

PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN DI AGROWISATA KUSUMA BATU MENGGUNAKAN METODE ANALISIS SPEKTRAL. Oleh: Niswatul Maghfiroh NRP. PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN DI AGROWISATA KUSUMA BATU MENGGUNAKAN METODE ANALISIS SPEKTRAL Oleh: Niswatul Maghfiroh NRP. 1208100065 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

OUTLINE. Pendahuluan. Tinjauan Pustaka. Metodologi Penelitian. Analisis dan Pembahasan. Kesimpulan dan Saran

OUTLINE. Pendahuluan. Tinjauan Pustaka. Metodologi Penelitian. Analisis dan Pembahasan. Kesimpulan dan Saran OUTLINE Pendahuluan Tinjauan Pustaka Metodologi Penelitian Analisis dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran LATAR BELAKANG Listrik elemen terpenting dalam kehidupan manusia Penelitian Sebelumnya Masyarakat

Lebih terperinci

KAJIAN METODE BOOTSTRAP DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN MODEL ARMA (p,q)

KAJIAN METODE BOOTSTRAP DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN MODEL ARMA (p,q) SIDANG TUGAS AKHIR KAJIAN METODE BOOTSTRAP DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN MODEL ARMA (p,q) Disusun oleh : Ratna Evyka E.S.A NRP 1206.100.043 Pembimbing: Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes Dra.Laksmi

Lebih terperinci

SENSITIVITAS UKURAN AMATAN MODEL AUTOREGRESI FUZZY SUCI ANGGRAYANI

SENSITIVITAS UKURAN AMATAN MODEL AUTOREGRESI FUZZY SUCI ANGGRAYANI SENSITIVITAS UKURAN AMATAN MODEL AUTOREGRESI FUZZY SUCI ANGGRAYANI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

Lebih terperinci

Pemodelan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Menggunakan ARFIMA

Pemodelan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Menggunakan ARFIMA Seminar Nasional Statistika IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 Pemodelan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Menggunakan ARFIMA 1 Harnum Annisa Prafitia dan 2 Irhamah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pasar Bunga Rawabelong, Jakarta Barat yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Promosi dan Pemasaran Holtikultura

Lebih terperinci

Sedangkan model fungsi transfer bentuk kedua adalah sebagai berikut :

Sedangkan model fungsi transfer bentuk kedua adalah sebagai berikut : 1 Metode Peramalan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Nikkei 255 dengan Pendekatan Fungsi Transfer Dwi Listya Nurini, Brodjol Sutijo SU Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN KOMBINASI TREND DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA DATA JUMLAH PENUMPANG KERETA API (Studi Kasus: KA Argo Muria)

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN KOMBINASI TREND DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA DATA JUMLAH PENUMPANG KERETA API (Studi Kasus: KA Argo Muria) PENGGUNAAN METODE PERAMALAN KOMBINASI TREND DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA DATA JUMLAH PENUMPANG KERETA API (Studi Kasus: KA Argo Muria) SKRIPSI Disusun oleh : TITIS NUR UTAMI 24010212140052 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA

Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA Jeine Tando 1, Hanny Komalig 2, Nelson Nainggolan 3* 1,2,3 Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PERAMALAN PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DI MEDAN DENGAN METODE ARIMA

PERAMALAN PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DI MEDAN DENGAN METODE ARIMA Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 2, No. 1 (2014), pp. 55 69. PERAMALAN PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DI MEDAN DENGAN METODE ARIMA John Putra S Tampubolon, Normalina Napitupulu, Asima Manurung Abstrak.

Lebih terperinci

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ARIMA DALAM MERAMALKAN INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) INDONESIA TAHUN 2013

PENERAPAN METODE ARIMA DALAM MERAMALKAN INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) INDONESIA TAHUN 2013 La Pimpi //Paradigma, Vol. 17 No. 2, Oktober 2013, hlm. 35-46 PENERAPAN METODE ARIMA DALAM MERAMALKAN INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) INDONESIA TAHUN 2013 1) La Pimpi 1 Staf Pengajar Jurusan Matematika, FMIPA,

Lebih terperinci