BAB IV PEMBAHASAN. Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan evaluasi sistem

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan evaluasi sistem"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini, audit operasional atas fungsi produksi pada PT Dunia Daging Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan evaluasi sistem pengendalian manajemen) produksi. b) Kelemahan-kelemahan sistem pengendalian manajemen produksi yang ditemukan selama proses audit (penelitian). c) Merumuskan rekomendasi untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut. d) Menyusun prosedur audit untuk tahap pengembangan temuan pada pengujian rinci (detailed examination). IV.1 Survei Pendahuluan Pada perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan daging ini, memerlukan persiapan yang matang untuk melakukan proses produksinya. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan permintaan pelanggan akan produk-produk yang diminati, demi keberlangsungan usaha perusahaan. Tujuan dari tahap survei pendahuluan yang dilakukan di PT Dunia Daging Food Industries ini adalah untuk memperoleh pemahaman atas latar belakang perusahaan, mengumpulkan informasi yang bersifat umum mengenai semua hal yang berhubungan dengan perusahaan, memperoleh pemahaman prosedur dan kebijakan yang diterapkan pada produksinya, mengumpulkan berbagai informasi 54

2 yang diperlukan dalam kegiatan audit operasional yang akan dilakukan, serta mengetahui secara jelas mengenai gambaran dari aktivitas produksi. Proses pemeriksaan pada tahap survei pendahuluan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran aktivitas produksi adalah sebagai berikut: a. Melakukan wawancara dengan berbagai pihak yang berkaitan dengan produksi, diantaranya plant manager dan supervisor produksi. Berdasarkan hasil wawancara diketahui informasi yang berkaitan dengan proses produksi secara keseluruhan dan gambaran umum mengenai pengendalian intern dalam fungsi produksi perusahaan. b. Melakukan pengamatan atas kegiatan produksi. Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung pada lokasi pabriknya di Ciracas, dengan cara mengikuti kegiatan operasional produksi perusahaan selama beberapa hari. Tujuannya adalah untuk mengetahui secara fisik proses produksi dan kondisi pabrik yang sebenarnya. Berdasarkan pengamatan fisik yang dilakukan pada perusahaan, maka dapat disimpulkan bahwa PT Dunia Daging Food Industries telah memiliki beberapa fasilitas yang cukup memadai antara lain adalah sebagai berikut : 1. Letak tempat proses produksi dan gudang (cold dan dry) bersebelahan sehingga alur produksi menjadi efektif dan efisien. 2. Ukuran dan kondisi tempat yang digunakan untuk proses produksi cukup memadai sehingga proses dapat berjalan lancar. 3. Kantor operasional produksi terletak di depan pabrik sehingga dapat mengawasi secara langsung kegiatan produksi. 55

3 c. Memperoleh dan menelusuri tahap-tahap proses produksi. Pemeriksaan dilakukan dengan memperoleh dan menelusuri tahap-tahap prosedur yang ada di dalam perusahaan terutama berkaitan dengan proses produksi. Prosedur-prosedur yang dipelajari dan dipahami antara lain adalah prosedur perencanaan produksi, prosedur pelaksanaan produksi dan kebijakan pengendalian produksi. d. Memberikan kuesioner kepada pihak-pihak yang terkait dengan proses produksi untuk mengetahui internal control perusahaan khususnya pengendalian terhadap proses produksi. e. Mengumpulkan data dan dokumen yang diperlukan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memastikan bahwa perusahaan telah menerapkan praktek manajemen dan mengetahui prosedur apakah telah berjalan sesuai dengan yang ditetapkan. Dokumen-dokumen yang diperlukan antara lain adalah: 1. Struktur organisasi PT Dunia Daging Food Industries, 2. Job description tertulis terutama yang terkait dengan bagian produksi 3. Bukti-bukti berupa formulir ataupun dokumen yang berkaitan dengan prosedur produksi. f. Mengevaluasi hasil wawancara, pengamatan dan pembagian kuesioner yang telah dilakukan. g. Membuat ikhtisar mengenai indikator permasalahan (red flags) yang ditemui. Pada tahap ini, akan dibuat ikhtisar dari permasalahan yang ditemui selama melakukan penelitian dengan cara memeriksa, melakukan wawancara untuk 56

4 memperkuat temuan tersebut dan mengamati hasil dari temuan tersebut apakah ada tindak lanjut dari manajemen atau tidak. IV.2 Evaluasi atas Sistem Pengendalian Internal Fungsi Produksi Fungsi produksi merupakan fungsi utama perusahaan sehingga sangat penting bagi keberlangsungan usaha PT Dunia Daging Food Industries. Oleh karena itu, pengendalian internal atas fungsi ini harus dilakukan secara ketat. Pengendalian internal yang kuat dalam fungsi produksi akan mendukung kegiatan produksi perusahaan berjalan dengan baik dan mencapai efektifitas, efisiensi dan ekonomis perusahaan. Pada tahap ini akan dilakukan evaluasi sistem pengendalian internal atas fungsi produksi guna mendapatkan bukti-bukti dari temuan (red flags) yang ada sehingga dapat ditetapkan apakah temuan (red flags) tersebut menjadi kelemahan dengan adanya bukti-bukti pendukung yang memperkuat temuan (red flags) itu. Data yang berkaitan dengan pengendalian internal atas fungsi produksi didapatkan juga dengan pembagian kuesioner berupa Internal Control Questioners untuk lebih mempermudah dan memperjelas pemahaman atas datadata yang terkait. Jawaban yang diperoleh dari kuesioner tersebut dapat menunjukkan adanya indikasi kemungkinan lemah atau tidaknya pengendalian atas proses produksi sehingga kelemahan yang ditemukan akan dievaluasi dan diberi saransaran perbaikan. Perusahaan juga mempunyai kekuatan didalamnya tidak hanya kelemahannya saja. Adapun kekuatan dan kelemahan yang ditemukan dalam 57

5 proses produksi di perusahaan berdasarkan hasil dari kuesioner yang dibagikan ke beberapa bagian adalah sebagai berikut: Kekuatan : 1. PT Dunia Daging Food Industries memiliki prosedur dan kebijakan secara jelas dan tertulis untuk menjalankan kegiatan operasional produksi perusahaan. Hal ini dapat meningkatkan efektivitas perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. 2. Perusahaan memiliki perencanaan produksi yang terintegrasi dengan jadwal-jadwal yang terkait dengan produksi. 3. Perusahaan berusaha agar realisasi produksi tercapai sesuai dengan rencana produksi yang ditetapkan. 4. Perusahaan memberikan seminar pelatihan internal dan eksternal kepada Bagian QC untuk meningkatkan kualitas produk. 5. Setiap bahan baku yang diterima Quality Control harus dilakukan pengecekan terlebih dahulu dengan menguji sampel, dimulai dari mengecek kondisinya, masa kadaluarsa sampai dengan kuantitas yang dipesan. 6. Perusahaan telah memberikan kode pada setiap bahan baku yang datang sehingga mudah ditelusuri distribusi dan proses produksinya. 7. Perusahaan memiliki dokumen wajib untuk per produk yang memuat spesifikasinya, work instruction dan flow proses pembuatannya. 58

6 Kelemahan : 1. Perusahaan tidak mempertimbangkan ketersediaan bahan baku pengaman sebelum proses produksi. 2. Pemantauan terhadap kondisi produk retail terkadang masih belum efektif. 3. Bagian Produksi terkadang tidak mengikuti prosedur yang seharusnya. 4. Pengecekan kondisi fasilitas produksi tidak dilakukan rutin sebelum proses dimulai, tapi berdasarkan jam kerja mesin yang disamakan. IV.3 Laporan atas Temuan Permasalahan dan Rekomendasi Perbaikan Beberapa temuan yang dapat dibuktikan dari hasil evaluasi atas sistem pengendalian internal fungsi produksi pada PT Dunia Daging Food Industries adalah sebagai berikut: 1. Terjadi kekurangan bahan baku yang dibutuhkan pada saat proses produksi. Kondisi: Dari hasil sampling, ditemukan adanya kekurangan bahan baku yang dibutuhkan pada saat proses produksi akan dilakukan seperti tampak pada tabel di bawah ini: Tgl Jenis Produk 18/3/09 Cheesy Produksi Jenis Bahan Baku Kebutuhan Bahan Baku 6 batch Keju 20 Kg 8 Kg Kekurangan Bahan Baku Chicken PD 24/4/09 Cheesy Beef 10 batch Keju 30 Kg 10 Kg Premium 59

7 Keterangan : 1 batch = 30 Kg atau 40 Kg Kriteria: Seharusnya, bahan baku untuk keperluan produksi selalu tersedia dengan cukup sehingga tidak terjadi kekurangan saat dibutuhkan. Sebab: Kekurangan bahan baku ini terjadi karena adanya tambahan kuantitas pesanan dari pelanggan pada saat proses berlangsung. Sedangkan perusahaan memiliki keterbatasan tempat penyimpanan sehingga hanya tersedia persediaan untuk produksi per minggu ditambah dengan buffer stock (persediaan pengaman berisi bahan baku daging untuk produksi minggu itu) yang ditetapkan berdasarkan pesanan tanpa adanya estimasi permintaan tambahan kuantitas sebelumnya. Untuk perencanaan produksi, Bagian PPIC menetapkan jumlah yang akan diproduksi untuk satu bulan berikutnya berdasarkan pesanan pelanggan dan kemudian Bagian Purchasing membeli bahan baku untuk produksi per minggu. Sehingga bila terjadi tambahan produksi secara mendadak akan terjadi kekurangan di salah satu bahan bakunya. Akibat: Akibatnya Bagian Produksi harus menunggu bahan baku yang dibutuhkan tersebut sampai Bagian Purchasing membelinya. Selain itu, biasanya bahan baku yang dibutuhkan tersebut baru akan diantar oleh pemasoknya saat sore hari sehingga penyelesaian produk menjadi terlambat. Mengingat proses produksi dilakukan perusahaan tidak hanya untuk satu 60

8 jenis produk tetapi multi produk, dan proses produksi dilakukan dengan menggunakan batch system secara sequential (berurutan), maka keterlambatan produksi satu jenis produk akan mengakibatkan keterlambatan produksi jenis produk yang lain. Dengan demikian, jadwal produksi secara keseluruhan menjadi terganggu. Hal ini terus berlangsung apabila ada tambahan kuantitas pesanan yang datang di luar jadwal produksi normal yang telah ditetapkan sebelumnya, maka akan selalu terjadi kekurangan di salah satu bahan. Hal ini menimbulkan ketidakefisienan dalam waktu. Rekomendasi: Sebaiknya dalam merencanakan produksi, perusahaan melakukan analisis mengenai rata-rata produksi yang dilakukan tiap bulan termasuk estimasi permintaan tambahan di luar jadwal produksi yang ada. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, dapat diketahui jumlah buffer stock (persediaan pengaman) yang harus disediakan di gudang. Dengan demikian, proses produksi akan dapat berjalan dengan lancar walaupun ada tambahan kuantitas pesanan secara mendadak di luar rencana produksi sehingga akan dapat tetap tertangani dengan baik. Selain itu, Bagian Gudang sebaiknya melakukan pengecekan secara mingguan terhadap jumlah semua persediaan dan membuat laporan yang harus disediakan di gudang untuk diketahui Bagian Purchasing sehingga Bagian Purchasing membeli untuk persediaan. Dengan demikian, dapat diketahui kekurangan bahan baku yang harus ada sebelum proses produksi berjalan, karena kekurangan persediaan akan merugikan perusahaan dan penyelesaian produk menjadi tidak tepat waktu. 61

9 2. Terjadi jumlah retur produk sosis retail yang tidak biasa dari daerah pemasaran Bandung dan Surabaya. Kondisi: Pada bulan Maret 2009, terjadi jumlah retur produk retail yang tidak biasa berupa sosis ayam harga ekonomis (produk baru) yang direncanakan untuk dijual dari daerah pemasaran Bandung sebanyak Kg dan Surabaya sebanyak Kg dengan total senilai Rp Produk ini merupakan satu-satunya produk retail perusahaan yang baru dan dijual keluar Jabodetabek. Produk yang diretur tersebut menumpuk di depan gudang dry store untuk kemudian dijual sebagai makanan ternak. Kriteria: Seharusnya semua produk yang dihasilkan dapat terjual di semua daerah pemasaran sesuai dengan apa yang telah direncanakan dalam Laporan Rencana Penjualan (Product Sales Plan). Sebab: Hal yang menyebabkan terjadinya pengembalian (retur) yang besar tersebut adalah kurangnya pemantauan dan pengecekan terhadap kondisi produk retail tersebut sebelum pengiriman ke masing-masing daerah pemasaran sehingga produk mengalami cacat (perubahan warna atau rasa) setelah tiba di tempat tujuan. Sebelum dilakukan pengiriman, seharusnya dilakukan pengecekan sampel produk untuk mengetahui kondisinya mengingat tempat penyimpanan yang dimiliki saat itu mengalami naik turun suhu yang mempengaruhi kondisi produk di dalamnya. 62

10 Akibat: Akibatnya, produk dikembalikan dan perusahaan menderita kerugian sebesar Rp yaitu: Harga Produksi Barang Ongkos Angkut (Bdg & Sby) Harga Produksi Barang yang diretur Harga Jual Barang yang diretur ( ) Kerugian Sumber: diolah dari berbagai sumber Rekomendasi: Manajemen sebaiknya melakukan pemantauan dan pengecekan yang ketat terhadap kondisi setiap produk yang diproduksi sebelum barang dikirim mengingat tempat penyimpanan yang dimiliki mengalami naik turun suhu pada saat itu. Pemantauan bisa dilakukan dengan melakukan pengambilan sampel untuk mengetahui kondisi produk sebelum produk dikirim. 3. Terjadi penyimpangan prosedur pembelian yang dilakukan oleh Bagian Produksi. Kondisi: Pada bulan Maret 2009, Bagian Produksi membeli langsung minyak goreng sebanyak 5 drum (300 liter) ke toko eceran tanpa melalui Bagian Purchasing. Ternyata minyak tersebut ditempatkan dalam drum bekas bahan kimia yang belum dibersihkan. Dari hasil proses trial produk dan uji organoleptik (uji bakteri), Bagian QC memberikan rekomendasi untuk tidak 63

11 menggunakan karena minyak tersebut dianggap berbahaya untuk dikonsumsi oleh konsumen. Kriteria: Seharusnya pembelian bahan baku dilakukan oleh Bagian Purchasing dengan menggunakan tempat (drum) yang khusus untuk menyimpan bahan baku yang dibeli. Sebab: Hal ini disebabkan Bagian Produksi melakukan penyimpangan dari prosedur yang ada dengan melakukan pembelian sendiri agar bahan yang dibutuhkan cepat diperoleh. Selain itu, mengenai penggunaan drum untuk penyimpanan tidak dikomunikasikan oleh Bagian Produksi kepada Bagian Gudang sehingga terjadi kesalahan penyimpanan. Akibat: Akibatnya, bahan baku yang sudah dibeli hanya dapat digunakan sampai proses trial produk. Sedangkan, sisa bahan baku tidak dapat digunakan untuk proses produksi utama. Hal ini menimbulkan ketidakefisienan pemanfaatan bahan baku yang sudah dibeli. Rekomendasi: Sebaiknya seluruh unit, khususnya Bagian Produksi harus mematuhi prosedur yang ada. Pembelian hanya dilakukan oleh Bagian Purchasing dan penanganan bahan baku dikomunikasikan dengan Bagian Gudang. 64

12 4. Pemeliharaan terhadap beberapa fasilitas produksi yang digunakan untuk kegiatan operasional masih kurang memadai. Kondisi: Pada bulan April 2009, berdasarkan Maintenance Log Book (Laporan Pemeliharaan) tercatat terjadi kerusakan beberapa mesin yang sudah tua yaitu pada mesin-mesin berikut ini: Mesin strapping kondisinya tidak dapat beroperasi karena mati total pada 4 April 2009 dan membutuhkan penggantian spareparts. Mesin burger forming kondisi motor hidroliknya tidak dapat berjalan pada 4 April 2009 dan membutuhkan penggantian spareparts. Mesin sausage filler kondisi vacuum-nya kurang bagus sehingga harus diperbaiki pada 10 April Mesin mixer & mincer kondisi pisau sering patah dan rusak pada 10 dan 16 April 2009 sehingga perlu ada penggantian spareparts. Kriteria: Seharusnya mesin yang digunakan untuk kegiatan operasional seharihari mendapat pemeliharaan yang baik agar proses produksi berjalan dengan lancar. Sebab: Hal ini disebabkan jadwal pemeliharaan mesin ditentukan berdasarkan jam kerja mesin ( jam) yang terlalu lama. Sementara beberapa mesin yang dimiliki sudah tua dan memerlukan pemeliharaan ekstra. 65

13 Akibat: Akibatnya proses produksi menjadi terganggu selama perbaikan mesin dan penggantian spareparts dilakukan. Selain itu, juga mengakibatkan proses produksi dilakukan dalam tiga shift (jam normal operasi perusahaan sebanyak dua shift) dengan menggunakan sisa mesin yang bisa dioperasikan. Hal ini menimbulkan ketidakefisienan penggunaan waktu penyelesaian produk. Mengingat setelah proses produksi selesai, perlu adanya pembekuan dalam blast freezer sebelum dilakukan pengepakkan dengan karton. Jadi, proses pengepakkan yang seharusnya dilakukan pagi hari, baru dapat dilakukan pada siang harinya. Rekomendasi: Untuk itu Bagian Teknisi sebaiknya melakukan jadwal pemeliharaan atau perawatannya ekstra untuk mesin yang sudah tua. Selain itu, jika memungkinkan perusahaan perlu mempertimbangkan untuk melakukan peremajaan atas mesin-mesin produksinya. IV.4 Prosedur Audit untuk Tahap Audit Rinci Prosedur audit merupakan langkah-langkah rinci dan sistematis yang dilakukan oleh auditor dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti untuk menilai efisiensi, efektif dan ekonomis yang berkaitan dengan fungsi produksi pada PT Dunia Daging Food Industries. 66

14 Mengingat keterbatasan penulis yang tidak mungkin untuk melakukan audit pada tahap audit terinci, maka berikut ini akan disusun prosedur audit untuk tahap audit terinci sebagai berikut: IV.4.1 Pemeriksaan atas Perencanaan Produksi Tujuan Pemeriksaan: Untuk menilai apakah prosedur perencanaan produksi yang ditetapkan manajemen puncak telah cukup memadai sehingga memungkinkan perencanaan produksi yang efektif, efisien dan ekonomis. Prosedur audit: 1. Mengevaluasi prosedur perencanaan produksi dan mengidentifikasikan akibat dari kelemahan dalam prosedur tersebut. 2. Analisa apakah perusahaan memiliki kebijakan mengenai buffer stock. 3. Telusuri apakah Bagian Purchasing menganalisis rata-rata produksi per bulan 4. Telusuri apakah Bagian Purchasing melakukan estimasi permintaan di luar jadwal produksi. 5. Telusuri apakah Bagian Gudang melakukan pengecekan persediaan pengaman yang ada di Gudang dan memberikan laporannya ke Bagian Purchasing. 6. Memeriksa dalam Internal Transfer (IT) yang dipilih secara sampling apakah terdapat kekurangan bahan baku yang ditransfer saat proses produksi. 67

15 7. Telusuri apakah bahan baku diterima tepat waktu. 8. Evaluasi perbedaan antara rencana produksi dengan realisasinya. 9. Diskusikan temuan dan buat hasil audit. 10. Buat simpulan audit. IV.4.2 Pemeriksaan atas Pelaksanaan Produksi Tujuan Pemeriksaan: Untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan pelaksanaan produksi telah dilaksanakan dengan efisien, efektif dan ekonomis oleh bagian produksi. Prosedur audit: 1. Mengevaluasi prosedur proses produksi dan mengidentifikasikan akibat dari kelemahan dalam prosedur tersebut. 2. Evaluasi penyebab penyimpangan prosedur oleh Bagian Produksi. 3. Melakukan observasi atas pelaksanaan kegiatan proses produksi secara langsung di pabrik. 4. Evaluasi penanganan bahan baku yang dibeli oleh Bagian Produksi. 5. Telusuri kepada Bagian Produksi apakah bahan yang dibeli dapat dimanfaatkan dalam proses produksi. 6. Diskusikan temuan dan buat hasil audit. 7. Buat simpulan audit. 68

16 IV.4.3 Pemeriksaan Atas Pengendalian Produksi Tujuan pemeriksaan: Untuk menilai apakah pelaksanaan pengendalian produksi telah dilakukan oleh masing-masing bagian yang berkaitan dan dapat mencapai efektifitas. Prosedur audit: 1. Mengevaluasi kebijakan pengendalian produksi dan mengidentifikasikan apakah terdapat kelemahan dalam kebijakan tersebut. 2. Melakukan observasi pelaksanaan kebijakan pengendalian produksi kepada bagian-bagian yang terkait dan memastikan mereka telah menaati kebijakan tersebut. 3. Analisa apakah perusahaan memiliki kebijakan jumlah yang diproduksi untuk produk baru. 4. Memeriksa apakah dalam Production Plan & Realization terdapat sejumlah produk yang tidak laku. 5. Telusuri kepada Bagian Gudang apakah produk yang tidak laku telah diretur dan diterima oleh Bagian Gudang. 6. Evaluasi penyebab produk yang diretur. 7. Evaluasi metode penanganan kualitas produk baru. 8. Memeriksa apakah produk yang diretur tersebut dijual kembali. 9. Diskusikan temuan dan buat hasil audit. 10. Buat simpulan audit. 69

17 IV.4.4 Pemeriksaan atas Pemeliharaan Peralatan dan Fasilitas Produksi Tujuan Pemeriksaan: Untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan pemeliharaan (maintenance) peralatan dan fasilitas produksi telah dilakukan dengan efektif, efisien dan ekonomis. Prosedur audit: 1. Memeriksa apakah perusahaan memiliki kebijakan pemeliharaan peralatan dan fasilitas produksi yang dituangkan secara tertulis. 2. Mengevaluasi kebijakan pemeliharaan terhadap peralatan dan fasilitas produksi dan mengidentifikasikan apakah terdapat kelemahan dalam kebijakan tersebut. 3. Melakukan observasi kegiatan pemeliharaan peralatan dan fasilitas produksi pada Bagian Teknisi dan memastikan mereka telah menaati kebijakan tersebut. 4. Melakukan observasi kondisi peralatan dan fasilitas produksi yang digunakan dalam proses produksi. 5. Melakukan pemeriksaan terhadap Maintenance Log Book apakah jadwal pemeliharaan tersusun secara rutin dan berkala. 6. Evaluasi perbedaan antara jadwal pemeliharaan dengan realisasinya. 7. Analisa apakah perusahaan menggunakan preventive maintenance atau predictive maintenance. 8. Melakukan pemeriksaan terhadap Maintenance Log Book mengenai daftar kerusakan mesin yang terjadi. 70

18 9. Evaluasi lama kerusakan mesin. 10. Analisa apakah terdapat kerugian akibat tidak dapat berproduksi. 11. Diskusikan temuan dan buat hasil audit. 12. Buat simpulan audit. 71

PT DUNIA DAGING FOOD INDUSTRIES Internal Control Questionnaires Fungsi Produksi

PT DUNIA DAGING FOOD INDUSTRIES Internal Control Questionnaires Fungsi Produksi L1 PT DUNIA DAGING FOOD INDUSTRIES Internal Control Questionnaires Fungsi Produksi No Y T Keterangan A Perencanaan 1. Apakah rencana produksi dapat memenuhi kebutuhan pelanggan? 2. Apakah rencana produksi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap ini dikumpulkan informasi mengenai sistem pembelian dan pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO IV.1 Perencanaan Audit Operasional Audit operasional merupakan suatu proses sistematis yang mencakup serangkaian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto Mandiri dibatasi pada hal-hal berikut ini: a. Mengidentifikasikan kelemahan sistem pengendalian

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Keadaan Saat ini 6.1.1.1 Struktur Organisasi dan Job Description Saat Ini Struktur organisasi dan job description saat ini tergambar dalam bab 4 pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-20, terjadi perubahan dan perkembangan perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-20, terjadi perubahan dan perkembangan perekonomian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki abad ke-20, terjadi perubahan dan perkembangan perekonomian yang semakin kompleks dan global. Perubahan dan perkembangan perekonomian ini menyebabkan

Lebih terperinci

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek?

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek? Nama : Bagian : A. Analisis Sasaran Perusahaan Analisis Dukungan Fungsi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan No. Kategori Pertanyaan Y T 1. Rencana Jangka Panjang (Strategis) 1. Apakah selama ini fungsi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Survey Pendahuluan PT. Anugerah Indah Makmur adalah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi makanan dan minuman ringan. Persediaan yang diperoleh perusahaan bersumber dari

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN DAN HUTANG USAHA PADA PT MITRA MAKMURJAYA MANDIRI

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN DAN HUTANG USAHA PADA PT MITRA MAKMURJAYA MANDIRI BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN DAN HUTANG USAHA PADA PT MITRA MAKMURJAYA MANDIRI IV.1. Survey Pendahuluan Survey pendahuluan yang dilakukan adalah atas aktivitas yang berkaitan dengan prosedur

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pemeriksaan Operasional merupakan suatu pemeriksaan atas kegiatan

BAB IV PEMBAHASAN. Pemeriksaan Operasional merupakan suatu pemeriksaan atas kegiatan BAB IV PEMBAHASAN Pemeriksaan Operasional merupakan suatu pemeriksaan atas kegiatan yang dilakukan dari sudut pandang manajemen dengan tujuan untuk menilai efisiensi dan efektivitas dari setiap operasional

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. jadi pada PT Indo Semar Sakti dibatasi pada hal-hal berikut ini:

BAB IV PEMBAHASAN. jadi pada PT Indo Semar Sakti dibatasi pada hal-hal berikut ini: BAB IV PEMBAHASAN Pembahasan audit operasional atas fungsi pengelolaan persediaan barang jadi pada PT Indo Semar Sakti dibatasi pada hal-hal berikut ini: a) Mengidentifikasi kelemahan sistem pengendalian

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Dari hasil pemeriksaan operasional yang telah dilakukan penulis pada PT Norita Multiplastindo, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa aktivitas pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

BAB IV. Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang. Jadi Pada PT Aneka Medium Garment. IV.1. Survei Pendahuluan

BAB IV. Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang. Jadi Pada PT Aneka Medium Garment. IV.1. Survei Pendahuluan BAB IV Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang Jadi Pada PT Aneka Medium Garment IV.1. Survei Pendahuluan Kegiatan awal dalam melakukan audit operasional atas fungsi pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK PENELITIAN. Industries dengan No. 35/I/PMA/1999.

BAB III OBYEK PENELITIAN. Industries dengan No. 35/I/PMA/1999. BAB III OBYEK PENELITIAN III.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT Dunia Daging Food Industries (DDFI) didirikan pada tahun 1999 secara patungan (joint venture) antara PT Panjasa Intradin (sekarang Pangansari

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal

BAB 4 PEMBAHASAN. dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Survei Pendahuluan Pelaksanaan audit manajemen pada PT. MJPF Farma Indonesia akan dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal dalam mempersiapkan dan merencanakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan.

BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Kegiatan Audit Operasional Sebelum memulai pemeriksaan operasional terhadap salah satu fungsi dalam perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan.

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pembahasan audit operasional atas fungsi pembelian dan pengelolaan bahan

BAB 4 PEMBAHASAN. Pembahasan audit operasional atas fungsi pembelian dan pengelolaan bahan BAB 4 PEMBAHASAN Pembahasan audit operasional atas fungsi pembelian dan pengelolaan bahan baku pada PT Urasima Putra Gamalindo difokuskan untuk hal-hal berikut ini: a) Mengidentifikasi kelemahan dan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Kadujaya Perkasa didirikan pada tahun 1982 dan berlokasi di Tangerang. PT. Kadujaya Perkasa merupakan perusahaan yang memproduksi barang barang

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional

BAB 4 PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional BAB 4 PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional pada PT. Valindo Global. Pembahasan tersebut dibatasi pada penerimaan dan pengeluaran kas. Dalam melaksanakan audit

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA Audit operasional adalah audit yang dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektivitas,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN Pembahasan audit operasional atas fungsi penjualan dan penerimaan kas pada Lei Garden Restaurant dijelaskan pada bab keempat ini. Berdasarkan ruang lingkup yang telah

Lebih terperinci

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer?

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Wawancara I Pertanyaan no. 1 Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Jb. belum ada cara untuk mengatasi

Lebih terperinci

Panduan Wawancara dan Daftar Pertanyaan tentang Audit Produksi

Panduan Wawancara dan Daftar Pertanyaan tentang Audit Produksi LAMPIRAN 119 Panduan Wawancara dan Daftar Pertanyaan tentang Audit Produksi di Perusahaan PT Kripton Gama Jaya : 1. Melakukan pengamataan fasilitas fisik yang digunakan untuk proses produksi di Perusahaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara Proses pembagian tugas pada lantai produksi dibagi menjadi 17 bagian, yaitu: 1. Direktur a. Merencanakan arah, strategi, dan kebijakan perusahaan dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Secara umum, penelitian ini bertujuan membantu perusahaan dalam

BAB IV PEMBAHASAN. Secara umum, penelitian ini bertujuan membantu perusahaan dalam BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi Secara umum, penelitian ini bertujuan membantu perusahaan dalam menekan tingkat terjadinya kecacatan produk yang terjadi selama proses produksinya dengan efektif dan

Lebih terperinci

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang 134 Struktur Organisasi PT. Akari Indonesia Pusat dan Cabang Dewan Komisaris Direktur Internal Audit General Manager Manajer Pemasaran Manajer Operasi Manajer Keuangan Manajer Sumber Daya Manusia Kepala

Lebih terperinci

BAB IV OPERASIONAL AUDIT ATAS FUNGSI PRODUKSI PADA CV ENDANG AJI TRADING

BAB IV OPERASIONAL AUDIT ATAS FUNGSI PRODUKSI PADA CV ENDANG AJI TRADING BAB IV OPERASIONAL AUDIT ATAS FUNGSI PRODUKSI PADA CV ENDANG AJI TRADING IV.1 Perencanaan Audit Operasional Audit operasional merupakan suatu proses sistematis yang mencakup serangkaian langkah atau prosedur

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. audit operasional pada objek yang dimaksud yakni PT. Centa Brasindo Abadi. Sebelum

BAB IV PEMBAHASAN. audit operasional pada objek yang dimaksud yakni PT. Centa Brasindo Abadi. Sebelum BAB IV PEMBAHASAN Pembahasan yang akan dijabarkan pada bab ke empat ini mengenai pelaksanaan audit operasional pada objek yang dimaksud yakni PT. Centa Brasindo Abadi. Sebelum dilakukannya kegiatan audit

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENGELOLAAN PERSEDIAAN DI PT BANGUNREKSA MILLENIUM JAYA

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENGELOLAAN PERSEDIAAN DI PT BANGUNREKSA MILLENIUM JAYA BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENGELOLAAN PERSEDIAAN DI PT BANGUNREKSA MILLENIUM JAYA IV.1 Survei Pendahuluan Pelaksanaan audit operasional di PT Bangunreksa Millenium Jaya akan dimulai dari tahap

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT GITA MANDIRI TEHNIK

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT GITA MANDIRI TEHNIK BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT GITA MANDIRI TEHNIK Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan ekonomis suatu perusahaan.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan

BAB IV PEMBAHASAN. Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan BAB IV PEMBAHASAN Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan keekonomisan suatu perusahaan. Untuk memulai suatu pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih dahulu mengadakan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Penjualan Unsur Pengendalian Internal Pada PT. Tiga Putra Adhi Mandiri

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Penjualan Unsur Pengendalian Internal Pada PT. Tiga Putra Adhi Mandiri BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Penjualan 4.1.1 Unsur Pengendalian Internal Pada PT. Tiga Putra Adhi Mandiri Penulis mempunyai kriteria tersendiri untuk menilai unsur pengendalian internal dalam perusahaan. Kriteria

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN. A. Aktivitas Usaha PT. Indorama Synthetics Tbk

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN. A. Aktivitas Usaha PT. Indorama Synthetics Tbk 41 BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN A. Aktivitas Usaha PT. Indorama Synthetics Tbk PT. Indorama Synthetics Tbk merupakan perusahaan manufaktur sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, dimana ruang

Lebih terperinci

Tugas dan Tanggung Jawab. a. Menetapkan tujuan,visi,dan misi perusahaan. b. Menetapkan kebijakan mutu dan tujuan mutu perusahaan.

Tugas dan Tanggung Jawab. a. Menetapkan tujuan,visi,dan misi perusahaan. b. Menetapkan kebijakan mutu dan tujuan mutu perusahaan. LAMPIRAN Tugas dan Tanggung Jawab 1. Direktur Adapun Tugas dari Direktur a. Menetapkan tujuan,visi,dan misi perusahaan. b. Menetapkan kebijakan mutu dan tujuan mutu perusahaan. c. Merencanakan serta mengembangkan

Lebih terperinci

KUESIONER AUDIT OPERASIONAL (Variabel Independen) No PERTANYAAN YA TIDAK

KUESIONER AUDIT OPERASIONAL (Variabel Independen) No PERTANYAAN YA TIDAK KUESIONER AUDIT OPERASIONAL (Variabel Independen) No PERTANYAAN YA TIDAK 1 INDEPENDENSI Apakah auditor merupakan staf khusus yang terpisah dari kegiatan opersional perusahaan? 2 Apakah auditor tidak bergabung

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal Evaluasi pengendalian internal adalah suatu kegiatan untuk menilai dan mengevaluasi pengendalian internal perusahaan dan

Lebih terperinci

PROSES PENJUALAN DAN PEMBELIAN BARANG DI PT. MULTI GARMENTAMA

PROSES PENJUALAN DAN PEMBELIAN BARANG DI PT. MULTI GARMENTAMA PROSES PENJUALAN DAN PEMBELIAN BARANG DI PT. MULTI GARMENTAMA TUGAS Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Matakuliah Analisa Proses Bisnis Kelas MI-4 Semester III Oleh : Kelompok Mix Fourteen Haris Munandar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat. 36 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT Prima Plastik Internusa (PPI) adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang packaging atau produksi kemasan. PT PPI didirikan tahun

Lebih terperinci

Variable X. Audit Operasional

Variable X. Audit Operasional Variable X Audit Operasional Indicator No Kuesioner Ya Tidak Independensi 1 Apakah auditor merupakan staff khusus yang terpisah dari kegiatan operasional perusahaan? 2 Apakah auditor cukup independent

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Survey Pendahuluan. PT. Kurnia Tirta Sembada adalah perusahaan yang bergerak dalam

BAB IV PEMBAHASAN. Survey Pendahuluan. PT. Kurnia Tirta Sembada adalah perusahaan yang bergerak dalam BAB I PEMBAHASAN I.1 Survey Pendahuluan PT. Kurnia Tirta Sembada adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang distribusi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Persediaan yang diperoleh perusahaan bersumber dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha pada era globalisasi ini diwarnai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha pada era globalisasi ini diwarnai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha pada era globalisasi ini diwarnai dengan persaingan yang semakin ketat. Persaingan bukan hanya datang dari dalam tetapi datang juga

Lebih terperinci

AUDIT MANAJEMEN. AUDIT ATAS KETERLAMBATAN PRODUKSI di Pabrik Tekstil Milik PT Serat Sutra

AUDIT MANAJEMEN. AUDIT ATAS KETERLAMBATAN PRODUKSI di Pabrik Tekstil Milik PT Serat Sutra AUDIT MANAJEMEN AUDIT ATAS KETERLAMBATAN PRODUKSI di Pabrik Tekstil Milik PT Serat Sutra Oleh: Herdhita Akhiruddin 0910230079 Ari Mubiyantoro 0910233063 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. penjualan di CV Mitra Grafika serta berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. penjualan di CV Mitra Grafika serta berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab V Simpulan dan Saran 116 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan terhadap pengendalian intern siklus penjualan di CV Mitra Grafika serta berdasarkan pembahasan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Survei Pendahuluan

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Survei Pendahuluan BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Survei Pendahuluan Survei pendahuluan adalah permulaan yang digunakan dalam merencanakan tahap-tahap audit berikutnya. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan agar dapat lebih efektif dan efisien dari sebelumnya. Terjadi di bidang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan agar dapat lebih efektif dan efisien dari sebelumnya. Terjadi di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan dunia usaha memasuki masa yang sangat kompleks.munculnya perusahaan baru menyebabkan perusahaan lama segera membenahi manajemen perusahaan agar dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Ruang lingkup audit operasional atas fungsi pembelian dan pengelolaan persediaan suku cadang PT KIA Mobil Indonesia Cabang Sunter sebagai berikut: bagaimana Sistem Pengendalian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Untuk memulai suatu pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih dahulu mengadakan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Untuk memulai suatu pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih dahulu mengadakan BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Audit Operasional Untuk memulai suatu pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih dahulu mengadakan perencanaan pemeriksaan. Perencanaan pemeriksaan merupakan

Lebih terperinci

Program Kerja Review dan Pengujian atas Bagian Produksi

Program Kerja Review dan Pengujian atas Bagian Produksi Program Kerja Review dan Pengujian atas Bagian Produksi Program Audit Perencanaan Produksi Nama Perusahaan : PT LASER METAL Periode Audit MANDIRI Persyaratan : Perencanaan Produksi 2013 No Jawaban ICQ

Lebih terperinci

BAB III. Objek Penelitian. PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang

BAB III. Objek Penelitian. PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang BAB III Objek Penelitian III.1. Sejarah singkat Perusahaan PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang furniture / meubel. Kegiatan utama dari perusahaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis telah uraikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis telah uraikan 81 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis telah uraikan dalam Bab IV dan dikaitkan dengan rumusan masalah pada Bab I, maka dapat dihasilkan beberapa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana IV.1.1. Evaluasi atas Aktivitas Pembelian Barang Dagang Aktivitas

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DAN USULAN PERBAIKAN

BAB 5 ANALISIS DAN USULAN PERBAIKAN BAB 5 ANALISIS DAN USULAN PERBAIKAN 5.. Analisis Prosedur pada Sistem Informasi Persediaan Berdasarkan Pengumpulan data pada bab 4 terdapat 6 prosedur Sistem Informasi Persediaan. Enam Prosedur Sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fungsi Untuk mengetahui bahwa fungsi suatu sistem tersebut dapat berjalan dengan baik, maka kita perlu mengetahui terlebih dahulu definisi dari fungsi itu sendiri.

Lebih terperinci

A. Prosedur Pemesanan dan

A. Prosedur Pemesanan dan L1 Kuesioner Evaluasi Pengendalian Internal atas Persediaan dan Fungsi Penjualan PT. Tunas Dunia Kertasindo A. Prosedur Pemesanan dan Pembelian Persediaan Barang NO. PERTANYAAN YA TIDAK KETERANGAN 1. Apakah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap BAB IV PEMBAHASAN Proses audit operasional dilakukan untuk menilai apakah kinerja dari manajemen pada fungsi pembelian dan pengelolaan persediaan sudah dilaksanakan dengan kebijakan yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi

Lampiran 1. Struktur Organisasi Lampiran 1. Struktur Organisasi Kepala Pabrik Administrasi Produksi Quality Assurance and Environment Utilitas Bussiness Accounting Seksi Kesehatan & Keselamatan Kerja Seksi Gudang Material Seksi Stock

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar

BAB IV PEMBAHASAN. dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Survei Pendahuluan Evaluasi Sistem Pengendalian Internal pada PT Bondor Indonesia diawali dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar belakang perusahaan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. produk. Ada dua jenis produk yang didistribusikan, yaitu cat dan aneka furniture.

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. produk. Ada dua jenis produk yang didistribusikan, yaitu cat dan aneka furniture. BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan PT. Tirtakencana Tatawarna adalah perusahaan yang bergerak dalam distribusi produk. Ada dua jenis produk yang didistribusikan, yaitu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. PT Sumber Karunia Anugerah. Pembahasan ini dibatasi pada fungsi penjualan dan

BAB IV PEMBAHASAN. PT Sumber Karunia Anugerah. Pembahasan ini dibatasi pada fungsi penjualan dan BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional pada PT Sumber Karunia Anugerah. Pembahasan ini dibatasi pada fungsi penjualan dan piutang usaha modern market seperti

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Perencanaan Evaluasi Ada beberapa alasan mengapa harus dibuat perencanaan yang baik sebelum melakukan evaluasi yaitu memperoleh bahan bukti yang cukup, mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri makanan di Indonesia semakin berkembang pesat. Hal ini menimbulkan persaingan antar perusahaan sejenis yang semakin ketat. Oleh karena itu setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat diketahui. satunya anggaran pembelian bahan baku.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat diketahui. satunya anggaran pembelian bahan baku. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat diketahui bahwa perusahaan melakukan penyusunan anggaran bahan baku. Hal ini terlihat dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan baku merupakan salah satu unsur yang menentukan kelancaran proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan baku merupakan salah satu unsur yang menentukan kelancaran proses 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Bahan baku merupakan salah satu unsur yang menentukan kelancaran proses produksi suatu perusahaan. Apabila persediaan bahan baku tidak mencukupi, maka proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan baku di dalam banyak industri perlu disediakan pada waktu, tempat, dimungkinkan dengan pemeliharaan inventori yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan baku di dalam banyak industri perlu disediakan pada waktu, tempat, dimungkinkan dengan pemeliharaan inventori yang baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan baku di dalam banyak industri perlu disediakan pada waktu, tempat, serta harga yang tepat untuk memuluskan pelaksanaan organisasi. Berbagai bisnis perlu

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Penulis melakukan observasi langsung pada PT. BROCO MUTIARA ELECTRICAL INDUSTR dan melakukan wawancara dengan bagian MR (Management Representative)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada PT. PIKIRAN RAKYAT serta pembahasan yang telah dikemukakan pada bahasan bab sebelumnya, penulis menarik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian ini menjelaskan hasil analisis terhadap jawaban teknik dari obseravasi, wawancara dan teknik pengumpulan data arsipakan di uraikan mengenai pembahasannya. Responden dalam

Lebih terperinci

KUESIONER PEMERIKSAAN INTERNAL VARIABEL INDEPENDEN

KUESIONER PEMERIKSAAN INTERNAL VARIABEL INDEPENDEN KUESIONER PEMERIKSAAN INTERNAL VARIABEL INDEPENDEN Jawaban Kuesioner No Pernyataan SS S N TS STS I. Kualifikasi Pemeriksaan Internal Independensi, Kompetensi, Integritas, Objektivitas, dan Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 43 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengelolaan SDM yang dilaksanakan dengan baik di perusahaan dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan. Untuk itu, perlu dilakukan audit operasional atas fungsi SDM di

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Peranan Pengendalian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Peranan Pengendalian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Peranan Pengendalian Produksi dalam menunjang Efektivitas Proses Produksi, dapat diambil kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT KURNIA MULIA CITRA LESTARI IV. 1. PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN AUDIT

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT KURNIA MULIA CITRA LESTARI IV. 1. PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN AUDIT BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT KURNIA MULIA CITRA LESTARI IV. 1. PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN AUDIT Untuk memulai suatu pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI SISTEM AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG DAGANG PADA PT CORNINDO BOGA JAYA (GARUDAFOOD GROUP)

BAB IV EVALUASI SISTEM AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG DAGANG PADA PT CORNINDO BOGA JAYA (GARUDAFOOD GROUP) BAB IV EVALUASI SISTEM AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG DAGANG PADA PT CORNINDO BOGA JAYA (GARUDAFOOD GROUP) IV.1 Evaluasi Atas Struktur Organisasi Perusahaan Beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan untuk terus berkembang agar dapat bertahan dalam kancah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan untuk terus berkembang agar dapat bertahan dalam kancah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam dunia usaha saat ini telah semakin ketat dan menuntut perusahaan-perusahaan untuk terus berkembang agar dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian belum stabil seiring dengan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian belum stabil seiring dengan semakin kompleksnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian belum stabil seiring dengan semakin kompleksnya kegiatan perekonomian dimana persaingan semakin ketat dan kompetitif, serta sumber daya

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN Evaluasi atas sistem akuntansi dimulai pada saat perusahaan mengalami kekurangan bahan baku untuk produksi saat produksi berlangsung. Selain itu evaluasi juga dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT PRIMA JABAR STEEL

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT PRIMA JABAR STEEL BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT PRIMA JABAR STEEL Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional pada PT Prima Jabar Steel.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pertama di Indonesia. Nama Sosro diambil dari nama keluarga pendirinya yakni

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pertama di Indonesia. Nama Sosro diambil dari nama keluarga pendirinya yakni BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Bisnis Perusahaan Sosro merupakan pelopor produk teh siap minum dalam kemasan yang pertama di Indonesia. Nama Sosro diambil dari nama keluarga pendirinya yakni

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi ini negara-negara berkembang berpacu dalam memajukan perekonomian negaranya. Peningkatan produksi merupakan cara paling efektif yang dipilih guna

Lebih terperinci

LAMPIRAN WAWANCARA. Produk yang diproduksi dan dijual kepada pelanggan PT. Lucky Print Abadi. adalah kain bercorak. Kain dijual dalam ukuran yard.

LAMPIRAN WAWANCARA. Produk yang diproduksi dan dijual kepada pelanggan PT. Lucky Print Abadi. adalah kain bercorak. Kain dijual dalam ukuran yard. L 1 LAMPIRAN WAWANCARA 1. Bisa menceritakan sejarah PT. Lucky Print Abadi? Sejarah perusahaan dapat dilihat pada Company Profile yang telah kami berikan kepada kalian 2. Produk apa yang diproduksi PT.

Lebih terperinci

AUDIT OPERASIOANL ATAS FUNGSI PRODUKSI PADA PT. PROTONINDO CITRA

AUDIT OPERASIOANL ATAS FUNGSI PRODUKSI PADA PT. PROTONINDO CITRA AUDIT OPERASIOANL ATAS FUNGSI PRODUKSI PADA PT. PROTONINDO CITRA Elita, Stefanus Ariyanto Binus University, Jl.K.H.Syahdan, 085289503769, elita.guo@gmail.com ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Surat Perjanjian Supplier Konsinyasi

Surat Perjanjian Supplier Konsinyasi Surat Perjanjian Supplier Konsinyasi L1 Form Order L2 Stock List L3 Inter Store Transfer (Surat Jalan) L4 Inter Store Transfer (Surat Jalan-lanjutan) L5 Daily Sales Report L6 Rekapitulasi Penjualan Konsinyor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 55 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Objek Penelitian Objek penelitian yang dilakukan penulis adalah peranan audit internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal penjualan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin berkembangnya perdagangan bebas yang masuk, maka setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin berkembangnya perdagangan bebas yang masuk, maka setiap 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan perekonomian di Indonesia dan juga semakin berkembangnya perdagangan bebas yang masuk, maka setiap perusahaan harus mempersiapkan diri untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berjalannya waktu, sebuah organisasi bisnis yang dijalankan dengan baik dapat bertumbuh serta berkembang menjadi organisasi yang lebih besar dan kompleks. Organisasi

Lebih terperinci

1. Bergerak di bidang apakah Triple Jeans, Surabaya? Triple Jeans adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang garment (jeans)

1. Bergerak di bidang apakah Triple Jeans, Surabaya? Triple Jeans adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang garment (jeans) WAWANCARA PIMPINAN PERUSAHAAN 1. Bergerak di bidang apakah Triple Jeans, Surabaya? Triple Jeans adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang garment (jeans) 2. Bagaimana sejarah singkat dari Triple

Lebih terperinci

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TABEL 1 DAFTAR EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL Indepedensi Auditor Internal Apakah auditor internal yang ada pada perusahaan merupakan fungsi yang terpisah dari fungsi operasional

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Suatu organisasi merupakan satu wadah kerjasama untuk mencapai tujuan

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Suatu organisasi merupakan satu wadah kerjasama untuk mencapai tujuan BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Struktur Organisasi Suatu organisasi merupakan satu wadah kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu harus mempunyai struktur organisasi yang menyatakan berbagai fungsi

Lebih terperinci

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Departemen QA merupakan departemen yang bertanggung jawab antara lain : a) Audit internal QA melakukan evaluasi kerja kesemua bagian/departemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era yang sudah maju pada saat ini manusia sangat memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era yang sudah maju pada saat ini manusia sangat memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era yang sudah maju pada saat ini manusia sangat memerlukan Teknologi dalam kehidupannya. Semakin pesatnya pertumbuhan teknologi, maka saat ini tercipta banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam menjalankan roda perusahaan, prinsip efektivitas mutlak dipegang teguh dan diterapkan. Penerapan prinsip efektivitas dipandang mutlak karena pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan motif laba. Pada era krisis global yang dialami

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat PT Kasa Husada Wira Jatim

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat PT Kasa Husada Wira Jatim BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat PT Kasa Husada Wira Jatim Gambar 2.1 Foto Perusahaan PT Kasa Husada Wira Jatim yang berlokasi di jalan Kalimas Barat 17-19, Surabaya merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory). Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada risiko bahwa perusahaannya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 57 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT. Inkoasku merupakan salah satu perusahaan industri otomotif yang bergerak dalam bidang Wheel Rim Manufakturing.

Lebih terperinci

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Tugas Individu Farmasi Industri Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Disusun Oleh : Eka Wahyu Lestari 14340004 Dosen : Drs. Kosasih, M.Sc., Apt. Program Profesi Apoteker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk - bentuk lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk - bentuk lainnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan, pengertian bank adalah Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

Lebih terperinci

KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) PADA PROSES PRODUKSI DALAM PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU ABSTRAK

KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) PADA PROSES PRODUKSI DALAM PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU ABSTRAK KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) PADA PROSES PRODUKSI DALAM PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU Francka Sakti francka_sakti@yahoo.com Sistem Informatika Universitas Bunda Mulia ABSTRAK Persaingan dunia

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT ERAFONE ARTHA RETAILINDO

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT ERAFONE ARTHA RETAILINDO BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT ERAFONE ARTHA RETAILINDO IV.1. Survey Pendahuluan Pemeriksaan operasional dimulai dari tahap perencanaan awal atau yang

Lebih terperinci