METODE NUMERIK UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI DENGAN MODEL VOLATILITAS LELAND ARSYAD L

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE NUMERIK UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI DENGAN MODEL VOLATILITAS LELAND ARSYAD L"

Transkripsi

1 METODE NUMERIK UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI DENGAN MODEL VOLATILITAS LELAND ARSYAD L SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Metode Numerik untuk Menentukan Harga Opsi dengan Model Volatilitas Leland adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2015 Arsyad L NIM G

3

4 RINGKASAN ARSYAD L. Metode Numerik untuk Menentukan Harga Opsi dengan Model Volatilitas Leland. Dibimbing oleh DONNY CITRA LESMANA dan ENDAR HASAFAH NUGRAHANI Salah satu hal penting dalam perdagangan opsi adalah penentuan harga jual yang optimal. Teori penentuan harga opsi telah dikembangkan pada tahun 1973 oleh Fisher Black dan Myron Scholes yang berhasil merumuskan masalah penentuan harga opsi ke dalam bentuk persamaan diferensial parsial (PDP) Black Scholes. Model Black scholes menggunakan beberapa asumsi, yang salah satunya adalah tidak terdapat biaya transaksi. Model Black scholes tidak relevan sebab pada kenyataannya terdapat biaya transaksi di pasar saham. Dengan memasukkan biaya transaksi ke dalam model, Leland menunjukkan bahwa persaman diferensial parsial (PDP) Black Scholes berubah menjadi persamaan diferensial parsial taklinear. Selanjutnya dengan mengasumsikan biaya transaksi proporsional dengan nilai uang dari aset yang dijual atau dibeli, Leland memodifikasi persamaan diferensial parsial (PDP) Black Scholes standar menjadi persamaan diferensial parsial (PDP) Black Scholes taklinear. PDP tak linier tersebut tidak mempunyai solusi analitik sehingga dibutuhkan pekatan metode numerik untuk menentukan solusi hampirannya. Pada penelitian ini digunakan metode beda hingga upwind untuk diskretisasi ruang (harga saham) serta diskretisasi eksplisit dan implisit untuk diskretisasi waktu. Pada penelitian ini dapat terlihat bahwa penggunaan metode beda hingga upwind akan konvergen ketika menggunakan skema diskretisasi implisit terhadap waktu. Skema diskretisasi ini terbukti monoton, konsisten dan stabil. Berdasarkan hasil dari simulasi numerik, telah ditunjukkan bahwa orde kekonvergenan untuk metode beda hingga upwind dengan model volatilitas Leland adalah sekitar 1.80 untuk opsi Call, 1.80 untuk opsi Put, 1.35 opsi Cash or Nothing, serta 1.84 untuk opsi Butterfly. Kata kunci: Harga opsi, Kekonvergenan, Metode beda hingga upwind, Model volatilitas Leland, Persamaan differensial parsial takliniear.

5 SUMMARY ARSYAD L. Metode Numerical Method for Determining The Price Of Option With Leland Volatility Model. Supervised by DONNY CITRA LESMANA and ENDAR HASAFAH NUGRAHANI One of the most important things in options trading is the determination of the optimal sales price. Option pricing theory was developed in 1973 by Fisher Black and Myron Scholes. They successfully formulated option pricing problems into partial differential equations (PDE) form that called Black Scholes equation. Black Scholes model uses several assumptions, one of which is there is no transaction fee. Black-Scholes model is irrelevant because there is in fact the cost of transactions in the stock market. Furthermore, assuming that the transaction costs are proportionate to the value of money from assets being sold or purchased, Leland modifies the standard equation into a nonlinear partial differential equation (PDE). Nonlinear PDE is hardly to solve by analytic method. Therefore Numerical methods may be needed to determine the solutions. In this study we use upwind finite difference method for discretizing space (stock price) and the implicit discretization for discretizing time. In this study, it can be seen that the use of upwind finite difference method will converge when using implicit discretization scheme. The convergence is shown by proving that the discretization is monotone, consistent and stable. Using numerical simulations, it can be seen that the order of convergence for this methode is about 1.80 for a call option and put option, 1.35 for cash or nothing option, and 1.84 for butterfly option. Keywords: Option value, Leland volatility model, Upwind finite difference methode, Convergence, Nonlinear partial diferencial equation.

6 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

7 METODE NUMERIK UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI DENGAN MODEL VOLATILITAS LELAND ARSYAD L Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Matematika Terapan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir IGP Purnaba, DEA

9 Judul Tesis : Metode Numerik untuk Menentukan Nilai Opsi dengan Model Volatilitas Leland Nama : Arsyad L NIM : G Program Studi : Matematika Terapan Disetujui oleh Komisi Pembimbing Dr. Donny C. Lesmana MFinMath Ketua Dr. Ir. Endar H. Nugrahani MS Anggota Diketahui oleh Ketua Program Studi Matematika Terapan Dekan Sekolah Pascasarjana Dr Jaharuddin, MS Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr Tanggal Ujian: 9 September 2015 Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan januari 2015 ini ialah keuangan, dengan judul Metode Numerik untuk Menentukan Harga Opsi dengan Model Volatilitas Leland Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada program studi Matematika Terapan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Lahmuddin dan Ibu Baeyana selaku orang tua penulis. 2. Dr Donny C. Lesmana MFinMath selaku Ketua Komisi Pembimbing. 3. Dr Ir Endar H. Nugrahani MS selaku Anggota Komisi Pembimbing. 4. Dr Dr Ir IGP Purnaba, DEA selaku Penguji Luar Komisi Pembimbing. 5. Dr Jaharuddin, MS selaku Ketua Program Studi Matematika Terapan. 6. Direktorat Jral Pidikan Tinggi (DIKTI) sebagai sponsor Beasiswa Pidikan Pascasarjana dalam Negeri (BPP-DN). 7. Seluruh keluarga yang selalu memberi dorongan dan doa untuk keberhasilan studi penulis. 8. Seluruh mahasiswa Departemen Matematika khususnya teman-teman angkatan tahun 2013 di Program Studi S2 Matematika Terapan. 9. Sahabat-sahabat yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini. Semoga semua bantuan, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis senantiasa mapatkan balasan dari Allah subhanahu wa ta ala. Akhirnya, semoga penulisan tesis ini dapat memperkaya pengalaman belajar dan wawasan kita semua. Bogor, November 2015 Arsyad L

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Sekuritas 2 Teori Tentang Opsi 2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Harga Opsi 3 Lemma Ito 4 Proses Harga Saham 5 Persamaan Black-Scholes Standar 5 Model Volatilitas Leland 7 Metode Beda Hingga Upwind 7 Metode Iterasi Newton-Raphson 8 Matriks M 8 Solusi Viskositas 9 3 METODE PENELITIAN 9 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Syarat Awal dan Syarat Batas 9 Diskretisasi Implisit 10 Kekonvergenan dari Skema Numerik 12 Solusi Sistem Taklinear Skema Diskretisasi 15 Simulasi Numerik 17 5 SIMPULAN 23 DAFTAR PUSTAKA 23 LAMPIRAN 25 RIWAYAT HIDUP 30 vi vi vi

12 DAFTAR TABEL 1 Hasil perhitungan norma dan rasio untuk opsi call 22 2 Hasil perhitungan norma dan rasio untuk opsi put 22 3 Hasil perhitungan norma dan rasio untuk opsi cash or nothing 22 4 Hasil perhitungan norma dan rasio untuk opsi butterfly 23 DAFTAR GAMBAR 1 Harga dari opsi call Eropa dengan M = 20 dan N = Harga dari opsi call Eropa dengan M = 80 dan N = Harga dari opsi put Eropa dengan M = 20 dan N = Harga dari opsi put Eropa dengan M = 80 dan N = Harga dari opsi cash or nothing Eropa dengan M = 20 dan N = Harga dari opsi cash or nothing Eropa dengan M = 80 dan N = Harga dari opsi butterfly Eropa dengan M = 20 dan N = Harga dari opsi butterfly Eropa dengan M = 80 dan N = DAFTAR LAMPIRAN 1 Sintaks program untuk diskretisasi eksplisit 25 2 Sintaks program untuk diskretisasi implisit 26

13 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena menjalankan dua fungsi. Fungsi yang pertama adalah sebagai sarana bagi panaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain sebagainya. Kemudian, fungsi yang kedua adalah menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masingmasing instrumen. Peran pasar modal dalam pembangunan perekonomian bangsa ataupun pembangunan nasional dapat membawa keuntungan yang sangat besar jika dilakukan dalam koridor yang baik, adil, benar, dan efisien. Keikutsertaan masyarakat investor melalui instrumen pasar modal menjadi harapan bersama untuk memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi secara nasional. Produk-produk yang diperdagangkan pada industri pasar modal mengalami perkembangan yang sangat pesat. Jika dulu hanya ada produk dasar seperti saham dan obligasi, sekarang juga meliputi produk turunannya (derivatif). Salah satu produk derivatif yang sering diperdagangkan adalah opsi.opsi adalah suatu kontrak antara dua pihak di mana pemegang opsi mempunyai hak untuk membeli atau menjual suatu aset tertentu dengan harga dan waktu yang telah ditentukan (Zhao 2007). Hal terpenting dalam perdagangan opsi adalah penentuan harga jual yang optimal. Teori penentuan harga opsi telah dikembangkan pada tahun 1973 oleh Fisher Black dan Myron Scholes yang berhasil merumuskan masalah penentuan harga opsi ke dalam bentuk persamaan diferensial parsial (PDP) Black Scholes. Model ini menggunakan beberapa asumsi, yang salah satunya adalah tidak terdapat biaya transaksi (Black & Scholes 1973). Model Black Scholes standar tidak relevan sebab pada kenyataannya terdapat biaya transaksi di pasar saham. Adanya biaya transaksi akan memengaruhi harga suatu opsi (Company et al. 2008). Dengan memasukkan biaya transaksi ke dalam model, Leland (1985) menunjukkan bahwa persaman diferensial parsial (PDP) Black Scholes berubah menjadi persamaan diferensial parsial tak linear. Akibat adanya biaya transaksi, volatililitas dari harga saham menjadi tidak konstan dan merupakan fungsi dari turunan kedua opsi terhadap harga saham. Hal itu menyebabkan PDP menjadi tidak linear. PDP tak linear tersebut tidak mempunyai solusi analitik sehingga dibutuhkan pekatan metode numerik untuk menentukan solusi hampirannya. Beberapa pekatan secara numerik dapat dilakukan untuk menentukan harga opsi yaitu dengan metode beda hingga (finite difference method), metode elemen hingga, metode volume hingga (finite volume method) (Zhang & Wang 2009), dan lain-lain. Pada penelitian ini akan dikembangkan metode beda hingga upwind (Lesmana & Wang 2013).

14 2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. mengembangkan metode numerik untuk mencari harga opsi ketika terdapat biaya transaksi. Metode tersebut didasarkan pada metode implisit untuk diskretisasi waktu, serta metode beda hingga upwind untuk diskretisasi ruang (harga saham). 2. menentukan orde kekonvergenan dari metode beda hingga upwind. 2. TINJAUAN PUSTAKA Sekuritas Definisi 2.1 Sekuritas Primitif Sekuritas primitif (primitive security) adalah instrumen seperti saham atau obligasi yang pembayarannya hanya bergantung pada status keuangan pihak penerbit (Bodie et al. 2003). Definisi 2.2 Sekuritas Derivatif Sekuritas derivatif (derivative security) dibentuk dari perangkat sekuritas primitif yang menghasilkan imbal hasil yang bergantung pada faktor-faktor di luar karakteristik pihak penerbit dan mungkin dikaitkan dengan harga aset lain (Bodie et al. 2003). Teori Tentang Opsi Definisi 2.3 Opsi Opsi pada suatu aset adalah suatu kontrak antara dua pihak, yang memberikan hak, tetapi bukan kewajiban, untuk melakukan jual atau beli aset pada harga tertentu yang disebut strike price atau exercise price dan dalam jangka waktu tertentu (jatuh tempo). Berdasarkan jenisnya opsi dibagi menjadi dua yaitu opsi call dan opsi put. Definisi 2.4 Opsi Call Opsi call memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli suatu aset pada harga eksekusi pada saat atau sebelum tanggal jatuh tempo (maturity) yang ditentukan. Definisi 2.5 Opsi Put Opsi put memberikan hak kepada pemegangnya untuk menjual suatu aset dengan harga eksekusi tertentu pada saat atau sebelum tanggal jatuh temponya. Berdasarkan waktu eksekusinya, opsi dibedakan atas opsi Eropa (European option) dan opsi Amerika (American option).

15 3 Definisi 2.6 Opsi Eropa Opsi Eropa (European option) adalah opsi yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli atau menjual underlying asset dengan harga tertentu hanya pada waktu jatuh tempo. Definisi 2.7 Opsi Amerika Opsi Amerika (American option) memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli atau menjual underlying asset pada harga tertentu pada saat atau sebelum waktu jatuh tempo. Faktor-faktor yang Memengaruhi Harga Opsi Harga opsi dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya adalah harga aset yang masari, harga eksekusi, waktu jatuh tempo, volatilitas, dan suku bunga bebas risiko. a. Harga aset yang masari dan harga eksekusi Harga aset yang masari (saham) adalah harga jual atau beli yang berlaku pada pasar dari perdagangan aset yang masari (saham). Harga eksekusi merupakan harga jual atau beli saham yang tercantum dalam kontrak opsi, biasa juga disebut sebagai harga exercise atau harga strike. b. Tanggal jatuh tempo Semakin lama waktu jatuh tempo maka semakin tinggi nilai dari suatu opsi call, karena semakin besar nilai waktunya. Sementara nilai waktu (time value) akan menurun ketika mekati masa jatuh tempo dengan begitu nilai dari opsi call juga akan menurun. Demikian juga dengan opsi put, semakin lama waktu jatuh tempo semakin tinggi nilai dari opsi put, karena semakin besar nilai waktunya. Nilai waktu akan menurun ketika mekati waktu jatuh tempo, oleh karena itu harga opsi put akan turun nilainya ketika mekati waktu jatuh tempo. c. Volatilitas Volatilitas atas aset yang masari adalah sebuah ukuran tingkat ketidakpastian mengenai penyimpangan harga aset dari nilai harapan aset yang masari tersebut di masa datang. Jika volatilitas meningkat maka akan meningkat pula peluang aset yang masari untuk mengalami peningkatan atau penurunan terhadap suatu opsi. d. Suku Bunga Bebas Risiko (Risk Free Interest Rate) Suku bunga bebas risiko memengaruhi harga suatu opsi. Jika tingkat suku bunga dalam perekonomian mengalami kenaikan, maka akan mempengaruhi harapan kenaikan harga aset yang masari (dalam hal ini saham). Dengan mengasumsikan bahwa semua peubah tetap, maka harga opsi put akan menurun jika suku bunga bebas risiko mengalami peningkatan. Begitu pula sebaliknya, harga opsi call akan selalu meningkat seiring dengan peningkatan suku bunga bebas risiko. Untuk memodelkan persamaan Black-Scholes, didefinisikan atau ditentukan beberapa istilah berikut:

16 4 Definisi 2.8 Proses Stokastik Proses stokastik W = {W(t), t H} adalah suatu koleksi (gugus, himpunan, atau kumpulan) dari peubah acak (random variables). Untuk setiap t pada himpunan indeks H, W(t) adalah suatu peubah acak dan t sering diinterpretasikan sebagai waktu (Ross 1996). Definisi 2.9 Gerak Brown Proses stokastik W = {W(t), t H} disebut gerak Brown jika memenuhi persyaratan berikut (Ross 1996): 1. W (0) = 0 2. Untuk 0 < t 1 < t 2 < < t n peubah acak W(t i ) W(t i 1 ), i = 1,2,3,, n saling bebas. 3. Untuk setiap t > 0, W(t) berdistribusi normal dengan rataan 0 dan variansi σ 2 t. Definisi 2.10 Proses Wiener Proses Wiener adalah gerak Brown dengan rataan 0 dan variansi 1 (Niwiga 2005). Definisi 2.11 Proses Wiener Umum Proses Wiener Umum (Generalized Wiener Process) untuk suatu peubah acak S dapat dinyatakan sebagai berikut (Hull 2006): ds = adt + bdw(t) (1) adt disebut sebagai komponen deterministik dan bdw(t) menyatakan komponen stokastik, serta W(t) adalah proses Wiener, sedangkan a dan b masing-masing menyatakan rataan dan standar deviasi dari S. Definisi 2.12 Proses Ito Proses Ito adalah proses Wiener umum dengan a dan b menyatakan suatu fungsi dari peubah acak S dan waktu t. Secara aljabar proses Ito dapat dinyatakan sebagai berikut (Hull 2006): ds = a(s, t)dt + b(s, t)dw(t) (2) Lemma Ito Lemma 2.1 Misalkan fungsi F(x, t) merupakan fungsi kontinu yang dapat diturunkan secara parsial terhadap x dan t, yaitu F, F, 2 F t x x2 ada. Selanjutnya didefinisikan persamaan differensial stokastik dari variabel x dengan drift rate a(x, t) dan variansi rate b 2 (x, t), dx = a(x, t)dt + b(x, t)dw (3) di mana dw merupakan gerak Brown, a dan b adalah fungsi dari x dan t, maka fungsi F(x, t) akan mengikuti proses:

17 5 df = { F x F a(x, t) + t b2 (x, t) 2 F F x2} dt + b(x, t) dw (4) x Proses Harga Saham Harga saham merupakan variabel stokastik, karena harga saham pada waktu yang akan datang tidak bisa ditentukan sekarang. Harga saham dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak dapat ditentukan secara pasti. Faktor-faktor ini dipandang sebagai komponen stokastik yang tidak dapat ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu, perubahan harga saham dapat dipandang sebagai persamaan diferensial stokastik berikut: ds(t) = μs(t)dt + σs(t)dw(t). dengan μ dan σ sebagai konstanta yang berturut-turut menyatakan ekspektasi dari return dan volatilitas saham. Persamaan ini juga dikenal sebagai model pergerakan harga saham. Selanjutnya dari Lemma Itô, diketahui bahwa sebuah fungsi V(S,t) akan mengikuti proses: dv = (μs V S + V t σ2 S 2 2 V V S2) dt + σs dw(t). (6) S Solusi dari persamaan (5) adalah: S(t) = S(0) exp {(μ σ2 2 ) T + σw T}. (7) dengan S 0, S T, μ, σ, dan T berturut-turut adalah harga saham pada awal kontrak, harga saham pada akhir kontrak, tingkat suku bunga bebas resiko, volatilitas harga saham dan waktu sampai dengan jatuh tempo. Persamaan Black-Scholes Standar Fischer Black dan Myron Scholes (1973) dalam merumuskan nilai suatu opsi masarkan pada beberapa asumsi, yaitu: 1. Suku bunga bebas risiko r adalah konstan dan sama untuk semua waktu jatuh tempo. 2. Dimungkinkan adanya short selling terhadap aset (saham) yaitu menjual aset tanpa harus memiliki aset terlebih dahulu. 3. Perdagangan dari aset yang masari bersifat kontinu. 4. Tidak terdapat peluang arbitrage. 5. Tidak ada pembayaran dividen selama opsi berlaku. 6. Harga dari aset yang masari mengikuti proses Wiener yang mempunyai fungsi kepekatan peluang lognormal. 7. Tidak ada biaya transaksi dalam pembelian atau penjualan aset atau opsi dan tidak ada pajak. Misalkan U(S, t) menyatakan harga opsi pada harga saham S dan pada waktu t, serta dari persamaan (5) diketahui bahwa perubahan harga saham S bergerak mengikuti proses (5)

18 6 ds = μsdt + σs dw. Berdasarkan Lemma Ito, proses untuk U yang berubah pada interval waktu dt yang sangat kecil adalah du(s, t) = (μs U S + U t σ2 S 2 2 U U ) dt + σs S2 S Versi diskret dari persamaan (5) dan (9) adalah dw. (8) dan S = μs t + σs W (9) U = (μs U S + U t σ2 S 2 2 U U ) t + σs S2 S W, (10) di mana S dan U adalah perubahan harga saham S dan harga opsi U pada selang waktu t. Adapun W pada persamaan (9) dan (10) adalah proses Wiener yang didefinisikan sebagai W = ε t karena proses Wiener pada persamaan (9) dan (10) adalah sama. Selanjutnya dipilih sebuah portofolio dari saham S dan opsi U sehingga proses Wiener W dapat dihilangkan.portofolio tersebut adalah 1 opsi dan + U saham. Pemegang portofolio ini akan menjual satu opsi dan S membeli saham sebanyak U. Nilai dari portofolio tersebut adalah sebesar x, dengan S x = U + U S. (11) S Perubahan nilai portfolio x, dalam selang waktu t adalah x = U + U S. (12) S Substitusi (9) dan (10) ke dalam (12), menghasilkan x = ( U S 1 2 σ2 S 2 2 U S 2) t. (13) Portofolio ini dikatakan tidak berisiko karena tidak ada faktor ketidakpastian. portofolio ini mempunyai papatan yang sama dengan aset yang bebas risiko. Perubahan nilai portofolio bebas risiko dapat dinyatakan dengan x = rx t, dengan r adalah suku bunga bebas risiko. Dengan menggunakan persamaan (11) dan x = rx t ke persamaan (13) diperoleh (ru U rs) t = ( U S S σ2 S 2 2 U ) t (14) S2 1 2 σ2 S 2 2 U U + rs S2 S + U t ru = 0. (15) Persamaan (15) ini dikenal sebagai persamaan Black-Scholes standar. Dengan melakukan transformasi τ = T t, maka U t = U τ τ t = U (16) τ sehingga persamaan (15) dapat dituliskan sebagai berikut:

19 7 1 2 σ2 S 2 2 U U + rs S2 S U τ ru = 0. (17) U τ 1 2 σ2 S 2 2 U U rs S2 S + ru = 0. (18) Model Volatilitas Leland Seperti yang dijelaskan sebelumnya volatilitas menyatakan tingkat risiko penyimpangan harga suatu aset dari nilai harapannya. Semakin besar nilai volatilitas, semakin tak terduga pergerakan harga saham. Sebaliknya, semakin kecil volatilitas, semakin mudah untuk muga harga saham tersebut (Morgenson dan Harvey 2002). Volatilitas harga saham bisa berupa konstanta atau merupakan sebuah fungsi. Pada saat terdapat biaya transaksi, volatilitas harga saham tidak konstan tapi merupakan fungsi dari turunan kedua harga opsi terhadap harga saham. Selanjutnya dengan mengasumsikan biaya transaksi proporsional dengan nilai uang dari aset yang dijual atau dibeli, Leland memodifikasi persamaan diferensial parsial (PDP) Black Scholes menjadi persamaan diferensial parsial (PDP) Black Scholes tak linear W τ = σ2 2 S2 W SS + rsw S rw, (19) dengan τ= T t dan volatitas termodifikasi sebagai berikut σ 2 = σ 0 2 (1 + 2 π ( k σ 0 2 δt ) Sign(W ss)), (20) di mana σ adalah volatilitas termodifikasi, k adalah biaya transaksi dan δt adalah periode transaksi (Leland 1985). Metode Beda Hingga Upwind Metode beda hingga upwind adalah suatu metode numerik untuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial taklinear dengan cara mengkombinasikan metode beda hingga maju dan beda hingga mundur untuk diskretisasi ruang (harga saham). Persamaan Black-Scholes taklinear akan diaproksimasi dengan diskretisasi harga dan waktu. Untuk diskretisasi harga, misalkan I = (0, S max ) dibagi menjadi M sub-interval, di mana I i = (S i, S i+1 ), i = 0,1,., M 1 dengan 0 = S 0 < S 1 < < S M = S max, dan untuk setiap i = 0,1,., M 1 dimisalkan h = S i+1 S i. Untuk diskretisasi waktu, misalkan τ = (0, T) dibagi menjadi N sub-interval, di mana τ n = (τ n, τ ), n = 0,1,., N 1 dengan 0 = τ 0 < τ 1 < < τ n = T dan untuk setiap n = 0,1,., N 1 dimisalkan τ = τ τ n. Aproksimasi turunan parsial pertama dan kedua diperoleh dari ekspansi deret Taylor, seperti berikut ini:

20 8 Untuk sembarang W n = (W 0 n, W 1 n,, W M n ) dan W i = (W i 0, W i 1,, W i N ) dengan i = 0,1,., M dan n = 0,1,., N, didefinisikan turunan pertama dan turunan kedua mengikuti operator beda hingga berikut (δ τ W i )(n) = W i W i n (δ S + W n )(i) = W i+1 τ n, (21) n Wi n h (δ SS W n )(i) = (δ S + W n )(i) (δ S W n )(i) 2h = W n i 1, (δ S W n )(i) = W i n W i 1, (22) 2 n n Wi +Wi+1. h 2 Metode Iterasi Newton-Raphson Metode Newton-Raphson (umumnya disebut dengan metode Newton) merupakan metode penyelesaian persamaan taklinear yang sering digunakan di antara metode lainnnya, karena metode ini memberikan konvergensi yang lebih cepat dibandingkan dengan metode lainnya. Metode Newton sering konvergen dengan cepat, terutama bila iterasi dimulai "cukup dekat" dengan akar yang diinginkan. Namun bila iterasi dimulai jauh dari akar yang dicari, metode ini dapat meleset tanpa peringatan. Implementasi metode ini biasanya meteksi dan mengatasi kegagalan konvergensi. Metode Newton Raphson merupakan metode yang paling dikenal untuk mencari hampiran terhadap akar fungsi real dan dapat memecahkan persamaan f(x)=0, dengan f diasumsikan mempunyai turunan kontinu. Metode ini menggunakan suatu garis lurus sebagai hampiran fungsi. Garis tersebut adalah garis singgung pada kurva. Dengan menggunakan suatu nilai awal x0 dan ditetapkan xi adalah titik potong sumbu x dengan garis singgung pada kurva f dititik x0. Dalam setiap iterasi akan terbentuk xi secara berulang-ulang hingga menghasilkan nilai x yang membuat f(x) = 0. h n (23) Matriks M Matriks M merupakan bagian dari matriks P, dan juga matriks dengan invers matriks bernilai positif (Fujimoto & Ranade 2004). Nama Matriks M awalnya dipilih oleh Alexander Ostrowski mengacu pada nama Hermann Minkowski, yang membuktikan bahwa jika suatu matriks Z yang memiliki semua baris jumlah yang positif, maka determinan matriks yang bernilai positif (Bermon et al. 1994). Matriks M siri didefisikan sebagai berikut Definisi 2.13 Misalkan A adalah suatu matriks real Z nxn, yaitu A = (a ij ) di mana a ij 0 untuk setiap i j, 1 i, j n. A disebut matriks M jika suatu matriks A nxn dapat dinyatakan dalam bentuk A = si B, di mana B = (b ij ) dan b ij 0 untuk setiap, 1 i, j n dan, s ρ(b) maksimun modulus dari nilai eigen B.

21 9 Menurut teorema Perron Frobenius, untuk matriks tak-singular A, maka nilai s ρ(b), dan untuk matriks-m tak-singular, elemen-elemen diagonal utama a ii dari matriks A haruslah bernilai positif. Solusi Viskositas Misalkan diberikan PDP orde-2 sebagai berikut F(x, u, D u, D u 2 ) = 0. (24) Solusi viskositas diberikan pada definisi berikut Definisi 7 (Solusi Viskositas) Misalkan Ω R 2 adalah himpunan terbuka dan u kontinu di Ω. i. Dikatakan bahwa u adalah subsolusi viskositas persamaan (24) pada titik x 0 Ω, jika dan hanya jika, untuk setiap fungsi uji φ C 2 (Ω) sedemikian sehingga u φ mencapai maksimum lokal di x 0, dan F(x 0, u(x 0 ), D φ (x 0 ), D φ 2 (x 0 )) 0, (25) ii. Dikatakan bahwa u adalah supersolusi viskositas persamaan (24) pada titik x 0 Ω, jika dan hanya jika, untuk setiap fungsi uji φ C 2 (Ω) sedemikian sehingga u φ yang mencapai minimum lokal di x 0, dan F(x 0, u(x 0 ), D φ (x 0 ), D φ 2 (x 0 )) 0, (26) iii. Dikatakan bahwa u adalah solusi viskositas pada himpunan terbuka jika u adalah subsolusi viskositas dan supersolusi viskositas, pada setiap titik x 0 Ω (Dragoni 2009). 3. METODE PENELITIAN Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. melakukan diskretisasi untuk model Black-Scholes taklinear dengan diskretisasi beda hingga upwind untuk diskretisasi ruang (harga saham) serta diskretisasi implisit untuk diskretisasi waktu. 2. memeriksa kekonvergenan skema numerik metode beda hingga upwind. 3. melakukan simulasi numerik untuk menunjukkan akurasi dari metode diskretisasi beda hingga upwind. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk menyelesaikan suatu permasalahan persamaan diferensial parsial dengan menggunakan metode beda hingga upwind ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu kondisi syarat awal dan syarat batas, diskretisasi persamaan tersebut, serta kekonvergenan dari skema beda hingga upwind. Syarat Awal dan Syarat Batas Sebelum membahas skema diskretisasi untuk metode beda hingga upwind yang akan digunakan, terlebih dahulu ditentukan syarat batas dari persamaan

22 10 diferensial parsial Black-Scholes taklinear. Karena persamaaan Black-Scholes taklinear mempunyai domain S (0, ) maka untuk perhitungan komputasi perlu dibatasi menjadi S (0, S max ), dengan S max merupakan nilai yang cukup besar yang menjamin akurasi dari solusi. Syarat batas untuk persamaaan Black-Scholes taklinear adalah sebagai berikut: U(S, 0) = g 1 (S), S (0, S max ), (27) U(0, τ) = g 2 (τ), τ (0, T], (28) U(S max, τ) = g 3 (τ), τ (0, T], (29) dengan g 1, g 2, dan g 3 adalah suatu fungsi yang diberikan dengan g 1 (0) = g 2 (0) dan g 1 (S max ) = g 3 (0). Fungsi g 1, g 2, dan g 3 dipilih berdasarkan tipe opsi, di mana dalam penelitian ini opsi yang akan digunakan adalah opsi eropa berupa opsi call, put, butterfly, dan cash or nothing (con) dengan syarat awal dan syarat batas sebagai berikut: g 1 = { max(s K, 0) max(k S, 0) max(s K 1, 0) 2 max(s K 2, 0) + max(s K 3, 0) B H(S K) untuk call untuk put untuk butterfly untuk con g 2 = { 0 Ke rτ 0 0 untuk call untuk put untuk butterfly untuk con S max Ke rτ untuk call g 3 = { 0 untuk put 0 untuk butterfly Be rτ untuk CoN dengan H adalah fungsi heaviside, B adalah konstanta, K, K 1, K 2, dan K 3 adalah harga strike. Diskretisasi Implisit Dengan menggunakan diskretisasi skema implisit terhadap waktu, persamaan Black-Scholes taklinear (19) diaproksimasi mengikuti bentuk metode beda hingga upwind menggunakan operator (21-23) menjadi seperti berikut: δ τ U i (n) 1 2 σ2 ((δ SS U )(i)s 2 i (δ SS U )(i) ( 1+sign(r) 2 ru i = 0. ) rs i (δ + S U )(i) ( 1 sign(r) ) rs i (δ S U )(i) + Dalam model volatilitas Leland diketahui bahwa nilai r > 0, sehingga persamaan di atas dapat ditulis menjadi: δ τ U i (n) 1 2 σ2 ((δ SS U )(i)s 2 i (δ SS U )(i) rs i (δ + S U )(i) + (31) ru i = 0. Selanjutnya diperoleh: 2 (30)

23 11 U i 1 ( 1 2h 2 σ2 (δ SS U )(i)s 2 i ) + U i ( 1 + τ n 1 h 2 σ2 (δ SS U )(i)s 2 i + rs i + r) + (32) h U i+1 ( 1 2h 2 σ2 (δ SS U 2 )(i)s i rs i ) = U n i. h τ n Untuk penyederhanaan, persamaan (32) dapat dituliskan menjadi bentuk berikut α i (U )U i 1 + β i (U )U i + γ i (U ) U i+1 = 1 U n τ i, (33) n untuk i = 1,., M 1 dan n = 1,., N 1, di mana: α i (U ) = 1 2h 2 σ2 (δ SS U 2 )(i)s i, (34) β i (U 1 ) = + 1 τ n h 2 σ2 (δ SS U 2 )(i)s i + rs i + r, (35) h γ i (U ) = 1 2h 2 σ2 (δ SS U 2 )(i)s i rs i. h (36) Berdasarkan syarat batas (27-29), didefinisikan syarat awal dan syarat batas untuk persamaan (33) adalah sebagai berikut U 0 i = g 1 (S i ) U n 0 = g 2 (τ n ) U n M = g 3 (τ n ) (37) untuk i = 1, 2,., M 1 dan n = 1,., N, sehingga persamaan (33) dapat dituliskan menjadi bentuk matriks berikut A (U ) U 1 = U n + B, (38) τ n untuk n = 1,., N 1, di mana A (U ) = β β 2 γ α 3 β α 2 γ [ U k = (U k 1, U k k 2,, U M 1 ) T untuk k = n, n + 1 B = ( α 1 U 0, 0,,0, γ M 1 U N ) T Teorema 4.1 Matriks-M β M 3 α M 2 γ M 3 β M 2 0 α M 1 γ M 2 β M 1 ] Untuk sembarang n = 0, 1,, N, A n = (A n ij ) adalah suatu matriks-m untuk U n yang diberikan. Bukti: Untuk membuktikan Teorema 4.1, harus ditunjukkan bahwa untuk i = 1, 2,, M 1 : α n i < 0, β n i > 0, γ n i < 0 (39) β n i α n i + γ n i (40) Untuk matriks A, dari persamaan (34) - (36) dapat dilihat bahwa syarat (39) terpenuhi. Selanjutnya syarat (40), karena r 0 dan 1 0 maka: τ n β i α i + γ i + r+ 1 τ n

24 12 α i + γ i (41) Dari definisi A n = (A n ij ) dan berdasarkan (41), diperoleh: A n ij 0, i j, A n ii > 0, M 1 A n ii > A n ij j=1 Dengan demikian, A n merupakan matriks-m karena matriks tridiagonal A n memiliki diagonal utama yang bernilai positif dan dua diagonal di atas dan di bawah diagonal utama bernilai negatif. Kekonvergenan dari Skema Numerik Barles (1997) telah menunjukkan bahwa metode numerik dikatakan konvergen ke solusi viskositas jika metode tersebut terbukti konsisten, stabil dan monoton. Pada bagian ini akan ditunjukkan bahwa skema diskretisasi metode beda hingga upwind yang digunakan memenuhi syarat konvergen tersebut. Untuk 1 i M 1 dan 0 n N 1 didefinisikan suatu fungsi Z i di mana Z i (U j+1 i, U j+1 i+1, U j+1 i 1, U j i ) = ( rs i ) U h i+1 + ( 1 U i n τ n + rs i h + r) U i 1 τ n h 2 σ2 ((Γ )(i))(γ )(i). Kemonotonan Skema diskretisasi (33) akan ditunjukkan monoton melalui Lemma 4.1. Lemma 4.1 Skema diskretisasi pada persamaan (33) monoton yaitu untuk sembarang ε > 0 (42) dan i = 1, 2,, M 1, Z j+1 i (U j+1 i, U j+1 i+1 + ε, U j+1 i 1 + ε, U j i + ε) Z j+1 i (U j+1 i, U j+1 i+1, U j+1 i 1, U j i ) (43) dan Z j+1 i (U j+1 i, U j+1 i+1, U j+1 i 1, U j i ) Z j+1 i (U j+1 i, U j+1 i+1 + ε, U j+1 i 1 + ε, U j i + ε) (44) Bukti: Z j+1 i = rs i h U j+1 i+1 + (r rs i τ j h ) U j+1 i 1 j U τ i j 1 2 S i 2 σ 2 (Γ j+1 (i)) (Γ j+1 (i)). Karena rs i h 0, 1 τ j > 0 dan 1 τ j + rs i h (45) + r > 0, maka tiga bagian pertama pada ruas kanan dari persamaan (42) secara berturut-turut taknaik terhadap U j+1 i+1, naik terhadap U j+1 i dan turun terhadap U j i. Misalkan E k = (0, 0,, 1, 0,, 0) adalah suatu matriks berukuran (M 1) 1. Berdasarkan definisi δ SS, diperoleh k (δ SS (U j+1 + εe i 1 + εe i+1 )) (i) = 1 h 2 (U j+1 i 1 + ε) 2 h 2 (U j+1 i ) + 1 h 2 (U j+1 i+1 + ε) = 1 U j+1 h 2 i ε 2 U j+1 h 2 h 2 i + 1 U j+1 h 2 i ε h 2

25 13 = (δ SS U j+1 )(i) + 2 h 2 ε = (Γ j+1 )(i) + 2 h 2 ε (46) dan (δ SS (U j+1 + εe i )) (i) = 1 h 2 (U j+1 i 1 ) 2 h 2 (U j+1 i + ε) + 1 h 2 (U j+1 i+1 ) = 1 U j+1 h 2 i 1 2 U j+1 h 2 i 2 ε + 1 U +1 h 2 h 2 i+1 = (δ SS U j+1 )(i) 2 h 2 ε = (Γ j+1 )(i) 2 h 2 ε. (47) Lebih lanjut diperiksa tanda pada bagian taklinear 1 2 σ2 ((Γ )(i))(γ )(i), dimana σ 2 (Γ) didefinisikan sebagai model volatilitas Leland, yaitu σ 2 = σ 0 2 (1 + 2 π ( k σ 0 2 δt ) sign(w ss)). Misalkan C = 2 ( k ), dan 0 C <1. π σ 2 0 δt Untuk sembarang S, z 1 dan z 2, dengan z 1 dan z 2 0, 1 σ 2 (σ2 (S, z 1 )z 1 σ 2 (S, z 2 )z 2 ) = [(z 1 z 2 ) + C(sign(z 1 )z 1 sign(z 2 ))] 0 =[1 + Csign(z 1 )](z 1 z 2 ) + C(sign(z 1 ) sign(z 2 ))z 2 C 1 (z 1 z 2 ) ={ (1 + C)z 1 + (C 1)z 2 > 0 (1 C)(z 1 z 2 ) 2Cz 2 < 0 z 1 z 2 > 0 z 1 > 0 > z 2 z 2 > 0 > z 1 dimana C 1 = 1 + Csign(z 1 ) > 0, untuk 0 C <1. Sehingga σ 2 (S, z)z adalah fungsi naik pada z. Dengan demikian untuk sembarang ε > 0 dan i = 1, 2,, M 1 diperoleh gabungan bagian linear dan bagian taklinear dari persamaan (50) sebagai berikut: Z i (U i, U i+1 + ε, U i 1 + ε, U n i + ε) = ( rs i ) ( U h 2 i+1 + ε) + ( 1 τ n + rs i h 2 + r) U i 1 τ n (U i n + ε) 1 2 σ 0 2 S 2 i (1 + 2 π ( k σ 2 0 δt ) sign(w ss)) (u i + 2 h 2 ε) Z i (U i, U i+1, U i 1, U n i ). dengan cara yang sama diperoleh Z i (U i + ε, U i+1, U i 1, U n i ) = ( rs i h ) ( U i+1 ) + ( 1 τ n + rs i h + r) ( U i + ε) 1 τ n (U i n )

26 σ 0 2 S 2 i (1 + 2 π ( k σ 2 0 δt ) sign(w ss)) (u i 2 h 2 ε) Z i (U i, U i+1, U i 1, U n i ). Kestabilan Skema diskretisasi (33) akan ditunjukkan stabil melalui Lemma 4.2 Lemma 4.2 Untuk setiap j = 0, 1,, N 1, misalkan U j+1 = (U 0 j+1, (U j+1 ), U M j+1 ) T di mana U j+1 adalah solusi dari (38), maka U j+1 memenuhi U j+1 max{ u 0, g 1, g 2 } dengan g 1, g 2 dan g 3 adalah syarat awal dan syarat batas (27 29) dan. adalah norma l. Bukti: Untuk sembarang 0 n N 1, persamaan (33) dapat dituliskan sebagai berikut: β i U i = α i U i 1 γ i U i n U τ i n untuk tiap 1 i M 1. Perlu diingat kembali bahwa α i < 0, γ i < 0 dan β i > 0. Dari bentuk di atas diperoleh: β i U i α i U i 1 γ i U i U n τ i n α i U γ U + 1 U n τ n untuk 1 i M 1. Jika U = U k untuk k {1,2,, M 1}, maka persamaan berikut: β i U i α i U γ i U + 1 U n τ n dengan i = k menjadi: (α i + β i + γ i ) U 1 U n τ n dengan demikian, karena α i < 0 dan γ i < 0 maka diperoleh bentuk pertidaksamaan berikut ini: U 1/ τ n (α i + β i + γ i ) Un U n (48) U n 1 U 0 g 1. Selanjutnya jika U = U 0 atau U = U M maka berdasarkan persamaan (28), (29) dan (37) dapat dilihat bahwa: U max{ U 0, U M } max{ g 2, g 3 } (49) Dengan menggabungkan (36) dan (37), diperoleh: U max{ U n, U 0, U M } max{ g 1, g 2, g 3 }. Diskretisasi (33) terbukti stabil.

27 15 Kekonsistenan Skema diskretisasi (33) akan ditunjukkan konsisten melalui Lemma 4.3. Lemma 4.3 Skema diskretisasi (33) konsisten. Bukti: Teorema ekuivalensi Lax menyatakan bahwa metode beda hingga konsisten untuk masalah nilai awal yang diberikan (Strikwerda 1989). Teorema 4.2 Kekonvergenan Skema diskretisasi (33) konvergen ke solusi (19) dengan syarat batas (27) - (29) ketika (h, τ) 0. Bukti: Barles (1997) membuktikan bahwa jika suatu diksretisasi dari PDP taklinear orde- 2 konsisten, stabil dan monoton, maka konvergen ke solusi viskositas. Karena diksretisasi (33) terbukti konsisten, stabil dan monoton, maka diskretisasi (33) konvergen. Teorema 4.5 merupakan akibat dari Teorema 4.2, 4.3 dan 4.4. Solusi Sistem Taklinear Skema Diskretisasi Untuk menyelesaikan sistem taklinear skema diskretisasi (38) disusun sebuah metode iterasi pada setiap langkah waktu. Diketahui diskretisasi (38) berbentuk A (U ) U 1 = U n + B, τ n Z (U ) = A (U ) U ku n B = 0, dengan k = 1 τ n Misalkan Z (U ) = (z 1 (U ), z 2 (U ),, z M 1 (U )) T komponen ke-i dari Z (U ) z i (U ) = α i (U )U i 1 + β i (U )U i + γ i (U ) U i+1 1 n U τ i n dengan U 0 dan U M didefinisikan pada (37). Matriks Jacobi dari Z (U ) dinotasikan sebagai J (U ), dengan J (U ) = J 11 J 12 0 J 21 J 22 J 23 0 J 32 J 33 [ J (M 3)(M 3) J (M 2)(M 3) J (M 3)(M 2) J (M 2)(M 2) 0 J (M 1)(M 2) 0 J (M 2)(M 1) J (M 1)(M 1) ]

28 16 di mana J ij = z i U untuk semua i dan j. Dengan menggunakan persamaan j (21) - (23), dan (20), serta menggunakan notasi Lemma 4.1, diperoleh persamaan untuk turunan berikut J i,i 1 = α i + U i 1 J i,i 1 = α i S i 2 σ2 0 α i + U i β i + U i+1 U i 1 U i 1 γ i U i 1 ( 1 (U 2 h 2 i 1 ) 2 (U h 2 i ) + 1 (U h 2 i+1 )) σ2 ( U ss ) J i,i 1 = α i Dengan cara yang serupa, diperoleh J i,i = β i J i,i+1 = γ i U i 1 Menggunakan matriks Jacobi J, diberikan algoritma metode Newton sebagai berikut Algoritma 1 1. Pilih ε > 0. Untuk n = 0, evaluasi syarat awal U 0 = (U 0 0 1,, U M 1 ) T, menggunakan (37). 2. Ambil l = 0 dan W l = U 0 3. Selesaikan J (W l )δw = Z (W l ) untuk δw. Hitung W l+1 = W l + δw 4. Jika δw ε, set l: = l + 1 dan kembali ke langkah 3. Jika sebaliknya, lanjutkan ke langkah berikutnya. 5. Tentukan U = W l+1. Jika n < N 1. Set n: = n + 1 dan kembali ke langkah 2. Jika sebaliknya berhenti. Dengan menggunakan matriks Jacobi J, diperoleh Teorema 3 berikut. Teorema 4.3 Untuk sembarang U dengan n = 1, 2,., M 1, J adalah matriks M. Bukti: Untuk membuktikan Teorema 3, harus ditunjukkan bahwa n J i,i 1 Untuk matriks J, diperoleh n J i,i 1 = α i = σ 0 2 S i 2 Hal yang sama untuk < 0, J n n i,i > 0, J i,i+1 < 0, (50) J n n n i,i J i,i 1 + J i,i+1. (51) 2h 2 (1 + 2 π ( k σ 0 2 δt ) Sign(W ss)) < 0.

29 17 J n i,i n J i,i+1 = β i = 1 + rs 2 i τ n h + r + σ 0 h 2 (1 + 2 π ( k σ 2 0 δt ) Sign(W ss)) > 0. = γ i = rs i 2 σ S i h 2 S i 2 (1 + 2h 2 2 ( k ) Sign(W π σ 2 0 δt ss)) < 0. Selanjutnya karena r > 0 dan 1 τ n > 0 maka J i,i = J i,i 1 + J i,i+1 + r + 1 J i,i 1 + J i,i+1. τ n, untuk sembarang i = 0, 1,, M 1 dengan ketentuan bahwa J 1,0 = 0 =. Oleh karena itu, matriks J adalah matriks M. J M 1, M Sistem linear pada langkah 3 dari Algoritma 1 biasanya berskala besar dan teorema di atas menjamin bahwa sistem linear tersebut memiliki solusi khusus. Solusi untuk sistem linear dengan dekomposisi LU atau metode iteratif akan stabil secara numerik. Simulasi Numerik Pada bagian ini akan disajikan hasil pekatan numerik dari empat jenis harga opsi tipe Eropa untuk melihat perilaku dan kekonvergenan dari metode beda hingga upwind baik dengan skema eksplisit maupun implisit. Pada simulasi numerik ini akan ditentukan derajat kekonvergenan dari metode iteratif untuk penyelesaian persamaan taklinear dengan memilih serangkaian mesh yang dibangkitkan dengan membagi-dua parameter mesh pada iterasi sebelumnya. a) Opsi call 1. Perhitungan harga opsi call menggunakan parameter r = 0,1, σ 0 = 0,2, T = 1, K = 40, S max = 80, k = 0,01, δt = 0,02, M = 20 dan N = 40. Perbandingan skema eksplisit dan implisit bisa dilihat pada Gambar 1.

30 18 (a) Skema eksplisit (b) Skema implisit Gambar 1 Harga dari opsi call Eropa dengan M = 20 dan N = Perhitungan harga opsi call menggunakan parameter r = 0,1, σ 0 = 0,2, T = 1, K = 40, S max = 80, k = 0,01, δt = 0,02, M = 80 dan N = 160. Perbandingan skema eksplisit dan implisit bisa dilihat pada Gambar 2. (a) Skema eksplisit (b) Skema implisit Gambar 2 Harga dari opsi call Eropa dengan M = 80 dan N = 160. Dengan memasukkan nilai parameter, dapat dilihat hubungan antara harga opsi call, harga saham dan waktu. Pada Gambar 1 terlihat hasil dari skema implisit dan eksplisit tidak jauh berbeda. Pada Gambar 2, setelah jumlah partisinya diperbesar maka hasil yang ditampilkan jauh berbeda antara skema ekplisit dan implisit, yaitu skema eksplisit menjadi tidak stabil. b) Opsi put 1. Perhitungan harga opsi put menggunakan parameter r = 0,1, σ 0 = 0,2, T = 1, K = 40, S max = 80, k = 0,01, δt = 0,02, M = 20 dan N = 40. Perbandingan skema eksplisit dan implisit bisa dilihat pada Gambar 3. (a) Skema eksplisit (b) Skema implisit Gambar 3 Harga dari opsi put Eropa dengan M = 20 dan N = 40.

31 19 2. Perhitungan harga opsi put menggunakan parameter r = 0,1, σ 0 = 0,2, T = 1, K = 40, S max = 80, k = 0,01, δt = 0,02, M = 20 dan N = 40. Perbandingan skema eksplisit dan implisit bisa dilihat pada Gambar 4. (a) Skema eksplisit (b) Skema implisit Gambar 4 Harga dari opsi put Eropa dengan M = 80 dan N = 160. Gambar 3 dan 4 memperlihatkan hubungan antara harga opsi put, harga saham dan waktu dengan menggunakan parameter yang sama pada perhitungn opsi call. Seperti yang terjadi pada opsi call dari Gambar 3 dapat dilihat untuk opsi put perbedaan yang terjadi pada kedua skema yang digunakan tidak signifikan. Pada Gambar 4, karena metode eksplisit tidak stabil maka hasilnya memiliki pola yang tidak beraturan. c) Opsi cash or nothing 1. Perhitungan harga opsi cash or nothing menggunakan parameter r = 0,1, σ 0 = 0,2, T = 1, K = 40, S max = 80, k = 0,01, δt = 0,02, M = 20 dan N = 40. Perbandingan skema eksplisit dan implisit bisa dilihat pada Gambar 5. (a) Skema eksplisit (b) Skema implisit Gambar 5 Harga dari opsi cash or nothing Eropa dengan M = 20 dan N = 40.

32 20 2. Perhitungan harga opsi cash or nothing menggunakan parameter r = 0,1, σ 0 = 0,2, T = 1, K = 40, S max = 80, k = 0,01, δt = 0,02, M = 20 dan N = 40. Perbandingan skema eksplisit dan implisit bisa dilihat pada Gambar 6. (a) Skema eksplisit (b) Skema implisit Gambar 6 Harga dari opsi cash or nothing Eropa dengan M = 80 dan N = 160. d) Opsi butterfly 1. Perhitungan harga opsi butterfly menggunakan parameter r = 0,1, σ 0 = 0,2, T = 1, K = 40, S max = 80, k = 0,01, δt = 0,02, M = 20 dan N = 40. Perbandingan skema eksplisit dan implisit bisa dilihat pada Gambar 7. (a) Skema eksplisit (b) Skema implisit Gambar 7 Harga dari opsi butterfly Eropa dengan M = 20 dan N = Perhitungan harga opsi butterfly menggunakan parameter r = 0,1, σ 0 = 0,2, T = 1, K = 40, S max = 80, k = 0.01, δt = 0,02, M = 20 dan N = 40. Perbandingan skema eksplisit dan implisit bisa dilihat pada Gambar 8.

33 21 (a) Skema eksplisit (b) Skema implisit Gambar 8 Harga dari opsi butterfly dengan M = 80 dan N = 160. Dari Gambar 1-8 dapat dilihat untuk semua jenis opsi call. put, cash or nothing dan butterfly pada saat M = 20 dan N = 20 hasil yang diperlihatkan metode eksplisit dan implisit tidak jauh berbeda. Namun ketika jumlah partisinya diperbesar menjadi M = 80 dan N = 160 perbedaan yang terjadi antara kedua metode tersebut sangat signifikan, hal ini di sebabkan karena metode ekplisit tidak stabil sehingga polanya tidak beraturan untuk partisi yang lebih besar. Selanjutnya akan dihitung orde kekonvergenan metode tersebut dengan membandingkan solusi eksaknya. Dalam menghitung orde kekonverenan metode tersebut, dipilih serangkaian mesh yang dibangkitkan secara berurutan dengan membagi dua ukuran mesh sebelumnya. Karena solusi eksak tidak diketahui, maka digunakan solusi numerik dari mesh seragam dengan h = 0,03125, M = 2560 dan τ = 0, , N = 1280 sebagai solusi eksak, dilambangkan dengan U eksak. Selanjutnya dengan menggunakan solusi eksak tersebut, dihitung rasio dari solusi numerik dari mesh yang berurutan dengan Rasio = U h τ U eksak τ U 2 h 2 U eksak di mana U τ h adalah solusi pada mesh dengan h ukuran mesh saham dan τ ukuran mesh waktu, serta U τ h U eksak max U i n U eksak (S i, τ n ). 1 i M;1 n N Untuk orde kekonvergenan metode numeriknya dihitung dengan Orde kekonvergenan = rata-rata rasio Tabel 1 Hasil perhitungan norma dan rasio untuk opsi call M N Skema Implisit. Rasio , ,3821 1, ,2121 1, ,1219 1, ,073 1, ,0442 1, ,0253 1,75

34 ,0114 2,22 Hasil perhitungan rasio di Tabel 1 menunjukkan orde kekonvergenan metode upwind pada opsi call adalah sekitar 1,80. Tabel 2 Hasil perhitungan norma dan rasio opsi put M N Skema Implisit. Rasio , ,3808 1, ,2118 1, ,1218 1, ,0729 1, ,0442 1, ,0253 1, ,0114 2,23 Hasil perhitungan rasio di Tabel 2 menunjukkan orde kekonvergenan metode upwind pada opsi put adalah sekitar 1,80. Tabel 3 Hasil perhitungan norma dan rasio opsi cash or nothing M N Skema Implisit. Rasio , ,3326 1, ,2594 1, ,1922 1, ,1438 1, ,1155 1, ,0852 1, ,0512 1,66 Hasil perhitungan rasio di Tabel 3 menunjukkan orde kekonvergenan metode upwind pada opsi cash or nothing adalah sekitar 1,35. Tabel 4 Hasil perhitungan norma dan rasio opsi butterfly M N Skema Implisit. Rasio , ,7017 1, ,3866 1, ,2142 1, ,1223 1, ,0712 1, ,0398 1, ,0176 2,26 Hasil perhitungan rasio di Tabel 4 menunjukkan orde kekonvergenan metode upwind pada opsi butterfly adalah sekitar 1,84.

35 23 5. SIMPULAN Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa penggunaan metode beda hingga upwind akan konvergen ketika menggunakan skema diskretisasi implisit terhadap waktu. Skema diskretisasi ini terbukti monoton, konsisten dan stabil. Berdasarkan hasil dari simulasi numerik, dapat ditunjukkan bahwa orde kekonvergenan untuk metode beda hingga upwind dengan model volatilitas Leland adalah sekitar 1,80 untuk opsi call dan opsi put, 1,35 opsi cash or nothing, serta 1,84 untuk opsi butterfly. DAFTAR PUSTAKA Bermon A, Robert J & Plemmons Nonnegative Matrices in the Mathematical Sciences, Philadelphia: Society for Industrial and Applied Mathematics. Barles G Convergence of Numerical Schemes for Degenerate Parabolic Equations Arising in Finance, in: L.C.G. Rogers, D. Talay (Eds.), Numerical Methods in Finance. Cambridge: Cambridge University Press. Black F, Scholes M The Pricing of Option and Corporate Liabilities. J. Political Economy. 81: Bodie Z, Kane A, Marcus AJ Invesment. United State of America: The McGraw-Hill. Company R, Navarro E, Pintos JR Numerical solution of linear and nonlinear Black Scholes option pricing equations. J. Computers and Mathematics with Applications. 56 : Dragoni F Introduction to Viscosity Solutions for Nonlinear PDEs. London: Notes Imperial College London. Fujimoto T, Ranade R Two characterizations of inverse-positive matrices: the Hawkins-Simon condition and the Le Chatelier-Braun principle. Electronic Journal of Linear Algebra 11: Hull J, White A Option. Future. and Other Derivatives. 6th edition. New Jersey: Prentice Hall. Hull J, White A The pricing of option on asset with stochastic volatilities. J. Finance. 42: Leland HE Option pricing and replication with transaction costs. J. Finance. 40: Lesmana DC, Wang S An upwind finite difference for a taklinear Black- Scholes equation governing European option valuation under transaction costs. J. Applied Mathematics and Computation. 219: Niwiga DB Numerical method for valuation of financial derivatives. [Thesis]. South Africa : University of Werstern Cape. Morgenson G, Harvey CR The New York Times Dictionary of Money and Investing: The Essential A-to-Z Guide to The Language of The New Market. New York: Times Book. Ross SM, Sthochastic Process. New York : John Wiley & Son Inc.

36 24 Strikwerda JC Finite Difference Schemes and Partial Differential Equations. 1st Ed. Madison: Wadsworth & Brooks. Zhang K, Wang S A Computational scheme for options under jump diffusion processes. J. Numerical Analysis and Modeling 6 : Zhao Jichao Compact finite difference method for American option pricing. J. Computational and Applied Mathematics 206 : LAMPIRAN 1. Sintaks program untuk diskretisasi eksplisit function D=ExplisitAr(u0,g1,g2,S_,T,nS,nt) format long ns1 = ns + 1; %% jumlah titik S nt1 = nt + 1; %% jumlah titik t hs = S_/nS; %% panjang sub-interval S hs2 = hs*hs; ht = T/nt; %% panjang sub-interval t sigma0 = 0.2; r = 0.08; %% tingkat suku bunga bebas risiko %k = 0.01; %% biaya transaksi %dt = 0.02; %% periode transaksi %%%% Grid untuk variabel S dan t

37 25 Svec = hs*(0:ns); tvec = ht*(0:nt); %% size = 1x(nS+1) %% size = 1x(nt+1) %%%% Batas U= zeros(nt1, ns1); %% size = (nt+1)x(ns+1) for p = 1:nS1 U(1,p) = feval(u0,svec(p)); %%Syarat awal for k = 1:nt1 U(k,1) = feval(g1,tvec(k)); %% Syarat batas 1 U(k,nS1) = feval(g2,tvec(k)); %% syarat batas 2 for m = 2:nt1 %% iterasi waktu Vtemp = U(m-1,:); U_SS = zeros (1, ns1-2); for j = 2:nS1-1 U_SS(j-1) = (Vtemp(j-1)-2*Vtemp(j)+ Vtemp(j+1))/hS2; %%%% Volatilitas Leland sigma2 = zeros(ns1-2, 1); for i = 1:nS1-2 if U_SS(i)>0 sigma2(i) = sigma0^2*(1+((2/3.14)^0.5)*0.01/(sigma0*(0.02)^0.5)); elseif U_SS(i)<0 sigma2(i) = sigma0^2*(1- ((2/3.14)^0.5)*0.01/(sigma0*(0.02)^0.5)); else sigma2(i) = sigma0^2; %%%% for j = 1:nt1-1 for i = 2:nS1-1 U(j+1,i) = ht*0.5*sigma2(i- 1)*(Svec(i)^2)*((U(j,i-1)-2*U(j,i)+ U(j,i+1))/hS2)+ ht*r*svec(i)*((u(j,i+1)-u(j,i))/hs) + ht*(1/ht - r)*u(j,i); D = zeros(nt1,ns1);

38 26 for j = 1:nt1 D(j,:) = U((nt1+1)-j,:); %%%%% Plot Solusi Numerik surf(svec,tvec,d) ylabel('waktu'); xlabel('harga Saham'); zlabel('harga Opsi'); s1=sprintf('h_t=%6.4f h_s=%6.4f', ht, hs); title(s1); 2. Sintaks program untuk diskretisasi implisit function V=BedaHinggaUP(u0,g1,g2,S_,T,nS,nt) ns1 = ns+1; %% jumlah ruang saham(s) hs = S_/nS; %% panjang sub-interval S hs2 = hs*hs; nt1 = nt+1; %% jumlah ruang waktu(t) ht = T/nt; %% panjang sub-interval t sigma0 = 0.2; %k = 0.01; %% Biaya Transaksi %dt = 0.02; %% periode transaksi r = 0.08; %% tingkat suku bunga bebas risiko rasio = 1/ht; %% rasio dari panjang ruang dan panjang waktu %%%% Grid untuk variabel S dan t Svec = hs*(0:ns); %% size = 1x(nS+1) tvec = ht*(0:nt); %% size = 1x(nt+1) %%%% Mefenisiakan Nilai Opsi U = zeros(nt1, ns1); %% size = (nt+1)x(ns+1) for k = 1:nS1 U(1,k) = feval(u0,svec(k)); for k = 1:nt1 U(k,1) = feval(g1,tvec(k)); U(k,nS1) = feval(g2,tvec(k)); for m = 2:nt1 %% iterasi waktu Vtemp = U(m-1,:); Vtemphit = U(m-1,2:nS1-1)'; Un = U(m-1,2:nS1-1); tol = 1; iter = 1; while tol > 1.0e-5 && iter <= 1000

SOLUSI NUMERIK HARGA OPSI DENGAN MODEL VOLATILITAS STOKASTIK ANDI MARIANI

SOLUSI NUMERIK HARGA OPSI DENGAN MODEL VOLATILITAS STOKASTIK ANDI MARIANI SOLUSI NUMERIK HARGA OPSI DENGAN MODEL VOLATILITAS STOKASTIK ANDI MARIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Lebih terperinci

PENYELESAIAN NUMERIK MODEL BLACK-SCHOLES MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA UPWIND IRFAN NUR AFFANDI

PENYELESAIAN NUMERIK MODEL BLACK-SCHOLES MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA UPWIND IRFAN NUR AFFANDI PENYELESAIAN NUMERIK MODEL BLACK-SCHOLES MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA UPWIND IRFAN NUR AFFANDI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 214 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Salah satu instrumen derivatif yang mempunyai potensi untuk dikembangkan adalah opsi. Opsi adalah suatu kontrak antara dua pihak, salah satu pihak (sebagai pembeli) mempunyai hak

Lebih terperinci

METODE NUMERIK UNTUK MENENTUKAN NILAI OPSI DENGAN MODEL VOLATILITAS RISK ADJUSTED PRICING METHODOLOGY (RAPM) ILHAM SYATA

METODE NUMERIK UNTUK MENENTUKAN NILAI OPSI DENGAN MODEL VOLATILITAS RISK ADJUSTED PRICING METHODOLOGY (RAPM) ILHAM SYATA METODE NUMERIK UNTUK MENENTUKAN NILAI OPSI DENGAN MODEL VOLATILITAS RISK ADJUSTED PRICING METHODOLOGY (RAPM) ILHAM SYATA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

METODE BEDA HINGGA UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI SAHAM TIPE EROPA DENGAN PEMBAGIAN DIVIDEN. Lidya Krisna Andani ABSTRACT

METODE BEDA HINGGA UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI SAHAM TIPE EROPA DENGAN PEMBAGIAN DIVIDEN. Lidya Krisna Andani ABSTRACT METODE BEDA HINGGA UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI SAHAM TIPE EROPA DENGAN PEMBAGIAN DIVIDEN Lidya Krisna Andani Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL BLACK SCHOLES UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI JUAL TIPE EROPA

PENGGUNAAN MODEL BLACK SCHOLES UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI JUAL TIPE EROPA Buletin Ilmiah Math. Stat. Dan Terapannya (Bimaster) Volume 02 no. 1 (2013), hal 13 20 PENGGUNAAN MODEL BLACK SCHOLES UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI JUAL TIPE EROPA Widyawati, Neva Satyahadewi, Evy Sulistianingsih

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA OPSI CALL WINDOW RESET MENGGUNAKAN METODE BINOMIAL TREE DAN TRINOMIAL TREE

PENENTUAN HARGA OPSI CALL WINDOW RESET MENGGUNAKAN METODE BINOMIAL TREE DAN TRINOMIAL TREE PENENTUAN HARGA OPSI CALL WINDOW RESET MENGGUNAKAN METODE BINOMIAL TREE DAN TRINOMIAL TREE R. MELIYANI 1, E. H. NUGRAHANI 2, D. C. LESMANA 3 Abstrak Opsi window reset merupakan salah satu jenis opsi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Opsi adalah suatu hak (bukan kewajiban) untuk pembeli opsi untuk membeli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Opsi adalah suatu hak (bukan kewajiban) untuk pembeli opsi untuk membeli BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Opsi Opsi adalah suatu hak (bukan kewajiban) untuk pembeli opsi untuk membeli atau menjual aset kepada penjual opsi pada harga tertentu dan dalam jangka waktu yang telah ditentukan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

Perbandingan Model Black Scholes dan Brennan Schwartz untuk Menentukan Harga American Option

Perbandingan Model Black Scholes dan Brennan Schwartz untuk Menentukan Harga American Option J. Math. and Its Appl. ISSN: 829-605X Vol. 4, No., May 2007, 47 58 Perbandingan Model Black Scholes dan Brennan Schwartz untuk Menentukan Harga American Option Endah Rokhmati MP, Lukman Hanafi, Supriati

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan diuraikan beberapa definisi dan teori penunjang yang akan digunakan di dalam pembahasan.

II. LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan diuraikan beberapa definisi dan teori penunjang yang akan digunakan di dalam pembahasan. II. LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan diuraikan beberapa definisi dan teori penunjang yang akan digunakan di dalam pembahasan. 2.1 Istilah Ekonomi dan Keuangan Definisi 1 (Investasi) Dalam keuangan,

Lebih terperinci

MODEL BLACK-SCHOLES HARGA OPSI BELI TIPE EROPA DENGAN PEMBAGIAN DIVIDEN

MODEL BLACK-SCHOLES HARGA OPSI BELI TIPE EROPA DENGAN PEMBAGIAN DIVIDEN MODEL BLACK-SCHOLES HARGA OPSI BELI TIPE EROPA DENGAN PEMBAGIAN DIVIDEN oleh RETNO TRI VULANDARI M0106062 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

ABSTRAK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA DENGAN MODEL BINOMIAL

ABSTRAK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA DENGAN MODEL BINOMIAL ABSTRAK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA DENGAN MODEL BINOMIAL Djaffar Lessy, Dosen Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Ambon 081343357498, E-mail: Djefles79@yahoo.om Banyak model telah

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PERSAMAAN BLACK-SCHOLES DENGAN KONSEP MODEL PENENTUAN HARGA ASET MODAL ABSTRACT

KONSTRUKSI PERSAMAAN BLACK-SCHOLES DENGAN KONSEP MODEL PENENTUAN HARGA ASET MODAL ABSTRACT KONSTRUKSI PERSAMAAN BLACK-SCHOLES DENGAN KONSEP MODEL PENENTUAN HARGA ASET MODAL Jayanti Primades 1, Johannes Kho, M. D. H. Gamal 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Dosen Jurusan Matematika Fakultas

Lebih terperinci

METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN

METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA OPSI SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA CRANK-NICHOLSON (C-N)

PENENTUAN HARGA OPSI SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA CRANK-NICHOLSON (C-N) PENENTUAN HARGA OPSI SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA CRANK-NICHOLSON (C-N) OKI TJANDRA SURYA KURNIAWAN 1 1 Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, email: tjandra07.hartoyo@gmail.com

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA OPSI DENGAN MODEL BLACK-SCHOLES MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA CENTER TIME CENTER SPACE (CTCS)

PENENTUAN HARGA OPSI DENGAN MODEL BLACK-SCHOLES MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA CENTER TIME CENTER SPACE (CTCS) Eksakta Vol. 18 No. 2, Oktober 2017 http://eksakta.ppj.unp.ac.id E-ISSN : 2549-7464 P-ISSN : 1411-3724 PENENTUAN HARGA OPSI DENGAN MODEL BLACK-SCHOLES MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA CENTER TIME CENTER

Lebih terperinci

METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN

METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam bidang keuangan, investasi merupakan suatu hal yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Banyak orang menghimpun dana yang mereka miliki untuk mendapatkan

Lebih terperinci

ABSTRAK SIMULASI MONTE CARLO DALAM PENENTUAN HARGA OPSI BARRIER

ABSTRAK SIMULASI MONTE CARLO DALAM PENENTUAN HARGA OPSI BARRIER ABSTRAK SIMULASI MONTE CARLO DALAM PENENTUAN HARGA OPSI BARRIER Djaffar Lessy, Dosen Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Ambon 081343357498, E-mail: Djefles79@yahoo.com Opsi yang

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Universitas Jember, 19 November

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Universitas Jember, 19 November Prosiding Seminar Nasional Matematika, Universitas Jember, 19 November 2014 329 PENENTUAN HARGA OPSI PADA MODEL BLACK-SCHOLES MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA DUFORT-FRANKEL (Determining Option Value of

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA OPSI BELI EROPA DENGAN DUA PROSES VOLATILITAS STOKASTIK

PENENTUAN HARGA OPSI BELI EROPA DENGAN DUA PROSES VOLATILITAS STOKASTIK PENENTUAN HARGA OPSI BELI EROPA DENGAN DUA PROSES VOLATILITAS STOKASTIK Muhammad Faizal 1, Irma Palupi 2, Rian Febrian Umbara 3 1,2,3 Fakultas Informatika Prodi Ilmu Komputasi Telkom University, Bandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembeli opsi untuk menjual atau membeli suatu sekuritas tertentu pada waktu dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembeli opsi untuk menjual atau membeli suatu sekuritas tertentu pada waktu dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrak Opsi Kontrak opsi merupakan suatu perjanjian atau kontrak antara penjual opsi dengan pembeli opsi, penjual opsi memberikan hak dan bukan kewajiban kepada pembeli opsi

Lebih terperinci

PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA

PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA OPSI AMERIKA MELALUI MODIFIKASI MODEL BLACK- SCHOLES PRICING AMERICAN OPTION USING BLACK-SCHOLES MODIFICATION MODEL

PENENTUAN HARGA OPSI AMERIKA MELALUI MODIFIKASI MODEL BLACK- SCHOLES PRICING AMERICAN OPTION USING BLACK-SCHOLES MODIFICATION MODEL PENENTUAN HARGA OPSI AMERIKA MELALUI MODIFIKASI MODEL BLACK- SCHOLES PRICING AMERICAN OPTION USING BLACK-SCHOLES MODIFICATION MODEL Hesekiel Maranatha Gultom 1 Irma Palupi 2 Rian Febrian Umbara 3 1,2,3

Lebih terperinci

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI OPSI TIPE EROPA EDY SUYONO

PEMODELAN NILAI OPSI TIPE EROPA EDY SUYONO PEMODELAN NILAI OPSI TIPE EROPA EDY SUYONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pemodelan Nilai

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA OPSI BELI EROPA DENGAN DUA PROSES VOLATILITAS STOKASTIK

PENENTUAN HARGA OPSI BELI EROPA DENGAN DUA PROSES VOLATILITAS STOKASTIK e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 6751 PENENTUAN HARGA OPSI BELI EROPA DENGAN DUA PROSES VOLATILITAS STOKASTIK Muhammad Faizal1, Irma Palupi2, Rian Febrian Umbara3 1,2,3 Fakultas

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA OPSI TIPE EROPA DENGAN METODE BINOMIAL

PENENTUAN HARGA OPSI TIPE EROPA DENGAN METODE BINOMIAL Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 07, No. 2 (2018), hal 127 134. PENENTUAN HARGA OPSI TIPE EROPA DENGAN METODE BINOMIAL Syarifah Nadia, Evy Sulistianingsih, Nurfitri Imro ah INTISARI

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA OPSI PUT AMERIKA MENGGUNAKAN ALGORITMA MONTE CARLO. Rina Ayuhana

PENENTUAN HARGA OPSI PUT AMERIKA MENGGUNAKAN ALGORITMA MONTE CARLO. Rina Ayuhana PENENTUAN HARGA OPSI PUT AMERIKA MENGGUNAKAN ALGORITMA MONTE CARLO Rina Ayuhana Program Studi Ilmu Komputasi Universitas Telkom, Bandung rina.21.kids@gmail.com Abstrak Opsi adalah suatu kontrak yang memberikan

Lebih terperinci

NILAI WAJAR ASURANSI ENDOWMEN MURNI DENGAN PARTISIPASI UNTUK TIGA SKEMA PEMBERIAN BONUS YUSUF

NILAI WAJAR ASURANSI ENDOWMEN MURNI DENGAN PARTISIPASI UNTUK TIGA SKEMA PEMBERIAN BONUS YUSUF NILAI WAJAR ASURANSI ENDOWMEN MURNI DENGAN PARTISIPASI UNTUK TIGA SKEMA PEMBERIAN BONUS YUSUF SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

SIMULASI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE MONTE CARLO

SIMULASI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE MONTE CARLO Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 07, No. (018), hal 119 16. SIMULASI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE MONTE CARLO Lusiana, Shantika Martha, Setyo Wira Rizki

Lebih terperinci

SUATU MODEL HARGA OBLIGASI. Lienda Noviyanti* *Staf pengajar jurusan Statistika FMIPA - Universitas Padjadjaran, Bandung.

SUATU MODEL HARGA OBLIGASI. Lienda Noviyanti* *Staf pengajar jurusan Statistika FMIPA - Universitas Padjadjaran, Bandung. SUATU MODEL HARGA OBLIGASI S-31 Lienda Noviyanti* *Staf pengajar jurusan Statistika FMIPA - Universitas Padjadjaran, Bandung. Uang merupakan sebuah komoditas, sedangkan tingkat bunga adalah biaya dari

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Opsi Call Eropa Dengan Pembayaran Dividen

Penentuan Nilai Opsi Call Eropa Dengan Pembayaran Dividen Jurnal ainsmat, eptember 16, Halaman 143-1 ol., No. IN 79-686 (Online) IN 86-67 (Cetak) http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat Penentuan Nilai Opsi Call Eropa Dengan Pembayaran Dividen Determine the value

Lebih terperinci

Bab 6 Minggu ke 10 Lemma Ito & Simulasi Monte Carlo

Bab 6 Minggu ke 10 Lemma Ito & Simulasi Monte Carlo Bab 6 Minggu ke 10 Lemma Ito & Simulasi Monte Carlo Tujuan Pembelajaran Setelah menyelesaikan perkuliahan minggu ini, mahasiswa bisa : Menjelaskan tentang Model matematis harga Saham Membuat simulasi harga

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI OPSI LOOKBACK DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRINOMIAL Intan Pelangi Astridnindya 1 dan J. Dharma Lesmono 2 1 Mahasiswa Jurusan Matematika Universitas Katolik Parahyangan Bandung e-mail: intan_pelangi4@yahoo.com

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEEFISIENAN METODE NEWTON-RAPHSON, METODE SECANT, DAN METODE BISECTION DALAM MENGESTIMASI IMPLIED VOLATILITIES SAHAM

PERBANDINGAN KEEFISIENAN METODE NEWTON-RAPHSON, METODE SECANT, DAN METODE BISECTION DALAM MENGESTIMASI IMPLIED VOLATILITIES SAHAM E-Jurnal Matematika Vol. 5 (1), Januari 2016, pp. 1-6 ISSN: 2303-1751 PERBANDINGAN KEEFISIENAN METODE NEWTON-RAPHSON, METODE SECANT, DAN METODE BISECTION DALAM MENGESTIMASI IMPLIED VOLATILITIES SAHAM Ida

Lebih terperinci

METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR. Rino Martino 1 ABSTRACT

METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR. Rino Martino 1 ABSTRACT METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR Rino Martino 1 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan investasi ditunjukkan dengan munculnya berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan investasi ditunjukkan dengan munculnya berbagai macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada bidang keuangan, investasi sudah berkembang sangat pesat. Perkembangan investasi ditunjukkan dengan munculnya berbagai macam alternatif instrumen investasi yang

Lebih terperinci

FIKA DARA NURINA FIRDAUS,

FIKA DARA NURINA FIRDAUS, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pasar modal, terdapat berbagai aset pokok yang dapat diperjualbelikan, diantaranya adalah mata uang, sepaket saham, dan komoditas. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah modal yang diinvestasikan ataupun

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah modal yang diinvestasikan ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia investasi tampaknya tengah mengalami perkembangan, hal ini tidak hanya ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah modal yang diinvestasikan ataupun semakin bertambahnya

Lebih terperinci

PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA

PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SIMULASI MONTE CARLO UNTUK PENILAIAN OPSI PUT AMERIKA

BAB V IMPLEMENTASI SIMULASI MONTE CARLO UNTUK PENILAIAN OPSI PUT AMERIKA BAB V IMPLEMENTASI SIMULASI MONTE CARLO UNTUK PENILAIAN OPSI PUT AMERIKA 5.1 Harga Saham ( ( )) Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa opsi Amerika dapat dieksekusi kapan saja saat dimulainya kontrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti; saham, obligasi, mata uang dan lain-lain. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. seperti; saham, obligasi, mata uang dan lain-lain. Seiring dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia pasar modal, terdapat berbagai macam aset yang diperjualbelikan seperti; saham, obligasi, mata uang dan lain-lain. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA OPSI CALL WINDOW RESET MENGGUNAKAN METODE BINOMIAL TREE DAN TRINOMIAL TREE REVI MELIYANI

PENENTUAN HARGA OPSI CALL WINDOW RESET MENGGUNAKAN METODE BINOMIAL TREE DAN TRINOMIAL TREE REVI MELIYANI PENENTUAN HARGA OPSI CALL WINDOW RESET MENGGUNAKAN METODE BINOMIAL TREE DAN TRINOMIAL TREE REVI MELIYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 216 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENERAPAN KALKULUS STOKASTIK PADA MODEL OPSI

PENERAPAN KALKULUS STOKASTIK PADA MODEL OPSI PENERAPAN KALKULUS STOKASTIK PADA MODEL OPSI Nizaruddin Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Semarang Jl. Sidodadi Timur 24 Semarang Abstrak Opsi merupakan salah satu pilihan investasi

Lebih terperinci

BAB 4 Metode Crank-Nicolson Untuk European Barrier Option

BAB 4 Metode Crank-Nicolson Untuk European Barrier Option BAB 4. METODE CRANK-NICOLSON UNTUK EUROPEAN BARRIER OPTION 5 BAB 4 Metode Crank-Nicolson Untuk European Barrier Option 4. Persamaan Diferensial Parsial European Barrier Option Seperti yang telah dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia keuangan, investasi bukanlah hal yang baru. Investasi merupakan suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan keuangan dan ekonomi. Istilah

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Binomial dan Metode Black-Scholes Dalam Penentuan Harga Opsi

Perbandingan Metode Binomial dan Metode Black-Scholes Dalam Penentuan Harga Opsi Jurnal Sainsmat, Maret 2016, Halaman 1-6 Vol. V, No. 1 ISSN 2086-6755 http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat Perbandingan Metode Binomial dan Metode Black-Scholes Dalam Penentuan Harga Opsi Comparison

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam pembahasan ini dikaji mengenai nilai ekspektasi saham pada jatuh tempo, persamaan nilai portofolio, penentuan model Black-Scholes harga opsi beli tipe Eropa,

Lebih terperinci

RISIKO GEMUK (FAT-TAILED ADRINA LONY SEKOLAH

RISIKO GEMUK (FAT-TAILED ADRINA LONY SEKOLAH PENENTUAN BESARNYA PREMI UNTUK SEBARAN RISIKO YANG BEREKOR GEMUK (FAT-TAILED RISK DISTRIBUTION) ADRINA LONY SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah go public. Perusahaan yang tergolong perusahan go public ialah

BAB I PENDAHULUAN. yang telah go public. Perusahaan yang tergolong perusahan go public ialah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saham merupakan surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun badan hukum dalam suatu perusahaan, khususnya perusahaan yang telah go public.

Lebih terperinci

MODIFIKASI METODE CAUCHY DENGAN ORDE KONVERGENSI EMPAT. Masnida Esra Elisabet ABSTRACT

MODIFIKASI METODE CAUCHY DENGAN ORDE KONVERGENSI EMPAT. Masnida Esra Elisabet ABSTRACT MODIFIKASI METODE CAUCHY DENGAN ORDE KONVERGENSI EMPAT Masnida Esra Elisabet Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Kampus

Lebih terperinci

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR ABSTRACT

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR ABSTRACT METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR Birmansyah 1, Khozin Mu tamar 2, M. Natsir 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika

Lebih terperinci

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Penentuan Harga Opsi Put Amerika dengan Simulasi Monte Carlo adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing

Lebih terperinci

APLIKASI SIMULASI MONTE CARLO UNTUK MENENTUKAN NILAI OPSI ASIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONTROL VARIATE PADA KOMODITAS PERTANIAN

APLIKASI SIMULASI MONTE CARLO UNTUK MENENTUKAN NILAI OPSI ASIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONTROL VARIATE PADA KOMODITAS PERTANIAN APLIKASI SIMULASI MONTE CARLO UNTUK MENENTUKAN NILAI OPSI ASIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONTROL VARIATE PADA KOMODITAS PERTANIAN D. P. ANGGRAINI 1, D. C. LESMANA 2, B. SETIAWATY 2 Abstrak Petani memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara, karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau

Lebih terperinci

PENURUNAN MODEL BLACK SCHOLES DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL STOKASTIK UNTUK OPSI TIPE EROPA

PENURUNAN MODEL BLACK SCHOLES DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL STOKASTIK UNTUK OPSI TIPE EROPA Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. Hal. 7 26 ISSN : 233 29 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENURUNAN MODEL BLACK SCHOLES DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL STOKASTIK UNTUK OPSI TIPE EROPA DESI SUSANTI, DODI

Lebih terperinci

Opsi (Option) Arum Handini Primandari

Opsi (Option) Arum Handini Primandari Opsi (Option) Arum Handini Primandari Definisi Opsi adalah sebuah kontrak (sekuritas) yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli atau menjual suatu aset (contohnya: saham) tertentu saat jatuh

Lebih terperinci

Metode Beda Hingga untuk Penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial

Metode Beda Hingga untuk Penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial Metode Beda Hingga untuk Penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial Ikhsan Maulidi Jurusan Matematika,Universitas Syiah Kuala, ikhsanmaulidi@rocketmail.com Abstract Artikel ini membahas tentang salah satu

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA OPSI BELI TIPE ASIA DENGAN METODE MONTE CARLO-CONTROL VARIATE

PENENTUAN HARGA OPSI BELI TIPE ASIA DENGAN METODE MONTE CARLO-CONTROL VARIATE E-Jurnal Matematika Vol. 6 (1), Januari 2017, pp. 29-36 ISSN: 2303-1751 PENENTUAN HARGA OPSI BELI TIPE ASIA DENGAN METODE MONTE CARLO-CONTROL VARIATE Ni Nyoman Ayu Artanadi 1, Komang Dharmawan 2, Ketut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum investasi adalah meliputi pertambahan barang-barang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum investasi adalah meliputi pertambahan barang-barang dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum investasi adalah meliputi pertambahan barang-barang dan jasa dalam masyarakat, seperti pertambahan mesin-mesin baru, pembuatan jalan baru,pembukaan

Lebih terperinci

Perhitungan Harga Opsi Eropa Menggunakan Metode Gerak Brown Geometri

Perhitungan Harga Opsi Eropa Menggunakan Metode Gerak Brown Geometri Perhitungan Harga Opsi Eropa Menggunakan Metode Gerak Brown Geometri Kristoforus Ardha Sandhy Pradhitya 1), Bambang Susanto 2), dan Hanna Arini Parhusip 3) 1) Mahasiswa Program Studi Matematika email:

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB III PENILAIAN OPSI PUT AMERIKA

BAB III PENILAIAN OPSI PUT AMERIKA BAB III PENILAIAN OPSI PUT AMERIKA Pada bab ini akan disajikan rumusan mengenai penilaian opsi put Amerika. Pada bagian pertama diberikan beberapa asumsi untuk penilaian opsi Amerika. Bentuk nilai intrinsik

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA KONTRAK OPSI KOMODITAS EMAS MENGGUNAKAN METODE POHON BINOMIAL

PENENTUAN HARGA KONTRAK OPSI KOMODITAS EMAS MENGGUNAKAN METODE POHON BINOMIAL E-Jurnal Matematika Vol 6 (2), Mei 2017, pp 99-105 ISSN: 2303-1751 PENENTUAN HARGA KONTRAK OPSI KOMODITAS EMAS MENGGUNAKAN METODE POHON BINOMIAL I Gede Rendiawan Adi Bratha 1, Komang Dharmawan 2, Ni Luh

Lebih terperinci

METODE ORDE-TINGGI UNTUK MENENTUKAN AKAR DARI PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

METODE ORDE-TINGGI UNTUK MENENTUKAN AKAR DARI PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT METODE ORDE-TINGGI UNTUK MENENTUKAN AKAR DARI PERSAMAAN NONLINEAR I. P. Edwar, M. Imran, L. Deswita Mahasiswa Program Studi S Matematika Laboratorium Matematika Terapan, Jurusan Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Black dan Scholes (1973) mempublikasikan jurnal yang berjudul Pricing of Option and Corporate Liabilities yang berisi tentang perhitungan rumus harga

Lebih terperinci

{ B t t 0, yang II LANDASAN TEORI = tn

{ B t t 0, yang II LANDASAN TEORI = tn II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan definisi-definisi yang akan digunakan di dalam pembahasan. 2.1 Ruang Contoh, Peubah Acak, dan Proses Stokastik Definisi 2.1 (Ruang Contoh) Ruang contoh adalah

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN POISSON 2D DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-SEIDEL DAN CONJUGATE GRADIENT

PENYELESAIAN PERSAMAAN POISSON 2D DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-SEIDEL DAN CONJUGATE GRADIENT Teknikom : Vol. No. (27) E-ISSN : 2598-2958 PENYELESAIAN PERSAMAAN POISSON 2D DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-SEIDEL DAN CONJUGATE GRADIENT Dewi Erla Mahmudah, Muhammad Zidny Naf an 2 STMIK Widya Utama,

Lebih terperinci

METODE ITERASI DUA LANGKAH BEBAS TURUNAN BERDASARKAN INTERPOLASI POLINOMIAL ABSTRACT

METODE ITERASI DUA LANGKAH BEBAS TURUNAN BERDASARKAN INTERPOLASI POLINOMIAL ABSTRACT METODE ITERASI DUA LANGKAH BEBAS TURUNAN BERDASARKAN INTERPOLASI POLINOMIAL N.D. Monti 1, M. Imran, A. Karma 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Laboratorium Matematika Terapan, Jurusan Matematika

Lebih terperinci

PENURUNAN MODEL BLACK-SCHOLES DENGAN METODE BINOMIAL UNTUK SAHAM TIPE EROPA

PENURUNAN MODEL BLACK-SCHOLES DENGAN METODE BINOMIAL UNTUK SAHAM TIPE EROPA Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 3 Hal. 49 57 ISSN : 2303 290 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENURUNAN MODEL BLAC-SCHOLES DENGAN MEODE BINOMIAL UNU SAHAM IPE EROPA LINA MUAWANAH NASIR Program Studi

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Poisson 2D dengan Menggunakan Metode Gauss-Seidel dan Conjugate Gradient

Penyelesaian Persamaan Poisson 2D dengan Menggunakan Metode Gauss-Seidel dan Conjugate Gradient Teknikom : Vol. No. (27) ISSN : 2598-2958 (online) Penyelesaian Persamaan Poisson 2D dengan Menggunakan Metode Gauss-Seidel dan Conjugate Gradient Dewi Erla Mahmudah, Muhammad Zidny Naf an 2 STMIK Widya

Lebih terperinci

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

2.5.1 Penentuan Nilai Return Saham Penentuan Volatilitas Saham Dasar- dasar Simulasi Monte Carlo Bilangan Acak...

2.5.1 Penentuan Nilai Return Saham Penentuan Volatilitas Saham Dasar- dasar Simulasi Monte Carlo Bilangan Acak... Judul Nama Pembimbing : Penentuan Harga Opsi Beli Tipe Asia dengan Metode Monte Carlo-Control Variate : Ni Nyoman Ayu Artanadi : 1. Ir. Komang Dharmawan, M.Math, Ph.D. 2. Drs. Ketut Jayanegara, M.Si. ABSTRAK

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Bursa Efek Jakarta Bursa Efek Jakarta adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan Ekonomi

Lebih terperinci

TEKNIK ITERASI VARIASIONAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

TEKNIK ITERASI VARIASIONAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT TEKNIK ITERASI VARIASIONAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR Koko Saputra 1, Supriadi Putra 2, Zulkarnain 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Laboratorium Matematika Terapan, Jurusan Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Noviandhini Puji Gumati, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Noviandhini Puji Gumati, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bursa saham merupakan suatu hal yang sangat penting di era globalisasi saat ini. Perdagangan yang mulai merambah pada segala bidang memicu banyak pihak untuk menginvestasikan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA KALKULUS VARIASI ABSTRACT

PENGGUNAAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA KALKULUS VARIASI ABSTRACT PENGGUNAAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA KALKULUS VARIASI Febrian Lisnan, Asmara Karma 2 Mahasiswa Program Studi S Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

METODE BERTIPE NEWTON UNTUK AKAR GANDA DENGAN KONVERGENSI KUBIK ABSTRACT

METODE BERTIPE NEWTON UNTUK AKAR GANDA DENGAN KONVERGENSI KUBIK ABSTRACT METODE BERTIPE NEWTON UNTUK AKAR GANDA DENGAN KONVERGENSI KUBIK Risvi Ayu Imtihana 1, Asmara Karma 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

VALUASI COMPOUND OPTION PUT ON CALL TIPE EROPA PADA DATA SAHAM FACEBOOK

VALUASI COMPOUND OPTION PUT ON CALL TIPE EROPA PADA DATA SAHAM FACEBOOK ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 355-364 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian VALUASI COMPOUND OPTION PUT ON CALL TIPE EROPA PADA DATA SAHAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Opsi merupakan salah satu produk finansial turunan. Opsi memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli atau menjual suatu aset acuan (underlying asset) saat jatuh

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA OPSI CALL TIPE EROPA MENGGUNAKAN METODE TRINOMIAL

PENENTUAN HARGA OPSI CALL TIPE EROPA MENGGUNAKAN METODE TRINOMIAL Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. Hal. 3 39 ISSN : 2303 290 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENENTUAN HARGA OPSI CALL TIPE EROPA MENGGUNAKAN METODE TRINOMIAL MIKA ALVIONITA S, RIRI LESTARI Program Studi

Lebih terperinci

SOLUSI PENYEBARAN PANAS PADA BATANG KONDUKTOR MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICHOLSON

SOLUSI PENYEBARAN PANAS PADA BATANG KONDUKTOR MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICHOLSON SOLUSI PENYEBARAN PANAS PADA BATANG KONDUKTOR MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICHOLSON Viska Noviantri Mathematics & Statistics Department, School of Computer Science, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9,

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA OPSI CALL EROPA DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI FAST FOURIER (STUDI KASUS SAHAM FIREEYE.INC)

PENENTUAN HARGA OPSI CALL EROPA DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI FAST FOURIER (STUDI KASUS SAHAM FIREEYE.INC) ISS : 355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol., o. Agustus 05 Page 685 PEETUA HARGA OPSI CALL EROPA DEGA MEGGUAKA TRASFORMASI FAST FOURIER (STUDI KASUS SAHAM FIREEYE.IC) Andri Saputra, Rian Febrian

Lebih terperinci

UNNES Journal of Mathematics

UNNES Journal of Mathematics UJM (1) 2017 UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm PENERAPAN METODE NEWTON-COTES OPEN FORM 5 TITIK UNTUK MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN NONLINIER M Ziaul Arif, Yasmin

Lebih terperinci

d dv ds. S S S dt S dz Sdt Sdz S t 2 S S S S Lampiran 1 Penurunan persamaan (2.8) V V V Persamaan (2.5) adalah Persamaan (2.7) adalah d dv ds.

d dv ds. S S S dt S dz Sdt Sdz S t 2 S S S S Lampiran 1 Penurunan persamaan (2.8) V V V Persamaan (2.5) adalah Persamaan (2.7) adalah d dv ds. DAFAR PUSAKA Bodie Z, Kane A, Marcus AJ. 005. Investasi. Jilid 1,. Budi Wibowo, penerjemah; Salemba Empat. erjemahan dari: Invesment. Higham DJ. An Introduction to Financial Option Valuation. Department

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Opsi merupakan suatu kontrak/perjanjian antara writer dan holder yang

BAB I PENDAHULUAN. Opsi merupakan suatu kontrak/perjanjian antara writer dan holder yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Opsi merupakan suatu kontrak/perjanjian antara writer dan holder yang memberikan hak, bukan kewajiban, kepada holder untuk membeli atau menjual suatu aset

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

FAMILI METODE ITERASI DENGAN KEKONVERGENAN ORDE TIGA. Rahmawati ABSTRACT

FAMILI METODE ITERASI DENGAN KEKONVERGENAN ORDE TIGA. Rahmawati ABSTRACT FAMILI METODE ITERASI DENGAN KEKONVERGENAN ORDE TIGA Rahmawati Mahasiswa Program Studi S Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya,

Lebih terperinci

Penentuan Harga Opsi untuk ModelBlack Scholes Menggunakan Metode Beda Hingga

Penentuan Harga Opsi untuk ModelBlack Scholes Menggunakan Metode Beda Hingga Penentuan Harga Opsi untuk ModelBlack Scholes Menggunakan Metode Beda Hingga Skripsi Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat dalam Meraih Gelar Sarjana Sains Jurusan Matematika pada Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI

FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH NILAI AWAL SINGULAR PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA ABSTRACT

MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH NILAI AWAL SINGULAR PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA ABSTRACT MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH NILAI AWAL SINGULAR PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA Kristiani Panjaitan 1, Syamsudhuha 2, Leli Deswita 2 1 Mahasiswi Program

Lebih terperinci

BAB III METODE UNTUK MENAKSIR VOLATILITAS. harga saham, waktu jatuh tempo, waktu sekarang, suku bunga,

BAB III METODE UNTUK MENAKSIR VOLATILITAS. harga saham, waktu jatuh tempo, waktu sekarang, suku bunga, BAB III METODE UNTUK MENAKSIR VOLATILITAS 3.1. Pendahuluan Dalam menentukan harga opsi call dan opsi put dibutuhkan parameter harga saham, waktu jatuh tempo, waktu sekarang, suku bunga, strike price, dan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENYELESAIAN SISTEM OREGONATOR DENGAN METODE ITERASI VARIASIONAL DAN METODE ITERASI VARIASIONAL TERMODIFIKASI

PERBANDINGAN PENYELESAIAN SISTEM OREGONATOR DENGAN METODE ITERASI VARIASIONAL DAN METODE ITERASI VARIASIONAL TERMODIFIKASI PERBANDINGAN PENYELESAIAN SISTEM OREGONATOR DENGAN METODE ITERASI VARIASIONAL DAN METODE ITERASI VARIASIONAL TERMODIFIKASI oleh AMELIA FEBRIYANTI RESKA M0109008 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA KONTRAK OPSI TIPE EROPA MENGGUNAKAN METODE QUASI MONTE CARLO DENGAN BARISAN KUASI-ACAK HALTON

PENENTUAN HARGA KONTRAK OPSI TIPE EROPA MENGGUNAKAN METODE QUASI MONTE CARLO DENGAN BARISAN KUASI-ACAK HALTON E-Jurnal Matematika Vol. 3 (4), November 2014, pp. 154-159 ISSN: 2303-1751 PENENTUAN HARGA KONTRAK OPSI TIPE EROPA MENGGUNAKAN METODE QUASI MONTE CARLO DENGAN BARISAN KUASI-ACAK HALTON I Gusti Putu Ngurah

Lebih terperinci

METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL FRAKSIONAL UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH STURM-LIOUVILLE FRAKSIONAL

METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL FRAKSIONAL UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH STURM-LIOUVILLE FRAKSIONAL METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL FRAKSIONAL UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH STURM-LIOUVILLE FRAKSIONAL oleh ASRI SEJATI M0110009 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar

Lebih terperinci